TESIS
Oleh
YUSMARTATO
087034016/TE
TESIS
Oleh
YUSMARTATO
087034016/TE
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Usman Baafai) (Ir. Refdinal Nazir, MS, Ph.D)
Ketua Anggota
(Prof. Dr. Ir. Usman Baafai) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
The demand for electricity has been substantially increasing while the
expansion of power generation and power transmission very limited because of
environmental restrictions and the limited resources. The consequence is that several
transmission lines drift off and the power factor stability system limit the transfer. The
FACTS (Flexible AC transmission systems (FACTS) control is especially used to
improve the quality of distribution power from the generator to the load and to settle
various problem of power control system, steady-state and the function of power flow
control.
Between the different variants of FACTS devices, tatic compensator seems to
be the most adequate because it can supply the reactive power required at this time,
to fix a problematic voltage change and to improve system stability.
A more flexible model that can be done with STATCOM as the major source
of variable voltage and phase angle can be adjusted using the algorithm to meet the
voltage magnitude at the bus of alternating current transmission lines connected at
the connection point.
STATCOM will be represented by a synchronized voltage source with
maximum and minimum limit and STATCOM which is also represented as a voltage
source for various kinds of operation.
This purpose of this study was to verify the capability of STATCOM in
increasing voltage regulation ( voltage stability ) in the electric power transmission
systems and from this STATCOM is was simulated by using MATLAB and was
included in Newton -Raphson model.
ii
YUSMARTATO
NIM. 08 7034 016
iv
Nama : Yusmartato
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
1. Staf Pengajar pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Islam Sumatera Utara (UISU) sejak 16 Mei 1997 sampai sekarang.
Tertanda,
Yusmartato
vi
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
2.9 Matlab-Simulink........................................................................ 33
4.1 Hasil Analisa Aliran Daya Pada Saat Sistem Beban Malam........ 40
4.2 Hasil Analisa Aliran Daya Pada Saat Sistem Beban Pagi............ 47
5.1 Kesimpulan................................................................................... 60
5.2 Saran............................................................................................. 61
LAMPIRAN
viii
4.1. Hasil Analisa Aliran Daya, saat sistem beban malam ............................. 40
4.2 Hasil Analisa Aliran Daya, persen tegangan saat beban malam.. ............. 44
4.5 Bus yang bermasalah beban malam dan beban pagi...................... ........... 55
ix
xi
A. Pembangkit Listrik
PLTGU = Pusat Listrik Tenaga Gas Uap
PLTU = Pusat Listrik Tenaga Uap
PLTG = Pusat Listrik Tenaga Gas
PLTD = Pusat Listrik Tenaga Diesel
PLTP = Pusat Listrik Tenaga Panas
PLTA = Pusat Listrik Tenaga Air
UPB = Unit Pengatur Beban
xii
D. Data Transmisi
R = Ohm /km
X = Ohm/km
Y = µsi/km
Panjang = km
Aliran Daya
xiii
The demand for electricity has been substantially increasing while the
expansion of power generation and power transmission very limited because of
environmental restrictions and the limited resources. The consequence is that several
transmission lines drift off and the power factor stability system limit the transfer. The
FACTS (Flexible AC transmission systems (FACTS) control is especially used to
improve the quality of distribution power from the generator to the load and to settle
various problem of power control system, steady-state and the function of power flow
control.
Between the different variants of FACTS devices, tatic compensator seems to
be the most adequate because it can supply the reactive power required at this time,
to fix a problematic voltage change and to improve system stability.
A more flexible model that can be done with STATCOM as the major source
of variable voltage and phase angle can be adjusted using the algorithm to meet the
voltage magnitude at the bus of alternating current transmission lines connected at
the connection point.
STATCOM will be represented by a synchronized voltage source with
maximum and minimum limit and STATCOM which is also represented as a voltage
source for various kinds of operation.
This purpose of this study was to verify the capability of STATCOM in
increasing voltage regulation ( voltage stability ) in the electric power transmission
systems and from this STATCOM is was simulated by using MATLAB and was
included in Newton -Raphson model.
ii
PENDAHULUAN
modren sangat tergantung pada listrik sebagai input dasar. Hal ini menyebabkan
Sistem tenaga listrik secara luas yang saling berhubungan, perlu sistem
listrik di mana komposisi energi per jenis pembangkit listrik (PLTGU, PLTU, PLTG,
PLTD, PLTA dan PLTP) dan pusat-pusat beban untuk meminimalkan total kapasitas
keragaman beban, ketersediaan sumber dan harga untuk pasokan listrik ke beban
Pemanfaatan sistem tenaga listrik, aliran daya yang ada pada saat ini
disediakan oleh PT. PLN (Persero) UPB Sumbagut, untuk beban sistem Sumut, beban
sistem NAD, dengan jumlah total daya pembangkitan MW, MVAR beban, yang
memiliki Gardu Induk dan jumlah bus unlimited, aliran daya pada masing-masing
saluran transmisi, ditentukan oleh karakteristik saluran itu sendiri. Selain itu, selalu
1
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan operasi saluran yang stabil sehingga aliran daya dapat terus menerus
kondisi ini dibutuhkan lebih dari satu aliran daya atau menggunakan beberapa saluran
transmisi yang saling terhubung. Oleh karena itu perlu suatu alat kontrol untuk
variabel setiap saat. Hal ini dapat dilihat pada perubahan tegangan, arus, daya aktif,
daya reaktif maupun frekwensi pada sistem tenaga listrik. Jumlah cadangan daya
reaktif pada sistem tenaga listrik merupakan salah satu indikator petunjuk dari
kestabilan tegangan. Pada tesis ini, akan dikaji Analisis Peningkatan Stabilitas
Tegangan dengan Menggunakan Statcom Aplikasi PT. PLN (Persero) UPB Sumbagut
untuk mengoptimalkan cadangan daya reaktif yang ada pada sistem tenaga listrik
pembangkit yang tepat akan meminimalkan rugi-rugi daya reaktif dalam saluran.
Aplikasi peralatan yang dipasang pada lokasi yang strategis. Aplikasi peralatan yang
digunakan untuk kontrol suatu sistem tenaga listrik dengan menggunakan FACTS,
yaitu:
a. Berdasarkan Thyristor
1. Tap Changer
sistem beberapa bus yang akan dianalisa dengan menggunakan metoda Newton-
kompensasi di saluran dengan beberapa bus, hasil perhitungan aliran daya dan
bus terdiri dari 1 slack bus, 2 bus pembangkit, 4 bus beban dan dihubungkan oleh 7
sebagai data dan penulis akan melakukan penelitian di PT. PLN (Persero) UPB
sistem tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan daya reaktif. Stabilitas tegangan
merupakan salah satu masalah terbesar dalam sistem tenaga listrik. Stabilitas
tegangan secara umum dengan menginjeksikan daya reaktif kepada bus-bus yang
lemah.
sistem tenaga listrik dengan ukuran dan lokasi yang tepat, dan selanjutnya dianalisis
nilai indeks stabilitas tegangan pada setiap bus beban sebelum dan setelah
pemasangan statcom.
c. Kondisi tegangan masih dalam batasan tegangan yaitu +5% sampai dengan -
mengaplikasikan dari sistem tenaga listrik PT. PLN (Persero) UPB Sumbagut
dan power factor yang memiliki Gardu Induk, jumlah bus unlimited dan mengetahui,
memahami penggunaan ETAP 4.0 untuk aliran daya dan statcom ditempatkan pada
mengggunakan Matlab.
transmisi.
Mengacu pada tujuan penelitian ini maka penelitian akan diharapkan dapat
yang dipasang pada lokasi yang strategis. Alat yang digunakan untuk kontrol
hubungan cabang perangkat dari FACTS yang terdiri dari perangkat power
kapasitif). Jika tegangan sistem lebih tinggi, statcom menyerap daya reaktif
(statcom bersifat induktif). Variasi daya reaktif diatur oleh VSC yang
dihubungkan pada sisi sekunder transformator. VSC terdiri dari GTO dan
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem tenaga listrik EPS (Electric Power System) adalah rangkaian sistem
tenaga listrik dari pembangkitan, transmisi dan distribusi yang dioperasikan secara
diperlukan diagram yang dapat mewakili setiap komponen sistem tenaga listrik [3].
Diagram yang selalu digunakan adalah diagram satu garis dan diagram impedansi
atau diagram reaktansi Gambar 2.1 adalah diagram satu garis sistem tenaga listrik.
Stabilitas tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk
pasokan dari sistem daya, ketidak stabilan mungkin terjadi dalam hasil sebuah
progresif menurun atau kebangkitan tegangan beberapa bus, dari hasil ketidak
stabilan tegangan hilangnya beban di area atau tersandung jaringan transmisi dan
Kurva P-V sangat berguna untuk analisis konseptual stabilitas dan tegangan
untuk sistem, di mana P adalah beban total dan V adalah tegangan kritis atau
perwakilan bus. P juga bisa transfer daya antara transmisi atau interkoneksi. tegangan
Untuk analisis konseptual kurva P-V nyaman pada saat karakteristik beban
sebagai fungsi dari tegangan [6]. Gambar 2.2 [5] menunjukkan titik lokus dari
rangkaian stabilitas strain line linier, sedangkan puncak kritis titik menyatakan
kondisi operasi stabil dan titik kritis mengekspresikan ketidakstabilan kondisi operasi.
Analisis stabilitas tegangan melalui kurva Q-V ini adalah untuk melihat
kondisi total banyak muatan (MVAR bagaimana) sistem strain menuju titik kritis dan
menurun. Berarti sistem kinerja dalam penyaluran daya reaktif telah melampaui
kinerja sistem itu sendiri. Gambar 2.3 [5] menunjukkan titik lokus dari tegangan
rangkaian stabilitas strain line linier, sedangkan atas titik kritis mengungkapkan
kondisi usaha yang stabil dan di bawah titik kritis mengungkapkan kondisi operasi
tidak stabil.
masing bus saluran telah diketahui. Jadi masalah utama perhitungan aliran daya
di masing-masing bus diketahui [2]. Namun dalam saluran tenaga listrik khususnya
dalam perhitungan aliran daya biasanya bukan injeksi arus yang diketahui melainkan
injeksi daya. Masalahnya hanya dapat diselesaikan secara iterasi yakni secara
bertahap mencari tegangan bus yang sesuai agar bersama dengan injeksi arus yang
ditimbulkan tegangan yang sedemikian itu menghasilkan daya yang sama dengan
Dalam sistem tenaga setiap bus terdapat empat besaran yaitu dihubungkan
dengan daya aktif (P), daya reaktif (Q) besaran bus, magnitude tegangan (IVI) dan
sudut fasa δ. Dalam solusi aliran daya dua dari empat jumlah yang ditentukan dan dua
sisanya akan dihitung melalui solusi persamaan [9]. Bus digolongkan dalam tiga jenis
sebagai berikut :
1. Bus-PQ atau lazim disebut bus beban, komponen daya aktif P maupun daya
daya.Tegangan pada bus dapat diizinkan untuk berbeda dalam nilai yang
2. Bus – PV atau lazim disebut bus pembangkit. Di sini daya aktif P G dan besar
tegangan (IVI) yang diketahui sesuai dengan peringkat yang ditetapkan. Hal
fasa θ bus, ia juga dikenal sebagai bus generator atau bus yang dikontrol.
3. Bus penadah (slack bus) atau bus berayun (swing bus). Di sini kedua besaran
tegangan (IVI) dan sudut beban δ diketahui, ini akan mengurus daya
tambahan yang dibutuhkan dan kerugian transmisi. Hal ini diperlukan untuk
Di sini slack bus atau swing bus dan sejak P dan Q tidak diketahui (IVI) dan
harus ditentukan. Biasanya sudut δ = 00 digunakan di bus dan semua sudut bus
Solusi aliran daya dapat dicapai oleh setiap metode iteratif, melihat metode
Newton-Raphson diterapkan dalam masalah aliran daya seperti diuraikan di atas, dua
variabel yang diterapkan pada setiap bus dan variabel sisanya diperoleh melalui solusi
praktis (batas atas dan batas bawah, daya nyata, daya reaktif, bus batas tegangan dan
Persamaan aliran daya secara sederhana, untuk sistem yang memiliki 2 bus.
Pada setiap bus memiliki sebuah generator dan beban [1,8,11], walaupun pada
antara bus 1 dengan bus 2. Pada setiap bus memiliki 6 besaran elektris yang terdiri
dari: P D , P G , Q D , Q G , V, dan δ [1]. Gambar 2.4 [1] dapat dihasilkan persamaan aliran
G1 G2
Bus 1 Bus 2
Saluran
Line
Load 1 Load 2
(phi). Beban diasumsikan memiliki impedansi konstan dan daya konstan pada
diagram impedansi.
ZS
IˆG1 Iˆ1 Iˆ2 IˆG 2
jB jB
Beba n 2
yp yp
2 2
Ê1 G1 G2 Ê2
Gambar 2.6 merupakan penyederhanaan dari Gambar 2.5 menjadi daya bus (bus
Bus
Power
*
ˆ
Iˆ1 = IˆG1 − IˆD1 ...........................................................................(2.3)
Bus
Power
( )
Iˆ1 = Vˆ1 y p + Vˆ1 − Vˆ2 y S
Di mana.
( )
Iˆ2 = Vˆ2 y p + Vˆ2 − Vˆ1 y S
Dari Persamaan (2.8) dan (2.12) dapat dihasilkan Persamaan dalam bentuk matrik,
yaitu:
Persamaan (2.5) hingga (2.16) yang diberikan untuk sistem 2 bus dapat dijadikan
Gambar 2.8.a [1] menunjukkan sistem dengan jumlah n-bus di mana bus 1 terhubung
dengan bus lainnya. Gambar 2.8.b [1] menunjukkan model transmisi untuk sistem n-
bus.
Bus 2
Bus 3
Bus 1
Bus n
ˆ
V4
atau
Bus n
( ) ( ) ( )
Iˆ1 = Vˆ1 y P12 + Vˆ1 y P13 + ... + Vˆ1 y P1n + Vˆ1 − Vˆ2 y S12 + Vˆ1 − Vˆ3 y S13 + ... + Vˆ1 − Vˆn y S1n
Iˆ1 = ( y P12 + y P13 + ... + y P1n + y S12 + y S13 + ... + y S1n )Vˆn − y S12Vˆ2 − y S13Vˆ3 + ... − y S1nVˆn .....(2.17)
Di mana:
Y11 = y P12 + y P13 + ... + y P1n + y S12 + y S13 + ... + y S1n ...................................(2.19)
yaitu:
n
Iˆ1 = ∑ YijVˆ j ...........................................................................(2.21)
j =1
n
P1 − jQ1 = Vˆ1* I 1 = Vˆ1* ∑ Y1 jVˆ j .................................................(2.22)
j =1
n
Pi − jQi = Vˆi* ∑ YijVˆ j i = 1,2,....., n .........................(2.23)
j =1
Persamaan (2.23) merupakan representasi persamaan aliran daya yang non linear.
Untuk sistem n-bus, seperti Persamaan (2.15) dapat dihasilkan Persamaan (2.24)
yaitu:
Y 11 Y 12 ... Y 1n
Y Y 22 ... Y 2 n
Di mana: Ybus = 21 = matrik bus admitansi................2.26)
: : ... :
Y n1 Y n 2 ... Y nn
aliran daya. Metode yang digunakan pada umumnya dalam penyelesaian aliran daya,
yaitu metode: Gauss-Seidel, Fast Decoupled dan Newton-Raphson, pada tesis ini
linear dengan solusi pendekatan. Metode ini dapat diaplikasikan untuk satu
Persamaan atau beberapa Persamaan dengan beberapa variabel yang tidak diketahui
[13,16].
Persamaan (2.27).
y = f (x) ...............................................................................(2.27)
f ( x) = 0 ................................................................................(2.28)
(2.29).
1 df ( x0 )
(x − x0 )+ 1 df (2x0 ) (x − x0 )2 + ...........
2
f ( x ) = f ( x0 ) +
1! dx 2! dx
1 df n (x0 )
+ n
(x − x0 )n = 0 ...................................................(2.29)
n! dx
Persamaan (2.30).
df ( x0 )
f ( x ) = f ( x0 ) + (x − x0 ) = 0 .........................................(2.30)
dx
Dari.
f ( x0 )
x1 = x0 − ..............................................................(2.31)
df ( x0 ) dx
Bagaimana pun, untuk mengatasi kesalahan notasi, maka Persamaan (2.31) dapat
(1)
=x (0)
−
( )
f x( 0 )
x
( )
df x( 0 ) dx
........................................................(2.32)
Di mana.
Oleh karena itu, rumus dapat dikembangkan sampai iterasi terakhir (k+1), menjadi
Persamaan (2.33).
( k +1)
=x (k )
−
( )
f x( k )
x
( )
df x( k ) dx
.....................................................(2.33)
x ( k +1) = x ( k ) −
( )
f x( k )
( )
f ' x( k )
...........................................................(2.34)
∆x = −
( )
f x( k )
( )
f ' x( k )
......................................................................(2.35)
∆x = x ( k +1) − x ( k ) ....................................................................(2.36)
Metode Newton-Raphson secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.9 [13] ilustrasi
Metode Newton-Raphson
Pada Gambar 2.9 dapat dilihat kurva garis melengkung diasumsikan grafik
Persamaan y = F (x) . Nilai x0 pada garis x merupakan nilai perkiraan awal kemudian
polar (2.38).
n
Ii = ∑Y V
j =1
ij j
n
I i = ∑ Yij V j ∠θ ij + δ j .........................................................(2.38)
j =1
Pi − jQi = Vi * I i
n
Pi − jQi = Vi ∠ − δ i ∑ Yij V j ∠θ ij + δ j
j =1
n
Pi − jQi = ∑ Vi Yij V j ∠θ ij − δ i + δ j ...................................(2.39)
j =1
Di mana:
Persamaan (2.39) dan (2.40) dapat diketahui Persamaan daya aktif (2.41) dan
( )
n
Qi( k ) = −∑ Vi ( k ) Yij V j( k ) sin θ ij − δ i( k ) + δ (j k ) .......................(2.42)
j =1
Persamaan (2.41) dan (2.42) merupakan langkah awal perhitungan aliran daya
proses iterasi (k+1). Untuk iterasi pertama (1) nilai k = 0, merupakan nilai perkiraan
awal (initial estimate) yang ditetapkan sebelum dimulai perhitungan aliran daya
[14,15].
Hasil perhitungan aliran daya menggunakan Persamaan (2.41) dan (2.42) dengan nilai
Pi (k ) dan Qi(k ) . Hasil nilai ini digunakan untuk menghitung nilai ∆Pi (k ) dan ∆Qi(k ) .
Menghitung nilai ∆Pi (k ) dan ∆Qi(k ) menggunakan Persamaan (2.43) dan (2.44).
Hasil perhitungan ∆Pi (k ) dan ∆Qi(k ) digunakan untuk matrik Jacobian pada
Persamaan (2.45).
Persamaan (2.45) [8] dapat dilihat bahwa perubahan daya berhubungan dengan
∆P ( k ) J 1 J 2 ∆δ ( k )
(k ) = ( k ) ....................................................(2.46)
∆Q J 3 J 4 ∆ V
a) J1
∂Pi
( )
(k )
∂Pi
( )
(k )
b) J2
∂Pi
( )
(k )
c) J3
∂Qi
( )
(k )
∂Qi
( )
(k )
d) J4
∂Qi
( )
(k )
∂Qi
( )
(k )
Setelah nilai matrik Jacobian dimasukkan kedalam Persamaan (2.46) maka nilai
∆δ i(k ) dan ∆ V
(k )
i
dapat dicari dengan menginversikan matrik Jacobian seperti
Persamaan (2.55).
−1
∆δ ( k ) J 1 J 2 ∆P ( k )
(k ) = .................................................(2.55)
∆ V J 3 J 4 ∆Q ( k )
dan (2.57).
Vi (k +1) = Vi (k ) + ∆ Vi (k ) ..........................................................(2.57)
( k +1)
Nilai δ i( k +1) dan V i
hasil perhitungan dari Persamaan (2.56) dan (2.57) merupakan
perhitungan pada iterasi pertama. Nilai ini digunakan kembali untuk perhitungan
iterasi ke-2 dengan cara memasukan nilai ini ke dalam Persamaan (2.41) dan (2.42)
sebagai langkah awal perhitungan aliran daya, dengan diperolehnya hasil output
aliran beban dari sistem dengan metode Newton-Raphson adalah merupakan output
[16].
perhitungan aliran daya dapat dilakukan sampai iterasi ke-n. Perhitungan selesai
(2.42).
(2.44).
(2.54).
(2.57).
7. Hasil nilai δ ( k +1) dan V ( k +1) dimasukkan kedalam Persamaan (2.41) dan
transformator kopling yang melayani mata rantai antara sistem tenaga listrik dan
daya reaktif. Sistem kontrol Statcom menyesuaikan pada setiap saat tegangan terbalik
cukup untuk memperoses output statcom, output daya reaktif maksimum yang tidak
akan terpengaruh oleh besarnya tegangan. Oleh karena itu, menunjukkan karakteristik
Jadi, ketika beroperasi pada batas tegangannya, jumlah kompensasi daya reaktif yang
lebih diberikan dari statcom. Hal ini karena pada batas tegangan rendah daya reaktif
yang jatuh menitikberatkan turun sebagai kuadrat dari tegangan, di mana MVAR = f
(BV2), tapi yang jatuh menitikberatkan dari linier dengan statcom di mana MVAR =
f (V-I). Hal ini membuat kemampuan kontrol daya reaktif dari Statcom pada saat
sistem bermasalah.
V V
adalah tegangan dalam daya sistem bus. Dasar-dasar operasi statcom adalah bahwa
menentukan jumlah dan arah aliran daya aktif dan reaktif melalui reaktansi jika kita
terdiri dari sumber tegangan inverter dengan kapasitor DC, transformator kopling,
mana statcom dikontrol dengan mengubah sudut fasa antara tegangan keluaran
inverter dan tegangan bus pada titik sambungan titik yang sama. Inverter tegangan Vi
menarik daya reaktif dari sistem AC jika besarnya V t lebih besar dari V i .
Daya aktif dapat ditukar antara statcom dan EPS (Electric Power System)
tegangan output dari inverter ke sudut tegangan dari sistem AC, ini berarti bahwa
inverter tidak dapat memberikan daya aktif ke sistem AC, DC membentuk akumulasi
energi jika tegangan keluaran inverter mendahului tegangan dari sistem AC. Di sisi
lain, inverter dapat menyerap daya aktif dari sistem AC jika tegangan yang tertunda
reaktif sejalan dalam hal Vi dan Vs, impedansi trafo (yang dapat diasumsikan sebagai
ideal) dan perbedaan sudut antara kedua bus, kita dapat menentukan P dan Q. Sudut
antara Vs dan Vi dalam sistem ini d. Ketika statcom beroperasi dengan d = 0 kita
dapat melihat bagaimana daya aktif mengirim ke perangkat sistem menjadi nol
sedangkan daya reaktif terutama akan tergantung pada modul tegangan. Kondisi
operasi ini berarti bahwa arus yang melewati trafo harus memiliki perbedaan +/- 900
phasa ke Vs. Dari Gambar 2.14 Prinsip operasi dari statcom, jika lebih besar dari Vi,
Vs, reaktif akan dikirim ke statcom sistem (operasi kapasitif) yang berasal dari aliran
arus. Dalam kasus sebaliknya, reaktif akan diserap dari sistem melalui statcom
(operasi induktif) dan arus akan mengalir dalam arah yang berlawanan. Akhirnya jika
modul Vs dan V i adalah sama, tidak akan ada atau aliran arus atau reaktif dalam
sistem [28,29].
hanya tergantung pada perbedaan antara mode Vs dan tegangan Vi. Jumlah daya
reaktif sebanding dengan perbedaan tegangan antara Vs dan Vi. Pertukaran daya aktif
antara statcom dan Electric Power System (EPS). pertukaran antara inverter dan
sistem AC dapat dikontrol menyesuaikan sudut tegangan output dari inverter ke sudut
tegangan dari sistem AC. Ini berarti bahwa inverter tidak dapat menyediakan daya
aktif ke sistem AC. DC membentuk akumulasi energi jika tegangan keluaran inverter
Vi jika V i = V S ,I is =0
Mode beban
tidak ada
(a)Vi =Vs Vi
Vi I =leading Iis
is jx.Iis Jika V i > V s , I is
Mode operasi tampaknya termuka saat
kapasitif ini karena besarnya
(b)Vi>Vs Vi dengan arus dapat
dikontrol terus menerus
oleh Vi, fungsinya
statcom akan sebagai
reactansi kapasitip
kapasitor yang terus
terkendali
Vi
Mode operasi Iis=lagging Jika V i < V s , I is
induktif tampaknya tertinggal saat
Vi jx.Iis
(c)Vi<Vs dalam mode ini,
Iis
fungsinya statcom akan
sebagai reaktor yang
reaktansi induktif terus
terkendali
Di samping itu di dalam Matlab ini juga terdapat beberapa fasilitas yang lainnya
processing, control system, simulink, blocksets dengan power system blockset, DSP
METODOLOGI PENELITIAN
Diagram alir penelitian yang digunakan, dapat dilihat pada Gambar 3.1, buat
aliran daya dapat diketahui setelah program dapat dijalankan, untuk melihat keluaran
aliran daya dari hasil simulasi di semua bus menurut standar SPLN dimana batas
tegangan di bus adalah V= +5% sampai dengan V= -10% dari tegangan nominal,
jika ya hasil dapat di tuliskan menurut standar SPLN dan jikalau tidak tentukan lagi
bus bermasalah yang tidak memenuhi standar menurut SPLN, dan injeksikan di bus
yang bermasalah dengan menggunakan program Matlab melalui statcom, tes lagi
tegangan bus yang bermasalah, jikalau tidak di tambahkan nilai MVAR, jikalau ya
yang sudah di tes, menurut standar SPLN tegangan V= +5% sampai dengan -10%
dari tegangan nominal, di bus tidak bermasalah lagi, kembali gunakan metode
Newton-Raphson menggunakan ETAP 4.0 untuk aliran daya sehingga tuliskan lagi
hasil simulasi kedalam tabel maka program simulasi sudah dapat dihentikan dan
selesai.
34
Semua Bus
Ya
Tulis Hasil V+=5%
V-=10%
Selesai
Tidak
Tentukan Bus Bermasalah
Nanggro Aceh Darussalam yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka dapat
menggunakan data Gambar dan dapat dilihat pada Gambar diagram satu garis sistem
1).
Data pembangkit yang digunakan untuk menganalisa aliran daya pada sistem
(Lampiran 2).
Data beban malam dan data beban pagi sistem Sumbagut-Nanggro Aceh Darussalam
Instrumen atau alat bantu yang digunakan dalam menganalisa penelitian ini
a. Aspire 4930.
b. Intel core 2 Duo processor T5800 (2.0 GHz.800 MHz FSB, 2MB, I.2 cache).
dipasang statcom pada bus yang bermasalah dimana ada pembangkit transformator,
transmisi, beban malam dan beban pagi, maka yang akan diperbaiki di bus yang
bermasalah.
model sistem transmisi untuk memperbaiki daya reaktif menggunakan statcom. Bus
yang akan diperbaiki adalah bus-bus yang mengalami penurunan tegangan, menurut
SPLN tegangan V= +5% sampai dengan -10% dari tegangan nominal 150 KV dari
frekwensi.
f. Bus saluran.
h. Bus beban Y.
j. Statcom.
Gambar 3.4 memperlihatkan model pengatur statcom yang terdiri dari blok diagram
abc transformation, blok PI, blok transformation abc, blok generator dan blok PLL
HASIL ANALISA
4.1 Hasil Analisa Aliran Daya Pada Saat Sistem Beban Malam
Tinjauan aliran daya pada saat sistem kondisi normal, analisa Aliran Daya
pada saat sistem beban malam adalah pada saat beban jam 19.00 seluruh pembangkit
yang ada pada sistem Sumbagut beroperasi. Hasil analisa Aliran Daya (P + jQ),
kondisi tegangan masih dalam batasan tegangan yaitu +5% sampai dengan -10% dari
tegangan nominal 150 KV, dari tinjauan analisa Aliran Daya sistem Sumbagut-
Dari hasil analisa Aliran Daya tersebut dapat diketahui, kondisi tegangan
masih dalam batasan tegangan menurut SPLN, lihat Tabel 4.1, Aliran Daya,
Tabel 4.1 Hasil Analisa Aliran Daya Saat Sistem Beban Malam.
Tabel 4.2 Hasil analisa Aliran Daya, persen tegangan saat sistem beban malam
Tegangan
NO Bus KV %
1 BLWCC(Belawan) 150 100
BLWTU(Belawan) 150 100
2 LBHN(Labuhan) 149.860 99.91
3 PPASR(Paya Pasir) 148.660 99.11
4 MABAR 148.427 98.95
5 PGELI(Payageli) 145.006 96.67
6 GLUGUR 144.552 96.37
7 BNJAI(Binjai) 145.839 97.23
8 PBDAN(P.Brandan) 143.321 95.55
9 TTKNG(Titikuning) 141.271 94.18
10 GISLS 142.271 94.18
11 PBUNG(Perbaungan) 126.511 84.34
12 NRMBE(Namurambe) 142.199 94.80
Dari Gambar 4.1 Kurva beban di ketahui bahwa pada beberapa bus sistem Sumbagut-
malam yaitu waktu beban puncak (WBP) tanpa menggunakan Statcom yang
mengalami perubahan tegangan sangat rendah, dari Tabel 4.2 kondisi tegangan masih
dalam batasan tegangan yaitu +5% sampai dengan -10% dari tegangan nominal 150
KV.
Darussalam diperhatikan pada Tabel 4.2.Kondisi beban malam yaitu waktu beban
1. Aliran Daya (P + jQ) yang paling besar mengalir sebesar 138.7 MW, 177.0
2. Dari beberapa bus mengalami perubahan tegangan yaitu +5% sampai dengan
-10% dari tegangan nominal 150 KV, diambil sampel 2 bus sebagai patokan
3. Tegangan paling besar untuk sistem 150 KV pada bus Rantau Prapat sebesar
V = -10% dari tegangan nominal 150 KV, di bus tersebut tanpa ada beban.
hasil analisa Aliran Daya dengan menggunakan simulasi program ETAP 4.0
hasil analisa Aliran Daya dengan menggunakan simulasi program ETAP 4.0
7. Hasil system analysis simulasi program ETAP Power Station 4.0 .OC Study
Case Aliran Daya, page 1 s.d 16 untuk beban malam, maka hasil program
4.2 Hasil Analisa Aliran Daya Pada Saat Sistem Beban Pagi
Tinjauan aliran daya pada saat sistem kondisi normal, analisa Aliran Daya
pada saat sistem beban pagi adalah pada saat beban jam 06.00 seluruh pembangkit
yang ada pada sistem Sumbagut beroperasi. Hasil analisa Aliran Daya (P + jQ)
kondisi tegangan masih dalam batasan tegangan yaitu V= +5% sampai dengan
V= -10% dari tegangan nominal 150 KV, dari tinjauan analisa Aliran Daya sistem
Dari hasil analisa Aliran Daya tersebut dapat diketahui, bahwa kondisi
tegangan masih dalam batasan tegangan menurut SPLN, lihat Tabel 4.3, Aliran Daya
Tabel 4.4 Hasil analisa Aliran Daya, persen tegangan saat sistem beban pagi
Tegangan
NO Bus KV %
1 W BLWCC(Belawan) 150 100
BLWTU(Belawan) 150 100
Hasil dari Gambar 4.2 diketahui bahwa pada beberapa bus sistem Sumbagut-Nanggro
Aceh Darussalam kondisi diluar waktu beban pagi (LWBP) tanpa menggunakan
Tabel 4.4 dari kondisi tegangan masih dalam batasan tegangan yaitu +5% sampai
diperhatikan pada Tabel 4.4.Kondisi beban pagi yaitu luar waktu beban puncak
1. Aliran Daya (P + jQ) yang paling besar mengalir sebesar 151.7 MW, 157.2
dalam batasan tegangan yaitu +5% sampai dengan -10% dari tegangan
3. Tegangan paling besar untuk sistem 150 KV pada bus RTPAT sebesar 162
hasil analisa Aliran Daya dengan menggunakan simulasi program ETAP 4.0
hasil analisa Aliran Daya dengan menggunakan simulasi program ETAP 4.0
6. Hasil system analysis simulasi program ETAP Power Station 4.0 .OC Study
Case Aliran Daya, page 1 s.d 10 untuk beban malam, maka hasil program
Tabel 4.5 Bus yang bermasalah beban malam dan beban pagi
Hasil Analisa
Dari Tabel 4.5. Hasil dari Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Bus yang bermasalah
diambil sampel 2 bus sebagai patokan untuk dipasang statcom dan penempatan
Dari Gambar 3.2 menunjukkan Gambar 4.5. Hasil rangkaian simulasi sistem
4.3 Hasil Analisa Aliran Daya Menggunakan Statcom pada Beban Malam
reaktif menggunakan statcom. Bus yang akan diperbaiki adalah bus PSTAR dan bus
analisa yang akan di simulasikan menggunakan statcom yang terhubung dari bus
4.4 Hasil Analisa Aliran Daya Penempatan Statcom pada Beban Malam
bus yang bermasalah yang mengalami penurunan tegangan dari Tabel 4.2. Hasil
bus yang bermasalah sudah memenuhi SPLN tegangan bus V= +5% dan V= - 10 %
dari tegangan nominal 150 KV, lihat di Tabel 4.6. Hasil simulasi statcom lihat pada
(Lampiran 13).
4.5 Hasil Analisa Aliran Daya Menggunakan Statcom pada Beban Pagi
reaktif menggunakan statcom. Bus yang akan diperbaiki adalah bus TBTGI bus
KSRAN yang mengalami perubahan penurunan tegangan, sehingga dari Gambar 4.7
dalam analisa yang akan disimulasikan menggunakan tatcom yang terhubung dari bus
4.6 Hasil Analisa Aliran Daya Penempatan Statcom pada Beban Pagi
bus yang bermasalah yang mengalami penurunan tegangan dari Tabel 4.3. Hasil
bus yang bermasalah sudah memenuhi SPLN tegangan bus V= +5% dan V= -10%
dari tegangan nominal 150 KV, lihat di Tabel 4.8. Hasil simulasi statcom dilihat pada
(Lampiran 14).
Ijin pengambilan data dari Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sumatera
Unit Pengatur Beban Sumatera Bagian Utara. PT.PLN (Persero) UPB Sumbagut
5.1 Kesimpulan
1. Tegangan pada setiap bus tergantung besar daya reaktif pada bus tersebut.
2. Tegangan yang paling rendah untuk setiap tinjauan permasalahan pada bus
tidak diketahui.
4. Aliran Daya paling tinggi terdapat pada saluran transmisi antara bus
6. Losses semakin besar jika jarak saluran transmisi bertambah panjang maka
statcom.
60
9. Dari hasil analisa diperlihatkan dari Gambar 3.4 dan Tabel 4.6 dan Tabel
4.7.
10. Dari analisa, untuk keperluan perbaikan tegangan yang bermasalah dapat
diinjeksikan daya reaktif 540 MVAR, 525 MVAR, 270 MVAR dan 240
5.2 Saran
Untuk kesempurnaan penelitian ini maka perlu saran yang didapat dari
ETAP 4.0 adalah alokasi daya aktif, daya reaktif dan tegangan yang
[2] Das, J.C. 2002. Power System Analysis-Short Circuit Load Flow and
Harmonics. Marcel Dekker, Inc.
[3] Gonen, Turan. 1988. Modern Power System. John Wiley and Sons, Inc.,
Kanada.
[4] Grainger, John J., and Stevenson, W. D. Jr. 1994. Power System Analysis.
McGraw-Hill.
[8] Heru Dibyo Laksono. Perbandingan Metoda Newton Raphson dan Metoda
Fast Decouple pada Studi Aliran Daya (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150
KV). Jurusan Teknik Elektro. UAP. Kampus Limau Manis Padang Sumatera
Barat.
[9] Suprapto, Bahan Kuliah. Komputasi pada Sistem Tenaga. Dosen S2 USU.
2009.
[10] Eko Prasetyo, -2205 100 092. Perkiraan Stabilitas Transien pada Sistem
Tenaga Listrik Multimesin Jawa Bali 500 KV Menggunakan Committee
Neural Network. ITS, 10 Nopember, Surabaya.
[11] Emmy Hosea, Yusak Tanoto. Perbandingan Analisa Aliran Daya dengan
Menggunakan Metode Algoritma Genetika dan Metode Newton-Raphson.
Jurusan Teknik Elektro. UKP.
[14] C. Angeles-Camacho, MIEEE & MIET, E, Acha, SMIEEE & IEEE-DLP and
E. Barrios Martinez, MIEEE. Three-phase STATCOM Models for Large-scale
Newton-Raphson Power Flow Studies.
[15] Reri Afrianita, Heru Dibyo Laksono. Studi Aliran Daya dengan Metoda
Newton-Raphson, (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV). Jurusan Teknik
Elektro. UAP. Kampus Limau Manis Padang Sumatera Barat.
[18] Juan M.Ramirez and J.L. Murillo Perez. Application of the Three-Phase
STATCOM in Voltage Stability. National Polytechnic Institute Prolongacion
Lopez Mateos Sur, No. 590,45090, Guadajara, (Mexico), jramirez@gdl
cinvestav mx.
[20] Juan M, Ramirez, Member, IEEE and Ruben Tapia O. Student Member, IEEE.
STATCOM’s B-Spline Neural Network Control. 2006 IEEE PES Transmision
and Distribution Conference and Exposition Latin America Venezuela.
[21] Juan M, Ramirez, Member, IEEE and Ruben Tapia O. Student Member, IEEE.
STATCOM’s B-Spline Neural Network Control. 2006 IEEE PES Transmision
and Distribution Conference and Exposition Latin America Venezuela.
[22] Alireza Seifi, Sasan Gholami, and Amin Shabanpour. Power flow study
comparison of FACTS, Series (SSSC) Shunt (STATCOM) and Shunt –Series
(UPFC).
[23] Refdinal Nazir, UAP, Bahan Kuliah. Pengaturan Daya Reaktif pada Sistem
Transmisi. Dosen S2 USU. Jurusan Teknik Elektro. UAP. Kampus Limau
Manis Padang Sumatera Barat.
[26] Claudio, A, Canizares. STATCOM Modeling for Voltage and Angle Stability
Studies. University of Waterloo, Dept. Electrical & Computer Eng, Waterloo,
ON, N2L-3G1, Canada.
[32] GTO-Based STATCOM. SPS model of the 100 MVAR STATCOM an a 500
KV Power System (Power _statcom _gto48p).
SYSTEM ANALYSIS
Project : TESIS S2 USU ==================== Page: 1
Location: SUMUT-NAD PowerStation 4.0.0C Date: 16-08-2011
Contract: 087034016 SN : KLGCONSULT
Engineer: YUSMARTATO Study Case: Aliran Daya File: BebanMalam
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
====================================================================================================================
Electrical Transient Analyzer Program
-------------------------------------
ALIRAN DAYA ANALYSIS
Loading Category 2 ( Normal )
Normal Loading
--------------
Bus Information & Nominal kV Init. Voltage GenerationMotor Load Static Load Mvar Limits
============================================ ============= ============== ============== ==============
ID Type kV Description % Mag. Ang. MW Mvar MW Mvar MW Mvar Max. Min.
-------- ---------- ------------ ------ ----- ------ ----- ------ ------ ------ ------ ------ ------
B.ACEH Gen. 150.000 100.0 0.0 60.700 0.000 4.593 2.847 41.341 25.621 30.800 3.000
BINJAI Load 150.000 100.0 0.0 5.786 3.586 52.074 32.272
BIRUN Load 150.000 100.0 0.0 2.805 1.738 25.242 15.644
BLWCC SWNG 150.000 100.0 0.0 0.000 0.000 0.000 0.000
BLWTU SWNG 150.000 100.0 0.0 0.000 0.000 0.000 0.000
BRASTAGI Load 150.000 100.0 0.0 5.852 3.627 52.669 32.642
DENAI Load 150.000 100.0 0.0 3.578 2.217 32.198 19.955
GLUGUR Gen. 150.000 100.0 0.0 44.700 0.000 7.531 4.667 67.775 42.003 22.000 0.000
IDIE Load 150.000 100.0 0.0 1.281 0.794 11.528 7.144
K.TANJUNG Gen. 150.000 100.0 0.0 180.000 0.000 16.00 49.918 144.036 89.266 0.000 0.000
KIM Load 150.000 100.0 0.0 3.070 1.902 27.626 17.121
KISARAN Load 150.000 100.0 0.0 34.303 21.259 308.728 191.332
LANGSA Load 150.000 100.0 0.0 1.811 1.122 16.298 10.100
LBHAN Load 150.000 100.0 0.0 1.612 0.999 14.508 8.991
LSMWE Gen. 150.000 100.0 0.0 9.400 0.000 2.716 1.683 24.447 15.151 5.000 0.000
MABAR Load 150.000 100.0 0.0 3.644 2.258 32.794 20.324
N.RMBE Load 150.000 100.0 0.0 3.533 2.190 31.800 19.708
P.BRANDAN Load 150.000 100.0 0.0 2.208 1.369 19.875 12.318
P.SIANTAR Gen. 150.000 100.0 0.0 0.400 0.000 27.516 17.053 247.646 153.477 0.240 0.000
P.SIDEMPUAN Gen. 150.000 100.0 0.0 0.900 0.000 5.190 3.216 46.707 28.946 0.500 0.500
PAYA GELI Load 150.000 100.0 0.0 7.464 4.626 67.178 41.633
PAYA PASIR Gen. 150.000 100.0 0.0 127.100 0.000 1.480 0.917 13.316 8.253 70.400 0.000
PBUNG Load 150.000 100.0 0.0 2.054 1.273 18.484 11.455
PORSEA Load 150.000 100.0 0.0 4.748 2.943 42.732 26.483
R.PRAPAT SWNG 150.000 108.0 0.0 13.427 8.321 120.842 74.891
RENUN Gen. 150.000 100.0 0.0 80.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 49.600 0.000
SEI ROTAN Load 150.000 100.0 0.0 5.742 3.558 51.676 32.026
SIBOLGA Gen. 150.000 100.0 0.0 231.500 0.000 1.435 0.890 12.919 8.006 31.700 0.000
CKT / Branch Ohms/1000 ft per Conductor (Cable) or per Phase (Line) Impedance
============ ====================================================================================================
ID Library Size L (ft) #/ø T (°C) R X Y MVAb %R %X % Y
--- -------- ---- ------ --- ------ -------- ----- ------ ------- ------- ------- ----------
BLWNCC-BNJI 114800. 1 75 0.01287 0.09128 0.0000012 100.0 0.66 4.66 3.1500001
BLWNCC-BNJI 114800. 1 75 0.01287 0.09128 0.0000012 100.0 0.66 4.66 3.1500001
BLWNCC-SR0TN 86592. 1 75 0.00744 0.06079 0.0000020 100.0 0.29 2.34 3.9798002
BLWNCC-SROTN 86592. 1 75 0.00744 0.06079 0.0000020 100.0 0.29 2.34 3.9798002
BLWTU-PPSR 1 20336. 1 75 0.01360 0.08957 0.0000013 100.0 0.12 0.81 0.5859000
BLWTU-PPSR 2 20336. 1 75 0.01360 0.08957 0.0000013 100.0 0.12 0.81 0.5859000
BNJI-P.GLI 1 45592. 1 75 0.02253 0.08625 0.0000013 100.0 0.46 1.75 1.3135500
BNJI-P.GLI 2 45592. 1 75 0.02253 0.08625 0.0000013 100.0 0.46 1.75 1.3135500
BRN-SGLI 1 325376. 1 75 0.04515 0.13473 0.0000009 100.0 6.53 19.48 6.2496001
BRN-SGLI 2 325376. 1 75 0.04515 0.13473 0.0000009 100.0 6.53 19.48 6.2496001
BTAGI-RNUN 164656. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 3.30 9.48 3.3885002
BTAGI-SDKAL 209920. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 4.20 12.08 4.3200003
BTAGI-TTKNG 171544. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 3.44 9.87 3.5302502
BTAGI-TTKNG 171544. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 3.44 9.87 3.5302502
GLGUR-P.GLI 39032. 1 75 0.03143 0.12165 0.0000009 100.0 0.55 2.11 0.7497000
GLGUR-P.GLI 39032. 1 75 0.03143 0.12165 0.0000009 100.0 0.55 2.11 0.7497000
IDIE-LSMWE 459200. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 9.20 26.43 9.4500005
KSRAN-KTJNG 186960. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 3.74 10.76 3.8475002
KSRAN-KTJNG 186960. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 3.74 10.76 3.8475002
LBHAN-BLWNTU 10496. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 0.21 0.60 0.2160000
LNGSA-GIDIE 151864. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 3.04 8.74 3.1252502
LNGSA-LSMWE 610080. 1 75 0.0450 0.12951 0.0000009 100.0 12.22 35.12 12.5550007
LNGSA-TLCUT 79048. 1 75 0.04506 0.12951 0.0000009 100.0 1.58 4.55 1.6267501
LSMWE-BRN 1201392. 1 75 0.04515 0.13473 0.0000009 100.0 4.04 12.06 3.8682001
LSMWE-BRN 2201392. 1 75 0.04515 0.13473 0.0000009 100.0 4.04 12.06 3.8682001
MBR-PPSR 1 19352. 1 75 0.03143 0.12165 0.0000009 100.0 0.27 1.05 0.3717000
MBR-PPSR 2 19352. 1 75 0.03143 0.10335 0.0000009 100.0 0.27 0.89 0.3717000
P.GLI-NRMBE 60680. 1 75 0.03143 0.12165 0.0000009 100.0 0.85 3.28 1.1655000
B.ACEH Load 150.00 98.39 -10.5 60.70 30.80 4.59 2.85 40.02 24.80 SIGLI 8.04 1.58 32 98.1
SIGLI 8.04 1.58 32 98.1
BINJAI Load 150.00 97.23 -1.8 0.00 0.00 5.79 3.59 49.22 30.51 BLWCC -72.29 -48.18 343 83.2
BLWCC -72.29 -48.18 343 83.2
PAYA GEL 1.33 29.92 118 4.4
PAYA GELI 1.33 29.92 118 4.4
P.BRANDAN 43.45 1.21 172 100.0
P.BRANDAN 43.45 1.21 172 100.0
BIRUN Load 150.00 94.89 -11.7 0.00 0.00 2.80 1.74 22.73 14.08 SIGLI -7.47 -11.23 54 55.4
SIGLI -7.47 -11.23 54 55.4
LSMWE -5.29 3.32 25 -84.7
LSMWE -5.29 3.32 25 -84.7
*BLWCC Swng 150.00 100.00 0.0 423.05 451.45 0.00 0.00 0.00 0.00 BINJAI 72.80 48.76 337 83.1
BINJAI 72.80 48.76 337 83.1
SEI ROTAN 138.72 176.96 865 61.7
SEI ROTAN 138.72 176.96 865 61.7
*BLWTU Swng 150.00 100.00 0.0 215.32 200.31 0.00 0.00 0.00 0.00 PAYA PASIR 99.61 95.26 530 72.3
PAYA PASIR 99.61 95.26 530 72.3
LBHAN 16.10 9.78 72 85.5
BRASTAGI Load 150.00 89.14 -0.9 0.00 0.00 5.85 3.63 41.85 25.94 RENUN -36.51 29.97 203 -77.3
SIDIKALANG-11.07 33.97 154 -31.0
TTKNG -0.06 -46.75 201 0.1
TTKNG -0.06 -46.75 201 0.1
DENAI Load 150.00 94.97 -1.9 0.00 0.00 3.58 2.22 29.04 18.00 SEI ROTAN -23.08 -13.53 108 86.3
TAMORA -9.54 -6.69 47 81.9
GLUGUR Load 150.00 96.37 -1.9 44.70 22.00 7.53 4.67 62.94 39.01 PAYA GELI -12.89 -10.84 67 76.5
PAYA GELI -12.89 -10.84 67 76.5
*R.PRAPAT Swng 150.00 108.00 0.0 281.64 384.59 13.43 8.32 140.95 87.35 P.SIDEMPUAN 0.16 98.40 350 0.2
KISARAN 127.10 190.51 816 55.5
RENUN Load 150.00 87.30 2.4 80.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 BRASTAGI 37.47 -29.85 211 -78.2
SIDIKALANG 42.53 29.85 229 81.8
SEI ROTAN Load 150.00 95.46 -1.6 0.00 0.00 5.74 3.56 47.09 29.18 BLWCC -137.25-168.77 877 63.1
BLWCC -137.25-168.77 877 63.1
PAYA PASIR-65.71 -66.10 375 70.5
PAYA PASIR -65.71 -66.10 375 70.5
PBUNG 87.04 123.37 608 57.6
KIM 14.06 7.00 63 89.5
DENAI 23.14 13.00 107 87.2
KIM 14.06 7.00 63 89.5
TAMORA 29.20 17.63 137 85.6
TBNG TGGI 129.53 198.93 957 54.6
TTKNG 25.18 32.94 167 60.7
TTKNG 30.91 37.12 194 64.0
SIBOLGA Load 150.00 79.41 12.8 231.50 0.00 1.44 0.89 8.15 5.05 P.SIDEMPUAN 49.89 -53.20 353 -68.4
TARUTUNG 86.02 23.63 432 96.4
TARUTUNG 86.02 23.63 432 96.4
SIDIKALANG Load 150.00 84.88 1.2 3.00 1.10 4.90 3.04 31.79 19.70 BRASTAGI 11.81 -35.12 168 -31.9
RENUN -41.94 -29.41 232 81.9
TBNG TGGI Load 150.00 69.75 -6.8 0.00 0.00 26.37 16.34 115.45 71.55 PBUNG -58.71 -80.38 549 59.0
K.TANJUNG -12.41 26.54 161 -42.4
K.TANJUNG -12.41 26.54 161 -42.4
P.SIANTAR 24.63 38.84 253 53.6
P.SIANTAR 24.63 38.84 253 53.6
SEI ROTAN -107.54 -138.26 966 61.4
TELE Load 150.00 81.07 2.4 0.20 0.12 0.44 0.27 2.61 1.62 SIDIKALANG 4.28 -42.71 203 -10.0
TARUTUNG -7.13 40.94 197 -17.2
TLCUT Load 150.00 93.72 -7.7 0.00 0.00 1.10 0.68 8.73 5.41 LANGSA -9.83 -6.09 47 85.0
TTKNG Load 150.00 94.18 -2.0 24.60 12.00 10.34 6.41 82.50 51.13 BRASTAGI 0.95 46.34 189 2.0
BRASTAGI 0.95 46.34 189 2.0
N.RMBE 2.47 -27.48 112 -9.0
PAYA GELI -16.88 -39.98 177 38.9
SEI ROTAN -25.03 -33.33 170 60.0
SEI ROTAN -30.70 -37.42 197 63.4
CKT / Branch Connected Bus Info. From-To Bus Flow To-From Bus Flow Losses% Bus Voltage Vd
============ =================== ================= =================== ============== % drop
ID From Bus ID To Bus ID MW Mvar MW Mvar kW kvar From To in Vmag
-------- ----------- --------- -------- ------- ------- -------- ----- --- ------- ------ ------
SGLI-B.ACEH B.ACEH SIGLI 8.042 1.575 -7.991 -6.860 51.2 -5284.6 98.39 97.13 1.26
SGLI-B.ACEH B.ACEH SIGLI 8.042 1.575 -7.991 -6.860 51.2 -5284.6 98.39 97.13 1.26
BLWNCC-BNJI BINJAI BLWCC -72.288 -48.178 72.802 48.763 514.3 584.7 97.23 100.00 2.77
BLWNCC-BNJI BINJAI BLWCC -72.288 -48.178 72.802 48.763 514.3 584.7 97.23 100.00 2.77
BNJI-P.GLI 1 BINJAI PAYA GELI 1.329 29.922 -1.284 -30.98 445.1 -1061.8 97.23 96.67 0.56
BNJI-P.GLI 2 BINJAI PAYA GELI 1.329 29.922 -1.284 -30.98 445.1 -1061.8 97.23 96.67 0.56
PBDAN-BNJI 1 BINJAI P.BRANDAN 43.454 1.209 -42.784 -2.471 669.4 -1261.9 97.23 95.55 1.68
PBDAN-BNJI 2 BINJAI P.BRANDAN 43.454 1.209 -42.784 -2.471 669.4 -1261.9 97.23 95.55 1.68
BRN-SGLI 1 BIRUN SIGLI -7.473 -11.230 7.565 5.74 391.9 -5487.4 94.89 97.13 2.25
BRN-SGLI 2 BIRUN SIGLI -7.473 -11.230 7.565 5.74 391.9 -5487.4 94.89 97.13 2.25
LSMWE-BRN 1 BIRUN LSMWE -5.293 3.319 5.317 -6.71 524.1 -3395.7 94.89 94.47 0.41
LSMWE-BRN 2 BIRUN LSMWE -5.293 3.319 5.317 -6.71 524.1 -3395.7 94.89 94.47 0.41
BLWNCC-SR0TN BLWCC SEI ROTAN 138.721 176.960 -137.253 -168.769 1467.7 8191.4 100.00 95.46 4.54
BLWNCC-SROTN BLWCC SEI ROTAN 138.721 176.960 -137.253 -168.769 1467.7 8191.4 100.00 95.46 4.54
BLWTU-PPSR 1 BLWTU PAYA PASIR 99.611 95.265 -99.377 -94.303 234.2 961.9 100.00 99.11 0.89
BLWTU-PPSR 2 BLWTU PAYA PASIR 99.611 95.265 -99.377 -94.303 234.2 961.9 100.00 99.11 0.89
LBHAN-BLWNTU BLWTU LBHAN 16.101 9.779 -16.093 -9.974 7.5 -194.2 100.00 99.91 0.09
BTAGI-RNUN BRASTAGI RENUN -36.511 29.974 37.472 -29.851 960.4 122.7 89.14 87.30 1.83
MW Mvar MVA % PF
========= ========= ============== =========================
Number of Iterations = 2
Normal Loading
--------------
Bus Information & Nom Kv Voltage Generation Motor Load Static Load Load Flow XFRM
============ =========== =========== ============ ============ ============= ========= ====== =====
ID Type kV kV Ang. MW Mvar MW Mvar MW Mvar To Bus ID MW Mvar Amp %PF % Tap
----- ----- ---- ----- ----- ---- ----- ----- ----- ----- ----- ------- ---- ------ ---- ---- -----
B.ACEH Load 150.00 147.601 -0.3 60.70 3.00 2.85 1.77 24.83 15.39 SIGLI 16.51 -7.08 70 -91.9
SIGLI 16.51 -7.08 70 -91.9
BINJAI Load 150.00 144.855 -2.2 0.00 0.00 19.07 11.82 160.07 99.20 BLWCC -86.61 -58.89 417 82.7
BLWCC -86.61 -58.89 417 82.7
PAYA GELI -22.80 6.67 94 -96.0
PAYA GELI -22.80 6.67 94 -96.0
P.BRANDAN 19.85 -3.30 80 -98.6
P.BRANDAN 19.85 -3.30 80 -98.6
BIRUN Load 150.00 145.888 -3.8 0.00 0.00 1.52 0.94 12.97 8.04 SIGLI -15.80 -2.27 63 99.0
SIGLI -15.80 -2.27 63 99.0
LSMWE 8.56 -2.22 34 -96.8
LSMWE 8.56 -2.22 34 -96.8
*BLWCC Swng 150.00 150.000 0.0 478.13 436.81 0.00 0.00 0.00 0.00 BINJAI 87.37 61.24 410 81.9
BINJAI 87.37 61.24 410 81.9
SEI ROTAN 151.69 157.17 840 69.4
SEI ROTAN 151.69 157.17 840 69.4
*BLWTU Swng 150.00 150.000 0.0 307.72 233.23 0.00 0.00 0.00 0.00 PAYA PASIR123.53 97.80 606 78.4
PAYA PASIR123.53 97.80 606 78.4
LBHAN 60.67 37.63 274 85.0
BRASTAGI Load 150.00 137.091 -1.0 0.00 0.00 8.79 5.45 66.11 40.97 RENUN -57.35 9.04 244 -98.8
SIDIKALANG -36.59 9.20 158 -97.0
TTKNG 9.52 -32.33 141 -28.2
TTKNG 9.52 -32.33 141 -28.2
DENAI Load 150.00 143.281 -2.0 0.00 0.00 2.67 1.66 21.94 13.60 SEI ROTAN -18.09 -10.52 84 86.4
TAMORA -6.53 -4.73 32 81.0
IDIE Load 150.00 144.289 -4.8 0.00 0.00 0.75 0.47 6.25 3.87 LSMWE -2.81 -6.17 27 41.4
LANGSA -4.20 1.83 18 -91.6
K.TANJUNG Load 150.00 118.417 -4.0 180.00 28.00 15.17 9.40 85.11 52.75 KISARAN 40.43 6.45 199 98.8
KISARAN 40.43 6.45 199 98.8
TBNG TGGI -0.57 -23.53 114 2.4
KIM Load 150.00 141.690 -2.7 0.00 0.00 13.21 8.18 106.05 65.72 SEI ROTAN -59.65 -36.90 285 85.0
SEI ROTAN -59.61 -37.01 285 85.0
KISARAN Load 150.00 114.238 -7.9 0.00 0.00 26.64 16.51 139.09 86.20 K.TANJUNG -39.41 -5.84 201 98.9
K.TANJUNG -39.41 -5.84 201 98.9
R.PRAPAT -86.91 -91.03 636 69.1
LANGSA Load 150.00 144.043 -4.5 0.00 0.00 1.02 0.63 8.43 5.22 IDIE 4.20 -4.69 25 -66.7
LSMWE -1.06 -7.96 32 13.2
TLCUT 9.40 4.37 41 90.7
P.BRANDAN-11.00 1.21 44 -99.4
P.BRANDAN -11.00 1.21 44 -99.4
LBHAN Load 150.00 149.467 -0.2 0.00 0.00 6.10 3.78 54.47 33.76 BLWTU -60.56 -37.53 275 85.0
LSMWE Load 150.00 145.437 -4.4 9.40 5.00 2.39 1.48 20.18 12.51 IDIE 2.82 -2.61 15 -73.4
LANGSA 1.06 -3.71 15 -27.6
BIRUN -8.52 -1.33 34 98.8
BIRUN -8.52 -1.33 34 98.8
MABAR Load 150.00 148.084 -0.7 0.00 0.00 7.40 4.58 64.89 40.22 PAYA PASIR -36.15 -22.40 165 85.0
PAYA PASIR-36.15 -22.40 165 85.0
N.RMBE Load 150.00 142.416 -2.3 0.00 0.00 2.94 1.82 23.83 14.77 PAYA GELI -30.83 -38.88 201 62.1
TTKNG 4.06 22.29 91 17.9
P.BRANDAN Load 150.00 144.112 -3.4 0.00 0.00 1.86 1.15 15.41 9.55 BINJAI -19.70 0.52 78 -100.0
BINJAI -19.70 0.52 78 -100.0
LANGSA 11.07 -5.87 50 -88.3
LANGSA 11.07 -5.87 50 -88.3
P.SIANTAR Load 150.00 124.593 -1.2 0.40 0.24 0.76 0.47 4.74 2.94 PORSEA -45.21 -5.13 210 99.4
PORSEA -45.21 -6.65 211 98.9
TBNG TGGI 43.12 4.21 200 99.5
TBNG TGGI 42.19 4.40 196 99.5
P.SIDEMPUAN Load 150.00 147.179 6.6 0.90 0.50 2.36 1.46 20.47 12.69 R.PRAPAT 34.65 -54.48 253 -53.7
SIBOLGA -56.59 40.82 273 -81.1
PAYA GELI Load 150.00 144.821 -1.9 0.00 0.00 4.56 2.83 38.28 23.72 BINJAI 22.83 -7.79 96 -94.6
CKT / Branch Connected Bus Info. From-To Bus Flow To-From Bus Flow Losses % Bus Voltage Vd
============ ========================= ================== ================== ================= ============= % drop
ID From Bus ID To Bus ID MW Mvar MW Mvar kW kvar From To in Vmag
----------- ------------ ------------ -------- -------- -------- -------- -------- -------- ------ ------ -------
SGLI-B.ACEH B.ACEH SIGLI 16.513 -7.075 -16.334 2.110 178.8 -4965.5 98.40 98.24 0.17
SGLI-B.ACEH B.ACEH SIGLI 16.513 -7.075 -16.334 2.110 178.8 -4965.5 98.40 98.24 0.17
BLWNCC-BNJI BINJAI BLWCC -86.613 -58.889 87.373 61.238 760.1 2349.1 96.57 100.00 3.43
BLWNCC-BNJI BINJAI BLWCC -86.613 -58.889 87.373 61.238 760.1 2349.1 96.57 100.00 3.43
BNJI-P.GLI 1 BINJAI PAYA GELI -22.804 6.674 22.832 -7.791 28.1 -1117.3 96.57 96.55 0.02
BNJI-P.GLI 2 BINJAI PAYA GELI -22.804 6.674 22.832 -7.791 28.1 -1117.3 96.57 96.55 0.02
PBDAN-BNJI 1 BINJAI P.BRANDAN 19.846 -3.297 -19.704 0.523 142.0 -2773.4 96.57 96.07 0.50
PBDAN-BNJI 2 BINJAI P.BRANDAN 19.846 -3.297 -19.704 0.523 142.0 -2773.4 96.57 96.07 0.50
BRN-SGLI 1 BIRUN SIGLI -15.803 -2.272 15.976 -3.184 172.7 -5456.0 97.26 98.24 0.98
BRN-SGLI 2 BIRUN SIGLI -15.803 -2.272 15.976 -3.184 172.7 -5456.0 97.26 98.24 0.98
LSMWE-BRN 1 BIRUN LSMWE 8.555 -2.220 -8.524 -1.334 31.3 -3554.2 97.26 96.96 0.30
LSMWE-BRN 2 BIRUN LSMWE 8.555 -2.220 -8.524 -1.334 31.3 -3554.2 97.26 96.96 0.30
BLWNCC-SR0TN BLWCC SEI ROTAN 151.690 157.168 -150.306 -149.677 1384.0 7490.3 100.00 95.89 4.11
BLWNCC-SROTN BLWCC SEI ROTAN 151.690 157.168 -150.306 -149.677 1384.0 7490.3 100.00 95.89 4.11
BLWTU-PPSR 1 BLWTU PAYA PASIR 123.528 97.802 -123.222 -96.368 305.8 1434.0 100.00 99.06 0.94
BLWTU-PPSR 2 BLWTU PAYA PASIR 123.528 97.802 -123.222 -96.368 305.8 1434.0 100.00 99.06 0.94
LBHAN-BLWNTU BLWTU LBHAN 60.669 37.626 -60.562 -37.533 107.3 93.2 100.00 99.64 0.36
BTAGI-RNUN BRASTAGI RENUN -57.348 9.043 58.690 -8.055 1341.6 988.1 91.39 92.59 1.20
BTAGI-SDKAL BRASTAGI SIDIKALANG -36.588 9.203 37.323 -10.714 734.7 -1511.8 91.39 91.78 0.38
BTAGI-TTKNG BRASTAGI TTKNG 9.518 -32.333 -9.089 30.518 428.9 -1814.4 91.39 94.40 3.00
BTAGI-TTKNG BRASTAGI TTKNG 9.518 -32.333 -9.089 30.518 428.9 -1814.4 91.39 94.40 3.00
SROTN-DNAI DENAI SEI ROTAN -18.086 -10.522 18.122 9.919 35.3 -603.3 95.52 95.89 0.37
TMORA-DNAI DENAI TAMORA -6.528 -4.733 6.533 4.044 5.1 -688.6 95.52 95.67 0.15
MW Mvar MVA % PF
========= ========= ========= ==============
Number of Iterations = 3