Anda di halaman 1dari 51

ANALISA RUGI-RUGI DAYA YANG DISEBABKAN

OLEH ARUS NETRAL PADA TRAFO DISTRIBUSI


FEEDER SETUI DI PT.PLN ( Persero )
RAYON MERDUATI

12 Juli 2016 12 Agustus 2016

Oleh :
NUR SAYYID UMAR
1304105010042

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH

DESEMBER, 2016
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam juga penulis sanjungkan pada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umatnya ke alam yang berilmu pengetahuan.
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan kerja praktek ini yang berjudul
Analisa Rugi-rugi Daya Yang Disebabkan Oleh Arus Netral Pada Trafo
Distribusi Feeder Setui Di PT.PLN ( Persero ) Rayon Merduati , yaitu untuk
memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan akademik pada jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Selama melaksanakan kerja praktek penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan. Oleh karena itu penulis
ingun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak Khairul Lingga, selaku Manager PT.PLN Area Pengatur Distribusi
Wilayah Aceh Rayon Merduati.
Bapak Afif Yasri, selaku Asisten Manager PT.PLN Operasi Sistem Distribsi
Area Pengatur Distribusi Wilayah Aceh Rayon Merduati.
Bapak Ade Setiawan selaku Supervisor Operasi Distribusi.
Bapak Dr. Nasaruddin, ST.,M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Unsyiah
Bapak Ramdhan Halid Siregar, ST.,MT selaku Ketua Bidang Energi Listrik
Jurusan Teknik Elektro Unsyiah
Bapak Mahdi Syukri, S.T., MT selaku dosen pembimbing laporan Kerja
Praktek.
Seluruh staf dan karyawan PT. PLN Wilayah Aceh Area Pengatur Distribusi
khususnya bagian Operasi Sistem Distribusi.
Semua rekan-rekan Teknik Elektro khususnya angkatan 2013 yang turut
membantu dalam menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini.

iv
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih memiliki
banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran agar dapat
menyempurnakan laporan ini, akhir kata penulis berharap laporan kerja praktek ini
dapat berguna bagi penulis sendiri dan pembaca umumnya.

Banda Aceh, 05 Desember 2016


Penulis,

Nur Sayyid Umar


1304105010042

v
DAFTAR ISI

JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Metode Penulisan 2
1.5 Manfaat Kerja Praktek 2
1.6 Sistematika Penulisan 2

BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN 4


2.1 Sejarah Perusahaan Pt.Pln Banda Aceh 4
2.1.1 Zaman Penjajahan Belanda 4
2.1.2 Zaman Pendudukan Jepang 4
2.1.3 Zaman Kemerdekaan 5
2.1.4 Visi Dan Misi Perusahaan 7
2.1.5 Motto Perusahaan 7
2.2 Sejarah APD ( Area Pengatur Distribusi) 8
2.2.1 Visi Dan Misi 8
2.2.2 Struktur Organisasi Area Pengatur Distribusi Aceh 9
2.2.3 Sumber Daya Manusia 10
2.2.4 Aset Utama Perusahaan 10

vi
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 11
3.1 Sistem Tenaga Listrik 11
3.2 Distribusi Tenaga Listrik 12
3.2.1 Sistem Distribusi Primer 12
3.2.2 Sistem Distribusi Sekunder 14
3.3 Transformator 15
3.3.1 Bentuk Dan Konstruksi Transformator 16
3.3.2 Ketidakseimbangan Beban Pada Transformator 16
3.4 Keseimbangan Beban Dan Ketidakseimbangan Beban 18
3.5 Operator Komponen Simetris 19
3.6 Komponen-Komponen Simetris Tiga Fasa 19
3.7 Daya Pada Rangkaian Listrik 3 Fasa 23

BAB 4 LOSSES AKIBAT PENGARUH MUNCULNYA ARUS NETRAL


PADA TRAFO DISTRIBUSI FEEDER SETUI 25
4.1 Vector Group Transformator 25
4.1.1 Hubungan Dyn-5 25
4.1.2 Hubungan Ynzn5 27
4.2 Data Pengukuran Beban Trafo Feeder Setui 29
4.3 Perhitungan Arus Fasa Dan Arus Netral 31
4.3.1 Hasil Perhitungan Arus Netral 33
4.3.2 Dampak Arus Yang Melewati Netral Pada Transformator
Distribusi 34
4.4 Persentase Daya Yang Terpakai Pada Pembebanan Transformator
34
4.5 Persentase Losses Akibat Adanya Arus Pada Penghantar Netral
Transformator 37
BAB 5 PENUTUP 39
5.1 Kesimpulan 39
5.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) APD Aceh 9


Gambar 3.1 Konfigurasi Jaringan Radial 13
Gambar 3.2 Konfigurasi Jaringan Spindel 14
Gambar 3.3 Bentuk Fisik Transformator Distribusi 15
Gambar 3.4 Vektor Diagram Arus Keadaan Seimbang 18
Gambar 3.5 Vektor Diagram Arus Keadaan Tidak Seimbang 19
Gambar 3.6 Tiga Himpunan Fasor Seimbang Yang Merupakan Komponen
Simetris 20
Gambar 3.7 Beban Hubung Bintang Seimbang 23

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Vektor Grup Dan Daya Transformator 29


Tabel 4.2 Data Teknik Transformator Feeder Setui 36
Tabel 4.3 Data Pembebanan Transformator Feeder Setui 37
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Arus Netral Trafo Penyulang Setui 39
Tabel 4.5 Hasil Perhitunan Pembebanan Trafo 42
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Losses Akibat Arus Netral 43

ix
DAFTAR SINGKATAN

1. PLN : Perusahaan Listrik Negara

2. PTL : Pembangkit Tenaga Listrik

3. PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap

4. PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air

5. PLTG : Pembangkit Listrik Tenaga Gas

6. PLTD : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

7. PMT : Pemutus Tenaga

8. APD : Area Pengatur Distribusi

9. SDM : Sumber Daya Manusia

10. SPLN : Standar Perusahaan Listrik Negara

11. SCADA : Supervisory Control and Data Acquistions

12. DCC : Distribution Control Center

13. GH : Gardu Hubung

14. STI : Setui

15. IEC : International Electrotechnical Commision

16. IL : Arus Line

17. IN : Arus Netral

18. Iph : Arus Phasa

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendistribusian listrik pada umumnya menggunakan tegangan 20KV,


kemudian diturunkan menjadi tegangan 380V/220V. Sebelum melalui jalur distribusi,
tegangan listrik sebesar 150KV melewati trafo daya yang terdapat pada gardu induk
untuk diturunkan menjadi tegangan 20 KV. Jaringan distribusi terbagi menjadi jaringan
distribusi primer dan sekunder. Tegangan 20KV digunakan pada jaringan distribusi
primer, kemudian diturunkan oleh trafo distribusi yang terdapat pada gardu hubung
menjadi tegangan 380V/220V yang digunakan pada jaringan distribusi sekunder.
Yang menjadi perhatian adalah ketiga fasa R, S, dan T pada jaringan distribusi
sekunder. Ketidakseimbangan pembebanan pada fasa-fasa R, S, dan T akan
mempengaruhi netral pada trafo distribusi. Merujuk pada SPLN, ada tiga tipe vektor
grup trafo distribusi yang digunakan oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0, dengan
titik netral langsung dihubungkan dengan tanah [1].
Idealnya untuk mendapatkan kualitas daya yang baik penjumlahan vektor ketiga
fasa ini haruslah sama dengan nol dan dikatakan dengan keseimbangan beban. Apabila
penjumlahan vektor ketiga fasa ini tidak sama dengan nol, maka akan didapatkan arus
pada titik netral trafo. Arus ini akan mengalir pada penghantar netral trafo, yang
mengakibatkan terjadinya rugi-rugi akibat arus netral.
Rugi-rugi ini sebenarnya tidak dapat dihindari, namun dapat dikurangi dengan
menjaga keseimbangan pembebanan pada ketiga fasa R, S, dan T. Dengan memantau
pengkoneksian pada fasa R, S dan T dapat mengurangi selisih pembebanan antar fasa.
Manfaatnya akan didapatkan kondisi beban ideal antar fasa sehingga dapat menekan
rugi-rugi secara teknis yang akan merugikan PLN.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Mengingat ketidakseimbangan beban tiap fasa ( fasa R, fasa S, dan fasa T ) pada
sistem distribusi tenaga listrik sering terjadi, mengakibatkan munculnya arus pada
netral trafo yang akan menimbulkan terjadinya rugi-rugi ( losses ) sehingga dalam
penulisan laporan kerja praktek ini penulis membatasi permasalahan tentang losses
akibat arus pada netral trafo ditribusi.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah :
1. Mengetahui penyebab terjadinya ketidak seimbangan beban
2. Menghitung besar arus netral
3. Menghitung besar losses yang ditimbulkan akibat arus netral

1.4 METODE PENULISAN


Metode yang digunakan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini dengan
pengumpulan data. Data dihimpun dari kondisi lapangan serta data-data design
spesifikasinya. Dan juga didapati dari dan konsultasi dengan pembimbing lapangan,
serta mencari keterangan serta informasi dari operator dan teknisi yang langsung
berhubungan dengan sistem kerja dari peralatan tersebut serta membaca buku referensi
dan media informasi lainnya.

1.5 MANFAAT KERJA PRAKTEK


Manfaat dari penulisan Laporan Kerja Praktek adalah untuk menganalisa
bahwa ketidakseimbangan beban dapat mengganggu pendistribusian energi listrik
akibat dari terjadinya losses pada trafo distribusi.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Laporan kerja praktek ini akan dibagi atas beberapa bab yang masing-
masingnya terdiri dari beberapa sub-bab.

2
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat kerja praktek dan
sistematika penulisan.

BAB II : SEJARAH PERUSAHAAN


Dalam bab ini akan dibahas tentang Profil PT. PLN Wilayah Aceh Area
Pengatur Distribusi, sejarah perusahaan, lokasi dan area perusahaan,
sarana dan prasarana.

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bab ini berisikan dasar teori yang memuat tentang jaringan
distribusi, transformator, keseimbangan dan ketidakseimbangan beban.

BAB IV : LOSSES AKIBAT PENGARUH MUNCULNYA ARUS NETRAL


PADA TRAFO DISTRIBUSI FEEDER SETUI

Dalam bab ini berisi tentang pembahasan tentang data yang diperoleh
dari lapangan.

BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis.

3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH PERUSAHAAN PT. PLN BANDA ACEH


Sebagaimana diketahui sejarah kelisrtikan di Indonesia khususnya Aceh
telah melalui tiga zaman pemerintah, yang sampai saat ini telah mencapai
beberapa perkembangan dan kemajuan antara lain sebagai berikut :
2.1.1 Pada Zaman Penjajahan Belanda
Pada tahun 1992 sebuah perusahaan swasta Belanda yang berpusat di
Rotterdam yang bernama NV. Nigem (NV Nederland Indiche en Electricettriet
Maatchapi) mulai mengadakan investasi pada usaha kelistrikan di Aceh.
NV.Nigem memiliki 3 (tiga) buah sentral pembangkit yang terdiri dari:
1. Sentral Banda Aceh
Mulai didirikan pada tahun 1929 dilanjutkan dengan pemasangan mesin
pada tahun 1930. Di sentral ini terdapat tiga unit mesin yang mempunyai
daya yang terpasang 300 Kw.
2. Sentral Lhokseumawe
Mulai didirikan pada tahun 1929 dilanjutkan dengan pemasangan mesin
pada tahun 1930. Di sentral ini tersedia dua unit mesin merk Man yang
masing-masing mempunyai daya terpasang 200 Kw.
3. Sentral Langsa
Mulai didirikan pada tahun 1929 serta pemasangan mesin pada tahun
1930. Di sentral ini ditempatkan dua unit mesin merk Deul tiap unit
mempunyai kekuatan terpasang 300 Kw.
2.1.2 Zaman Pendudukan Jepang
Dengan bergantinya pemerintahan antara Belanda dengan Jepang pada
tahun 1924, maka seluruh kekayaan Belanda dikuasai oleh Jepang termasuk
perusahaan NV. Nigem dan Pemerintahan Belanda maupun stafnya diganti oleh
orang-orang jepang dan perusahaan dirubah menjadi KYOKU.

4
2.1.3 Zaman Kemerdekaan
Menyerahnya jepang kepada sekutu tanggal 17 Agustus 1945, maka pada
saat itu juga Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Maka seluruh
kekayaan Belanda di Indonesia beralih menjadi milik Pemerintahan Republik
Indonesia, termasuk Nv.Nigem dan Bongkiy Kyoku. Semenjak dikuasai oleh
Pemetintahan Republik Indonesia ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan Listrik
dan Gas Republik yang pelaksanaannya berdasarkan kepada IBM (Indische
Bedrijivent Mest) 1927. Sejalan dengan perkembangan zaman, perusahaan itu
telah beberapa kali mengalami perubahan nama dan status perusahaan diantaranya
adalah :

1. Tahun 1959 dari jawatan listrik dan gas Republik Indonesia menjadi
Jawatan Tenaga Listrik.
2. Tahun 1956 dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektrifitas kerja,
maka bentuk perubahan menjadi Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi 1
(satu) Sumatera Utara.
3. Tahun 1965 Perusahaan Listrik Negara mengadakan pembaruan struktur
organisasi secara keseluruhan dengan nama Perusahaan Listrik Negara
Eksploitasi XIII Daerah Istimewa Aceh.
4. Tahun 1969 sebagai pelaksanaan dari Instruksi Presiden No.17 tahun 1969
bentuk dirubah lagi menjadi persahaan umum termasuk dalam departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik pada tahun 1973 sebagai pelaksanaan
maksud surat Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi No.18 tahun
1973 terjadi perubahan lagi menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara
Eksploitasi Daerah Istimewa Aceh.
5. Tahun 1976 berdasarkan SK Direksi No.11 tahun 1976 nama dan
statusnya menjadi Perusahaan Umum Listrik Wilayah I Daerah Aceh.

Berdasarkan pembagian daerah kerja yang baru, daerah Aceh tercakup


dalam PLN Eksploitasi I Aceh, terakhir keluar peraturan menteri PUTL
No.013/PLTD/75 tentang pembagian daerah kerja. Istilah eksploitasi diganti
menjadi wilayah kemudian koordinasi PUTL tetap di bawah koordinasi Menteri
Pertambangan dan Energi. Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah I Aceh

5
berkedudukan di Banda Aceh tepatnya di jalan T.H.M. Daud Beureueh No.172,
terakhir dengan perintah No.23 tahun 1994 status PLN berubah dari Perusahaan
umum listrik negara menjadi PT.PLN (Persero) dan untuk Wilayah Aceh di kelola
oleh PT.PLN (Persero) Wilayah I Aceh.
Pada akhir tahun 1958 pembangkit listrik tenaga diesel Bireuen yang
sebelumnya dikelola oleh swasta, maka pengelolaan selanjutnya diserahkan
kepada PT.PLN. Selanjutnya pada akhir tahun 1959 dan awal tahun 1960
dibangun listrik tenaga diesel di tiga tempat, yaitu Lhokseumawe, Takengon, dan
Tapaktuan.
Pelaksanaan pembangunan PLTD di Lhokseumawe, Takengon, dan
Tapaktuan tersebut dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Elektrifikasi Diesel
(Bapedi) PLN pusat yang dananya dari bantuan luar negeri. Pada pertengahan
tahun 1962 dioperasikan PLTD Takengon dan Tapaktuan dengan PLN Ranting.
Pada tahun 1962 PLTD Meulaboh yang dikelola perusahaan swasta (Veem),
diusahakan penolahnya kepada PLN. Dengan diserahkan PLTD Meulaboh kepada
PLN, maka seluruh Ibukota Kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam telah
berdiri PLN.
Dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan proyek kelistrikan
meningkat dengan pesat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena adanya program baru dari pemerintah, yaitu penambahan
proyek pembangkit tenaga listrik pedesaan dan munculnya perusahaan-perusahaan
industri yang memakai tenaga listrik.
Era listrik pedesaan pertama di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dibangun sekitar tahun 1973 dengan pilot proyeknya adalah Beureuneun,
Samalanga, dan Panton Labu. Pada akhir tahun 1958 unit PLN hanya 5 unit pada
akhir tahun 1973 sudah mencapai beberapa unit.Sejalan dengan perkembangan
PT.PLN (Persero) Wilayah NAD membentuk unit-unit lain di seluruh daerah
untuk membantu kelancaran tugasnya.

6
Sampai saat ini PT.PLN (Persero) Wilayah NAD telah memiliki 6 (enam)
kantor cabang yaitu :

a) Perusahaan Listrik Negara Cabang Banda Aceh


b) Perusahaan Listrik Negara Cabang Lhokseumawe
c) Perusahaan Listrik Negara Cabang Langsa
d) Perusahaan Listrik Negara Cabang Meulaboh
e) Perusahaan Listrik Negara Cabang Sabang
f) Perusahaan Listrik Negara Cabang Sigli
Tahapan pembangunan lima tahun juga ikut mempengaruhi pembangunan
perusahaan listrik tenaga diesel yang baru, juga terdapat penyerahan pusat diesel
yang dikelola oleh Pemuda ke Perusahaan Listrik Negara antara lain pembangkit
Kutacane (1979) dan pembangkit Sabang. Sejalan dengan adanya penambahan
unit-unit baru tersebut, maka pada tahun 1983 Perusahaan Listrik Negara Cabang
Langsa dipecah menjadi 2 cabang, yaitu cabang Langsa dan Cabang
Lhokseumawe.

2.1.4 Visi Dan Misi Perusahaan


Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan berorienntasi pada kepuasan pelanggan
anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Megupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Motto Perusahaan

Motto PT.PLN (PERSERO) yaitu Electricity for a better life

7
2.2 SEJARAH APD (AREA PENGATUR DISTRIBUSI) PT.PLN
BANDA ACEH

Pada sistem tenaga listrik, APD berfungsi sebagai sarana untuk mengatur
dan mengendalikan sistem distribusi tenaga listrik agar proses penyaluran tenaga
listrik dapat berlangsung dengan aman, lancar dan handal dengan mutu tegangan
yang baik dan dalam batas frekuensi yang diizinkan. Dengan sistem DCC (
Distribution Control Centre ) juga diharapkan proses pemulihan atau penormalan
kembali sistem dapat berlangsung cepat, sehingga lama waktu pemadaman akibat
gangguan atau pekerjaan dapat ditekan sesingkat mungkin. Dengan demikian
diharapkan agar energi listrik yang tidak tersalurkan ( losses ) akibat gangguan
dapat ditekan sekecil mungkin.
Secara fungsional sistem informasi APD pada sistem DCC terdiri dari 3
hal, yaitu :
1. Fungsi Tele Control (TC) yaitu fungsi pengoperasian atau manuver
jarak jauh terhadap peralatan-peralatan yang berada di lapangan di
pusat control yang dilakukan oleh dispatcher.
2. Fungsi Tele Signaling (TS) yaitu fungsi pemberitahuan mengenai
kondisi sistem maupun segala perubahan yang terjadi pada sistem
kepada pusat control.
3. Fungsi Tele Metering ( TM ) yaitu fungsi pencatatan terhadap besaran
listrik jaringan ( sistem), seperti pengukuran besaran arus (beban),
tegangan dan frekuensi.

2.2.1 Visi Dan Misi

Visi
Diakui sebagai Area pengatur distribusi yang handal, efisien dan kontinu
dengan bertumpu pada Sumber Daya Manusia yang professional dan religius.

Misi
1. Mengoperasikan sistem distribusi tenaga listrik secara professional
berbasis SCADA dan Teknologi Informasi.

8
2. Mewujudkan kehandalan sistem distribusi melalui percepatan recovery
dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan.
3. Menyediakan informasi sistem distribusi tenaga listrik secara real time
yang sistematik dan berintegritas.
4. Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, professional dan
religius menuju Aceh yang gemilang.

Motto Perusahaan

Kehandalan Adalah Prioritas Kami (Reliability Is Our Priority)

2.2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Aceh


Struktur organisasi PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Aceh
adalah berada dibawah langsung PT PLN (Persero) Wilayah Aceh yang terdiri
dari seorang manager Area dan 3 (dua) bagian seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur organisasi PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Aceh

9
2.2.3 Sumber Daya Manusia
PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Aceh pada saat ini memiliki
16 pegawai yang terdiri dari 2 Supervisori Atas, 3 Supervisori Dasar, dan 11
Fungsional, serta 22 pegawai outsourcing yang terdiri dari 4 orang di DCC Banda
Aceh, 10 orang di DCC Lhokseumawe, dan 8 orang di DCC Langsa.

2.2.4 Aset Utama Perusahaan


PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Aceh mengoperasikan asset
perusahaan berupa 50 Gardu Hubung yang terdiri dari 9 Gardu Hubung di Area
Banda Aceh, 3 Gardu Hubung di Area Sigli, 12 Gardu Hubung di Area
Lhokseumawe, 11 Gardu Hubung di Area Langsa, 8 Gardu Hubung di Area di
Area Melaboh, dan 7 Gardu Hubung di Area Subulussalam, dimana dari semua
Gardu Hubung tersebut memiliki total kubikel sebanyak 505 unit.
Asset perusahaan lainnya berupa 4 unit SCADA yang telah terpasang di 3
Area dengan 3 server yang berbeda yaitu server Ifix 4.0 di Area Banda Aceh,
server Seefox 8400 di Area Lohokseumawe dan Langsa, serta server Alstom di
Area Lhokseumawe (Takengon) yang belum diserah terima ke PT PLN (Persero).

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 SISTEM TENAGA LISTRIK

Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari :


a. Pusat Pembangkit Listrik
Pusat pembangkit listrik merupakan tempat pertama dihasilkan energi
listrik, dengan turbin sebagai prime mover (penggerak mula). Tenaga listrik
dihasilkan dari putaran generator yang dikopel pada turbin dengan tegangan
generator 11.5 KV. Pada pusat energi listrik terdapat transformator pada gardu
induk untuk menaikan tegangan generator menjadi tegangan tinggi 150 KV.
Beberapa jenis pusat pembangkit listrik adalah PLTA (pembangkit Listrik Tenaga
Air), PLTU (Pusat ListrikTenaga Uap), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTN
(Pusat Listrik Tenaga Nuklir) [2].

b. Transmisi Tenaga Listrik


Transmisi tenaga listrik adalah proses penyaluran energi listrik dari pusat
pembangkit listrik menuju saluran distribusi, sebelum akhirnya dinikmati oleh
pelanggan [2].

c. Sistem Distribusi
Sistem distribusi merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari : Pusat
Pengatur (Distribution Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6kV
dan 20 kV, yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan
saluran udara atau kabel tanah, gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri
dari panel-panel pengatur tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-
panel distribusi tegangan rendah (380 V, 220 V) yang menghasilkan tegangan
kerja/tegangan jala-jala untuk industri dan konsumen [2].

11
3.2 DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Dalam artian yang luas, sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga
listrik yang berada di antara jaringan transmisi dengan pengalih pelayanan
konsumen. Definisi dari sistem distribusi termasuk komponen-komponen berikut :
1. Sistem subtransmisi

2. Gardu distribusi

3. Penyulang distribusi atau primer

4. Trafo distribusi

5. Rangkaian sekunder

6. Titik jatuh layanan

Sebagaimana diketahui, pada sistem distribusi terdapat dua bagian : yaitu


distribusi primer, yang mempergunakan tegangan menengah, dan distribusi
sekunder, yang mempergunakan tegangan rendah [3].

3.2.1 Sistem Distribusi Primer

pada distribusi primer terdapat tiga jenis dasar, yaitu : (a) sistem radial, (b)
sistem lup (loop) dan (c) sistem jaringan primer.
a. Sistem radial
Sistem radial adalah yang paling sederhana dan paling banyak dipakai,
terdiri atas fider (feeders) atau rangkaian tersendiri, yang seolah-olah keluar dari
suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial. Fider itu dapat juga dianggap
sebagai terdiri atas suatu bagian utama dari mana saluran samping atau lateral lain
bersumber dan dihubungkan dengan transformator distribusi sebagaimana terlihat
pada Gambar 3.1 [3].

12
Gambar 3.1 Konfigurasi Jaringan Radial [3].

b. Sistem lup
Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan
gangguan adalah mendesain fider sebagai lup (loop) dengan menyambung kedua
ujung saluran. Hal ini mengakibatkan bahwa suatu pemakai dapat memperoleh
pasokan energy dari dua arah. Bilama pasokan dari satu arah terganggu, pemakai
itu akan disambung pada pasokan arah lainnya. Kapasitas cadangan yang cukup
besar harus tersedia pada setiap fider. Sistem lup dapat dioperasikan secara
terbuka ataupun secara tertutup [3].
Pada sistem lup terbuka, bagian-bagian fider tersambung melalui alat
pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung pada sumber energi.
Pada sistem lup tertutup diperoleh suatu tingkat keandalan yang lebih tinggi. Pada
sistem ini alat-alat pemisah biasanya berupa saklar daya yang lebih mahal. Saklar
saklar daya itu digerakan oleh relay yang membuka saklar daya pada tiap ujung
dari bagian saluran yang terganggu, sehingga bagian fider yang tersisa tetap
berada dalam keadaan berenergi [3].
c. Sistem spindel
Terutama dikota yang besar , terdapat suatu jenis gardu tertentu, yang
tidak terdapat transformator daya. Gardu demikian dinamakan gardu hubung
(GH). GH pada umumnya menghubungkan dua atau lebih bagian jaringan primer
kota itu. Dapat pula terjadi bahwa pada suatu GH terdapat sebuah transformator

13
pengatur tegangan. Karena besar kota itu, kabel-kabel tegangan menengah
mengalami terlampau banyak turun tegangan. Tegangan yang agak rendah ini
dinaikan kembali dengan bantuan transformator pengatur tegangan. Dapat juga
terjadi bahwa pada GH terdapat sebuah Gardu Distribusi (GD). Gambar 3.2
merupakan skema prinsip dari sistem spindle [3].

Gambar 3.2 Konfigurasi Jaringan Spindel [3].

3.2.2 Sistem Distribusi Sekunder

Bagian sistem pelayanan listrik yang berada di antara trafo distribusi dan
titik jatuh layanan beban disebut dengan sistem distribusi sekunder. Bagian ini
memiliki tegangan rendah 220/380 V. Layaknya jaringan distribusi primer,
terdapat pula pertimbangan-pertimbangan perihal keandalan pelayanan dan
regulasi tegangan [3]. Sistem sekunder dapat terdiri dari empat jenis umum :
a. Sebuah transformator tersendiri untuk tiap pemakai.
b. Penggunaan satu transformator dengan saluran tegangan rendah untuk
sejumlah pemakai.
c. Penggunaan satu saluran tegangan rendah yang tersambung pada
beberapa transformator secara paralel.
d. Suatu jaringan tegangan rendah yang agak besar diisi oleh beberapa
transformator, yang pada gilirannya diisi oleh dua sumber energi atau
lebih.

14
3.3 TRANSFORMATOR

Secara umum transformator adalah mesin lsitrik statis yang dapat


mengubah nilai tegangan atau arus listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik lain. Transformator berada dalam kondisi step-up apabila energi
pada tegangan tertentu diubah menjadi tegangan yang lebih tinggi dan akan
berada dalam kondisi step-down apabila transformator diberi energi pada
tegangan tertentu dan mengubahnya menjadi tegangan yang lebih rendah [4].
Transformator yang menjadi fokus bahasan disini adalah transformator
distribusi. Trafo distribusi merupakan trafo step-down yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan dari sistem distribusi primer (20 kV) menjadi tegangan
untuk sistem distribusi sekunder (220/380 V). Merujuk pada SPLN, ada tiga tipe
vektor grup trafo distribusi yang digunakan oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan
Ynyn0, dengan titik netral langsung dihubungkan dengan tanah [1]. Berikut ini
adalah bentuk fisik transformator distribusi pada Gambar 3.3 :

Gambar 3.3 Bentuk Fisik Transformator Distribusi

Transformator distribusi merupakan suatu komponen yang sangat penting


dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Kerusakan
pada trafo distribusi menyebabkan kontinuitas pelayanan terhadap konsumen akan
terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau pemadaman). Pemadaman
merupakan suatu kerugian yang menyebabkan biaya-biaya pembangkitan akan

15
meningkat tergantung harga kWh yang tidak terjual. Pemilihan rating trafo
distribusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan menyebabkan efisiensi
menjadi kecil, begitu juga lokasi penempatan trafo distribusi yang tidak cocok
mempengaruhi jatuh atau turunnya tegangan pada ujung saluran konsumen.

3.3.1. Bentuk Dan Kontruksi Tranformator


Kontruksi transformator distribusi terdiri dari beberapa bagian:
1. Inti, terbuat dari lempengan-lempengan pelat besi lunak atau baja silikon
yang di klem menjadi satu.
2. Belitan, terbuat dari tembaga yang letaknya dibelitkan pada inti dengan
bentuk spiral atau konsentrik.
3. Sistem pendinginan, bagian ini terdapat pada transformator berkapasitas
besar.
4. Bushing, berfungsi untuk menghubungkan rangkaian dalam dari
transformator ke rangkaian luar (terdapat pada ransformator daya).
5. Arrester, sebagai pengaman trafo terhadap tengangan lebih yang
disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se. 002/PST/73).

3.3.2 Ketidakseimbangan Beban Pada Transformator


Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
S = 3 * V*I (3.1) [5]
Dimana :
S = Daya Transformator ( KVA )

V = Tegangan Sisi Primer Transformator (KV )

I = Arus Jala-jala

Sehingga untuk menghitung arus beban penuh dapat menggunakan rumus


IFL = (3.2) [5]
3

Dimana :

IFL = Arus Beban Penuh (A)

16
S = Daya Transformator (KVA)

V = Tegangan Sisi Sekunder Transformator (KV)

Dengan demikian, untuk menentukan persentase pembebanannya


menggunakan persamaan sebagai berikut :


% = 100 % (3.3) [6]

Dimana :

% = persentase pembebanan (%)

Iph = Arus Fasa (A)

IFL = Arus Beban Penuh (A)

Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban-beban antara tiap-tiap fasa


pada sisi sekunder trafo (fasa R, fasa S, dan fasa T) mengalirkan arus di netral
trafo. Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini mnyebabkan losses
(rugi-rugi). Losses pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan :

PN = IN2 * RN (3.4) [6]

Dimana :

PN = Losses Penghantar Netral Trafo (watt)

IN = Arus Pada Netral Trafo (A)

RN = Tahanan Penghantar Netral Trafo ( )

Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke


tanah (grounding) dapat dihitung dengan :

PG = IG * RG (3.5) [6]
Dimana :

PG = Losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)

17
IG = Arus netral yang mengalir ke tanah (A)

RG = Tahanan pembumian netral trafo ()

3.4 Keseimbangan Beban Dan Ketidakseimbangan Beban


Yang dikatakan keseimbangan beban adalah, didapatkan arus yang
mengalir pada beban yang simetris dan terhubung pada tegangan yang juga
simetris. fasa tunggal pada sistem tiga kawat beban seimbang, diperoleh jika arus
yang mengalir pada kawat netral bernilai nol. Keadaan seperti ini akan berlaku
saat impedansi-impedansi yang menghubungkan fasa ke netral sama besar [6].
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah :
1. Ketiga vektor arus/tegangan adalah sama besar.
2. Ketiga vektor saling membentuk sudut 120o satu sama lain seperti
yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.4 Vektor Diagram Arus Keadaan Seimbang [6].

Sedangkan pada Gambar 3.5 menunjukkan vektor diagram arus yang tidak
seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT)
tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang
besarnya bergantung dari seberapa besar factor ketidakseimbangannya [6].
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada tiga yaitu :
1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120o satu sama
lain.
2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi memebentuk sudut 120o satu
sama lain.
3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120o satu
sama lain.

18
Gambar 3.5 Vektor Diagram Arus Keadaan Tidak Seimbang [6].

3.5 Operator Komponen Simetris


Adanya pergeseran fasa pada komponen simetris tegangan dan arus dalam
sistem tiga fasa, maka digunakan operator yang memudahkan dalam menganalisa
pergeseran tersebut. Operator a digunakan untuk menunjukkan perputaran sebesar
120 dalam arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Operator ini adalah
bilangan komplek yang besarnya satu dengan sudutnya 120 dan didefinisikan
sebagai :

a = 1 120 = 0,5 + j0,866 (3.6) [5]

Jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor itu
akan diputar 240. Untuk pengenaa tiga kali berturut-turut fasor akan diputar
dengan 360. Jadi,
a2 = 1 240 0,5 j 0,866 (3.7) [5]
dan

a3 = 1 360 1 j 0 (3.8) [5]

3.6 Komponen-Komponen Simetris Tiga Fasa


Menurut Fortescue suatu sistem tak seimbang yang terdiri dari n fasa dapat
diuraikan menjadi n fasor-fasor seimbang yang disebut komponen simetris.
Sistem tiga fasa yang tidak seimbang dapat diuraikan menjadi tiga komponen
simetris yaitu :

19
1. Komponen urutan positif terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lainnya dalam fasa sebesar 120 dan
mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor aslinya.
2. Komponen urutan negatif terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah antara satu dengan lainnya dalam fasa sebesar 120 dan
mempunyai fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.
3. Komponen-komponen urutan nol terdiri dari tiga fasor yang sama besar
dan pergeseran fasa satu dengan yang lainnya nol.

Gambar 3.6 (a) vektor tegangan tidak seimbang, (b) vektor tegangan urutan
positif, (c) vektor tegangan urutan negatif, (d) vektor tegangan urutan nol [5].

Hal ini menunjukkan urutan fasa positif bila keadaan abc sebagai
ditunjukkan dalam gambar 3.6 (a), dan menunjukkan urutan fasa negatif bila
keadaan acb sebagai ditunjukkan dalam gambar 3.6 (b). Mula-mula, kita
perhatikan bahwa banyaknya kuantitas yang diketahui dapat dikurangi dengan
menyatakan masing-masing komponen Vb dan Vc sebagai hasil kali fungsi
operator a dan komponen Va. Dengan berpedoman pada Gambar 3.6, hubungan
berikut dapat diperiksa kebenarannya :
Vb1 a 2Va1 Vc1 a 2Va1
Vb2 aVa2 Vc2 aVa2 (3.9) [5]
Vb0 Va0 Vc0 Va0

Tegangan tiga fasa tidak seimbang Va, Vb, Vc hasil perhitungan. Untuk
menentukan ketiga komponen simetris dari arus adalah:

20
V a = V a + V a1 + V a 2 (3.10) [5]

V b = V b + V b1 + V b 2 (3.11) [5]

V c = V c + V c1 + V c 2 (3.12) [5]
Dengan memasukan persamaan (3.10) kedalam persamaan (3.12) maka akan
dihasilkan :
V a = V a 0 + V a1 + V a 2 (3.13) [5]

V b = V a 0 + a 2 Va1 aVa 2 (3.14) [5]

V c Va 0 aVa1 a 2Va 2 (3.15) [5]


Atau

Va 1 1 1 Va0
V 1 a 2 a Va (3.16) [5]
b 1
1 a a
Vc

Va2
2

Untuk memudahkan dapat dimisalkan

1 1 1

A 1 a 2 a (3.17) [5]
1 a a 2

Maka, seperti dapat dibuktikan dengan mudah

1 1 1
1
A 1 1 a 2 a (3.18) [5]
3
1 a a 2

Dan dengan memperkalikan kedua sisi persamaan (3.14) dengan A-1 diperoleh

Va 0 1 1 1 Va
V 1 1 a 2 a V (3.19) [5]
a1 3 b
Va 2 1 a a 2 Vc

Yang menunjukan pada kita bagaimana menguraikan tiga fasor tak simetris
menjadi komponen simetrisnya. Hubungan ini demikian pentingnya sehingga kita
dapat menulis masing-masing persamaan itu dalma bentuk yang biasa. Dari
persamaan (3.17) kita peroleh :

21
1
V a 0 (Va Vb Vc ) (3.20) [5]
3

1
V a1 (Va aVb a 2Vc ) (3.21) [5]
3

1
V a 2 (Va a 2Vb aVc ) (3.22) [5]
3

Dari persamaan terdahulu dapat ditulis persamaan untuk arus sebagai ganti
tegangan. Persamaan tersebut dapat diselesaikan baik secara analitis maupun
secara grafis. Karena persamaan yang terdahulu sangat mendasar maka persamaan
arus adalah :

I a = I a 0 + I a1 + I a 2 (3.23) [5]

I b = I a 0 + a 2 I a1 aI a 2 (3.24) [5]

I c I a 0 aI a1 a 2 I a 2 (3.25) [5]

1
I a0 (I a I b I c ) (3.26) [5]
3
1
I a1 ( I a aI b a 2 I c ) (3.27) [5]
3
1
I a 2 ( I a a 2 I b aI c ) (3.28) [5]
3

Dari persamaan diatas, didapat bahwa komponen arus urutan nol adalah
sama dengan sepertiga jumlah arus fasa. Oleh karena itu bila arus fasa berjumlah
sama dengan nol, maka dalam sistem tiga fasa dengan netral tak
diketanahkan,karena arus urutan nol tidak ada. Bila netral dan sistem daya
diketanahkan, maka arus urutan nol (residu) akan mengalir antara netral dan bumi
(ground).

IN = Ia + Ib+ Ic (3.29) [5]

Dengan mensubstitusikan persamaan Ia0 pada (3.31) ke (3.32) maka


diperoleh :
IN =3*Ia0 (3.30) [5]

22
Dalam sistem tiga fasa empat kawat, jumlah arus dalam saluran sama dengan arus
netral yang kembali lewat kawat netral. Jika arus-arus fasanya seimbang maka
arus netralnya akan bernilai nol, tapi jika arus-arus fasanya tidak seimbang, maka
akan ada arus yang mengalir di kawat netral sistem (arus netral akan mempunyai
nilai dalam arti tidak nol).

3.7 DAYA PADA RANGKAIAN LISTRIK 3 FASA

Suatu rangkaian listrik tiga fasa :

Gambar 3.7 Beban hubung bintang seimbang [7].

Dengan impedansi fasa Z = Z . Bila dihubungkan dengan tegangan tiga fasa :


van(t) = 2 V sin t (3.31) [7]

vbn(t) = 2 V sin (t-120o) (3.32) [7]

vcn(t) = 2 V sin (t-240o) (3.33) [7]


Dan dengan I = , arus tiga fasanya menjadi :

ia(t) = 2 I sin t (3.34) [7]

ib(t) = 2 I sin (t-120o) (3.35) [7]

ic(t) = 2 I sin (t-240o) (3.36) [7]

Daya aktual setiap fasa beban dinyatakan dengan :


p(t) = v(t)i(t) (3.37) [7]

23
Sehingga daya yang disuplai tiap fasa :
pa(t) = 2 VI sin t sin (t-) (3.38) [7]

pb(t) = 2 VI sin (t-120o) sin (t--120) (3.39) [7]

pc(t) = 2 VI sin (t-240o) sin (t--240) (3.40) [7]

Sengan menggunakan persamaa identitas trigonometri :


1
sin sin = 2 [ cos ( - ) cos ( + )] (3.41) [7]

Yang digunakan pada persamaan () didapat :

pa(t) = VI [ cos - cos (2t-)] (3.42) [7]

pb(t) = VI [ cos - cos (2t-240- )] (3.43) [7]

pc(t) = VI [ cos - cos (2t-480- )] (3.44) [7]

Daya yang disalurkan pada rangkaian tiga fasa sama dengan jumlah daya
pada ketiga fasanya. Dari persamaan (2.10), didapat daya masing-masing fasa
terdiri dari komponen konstan dan komponen pulsa (yang berosilasi). Komponen
pulsa masing-masing fasa berbeda 120o, sehingga penjumlahan daya ketiga fasa
ini akan menghilangkan komponen pulsa dan didapat penjumlahan ketiga
komponen konstan yang identik :

ptotal = pa(t) + pb(t) + pc(t) = 3VI cos (3.45) [7]

Persamaan daya ini dapat ditulis :

S = 3 V I = 3 I2Z (3.46) [7]

P = 3 VI cos = 3 I2Z cos (3.47) [7]

Q = 3 VI sin = 3 I2Z sin (3.48) [7]

24
BAB IV

LOSSES AKIBAT PENGARUH MUNCULNYA ARUS NETRAL


PADA TRAFO DISTRIBUSI FIDER SETUI

4.1 VEKTOR GRUP TRANSFORMATOR

Mengacu pada standart IEC, penulisan notasi vektor grup transformator


terdiri dari dua huruf atau lebih yang diikuti dengan satu atau dua digit, berikut
adalah penjelasannya :

1. Huruf pertama menggunakan huruf kapital D, Y, Z untuk bagian tegangan tinggi


transformator. D untuk hubungan delta (), Y untuk hubungan wye (Y), dan Z
untuk hubungan zig-zag (interconnected star),
2. Huruf kedua merupakan huruf kapital dengan ukuran lebih kecil berupa huruf
N, huruf tersebut menandakan adanya titik netral pada bagian tegangan tinggi
transformator,
3. Huruf ketiga merupakan huruf non kapital d, y, z untuk bagian tegangan rendah
transformator, d memiliki arti hubung delta (), y untuk hubungan wye (Y), dan
z untuk hubungan zig-zag (interconnected star),
4. Huruf keempat menggunakan huruf non kapital n yang menyatakan adanya titik
netral pada bagian tegangan rendah,
5. Simbol kelima berupa angka yang terdiri dari satu atau dua digit, angka ini
mengacu pada bilangan jam 1-12 yang menunjukkan besarnya perbedaan fasa
antara bagian primer dengan bagian sekunder transformator [4].

4.1.1 Hubungan Dyn-5

Untuk membentuk hubungan Dyn-5 yang disesuaikan adalah konfigurasi


pada bagian tegangan rendah, kini akan dibuat agar fasor bagian tegangan rendah
tertinggal dari fasor tegangan tinggi sebesar 150 dikarenakan angka jam vektor
grup mengarah pada angka jam 5, Untuk itu pada bagian tegangan tinggi terminal
A1 disambungkan dengan C2, terminal A2 dihubungkan dengan B1, dan terminal

25
B2 dihubungkan dengan C1. Sedangkan pada bagian tegangan rendah belitan
dikonfigurasikan dengan membalik polaritas dari umumnya bentuk hubungan wye,
yaitu terminal a2, b2, c2 terhubung dengan bushing dan terminal a1, b1, c1 saling
terhubung menjadi titik netral, dengan konfigurasi seperti ini maka akan terbentuk
hubungan dengan vektor grup Dyn-5, dapat dilihat pada diagram angka jam bahwa
fasor 1N A1 mengarah pada angka jam 12, sedangkan fasor 2N a2 mengarah
pada angka jam 5, hal tersebut ditunjukan pada Gambar 4.1 [4].

(a)

(b)

26
(c)

Gambar 4.1 (a) Diagram Fasor Vektor grup Dyn-5; (b) Hubungan Belitan
Tegangan Tinggi Dan Tegangan Rendah; (c) Diagram Fasor Dyn-5 Berdasarkan
Angka Jam [4].

4.1.2 Hubungan YNzn5 (Wye-Zigzag)


Untuk membuat hubungan YNzn-5 pada bagian tegangan tinggi dihubung
wye (Y) dan diagram fasor 1N-A1 ditempatkan pada angka jam 12, pada bagian
tegangan rendah dihubung Z dengan diagram fasor 2N-a1 mengarah pada angka
jam 5. Pada bagian tegangan tinggi terminal A1, B1, C1 menuju bushing, dan pada
bagian tegangan rendah terminal a4, b4, c4 menuju bushing, sedangkan terminal
lainnya terkoneksi secara internal, untuk mendapatkan perbedaan fasa sebesar 150,
belitan b2b1 dihubungkan dengan belitan a3a4, sehingga didapatkan fasor 2Na4
yang berselisih 150 tertinggal dengan fasor 1NA1, dimana 2Na4 = b2b1 + a3a4.
Untuk menentukan hubungan terminal lainnya pada bagian tegangan rendah dapat
diketahui dengan mencari fasor yang sejajar, fasor yang sejajar menandakan bahwa
fasor tersebut terletak pada batang core yang sama, dan memilik fasa yang sama,
dan untuk menentukan tanda terminalnya adalah dengan menyamakan tanda
terminal pada bagian tegangan tinggi dengan tegangan rendah, dari Gambar 4.2(a)
terminal A1-A2 dengan terminal a1-a2 dan a3-a4 memiliki fasor yang sejajar ,
dalam menandai terminalnya, terminal A1, a1, dan a3 memiliki polaritas yang
sama, maka harus terletak pada ujung fasor yang sama. Penjelasan mengenai
gambar fasor, hubungan belitan dan fasor menurut angka jam dapat dilihat pada
Gambar 4.2 [4].

27
(a)

(b)

(c)

Gambar 4.2 (a) Diagram Fasor Vektor grup Ynzn-5; (b) Hubungan Belitan
Tegangan Tinggi Dan Tegangan Rendah; (c) Diagram Fasor Ynzn-5 Berdasarkan
Angka Jam [4].

28
Mengacu pada buku yang diterbitkan oleh PT.PLN [3], terdapat tiga jenis
transformator yang digunakan berdasarkan kelompok vektor grup dan titik
netralnya, yaitu :

Tabel 4.1 Vektor grup Dan Daya Transformator [3]

4.2 DATA PENGUKURAN BEBAN TRAFO FIDER SETUI


Pada data pengukuran beban trafo ini yang menjadi objek penelitian adalah
pada penyulang Setui, yang memiliki total 18 gardu. Semua trafo yang terpasang
pada fider Setui memiliki vektor grup Dyn5 atau Yzn5. Data selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3 yang merupakan data teknis trasnformator dan data
pembebanan transformator yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Banda Aceh.

29
Tabel 4.2 Data Teknik Transformator Fider Setui

Arus (Ampere) Tegangan (Volt)


Daya
Gardu Merk Alamat
(KVA) Primer
Primer Sekunder Sekunder
(KV)
STI
Morawa Polda Cut Mutia 200 5.78 289.02 20 220/380
01-00
STI
Starlite Hotel Lading 160 4.62 231.2 20 220/380
02-00
STI
Unindo BRI Cut Mutia 400 11.56 578.03 20 220/380
03-00
STI
Sintra Sp.Jl.Diponegoro 100 2.89 144.5 20 220/380
04-00
STI
Sintra Depan BSM 200 5.78 289.02 20 220/380
05-00
STI Bank Syariah
Sintra 200 5.78 289.02 20 220/380
06-00 Mandiri
STI Adegama POM
B&D 100 2.89 144.5 20 220/380
07-00 Peuniti
STI
Sintra Depan Dafid Jepara 50 1.445 72.25 20 220/380
07-01
STI
Starlite Lr.Amaliah Peuniti 50 1.445 72.25 20 220/380
08-00
STI Depan Telkom
Centrado 100 2.89 144.5 20 220/380
09-00 Golkar
STI
Morawa Depam Poslantas 100 2.89 144.5 20 220/380
10-00
STI
Unindo Samping Barata 100 2.89 144.5 20 220/380
11-00
STI
Unindo Barata Swalayan 400 11.56 578.03 20 220/380
12-00
STI Komplek DPRD
Morawa 250 7.23 361.3 20 220/380
13-00 /Walikota
STI Komplek DPRD
Trafindo 160 4.62 231.2 20 220/380
14-00 /Walikota
STI Komplek DPRD
Morawa 400 11.56 578.03 20 220/380
15-00 /Walikota
STI
B&D Depan KANWIL 250 7.23 361.3 20 220/380
16-00
STI Komplek
Starlite 100 2.89 144.5 20 220/380
17-00 Pengadilan Tinggi

30
Tabel 4.3 Data Pembebanan Transformator Fider Setui

Arus (Ampere) Tegangan (Volt)

Daya
Gardu
(KVA) M K B N M-K M-B K-B M-N K-N B-N

STI 01-00 200 137 117 118 29 383 376 379 221 217 219

STI 02-00 160 63 62 43 32 391 393 383 222 225 223

STI 03-00 400 210 204 218 21 383 380 381 221 220 220

STI 04-00 100 70 69 57 49 389 383 395 226 152 223

STI 05-00 200 110 120 136 87 388 385 381 222 220 220

STI 06-00 200 116 122 117 8 385 381 380 223 220 220

STI 07-00 100 133 64 86 65 393 384 377 227 222 218

STI 07-01 50 25 31 46 81 389 385 382 221 221 217

STI 08-00 50 16 51 104 82 389 385 382 221 221 217

STI 09-00 100 28 28 35 15 393 397 389 223 227 224

STI 10-00 100 116 100 158 49 382 386 384 220 222 221

STI 11-00 100 66 125 65 32 396 389 223 227 224 224

STI 12-00 400 88 81 89 12 379 381 222 219 220 220

STI 13-00 250 188 159 169 91 387 387 220 221 222 222

STI 14-00 160 124 160 157 34 382 386 221 221 221 221

STI 15-00 400 200 210 231 21 383 382 386 221 221 221

STI 16-00 250 100 128 115 29 389 380 389 225 220 225

STI 17-00 100 63 50 71 26 389 380 389 225 220 225

4.3 PERHITUNGAN ARUS FASA DAN ARUS NETRAL

Berdasarkan data yang terlampir pada Tabel 4.3, dapat dilakukan analisa
untuk menentukan nilai arus netral dengan permisalan keadaan sudut () dari
magnitude arus fasa R, fasa S dan fasa T adalah dalam keadaan yang seimbang
(3.32) :

1. Perhitungan arus netral pada gardu tiang POLDA Cut Mutia


Untuk menentukan besar arus netral maka harus ditentukan dahulu arus dari
masing-masing fasa, berdasarkan data pada tabel 4.2 nilai arus fasanya adalah :

31
Iph A = 137

Iph B = 117

Iph C = 118

Faktor daya beban berdasarkan standar PLN adalah Cos a = Cos b = Cos
c = 0.9. Dengan permisalan kasus keadaan sudut () antar magnitude fasa dalam
keadaan yang seimbang, maka harga fasor arus tiap fasa adalah :

Iph A = 137 25.8

= 137 cos 25.8 + j137 sin 25.8

= (123.3 + j 59.6 ) A

Iph B = 117 265.8

= 117 cos 265.8 + j117 sin 265.8

= (-8.6 - j116.7) A

Iph C = 118 145.8

= 118 cos 145.8 + j118 sin 145.8

= ( -97.6 + j66.3 ) A

Dengan menggunakan persamaan (3.29) maka didapat harga arus netral :

IN = (Iph A + Iph B + Iph C )

= ((123.3 + j 59.6) + (-8.6 - j116.7) + ( -97.6 + j66.3 )

= 17.2 + j9.3 A

= 19.5 28.3 A
Setelah dilakukan perhitungan maka terbukti bahwa adanya arus yang
melewati kawat netral , yaitu sebesar 19.5 A. Arus ini merupakan arus yang muncul
akibat magnitude arus antar fasa yang berbeda, arus ini tidak terpakai yang nantinya
akan menyebabkan kerugian daya. Hal ini merupakan akibat dari penyambungan
listrik ke pelanggan yang tidak seimbang pembebanannya pada masing-masing

32
fasa, yang pada akhirnya akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada sistem
distribusi. Ketidakseimbangan ini akan sangat berpengaruh terhadap banyak hal,
seperti kinerja trafo, panas berlebih pada fasa yang terbebani, dan drop tegangan
ujung pada fasa yang terbebani. Apabila arus yang melalui kawat netral begitu besar
maka akan menyebabkan panas pada penghantar netral, panas ini dapat dikatakan
sebagai losses.
4.3.2 Hasil Perhitungan Arus Netral
Setelah dilakukan perhitungan untuk besar arus yang melewati netral fasa
transformator berdasarkan data hasil pengukuran beban trafo pada penyulang Setui
maka secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Arus Netral Trafo Penyulang Setui

Arus (Ampere)
Gardu
Fasa A Fasa B Fasa C N
STI 01-00 137 117 118 19.5
STI 02-00 63 62 43 19.5
STI 03-00 210 204 218 12.2
STI 04-00 70 69 57 12.5
STI 05-00 110 120 136 22.7
STI 06-00 116 122 117 5.6

STI 07-00 133 64 86 61

STI 07-01 25 31 46 18.7


STI 08-00 16 51 104 76.7
STI 09-00 28 28 35 7
STI 10-00 116 100 158 51.9
STI 11-00 66 125 65 59.5
STI 12-00 88 81 89 7.5

STI 13-00 188 159 169 25.5

STI 14-00 124 160 157 34.6

STI 15-00 200 210 231 27.4

STI 16-00 100 128 115 24.3

STI 17-00 63 50 71 18.4

33
4.3.3 Dampak Arus Yang Melewati Netral Pada Transformator Distribusi
Pada dasarnya transformator didesain untuk menyelurkan daya ke beban
dengan losses sekecil mungkin. Namun karena pemasangan beban yang tidak
seimbang antara tiap fasa, maka akan mengalirkan arus pada netralnya. Arus netral
berlebih akan mengakibatkan panas pada kawat netral. Panas ini merupakan suatu
losses yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo disebabkan oleh pengaruh
ketidakseimbangan pada pembebanan antara fasa R,S, dan T pada transformator.
Akibat dari adanya aruspada penghantar netral akan menimbulkan efek yang sangat
signifikan terhadap transformator, yaitu menimbulkan panas dan jatuh tegangan
pada trafo, kinerja tarfo yang kurang efisien, dan menyebabkan rugi-rugi daya pada
trafo.
Semakin besar selisih pembebanan antara satu fasa dengan fasa lainnya
maka akan semakin besar pula arus pada penghantar netral yang akan ditimbulkan.
Sehingga perlu dilakukan perhitungan sebelum melakukan pembebanan pada fasa,
untuk mengetahui seberapa besar nilai ketidakseimbangan pembebanan pada
transformator distribusi tiga fasa.

4.4 PERSENTASE DAYA YANG TERPAKAI PADA PEMBEBANAN


TRANSFORMATOR
Berdasarkan data pengukuran beban trafo penyulang Setui yang didapat dari
PT. PLN (Persero) Banda Aceh yang tertera pada tabel 4.2, maka dapat dilakukan
perhitungan untuk daya yang terpakai oleh konsumen dengan menggunakan
persamaan ( 3.46 ), yaitu :
1. Perhitungan Pemakaian Daya Pada Gardu Tiang POLDA Cut Mutia
Pada gardu tiang POLDA Cut Muti terdapat sebuah trafo dengan daya
terpasang sebesar 200 KVA, langkah pertama adalah mencari total daya dari ketiga
fasa.
Perhitungan daya pada fasa A
SphA = VphA * IphA
= 221 * 137
= 30.277 KVA

34
Perhitungan daya pada fasa B
SphB = VphB * IphB
= 217 * 117
= 25.389 KVA
Perhitungan daya pada fasa C
SphC = VphC * IphC
= 219 * 118
= 25.842 KVA

Jadi, total daya yang terpakai adalah :

ST = SphA + ShB + SphC

= (30.277 + 25.389 + 25.842) KVA

= 81.508 KVA

Sehingga dapat ditentukan persentase pembebanan pada trafo gardu tiang POLDA
Cut Mutia :


% KVA = 100%

81.508
= 100%
200

= 40.754%

Untuk hasil perhitungang pada seluruh gardu pada penyulang Setui dapat
dilihat pada tabel 4.5.

35
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Pembebanan Trafo

Daya per fasa (KVA)


Daya Kapasitas
Pemakaian
Gardu total trafo
A B C trafo (%)
(KVA) (KVA

STI 01-00 30.277 25.389 25.842 81.508 200 40.754

STI 02-00 13.986 13.95 9.589 37.53 160 23.45

STI 03-00 46.4 44.88 47.96 139.24 400 34.81

STI 04-00 15.82 10.5 12.7 39.02 100 39.02

STI 05-00 24.4 26.4 29.9 80.7 200 40.35

STI 06-00 25.86 26.8 25.7 78.36 200 39.18

STI 07-00 30.2 14.2 18.7 63.1 100 63.1

STI 07-01 5.5 6.8 9.98 22.28 50 44.56

STI 08-00 3.54 11.3 22.6 37.44 50 74.88

STI 09-00 6.24 6.4 7.84 20.5 100 20.5

STI 10-00 25.5 22.2 34.9 82.6 100 82.6

STI 11-00 14.7 28.4 14.6 57.7 100 57.7

STI 12-00 19.5 17.7 19.6 56.8 400 14.23

STI 13-00 41.36 35.1 37.5 113.96 250 27.7

STI 14-00 27.4 35.4 34.7 97.5 160 2.67

STI 15-00 44.2 46.4 51 141.6 400 0.78

STI 16-00 22.5 28.2 25.9 76.6 250 0.96

STI 17-00 14.2 11 15.6 40.8 100 1.25

Berdasarkan data hasil perhitungan pada tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa
masih banyak trafo pada penyulang Setui yang persentase pembebanannya dibawah
50 % sehingga masih bisa dilakukan penambahan beban. Namun dalam
penambahan beban harus diperhatikan besar beban tiap fasa, untuk menghindari
terjadinya perbedaan pembebanan yang signifikan antar fasa.

36
4.5 PERSENTASE LOSSES AKIBAT ADANYA ARUS PADA
PENGHANTAR NETRAL TRANSFORMATOR

Salah satu penyebab terjadinya losses adalah akibat dari pembebanan tidak
seimbang yang mengakibatkan arus mengalir pada penghantar netral. Besar losses
yang terjadi pada gardu tiang POLDA Cut Mutia dapat dihitung menggunakan
persamaan (3.4) yaitu :

PN = IN 2 * RN

= (19.5)2 A * 0.6842

= 0.26 KW

Persentase losses akibat arus yang mengalir pada netral adalah :

% Ploss = (PN /S*cos) *100%


0.26 KW
= *100%
(200* 0.9)KW

= 0.14 %

Hasil seluruh perhitungan persentase losses dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil perhitungan losses akibat arus netral

Arus (Ampere)
PN Losses
Gardu
(KVA) (%)
A B C N

STI 01-00 137 117 118 19.5 0,26 0,14

STI 02-00 63 62 43 19.5 0,26 0,18

STI 03-00 210 204 218 12.2 0,10 0,03

STI 04-00 70 69 57 12.5 0,11 0,12

STI 05-00 110 120 136 22.7 0,35 0,20

37
Sambungan tabel 4.6

STI 06-00 116 122 117 5.6 0,02 0,01

STI 07-00 133 64 86 61 2,55 2,83

STI 07-01 25 31 46 18.7 0,24 0,53

STI 08-00 16 51 104 76.7 4,03 8,94

STI 09-00 28 28 35 7 0,03 0,04

STI 10-00 116 100 158 51.9 1,84 2,05

STI 11-00 66 125 65 59.5 2,42 2,69

STI 12-00 88 81 89 7.5 0,04 0,01

STI 13-00 188 159 169 25.5 0,44 0,20

STI 14-00 124 160 157 34.6 0,82 0,57

STI 15-00 200 210 231 27.4 0,51 0,14

STI 16-00 100 128 115 24.3 0,40 0,18

STI 17-00 63 50 71 18.4 0,23 0,26

Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa persentase losses yang
paling besar terjadi pada gardu tiang STI 08-00 sebesar 8.94 % dan yang paling
sedikit terjadi pada gardu tiang STI 06-00 dengan persentase losses sebesar 0.01 %.
Jadi terbukti bahwa semakin besar arus yang mengalir pada netral, maka semakin
besar pula losses yang dihasilkan. Losses yang terlalu besar dapat menyebabkan
gangguan pada keandalan sistem distribusi.

38
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisa


pembebanan yang tidak seimbang pada trafo distribusi feeder Setui, yaitu:
1. Berdasarkan data pada hasil perhitungan diketahui bahwa arus netral yang
paling tinggi terjadi pada trafo gardu tiang STI 08-00 sebesar 76.7 A.
Sedangkan untuk arus netral paling rendah terjadi pada trafo gardu tiang STI
06-00 sebesar 5.6 A.
2. Besar pembebanan yang terjadi pada trafo distribusi feeder Setui masih
banyak yang dibawah 50% .
3. Berdasarkan hasil perhitungan losses pada data pembebanan trafo feeder
Setui, rugi-rugi daya yang paling tinggi terjadi pada gardu tiang STI 08-00
sebesar 8.94 %, sedangkan rugi-rugi daya yang paling rendah terjadi pada
gardu tiang STI 06-00 sebesar 0.01%.
4. Semakin besar arus yang terbuang pada netral trafo maka akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan losses akibat rugi-rugi penghantar
netral.
5. Pada pengaplikasiannya di jaringan distribusi, trafo yang sering digunakan
adalah jenis Dyn5 dan Yzn5.

5.2 SARAN

1. Perlu dilakukan pengecekan terlebih dahulu untuk kelayakan instalasi


rumah pelanggan, sebelum melakukan pembebanan.
2. Pada jaringan distribusi perlu dilakukan penambahan relay diferensial yang
saat keadaan normal berfungsi untuk memantau secara realtime nilai arus
saluran masing-masing fasa pada transformator.
3. Perlu dilakukan pemantauan secara rutin terhadap kondisi material listrik
terutama pada jaringan distribusi, guna meningkatkan kualitas listrik yang
di hasilkan.

39
DAFTAR PUSTAKA

[1] PLN Corporate University, Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan


Gardu Hubung Tenaga Listrik, Jakarta Selatan, Penerbit PT PLN (persero),
2010.
[2] Pramono, Joko., Montario Candra Buwono, & Zamrudi. Transmisi Tenaga
Listrik. Universitas Indonesia. From : staff.ui.ac.id/ system/files /.../
papertransmisionofelestricalenergy.pdf, 2010.
[3] Abdul Kadir, Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik, Jakarta, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), 2000.
[4] Feri Agung Firdianto, Analisis Kualitas Minyak Transformator Dengan
Pengujian Tangen Delta Pada Transformator Tiga Fasa Di Pt Trafoindo
Prima Perkasa, Universitas Mercu Buana, 2015.
[5] William D. Stevenson,Jr., Analisa Sistem Tenaga Listrik, Bandung, Penerbit
Erlangga, Edisi Keempat, 1994.
[6] Hasrul Fajri, Analisis Pengaruh Beban Tidak Seimbang Terhadap Losses
Pada Transformator Distribusi Feeder Syiah Kuala PT PLN (Persero)
Banda Aceh, Universitas Syiah Kuala, 2014.
[7] Franky, Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa Terhadap Hasil
Pengukuran, Universitas Indonesia, 2008.
[8] Badaruddin, Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral
Dan Losses Pada Trafo Distribusi Proyek Rusunami Gading Icon,
Universitas Mercu Buana, 2012.

40

Anda mungkin juga menyukai