Dosen Pembimbing
Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.
Ir. Arif Musthofa, MT.
Advisor
Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.
Ir. Arif Musthofa, MT.
TUGAS AKHIR
Menyetujui:
Dr.Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc. Ir. Arif Musthofa, MT.
NIP. 197007121998021001 NIP. 196608111992031004
SURABAYA
Januari, 2017
ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS INRUSH PADA
TRAFO 3 FASA AKIBAT PENGARUH RESIDUAL FLUKS
Yudha Rohman Setiadi
2213106032
ABSTRAK
Arus inrush merupakan arus transien yang terjadi ketika peralatan
listrik yang menggunakan prinsip elektromagnetik melakukan starting.
Kesalahan operasi rele proteksi, penurunan kekuatan isolasi merupakan
beberapa dampak yang dapat diberikan oleh arus inrush. Maka
diperlukan studi lebih lanjut tentang bagaimana karakteristik arus inrush
untuk memahami bagaimana fenomena arus inrush sehingga dampak
yang ditimbulkan oleh arus inrush dapat diminimalisir.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan percobaan dengan megambil
data arus inrush transformator uji 3 fasa 3kVA tipe inti core
konvesional, dengan metode pengukuran berbasis eksperimen.
Pengujian pada transformator dilakukan pada kondisi transien, yakni
saat starting, pada awalnya transformator dikondisikan memiliki
resedual fluks dan diatur agar sudut penyalaan transformator berada
dititik 0 derajat dan sudut penyalaan 90 derajat. Proses energize
transformator dilakukan dengan metode skuensial atau bergantian dari
ketiga tegangan fasanya.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa rasio kenaikan antara metode
penyalaan secara skuensial dan metode non-skuensial, maka untuk
mendapatkan nilai arus inrush terkecil saat melakukan starting
transformator lebih baik menggunakan metode penyalaan 90 derajat
secara skuensial. Sedangkan nilai arus inrush peak berbanding lurus
dengan waktu demagnetisasi, jadi semakin lama waktu demagnetisasi
pada transformator uji maka sisa fluks pada transformator semakin
berkurang.
i
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
ii
ANALYSIS OF INRUSH CURRENT CHARACTERISTICS
TRANSFORMER 3-PHASE DUE TO THE EFFECT OF RESIDUAL
FLUX
ABSTRACT
Inrush current is a transient that occur whenever an electrical
equipment which is using electromagnetic principle, on starting state.
Fault operation on protection relay, degradation of insulation quality are
some of impact that caused by inrush current. It is necessary for further
studies about characteristic of inrush current to understand the
phenomenon so the impacts that caused by inrush current can be reduced.
In this study research conducted an experiment by taking the
data of inrush current transformer 3kVA 3-phase conventional core type
based on measurement methods. The transformers test performed in
transient state. Initially transformers had residual flux and regulated in
order to get the firing angle of transformers in 0 degrees and 90 degrees.
Transformers energize proses was conducted by sequential method or
changed the three phase of voltage responsively.
The test results showed the increasing ratio sequential methods
between non sequential, In order to get the smallest inrush current value
in starting, transformers should regulate the firing angle in 90 degrees
sequentially. While the peak inrush current value is proportional to the
demagnetization time, the longest demagnetization time in transformer
test then the residual flux in the transformer decrease.
iii
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
iv
KATA PENGANTAR
v
Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat dan berguna bagi
penulis khususnya dan juga bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Sistematika Penulisan 2
BAB 2 TRANSFORMATOR DAN ARUS INRUSH 5
2.1 Transformator 5
2.1.1 Transformator Tiga Fasa 7
2.1.2 Histerisis Transformator 7
2.2 Arus Inrush 9
BAB 3 PERANCANGAN ALAT DEMAGTISASI
TRANSFORMATOR 3 FASA 13
3.1 Perencanaan Alat 13
3.1.1 Panel Sumber Ac 3 Fasa 14
3.1.2 Komponen Pensakelaran 14
3.1.3 Transformator 3 Fasa 18
3.1.4 Kapasitor Demagnetisasi 19
3.2 Digital Oscilloscope 20
BAB 4 PENGUJIAN ALAT, AKUISISI DATA DAN ANALISA 23
4.1 Pengujian Alat 23
4.1.1 Kalibrasi Sudut Penyalaan 24
4.1.2 Kalibrasi Magnetisasi Transformator Uji 27
4.1.3 Pengujian Sakelar Demagnetisasi 27
4.2 Akuisisi Data 29
4.3 Hasil Pengujian 31
4.3.1 Hasil Pengujian 1 35
4.3.2 Hasil Pengujian 2 38
4.3.3 Hasil Pengujian 3 39
4.4 Analisa Data 53
4.4.1 Arus Inrush pada Sudut Penyalaan 0 derajat 53
4.4.2 Arus Inrush pada Sudut Penyalaan 90 derajat 56
BAB 5 PENUTUP 61
5.1 Kesimpulan 61
5.2 Penelitian Selanjutnya 61
vii
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 65
RIWAYAT HIDUP PENULIS
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
dengan sudut penyalaan 0 derajat secara skuensial 31
Gambar 4.12 Pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks
dengan sudut penyalaan 90 derajat secara skuensial 32
Gambar 4.13 Pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks
dengan sudut penyalaan 0 derajat secara
non-skuensial 33
Gambar 4.14 Pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks
dengan sudut penyalaan 90 derajat secara
non-skuensial 33
Gambar 4.15 Pengukuran arus inrush pengujian 1 untuk sudut
penyalaan 0 derajat secara skuensial 35
Gambar 4.16 Pengukuran arus inrush pengujian 1 untuk sudut
penyalaan 90 derajat secara skuensial 35
Gambar 4.17 Pengukuran arus inrush pengujian 1 untuk sudut
penyalaan 0 derajat secara non- skuensial 36
Gambar 4.18 Pengukuran arus inrush pengujian 1 untuk sudut
penyalaan 90 derajat secara non-skuensial 37
Gambar 4.19 Pengukuran arus inrush pengujian 2 untuk sudut
penyalaan 0 derajat secara skuensial 38
Gambar 4.20 Pengukuran arus inrush pengujian 2 untuk sudut
penyalaan 90 derajat secara skuensial 38
Gambar 4.21 Pengukuran arus inrush pengujian 3 untuk sudut
penyalaan 0 derajat secara skuensial 40
Gambar 4.22 Pengukuran arus inrush pengujian 3 untuk sudut
penyalaan 90 derajat secara skuensial 40
Gambar 4.23 Pengukuran arus inrush pengujian 3 untuk sudut
penyalaan 0 derajat secara non-skuensial 41
Gambar 4.24 Pengukuran arus inrush pengujian 3 untuk sudut
penyalaan 90 derajat secara non-skuensial 42
Gambar 4.25 Perbandingan rasio arus inrush peak dengan nilai
arus nominal transformator uji ( In ) sudut
penyalaan 0 derajat 54
Gambar 4.26 Perbandingan rasio arus inrush peak dengan nilai
arus rata – rata arus inrush peak tanpa resdual fluks
pada transformator uji ( Iinr ) sudut penyalaan
0 derajat 54
Gambar 4.27 Perbandingan rasio arus inrush peak dengan nilai
arus nominal transformator uji ( In ) sudut
penyalaan 0 derajat 56
x
Gambar 4.28 Perbandingan rasio arus inrush peak dengan nilai
arus rata – rata arus inrush peak tanpa resdual fluks
pada transformator uji ( Iinr ) sudut penyalaan
90 derajat 57
xi
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
xii
DAFTAR TABEL
xiii
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
xiv
RIWAYAT HIDUP PENULIS
67
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
p
68
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pada riset ini dilakukan percobaan dengan megambil data arus
inrush transformator uji 3 fasa 3kVA tipe inti core konvensional yang ada
pada Laboratorium Tegangan Tinggi Elektro ITS, dengan metode
pengukuran berbasis eksperimen. Pengujian pada transformator
dilakukan pada kondisi transien, yakni saat starting, pada awalnya
transformator dikondisikan memiliki resedual fluks dan diatur agar sudut
penyalaan transformator berada dititik 0 derajat dan sudut penyalaan 90
derajat. Proses energize transformator dilakukan dengan metode non-
skuensial yang ketiga fasanya masuk secara bersamaan dan metode
skuensial yang ketiga tegangan fasanya masuk secara urut. Jadi tegangan
masuk dari L1 terlebih dahulu, 120 derajat kemudian tegangan L2 masuk,
dan yang terakhir setelah 120 derajat tegangan L3 masuk ke fasa
transformator.
Hasil analisa yang di dapat hanya dari data pengujian yang
dilakukan, setelah analisa dan perbandingan data hasil pegukuran kedua
sudut penyalaan dilaksanakan, di dapatkan karekteristik arus inrush
transformator apabila terdapat resedual fluks didalamnya.
Selain itu, hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai referensi
untuk penelitian berikutnya, diantaranya yaitu metode untuk memperkecil
arus inrush saat terdapat pengaruh residual fluks, parameter analisa
transient pada transformator, dan sebagai pertimbangan analisa
harmonisa.
Adapun urutan kerja yang akan dilakukan dalam studi ini
pertama-tama adalah studi literatur dan menentukan metode pengukuran.
Kedua, setelah melakukan studi literatur dan menentukan model
transformator uji, menyiapkan, merancang dan menguji modul peralatan
untuk pengukuran transformator uji. Ketiga, setelah modul peralatan siap
digunakan, dilakukan proses pengukuran untuk pengambilan data. Proses
pengambilan data menggunakan instrument akuisisi data dan dilakukan
secara real-time di laboratorium. Keempat, data yang didapatkan dari
pengukuran di laboratorium diolah. Pada fase ini dapat diketahui dan
dibandingkan karakteristik dari arus inrush transformator uji. Langkah
terakhir yakni memberikan kesimpulan dan melakukan evaluasi terhadap
data yang diperoleh.
1.2 Sistematika Penulisan
Studi riset ini terdiri dari beberapa bab penulisan, dimulai dari
bab satu dibahas tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, metode,
sistematika, dan relevansi dari penulisan.
2
Selanjutnya pada bab dua dibahas tentang teori transformator
dan arus inrush yang digunakan dalam pengerjaan studi ini.
Pada bab tiga dibahas tentang perancangan modul peralatan
pengukuran transformator uji untuk mengetahui karakteristik arus inrush
transformator uji.
Selanjutnya pada bab empat dibahas tentang pengujian modul
peralatan dan analisis data hasil pengujian.
Pada bab lima dibahas tentang kesimpulan dari studi yang
dilakukan.
3
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
4
BAB 2
TRANSFORMATOR DAN ARUS INRUSH
2.1 Transformator
Transformator merupakan komponen yang sangat penting dalam
sistem kelistrikan, secara umum trafo digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan tegangan. Transformator terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
kumparan primer, kumparan sekunder, dan inti besi transformator.
Prinsip kerja transformator adalah tegangan bolak-balik
diberikan melalui kumparan primer. Kemudian akan mengalir arus bolak-
balik pada masing-masing putaran kumparan. Arus bolak-balik tersebut
akan menghasilkan fluks bolak-balik pada inti magnetik. Fluks tersebut
mengalir pada inti transfomator dan menginduksikan gaya gerak listrik
(GGL) pada kumparan sekunder.
Pada dasarnya ada dua jenis transformator yang umum
digunakan, yaitu tipe core dan tipe shell [4]. Pada transformator tipe core,
kumparan primer dan kumparan sekunder berada pada sisi lengan
transformator yang berbeda. Pada transformator tipe shell, kumparan
primer dan kumparan sekunder berada pada sisi lengan transformator
yang sama. Perbandingan atara kedua jenis tipe transformator ditunjukkan
pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.
5
Gambar 2.2 Transformator tipe shell
= = (2.3)
6
Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa:
Apabila > , maka transformator tersebut menjadi step-down
transformer.
Apabila < , maka transformator tersebut menjadi step-up
transformer.
Transformator tiga fasa juga terdiri dari tipe core dan tipe shell.
Belitan transformator tiga fasa dapat dihubungkan dengan koneksi wye
(Y) dan delta (∆). Sehingga koneksi antara kumparan primer dan
kumparan sekunder, mempunyai empat kombinasi, yaitu: Koneksi Y-∆;
Koneksi Y-Y; Koneksi ∆-Y; Koneksi ∆-∆. Perbedaan fasa untuk setiap
belitan pada transformator tiga fasa memiliki beda fasa sebesar 120
derajat.
7
∅
= ; = (2.4)
= (2.5)
8
Ketika transformator diberi sumber bolak – balik dengan
mengasumsikan fluks awalnya adalah nol, saat arus naik untuk pertama
kalinya, fluks pada inti membentuk jalur a-b yang dapat dilihat pada
gambar 2.4 dan ketika arus turun, fluks membentuk jalur b-c-d. Kemudian
ketika arus naik lagi, terbentuk fluks dengan jalur d-e-b. Perlu diketahui
bahwa jumlah fluks yang ada pada inti tidak tergantung pada jumlah arus
yang diberikan pada kumparan inti, tetapi juga pada fluks sebelumnya,
yang ada didalam inti.
Peningkatan pada arus yang memiliki arah berlawanan menyebabkan
inti termagnetisasi pada arah berlawanan. Peningkatan ini akan
menyebabkan inti mencapai saturasi namun pada arah berlawanan.
Perlu diketahui bahwa gaya magnet yang besar ketika pertama kali
diberikan dan kemudian dihilangkan, fluks pada inti tidak menuju nol.
Terdapat medan magnet yang tertinggal pada inti besi, dan inilah yang
dinamakan residual fluks.
9
perhitungan analisis arus inrush, analisis didapatkan melalui menurunkan
teori transformator 1 fasa. Ada beberapa formula yang diusulkan, yakni;
formula Bertagnolli [6]; Specht [7]; dan Holcomb [8].
Secara teori, arus inrush memiliki magnitude maksimum pada
saat dinyalakan dengan sudut penyalaan 0 derajat dan memiliki
magnitude minimum pada saat dinyalakan dengan sudut penyalaan 90
derajat [1].
Ketika transformator di-energize menggunakan sumber AC,
maka muncul aliran arus magnetisasi yang melewati belitan yang
terhubung oleh sumber tergangan, meskipun belitan disisi lain tidak
terhubung. Arus inrush dibutuhkan untuk energisasi pada transformator
sehingga menghasilkan fluks pada inti.
10
untuk rugi histerisis dan rugi arus eddy. Fenomena hubungan arus inrush
akibat adanya pengaruh fluks dan kurva magnetisasi inti ditunjukan pada
gambar 2.5.
11
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
12
BAB 3
PERANCANGAN ALAT DEMAGTISASI
TRANSFORMATOR 3 FASA
13
dapat dilakukan dari menekan push button yang ada pada modul kontroler
arduino.
TRIAC
14
Dari gambar 3.3 dapat diamati bahwa komponen pensaklaran dibagi
menjadi 3, yakni :
15
2. Rangkaian kontrol Arduino
Dalam modul pengujian arus inrush ini, Arduino Nano
melakukan berbagai peran sebagai pengolah data, ketiga menu utama
yang di tampilkan pada LCD adalah hasil olahan data pada Arduino.
Pada pensakelaran, Arduino berfungsi sebagai pengatur delay time.
Arduino diprogram untuk melakukan fungsi latch setelah delay time
tertentu. Dengan kata lain, Arduino digunakan untuk mengatur sudut
penyalaan input dari sistem ke transformator uji. Source code Arduino
untuk semua sistem dapat di lihat pada lampiran 2.
16
Pada gambar 3.6 dapat dilihat rangkaian kontrol Arduino yang
terdiri dari beberapa komponen utama seperti LCD 2x16 sebagai
tempat menampilkan menu pilihan yang terdapat pada modul, buzzer
sebagai indikator suara ketika waktu magnetisasi atau demagnetisasi
telah berakhir, dan 4 push button sebagai tombol untuk memilih menu
pada modul.
17
Setelah mendapatkan masukan pada gate dari optocoupler,
kondisi off TRIAC berubah ke kondisi forward sehingga tegangan
sumber AC dapat mengalir ke transformator uji. Gambar 3.7
merupakan driver TRIAC yang dipasang pada modul arus inrush.
Hasil simulasi pensakelaran TRIAC sudut penyalaan 90 derajat
di setengah priode awal, pada software PSIM di tunjukan pada gambar
3.8.
18
Transformator uji diatas memiliki inti standar. Secara lengkap
spesifikasi dari transformator yang digunakan dalam studi ini
ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi transformator 3 kVA 3 fasa
Fasa 3 Fasa
Daya Pada Trafo 3 KVA
Tegangan Primer 220 V
Tegangan Sekunder 127 V
Belitan Primer 340
Belitan Sekunder 196
Hubungan Belitan Y/Y
Frekuensi 50 Hz
19
Gambar 3.11 Rangkaian kapasitor demagnetisasi dan sakelar pilih
20
Tabel 3.2 dibawah ini melampirkan beberapa spesifikasi dari
digital osiloskop.
21
Pada tabel 3.3 dan 3.4 dibawah ini memaparkan beberapa spesifikasi
utama dari probe yang digunakan pada osiloskop.
22
BAB 4
PENGUJIAN ALAT, AKUISISI DATA DAN ANALISA
23
dipastikan dapat bekerja pada sudut penyalaan 0 derajat ataupun 90
derajat, serta dapat melakukan proses magnetisasi postif pada
transformator uji.
24
sebesar satu cycle dari setiap tegangannya, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.3.
Vin (jala-jala)
Vout Triac
sync. Time
Gambar 4.4 Source code waktu tunda sudut penyalaan secara skuensial
25
Kalibrasi modul dilakukan dengan memasang probe Channel 1
osiloskop pada tegangan jala-jala (PLN) yang terhubung dengan modul
dan memasang probe Channel 2 osiloskop pada tegangan output TRIAC
yang sesuai dengan sumber tegangan yang terhubung dengan modul. Hal
tersebut dilakukan secara bergantian pada setiap sumber AC 3 fasa,
sehinga jika gelombang yang di tunjukan osiloskop tersebut saling
berhimpit saat sedang di-energize maka dapat dipastikan sudut penyalaan
berjalan secara skuensial pada setiap fasanya. Gambar 4.5 dan gambar 4.6
menjukan hasil kalibrasi sudut penyalaan dari salah satu fasa sumber
tegangan yang terhubung dengan modul.
26
4.1.2 Kalibrasi Magnetisasi Transformator Uji
Proses magnetisasi dalam modul pengujian arus inrush ini,
dilakukan menggunakan sumber listrik AC yang besarnya sesuai dengan
tegangan rating masukan transformator uji. Proses magnetisasi dilakukan
selama 3 menit dengan sudut penyalaan 0 derajat secara skuensial dan
ketika waktu 3 menit berakhir pensakelaran Triac akan selalu berhenti
pada saat sumber AC dalam kondisi positif.
Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil pengujian arus
inrush dari hasil pengondisian proses magnetisasi yang selalu sama di
setiap pengujian, sehingga resedual fluks pada setiap pengujian
diharapak besarnya selalu sama. Proses magnetisasi transformator uji
pada salah satu fasa sumber AC tunjukan pada gambar 4.7.
27
modul dan resedual fluks pada transformator mulai menghilang dari inti
transformator sedikit demi sedikit tergantung dengan waktu
demagnetisasi yang dilakukan. Lama waktu demagnetisasi dapat dipilih
pada menu modul uji. Dengan memilih menu demagnetisasi, maka keluar
dua pilihan waktu demagnetisasi selama 3 menit atau 9 menit. Setelah
lama waktu demagnetisasi sudah dipilih, selanjutnya waktu akan mulai
menghitung mundur dan ketika waktu demagnetisasi habis, akan ada
indikator berupa suara dari buzzer. Selanjutnya sakelar pilih dapat
dipindah lagi ke posisi energize untuk proses pengujian berikutnya.
Sakelar pilih modul uji ditunjukan gambar 4.8 dan menu waktu
demagnetisasi modul uji ditunjukan pada gambar 4.9.
28
4.2 Akusisi Data
Akuisisi data untuk mengetahui karekteristik arus inrush pada
transformator uji 3kVA 3 fasa tanpa beban dilakukan dengan
menggunakan osiloskop digital. Proses akusisi data ditunjukan pada
gambar 4.10. Akusisi data dilakukan pada sudut penyalaan 0 derjat dan
90 derajat, dengan pengondisian resedual fluks dan proses demagnetisasi
yang dibagi menjadi 3 kondisi pengujian untuk proses penyalaan
skuensial, sedangkan untuk proses non-skuensial hanya dilakukan pada 2
kondisi, yaitu kondisi 1 dan 3 pada percobaan secara skuensial. Berikut
ini adalah ketiga kondisi akusisi data yang dilakukan secara skuensial
untuk mendapatkan karekteristik arus inrush ketika terdapat resedual
fluks pada transformator uji. :
1. Pengujian 1
Sudut penyalaan 0 derajat
Trafo harus mengalami proses magnetisasi selama 3 menit
dengan tegangan nominal trafo, kemudian setelah proses
magnetisasi, trafo di-energize dengan sudut penyalaan 0 derajat
selama 10 detik untuk mengukur arus inrush. Pengujian dilakukan
sebanyak 5 kali, tanpa ada proses demagnetisasi trafo.
2. Pengujian 2
Sudut penyalaan 0 derajat
Trafo harus mengalami proses magnetisasi selama 3 menit
dengan tegangan nominal trafo, kemudian setelah proses
magnetisasi, trafo di-energize dengan sudut penyalaan 0 derajat
selama 10 detik untuk mengukur arus inrush. Pengujian dilakukan
sebanyak 5 kali pengambilan data dan setiap pengambilan data
berulang trafo harus di-demagnetisasi selama 3 menit.
29
Sudut penyalaan 90 derajat
Trafo harus mengalami proses magnetisasi selama 3 menit
dengan tegangan nominal trafo, kemudian setelah proses magnetisasi,
trafo di-energize dengan sudut penyalaan 90 derajat selama 10 detik
untuk mengukur arus inrush. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali
pengambilan data dan setiap pengambilan data berulang trafo harus
di-demagnetisasi selama 3 menit.
3. Pengujian 3
Sudut penyalaan 0 derajat
Trafo harus mengalami proses magnetisasi selama 3 menit
dengan tegangan nominal trafo, kemudian setelah proses magnetisasi,
trafo di-energize dengan sudut penyalaan 0 derajat selama 10 detik
untuk mengukur arus inrush. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali
pengambilan data dan setiap pengambilan data berulang trafo harus
di-demagnetisasi selama 9 menit.
30
Akusisi data dilakukan pada transformator 3 kVA 3 fasa yang
dipasang dengan model hubungan Y-Y dengan metode sudut penyalaan
secara non-skuensial dan skuensial. Dengan membandingkan data dari
hasil pengujian nantinya, diharapkan dapat mengetahui pengaruh fluks
residu terhadap tren dari arus inrush transformator uji.
Gambar 4.11 Pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks dengan
sudut penyalaan 0 derajat secara skuensial
31
Gambar 4.12 Pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks dengan
sudut penyalaan 90 derajat secara skuensial
Hasil pengujian sebanyak 5 kali pada sudut penyalaan 0 derajat
secara skuensial di sajikan tabel 4.1 dan untuk sudut penyalaan 90 derajat
secara skuensial di sajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.1 Pengujian arus inrush tanpa injeksi fluks sudut 0 derajat secara
skuensial
Pengujian arus Inrush Peak
Tanpa Injeksi Fluks Residu
Percobaan ( )
ke
R (A) S (A) T (A)
32
Pengujian arus Inrush Peak
Tanpa Injeksi Fluks Residu
Percobaan ( )
ke
R (A) S (A) T (A)
Gambar 4.13 Pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks dengan
sudut penyalaan 0 derajat secara non-skuensial
Gambar 4.14 Pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks dengan
sudut penyalaan 90 derajat secara non-skuensial
33
Hasil pengujian sebanyak 5 kali pada sudut penyalaan 0 derajat
secara non-skuensial di sajikan tabel 4.3 dan untuk sudut penyalaan 90
derajat secara non-skuensial di sajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.3 Pengujian arus inrush tanpa injeksi fluks sudut 0 derajat secara
non-skuensial
Pengujian arus Inrush Peak
Tanpa Injeksi Fluks Residu
Percobaan ( )
ke
R (A) S (A) T (A)
Tabel 4.4 Pengujian arus inrush tanpa injeksi fluks sudut 90 derajat secara
non-skuensial
Pengujian arus Inrush Peak
Tanpa Injeksi Fluks Residu
Percobaan ( )
ke
R (A) S (A) T (A)
34
untuk fasa R 7,49 A, fasa S 4,15 A, fasa T 1,53 A. Pengujian selanjutnya
adalah proses pengujian yang sesuai perencanaan akusisi data yang telah
dibahas sebelumya.
35
Data hasil pengujian pada sudut penyalaan 0 derajat secara skuensial
ditunjukkan pada tabel 4.5 dan data hasil pengujian sudut penyalaan 90
derajat secara skuensial ditunjukan pada tabel 4.6.
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa arus inrush pada pengujian
1 dengan sudut penyalaan secara skuensial mengalami penurunan rasio
terhadap nilai rata – rata arus inrush tanpa injeksi fluks residu, rasio pada
fasa R berkisar antara 0,39 - 0,41 , rasio pada fasa S berkisar antara
0,49 - 0,63 , rasio pada fasa T berkisar antara 0,43 - 0,49
dan arus inrush pada pengujian 1 juga mengalami penurunan rasio
terhadap nilai arus nominal ( ) rasio pada fasa R berkisar antara 0,31 -
0,33 , rasio pada fasa S berkisar antara 0,20 - 0,25 , rasio pada fasa T
berkisar antara 0,08 - 0,11 .
Sedangkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa arus inrush pada
pengujian 1 dengan sudut penyalaan secara skuensial mengalami
penurunan rasio terhadap nilai rata – rata arus inrush tanpa injeksi fluks
residu, rasio pada fasa R berkisar antara 0,39 - 0,45 , rasio pada
fasa S berkisar antara 0,30 - 0,34 , rasio pada fasa T berkisar antara
0,04 - 0,05 dan arus inrush pada pengujian 1 juga mengalami
penurunan rasio terhadap nilai arus nominal ( ) rasio pada fasa R
berkisar antara 0,12 - 0,13 , rasio pada fasa S berkisar antara 0,11 -
0,12 , rasio pada fasa T berkisar antara 0,05 - 0,06 .
Hasil pengukuran os iloskop untuk sudut penyalaan 0 derajat
secara non-skuensial ditunjukan pada gambar 4.17 dan pada sudut
penyalaan 90 secara non-skuensial derajat ditunjukan pada gambar 4.18.
36
Gambar 4.18 Pengukuran arus inrush pengujian 1untuk sudut
penyalaan 90 derajat secara non-skuensial
37
4.3.2 Hasil Pengukuran Pengujian 2
Akusisi data pada pengujian 2 dilakukan hanya pada sudut
penyalaan skuensial, dan dengan proses demagnetisasi selama 3 menit
pada proses pengambilan data, jadi setelah transformator uji di
magnetisasi tegangan uji selama 3 menit dan di-energized selama 10
detik, transformator kembali di magnetisasi, kemudian di-energized lagi.
Proses tersebut dilakukan sampai dengan 5 kali pengambilan data, baik
untuk sudut penyalaan 0 derajat maupun 90 derajat.
Salah satu hasil pengukuran osiloskop untuk sudut penyalaan 0
derajat ditunjukan pada gambar 4.19 dan pada sudut penyalaan 90 derajat
ditunjukan pada gambar 4.20.
38
Data hasil pengujian pada sudut penyalaan 0 derajat secara
skuensial ditunjukkan pada tabel 4.9 dan data hasil pengujian sudut
penyalaan 90 derajat secara skuensial ditunjukan pada tabel 4.10.
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa arus inrush pada pengujian
2 mengalami penurunan rasio terhadap nilai rata – rata arus inrush tanpa
injeksi fluks residu, rasio pada fasa R berkisar antara 0,53 - 0,70 ,
rasio pada fasa S berkisar antara 0,70 - 0,71 , tetapi mengalami
kenaikan rasio yang nilainya sama dengan nilai rata – ratanya di fasa T,
rasio pada fasa T berkisar antara 0,93 - 1,25 . Sedangkan arus
inrush pada pengujian 2 mengalami penurunan rasio terhadap nilai arus
nominal ( ) rasio pada fasa R berkisar antara 0,42 - 0,56 , rasio pada
fasa S berkisar antara 0,28 - 0,29 , rasio pada fasa T berkisar antara
0,26 - 0,30 .
Pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa arus inrush pada pengujian
2 mengalami penurunan rasio terhadap nilai rata – rata arus inrush tanpa
injeksi fluks residu, rasio pada fasa R berkisar antara 0,97 - 1,05 ,
rasio pada fasa S berkisar antara 0,88 - 0,94 , rasio pada fasa T
berkisar antara 0,71 - 0,72 dan arus inrush pada pengujian 2 juga
mengalami penurunan rasio terhadap nilai arus nominal ( ) rasio pada
fasa R berkisar antara 0,29 - 0,32 , rasio pada fasa S berkisar antara
0,32 - 0,34 , rasio pada fasa T berkisar antara 0,90 - 0,92 .
39
Gambar 4.21 Pengukuran arus inrush pengujian 3 untuk sudut
penyalaan 0 derajat secara skuensial
40
berkisar antara 0,76 - 0,81 , rasio pada fasa S berkisar antara 0,39 -
0,41 , rasio pada fasa T berkisar antara 0,17 - 0,29 .
Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa arus inrush pada pengujian
3 dengan sudut penyalaan secara skuensial, rasio arus inrush terhadap
nilai rata – rata arus inrush tanpa injeksi fluks residu sudah banyak yang
sama, rasio pada fasa R berkisar antara 0,97 - 1.02 , rasio pada fasa
S berkisar antara 0,95 - 1,05 , rasio pada fasa T berkisar antara
0,92 - 1,07 . Sedangkan arus inrush pada pengujian 3 mengalami
penurunan rasio terhadap nilai arus nominal ( ) rasio pada fasa R
berkisar antara 0,30 - 0,31 , rasio pada fasa S berkisar antara 0,35 -
0,38 , rasio pada fasa T berkisar antara 1,22 – 1,36 .
Hasil pengukuran osiloskop untuk sudut penyalaan 0 derajat
secara non-skuensial ditunjukan pada gambar 4.23 dan pada sudut
penyalaan 90 derajat secara non-skuensial ditunjukan pada gambar 4.24.
41
Gambar 4.24 Pengukuran arus inrush pengujian 3 untuk sudut
penyalaan 90 derajat secara non-skuensial
Data hasil pengujian pada sudut penyalaan 0 derajat secara non-
skuensial ditunjukkan pada tabel 4.13 dan data hasil pengujian sudut
penyalaan 90 derajat secara non-skuensial ditunjukan pada tabel 4.14.
Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa arus inrush pada pengujian
3 dengan sudut penyalaan secara non-skuensial mengalami penurunan
rasio terhadap nilai rata – rata arus inrush tanpa injeksi fluks residu, rasio
pada fasa R berkisar antara 0,67 - 0,82 , rasio pada fasa S berkisar
antara 0,50 - 1,01 , rasio pada fasa T berkisar antara 0,68 -
0,73 . Arus inrush pada pengujian 3 mengalami kenaikan rasio
terhadap nilai arus nominal ( ) , rasio pada fasa R berkisar antara 1,3 -
1,59 , rasio pada fasa T berkisar antara 3,92 - 4,19 , dan mengalami
penurunan rasio pada fasa S berkisar antara 0,37 - 0,75 ,
Pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa arus inrush pada pengujian
3 dengan sudut penyalaan secara non-skuensial mengalami penurunan
rasio terhadap nilai rata – rata arus inrush tanpa injeksi fluks residu, rasio
pada fasa R berkisar antara 0,69 - 0.91 , rasio pada fasa S berkisar
antara 0,63 - 0,94 , rasio pada fasa T berkisar antara 0,56 -
0,80 dan arus inrush pada pengujian 3 mengalami kenaikan rasio
terhadap nilai arus nominal ( ) rasio pada fasa R berkisar antara 1,34 -
1,5 , dan mengalami penurunan dengan rasio pada fasa S berkisar antara
0,62 - 0,86 , rasio pada fasa T berkisar antara 0,19 – 0,27 .
42
Tabel 4.5 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 1 sudut penyalaan 0 derajat secara skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 1,53 1,16 0,50 3,61 1,84 1,10 4,54 0,42 Iinr 0,63 Iinr 0,45 Iinr 0,33 In 0,25 In 0,11 In
2 1,50 1,13 0,53 3,61 1,84 1,10 4,54 0,42 Iinr 0,61 Iinr 0,48 Iinr 0,33 In 0,24 In 0,11 In
43
3 1,43 0,91 0,40 3,61 1,84 1,10 4,54 0,39 Iinr 0,49 Iinr 0,36 Iinr 0,31 In 0,20 In 0,08 In
4 1,49 1,07 0,48 3,61 1,84 1,10 4,54 0,41 Iinr 0,58 Iinr 0,43 Iinr 0,32 In 0,23 In 0,10 In
5 1,51 1,12 0,54 3,61 1,84 1,10 4,54 0,42 Iinr 0,61 Iinr 0,49 Iinr 0,33 In 0,24 In 0,11 In
43
Tabel 4.6 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 1 sudut penyalaan 90 derajat secara skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 0,57 0,52 0,27 1,39 1,67 5,77 4,54 0,41 Iinr 0,31 Iinr 0,04 Iinr 0,12 In 0,11 In 0,05 In
44
2 0,60 0,55 0,28 1,39 1,67 5,77 4,54 0,43 Iinr 0,32 Iinr 0,04 Iinr 0,13 In 0,12 In 0,06 In
3 0,63 0,58 0,31 1,39 1,67 5,77 4,54 0,45 Iinr 0,34 Iinr 0,05 Iinr 0,13 In 0,12 In 0,06 In
4 0,59 0,51 0,29 1,39 1,67 5,77 4,54 0,42 Iinr 0,30 Iinr 0,05 Iinr 0,12 In 0,11 In 0,06 In
5 0,55 0,52 0,26 1,39 1,67 5,77 4,54 0,39 Iinr 0,31 Iinr 0,04 Iinr 0,12 In 0,11 In 0,05 In
44
Tabel 4.7 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 1 sudut penyalaan 0 derajat secara non-skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 2,60 1,60 5,48 8,83 3,38 26,0 4,54 0,29 Iinr 0,47 Iinr 0,21 Iinr 0,57 In 0,35 In 1,21 In
2 3,06 1,78 4,56 8,83 3,38 26,0 4,54 0,35 Iinr 0,53 Iinr 0,18 Iinr 0,67 In 0,39 In 1,00 In
45
3 2,66 1,49 5,52 8,83 3,38 26,0 4,54 0,30 Iinr 0,44 Iinr 0,21 Iinr 0,59 In 0,33 In 1,22 In
4 2,73 1,52 5,50 8,83 3,38 26,0 4,54 0,31 Iinr 0,45 Iinr 0,21 Iinr 0,60 In 0,33 In 1,21 In
5 2,68 1,55 4,49 8,83 3,38 26,0 4,54 0,30 Iinr 0,46 Iinr 0,17 Iinr 0,59 In 0,34 In 0,99 In
45
Tabel 4.8 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 1 sudut penyalaan 90 derajat secara non-skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 1,60 1,20 0,48 7,49 4,15 1,53 4,54 0,21 Iinr 0,29 Iinr 0,31 Iinr 0,35 In 0,26 In 0,11 In
2 1,76 1,28 0,56 7,49 4,15 1,53 4,54 0,23 Iinr 0,31 Iinr 0,37 Iinr 0,39 In 0,28 In 0,12 In
46
3 1,66 1,19 0,52 7,49 4,15 1,53 4,54 0,22 Iinr 0,29 Iinr 0,34 Iinr 0,37 In 0,26 In 0,11 In
4 1,73 1,22 0,50 7,49 4,15 1,53 4,54 0,23 Iinr 0,29 Iinr 0,33 Iinr 0,38 In 0,27 In 0,11 In
5 1,68 1,25 0,49 7,49 4,15 1,53 4,54 0,22 Iinr 0,30 Iinr 0,32 Iinr 0,37 In 0,28 In 0,11 In
46
Tabel 4.9 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 2 sudut penyalaan 0 derajat secara skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 2,55 1,31 1,38 3,61 1,84 1,10 4,54 0,70 Iinr 0,71 Iinr 1,25 Iinr 0,56 In 0,28 In 0,30 In
2 1,93 1,30 1,03 3,61 1,84 1,10 4,54 0,53 Iinr 0,70 Iinr 0,93 Iinr 0,42 In 0,28 In 0,22 In
47
3 2,35 1,29 1,31 3,61 1,84 1,10 4,54 0,65 Iinr 0,70 Iinr 1,19 Iinr 0,51 In 0,28 In 0,28 In
4 1,97 1,32 1,19 3,61 1,84 1,10 4,54 0,54 Iinr 0,71 Iinr 1,08 Iinr 0,43 In 0,29 In 0,26 In
5 2,21 1,29 1,25 3,61 1,84 1,10 4,54 0,61 Iinr 0,70 Iinr 1,13 Iinr 0,48 In 0,28 In 0,27 In
47
Tabel 4.10 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 2 sudut penyalaan 90 derajat
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 1,43 1,56 4,16 1,39 1,67 5,77 4,54 1,02 Iinr 0,93 Iinr 0,72 Iinr 0,31 In 0,34 In 0,91 In
2 1,38 1,47 4,13 1,39 1,67 5,77 4,54 0,99 Iinr 0,88 Iinr 0,71 Iinr 0,30 In 0,32 In 0,90 In
48
3 1,36 1,53 4,17 1,39 1,67 5,77 4,54 0,97 Iinr 0,91 Iinr 0,72 Iinr 0,29 In 0,33 In 0,91 In
4 1,41 1,52 4,13 1,39 1,67 5,77 4,54 1,01 Iinr 0,91 Iinr 0,71 Iinr 0,31 In 0,33 In 0,90 In
5 1,46 1,58 4,21 1,39 1,67 5,77 4,54 1,05 Iinr 0,94 Iinr 0,72 Iinr 0,32 In 0,34 In 0,92 In
48
Tabel 4.11 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 3 sudut penyalaan 0 derajat secara skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 3,68 1,88 1,33 3,61 1,84 1,10 4,54 1,01 Iinr 1,02 Iinr 1,20 Iinr 0,81 In 0,41 In 0,29 In
2 3,52 1,79 0,97 3,61 1,84 1,10 4,54 0,97 Iinr 0,97 Iinr 0,88 Iinr 0,77 In 0,39 In 0,21 In
49
3 3,58 1,82 1,10 3,61 1,84 1,10 4,54 0,99 Iinr 0,98 Iinr 1,00 Iinr 0,78 In 0,40 In 0,24 In
4 3,48 1,86 0,81 3,61 1,84 1,10 4,54 0,96 Iinr 1,01 Iinr 0,73 Iinr 0,76 In 0,40 In 0,17 In
5 3,63 1,81 1,13 3,61 1,84 1,10 4,54 1,00 Iinr 0,98 Iinr 1,02 Iinr 0,79 In 0,39 In 0,24 In
49
Tabel 4.12 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 3 sudut penyalaan 90 derajat secara skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 1,42 1,76 5,62 1,39 1,67 5,77 4,54 1,02 Iinr 1,05 Iinr 0,97 Iinr 0,31 In 0,38 In 1,23 In
2 1,37 1,62 6,20 1,39 1,67 5,77 4,54 0,98 Iinr 0,97 Iinr 1,07 Iinr 0,30 In 0,35 In 1,36 In
50
3 1,41 1,73 5,36 1,39 1,67 5,77 4,54 1,01 Iinr 1,03 Iinr 0,92 Iinr 0,31 In 0,38 In 1,18 In
4 1,39 1,67 5,87 1,39 1,67 5,77 4,54 1,00 Iinr 1,00 Iinr 1,01 Iinr 0,30 In 0,36 In 1,29 In
5 1,36 1,60 5,93 1,39 1,67 5,77 4,54 0,97 Iinr 0,95 Iinr 1,02 Iinr 0,31 In 0,35 In 1,30 In
50
Tabel 4.13 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 3 sudut penyalaan 0 derajat secara non-skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 6,40 3,08 18,2 8,83 3,38 26,0 4,54 0,72 Iinr 0,91 Iinr 0,70 Iinr 1,41 In 0,68 In 4,01 In
2 7,21 1,68 19,0 8,83 3,38 26,0 4,54 0,82 Iinr 0,50 Iinr 0,73 Iinr 1,59 In 0,37 In 4,19 In
51
3 5,89 2,62 17,8 8,83 3,38 26,0 4,54 0,67 Iinr 0,78 Iinr 0,68 Iinr 1,30 In 0,58 In 3,92 In
4 6,37 3,42 18,4 8,83 3,38 26,0 4,54 0,72 Iinr 1,01 Iinr 0,71 Iinr 1,40 In 0,75 In 4,05 In
5 6,91 2,74 19,0 8,83 3,38 26,0 4,54 0,78 Iinr 0,81 Iinr 0,73 Iinr 1,52 In 0,60 In 4,19 In
51
Tabel 4.14 Hasil pengukuran arus inrush pengujian 3 sudut penyalaan 90 derajat secara non-skuensial
Rata-Rata
Arus Nominal ( )
Pengujian Inrush
Inrush Peak
Percobaan ke
R S T R S T
R S T R S T
1 5,2 2,6 0,86 7,49 4,15 1,53 4,54 0,69 Iinr 0,63 Iinr 0,56 Iinr 1,15 In 0,57 In 0,19 In
2 6,8 3,6 1,23 7,49 4,15 1,53 4,54 0,91 Iinr 0,87 Iinr 0,80 Iinr 1,50 In 0,79 In 0,27 In
52
3 6,3 2,8 0,98 7,49 4,15 1,53 4,54 0,84 Iinr 0,67 Iinr 0,64 Iinr 1,39 In 0,62 In 0,22 In
4 5,9 3,9 1,03 7,49 4,15 1,53 4,54 0,79 Iinr 0,94 Iinr 0,67 Iinr 1,30 In 0,86 In 0,23 In
5 6,1 3,4 1,18 7,49 4,15 1,53 4,54 0,81 Iinr 0,82 Iinr 0,77 Iinr 1,34 In 0,75 In 0,26 In
52
4.4 Analisa Data
Seluruh hasil pengujian pada saat akusisi data digunakan untuk
mengetahui karekteristik arus inrush saat terdapat resedual fluks pada
transformator uji. Analisa data transformator uji akan dilakukan dengan
cara membandingkan antara nilai arus inrush ketiga fasa transformator
dengan arus nominal transformator bekerja secara maksimal ( In ) dan
nilai arus inrush ketiga fasa transformator dengan nilai rata – rata arus
inrush ketiga fasa transformator tanpa residual fluks ( Iinr ), baik pada
sudut penyalaan 0 derajat maupun sudut penyalaan 90 derajat dan secara
skuensial ataupun non-skuensial.
53
Rsq Ssq Tsq
2.4
2.2
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
54
Kenaikan rasio arus inrush peak pada setiap pengujian terhadap
nilai nominal arus transformator uji ( In ) pada sudut penyalaan skuensial
untuk fasa R sebesar 0,31 In – 0,81 In , fasa S sebesar 0,20 In – 0,41 In ,
fasa T sebesar 0,08 In – 0,30 In. Sedangkan pada sudut penyalaan non-
skuensial untuk fasa R sebesar 0,57 In – 1,59 In , fasa S sebesar 0,33 In –
0,75 In , fasa T sebesar 0,99 In – 4,19 In. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan sudut penyalaan 0 derajat
secara skuensial dapat menurunkan arus inrush pada transformator uji.
Jika melihat grafik pada gambar 4.26 nilai arus inrush peak di
setiap pengujian mengalami kenaikan, walaupun pada pengujian 2 dan 3
kenaikan nilai arus inrush peak fasa T tidak stabil seperti fasa R atau fasa
T. Pada pengujian 1 yang dilakukan tanpa proses demagnetisasi
menyebabkan arus inrush tidak menglami banyak kenaikan, hal tersebut
di karenakan masih ada sisa resedual fluks atau arus magnetisasi pada
transformator uji. Sedangkan pada pengujian 2 dan pengujian 3, sudah
terdapat proses demagnetisasi pada setiap proses pengujian, sehingga
arus inrush peak saat penyalaan transformator juga semakin tinggi. Nilai
arus inrush peak pada pengujian 3 jika dibandingkan dengan nilai rata –
rata pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks residu ( Iinr ), nilainya
hanya sedikit di bawah nilai rata – rata pengujian arus inrush peak tanpa
fluks residu, yang artinya bahwa kondisi fluks sisa pada inti transformator
semakin berkurang karena adanya proses demganetisasi.
Dengan memperhatikan waktu demagnetisasi pada setiap
pengujian 1, pengujian 2, atau pengujian 3, dan grafik rasio perbandingan
arus inrush dengan Iinr , dapat di simpulkan bahwa nilai arus inrush peak
berbanding lurus dengan waktu demagnetisasi. Jadi semakin lama waktu
demagnetisasi maka sisa fluks pada transformator semakin berkurang dan
ketika sisa fluks pada transformator berkurang atau hilang, maka arus
inrush sebagai arus magnetisasi transformator yang nilainya semakin
mendekati nilai rata – rata pengujian arush inrush peak tanpa resedual
fluks.
Kenaikan rasio arus inrush peak pada setiap pengujian terhadap
nilai rata – rata pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks residu ( Iinr
) transformator uji pada sudut penyalaan secara squensial untuk fasa R
sebesar 0,39 Iinr – 1,01 Iinr , fasa S sebesar 0,49 Iinr – 1,02 Iinr, fasa T
sebesar 0,43 Iinr – 1,25 Iinr. Sedangkan pada sudut penyalaan secara non-
55
skuensial untuk fasa R sebesar 0,29 Iinr – 0,82 Iinr , fasa S sebesar 0,44 Iinr
– 1,01 Iinr, fasa T sebesar 0,17 Iinr – 0,73 Iinr.
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pengujian 1 pengujian 2 pengujian 3
Gambar 4.27 Perbandingan rasio arus inrush peak dengan nilai arus
nominal transformator uji ( In ) sudut penyalaan 90 derajat
56
Rsq Ssq Tsq
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
57
Walaupun jika di bandingkan dengan nilai arus inrush peak
sudut penyalaan 0 derajat, nilai arus inrush peak ketika sudut penyalaan
dirubah menjadi 90 derajat menjadi lebih kecil, akan tetapi terdapat
beberapa perbedaan bentuk gelombang arus inrush peak. Jika pada sudut
penyalaan 90 derajat secara skuensial, arus inrush peak cenderung ke sisi
arus polaritas negatif pada sisi fasa R dan fasa S, sedangkan pada sisi fasa
T arus inrush peak cederung ke sisi arus polaritas positif.
Hal tersebut dapat disebabkan karena pada saat sudut penyalaan
90 derajat di siklus tegangan polaritas positif, arus inrush yang masuk ke
transformator belum cukup untuk memenuhi arus nominal magnetisasi.
Sehingga ketika di siklus tegangan polaritas negatif yang dapat mengisi
arus magnetisasi dari sudut 0 derajat, arus magnetisasi dapat terserap
lebih banyak. Tetapi arus inrush peak yang terserap di siklus polaritas
negatif pada sudut penyalaan 90 derajat nilainya tidak akan setinggi
seperti arus inrush peak siklus polaritas positif pada saat sudut penyalaan
0 derajat, karena ketika sudut penyalaan 90 derajat dimulai, di siklus
tegangan polaritas positif sudah terjadi pengisisan arus magnetisasi
walupun hanya sedikit. Berbeda dengan sudut penyalaan 90 derajat
secara non-skuensial, arus inrush peak cenderung ke sisi arus polaritas
Positif pada sisi fasa S dan fasa T, sedangkan pada sisi fasa R arus inrush
peak cederung ke sisi arus polaritas negatif.
Sebab lain yang mengakibatkan perbedaan arah arus siklus
positif maupun negatif, pada sudut penyalaan skuensial ataupun non-
skuensial dapat diakrenakan pada tranaformator uji 3 fasa arus yang
mengalir merupakan resultan dari 3 belitan di dalam inti transformator
yang sama, selain itu persebaran fluks pada inti transformator 3 fasa yang
kurang merata dapat mengakibatkan arus inrush pada sudut penyalaan 90
derajat terjadi perbedaan arah arus inrush.
Jika melihat grafik pada gambar 4.28 nilai arus inrush peak di
setiap pengujian cenderung mengalami kenaikan. Pada pengujian 1 yang
dilakukan tanpa proses demagnetisasi menyebabkan arus inrush tidak
menglami banyak kenaikan, hal tersebut juga di karenakan masih ada sisa
resedual fluks atau arus magnetisasi pada transformator uji. Sedangkan
pada pengujian 2 dan pengujian 3, sudah terdapat proses demagnetisasi
pada setiap proses pengujian, sehingga arus inrush peak saat penyalaan
transformator juga semakin tinggi. Nilai arus inrush peak pada pengujian
58
3 jika dibandingkan dengan nilai rata – rata pengujian arus inrush peak
tanpa injeksi fluks residu ( Iinr ), nilainya hanya sedikit di bawah nilai rata
– rata pengujian arus inrush peak tanpa fluks residu.
Kenaikan rasio arus inrush peak pada setiap pengujian terhadap
nilai rata – rata pengujian arus inrush peak tanpa injeksi fluks residu ( Iinr
) transformator uji pada sudut penyalaan skuensial untuk fasa R sebesar
0,39 Iinr – 1,05 Iinr, fasa S sebesar 0,30 Iinr – 1,05 Iinr, fasa T sebesar 0,04
Iinr – 1,07 Iinr. Sedangkan pada sudut penyalaan non-skuensial untuk fasa
R sebesar 0,21 Iinr – 0,91 Iinr, fasa S sebesar 0,29 Iinr – 0,94 Iinr, fasa T
sebesar 0,31 Iinr – 0,80 Iinr.
59
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
60
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian modul demagnetisasi
tranformator 3kVA 3 fasa untuk mengetahui karektristik arus inrush
akibat adanya resedual fluks dengan metode penyalaan skuensial pada
sudut 0 derajat dan 90 derajat yang berbasis eksperimen, di dapatkan
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Perbandingan rasio kenaikan pada setiap pengujian nilai arus inrush
ketiga fasa transformator dengan arus nominal transformator bekerja
secara maksimal ( In ), hasilnya ketika sudut penyalaan 90 derajat
secara skuensial rasio kenaikan menjadi lebih kecil dari pada saat
sudut penyalaan 0 derajat secara skuensial. Rasio perbedaan pada fasa
R sebesar 1:2,53 s.d. 1:2,83, fasa S sebesar 1:1,07 s.d. 1:1,81, fasa T
sebesar 1:0,83 s.d. 1:1,6.
2. Perbandingan rasio kenaikan pada setiap pengujian nilai arus inrush
ketiga fasa transformator dengan arus nominal transformator bekerja
secara maksimal ( In ), hasilnya ketika sudut penyalaan 90 derajat
secara non-skuensial rasio keniakan menjadi lebih kecil dari pada saat
sudut penyalaan 0 derajat secara non-skuensial. Rasio perbedaan pada
fasa R sebesar 1:1,06 s.d. 1:1,62, fasa S sebesar 1:0,87 s.d. 1:1,26,
fasa T sebesar 1:9 s.d. 1:15,51.
3. Penurunan arus inrush secara non-skuensial dengan skuensial pada
sudut penyalaan 0 derajat, pada fasa R sebesar 0.26 s.d. 0.78, fasa S
sebesar 0.13 s.d. 0.34, fasa T sebesar 0.91 s.d. 3.89
4. Penurunan arus inrush secara non-skuensial dengan skuensial pada
sudut penyalaan 90 derajat, pada fasa R sebesar 0.23 s.d. 1.22, fasa S
sebesar 0.15 s.d. 0.48, fasa T sebesar -1.01 s.d. -1.09
5. Dengan melihat rasio penurunan antara metode penyalaan secara
skuensial dan metode non-skuensial, maka untuk mendapatkan nilai
arus inrush terkecil saat melakukan starting transformator lebih baik
menggunakan metode penyalaan 90 derajat secara skuensial.
6. Rasio kenaikan pada setiap pengujian nilai arus inrush ketiga fasa
transformator dengan nilai rata – rata arus inrush ketiga fasa
transformator tanpa residual fluks ( Iinr ) pada metode penyalaan
skuensial, hasilnya ketika sudut penyalaan 0 derajat pada fasa R
sebesar 0,39 Iinr s.d. 1,01 Iinr , fasa S sebesar 0,49 Iinr s.d. 1,02 Iinr, fasa
61
T sebesar 0,43 Iinr s.d. 1,25 Iinr. Sedangkan saat sudut penyalaan 90
derajat untuk fasa R sebesar 0,39 Iinr s.d. 1,05 Iinr, fasa S sebesar 0,30
Iinr s.d. 1,05 Iinr, fasa T sebesar 0,04 Iinr s.d. 1,07 Iinr.
7. Rasio kenaikan pada setiap pengujian nilai arus inrush ketiga fasa
transformator dengan nilai rata – rata arus inrush ketiga fasa
transformator tanpa residual fluks ( Iinr ) pada metode penyalaan non-
skuensial, hasilnya ketika sudut penyalaan 0 derajat pada fasa R
sebesar 0,29 Iinr s.d. 0,82 Iinr , fasa S sebesar 0,44 Iinr s.d. 1,01 Iinr, fasa
T sebesar 0,17 Iinr s.d. 0,73 Iinr. Sedangkan saat sudut penyalaan 90
derajat untuk fasa R sebesar 0,21 Iinr s.d. 0,91 Iinr, fasa S sebesar 0,29
Iinr s.d. 0,94 Iinr, fasa T sebesar 0,31 Iinr s.d. 0,80 Iinr.
8. Nilai arus inrush peak berbanding lurus dengan waktu demagnetisasi,
jadi semakin lama waktu demagnetisasi pada transformator uji maka
sisa fluks pada transformator semakin berkurang.
62
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nicola Chiesa, Power Transformer Modeling for Inrush Current
Calculation. Trondheim: Norwegian University of Science and
Technology. Jun. 2010.
63
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
64
LAMPIRAN 1
Rangkaian modul arus inrush
65
55
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
56
66