Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan
Kelompok Sampel Waktu Kecepatan Bentuk Benang Warna Jumlah Benang DNA
vorteks vorteks DNA Benang
(menit) (rpm) DNA

1 Kulit Ayam 30 menit 2500 rpm Lurus pendek Transparan 2 benang pendek +
potongan benang
kecil - kecil

2 Usus Ayam 30 menit 2500 rpm Lurus pendek Transparan Tidak utuh ( 5 )

3 Hati Ayam 30 menit 2500 rpm Lurus pendek Transparan Tidak utuh ( 4 )

4 Beringin Tua 30 menit 2500 rpm Lurus pendek Transparan ( 3 ) utuh

5 Beringin Muda 30 menit 2500 rpm Lurus pendek Transparan ( 1 ) utuh + ( 1 ) tidak
utuh

B. Pembahasan

Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada (ekstraksi
atau lisis) biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan buffer ekstraksi
atau buffer lisis untuk mencegah DNA rusak (Yuwono, 2008).

Pada sel eukariotik termasuk tanaman dan hewan bagian terbesar dari DNA
berada pada nukleus yaitu organel yang dipisahkan dari sitoplasma dengan membran.
Nukleus terdiri dari 90 % keseluruhan DNA seluler. Sisa DNA adalah organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas. Karena DNA terdapat pada nukleus, maka perlu
adanya metode pelisisan sel sampai pemanenan sel. Dimana metode tersebut
merupakan bagian  dari metode isolasi DNA (Elrod, 2009).

Isolasi DNA pada dasarnya dapat dilakukan dengan merusak dinding dan


membran sel dan juga membran inti. Perusakan ini dapat dilakukan dengan
pemblenderan, penggerusan atau yang lainnya. Namun dalam praktikum kali ini
digunakan dengan cara penggerusan dan DNA yang didapatkan adalah berupa benang
- benang halus sehingga hanya berupa kabut putih yang sangat lembut. Praktikum ini
memerlukan banyak bahan yang digunakan. Diantaranya adalah kulit ayam, hati
ayam, usus ayam, daun beringin tua, dan daun beringin muda.
Pada sampel kulit ayam, hati ayam, usus ayam dimasukkan ke dalam kulkas
atau air es untuk menjaga tegangan membran sel. Kemudian pada praktikum ini
menggunakan garam dapur yang menyebabkan protein dan karbohidrat terpresipitasi
ke dalam larutan yang kemudian tersaring pada proses penyaringan, serta berperan
menjaga pH larutan agar tetap konstan, memberikan kondisi ionik, sehingga reaksi
berjalan lebih stabil. Selain itu juga digunakan deterjen yang berfungsi sebagai pelisis
barrier (penghalang) sel secara kimia sebagai pengganti senyawa kimia yang mampu
merusak dinding dan membran sel. Penambahan deterjen dalam isolasi DNA dapat
dilakukan karena deterjen dapat menyebabkan rusaknya membran sel, melalui ikatan
yang dibentuk melalui sisi hidrofobik deterjen dengan protein dan lemak pada
membran membentuk senyawa ”lipid protein - deterjen kompleks”. Selain garam
dapur dan deterjen juga digunakan ethanol 96% yang bertujuan untuk mempermudah
terjadinya presipitasi pada benang-benang DNA.Ethanol tersebut mampu membawa
asam nukleat yang terdapat dalam campuran naik ke permukaan untuk kemudian
diendapkan.
Senyawa tersebut dapat terbentuk karena protein dan lipid memiliki ujung
hidrofilik dan hidrofobik, demikian juga dengan deterjen, sehingga dapat membentuk
suatu ikatan kimia. Menurut deterjen bisa menyebabkan kerusakan membran sel
dengan mengemulsi lipid dan protein sel serta menyela interaksi polar yang
menyatukan membran sel karena detergen mengandung disodium EDTA dan lauryl
sulfat yang memiliki fungsi yang sama dengan dodesil sulfat. Pencampuran antara
garam dan deterjen ini dimaksudkan untuk memperbesar  pergerakan partikel sel dan
detergen agar reaksi berlangsung cepat, karena detergent merupakan bahan yang
dapat merusak membran sel. Pada pengadukan ini harus dilakukan dengan hati hati
agar tidak menimbulkan buih. Apabila terdapat buih maka akan menyebabkan
penghambatan pada isolasi DNA. DNA akan sulit diamati karena terhalangnya
penyatuan DNA di daerah atas antara alkohol dengan campuran ekstrak  buah,
deterjen dan garam akibat adanya rongga udara yang ditimbukan oleh adanya  buih.
Setelah itu campuran ekstraks buah, detergen, dan garam tersebut dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditetesi dengan alkohol dingin.
Penggunaan alkohol ini  berfungsi untuk pengikatan strand DNA yang telah
terkumpul karena pemekatan oleh garam. Alkohol yang ditambahkan harus dalam
kondisi dingin. Menurut pernyataan Jamilah (2015 : 14), dengan adanya garam
(kation kovalen seperti Na+) dan pada suhu di bawah 200C atau kurang, ethanol
absolut akan mempresipitasikan asam nukleat  polimerik dengan baik. Selain itu
disebutkan juga bahwa semakin dingin ethanol, DNA yang terpresipitasi semakin
pekat. Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat diketahui  bahwa semakin dingin
alkohol, maka konsentrasi DNA yang akan terikat oleh alkohol tersebut akan semakin
pekat atau tinggi sehingga DNA yang terisolasi dapat terlihat dengan jelas.
Pada hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yang berbeda-beda
untuk masing-masing sampel yang digunakan. Jumlah DNA terbanyak yang dapat
terisolasi adalah pada sampel hati ayam dan usus ayam dan yang paling sedikit adalah
pada daun beringin muda. Dari percobaan tidak diperoleh DNA murni melainkan
hanya DNA kasar atau benang – benang halus (supernatan) dalam jumlah yang sedikit
serta endapan putih yang terlihat. Dari semua sampel, DNA kasar yang paling terlihat
ada pada sampel hati ayam, hal itu terjadi akibat kandungan air pada hati ayam lebih
sedikit dari semua sampel yang digunakan sehingga ekstrak dan DNA kasar yang
dihasilkan oleh hati ayam lebih banyak daripada sampel usus ayam, kulit ayam, daun
beringin tua, dan daun beringin muda. selain itu endapan putih pada hati ayam lebih
banyak daripada pada sampel usus ayam, kulit ayam, daun beringin tua, dan daun
beringin muda.

Anda mungkin juga menyukai