Disusun oleh :
Ligan Budi Pratomo
3.31.12.1.11
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan yang dilaksanakan di PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
pada tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 31 Agustus 2015 ini dengan lancar
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam
menempuh studi akhir semester V pada Program Studi Teknik Listrik Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang.
iv
Penulis menyadari di dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini. Semoga
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
BAB I. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
1.3 Tujuan dan Manfaat PKL 1
1.4 Waktu dan Pelaksanaan PKL 2
1.5 Metode Penyusunan Laporan 2
1.6 Sistematika Penulisan 2
BAB II. Gambaran Umum Perusahaan 4
2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) 4
2.2 Maksud dan Tujuan PT PLN Persero 6
2.3 Visi, Misi, Motto, dan Penerapan Nilai-nilai PT PLN (Persero) 6
2.3.1 Visi PT PLN (Persero) 6
2.3.2 Misi PT PLN (Persero) 6
2.3.3 Motto PT PLN (Persero) 6
2.3.4 Motto PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 6
2.3.5 Penerapan Nilai-nilai PT PLN (Persero) 7
2.4 Lambang PT PLN (Persero) 7
2.4.1 Bentuk Lambang 7
2.4.2 Elemen Dasar Lambang 8
2.4.3 Penggunaan Lambang 9
2.4.4 Ukuran Out Line 10
2.4.5 Ukuran In Line 10
2.5 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 11
2.6 Lapangan Usaha 14
vi
2.7 Pemodalan 15
2.8 Kepegawaian 15
2.9 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 16
2.10 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 19
2.11 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Slatiga 20
2.11.1 Manajer Unit Layanan 20
vii
3.2.4.1 Konsdisi Pelayanan Normal 33
3.2.4.2 Kondisi Udara untuk Pasangan Dalam 33
3.2.4.3 Kondisi Udara untuk Pasangan Luar 33
3.2.4.4 Tinggi Tempat 33
3.2.4.5 Kondisi selama Pengangkutan, Penyimpanan, dan Pemasangan 34
3.2.4.6 Karakteristik Listrik 34
3.2.5 Penandaan 34
3.2.6 Pengujian 35
3.2.6.1 Uji Jenis 35
3.2.6.2 Uji Rutin 35
3.2.6.3 Uji Serah Terima 36
BAB IV. Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 37
4.1 Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 37
4.1.1 Pengertian 37
4.1.2 Persiapan Pemeliharaan 37
4.1.2.1 Perlengkapan Kerja 37
4.1.2.2 Material 38
4.1.2.3 Prosedur Komunikasi 38
4.1.2.4 Pemeriksaan dan Pengukuran 38
4.1.3 Pemeriksaan Pemeliharaan 39
4.1.3.1 Kelainan pada Saklar Utama 39
4.1.3.2 Pemeliharaan Pelebur/Fuse dan Penjepitnya 39
4.1.3.3 Pemeliharaan Alat Ukur Peralatan Bantunya 39
4.1.3.4 Prosedur Pemelihaan PHB-TR 39
4.1.3.5 Langkah Pemeliharaan NH Fuse dan Ground Plate 40
4.1.3.6 Langkah Pemeliharaan Alat Ukur Peralatan Bantunya 41
4.1.4 Pemeriksaan Hasil Pemeliharaan 41
4.1.5 Pelaporan pada Pekerjaan Pemeliharaan 41
4.1.5.1 Fungsi Pelaporan 41
4.1.5.2 Kejadian yang Perlu Dilaporkan 42
4.2 Langkah Kerja Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-
TR) Sesuai dengan SOP (Standing Operating Prosedure) 42
viii
BAB V. Penutup 47
5.1 Kesimpulan 47
5.2 Saran 47
Daftar Pustaka 49
Lampiran
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga .............19
Gambar 3.1 Kontruksi PHB TR 2 Jurusan (atas) dan Kontruksi PHB-TR 4
Jurusan (bawah) .........................................................................................................27
Gambar 4.1 Membuka PHB–TR ...............................................................................42
Gambar 4.2 Mengukur beban dan tegangan pada gardu ...........................................42
Gambar 4.3 Membuka saklar utama .........................................................................43
Gambar 4.4 Membuka FCO ......................................................................................43
Gambar 4.5 Pemeriksaan perlengkapan PHB–TR ....................................................43
Gambar 4.6 Pemeliharaan pada NH–Fuse dengan pemberian Vaselin.....................44
Gambar 4.7 Melakukan pemeliharaan terhadap komponen- komponen di
dalam PHB – TR ........................................................................................................44
Gambar 4.8 Pasang kembali komponen – komponen PHB – TR yang belum .........
dipasang......................................................................................................................44
Gambar 4.9 Masukkan FCO .....................................................................................45
Gambar 4.10 Masukkan saklar utama ........................................................................45
Gambar 4.11 Mengukur beban dan tegangan gardu ..................................................45
Gambar 4.12 Pemeliharaan daerah luar sekitar PHB –TR .........................................46
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam hal ini, dibutuhkan PHB-TR yang berfungsi untuk mengatur dan memutus
pendistribusian listrik yang didistribuskan melalui JTM dan diturunkan melalui
trafo step down.
Pada laporan PKL ini akan dibahas mengenai “Pemeliharaan PHB-TR pada area
Distribusi PT. PLN Unit Layanan Salatiga”.
1
Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2015
sampai dengan 31 Agustus 2015 di PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga.
Dengan cara melakukan tanya jawab dan konsultasi terkait penyusunan laporan
ini kepada supervisor maupun para ahli pemeliharaan PHB-TR di PT PLN
(Persero) Unit Layanan Salatiga.
b. Studi kepustakaan
Dengan cara membaca teori yang berkaitan tentang laporan PKL.
c. Studi lapangan
Dengan cara mengumpulkan data yang disediakan oleh PT PLN (Persero) dan
PT Haleyora Power.
d. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pekerjaan
yang dilakukan.
e. Data Sekunder
Dengan cara meminjam SOP dari PT PLN (Persero) terkait pemeliharaan.
2
PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga dan pengertian dari Papel
Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR).
BAB IV PEMELIHARAAN PANEL HUBUNG BAGI TEGANGAN
RENDAH (PHB-TR)
Dalam bab ini membahas tentang Pemeliharaan Papan Hubung Bagi
Tegengan Rendah (PHB-TR) pada jaringan distribusi pada PT PLN
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19, pada saat didirikannya beberapa
pembangkit tenaga listrik oleh beberapa perusahaan milik Belanda, antara lain
pabrik gula dan teh yang dipergunakan untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk
kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan swasta milik Belanda yaitu
NV. NIGN yang pada mulanya bergerak di bidang gas mulai berkembang ke
bidang listrik untuk kemanfaatan umum, pada tahun 1927 mulai dibentuk s’Lands
Waterkracht Bedruven (LWB) oleh pemerintah Belanda sebagai perusahaan
listrik Negara pengelola PLTA Plegan, PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago,
PLTA Ubruk dan Kracak di daerah Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA
TES di Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta.
Selain itu di beberapa kota praja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik kota
praja.
Setelah perusahaan listrik dan gas berhasil direbut dari tangan kekuasaan Jepang,
kemudian pada bulan September 1945 diadakan pertemuan antara delegasi dari
buruh atau pegawai listrik dan gas yang diketuai oleh Kobarsyih dengan pimpinan
KNI (Komite Nasional Indonesia) pusat yang ada pada waktu itu diketuai oleh
Mr. Kasman Singomedjo untuk pelaporan hasil perjuangan Jepang. Selanjutnya
dilakukan penyerahan perusahaan–perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah
Republik Indonesia oleh delegasi Kobarsyih bersama-sama pimpinan KNI pusat.
4
Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Sukarno dan kemudian dengan
penetapan Pemerintah tahun 1945 No. I/SD tanggal 27 Oktober 1945 maka
dibentuklah jawatan listrik dan gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga.
5
sebagai Hari Listrik Nasional.
Tujuan dari PT PLN (Persero) untuk dimilikinya usaha dalam bidang penyediaan
tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam arti yang seluas-luasnya dan
sekaligus didapatkannya keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
6
“Jernihkan Hati Terangi Negeri”
Berdasarkan SK Manajer 037.K/MAPJ/2009
a. Saling Percaya.
b. Integritas.
c. Peduli.
d. Pembelajar.
Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum
Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan
Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.
7
2.4.2 Elemen Dasar Lambang
a. Bidang Persegi
b. Panjang Vertikal
c. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha
utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi
yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Warna biru untuk menampilkan
kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan
8
dalam kehidupan manusia. Warna biru juga melambangkan keandalan yang
dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.
d. Konfigurasi Vertikal
e. Konfigurasi Horisontal
Pada Logo atau saat berdiri sendiri, standar warna tulisan nama perusahaan di atas
bidang putih maupun warna terang lainnya adalah hitam. Bila berada pada dasar
berwarna gelap, tulisan nama perusahaan menjadi berwarna putih.
9
2.4.4 Ukuran Out Line
a. Pada saat lambang perusahaan ditampilkan hitam putih, maupun pada kondisi
tertentu saat logo tampil berwarna, elemen persegi panjang lambang dibuat
bergaris luar hitam (outline).
b. Agar garis luar tersebut proporsional terhadap besar logo, terutama pada saat
membuat logo dalam ukuran besar, maka dibuat rumusan sebagai berikut.
c.
Catatan :
10
Ukuran maksimal logo dalam aplikasi media berukuran besar tidak dibatasi,
sejauh perbandingan pada proses pembesaran secara digital tetap mengikuti
ketentuan yang telah diatur. Pembesaran secara manual harus mengikuti sistem
grid logo yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan ukuran minimal logo
yang diperbolehkan, ditampilkan sebagai berikut :
a. Ukuran kartu nama yang digunakan adalah ukuran 9 cm x 5,5 cm horisontal.
PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga merupakan unit layanan setingkat Area
Pelayanan dan Jaringan (APJ).Seperti halnya APJ, tanggung jawab PT PLN
(Persero) Unit Layanan Salatiga di bidang penjualan dan pelayanan distribusi
tenaga listrik meliputi wilayah Salatiga, Ambarawa, Ungaran, dan sebagian besar
wilayah kabupaten Semarang.
Sebelum dijadikan Area Pelayanan dan Jaringan, PT PLN Salatiga yang terbentuk
tahun 1997 merupakan PT PLN Cabang Salatiga pemekaran daerah Semarang.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan General Manajer PT PLN (Persero) Unit
11
Bisnis Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta No. 123.K/021/GM/2003,
tanggal 17 Juni 2003 dibentuk Organisasi Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) di
lingkungan PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jawa Tengah dan D.I.
Yogyakarta.Jumlah APJ tersebut ada 11 area termasuk APJ Salatiga.
Selain APJ Salatiga, APJ lain yang berada dibawah PT PLN (Persero) Unit Bisnis
12
PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah Dan D.I.
Keenam wilayah tersebut sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PT PLN
(Persero). Pedoman batasan yang ditentukan oleh PT PLN (Persero) sebagai
berikut:
13
a. Radius pelayanan minimum 40 km
b. Jumlah pelanggan minimum 30000 pelanggan
c. Pendapatan penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 20 milyar
Rupiah
d. Penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 20 GWh
e. Panjang jaringan tegangan menengah (JTM) minimum 200 kms
Gambar 2.3 Hierarki Organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Unit Layanan
pelayanan menjadi dua layer, yaitu Unit Induk dan Unit Layanan. Sebelum
debirokratisasi terbentuk, struktur organisasi terdiri dari tiga lapis birokrasi yaitu
Kantor Distribusi, APJ, dan UPJ.
14
kekayaan negara, PLN UL Salatiga menyelenggarakan penyediaan tenaga listrik,
yang meliputi kegiatan transmisi dan distribusi, sampai dengan titik pemakaian.
Dalam menyelenggarakan usaha tersebut, PLN UL Salatiga melakukan
perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik dan
pengembangan penyediaan tenaga listrik, serta dapat bekerjasama dengan badan
usaha lain.
2.7 Permodalan
2.8 Kepegawaian
15
2.9 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
Pada setiap unit wilayah terdapat unit dibawah PT PLN (Persero) Unit Layanan
Salatiga yang bertanggung jawab terhadap pelayanan teknik pada wilayah masing-
masing, yaitu:
a. Unit Layanan Salatiga Kota bertempat di Jl. Diponegoro no.19 Salatiga.
b. Service Point Ambarawa (SPA) Kota bertempat di JL. Pemuda no. 26
Ambarawa
c. Service Point Ungaran (SPU) Kota bertempat di Jl. Gatot Subroto no. 201
Ungaran
2
Luas wilayah Unit Salatiga Kota sebesar 398,75 km yang terdiri dari 11
kecamatan, yaitu :
a. Kecamatan Bringin dengan radius pelayanan 68,47 km2
b. Kecamatan Pabelan dengan radius pelayanan 47,97 km2
c. Kecamatan Suruh dengan radius pelayanan 64,02 km2
d. Kecamatan Tuntang dengan radius pelayanan 56,24 km2
e. Kecamatan Getasan dengan radius pelayanan 65,8 km 2
f. Kecamatan Susukan dengan radius pelayanan 48,86 km2
g. Kecamatan Tengaran dengan radius pelayanan 47,29 km2
h. Kecamatan Sidomukti dengan radius pelayanan 11,46 km2
i. Kecamatan Argomulyo dengan radius pelayanan 18,53 km2
j. Kecamatan Tingkir dengan radius pelayanan 10,55 km2
k. Kecamatan Sidorejo dengan radius pelayanan 16,25 km2
Luas wilayah Unit Ungaran sebesar 266,76 km2 yang terdiri dari 5 kecamatan,
yaitu :
a. Kecamatan Ungaran Barat dengan radius pelayanan 36,52 km2
16
b. Kecamatan Ungaran Timur dengan radius pelayanan 37,43 km2
c. Kecamatan Pringapus dengan radius pelayanan 78,1 km2
d. Kecamatan Bergas dengan radius pelayanan 37,18 km2
e. Kecamatan Kaliwungu dengan radius pelayanan 29,96 km2
Luas wilayah Unit Ambarawa sebesar 284,7 km2 yang terdiri dari 5 kecamatan,
yaitu:
a. Kecamatan Bawen dengan radius pelayanan 57,65 km2
b. Kecamatan Ambarawa dengan radius pelayanan 56,12 km2
c. Kecamatan Banyubiru dengan radius pelayanan 54,41 km2
d. Kecamatan Sumowono dengan radius pelayanan 55,63 km 2
e. Kecamatan Jambu dengan radius pelayanan 60,88 km2
17
Gambar 2.4 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
18
2.10 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
Manajer
19
2.11Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan
Salatiga
20
2.11.3 Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi
21
Terdapat 3 supervisor dibawah wewenang Asisten Manajer Distribusi, yaitu :
a. Supervisor Operasi Jaringan Distribusi
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan rencana dan kegiatan Operasi sesuai
SOP untuk menjamin mutu dan keandalan sistem distribusi ketenagalistrikan.
b. Supervisor Pemeliharaan Jaringan Distribusi
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan rencana dan kegiatan pemeliharaan
22
b. Supervisor Konstruksi Distribusi
Bertanggung jawab atas perencanaan oporasi distribusi, lingkungan dan
keselamatan ketenagalistrikan, pelayanan teknik, perencanaan pemeliharaan
distribusi, konstruksi, logistik.
c. Supervisor Penanganan Pengendalian Piutang
Bertanggung jawab atas penyusunan rencana dan melakukan pembukuan
Sesuai dengan kegiatan disiplin kerja, maka semua pegaswai PT PLN (Persero)
23
BAB III
LANDASAN TEORI
Pemeliharaan adalah kegiatan yang meliputi rangkaian tahapan kerja mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan evaluasi pekerjaan
pemeliharaan instalasi dan sistem distribusi yang dilakukan secara terjadwal
(schedule) ataupun tanpa jadwal.
24
Bila dari macam-macam pemeliharaan tersebut digabungkan, maka pemeliharaan
dibedakan menjadi :
a. Pemeliharaan Rutin (Pr eventi ve M ain tenan ce)
Disebut juga dengan pemeliharaan preventive, yaitu pemeliharaan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih parah dan untuk
mempertahankan unjuk kerja jaringan agar tetap beroperasi dengan keandalan
25
dilakukan pemeriksaan atau pengecekan perbaikan maupun penggantian
peralatan.
Pemeliharaan rutin / terencana adalah cara yang baik untuk mencapai suatu tujuan
pemeliharaan karena mencegah dan menghindari kerusakan peralatan . Dalam
pelaksanaan pemeliharaan rutin perlu direncanakan dengan baik berdasarkan hasil
pengamatan dan catatan serta pengalaman pemeliharaan terdahulu sehingga akan
mendapatkan hasil yang lebih baik. Agar pemeliharaan mendapatkan hasil yang
baik, perlu dibuat jadwal pemeliharaan.
Jadwal pemeliharaan dalam kurun waktu yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
dan umur dari peralatan yang di pelihara, waktu tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan Mingguan
b. Pemeliharaan Bulanan
c. Pemeliharaan Triwulan
d. Pemeliharaan Semesteran
e. Pemeliharaan Tahunan
Papan hubung bagi tegangan rendah yang disingkat dengan PHB-TR adalah suatu
rumah peralatan dari kombinasi beberapa peralatan switching tegangan rendah
26
a. Sebagai alat penghubung antara sumber tenaga listrik dari out put trafo sisi
tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan diteruskan ke Jaringan Tegangan
Rendah ( JTR ) melalui kabel jurusan ( opsty cable ) yang diamankan oleh NH
fuse jurusan masing – masing.
b. Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
3.2.3.1 Kontruksi
Gambar 3.1 Kontruksi PHB TR 2 Jurusan (atas) dan Kontruksi PHB TR 4 Jurusan
(bawah)
Setiap PHB TR kerangkanya terbuat dari besi, kanal U atau pipa baja cetakan.
Ukuran minimum komponen yang digunakan untuk kerangka PHB adalah sebagai
berikut :
Pelat baja : 2 mm
Besi siku : 50 x 50 x 5 mm ( untuk indoor ) dan untuk
40 x 40 x 4 mm ( untuk outdoor )
Besi kanal U : 50 x 38 x 5 mm
27
Unit kerangka harus cukup kuat menahan perlakuan normal operasi dan gerakan –
gerakan lainnya tanpa menunjukkan adanya kelemahan / kerusakan. Khususnya
jika saklar utama dioperasikan atau pada saat penghubung pengaman lebur
dimasukkan atau dikeluarkan.
Empat jurusan dapat dimodifikasi menjadi delapan jurusan keluaran hanya dengan
menambah kerangka tambahan yang dibuat pada kerangka pertama. Tambahan
tersebut dilakukan tanpa banyak modifikasi dari peralatan semula.
Susunan mencegah terjadinya loop magnet pada kerangka, dapat dipilih sistem
pencegahan seperti pemakaian bahan anti magnet atau menyisipkan isolator
diantara komponen baja. Penopang silang dibagian bawah kerangka diperlukan
untuk tempat penyangga ujung kabel keluaran, lengkap dengan klem kabel.
a. Kerangka
Semua bagian kerangka harus dilindungi dengan cat anti karat ( Zinc Chromate
atau Red Lead ) dua lapis atas dengan galvanis celup panas ( hot dip
galvanizing ). Tebal lapisan minimum 500 gram per m2, atau dengan ketebalan
± 70 mikron.
b. Perlengkapan Listrik
Semua tembaga untuk hubungan listrik harus dilapisi timah atau perak dengan
katebalan minimum 8 mikron. Semua mur dan baut termasuk bagian lainnya
untuk perlengkapan hubungan listrik harus dilapisi Cadmium dengan ketebalan
minimum 8 mikron.
a. Unit Masukan
Sirkuit unit masukan dilengkapi dengan pemutus beban tiga kutub yang di
desain untuk tegangan nominal 400 V dengan unit – unit pemutus yang dapat
terlihat atau dengan unit –unit pemutus di dalam suatu kotak tertutup dengan
indikator posisi buka / tutup yang dapat dijamin keandalannya. Untuk
hubungan kabel dari transformator harus dilengkapi pelat/terminal
penghubung.
28
Saklar pemutus beban dalam posisi terbuka dapat dikunci dan dapat
dioperasikan buka/ tertutup dengan tangkai operasi (handle) yang terletak
didepan atau disebelah kanan jika dilihat dari depan saklar.
Jika saklar pemutus beban merupakan jenis putar, maka pusat tangkai putar
tidak boleh melebihi tinggi 1 meter dari dasar PHB untuk PHB pasangan dalam
dan 0,5 meter untuk PHB pasangan luar. Tangkai operasi dalam posisi tertutup
harus membentuk sudut kurang dari 30° dengan ventilasi.
b. Sistem busbar
Sistem busbar terbuat dari Tembaga Elektrolit. Pemasangan dan
penyambungan hanya dapat dilakukan dengan mur – baut. Pemboran lubang
berulir pada tembaga tidak dianjurkan.
Dalam hal ini konduktor netral tersambung pada bagian bawah penjepit
pemisah netral keluaran.
Jarak bebas dan jarak rambat untuk busbar tembaga dan hubungannya
sekurang-kurangnya harus sesuai dengan jarak bebas dan jarak rambat pada
peralatan yang langsung berhubungan dengannya (sebagai contoh : sakelar
29
utama). Jarak tersebut harus tetap dipertahankan sepanjang bingkai dan harus
terpasang kuat pada dudukannya sehingga tidak akan berubah jika terjadi gaya
dinamis dan termis akibat hubung singkat.
c. Unit Keluaran
1) Pengaman lebur NH-Fuse
Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan
rendah 220 V, untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang
disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun
karena beban lebih
2) Penghubung netral
Nilai pengenal arus dan penghubung netral harus sama dengan nilai
pengenal nominal unit pengaman lebur untuk fase. Jepitan harus sama juga
dengan urut pengaman lebur untuk fase.
3) Hubungan keluaran
Hubungan keluaran melalui bagian bawah dari perangkat hubung bagi dan
harus terdiri dari tiga terminal penghubung fase dan satu terminal
penghubung netral. Terminal penghubung harus didesain sehingga dapat
digunakan untuk kabel tembaga dengan luas penampang maksimum 150
mm2 dan harus disediakan lubang yang sesuai dengan diameter 13 mm
lengkap dengan ring dan mur baut.
4) Pemisah isolasi
Setiap dua atau lebih unit-unit pengaman lebur kutub tunggal fase yang
sama, harus dipisahkan dari fase-fase lainnya dengan pemisah isolasi. Di
bagian bawah PHB, pemisah vertikal harus dipasang untuk memisahkan
setiap keluaran. Pemisah vertikal tersebut dapat dipindahkan
sepanjang palang isolasi dan terbuat dari bahan yang kokoh dan tahan air.
5) Penghalang
30
Penghalang di desain untuk menutup setiap keluaran utama jika tiga buah
pelebur HRC dilepas. Terbuat dari bahan yang kokoh dan tahan air serta
dapat diukur untuk pengamanan.
6) Pemeriksaan
Pemeriksaan harus dapat dilakukan dengan memasukkan tang-ampere meter
pada setiap fase keluaran, tepat di bawah setelah penjepit bawah urut
Suatu panel secara permanen terpasang pada kerangka perangkat hubung bagi
untuk menampung atau tempat pemasangan berapa peralatan sebagai berikut :
a. Satu keluaran untuk lampu penerangan gardu distnbusi
b. Satu keluaran untuk lampu penerangan umum
c. Tiga Amperemeter kebutuhan maksimum
d. Satu keluaran untuk lampu indikator hubung singkat
e. Kotak-kontak dan lain-lain.
Terminal pembumian harus terpasang pada kerangka yang terbuat dari tembaga
atau kuningan dan dilengkapi dengan dua buah mur dan tiga buah ring. Sesuai
untuk hubungan konduktor pembumian tembaga 50 mm2. Terminal pembumian
tersebut ditempatkan dipermukaan bagian depan salah satu dari kerangka
penopang pada ketinggian 30 cm dari dasar PHB.
3.2.3.6 Pengawatan
31
Kabel tembaga berisolasi PVC sekurang – kurangnya 2,5 mm2 untuk rangkaian
kontrol dan 4 mm2 untuk pengukuran harus digunakan untuk semua instalasi di
dalam PHB. Kabel tembaga harus memiliki warna yang sama atau penandaan
yang sama dengan penandaan fase atau label yang dihubungkan.
3.2.3.7 Perlengkapan
Setiap perangkat hubung bagi harus dikirim sebagai satu kesatuan dengan semua
perlengkapan yang diperlukan, antara lain sebagai berikut :
a. Satu kunci berisolasi untuk menyetel penjepit unit pengaman lebur
b. Empat penghalang
c. Satu alat berisolasi untuk memasang dan melepas unit pengaman lebur.
kerangka tambahan yang dibaut dengan kerangka PHB utama. Penopang silang
pada bagian bawah dari kerangka akan digunakan untuk menahan ujung kabel
keluaran.
PHB tegangan rendah pasang luar harus dilengkapi dengan kabinet kedap air dan
32
akan terpasang di luar bangunan sebagai gardu distribusi pasangan tiang pada
ketinggian 1,2 m dari permukaan tanah. Kabinet harus dilengkapi dengan
gantungan perangkat dan perlengkapan lain yang sesuai termasuk mur dan baut
untuk pemasangan pada lengan penopang yang terpasang pada tiang beton atau
besi. Konstruksi kabinet harus kokoh dan kedap air. Terbuat dari pelat baja
dengan ketebalan tidak kurang dari 3 mm. Kabinet harus memiliki pintu yang
dilengkapi engsel di bagian depan dan harus bisa dikunci. Kabinet harus dibuat
sedemikian sehingga air, rayap, dan burung tidak dapat masuk kedalamnya.
Papan Hubung Bagi ( PHB ) berdasarkan standart ini digunakan dalam kondisi
pelayanan sebagai berikut :
a. Suhu udara sekitar
Suhu udara sekitar tidak melebihi + 40°C dan rata – ratanya dalam 24 jam
tidak lebih 35°C
Kondisi udara harus bersih dan kelembaban nisbinya tidak melebihi 50% pada
suhu maksimum +40°C. Kelembaban nisbi yang lebih tinggi diijinkan pada suhu
yang lebih rendah, misalnya 90% pada +20°C. Harus diperhatikan bahwa
pengembunan sewaktu – waktu dapat terjadi karena perubahan suhu.
33
3.2.4.5 Kondisi selama pengangkutan, penyimpanan, dan pemasangan
b. Frekuensi pengenal : 50 Hz
c. Tingkat isolasi dasar ( puncak ) : 6 kV
d. Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik :
- PHB 250/500/630 A : 15 kA
- PHB 800 A : 20 kA
- PHB 1200 A : 25 kA
- PHB 2000A : 35 kA
3.2.5 Penandaaan
PHB tegangan rendah untuk Gardu Distribusi harus dilengkapi pelat nama yang
terbuat dari logam, terpasang pada posisi yang dapat / mudah terlihat. Semua
informasi harus jelas, tidak mudah lepas dan tidak mudah terhapus dengan
digravir.
34
e. Tegangan pengenal
f. Frekuensi pengenal
g. Arus pengenal
h. Diagram kutub tunggal
i. Standart desain
3.2.6 Pengujian
Uji rutin dimaksud untuk mendeteksi adanya gangguan pada hasil suatu
pekerjaan. Pengujian ini dilakukan pada setiap pekerjaan baru hasil dari rakitan
atau setiap unit bagian.
35
3.2.6.3 Uji serah terima
Uji serah terima adalah pengujian yang dilakukan terhadap sejumlah barang
(kelompok) untuk menentukan apakah kelompok tersebut diterima atau ditolak
karena tidak memenuhi kriteria yang sebelumnya ditetapkan. Pengujian ini
bertujuan menguji kembali hal – hal yang seharusnya telah dilakukan oleh
pabrikan pada waktu pengujian rutin.
36
BAB IV
PEMELIHARAAN PAPAN HUBUNG BAGI TEGANGAN
RENDAH (PHB–TR)
4.1.1 Pengertian
Dalam persiapan pemeliharaan ini sesuai yang tertera pada Standing Operating
System ( SOP ).
a. Perkakas kerja : Kunci shok, kunci ring, tang pres, tang kombinasi, obeng,
gergaji besi, cutter.
b. Alat bantu : Tangga, skakel – stok, radio HT, tongkat Tester 20 kV, kendaraaan
roda empat.
c. APD / K3 : Sepatu isolasi 20kV, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung tangan
kulit, helm pengaman
d. Alat ukur : Megger 1000V, earth – tester ( megger tanah ), multi – tester, cek
37
fasa.
4.1.2.2 Material
Thiner, vaselin elektrik, kertas ampelas, isolasi, NH fuse, sepatu kabel sesuai yang
dibutuhkan.
38
4.1.3 Pemeriksaan pemeliharaan
a. Sebagian atau seluruh alat kontak hangus akibat terjadi busur api yang besar.
b. Sebagian atau seluruh alat kontak kotor akibat terjadinya loss kontak.
c. Buka tutup alat kontak tidak serempak karena terjadinya alat mekanis sudah
a. Permukaan jepit ( ground plate ) dan alat kontak pelebur serta permukaan
sepatu kabel bersih dan dilapisi dengan vaselin jenis netral
b. Seluruh permukaan alat kontak pelebur harus terhubung dengan penjepitnya
c. Jenis sepatu kabel yang terhubung antara busbar, pelebur dan kabel jurusan
harus terbuat dari bahan yang sama dengan busbar dan kabel jurusan
d. Ukuran sepatu kabel harus sesuai dengan ukuran kabel
e. Luas permukaan sepatu kabel yang terhubung dengan busbar minimal sama
dengan penampang kabelnya
f. Luas penampang bagian dalam selongsong sepatu kabel minimal sama dengan
penampang kabelnya
g. Pengencangan mur baut untuk menghubungkan sepatu kabel dengan busbar
harus disesuaikan
39
3) Ukur dan catat suhu alat sambung – hubung pada saklar utama dan fuse
pengaman saluran
4) Amati dan catat adanya kelainan – kelaian pada PHB – TR dalam keadaan
beroperasi
b. Prosedur pemeliharaan PHB – TR pada gardu distribusi dalam keadaan bebas
tegangan Gardu Pasangan Luar :
atas. Ukur tahanan isolasi terminal masuk maupun keluar ground plate
terhadap body
f. Periksa kondisi busbar dan isolator dudukannya
g. Periksa kekencangan pengikatan mur-baut antara terminal masuk ground-plate
NH-Fuse dengan busbar
h. Oleskan vaseline netral pada penjepit dan pisau fuse
40
4.1.3.6 Langkah pemeliharaan alat ukur peralatan bantunya
e. Masukkan PMB 3
f. Ukur tegangan dan urutan fasa TR, pastikan tegangan dan urutan fasa sudah
benar
g. Masukkan saklar utama, amati ada kelainan - kelainan
h. Ukur tegangan pada busbar TR
i. Operasikan saluran jurusan dengan cara :
1) Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul kemudian nh
fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada
saluran jurusan
2) Untuk pelanggan 3 fasa : masukkan saluran nh fuse, sebelum saklar utama
dimasukkan
Setiap kegiatan dan kejadian dalam pemeliharaan jaringan harus selalu dibuatkan
laporannya. Fungsi laporan diharapkan dapat membantu manajemen dalam :
41
a. Menilai kondisi jaringan, rating / rayon dst.
b. Mengetahui tindakan untuk memperbaiki kualitas dan keandalan jaringan
sebelum terjadi gangguan
c. Memperkirakan kebutuhan material dan biaya pemeliharaan
a. Pemadaman
1) Karena gangguan atau direncanakan
2) Jumlah pelanggan yang padam
3) Sebab pemadaman
4) KWh yang tak tersalurkan
5) Pemakaian material untuk mengatasi gangguan
6) Prosedur pengamanan dalam pekerjaan pada instalasi tegangan tinggi
7) Pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan pekerjaan pemeliharaan
8) Pengoperasian kembali
42
Gambar 4.3 Membuka Saklar Utama
43
Gambar 4.6 Pemeliharaan pada NH- Fuse dengan Pemberian Vaselin
44
Gambar 4.9 Masukan FCO
45
Gambar 4.12 Pemeliharaan Daerah Luar Sekitar PHB –TR
46
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
47
3) Kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, hendaknya selalu mengacu pada
SOP yang berlaku agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
4) Agar setiap pekerjaan berjalan dengan lancar, perlu adanya koordinasi antar
pelaksanan pekerjaan.
5) Pelaksana pekerjaan harus menjalankan peranannya sesuai dengan pembagian
job yang telah diberikan.
6) K3 berkaitan erat dengan setiap disiplin ilmu yang ada oleh karena itu aspek
K3 harus diperkhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan di dalam maupun diluar
ruangan.
7) Data yang dituliskan sebelum dan sesudah pelaksanaan pekerjaan harus sesuai
agar tidak mengulur waktu dan tidak ada kesalahan komunikasi antar
anggota.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
LAMPIRAN 1
SOP PEMELIHARAAN PHB-TR
LAMPIRAN 2
LAPORAN KEGIATAN
HARIAN PKL
Nama : Ligan Budi Pratomo (3.31.12.1.11)
Kelas : LT 3 B
Prodi : Teknik Listrik
Kegiatan : Praktik Kerja Lapangan (PKL)