Anda di halaman 1dari 59

STUDI PENENTUAN LETAK LIGHTNING ARRESTER

SEBAGAI PROTEKSI SURJA TRAFO DAYA 150/20 KV


PADA GARDU INDUK (GI) CIGERELENG

STUDY OF DETERMINING LOCATION OF LIGHTNING ARRESTER


AS PROTECTION OF POWER TRANSFORMATOR 150/20 KV
AT CIGERELENG SUBSTATION

TUGAS AKHIR

ALMA ARSYLYNANFATH
161321003

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
STUDI PENENTUAN LETAK LIGHTNING ARRESTER
SEBAGAI PROTEKSI SURJA TRAFO DAYA 150/20 KV
PADA GARDU INDUK (GI) CIGERELENG

STUDY OF DETERMINING LOCATION OF LIGHTNING ARRESTER


AS PROTECTION OF POWER TRANSFORMATOR 150/20 KV
AT CIGERELENG SUBSTATION

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan DIPLOMA III PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
di Jurusan Teknik Elektro

Oleh :

ALMA ARSYLYNANFATH
161321003

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
PERNYATAAN PENULIS

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir
ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi dalam laporan Tugas Akhir ini belum pernah disajikan sebagai bahan
untuk makalah Tugas Akhir lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa
saya menggunakannya.
Saya memahami bahwa laporan Tugas Akhir yang saya kumpulkan ini dapat
diperbanyak dana tau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiatisme.”
Judul Tugas Akhir
STUDI PENENTUAN LETAK LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI
PROTEKSI SURJA TRAFO DAYA 150/20 KV PADA GARDU INDUK
CIGERELENG

Bandung, Juli 2019


Yang Menyatakan,

(Alma Arsylynanfath)
NIM. 161321003

Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II

Sunarto, ST., M.Eng. Heri Budi Utomo, Ir


NIP. 196212201988031003 NIP. 196302281988031002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
rahmat-Nya, karunia-Nya, dan juga hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Studi Penentuan Letak Lightning
Arrester Sebagai Proteksi Surja Trafo Daya 150/20 Kv Pada Gardu Induk
(GI) Cigereleng”. Segala rintangan, tantangan, maupun masalah telah mampu
terselesaikan atas bantuan yang begitu besar dari-Nya kepada hamba-Nya ini.

Laporan Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diberikan kepada penulis.
Terimakasih kepada orang tua penulis yang amat dicintai oleh penulis dan selalu
memberikan dorongan serta motivasinya, yang tidak pernah lelah untuk
mendukung dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, baik moril maupun
materil, serta doa dari orang tua yang tidak pernah putus yang membuat penulis
tidak pernah berhenti menyerah. Dan penulis ingin berterimakasih kepada:

1. Bapak Malayusfi, BSEE, M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro


Politeknik Negeri Bandung.
2. Bapak Supriyanto, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Bandung.
3. Bapak Toto Tohir, ST., Mt. selaku wali dosen Listrik 3A juga selaku
koordinator Tugas Akhir Program Studi D3 Teknik Listrik Politeknik
Negeri Bandung.
4. Bapak Sunarto, ST., M.Eng. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang
telah memberi arahan, bantuan serta kemudahan dalam penyelesaian Tugas
Akhir.
5. Bapak Heri Budi Utomo, Ir. selaku dosen pembimbing pendamping Tugas
Akhir yang telah memberi arahan, ilmu, bantuan serta kemudahan dalam
penyelesaian Tugas Akhir.
6. Bapak Restu Rahayu R, Bapak Hafiz, Bapak Wiska, Bapak Bram dan
seluruh staff APP Bandung Sub Basecamp Bandung Timur dan APP
Bandung Sub Basecamp Bandung Barat yang telah memberikan kesempatan
dan arahan selama pengambilan data tugas akhir di PT. PLN APP Bandung.
7. Ropi Kuswandani dan HML 16 yang selalu memberikan semangat pada
seluruh anggotanya.
8. Japi Muhammad, Piqri, Renny, Ahmad, Robby, Reza yang telah menemani
saat pengambilan data Tugas Akhir dan memberi support dan motivasi
dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih


banyak kekurangan dan juga ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dalam penyusunan laporan selanjutnya agar
menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga laporan Laporan Tugas Akhir ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bandung, Juli 2019

Penulis
Abstrak

Umumnya Pusat-pusat listrik terhubung dengan saluran transmisi udara, dan


saluran transmisi udara rentan mengalami gangguan yang dipengaruhi dari luar
sistem, salah satunya adalah sambaran petir. Sambaran petir berbahaya bagi
komponenkomponen yang terdapat pada pusat listrik. Oleh karena itu, diperlukan
proteksi dari sambaran petir tersebut, agar komponen pada pusat listrik tidak
mengalami kerusakan pada saat terkena surja petir. Pada penelitian ini dibahas
proteksi transformator daya (60MVA) pada gardu induk Cigereleng agar
transformator daya tersebut aman dari tegangan lebih yang disebabkan oleh surja
petir. Spesifikasi arrester yang terpasang dengan tegangan nominal 138 kV, telah
sesuai dengan kebutuhan sistem. Jarak maksimum antara arrester dan
transformator daya yang diperbolehkan adalah 28,5 meter dan dilakukan analisa
dengan menggunakan diagram tangga. Jarak dilapangan adalah 3 meter, sehingga
perlindungan transformator daya terhadap surja petir sudah sangat baik.

Kata Kunci: Lightning Arrester, Petir, Diagram Tangga


Abstract

Generally the electricity centers are connected with air transmission lines, and
air transmission lines are susceptible to interference which is affected from
outside the system, one of which is a lightning strike. Lightning strikes are
dangerous for components found in the electricity center. Therefore, protection is
needed from the lightning strike, so that the components in the electricity center
do not experience damage when exposed to lightning surges. In this study
discussed the power transformer protection (60MVA) at Cigereleng substation so
that the power transformer is safe from over-voltages caused by lightning surges.
Specifications of installed arresters with a nominal voltage of 138 kV, are in
accordance with the system requirements. The maximum distance between the
arrester and the allowed power transformer is 28.5 meters and is analyzed using
a ladder diagram. The field distance is 3 meters, so the power transformer
protection against lightning surge is very good.

Keywords: Lightning Arrester, Lightning, Lattice Diagram Method


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR RUMUS xi
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 1
I.3 Tujuan 2
I.4 Ruang Lingkup 2
I.5 Sistematika Penulisan 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
II.1 Karya Tulis Ilmiah Sejenis Sebelumnya 4
II.2 Dasar Teori 6
III. METODELOGI PELAKSANAAN 24
III.1 Flowchart Metodelogi Pelaksanaan 24
III.2 Penjelasan Flowchart Metodelogi Pelaksanaan 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 29
IV.1 Cara Kerja Lightning Arrester 29
IV.2 Rating Lightning Arrester GI Cigereleng 150 KV 29
IV.3 Jarak Optimum pada Trafo GI Cigereleng 150 KV 32
V. PENUTUPAN 39
V.1 Kesimpulan 39
V.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Gelombang surja petir 8


Gambar II.2 Bentuk gelombang surja tegangan 1,2/50µs 8
Gambar II.3 Bentuk gelombang surja arus 8/20µs 9
Gambar II.4 Cara kerja pemotong surja (lightning arrester) 11
Gambar II.5 Bagian-bagian lightning arrester 12
Gambar II.6 Lightning arrester jenis ekspulsi 14
Gambar II.7 Lightning arrester jenis katup 14
Gambar II.8 Konstruksi lightning arrester logam oksida 15
Gambar II.9 Trafo sebagai jepitan terbuka 20
Gambar II.10 Kontruksi diagram tangga 23
Gambar IV.1 Diagram tangga gelombang surja dengan s = 28,5 meter 37
Gambar IV.2 Pengaruh jarak lightning arrester terhadap trafo 39
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Karya ilmiah sejenis sebelumnya 4


Tabel II.2 Statistik arus petir di Indonesia 9
Tabel III.1 Data penghantar sistem 150 KV 27
Tabel IV.1 Besar nilai pelepasan lightning arrester 29
Tabel IV.1 Pengaruh jarak lightning arrester terhadap trafo 30

DAFTAR RUMUS
Tegangan Pengenal Lightning Arrester 18
Arus Pelepasan Lightning Arrester 18
Impedansi Surja Kawat 19
Impedansi Surja Kabel 19
Tegangan Sisa Lightning Arrester 19
Jarak Maksimum Lightning Arrester 21
Operator Pantulan a 22
Operator Pantulan b 22
Operator Pantulan a’ 22
Operator Pantulan b’ 22
Besar Tegangan yang Diteruskan 22
Besar Tegangan yang Dipantulkan 22
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada masa kini, listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang
karena hampir semua peralatan baik rumah maupun kantor memerlukan sumber
energi listrik. Seperti yang kita ketahui, untuk sampai ke tangan konsumen energi
listrik melalui beberapa sistem termasuk diantaranya transmisi dan distribusi.
Dalam penyaluran energi listrik, tidak sedikit dalam penyalurannya
mengalami gangguan sehingga berpengaruh pada kontinuitas pelayanan daya
listrik ke konsumen, baik gangguan itu berupa gangguan internal maupun
gangguan eksternal.
Salah satu gangguan yang bersifat eksternal (keadaan alam) yaitu
sambaran petir. Untuk itu diperlukan alat-alat proteksi untuk mengamankan
seluruh peralatan. Peralatan yang biasa digunakan untuk memproteksi akibat
sambaran petir yaitu Lightning Arrester. Lightning arrester berfungsi melindungi
peralatan sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang
datang dan mengalirkannya ke tanah. Dengan fungsinya itu, ia harus dapat
menahan tegangan sistem 50 Hertz untuk waktu yang tak terbatas. Lightning
arrester ini biasanya dipasang pada gardu-gardu induk dan juga pada jaringan-
jaringan transmisi yang berfungi untuk melindungi peralatan-peralatan dari
tegangan surja. Penempatan lightning arrester pada Gardu Induk (GI) memiliki
tujuan dan fungsi yang sama tetapi memiliki cara pengawatan dan peletakan yang
berbeda. Sistem penempatan lighting arrester adalah sistem yang berhubungan
dengan cara pengawatan arrester yang memiliki tujuan untuk memberikan
proteksi pada trafo dari tegangan lebih.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan menuangkannya dalam
sebuah tugas akhir yang berjudul :
“STUDI PENENTUAN LETAK LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI
PROTEKSI SURJA TRAFO DAYA 150/20 KV PADA GARDU INDUK (GI)
CIGERELENG”

1
I.2 Rumusan Masalah

Setiap bagian yang tersusun dalam laporan tugas akhir ini membahas
beberapa masalah yang menyangkut lightning arrester. Adapun masalah yang
akan dikemukakan oleh penulis dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah :

1. Bagaimanakah cara kerja lightning arrester?


2. Berapakah nilai penganal atau rating lightning arrester yang dapat
digunakan pada Gardu Induk Cigereleng 150 KV?
3. Berapakah jarak optimum lightning arrester pada transformator daya
150/20 KV GI Cigereleng?

I.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui cara kerja lightning arrester.


2. Mengetahui rating lightning arrester yang dapat digunakan pada Gardu
Induk Cigereleng 150 KV.
3. Mengetahui jarak optimum lightning arrester pada transformator daya
150/20 KV GI Cigereleng.

I.4 Ruang Lingkup

Dari identifikasi permasalahan yang ada dan untuk memperoleh


gambaran yang jelas tentang ruang lingkup penelitian dan kedalaman
pembahasan, maka penulis akan membatasi masalah pada jarak
penempatan lightning arrester sebagai alat pelindung terhadap gangguan
surja petir pada trafo daya 150/20 KV pada Gardu Induk.

I.5 Sistematika Penulisan

Agar laporan tugas akhir yang disusun lebih informatif bagi semua pihak,
penulis membuat sistematika penulisan yang menjelaskan secara garis besar isi
dari setiap bab. Berikut ini sistematika penulisan dari laporan tugas akhir yang
disusun penulis :

2
BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini merupakan pendahuluan pada laporan tugas akhir memuat latar
belakang masalah pengambilan judul tugas akhir, rumusan masalah laporan tugas
akhir, maksud dan tujuan penulisan tugas akhir, ruang lingkup penulisan, serta
sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini memuat berbagai referensi beberapa karya ilmiah sejenis


sebelumnya yang memiliki korelasi dengan tugas akhir yang penulis susun. Pada
bab ini juga terdapat dasar-dasar teori yang relevan dengan objek materi Tugas
Akhir juga sebagai penunjang penyusunan laporan tugas akhir.

BAB III METODE PELAKSANAAN

Metodologi Pelaksanaan menjelaskan tentang prosedur, metode/cara yang


digunakan, data yang dibutuhkan, proses yang dilakukan, hingga akhir dari
laporan tugas akhir. Ditampilkan dalam bentuk diagram alir yang sistematik,
sehingga terlihat jelas input-process-output dari Tugas Akhir.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini memuat analisa dari hasil perhitungan dan analisa yang telah
dilakukan. Analisa dilakukan dengan membandingkan hasil yang telah penulis
dapatkan dengan yang ada di lapangan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini memuat kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan dan analisa


yang penulis lakukan. Kemudian untuk tujuan penyempurnaan dan kelengkapan
penulisan laporan tugas akhir, pada bagian ini juga memuat saran yang ditujukan
untuk karya ilmiah lanjutan serta praktikal implementasi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Karya Ilmiah Sejenis Sebelumnya

Tabel II.1 Karya ilmiah sejenis sebelumnya

No Tahun Judul Karya Ilmiah Objek Metode Variabel


dan Penulis

1. 2018 Analisa Optimasi Gardu Analisa dan Letak


Penentuan Letak Induk perbandingan lightning
Optimum Wonogiri arrester
Lightning Arrester 150 KV
Pada Gardu Induk
Wonogiri 150 KV
2. 2018 Evaluasi Penentuan Jaringan Metode Letak
Jarak Arrester dan Transmisi Diagram arrester,
Transformator 30 150 kV Tangga metode
MVA dengan diagram
Metode Diagram tangga
Tangga (Lattice
Diagram Method)
di Gardu Induk
Boombaru
3. 2014 Penentuan Letak Gardu Metode Letak
Optimum Arrester Induk Optimasi lightning
Pada Gardu Induk Siantan Lagrange arrester,
(GI) 150 KV 150 KV metode
Siantan pengali
Menggunakan lagrange
Metode Optimasi

4
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh David Kurniawan (2018), dengan
judul penelitian Analisa Optimasi Penentuan Letak Optimum Lightning Arrester
Pada Gardu Induk Wonogiri 150 KV. Fokus penelitian pada analisa optimasi
penentuan letak optimum lightning arrester dengan menggunakan metode
perhitungan dan perbandingan yang ada dilapangan, dimana tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui penempatan lightning arrester di lapangan sudah sesuai
dengan hasil perhitungan atau belum sesuai. Metode yang digunakan yaitu
perhitungan yang berdasar pada standar. Hasil penelitian menunjukan jarak
lightning arrester 1 perlindunganya dikatakan baik untuk melindungi peralatan
trafo karena masih dibawah nilai maksimum dan tidak efisien untuk melindungi
peralatan yang ada di saluran ( Busbar / Line ), sedangkan untuk arrester 2 kurang
baik untuk melindungi trafo karena sangat jajuh diatas jarak maksimum maka
dari itu arrester 2 lebih efisien untuk melindungi perlatan yang ada di sekitar
saluran ( Busbar / Line ).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiwin A. Oktaviani (2018),


dengan judul penelitian Evaluasi Penentuan Jarak Arrester dan Transformator 30
MVA dengan Metode Diagram Tangga (Lattice Diagram Method) di Gardu
Induk Boombaru. Fokus penelitian pada pengevaluasian jarak arrester terhadap
trafo, dimana tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pemasangan
lightning arrester terhadap trafo. Metode yang digunakan yaitu dengan metode
diagram tangga. Hasil penelitian menunjukan mampu menurunkan besaran
tegangan yang masuk pada transformator 30 MVA.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ringga Nurhaidi (2014),


dengan judul penelitian Penentuan Letak Optimum Arrester pada Gardu Induk
(GI) 150 KV Siantan menggunakan Metode Optimasi. Fokus penelitian pada
penentuan letak optimum arrester dengan menggunakan metode optimasi, dimana
tujuan penelitian yaitu untuk mendapatkan sistem penempatan arrester yang
optimum pada Gardu Induk (GI). Metode yang digunakan yaitu dengan
perhitungan jarak maksimum arrester dengan trafo, dengan perhitungan pengali
lagrange. Hasil penelitian menunjukan Sterpasang < Sperhitungan.

5
II.2 Dasar Teori

II.2.1 Mekanisme Sambaran Petir

Pada keadaan tertentu, di dalam lapisan atmosfer bumi dapat terjadi


gerakan angina ke atas membawa udara lembap. Semakin tinggi udara lembap
dari permukaan bumi, semakin rendah tekanan dan suhunya. Uap air
terkondensasi menjadi titk-titik air dan kemudian membentuk awan. Awan
tersebut tertiup angina keras sehingga posisinya semakin jauh dari permukaan
bumi. Pada ketinggian ± 5 km, awan tersebut membeku menjadi kristal es yang
turun lag karena adanya gravitasi bumi. Adanya pergeseran horizontal maupun
vertikal pada titik air menyebabkan terjadinya pemisahan muatan listrik. Titik-
titik air di awan akan berbenturan dengan titik-titik air yang lainnya karena aliran
udara. Perbenturan ini akan menyebabkan titik air menangkap muatan negatif dan
melepaskan muatan positif ke udara yang secara bersamaan akan terangkut oleh
aliran udara ke atas menuju puncak. Sedangkan muatan negatif tadi akan bersama-
sama bergerak turun ke bawah oleh titik air yang lebih besar sedangkan muatan
positif mengumpul di puncak awan[5].
Dengan adanya awan yang bermuatan Maka timbul muatan induksi pada
muka bumi hingga timbul medan listrik. Mengingat dimensinya, bumi dianggap
rata terhadap awan sehingga awan dan bumi dapat dianggap sebagai dua pelat
kondensator bermuatan. Jika medan listrik awan-bumi atau sebaliknya melebihi
medan tembus udara, akan terjadi pelepasan muatan (discharge). Pelepasan
muatan inilah yang disebut petir[5].
Petir terjadi karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi atau
dengan awan lainnya. Terjadinya petir juga melalui beberapa proses. Proses
terjadinya petir adalah sebagai berikut [1]:

1. Proses terjadinya muatan pada awan ini karena awan terus bergerak
secara teratur dan terus menerus. Selama pergerakan ini awan akan
berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan yang negatif akan
berkumpul pada satu sisi saja dan sisi sebaliknya akan berkumpul sisi
positif.

6
2. Terjadi pembuangan muatan negatif, hal ini terjadi apabila perbedaan
potensial antara awan dan bumi cukup besar. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya pembuangan muatan negatif dari awan ke
bumi untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan
muatan ini, media yang dilalui elektron (muata negatif) adalah udara.
3. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara
inilah terjadi ledakan suara yang kita dengar sebagai suara yang
menggelegar.

II.2.2 Dampak Terjadinya Petir

Petir mempunyai banyak dampak yang bisa terjadi karenanya. Beberapa


dampak yang dapat ditimbulkan akibat sambaran petir dapat dikelompokkan
dalam beberapa efek. Beberapa efek dari sambaran petir antara lain sebagai
berikut [1]:

1. Efek Listrik
Petir dapat menimbulkan efek listrik. Ketika arus petir melalui kabel
penyalur (konduktor) menuju resistansi elektroda bumi instalasi
penangkal petir, akan menimbulkan tegangan jatuh resistif. Arus petir
juga akan menimbulkan tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi
yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup.
2. Efek Tegangan Tembus – Samping
Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan
yang lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya, sehingga hal ini
dapat menimbulkan resiko tegangan tembus dari sistem proteksi petir
yang telah terpasang menuju struktur logam lainnya. Efek tegangan
tembus ini dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi
dan juga kerangka struktur perangkat bangunan.
3. Efek Thermal
Sambaran petir juga menyebabkan efek thermal. Efek thermal
pelepasan muatan petir terbatas pada kenaikan temperatur konduktor
yang dilalui arus petir yang besar, waktunya sangat singkat dan
pengaruhnya pada sistem proteksi petir juga diabaikan.

7
Selain efek- efek yang ditimbulkan di atas, masih ada dampak langsung
yang dapat dirasakan manusia. Beberapa dampak sambaran petir yang dapat
dirasakan antara lain sebagai berikut [1]:

1. Menimbulkan konsleting listrik


2. Menimbulkan kebakaran
3. Mengganggu sistem komunikasi

II.2.3 Surja Petir

Berikut seperti terlihat pada gambar II.1, gambar II.2 dan gambar II.3
adalah bentuk gelombang dari surja petir tegangan dan surja petir arus sesuai
standar IEC 60-2/73.

Gambar II.1 Gelombang surja petir

Dimana: t1 berharga 1 ~ 10µs

t2 berharga 10 ~ 100µs

Surja petir umumnya digambarkan sebagai t1/t2

Gambar II.2 Bentuk gelombang surja tegangan1,2/50 µs

8
Gambar II.3 Bentuk gelombang surja arus 8/20 µs

Polaritas petir dalam statistik yaitu petir positif sebesar 14%, petir negative
sebesar 80% dan petir positif/negative sebesar 6%.

Data statistik petir di India:

25% di bawah 10 kA
86% di bawah 50 kA
11% antara 50 – 100 kA
2% antara 100 – 150 kA
0,5 % > 150 kA
Arus petir tertinggi yang pernah diukur di India adalah 400 kA, di
Indonesia sebesar 900 KA, yaitu daerah Jakarta Selatan pada tahun 1995.

Statistik petir di Indonesia diberikan pada Tabel II.2 (disertai Zoro, 1999),
sehingga kemungkinan di Indonesia adalah 40 kA dengan (di/dt) maksimum 119
kA/µs [5].

Tabel II.2 Statistik arus petir di Indonesia

Polaritas Polaritas
Karakteristik Petir
Negatif Positif
Arus Puncak (i) Maksimum Tangkuban 280 kA 298 kA
Perahu
Jawa Barat 335 kA 392 kA
Probability 50% 40 kA 18 kA
Rata-rata 41 kA 30 kA
Kecuraman (di/dt) Maksimum 119 kA/µs 120 kA/µs
Kerapatan sambaran (sambaran/km2/tahun) 4,1 – 12,4 1,4 – 3,8

9
Kerapatan sambaran total (sambaran/km2/tahun) 7,9 – 15,5

II.2.4 Perlindungan Peralatan Listrik terhadap Surja Petir

Penggunaan kawat tanah pada hantaran udara dan gardu selain


memberikan perlindungan yang baik terhadap sambaran petir juga dapat
mengurangi gangguan tegangan lebih yang terjadi akibat induksi elektromagnetik
pada hantaran. Tetapi hal ini belum cukup baik untuk melindungi peralatan-
peralatan dari gelombang berjalan dari hantaran udara yang masih dapat mencapai
gardu dan menimbulkan kerusakan. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat
berupa[5]:

1. tegangan tembus luar (external flash over) merupakan isolator, bagian-


bagian permukaan peralatan;
2. tegangan tembus dalam internal flash over:
a. merusak isolasi utama dari peralatan ke tanah
b. merusak isolasi antara bagian-bagian dalam peralatan (isolasi antara
golongan dari trafo)
c. tegangan tembus luar dan dalam (internal and eksternal flash over)
yang mungkin terjadi sebagai akibat kerusakan isolasi yang terjadi
dalam peralatan.

Dengan demikian, maka dipandang perlu penggunaan peralatan pelindung


pada gardu untuk melindungi trafo dan peralatan lain terhadap gelombang
berjalan yang mungkin sampai di gardu[5].

Perlindungan kawat tanah mencegah sistem disambar petir sedangkan alat


alat pelindung di gardu memberikan perlindungan terhadap gelombang berjalan
yang disebabkan oleh petir. Alat pelindung yang paling umum digunakan adalah
penangkap petir (lightning arrester). Alat ini dihubungkan antara kawat fasa
dengan tanah pada gardu, dengan tujuan menyalurkan tegangan lebih tinggi ke
tanah sampai pada batas aman untuk peralatan. Jika sebuah gelombang mencapai

10
arrester akan terjadi tembus pada tegangan tertentu (U A) dan arus akan melalui
tahanan arus terendah ke tanah jika arus surja telah lalu tegangan kembali normal,
maka tahanan arrester ini harus menjadi besar[5].

Gambar II.4 Cara kerja pemotong surja (arrester)

F = Sela berlapis
R(i) = Tahanan tergantung arus
UA = Tegangan tembus dari sela = tegangan kerja arrester
UR = Tegangan sisa

II.2.5 Lightning Arrester

Penangkap petir atau sering juga disebut sebagai lightning arrester adalah
alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Lightning
arrester berfungsi sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolator. Lightning
arrester membuat jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga
tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan[3].

Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi
normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester berlaku
sebagai konduktor yang berfungsi melewatikan aliran arus yang tinggi ke tanah.
Setelah itu hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator[3].

Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu usaha memperkecil terjadinya
gangguan adalah memasang arrester untuk mencegah kerusakan pada peralatan
akibat sambaran petir (Supriyadi, 1999:13)

Karekteristik lightning arrester yang ideal, diantaranya sebagai berikut[5].

1. Tidak bekerja pada tegangan sistem normal.


Tegangan tembus lightning arrester pada frekuensi jala-jala (power
frequency breakdown) dibuat lebih tinggi dari tegangan lebih sistem.

11
2. Mampu mengalirkan arus ke tanah ketika gelombang transien memiliki
puncak arus yang lebih tinggi dari tegangan tembus/tegangan kerja arrester
(UA).
3. Aliran arus surja ke tanah tidak menyebabkan lighting arrester rusak
ataupun tegangan lighting arrester lebih tinggi dari tegangan kerja arrester.
4. Tidak mengalirkan arus sistem ke tanah (follow current) ketika gangguan
telah diatasi.

II.2.6 Bagian-bagian Lightning Arrester

Elektroda/Terminal Arus

Pegas Penahan Kontak

Sela percikan dengan


sistem

Pengatur Tegangan

Elektroda/Terminal tanah

Gambar II.5 Bagian-bagian lightning arrester

Beberapa bagian penting dari sebuah arester yaitu [3]:


1. Elektroda
Elektroda-elektroda adalah terminal dari lighting arrester yang
dihubungkan dengan bagian yang bertegangan di bagian atas, dan
elektroda bawah dihubungkan dengan tanah.
2. Sela Percikan

12
Apabila terjadi tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau
surja hubung pada arester yang terpasang, maka pada sela percikan (spark
gap) akan terjadi loncatan busur api dan ditiup keluar oleh tekanan gas
yang di timbulkan oleh tabung fiber yang terbakar.
3. Tahanan Katup
Tahanan yang digunakan dalam arester ini adalah suatu jenis material yang
sifat tahanannya dapt berubah apabila mendapatkan perubahan tegangan.

II.2.7 Jenis-jenis Lightning Arrester

Terdapat tiga jenis lightning arrester yang digunakan yaitu sebagai


berikut[7].
1. Lightning arrester jenis ekspulsi
Digunakan pada sistem tenaga listrik bertegangan hingga 33 kV.
Konstruksinya diperlihatkan pada gambar II.6. Arrester ini mempunyai dua sela
yang terhubung seri, yaitu sela luar dan sela dalam. Sela dalam ditempatkan di
dalam tabung serat (fiber), elektroda sela dalam yang dibumikan dibuat berbentuk
pipa. Keberadaan dua pasang elektroda ini membuat arrester mampu memikul
tegangan tinggi frekuensi daya tanpa menimbulkan korona dan arus bocor ke
tanah. Tegangan tembus sela luar dibuat lebih rendah daripada tegangan lompatan
api isolator pendukung sela luar.

Gambar II.6 Lightning arrester jenis ekspulsi

13
2. Lightning arrester jenis katup
Berdasarkan sela perciknya, lightning arrester katup terdiri dari :
a. Lightning arrester katup sela pasif
Lightning arrester sela pasif digunakan pada jaringan distribusi
hantaran udara.

Gambar II.7 Lightning arrester jenis katup

Lightning arrester ini terdiri dari sela percik, resistor nonlinier dan
isolator tabung. Sela percik terdiri dari beberapa susunan elektroda plat
– plat terhubung seri. Sela percik dan resistor nonlinier keduanya
ditempatkan didalam tabung isolasi tertutup, sehingga kerja lightning
arrester ini tidak dipengaruhi oleh keadaan udara sekitar. Resistor non-
linier terbuat dari beberapa silikon karbida (silicon carbide) yang
terhubung seri. Ukuran diameter piring kurang lebih 90 mm, sedangkan
tebalnya kurang lebih 25 mm. Nilai resistansi resistor ini sangat besar
ketika melewatkan arus lemah, tetapi nilai resistansinya sangat rendah
ketika dilewati arus kuat.
b. Lightning arrester katup sela aktif
Lightning arrester sela aktif digunakan pada jaringan tegangan tinggi
dan titik pusat jaringan distribusi. Konstruksi arrester katup sela aktif
hampir sama dengan arrester katup sela pasif, perbedaannya terletak
pada metode pemadaman busur api pada sela percik. Pada arrester
katup sela aktif, untuk memadamkan busur api, yaitu memperpanjang

14
dan mendinginkan busur api dengan cara membangkitkan medan
magnet pada sela percik.
c. Lightning arrester katup tanpa sela
Lightning arrester tanpa sela digunakan untuk semua tingkat tegangan.
Konstruksi arrester jenis tanpa katup diperlihatkan pada gambar II.7.
Arrester ini tidak menggunakan sela percik seperti halnya kedua
arrester katup terdahulu, tetapi hanya menggunakan resistor non-linier
yang terbuat dari logam oksida (Metal Oxide). Karena bahan utamanya
adalah logam oksida, dalam praktik sehari-hari arrester ini dinamai
arrester MO.

Gambar II.8 Konstruksi lightning arrester logam oksida

Berdasarkan penempatannya arrester katup terbagi dalam tiga jenis, yaitu :


a. Lightning arrester katup jenis gardu
Lightning arrester katup jenis gardu ini adalah jenis yang paling
efisien dan juga paling mahal. Perkataan “gardu” di sini berhubungan
dengan pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar.
Umumnya dipakai untuk melindungi alat-alat yang mahal pada
rangkaianrangkaian mulai dari 2.400 volt sampai 287 kV dan lebih
tinggi.
b. Lightning arrester katup jenis saluran
Lightning arrester jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis
gardu. Kata “saluran” disini bukanlah berarti untuk perlindungan

15
saluran transmisi. Seperti arrester jenis gardu, arrester jenis saluran ini
juga dipakai pada gardu induk untuk melindungi peralatan yang kurang
penting. Arrester jenis saluran ini dipakai pada sistem dengan tegangan
15 kV sampai 69 kV.
c. Lightning arrester katup jenis gardu untuk mesin-mesin
Lightning arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-
mesin berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.
d. Lightning arrester katup jenis distribusi untuk mesin-mesin
Lightning arrester jenis distribusi ini khusus untuk melindungi mesin-
mesin berputar dan juga untuk melindungi transformator dengan
pendinginan udara tanpa minyak. Lightning arrester jenis ini dipakai
pada peralatan dengan tegangan 120 volt sampai 750 volt.

II.2.8 Spesifikasi dan Klasifikasi Lightning Arrester

Spesifikasi lightning arrester harus sesuai dengan kebutuhan pada sistem.


Dilihat dari ada tidaknya sela percik, lightning arrester terdiri dari 2 jenis, yaitu :
lightning arrester bersela, yaitu arrester yang memiliki sela percik; dan arrester
tanpa sela.
1. Spesifikasi lightning arrester dengan sela percik
Mengacu kepada standar IEC 600991, spesifikasi lightning arrester
dengan sela percik adalah :
a. Tegangan Pengenal yaitu tegangan efektif tertinggi frekuensi daya
yang mungkin dipikul lightning arrester. Untuk tegangan diatas 198
kV, tegangan pengenal lightning arrester harus dapat dibagi 6.
b. Arus Peluahan Nominal, menentukan klasifikasi lightning arrester
menurut kemampuannya mengalirkan arus peluahan 10/20 µs. Standar
arus pelepasan nominal arrester adalah :
1) 10 kA, 10/20 µs; digunakan pada gardu induk, gardu induk yang
berada dikawasan yang sering terjadi petir, dan pada sistem
tegangan > 66 kV.
2) 5 kA, 10/20 µs; digunakan pada gardu bertegangan ≤ 66 kV.
3) 2,5 kA, 10/20 µs; digunakan pada sistem bertegangan ≤ 22 kV.

16
4) 1,5 kA, 10/20 µs; digunakan pada sistem distribusi bertegangan ≤
22 kV.
c. Frekuensi Pengenal, sama dengan frekuensi sistem, 50 Hz atau 60 Hz.
d. Tegangan Percik Impuls Petir Maksimum, yaitu puncak tegangan
impuls 1,2/50 µs, yang membuat sela lightning arrester pasti terpercik
atau yang membuat arrester pasti bekerja.
e. Tegangan Percik Muka Gelombang Impuls, yaitu tegangan yang
membuat sela arrester terpercik dalam tenggang waktu muka
gelombang impuls.
f. Tegangan Sisa, yaitu tegangan pada terminal lightning arrester saat
lightning arrester mengalirkan arus petir.
g. Tegangan Gagal Sela. Jika tegangan pengenal suatu lightning arrester
adalah Vn, maka tegangan gagal selanya adalah besar tegangan yang
membuat sela arrester tembus listrik saat dikenai tegangan impuls yang
kecuraman muka gelombangnya (100xVn) / (12µs). Sebagai contoh
tegangan pengenal suatu lightning arrester adalah 30 kV dan tegangan
gagal selanya adalah 120 kV. Artinya, sela lightning arrester akan
tembus listrik pada tegangan 120 kV, jika lightning arrester ini dikenai
impuls dengan kecuraman muka gelombang (100x30 kV) / (12µs) =
250 kV/µs.

2. Spesifikasi lightning arrester tanpa sela percik


Mengacu kepada IEC 60099-4, spesifikasi arrester tanpa sela percik adalah
sebagai berikut :
a. Tegangan nominal
Tegangan Nominal adalah tegangan maksimum yang dapat dilewatkan
dengan normal melalui jalur listrik tanpa perlu membuang tegangan surja
ke grounding. Tegangan nominal dari arrester seharusnya lebih besar dari
tegangan sistem. Tegangan Nominal pada arrester harus menyesuaikan
dengan tegangan pada sistem yang digunakan, maka tegangan nominalnya
akan dihitung dengan persamaan:
Er = α.β.Um .........................................................................................................................

17
dimana,
Er = Tegangan Dasar Arrester (kV)
α = Koefisien Pembumian
β = Toleransi, guna memperhitungkan fluktuasi tegangan
Um = Tegangan Sistem Maksimum (kV)
b. Arus pelepasan
Arus Pelepasan adalah arus maksimal yang dapat dialirkan oleh arrester
tanpa merusak arrester itu sendiri :
1) Kelas arus 10 kA, untuk perlindungan gardu induk yang besar dengan
frekuensi sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem
di atas 70 kV.
2) Kelas arus 5 kA, untuk tegangan sistem di bawah 70 kV.
3) Kelas arus 2.5 kA, untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem di
bawah 22 kV, dimana pemakaian kelas 5 kA tidak lagi ekonomis.
4) Kelas arus 1.5 kA, untuk melindungi trafo-trafo kecil.
Untuk arus pelepasan dalam peristiwa gelombang berjalan dapat
ditunjukkan dengan persamaan 2 sebagai berikut :
2U d−U A
Ia = .....................................................................................................................
Z
dimana,
Ia = Arus pelepasan (kA)
Ud = Tegangan gelombang datang (kV)
UA = Tegangan kerja (kV)
Z = Impedansi Surja
Nilai Z dapat diperoleh dari persamaan 3 sebagai berikut.
2h
Z = 60 ln (Ω).................................................................................................................
r
dimana :
h = Tinggi dari konduktor ke tanah (meter)
r = jari-jari konduktor (meter)
Untuk impedansi surja pada kabel digunakan persamaan sebagai berikut.

18
60 R
Zkabel = ln (Ω).................................................................................................................
ε r
dimana :
R = jari-jari pembungkus kabel (meter)
r = jari-jari konduktor (meter)
ε = permitivitas kabel

c. Tegangan pelepasan
Tegangan pelepasan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat
perlindungan dari penangkap petir. Arrester dikatakan bekerja dengan baik
Jika tegangan pelepasan arrester ada di bawah BIL dari peralatan yang
dilindungi.
d. Tegangan sisa
Tegangan sisa adalah nilai tegangan yang harus dapat dialirkan oleh
arrester setelah nilai tegangan puncak. Umumnya, tegangan sisa tidak akan
melebihi BIL (Basic Insulation Level) atau TID (Tingkat Isolasi Dasar)
dari trafo. Tegangan sisa arrester dapat dicari dengan persamaan 5 berikut.
V = I x R.............................................................................................................................
Dimana,
V = Tegangan sisa
I = Arus pelepasan
R = Tahanan dalam arrester
e. Jarak rambat badan lightning arrester
Ditetapkan berdasarkan bobot polusi di lokasi pemasangan arrester
tersebut.

Hubungan bobot polusi dengan jarak rambat adalah :


- Bobot polusi ringan: 16 mm/kV
- Bobot polusi sedang: 20 mm/kV
- Bobot polusi berat: 25 mm/kV
- Bobot polusi sangat berat: 31mm/kV

II.2.9 Jarak Maksimum Lightning Arrester

19
Untuk menentukan jarak maksimum lightning arrester dan peralatan yang
dilindungi yang dihubungkan langsung dengan saluran udara dianggap sebagai
jepitan terbuka, jika gambar seperti dibawah ini:

Gambar II.9 Trafo sebagai jepitan terbuka


Penempatan lightning arrester pada gardu induk terdapat di bay
penghantar pada gardu induk dan bay transformator gardu induk. Tidak semua
penempatan di gardu induk sama jaraknya terhadap transformator daya. Pada bay
penghantar, jarak lightning arrester terhadap transformator biasanya berkisar dari
20-30 meter. Ilustrasi jarak diberikan gambar II.8.
Perlindungan yang baik diperoleh bila lightning arrester ditempatkan
sedekat mungkin pada jepitan trafo. Tetapi, dalam prakteknya lightning arrester
harus ditempatkan dengan jarak S dari trafo yang dilindungi. Karena itu, jarak
tersebut ditentukan agar perlindungan dapat berlangsung dengan baik.

Untuk menghitung jarak yang tepat antara lightning arrester dan


transformator daya diberikan persamaan 6 sebagai berikut.
E p−E a
S=v ..........................................................................................................................................
2A
Ea = Tegangan percik arester (arester sparkover voltage)
Ep = Tegangan pada jepitan trafo
A = de/ dt = kecuraman gel datang, dan dianggap kontan

20
S = Jarak antara arester dengan trafo
v = kecepatan merambat gelombang

II.2.10 Tegangan yang Tiba pada Trafo Daya

Setelah kita mengetahui jarak lightning arrester terhadap trafo, maka


dapat kita ketahui besar tegangan yang masuk pada trafo daya tersebut dengan
menggunakan persamaan 7 sebagai berikut.

A .S
Ep = Ea + 2 ....................................................................................................................................
v

dimana,
Ea = Tegangan percik arester (arester sparkover voltage)
Ep = Tegangan pada jepitan trafo
A = de/dt = kecuraman gel datang, dan dianggap kontan
S = Jarak antara arester dengan trafo
v = kecepatan merambat gelombang

II.2.11 Metode Diagram Tangga (Lattice Diagram)

Untuk dapat mengikuti jejak gelombang-gelombang pada suatu interval


waktu diperlukan diagram tangga (lattice diagram). Dengan diagram ini dapat
dilihat bagaimana posisi dan arah gerak dan tiap-tiap gelombang datang,
gelombang pantulan dan gelombang terusan berikut pengaruh redaman dan
distorsi (Hutauruk, 1989).

Kontruksi Diagram Tangga

Untuk mencari nilai operator pantul pada diagram tangga, dapat


menggunakan persamaan sebagai berikut.

Z kabel −Z kawat
a= .....................................................................................................................................
Z kabel + Z kawat

21
Z kawat −Z kabel
b= .....................................................................................................................................
Z kabel + Z kawat

2 x Z kabel
a’ = .....................................................................................................................................
Z kabel + Z kawat

2 x Z kawat
b’ = .....................................................................................................................................
Z kabel + Z kawat

Kecepatan gelombang sebesar 300 m/µdet, sehingga rentang waktu yang


digunakan menggunakan persamaan 12 sebagai berikut.

S
t= .......................................................................................................................................................
v

Untuk mencari besar tegangan disetiap rentang waktunya, dapat


menggunakan persamaan sebagai berikut.

a. besar tegangan yang diteruskan

En arrester = E(n-1) arrester + e(n-1) pantul + en pantul ...............................................................................

Atau dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut.

En arrester = E(n-1) arrester + e(n-1) pantul + (E(n-1) x operator pengali b) ................................................

b. besar tegangan yang dipantulkan

En arrester = E(n-1) arrester x 1 ............................................................................................................

Bentuk kontruksi diagram tangga ditampilkan pada gambar II.10.

22
Gambar II.10 Konstruksi diagram tangga

23
BAB III

METODE PELAKSANAAN

III.1 Flowchart Metodelogi Pelaksanaan

Dalam tugas akhir ini, langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk


merealisasikan alat yang akan dibuat adalah sebagai berikut.

Mulai

A
Melakukan studi literatur

Menentukan objek atau


tempat yang akan dilakukan
analisa Sesuai?

Menentukan judul dan TIDAK


YA
poin-poin yang akan
dibahas pada buku laporan Melakukan analisa
Tugas Akhir perbandingan
antara letak arrester
berdasarkan
Pengumpulan data
hitungan dengan
letak arrester di
lapangan
1. Menghitung Tegangan Penganal Arrester
2. Menghitung Tegangan Pelepasan Arrester
3. Menghitung Arus Pelepasan
4. Menghitung Tegangan Sisa
Menghitung pengaruh
jarak penempatan arrester
terhada trafo
Menghitung letak maksimum
arrester dari transformator

Pembuatan buku laporan


Membandingkan letak
maksimum arrester berdasarkan
hitungan dengan letak arrester di Selesai

24
III.2 Penjelasan Flowchart Metodelogi Pelaksanaan

III.2.1 Studi Literatur

Pada tahap ini, penulis mencari literatur yang berkaitan dengan proteksi
transformator, melalui buku–buku maupun melalui jurnal–jurnal di internet.

III.2.2 Menentukan Tempat dan Objek yang akan dilakukan analisa

Setelah mempelajari beberapa literatur yang diperoleh, tahap selajutnya


adalah menentukan tempat dan objek yang akan dianalisa, karena perlu
penyesuaian terlebih dahulu ditakutkan data yang diinginkan atau dugaan kasus
tidak banyak terjadi dilapangan.

Lokasi penelitian

PT. PLN (Persero) UPT Bandung (Gardu Induk Srondol Cigereleng KV)

Waktu penelitian

Hari / tanggal : 12 April 2019 - 13 Mei 2019

III.1.3 Menentukan Judul dan Poin-poin yang Dibahas

Dengan melihat kondisi di lapangan, maka pada tahap ini dilakukan


penyarigan atau pengerucutan mengenai hal-hal apa saja yang akan dibahas secara
mendalam pada laporan tugas akhir ini. Diantaranya yaitu cara kerja lightning
arrester, rating lightning arrester, dan letak lightning arrester terhadap trafo
daya.

III.1.4 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian akan sangat membantu


atau menentukan keberhasilan penelitian, oleh karena itu perlu direncanakan
dengan tepat dalam memilih metode untuk pengumpulan data. Sedangkan metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Dokumentasi

25
Yang dimaksud metode dokumentasi adalah cara memperoleh data
melalui hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, dan lain-lain (Suharsimi Arikunto, 1996:2002). Adapun
dokumentasi yang akan peneliti gunakan adalah data-data yang
berhubungan dengan spesifikasi arester dan trafo yang digunakan di Gardu
Induk Cigereleng 150 KV.
2. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data tanpa ada pertolongan
alat standar lain untuk keperluan tersebut, ketempat penelitian (Moh.
Nazir, 1998: 212).
Observasi dilakukan dengan datang langsung ketempat penelitian
yaitu Gardu Induk Cigereleng 150 KV dengan melihat langsung dan
melakukan pengamatan langsung serta mengumpulkan data-data yang
diperlukan melalui dokumen dan lainnya. Sedangkan untuk mendukung
hasil penelitian maka dilakukan wawancara yaitu mengumpulkan data
dengan melakukan wawancara dengan sumber yang terpercaya untuk
dapat memberikan informasi yang penting yang nantinya akan digunakan.
Dalam hal ini penulis langsung berada dilokasi Gardu Induk dan
mengadakan penelitian mengenai hal-hal yang perlu dicatat sebagai data
dalam penelitian seperti data yang berasal dari wawancara dengan pihak
yang berkompeten (operator) dibidangnya atau mengetahui peralatan.

Data penelitian

a. Spesifikasi Lightning Arrester


Merk : ASEA
Tipe : XAR 170A3/144
Tegangan Maksimum : 170 kV
Tegangan Operasi : 150 kV
Tegangan Nominal : 138 kV
Class : 10 kA
Tahanan : 6,6 ohm

26
b. Spesifikasi Transformator Daya
Kapasitas : 60 MVA
No Seri : 3011160132
Rasio : 150/20
Arus Nominal : 230,9/1732,1 A
Hubungan Belitan : YNyn0+d
Impedansi : 13%
c. Jenis konduktor
Tabel III.1 Data penghantar pada sistem 150 KV

Nama Data Nilai

Kawat Luas penampang 328,5 mm2

Jari-jari 10,225 m

Ketinggian diatas tanah 3 meter

Kabel Diameter konduktor 54,4 m

Diameter Pembungkus 77,44 m

Permitivitas kabel 2,3

III.1.5 Perhitungan Data

Pada tahapan ini dilakukan perhitungan atau perbandingan yang terjadi


dilapangan. Analisis data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena
dengan analisis data yang diperoleh mampu memberikan arti dan makna untuk
memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan penelitian.

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
matematis untuk mendapatkan hasil penelitian. Analisis ini adalah mengadakan

27
perhitungan-perhitungan berdasarkan rumus yang berlaku didalam perhitungan
koordinasi lokasi arester sesuai dengan dasar teori.

Perhitungan yang dilaksanakan diantaranya untuk :

1. Mencari nilai tegangan pengenal dengan persamaan Er = α.β.Um


2. Mencari nilai arus pelepasan lightning arrester dengan menggunakan
2U d−U A
persamaan Ia =
Z

3. Mencari nilai tegangan pelepasan lightning arrester


4. Mencari nilai sisa tegangan lightning arrester dengan persamaan V = I x R

III.1.6 Perhitungan Letak Maksimum Lightning Arrester

Setelah dilakukan penghitungan data yang diperlukan untuk menghitung


jarak lightning arrester terhadap trafo, selanjutnya baru bisa melakukan
penghitungan letak maksimum lightning arrester dengan menggunakan
persamaan:

E p −Ea
S = vx
2A

Dari rumus di atas kemudian analisis selanjutnya menggunakan diagram


tangga untuk dapat mengikuti jejak gelombang-gelombang itu pada setiap saat,
dapat ini dapat dilihat contoh diagram tangga suatu gelombang surja yang melalui
arester dan trafo.

III.1.7 Menghitung pengaruh jarak penempatan arrester terhada trafo

Dengan mendapatkan jarak maksimum pemasangan lightning arrester


terhadap trafo, maka kita bisa melakukan analisa pengaruh jarak tersebut terhadap
tegangan yang sampai pada trafo daya dengan menggunakan persamaan :

S
Ep = Ea + 2A
v

III.1.8 Pembuatan Buku Laporan

28
Setelah perhitungan dan analisa selesai, maka tahap selanjutnya adalah
pembuatan buku laporan yang disusun berdasarkan pedoman yang sudah
ditetapkan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Cara Kerja Lightning Arrester

Pada keadaan normal, arrester berlaku sebagai isolator yaitu menahan arus
yang bernilai kecil. Apabila timbul tegangan lebih surja, arrester berlaku sebagai
konduktor yang melewatkan aliran arus yang tinggi. Setelah surja hilang,
arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator sehingga pemutus daya
tidak sempat membuka.

IV.2 Rating Lightning Arrester Gardu Induk Cigereleng 150 KV

IV.2.1 Tegangan pengenal Lightning Arrester

Dari persamaan 1 kita dapat menentukan tegangan pengenal lightning


arrester yang akan digunakan. Tegangan pengenal lightning arrester yang
digunakan adalah sebagai berikut.

Er = α.β.Um

Er = 150 kV x 0,8 x 1,1

= 135 KV

Nilai tegangan pengenal yang diperoleh berdasarkan persamaan diatas


yaitu 135 kV, tetapi pengenal lightning arrester dengan nilai 135 kV tidak ada.
Lightning arrester yang digunakan untuk sistem ini yaitu 138 kV, spesifikasi
dapat dilihat Tabel IV.1 dibawah ini.

Tabel IV.1 Besar nilai pelepasan lightning arrester

Arrester rating kV Front steepness 10 kA Light-and heavy-Duty and 5 kA,


rms FOW kV/µs Serie A

29
Std. kV, peak FOW. kV, peak
0,175 10 - -
0,280 10 - -
0,500 10 - -
0,660 10 - -
3 25 13 15
4,5 37 17,5 20
6 50 22,6 26
7,5 62 27 31
9 75 32,5 38
10,5 87 38 43
12 100 43 50
15 125 54 62
18 150 65 75
21 175 76 88
24 200 87 100
27 225 97 112
30 250 108 125
33 275 119 137
36 300 130 150
39 325 141 162
42 350 151 174
51 425 184 212
54 450 195 224
60 500 216 250
75 625 270 310
84 700 302 347
96 790 324 371
102 830 343 394
108 870 363 418
120 940 400 463
126 980 420 485
138 1030 460 530
150 1080 500 577

30
174 1160 570 660
186 1180 610 702
198 1200 649 746

IV.2.2 Arus Pelepasan Nominal Lightning Arrester

a. Impedansi Surja
Besarnya impedansi surja kawat ditentukan oleh persamaan 3.

2h
Z = 60 ln
r

2x 3m
= 60 ln
0,010255 m
= 382,304 Ω
b. Arus Pelepasan Lightning Arrester
Dari persamaan 2 kita dapat menentukan arus pelepasan lightning
arrester yang akan digunakan. Arus pelepasan lightning arrester adalah
sebagai berikut.

2U d−U A
Ia =
Z

2 ( 1000 kV )−138 kV
Ia =
( 382,304 ) Ω
Ia = 4,87046 kA
Lightning arrester terpasang pada GI Cigereleng untuk Trafo VI
yang ideal harus mampu melewatkan arus pelepasan dengan nilai minimal
4870,46 A. Lightning arrester terpasang pada GI Cigereleng Trafo VI
mempunyai batas arus pelepasan 10.000 A. Nilai ini telah sesuai dengan
kebutuhan pada gardu induk tersebut. Apabila kapasitas arus pelepasan
dari arrester semakin besar maka semakin baik perlindungan dari arrester
tersebut.

IV.2.3 Tegangan Pelepasan Lightning Arrester

31
Untuk mengetahui besarnya tegangan pelepasan lightning arrester dengan
tegangan operasi 150 kV dapat dilihat pada Tabel IV.1, maka diperoleh tegangan
pelepasan lightning arrester maksimum sebesar 460 kV.

IV.2.4 Tegangan Sisa Lightning Arrester

Tegangan sisa atau residual voltage dapat diperoleh dari perhitungan


persamaan 5.
V =IxR
V = 4,87046 kA x 6,6 Ω
= 32,145 KV
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh tegangan sisa lightning arrester
adalah sebesar 32,145 KV. Berdasarkan standar pada IEC 60099-4, tegangan sisa
pada lightning arrester tidak melebihi nilai pada BIL peralatan yang dilindungi.
Sedangkan BIL trafo pada trafo IV gardu induk cigereleng adalah 650 KV.

IV.3 Jarak Optimum Lightning Arrester Pada Transformator GI


Cigereleng 150 KV

IV.3.1 Jarak Maksmimum Letak Lightning Arrester terhadap Transformator

Dari persamaan 7 kita dapat menentukan jarak masksimum peletakan


lightning arrester terhadap tramsformator. Jarak lightning arrester terhadap
transformator adalah sebagai berikut.

Diketahui :

Tegangan percik arrester (Ea) = 460 kV

BIL Trafo (Ep) = 650 kV

Kecuraman Gelombang Datang (A) = 1000 dv/dt

Kecepatan Rambat Gelombang = 300 m/µdet


E p −Ea
S = vx
2A

32
650 kV −460 kV
S = 300 x
2A

S = 28,5 meter
Jarak maksmimum antara lightning arrester dengan transformator menurut
perhitungan adalah 28,5 meter.

IV.3.2 Analisa menggunakan Metode Diagram Tangga (Lattice Diagram)

Jarak maksimum penempatan lightning arrester terhadap trafo yaitu 28,5


meter. Sedangkan impedansi surja pada kawat (Zkawat) sebesar 382,304 Ω dihitung
menggunakan persamaan 3 dan impedansi surja pada kabel (Z kabel) dihitung
menggunakan persamaan 4 sebagai berikut.

60 R
Zkabel = ln (Ω)
ε r

60 77,4
= ln (Ω)
2,3 54,4

= 9,212 Ω

Diagram tangga dibuat untuk menghitung perubahan tegangan dan untuk


kontruksi diagram tangga operator pantul a dan b persamaan 8 dan 9.

Z kabel −Z kawat
a =
Z kabel + Z kawat

9,212−382,3
= 9,212+392,3

= - 0,9529

Z kawat −Z kabel
b =
Z kabel + Z kawat

382,3−9,212
=
9,212+392,3

= 0,9529 ;

Untuk memperoleh nilai operator pantul a’ dan b’ menggunakan


persamaan 10 dan 11 sebagai berikut.

33
2 x Z kabel
a’ =
Z kabel + Z kawat

2 x 9,212
=
9,212+392,3

= 0,047

2 x Z kawat
b’ =
Z kabel + Z kawat

2 x 382,3
=
9,212+392,3

= 1,951

Berdasarkan hasil perhitungan, jarak maksimum pemasangan lightning


arrester terhadap trafo adalah sebesar 28,5 meter. Kecepatan gelombang sebesar
300 m/µdet, sehingga rentang waktu yang digunakan adalah :

S 28,5
t= = = 0,095 µdet
v 300

Operator pantul terusan di arrester 1000 x a = 1000 x -0,9529 = -952,9 KV

Selanjutnya, tegangan pada lightning arrester, waktu pencapaian pada lightning


arrester dapat dilihat dalam kontruksi diagram tangga pada gambar IV.1.

Menghitung tegangan pada lightning arrester

Untuk t =0

E0 arrester =0

Untuk t = 0,095 µdet

E1 arrester = E0 arrester + e0 pantul + e1 pantul

= E0 arrester + e0 pantul + (1000 KV - 952,9 KV)

= 0 + 0 + 47,1 kV

= 47,1 KV

34
Untuk t = 0,19 µdet

E2 arrester = E1 arrester x 1

= 47,1 KV X 1

= 47,1 KV

Untuk t = 0,285 µdet

E3 arrester = E2 arrester + e2 pantul + e3 pantul

= E2 arrester + e2 pantul + (E2 arrester x b)

= 47,1 KV + 47,1 KV + (47,1 KV x 0,9529)

= 47,1 KV + 47,1 KV + 44,7863 KV

= 138,7863 KV

Untuk t = 0,38 µdet

E4 arrester = E4 arrester x 1

= 138,7863 KV

Untuk t = 0,475 µdet

E5 arrester = E4 arrester + e4 pantul + e5 pantul

= E4 arrester + e4 pantul + (E4 arrester x b)

= 138,7863 KV + 44,7863 KV + 42,6768 KV

= 226,2494 KV

Untuk t = 0,57 µdet

E6 arrester = E5 arrester x 1

= 226,2494 KV

Untuk t = 0,665 µdet

35
E7 arrester = E6 arrester + e6 pantul + e7 pantul

= E6 arrester + e6 pantul + (E6 arrester x b)

= 226,2494 KV + 42,6768 KV + 40,6667 KV

= 309,593 KV

Untuk t = 0,76 µdet

E8 arrester = E7 arrester x 1

= 309,593 KV

Untuk t = 0,855 µdet

E9 arrester = E8 arrester + e8 pantul + e9 pantul

= E8 arrester + e8 pantul + (E8 arrester x b)

= 309,593 KV + 40,6667 KV + 38,75158 KV

= 389,011 kV

Untuk t = 0,95 µdet

E10 arrester = E9 arrester x 1

= 389,011 KV

Untuk t = 1,045 µdet

E11 arrester = E10 arrester + e10 pantul + e11 pantul

= E10 arrester + e10 pantul + (E10 arrester x b)

= 389,011 KV + 38,75158 KV + 36,9263 KV

= 464,688 KV

Untuk t = 1,14 µdet

E12 arrester = E11 arrester x 1

36
= 464,688 KV

Untuk t = 1,235 µdet

E13 arrester = E12 arrester + e12 pantul + e13 pantul

= E12 arrester + e12 pantul + (E12 arrester x b)

= 464,688 KV + 36,9263 KV + 35,187 KV

= 526,8013 KV

Untuk t = 1,33 µdet

E14 arrester = E13 arrester x 1

37
= 526,8013 KV

Gambar IV.1 Diagram tangga gelombang surja pada lightning arrester

Dari hasil perhitungan tegangan pada arrester dan ditampilkan dalam


diagram tangga, kita dapat mengetahui bahwa lightning arrester memercik pada
waktu 1,040 µs.

38
IV.2.3 Pengaruh Jarak Penempatan Lightning Arrester terhadap
Transformator

Jarak lightning arrester yang terpasang dilapangan terhadap trafo yaitu


sejauh 3 meter. Nilai tegangan yang tiba pada transformator bila lightning
arrester dipasang terhadap trafo dengan jarak 3 meter yaitu sebagai berikut.

S
Ep = Ea + 2A
v
3
= 460 kV + (2 x 1000)
300

= 480 kV
Dari persamaan diatas kita dapat mengetahui bahwa tegangan yang akan
tiba pada trafo jika trafo tersebut dipasang lightning arrester sejauh 3 meter
adalah 480 kV.

Untuk melihat pengaruh jarak penempatan lightning arrester terhadap


tegangan yang tiba pada trafo maka disajikan hasil perhitungan yang sudah
dilakukan dalam tabel IV.2.

Tabel IV.2 Pengaruh S terhadap Ep

No S (meter) Ep (kV)
1 0 0
2 0.5 463.333333
3 1 466.666667
4 1.5 470
5 2 473.333333
6 2.5 476.666667
7 3 480
8 4 486.666667
9 5 493.333333
10 7.5 510
11 10 526.666667
12 12.5 543.333333
13 15 560
14 17.5 576.666667
15 20 593.333333
16 22.5 610

39
17 25 626.666667
18 27.5 643.333333
19 28.5 650

Dapat dilihat dari tabel IV.2 bahwa letak penempatan lightning arrester
berpengaruh terhadap tegangan yang tiba pada transformator. Dan dari data yang
tersaji menunjukan bahwa semakin jauh penempatan lightning arrester terhadap
trafo, maka semakin besar pula tegangan yang tiba pada trafo bila terjadi surja
petir.

Pengaruh Jarak Penempatan Lightining Arrester terhadap


Tegangan yang Tiba pada Trafo
700
650
600
550
500
450
400
Ep (kV)

350
300
250
200
150
100
50
0
0 1.5 3 4.5 6 7.5 9 10.5 12 13.5 15 16.5 18 19.5 21 22.5 24 25.5 27 28.5

S (meter)

Gambar IV.2 Pengaruh jarak penempatan lightning arrester terhadap tegangan


yang tiba pada trafo

BAB V

40
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan, diperoleh kesimpulan


sebagai berikut.

1. Pada keadaan normal, arrester berlaku sebagai isolator yaitu menahan arus
yang bernilai kecil. Apabila timbul tegangan lebih surja, arrester berlaku
sebagai konduktor yang melewatkan aliran arus yang tinggi. Setelah
surja hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator
sehingga pemutus daya tidak sempat membuka.
2. Nilai rating lightning arrester pada Trafo VI GI Cigereleng 150 kV
diantaranya sebagai berikut.
a. Tegangan Pengenal Lightning Arrester
Nilai tegangan pengenal lightning arrester menurut perhitungan
adalah sebesar 132 kV, sedangkan yang terpasang pada Trafo VI
GI Cigereleng 150 kV adalah 138 kV. Maka, pemilihan lightning
arrester sudah tepat.
b. Arus Pelepasan Lightning Arrester
Nilai arus lightning arrester menurut perhitungan adalah sebesar
4,87046 kA, sedangkan yang terpasang pada Trafo VI GI
Cigereleng 150 kV adalah 10.000 kA. Nilai ini telah sesuai dengan
kebutuhan pada GI Cigereleng 150 kV. Apabila kapasitas arus
pelepasan dari arrester semakin besar maka semakin baik
perlindungan dari arrester tersebut.
c. Tegangan Pelepasan Lightning Arrester
Nilai tegangan percik impuls maksimum didapat dengan
penyesuaian nilai tegangan lightning arrester yaitu sebesar 460 kV.
d. Tegangan Sisa Lightning Arrester
Tegangan sisa yang diperoleh berdasarkan perhitungan yaitu
sebesar 32,145 KV. Berdasarkan standar pada IEC 60099-4,
tegangan sisa pada lightning arrester tidak melebihi nilai pada BIL
peralatan yang dilindungi. Sedangkan BIL trafo pada trafo IV

41
gardu induk cigereleng adalah 650 KV. Maka dapat dikatan,
pemilihan lightning arrester dengan besar nilai tegangan sisa
32,145 KV sudah sesuai dana man.
3. Jarak penempatan lightning arrester terhadap Trafo VI GI Cigereleng 150
kV menurut perhitungan yaitu sejauh 28,5 meter. Sedangkan yang sudah
terpasang dilapangan, jarak penempatan lightning arrester terhadap Trafo
VI sejauh 3 meter. Dalam hal ini, lightning arrester yang terpasang sudah
dengan baik melindungi Trafo VI 60 MVA. Karena berdasarkan hasil
analisa dan perhitungan, semakin jauh penempatan lightning arrester
terhadap trafo, maka semakin besar pula tegangan yang sampai pada trafo
tersebut bila terjadi surja petir. Maka dapat disimpulkan bahwa
penempatan lightning arrester semakin optimum bila pemasangan dekat
dengan trafo daya yang dilindungi.

V.2 Saran

Penulis memberikan saran bahwa pemakaian lightning arrester dalam


sistem tenaga listrik sangat baik digunakan karena mampu melindungi peralatan-
peralatan sistem tenaga listrik dari surja petir dan dalam memilih arrester harus
memperhatikan beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi, faktor kondisi luar
dan kebutuhan perlindungan.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Fatma, Desy (2017, 16 Juli). Petir: Pengertian, Proses Terjadinya, Upaya


Mengatasi Dan Peristiwa Yang Terjadi. Dikutip 28 Maret 2019 dari Ilmu
Geografi: https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/petir.
2. Arismunandar, Artono. 2004. Teknik Tenaga Listrik Jilid II Saluran
Transmisi. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
3. Hutauruk, T.S.. 1991. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja. Jakarta:
PT Erlangga.
4. Paraisu, M. S. 2013. Analisa Lightning Arrester pada Jaringan Transmisi
70 KV Tomohon-Teling. Manado: Jurusan Teknik Elektro UNSTRAT.
5. Zoro, Reynaldo. 2018. Sistem Proteksi. Bandung: PT Remaja Rodakarya.
6. Oktaviani Wiwin A., Erik, Palembang, 2018. Jurnal Surya Energy Vol. 2
No.2 : Evaluasi Penentuan Jarak Arrester Dan Transformator 30 MVA
dengan Metode Diagram Tangga (Lattice Diagram Method) di Gardu
Induk Boombaru.
7. Hajar Ibnu, Eko, Jakarta, 2017. Jurnal Energi & Kelistrikan Vol. 9 No. 2 :
Kajian Pemasangan Lightning Arrester Pada Sisi Hv Transformator Daya
Unit Satu Gardu Induk Teluk Betung.
8. POLBAN. 2017. Panduan Tugas Akhir Program Diploma Tiga. Bandung

43
LAMPIRAN

44
45
46
47
48

Anda mungkin juga menyukai