Oleh :
NUR SAYYID UMAR
1304105010042
DESEMBER, 2016
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam juga penulis sanjungkan pada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umatnya ke alam yang berilmu pengetahuan.
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan kerja praktek ini yang berjudul
Analisa Rugi-rugi Daya Yang Disebabkan Oleh Arus Netral Pada Trafo
Distribusi Feeder Setui Di PT.PLN ( Persero ) Rayon Merduati , yaitu untuk
memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan akademik pada jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Selama melaksanakan kerja praktek penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan. Oleh karena itu penulis
ingun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak Khairul Lingga, selaku Manager PT.PLN Area Pengatur Distribusi
Wilayah Aceh Rayon Merduati.
Bapak Afif Yasri, selaku Asisten Manager PT.PLN Operasi Sistem Distribsi
Area Pengatur Distribusi Wilayah Aceh Rayon Merduati.
Bapak Ade Setiawan selaku Supervisor Operasi Distribusi.
Bapak Dr. Nasaruddin, ST.,M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Unsyiah
Bapak Ramdhan Halid Siregar, ST.,MT selaku Ketua Bidang Energi Listrik
Jurusan Teknik Elektro Unsyiah
Bapak Mahdi Syukri, S.T., MT selaku dosen pembimbing laporan Kerja
Praktek.
Seluruh staf dan karyawan PT. PLN Wilayah Aceh Area Pengatur Distribusi
khususnya bagian Operasi Sistem Distribusi.
Semua rekan-rekan Teknik Elektro khususnya angkatan 2013 yang turut
membantu dalam menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini.
iv
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih memiliki
banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran agar dapat
menyempurnakan laporan ini, akhir kata penulis berharap laporan kerja praktek ini
dapat berguna bagi penulis sendiri dan pembaca umumnya.
v
DAFTAR ISI
JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR SINGKATAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Metode Penulisan 2
1.5 Manfaat Kerja Praktek 2
1.6 Sistematika Penulisan 2
vi
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 11
3.1 Sistem Tenaga Listrik 11
3.2 Distribusi Tenaga Listrik 12
3.2.1 Sistem Distribusi Primer 12
3.2.2 Sistem Distribusi Sekunder 14
3.3 Transformator 15
3.3.1 Bentuk Dan Konstruksi Transformator 16
3.3.2 Ketidakseimbangan Beban Pada Transformator 16
3.4 Keseimbangan Beban Dan Ketidakseimbangan Beban 18
3.5 Operator Komponen Simetris 19
3.6 Komponen-Komponen Simetris Tiga Fasa 19
3.7 Daya Pada Rangkaian Listrik 3 Fasa 23
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR SINGKATAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Mengingat ketidakseimbangan beban tiap fasa ( fasa R, fasa S, dan fasa T ) pada
sistem distribusi tenaga listrik sering terjadi, mengakibatkan munculnya arus pada
netral trafo yang akan menimbulkan terjadinya rugi-rugi ( losses ) sehingga dalam
penulisan laporan kerja praktek ini penulis membatasi permasalahan tentang losses
akibat arus pada netral trafo ditribusi.
2
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat kerja praktek dan
sistematika penulisan.
Dalam bab ini berisi tentang pembahasan tentang data yang diperoleh
dari lapangan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis.
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
4
2.1.3 Zaman Kemerdekaan
Menyerahnya jepang kepada sekutu tanggal 17 Agustus 1945, maka pada
saat itu juga Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Maka seluruh
kekayaan Belanda di Indonesia beralih menjadi milik Pemerintahan Republik
Indonesia, termasuk Nv.Nigem dan Bongkiy Kyoku. Semenjak dikuasai oleh
Pemetintahan Republik Indonesia ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan Listrik
dan Gas Republik yang pelaksanaannya berdasarkan kepada IBM (Indische
Bedrijivent Mest) 1927. Sejalan dengan perkembangan zaman, perusahaan itu
telah beberapa kali mengalami perubahan nama dan status perusahaan diantaranya
adalah :
1. Tahun 1959 dari jawatan listrik dan gas Republik Indonesia menjadi
Jawatan Tenaga Listrik.
2. Tahun 1956 dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektrifitas kerja,
maka bentuk perubahan menjadi Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi 1
(satu) Sumatera Utara.
3. Tahun 1965 Perusahaan Listrik Negara mengadakan pembaruan struktur
organisasi secara keseluruhan dengan nama Perusahaan Listrik Negara
Eksploitasi XIII Daerah Istimewa Aceh.
4. Tahun 1969 sebagai pelaksanaan dari Instruksi Presiden No.17 tahun 1969
bentuk dirubah lagi menjadi persahaan umum termasuk dalam departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik pada tahun 1973 sebagai pelaksanaan
maksud surat Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi No.18 tahun
1973 terjadi perubahan lagi menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara
Eksploitasi Daerah Istimewa Aceh.
5. Tahun 1976 berdasarkan SK Direksi No.11 tahun 1976 nama dan
statusnya menjadi Perusahaan Umum Listrik Wilayah I Daerah Aceh.
5
berkedudukan di Banda Aceh tepatnya di jalan T.H.M. Daud Beureueh No.172,
terakhir dengan perintah No.23 tahun 1994 status PLN berubah dari Perusahaan
umum listrik negara menjadi PT.PLN (Persero) dan untuk Wilayah Aceh di kelola
oleh PT.PLN (Persero) Wilayah I Aceh.
Pada akhir tahun 1958 pembangkit listrik tenaga diesel Bireuen yang
sebelumnya dikelola oleh swasta, maka pengelolaan selanjutnya diserahkan
kepada PT.PLN. Selanjutnya pada akhir tahun 1959 dan awal tahun 1960
dibangun listrik tenaga diesel di tiga tempat, yaitu Lhokseumawe, Takengon, dan
Tapaktuan.
Pelaksanaan pembangunan PLTD di Lhokseumawe, Takengon, dan
Tapaktuan tersebut dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Elektrifikasi Diesel
(Bapedi) PLN pusat yang dananya dari bantuan luar negeri. Pada pertengahan
tahun 1962 dioperasikan PLTD Takengon dan Tapaktuan dengan PLN Ranting.
Pada tahun 1962 PLTD Meulaboh yang dikelola perusahaan swasta (Veem),
diusahakan penolahnya kepada PLN. Dengan diserahkan PLTD Meulaboh kepada
PLN, maka seluruh Ibukota Kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam telah
berdiri PLN.
Dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan proyek kelistrikan
meningkat dengan pesat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena adanya program baru dari pemerintah, yaitu penambahan
proyek pembangkit tenaga listrik pedesaan dan munculnya perusahaan-perusahaan
industri yang memakai tenaga listrik.
Era listrik pedesaan pertama di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dibangun sekitar tahun 1973 dengan pilot proyeknya adalah Beureuneun,
Samalanga, dan Panton Labu. Pada akhir tahun 1958 unit PLN hanya 5 unit pada
akhir tahun 1973 sudah mencapai beberapa unit.Sejalan dengan perkembangan
PT.PLN (Persero) Wilayah NAD membentuk unit-unit lain di seluruh daerah
untuk membantu kelancaran tugasnya.
6
Sampai saat ini PT.PLN (Persero) Wilayah NAD telah memiliki 6 (enam)
kantor cabang yaitu :
Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan berorienntasi pada kepuasan pelanggan
anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Megupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Motto Perusahaan
7
2.2 SEJARAH APD (AREA PENGATUR DISTRIBUSI) PT.PLN
BANDA ACEH
Pada sistem tenaga listrik, APD berfungsi sebagai sarana untuk mengatur
dan mengendalikan sistem distribusi tenaga listrik agar proses penyaluran tenaga
listrik dapat berlangsung dengan aman, lancar dan handal dengan mutu tegangan
yang baik dan dalam batas frekuensi yang diizinkan. Dengan sistem DCC (
Distribution Control Centre ) juga diharapkan proses pemulihan atau penormalan
kembali sistem dapat berlangsung cepat, sehingga lama waktu pemadaman akibat
gangguan atau pekerjaan dapat ditekan sesingkat mungkin. Dengan demikian
diharapkan agar energi listrik yang tidak tersalurkan ( losses ) akibat gangguan
dapat ditekan sekecil mungkin.
Secara fungsional sistem informasi APD pada sistem DCC terdiri dari 3
hal, yaitu :
1. Fungsi Tele Control (TC) yaitu fungsi pengoperasian atau manuver
jarak jauh terhadap peralatan-peralatan yang berada di lapangan di
pusat control yang dilakukan oleh dispatcher.
2. Fungsi Tele Signaling (TS) yaitu fungsi pemberitahuan mengenai
kondisi sistem maupun segala perubahan yang terjadi pada sistem
kepada pusat control.
3. Fungsi Tele Metering ( TM ) yaitu fungsi pencatatan terhadap besaran
listrik jaringan ( sistem), seperti pengukuran besaran arus (beban),
tegangan dan frekuensi.
Visi
Diakui sebagai Area pengatur distribusi yang handal, efisien dan kontinu
dengan bertumpu pada Sumber Daya Manusia yang professional dan religius.
Misi
1. Mengoperasikan sistem distribusi tenaga listrik secara professional
berbasis SCADA dan Teknologi Informasi.
8
2. Mewujudkan kehandalan sistem distribusi melalui percepatan recovery
dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan.
3. Menyediakan informasi sistem distribusi tenaga listrik secara real time
yang sistematik dan berintegritas.
4. Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, professional dan
religius menuju Aceh yang gemilang.
Motto Perusahaan
Gambar 2.1 Struktur organisasi PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Aceh
9
2.2.3 Sumber Daya Manusia
PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Aceh pada saat ini memiliki
16 pegawai yang terdiri dari 2 Supervisori Atas, 3 Supervisori Dasar, dan 11
Fungsional, serta 22 pegawai outsourcing yang terdiri dari 4 orang di DCC Banda
Aceh, 10 orang di DCC Lhokseumawe, dan 8 orang di DCC Langsa.
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
c. Sistem Distribusi
Sistem distribusi merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari : Pusat
Pengatur (Distribution Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6kV
dan 20 kV, yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan
saluran udara atau kabel tanah, gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri
dari panel-panel pengatur tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-
panel distribusi tegangan rendah (380 V, 220 V) yang menghasilkan tegangan
kerja/tegangan jala-jala untuk industri dan konsumen [2].
11
3.2 DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Dalam artian yang luas, sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga
listrik yang berada di antara jaringan transmisi dengan pengalih pelayanan
konsumen. Definisi dari sistem distribusi termasuk komponen-komponen berikut :
1. Sistem subtransmisi
2. Gardu distribusi
4. Trafo distribusi
5. Rangkaian sekunder
pada distribusi primer terdapat tiga jenis dasar, yaitu : (a) sistem radial, (b)
sistem lup (loop) dan (c) sistem jaringan primer.
a. Sistem radial
Sistem radial adalah yang paling sederhana dan paling banyak dipakai,
terdiri atas fider (feeders) atau rangkaian tersendiri, yang seolah-olah keluar dari
suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial. Fider itu dapat juga dianggap
sebagai terdiri atas suatu bagian utama dari mana saluran samping atau lateral lain
bersumber dan dihubungkan dengan transformator distribusi sebagaimana terlihat
pada Gambar 3.1 [3].
12
Gambar 3.1 Konfigurasi Jaringan Radial [3].
b. Sistem lup
Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan
gangguan adalah mendesain fider sebagai lup (loop) dengan menyambung kedua
ujung saluran. Hal ini mengakibatkan bahwa suatu pemakai dapat memperoleh
pasokan energy dari dua arah. Bilama pasokan dari satu arah terganggu, pemakai
itu akan disambung pada pasokan arah lainnya. Kapasitas cadangan yang cukup
besar harus tersedia pada setiap fider. Sistem lup dapat dioperasikan secara
terbuka ataupun secara tertutup [3].
Pada sistem lup terbuka, bagian-bagian fider tersambung melalui alat
pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung pada sumber energi.
Pada sistem lup tertutup diperoleh suatu tingkat keandalan yang lebih tinggi. Pada
sistem ini alat-alat pemisah biasanya berupa saklar daya yang lebih mahal. Saklar
saklar daya itu digerakan oleh relay yang membuka saklar daya pada tiap ujung
dari bagian saluran yang terganggu, sehingga bagian fider yang tersisa tetap
berada dalam keadaan berenergi [3].
c. Sistem spindel
Terutama dikota yang besar , terdapat suatu jenis gardu tertentu, yang
tidak terdapat transformator daya. Gardu demikian dinamakan gardu hubung
(GH). GH pada umumnya menghubungkan dua atau lebih bagian jaringan primer
kota itu. Dapat pula terjadi bahwa pada suatu GH terdapat sebuah transformator
13
pengatur tegangan. Karena besar kota itu, kabel-kabel tegangan menengah
mengalami terlampau banyak turun tegangan. Tegangan yang agak rendah ini
dinaikan kembali dengan bantuan transformator pengatur tegangan. Dapat juga
terjadi bahwa pada GH terdapat sebuah Gardu Distribusi (GD). Gambar 3.2
merupakan skema prinsip dari sistem spindle [3].
Bagian sistem pelayanan listrik yang berada di antara trafo distribusi dan
titik jatuh layanan beban disebut dengan sistem distribusi sekunder. Bagian ini
memiliki tegangan rendah 220/380 V. Layaknya jaringan distribusi primer,
terdapat pula pertimbangan-pertimbangan perihal keandalan pelayanan dan
regulasi tegangan [3]. Sistem sekunder dapat terdiri dari empat jenis umum :
a. Sebuah transformator tersendiri untuk tiap pemakai.
b. Penggunaan satu transformator dengan saluran tegangan rendah untuk
sejumlah pemakai.
c. Penggunaan satu saluran tegangan rendah yang tersambung pada
beberapa transformator secara paralel.
d. Suatu jaringan tegangan rendah yang agak besar diisi oleh beberapa
transformator, yang pada gilirannya diisi oleh dua sumber energi atau
lebih.
14
3.3 TRANSFORMATOR
15
meningkat tergantung harga kWh yang tidak terjual. Pemilihan rating trafo
distribusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan menyebabkan efisiensi
menjadi kecil, begitu juga lokasi penempatan trafo distribusi yang tidak cocok
mempengaruhi jatuh atau turunnya tegangan pada ujung saluran konsumen.
I = Arus Jala-jala
IFL = (3.2) [5]
3
Dimana :
16
S = Daya Transformator (KVA)
% = 100 % (3.3) [6]
Dimana :
Dimana :
PG = IG * RG (3.5) [6]
Dimana :
17
IG = Arus netral yang mengalir ke tanah (A)
Sedangkan pada Gambar 3.5 menunjukkan vektor diagram arus yang tidak
seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT)
tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang
besarnya bergantung dari seberapa besar factor ketidakseimbangannya [6].
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada tiga yaitu :
1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120o satu sama
lain.
2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi memebentuk sudut 120o satu
sama lain.
3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120o satu
sama lain.
18
Gambar 3.5 Vektor Diagram Arus Keadaan Tidak Seimbang [6].
Jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor itu
akan diputar 240. Untuk pengenaa tiga kali berturut-turut fasor akan diputar
dengan 360. Jadi,
a2 = 1 240 0,5 j 0,866 (3.7) [5]
dan
19
1. Komponen urutan positif terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lainnya dalam fasa sebesar 120 dan
mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor aslinya.
2. Komponen urutan negatif terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah antara satu dengan lainnya dalam fasa sebesar 120 dan
mempunyai fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.
3. Komponen-komponen urutan nol terdiri dari tiga fasor yang sama besar
dan pergeseran fasa satu dengan yang lainnya nol.
Gambar 3.6 (a) vektor tegangan tidak seimbang, (b) vektor tegangan urutan
positif, (c) vektor tegangan urutan negatif, (d) vektor tegangan urutan nol [5].
Hal ini menunjukkan urutan fasa positif bila keadaan abc sebagai
ditunjukkan dalam gambar 3.6 (a), dan menunjukkan urutan fasa negatif bila
keadaan acb sebagai ditunjukkan dalam gambar 3.6 (b). Mula-mula, kita
perhatikan bahwa banyaknya kuantitas yang diketahui dapat dikurangi dengan
menyatakan masing-masing komponen Vb dan Vc sebagai hasil kali fungsi
operator a dan komponen Va. Dengan berpedoman pada Gambar 3.6, hubungan
berikut dapat diperiksa kebenarannya :
Vb1 a 2Va1 Vc1 a 2Va1
Vb2 aVa2 Vc2 aVa2 (3.9) [5]
Vb0 Va0 Vc0 Va0
Tegangan tiga fasa tidak seimbang Va, Vb, Vc hasil perhitungan. Untuk
menentukan ketiga komponen simetris dari arus adalah:
20
V a = V a + V a1 + V a 2 (3.10) [5]
V b = V b + V b1 + V b 2 (3.11) [5]
V c = V c + V c1 + V c 2 (3.12) [5]
Dengan memasukan persamaan (3.10) kedalam persamaan (3.12) maka akan
dihasilkan :
V a = V a 0 + V a1 + V a 2 (3.13) [5]
Va 1 1 1 Va0
V 1 a 2 a Va (3.16) [5]
b 1
1 a a
Vc
Va2
2
Untuk memudahkan dapat dimisalkan
1 1 1
A 1 a 2 a (3.17) [5]
1 a a 2
1 1 1
1
A 1 1 a 2 a (3.18) [5]
3
1 a a 2
Dan dengan memperkalikan kedua sisi persamaan (3.14) dengan A-1 diperoleh
Va 0 1 1 1 Va
V 1 1 a 2 a V (3.19) [5]
a1 3 b
Va 2 1 a a 2 Vc
Yang menunjukan pada kita bagaimana menguraikan tiga fasor tak simetris
menjadi komponen simetrisnya. Hubungan ini demikian pentingnya sehingga kita
dapat menulis masing-masing persamaan itu dalma bentuk yang biasa. Dari
persamaan (3.17) kita peroleh :
21
1
V a 0 (Va Vb Vc ) (3.20) [5]
3
1
V a1 (Va aVb a 2Vc ) (3.21) [5]
3
1
V a 2 (Va a 2Vb aVc ) (3.22) [5]
3
Dari persamaan terdahulu dapat ditulis persamaan untuk arus sebagai ganti
tegangan. Persamaan tersebut dapat diselesaikan baik secara analitis maupun
secara grafis. Karena persamaan yang terdahulu sangat mendasar maka persamaan
arus adalah :
I a = I a 0 + I a1 + I a 2 (3.23) [5]
I b = I a 0 + a 2 I a1 aI a 2 (3.24) [5]
I c I a 0 aI a1 a 2 I a 2 (3.25) [5]
1
I a0 (I a I b I c ) (3.26) [5]
3
1
I a1 ( I a aI b a 2 I c ) (3.27) [5]
3
1
I a 2 ( I a a 2 I b aI c ) (3.28) [5]
3
Dari persamaan diatas, didapat bahwa komponen arus urutan nol adalah
sama dengan sepertiga jumlah arus fasa. Oleh karena itu bila arus fasa berjumlah
sama dengan nol, maka dalam sistem tiga fasa dengan netral tak
diketanahkan,karena arus urutan nol tidak ada. Bila netral dan sistem daya
diketanahkan, maka arus urutan nol (residu) akan mengalir antara netral dan bumi
(ground).
22
Dalam sistem tiga fasa empat kawat, jumlah arus dalam saluran sama dengan arus
netral yang kembali lewat kawat netral. Jika arus-arus fasanya seimbang maka
arus netralnya akan bernilai nol, tapi jika arus-arus fasanya tidak seimbang, maka
akan ada arus yang mengalir di kawat netral sistem (arus netral akan mempunyai
nilai dalam arti tidak nol).
Dan dengan I = , arus tiga fasanya menjadi :
23
Sehingga daya yang disuplai tiap fasa :
pa(t) = 2 VI sin t sin (t-) (3.38) [7]
Daya yang disalurkan pada rangkaian tiga fasa sama dengan jumlah daya
pada ketiga fasanya. Dari persamaan (2.10), didapat daya masing-masing fasa
terdiri dari komponen konstan dan komponen pulsa (yang berosilasi). Komponen
pulsa masing-masing fasa berbeda 120o, sehingga penjumlahan daya ketiga fasa
ini akan menghilangkan komponen pulsa dan didapat penjumlahan ketiga
komponen konstan yang identik :
24
BAB IV
25
B2 dihubungkan dengan C1. Sedangkan pada bagian tegangan rendah belitan
dikonfigurasikan dengan membalik polaritas dari umumnya bentuk hubungan wye,
yaitu terminal a2, b2, c2 terhubung dengan bushing dan terminal a1, b1, c1 saling
terhubung menjadi titik netral, dengan konfigurasi seperti ini maka akan terbentuk
hubungan dengan vektor grup Dyn-5, dapat dilihat pada diagram angka jam bahwa
fasor 1N A1 mengarah pada angka jam 12, sedangkan fasor 2N a2 mengarah
pada angka jam 5, hal tersebut ditunjukan pada Gambar 4.1 [4].
(a)
(b)
26
(c)
Gambar 4.1 (a) Diagram Fasor Vektor grup Dyn-5; (b) Hubungan Belitan
Tegangan Tinggi Dan Tegangan Rendah; (c) Diagram Fasor Dyn-5 Berdasarkan
Angka Jam [4].
27
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.2 (a) Diagram Fasor Vektor grup Ynzn-5; (b) Hubungan Belitan
Tegangan Tinggi Dan Tegangan Rendah; (c) Diagram Fasor Ynzn-5 Berdasarkan
Angka Jam [4].
28
Mengacu pada buku yang diterbitkan oleh PT.PLN [3], terdapat tiga jenis
transformator yang digunakan berdasarkan kelompok vektor grup dan titik
netralnya, yaitu :
29
Tabel 4.2 Data Teknik Transformator Fider Setui
30
Tabel 4.3 Data Pembebanan Transformator Fider Setui
Daya
Gardu
(KVA) M K B N M-K M-B K-B M-N K-N B-N
STI 01-00 200 137 117 118 29 383 376 379 221 217 219
STI 03-00 400 210 204 218 21 383 380 381 221 220 220
STI 05-00 200 110 120 136 87 388 385 381 222 220 220
STI 06-00 200 116 122 117 8 385 381 380 223 220 220
STI 07-00 100 133 64 86 65 393 384 377 227 222 218
STI 10-00 100 116 100 158 49 382 386 384 220 222 221
STI 11-00 100 66 125 65 32 396 389 223 227 224 224
STI 13-00 250 188 159 169 91 387 387 220 221 222 222
STI 14-00 160 124 160 157 34 382 386 221 221 221 221
STI 15-00 400 200 210 231 21 383 382 386 221 221 221
STI 16-00 250 100 128 115 29 389 380 389 225 220 225
Berdasarkan data yang terlampir pada Tabel 4.3, dapat dilakukan analisa
untuk menentukan nilai arus netral dengan permisalan keadaan sudut () dari
magnitude arus fasa R, fasa S dan fasa T adalah dalam keadaan yang seimbang
(3.32) :
31
Iph A = 137
Iph B = 117
Iph C = 118
Faktor daya beban berdasarkan standar PLN adalah Cos a = Cos b = Cos
c = 0.9. Dengan permisalan kasus keadaan sudut () antar magnitude fasa dalam
keadaan yang seimbang, maka harga fasor arus tiap fasa adalah :
= (123.3 + j 59.6 ) A
= (-8.6 - j116.7) A
= ( -97.6 + j66.3 ) A
= 17.2 + j9.3 A
= 19.5 28.3 A
Setelah dilakukan perhitungan maka terbukti bahwa adanya arus yang
melewati kawat netral , yaitu sebesar 19.5 A. Arus ini merupakan arus yang muncul
akibat magnitude arus antar fasa yang berbeda, arus ini tidak terpakai yang nantinya
akan menyebabkan kerugian daya. Hal ini merupakan akibat dari penyambungan
listrik ke pelanggan yang tidak seimbang pembebanannya pada masing-masing
32
fasa, yang pada akhirnya akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada sistem
distribusi. Ketidakseimbangan ini akan sangat berpengaruh terhadap banyak hal,
seperti kinerja trafo, panas berlebih pada fasa yang terbebani, dan drop tegangan
ujung pada fasa yang terbebani. Apabila arus yang melalui kawat netral begitu besar
maka akan menyebabkan panas pada penghantar netral, panas ini dapat dikatakan
sebagai losses.
4.3.2 Hasil Perhitungan Arus Netral
Setelah dilakukan perhitungan untuk besar arus yang melewati netral fasa
transformator berdasarkan data hasil pengukuran beban trafo pada penyulang Setui
maka secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Arus Netral Trafo Penyulang Setui
Arus (Ampere)
Gardu
Fasa A Fasa B Fasa C N
STI 01-00 137 117 118 19.5
STI 02-00 63 62 43 19.5
STI 03-00 210 204 218 12.2
STI 04-00 70 69 57 12.5
STI 05-00 110 120 136 22.7
STI 06-00 116 122 117 5.6
33
4.3.3 Dampak Arus Yang Melewati Netral Pada Transformator Distribusi
Pada dasarnya transformator didesain untuk menyelurkan daya ke beban
dengan losses sekecil mungkin. Namun karena pemasangan beban yang tidak
seimbang antara tiap fasa, maka akan mengalirkan arus pada netralnya. Arus netral
berlebih akan mengakibatkan panas pada kawat netral. Panas ini merupakan suatu
losses yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo disebabkan oleh pengaruh
ketidakseimbangan pada pembebanan antara fasa R,S, dan T pada transformator.
Akibat dari adanya aruspada penghantar netral akan menimbulkan efek yang sangat
signifikan terhadap transformator, yaitu menimbulkan panas dan jatuh tegangan
pada trafo, kinerja tarfo yang kurang efisien, dan menyebabkan rugi-rugi daya pada
trafo.
Semakin besar selisih pembebanan antara satu fasa dengan fasa lainnya
maka akan semakin besar pula arus pada penghantar netral yang akan ditimbulkan.
Sehingga perlu dilakukan perhitungan sebelum melakukan pembebanan pada fasa,
untuk mengetahui seberapa besar nilai ketidakseimbangan pembebanan pada
transformator distribusi tiga fasa.
34
Perhitungan daya pada fasa B
SphB = VphB * IphB
= 217 * 117
= 25.389 KVA
Perhitungan daya pada fasa C
SphC = VphC * IphC
= 219 * 118
= 25.842 KVA
= 81.508 KVA
Sehingga dapat ditentukan persentase pembebanan pada trafo gardu tiang POLDA
Cut Mutia :
% KVA = 100%
81.508
= 100%
200
= 40.754%
Untuk hasil perhitungang pada seluruh gardu pada penyulang Setui dapat
dilihat pada tabel 4.5.
35
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Pembebanan Trafo
Berdasarkan data hasil perhitungan pada tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa
masih banyak trafo pada penyulang Setui yang persentase pembebanannya dibawah
50 % sehingga masih bisa dilakukan penambahan beban. Namun dalam
penambahan beban harus diperhatikan besar beban tiap fasa, untuk menghindari
terjadinya perbedaan pembebanan yang signifikan antar fasa.
36
4.5 PERSENTASE LOSSES AKIBAT ADANYA ARUS PADA
PENGHANTAR NETRAL TRANSFORMATOR
Salah satu penyebab terjadinya losses adalah akibat dari pembebanan tidak
seimbang yang mengakibatkan arus mengalir pada penghantar netral. Besar losses
yang terjadi pada gardu tiang POLDA Cut Mutia dapat dihitung menggunakan
persamaan (3.4) yaitu :
PN = IN 2 * RN
= (19.5)2 A * 0.6842
= 0.26 KW
= 0.14 %
Hasil seluruh perhitungan persentase losses dapat dilihat pada tabel 4.6.
Arus (Ampere)
PN Losses
Gardu
(KVA) (%)
A B C N
37
Sambungan tabel 4.6
Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa persentase losses yang
paling besar terjadi pada gardu tiang STI 08-00 sebesar 8.94 % dan yang paling
sedikit terjadi pada gardu tiang STI 06-00 dengan persentase losses sebesar 0.01 %.
Jadi terbukti bahwa semakin besar arus yang mengalir pada netral, maka semakin
besar pula losses yang dihasilkan. Losses yang terlalu besar dapat menyebabkan
gangguan pada keandalan sistem distribusi.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40