Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PEMELIHARAAN PAPAN HUBUNG BAGI TEGANGAN
RENDAH (PHB–TR) DI PT PLN (PERSERO) UNIT LAYANAN
SALATIGA

Disusun oleh :
Ligan Budi Pratomo
3.31.12.1.11

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan yang dilaksanakan di PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
pada tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 31 Agustus 2015 ini dengan lancar

sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam
menempuh studi akhir semester V pada Program Studi Teknik Listrik Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang.

Penulis menyadari sepenuhnya keberhasilan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Supriyadi, M.T selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang.
2. Ibu Dwi Handayani, S.T, M.Eng. selaku Manager PT PLN (Persero) Unit
Layanan Salatiga.
3. Bapak Dr. Amin Suharjono S.T, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang.
4. Bapak Susilo Sigit selaku Asisten Manajer bagian Distribusi PT PLN (Persero)
Unit Layanan Salatiga. Sekaligus pembimbing yang memberikan arahan dan
masukan kepada penulis.
5. Bapak Yusnan Badruzzaman S.T, M.Eng selaku Ketua Prodi Listrik Politeknik
Negeri Semarang.
6. Bapak Triyono, S.T, M. Eng , selaku dosen pembimbing praktek kerja
lapangan Politeknik Negeri Semarang.
7. Bapak Eko Winarno selaku pembimbing di PT PLN (Persero) Unit Layanan

Salatiga yang memberikan arahan dan masukan kepada penulis.


8. Teman – teman yang melaksanakan PKL di Unit Layanan Salatiga yang telah
membantu dan memperlancar penyusunan laporan ini.
9. Keluarga yang selalu memberi dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan dengan baik.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini

iv
Penulis menyadari di dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Desember 2015

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi

Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
BAB I. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
1.3 Tujuan dan Manfaat PKL 1
1.4 Waktu dan Pelaksanaan PKL 2
1.5 Metode Penyusunan Laporan 2
1.6 Sistematika Penulisan 2
BAB II. Gambaran Umum Perusahaan 4
2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) 4
2.2 Maksud dan Tujuan PT PLN Persero 6
2.3 Visi, Misi, Motto, dan Penerapan Nilai-nilai PT PLN (Persero) 6
2.3.1 Visi PT PLN (Persero) 6
2.3.2 Misi PT PLN (Persero) 6
2.3.3 Motto PT PLN (Persero) 6
2.3.4 Motto PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 6
2.3.5 Penerapan Nilai-nilai PT PLN (Persero) 7
2.4 Lambang PT PLN (Persero) 7
2.4.1 Bentuk Lambang 7
2.4.2 Elemen Dasar Lambang 8
2.4.3 Penggunaan Lambang 9
2.4.4 Ukuran Out Line 10
2.4.5 Ukuran In Line 10
2.5 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 11
2.6 Lapangan Usaha 14

vi
2.7 Pemodalan 15
2.8 Kepegawaian 15
2.9 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 16
2.10 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 19
2.11 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Slatiga 20
2.11.1 Manajer Unit Layanan 20

2.11.2 Asisten Manajer Transaksi Energi 20


2.11.3 Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi 21
2.11.4 Asisten Manajer Distribusi 21
2.12 Disiplin Kerja 22
BAB III. Landasan Teori 24
3.1 Pemeliharaan Jaringan Distribusi 24
3.1.1 Pengertian Pemeliharaan 24
3.1.2 Tujuan Pemeliharaan 24
3.1.3 Macam-macam Pemeliharaan 24
3.1.3.1 Berdasarkan Waktu Pelaksanaanya 24
3.1.3.2 Berdasarkan Metodenya 24
3.1.4 Jadwal Pemeliharaan 26
3.2 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 26
3.2.1 Pengertian Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 26
3.2.2 Fungsi PHB-TR 26
3.2.3 Desain PHB-TR 27
3.2.3.1 Konstruksi 27
3.2.3.2 Proteksi Terhadap Korosi 28
3.2.3.3 Bagian-bagian PHB-TR 28
3.2.3.4 Peralatan Bantu 31
3.2.3.5 Hubungan Pembumian 31
3.2.3.6 Pengawatan 31
3.2.3.7 Perlengkapan 32
3.2.3.8 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Dalam 32
3.2.3.9 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Luar 32
3.2.4 Persyaratan Khusus 33

vii
3.2.4.1 Konsdisi Pelayanan Normal 33
3.2.4.2 Kondisi Udara untuk Pasangan Dalam 33
3.2.4.3 Kondisi Udara untuk Pasangan Luar 33
3.2.4.4 Tinggi Tempat 33
3.2.4.5 Kondisi selama Pengangkutan, Penyimpanan, dan Pemasangan 34
3.2.4.6 Karakteristik Listrik 34

3.2.5 Penandaan 34
3.2.6 Pengujian 35
3.2.6.1 Uji Jenis 35
3.2.6.2 Uji Rutin 35
3.2.6.3 Uji Serah Terima 36
BAB IV. Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 37
4.1 Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 37
4.1.1 Pengertian 37
4.1.2 Persiapan Pemeliharaan 37
4.1.2.1 Perlengkapan Kerja 37
4.1.2.2 Material 38
4.1.2.3 Prosedur Komunikasi 38
4.1.2.4 Pemeriksaan dan Pengukuran 38
4.1.3 Pemeriksaan Pemeliharaan 39
4.1.3.1 Kelainan pada Saklar Utama 39
4.1.3.2 Pemeliharaan Pelebur/Fuse dan Penjepitnya 39
4.1.3.3 Pemeliharaan Alat Ukur Peralatan Bantunya 39
4.1.3.4 Prosedur Pemelihaan PHB-TR 39
4.1.3.5 Langkah Pemeliharaan NH Fuse dan Ground Plate 40
4.1.3.6 Langkah Pemeliharaan Alat Ukur Peralatan Bantunya 41
4.1.4 Pemeriksaan Hasil Pemeliharaan 41
4.1.5 Pelaporan pada Pekerjaan Pemeliharaan 41
4.1.5.1 Fungsi Pelaporan 41
4.1.5.2 Kejadian yang Perlu Dilaporkan 42
4.2 Langkah Kerja Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-
TR) Sesuai dengan SOP (Standing Operating Prosedure) 42

viii
BAB V. Penutup 47
5.1 Kesimpulan 47
5.2 Saran 47
Daftar Pustaka 49
Lampiran

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PT PLN (Persero) ........................................................................7


Gambar 2.2 PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga .............................................12
Gambar 2.3 Hierarki Organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Unit Layanan. .. 14
Gambar 2.4 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga .....................18

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga .............19
Gambar 3.1 Kontruksi PHB TR 2 Jurusan (atas) dan Kontruksi PHB-TR 4
Jurusan (bawah) .........................................................................................................27
Gambar 4.1 Membuka PHB–TR ...............................................................................42
Gambar 4.2 Mengukur beban dan tegangan pada gardu ...........................................42
Gambar 4.3 Membuka saklar utama .........................................................................43
Gambar 4.4 Membuka FCO ......................................................................................43
Gambar 4.5 Pemeriksaan perlengkapan PHB–TR ....................................................43
Gambar 4.6 Pemeliharaan pada NH–Fuse dengan pemberian Vaselin.....................44
Gambar 4.7 Melakukan pemeliharaan terhadap komponen- komponen di
dalam PHB – TR ........................................................................................................44
Gambar 4.8 Pasang kembali komponen – komponen PHB – TR yang belum .........
dipasang......................................................................................................................44
Gambar 4.9 Masukkan FCO .....................................................................................45
Gambar 4.10 Masukkan saklar utama ........................................................................45
Gambar 4.11 Mengukur beban dan tegangan gardu ..................................................45
Gambar 4.12 Pemeliharaan daerah luar sekitar PHB –TR .........................................46

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Laporan Kegiatan Harian PKL ......................................................................

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat global akan energi semakin meningkat, khususnya energi


listrik. Disisi lain, masyarakat yang berperan sebagai konsumen juga meningkat
seiring berjalannya waktu dan menuntut mutu serta kualitas pelayanan yang lebih
baik secara kontinyu. PHB merupakan salah satu peralatan terpenting dalam
menjaga kontinyuitas penyaluran.

Dalam hal ini, dibutuhkan PHB-TR yang berfungsi untuk mengatur dan memutus
pendistribusian listrik yang didistribuskan melalui JTM dan diturunkan melalui
trafo step down.

Pada laporan PKL ini akan dibahas mengenai “Pemeliharaan PHB-TR pada area
Distribusi PT. PLN Unit Layanan Salatiga”.

1.2 Batasan Masalah

Dalam laporan PKL ini membahas tentang :


a. Pengertian Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR)
b. Pengenalan macam – macam bagian yang terdapat pada Papan Hubung Bagi
Tegangan Rendah (PHB – TR)
c. Pemeliharaan PHB-TR pada area Distribusi di PT. PLN Unit Layanan Salatiga.
d. Langkah – langkah pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB
– TR) pada PT. PLN Unit Salatiga.

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja lapangan

a. Mengetahui dan memahami cara pemeliharaan pada peralatan listrik terutama


PHB-TR.
b. Meningkatkan pengetahuan serta mempelajari cara kerja PHB-TR.
c. Mengamati secara langsung rancangan alat-alat yang digunakan, cara kerja dan
proteksi pada PHB-TR.

1.4 Waktu dan Pelaksanaan Praktek Kerja lapangan

1
Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2015
sampai dengan 31 Agustus 2015 di PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga.

1.5 Metode Penypusunan Laporan

Dalam penyusunan laporan ini, metode yang digunakan diantaranya:


a. Diskusi

Dengan cara melakukan tanya jawab dan konsultasi terkait penyusunan laporan
ini kepada supervisor maupun para ahli pemeliharaan PHB-TR di PT PLN
(Persero) Unit Layanan Salatiga.
b. Studi kepustakaan
Dengan cara membaca teori yang berkaitan tentang laporan PKL.
c. Studi lapangan
Dengan cara mengumpulkan data yang disediakan oleh PT PLN (Persero) dan
PT Haleyora Power.
d. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pekerjaan
yang dilakukan.
e. Data Sekunder
Dengan cara meminjam SOP dari PT PLN (Persero) terkait pemeliharaan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan magang ini


sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan
dan kegunaan praktek kerja lapangan, Waktu dan pelaksanaan praktek
kerja lapangan, metode penyusunan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN


Dalam bab ini membahas mengenai sejarah PT PLN (Persero) Unit
Layanan Salatiga, struktural organisasi serta tugas dan wewenang sesuai
dengan struktural organisasi.
BAB III LANDASAN TEORI
Dalam bab ini membahas tentang Pemeliharaan Jaringan Distribusi pada

2
PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga dan pengertian dari Papel
Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR).
BAB IV PEMELIHARAAN PANEL HUBUNG BAGI TEGANGAN
RENDAH (PHB-TR)
Dalam bab ini membahas tentang Pemeliharaan Papan Hubung Bagi
Tegengan Rendah (PHB-TR) pada jaringan distribusi pada PT PLN

(Persero) Unit Layanan Salatiga.


BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero)

Kelistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19, pada saat didirikannya beberapa
pembangkit tenaga listrik oleh beberapa perusahaan milik Belanda, antara lain
pabrik gula dan teh yang dipergunakan untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk
kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan swasta milik Belanda yaitu
NV. NIGN yang pada mulanya bergerak di bidang gas mulai berkembang ke
bidang listrik untuk kemanfaatan umum, pada tahun 1927 mulai dibentuk s’Lands
Waterkracht Bedruven (LWB) oleh pemerintah Belanda sebagai perusahaan
listrik Negara pengelola PLTA Plegan, PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago,
PLTA Ubruk dan Kracak di daerah Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA
TES di Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta.
Selain itu di beberapa kota praja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik kota
praja.

Dengan kekalahan pemerintah Belanda kepada Jepang dalam perang dunia II


maka Indonesia dikuasai oleh Jepang. Oleh karena itu perusahaan listrik dan gas
yang ada diambil oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan listrik
tersebut diambil oleh orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ke tangan
Sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, maka kesempatan baik ini dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh
listrik dan gas untuk pengambil-alihan perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang
dikuasai Jepang.

Setelah perusahaan listrik dan gas berhasil direbut dari tangan kekuasaan Jepang,
kemudian pada bulan September 1945 diadakan pertemuan antara delegasi dari
buruh atau pegawai listrik dan gas yang diketuai oleh Kobarsyih dengan pimpinan
KNI (Komite Nasional Indonesia) pusat yang ada pada waktu itu diketuai oleh
Mr. Kasman Singomedjo untuk pelaporan hasil perjuangan Jepang. Selanjutnya
dilakukan penyerahan perusahaan–perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah
Republik Indonesia oleh delegasi Kobarsyih bersama-sama pimpinan KNI pusat.

4
Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Sukarno dan kemudian dengan
penetapan Pemerintah tahun 1945 No. I/SD tanggal 27 Oktober 1945 maka
dibentuklah jawatan listrik dan gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga.

Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-perusahaan


listrik Negara dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda. Kemudian terjadi
penggabungan antara pegawai-pegawai yang tidak mau bekerjasama pada kantor
Jawatan Listrik dan Gas di daerah-daerah Republik Indonesia yang bukan daerah
pendudukan Belanda. Para pemuda kemudian mengajukan MOSI yang kemudian
dikenal dengan MOSI Kobarsyih tentang nasionalisasi perusahaan listrik dan
swasta kepada Parlemen Republik Indonesia. Selanjutnya dikeluarkan keputusan
Presiden Republik Indonesi No. 163, tanggal 3 Oktober 1953 tentang nasionalisasi
Perusahaaan Listrik milik Bangsa Asing di Indonesia apabila waktu konsesinya
habis.

Sejalan dengan peningkatan perjuangan Indonesia untuk pembebasan Irian Jaya


dari cengkraman Penjajah Belanda maka dikeluarkan Undang-Undang No.86
tahun 1958 yang disahkan tanggal 27 Desember 1958 tentang nasionalisasi
perusahan Listrik dan Gas milik Belanda. Dengan UU tersebut maka seluruh
Perusahaan Listrik dan Gas berada di tangan Bangsa Indonesia.

Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia terjadi pasang surut, sejalan dengan pasang


surutnya perjuangan Bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal dengan
Hari Listrik dan Gas, hari tersebut telah diperingati untuk pertama kalinya pada
tanggal 27 Oktober 1946 bertempat di Gedung Badan Pekerja Komite Nasional
Pusat (BPKNIP), Yogyakarta. Penetapan secara resmi tanggal 28 Oktober 1945
sebagai Hari Listrik dan Gas berdasarkan keputusan menteri Pekerjaan Umum dan
Tenaga No.20 tahun 1960, namun kemudian berdasarkan keputusan menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No.235/KPTS/1975 tanggal 30 September
1975. Peringatan Hari Listrik dan Gas digabungkan dengan Hari kebangkitan
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang jatuh pada tanggal 3 Desember. Maka
berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.1134.K/43/PE/1992
tanggal 31 Agustus 1992.Oleh karena itu ditetapkan tanggal 27 Oktober 1992

5
sebagai Hari Listrik Nasional.

2.2 Maksud dan Tujuan PT PLN (Persero)

Tujuan dari PT PLN (Persero) untuk dimilikinya usaha dalam bidang penyediaan
tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam arti yang seluas-luasnya dan
sekaligus didapatkannya keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Anggaran dasar PT PLN (Persero) pada pasal 3 terdapat pernyataan bahwa


maksud dan tujuan perseroan adalah berusaha dalam bidang penyediaan listrik
bagi kepentingan umum dalam arti seluas-luasnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 12 Tahun 1975 ditetapkan


Kebijaksanaan Umum mengenai tujuan Perusahaan Umum Listrik Negara adalah
turut dilaksanakan program pembangunan nasional dalam rangka pembangunan
ekonomi dan ketahanan nasional sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah melalui
tenaga listrik dalam rangka peningkatan derajat masyarakat.

2.3 Visi, Misi, Motto dan Penerapan Nilai–Nilai PT PLN (Persero)

2.3.1 Visi PT PLN (Persero)

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang unggul,


dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

2.3.2 Misi PT PLN (Persero)

Misi PT PLN (Persero) sebagai berikut:


a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,berorientasi pada
kepuasan pelanggan,anggota perusahaan dan pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.3.3 Motto PT. PLN (Persero)


“Sahabat Setia Untuk Kemajuan”

2.3.4 Motto PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

6
“Jernihkan Hati Terangi Negeri”
Berdasarkan SK Manajer 037.K/MAPJ/2009

2.3.5 Penerapan Nilai – Nilai PT PLN (Persero)

a. Saling Percaya.
b. Integritas.

c. Peduli.
d. Pembelajar.

2.4 Lambang PT PLN (Persero)

PT PLN (Persero) menyadari makin pentingnya arti pembentukan citra


perusahaan yang baik di mata masyarakat Indonesia sebagai mitra terpercaya dan
handal sebagai penyelenggara sektor ketenagalistrikan di Indonesia. Makna logo
adalah sebagai lambang identitas perusahaan serta sarana pencerminan nilai-nilai
luhur perusahaan. Perlu dibuat suatu STANDAR yang mengikat mengenai
bentuk, ukuran dan warna serta tata cara penggunaannya. Logo PT PLN (Persero)
sebagai identitas perusahaan yang standar akan mampu meningkatkan citra

perusahaan sebagai perusahaan berkelas dunia, khususnya di mata masyarakat


Indonesia.

2.4.1 Bentuk Lambang

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum
Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan
Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1 Logo PT PLN (Persero)

7
2.4.2 Elemen Dasar Lambang

a. Bidang Persegi

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya, melambangkan


bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir
dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti
yang di diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi
kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-
nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

b. Panjang Vertikal

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa


utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Mengartikan kerja cepat dan tepat para
insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para
pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai
perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan
beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan jaman.

c. Tiga Gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha
utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi
yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Warna biru untuk menampilkan
kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan

8
dalam kehidupan manusia. Warna biru juga melambangkan keandalan yang
dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.

d. Konfigurasi Vertikal

Logo Perusahaan tersusun dengan lambang perusahaan berada di atas nama


perusahaan dengan posisi simetris garis tengah vertical.

e. Konfigurasi Horisontal

Logo Perusahaan tersusun dengan lambang perusahaan berada di sebelah kanan


nama perusahaan dengan posisi simetris garis tengah horisontal.

2.4.3 Penggunaan Lambang


a. Tanpa PT PLN (Persero)

b. Penggunaan kata – kata (Tanpa Lambang)

Pada Logo atau saat berdiri sendiri, standar warna tulisan nama perusahaan di atas
bidang putih maupun warna terang lainnya adalah hitam. Bila berada pada dasar
berwarna gelap, tulisan nama perusahaan menjadi berwarna putih.

9
2.4.4 Ukuran Out Line

a. Pada saat lambang perusahaan ditampilkan hitam putih, maupun pada kondisi
tertentu saat logo tampil berwarna, elemen persegi panjang lambang dibuat
bergaris luar hitam (outline).
b. Agar garis luar tersebut proporsional terhadap besar logo, terutama pada saat
membuat logo dalam ukuran besar, maka dibuat rumusan sebagai berikut.

c.

Catatan :

- Satuan L adalah cm.


- 1 Poin = 0,353 mm
1) Rumus di atas harus tetap digunakan pada saat membuat lambang
perusahaan dalam ukuran yang lebih besar, baik dalam bentuk 2 (dua)
dimensi maupun 3 (tiga) dimensi.
2) Garis luar hanya merupakan tanda bahwa ada bidang yang menjadi alas
elemen tiga gelombang dan petir.
3) Garis luar tidak boleh terlihat dominan dibandingkan dengan elemen
lainnya karena ukuran yang terlalu tebal

2.4.5 Ukuran In Line

10
Ukuran maksimal logo dalam aplikasi media berukuran besar tidak dibatasi,
sejauh perbandingan pada proses pembesaran secara digital tetap mengikuti
ketentuan yang telah diatur. Pembesaran secara manual harus mengikuti sistem
grid logo yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan ukuran minimal logo
yang diperbolehkan, ditampilkan sebagai berikut :
a. Ukuran kartu nama yang digunakan adalah ukuran 9 cm x 5,5 cm horisontal.

b. Bahan yang digunakan adalah kertas dan tidak diperbolehkan menggunakan


bahan lain, seperti plastik dan Iain-lain.
c. Logo yang digunakan pada kartu nama adalah logo dengan lambang berukuran
terkecil yang diperbolehkan (9 mm x 12 mm) dan yang berkonfigurasi
horisontal dengan tulisan nama perusahaan sebesar 7 poin (2,2 mm) seperti
contoh berikut ini:

2.5 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga merupakan unit layanan setingkat Area
Pelayanan dan Jaringan (APJ).Seperti halnya APJ, tanggung jawab PT PLN
(Persero) Unit Layanan Salatiga di bidang penjualan dan pelayanan distribusi

tenaga listrik meliputi wilayah Salatiga, Ambarawa, Ungaran, dan sebagian besar
wilayah kabupaten Semarang.

Sebelum dijadikan Area Pelayanan dan Jaringan, PT PLN Salatiga yang terbentuk
tahun 1997 merupakan PT PLN Cabang Salatiga pemekaran daerah Semarang.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan General Manajer PT PLN (Persero) Unit

11
Bisnis Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta No. 123.K/021/GM/2003,
tanggal 17 Juni 2003 dibentuk Organisasi Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) di
lingkungan PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jawa Tengah dan D.I.
Yogyakarta.Jumlah APJ tersebut ada 11 area termasuk APJ Salatiga.

Gambar 2.2 PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

Selain APJ Salatiga, APJ lain yang berada dibawah PT PLN (Persero) Unit Bisnis

Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta yaitu:


a. Area Pelayanan dan Jaringan Semarang
b. Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta
c. Area Pelayanan dan Jaringan Klaten
d. Area Pelayanan dan Jaringan Yogyakarta
e. Area Pelayanan dan Jaringan Cilacap
f. Pelayanan dan Jaringan Magelang
g. Area Pelayanan dan Jaringan Purwokerto
h. Area Pelayanan dan Jaringan Tegal
i. Area Pelayanan dan Jaringan Pekalongan

j. Area Pelayanan dan Jaringan Kudus


Kemudian deengan didasarkan SK DIR 1221.K/DIR/2011 tanggal 2 Agustus 2011
tentang Pilot Project Program Debirokratisasi Organisasi Dua Layer Pada Unit
Pelaksana Layanan Di Lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi dan PT PLN
(Persero) Wilayah, yang diikuti SK DIR 1354.K/DIR/2011 tentang Organisasi PT

12
PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah Dan D.I.

Yogyakarta, serta SK DIR 1428.K/DIR/2011 tentang Formasi Jabatan PT PLN


(Persero) Unit Layanan Salatiga Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah
dan D.I. Yogyakarta, PT PLN (Persero) APJ Salatiga berubah menjadi PT PLN
(Persero) Unit Layanan Salatiga. Pada Keputusan Direksi tersebut tertuang enam
wilayah yang ditetapkan sebagai pilot project Program Debirokratisasi Organisasi
Dua Layer, yaitu:
a. PT PLN (Persero) APJ Salatiga pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah
dan D.I. Yogyakarta.
b. PT PLN (Persero) Cabang Padang pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Barat.
c. PT PLN (Persero) Cabang Tanjung Pandan pada PT PLN (Persero) Wilayah
Bangka Belitung.
d. PT PLN (Persero) Cabang Sumbawa pada PT PLN (Persero) Wilayah Nusa
Tenggara Barat.

e. PT PLN (Persero) Cabang Kupang pada PT PLN (Persero) Wilayah Nusa


Tenggara Timur.
f. PT PLN (Persero) Area Makassar pada PT PLN (Persero) Wilayah Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.

Keenam wilayah tersebut sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PT PLN
(Persero). Pedoman batasan yang ditentukan oleh PT PLN (Persero) sebagai
berikut:

Untuk daerah kepulauan Jawa, Sumatera, dan Sulawesi:


a. Radius pelayanan minimum 40 km
b. Jumlah pelanggan minimum 45000 pelanggan
c. Penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 40 milyar Rupiah
d. Penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 40 GWh
e. Panjang jaringan tegangan menengah (JTM) minimum 200 kms
f. Panjang jaringan tegangan rendah (JTR) minimum 300 kms

Untuk daerah kepulauan Bangka Belitung dan Nusa Tenggara:

13
a. Radius pelayanan minimum 40 km
b. Jumlah pelanggan minimum 30000 pelanggan
c. Pendapatan penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 20 milyar
Rupiah
d. Penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 20 GWh
e. Panjang jaringan tegangan menengah (JTM) minimum 200 kms

f. Panjang jaringan tegangan rendah (JTR) minimum 300 kms

PT PLN (Persero) Unit Layanan dibawah wewenang PT PLN (Persero) Wilayah,


dengan bagan hierarki sebagai berikut:

Gambar 2.3 Hierarki Organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Unit Layanan

Dengan adanya debirokratisasi diharapkan jalur birokrasi dan birokrasi dapat


dipercepat. Hal ini dikarenakan dilakukan pemangkasan hierarki organisasi

pelayanan menjadi dua layer, yaitu Unit Induk dan Unit Layanan. Sebelum
debirokratisasi terbentuk, struktur organisasi terdiri dari tiga lapis birokrasi yaitu
Kantor Distribusi, APJ, dan UPJ.

2.6 Lapangan Usaha

Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan terjaminnya keselamatan dan

14
kekayaan negara, PLN UL Salatiga menyelenggarakan penyediaan tenaga listrik,
yang meliputi kegiatan transmisi dan distribusi, sampai dengan titik pemakaian.
Dalam menyelenggarakan usaha tersebut, PLN UL Salatiga melakukan
perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik dan
pengembangan penyediaan tenaga listrik, serta dapat bekerjasama dengan badan
usaha lain.

2.7 Permodalan

PLN UL Salatiga sebagai perusahaan yang kepemilikannya dipegang oleh


pemerintah, pengaturan tentang permodalan perusahaan serta penggunaannya
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, tepatnya PP.No.17 tahun 1990, tentang
Perusahaan Umum Listrik Negara, antara lain ditetapkan sebagai berikut.
a. Modal Perusahaan adalah kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN, dan tidak terbagi atas saham-
saham.
b. Besarnya modal perusahaan sama dengan nilai seluruh kekayaan negara yang
telah tertanam dalam perusahaan.
c. Setiap penanaman modal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan,
dilakukan dengan peraturan pemerintah.
d. Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang dibentuk dan
dipupuk secara intern.
e. Perusahaan tidak mengadakan cadangan diam atau cadangan rahasia.
f. Semua alat-alat likuid yang tidak segera diperlukan oleh perusahaan, disimpan
dalam bentuk uang milik negara.

2.8 Kepegawaian

Untuk memperlancar tujuan perusahaan, perlu diciptakan adanya ketentraman,

ketenangan serta kegairahan kerja dalam perusahaan. Dalam memberikan


penghargaan yang layak bagi semua pegawai sesuai dengan prestasi serta
kedudukan hukum, susunan jabatan, kepangkatan, pemberhentian, gaji pensiun
dan tunjangan bagi pegawai diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

15
2.9 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga yang berada dibawah wewenang PT


PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta terletak di tengah-
tengah provinsi Jawa Tengah dengan wilayah kerja meliputi Salatiga Kota,
Ambarawa, Ungaran dan sebagian besar wilayah Kabupaten Semarang dengan
total luas wilayah 950,21 km2 dengan jumlah pelanggan lebih dari 300.000
pelanggan.

Pada setiap unit wilayah terdapat unit dibawah PT PLN (Persero) Unit Layanan
Salatiga yang bertanggung jawab terhadap pelayanan teknik pada wilayah masing-
masing, yaitu:
a. Unit Layanan Salatiga Kota bertempat di Jl. Diponegoro no.19 Salatiga.
b. Service Point Ambarawa (SPA) Kota bertempat di JL. Pemuda no. 26
Ambarawa
c. Service Point Ungaran (SPU) Kota bertempat di Jl. Gatot Subroto no. 201
Ungaran

2
Luas wilayah Unit Salatiga Kota sebesar 398,75 km yang terdiri dari 11
kecamatan, yaitu :
a. Kecamatan Bringin dengan radius pelayanan 68,47 km2
b. Kecamatan Pabelan dengan radius pelayanan 47,97 km2
c. Kecamatan Suruh dengan radius pelayanan 64,02 km2
d. Kecamatan Tuntang dengan radius pelayanan 56,24 km2
e. Kecamatan Getasan dengan radius pelayanan 65,8 km 2
f. Kecamatan Susukan dengan radius pelayanan 48,86 km2
g. Kecamatan Tengaran dengan radius pelayanan 47,29 km2
h. Kecamatan Sidomukti dengan radius pelayanan 11,46 km2
i. Kecamatan Argomulyo dengan radius pelayanan 18,53 km2
j. Kecamatan Tingkir dengan radius pelayanan 10,55 km2
k. Kecamatan Sidorejo dengan radius pelayanan 16,25 km2

Luas wilayah Unit Ungaran sebesar 266,76 km2 yang terdiri dari 5 kecamatan,
yaitu :
a. Kecamatan Ungaran Barat dengan radius pelayanan 36,52 km2

16
b. Kecamatan Ungaran Timur dengan radius pelayanan 37,43 km2
c. Kecamatan Pringapus dengan radius pelayanan 78,1 km2
d. Kecamatan Bergas dengan radius pelayanan 37,18 km2
e. Kecamatan Kaliwungu dengan radius pelayanan 29,96 km2

Luas wilayah Unit Ambarawa sebesar 284,7 km2 yang terdiri dari 5 kecamatan,
yaitu:
a. Kecamatan Bawen dengan radius pelayanan 57,65 km2
b. Kecamatan Ambarawa dengan radius pelayanan 56,12 km2
c. Kecamatan Banyubiru dengan radius pelayanan 54,41 km2
d. Kecamatan Sumowono dengan radius pelayanan 55,63 km 2
e. Kecamatan Jambu dengan radius pelayanan 60,88 km2

17
Gambar 2.4 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

18
2.10 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

Manajer

Senior Spesialis Kerja


Senior Enginering Lingkungan dan K2
Senior Spesialis Manajemen Mutu

Asisten Manajer Asisten Manajer Asisten Manajer Pelayanan Asisten Manajer


Distribusi Transaksi Energi dan Administrasi Perencanaan dan Evaluasi

Spv. Operasi Spv. Transaksi Spv. Pelayanan Spv.


Jaringan Energi Pelanggan Perencanaan
Distribusi

Spv. Spv. Spv. Administrasi Spv.

Pemeliharaan Pengendalian Umum Konstruksi


Distribusi
Jaringan Susut
Distribusi

Spv. Keuangan dan Spv. Penanganan


Spv. PDKB Spv. Akutansi Pengendalian
Pengelolaan Piutang
APP

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

19
2.11Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan
Salatiga

2.11.1 Manajer Unit Layanan


Bertanggungjawab atas pengelolaan pendistribusian dan penjualan tenaga listrik,
pelayanan pelanggan,pengadaan barang & jasa, administrasi keuangan dan
sumber daya manusia untuk pencapaian target kinerja serta pembinaan lingkungan
& K2, hubungan kerja, kemitraan dan komunikasi yang efektif dan efisien guna
penjagaan citra perusahaan untuk perwujudan Good Corporate Governance.

2.11.2 Asisten Manajer Transaksi Energi

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian pengelolaan APP, penyambungan


APP, pembongkaran APP, Tata Usaha Langganan/TUL pada fungsi pembacaan
meter, pengelolaan transaksi energi listrik sampai dengan proses rekening,
evaluasi transaksi energi antar unit maupun Independent Power Producer (IPP),
pengendalian susut, PJU dan P2TL serta pemeliharaan meter transaksi untuk
tercapainya target kinerja dan kesesuaian transaksi energi.

Terdapat 3 supervisor dibawah wewenang Asisten Manajer Transaksi Energi,


yaitu :
a. Supervisor Transaksi Energi
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan peneraan dan pengelolaan APP, Tata
Usaha Langganan/TUL pada fungsi pembacaan meter sampai dengan
pengelolaan transaksi energi, evaluasi transaksi energi antar unit maupun
Independent Power Production (IPP) untuk mendukung tercapainya target
kinerja dan kesesuaian transaksi energi.
b. Supervisor Pengendalian Susut
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan pemetaan pengelolaan dan pengendalian

susut, PJU serta P2TL untuk mendukung tercapainya target kinerja.


c. Pengelolaan APP
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan penyambungan dan pembongkaran
APP, pengendalian APP dan pemeliharaan APP untuk mendukung tercapainya
target kinerja.

20
2.11.3 Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian program pemasaran, pelayanan


pelanggan, administrasi pelanggan, penagihan serta pengawasan kredit,
pengelolaan SDM, Keuangan, administrasi umum untuk meningkatkan
pendapatan dan pelayanan pelanggan dalam rangka pencapaian kinerja
perusahaan.

Terdapat 4 supervisor dibawah wewenang Asisten Manajer Pelayanan dan


Administrasi, yaitu:
a. Supervisor Pelayanan Pelanggan
Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian program pemasaran, pelayanan
pelanggan, administrasi pelanggan dan pengelolaan pendapatan untuk
pencapaian kinerja perusahaan.
b. Supervisor Administrasi Umum
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan pengelolaan SDM, keuangan,
administrasi umum dan K3, administrasi pengadaan dan kontrak serta sistem
teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan dalam rangka pencapaian
kinerja perusahaan.
c. Supervisor Keuangan dan Akuntansi
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan dan akuntasi
untuk meningkatkan pelayanan dalam rangka pencapaian kinerja perusahaan.
d. Supervisor Pelayanan Pelanggan
Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian program pemasaran, pelayanan
pelanggan, administrasi pelanggan dan pengelolaan pendapatan untuk
pencapaian kinerja perusahaan.

2.11.4 Asisten Manajer Distribusi

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian rencana dan pelaksanaan operasi


sistem distribusi, pemeliharaan jaringan distribusi, PDKB dan Pembangkitan
Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTM) untuk menjamin mutu dan keandalan
jaringan distribusi, rencana pengembangan, pelaksanaan kegiatan konstruksi dan
pengendalian pembangunan jaringan distribusi.

21
Terdapat 3 supervisor dibawah wewenang Asisten Manajer Distribusi, yaitu :
a. Supervisor Operasi Jaringan Distribusi
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan rencana dan kegiatan Operasi sesuai
SOP untuk menjamin mutu dan keandalan sistem distribusi ketenagalistrikan.
b. Supervisor Pemeliharaan Jaringan Distribusi
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan rencana dan kegiatan pemeliharaan

jaringan distribusi untuk meningkatkan mutu dan keandalan jaringan distribusi,


serta pendataan asset distribusi.
c. Supervisor Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan
Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian rencana dan pelaksanaan PDKB
jaringan distribusi untuk menjamin kontinuitas/keandalan tenaga listrik.

2.11.5 Asisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi

Bertanggung jawab atas pembuatan rencana kegiatan dan evaluasi untuk


kelancaran pelaksanaan kegiatan, pembuatan analisa dan evaluasi (trend) unjuk
kerja instalasi untuk perbaikan dan pengembangan instalasi, penyusunan usulan
rencana pengembangan dan perbaikan instalasi penyaluran untuk memenuhi
kelayakan operasi dan investasi, penyusunan usulan anggaran dan tingkat mutu
pelayanan, perencanaan dan evaluasi pemeliharaan peraratan gardu induk dan
transmisi untuk mencapai target kinerja, pengelolaan sistem informasi operasi dan
pemeliharaan untuk bahan evaluasi O dan M dan penerapan pemeliharaan
berbasis kondisi (CBM), pemeriksaan data fisik serah terima instalasi baru, serta
penyusunan usulan dan realisasi target kinerja.

Terdapat 3 supervisor di bawah wewenang Asisten Manajer Perencana dan


Evaluasi yaitu :
a. Supervisor Perencanaan
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana Umum
Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL), rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP), perencanaan pengembangan jaringan distribusi dan Gardu
Induk (GI), penyusunan rencana pengembangan sistem aplikasi teknologi
Informasi dan pengendalian aplikasi-aplikasi teknologi informasi, data base
serta penyiapan SOP pengelolaan aplikasi sistem informasi.

22
b. Supervisor Konstruksi Distribusi
Bertanggung jawab atas perencanaan oporasi distribusi, lingkungan dan
keselamatan ketenagalistrikan, pelayanan teknik, perencanaan pemeliharaan
distribusi, konstruksi, logistik.
c. Supervisor Penanganan Pengendalian Piutang
Bertanggung jawab atas penyusunan rencana dan melakukan pembukuan

pendapatan operasi, penerimaan penghitungan dan pendistribusian rekening ke


tempat pembayaran, pelaksanaan penagihan dan pelayanan penerimaan piutang
pelanggan, melakukan uji petik pemeriksaan saldo piutang, daftar pelunasan
rekening dan penyetoran uang ke Bank di Payment Point, penyetoran uang /
giral / cek atau bukti setoran dari hasil penagihan ke fungsi keuangan ,
pengelolaan pengawasan dan evaluasi saldo piutang listrik (Tunggakan
Rekening Listrik dan Piutang Ragu-Ragu)

2.12 Disiplin Kerja

Sesuai dengan kegiatan disiplin kerja, maka semua pegaswai PT PLN (Persero)

Unit Layanan Salatiga diwajibkan mentaati semua peraturan yang berlaku.


Adapun disiplin kerja yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) Unit Layanan
Salatiga adalah :
a. Waktu Kerja
Senin –Kamis : Pukul 07.00 – 16.30 WIB
Jum’at : Pukul 07.00 – 15.00 WIB
b. Patuh pada perintah atasan.
c. Bekerja dengan dedikasi tinggi dan semangat kerja yang tulus dan ikhlas.
d. Saling bekerjasama antar pegawai
e. Mentaati peraturan yang berlaku.
f. Bersikap jujur dan tidak iri hati
g. Cekatan terhadap masalah yang timbul.
h. Selain itu juga diadakan pembagian piket selama 24 jam setiap hari dalam
pemantauan serta penyelasaian gangguan yang terjadi dalam jaringan.

23
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pemeliharaan Jaringan Distribusi

3.1.1 Pengertian Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah kegiatan yang meliputi rangkaian tahapan kerja mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan evaluasi pekerjaan
pemeliharaan instalasi dan sistem distribusi yang dilakukan secara terjadwal
(schedule) ataupun tanpa jadwal.

3.1.2 Tujuan Pemeliharaan

Tujuan pemeliharaan adalah mendapatkan simpati serta kepuasan pelanggan


dalam pelayanan tenaga listrik. Tujuan pemeliharaan ini adalah agar instalasi
jaringan distribuasi beroperasi dengan :
a. Aman (safe) bagi manusia dan lingkungannya
b. Andal (Reliable)

c. Kesiapan (Avaibility) tinggi


d. Unjuk kerja (Performance) baik
e. Umur (Live Time) sesuai desain
f. Waktu pemeliharaan (Down time) Efektif
g. Biaya pemeliharaan (Cost) Efisien/Ekonomis

3.1.3 Macam – macam Pemeliharaan

3.1.3.1 Berdasarkan waktu pelaksanaannya

a. Pemeliharaan terencana (Forced Maintenance) : Preventive


b. Pemeliharaan tidak direncanakan (Corrective Maintenance)

3.1.3.2 Berdasarkan metodenya

a. Pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Based Maintenance)


b. Pemeliharaan berdasarkan kondisi (On Condition Based Maintenance)
c. Pemeliharaan Darurat/Khusus (Emergency Maintenance)

24
Bila dari macam-macam pemeliharaan tersebut digabungkan, maka pemeliharaan
dibedakan menjadi :
a. Pemeliharaan Rutin (Pr eventi ve M ain tenan ce)
Disebut juga dengan pemeliharaan preventive, yaitu pemeliharaan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih parah dan untuk
mempertahankan unjuk kerja jaringan agar tetap beroperasi dengan keandalan

dan efisiensi yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi kegiatan :


1) Pemeriksaan/inspeksi rutin
2) Pemeliharaan rutin
3) Pemeriksaan prediktif
4) Perbaikan/penggantian peralatan
5) Perubahan/penyempurnaan jaringan

Contoh pemeliharaan rutin antara lain :


1) Pengecatan tiang pada SUTM dan SUTR.
2) Pemotongan ranting/dahan pada pohon yang dapat mengganngu SUTM.
3) Pengecatan gardu sipil.

b. Pemeliharaan Korektif (Corr ective M ain tenance)


Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan dengan maksud untuk
memperbaiki kerusakan yaitu suatu usaha untuk memperbaiki kerusakan
hingga kembali kepada kondisi/kapasitas semula dan perbaikan untuk
penyempurnaan yaitu suatu usaha untuk meningkatkan/ penyempurnaan
jaringan dengan cara mengganti/mengubah jaringan agar dicapai daya guna
atau keandalan yang lebih baik dengan tidak mengubah kapasitas semula.

Contoh perbaikan kerusakan :


1) Penggantian jointing yang rusak
2) Perbaikan defansi andongan.
3) Penggantian bushing trafo distribusi yang pecah
4) Penggantian tiang yang bengkok tertabrak mobil

c. Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance)


Pemeliharaan ini bersifat mendadak, tidak terencana yang disebabkan karena
gangguan atau kerusakan atau hal-hal lain di luar kemampuan, sehingga perlu

25
dilakukan pemeriksaan atau pengecekan perbaikan maupun penggantian
peralatan.

Contoh pemeliharaan darurat :


1) Perbaikan atau penggantian JTR yg rusak akibat kebakaran.
2) Perbaikan atau penggantian instalasi gardu yang rusak akibat banjir.
3) Perbaikan atau penggantian gardu dan jaringan yang rusak akibat huru-hara.

3.1.4 Jadwal Pemeliharaan

Pemeliharaan rutin / terencana adalah cara yang baik untuk mencapai suatu tujuan
pemeliharaan karena mencegah dan menghindari kerusakan peralatan . Dalam
pelaksanaan pemeliharaan rutin perlu direncanakan dengan baik berdasarkan hasil
pengamatan dan catatan serta pengalaman pemeliharaan terdahulu sehingga akan
mendapatkan hasil yang lebih baik. Agar pemeliharaan mendapatkan hasil yang
baik, perlu dibuat jadwal pemeliharaan.

Jadwal pemeliharaan dalam kurun waktu yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
dan umur dari peralatan yang di pelihara, waktu tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pemeliharaan Mingguan
b. Pemeliharaan Bulanan
c. Pemeliharaan Triwulan
d. Pemeliharaan Semesteran
e. Pemeliharaan Tahunan

3.2 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB - TR)

3.2.1 Pengertian Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah ( PHB – TR )

Papan hubung bagi tegangan rendah yang disingkat dengan PHB-TR adalah suatu
rumah peralatan dari kombinasi beberapa peralatan switching tegangan rendah

dengan peralatan kontrol, ukur, pengaman dan pengaturan yang saling


berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan dan
interkoneksi mekanis serta bagian – bagian penyanganya.

3.2.2 Fungsi PHB – TR

Fungsi PHB TR adalah :

26
a. Sebagai alat penghubung antara sumber tenaga listrik dari out put trafo sisi
tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan diteruskan ke Jaringan Tegangan
Rendah ( JTR ) melalui kabel jurusan ( opsty cable ) yang diamankan oleh NH
fuse jurusan masing – masing.
b. Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke instalasi pemanfaatan tenaga listrik.

3.2.3 Desain PHB – TR

3.2.3.1 Kontruksi

Menurut konstruksinya PBH – TR dibagi menjadi 2 (dua) macam konstruksi


yaitu:

a. Konstruksi PHB TR 2 jurusan


b. Konstruksi PHB TR 4 jurusan

Gambar 3.1 Kontruksi PHB TR 2 Jurusan (atas) dan Kontruksi PHB TR 4 Jurusan
(bawah)

Setiap PHB TR kerangkanya terbuat dari besi, kanal U atau pipa baja cetakan.

Ukuran minimum komponen yang digunakan untuk kerangka PHB adalah sebagai
berikut :
Pelat baja : 2 mm
Besi siku : 50 x 50 x 5 mm ( untuk indoor ) dan untuk
40 x 40 x 4 mm ( untuk outdoor )
Besi kanal U : 50 x 38 x 5 mm

27
Unit kerangka harus cukup kuat menahan perlakuan normal operasi dan gerakan –
gerakan lainnya tanpa menunjukkan adanya kelemahan / kerusakan. Khususnya
jika saklar utama dioperasikan atau pada saat penghubung pengaman lebur
dimasukkan atau dikeluarkan.

Empat jurusan dapat dimodifikasi menjadi delapan jurusan keluaran hanya dengan
menambah kerangka tambahan yang dibuat pada kerangka pertama. Tambahan
tersebut dilakukan tanpa banyak modifikasi dari peralatan semula.

Susunan mencegah terjadinya loop magnet pada kerangka, dapat dipilih sistem
pencegahan seperti pemakaian bahan anti magnet atau menyisipkan isolator
diantara komponen baja. Penopang silang dibagian bawah kerangka diperlukan
untuk tempat penyangga ujung kabel keluaran, lengkap dengan klem kabel.

3.2.3.2 Proteksi terhadap korosi

a. Kerangka
Semua bagian kerangka harus dilindungi dengan cat anti karat ( Zinc Chromate
atau Red Lead ) dua lapis atas dengan galvanis celup panas ( hot dip

galvanizing ). Tebal lapisan minimum 500 gram per m2, atau dengan ketebalan
± 70 mikron.
b. Perlengkapan Listrik
Semua tembaga untuk hubungan listrik harus dilapisi timah atau perak dengan
katebalan minimum 8 mikron. Semua mur dan baut termasuk bagian lainnya
untuk perlengkapan hubungan listrik harus dilapisi Cadmium dengan ketebalan
minimum 8 mikron.

3.2.3.3 Bagian – Bagian PHB TR

a. Unit Masukan
Sirkuit unit masukan dilengkapi dengan pemutus beban tiga kutub yang di
desain untuk tegangan nominal 400 V dengan unit – unit pemutus yang dapat
terlihat atau dengan unit –unit pemutus di dalam suatu kotak tertutup dengan
indikator posisi buka / tutup yang dapat dijamin keandalannya. Untuk
hubungan kabel dari transformator harus dilengkapi pelat/terminal
penghubung.

28
Saklar pemutus beban dalam posisi terbuka dapat dikunci dan dapat
dioperasikan buka/ tertutup dengan tangkai operasi (handle) yang terletak
didepan atau disebelah kanan jika dilihat dari depan saklar.

Jika saklar pemutus beban merupakan jenis putar, maka pusat tangkai putar
tidak boleh melebihi tinggi 1 meter dari dasar PHB untuk PHB pasangan dalam
dan 0,5 meter untuk PHB pasangan luar. Tangkai operasi dalam posisi tertutup
harus membentuk sudut kurang dari 30° dengan ventilasi.
b. Sistem busbar
Sistem busbar terbuat dari Tembaga Elektrolit. Pemasangan dan
penyambungan hanya dapat dilakukan dengan mur – baut. Pemboran lubang
berulir pada tembaga tidak dianjurkan.

Kerangka harus disesuaikan untuk pemasangan busbar sebagai berikut :


1) Empat busbar kolektor ( Netral ditempatkan paling bawah atau paling kiri ),
khusus untuk PHB pasang dalam, setiap ujung busbar disebelah kanan dibor
dengan empat buah lubang untuk kemungkinan perluasan dengan empat
keluaran PHB tambahan.

Penyambungan dua PHB tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :


- Menggunakan batang tembaga ukuran yang sama dengan busbar kolektor
- Menggunakan pelat / pita tembaga anyaman dengan ukuran yang sama
dengan busbar kolektor
- Menggunakan kabel dengan konektor.

2) Tiga busbar penghubung untuk menghubungkan busbar kolektor ke saklar


pemutus beban. Busbar netral ditempatkan paling kiri jika dilihat dari
depan PHB.
3) Setiap keluaran tertuju ke dasar kerangka dengan tiga busbar fasa vertikal.

Dalam hal ini konduktor netral tersambung pada bagian bawah penjepit
pemisah netral keluaran.

Jarak bebas dan jarak rambat untuk busbar tembaga dan hubungannya
sekurang-kurangnya harus sesuai dengan jarak bebas dan jarak rambat pada
peralatan yang langsung berhubungan dengannya (sebagai contoh : sakelar

29
utama). Jarak tersebut harus tetap dipertahankan sepanjang bingkai dan harus
terpasang kuat pada dudukannya sehingga tidak akan berubah jika terjadi gaya
dinamis dan termis akibat hubung singkat.

Busbar tembaga harus dicat dengan warna sebagai berikut :


- Busbar Fasa : Merah, kuning, hitam
- Busbar Netral : Biru
- Busbar Pembumian : Hijau dengan strip kuning
- Busbar sambung harus diberi lapisan timah atau perak

c. Unit Keluaran
1) Pengaman lebur NH-Fuse
Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan
rendah 220 V, untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang
disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun
karena beban lebih
2) Penghubung netral
Nilai pengenal arus dan penghubung netral harus sama dengan nilai
pengenal nominal unit pengaman lebur untuk fase. Jepitan harus sama juga
dengan urut pengaman lebur untuk fase.
3) Hubungan keluaran
Hubungan keluaran melalui bagian bawah dari perangkat hubung bagi dan
harus terdiri dari tiga terminal penghubung fase dan satu terminal
penghubung netral. Terminal penghubung harus didesain sehingga dapat
digunakan untuk kabel tembaga dengan luas penampang maksimum 150
mm2 dan harus disediakan lubang yang sesuai dengan diameter 13 mm
lengkap dengan ring dan mur baut.
4) Pemisah isolasi

Setiap dua atau lebih unit-unit pengaman lebur kutub tunggal fase yang
sama, harus dipisahkan dari fase-fase lainnya dengan pemisah isolasi. Di
bagian bawah PHB, pemisah vertikal harus dipasang untuk memisahkan
setiap keluaran. Pemisah vertikal tersebut dapat dipindahkan
sepanjang palang isolasi dan terbuat dari bahan yang kokoh dan tahan air.
5) Penghalang

30
Penghalang di desain untuk menutup setiap keluaran utama jika tiga buah
pelebur HRC dilepas. Terbuat dari bahan yang kokoh dan tahan air serta
dapat diukur untuk pengamanan.
6) Pemeriksaan
Pemeriksaan harus dapat dilakukan dengan memasukkan tang-ampere meter
pada setiap fase keluaran, tepat di bawah setelah penjepit bawah urut

pengaman lebur. Untuk maksud tersebut harus tersedia ruang bebas


sepanjang 50 mm.
7) Penandaan
Netral dan fase dari setiap keluaran harus diberi penandaan yang sesuai : N ;
1 ; 2 ; 3 / N ; R ; S ; T / Biru, Merah, Kuning, Hitam. Penulisan tanda harus
ditempatkan dekat dengan terminal kabel dan harus tetap terlihat jika
konektor kabel terpasang pada terminal keluaran. Di atas setiap unit
keluaran harus terpasang tempat label / penandaan yang terbuat dari bahan
tahan karat dengan ukuran 80 x 30 mm.

3.2.3.4 Peralatan Bantu

Suatu panel secara permanen terpasang pada kerangka perangkat hubung bagi
untuk menampung atau tempat pemasangan berapa peralatan sebagai berikut :
a. Satu keluaran untuk lampu penerangan gardu distnbusi
b. Satu keluaran untuk lampu penerangan umum
c. Tiga Amperemeter kebutuhan maksimum
d. Satu keluaran untuk lampu indikator hubung singkat
e. Kotak-kontak dan lain-lain.

3.2.3.5 Hubungan Pembumian

Terminal pembumian harus terpasang pada kerangka yang terbuat dari tembaga

atau kuningan dan dilengkapi dengan dua buah mur dan tiga buah ring. Sesuai
untuk hubungan konduktor pembumian tembaga 50 mm2. Terminal pembumian
tersebut ditempatkan dipermukaan bagian depan salah satu dari kerangka
penopang pada ketinggian 30 cm dari dasar PHB.

3.2.3.6 Pengawatan

31
Kabel tembaga berisolasi PVC sekurang – kurangnya 2,5 mm2 untuk rangkaian
kontrol dan 4 mm2 untuk pengukuran harus digunakan untuk semua instalasi di
dalam PHB. Kabel tembaga harus memiliki warna yang sama atau penandaan
yang sama dengan penandaan fase atau label yang dihubungkan.

3.2.3.7 Perlengkapan

Setiap perangkat hubung bagi harus dikirim sebagai satu kesatuan dengan semua
perlengkapan yang diperlukan, antara lain sebagai berikut :
a. Satu kunci berisolasi untuk menyetel penjepit unit pengaman lebur
b. Empat penghalang
c. Satu alat berisolasi untuk memasang dan melepas unit pengaman lebur.

3.2.3.7 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Dalam

PHB tegangan rendah pasangan dalam (tidak berselungkup) akan ditempatkan


secara khusus dalam suatu bangunan Gardu Distribusi sehingga harus sesuai
untuk pemasangan di atas lantai dan dinding beton atau tembok. Empat saluran
keluaran dapat dimodifikasi menjadi 8 saluran keluaran hanya menggunakan

kerangka tambahan yang dibaut dengan kerangka PHB utama. Penopang silang
pada bagian bawah dari kerangka akan digunakan untuk menahan ujung kabel
keluaran.

PHB tegangan rendah pasangan dalam terdiri atas :


a. Satu unit masukan 400A, 500A, 630A, 800A, 1200A, atau 2000A.
b. Sistem busbar 400A, 500A, 630A, 800A, 1200A, atau 2000A
c. Empat unit keluaran utama
d. Satu keluaran untuk penerangan Gardu Distribusi
e. Satu keluaran untuk penerangan umum
f. Satu keluaran untuk lampu indikator hubung singkat

g. Tiga ampere meter kebutuhan maksimum dan trasformator arus 600–800–1200


– 2000/5A
h. Dua kotak – kontak 32/6A

3.2.3.9 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Luar

PHB tegangan rendah pasang luar harus dilengkapi dengan kabinet kedap air dan

32
akan terpasang di luar bangunan sebagai gardu distribusi pasangan tiang pada
ketinggian 1,2 m dari permukaan tanah. Kabinet harus dilengkapi dengan
gantungan perangkat dan perlengkapan lain yang sesuai termasuk mur dan baut
untuk pemasangan pada lengan penopang yang terpasang pada tiang beton atau
besi. Konstruksi kabinet harus kokoh dan kedap air. Terbuat dari pelat baja
dengan ketebalan tidak kurang dari 3 mm. Kabinet harus memiliki pintu yang

dilengkapi engsel di bagian depan dan harus bisa dikunci. Kabinet harus dibuat
sedemikian sehingga air, rayap, dan burung tidak dapat masuk kedalamnya.

3.2.4 Persyaratan Khusus

3.2.4.1 Kondisi Pelayanan Normal

Papan Hubung Bagi ( PHB ) berdasarkan standart ini digunakan dalam kondisi
pelayanan sebagai berikut :
a. Suhu udara sekitar
Suhu udara sekitar tidak melebihi + 40°C dan rata – ratanya dalam 24 jam
tidak lebih 35°C

b. Suhu udara sekitar untuk pasangan luar


Suhuh udara sekitar tidak melebihi + 40°C dan rata – rata dalam 24 jam tidak
melebihi + 35°C.

3.2.4.2 Kondisi udara untuk pasangan dalam

Kondisi udara harus bersih dan kelembaban nisbinya tidak melebihi 50% pada
suhu maksimum +40°C. Kelembaban nisbi yang lebih tinggi diijinkan pada suhu
yang lebih rendah, misalnya 90% pada +20°C. Harus diperhatikan bahwa
pengembunan sewaktu – waktu dapat terjadi karena perubahan suhu.

3.2.4.3 Kondisi udara untuk pasangan luar

Kelembaban nisbinya boleh mencapai 100% pada suhu maksimum + 25°C.

3.2.4.4 Tinggi tempat

Ketinggian tempat pemasangan tidak boleh melebihi 1000 m diatas permukaan


laut.

33
3.2.4.5 Kondisi selama pengangkutan, penyimpanan, dan pemasangan

Bila kondisi selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasangan tidak sesuai,


maka harus dibuat persetujuan terlebih dahulu antara pemakai dan pembuat. Jika
tidak ada ketentuan lain, maka julat suhu selama pengangkutan, penyimpanan, dan
pemasangan diantara -25°C dan +55°C. Untuk periode waktu singkat tidak
melebihi 24 jam dijinkan sampai dengan +70°C.
3.2.4.6 Karateristik listrik

a. Tegangan pengenal : 230 / 440 V

b. Frekuensi pengenal : 50 Hz
c. Tingkat isolasi dasar ( puncak ) : 6 kV
d. Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik :
- PHB 250/500/630 A : 15 kA
- PHB 800 A : 20 kA
- PHB 1200 A : 25 kA
- PHB 2000A : 35 kA

e. Nilai pengenal arus busbar :


250/400/500/630/800/2000A
f. Kapasitas pengaman lebur HRC : 25 kA/400 V
g. Tegangan ketahanan frekuensi daya selama 1 menit : 2,5 kV

3.2.5 Penandaaan

PHB tegangan rendah untuk Gardu Distribusi harus dilengkapi pelat nama yang
terbuat dari logam, terpasang pada posisi yang dapat / mudah terlihat. Semua
informasi harus jelas, tidak mudah lepas dan tidak mudah terhapus dengan
digravir.

Informasi yang harus diberikan adalah sebagai berikut :


a. Jenis / tipe PHB tegangan rendah
b. Nama pabrik pembuat
c. Nomor seri
d. Tahun pembuatan

34
e. Tegangan pengenal
f. Frekuensi pengenal
g. Arus pengenal
h. Diagram kutub tunggal
i. Standart desain

3.2.6 Pengujian

Metode uji dan kriteria penerimaan Panel Hubung Bagi :

3.2.6.1 Uji Jenis

Uji jenis meliputi :


a. Pemeriksaan tampak fisik
b. Pengukuran jarak bebas dan jarak rambat
c. Pengukuran tahanan sirkuit utama
d. Uji kenaikan suhu

Uji dielektrik meliputi :


a. Uji ketahanan hubungan singkat
b. Uji kontinuitas sirkit pengaman
c. Uji operasi mekanis
d. Uji tingkat pengaman selungkup

3.2.6.2 Uji Rutin

Uji rutin dimaksud untuk mendeteksi adanya gangguan pada hasil suatu
pekerjaan. Pengujian ini dilakukan pada setiap pekerjaan baru hasil dari rakitan
atau setiap unit bagian.

Uji rutin meliputi :


a. Pemeriksaan sifat tampak
b. Pemeriksaan data komponen dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi
c. Pemeriksaan rakitan termasuk pengawatan dan jika perlu uji operasi elektrik
d. Pemeriksaan tingkat pengaman
e. Uji operasi mekanis
f. Uji tegangan 2,5 kV 50Hz, 1 menit

35
3.2.6.3 Uji serah terima

Uji serah terima adalah pengujian yang dilakukan terhadap sejumlah barang
(kelompok) untuk menentukan apakah kelompok tersebut diterima atau ditolak
karena tidak memenuhi kriteria yang sebelumnya ditetapkan. Pengujian ini
bertujuan menguji kembali hal – hal yang seharusnya telah dilakukan oleh
pabrikan pada waktu pengujian rutin.

36
BAB IV
PEMELIHARAAN PAPAN HUBUNG BAGI TEGANGAN
RENDAH (PHB–TR)

4.1 Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB–TR)

4.1.1 Pengertian

Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB–TR) adalah kegiatan


yang meliputi rangkaian tahapan kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga pengendalian dan evaluasi pekerjaan pemeliharaan instalasi PHB –TR yang
dilakukan secara terjadwal (schedule) ataupun tanpa jadwal. Sebagaimana
pengoperasian PHB–TR pada kegiatan pemeliharaan diperlukan langkah –langkah
atau prosedur pemeliharaan rutin periodik dan berkala yang disahkan oleh
manajemen unit sebagai prosedur tetap dalam bentuk SOP. Langkah –langkah
pemeliharaan antara lain :
a. Persiapan Pemeliharaan
b. Pemeriksaaan dan pengukuraan
c. Pemeriksaan pemeliharaan
d. Pemeriksaan hasil pemeliharaan
e. Pembuatan laporan pemeliharaan

4.1.2 Persiapan pemeliharaan

Dalam persiapan pemeliharaan ini sesuai yang tertera pada Standing Operating
System ( SOP ).

4.1.2.1 Perlengkapan Kerja

a. Perkakas kerja : Kunci shok, kunci ring, tang pres, tang kombinasi, obeng,
gergaji besi, cutter.
b. Alat bantu : Tangga, skakel – stok, radio HT, tongkat Tester 20 kV, kendaraaan
roda empat.
c. APD / K3 : Sepatu isolasi 20kV, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung tangan
kulit, helm pengaman
d. Alat ukur : Megger 1000V, earth – tester ( megger tanah ), multi – tester, cek

37
fasa.

4.1.2.2 Material

Thiner, vaselin elektrik, kertas ampelas, isolasi, NH fuse, sepatu kabel sesuai yang
dibutuhkan.

4.1.2.3 Prosedur Komunikasi

a. Informasi kepada konsumen dan pihak-pihak terkait 2 s/d 3 hari sebelum


pekerjaan dilaksanakan melalui surat, media cetak dan atau media elektronik.
b. Membuat SPK untuk pelaksana 10 s/d 20 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan
untuk pemeliharaan rutin.
c. Laporan ke SPV Distribusi dan pengawas pekerjaan sebelum pelaksanaan.
d. Laporan ke MUPJ bahwa pelaksanaan akan dimulai.

4.1.2.4 Pemeriksaan dan Pengukuran

Prosedur Pemadaman Sebelum Pemeliharaan :


a. Mengukur beban dan tegangan pada gardu

b. Melepas satu-persatu NH Fuse (untuk pelanggan 1 fasa), kemudian saklar


utama atau melepas sakelar Utama (untuk pelanggan 3 fasa), kemudian NH-
Fuse satu-persatu
c. Buka FCO
d. Hubungkan kabel pentanahan yang sudah dihubungkan ke elektroda
pentanahan dimulai dari ke 4 bushing Trafo sisi tegangan rendah, lalu ke 3
bushing trafo sisi tegangan menengah
e. Buka kabel kawat yang terhubung pada terminal kabel masuk & kabel keluar
f. Kabel yang sudah terlepas hubungkan jadi satu dan sambungkan pada kabel
pentanahan
g. Lakukan pemeriksaan kondisi PHB-TR
h. Dari hasil kegiatan diatas diambil kesimpulan :
1) PHB-TR dalam keadaan baik dan layak dioperasikan
2) PHB-TR dalam keadaan kurang baik, perlu ada perbaikan sebelum
dioperasikan
3) PHB-TR dalam keadaan rusak, perlu penggantian

38
4.1.3 Pemeriksaan pemeliharaan

4.1.3.1 Kelainan pada saklar utama, antara lain :

a. Sebagian atau seluruh alat kontak hangus akibat terjadi busur api yang besar.
b. Sebagian atau seluruh alat kontak kotor akibat terjadinya loss kontak.
c. Buka tutup alat kontak tidak serempak karena terjadinya alat mekanis sudah

tidak benar lagi.


d. Tahanan isolasi sudah turun dibawah minimal karena faktor usia atau
kebanjiran.

4.1.3.2 Pemeliharaan pelebur atau fuse dan penjepitanya

a. Permukaan jepit ( ground plate ) dan alat kontak pelebur serta permukaan
sepatu kabel bersih dan dilapisi dengan vaselin jenis netral
b. Seluruh permukaan alat kontak pelebur harus terhubung dengan penjepitnya
c. Jenis sepatu kabel yang terhubung antara busbar, pelebur dan kabel jurusan
harus terbuat dari bahan yang sama dengan busbar dan kabel jurusan
d. Ukuran sepatu kabel harus sesuai dengan ukuran kabel

e. Luas permukaan sepatu kabel yang terhubung dengan busbar minimal sama
dengan penampang kabelnya
f. Luas penampang bagian dalam selongsong sepatu kabel minimal sama dengan
penampang kabelnya
g. Pengencangan mur baut untuk menghubungkan sepatu kabel dengan busbar
harus disesuaikan

4.1.3.3 Pemeliharaan alat ukur peralatan bantunya

a. Alat ukur peralatan bantunya yang terpasang diperiksa kondisi pengawatannya


b. Alat ukur peralatan bantu yang terpasang di uji ketelitiannya

4.1.3.4 Prosedur pemeliharaan PHB – TR

a. Pemeliharaan PHB-TR pada gardu distribusi dalam keadaan bertegangan :


1) Ukur dan catat beban dan tegangan pada saklar utama dan saluran keluar
2) Bandingkan hasil ukur arus pada amper meter di PHB – TR dengan hasil
pengukuran dengan tang amper meter

39
3) Ukur dan catat suhu alat sambung – hubung pada saklar utama dan fuse
pengaman saluran
4) Amati dan catat adanya kelainan – kelaian pada PHB – TR dalam keadaan
beroperasi
b. Prosedur pemeliharaan PHB – TR pada gardu distribusi dalam keadaan bebas
tegangan Gardu Pasangan Luar :

1) Gunakan perkakas kerja dan perlengkapan K3 sesuai dengan kebutuhan


2) Yakinkan PHB-TR sudah bebas tegangan
3) Buka saklar utama
4) Lepas seluruh NH fuse
5) Periksa kondisi dan kerja saklar utama, dari :
6) Adanya kotoran pada terminal-terminalnya, bersihkan dengan menggunakan
kain dan cairan yang mudah menguap dan bila terlalu tebal gosok dengan
sabut plastik hijau
7) Adanya kotoran pada alat-alat kontak (saklar jenis terbuka) lakukan hal
sama seperti di atas
8) Adanya ketidakserempakan buka-tutup alat hubung saklar utama, perbaiki
mekanisnya dan bila perlu ganti dengan yang baru
9) Ukur tahanan kontaknya, nilainya tidak boleh melebihi 100 micro ohm
10) Ukur tahanan isolasi antara fasa-fasa dan fasa-body

4.1.3.5 Langkah pemeliharaan terhadap NH-Fuse dan ground plate

a. Periksa kesesuaian nilai fuse terhadap ground platenya


b. Periksa kerapatan penjepit pisau nh fuse, setel kembali pernya
c. Adanya kotoran pada penjepit ground plate dan pisau NH fuse bersihkan
dengan kuas atau kain lap dan cairan yang mudah menguap
e. Adanya kotoran pada terminal ground plate lakukan hal yang sama seperti di

atas. Ukur tahanan isolasi terminal masuk maupun keluar ground plate
terhadap body
f. Periksa kondisi busbar dan isolator dudukannya
g. Periksa kekencangan pengikatan mur-baut antara terminal masuk ground-plate
NH-Fuse dengan busbar
h. Oleskan vaseline netral pada penjepit dan pisau fuse

40
4.1.3.6 Langkah pemeliharaan alat ukur peralatan bantunya

a. Periksa pengawatan alat-alat ukur dan alat bantunya


b. Periksa kondisi alat-alat ukur dan alat bantu yang terpasang
c. Periksa lampu test tegangan
d. Periksa lampu penerangan PHB-TR / gardu
e. Ukur nilai tahanan pentanahan kerangka PHB-TR dan netral TR trafo
f. Nilai tahanan pentanahan kerangka maksimal 1,7 ohm
g. Nilai tahanan pentanahan netral TR maksimal 5 ohm
h. Yakinkan pemeliharaan telah selesai dilakukan dan PHB-TR siap dioperasikan

4.1.4 Pemeriksaan hasil pemeliharaan

Prosedur pengoperasian kembali PHB-TR sesudah pemeliharaan :


a. Pasang kembali kabel / kawat pada terminal sisi masuk maupun keluar
b. Periksa keadaan disekitar trafo dan yakinkan PHB-TR aman dioperasikan
c. Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian kembali
d. Lepaskan PMS bumi (PMS) 3

e. Masukkan PMB 3
f. Ukur tegangan dan urutan fasa TR, pastikan tegangan dan urutan fasa sudah
benar
g. Masukkan saklar utama, amati ada kelainan - kelainan
h. Ukur tegangan pada busbar TR
i. Operasikan saluran jurusan dengan cara :
1) Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul kemudian nh
fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada
saluran jurusan
2) Untuk pelanggan 3 fasa : masukkan saluran nh fuse, sebelum saklar utama
dimasukkan

4.1.5 Pelaporan pada pekerjaan pemeliharaan

4.1.5.1 Fungsi Pelaporan

Setiap kegiatan dan kejadian dalam pemeliharaan jaringan harus selalu dibuatkan
laporannya. Fungsi laporan diharapkan dapat membantu manajemen dalam :

41
a. Menilai kondisi jaringan, rating / rayon dst.
b. Mengetahui tindakan untuk memperbaiki kualitas dan keandalan jaringan
sebelum terjadi gangguan
c. Memperkirakan kebutuhan material dan biaya pemeliharaan

4.1.5.2 Kejadian yang perlu dilaporkan

a. Pemadaman
1) Karena gangguan atau direncanakan
2) Jumlah pelanggan yang padam
3) Sebab pemadaman
4) KWh yang tak tersalurkan
5) Pemakaian material untuk mengatasi gangguan
6) Prosedur pengamanan dalam pekerjaan pada instalasi tegangan tinggi
7) Pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan pekerjaan pemeliharaan
8) Pengoperasian kembali

4.2 Langkah Kerja Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah



(PHB TR) sesuai dengan SOP (Standing Operation Prosedure)

Gambar 4.1 Membuka PHB – TR

Gambar 4.2 Mengukur Beban dan Tegangan pada Gardu

42
Gambar 4.3 Membuka Saklar Utama

Gambar 4.4 Membuka FCO

Gambar 4.5 Pemeriksaan perlengkapan PHB – TR

43
Gambar 4.6 Pemeliharaan pada NH- Fuse dengan Pemberian Vaselin

Gambar 4.7 Melakukan pemeliharaan terhadap komponen – komponen di dalam


PHB–TR

Gambar 4.8 Pasang Kembali Komponen – komponen PHB – TR yang Belum


Dipasang

44
Gambar 4.9 Masukan FCO

Gambar 4.10 Masukkan Saklar Utama

Gambar 4.11 Mengukur Beban dan Tegangan Gardu

45
Gambar 4.12 Pemeliharaan Daerah Luar Sekitar PHB –TR

46
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan di PT PLN


(Persero) Unit Layanan Salatiga, maka dapat diambil kesimpulan diantaranya :
1) PHB-TR merupakan perangkat pendistribusian listrik yang berfungsi sebagai
penghubung dan pembagi tenaga listrik dari output trafo sisi tegangan rendah
ke rel pembagi dan diteruskan melalui kabel jurusan yang diamankan oleh
NH fuse masing-masing jurusan.
2) Pada dasarnya prinsip kerja dari konstruksi PHB baru dan PHB lama sama,
namun yang membedakan ialah konstruksi PHB baru yang lebih simple dan
dilengkapi oleh UVR (Under Voltage Relay) dan PFR (Phase Failure Relay.
3) PHB–TR berfungsi sebagai alat penghubung antara sumber tenaga listrik
(trafo distribusi) dengan alat pemanfaatan tenaga listrik melalui jaringan
tegangan rendah (JTR) serta sebagai alat pembagi tenaga listrik ke instalasi

pemanfaatan tenaga listrik.


4) PHB–TR berfungsi sebagai pengaman instalasi trafo 3 fase
5) Pemeliharan PHB-TR biasanya dilakukan secara berkala setiap 1 bulan sekali
dan bisa dilakukan dalam kondisi bertegangan. Selain itu, perlu adanya
pengecekan tegangan pada masing masing phase sebelum dan sesudah
dilakukannya pemeliharaan.

5.2 Saran

Dalam pelaksanan PKL selama 1 bulan di PT PLN (Persero) Unit Layanan


Salatiga, terdapat beberapa saran diantaranya :
1) Dosen pembimbing diharapkan dapat memonitoring mahasiswa selama
kegiatan PKL berlangsung, agar kegiatan PKL tersebut bermanfaat dan
memperoleh hasil yang maksimal.
2) Waktu pelaksanaan PKL yang singkat masih kurang maksimal untuk
mempelajari ilmu kelistrikan yang ada di PT PLN Persero Unit Layanan
Salatiga.

47
3) Kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, hendaknya selalu mengacu pada
SOP yang berlaku agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
4) Agar setiap pekerjaan berjalan dengan lancar, perlu adanya koordinasi antar
pelaksanan pekerjaan.
5) Pelaksana pekerjaan harus menjalankan peranannya sesuai dengan pembagian
job yang telah diberikan.

6) K3 berkaitan erat dengan setiap disiplin ilmu yang ada oleh karena itu aspek
K3 harus diperkhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan di dalam maupun diluar
ruangan.
7) Data yang dituliskan sebelum dan sesudah pelaksanaan pekerjaan harus sesuai
agar tidak mengulur waktu dan tidak ada kesalahan komunikasi antar
anggota.

48
DAFTAR PUSTAKA

YAYASAN PUIL.2000.Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000.Jakarta : PT


PLN (Persero)

PT PLN.1996.Standart Perusahaan Listrik Negara 118-4-1:1996.Jakarta : PT


PLN (Persero)

Suhadi,dkk.2008.Teknik Distribusi Tenaga Listrik.Jakarta : Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

PT PLN.Standing Operarating Procedure Perangkat Hubung Bagi Tegangan


Rendah (PHB – TR).PUSDIKLAT : PT PLN (Persero)

49
LAMPIRAN 1
SOP PEMELIHARAAN PHB-TR
LAMPIRAN 2
LAPORAN KEGIATAN
HARIAN PKL
Nama : Ligan Budi Pratomo (3.31.12.1.11)
Kelas : LT 3 B
Prodi : Teknik Listrik
Kegiatan : Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Laporan Kegiatan Harian PKL

Tabel 1. Laporan Kegiatan Harian PKL


No Tanggal Uraian Kegiatan Unit/Bagian/Tempat Dokumentasi
Kegiatan
1 28-07-2015 Rabas Pohon di Ungaran Tim Rabas

2 29-07-2015 Rabas Pohon di Gardu Tim Rabas

Induk 500/150 KV Ungaran

3 30-07-2015 Penggantian Isolator JTM Petugas PLN


di Bawen
4 31-07-2015 Pemasangan Jaringan Petugas PLN
Tegangan Menengah

5 03-07-2015 Pemasangan Jaringan Petugas PLN


Tegangan Menengah

6 04-07-2015 Pemasangan ABSW Tim PDKB

7 05-07-2015 Pemasangan Trafo Petugas PLN

8 06-07-2015 Mensetting Recloser Petugas PLN


9 07-07-2015 Perbaikan Recloser Petugas PLN

10 18-07-2015 Pengenalan Pengoperasian Petugas PLN


pada Distribution Control
Center (DCC)

11 19-07-2015 Penggatian Sambungan Tim PDKB


Jumper pada JTM

12 20-07-2015 Pemeliharaan Jaringan dan Petugas PLN


Penggantian Isolator di
Kab. Ungaran

13 21-07-2015 Inspeksi Hasil Rabas Petugas PLN


14 24-07-2015 Belajar Buku Saku
Pelayanan Teknik

15 25-07-2015 Perbaikan Tiang Miring Petugas PLN


dan penggatian Sambungan
Kawat dengan CCO

16 26-07-2015 Pemeliharaan dan Petugas PLN


Penggantian Isolator

17 27-07-2015 Pemeliharaan PHB TR Petugas PLN

18 28-07-2015 Pemeliharaan PHB TR Petugas PLN


LAMPIRAN 3
JADWAL ABSENSI PKL
LAMPIRAN 4
SURAT KETERANGAN
PELAKSANAAN PKL

Anda mungkin juga menyukai