Anda di halaman 1dari 99

OPTIMASI UNJUK KERJA

KOMPRESOR SENTRIFUGAL 014K101 FOC II


PT. PERTAMINA (Persero) RU IV CILACAP

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :
Nama Mahasiswa : Mohammad Fahri Andira
NIM : 14431004
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Konsestrasi : Teknik Mesin Kilang
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : III (Tiga)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL
STEM Akamigas

Cepu, Juni 2017


KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-
Nya, karena Kertas Kerja Wajib (KKW) yang berjudul OPTIMASI UNJUK
KERJA KOMPRESOR SENTRIFUGAL 014K101 FOC II PT. PERTAMINA
(Persero) RU IV CILACAP telah dapat penulis selesaikan dengan baik.
Kertas Kerja Wajib (KKW) ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan
tingkat III program diploma IV pada program studi Teknik Mesin Kilang STEM
Akamigas Cepu.
Kertas Kerja Wajib ini dapat diselesaikan juga berkat dorongan, saran, serta
bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Drs. R. Y. Perry Burhan, M.Sc., selaku Ketua STEM
Akamigas.
2. Bapak Purwanto, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Kertas Kerja Wajib
dan Ketua Program Studi Teknik Mesin Kilang.
3. Bapak Ervan, selaku Section Head Maintenance Area VI
4. Bapak Niasian Simanjuntak , selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
5. Bapak dan Ibu Dosen STEM Akamigas.
6. Kedua orang tua yang selalu mendoakan selama pelaksanaan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Kertas
Kerja Wajib (KKW) ini.

Cepu, Juni 2017


Penulis,

Mohammad Fahri Andira


No Mhs. 14431004

i
INTISARI

Platformer Unit merupakan unit yang bertugas untuk menaikkan angka


oktan naptha rendah menjadi naptha platformate dengan angka oktan tinggi,
dengan bantuan katalis dan gas hidrogen. Umpan Platformer yaitu treated naptha
dengan kapasitas 2660 ton/hari. Platformer adalah reformer katalis dengan
menggunakan katalisator platina. Pembentukan naptha platformate memerlukan
bantuan katalis dan penambahan unsur H2 (hidrogenasi) sehingga dapat terbentuk
naptha platformate dengan angka oktan tinggi. Dalam proses hidrogenasi
memerlukan sirkulasi gas hidrogen yang baik, maka digunakan kompresor
sentrifugal untuk mensirkulasikan gas hidrogen. Pada unit 014 digunakan
kompresor 014K101 untuk mensirkulasikan gas hidrogen dari 014V101 menuju ke
dalam sistem reaktor, maka perlu diperhatikan kehandalan dari kompresor tersebut,
untuk menjamin kelancaran proses. Kompresor 014K101 merupakan kompresor
sentrifugal 6 stage dalam satu casing. Kompresor 014K101 diproduksi oleh
DRESSER CLARK dengan kapasitas normal sebesar 9090,54 m3/HR dan head
politropik 18461 kgf.m/kg membutuhkan daya 1112 kW dengan putaran 9330 rpm.
Evaluasi unjuk kerja dilakukan dengan membandingkan kondisi normal dengan
hasil perhitungan berdasarkan termodinamika pada kondisi aktual.

Kata kunci : kompresor senrifugal, kondisi operasi, evaluasi, optimasi.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
INTISARI ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR NOTASI vi
DAFTAR LAMPIRAN vii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Sistematika Penulisan 3
1.5 Peta Lokasi 4

II. ORIENTASI UMUM


2.1 Sejarah Singkat Kilang PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap 5
2.2 Tugas dan Fungsi Terkait 8
2.3 Struktur Organisasi 8
2.4 Sarana dan Fasilitas 9

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Pengertian Kompresor 10
3.2 Klasifikasi Kompresor 10
3.3 Kompresor Sentrifugal 11
3.4 Perhitungan Unjuk Kerja Kompresor 16
3.5 Rerate Kompresor 25
3.6 Parameter yang Mempengaruhi Unjuk Kerja 26
3.7 Karakteristik Unjuk Kerja 29
3.8 Batas Operasi Kompresor 31

IV. PEMBAHASAN
4.1 Fungsi Kompresor 14K101 34
4.2 Diagram Alir 35
4.3 Data Spesifikasi Kompresor 35
4.4 Data Operasi Kompresor 37
4.5 Gas Properties 40
4.6 Perhitungan Unjuk Kerja Kompresor 44
4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unjuk Kerja Kompresor 52
4.8 Optimasi Unjuk Kerja Kompresor 52
4.9 Perhitungan Ulang Kompresor 55

iii
Halaman
V. PENUTUP
5.1 Simpulan 64
5.2 Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Peta Lokasi PT. Pertamina (persero) RU IV Cilacap 4
Gambar 3.1 Klasifikasi Kompresor 11
Gambar 3.2 Aliran Fluida Pada Kompresor 12
Gambar 3.3 Bagian Bagian Utama Kompresor Sentrifugal 14
Gambar 3.4 Karakteristik Unjuk Kerja Pada Putaran Tetap 30
Gambar 3.5 Karakteristik Unjuk Kerja Pada Putaran Variabel 31
Gambar 3.6 Karakteristik Operasi Kompresor 32
Gambar 4.1 Kompresor 014K101 34
Gambar 4.2 Diagram Alir Kompresor 014K101 35

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Kompresor ............................................................ 35
Tabel 4.2 Data Spesifikasi Penggerak Kompresor ........................................... 36
Table 4.3 Data Kondisi Operasi Rated Data Sheet .......................................... 37
Tabel 4.4 Data Kondisi Operasi Aktual ........................................................... 38
Tabel 4.5 Konversi Satuan ............................................................................... 39
Tabel 4.6 Data Kondisi Operasi Penggerak ..................................................... 39
Tabel 4.7 Komposisi Gas ................................................................................. 40
Tabel 4.8 Molecular Weight, Critical Pressure dan Critical Temperature ..... 41
Tabel 4.9 Molal Heat Capacity ........................................................................ 42
Tabel 4.10 Rekapitulasi Perhitungan Unjuk Kerja Kompresor .......................... 52
Tabel 4.11 Molal Heat Capacity Perhitungan Ulang ......................................... 59
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Ulang ............................................. 63

vi
DAFTAR NOTASI

SATUAN
NOTASI KETERANGAN
Sistem British Sistem Metrik

A Luas penampang
inchi2 cm2
silinder
d
inchi mm
Diameter
CHP Daya kompresor Hp kW
cp Panas jenis pada
Btu/lbm-mol-0R kJ/kmol K
tekanan tetap
cv Panas jenis pada
Btu/lbm-mol-0R kJ/kmol K
volume tetap
DHP Daya penggerak Hp kW
GHP Daya fluida Hp kW
H Head ft.lbf/lbm kNm/kg
h Enthalpy Btu/lbm kJ/kg
h Isentropic enthalpy Btu/lbm kJ/kg
I Kuat arus listrik Ampere Ampere
i Jumlah silinder - -
k Rasio panas jenis - -
L Panjang langkah Inchi Mm
Lm Kerugian mekanis Hp kW
Aliran massa lb/menit kg/jam
Mn Mach number - -
MW Berat molekul lbm/lbm-mol kg/kmol
n Eksponen politropik - -
N Putaran Rpm Rpm
P Tekanan Psia kg/cm2a; kPa
Pc Tekanan kritis Psia kPa
Pr Tekanan tereduksi - -
Q Volume flow CFM m3/jam
R Konstanta gas spesifik ft-lbf/lbm R -

vii
Ru Konstanta gas universal ft-lbf/lb-mole R kNm/kmolK
0 0
T Temperatur F; R C; K
Tc Temperatur kritis R K
Tr Temperatur tereduksi - -
V Tegangan Volt Volt
Z Faktor kompresibilitas - -
Z Index Siklus - -
Efisiensi % %

Subscript :

act Aktual
avg Rata rata
Comp Kompresor
E Efektif
Isen Isentropik
Max Maksimal
Mek Mekanik
Mix Campuran
N Kondisi normal
Pol Politropik
S Kondisi standard
Trans Transmisi
St Turbin Uap
1 Inlet
2 Discharge

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap


Lampiran 2 : Struktur Organisasi Maintenance Area VI
Lampiran 3 : Diagram Alir Unit 14 Platformer
Lampiran 4 : Data Sheet Kompresor 014K101
Lampiran 5 : Data Sheet Turbin Uap 014K101T
Lampiran 6 : Gambar Konstruksi Kompresor 014K101
Lampiran 7 : Gambar Konstruksi Turbin Uap 014K101T
Lampiran 8 : Tabel Gas Properties
Lampiran 9 : Tabel Molal Heat Capacity
Lampiran 10 : Grafik Faktor Kompresibilitas
Lampiran 11 : Grafik Uap Mollier
Lampiran 12 : Efficiency Convertion Chart and Temperature Rise Factor
Lampiran 13 : Approx. Polytropic Efficiency

ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Platformer Unit (Unit 014) berfungsi untuk menaikkan angka oktan naptha

rendah menjadi naptha platformate dengan angka oktan tinggi, dengan bantuan

katalis dan gas hidrogen. Umpan Platformer yaitu treated naptha dengan kapasitas

1650 ton/hari. Platformer adalah reformer katalis dengan menggunakan katalisator

platina.

Proses platforming terdiri dari dua seksi proses yang dirancang untuk dua

jenis operasi, yaitu :

a. Low Severity Operation, menghasilkan platformate dengan kadar butan

maksimum 0,8 % berat dan mempunyai angka oktan 92.

b. High Severity Operation, menghasilkan platformate dengan kadar butan

maksimum 2,3 % berat dan mempunyai angka oktan 96.

Pembentukan naptha platformate memerlukan bantuan katalis dan

penambahan unsur H2 (hidrogenasi) sehingga dapat terbentuk naptha platformate

dengan angka oktan tinggi. Pada unit 014 digunakan kompresor 014K101 untuk

mensirkulasikan gas hidrogen dari 014V101 menuju ke dalam sistem reaktor, maka

perlu diperhatikan kehandalan dari kompresor tersebut untuk menjamin kelancaran

proses. Diperlukan perawatan yang tepat untuk mempertahankan kehandalan dan

memperpanjang usia kerja kompresor serta langkah langkah peningkatan unjuk

kerja apabila unjuk kerja kompresor mengalami penurunan. Optimasi unjuk kerja

kompresor dimaksudkan untuk memaksimalkan unjuk kerja kompresor yang

didasarkan dari kondisi kompresor saat ini.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi kurikulum di STEM Akamigas.

2. Studi banding materi yang didapat selama perkuliahan dengan keadaan di

lapangan.

3. Menambah pengetahuan yang berguna bagi penulis dalam hal evaluasi

unjuk kerja kompresor.

4. Dapat melakukan optimasi unjuk kerja kompresor berdasarkan unjuk kerja

aktual kompresor di lapangan.

5. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan materi sebagai sumbangan

pemikiran untuk pengembangan di masa yang akan datang.

1.3 Batasan Masalah

Dalam KKW ini penulis menitik beratkan pada hal hal berikut:

1. Evaluasi unjuk kerja kompresor berdasarkan kondisi aktual.

2. Perbandingan unjuk kerja Normal dengan unjuk kerja aktual kompresor.

3. Pembahasan tidak mencakup tahanan sistem.

4. Langkah langkah optimasi berdasarkan hasil evaluasi unjuk kerja dengan

cara merubah variabel operasi dan peralatan mekaniknya.

Diharapkan mendapatkan hasil yang representative.

2
1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan KKW ini dibagi dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai

berikut:

I. PENDAHULUAN

Menguraikan mengenai latar belakang, tujuan, batasan masalah, sistematika

penulisan KKW, dan peta lokasi.

II. ORIENTASI UMUM

Menguraikan mengenai Sejarah PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap,

tugas dan fungsi terkait, struktur organisasi serta sarana dan fasilitas.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka berisi dasar teori kompresor sentrifugal, meliputi prinsip

kerja, karakteristik, bagian-bagian utama dan fungsinya, sistem penunjang,

rumus-rumus perhitungan unjuk kerja, parameter yang mempengaruhi

unjuk kerja.

IV. PEMBAHASAN

Evaluasi unjuk kerja kompresor sentrifugal, meliputi fungsi kompresor, data

spesifikasi, diagram alir, evaluasi unjuk kerja kompresor, perbandingan

unjuk kerja Normal dengan unjuk kerja aktual, langkah-langkah optimasi

berdasarkan unjuk kerja.

V. PENUTUP

Mengambil simpulan data Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan saran.

3
1.5 Peta Lokasi

PT. Pertamina (persero) RU IV Cilacap terletak di Jalan M. T. Haryono No. 77

Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Provinsi

Jawa Tengah. Secara geografis letak PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap berada

pada titik koordinat garis lintang dan garis bujur 742'16.3"S 10900'20.4"E atau

dengan titik koordinat desimal 7.704520, 109.005681.

Apabila kita ingin melihatnya melalui situs Google Maps, maka dapat diakses

melalui URL: https://goo.gl/mQK9Pp .

Gambar 1.1 Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Singkat

Minyak Bumi merupakan salah satu sumber daya alam penghasil energi. Di

Indonesia minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk

penyedia energi guna pembangunan di segala bidang. Sejalan dengan pembangunan

yang meningkat dengan pesat maka kebutuhan minyak bumi akan terus bertambah.

Untuk itu pemerintah membangun kilang-kilang pengolahan minyak bumi salah

satunya adalah RU (Refinery Unit) IV yang berlokasi di kota Cilacap, Provinsi Jawa

Tengah. Kilang minyak ini dibangun dan beroperasi sejak tahun 1976 yang

dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, untuk

mendapatkan produk BBM (Bahan Bakar Minyak) dan juga bahan dasar minyak

pelumas serta aspal. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petrolium

Maattschapij (SIPM). Kontraktor pelaksananya adalah Fluor Daniel Eastern Inc.

berkapasitas 100.000 barrel/hari (bph) dengan jenis crude oil ALC (Arabian Light

Crude), ILC (Iranian Light Crude), dan BLC (Basrah Light Crude) yang kemudian

dikenal dengan nama Kilang I terdiri dari :

1. Fuel Oil Complex I (FOC I) yang menghasilkan BBM dan Long Residue sebagai

umpan di Lube Oil Complex.

2. Lube Oil Complex I (LOC I) yang menghasilkan bahan dasar minyak pelumas

(Lube Base Stock) dan aspal.

3. Utilities I sebagai sarana pendukung operasi.

4. Oil Movement (OM) sebagai penampung produksi.


Seiring bertambahnya kebutuhan akan BBM dan NBM (Non Bahan Bakar Minyak)

serta untuk mengurangi ketergantungan impor BBM dari luar negeri maka

pembangunan Kilang II dimulai pada tahun 1981 yang dirancang oleh Universal

Oil Product (UOP) untuk FOC II dan Shell International Petrolium Maattschapij

(SIPM) untuk LOC II dengan kontraktor Fluor Daniel Eastern Inc. berkapasitas

200.000 barrel/hari (bph) dan mengolah minyak mentah dari domestik yang

berkadar belerang rendah dengan komposisi umpan 80% Arjuna Crude Oil dan 20%

Attaka Crude Oil yang terdiri dari :

1. Fuel Oil Complex II (FOC II) yang menghasilkan BBM.

2. Lube Oil Complex II (LOC II) menghasilkan Lube Base dan aspal.

3. Utilities II sebagai sarana pendukung operasi.

4. Perluasan Area Oil Movement.

Dengan perluasan ini maka kapasitas kilang RU IV Cilacap menjadi 300.000 bph.

Pada tahun 1987 Kilang Paraxylene dibangun untuk tujuan mengurangi

ketergantungan impor paraxylene yaitu bahan baku PTA (Purified Terepthalic

Acid) Plaju. Umpan Kilang Paraxylene menggunakan naptha dari Kilang FOC II

dengan kapasitas produksi 270.000 ton/tahun. Kemudian dilanjutkan dengan

proyek Debottlenecking pada tahun 1997 dimaksudkan untuk mengoptimalkan unit

kilang yang ada dengan berbagai modifikasi sehingga kapasitas kilang FOC I dan

FOC II meningkat.

Perubahan yang dilakukan Debottlenecking Project meliputi :

1. Mengganti analog control system ke Distributed Control System.

2. Menaikan kapasitas FOC I dari 100.000 bph ke 118.000 bph.

6
3. Menaikan kapasitas FOC II dari 200.000 bph ke 230.000 bph.

4. Pembangunan kilang LOC III dan sarana penunjangnya.

Setelah proyek Debottlenecking kapasitas keseluruhan untuk minyak mentah

menjadi 348.000 bph dan meningkatkan produksi Lube Base Stock menjadi

428.000/tahun. Tahun 2004 kilang SRU dirancang oleh Black & Veatch dan

dibangun oleh kontraktor PT Siemen Daelim dengan tujuan emesi gas SOx yang

terpapar ke lingkungan akibat hasil pembakaran off gas di flare, sekaligus

meningkatkan nilai tambah (add value) dari off gas. Mengolah off gas buangan ke

flare system dari kilang FOC I, FOC II, dan LOC III dengan cara H2S dalam off

gas diabsorbsi dan diolah menjadi sulphur, fraksi LPG, sweet fuel gas dan

kondensat dengan kapasitas pengolahan sebesar 25.000 kg/jam. Pada tahun 2012

dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dikerjakan oleh PT.

ELNUSA dan dioperasikan pada bulan Juni 2013 dengan design kapasitas

pengolahan 1000 m3/hari. Karena berlimpahnya produk bottom terutama LSWR

dan IFO yang nilai jualnya lebih rendah dari crude oil dan untuk meningkatkan

margin serta kompleksitas pengolahan makan PT. Pertamina RU IV Cilacap sejak

2012 telah membangun kilang RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) oleh PT.

Gold Star (GS) Korea Selatan dengan design kapasitas 61.000 bph.

7
2.2 Tugas Dan Fungsi Terkait

Maintenance Execution bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan kilang RU

IV Cilacap. Tugas pokok Maintenance Execution adalah melaksanakan pekerjaan

pemeliharaan dan perbaikan peralatan kilang terdiri dari perawatan rutin, perawatan

non-rutin, overhaul, modifikasi, emergency dan TA untuk seluruh peralatan

mekanik (rotating dan stationary), listrik, instrument dan sipil. Sedangkan untuk

area 2 (Fuel Oil Complex 2 dan Lube Oil Complex 2) tugas pemeliharaan dan

peralatan kilang diampu oleh Maintenance Area 1.

2.3 Struktur Organisasi

Pertamina RU IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager yang

pelaksanaannya dibantu oleh beberapa manajer dan kepala bidang serta kepala

bagian dengan tugas dan tanggung jawab masing masing. Restrukturisasi yang

sedang berlangsung di Pertamina bertujuan untuk mengurangi biaya, meningkatkan

kualitas produksi barang dan jasa, serta mencari peluang baru. Sehubungan dengan

itu struktur organisasi dirancang dan diarahkan mengefektifkan dan

menyederhanakan proses pencapaian operasi kilang yang aman, efisien dan handal.

Begitu juga kegiatan-kegiatan penunjang tidak mengganggu bisnis utama. Orientasi

perusahaan dari Cost Center menjadi Profit Center. Struktur Organisasi

Maintenance Execution RU IV Cilacap dibagi menjadi dua yaitu ME 1 dan ME 2

yang masing masing membawahi bagian bagian sebagai berikut :

8
1. Maintenance Execution 1 membawahi :

a. Bagian MA 1

b. Bagian MA 2

c. Bagian MA 3

d. Bagian MA 4

e. General Maintenance

2. Maintenance Execution 2 membawahi :

a. Bagian MA 5

b. Bagian MA 6

c. Bagian MA 7

d. Workshop

Untuk diagram organisasi terlampir pada lampiran 1 dan 2.

2.4 Sarana dan Fasilitas

Dalam mendukung kelancaran operasi kilang minyak PT. Pertamina RU IV

Cilacap, tidak lepas dari sarana dan fasilitas penunjang. Berikut merupakan sarana

dan fasilitas penunjang kegiatan operasional RU IV Cilacap diantaranya :

- Unit Komplek Perumahan Karyawan, berisi sarana pendidikan, olah raga,

seni budaya, dan rumah ibadah.

- Unit penunjang Utilities berupa fasilitas Distribusi Produk Utilities.

- Unit Logistik/Pengadaan, yang melayani semua kebutuhan material RU IV

Cilacap.

- Workshop dan Teknik Pemeliharaan, yang melayani repair/rekondisi,

konstruksi dan memelihara peralatan-peralatan kilang.

9
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Kompresor 1:1)

Kompresor adalah suatu peralatan yang digunakan untuk menaikan tekanan

dari fluida yang dapat dikompresi (compressible). Kompresor dapat beroperasi

dengan tekanan rendah sampai tekanan tinggi diatas tekanan atmosfer. Tekanan

keluar memiliki tingkatan dari tekanan atmosferis sampai dengan tekanan tinggi di

atas 10000 lb/in2 1:1)


. Kenaikan tekanan yang terjadi diakibatkan oleh proses

pemampatan terhadap fluida yang berlangsung secara berkala atau terus-menerus.

3.2 Klasifikasi Kompresor 1:2)

Berdasarkan cara pemampatan fluida kerja, secara umum kompresor dapat

diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu :

b. Pemampatan Berselang

Pemampatan berselang yaitu pemampatan terhadap fluida kerja yang

dilakukan secara berkala atau periodik. Kompresor yang menggunakan cara

pemampatan berselang disebut kompresor pemindah positif.

c. Pemampatan Kontinyu

Pemampatan kontinyu yaitu pemampatan terhadap fluida kerja yang masuk

kompresor sampai keluar kompresor dilakukan secara terus menerus.

Kompresor yang memakai pemampatan kontinyu yaitu kompresor dinamis

dan ejector.
Klasifikasi kompresor secara menyeluruh dapat dilihat pada gambar berikut:

Compressors

Intermittent Flow Continuous Flow

Positive Displacement Dynamic Ejector

Reciprocating Rotary Radial Flow Mixed Flow Axial Flow

Mechanic Piston Sliding Vane Centrifugal Mixed Flow Axial


Liquid Piston
Helical Lobe
Straight Lobe

Gambar 3.1 Klasifikasi Kompresor 1:2)

Pada kertas kerja wajib ini pembahasan dititik beratkan pada kompresor sentrifugal.

3.3 Kompresor Sentrifugal

Kompresor sentrifugal bekerja dengan cara memindahkan energi pada sudu

dengan dasar pembelokan aliran sehingga energi kinetik pada fluida bertambah

seiring bertambahnya kecepatan alirannya. Proses ini terjadi pada komponen

kompresor yang bergerak (impeller). Setelah melewati impeller, fluida tersebut

melewati diffuser yang berfungsi untuk merubah energi kinetik (kecepatan) menjadi

energi potensial (tekanan).

11
Gambar 3.2 Aliran Fluida Dalam Kompresor 1:148)

3.3.1 Prinsip Kerja

Kompresor sentrifugal termasuk dalam kelompok kompresor pemampatan

terus-menerus dengan prinsip kerja sebagai berikut:

1. Energi kecepatan diberikan kepada fluida kerja (udara/gas) oleh impeller.

2. Selanjutnya pada stationary element energi kecepatan fluida diubah menjadi

tekanan.

3. Volume dari fluida mengecil karena pemampatan akibatnya tekanan keluar

lebih tinggi dari pada tekanan masuk kompresor.

4. Proses perubahan kecepatan pada rotating element dan perubahan tekanan

pada stationary element berlangsung secara terus-menerus.

12
3.3.2 Keuntungan Kompresor Sentrifugal 6:121-122)

Keuntungan kompresor sentrifugal bila dibandingkan dengan kompresor

reciprocating adalah sebagai berikut:

a. Biaya pemasangan awal lebih rendah di mana kondisi tekanan dan

volume yang menguntungkan.

b. Biaya pemeliharaan lebih rendah.

c. Dapat beroperasi secara terus menerus.

d. Efisiensi kompresor lebih tinggi pada rasio tekanan kurang dari 2.

e. Dapat beroperasi pada putaran tinggi, biaya perawatan penggerak rendah.

3.3.3 Klasifikasi Kompresor Sentrifugal

Secara umum kompresor sentrifugal dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

kelompok yaitu :

a. Klasifikasi kompresor sentrifugal ditinjau dari jumlah tingkat (stage)

1. Satu tingkat (single stage)

2. Banyak tingkat (multi stage)

b. Klasifikasi kompresor sentrifugal ditinjau dari tipe inlet guide vane

1. Fixed guide vane

2. Tanpa guide vane

13
3.3.4 Bagian Utama Kompresor dan Fungsinya

Gambar 3.3 Bagian Bagian Utama Kompresor Sentrifugal 11.)

Keterangan:

a. Bagian Statis : b. Bagian Dinamis :

1. Casing 8. Impeller

2. Guide Vane 9. Shaft

3. Eye Seal 10. Seal

4. Diffuser 11. Bearing

5. Return Bend 12. Balancing Drum

6. Return Channel

7. Diapraghm

14
Fungsi bagian utama kompresor sentrifugal :

1. Casing berfungsi sebagai pelindung dan pendukung dari bagian bagian yang

bergerak.

2. Guide Vane adalah sudu pengarah terletak pada sisi depan impeler (1st stage)

berfungsi untuk mengarahkan gas masuk tepat pada eye impeller.

3. Eye Seal adalah penyekat bagian depan impeller yang berfungsi untuk

menahan kebocoran fluida atau aliran balik fluida.

4. Diffuser berfungsi untuk merubah energi kinetik fluida menjadi energi

potensial.

5. Return Bend berfungsi untuk membelokkan arah fluida dari 1st stage ke 2nd

stage dan seterusnya.

6. Return Channel adalah saluran aliran balik fluida masuk ke stage berikutnya.

7. Diaphragm adalah rangkaian penyekat antara 1st stage dan 2nd stage dan

seterusnya.

8. Impeller untuk menaikkan/menambah kecepatan dan energi kinetik gas.

9. Shaft berfungsi sebagai tempat kedudukan impeller dan bearing serta

meneruskan daya dari penggerak ke impeller.

10. Seal adalah bentuk bentuk penyekat dan sistem penyekat yang berfungsi

untuk mencegah kebocoran udara/gas antar stage atau keluar ke atmosfer.

11. Bearing berfungsi untuk mendukung beban poros, impeller, kearah radial atau

aksial dan memperkecil gesekan.

12. Balancing Drum untuk menyamakan sebagian besar gaya aksial yang

ditimbulkan rotor.

15
3.4 Perhitungan Unjuk Kerja Kompresor

Unjuk kerja kompresor secara umum dapat dilihat dari beberapa parameter di

bawah ini yang meliputi :

a. Kapasitas Kompresor

b. Head

c. Efisiensi

d. Daya

Unjuk kerja yang dibandingkan adalah unjuk kerja aktual dengan unjuk kerja

rated. Unjuk kerja rated didapatkan dari kurva unjuk kerja yang disertakan saat

pembelian kompresor. Sedangkan untuk unjuk kerja aktual didapat dari perhitungan

berdasarkan data aktual dilapangan saat kompresor beroperasi.

Perhitungan unjuk kerja untuk kompresor sentrifugal secara umum ditinjau

dari 2 pendekatan yaitu:

1. Proses Isentropik (adiabatic reversible), adalah proses yang menggunakan

asumsi gas ideal dimana selam proses kompresi dan ekspansi tidak ada panas

yang masuk maupun keluar dari sistem atau proses yang berlangsung pada

entropy konstan.

Proses isentropik mengikuti persamaan 2:21) :

P.Vk = Constant ............................................................................... (3.1) 4:26)

2. Proses Politropik adalah proses yang mendekati keadaan aktual (sebenarnya),

yaitu semua besaran berubah baik proses kompresi atau ekspansi.

Proses politropik mengikuti persamaan 2:21) :

P.Vn = Constant ............................................................................... (3.2) 4:29)

16
Di mana :

P = tekanan

V = volume spesifik

n = 0 , P.Vn = Constant P = konstan (Proses Isobarik)

n = 1 , P.V = Constant T = konstan (Proses Isothermal)

n = k , P.Vk = Constant dq = 0 (Proses Isentropik)

n = , P.V = Constant V = konstan (Proses Isokorik)

3.4.1 Kapasitas Kompresor

Kapasitas kompresor adalah banyaknya volume gas/udara setiap satuan

waktu. Kapasitas kompresor dihitung dari sisi inlet yang dinyatakan dalam berbagai

satuan yaitu:

a. Standard Volume Flow (SCFM)

b. Normal Volume Flow (NCFM)

c. Inlet Volume Flow (ICFM)

d. Massa Flow Rate (Lbm/Menit)

3.4.1.1 Satuan Aliran 2:47-51)

Dalam unit satuan volume per satuan waktu dalam tiga kondisi yaitu:

1. Kondisi Standard (satuan British)

Aliran volumetrik gas diukur pada kondisi standard yaitu :

Tekanan = 14,73 Psia

Temperatur = 15,56 oC = 60 oF = 520

17
Unit satuan : SCFM (Standard Cubic Feet per Minute)

MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day)

2. Kondisi Normal (satuan Metrik/British)

Artinya aliran volumetrik gas diukur pada :

Tekanan = 1 atm = 1,033 kg/cm2 = 14,73 Psia

Temperatur = 0 oC = 273 K = 492 R

Unit satuan : NCMM (Normal Cubic Meter per Minute)

3. Kondisi Aktual

Aliran volumetrik gas diukur pada kondisi tekanan dan suhu aktual saat itu dan

diukur pada sisi inlet.

Unit satuan : ACFM (Actual Cubic Feet per Minute)

ICFM (Inlet Cubic Feet per Minute)

Untuk unit satuan berat per satuan waktu satuan yang digunakan adalah

1. British = lbm/menit

2. Metrik = kg/menit

3.4.1.2 Hubungan Antar Unit Satuan

a. Kondisi aktual dengan standard 2:50)

Ps Qs P1 Q1
= ............................................................................. 3.3)
Ts Zs T1 Z1

Di mana:

Ps = tekanan gas standard, Ps = 14,73 Psia

Qs = kapasitas standard, SCFM

18
Zs = faktor kompresibilitas standard, Zs 1,0

Ts = suhu gas standard, Ts = 520 R

P1 = tekanan gas aktual, Psia

Q1 = kapasitas gas aktual, ICFM

1 1
Z1 = faktor kompresibilitas pada P1 dan T1 (Pr = , Tr = ) pada grafik.

T1 = suhu gas aktual, R

Dengan memasukan parameter yang sudah diketahui pada persamaan 3.3

sehingga didapatkan:

14,73Qs P1 Q1
= ........................................................................ 3.4)
520 Zs T1 Z1

Sehingga:

P Z
Qs = 35,302 Q1 T1 Z s , SCFM atau
1 1

T Z
Q1 = 0,028327 Qs P1 Z1 , ICFM ........................................... 3.5)
1 s

b. Kondisi aktual dengan normal 2:52)

Pn Qn P1 Q1
= ............................................................................ 3.6)
Tn Zn T1 Z1

Di mana:

Pn = tekanan gas normal, Pn = 1,033 kg/cm2 = 14,73

Qn = kapasitas normal, NCFM

Zn = faktor kompresibilitas normal, Zn 1,0

Tn = suhu gas normal, Tn = 273 K = 492 R

19
Masukkan parameter yang diketahui pada permasaam 3.6 maka didapat:

14,73Qn P1 Q1
= ....................................................................... 3.7)
492 Zn T1 Z1

Sehingga diperoleh:

P Z
Qn = 33,401 Q1 T1 Zn , NCFM atau
1 1

T Z
Q1 = 0,029939 Qn P1 Z1 , ICFM .......................................... 3.8)
1 n

c. Laju aliran massa dengan kapasitas standard dan kapasitas aktual 2:154)

= Q ......................................................................................... 3.9)

Di mana:

144 P 53.35 1545


= Z R T dan R = atau R = MW maka
SG

144 P SG
= Q (53,35 Z T).................................................................. 3.10)

Untuk laju aliran massa dengan kapasitas standard dapat dihitung

menggunakan persamaan berikut:

144 Ps SG
= Qs (53,35 Z ) atau
T s s

144 14.7 SG
= Qs (53,35 Z 520) dengan penyederhanaan didapatkan:
s

SG
= Qs 0,0763 Z ..................................................................... 3.11)
s

20
Sedangkan untuk laju aliran massa dengan kapasitas aktual dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut:

144 P SG
= Q1 (53,35 Z1 T )............................................................ 3.12)
1 1

atau

144 P1 MW
= Q1 ( ) ..........................................................3.13)
1545 Z1 T1

3.4.2 Head

Head adalah besarnya kerja per satuan berat massa dan dinyatakan dalam

satuan lbf.ft/lbm atau N.m/kg. Dalam pencapaian kecepatan kompresor dan

kapasitasnya, head yang dibangkitkan oleh kompresor tidak terlepas dari sifat gas

yang dikompresi. Kenaikan tekanan yang dihasilkan bervariasi tergantung massa

jenis dari gas 9). Pada umumnya ada dua proses yang digunakan sebagai asumsi

dalam perhitungan head kompresor yaitu :

a. Proses Isentropik (Adiabatic Reversible), untuk perencanaan

b. Proses Politropik, untuk evaluasi unjuk kerja kompresor

1. Head Isentropik 2:24)

Untuk proses isentropik (gas ideal), head isentropik dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :


(k-1)
53,35 k P k
Hisen = SG Zav (k-1) T1 {(P2 ) -1} ......................... 3.14)
1

21
Untuk menghitung harga eksponen isentropik (k) dapat menggunakan

persamaan berikut:

Cp Cp
k = C = C - 1,986 ....................................................................... 3.15) 2:39)
v p

Sedangkan untuk head aktual berdasarkan proses isentropik dapat dihitung

menggunakan persamaan:

H
Hact = isen , lbf.ft/lbm ................................................................... 3.16)
isen

Di mana:

(k-1)
P2 k
( )
P1
-1
isen = T1 { }
.................................................................. 3.17)
T2 - T1

2. Head Politropik 2:24)

Head politropik adalah besarnya head yang dibutuhkan kompresor pada

proses politropik dengan kondisi gas masuk dan keluar kompresor yang sama.

Head politropik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:


(n-1)
53,35 n P n
Hpol = SG Zav (n-1) T1 {(P2 ) -1} ........................3.18)
1

Untuk menghitung harga eksponen politropik (n) dapat menggunakan persamaan

berikut:

T
n-1 ln(T2 )
1
= P atau
n ln( )2
P1

P
ln(P2)
n= 1 1:37)
P2 T2 ............................................................................ 3.19)
ln(P ) - ln(T )
1 1

22
Sedangkan untuk menghitung head aktual dapat menggunakan persamaan di

bawah ini:

Hpol
Hact = , lbf.ft/lbm .................................................................... 3.20) 2:25)
pol

Di mana:

(k-1)
P2 k
ln ( )
P1
pol = {
T
}
.......................................................................... 3.21)
ln(T2)
1

3.4.3 Daya

Daya adalah kerja yang dilakukan setiap satuan waktu. Ada beberapa daya

yang berhubungan dengan gas yaitu:

1. Daya Gas (GHP) 2:34)

Daya gas adalah daya yang diterima oleh gas atau disebut juga sebagai daya

aerodynamic, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

H
GHP = 33000 ............................................................................. 3.22)

2. Daya Kompresor (CHP) 2:69)

Daya kompresor dapat dihitung dengan persamaan berikut:

GHP
CHP = .................................................................................... 3.23)
m

Di mana untuk efisiensi mekanik dihitung dengan persamaan berikut:

GHP
mek = DHP ........................................................................ 3.24)
trans

23
Daya kompresor sering disebut juga sebagai Brake Horse Power (BHP). BHP

dapat dihitung dengan persamaan berikut:

BHP = GHP + lm .............................................................................. 3.25) 2:143)

3. Daya Penggerak (DHP)

Daya penggerak yang diberikan pada kompresor dihitung sebagai berikut:

a. Motor Listrik

V I cos 3
DHP = ......................................................... 3.26) 12...)
7457

b. Turbin uap 5:460)

DHP = m (h1 - h2 ) ................................................................. 3.27)

Sedangkan untuk perhitungan efisiensi turbin uap menggunakan rumus

sebagai berikut:

h - h'
st = h1 - h 2 ............................................................................. 3.28)
1 2

c. Motor Bakar 7:585)

Pe L A i N
DHP = 33000 ........................................................ 3.29)
12 Z'

Di mana:

Z = 1 (motor bakar 2 langkah)

Z = 2 (motor bakar 4 langkah)

24
3.5 Rerate Kompresor

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan rating ulang suatu

kompresor sentrifugal adalah sebagai berikut:

1. Kecepatan Masuk Kompresor

Dalam praktiknya kecepatan masuk kompresor maksimal yang diijinkan

adalah 140 ft/sec atau 43 m/s. kecepatan maksimal yang diijinkan dapat

dihitung menggunakan persamaan berikut:

k1 Z1 T1
Vmax = 140 26,1 140 ft/sec (British) atau
MW

k1 Z1 T1
Vmax = 43 14,5 43 m/sec (Metrik) ............................ 3.30)2:140)
MW

Sedangkan untuk menghitung kecepatan masuk actual menggunakan

persamaan berikut:

Q1
Vact = 3,06 2 (British) atau
dn

Q1
Vact = 354 2 (Metrik) ............................................................... 3.31)2:140)
dn

2. Putaran

Putaran setelah dilakukan rating ulang dapat dihitung menggunakan

persamaan berikut :

H
Nrerate = Noriginal H rerate ........................................................... 3.32)2:141)
original

25
3. Daya

Daya yang diperlukan setelah dilakukan rating ulang dapat dihitung

menggunakan persamaan berikut:

H Q
CHPrerate = CHPoriginal H rerate Q rerate ................................. 3.33)2:143)
original original

3.6 Parameter yang Mempengaruhi Unjuk Kerja

Secara umum unjuk kerja kompresor sentrifugal dipengaruhi oleh hal hal

berikut ini:

1. Suhu gas masuk kompresor

2. Tekanan gas masuk kompresor

3. Jenis gas

4. Faktor kompresibilitas

5. Putaran kompresor

6. Laju aliran massa

7. Mach number

8. Reynold number

9. Specific speed

3.6.1 Pengaruh Suhu Gas Masuk

Saat suhu gas masuk kompresor naik maka kerapatan gas akan turun hal ini

dapat mengakibatkan penurunan laju aliran massa gas pada kapasitas yang sama.

Hal ini dapat dilihat pada persamaan 3.9 dimana jika massa jenis gas turun maka,

laju aliran massa akan ikut turun. Sama halnya dengan daya yang dibutuhkan

kompresor akan menurun, dapat dilihat pada persamaan 3.22.

26
3.6.2 Pengaruh Tekanan Gas Masuk

Pada kompresor dengan putaran dan aliran volume yang konstan, penurunan

tekanan gas masuk kompresor akan mengakibatkan beberapa al berikut ini:

1. Laju aliran massa turun

2. Tekanan gas keluar kompresor turun

3. Laju aliran massa turun

4. Tekanan gas keluar kompresor turun

5. Daya yang dibutuhkan turun

Untuk menjaga tekanan keluar konstan maka kompresor diharuskan

beroperasi dengan putaran yang lebih tinggi dan kebutuhan tenaga akan bertambah

besar.

3.6.3 Pengaruh Jenis Gas

Bila specific gravity (SG) turun, sedangkan kompresor beroperasi pada

volume dan putaran tetap, maka laju aliran massa akan turun. Untuk mendapatkan

tekanan gas keluar kompresor tetap, maka head kompresor harus dinaikkan dengan

cara menaikkan putaran kompresor. Perubahan terhadap perbandingan specific heat

terlihat jelas bahwa semakin kecil harga k maka semakin besar perbandingan

tekanan yang dihasilkan.

3.6.4 Pengaruh Faktor Kompresibilitas

Semakin besar harga Z dan kapasitas konstan akan menyebabkan penurunan

laju aliran massa. Sedangkan bila diharapkan head yang diharapkan konstan, maka

perbandingan tekanan akan turun sedangkan kebutuhan tenaganya tetap.

27
3.6.5 Pengaruh Putaran

Perubahan putaran kompresor akan berpengaruh banyak pada karakteristik

kompresor. Dengan naiknya putaran kompresor akan mengakibatkan:

1. Naiknya kapasitas kompresor sebanding dengan kenaikan putarannya.

2. Naiknya laju aliran massa sebanding dengan kenaikan putarannya.

3. Naiknya head yang dihasilkan akan sebanding dengan putaran pangkat 2.

4. Naiknya daya yang dibutuhkan akan sebanding dengan putaran pangkat 3.

Hal tersebut sesuai dengan azas fan law.

3.6.6 Pengaruh Laju Aliran Massa

Pada kondisi awal yang sama, maka kenaikan laju aliran massa

mengharuskan kenaikan kapasitasnya, maka hal ini akan meyebabkan

meningkatnya kebutuhan daya yang dibutuhkan kompresor.

3.6.7 Pengaruh Mach Number

Mach number adalah perbandingan kecepatan gas dengan kecepatan suara

pada saat yang sama. Untuk Compressor Mach Number atau Machine Mach

Number dinyatakan dengan persamaan berikut:


n
D2 60
MN machine = ..................................................... 3.34) 2:57)
g 53,35 k Z1 T1
SG

28
Mach number akan sangat berpengaruh terhadap faktor kompresibilitas, terutama

nilai MN melebihi 0,4 0,6. Naiknya faktor kompresibilitas akan merubah

distribusi kecepatan sepanjang sudu impeller, hal ini akan menambah pembebanan

pada sudu. Kompresor akan mengalami choke dan surge lebih awal, hal ini akan

mengurangi flow range dan juga efisiensi puncaknya.

3.6.8 Pengaruh Reynold Number

Reynold number adalah suatu bilangan yang membedakan jenis aliran suatu

fluida. Reynold number sangat berpengaruh pada friction factor, hal ini akan

besarnya friction loss. Dengan berubahnya kerugian karena gesekan, hal ini akan

merubah head capacity curve yang dimiliki oleh kompresor.

3.7 Karakteristik Unjuk Kerja

Karakteristik unjuk kerja kompresor sentrifugal pada umumnya ada dua jenis

yaitu :

1. Karakteristik unjuk kerja pada putaran tetap

2. Karakteristik unjuk kerja pada putaran variabel

3.7.1 Karakteristik Unjuk Kerja Pada Putaran Tetap

Karakter ini menunjukan hubungan kapasitas dalam CFM pada absis dengan

head politropik, efisiensi, dan daya pada ordinat. Grafik unjuk kerja pada putaran

tetap biasanya dibuat pada kondisi tertentu seperti tekanan, temperatur, dan MW

dari suatu jenis gas.

29
Gambar 3.4 Karakteristik Unjuk Kerja Kompresor Pada Putaran Tetap

3.7.2 Karakteristik Unjuk Kerja Pada Putaran Variabel

Perubahan Kapasitas yang terjadi berbanding langsung dengan putaran, head

yang dibangkitkan berbanding pangkat dua dengan putaran dan daya yang

diperlukan berbanding pangkat tiga dengan putaran.

Dalam persamaan ditulis:

Q N H N2 CHP N3
= , = , = .................................................... 3.35) 6:134)
Q 1 N1 H1 N21 CHP1 N31

di mana subscript 1 menyatakan nilai pada kondisi setelah berubah.

Dengan putaran yang berubah-ubah maka beban dan kondisi tekanan kompresor

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan proses, yang dibatasi oleh kemampuan

kompresor dan penggerak.

30
Gambar 3.5 Karakteristik Unjuk Kerja Kompresor Pada Putaran Variabel

3.8 Batas Operasi Kompresor

Berdasarkan dari operasinya kompresor sentrifugal dibatasi oleh kondisi kerja

yaitu :

a. Surge (batas minimum kapasitas operasi kompresor)

b. Stone Wall (batas maksimum kapasitas operasi kompresor)

Gambar 3.5 menunjukkan karakteristik operasi dari kompresor sentrifugal yang

dibatasi oleh garis kondisi surge dan garis kondisi stone wall dalam berbagai variasi

putaran.

31
Gambar 3.6 Karakteristik Operasi Kompresor 6:156)

3.8.1 Surge

Surge merupakan batas kritis (minimum) kapasitas operasi kompresor.

Surge terjadi karena aliran balik gas dari discharge menuju suction.

Penyebab terjadinya surge pada kompresor sentrifugal adalah sebagai berikut:

a. Kapasitas masuk kompresor dibawah batas yang diijinkan.

b. Rasio kompresor yang tinggi karena besarnya hambatan sistem pada pipa

discharge.

32
Untuk menghindari terjadinya surge, maka perlu adanya peralatan pengendali anti

surge (anti surge control), sebagai berikut:

1. Control valve anti surge pada recycle line untuk kompresor dengan

penggerak putaran tetap.

2. Speed controller penggerak.

3. Kombinasi Keduanya.

3.8.2 Stone Wall

Stone Wall batas maksimum kapasitas kompresor pada putaran tertentu. Bila

stone wall terjadi maka kompresor tidak dapat menghasilkan tekanan discharge

yang melebihi tekanan suction.

Penyebab dari terjadinya stone wall adalah sebagai berikut :

1. SG atau MW gas secara tiba tiba berubah semakin rendah.

2. Hambatan pada sistem pipa dischage.

Stone wall jarang terjadi dilapangan oleh karena itu tidak diperlukan peralatan

pengaman. Untuk menghindari terjadinya stone wall maka kompresor hendaknya

dioperasikan pada range efisiensi yang tinggi dan pada putaran normal.

33
IV. PEMBAHASAN

4.1 Fungsi Kompresor 014K101

Gambar 4.1 Kompresor Sentrifugal 014K101

Kompresor 014K101 merupakan kompresor sentrifugal, yang digerakkan oleh

turbin uap. Kompresor 014K101 digunakan untuk mensirkulasikan gas hidrogen

sisa reaksi dari vessel 014V101 menuju ke dalam sistem reaktor. Recycle gas

ditekan sampai 12 kg/cm2g dengan temperatur 35 oC 45 oC kemudian dialirkan

kembali menuju sistem reaktor dan sebagian ke Unit lainnya yang membutuhkan

yang sebelumnya ditambah fresh gas sebagai make up.

Dalam melakukan optimasi unjuk kerja kompresor tersebut perlu dilakukan

evaluasi unjuk kerja kompresor aktual terlebih dahulu. Optimasi unjuk kerja

kompresor dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja kompresor atas unjuk kerja

saat ini.
4.2 Diagram Alir

Diagram alir kompresor dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

REACTOR PRODUCT & COMPRESSOR UNIT

TO FLARE

014K102

MP STEAM
014R103
014E102A & B 014K101 014K101T

014V101
LP STEAM
014E103A & B

014F101
014E106
014C101
014P101 A/B

Gambar 4.2 Diagram Alir Kompresor 014K101

Diagram alir unit Platformer terlampir pada lampiran 3.

4.3 Data Spesifikasi Kompresor

Data berikut berisi tentang data kompresor beserta penggeraknya. Data

spesifikasi memuat service, type, sampai kondisi operasi desain. Berikut merupakan

data spesifikasi dari kompresor dan penggerak kompresor:

a. Data spesifikasi kompresor

Tabel 4.1 Data Spesifikasi Kompresor

Manufacture DRESSER CLARK


Service Recycle Gas Compressor
Item Number 014K101
Model 553B6
Type of Compressor Centrifugal

35
Type of Driver Steam Turbine
Gas Handled H2 + HC
Normal Inlet Pressure 8,19 kg/cm2 Abs
Normal Inlet Temperature 38 oC
Normal Inlet Volume 62952 m3/hr
Normal Discharge Pressure 12,09 kg/cm2 Abs
Normal Discharge Temperature 77,9 oC
Normal Pressure Ratio 1,48
Power Required 1112 kW
Compressor Speed 9330 rpm
Max. Work Press 14,06 kg/cm2 g
Hydrostatic Press Test 21,09 kg/cm2 g

Data kompresor diperoleh dari data sheet pada lampiran 4.

b. Data spesifikasi penggerak kompresor

Tabel 4.2 Data Spesifikasi Penggerak Kompresor

Manufacture Turbodyne
Service 553B6 Compressor
Item Number 014K101T
Model 3U
Type Multistage Back Pressure
Turbine Type Horizontal/Vertical Horizontal
Casing Split Horizontal/Vertical Horizontal
No. Stages 3
Rotor Solid/Built Up Combination Solid
Normal Power 1112 kW
Normal Steam Rate 17,2 kg/kWh
Normal Speed 9330 rpm
First Critical Speed 5700 rpm
Second Critical Speed 12500 rpm
Max Inlet Pressure 19,5 kg/cm2 g
Max Inlet Temperature 340 oC
Tahun 1990

Data penggerak kompresor diperoleh dari data sheet pada lampiran 5.

36
4.4 Data Kondisi Operasi Kompresor

Data kondisi operasi kompresor yang akan dibahas ada dua yaitu data kondisi

operasi normal dan data kondisi operasi aktual. Data kondisi operasi dapat

diperoleh dari data sheet kompresor, sedangkan untuk data kondisi operasi aktual

kompresor diperoleh dari log sheet operator berdasarkan pengamatan langsung

dilapangan atau dari DCS. Data yang diambil berupa data secara umum sedangkan

untuk data lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

4.4.1 Data Kondisi Operasi Normal Data Sheet

Tabel 4.3 Data Kondisi Operasi Normal Data Sheet

NORMAL CONDITIONS
Gas Handled H2+HC
Capacity, Nm3/HR 62952
Mass Flow, kg/HR 16761
Inlet Conditions
2
Pressure, kg/cm a 8,19
Temperature, oC 38
Relative Humidity (%) -
Molecular Weight (MW) 5,97
CP/Cv (k1) or (kAVG) 1,328
Compressibility (Z1) or (ZAVG) 1,005
Discharge Conditions
Pressure, kg/cm2a 12,09
Temperature, oC 77,9
CP/Cv (k2) or (kAVG) 1,320
Compressibility (Z2) or (ZAVG) 1,006

kW Required 1120
Speed (rpm) 9330
Polytropic Head (m) 18461
Polytropic Effisiensi (%) 80,3

37
4.4.2 Data Kondisi Operasi Aktual

Berikut merupakan data operasi kompresor 014K101 pada tanggal 6 12

Februari 2017.

Tabel 4.4 Data Kondisi Operasi Aktual

Flow Suction Discharge Speed


Date Time Rate Press Temp Press Temp
Rpm
Nm3/hr 2
kg/cm g o
C 2
kg/cm g o
C
6/2/2017 06:00 47530 7,5 36 10,6 74,7 7590
6/2/2017 14:00 49630 7,5 36 10,8 79,6 7576
6/2/2017 22:00 47320 7,5 37 10,8 76,2 7587
7/2/2017 06:00 47250 7,5 35 10,8 74,6 7589
7/2/2017 14:00 51030 7,5 38 10,8 79,7 7577
7/2/2017 22:00 49070 7,5 35 10,9 75,6 7604
8/2/2017 06:00 48510 7,5 35 10,9 75,6 7592
8/2/2017 14:00 51590 7,5 40 10,9 79,3 7577
8/2/2017 22:00 50400 7,5 43 10,8 75,5 7593
9/2/2017 06:00 50400 7,5 35 10,8 74,8 7591
9/2/2017 14:00 52640 7,5 32 10,8 76,8 7587
9/2/2017 22:00 46620 7,5 34 10,5 74,2 7584
10/2/2017 06:00 44800 7,5 35 10,5 72,9 7581
10/2/2017 14:00 49000 7,5 40 10,8 78,3 7564
10/2/2017 22:00 45920 7,5 40 10,7 75,4 7590
11/2/2017 06:00 45220 7,5 36 10,7 74,3 7588
11/2/2017 14:00 47880 7,5 36 10,7 76,7 7586
11/2/2017 22:00 44520 7,5 35 10,7 74,5 7578
12/2/2017 06:00 47530 7,5 36 10,7 74,1 7575
12/2/2017 14:00 49630 7,5 36 10,8 74,6 7571
12/2/2017 22:00 47320 7,5 35 10,8 73,2 7587
Average 48276,7 7,5 36,43 10,75 75,74 7584,14

38
Konversi tekanan dan temperatur inlet dan discharge dalam berbagai satuan.

Tabel 4.5 Konversi Satuan

Konversi
Suction
P 7,50 kg/cm2g 8,533 kg/cm2a 106,69 Psig 121,42 Psia
o o
T 36,43 C 97,57 F 309,43 K 557,57 R
Discharge
P 10,75 kg/cm2g 11,783 kg/cm2a 152,92 Psig 167,65 Psia
o o
T 75,74 C 168,34 F 348,74 K 628,34 R

Tabel 4.6 Data Kondisi Operasi Penggerak

Mass Inlet Outlet


Date Time Flow Press Temp Press Temp
t/day kg/cm2g o
C kg/cm2g o
C
6/2/2016 6:00 315,84 18,5 335,42 3,6 215
6/2/2016 14:00 333,36 18,8 334,61 3,6 214
6/2/2016 22:00 320,16 18,8 335,31 3,6 215
7/2/2016 6:00 319,92 18,8 335,90 3,6 214
7/2/2016 14:00 336,24 18,8 335,07 3,7 215
7/2/2016 22:00 323,52 18,8 335,41 3,7 216
8/2/2016 6:00 323,04 18,8 335,76 3,7 215
8/2/2016 14:00 340,56 18,8 334,79 3,7 215
8/2/2016 22:00 328,08 18,5 335,43 3,5 214
9/2/2016 6:00 327,60 18,5 335,22 3,5 213
9/2/2016 14:00 325,68 18,7 336,22 3,5 212
9/2/2016 22:00 321,12 18,7 336,74 3,6 215
10/2/2016 6:00 311,04 18,7 336,87 3,5 216
10/2/2016 14:00 319,44 18,7 335,82 3,5 213
10/2/2016 22:00 311,76 18,6 336,61 3,5 210
11/2/2016 6:00 309,12 18,8 337,13 3,5 210
11/2/2016 14:00 315,12 18,7 336,61 3,5 210
11/2/2016 22:00 310,32 18,7 337,28 3,5 212
12/2/2016 6:00 312,00 18,8 337,00 3,6 215
12/2/2016 14:00 321,12 18,8 337,08 3,6 215
12/2/2016 22:00 315,36 18,8 336,49 3,6 215
Average 321,25 18,72 336,04 3,58 213,76

39
4.5 Gas Properties

Perhitungan gas properties meliputi perhitungan nilai k, MW dan faktor

kompresibilitasnya (Z).

4.5.1 Komposisi Gas

Gas yang dilayani oleh kompresor 014K101 adalah H2+HC dan yang paling

dominan adalah hidrogen. Data komposisi gas didapat dari data analisis gas yang

bisa diperoleh di laboratorium . Data analisis gas yang digunakan untuk perhitungan

kompresor ini diambil pada tanggal 6 14 Februari 2016. Secara umum data

mengenai gas yang dihandle oleh kompresor sentrifugal 14K1 dapat dilihat pada

tabel 4.7 :

Tabel 4.7 Komposisi Gas


Date 7-Feb 9-Feb 11-Feb 14-Feb
AVG
Gas 2017 2017 2017 2017
SG 0,2719 0,2051 0,1905 0,1899 0,2144
Composition, % mol
O2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
N2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
CO 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
CO2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
H2S 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
H2 86,2 88,9 90,3 89,7 88,775
C1 3,5 3,3 2,9 3,1 3,2
C2- 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
C2 3,1 2,9 2,6 2,9 2,875
C3- 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
C3 2,4 2,1 1,9 2,1 2,125
iC4 0,8 0,7 0,6 0,7 0,7
nC4 0,7 0,6 0,5 0,6 0,6
iC5 0,6 0,5 0,4 0,5 0,5
nC5 0,3 0,3 0,2 0,3 0,275
C6 + 2,4 0,7 0,6 0,1 0,95
Total 100 100 100 100 100

40
Berikut adalah tabel perhitungan berat molekul campuran, tekanan kritis campuran

dan temperatur kritis campuran.

Tabel 4.8 Molecular Weight, Critical Pressure dan Critical Temperature

Komposisi % mol MW Pc Tc Pc mix Tc mix


Gas MW
Aktual Normal mix (Psia) (R) (Psia) (R)

O2 0,0 0,00 32,00 0,000 730 278 0,000 0,000


N2 0,0 0,00 28,02 0,000 492 223 0,000 0,000
CO 0,0 0,00 28,01 0,000 510 242 0,000 0,000
CO2 0,0 0,00 44,01 0,000 1073 548 0,000 0,000
H2S 0,0 0,00 34,08 0,000 1306 673 0,000 0,000
H2 88,8 90,31 2,016 1,79 183 60 162,46 53,265
C1 3,2 2,95 16,042 0,51 673 344 21,54 11,01
C2- 0,0 0,00 28,05 0,000 742 510 0,000 0,000
C2 2,9 2,05 30,068 0,86 708 550 20,36 15,81
-
C3 0,0 0,00 42,08 0,000 668 658 0,000 0,000
C3 2,1 1,54 44,094 0,94 617 666 13,11 14,15
iC4 0,7 0,40 58,12 0,41 529 735 3,70 5,15
nC4 0,6 0,51 58,12 0,35 551 766 3,31 4,60
iC5 0,5 0,27 72,146 0,36 483 330 2,42 1,65
nC5 0,3 0,14 72,146 0,20 489 347 1,34 0,95
C6 + 1,0 1,83 86,17 0,82 440 915 4,18 8,69
Total 100 100 - 6,24 - - 232,41 115,28

41
Sedangkan untuk perhitungan Mcp dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9 Molal Heat Capacity

Mcp at (oF) Mcp Mcp


%
Gas (Suct) (Disch)
mol
50 100 150 200 97,57 168,34 Mix Mix
O2 0,0 6,992 7,028 7,077 7,120 7,03 7,09 0,0 0,0
N2 0,0 6,955 6,957 6,963 6,972 6,96 6,97 0,0 0,0
CO 0,0 6,957 6,963 6,973 6,986 6,96 6,98 0,0 0,0
CO2 0,0 8,705 9,004 9,288 9,355 8,99 9,31 0,0 0,0
H2S 0,0 8,091 8,182 8,269 8,359 8,18 8,30 0,0 0,0
H2 88,8 6,860 6,906 6,934 6,954 6,90 6,94 6,13 6,16
C1 3,2 8,380 8,650 8,970 9,300 8,64 9,09 0,28 0,29
C2- 0,0 10,02 10,68 11,40 12,08 10,68 11,65 0,0 0,0
C2 2,9 12,13 12,96 13,78 14,68 12,92 14,11 0,37 0,41
C3- 0,0 14,75 15,77 16,80 17,88 15,72 17,20 0,0 0,0
C3 2,1 16,82 18,21 19,58 20,90 18,14 20,06 0,39 0,43
iC4 0,7 22,10 23,96 25,82 27,62 23,87 26,48 0,17 0,19
nC4 0,6 22,83 24,51 26,16 27,80 24,43 26,76 0,15 0,16
iC5 0,5 27,59 29,90 32,20 34,44 29,79 33,02 0,15 0,17
nC5 0,3 28,27 30,30 32,39 34,41 30,20 33,13 0,08 0,09
C6 + 1,0 33,87 36,23 38,70 41,08 36,12 39,57 0,34 0,38
Total 100 - - - - - 8,05 8,26

Data rasio panas jenis dapat dilihat pada lampiran 10.

4.5.2 Rasio Panas Jenis

Mcpmix (Molal Heat Capacity) adalah panas jenis molal pada tekanan

konstan, kondisi campuran. Perhitungan nilai k dapat menggunakan persamaan

3.15 untuk kondisi inlet nilai Mcp1 = 8,05 BTU/lbmol R dan untuk kondisi

discharge nilai Mcp2 = 8,26 BTU/lbmol R

42
a. Kondisi Inlet

Mcp1 8,05
k1 =
Mcp1 - 1,986 = 8,05 - 1,986 = 1,328

b. Kondisi Discharge

Mcp2 8,26
k2 =
Mcp2 - 1,986 = 8,26 - 1,986 = 1,317

c. Harga k Rata Rata

(k1 + k2)
kavg =
2
(1,328 + 1,317)
kavg = = 1,323
2

4.5.3 Faktor Kompresibilitas

Nilai faktor kompresibilitas (Z) diperoleh dari grafik (lampiran 10) yang

terlebih dahulu menentukan nilai Pr dan Tr. Sedangkan untuk nilai Pc mix = 232,41

Psia dan nilai Tc mix = 115,28 R.

a. Faktor Kompresibilitas Inlet

P 121,42 Psia
Pr1 = 1 = = 0,52
Pc 232,41 Psia

T1 557,57 R
Tr1 =
Tc = 115,28 R = 4,84

Dari hubungan Pr1 dan Tr1 pada grafik Z diperoleh nilai Z1 = 1,00

b. Faktor Kompresibilitas Discharge

P 167,65 Psia
Pr2 = 2 = = 0,72
Pc 232,41 Psia

T 628,34 R
Tr2 = Tc2 = 115,28 R = 5,45

Dari hubungan Pr2 dan Tr2 pada grafik Z diperoleh nilai Z2 = 1,00

43
c. Faktor Kompresibilitas Rata Rata (Zav)

(Z1 + Z2)
Zavg =
2
(1,00 + 1,00)
Zavg = = 1,00
2

d. Faktor Kompresibilitas Pada Kondisi Normal

P 14,73 Psia
Prn = n = = 0,0218
Pc 675 Psia

Tn 492 R
Trn =
Tc = 379 R = 1,298

Dari hubungan Prn dan Trn pada grafik Z diperoleh nilai Zn = 1

4.6 Perhitungan Unjuk Kerja Kompresor

Dalam evaluasi unjuk kerja kompresor diperlukan perhitungan mengenai

kapasitas, head politropik, efisiensi politropik dan daya dari kompresor tersebut.

4.6.1 Kapasitas Kompresor

Sistem satuan yang digunakan adalah sistem metrik dan british dalam kondisi

Normal dan Aktual.

a. Aliran Volume

Pada log sheet tercatat kapasitas normal rata rata adalah sebesar 48276,7

Nm3/hr. Untuk menentukan kapasitas inlet kompresor maka digunakan

persamaan 3.8 :

T1 Z1
Q1 = 0,029939 Qn , ICFM
P1 Zn

48276,7 Nm3 35.315 ft3 1 hr


Qn = x = 28414,86 NCFM
1 hr 1 Nm3 60 min

44
557,57 1,0
Q1 = 0,029939 28414,86 = 3906,54 ICFM
121,42 1,0

Konversi satuan dari kondisi aktual british ke dalam kondisi aktual metrik :

3906,54 ft3 1 m3 60 min


Q1 = 3
1 min 35,315 ft 1 hr

Q1 = 6637,19 m3 /hr

b. Laju Aliran Massa

untuk laju aliran massa dengan kapasitas aktual dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.12 :

144 P1 SG
= Q1 ( ) ,lbm/min
53,35 Z1 T1

144 121,42 0,2144


= 3906,54 ( ) = 492,31 lbm/min
53,35 1 557,57

Konversi satuan dari kondisi aktual british ke dalam kondisi aktual metrik:

492,31 lbm 1 kg 60 min


= = 13396,19 kg/hr
1 min 2,205 lbm HR

Konversi satuan dari kg/hr metrik ke dalam Ton/day metrik:

13396,19 kg 1 Ton 24 hr
= = 321,51 Tonm/day
1 hr 1000 kg day

45
4.6.2 Head Aktual

Untuk dapat menghitung head actual, maka perlu dihitung terlebih dahulu

head politropik dan efisiensi politropiknya. Untuk menghitung head politropik

dapat menggunakan persamaan 3.18 :

(n-1)
53,35 n P2 n
Hpol = Zav T1 {( ) -1}
SG (n-1) P1

Menghitung eksponen politropik (n) menggunakan persamaan 3.19 :

P
ln ( 2 )
P1
n=
P T
ln ( 2 ) ln ( 2 )
P1 T1

167,65
ln ( ) 0,323
121,42
n= =
167,65 628,34 0,323 - 0,120
ln ( ) - ln ( )
121,42 557,57

n = 1,591

Menghitung head p olitropik dengan SG dari hasil analisis gas sebesar 0,2144:

(n-1)
53,35 n P2 n
Hpol = Zav T1 {( ) -1}
SG (n-1) P1

(1,591 - 1)
53,35 1,591 167,65 1,591
Hpol = 1,00 557,57 {( ) -1}
0,2144 (1,591 - 1) 121,42

Hpol = 47554,06 lbf.ft/lbm

Konversi Hpol dari satuan british ke satuan metrik adalah sebagai berikut :

Hpol = 47554,06 2,989 , N.m/kg = 142139,09 N.m/kg

142139,09 N.m 1 kgf


Hpol =
1 kgm 9,81 N

Hpol = 14489,20 kgf.m/kgm

46
Menghitung pol dengan menggunakan persamaan 3.21 :

(k-1)
P k
ln {( 2 ) }
P1
pol =
T2
ln ( )
T1

(1,323 - 1)
167,65 1,323
ln {( ) }
121,42
pol =
628,34
ln ( )
557,57

pol = 0,6592 = 65,92 %

Menghitung head aktual dengan menggunakan persamaan 3.20 :

Hpol
Hact =
pol , kgf.m/kgm

14489,20
Hact =
0,6592 , kgf.m/kgm

Hact = 21979,98 kgf.m/kgm

4.6.3 Daya

Perhitungan daya meliputi GHP (Gas Horse Power), CHP (Compressor

Horse Power), dan DHP (Driver Horse Power).

a. GHP (Gas Horse Power)

Perhitungan daya gas dengan menggunakan persamaan 3.22 berikut :

H
GHP =
33000

492,31 47554,06
GHP =
33000 0,6592

GHP = 1076,21 HP = 1076,21 0,7457 , kW = 802,53 kW

47
b. DHP (Driver Horse Power)

Penggerak kompresor 014K101 merupakan turbin uap 014K101T dengan

data operasi pada tabel 4.6 sebagai berikut :

m = 321,25 T/Day = 13385,42 kg/hr = 29514,85 lbm/hr

T1 = 336,04 oC = 636,87 oF

T2 = 213,76 oC = 416,77 oF

P1 = 18,72 kg/cm2 g = 19,753 kg/cm2 abs = 280,89 Psia

P2 = 3,58 kg/cm2 g = 4,613 kg/cm2 abs = 65,60 Psia

Dari Grafik Uap Mollier lampiran 12 didapat data sebagai berikut :

h1 = 1330,5 Btu/lbm

h2 = 1190 Btu/lbm (Isentropic enthalpy)

st = 90 % (Approximate Turbine Efficiency) 7:89)

Dari data tersebut maka untuk menghitung daya turbin menggunakan

persamaan 3.27 di bawah ini.

DHP = m (h1 -h2 )

Terlebih dahulu mencari harga h2 aktual dengan menggukan persamaan 3.28

sebagai berikut :

h - h'
st = h1 - h 2
1 2

h2 = h1 - st (h1 -h'2 )

h2 = 1330,5 - 0,9 x (1330,5 - 1190)

h2 = 1204,05 Btu/lbm

48
Setelah nilai h2 aktual diketahui maka daya turbin uap dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.27 :

DHPs = m (h1-h2 )

DHPs = 29514,85 (1330,5 - 1204,05)

DHPs = 3732153 Btuhr

DHPs = 3732153 0,2931 = 1093894 Watt = 1093,894 kW

Untuk menghitung daya shaft turbin (DHPa) maka didapat data turbin kondisi

normal desain sebagai berikut.

Steam Rate = 17,2 Kg/ kW hr

T1 = 340 oC = 644 oF

P1 = 19,5 kg/cm2 g = 20,533 kg/cm2 abs = 292,08 Psia

P2 = 4,0 kg/cm2 g = 5,033 kg/cm2 abs = 71,60 Psia

Dari Grafik Uap Mollier lampiran 12 didapat data sebagai berikut :

h1 = 1335 Btu/lbm

h2 = 1210 Btu/lbm (Isentropic enthalpy)

st = 90 % (Approximate Turbine Efficiency) 7:89)

Dari data tersebut maka untuk menghitung daya turbin menggunakan

persamaan 3.27 di bawah ini.

DHPsd = m (h1 -h2 )

Terlebih dahulu mencari harga m dan h2 aktual dengan menggukan

persamaan 3.28 sebagai berikut :

m = DHPad x steam rate

m = 1112 kW x 17,2 Kg/kW hr

49
m = 19126,4 Kg/hr

2,205 lb
m = 19126,4 Kg/hr x = 42173,7 lb/hr
1 Kg

mencari harga m dan h2 aktual dengan menggukan persamaan 3.28 sebagai

berikut :

h1 - h'2
st =
h1 - h2

h2 = h1 - st (h1 -h'2 )

h2 = 1335 - 0,9 x (1335 - 1210)

h2 = 1222,5 Btu/lbm

Setelah nilai h2 aktual diketahui maka daya turbin uap dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.27 :

DHPsd = m (h1 - h2 )

DHPsd = 42173,7 (1335 - 1222,5)

DHPsd = 4744541,25 Btuhr

DHPsd = 4744541,25 0,2931 = 1390625 Watt = 1390,625 kW

Untuk menghitung daya shaft turbin, maka perlu dihitung efisiensi mekanik

turbin pada data desain sebagai berikut.

DHPt
mek =
DHPs

1112 kW
mek =
1390,625 kW

mek = 0,7996

mek = 79,96 %

50
Dari data tersebut maka untuk menghitung daya shaft turbin menggunakan

persamaan dibawah ini.

DHPa = DHPs x mek

DHPa = 1093,894 kW x 0,7996

DHPa = 874,68 kW

c. CHP (Compressor Horse Power)

Perhitungan daya kompresor dapat menggunakan persamaan 3.23 di bawah

ini.

GHP
CHP =
m

Terlebih dahulu mencari efisiensi mekanik dengan menggunakan persamaan

3.24 sebagai berikut :

GHP
mek =
DHPa trans

802,53
mek =
874,68 0,98

mek = 0,9362 = 93,62 %

Menghitung daya kompresor menggunakan persamaan 3.23 sebagai berikut:

GHP
CHP =
m

802,53
CHP =
0,9362

CHP = 857,22 kW

51
4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Unjuk Kerja Kompresor

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, untuk memudahkan

dalam membandingkan unjuk kerja aktual dengan kondisi desainnya maka penulis

membuat rekapitulasi perhitungan unjuk kerja kompresor sebagai berikut :

Tabel 4.10 Rekapitulasi Perhitungan Unjuk Kerja

Kondisi
Parameter
Normal Data Keterangan
Operasi Aktual
Sheet
Kapasitas 62952 Nm3/HR 48276,7 Nm3/HR Beroperasi pada 77 % dari
kondisi normal
9090,54 m3/HR 6637,19 m3/HR Turun 26,99 %
Head Politropik 18461 kgf.m/kg 14489,2 kgf.m/kg Turun 21,51 %
pol 80,3 % 65,92 % Turun 17,9 %
CHP 1112 kW 857,22 kW Turun 22,91 %
Speed 9330 rpm 7584,14 rpm Beroperasi pada putaran
81,3 % dari putaran normal

4.8 Optimasi Unjuk Kerja Kompresor

Sebelum melakukan optimasi unjuk kerja kompresor, maka perlu dilakukan

pembahasan mengenai hasil perhitungan unjuk kerja kompresor sebagai dasar atau

acuan melakukan optimasi. Berdasarkan hasil perhitungan unjuk kerja kompresor

yang telah dirangkum pada tabel 4.10 dan dibandingkan dengan data desainnya

maka dapat diambil beberapa bahasan sebagai berikut ini :

1. Kompresor 014K101 beroperasi pada 77 % dari kapasitas normal hal ini

terjadi karena berkurangnya kandungan gas hidrogen dalam recycle gas.

Akan tetapi kapasitas dari kompresor dapat ditingkatkan sesuai dengan

kebutuhan unit Platformer mengingat kompresor bekerja pada putaran 81,3

% dari putaran desainnya.

52
Besarnya kapasitas kompresor juga tergantung pada besarnya H2 to HC ratio

(minimal 1,6) untuk melindungi katalis dari endapan coke.

2. Kondisi dari head politropik turun sebesar 21,51 % disamping karena

putaran turun, juga disebabkan oleh perbandingan tekanan lebih rendah dari

pada perbandingan tekanan normal.

3. Efisiensi politropik turun sebesar 17,9 % menjadi 65,92 % yang disebabkan

putaran dari kompresor lebih rendah dari putaran normal yang berpengaruh

pada turunnya tekanan discharge. Turunnya tekanan discharge juga bisa

disebabkan karena terdapatnya impuritis atau kotoran di dalam kompresor,

bila impuritis terus menumpuk didalam kompresor maka tekanan discharge

semakin menurun dan temperatur discharge semakin tinggi, sehingga

efisiensi politropik juga semakin menurun.

4. Daya kompresor turun sebesar 22,91 % yang diakibatkan oleh turunnya

putaran kompresor.

Berdasarkan hasil evaluasi unjuk kerja tersebut, maka dalam melakukan

optimasi unjuk kerja kompresor menggunakan 2 pendekatan yaitu sebagai berikut :

1. Optimasi Dari Segi Proses

Menaikkan H2 to HC Ratio

Tujuan dari recycle gas adalah untuk mencegah terbentuknya coke pada

katalis yang dapat mengakibatkan keracunan katalis, selain itu juga

digunakan untuk proses hidrogenasi. Dengan menaikkan H2 to HC ratio,

maka dapat menjamin kebutuhan proses dapat terpenuhi.

53
Menaikan H2 to HC ratio dapat dilakukan dengan menambah kapasitas

kompresor dengan jalan menambah putaran kompresor.

2. Optimasi Dari Segi Mekanik

Meningkatkan Effisiensi Politropik

Meningkatkan effisiensi politropik dipengaruhi oleh meningkatkan

pressure ratio. Untuk dapat meningkatkan pressure ratio dengan

meningkatkan tekanan discharge kompresor. Hal ini bisa dilakukan

dengan meningkatkan kapasitas inlet aktual sehingga tekanan discharge

semakin tinggi. Tentunya untuk meningkatkan kapasitas inlet dilakukan

dengan menaikkan putaran. Hal ini sesuai pada kurva performa

kompresor pada lampiran. Tetapi daya yang dibutuhkan juga meningkat.

Namun bila dilihat pada grafik efisiensi politropik approximate pada

lampiran efisiensi politropik aktual jauh dibawah efisiensi minimal.

Mengatur Putaran

Dengan mengatur putaran kompresor maka dapat mempengaruhi unjuk

kerja kompresor yang meliputi kapasitas, head dan daya yang dibutuhkan

kompresor. Menaikkan putaran kompresor dapat menaikkan kapasitas

sehingga menjamin kebutuhan proses dapat terpenuhi, menaikkan head

kompresor sehingga kemungkinan keberhasilan transfer gas hidrogen

lebih besar. Namun dengan menaikkan putaran kompresor kebutuhan

daya akan menjadi lebih besar sehingga konsumsi steam meningkat.

Dalam mengatur putaran kompresor perlu diperhatikan karakteristik

kompresor untuk menghindari terjadinya surge dan stone wall.

54
4.9 Perhitungan Ulang Kompresor

Bila diinginkan kompresor 14K1 beroperasi dengan H2 to HC ratio 2,0

dengan kapasitas 55000 Nm3/hr, maka dilakukan perhitungan ulang kompresor

mengenai kapasitas, head politropik, efisiensi politropik dan daya dari kompresor

tersebut.

4.9.1 Kapasitas Kompresor

Untuk menentukan kapasitas inlet kompresor digunakan persamaan 3.8.

T1 Z1
Q1 = 0,029939 Qn , ICFM
P1 Zn

55000 Nm3 35.315 ft3 1 hr


Qn = x = 32372,1 NCFM
1 hr 1 Nm3 60 min

557,57 1,0
Q1 = 0,029939 32372,1 = 4450,59 ICFM
121,42 1,0

Konversi satuan dari kondisi aktual british ke dalam kondisi aktual metrik :

4450,59 ft3 1 m3 60 min


Q1 = 3
1 min 35,315 ft 1 HR

Q1 = 7561,53 m3 /HR

c. Laju Aliran Massa

untuk laju aliran massa dengan kapasitas aktual dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.12 :

144 P1 SG
= Q1 ( ) ,lbm/min
53,35 Z1 T1

144 121,42 0,2144


= 4450,59 ( ) = 560,87 lbm/min
53,35 1 557,57

55
Konversi satuan dari kondisi aktual british ke dalam kondisi aktual metrik:

560,87 lbm 1 kg 60 min


= = 15261,77 kg/hr
1 min 2,205 lbm HR

Konversi satuan dari kg/hr metrik ke dalam Ton/day metrik:

15805,99 kg 1 Ton 24 hr
= = 366,28 Ton/day
1 hr 1000 kg day

4.9.2 Putaran Kompresor

Menentukan Putaran menggunakan persamaan 3.35.

Qrerate
Nrerate = x Noriginal
Qoriginal

7561,53
Nrerate = x 7584,14 = 8640,36 rpm
6637,19

4.9.3 Head Politropik

Menentukan Head Politropik menggunakan persamaan 3.35.

N 2 rerate
Hpol (rerate) = x Hpol (original)
N 2 original

(8640,36)2
Hpol (rerate) = x 47554,06 = 61721,80 lbf.ft/lbm
(7584,14)2

Konversi Hpol dari satuan british ke satuan metrik adalah sebagai berikut :

Hpol = 61721,80 2,989 , N.m/kg = 184486,46 N.m/kg

184486,46 N.m 1 kgf


Hpol =
1 kgm 9,81 N

Hpol = 18805,96 kgf.m/kgm

56
4.9.4 Temperatur Dischrge Aktual
Menentukan temperatur discharge dapat dilakukan dengan menentukan

temperatur discharge approximate. Kemudian berdasarkan lampiran diperlukan

data data sebagai berikut.

a. Pressure Ratio

Untuk mencari pressure ratio diperlukan data-data sebagai berikut.

Hpol = 61721,80 lbf.ft/lbm SG = 0,2144 n = 1,591 (asumsi)

P1 = 121,42 Psia T1 = 557,57 R

Menghitung pressure ratio digunakan persamaan 3.18.


n
n-1
P2 Hpol x SG
rp = =( n +1)
P1 53,35 x T1 x (n-1)

1,591
1,591-1
P2 61721,80 x 0,2144
rp = =( +1) =1,51
P1 1,591
53,35 x 557,57 x (1,591-1)

Dari pressure drop diatas kita dapat mengetahui pressure discharge.

P2 = P1 x rp = 121,42 x 1,51 = 183,34 Psia

1 kg/cm2a
P2 = 183,34 Psia x = 12,89 kg /cm2 a
14,225 Psia

P2 = 12,89 - 1,033 = 11,857 kg/cm2 g

b. Adiabatik Eksponen

Perhitungan nilai k dapat menggunakan persamaan 3.15.

Mcp1 8,05
k1 = = = 1,328
Mcp1 - 1,986 8,05 - 1,986

57
c. Temperatur Discharge Aktual

Mencari temperatur discharge aktual menggunakan persamaan pada

lampiran 12. Untuk menentukan temperatur discharge aktual diperlukan data-

data dari kurva efisiensi politropik approximate pada lampiran dan kurva

pada lampiran sebagai berikut.

- T1 = 557,57 R

- pol (approx) = 72 % (didapat dari kurva efisiensi politropik approximate)

- X = 0,1 (didapat dari kurva konversi efisiensi)

- ad = 70 %

Dari data diatas digunakan persamaan pada lampiran sebagai berikut.

X x T1
T2 = ( ) +T1
ad

0,1 x 557,57
T2 = ( ) +557,57 = 637,22 R
0,7

T2 = 637,22 -460 = 177,22

5
T2 = (177,22-32) x = 80,68
9

4.9.5 Perhitungan Ulang Rasio Panas Jenis

Mcpmix (Molal Heat Capacity) adalah panas jenis molal pada tekanan

konstan, kondisi campuran. untuk perhitungan Mcp dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

58
Tabel 4.11 Molal Heat Capacity Perhitungan Ulang

Mcp at (oF) Mcp Mcp


%
Gas (Suct) (Disch)
mol
50 100 150 200 97,57 177,22 Mix Mix
O2 0,0 6,992 7,028 7,077 7,120 7,03 7,10 0,0 0,00
N2 0,0 6,955 6,957 6,963 6,972 6,96 6,97 0,0 0,00
CO 0,0 6,957 6,963 6,973 6,986 6,96 6,98 0,0 0,00
CO2 0,0 8,705 9,004 9,288 9,355 8,99 9,32 0,0 0,00
H2S 0,0 8,091 8,182 8,269 8,359 8,18 8,32 0,0 0,00
H2 88,8 6,860 6,906 6,934 6,954 6,90 6,94 6,13 6,17
C1 3,2 8,38 8,650 8,970 9,300 8,53 9,15 0,28 0,29
-
C2 0,0 10,02 10,68 11,40 12,08 10,69 11,77 0,0 0,00
C2 2,9 12,13 12,96 13,78 14,68 12,91 14,27 0,37 0,41
C3- 0,0 14,75 15,77 16,80 17,88 15,70 17,39 0,0 0,00
C3 2,1 16,82 18,21 19,58 20,90 18,10 20,30 0,39 0,43
iC4 0,7 22,10 23,96 25,82 27,62 23,86 26,80 0,17 0,19
nC4 0,6 22,83 24,51 26,16 27,80 23,99 27,05 0,15 0,16
iC5 0,5 27,59 29,90 32,20 34,44 29,31 33,42 0,15 0,17
nC5 0,3 28,27 30,30 32,39 34,41 29,60 33,49 0,08 0,09
C6 + 1,0 33,87 36,23 38,70 41,08 35,26 40,00 0,34 0,38
Total 100 - - - - - - 8,05 8,29

Perhitungan nilai k dapat menggunakan persamaan 3.15.

a. Kondisi Inlet

Mcp1 8,05
k1 =
Mcp1 - 1,986 = 8,05 - 1,986 = 1,328

b. Kondisi Discharge

Mcp2 8,29
k2 =
Mcp2 - 1,986 = 8,29 - 1,986 = 1,315

c. Harga k Rata Rata

(k1 + k2) (1,328 + 1,315)


kavg = = = 1,322
2 2

59
4.9.5 Perhitungan Ulang Faktor Kompresibilitas

Nilai faktor kompresibilitas (Z) diperoleh dari grafik (lampiran 14) yang

terlebih dahulu menentukan nilai Pr dan Tr. Sedangkan untuk nilai Pc mix = 232,41

Psia dan nilai Tc mix = 115,28 R.

a. Faktor Kompresibilitas Inlet

P 121,42 Psia
Pr1 = 1 = = 0,52
Pc 232,41 Psia

T1 557,57 R
Tr1 =
Tc = 115,28 R4,84

Dari hubungan Pr1 dan Tr1 pada grafik Z diperoleh nilai Z1 = 1,00

b. Faktor Kompresibilitas Discharge

P 183,34 Psia
Pr2 = 2 = = 0,79
Pc 232,41 Psia

T 637,22 R
Tr2 = Tc2 = 115,28 R = 5,53

Dari hubungan Pr2 dan Tr2 pada grafik Z diperoleh nilai Z2 = 1,00

c. Faktor Kompresibilitas Rata Rata (Zav)

(Z1 + Z2)
Zavg =
2
(1,00 + 1,00)
Zavg = = 1,00
2

4.9.6 Perhitungan Ulang Head Aktual

Untuk dapat menghitung head actual, maka perlu dihitung terlebih dahulu

eksponen politropik dan efisiensi politropiknya. Untuk Menghitung eksponen

politropik (n) menggunakan persamaan 3.19 :

60
P
ln ( 2 )
P1
n=
P T
ln ( 2 ) ln ( 2 )
P1 T1

183,34
ln ( ) 0,412
121,42
n= =
183,34 637,22 0,412 - 0,134
ln ( ) - ln ( )
121,42 557,57

n = 1,482

setelah dihitung koefisien politropik, maka pelu dilakukan trial and error untuk

mendapatkan keofisien politropik yang sama dengan asumsi. Setelah dilakukan trial

and error beberapa kali didapat data sebagai berikut:

n = 1,475

P2 = 184,1 Psia

1 kg/cm2 a
P2 = 184,1 Psia x =12,94 kg /cm2a
14,225 Psia

P2 = 12,94 - 1,033 = 11,907 kg/cm2 g

Menghitung pol dengan menggunakan persamaan 3.21 :

(k-1)
P k
ln {( 2 ) }
P1
pol =
T2
ln ( )
T1

(1,322 - 1)
184,1 1,322
ln {( ) }
121,42
pol =
637,22
ln (557,57)

pol = 0,7592 = 75,92 %

61
Menghitung head aktual dengan menggunakan persamaan 3.20 :

Hpol
Hact =
pol , kgf.m/kgm

18805,96
Hact = , kgf.m/kgm
0,7592

Hact = 24770,76 kgf.m/kgm

4.9.7 Daya

Perhitungan daya meliputi GHP (Gas Horse Power), CHP (Compressor

Horse Power), dan DHP (Driver Horse Power).

a. GHP (Gas Horse Power)

Perhitungan daya gas dengan menggunakan persamaan 3.22 berikut :

H
GHP =
33000

560,87 61721,80
GHP =
33000 0,7592

GHP = 1381,75 HP = 1381,75 0,7457 , kW = 1030,37 kW

b. CHP (Compressor Horse Power)

Perhitungan daya kompresor dapat menggunakan persamaan 3.23 di bawah

ini.

GHP
CHP =
m

1030,37 kW
CHP = = 1100,59 kW
0,9362

62
d. DHP (Driver Horse Power)

Perhitungan daya penggerak atau turbin dapat menggunakan persamaan 3.24

di bawah ini.

GHP CHP
DHP = =
mek trans trans

1144,86
DHP = = 1123,05 kW
0,98

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Ulang

Parameter Operasi Aktual Optimasi Keterangan


Kapasitas 6637,19 m3/hr 7561,53 m3/hr Naik 13,9 %
Tekanan Discharge 10,75 kg/cm2 11,907 kg/cm2 Naik 10,8 %
Temperatur Discharge 75,74 oC 80,68 oC Naik 6,52 %
Head 14489,2 kgf.m/kg 18805,96 kgf.m/kg Naik 29,8 %
pol 65,92 % 75,92 % Naik 15,2 %
GHP 802,53 kW 1030,37 kW Naik 28,4 %
CHP 857,22 kW 1100,59 kW Naik 28,4 %
DHP 874,68 kW 1123,05 kW Naik 28,4 %
Speed 7584,14 rpm 8640,36 rpm Naik 13,9 %

63
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil evaluasi unjuk kerja kompresor 014K101 dan pembahasan

mengenai langkah langkah optimasi maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut

ini :

1. Dengan menaikkan putaran kompresor maka unjuk kerja kompresor juga

meningkat. Terutama pada segi efisiensi politropik naik sebesar 15,2 %

menjadi 75,92 % sehingga efisiensi politropik kompresor masuk dalam rentan

efisiensi politropik aktual yang baik.

2. Dengan kenaikkan efisiensi maka daya yang dibutuhkan lebih efisien.

3. Dengan menaikan putaran kompresor maka kapasitas kompresor naik.

Sehingga suplai recycle gas menuju reaktor naik dan akan menaikkan ratio

H2/HC sehingga bagus untuk memperkecil terjadinya coke pada katalis.

4. Dengan naiknya putaran kompresor maka daya yang dibutuhkan kompresor

naik dan daya turbin uap sebagai penggerak kompresor juga naik, sehingga

kebutuhan steam pada turbin uap harus ditambah untuk menaikkan putaran

kompresor.

64
5.2 Saran

Mengingat pentingnya kompresor 014K101 pada unit Platformer maka

sebaiknya perlu dilakukan hal hal sebagai berikut :

1. Pada kondisi kompresor aktual sentrifugal 014K101 saat ini, dari segi

evaluasi bisa disimpulkan bahwa didalam kompresor terdapat impuritis atau

kotoran yang menyebabkan turunnya efisiensi politropik. Walaupun dalam

optimasi unjuk kerja efisiensi politropik naik, kondisi akan berubah cepat

seiring bertambahnya impuritis dan bisa menyebabkan stall. Langkah

optimasi terbaik adalah dengan melakukan pembersihkan kompresor

sehingga perlu direncakan overhaul kompresor dalam jangka waktu dekat.

2. Dilihat dari hasil overhaul kompresor yang telah lalu, selalu terdapat banyak

impuritis didalam kompresor, hal ini dikarenakan kandungan gas yang masuk

pada kompresor 014K101, maka dari itu perlu adanya optimasi dari segi

operasi agar performa kompresor tetap terjaga dengan kondisi yang baik.

3. Perawatan secara rutin pada peralatan penunjang kompresor seperti peralatan

sistem lube oil, sistem sealing oil, supply steam dan sistem instrumentasi yang

sudah dilakukan terus ditingkatkan.

4. Memonitor kelengkapan Indikator-indikator kompresor dilapangan karena

hal ini bisa meningkatkan keakuratan prediktif maintenance, salah satunya

adalah dengan evaluasi unjuk kerja kompresor.

5. Memonitor unjuk kerja kompresor secara berkala, sehingga apabila ada

penurunan unjuk kerja dapat segera dievaluasi dan diambil langkah langkah

untuk perbaikan.

65
DAFTAR PUSTAKA

1. Brown, Royce N., 1990, Compressors: Selection and Sizing, Gulf Publishing
Company, Houston.
2. Lapina, Ronald P., 1982, Estimating Centrifugal Compressor Performance
(Process Compressor Technology Volume 1), Gulf Publishing Company,
Houston.
3. Lapina, Ronald P., 1983, Manual for Estimating Centrifugal Compressor
Performance (Process Compressor Technology Volume 2), Gulf Publishing
Company, Houston.
4. Leach J. A., 2007, Engineering Thermodynamics, Juta & Company Ltd,Cape
Town.
5. R. S. Khurmi, 1979, Heat Engines, S Chand & Company Ltd, New Delhi.
6. Scheel, Lyman F., 1961, Gas and Air Compression Machinery, McGraw-Hill
Book Company, Inc., New York.
7. Sriyono D., Dietzel Fritz, 1980, Turbin Pompa dan Kompresor, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
8. V. L. Maleev, 1945, Internal Combustion Engines, McGraw-Hill Book
Company, Inc., New York.
9. .., , Blue Book, PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap,
Indonesia.
10. .., , Centrifugal Compressors,
(http://www.stoomturbine.nl/foto_siemens/0998.jpg, diakses pada tanggal 18
Februari 2017, pukul 15:00 WIB).
11. .., ...,Compressors, (http://petrowiki.org/compressors,
diakses pada tanggal 18 Februari 2017, pukul 15:31 WIB)
12. .., ...,Calculating Single- and 3-Phase Parameters,
(http://ecmweb.com/basics/calculating-single-and-3-phase-parameters
,diakses pada tanggal 18 Februari 2017, pukul 16:31 WIB)
Lampiran 1: Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Lampiran 2: Struktur Organisasi Maintenance Area VI
MANAGER
MAINTENANCE
EXECUTION II

SECTION HEAD
MAINTENANCE
AREA VI

Sr. SUPERVISOR Sr. SUPERVISOR Sr. SUPERVISOR Sr. SUPERVISOR


ROTATING STATIONARY INSTRUMENT ELECTRICAL
Lampiran 3: Diagram Alir Unit 014 Platformer
Lampiran 4: Data Sheet Kompresor 014K101
Lampiran 4 : Lanjutan
Lampiran 4: Lanjutan
Lampiran 5: Data Sheet Turbin Uap 014K101
Lampiran 5: Lanjutan
Lampiran 5: Lanjutan
Lampiran 6: Gambar Konstruksi Kompresor 014K101
Lampiran 7: Gambar Konstruksi Turbin Uap 014K101T
Lampiran 7: Lanjutan
Lampiran 8: Tabel Gas Properties (2:169-170)
Lampiran 8: Lanjutan
Lampiran 9: Tabel Molal Heat Capacity 5:46)
Lampiran 10: Grafik Faktor Kompresibilitas 3:173-174)
Lampiran 11: Grafik Uap Mollier 3:214)
Lampiran 12 : Efficiency Convertion Chart and Temperature Rise Factor
Lampiran 13 : Approx. Polytropic Efficiency

Anda mungkin juga menyukai