TUGAS AKHIR
ALMA ARSYLYNANFATH
161321003
2019
STUDI PENENTUAN LETAK LIGHTNING ARRESTER
SEBAGAI PROTEKSI SURJA TRAFO DAYA 150/20 KV
PADA GARDU INDUK (GI) CIGERELENG
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan DIPLOMA III PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
di Jurusan Teknik Elektro
Oleh :
ALMA ARSYLYNANFATH
161321003
2019
PERNYATAAN PENULIS
“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir
ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi dalam laporan Tugas Akhir ini belum pernah disajikan sebagai bahan
untuk makalah Tugas Akhir lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa
saya menggunakannya.
Saya memahami bahwa laporan Tugas Akhir yang saya kumpulkan ini dapat
diperbanyak dana tau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiatisme.”
Judul Tugas Akhir
STUDI PENENTUAN LETAK LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI
PROTEKSI SURJA TRAFO DAYA 150/20 KV PADA GARDU INDUK
CIGERELENG
(Alma Arsylynanfath)
NIM. 161321003
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
rahmat-Nya, karunia-Nya, dan juga hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Studi Penentuan Letak Lightning
Arrester Sebagai Proteksi Surja Trafo Daya 150/20 Kv Pada Gardu Induk
(GI) Cigereleng”. Segala rintangan, tantangan, maupun masalah telah mampu
terselesaikan atas bantuan yang begitu besar dari-Nya kepada hamba-Nya ini.
Laporan Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diberikan kepada penulis.
Terimakasih kepada orang tua penulis yang amat dicintai oleh penulis dan selalu
memberikan dorongan serta motivasinya, yang tidak pernah lelah untuk
mendukung dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, baik moril maupun
materil, serta doa dari orang tua yang tidak pernah putus yang membuat penulis
tidak pernah berhenti menyerah. Dan penulis ingin berterimakasih kepada:
Penulis
Abstrak
Generally the electricity centers are connected with air transmission lines, and
air transmission lines are susceptible to interference which is affected from
outside the system, one of which is a lightning strike. Lightning strikes are
dangerous for components found in the electricity center. Therefore, protection is
needed from the lightning strike, so that the components in the electricity center
do not experience damage when exposed to lightning surges. In this study
discussed the power transformer protection (60MVA) at Cigereleng substation so
that the power transformer is safe from over-voltages caused by lightning surges.
Specifications of installed arresters with a nominal voltage of 138 kV, are in
accordance with the system requirements. The maximum distance between the
arrester and the allowed power transformer is 28.5 meters and is analyzed using
a ladder diagram. The field distance is 3 meters, so the power transformer
protection against lightning surge is very good.
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR RUMUS xi
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 1
I.3 Tujuan 2
I.4 Ruang Lingkup 2
I.5 Sistematika Penulisan 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
II.1 Karya Tulis Ilmiah Sejenis Sebelumnya 4
II.2 Dasar Teori 6
III. METODELOGI PELAKSANAAN 24
III.1 Flowchart Metodelogi Pelaksanaan 24
III.2 Penjelasan Flowchart Metodelogi Pelaksanaan 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 29
IV.1 Cara Kerja Lightning Arrester 29
IV.2 Rating Lightning Arrester GI Cigereleng 150 KV 29
IV.3 Jarak Optimum pada Trafo GI Cigereleng 150 KV 32
V. PENUTUPAN 39
V.1 Kesimpulan 39
V.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR RUMUS
Tegangan Pengenal Lightning Arrester 18
Arus Pelepasan Lightning Arrester 18
Impedansi Surja Kawat 19
Impedansi Surja Kabel 19
Tegangan Sisa Lightning Arrester 19
Jarak Maksimum Lightning Arrester 21
Operator Pantulan a 22
Operator Pantulan b 22
Operator Pantulan a’ 22
Operator Pantulan b’ 22
Besar Tegangan yang Diteruskan 22
Besar Tegangan yang Dipantulkan 22
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa kini, listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang
karena hampir semua peralatan baik rumah maupun kantor memerlukan sumber
energi listrik. Seperti yang kita ketahui, untuk sampai ke tangan konsumen energi
listrik melalui beberapa sistem termasuk diantaranya transmisi dan distribusi.
Dalam penyaluran energi listrik, tidak sedikit dalam penyalurannya
mengalami gangguan sehingga berpengaruh pada kontinuitas pelayanan daya
listrik ke konsumen, baik gangguan itu berupa gangguan internal maupun
gangguan eksternal.
Salah satu gangguan yang bersifat eksternal (keadaan alam) yaitu
sambaran petir. Untuk itu diperlukan alat-alat proteksi untuk mengamankan
seluruh peralatan. Peralatan yang biasa digunakan untuk memproteksi akibat
sambaran petir yaitu Lightning Arrester. Lightning arrester berfungsi melindungi
peralatan sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang
datang dan mengalirkannya ke tanah. Dengan fungsinya itu, ia harus dapat
menahan tegangan sistem 50 Hertz untuk waktu yang tak terbatas. Lightning
arrester ini biasanya dipasang pada gardu-gardu induk dan juga pada jaringan-
jaringan transmisi yang berfungi untuk melindungi peralatan-peralatan dari
tegangan surja. Penempatan lightning arrester pada Gardu Induk (GI) memiliki
tujuan dan fungsi yang sama tetapi memiliki cara pengawatan dan peletakan yang
berbeda. Sistem penempatan lighting arrester adalah sistem yang berhubungan
dengan cara pengawatan arrester yang memiliki tujuan untuk memberikan
proteksi pada trafo dari tegangan lebih.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan menuangkannya dalam
sebuah tugas akhir yang berjudul :
“STUDI PENENTUAN LETAK LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI
PROTEKSI SURJA TRAFO DAYA 150/20 KV PADA GARDU INDUK (GI)
CIGERELENG”
1
I.2 Rumusan Masalah
Setiap bagian yang tersusun dalam laporan tugas akhir ini membahas
beberapa masalah yang menyangkut lightning arrester. Adapun masalah yang
akan dikemukakan oleh penulis dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah :
I.3 Tujuan
Agar laporan tugas akhir yang disusun lebih informatif bagi semua pihak,
penulis membuat sistematika penulisan yang menjelaskan secara garis besar isi
dari setiap bab. Berikut ini sistematika penulisan dari laporan tugas akhir yang
disusun penulis :
2
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini merupakan pendahuluan pada laporan tugas akhir memuat latar
belakang masalah pengambilan judul tugas akhir, rumusan masalah laporan tugas
akhir, maksud dan tujuan penulisan tugas akhir, ruang lingkup penulisan, serta
sistematika penulisan laporan tugas akhir.
Bagian ini memuat analisa dari hasil perhitungan dan analisa yang telah
dilakukan. Analisa dilakukan dengan membandingkan hasil yang telah penulis
dapatkan dengan yang ada di lapangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh David Kurniawan (2018), dengan
judul penelitian Analisa Optimasi Penentuan Letak Optimum Lightning Arrester
Pada Gardu Induk Wonogiri 150 KV. Fokus penelitian pada analisa optimasi
penentuan letak optimum lightning arrester dengan menggunakan metode
perhitungan dan perbandingan yang ada dilapangan, dimana tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui penempatan lightning arrester di lapangan sudah sesuai
dengan hasil perhitungan atau belum sesuai. Metode yang digunakan yaitu
perhitungan yang berdasar pada standar. Hasil penelitian menunjukan jarak
lightning arrester 1 perlindunganya dikatakan baik untuk melindungi peralatan
trafo karena masih dibawah nilai maksimum dan tidak efisien untuk melindungi
peralatan yang ada di saluran ( Busbar / Line ), sedangkan untuk arrester 2 kurang
baik untuk melindungi trafo karena sangat jajuh diatas jarak maksimum maka
dari itu arrester 2 lebih efisien untuk melindungi perlatan yang ada di sekitar
saluran ( Busbar / Line ).
5
II.2 Dasar Teori
1. Proses terjadinya muatan pada awan ini karena awan terus bergerak
secara teratur dan terus menerus. Selama pergerakan ini awan akan
berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan yang negatif akan
berkumpul pada satu sisi saja dan sisi sebaliknya akan berkumpul sisi
positif.
6
2. Terjadi pembuangan muatan negatif, hal ini terjadi apabila perbedaan
potensial antara awan dan bumi cukup besar. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya pembuangan muatan negatif dari awan ke
bumi untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan
muatan ini, media yang dilalui elektron (muata negatif) adalah udara.
3. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara
inilah terjadi ledakan suara yang kita dengar sebagai suara yang
menggelegar.
1. Efek Listrik
Petir dapat menimbulkan efek listrik. Ketika arus petir melalui kabel
penyalur (konduktor) menuju resistansi elektroda bumi instalasi
penangkal petir, akan menimbulkan tegangan jatuh resistif. Arus petir
juga akan menimbulkan tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi
yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup.
2. Efek Tegangan Tembus – Samping
Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan
yang lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya, sehingga hal ini
dapat menimbulkan resiko tegangan tembus dari sistem proteksi petir
yang telah terpasang menuju struktur logam lainnya. Efek tegangan
tembus ini dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi
dan juga kerangka struktur perangkat bangunan.
3. Efek Thermal
Sambaran petir juga menyebabkan efek thermal. Efek thermal
pelepasan muatan petir terbatas pada kenaikan temperatur konduktor
yang dilalui arus petir yang besar, waktunya sangat singkat dan
pengaruhnya pada sistem proteksi petir juga diabaikan.
7
Selain efek- efek yang ditimbulkan di atas, masih ada dampak langsung
yang dapat dirasakan manusia. Beberapa dampak sambaran petir yang dapat
dirasakan antara lain sebagai berikut [1]:
Berikut seperti terlihat pada gambar II.1, gambar II.2 dan gambar II.3
adalah bentuk gelombang dari surja petir tegangan dan surja petir arus sesuai
standar IEC 60-2/73.
t2 berharga 10 ~ 100µs
8
Gambar II.3 Bentuk gelombang surja arus 8/20 µs
Polaritas petir dalam statistik yaitu petir positif sebesar 14%, petir negative
sebesar 80% dan petir positif/negative sebesar 6%.
25% di bawah 10 kA
86% di bawah 50 kA
11% antara 50 – 100 kA
2% antara 100 – 150 kA
0,5 % > 150 kA
Arus petir tertinggi yang pernah diukur di India adalah 400 kA, di
Indonesia sebesar 900 KA, yaitu daerah Jakarta Selatan pada tahun 1995.
Statistik petir di Indonesia diberikan pada Tabel II.2 (disertai Zoro, 1999),
sehingga kemungkinan di Indonesia adalah 40 kA dengan (di/dt) maksimum 119
kA/µs [5].
Polaritas Polaritas
Karakteristik Petir
Negatif Positif
Arus Puncak (i) Maksimum Tangkuban 280 kA 298 kA
Perahu
Jawa Barat 335 kA 392 kA
Probability 50% 40 kA 18 kA
Rata-rata 41 kA 30 kA
Kecuraman (di/dt) Maksimum 119 kA/µs 120 kA/µs
Kerapatan sambaran (sambaran/km2/tahun) 4,1 – 12,4 1,4 – 3,8
9
Kerapatan sambaran total (sambaran/km2/tahun) 7,9 – 15,5
10
arrester akan terjadi tembus pada tegangan tertentu (U A) dan arus akan melalui
tahanan arus terendah ke tanah jika arus surja telah lalu tegangan kembali normal,
maka tahanan arrester ini harus menjadi besar[5].
F = Sela berlapis
R(i) = Tahanan tergantung arus
UA = Tegangan tembus dari sela = tegangan kerja arrester
UR = Tegangan sisa
Penangkap petir atau sering juga disebut sebagai lightning arrester adalah
alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Lightning
arrester berfungsi sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolator. Lightning
arrester membuat jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga
tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan[3].
Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi
normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester berlaku
sebagai konduktor yang berfungsi melewatikan aliran arus yang tinggi ke tanah.
Setelah itu hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator[3].
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu usaha memperkecil terjadinya
gangguan adalah memasang arrester untuk mencegah kerusakan pada peralatan
akibat sambaran petir (Supriyadi, 1999:13)
11
2. Mampu mengalirkan arus ke tanah ketika gelombang transien memiliki
puncak arus yang lebih tinggi dari tegangan tembus/tegangan kerja arrester
(UA).
3. Aliran arus surja ke tanah tidak menyebabkan lighting arrester rusak
ataupun tegangan lighting arrester lebih tinggi dari tegangan kerja arrester.
4. Tidak mengalirkan arus sistem ke tanah (follow current) ketika gangguan
telah diatasi.
Elektroda/Terminal Arus
Pengatur Tegangan
Elektroda/Terminal tanah
12
Apabila terjadi tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau
surja hubung pada arester yang terpasang, maka pada sela percikan (spark
gap) akan terjadi loncatan busur api dan ditiup keluar oleh tekanan gas
yang di timbulkan oleh tabung fiber yang terbakar.
3. Tahanan Katup
Tahanan yang digunakan dalam arester ini adalah suatu jenis material yang
sifat tahanannya dapt berubah apabila mendapatkan perubahan tegangan.
13
2. Lightning arrester jenis katup
Berdasarkan sela perciknya, lightning arrester katup terdiri dari :
a. Lightning arrester katup sela pasif
Lightning arrester sela pasif digunakan pada jaringan distribusi
hantaran udara.
Lightning arrester ini terdiri dari sela percik, resistor nonlinier dan
isolator tabung. Sela percik terdiri dari beberapa susunan elektroda plat
– plat terhubung seri. Sela percik dan resistor nonlinier keduanya
ditempatkan didalam tabung isolasi tertutup, sehingga kerja lightning
arrester ini tidak dipengaruhi oleh keadaan udara sekitar. Resistor non-
linier terbuat dari beberapa silikon karbida (silicon carbide) yang
terhubung seri. Ukuran diameter piring kurang lebih 90 mm, sedangkan
tebalnya kurang lebih 25 mm. Nilai resistansi resistor ini sangat besar
ketika melewatkan arus lemah, tetapi nilai resistansinya sangat rendah
ketika dilewati arus kuat.
b. Lightning arrester katup sela aktif
Lightning arrester sela aktif digunakan pada jaringan tegangan tinggi
dan titik pusat jaringan distribusi. Konstruksi arrester katup sela aktif
hampir sama dengan arrester katup sela pasif, perbedaannya terletak
pada metode pemadaman busur api pada sela percik. Pada arrester
katup sela aktif, untuk memadamkan busur api, yaitu memperpanjang
14
dan mendinginkan busur api dengan cara membangkitkan medan
magnet pada sela percik.
c. Lightning arrester katup tanpa sela
Lightning arrester tanpa sela digunakan untuk semua tingkat tegangan.
Konstruksi arrester jenis tanpa katup diperlihatkan pada gambar II.7.
Arrester ini tidak menggunakan sela percik seperti halnya kedua
arrester katup terdahulu, tetapi hanya menggunakan resistor non-linier
yang terbuat dari logam oksida (Metal Oxide). Karena bahan utamanya
adalah logam oksida, dalam praktik sehari-hari arrester ini dinamai
arrester MO.
15
saluran transmisi. Seperti arrester jenis gardu, arrester jenis saluran ini
juga dipakai pada gardu induk untuk melindungi peralatan yang kurang
penting. Arrester jenis saluran ini dipakai pada sistem dengan tegangan
15 kV sampai 69 kV.
c. Lightning arrester katup jenis gardu untuk mesin-mesin
Lightning arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-
mesin berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.
d. Lightning arrester katup jenis distribusi untuk mesin-mesin
Lightning arrester jenis distribusi ini khusus untuk melindungi mesin-
mesin berputar dan juga untuk melindungi transformator dengan
pendinginan udara tanpa minyak. Lightning arrester jenis ini dipakai
pada peralatan dengan tegangan 120 volt sampai 750 volt.
16
4) 1,5 kA, 10/20 µs; digunakan pada sistem distribusi bertegangan ≤
22 kV.
c. Frekuensi Pengenal, sama dengan frekuensi sistem, 50 Hz atau 60 Hz.
d. Tegangan Percik Impuls Petir Maksimum, yaitu puncak tegangan
impuls 1,2/50 µs, yang membuat sela lightning arrester pasti terpercik
atau yang membuat arrester pasti bekerja.
e. Tegangan Percik Muka Gelombang Impuls, yaitu tegangan yang
membuat sela arrester terpercik dalam tenggang waktu muka
gelombang impuls.
f. Tegangan Sisa, yaitu tegangan pada terminal lightning arrester saat
lightning arrester mengalirkan arus petir.
g. Tegangan Gagal Sela. Jika tegangan pengenal suatu lightning arrester
adalah Vn, maka tegangan gagal selanya adalah besar tegangan yang
membuat sela arrester tembus listrik saat dikenai tegangan impuls yang
kecuraman muka gelombangnya (100xVn) / (12µs). Sebagai contoh
tegangan pengenal suatu lightning arrester adalah 30 kV dan tegangan
gagal selanya adalah 120 kV. Artinya, sela lightning arrester akan
tembus listrik pada tegangan 120 kV, jika lightning arrester ini dikenai
impuls dengan kecuraman muka gelombang (100x30 kV) / (12µs) =
250 kV/µs.
17
dimana,
Er = Tegangan Dasar Arrester (kV)
α = Koefisien Pembumian
β = Toleransi, guna memperhitungkan fluktuasi tegangan
Um = Tegangan Sistem Maksimum (kV)
b. Arus pelepasan
Arus Pelepasan adalah arus maksimal yang dapat dialirkan oleh arrester
tanpa merusak arrester itu sendiri :
1) Kelas arus 10 kA, untuk perlindungan gardu induk yang besar dengan
frekuensi sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem
di atas 70 kV.
2) Kelas arus 5 kA, untuk tegangan sistem di bawah 70 kV.
3) Kelas arus 2.5 kA, untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem di
bawah 22 kV, dimana pemakaian kelas 5 kA tidak lagi ekonomis.
4) Kelas arus 1.5 kA, untuk melindungi trafo-trafo kecil.
Untuk arus pelepasan dalam peristiwa gelombang berjalan dapat
ditunjukkan dengan persamaan 2 sebagai berikut :
2U d−U A
Ia = .....................................................................................................................
Z
dimana,
Ia = Arus pelepasan (kA)
Ud = Tegangan gelombang datang (kV)
UA = Tegangan kerja (kV)
Z = Impedansi Surja
Nilai Z dapat diperoleh dari persamaan 3 sebagai berikut.
2h
Z = 60 ln (Ω).................................................................................................................
r
dimana :
h = Tinggi dari konduktor ke tanah (meter)
r = jari-jari konduktor (meter)
Untuk impedansi surja pada kabel digunakan persamaan sebagai berikut.
18
60 R
Zkabel = ln (Ω).................................................................................................................
ε r
dimana :
R = jari-jari pembungkus kabel (meter)
r = jari-jari konduktor (meter)
ε = permitivitas kabel
c. Tegangan pelepasan
Tegangan pelepasan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat
perlindungan dari penangkap petir. Arrester dikatakan bekerja dengan baik
Jika tegangan pelepasan arrester ada di bawah BIL dari peralatan yang
dilindungi.
d. Tegangan sisa
Tegangan sisa adalah nilai tegangan yang harus dapat dialirkan oleh
arrester setelah nilai tegangan puncak. Umumnya, tegangan sisa tidak akan
melebihi BIL (Basic Insulation Level) atau TID (Tingkat Isolasi Dasar)
dari trafo. Tegangan sisa arrester dapat dicari dengan persamaan 5 berikut.
V = I x R.............................................................................................................................
Dimana,
V = Tegangan sisa
I = Arus pelepasan
R = Tahanan dalam arrester
e. Jarak rambat badan lightning arrester
Ditetapkan berdasarkan bobot polusi di lokasi pemasangan arrester
tersebut.
19
Untuk menentukan jarak maksimum lightning arrester dan peralatan yang
dilindungi yang dihubungkan langsung dengan saluran udara dianggap sebagai
jepitan terbuka, jika gambar seperti dibawah ini:
20
S = Jarak antara arester dengan trafo
v = kecepatan merambat gelombang
A .S
Ep = Ea + 2 ....................................................................................................................................
v
dimana,
Ea = Tegangan percik arester (arester sparkover voltage)
Ep = Tegangan pada jepitan trafo
A = de/dt = kecuraman gel datang, dan dianggap kontan
S = Jarak antara arester dengan trafo
v = kecepatan merambat gelombang
Z kabel −Z kawat
a= .....................................................................................................................................
Z kabel + Z kawat
21
Z kawat −Z kabel
b= .....................................................................................................................................
Z kabel + Z kawat
2 x Z kabel
a’ = .....................................................................................................................................
Z kabel + Z kawat
2 x Z kawat
b’ = .....................................................................................................................................
Z kabel + Z kawat
S
t= .......................................................................................................................................................
v
22
Gambar II.10 Konstruksi diagram tangga
23
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Mulai
A
Melakukan studi literatur
24
III.2 Penjelasan Flowchart Metodelogi Pelaksanaan
Pada tahap ini, penulis mencari literatur yang berkaitan dengan proteksi
transformator, melalui buku–buku maupun melalui jurnal–jurnal di internet.
Lokasi penelitian
PT. PLN (Persero) UPT Bandung (Gardu Induk Srondol Cigereleng KV)
Waktu penelitian
1. Metode Dokumentasi
25
Yang dimaksud metode dokumentasi adalah cara memperoleh data
melalui hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, dan lain-lain (Suharsimi Arikunto, 1996:2002). Adapun
dokumentasi yang akan peneliti gunakan adalah data-data yang
berhubungan dengan spesifikasi arester dan trafo yang digunakan di Gardu
Induk Cigereleng 150 KV.
2. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data tanpa ada pertolongan
alat standar lain untuk keperluan tersebut, ketempat penelitian (Moh.
Nazir, 1998: 212).
Observasi dilakukan dengan datang langsung ketempat penelitian
yaitu Gardu Induk Cigereleng 150 KV dengan melihat langsung dan
melakukan pengamatan langsung serta mengumpulkan data-data yang
diperlukan melalui dokumen dan lainnya. Sedangkan untuk mendukung
hasil penelitian maka dilakukan wawancara yaitu mengumpulkan data
dengan melakukan wawancara dengan sumber yang terpercaya untuk
dapat memberikan informasi yang penting yang nantinya akan digunakan.
Dalam hal ini penulis langsung berada dilokasi Gardu Induk dan
mengadakan penelitian mengenai hal-hal yang perlu dicatat sebagai data
dalam penelitian seperti data yang berasal dari wawancara dengan pihak
yang berkompeten (operator) dibidangnya atau mengetahui peralatan.
Data penelitian
26
b. Spesifikasi Transformator Daya
Kapasitas : 60 MVA
No Seri : 3011160132
Rasio : 150/20
Arus Nominal : 230,9/1732,1 A
Hubungan Belitan : YNyn0+d
Impedansi : 13%
c. Jenis konduktor
Tabel III.1 Data penghantar pada sistem 150 KV
Jari-jari 10,225 m
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
matematis untuk mendapatkan hasil penelitian. Analisis ini adalah mengadakan
27
perhitungan-perhitungan berdasarkan rumus yang berlaku didalam perhitungan
koordinasi lokasi arester sesuai dengan dasar teori.
E p −Ea
S = vx
2A
S
Ep = Ea + 2A
v
28
Setelah perhitungan dan analisa selesai, maka tahap selanjutnya adalah
pembuatan buku laporan yang disusun berdasarkan pedoman yang sudah
ditetapkan.
BAB IV
Pada keadaan normal, arrester berlaku sebagai isolator yaitu menahan arus
yang bernilai kecil. Apabila timbul tegangan lebih surja, arrester berlaku sebagai
konduktor yang melewatkan aliran arus yang tinggi. Setelah surja hilang,
arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator sehingga pemutus daya
tidak sempat membuka.
Er = α.β.Um
= 135 KV
29
Std. kV, peak FOW. kV, peak
0,175 10 - -
0,280 10 - -
0,500 10 - -
0,660 10 - -
3 25 13 15
4,5 37 17,5 20
6 50 22,6 26
7,5 62 27 31
9 75 32,5 38
10,5 87 38 43
12 100 43 50
15 125 54 62
18 150 65 75
21 175 76 88
24 200 87 100
27 225 97 112
30 250 108 125
33 275 119 137
36 300 130 150
39 325 141 162
42 350 151 174
51 425 184 212
54 450 195 224
60 500 216 250
75 625 270 310
84 700 302 347
96 790 324 371
102 830 343 394
108 870 363 418
120 940 400 463
126 980 420 485
138 1030 460 530
150 1080 500 577
30
174 1160 570 660
186 1180 610 702
198 1200 649 746
a. Impedansi Surja
Besarnya impedansi surja kawat ditentukan oleh persamaan 3.
2h
Z = 60 ln
r
2x 3m
= 60 ln
0,010255 m
= 382,304 Ω
b. Arus Pelepasan Lightning Arrester
Dari persamaan 2 kita dapat menentukan arus pelepasan lightning
arrester yang akan digunakan. Arus pelepasan lightning arrester adalah
sebagai berikut.
2U d−U A
Ia =
Z
2 ( 1000 kV )−138 kV
Ia =
( 382,304 ) Ω
Ia = 4,87046 kA
Lightning arrester terpasang pada GI Cigereleng untuk Trafo VI
yang ideal harus mampu melewatkan arus pelepasan dengan nilai minimal
4870,46 A. Lightning arrester terpasang pada GI Cigereleng Trafo VI
mempunyai batas arus pelepasan 10.000 A. Nilai ini telah sesuai dengan
kebutuhan pada gardu induk tersebut. Apabila kapasitas arus pelepasan
dari arrester semakin besar maka semakin baik perlindungan dari arrester
tersebut.
31
Untuk mengetahui besarnya tegangan pelepasan lightning arrester dengan
tegangan operasi 150 kV dapat dilihat pada Tabel IV.1, maka diperoleh tegangan
pelepasan lightning arrester maksimum sebesar 460 kV.
Diketahui :
32
650 kV −460 kV
S = 300 x
2A
S = 28,5 meter
Jarak maksmimum antara lightning arrester dengan transformator menurut
perhitungan adalah 28,5 meter.
60 R
Zkabel = ln (Ω)
ε r
60 77,4
= ln (Ω)
2,3 54,4
= 9,212 Ω
Z kabel −Z kawat
a =
Z kabel + Z kawat
9,212−382,3
= 9,212+392,3
= - 0,9529
Z kawat −Z kabel
b =
Z kabel + Z kawat
382,3−9,212
=
9,212+392,3
= 0,9529 ;
33
2 x Z kabel
a’ =
Z kabel + Z kawat
2 x 9,212
=
9,212+392,3
= 0,047
2 x Z kawat
b’ =
Z kabel + Z kawat
2 x 382,3
=
9,212+392,3
= 1,951
S 28,5
t= = = 0,095 µdet
v 300
Untuk t =0
E0 arrester =0
= 0 + 0 + 47,1 kV
= 47,1 KV
34
Untuk t = 0,19 µdet
E2 arrester = E1 arrester x 1
= 47,1 KV X 1
= 47,1 KV
= 138,7863 KV
E4 arrester = E4 arrester x 1
= 138,7863 KV
= 226,2494 KV
E6 arrester = E5 arrester x 1
= 226,2494 KV
35
E7 arrester = E6 arrester + e6 pantul + e7 pantul
= 309,593 KV
E8 arrester = E7 arrester x 1
= 309,593 KV
= 389,011 kV
= 389,011 KV
= 464,688 KV
36
= 464,688 KV
= 526,8013 KV
37
= 526,8013 KV
38
IV.2.3 Pengaruh Jarak Penempatan Lightning Arrester terhadap
Transformator
S
Ep = Ea + 2A
v
3
= 460 kV + (2 x 1000)
300
= 480 kV
Dari persamaan diatas kita dapat mengetahui bahwa tegangan yang akan
tiba pada trafo jika trafo tersebut dipasang lightning arrester sejauh 3 meter
adalah 480 kV.
No S (meter) Ep (kV)
1 0 0
2 0.5 463.333333
3 1 466.666667
4 1.5 470
5 2 473.333333
6 2.5 476.666667
7 3 480
8 4 486.666667
9 5 493.333333
10 7.5 510
11 10 526.666667
12 12.5 543.333333
13 15 560
14 17.5 576.666667
15 20 593.333333
16 22.5 610
39
17 25 626.666667
18 27.5 643.333333
19 28.5 650
Dapat dilihat dari tabel IV.2 bahwa letak penempatan lightning arrester
berpengaruh terhadap tegangan yang tiba pada transformator. Dan dari data yang
tersaji menunjukan bahwa semakin jauh penempatan lightning arrester terhadap
trafo, maka semakin besar pula tegangan yang tiba pada trafo bila terjadi surja
petir.
350
300
250
200
150
100
50
0
0 1.5 3 4.5 6 7.5 9 10.5 12 13.5 15 16.5 18 19.5 21 22.5 24 25.5 27 28.5
S (meter)
BAB V
40
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Pada keadaan normal, arrester berlaku sebagai isolator yaitu menahan arus
yang bernilai kecil. Apabila timbul tegangan lebih surja, arrester berlaku
sebagai konduktor yang melewatkan aliran arus yang tinggi. Setelah
surja hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator
sehingga pemutus daya tidak sempat membuka.
2. Nilai rating lightning arrester pada Trafo VI GI Cigereleng 150 kV
diantaranya sebagai berikut.
a. Tegangan Pengenal Lightning Arrester
Nilai tegangan pengenal lightning arrester menurut perhitungan
adalah sebesar 132 kV, sedangkan yang terpasang pada Trafo VI
GI Cigereleng 150 kV adalah 138 kV. Maka, pemilihan lightning
arrester sudah tepat.
b. Arus Pelepasan Lightning Arrester
Nilai arus lightning arrester menurut perhitungan adalah sebesar
4,87046 kA, sedangkan yang terpasang pada Trafo VI GI
Cigereleng 150 kV adalah 10.000 kA. Nilai ini telah sesuai dengan
kebutuhan pada GI Cigereleng 150 kV. Apabila kapasitas arus
pelepasan dari arrester semakin besar maka semakin baik
perlindungan dari arrester tersebut.
c. Tegangan Pelepasan Lightning Arrester
Nilai tegangan percik impuls maksimum didapat dengan
penyesuaian nilai tegangan lightning arrester yaitu sebesar 460 kV.
d. Tegangan Sisa Lightning Arrester
Tegangan sisa yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu
sebesar 32,145 KV. Berdasarkan standar pada IEC 60099-4,
tegangan sisa pada lightning arrester tidak melebihi nilai pada BIL
peralatan yang dilindungi. Sedangkan BIL trafo pada trafo IV
41
gardu induk cigereleng adalah 650 KV. Maka dapat dikatan,
pemilihan lightning arrester dengan besar nilai tegangan sisa
32,145 KV sudah sesuai dana man.
3. Jarak penempatan lightning arrester terhadap Trafo VI GI Cigereleng 150
kV menurut perhitungan yaitu sejauh 28,5 meter. Sedangkan yang sudah
terpasang dilapangan, jarak penempatan lightning arrester terhadap Trafo
VI sejauh 3 meter. Dalam hal ini, lightning arrester yang terpasang sudah
dengan baik melindungi Trafo VI 60 MVA. Karena berdasarkan hasil
analisa dan perhitungan, semakin jauh penempatan lightning arrester
terhadap trafo, maka semakin besar pula tegangan yang sampai pada trafo
tersebut bila terjadi surja petir. Maka dapat disimpulkan bahwa
penempatan lightning arrester semakin optimum bila pemasangan dekat
dengan trafo daya yang dilindungi.
V.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
44
45
46
47
48