Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel Bawang Merah

Oleh
Zahrin Nur Azizah 17030204050

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel epidermis
bawang merah yang terplasmolisis?
2. Pada kosentrasi berapakah larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel
epidermis bawang merah mengalami plasmolisis?
3. Bagaimana cara mendapatkan besar tekanan osmosis sel cairan sel epidermis bawang
merah dengan metoda plasmolisis?

B. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel bawang merah
yang terplasmolisis
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel
bawang merah mengalami plasmolisis
3. Menghitung tekanan osmosis sel cairan sel bawang merah dengan metoda plasmolisis

C. Hipotesis
H1 = Terdapat pengaruh konsentrasi tinggi larutan sukrosa terhadap jumlah sel bawang
merah yang terplasmolisis
H0 = Tidak ada pengaruh konsentrasi tinggi larutan sukrosa terhadap jumlah sel
bawang merah yang terplasmolisis

D. Kajian Pustaka
Terdapat keraguan tentang bagaimana air bergerak melewati membran. Belum jelas
apakah masuknya air ke dalam sel hanya dengan cara difusi molekul air melalui lapisan
ganda lipid membran plasma atau ada protein tertentu yang membantunya. Hasil dari
beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak cukup hanya difusi yang berlangsung untuk
memasukkan air ke dalam sel melewati membran ganda lipid. Baru-baru ini ditemukan
adanya aquaporin. Aquaporin adalah saluran air spesifik berupa protein membran integral
yang melewati membran biologi, dan dijumpai pada semua organisme (Advinda, 2018).
Difusi adalah proses perpindahan atau berpindahnya suatu zat dari tempat yang
konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah. Permeabilitas dan
membrane ada tiga macam, yaitu inpermeabel, permeable dan mebran semi permeablel.
Inpermeabel (tidak permeable) dimana air maupun zat-zat yang larut di dalamnya tidak
dapat dilalui membran. Permeable yaitu membrab yang terlaryut di dalamnya. Semi
permeable yaitu membran yang hanya dapat di lalui oleh air, tetapi tidak dapat di lalui oleh
zat-zat terlarut (Campbell, 2002).
Difusi dari pelarut misalnya air melalui membran yang semi permeable dari tempat
dengan konsentrasi pelarut lebih tinggi ketempat dengan konsentrasi pelarut rendah disebut
osmosis. Tekanan dari dalam vakuola kepada membrane plasma dan dinding sel disebut
turgor jika sel ditempat di dalam larutan gula, dengan konsentrasi tinggi, maka air akan
keluar dan vakuola sehingga membran sitoplasma mengerut dan terlepas dari dinding sel
peristiwa tersebut dapat dinamakan plasmolisis (Pratiwi, 2000).
Osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeable secara differensial dari satu
tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Maksud dari
konsentrasi adalah konsentrasi pelarutnya yaitu air dan bukan konsentrasi dari zat terlarut
(molekul atau ion) dalam air itu. Oleh karena itu, osmosis juga bisa diartikan sebagai
perpindahan molekul air dari konsentrasi air yang tinggi ke konsentrasi air yang rendah melalui
membran semi permeabel. Membran semi permeabel adalah membran yang hanya mengijinkan
lalunya air dan menghambat lalunya zat-zat terlarut.
Pengambilan atau pengeluaran air oleh sel terjadi melalui osmosis, yaitu transpor pasif
air melalui suatu membran. Larutan ekstraseluler itu hipotonik (memiliki konsentrasi zat-
terlarut yang lebih rendah) atau hipertonik (memiliki konsentrasi zat-terlarut yang lebih tinggi)
relatif terhadap sel; air akan bergerak akibat proses osmosis dari arah hipotonik ke arah
hipertonik. Ketika air mengalir ke area terkonsentrasi, konsentrasi zat yang terlarut akan
berkurang. Kecenderungan air mengalir melaui membran dinyatakan sebagai tekanan osmotik
(Karunarathne dan Walpalage, 2013)
Larutan yang menyebabkan sel menggelembung, atau tetap penuh, disebabkan oelh
masuknya air dikatakan larutan hipotonik. Jika sel ditempatkan pada larutan hipotonik, air akan
memasuki sel, gerakan air dari luar sel ke dalam sel. Penggelembungan sel tumbuhan dalam
larutan hipotonis menimubulkan tekanan turgor. Ketika sel tanaman ditempatkan dalam larutan
hipotonik, diamati pembesaran sitoplasma karena vakuola pusat membesar dengan
bertambahnya air dan membran plasma mendorong melawan dinding sel yang kaku. Sel
tumbuhan tidak akan pecah karena dinding sel tidak memberi jalan. Tekanan turgor pada sel
tumbuhan sangat penting untuk menjaga posisi tegak tumbuhan (Rachmadiarti, 2007)
Larutan yang menyebabkan sel berkerut disebabkan karena kehilangan air disebut
larutan hipertonik. Ketika sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan hipertonik, membran
plasma terrtarik ke luar dari dinding sel sepertinya vakuola pusat yang besar telah kehilangan
air. Contoh ini adalah plasmolisis (Rachmadiarti, 2007). Plasmolisis merupakan dampak dari
peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik),
sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah.
Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan
menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana
protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi (Campbell,
2002).
Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel, dapat dilakukan dengan salah satu
cara yaitu dengan metode plasmolisis. Metoda plasmolisis dapat ditempuh dengan cara
menentukan pada konsentrasi larutan sukrosa berapakah prosentase jumlah sel yang
terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi ini, dianggap konsentrasi sel yang berada di dalam
dengan di luar sel adalah sama. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel
terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat diketahui melalui rumus sebagai
berikut:

22,4 x M x T
TO sel =
273

dengan:

M = konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis

T = temperatur mutlak yang berasal dari 273 + suhu ruang.


Selain larutan hipotonik dan hipertonik terdapat larutan isotonik. Larutan ini
menyebabkan persentase terlarut dan konsentrasi air dari keduanya yaitu di dalam dan di luar
sel adalah seimbang, dan juga tidak ada penambahan air atau kehilangan air.
Pada penelitian ini kami menggunakan umbi lapis bawang merah dengan klasifikasi
sebagai berikut (Rahayu dan Berlian, 2004)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonea
Ordo : Liliales/Lilifroae
Family : Liliacea
Genus : Alium
Spesies : Allium ascolanicum atau Allium cepa var. ascalonicum

E. Variabel Penelitian
Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa (0,14M; 0,16M; 0,18M; 0,20M;
0,22M; 0,24M; 0,26M; 0,28M)

Variabel kontrol : Jenis sel (sel bawang merah), Jumlah sayatan sel, Perbesaran
mikroskop sebesar 10x, waktu perendaman 30 menit, volume
larutan sukrosa sebesar 5 ml

Variabel respon : Jumlah sel epidermis bawang merah yang terplasmolisis,


persentase sel epidermis bawang merah yang terplasmolisis

F. Definisi Operasional Variabel


Variabel manipulasi adalah variabel yang sengaja diubah/dimanipulasi dalam suatu
situasi. Dalam praktikum ini faktor yang sengaja diubah adalah konsentrasi tiap larutan
sukrosa (0,14M; 0,16M; 0,18M; 0,20M; 0,22M; 0,24M; 0,26M; 0,28M). Diharapkan dengan
memasukkan sel epidermis bawang merah ke dalam konsetrasi yang berbeda akan
memberikan data sel pada konsentrasi berapa sel terplasmolisis sebesar kurang lebih 50%.
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel manipulasi terhadap variabel respon tidak terpengaruhi oleh faktor luar.
Faktor-faktor yang dibuat tetap untuk meminimalisir kegagalan praktikum adalah Jenis sel
(sel bawang merah), Jumlah sayatan sel, Perbesaran mikroskop sebesar 10x, waktu
perendaman 30 menit, volume larutan sukrosa sebesar 5 ml.
Variabel respon merupakan variabel yang berubah sebagai hasil atau akibat dari
perubahan variabel manipulasi. Sebagai hasil dari manipulasi dari variabel manipulasi di atas
maka yang didapatkan pada hasil akhir adalah sel epidermis bawang merah mengalami
plasmolisis sebesar kurang lebih 50%.
G. Alat dan bahan
Alat : Bahan :

 Mikroskop - Bawang merah


 Gelas plastik kecil 8 buah - Larutan sukrosa dengan
 Kaca benda dan Kaca penutup konsentrasi berbeda.
 Gelas ukur 10 mL
 Kertas millimeter dan Silet
 Stopwatch (HP)

H. Rancangan Percobaan

Isi 8 gelas plastik dengan 5 ml larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14M;


0,16M; 0,18M; 0,20M; 0,22M; 0,24M; 0,26M; 0,28M

Ambil umbi lapis bawang merah lalu sayat lapisan epidermis yang berwarna
dengan pisau silet (usahakan hanya selapis)

Rendamlah sayatan-sayatan epidermis tadi pada gelas yang sudah


berisi larutan sukrosa

Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dengan


mikroskop

Hitung jumlah sel dalam satu lapang pandang

I. Langkah Kerja
1. Mengukur. Siapkan 8 buah gelas, isi masing-masing dengan 5 ml larutan sukrosa yang
telah disediakan dan beri label pada masing-masing gelas plastik berdasarkan
konsentrasi larutan
2. Mengambil umbi lapis bawng merah kemudian menyayat lapisan epidermis yang
berwarna dengan pisau silet (Hanya selapis sel)
3. Merendam sayatan-sayatan epidermis tersebut pada gelas plastik yang sudah berisi
larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu.
4. Mengaati. Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dengan mikroskop
5. Menghitung. Hitng jumlah sel keseluruhan pada satu lapang pandang, jumlah sel yang
terplasmolisis dan persentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumah sel seluruhnya.

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Hasil Persentase Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel Bawang Merah
Konsentrasi ∑ Sel ∑ Sel Rerata sel Rerata sel Persentase sel
sukrosa (M) seluruhnya terplasmolisis seluruhnya terplasmolisis terplasmolisis
0,14 175 44 202 27,67 13,6%
243 27
188 12
0,16 242 71 211 66 31%
221 91
170 36
0,18 212 29 279,67 35 12,51%
260 33
367 43
0,20 215 28 242,3 35,67 14,72%
218 56
294 23
0,22 232 35 257 33,67 13,10%
368 47
171 19
0,24 173 46 180 56,33 31,29%
185 60
182 63
0,26 251 83 217 82 37,78%
141 68
259 95
0,28 146 65 231,67 115 49,67%
150 88
399 192

Grafik 1. Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel Bawang Merah


60

50

40
Persentase %

30

20

10

0
0.14 0.16 0.18 0.2 0.22 0.24 0.26 0.28
Konsentrasi larutan sukrosa (M)

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa paa konsentrasi larutan sukrosa yang
tinggi yaitu 0,28 M persentase sel epidermis yang terplasmolisis sebesar 49,63 % dengan
jumlah sel yang terplasmolisis sebesar 115. Sedangkan pada konsentrasi terendah yaitu 0,14
M terdapat 13,6% sel yang terplasmolisis dari 27,67 ≈ 28 sel dari jumlah sel keseluruhan.
Pada konsentrasi 0,16 M mengalami 31% sel terplasmolisis, konsentrasi 0,18 M
mengalami 12,51%, konsentrasi 0,20 M sebesar 14,72%, pada konsentrasi 0,22 M sebesar
13,10%, konsentrasi 0,24 M sebesar 31,29%,dan terakhir konsentrasi 0,26M sebesar 37,78%
Dari data di atas didapatkan konsentrasi yang mengalami plasmolisis sel terbanyak yaitu
konsentras 0,28 M. Kemudian dihitung nilai tekanan osmosis nya dengan rumus,
22,4 . 𝑀. 𝑇
TO= ( )
273

Dengan :
M = konsentrasi larutan yang tidak menyebabkan pertambahan panjang (0,28 M)
T = suhu ruangan (303 K)
Dari perhitungan diatas, potensial air jaringan timun sebesar 6,961 atm.
PA = PO
PA = -TO
PA = - 6,961 psi

Diskusi: Jelaskan mengapa terjadi peristiwa plasmolisis! Dukung dengan data yang Anda
peroleh.
Jawab: Plasmolisis dapat terjadi sebagai akibat dari terlepasnya membran sel dari dinding
sel akibat air yang berada di dalam dinding sel terus menerus medesak keluar sehingga
keseimbangan antara potensial air yang berada di dalam dengan di luar sel. Dari praktikum
yang telah dilaksanakan, didapatkan data yang bahwa konsentrasi larutan sukrosa
mempengaruhi jumlah dan persentase sel yang mengalami plasmolisis. Hal tersebut
disebabkan oleh potensial air yang berada di dalam sel epidermis bawang merah lebih
tinggi daripada di luar sel (larutan sukrosa), dan oleh karena potensial air berbanding lurus
dengan potensial osmotiknya, maka potensial osmosis yang berada di dalam sel epidermis
bawang merah juga akan lebih tinggi dibandingkan dengan potensial osmosis yang berada
di luar sel.
Sel yang terplasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah keseluruhan sel yang terlihat pada
satu lapang pandang. Konsentrasi larutan sukrosa yang mengalami plasmolisis tertinggi
sebesar 0,28 M. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut potensial air yang berada di
dalam maupun di luar sel epidermis menjadi sama atau biasa disebut dengan keadaan
isotonik. Sehingga dapat dikatakan hasil dari praktikum kami sesuai dengan teori pada
kajian pustaka
L. Hasil Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa besarnya konsentrasi larutan
sukrosa mempengaruhi banyaknya jumlah dan persentase sel yang terplasmolisis. Hal ini
dikarenakan akibat dari perbedaan potensial air di dalam sel dengan di luar sel. Potensial
air yang berada di dalam sel lebih besar daripada potensial air di luar sel dan karena
potensial air berbanding lurus dengan potensial osmosis, maka potensial osmosis yang
berada di dalam sel menjadi lebih besar dari potensial osmosis yang berada di luar sel. Hal
ini yang menyebabkan terjadinya perpindahan molekul air dari dalam sel menuju ke luar
sel. Pada praktikum ini molekul air berpindah dari sel epidermis bawang merah menuju ke
larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas sel epidermis bawang merah kehilangan
air, dan sel menjadi mengerut sehingga protoplas terlepas dari dinding sel. Peristiwa yang
terjadi pada sel epidermis ini disebut dengan plasmolisis.
Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M prosentase sel yang terplasmolisis mencapai
49,63%≈50%. Hal ini dikarenakan kondisi larutan sukrosa dengan kondisi sel epidermis
bawang merah berada dalam larutan yang bersifat isotonik, dimana kondisi tersebut
menyebabkan larutan sukrosa memiliki potensial air yang sama dengan kondisi dalam sel
epidermis bawang merah. Pada kondisi ini tidak terjadi proses difusi air karena air yang
masuk ke dalam sel epidermis bawang merah dengan air yang ke luar sel epidermis berada
dalam jumlah yang sama atau keseimbangan dinamis. Apabila potensial di dalam dan di
luar sel sama, maka besarnya potensial osmosis yang berada di dalam dan di luar sel juga
sama atau sebanding.
Berdasarkan grafik di atas, terdapat perbedaaan dengan grafik yang seharusnya
diperoleh pada percobaan ini. Grafik yang seharusnya pada percobaan ini bersifat
meningkat (naik), namun yang didapatkan ada 2 titik konsentrasi yang mengalami kenaikan
yaitu pada konsentrasi 0,18M dan 0,22M. Hal ini disebabkan kesalahan dari kami yang
kurang berhati-hati dalam memasukkan sel epidermis bawang merah ke dalam gelas
plastik. Saat menutupnya dengan plastik dan karet terdapat jeda waktu sehingga udara dari
luar banyak yang masuk ke dalam gelas plastik. Seharusnya ini dilakukan cepat sehingga
hasilnya yang didapatkan nanti akan sesuai dengan teori.
M. Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap persentase sel yang terplasmolisis.
Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, jumlah sel yang terplasmolisis semakin banyak
2. Konsentrasi larutan sukrosa y menyebabkan 50% dari jumlah sel bawang merah yang
mengalami plasmolisis yaitu 0,28 M
3. Nilai tekanan osmosis cairan sel bawang merah yaitu 6,961 atm

N. Daftar Pustaka
Advinda, Linda. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan pertama.
Deepublish:Yogyakarta
Campbell, N.A, Reece, JB. l. 2002. Biologi jilid II. Erlangga: Jakarta
Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi Umum. Unesa University Press: Surabaya
Karunarathne, H.D.S.S dan Walpalage, S. 2013. Applicability of Pressure Retarded
Osmosis Power Generation Technology in Sri Lanka. University of Moratuwa, Moratuwa
Sri Lanka
Pratiwi, D.A, dkk. 2000. Buku penuntun praktikum biologi. Erlangga. Jakart
Rahayu, Estu dan Berlian, Nur. 2004. Bawang Merah. Cetakan X. Penebar Swadaya:
Jakarta
Tim Fisiologi Tumbuhan. 2019. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNESA
Lampiran
Memasukkan sel epidermis ke larutan
sukrosa

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,14M yang ke-1

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,14M yang ke-2

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,14M yang ke-3

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,16M yang ke-1

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,16M yang ke-2
Sel terplasmolisis pada konsentrasi
0,16M yang ke-3

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,18M yang ke-1

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,18M yang ke-2

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,18M yang ke-3
Sel terplasmolisis pada konsentrasi
0,20M yang ke-1

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,20M yang ke-2

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,20M yang ke-3

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,22M yang ke-1

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,22M yang ke-2

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,22M yang ke-3
Sel terplasmolisis pada konsentrasi
0,24M yang ke-1

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,24M yang ke-2

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,24M yang ke-3

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,26M yang ke-1

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,26M yang ke-2

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,26M yang ke-3
Sel terplasmolisis pada konsentrasi
0,28M yang ke-1

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,28M yang ke-2

Sel terplasmolisis pada konsentrasi


0,28M yang ke-3

Anda mungkin juga menyukai