Oleh
PETRUS PRASETYO
By
PETRUS PRASETYO
(Skripsi)
Oleh
PETRUS PRASETYO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN REAKTANSI
SALURAN TERHADAP TRANSIENT STABILITY OF MULTI-
MACHINE DENGAN METODE RUNGE-KUTTA FEHLBERG
Oleh
Petrus Prasetyo
Skripsi
Pada
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
First, think.
Second, believe.
Third, dream.
And finally, dare.
~Walt Disney~
Keluargaku
atas dukungan dan semangat
kalian semua,
Elevengineer
Yang telah menjadi keluarga baruku.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala hikmat,
Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lampung.
mendapatkan bantuan pemikiran serta dorongan moril dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Suharno, M.S, M.Sc, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik.
2. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro.
3. Bapak Dr. Herman Halomoan Sinaga, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan
Teknik Elektro.
4. Ibu Dr. Eng. Dikpride Despa, S.T., M.T. sebagai Pembimbing Utama, yang
serta kritikan yang bersifat membangun dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Herri Gusmedi S.T., M.T. selaku Pembimbing Kedua, yang telah
6. Bapak Dr. Eng. Lukmanul Hakim, S.T., M.Sc. selaku Penguji Utama, yang
8. Mbak Ning, Mbak Dian, Mas Daryono dan seluruh jajarannya atas semua
9. Kedua orang tua penulis, Bpk. Simon Kuwat Santoso (Alm) dan Ibu Suminah
10. Mbak Inggar Rumekti dan Bang Natal Sitorus sekeluarga, Mas Elly Manuel,
Mas Saul Yuliono, Mas Lukas Pranoto, Adek Kiyat Korintus, Adek K. Meyas
pendidikan.
11. Keluarga besar “Elevengineer 2011” dan teman berbagi cerita: Yeremia
Luhur, Frian Daniel, Richard Manuel, Febry Ramos Sinaga, Rani Kusuma
Dewi, Fanny Simatupang, Eliza Hara, Yunita, Ocik, Jul, Nurhayati, Alin,
Annida, Yoga Putra, Deden H, Reza Naufal, dan Bang M. Cahyadi, S.T.
12. Teman seperjuangan “Vina Aprilia”, sebagai teman senasib dan
Akhir ini dan menjadi pendengar setia dalam segala bentuk curahan hati di
kehidupan sehari-hari.
(PBE), Kak Eko Susanto, S.T., Bang Jumanto S, S.T., Ayu, S.T, Anwar
S.T., Kiki Apriliya, Oka Kurniawan, S.T., Adek-adek 2013 (Ikrom, Rasyid,
Riza, Citra, Ubaidah, Yona, Niken, Nurul), Teknisi (Mas Makmur Santosa)
Habib, Rejani, S.T., Fikri, Andi, Edi, Alex, S.T., Hajri, Najib, Mariyo,
Andreas, Gusmau Rado P, S.T. dan kawan-kawan SIE dan SKI tidak dapat
15. Rosdiana Matcik dan keluarga, Helen B.S dan Elsye S yang telah memberikan
motivasi, doa dan dukungan kepada penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir
ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
17. Almamater tercinta, atas kisah hidup yang penulis dapatkan semasa kuliah.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tuhan memberkati!
Penulis,
Petrus Prasetyo
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ..................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah ............................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................... 3
1.3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.4. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.5. Batasan Masalah ................................................................................... 5
1.6. Sistematika Penulisan .......................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Stabilitas Sistem Tenaga ............................................ 8
Gambar 2.2 Aliran daya mekanik dan elektrik dalam sebuah mesin Sinkron . 15
Gambar 2.3 Grafik terhadap t untuk sistem stable dan unstable .................... 19
Gambar 4.6. Kurva ayunan dengan waktu pemutusan gangguan 0.18 detik ... 47
Gambar 4.7. Kurva ayunan dengan waktu pemutusan gangguan 0.19 detik ... 47
Gambar 4.8. Kurva ayunan dengan waktu pemutusan gangguan 0.20 detik ... 48
Halaman
Tabel 4.2. Data Saluran yang Ditambahkan pada Sistem IEEE 9 Bus ............ 63
0.19s ................................................................................................ 66
PENDAHULUAN
Sistem tenaga listrik (power system energy) terdiri dari 3 komponen utama, yaitu:
tersebut harus selalu terjaga keandalannya. Sistem tenaga listrik dapat dikatakan
(disturbances).
Keandalan dalam sistem tenaga listrik (STL) berkaitan dengan kestabilan sistem
sistem tenaga listrik yang andal, sangat berhubungan dengan kemampuan suatu
sistem tenaga listrik untuk beroperasi dalam keadaan normal kembali setelah
mengalami gangguan.
Menurut Das D (2006) dan R Murty (2007), studi kestabilan sistem tenaga listrik
dibagi menjadi 3, yaitu: steady state stability, dinamic stability dan transient
stability. Steady state stability merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk
disturbances) dan perluasan dari studi steady state stability adalah dinamic
adanya pemberian beban secara tiba-tiba, hilangnya beban yang besar, lepasnya
Apabila gangguan besar pada kestabilan peralihan ini tidak dilakukan tindakan
sistem tenaga listrik. Oleh karena itu perlu adanya studi mengenai kestabilan
Studi kestabilan peralihan berkaitan dengan CCT (Critical Clearing Time). CCT
kompensator kapasitor seri pada saluran transmisi serta menambah jumlah saluran
transmisi.
non-linier ini.
1.2. Tujuan
Runge-Kutta Fehlberg.
IEEE 9 bus dengan pemberian gangguan 3 fasa simetris dan hilangnya beban
secara tiba-tiba.
generator/mesin.
CCT) dari sistem tenaga listrik yang akan berguna untuk perancangan sistem
proteksi.
4
sistem tersebut.
transmisi akan menerapkan gangguan 3 fasa simetris pada salah satu saluran
Analisis dilakukan dengan mengamati waktu terlama yang dibutuhkan oleh mesin
1. Sistem tenaga listrik multi mesin yang digunakan adalah sistem IEEE 9 bus
3. Gangguan besar yang diujikan pada penelitian ini adalah hilangnya beban
secara tiba-tiba dan gangguan 3 fasa simetris pada saluran transmisi 8-9 dekat
dengan bus 9.
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan ini berisi latar belakang dan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Tinjauan pustaka ini menjelaskan dan memaparkan uraian umum mengenai materi
kestabilan sistem tenaga listrik, swing equation, swing curve dan metode numerik
Runge-Kutta Fehlberg.
6
penelitian, yaitu waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, tahapan penelitian
Bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi pengujian
program simulasi, hasil simulasi swing curve sistem IEEE 9 bus dengan
menerapkan gangguan 3 fasa simetris pada saluran 8-9 dekat bus 9, pelepasan
Bab ini memuat kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam sistem tenaga listrik (STL) terdiri dari 3 komponen utama yang harus
distribusi[1],[2].
terpenting yang harus dipenuhi dalam suatu sistem tenaga listrik yang baik.
energi listrik secara kontinyu. Quality merupakan kemampuan suatu sistem tenaga
dengan standart yang telah ditetapkan. Sedangkan sistem tenaga listrik yang
mengalami suatu gangguan merupakan suatu sistem tenaga yang dikatakan stabil.
Sistem yang tidak stabil (instability) yaitu kondisi sistem tenaga listrik dimana
generator lepas karena terjadi gangguan. Kondisi ini juga dapat dikatakan sebagai
jenis, yaitu: stabilitas sudut rotor, stabilitas frekuensi dan stabilitas tegangan
Power System
Stability
Classification
Rotor angle stability atau stabilitas sudut rotor adalah kemampuan suatu
mengalami gangguan[4]. Dalam sistem tenaga, sudut rotor ( dan kecepatan ( dari
Perubahan dalam electrical torque pada sebuah mesin sinkron mengikuti sebuah
gangguan yang dapat dibagi ke dalam 2 komponen. Kedua komponen ini yaitu
synchronous torque dan electrical torque yang biasa digunakan untuk studi
kestabilan[5].
................................................2.1)
........................................................... 2.2)
Pada persamaan 2.1 dan 2.2, bentuk berhubungan dengan synchronizing torque
dan menentukan perubahan putaran dalam fasa dengan gangguan sudut rotor .
torque dalam fasa dengan selisih kecepatan. Oleh karena itu, dan berhubungan
Fenomena dan analisis dalam stabilitas sudut rotor dibagi kedalam 2 bentuk,
hubung singkat (short circuit) pada saluran transmisi, penambahan beban secara
(terdapat pada rotor) dan rangkaian jangkar (armature) yang terdapat pada stator.
Kumparan medan disuplai oleh sumber DC. Putaran medan magnet dari
sebuah prime mover (turbin). Frekuensi dari tegangan induksi ini bergantung pada
kecepatan rotor dan jumlah kutub dari mesin. Frekuensi tegangan listrik dan
kecepatan sinkron dari mekanik rotor adalah 50 Hz (di Indonesia dan beberapa
negara lainnya).
Ketika 2 atau lebih mesin sinkron yang ter-interkoneksi, arus dan tegangan stator
harus memiliki frekuensi yang sama dan kecepatan mekanik rotor dari masing-
energi putar yang tersimpan dalam mesin sinkron akan digunakan untuk menjaga
pembangkitan atau beban. Dengan kehilangan pembangkitan atau beban ini maka
pembebanan (load).
11
Indonesia adalah 220±10% V) pada semua bus di bawah kondisi operasi normal
keseimbangan antara daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) antara pembangkitan dan
permintaan daya reaktif (Q) yang melebihi kapasitas pembangkitan daya reaktif
gangguan besar.
Steady state stability berhubungan dengan respon dari sebuah mesin sinkron untuk
berfokus pada penentuan batas atas dari pembebanan mesin sebelum mesin
secara bertahap.
gangguan kecil yang terjadi dengan menghasilkan osilasi. Sistem dikatakan stabil
secara dinamik jika osilasi-osilasi ini tidak melebihi amplitudonya dan hilang
12
secara cepat. Jika osilasi terus berlanjut pada amplitudo maka sistem tidak stabil
secara dinamik.
kecepatan rotor, sudut daya, dan transfer daya. Transient stability merupakan
b) Direct Method
Direct Methode atau metode langsung, dinamakan demikian karena pada analisa
sistem tenaga listrik. Metode ini berdasarkan pada fungsi energi (energy function).
13
Beberapa metode direct method adalah EAC (Equal Area Criterion), Extended
EAC, dll.
pada sistem tenaga listrik yang berorientasi pada gangguan-gangguan besar yakni
diberikan. Penelitian atau studi terkait permasalahan kestabilan transien telah lama
dilakukan dan beberapa diantaranya dalam “Sistem Tenaga Listrik” oleh Cekmas
Cekdin (2007)[15]. Studi kestabilan transien multi mesin yang diambil adalah 2
buah generator yang terhubung dengan sebuah infinite bus. Dalam studinya,
generator dan proses reduksi matriks Y-bus (prefault, faulted dan postfault) masih
dihitung secara manual, sehingga tingkat error atau kesalahan dalam perhitungan
kapasitor seri terhadap kestabilan sistem tenaga listrik. Simulasi yang dilakukan
persamaan ayunan[10].
14
Pada Sistem Tenaga Listrik Dengan Metode Euler (Studi Kasus: PT.PLN P3B
Metode Euler ini merupakan salah satu metode yang biasa digunakan dalam
turunan pertama dari deret Taylor. Jika dibandingkan dengan metode Runge-Kutta
orde 2 dan RK 4, metode Runge-Kutta memiliki ketelitian yang lebih besar dalam
kurva ayunan, hal ini dikarenakan langkah demi langkah (integrasi) pada setiap
elektrik (Pei) untuk masing-masing generator dan proses reduksi matrik Y-bus
tidak lagi dihitung secara manual melainkan dihitung secara komputerisasi dalam
program m-file pada MATLAB yang dirancang. Selain itu, pemilihan metode
Hubungan antara sisi elektrik dan mekanik dari mesin sinkron diberikan dengan
prinsip dasar dalam dinamika, yang menyatakan bahwa momen putar percepatan
inertia) rotor dengan percepatan sudutnya [10]. Kecepatan dan aliran dari daya
mekanik dan elektrik pada sebuah mesin sinkron ditunjukan pada gambar 2.2 di
bawah ini.
Pe Tm Pe
Te
Pm Pm
Generato Motor
r
Tm ωs ωs Ts
berikut[7],[10],[11].
............................. 2.3)
dengan
16
(rad)
Berdasarkan pada persamaan 2.3 yaitu diukur terhadap sumbu yang diam maka
untuk mendapatkan pengukuran posisi sudut rotor terhadap sumbu yang berputar
..............................2.4)
( adalah adalah pergeseran angular rotor atau biasa disebut dengan sudut
putaran/sudut daya pergeseran sudut rotor terhadap sumbu yang berputar dengan
..............................2.5)
17
..............................2.6)
..............................2.7)
..............................2.8)
Karena daya adalah sama dengan perkalian kecepatan putar dan torsi (momen
putar) maka persamaan 2.8 dapat ditulis kembali dengan bentuk persamaan daya
..............................2.9)
dengan
Dimana adalah momen sudut rotor yang dapat dinyatakan dengan M (disebut
juga konstanta inersia[7]). Masa putar memiliki hubungan dengan energi kinetik
..............................2.10)
..............................2.11)
Apabila p adalah jumlah kutub dari generator sinkron, maka sudut daya listrik
..............................2.12)
Jika nilai M pada persamaan 2.10 disubstitusikan ke dalam persamaan 2.12 akan
diperoleh
..............................2.13)
Selanjutnya membagi persamaan 2.13 dengan Sbase (SB) maka akan menghasilkan
..............................2.14)
2.14.
..............................2.15)
..............................2.16)
..............................2.17)
dinamika (gerak) perputaran mesin sinkron dalam studi kestabilan. Persamaan ini
fungsi waktu (t). Grafik penyelesaian persamaan ini dinamakan dengan kurva
ayunan (swing curve) mesin. Grafik tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3 dan
First swing
Second swing
Steady state
Back swing reached
Time (s)
Critical Clearing Time atau waktu pemutusan kritis adalah waktu kritis yang
Pada sistem SMIB (Single Machine Infinite Bus) atau 2 mesin dengan infinite bus,
methode) yaitu dengan EEA (Equal Area Criterion)/kriteria luas sama. Dengan
metode EEA ini akan diperoleh sudut rotor kritis () yang akan menentukan luas
20
[8]
Gambar 2.5 Karakteristik
Dengan diperolehnya maka CCT dapat ditentukan karena CCT adalah waktu
CCT diperoleh dari kurva ayunan (swing curve). Kurva ayunan merupakan
(postfault).
21
Pada penelitian ini, CCT diperoleh dengan melihat kestabilan kurva ayunan
stabil/tidak stabil. Kestabilan ini ditentukan oleh nilai ω (kecepatan sudut rotor
ayunan pertama (first swing) diperoleh maka sistem dikatakan stabil (stable).
biasanya hanya menganalisis pada ayunan pertama (first swing) yaitu pada detik
pertama. Hal ini dikarenakan penerapan asumsi-asumsi yang digunakan pada studi
lebih lama karena sistem kontrol pada unit pembangkitan diperhitungkan. Sistem
pengembangan waktu[11].
salah satu variasi gangguan peralihan (transient) karena gangguan ini memberikan
pengaruh yang besar terhadap sistem tenaga listrik. Arus gangguan yang
diakibatkan oleh gangguan 3 fasa simetris ini adalah yang paling besar
22
dibandingkan dengan arus gangguan 1 atau 2 fasa. Oleh karena itu, analisis
Analisis kestabilan pada sistem mesin majemuk akan lebih kompleks dan rumit
Infinite Bus). Sehingga beberapa asumsi digunakan dalam analisis ini untuk
digunakan [7],[10],[11],[15]:
simulasi.
dianggap konstan.
peralihan (transient):
1. Menyelesaikan aliran daya (load flow) dari sistem IEEE 9 bus, untuk
bus.
..............................2.18)
Dengan
Vi adalah tegangan terminal generator ke-i pada hasil penyelesaian aliran daya
persamaan:
..............................2.19)
4. Dari perhitungan akan diperoleh sudut fasa tegangan pada generator, sudut
fasa ini akan dijadikan inisial awal untuk sedangkan untuk inisial awal
..............................2.20)
Dengan
dihilangkan (postfault).
..............................2.21)
24
berikut.
..............................2.22)
..............................2.23)
Dalam studi stabilitas multi mesin (m-buah generator dan n-bus) membutuhkan
analisis kestabilan sistem dapat dilakukan. Sebuah sistem tenaga dengan m buah
dilakukan dengan menggunakan Kron’s reduction dan akan menjadi matriks yang
..............................2.24)
Dimana,
Elemen diagonal dari matriks admitansi bus adalah total admitansi yang
terhubung pada bus tersebut. Elemen diagonal ini bertanda negatif sedangkan
beban, matriks admitansi harus dipartisi. Tidak ada arus yang masuk atau
meninggalkan bus beban. Arus dalam baris ke n adalah nol. Arus generator
dinyatakan dengan vektor dan tegangan generator dan beban dinyatakan dalam
..........................2.25)
..........................2.26)
..........................2.27)
diperoleh :
..............................2.28)
..............................2.29)
..............................2.30)
generator)[15],[16],[17],[18].
tegangan, ampere, ohm, dan voltampere. Untuk membuat analisis ini menjadi
26
sistem per unit (pu), yang dinyatakan sebagai pecahan desimal dari suatu nilai
dasar yang dipilih/ rasio nilai asli dengan nilai dasarnya. Umumnya, dasar kVA
atau MVA dan dasar tegangan dalam kV adalah nilai yang dipilih untuk
..........................................................2.31)
..........................................................2.32)
...............................................2.33)
Sistem per unit ini diperlukan dalam perhitungan analisis kestabilan transient.
Selain untuk mempermudahkan perhitungan, sistem per unit ini diperlukan untuk
Rumusan umum dari metode Runge Kutta Fehlberg ini adalah sebagai berikut :
........2.34)
Dimana :
.................................................................................................2.35)
...........................................................................2.36)
..........................................................2.37)
..............................2.38)
.....................2.39)
.....2.40)
27
Kestabilan suatu sistem tenaga sangat dipengaruhi oleh jenis dan lokasi terjadinya
namun metode ini tidak dapat diberlakukan dalam praktiknya karena alasan
metode yang efektif dan ekonomis adalah dengan kompensasi reaktansi saluran
transmisi yaitu dengan pemasangan kapasitor seri. Selain itu, penambahan jumlah
efektif terhadap reaktansi saluran, dengan demikian menaikkan limit daya statis
....................................... 2.41)
28
Dimana:
Pemasangan kapasitor seri akan mengurangi voltage drop yang besarnya adalah
I2X. Reaktansi (X) akan bernilai positif jika induktif dan akan bernilai negatif jika
kapasitif. Karena reaktansi induktif dan kapasitif akan saling mengurangi maka
Salah satu yang perlu diperhatikan dengan kompensasi seri adalah derajat
diketahui bahwa nilai reaktansi total dari suatu rangkaian paralel (Xtotal) dengan
.............................2.42)
Sehingga dengan bertambahnya jumlah saluran paralel pada transmisi maka nilai
Studi kasus yang diambil sebagai studi dan analisis permasalahan kestabilan
sistem IEEE 9 bus dengan 3 buah mesin/generator. Gambar 2.6 di bawah ini
adalah single line diagram untuk sistem IEEE 9 bus. Data sistem IEEE 9 bus
seperti: transmission data, machine data, load data dan generation data dapat
7 Loa 9
dC
G G
2 8 3
5 6
Loa Loa
dA dB
4
1
G
Gambar 2.6 Sistem Tenaga Listrik IEEE 9 Bus[21]
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Teknik, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Data sekunder sistem IEEE 9 bus dengan tiga buah mesin (generator) yang
a) Data Generator
b) Data Transformator
32
Data saluran transmisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
resistansi saluran (R) dan reaktansi saluran (X) serta data suseptansi
(Y Shunt ).
Data beban terhubung yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
Data aliran daya yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
ini adalah laptop ACER type ASPIRE 4752 Intel CoreTM i3-2350M.
3. Software
Dalam penyusunan dan pengerjaan tugas akhir ini akan melalui beberapa tahapan
sebagai berikut:
33
1. Studi Literatur
Pada tahap studi literatur ini dimaksudkan untuk mempelajari berbagai sumber
referensi (buku, jurnal dan internet) untuk mendapatkan pemahaman dan data
(multimachine).
simulasi dan penyelesaian dari kurva ayunan (swing curve) pada software
matriks reduksi (prefault, faulted dan postfault) yang akan digunakan untuk
ayunan mesin.
3. Pengambilan Data
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengambil data dari program simulasi
yang dibuat. Data yang diambil berupa data kurva ayunan dengan variasi CCT
Pada tahap ini akan dilakukan analisis dan pembahasan mengenai perolehan
Dalam penyusunan penelitian ini menggunakan diagram alir seperti pada gambar
Mulai
Membuat Matriks
Y-bus prefault
Input
Jenis Gangguan
Transien
1
35
Membuat Persamaan
Daya Elektrik (Pei)
Input CCT
Menampilkan
Kurva Ayunan
NO
Gangguan
Lain 2
YES
Selesai
Mulai
Penyusunan
Laporan Proposal
Pengumpulan
Data Sekunder
Penyusunan Laporan
Akhir Penelitian
Selesai
kapasitor seri dan penambahan jumlah saluran transmisi. Untuk variasi gangguan
besar yang diterapkan adalah gangguan 3 fasa simetris pada salah satu saluran dan
pelepasan beban. Perubahan reaktansi saluran dan variasi dari jenis gangguan
besar ini dilakukan untuk melihat pengaruh yang terjadi pada sudut rotor dan
yang diperlukan oleh sistem tenaga agar tetap dapat mempertahankan kestabilan
sistem secara transien. Analisis ini dilakukan dengan membuat program m-file
Metode penyelesaian numerik yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
akurasi dari penentuan parameter yang akan ditentukan, yakni sudut rotor dan
Model sistem tenaga listrik (STL) multi mesin yang diujikan dalam studi stabilitas
transien ini adalah sistem multi mesin IEEE 9 bus dengan 3 buah mesin. Gambar
4.1 di bawah ini adalah model STL yang digunakan dalam pengujian.
Dari sistem tenaga listrik IEEE 9 bus ini ditentukan lokasi terjadinya gangguan,
yaitu pada saluran 8-9 dekat bus 9. Pemilihan lokasi gangguan ini bertujuan hanya
untuk mengambil salah satu contoh gangguan 3 fasa simetris yang akan dianalisis.
Untuk data saluran, pembangkitan, pembebanan dan data aliran daya dapat dilihat
pada lampiran 1.
39
yang telah dirancang pada MATLAB. Perancangan program m-file ini dengan
mengolah data sekunder sistem tenaga listrik model IEEE 9 Bus. Data-data
a) Data Generator
Data generator meliputi reaktansi peralihan (X’d) dan konstanta inersia (H).
Data saluran meliputi resistansi (R), reaktansi (Xl) dan suseptansi (B/2).
Data pembebanan meliputi daya aktif (P) dan reaktif (Q) yang terhubung
dengan sistem.
Data load flow sistem IEEE 9 bus yang diperlukan adalah data pembangkitan
Data sekunder pada sistem IEEE 9 bus dapat dilihat pada lampiran 1.
Penyusunan matriks Y-bus dilakukan untuk ketiga kondisi (prefault, faulted dan
postfault).
Setelah matriks Y-bus untuk ketiga kondisi telah tersusun, maka selanjutnya
menerapkan metode Kron’s Reduction pada persamaan 2.30, matriks Y-bus yang
berukuran 9x9 akan menjadi matriks yang berukuran 3x3 (sesuai dengan jumlah
generator/mesin).
integrasi diperoleh data berupa sudut rotor dalam derajat dan kecepatan sudut
Untuk mendapatkan kurva ayunan (swing curve) yaitu dengan mem-plot sudut
Dalam studi transient stability mesin majemuk, kondisi steady state sebelum
terjadi gangguan diperlukan untuk menentukan initial value (nilai awal) dalam
menggunakan data sekunder sistem IEEE 9 bus seperti data load flow, reaktansi
peralihan generator, dan data beban. Berikut ini adalah perhitungan initial value
adalah arus yang mengalir dari generator 2 sedangkan adalah arus yang
Dari perhitungan di atas diperoleh initial value untuk sudut rotor dan kecepatan
(0 adalah sudut rotor generator 2 pada kondisi awal sedangkan 0 adalah sudut rotor
simulasi ini diujikan pada salah satu kasus pada referensi[15]. Sistem tenaga
listrik yang diujikan pada referensi adalah sistem mesin majemuk dengan 2 buah
Berikut ini adalah hasil pengujian program simulasi untuk kurva ayunan pada
Adapun hasil simulasi kurva ayunan sistem pada referensi adalah sebagai
berikut.
Gambar 4.2. Waktu Pemutusan Gambar 4.3. Waktu Pemutusan
Gangguan saat 0.20 detik Gangguan saat 0.21 detik
Gambar 4.2 memperlihatkan kurva ayunan 2 buah mesin pada referensi yang
terbatas. Hal ini mengakibatkan generator 1 lepas dari sistem dan sistem
menjadi tidak stabil. Kurva ayunan untuk pemutusan gangguan saat 0.21
bahwa sistem masih dalam keadaan sinkron ketika gangguan dihilangkan saat
0.20 detik. Ini mengindikasikan bahwa sistem masih dikatakan stabil secara
transien. Namun sebaliknya, ketika gangguan dihilangkan saat 0.21 detik, kurva
Dari kedua metode tersebut diperoleh waktu pemutusan kritis gangguan (critical
clearing time) berada pada 0.20 – 0.21 detik. Dengan perolehan nilai waktu
pemutusan kritis yang sama, maka hal ini mengindikasikan bahwa penyelesaian
Runge-Kutta RK 4:
t Delta 1 Delta 2 Omega 1 Omega 2
Runge-Kutta Fehlberg:
46
penyelesaian numerik.
slack atau infinite bus ini adalah karena generator 1 memiliki kapasitas
dalam studi kestabilan transient sistem IEEE 9 bus ini hanya akan mem-plot
Berikut ini adalah kurva ayunan (swing curve) untuk sistem IEEE 9 bus dengan
menerapkan gangguan besar 3 fasa simetris yang terjadi di saluran 8-9 dekat
dengan bus 9.
47
Gambar 4.6. Kurva ayunan dengan waktu pemutusan gangguan 0.18 detik
Gambar 4.7. Kurva ayunan dengan waktu pemutusan gangguan 0.19 detik
Gambar 4.6 dan 4.7 adalah kurva ayunan generator 2 dan 3 yang masih
Gambar 4.6 merupakan hasil simulasi kurva ayunan ketika gangguan dihilangkan
pada waktu 0.18 detik. Waktu pemutusan gangguan ini memberikan ayunan sudut
gambar 4.7 memberikan ayunan sudut rotor generator 3 sebesar 131.690 dan
48
generator 2 sebesar 77.230 ketika gangguan dihilangkan pada waktu 0.19 detik.
Selanjutnya, gambar 4.8 dibawah ini menggambarkan kondisi sistem yang telah
tidak terbatas dan tidak dapat kembali berayun ketika gangguan dihilangkan
melebihi waktu 0.20 detik. Terjadinya penambahan sudut rotor yang tidak terbatas
ini menyebabkan generator 3 out of step (hilang sinkronisasi dari sistem) dan
tetap dalam keadaan stabil (stable), ini terlihat dari kurva ayunan generator 2 yang
masih berayun.
Gambar 4.8. Kurva ayunan dengan waktu pemutusan gangguan 0.20 detik
pemutusan gangguan melebihi waktu pemutusan kritisnya (CCT) yaitu pada 0.19
detik. Selain itu, hal lain yang mempengaruhi hilang sinkronisasi adalah lokasi
terjadinya gangguan. Pada sistem yang diujikan ini, gangguan terjadi di saluran
49
8-9 dekat bus 9 dimana bus 9 adalah bus yang berada paling dekat dengan
Sistem
Berikut ini adalah hasil simulasi kurva ayunan generator 2 dan 3 dari sistem IEEE
diterapkan dalam simulasi ini adalah gangguan 3 fasa simetris yang terjadi pada
Hasil simulasi gambar 4.9 menunjukkan kondisi sistem yang stabil ketika
sudut rotor generator. Ayunan sudut rotor kedua generator menjadi lebih
mengalami out of step sehingga sistem menjadi tidak stabil seperti pada
Sehingga waktu pemutusan kritis gangguan dari sistem IEEE 9 bus dengan
pada waktu pemutusan kritis gangguan sebesar 0.01 detik. Gambar 4.11 di
51
bawah ini adalah hasil simulasi kurva ayunan dengan waktu pemutusan 0.20
Dan apabila pemutusan gangguan dilakukan lebih dari 0.21 detik maka
Simulasi kurva ayunan untuk waktu pemutusan gangguan saat 0.21 detik
masih dalam keadaan stabil ketika gangguan dihilangkan pada saat 0.20 detik
0.21 detik.
Ketika gangguan dihilangkan saat 0.21 detik, ayunan sudut rotor untuk kedua
ayunan sudut rotor untuk kedua generator dengan pemutusan gangguan saat
0.21 detik.
54
Selanjutnya, saat pemutusan gangguan dilakukan pada waktu lebih dari 0.21
karena penambahan sudut rotor yang tak terbatas. Dan gambar 4.16 berikut ini
gangguan dihilangkan saat 0.21 detik seperti pada gambar 4.17 berikut.
sebelumnya. Ketika gangguan dihilangkan saat 0.22 detik atau lebih, sistem
sudut rotor sampai tak terbatas dan tidak dapat kembali berayun. Sehingga
Berikut ini adalah hasil simulasi kurva ayunan untuk kompensasi sebesar
70%.
Gambar 4.19 menggambarkan sistem IEEE 9 bus dalam keadaan stabil saat
Selanjutnya, jika gangguan dihilangkan pada waktu lebih dari 0.22 detik maka
sistem menjadi tidak stabil. Prilaku yang sama dialami oleh generator 3 karena
meningkat hingga tak terbatas dan tidak dapat kembali berayun sehingga
generator tersebut cenderung akan lepas dari sistem. Kurva ayunan tersebut
Penambahan kompensasi kapasitor seri pada saluran ini memiliki tujuan untuk
transfer daya. Dengan bertambahnya transfer daya dalam sistem maka kestabilan
sistem. Kompensator kapasitor seri akan memberikan reaktansi (XC) yang saling
berlawanan dengan reaktansi saluran (XL), sehingga reaktansi total dalam sistem
adalah hasil pengurangan XC terhadap XL. Dengan bertambah besar nilai XC maka
seri ini.
kestabilan transien sistem tenaga listrik sangat berhubungan erat dengan waktu
mempengaruhi ayunan sudut rotor generator dalam kurva ayunan (swing curve).
30%, 40%, 50%, 60% dan 70% sedangkan jenis gangguan yang diterapkan pada
sistem adalah gangguan 3 fasa simetris yang terjadi di saluran 8-9 dekat bus 9.
Jenis gangguan yang sama diujikan pada penelitian ini dengan tujuan untuk
melihat perbedaan yang terjadi pada kurva ayunan dan waktu pemutusan
saluran.
59
Hasil pengujian untuk kompensasi saluran 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 70 %
Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan adanya perubahan pada ayunan sudut rotor
karena waktu pemutusan kritis gangguan (CCT) juga meningkat. Secara implisit,
memperkecil ayunan pada swing curve. Selain itu, CCT juga akan meningkat
Untuk lebih jelasnya, CCT sistem dibuat konstan seiring dinaikkannya persentase
generator 3 dapat dilihat pada gambar 4.21a dan 4.21b di bawah ini.
60
terhadap ayunan sudut rotor generator. Hal ini terlihat dari perubahan ayunan
Saluran atau konduktor arus listrik yang dipasang/disusun secara paralel akan
memiliki nilai resistansi total (RT) dan reaktansi total (XT) yang semakin kecil.
tenaga listrik, maka perubahan konfigurasi jaringan (tambah saluran) sistem IEEE
7 Load 9
C
G G
2 8 3
5 6
Load Load
A B
4
1
G
Gambar 4.22. Rangkaian Sistem IEEE 9 Bus dengan Konfigurasi Jaringan Baru
Penambahan jumlah saluran mempengaruhi aliran daya (load flow) sistem tenaga
listrik. Load flow merupakan hal terpenting dalam studi kestabilan karena data
load flow ini akan menjadi nilai awal dalam analisa kestabilan sistem. Data load
flow sistem IEEE 9 bus dengan konfigurasi jaringan yang baru dapat dilihat pada
Tabel 4.2. Data Saluran yang Ditambahkan pada Sistem IEEE 9 Bus
Suseptansi (B/2)
Line Resistansi (R) (p.u)
Reaktansi (X) (p.u)
(p.u)
simetris pada saluran 8-9 dekat bus 9. Gangguan yang sama dipilih untuk melihat
perubahan yang terjadi pada waktu pemutusan kritis gangguan dan ayunan sudut
rotor generator. Berikut ini adalah hasil simulasi ayunan sudut rotor generator saat
Penambahan jumlah saluran pada sistem tenaga listrik IEEE 9 bus mampu
secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.23 dan 4.24 yang
merupakan kurva ayunan sistem IEEE 9 bus saat penambahan jumlah saluran
tenaga listrik, peningkatan ini terlihat dari bertambahnya waktu pemutusan kritis
Gambar 4.25 adalah kurva ayunan saat pemutusan gangguan pada 0.19s yang
Pada saat sebelum dilakukan penambahan jumlah saluran, sudut rotor generator 2
penurunan ayunan sudut rotor ini maka penambahan jumlah saluran dapat
tersebut.
penambahan jumlah saluran dapat dilihat pada tabel perbandingan 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3. Perbandingan Sudut Rotor Ayunan Pertama Maksimum Sebelum dan
Setelah Penambahan Saluran Saat Waktu Pemutusan 0.19s
Sebelum Penambahan Setelah Penambahan
Generator
Saluran Saluran
2 72.2960 67.0650
3 112.9380 91.2290
66
dengan pengujian terhadap gangguan lepasnya beban. Kurva ayunan yang berada
berada di bawah. Besarnya pengujian beban yang hilang diberikan pada tabel 4.4
berikut ini.
Dari gambar 4.26 kurva ayunan di atas memperlihatkan bahwa ketika pelepasan
beban dilakukan pada beban A mengakibatkan ayunan sudut rotor terbesar pada
67
berada paling dekat dengan lokasi gangguan akan mengalami dampak yang lebih
besar dibandingkan dengan generator yang berada jauh dari lokasi gangguan.
generator 2, hal ini terlihat dari ayunan sudut rotornya yang berayun paling besar
sistem.
normalnya ketika sistem tersebut mengalami gangguan besar maka sistem tersebut
dikatakan stabil secara transien. Studi stabilitas transien pada penelitian ini
menerapkan gangguan 3 fasa simetris pada saluran 8-9 dekat bus 9 dan lepasnya
beban sebagai contoh gangguan besar yang diambil serta pemberian kompensasi
sistem. Analisis kurva ayunan sistem IEEE 9 bus dengan 3 buah mesin ini juga
68
analisis kurva ayunan untuk generator 2 dan 3 dapat mewakili studi kestabilan
generator (V), daya generator (S), dan tegangan generator (Ea) didapatkan untuk
(swing curve).
Studi stabilitas transien ini mengambil waktu simulasi selama 2 detik, hal ini
regulator (AVR) dan sistem kontrol masih belum bekerja. Sehingga studi
stabilitas transien cukup valid untuk menganalisa pada ayunan pertama (detik
memperoleh waktu pemutusan gangguan kritis agar sistem masih mampu bekerja
dalam sinkronisasi.
Perolehan pengujian waktu pemutusan kritis untuk gangguan 3 fasa simetris pada
saluran 8-9 dekat bus 9 dengan beberapa kondisi dapat dilihat dalam tabel 4.5
berikut.
kurva ayunan (swing curve). Dan salah satu parameter yang diujikan dalam studi
perbandingan antara daya kinetis yang disimpan dalam megajoule pada kecepatan
adalah diferensial kedua dari sudut rotor generator yang menghasilkan percepatan
sudut rotor pada suatu generator. Dari persamaan tersebut diperoleh bahwa
percepatan pada generator akan menurun ketika nilai inersia H ini bertambah.
Besarnya perubahan inersia H dalam peneltian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 di
bawah ini.
mengalami out of step dengan waktu pemutusan gangguan yang lebih cepat.
Kurva ayunan untuk pengujian perubahan inersia H dapat dilihat pada gambar
1) Pengujian 1
3) Pengujian 3
4) Pengujian 4
waktu pemutusan kritisnya dapat dilihat pada grafik 4.2 di bawah ini.
Selain itu, besarnya H akan menentukan generator mana yang akan mengalami
out of step ketika pemutusan gangguan melebihi CCT sistem. Dan generator yang
kritis sistem tenaga listrik. Trajectory kritis merupakan lintasan yang dimulai dari
titik Fault-on Trajectory pada CCT dan mencapai titik kritis dimana sistem
kehilangan sinkronisasi. Pada grafik ini dapat dilihat kondisi generator yang
gambar trajectory untuk sistem multi mesin 9 bus yang masih stabil/sinkron
dengan menerapkan gangguan 3 fasa pada saluran 8-9 dekat bus 9 saat waktu
75
pemutusan gangguan selama 0.18 detik dan 0.19 detik. Sedangkan untuk kondisi
t=0.18 s t=0.19
s
Postfault
Faulted
t=0.20 s
Gambar 4.32. Trajectory gangguan 3 fasa saluran 8-9 kondisi tidak stabil
ketika gangguan dihilangkan dalam waktu 0.18 detik dan 0.19 detik. Namun
sebaliknya, ketika gangguan sistem dihilangkan dalam waktu 0.20 detik, generator
3 mengalami percepatan yang terus meningkat sampai tak berhingga. Hal ini
dari sistem) seperti pada gambar 4.32. Sehingga waktu 0.19 detik merupakan
waktu pemutusan kritis gangguan agar sistem tetap dalam keadaan sinkron/stabil.
BAB V
5.1. Simpulan
saat 0.20 detik sedangkan ketika pemutusan gangguan dilakukan saat 0.19
detik kedua generator masih berayun. Hal ini menunjukkan sistem IEEE 9
2. Waktu pemutusan kritis (CCT) sistem IEEE 9 bus dengan gangguan 3 fasa
simetris pada saluran 8-9 dekat bus 9 adalah 0.19-0.20 detik. Ketika
pemutusan gangguan dilakukan pada 0.20 detik, sistem menjadi tidak stabil.
dari kurva ayunan (swing curve) juga akan meningkat. Jika waktu
jumlah saluran pada sistem tenaga listrik (STL) IEEE 9 bus mampu
tersebut.
Selain itu, besarnya nilai konstanta inersia (H) pada generator sangat
besar akan cenderung stabil ketika terjadi gangguan pada sistem. Namun
kehilangan sinkronisasi.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini adalah sebagai berikut.
[1] Zuhal. 1995. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta:
[3] Gomez, Antonio Exposito dkk. 2009. Electric Energy Systems Analysis
[4] P.Kundur. 1994. Power System Stability and Control. New York:
McGraw-Hill.
[5] Paul M, Anderson. 1997. Power System Control and Stability. USA: Iowa
[7] Kothari, D.P & I J Nagrath. 2003. Modern Power System Analysis Third
[8] Das,Debapriya. 2006. Electrical Power Systems. New Delhi: New Age
Diponegoro.
[11] Grainger, Jhon J & Stevenson, William. 1994. Power System Analysis.
[13] Saadat, Hadi. 1999. Power System Analysis. New York: McGraw-Hill.
[14] Weedy, B.M, Cory, B.J, Jenkins, N, Ekanayake, J.B, Strbac, G. Electric
[16] Anderson, Paul M & Fouad, A.A. 1977. Power System Control and
[17] Kamdar, Renuka dkk. 2014. Transient Stability Analysis and Enhancement
[19] Chapra, Steven C & Canale, Raymond P. 1988. Numerical Methods for
[20] Chan, Kee Han. 2002. Transient Analysis and Modelling of Multimachine
University of Glasgow.
[21] Wang, Xi-Fan. 2008. Modern Power Systems Analysis. New York:
Springer.
[22] Surya Atmaja, Ardyono Priyadi dan Teguh Yuwono. Perhitungan Critical
[23] Dibyo, Heru Laksono. Studi Stabilitas Peralihan Multimesin Pada Sistem
Tenaga Listrik dengan Metode Euler (Studi Kasus: PT.PLN P3B Sumatra)
[25] K Pal, Mrinal. 2007. Power System Stability. New Jersey: Edison.