Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI OSMOSIS

“Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel”

Disusun oleh:

Riski Nur Arifiani Puspita Ningrum (17030244063)

BIOLOGI E 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2018
PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel
yang terplasmolisis?
2. Berapakah nilai konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari
jumlah sel yang mengalami plasmolisis?
3. Berapakah nilai tekanan osmosis cairan sel yang diperoleh dengan
menggunakan metoda perhitungan plasmolisis sel?

B. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel
yang terplasmolisis.
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari
jumlah sel yang mengalami plasmolisis.
3. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis sel.

C. Hipotesis
1. Konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap prosentase sel yang
terplasmolisis.
2. Terdapat konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan 50 % dari
jumlah sel yang mengalami plasmolisis, hal tersebut menunjukkan bahwa
kondisi di dalam maupun di luar sel telah seimbang.
3. Tekanan osmotik sel bernilai positif, sedangkan nilai potensial osmotik
bernilai negatif.
TO = - PO
PO = - TO
22,4.M .T
TO =
273
D. Kajian Pustaka
Sel-sel membutuhkan zat atau molekul untuk menjalankan semua aktivitas
metabolisme. Metabolisme merupakan proses kimia yang terjadi di dalam sel.
Sel memperoleh bahan - bahan dan energi dari lingkungannya, kemudian
mengubahnya ke dalam bentuk-bentuk lain yang sesuai dengan kebutuhan untuk
perkembangannya. Beberapa zat yang diperlukan harus bergerak masuk ke
dalam sel. Hal ini berlawanan dengan sampah metabolisme yang harus bergerak
ke luar sel. Membran sel memegang perananan yang sangat penting dalam
proses keluar masuknya zat. Sifat membran sel adalah semipermeabel, artinya
suatu keadaan dimana hanya zat - zat tertentu yang dibutuhkan oleh sel saja yang
dapat masuk, sedangkan zat lainnya tidak dapat masuk melalui membran sel
(Campbell, 2000).
Membran memiliki sekumpulan protein yang tertanam pada cairan matriks
lipid bilayer. Fosfolipid memang merupakan materi membran tetapi proteinlah
yang menentukan sebagian besar fungsi membran. Terdapat dua kelompok
protein membrane yaitu protein integral dan protein peripheral. Protein integral
memasuki/menembus bagian hidrofobik dari lipid bilayer membran. Protein
peripheral sama sekali tidak tertanam dalam lipid bilayer membran, hanya terikat
secara lepas pada permukaan membran. Membran sel adalah permeabel terhadap
ion tertentu dan terhadap berbagai molekul polar. Molekul polar yang hidrofilik
ini dapat menghindari kontak dengan lipid bilayer melalui transport proteins
yang tersebar diseluruh membran. Sebagian dari protein transport (saluran
protein) memiliki saluran hidrofiliki yang dapat dilalui oleh molekul tertentu
atau ion-ion untuk melewati membrane. Sebagai contoh, berlalunya air melewati
membran pada sel-sel tertentu difasilitasi oleh saluran protein yang disebut
aquaporin (Campbell, 2000). Molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel
selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul
air, dari satu bagian ke bagian yang lain (Bidwell, 1979).
Perpindahan molekul-molekul itu dapat ditinjau dari dua sudut. Pertama
dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa
terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke
seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan
dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul).
Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul.
Ini berarti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya
tekanan difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan
kekurangan tekanan difusi atau Deficit Tekanan Difusi yang disingkat dengan
DTD (Dwijosaputro, 1985).
Transport sel pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu transport aktif
dan pasif. Transport pasif dibagi atas dua yaitu difusi dan juga osmosis. Berikut
penjelasnnya:

Difusi
Difusi merupakan suatu proses penyebaran molekul-molekul suatu zat yang
ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi kinetik. Gas, zat cair dan
zat padat molekul-molekulnya ada kecenderungan untuk menyebar ke segala arah
sampai mencapai konentrasi yang sama (TIM DOSEN PEMBINA, 2014:17).
Difusi terjadi dari ruang yang berkosentrasi lebih tinggi ke ruang yang
berkonsentrasi lebih rendah, apabila kedua benda dipisahkan oleh membran
permeabel terhadap zat tersebut. Difusi berlangsung menurut konsentrasi dari suatu
gradient atau suatu kemiringan. Proses ini pada umumnya terdapat pada sel seperti
perembesan oksigen, karbondioksida, glukosa, asam amino dan garam mineral (
Yatim, 1990: 60).
Tiap molekul bergerak secara lurus sampai ia bertabrakan dengan molekul
lainnya. Contoh molekul glukosa bertabrakan dengan molekul glukosa yang
lainnya,dengan molekul air atau dengan molekul selolusa .Pada setiap tabrakan
molekul terpental dan menuju ke arah yang lain, hal inilah yang menyebabkan
gerakan acak dari molekul tersebut ( TIM DOSEN PEMBINA, 2014:17).
Kecepatan difusi ditentukan oleh : jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerak
kinetik dan jumlah celah pada membran sel. Difusi sederhana ini dapat terjadi
melalui dua cara:
 Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika bahan berdifusi terlarut
lipid.
 Melalui saluran licin pada beberapa protein transpor (Pustakers: 2014(online)
Mekanisme difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga
mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),difusi melalui saluran yang
terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi
difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi sederhana melalui membran berlangsung
karena molekul-molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat
larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran
secara langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti
hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam
lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul
anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang
terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran
atau chanel. Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan
diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari
diameter pori tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul
berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral,
tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein
pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya
molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi
(Kimball,1999:35).
Gambar diatas adalah contoh peristiwa difusi, di sana tidak nampak adanya
membran semipermeabel jadi peristiwa tersebut proses difusi bukan osmosis
dimana yang pindah adalah partikelnya bukan pelarutnya (jika sebuah larutan),
perpindahannya juga dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

Peristiwa difusi pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup


tumbuhan. Karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari
udara melalui proses difusi. Pengambilan air dan garam mineral oleh tumbuhan dari
dalam tanah, salah satunya melalui proses difusi. Difusi zat dari dalam tanah ke
dalam tubuh tumbuhan disebabkan konsentrasi garam mineral di tanah lebih tinggi
daripada di dalam sel. Demikian juga gas CO2 di udara masuk ke dalam tubuh
tumbuhan karena konsentrasi CO2 di udara lebih tinggi daripada di dalam sel
tumbuhan. Sebaliknya, O2 dapat berdifusi keluar tubuh tumbuhan jika konsentrasi
O2 dalam tubuh tumbuhan lebih tinggi akibat adanya fotosintesis dalam sel
(Loveless, 1991: 185).
2. Osmosis
Osmosis menurut para ahli kimia adalah difusi dari setiap pelarutmelalui suatu
selaput yang permeabel secara diferensial. Membran sel yang meloloskan molekul
tertentu tetapi menghalangi molekul lain dikatakan permeable secara
diferensial.Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi melalui
selaput/ membran yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah (TIM DOSEN
PEMBINA, 2014:17).
Osmosis merupakan suatu peristiwa perembesan suatu molekul air melintasi
membran yang memisahkan dua larutan dengan potensial air yang berbeda. Proses
osmosis berlangsung dari larutan hipotonik menuju larutan yang hipertonik atau
perpindahan air dari molekul larutan yang potensial airnya tinggi ke potensial yang
rendah melalui membran selektif permeabel (semipermeabel). Membran selektif
permeabel adalah selaput pemisah yang hanya dapat dilalui oleh air dan molekul-
molekul tertentu yang larut di dalamnya. Molekul-molekul yang dapat melewati
membran semipermeabel adalah molekul-molekul asam amino, asam lemak dan air,
sedangkan molekul zat yang berukuran besar misalnya polisakarida(pati) dan
protein tidak dapat melewati membran semipermeabel tersebut tetapi memerlukan
protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi memiliki tekanan osmosis yang tinggi pula maupun
sebaliknya. Setiap sel hidup merupakan sistem osmosis. Jika sel ditempatkan
dalam larutan yang lebih pekat (hipertonis) terhadap cairan sel maka air dalam sel
akan terisap keluar. Hal itu akan menyebabkan plasma menyusut. Jika air sel terus
terisap keluar akan menyebabkan plasma terlepas dari sel-sel dan sel akan
mengerut. Sebaliknya jika sel berada dalam larutan hipotonis (lebih encer daripada
cairan sel), air dari luar sel akan masuk ke dalam sel sehingga sel mengembang.
Contoh peristiwa osmosis adalah kentang yang dimasukkan ke dalam air garam
(sulistyowati, 2010:8).
Gambar tersebut adalah contoh dari peristiwa osmosis dimana 2 sel yang
masing-masing memiliki membran plasma dan pada gambar tersebut terjadi
perbedaan konsentrasi. Konsentrasi gula sebelah kanan lebih tinggi akibatnya
volume pelarutnya lebih kecil dibandingkan dengan sel yang sebelah kiri.
Akibatnya pelarut dari sel sebelah kanan berpindah ke dalam sel sebelah kiri.
Persamaan osmosis dan difusi:

Osmosis dan difusi merupakan mekanisme nutrien pada waktu transport nutrien
melewati membran yang bersifat pasif. Transport pasif memiliki arti bahwa
mekanisme transport tersebut tidak melawan gradien konsentrasi sehingga tidak
membutuhkan energi untuk melakukan mekanisme ini.

Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan


kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau
yang timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang dalam
tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai
potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif (Loveless, 1991).
Menurut Salisbury (1995), selain potensial air (PA) dalam potensial
tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi tekanan osmotic (PO). Potensial
osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan sebagai status larutan. Status
larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan,
atau satuan energi. Hubungan antara potensial air (PA) dan potensial
tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat dinyatakan dengan
hubungan sebagai berikut:
PA = PO + PT
Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan
tambahan (PT), maka nilai PA = PO
Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya
dapat digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih
tinggi dari pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka
air akan meninggalkan sel sampai potensial air yang ada dalam sel maupun
di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut
volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut
biasa kita kenal dengan istilah plasmolisis (Salisbury, 1995).
Menurut Sasmita (1996), metode plasmolisis dapat ditempuh
dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang
mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi
tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki
oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel
terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4 x MT
273
Dengan: TO = Tekanan Osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Sitoplasma biasanya bersifat hypertonis (potensial air tinggi) dan
cairan di luar sel bersifat hypotonis (potensial air rendah), karena itulah air
bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus.
Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap
sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma
mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel
itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan
masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini
disebut deplasmolisis (Bidwell, 1979).

E. Variabel Penelitian :
a. Variabel Manipulasi:
Perbedaan molaritas larutan sukrosa.
1) 0,14 M
2) 0,16 M
3) 0,18 M
4) 0,20 M
5) 0,22 M
6) 0,24 M
7) 0,26 M
8) 0,28 M
b. Variabel Kontrol:
1.) Bawang merah
2.) Waktu perendaman
3.) Volume larutan sukrosa
c. Variabel Respon :
1) Prosentase sel yang mengalami plasmolisis pada tiap konsentrasi
larutan sukrosa.
2) Nilai Tekanan Osmotik (TO) sel.

F. Definisi Operasional Variabel


- Variabel manipulasi adalah variabel yang menjadi faktor terjadinya
perubahan variabel lain.
Pada praktikum kali ini variabel manipulasi yang digunakan adalah
konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk membuktikan adanya
peristiwa transport pasif yang berlangsung secara spontan di dalam sel
sebagai akibat adanya perbedaan gradien konsentrasi. Konsentrasi larutan
sukrosa yang digunakan, yaitu 0,14 M; 0,16M; 0,18 M; 0,20M; 0,22 M; 0,24
M; 0,26 M; 0,28 M.
- Variabel Kontrol adalah variabel yang dapat memberikan pengaruh pada hasil
tetapi juga dikontrol agar tidak memberikan pengaruh lebih dari variabel
manipulasi. Pada praktikum kali ini, variabel kontrol yang digunakan yaitu :
a. Bawang merah, umbi bawang merah disayat secara tipis pada lapisan
yang berwarna merah.
b. Waktu perendaman, untuk mengetahui perbedaan prosentase sel yang
terplasmolisis pada setiap konsentrasi larutan yang ditimbulkan dari
perendamamn sel bawang merah pada larutan sukrosa.
c. Volume, volume larutan sukrosa yang digunakan juga harus disamakan
agar tidak mempengaruhi hasil akhir perendaman.
- Varibel Respon adalah variabel yang menunjukkan hasil dari variabel
manipulasi maupun variabel kontrol.
a. Prosentase sel terplasmolis pada masing-masing konsentrasi larutan
sukrosa, untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah terjadi 50% sel
terplasmolisis dari keseluruhan jumlah sel.
b. Tekanan osmotik sel dapat diketahui, jika nilai konsentrasi yang
menyebabkan sel terplasmolisis sebesar 50% diketahui. Tekanan osmotik
sel bernilai positif, sedangkan potensial osmotik negatif.
G. Alat dan Bahan
b. Alat
- Mikroskop. 1 buah
- Kaca benda. 5 buah
- Kaca penutup. 5 buah
- Silet. 2 buah
- Pinset. 1 buah
- Pipet. 9 buah
- Gelas plastik. 8 buah
- Gelas Beaker 100 mL. 8 buah
c. Bahan
- Bawang merah.
- Larutan sukrosa dengan molaritas 0,14 M; 0,16M; 0,18 M; 0,20M; 0,22
M; 0,24 M; 0,26 M; 0,28 M, masing masing 5 mL.

H. Rancangan Percobaan
Menyiapkan larutan sukrosa dengan beberapa konsentrasi (0,14 M;
0,16M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24 M; 0,26 M; 0,28 M). Lalu, juga
menyiapkan gelas plastik sebanyak 8 buah dan mengisinya dengan larutan
sukrosa sebanyak 5 mL untuk tiap konsentrasi (0,14 M; 0,16M; 0,18 M; 0,20M;
0,22 M; 0,24 M; 0,26 M; 0,28 M), memberi label pada gelas plastik berdasarkan
konsetrasi larutan sukrosa. Kemudian, mengambil bawang merah dan menyayat
pada lapisan epidermisnya dengan menggunakan silet. Sayatan diusahakan
hanya selapis sel. Merendam sayatan-sayatan epidermis bawang merah tersebut
pada gelas plastik yang telah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu.
Setiap konsentrasi diisi dengan jumlah sayatan yang sama yaitu 3 sayatan.
Mencatat waktu mulai perendamannya. Setelah 30 menit, mengambil sayatan
dan mengamati sel epidermisnya dengan menggunakan mikroskop. Setelah itu,
menghitung jumlah seluruh sel yang terplasmolisis pada satu lapang pandang,
dan menghitung prosentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel
seluruhnya.

I. Langkah Kerja
Larutan sukrosa dengan
konsentrasi :
0,14 M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M;
0,22 M; 0,24 M; 0,26 M; 0,28 M.

- dimasukkan ke dalam gelas plastik (1 gelas = 1


konsentrasi)
- diisi sebanyak 5 mL
- diberi label pada tiap gelas

Gelas plastik berisi larutan sukrosa


dengan konsentrasi yang berbeda

- Sayatan epidermis bawang merah dimasukkan ke dalam gelas


(setiap konsentrasi jumlah sayatan yang dimasukkan sama)
- waktu memulai dicatat
- direndam selama 30 menit

Gelas plastik berisi rendaman epidermis bawang merah

- setelah 30 menit, diangkat dengan pinset


- diamati dengan menggunakan mikroskop
- dihitung jumlah sel yang terplasmolisis
- dihitung prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel
seluruhnya

Prosentase sel yang terplasmolisis untuk masing-masing


konsentrasi larutan sukrosa
J. Rancangan tabel Pengamatan
Tabel 1. Prosentase plasmolisis pada bawang merah dalam berbagai konsentrasi
sukrosa

Konsentrasi Jumlah Sel Jumlah Sel % Sel


No
Larutan Sukrosa Seluruhnya Terplasmolisis Terplasmolisis

1. 0,14 M 187 57 57
x 100 % =
212
203 61
26,8 %
246 53
2. 0,16 M 109 45 56
x 100 % =
161
159 51
234,7 %
215 72
3. 0,18 M 187 53 62
x 100 % =
193
203 71
32 %
191 62
4. 0,20 M 205 83 71
x 100 % =
194
189 75
36 %
190 56
5. 0,22 M 235 68 67,3
x 100 % =
230
240 75
29 %
217 59
6. 0,24 M 201 90 96
x 100 % =
207
225 101
46 %
195 97
7. 0,26 M 192 110 111
x 100 % =
195
185 105
57%
209 120
8. 0,28 M 198 117 107
x 100 % =
211
175 79
51%
261 126

Suhu ruangan ( t ) = 270C


M = 0,248
Gambar 1. Grafik prosentase plasmolisis pada bawang merah dalam berbagai
konsentrasi sukrosa
60%

50%
Prosentase sel terplasmolisis

40%

30%

20%

10%

0%
0,14 M 0,16 M 0,18 M 0,20 M 0,22 M 0,24 M 0,26 M 0,28 M
Konsentrasi Sukrosa

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dijabarkan sebagai berikut :
o Pada konsentrasi larutan sokrosa 0,14 M, rata-rata dari jumlah seluruh sel
yaitu 212 sel dengan rata-rata sel mengalami plasmolysis sebanyak 57 sel.
Maka prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 26,8 %.
o Pada konsentasi larutan sukrosa 0,16 M, rata-rata dari jumlah seluruh sel yaitu
161 sel dengan rata-rata sel mengalami plasmolysis sebanyak 56 sel . Maka
prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 34,7 %.
o Pada konsentasi larutan sukrosa 0,18 M, rata-rata dari jumlah seluruh sel yaitu
193 sel dengan rata-rata sel mengalami plasmolysis sebanyak 62 sel . Maka
prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 32 %.
o Pada konsentasi larutan sukrosa 0,20 M, rata-rata dari jumlah seluruh sel yaitu
194 sel dengan rata-rata sel mengalami plasmolysis sebanyak 71 sel . Maka
prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 36 %.
o Pada konsentasi larutan sukrosa 0,22 M, rata-rata dari jumlah seluruh sel yaitu
230 sel dengan rata-rata sel mengalami plasmolysis sebanyak 67,3 sel . Maka
prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 29 %.
o Pada konsentasi larutan sukrosa 0,24 M, rata-rata dari jumlah seluruh sel yaitu
207 sel dengan rata-rata sel mengalami plasmolysis sebanyak 96 sel . Maka
prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 46 %.
o Pada konsentasi larutan sukrosa 0,26 M, rata-rata dari jumlah seluruh sel yaitu
195 sel dengan rata-rata sel mengalami plasmolysis sebanyak 111 sel . Maka
prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 57 %.
o Pada konsentasi larutan sukrosa 0,28 M, rata-rata dari jumlah seluruh sel yaitu
211 sel dengan rata-rata sel mengalami plasmolysis sebanyak 107 sel . Maka
prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 51 %.

Diskusi

1. Jelaskan mengapa terjadi peristiwa plasmolisis. Dukung dengan data yang


anda peroleh!

Jawaban:

1. Plasmolisis dapat terjadi karena potensial air di dalam sel lebih besar dari
pada larutan di luarnya, sehingga memaksa cairan sel (air) harus keluar ke
lingkungannya melewati membran semi permeable agar diperoleh kondisi
yang setimbang. Dapat dilihat pada hasil percobaan sel bawang merah
yang mengalami plasmolisis kerena nilai potensial air pada sel bawang
merah lebih tinggi dari nilai potensial air pada larutan sukrosa. Sehingga
air didalam sel akan keluar dari sel menuju larutan sukrosa dan pada sel
bawang merah tersebut mengalami pelepasan membran sel. Semakin
tinggi (pekat) konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis.
L. Hasil Analisis Data
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai “Penentuan
Tekanan Osmotik Cairan Sel” dengan menggunakan sel epidermis pada bawang
merah yang direndam pada larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi (0,14
M; 0,16M; 0,18 M; 0,20M; 0,22 M; 0,24 M; 0,26 M; 0,28 M) diperoleh hasil
yaitu terdapat perbedaan prosentase sel yang terplasmolisis pada tiap konsentrasi
larutan. Pada sayatan bawang merah yang di rendam pada larutan sukrosa 0,14
M memiliki prosentase sel terplasmolisis sebanyak 26,8%. Sedangkan pada
sayatan bawang merah yang direndam pada larutan sukrosa 0,28 M memiliki
prosentase sel terplasmolisi paling tinggi yaitu 51% (setengah dari seluruh sel
mengalami plasmolisis). Namun sel bawang merah yang mengalami plasmolisis
paling rendah terdapat pada larutan sukrosa 0,18 M yaitu 26,8%. Perbedaan
tersebut tentu memiliki alasan. Dari pola yang dihasilkan oleh perbedaan
konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis, tidak
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan tersebut maka
prosentase sel yang terplasmolisis semakin besar pula, karena dilihat dari
beberapa hasil prosentase seperti pada sel terplasmolisis dari konsentrasi 0,16 M
ke konsentrasi 0,18 M mengalami penurunan dari 34,7% menjadi 32%, dari
konsentrasi 0,20 M ke konsentrasi 0,22 M juga mengalami penurunan dari 36%
menjadi 29%, dan terakhir dari konsentrasi 0,26 M ke konsentrasi 0,28 M juga
mengalami penurunan dari 57% menjadi 51%. Hal ini diduga karena waktu
perendaman yang tidak terkontrol dengan baik, sehingga data yang diperoleh
terdapat penurunan posentase sel terplamolisis dari konsentrasi rendah
kekonsentrasi tinggi.
Konsentrasi larutan sukrosa yang semakin pekat menunjukkan bahwa zat
terlarut yang ada di dalam larutan tersebut konsentrasinya lebih tinggi dari pada
zat pelarutnya (larutan hipertonis). Jika sel tumbuhan (bawang merah)
diletakkan di dalam larutan yang hipertonis yaitu larutan yang lebih tinggi
konsentrasinya dari pada konsentrasi isi sel, maka terjadilah eksosmosis yaitu
keluarnya air dari isi sel ke sebelah luar membran. Karena itu volume isi sel
berkurang dan karena dinding sel sifatnya permeable, maka ruang antara
membran plasma dari dinding sel itu akan diisi oleh larutan dari luar.
Terlepasnya membran plasma dari dinding sel karena plasma sel mengerut inilah
sehingga terjadilah plasmolisis pada sel bawang merah. Keluarnya air dari isi sel
ke sebelah luar membran sehingga menyebabkan sel mengalami plasmolisis,
disebabkan karena adanya perbedaan potensial air (konsentrasi pelarut), dimana
konsentrasi air di dalam sel lebih tinggi dari pada di luar sel. Sehingga memaksa
air di dalam sel keluar menuju lingkungannya agar diperoleh kondisi yang
seimbang. Apabila sel kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan
bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis
(Dwidjoseputro, 1989).
Dari semua konsentrasi larutan sukrosa, tidak ditemukan konsentrasi
larutan sukrosa yang sama dengan konsentrasi yang dimiliki sel atau seimbang,
sebab tidak adanya prosentase sel yang terplasmolisis sebesar 50%. Sehingga
perlu adanya grafik untuk mengetahui pada konsentrasi berapa sel akan
mengalami plasmolisis sebesar 50%. Berdasarkan grafik yang telah dibuat, maka
nilai konsentrasi larutan yang akan menghasilkan 50 % sel terplasmolisis yaitu
0,248 M.

M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan, semakin banyak
prosentase sel bawang merah yang terplasmolisis, begitu sebalikya semakin
rendah konsentrasi larutan maka semakin sedikit prosentase sel bawang merah
yang terplasmolisis. Hal ini dikarenakan larutan yang memiliki konsentrasi yang
tinggi dari pada pelarutnya maka air akan bergerak ke luar dari sel menuju
lingkungannya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air cukup
besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel.
N. Daftar Pustaka
Agrica, Houlerr. 2009. BIOLOGI. Jakarta : PT Erlangga.
Bidwell, R.G.S. 1979. Plant Phisiology, Second Edition. New York: Macmillan
Publishing Co, Inc
Campbell, Reece dan Mitchell. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga
Dwidjoseputro, D, Prof. DR. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT
Gramedia
Fetter. 1998. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Jakarta : PT Yudhistira
Indradewa. 2009. Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid 1. Bandung : ITB Press
Loveless. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta : PT
Gramedia
Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB Press.
Sasmita, Drajat ; Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB
Press
Sulistyowati, Uut. 2010. Biologi. PT. Temprina Media Grafika: Nganjuk.

Tim Dosen Pembina. 2014. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember:


Universitas Jember.
O. Lampiran
1. Dokumentasi hasil praktikum difusi dan osmosis (penentuan tekanan osmosis
cairan sel)

No. Gambar Keterangan

1. Konsentrasi larutan: 0,14


M

Rata-rata sel seluruhnya:


212

Rata-rata sel
terplasmolisis: 57
2. Konsentrasi larutan: 0,16
M

Rata-rata sel seluruhnya:


161

Rata-rata sel
terplasmolisis: 56

3. Konsentrasi larutan: 0,18


M

Rata-rata sel seluruhnya:


193

Rata-rata sel
terplasmolisis: 62
4. Konsentrasi larutan: 0,20
M

Rata-rata sel seluruhnya:


194

Rata-rata sel
terplasmolisis: 71

5. Konsentrasi larutan: 0,22


M

Rata-rata sel seluruhnya:


230

Rata-rata sel
terplasmolisis: 67,3
6. Konsentrasi larutan: 0,24
M

Rata-rata sel seluruhnya:


207

Rata-rata sel
terplasmolisis: 96

7 Konsentrasi larutan: 0,26


M

Rata-rata sel seluruhnya:


195

Rata-rata sel
terplasmolisis: 111
8. Konsentrasi larutan: 0,28
M

Rata-rata sel seluruhnya:


211

Rata-rata sel
terplasmolisis: 107

1. Perhitungan hasil praktikum difusi dan osmosis (penentuan tekanan osmosis


cairan sel)

Nilai Tekanan Osmotik selnya yaitu:


22,4 x M x T
TO 
273

22,4 x 0,248 x (273  27)


TO =
273
TO = 6,105 atm
PO = -TO
PO = -6,105
PA = PO + PT
PA = -6,105 + 0
PA = -6105 atm

Anda mungkin juga menyukai