Anda di halaman 1dari 81

OPTIMALISASI POWER PIPING DARI WELL PAD 29

KE SEPARATOR 180 MENGGUNAKAN STANDARD


ASME B31.1 DI PT GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :

Nama : Muh Ircham Maulana


NIM : 171430037
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Bidang Minat : Non-Rotating Equipment
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : III (Tiga)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
PEM Akamigas
Dieng, Maret 2020
LEMBAR PENGESAHAN KKW

Judul : Optimalisasi Power Piping dari WellPad 29 ke


Separator180 menggunakan Standard ASME B31.1 di
PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng
Nama Mahasiswa : Muh Ircham Maulana
NIM : 171430037
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Bidang Minat : Teknik Mesin Kilang
Diploma : IV (Empat)
Tingkat : III (Tiga)

Menyetujui,
Pembimbing Kertas Kerja Wajib

Ferro Aji, M. Eng


NIP. 198303232015031002

Mengetahui,
Ketua Program Studi : Teknik Mesin Kilang

Ir. Sujono, M.T.


NIP. 196612291994031003
LEMBAR PENCATATAN PEMBIMBINGAN KKW

Nama Mahasiswa : Muh Ircham Maulana


NIM : 171430037
Jurusan : Teknik Mesin Kilang
Program Studi : Teknik Mesin Kilang
Diploma /Tingkat : IV/III
Dosen Pembimbing/NIP : Ferro Aji, M.Eng.
Judul KKW : Optimalisasi Power Piping dari WellPad 29 ke
Separator180 menggunakan Standard ASME B31.1
di PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng

No Tanggal Ringkasan Materi Bimbingan Paraf Selesai Perbaikan


KKW Pembimbing
Tanggal Paraf
1 04 Juni 2020 Konsultasi metode pembuatan 05 Juni 2020
KKW dengan data minim
2 05 Juni 2020 Penyesuaian Latar Belakang 06 Juni 2020
dan Judul dengan Topik KKW
3 07 Juni 2020 Topik dan penulisan bab 2 09 Juni 2020
4 10 Juni 2020 Topik dan Penulisan Bab 3 11 Juni 2020
5 11 Juni 2020 Penyempurnaan isi dari bab 4 12 Juni 2020
6 12 Juni 2020 Hasil analisa pada grafik dan 15 Juni 2020
tabel perhitungan
7 17 Juni 2020 Perbaikan kesalahan penulisan 18 Juni 2020
dan kutipan serta kata miring
8 18 Juni 2020 Konsultasi kesiapan sidang 18 Juni 2020

Cepu, Juni 2020


Ketua Jurusan /Program Studi

Ir. Sujono, M.T.


NIP. 19661229 199403 1 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan yang
dilanjutkan dengan penyusunan Kertas Kerja Wajib dengan judul
“Optimalisasi Power Piping dari WellPad 29 ke Separator180 menggunakan
Standard ASME B31.1 di PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng ".
Penyusunan Kertas Kerja Wajib ini dimaksudkan untuk menambah
pengetahuan yang telah diterima selama mengikuti pembelajaran dan sebagai salah
satu program atau pokok persyaratan untuk mengikuti Ujian Akhir di PEM
Akamigas. Dengan tersusunnya Kertas Kerja Wajib ini, penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan, M.Sc selaku Direktur PEM Akamigas;
2. Bapak Ir. Sujono, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Kilang;
3. Bapak Ferro Aji, S.T. M.T. selaku Dosen pembimbing KKW;
4. PT Geo Dipa Energi Unit Dieng yang bersedia menerima kami untuk melaksanakan
praktik kerja lapangan;
5. Bapak Kurniawan selaku Supervisor Maintenance Power Plant;
6. Bapak Harry Yuswan, Bapak Budi dan Mas Doris selaku Pembimbing Lapangan;
7. Bapak dan Ibu dosen PEM Akamigas khususnya dari Program Studi Teknik Mesin
Kilang;
8. Kedua Orang Tua yang selalu mendoakan selama pelaksanaan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan;
9. Semua rekan-rekan kerja, teman-teman dan pihak yang telah membantu penulis
sehingga penyusunan Kertas Kerja Wajib ini selesai;

Semoga KKW ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Dieng, Maret 2020


Penulis

Muh Ircham Maulana


NIM. 171430037

i
INTISARI

Jalur pipa dari WellPad 29 ke separator 180 merupakan sistem perpipaan


yang mengalirkan fluida 60% air dan 40% steam dengan NPS 12 inchi dengan
material API 5L Grade 25A tipe ERW dan fitting yang terbentang sepanjang 32,3
m dengan insulasi berbahan glasswool setebal 50 mm. Berdasarkan pengukuran
tebal aktual yang diukur tahun 2019 dengan ketebalan terendah sebesar 9,41 mm
dapat dihitung laju korosinya sebesar 0,1732 mm/tahun, begitu juga hasil analisa
teoritis sisa umur jalur pipa tersebut adalah 13,66 tahun. Sehingga perlu
diperhatikan dengan baik mengenai maintenance pipa dan inspeksi pipa untuk
dilakukan secara rutin serta terjadwal. Berdasarkan perhitungan maksimal jarak
support yang ideal dan aman, untuk kondisi desain dan tanpa silika didapat jarak
sebesar 12,5 meter. Sedangkan pada berbagai kondisi operasi didapat maksimal
jarak suppport ideal dan aman pada kondisi ketebalan silika maksimal (55 mm)
yaitu sebesar 11,08 meter tiap support. Berdasarkan analisa, jalur pipa tersebut
mengalami kehilangan panas sebesar 5667,4 watt sebelum dilakukan optimasi.
Berdasarkan flowrate sekarang maka diameter pipa yang optimal dapat
dimaksimalkan menjadi NPS 10 inchi dan setelah dianalisa, terjadi penghematan
kehilangan panas pada perencanaan pipa NPS 10 inchi menjadi 4897,5 watt
sedangkan maksimal jarak support dapat direncanakan pada pipa NPS 10 inchi
menjadi 10,26 meter tiap support untuk menahan beban maksimal pada kondisi
ketebalan silika 55 mm.

Kata kunci : jarak support, silika, kehilangan panas

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


INTISARI .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi

I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................... 3
II ORIENTASI UMUM ................................................................................... 5
2.1 Sejarah Perusahaan .............................................................................. 5
2.2 Profil Perusahaan ................................................................................. 7
2.3 Visi Misi Perusahaan ........................................................................... 8
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................... 9
2.5 Fasilitas Operasi................................................................................. 14
III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 18
3.1 Pengertian Sistem Perpipaan ............................................................. 18
3.2 Standard and Code Pipa .................................................................... 18
3.3 Material Pipa ...................................................................................... 19
3.4 Proses Pembuatan Pipa ...................................................................... 19
3.5 Spesifikasi Pipa.................................................................................. 21
3.6 Hanger dan Pipe Support .................................................................. 23
3.7 Spesifikasi Pipe Support .................................................................... 24
3.8 Pemilihan Pipe Support Berdasarkan Kondisi .................................. 27
3.9 Perhitungan Diameter Pipa Uap ........................................................ 28
3.10 Perhitungan Kehilangan Panas pada Jalur Perpipaan ........................ 30
3.11 Perhitungan Jarak Support Pipa ......................................................... 33
3.12 Perhitungan Berat Total Jalur Perpipaan ........................................... 35
3.13 Perhitungan Corrosion Rate .............................................................. 37
3.14 Perhitungan Thickness Required........................................................ 37
3.15 Perhitungan Remaining Life .............................................................. 38
IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 39
4.1 Karakteristik Jalur Pipa Well Pad 29 ke Separator 180 ..................... 39

iii
4.2 Data Spesifikasi Pipa Well Pad 29 ke Separator 180 ........................ 39
4.3 Analisa Teoritis Sisa Umur Pipa........................................................ 41
4.4 Data Spesifikasi Insulasi dan Silika................................................... 43
4.5 Analisa Kehilangan Panas pada Jalur Perpipaan (QL) ...................... 43
4.6 Menentukan Jarak Support Ideal Kondisi Tanpa Silika .................... 47
4.7 Menentukan Jarak Support Ideal Dengan Variasi Kondisi Opersi .... 51
4.8 Menentukan Dimensi Pipa Baru yang Optimal ................................. 52
4.9 Analisa Penghematan Kehilangan Panas pada Pipa Baru ................. 54
4.10 Menentukan Jarak Support Ideal Pipa Baru Kondisi Tanpa Silika ... 58
4.11 Menentukan Jarak Support Ideal Pipa Baru Dengan Variasi Kondisi
Operasi.................................................................................... 61
V PENUTUP ................................................................................................... 64
5.1 Simpulan ............................................................................................ 64
5.1 Saran ................................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur General Manager ...................................................... 10


Gambar 2.2 Struktur Departemen Power Plant ......................................... 11
Gambar 2.3 Struktur Departemen Steam Field .......................................... 11
Gambar 2.4 Struktur Departemen Maintenance ........................................ 12
Gambar 2.5 Struktur Departemen Human Capital and Finance ............... 12
Gambar 2.6 Struktur Departemen Health, Safety and Environment .......... 13
Gambar 2.7 Struktur Departemen Procurement ........................................ 13
Gambar 3.1 Cara Pembuatan Pipa.............................................................. 20
Gambar 3.2 Suggested Piping Support Spacing ........................................ 25
Gambar 3.3 Model Cross Sectional Pipa Insulasi ...................................... 30
Gambar 3.4 Model Hambatan Panas Multilayer ........................................ 31
Gambar 3.5 Faktor Perhitungan Pipe Support ........................................... 35
Gambar 4.1 Cross Sectional Pipa Insulasi Well Pad to Separator ............ 43
Gambar 4.2 Maksimum Jarak Support Ideal dengan Variasi Kondisi
Operasi.................................................................................... 51
Gambar 4.3 Perbandingan Kehilangan Panas Setelah Optimasi ................ 57
Gambar 4.4 Maksimum Jarak Support Pipa Baru Ideal dengan Variasi
Kondisi Operasi ...................................................................... 62

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kecepatan Aliran Fluida Dalam Pipa yang Direkomendasikan 29


Tabel 4.1 Data Spesifikasi Pipa ................................................................ 40
Tabel 4.2 Data Pengukuran Thickness Actual 2019 ................................. 40
Tabel 4.3 Data Spesifikasi Insulasi dan Silika .......................................... 43
Tabel 4.4 Jarak Support Ideal dengan Variasi Kondisi ............................ 51
Tabel 4.5 Jarak Support Ideal Pipa Baru dengan Variasi Kondisi ............ 62

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi minyak bumi selama 10 tahun terakhir menunjukkan

kecenderungan menurun, dari 346 juta barel (949 ribu bph) pada tahun 2009

menjadi sekitar 283 juta barel (778 ribu bph) di tahun 2018. Penurunan produksi

tersebut disebabkan oleh sumur-sumur produksi utama minyak bumi yang

umumnya sudah tua, sementara produksi sumur baru relatif masih terbatas

(Outlook Energi Indonesia, 2019).

Berkurangnya produksi energi fosil terutama minyak bumi serta komitmen

global dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, mendorong Pemerintah untuk

meningkatkan peran energi baru dan terbarukan secara terus menerus sebagai

bagian dalam menjaga ketahanan dan kemandirian energi. Sesuai PP No. 79

Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, target bauran energi baru dan

terbarukan pada tahun 2025 paling sedikit 23% dan 31% pada tahun 2050.

Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan yang cukup besar untuk

mencapai target bauran energi primer tersebut, salah satu potensi tersebut adalah

bersumber dari geothermal energy yang menyimpan potensi sebesar 28,5 GW.

PT. Geo Dipa Energi merupakan perusahaan BUMN yang bergerak

dibidang pembangkit listrik tenaga panas bumi. PT Geo Dipa Energi terdapat 2

unit yaitu dikawasan Dieng dan Patuha. PT. Geo Dipa Unit Dieng memiliki 2

wilayah kerja yaitu steam field dan power plant . Pada steam field fluida di alirkan

1
dari reservoir yang berada di dalam perut bumi dengan tekanan natural melalui

beberapa wellpad untuk diteruskan ke area power plant melewati jalur perpipaan.

Karakteristik fluida yang mengalir terdiri dari 2 fasa dimana 60% air dan

40% uap, selain itu fluida juga mengandung banyak impuritis seperti tingginya

kandungan silika yang terbawa, sehingga dapat mengakibatkan beban jalur

perpipaan meningkat dan mudah terjadi korosi yang dapat membahayakan sistem

produksi di PT Geo Dipa Energi Unit Dieng.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis akan mengkaji tentang

optimalisasi dan sisa umur jalur pipa dari wellpad 29 ke separator 180. Sehingga

akan diketahui kapan pipa tersebut harus diganti atau memasuki fase failurenya.

Selain itu penulis juga akan mengkaji mengenai jarak support ideal dan aman

yang seharusnya dipasang.

1.2 Tujuan

Penulisan Kertas Kerja Wajib ini sebagai bentuk karya ilmiah yang datanya

diperoleh selama praktik kerja lapangan dan selain memiliki tujuan utama sebagai

salah satu persyaratan untuk mengikuti pendidikan program Diploma IV Tingkat

III Program Studi Teknik Mesin Kilang di lembaga pendidikan PEM Akamigas,

antara lain :

1. Mengetahui karakteristik jalur sistem perpipaan dari wellpad 29 ke separator

180 di PT Geo Dipa Energi Unit Dieng;

2. Mengetahui tebal minimum pada sistem perpipaan dari wellpad 29 ke

separator 180 di PT Geo Dipa Energi Unit Dieng;

3. Mengetahui sisa umur pada sistem perpipaan dari wellpad 29 ke separator 180

2
di PT Geo Dipa Energi Unit Dieng;

4. Menganalisa kehilangan panas pada sistem perpipaan dari wellpad 29 ke

separator 180 di PT Geo Dipa Energi Unit Dieng;

5. Mengoptimalkan kebutuhan diameter, insulasi dan jarak support sistem

perpipaan dari wellpad 29 ke separator 180 di PT Geo Dipa Energi Unit Dieng.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini, penulis hanya membahas

optimalisasi pada sistem perpipaan dari wellpad 29 ke separator 180 dan menitik

beratkan pada hal-hal berikut:

1. Perhitungan analisa desain pipa sesuai standard ASME B31.1;

2. Perhitungan laju korosi tiap tahun ;

3. Perhitungan maksimal jarak support pipa yang ideal dan aman pada kondisi

sekarang pada pengaruh beban statis.

4. Perhitungan perencanaan dimensi pipa baru yang optimum.

5. Analisa kehilangan panas jalur perpipaan

6. Perhitungan perencanaan maksimal jarak support pipa baru yang ideal dan

aman pada pengaruh beban statis.

7. Tidak mencakup perhitungan pressure drop, allowable velocity, fleksibility

dan stress analysys.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Kertas Kerja Wajib ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

3
I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang, Tujuan penyusunan Kertas Kerja

Wajib, Batasan masalah dan sistematika penulisan KKW.

II. ORIENTASI UMUM

Bab ini menguraikan mengenai Deskripsi singkat Perusahaan meliputi :

Sejarah singkat Perusahaan, Profil Perusahaan, Visi Misi Perusahaan, Struktur

Organisasi Perusahaan, serta Fasilitas Produksi.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi dasar teori sistem perpipaan, standart and code pipa, material

pipa, proses pembuatan pipa, spesifikasi pipa, hanger dan pipe support,

spesifikasi pipe support, pemilihan pipe support dan perhitungan desain optimum

perpipaan.

IV. PEMBAHASAN

Bab ini berisi Krakteristik jalur pipa, Data Spesifikasi pipa, Analisa teoritis

sisa umur jalur pipa, Data spesifikasi insulasi dan silika, Menganalisa kehilangan

panas jalur perpipaan, Menentukan maksimal jarak support ideal dan aman

kondisi desain tanpa silika, menentukan maksimal jarak support ideal dan aman

dengan variasi kondisi operasi, menentukan perencanaan dimensi pipa baru yang

optimum, menganalisa penghematan kehilangan panas pipa baru dan menentukan

maksimal jarak support pipa baru yang ideal dan aman.

V. PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran dari penulisan Kertas Kerja Wajib.

4
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Geo Dipa merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak pada

bidang eksplorasi energi panas bumi khususnya dalam membangun dan

mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Saat ini PT. Geo Dipa

Unit Dieng telah mampu mengoperasikan satu unit PLTP dengan kapasitas 1 x 60

Mw yang telah terhubung ke sistem transmisi interkoneksi Jawa, Madura, Bali.

Sejarah perkembangan proyek panas bumi dieng dimulai oleh pemerintah

Hindia Belanda pada tahun 1964 hingga 1965. UNESCO (United Nations

Educational, Scientific and Cultural Organization) mengidentifikasi dan

menetapkan bahwa Dieng merupakan salah satu prospek panas bumi yang baik di

Indonesia. Pada tahun 1970, hal ini ditindaklanjuti oleh USGS (United States

Geological Survey) dengan melakukan survei geofisika dan di tahun 1973 USGS

melakukan pengeboran enam sumur dangkal (kedalaman maksimal 150 meter)

dengan suhu 92ºC - 175ºC (Celcius).

Pada tanggal 17 Agustus 1974, Dieng ditetapkan oleh Menteri

Pertambangan dan Energi dengan surat keputusan No.491/KPTS/M/Pertamb/1974

sebagai wilayah kerja IV panas bumi bagi Pertamina, meliputi area seluas

107.361.995 hektar. Penyelidikan geologi, geokimia, geologi dan pengeboran

landaian suhu berhasil diselesaikan. Pertamina pada tahun 1976 hingga tahun

1994 telah berhasil menyelesaikan 27 sumur uji produksi (21 sumur di Sikidang, 3

sumur di Sileri dan 3 sumur di Pakuwajan). Selama tahun 1981-1983 Pertamnina

5
berhasil menyelesaikan pembangunan Power plant unit kecil berkapasitas 2 MW.

Pada tahun 1994 lapangan panas bumi di Dieng dipegang oleh Himpurna

California Energy Ltd (HCE). (HCE) yang merupakan perusahaan gabungan

antara California Energy Ltd (CE) dan Himpurna Erasindo abdi (HEA). Akibat

adanya sengketa antara HCE dan PT. PLN (Persero) serta dikeluarkannya Surat

Keputusan Presiden RI No. 39 tahun 1997 dan Surat Keputusan Presiden No. 5

tahun 1998, maka pada tahun 1998 California Energy Ltd. Menggugat PT. PLN

(persero) melalui Mahkaman Arbitrase Internasional pada tahun 2000 dan

dimenangkan oleh HCE. Setelah sengketa HCE selesai, untuk sementara klaim

California Energy Ltd. Ini dibayar oleh Overseas private Investment Cooperation

(OPIC) dan kepemilikan saham mayoritas proyek di PLTP Dieng dipegang oleh

OPIC. Kemudian Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui surat

No..S.346/MK02/2001 tanggal 4 September 2001 menunjuk PT.PLN (Persero)

untuk menerima dan mengelola aset Dieng Patuha.

Melalui surat perjanjian kerjasama antara Direksi PT.PLN (Persero) dengan

Direksi PT.Pertamina (Persero) No. 066-1/C00000/2001 tanggal 14 September

2001 membentuk Badan Pengelola Dieng Patuha (BPDP) yang bertugas untuk

melakukan persiapan serta pengelolaan rekomisioning PLTP unit 1 berkapasitas

60 MW serta merawat asset Dieng Patuha. Sejak tanggal 1 Oktober 2002 BPDP

dibantu existing employee, HCE, serta mitra usaha lainnya untuk melaksanakan

kegiatan rekomisioning tersebut dengan memperbaiki hampir seluruh peralatan

yang ditinggalkan California Energy Ltd. serta membangun rock muffer dan

mengamati steam purifier sehingga proyek Dieng yang selama ini terbengkalai

6
mampu beroperasi kembali dan menghasilkan listrik dari sumber daya panas bumi

ke sistem interkoneksi terpadu Jawa-Madura-Bali.

Sejak tanggal 4 September 2002 PT. Geo Dipa Energi mulai berperan dalam

pengelolaan asset Dieng Patuha PT. Geo Dipa Energi merupakan anak perusahaan

dari dua BUMN terbesar di Indonesia, yaitu PT. Pertamina (Persero) dengan

saham 67% dan PT. PLN (Persero) dengan saham sebesar 33% yang didirikan

pada tanggal 5 Juli 2002. Pada Februari 2011 susunan pemegang saham Perseroan

telah berubah, dimana saham PT. pertamina diambil alih langsung oleh

Pemerintah Indonesia. Sebagai konsekuensi dari aksi korporasi tersebut, pada

Desember 2011 Geo Dipa Energi telah mentransformasikan dirinya menjadi

sebuah Badan Usaha Milik Negara yang baru.

2.2 Profil Perusahaan

PT. Geo Dipa Energi merupakan perusahaan dengan jenis badan hokum

Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga panas bumi

PT. Geo Dipa Energi merupakan perusahaan BUMN. PT. Geo Dipa Energi

memiliki tiga lokasi perusahaan, yaitu Jakarta (kantor pusat), Bandung (produksi),

dan Dieng (produksi). PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng terletak di Jalan Raya

Dieng Batur, Wonosobo, Jawa Tengah. Logo yang digunakan oleh setiap unit

perusahaan berbeda-beda. Hal yang membedakan adalah adanya keterangan unit

di bawah tulisan Geo Dipa Energi. PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng akan

menggunakan keterangan Unit Dieng, sedangkan Unit Patuhan ditambahkan Unit

Patuha .

7
2.3 Visi Misi Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang digunakan sebagai panduan

untuk melangkah, tanpa terkecuali PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng. Pada bagian

ini akan dijabarkan mengenai visi dan misi yang diterapkan di PT. Geo Dipa

Energi Unit Dieng.

Visi yang diusung oleh PT. Geo Dipa Energi (Persero), yaitu:

Menjadi perusahaan energi geothermal yang handal dan terpercaya melalui insan

Geo Dipa, keunggulan operasional dan pertumbuhan yang berkesinambungan.

Adapun 5 misi yang diusung oleh PT. Geo Dipa Energi, yaitu:

a. Fokus pada pertumbuhan perusahaan yang cepat dan berkesinambungan dalam

mencapai tujuan bisnis.

b. Mengoptimalkan produktivitas melalui operasional yang unggul dan total

quality management.

c. Menyediakan lingkungan yang terbaik untuk berprestasi sebagai profesional

dan menjadi insan Geo Dipa yang unggul.

d. Turut mendukung program pemerintah dalam penyediaan listrik panas bumi

yang aman dan ramah lingkungan.

Selain visi dan misi yang telah disebutkan sebelumnya, PT. Geo Dipa

Energi juga menanamkan nilai - nilai karakter bagi setiap pekerjanya yang disebut

dengan Geo Dipa Energi Value. Terdapat empat nilai, yaitu:

8
a. Learning

Melakukan pembelajaran dan inovasi secara berkesinambungan untuk

memberi nilai tambah bagi pelanggan dan pemegang kepentingan.

b. Integrity

Bersikap jujur dan terpercaya dalam segala pemikiran, perkataan dan

tindakan.

c. Goal Oriented

Berkomitmen untuk mencapai keunggulan dalam segala hal yang kami

lakukan dan bersikap penuh semangat untuk mencapai hasil yang melebihi

harapan.

d. Honour

Bertekad untuk dikagumi atas kinerja berkelas dunia melalui

profesionalisme dan sikap saling menghormati.

e. Teamwork

Percaya akan kekuatan sinergi dan komunikasi untuk membangun tim yang

unggul.

2.4 Struktur Organisasi

PT. Geodipa Energi Unit Dieng dipimpin langsung oleh seorang Direktur

utama yang membawahi Direktur Operasi dan Pengembangan Niaga, Direktur

Keuangan, Direktur umum dan SDM serta General Manager seperti terlihat pada

gambar berikut.

9
Direktur Utama
Riki Firmandha Ibrahim

Direktur Operasi &


Pengembangan Niaga Direktur Keuangan Direktur Umum dan SDM
Dodi Herman M. Ikbal Nur Aulijati Wachjudiningsih

BOD

General Manager
Puguh Wintoro

Procurement
Superintendent
Weni Kusumaningrum

HSE Steam Field Power Plant Maintenance HC & Finance


Manager Manager Manager Manager Manager
Hefi Hendri Vacant Izzudin Danang S Agus Supriyanto

SF Planning PP Planning Steam Field


Heath & Safety HC, GA & PR
& Technical Evaluation & Technical Maintenance
Superintendent Assistant Manager
Superintendent Evaluation Superintendent
Suparwanto Wahyuning R
Riswan Herdian R. Vacant Muh. Arifin

Power Plant
Environtment SF Operation PP Operation Finance
Maintenance
Superintendent Superintendent Superintendent Assistant Manager
Superintendent
Syamsumin Sarbeni Rangkuti Widoyo Azizah S.
Sigit Ponco S.
Topography
Geosience & Civil
& technical Production Superintendent
Andhika Putera Utama R. Julianto K

SF Maint. Planning
Superintendent
M. Nor Chabib

Gambar 2.1 Struktur General Manager


(Sumber : PT Geodipa Energi Unit Dieng)

Selain struktur General Manager terdapat struktur lebih detail dibawahnya

yang dibagi menjadi Departemen Power Plant, Departemen Steam Field,

Departemen Maintenance, Departemen Human Capital and Finance, Departemen

Healt, Safety and Environment dan Departemen Procurement.

fungsi masing-masing departemen memiliki struktur organisasi yang

berbeda akan tetapi saling berkaitan satu antarlainya, berikut disajikan gambar

meliputi struktur organisasi masing-masing departement.

10
Power Plant Manager
Izzudin

PP Planning & Technical PP Operation


Evaluation Superintendent Superintendent
Vacant Widoyo

PP Operation PP Operation PP Operation PP Operation


Supervisor 1 Supervisor 2 Supervisor 3 Supervisor 4
Andi Salahudin Tursin Abdul Qodir A. Mardiyo

PP Planning & PP Operation Staff 1 PP Operation Staff 2 PP Operation Staff 3 PP Operation Staff 4
Evaluation Staff Arif Muliawan Agung Saputro Miftahurrohman Sutrino
Wahyu Festiawan N. Bayu Aji N. Abdul Rais Agung Apri Jon Ahmad Zulkifli
Khoirul Anwar Varid Vradana Ahmad Humam Afrizal Alif Pandoyo

Gambar 2.2 Struktur Departemen Power Plant


(Sumber : PT Geodipa Energi Unit Dieng)

Steam Field Manager


Vacant

SF Operation Geosience &


SF Planning & Technical
Superintendent Technical Production
Evaluation Superintendent
Sarbeni Rangkuti Superintendent
Riswan Herdian R
Andhika Putera U

SF Operation SF Operation SF Operation SF Operation Well Measurement &


Geochemist
Supervisor 1 Supervisor 2 Supervisor 3 Supervisor 4 Data Supervisor
Vacant
Setya Risnawan Murwanto Sukarni R. Suharto Guruh Satya Rajasa

Analist
SF Planning & SF Operation Staff 1 SF Operation Staff 2 SF Operation Staff 3 SF Operation Staff 4
RM Arbimsah
Reporting Staff Lastyo Sujatmiko Dafit Rizal Budiyono Sapto Adi Wibowo
Hendri Syamsiar
Ndaru Dwiatmoko M Yuli Setyanto Wahyu Joko S. Prangkas Dedi Arif Rahman H.
Slamet Sugiono
Supriyono Yudi Iskandar Hardiyanto Parnen Mujahidin
M Nanang Kosim Zulkarnain Yusuf Amrulloh Adi Kuncahyo
Sodiq Setiyono Aldi Wahyu S. Yudi Hermawan Dwi Bayu Handika
Ahmad Ariza Tamimi Hari Purnomo

Gambar 2.3 Struktur Departemen Steam Field


(Sumber : PT Geodipa Energi Unit Dieng)

11
Maintenance Manager
Danang M

Power Plant Maintenance Brine Management Facilities


Steam Production Facilities Superintendent SF Maintenance Planning PP Maintenance Planning
Supertindent Superintendent
Sigit Ponco S R. Julianto Superintendent Superintendent
Muh Arifin M. Nor Chabib Singgih Panca Putera

PTH. SF Mechanical SF Electrical Maintenance SF Instrument & Control PP Mechanical Maintenance PP Electrical Maintenance PP Instrument & Control SF Maintenance Planning Staff PP Maintenance Planning Staff
Ciivil Supervisor Piping Supervisor
Maintenance Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Ramdani Alfan S Faqih
Agus Hendrayana Ismail
Deny Kristianto Deny Kristianto Sulistiono Kurniawan Tri W Ismanto Rhente W.

SF Mechanical Staff PP Instrument Staff


SF Instrument Staff
Agus Junaidi SF Electrical Staff PP Mechanical Staff PP Electrical Staff Vacant
Gondo Wahono Civil Staff Piping Staff
Ary Susilo Dwi Santoso Budi Sucahyo Agus Tri
Owan Jaya Supartono Hary Yuswan Riqy Yakub Subadi
SF Control Staff Anwar PP Control Staff
Hendra Ardi K Doris Imam Subekti
Sajad

Gambar 2.4 Struktur Departemen Maintenance


(Sumber : PT Geodipa Energi Unit Dieng)

HC, GA & Finance Manager


Agus Supriyanto

HC, GA & PR Finance


Assistant Manager Assistant Manager
Wahyuning R Azizah Soleman

GA Supervisor Public Relation Accounting & Accounting &


PTH. HC Supervisor
Vacant Supervisor Budget Supervisor Budget Supervisor
Vacant
M. Aunurrofiq Vacant Sintha Dewi R

HC Staff General Affairs Staff Public Relation Staff Acconting & Budgeting Staff
Vacant Indra Yudhistira Finance & Treasury Staff
Vacant Rahadian Edo Vacant

Information Technology Staff


Nur Haryadi

Gambar 2.5 Struktur Departemen Human Capital and Finance


(Sumber : PT Geodipa Energi Unit Dieng)

12
HSE Manager
Hefi Hendri

Health & Safety


Environtment
Superintendent
Superintendent
Suparwanto
Syamsumin

Health Safety Environment Monitoring Environment Mitigation


Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor
Vacant Sudaryanto Vacant Vacant

Health Staff Safety Staff Environment Mitigation Staff


Environment Monitoring Staff
Suparno Imam Dwi Pramono Vandy Pratama
Aron PC Tampubolon
Ibnu Kosim Solimin
Sunardi
Farid Ismail

Gambar 2.6 Struktur Departemen Healt, Safety and


Environtment
(Sumber : PT Geodipa Energi Unit Dieng)

General Manager
Puguh Wintoro

Staff Bidang/
Fungsional Bidang Logistic
Vacant Procuremet Superintendent
Weni Kusumaningrum
Staff Bidang/
Fungsional Bidang Steam Field
Trisunu Ristianto
Logistic Warehouse Purchasing
Staff Bidang/ Supervisor Supervisor Supervisor
Fungsional Bidang Operasional Bambang Riyanto Akhmad Haris Vacant
Nikmat Kuntara

Purchasing Staff
Warehouse Staff
Logistic Staff Rustianah
Roy Suwarno
Sahron Zulfiqurrahman
Wilar G.
Yohanes Adi

Steam Field Power Plant Maintenance HC, GA & Finance HSE


Manager Manager Manager Manager Manager
Vacant Izzuddin Danang Agus Supriyanto Hefi Hendri

Gambar 2.7 Struktur Departemen Procurement


(Sumber : PT Geodipa Energi Unit Dieng)

13
2.5 Fasilitas Operasi

PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng memiliki beberapa fasilitas yang

mendukung proses operasinya. Pada sub bab ini akan dibahas fasilitas yang

digunakan dalam proses produksi PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng,

a. Sumur Produksi dan Injeksi

PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng memiliki dua jenis sumur, yaitu sumur

produksi dan sumur injeksi. Sumur produksi adalah sumur yang mengeluarkan

uap panas untuk diolah, sedangkan sumur injeksi adalah sumur yang digunakan

untuk menginjeksikan air limbah produksi ke dalam perut bumi. Terdapat tujuh

unit sumur produksi, tujuh unit sumur injeksi dan empat unit sumur produksi yang

belum digunakan. Selain lokasi tiap sumur berbeda, jarak satu sumur dengan

sumur lainnya cukup jauh sehingga dibutuhkan alat transportasi berupa mobil

yang digunakan untuk mobilisasi para pekerja. Kolom spud date adalah kolom

yang menunjukkan kedalaman sumur dalam satuan meter. Kolom casing type

menjelaskan ukuran sumur tersebut. Terdapat dua ukuran sumur, yaitu ukuran

standart dan ukuran big hole. Perbedaan ukuran big hole dan standart adalah

ukuran big hole lebih besar dibanding ukuran standart. Colom initial condition

adalah kolom yang menunjukkan besar listrik yang bisa dihasilkan uap dari

sumur. Colom latest condition adalah kolom yang menunjukkan keadaan terakhir

sumur tersebut.

b. Separator

Separator berfungsi untuk memisahkan fluida 2 fasa dari sumur produksi

14
menjadi fasa gas dan fasa cair. Konstruksi dari separator berupa sekat yang dapat

menahan air agar tidak terbawa uap bertekanan tinggi. Hasil dari separator adalah

uap yang akan dikirim ke power plant untuk menggerakkan turbin dan brine (air

yang banyak mengandung mineral) yang akan dikirim ke balong untuk

diinjeksikan kembali ke perut bumi melalui sumur injeksi.

c. Rock Muffler

Rock muffler merupakan unit yang berfungsi meredam suara dan melepas

uap untuk menjaga tekanan uap agar tetap stabil pada nilai 9,8 bar. Konstruksi

rock muffler adalah berupa empat unit tabung yang berjajar dan di dalamnya

terdapat katup untuk mengontrol jumlah uap.

d. Scrubber dan Demister

Scrubber (steam purifier) merupakan unit yang berfungsi sama dengan

separator, yaitu memisahkan uap dan air dari separator melalui pipa sebelum

masuk turbin. Di dalam scrubber terdapat sekat-sekat yang dapat menahan air.

Hasil uap dari separator masih mengandung butiran-butiran air yang kemudian

dipisahkan lagi melalui demister untuk memperoleh uap yang kering yang akan

masuk ke main stop valve (katup utama)

e. Main Stop Valve

Main stop valve merupakan katup utama yang terletak di jalur pipa utama ke

turbin dan berfungsi untuk membuka dan menutup aliran uap yang akan masuk ke

control valve sebelum menuju ke turbin.

15
f. Control Valve dan Stop Valve

Control valve dan stop valve berfungsi untuk mengalirkan uap menuju pipa

yang ujungnya berhubungan langsung dengan turbin uap. Setelah keluar dari main

stop valve, maka uap kering dengan tekanan 9,8 bar akan melalui control valve

(CV) yang masing-masing ada 2 (CV1 dan CV2) dan Stop Valve (SV) yang

jumlahnya ada 2 (SV1 dan SV2) karena uap tersebut akan dialirkan menuju pipa

yang mana kedua ujung akan berhubungan langsung dengan turbin uap.

g. Steam Turbin

Steam turbin merupakan mesin yang berfungsi untuk mengubah energi panas

yang terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros.

Bagian turbin yang berputar biasa disebut rotor, sedangkan bagian yang tidak

berputar disebut stator. Turbin uap yang digunakan adalah double flow dan

memiliki tujuh stage yang menghasilkan daya sebesar 60 MW.

h. Generator

Generator berfungsi untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan

tenaga putaran yang diperoleh dari turbin uap. Generator di PLTP Dieng terletak

di powerplant unit.

j. Condensor

Condensor adalah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap dari

turbin dengan suhu sekitar 33oC. Uap yang keluar dari turbin masuk dari sisi

kondensor kemudian mengalami kondensasi akibat penyerapan panas oleh air

pendingin yang diinjeksikan.

16
k. Ejector
Ejector berfungsi untuk membuat main condensor dalam keadaan vakum

sehingga mempermudah proses kondensasi uap dari turbin.

l. Hot Well Pump

Pompa ini berhubungan langsung dengan main condensor untuk

mengalirkan kondensat dengan suhu 33oC menuju cooling tower.

m. Cooling Tower

Cooling tower berfungsi sebagai unit pembuangan akhir yang berupa uap

atau gas (Non Condensable Gas) yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Cooling

tower yang digunakan adalah tipe counter flow yang terdiri dari 9 sel dan tiap sel

memiliki 2 buah fan.

n. Well Injection Pad

Well injection pad merupakan sumur yang berfungsi menginjeksikan cairan

yang berasal dari sisa pemisahan produksi uap ke dalam tanah. Vertical turbine

pump menekan air menuju perut bumi.

o. Silencer

Silencer atau AFT (Athmosferic Flash Tank) adalah unit yang akan

meredam suara aliran brine hasil pemisahan dari separator serta meminimalisir

terjadinya carry over (menyemburnya rintik-rintik brine ke udara karena tekanan

yang tinggi) lewat struktur berupa plat besi melingkar di dalamnya yang di desain

untuk menahan tekanan berkekuatan tinggi yang menyebabkan semburan brine

tersebut

17
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Sistem Perpipaan

Sistem perpipaan adalah rangkaian yang terdiri dari pipa, fitting, valves dan

sebagainya yang dirakit dengan kebutuhan sebagai sarana transportasi fluida dari

suatu tempat ke tempat lain.

Sebatang pipa berapapun ukurannya tidak akan berfungsi, kalau tidak

merupakan dari suatu sistem. Demikian juga dengan komponen-komponennya,

misalnya elbow, flanges dan lainnya.

3.2 Standart and Code Pipa

Pipa merupakan peralatan yang digunakan untuk sarana transportasi fluida

(cair atau gas) dari suatu tempat ke tempat lain atau dari satu peralatan ke

peralatan lain. Perencanaan dan pemilihan jenis pipa menurut standar tergantung

pada jenis fluida yang mengalir, temperatur, tekanan, dan aspek lainnya sangatlah

penting untuk dilakukan karena untuk mencegah terjadinya kerusakan pipa

sebelum waktu perkiraan, keselamatan kerja dan juga kelancaran proses produksi

suatu industri perminyakan tersebut.

Berikut beberapa contoh standart yang digunakan dalam proses perencanaan

yang diterbitkan oleh ASME dan terakreditasi oleh ANSI :

 ASME Code B31.1 Power Piping

 ASME Code B31.2 Fuel Gas Piping

 ASME Code B31.3 Process Piping

 ASME Code B31.4 Liquid Transportation System for Hydrocarbons, Liquid

18
Petroleum Gas, Anhydrous Ammonia and Alcohols

 ASME Code B31.5 Refrigeration Piping

 ASME Code B31.8 Gas Transmission and Distribution Piping Systems

 ASME Code B31.9 Building Services Piping

 ASME Code B31.11 Slurry Transportation Piping System

3.3 Material Pipa

Mengingat begitu banyak jenis fluida yang melaluinya dengan kondisi

operasi yang berbeda. Maka pipa dibuat dengan berbagai ukuran dan jenis

material. Berdasarkan material penyusunnya, pipa dapat dibuat dari bahan metal

(logam) dan bahan non metal (bukan logam).

1. Pipa dari bahan metal digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Metal ferrous : pipa dengan bahan dasarnya terbuat dari besi.

contoh : Pipa berbahan Carbon Steel, Cast Iron, Alloy Steel, dan

Stainless Steel.

b. Metal non ferrous : pipa dengan bahan dasarnya bukan besi

contoh : Pipa Aluminium, Pipa Copper, Pipa Brass, Pipa Titanium.

2. Pipa dari bahan dasar bukan logam (non metal) : pipa dibuat bahannya

bukan dari logam (metal).

contoh : Pipa PVC, Pipa PE, Pipa Concrete, dan sebagainya.

3.4 Proses Pembuatan Pipa

Berdasarkan cara pembuatannya cara pembuatannya pipa ada dua jenis

yaitu:

19
3.4.1 Pipa tanpa kampuh ( Seamless Pipe )

Seamless pipe adalah pipa tanpa sambungan ( kampuh ) yang dibuat dari

bahan silinder massif (solid billets) yang dibor/ditusuk kemudian diadakan

pengerolan untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan.

3.4.2 Pipa dengan sambungan ( Welded Pipe )

Welded pipe adalah pipa dimana sepanjang dindingnya terdapat sambungan

las, hal ini terjadi karena pipa tersebut dibuat dari pelat baja lembaran yang dirol

menjadi bentuk pipa kemudian dilas,

Seamless Pipe

Butt Welded Pipe

Lap Welded Pipe

Electric Fusion
Welded Pipe

Electric Welded Pipe

Spiral Welded Pipe

Gambar 3.1 Cara Pembuatan Pipa

20
3.5 Spesifikasi Pipa

Spesifikasi pipa merupakan standar yang harus diperhatikan dan di pasang

dengan baik dan benar. Spesifikasi pipa berbeda-beda tergantung fluida apa yang

mengalir, kondisi operasi, temperatur, tekanan, dan lain sebagainya. Dengan

pemilihan spesifikasi dengan benar ini produksi dan keselamatan kerja pun akan

terjamin.

a. Dimensi Pipa
Dimensi pipa merupakan ukuran – ukuran pipa berdasarkan standar yang

telah ditetapkan. Dimensi pipa meliputi :

 NPS (Nominal Pipe Size)

Istilah yang menunjukkan ukuran diameter nominal (bukan ukuran

sebenarnya) dari sebuah pipa. NPS dapat diketahui dengan satuan inchi.

 DN (Diameter Nominal)

Istilah ini sama dengan Nominal Pipe Size yaitu menunjukan ukuran

diameter nominal pada pipa, akan tetapi Diameter Nominal dapat diketahui

dengan satuan mm.

 Schedule

Menunjukkan parameter ketebalan pipa yang didasarkan pada standard

ANSI. Schedule ini dinyatakan dengan dimulai dari Sch 5, Sch 10, Sch 20, Sch 30,

Sch 40, Sch 60, Sch 80, Sch 100, Sch 100, Sch 120, Sch 140, Sch 160. Dimana

semakin besar Sch Number maka semakin tebal. Selain Numeric Schedule ada

tiga macam klasifikasi lainnya untuk mengukur ketebalan pipa meliputi Standard

(STD), Extra Strong (XS), Double Extra Storng (XXS).

21
 Diameter luar pipa (OD)

Diameter luar pipa merupakan ukuran yang menunjukan besar diameter

terluar dengan satuan “inchi atau mm”.

 Diameter dalam pipa (ID)

Diameter dalam pipa ukuran yang menunjukan besar diameter dalam

dengan satuan “inchi atau mm”.

b. Standar Pipa
Di dalam pembuatan, perawatan dan inspeksi pipa air, gas, minyak di kenal

beberapa standar internasional, seperti :

 API : American Petroleum Institute

 DIN : Duetche Industrie Norm.

 AWWA : American Water Work Association

 ASTM : American Society for Testing & Material

 ANSI : American National Standard Institute

 ASME : American Society of Mechanical Engineer

 JIS : Japanase Industrial Standard

 BSS : British Standard Specification

 AS : Australian Standard

Secara umum standart pipa berdasarkan materialnya menurut ASME

dibedakan menjadi :

 ASME B36.10M Welded and Seamless Wrought Steel Pipe

 ASME B36.19M Stainless Steel Pipe

22
3.6 Hanger dan Pipe Support

Hanger (Gantungan) dan Pipe support (penyangga) pipa merupakan bagian

penting yang berfungsi untuk menahan berat beban pipa itu sendiri, fluida,

insulasi, valve dan pengaruh beban lainya seperti vibration load, wind load,

movement yang timbul akibat faktor tertentu. Setiap support memiliki jarak yang

harus diperhatikan pada saat perencanaan dan harus memenuhi kriteria sesuai

standart yang telah ditetapkan. Sebab dengan tidak sempurnanya penyangga pipa

dapat mengakibatkan patahnya sistem perpipaan tersebut. Jenis-jenis support

untuk kontruksi instalasi pipa dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Pipe Support/hanger

Untuk jenis support ini, ialah tipe yang menahan berat dari si pipa termasuk

fluida yang bekerja di dalamnya. Pipe support ini berfungsi untuk meneruskan

beban (load) yang diterima pipa ke struktur atau pondasi yang lebih kuat.

Fungsinya, agar si pipa tidak tertahan sepenuhnya oleh equipment. Dapat pula

support ini berfungsi untuk menghindari sagging, yaitu pipa melendut ke bawah

karena kuranya penopangan yang berakibat fluida akan tertahan dan tidak

mengalir. Tipe support ini, ada yang langsung ke struktur atau pipa, ada pula yang

mengunakan shoe. Shoe digunakan manakala pipa terdapat insulasi dimana kalau

pipa itu langsung diletakan di supportnya, insulasinya akan penyok atau rusak;

2. Pipe Resistraint

Untuk pipe restrain, lebih dikhususkan untuk menahan beban karena

pergerakan pipa, atau lebih khusus ke expansion load. Pergerakan pipa disini,

tidak hanya disebabkan oleh perubahan tempratur pipa yang tinggi atau rendah,

23
pergerakan pipa disini dapa pula disebabkan oleh external force seperti angin.

Namun, untuk pipe restrain lebih dikhususkan untuk menopang pergerakan oleh

thermal ataupun dinamik sipipa. Jenis dari pipe restain itu akan ditahan oleh

anchors. Anchor sendiri dibedakan menjadi dua bagian, fixed anchor dan

directional ancor. Untuk fixed anchor, pipa tersebut dilas langsung ke struktrur.

Sehingga mengakibatkan pipa tidak dapat bergerak kesegala arah, termasuk pula

ketika pipa di sambungkan ke equipment, maka pipa tersebut diangap di anchor;

3. Vibration Absorber

Untuk jenis penopang ini, pada dasarnya adalah support yang digunakan

untuk menahan vibrasi yang di sebabkan oleh angin, gempa atau aliran fluida.

3.7 Spesifikasi Pipe Support

Pipe support memiliki spesifikasi dan standart tersendiri dalam

pemilihanya, pipe support dalam pemasanganya harus disesuaikan dengan kondisi

beban, ukuran, dimensi ketinggian dan keekonomianya. Berikut standart dari

amerika yang dapat digunakan mengenai pipe support:

 MSS SP-58 Materials and Design of Pipe Supports

 MSS SP-69 Selection and Application of Pipe Supports

 MSS SP-89 Fabrication and Installation of Pipe Supports

 PFI ES-26 Welded Load Bearing Attachments to Pressure


Retaining Boundaries

 National Fire Protection Association (NFPA)

 American Welding Society (AWS)

24
 American Institute of Steel Construction (AISC)

Selain standart dari Amerika terdapat juga beberapa standart lainya dari

inggris, Jerman dan Jepang.

Untuk mempermudah seorang engineer dalam menentukan jarak support

pada pipa, maka dapat menggunakan tabel rekomendasi berdasarkan diameter

pipa dan jenis pelayanan fluida yang mengalirnya. Seperti yang terlihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 3.2 Suggested Piping Support Spacing

Berdasarkan standart MSS SP-58 tipe hanger dan support yang umum

digunakan dapat diklasifikasikan menjadi:

 Adjustable steel clevis hanger

digunakan untuk pipa horizontal dan beberapa pipa vertikal

 Yoke-type pipe clamp

sebuah support pipa untuk suspensi pada pipa horizontal yang menggunakan

insulasi.

25
 Carbon- or alloy-steel three-bolt pipe clamp

cocok untuk suspensi pipa horizontal

 Steel pipe clamp

digunakan untuk pipa horizontal yang menggunakan insulasi.

 Adjustable pipe saddle support

digunakan untuk pipa horizontal dan beberapa pipa vertikal.

Selain yang umum digunakan dalam instalasi perpipaan terdapat beberapa


tipe support dan hanger lainya yang ditetapkan standart MSS SP-58

 Pipe hanger

 Adjustable swivel pipe, split ring type or solid ring type

 Adjustable steel band hanger

 Extension pipe or riser clamp

 Adjustable band hanger

 Adjustable swivel ring, band type

 Split pipe ring with or without turnbuckle adjustment

 Extension split pipe clamp, hinged or two-bolt

 Steel turnbuckle

 Steel clevis

 Swivel turnbuckle

 Malleable iron socket

 Steel weldless eye nut

 Steel or malleable concrete insert

26
 Top beam C-clamp

 Side beam or channel clamp

3.8 Pemilihan Pipe Support Berdasarkan Kondisi

Dalam menentukan tipe support yang akan direncanakan pada suatu sistem

instalasi perpipaan dapat meninjau dari kondisi sebagai berikut:

 Hot System

a. Temperature mulai 120 ºF sampai 450 ºF .

…Tipe ini biasanya terdapat pada low pressure steam, hot water, dan process

piping. Pada sistem ini menurut MSS SP-58 Tipe 1 dan 3 hingga 12 digunakan

untuk suspending dari atas. Rollers digunakan untuk support dari bawah dan

disarankan menggunakan tipe 41 dan 43 hingga 46 dengan sadel yang sesuai.

b. Temperature mulai 450 ºF sampai 650 ºF

. Tipe ini biasanya terdapat pada boiler plant and industrial steam dan hot-water

piping systems. Pada sistem ini menurut MSS SP-58 Tipe 1, 3, 4 dan 42 dapat

digunakan. Rollers disarankan menggunakan tipe 41 dan 43 hingga 46 dengan

sadel yang sesuai pada tipe 39.

c. Temperature mulai 750 ºF keatas .

….Tipe ini biasanya terdapat pada high-pressure steam power plant piping. Pada

sistem ini menurut MSS SP-58 Tipe 2, 3, atau 42 dapat digunakan dengan

material alloy steel. Rollers disarankan menggunakan tipe 41 hingga 47 dengan

sadel yang sesuai pada tipe 39.

27
 Cold System

Sistem ini biasanya beroperasi pada suhu 70 ºF kebawah, pada sistem ini

support harus dipasang diluar insulasi menurut MSS SP-58 tipe 40 disarankan

untuk digunakan agar insulasi terlindungi dan pada penambahan las harus dari

bahan alloy yang kompatibel sesuai beban perpipaan tersebut.

 Ambient System

Sistem ini biasanya beroperasi pada suhu lingkungan yaitu sekitar 120 ºF,

pada sistem ini hangers tipe 1 dan 3 hingga 12 dapat digunakan dengan support

tipe 24, 26 dan 35 hingga 38.

3.9 Perhitungan Diameter Pipa Uap

Dalam menentukan dimensi pipa khususnya diameter, secara sederhana

menggunakan persamaan kontinuitas yaitu :

Qin = Qout (3.1)

A1 x v1 = A2 x v2

¼ π D1² v1 = ¼ π D1² v2

Berdasarkan persamaan tersebut apabila pipa memiliki kecepatan sama dan

diameter kedua ujungya sama maka perhitungan untuk menentukan diameter

menjadi :

D=√ (3.2)

28
Keterangan :

D = Diameter nominal (inchi)

A = Luas penampang cross sectional ( inch2)

Q = Kapasitas (inch3/s)

V = kecepatan aliran (inch/s)

Dalam kasus pipa dengan pelayanan fluida berupa uap maka persamaan

yang digunakan menjadi

D = 1,75 √ (3.3)

Keterangan :

D = Diameter nominal (inchi)

W = Laju massa (Lb/hr)

v = Volume spesifik (ft³/lb)

x = Fraksi uap

V = Standar kecepatan uap (ft/min)

Berdasarkan tipe fluida yang mengalir dalam pipa bertekanan maka syarat

kecepatan fluida yang ideal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kecepatan Aliran Fluida Dalam Pipa yang Direkomendasikan

29
3.10 Perhitungan Kehilangan Panas Pada Jalur Perpipaan

Pada jalur perpipaan uap terdapat kehilangan panas yang terjadi secara

konveksi dan konduksi akibat pengaruh material, insulasi dan lingkungan. Untuk

menjaga temperature fluida maka biasanya jalur perpipaan dipasang insulasi

dengan ketebalan tertentu seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

Tp

Gambar 3.3 Model Cross Sectional Pipa Insulasi

Untuk mengetahui kehilangan panas yang terjadi pada pipa berinsulasi dapat

menggunakan persamaan

QL = (3.4)

Dimana Rtotal merupakan resistance dari konveksi fluida ke dinding,

konduksi dinding pipa, konduksi insulasi, konduksi cover insulasi dan konveksi

cover ke lingkungan.

Untuk mengetahui tahanan panas yang terjadi secara konduksi pada pipa

berinsulasi dapat menggunakan persamaan

30
Rcond = (3.5)

Untuk mengetahui tahanan panas yang terjadi secara konveksi pada pipa

berinsulasi dapat menggunakan persamaan

Rconv = (3.6)

Karena pipa berinsulasi merupakan memiliki multilayer atau berlapis

tahanan thermalnya seperti gambar dibawah ini maka persamaan menjadi

Gambar 3.4 Model Hambatan Panas Multilayer

Rtotal = Rconv1 + Rcond1 + Rcond2 + Rcond3 + Rconv2

Rtotal = + + + (3.7)

Keterangan :

QL : Panas hilang (Watt)

T1 : Suhu operasi fluida (ºC)

31
T2 : Suhu lingkungan (ºC)

R conv1 : Tahanan thermal konveksi fluida ke dinding pipa (ºC/W)

R cond1 : Tahanan thermal konduksi dinding pipa (ºC/W)

R cond2 : Tahanan thermal konduksi insulasi (ºC/W)

R cond3 : Tahanan thermal konduksi dinding cover (ºC/W)

R conv2 : Tahanan thermal konveksi cover ke lingkungan (ºC/W)

L : panjang pipa (m)

K : koefisien thermal konduktivitas (W/m ºC)

h : koefisien thermal konveksi (W/m² ºC)

r : jari-jari masing-masing layer (m)

A : luas permukaan bagian dalam layer (m²)

Untuk menentukan koefisien thermal konveksi alami (h2) pada luar pipa

maka dapat menggunakan persamaan

h= (3.8)

Dimana untuk silinder horizontal secara empiris persamaan Nusselt

adalah

Nu = (3.9)

Untuk menentukan nilai Rayleigh number (Ra) maka dapat menggunakan

persamaan

̰
Ra = (3.10)

Keterangan :

h : Koefisien thermal konveksi (W/m² ºC)

32
Nu : Nusselt number

k : Koefisien thermal konduksi (W/m² ºC)

Lc : Panjang geometri karakteristik pipa = Di (m)

Ra : Rayleght number

Pr : Prandlt number

g : Kecepatan gravitasi (m/s²)

: Koefisien volume ekspansi = 1/Tf (1/ºC)

Ts : Suhu permukaan insulasi (ºC)

̰ : Suhu lingkungan (ºC)

v : Kekentalan kinematik (m²/s)

3.11 Perhitungan Jarak Support Pipa

Fungsi dari support untuk menyangga pipa agar tidak terjadi defleksi,

tegangan dan vibrasi yang terlampau besar yang dapat menyebabkan mudah

terjadi keretakan pada pipa oleh karena itu diperlukan jarak-jarak support tertentu

dalam batas-batas defleksi, tegangan dan vibrasi yang diijinkan. Jarak antara

support ini tergantung dari diameter pipa serta schedule- nya dan temperatur

fluida.

Persamaan untuk perhitungan maksimum jarak penyangga yang diijinkan

pipa horisontal diasumsikan menggunakan fixed/clamp support yaitu:

Berdasarkan Tegangan (S) = √ (3.11)

Berdasarkan Defleksi (S) = √ (3.12)

33
Persamaan untuk perhitungan maksimum jarak penyangga yang diijinkan

pipa horisontal diasumsikan menggunakan pinned/simply support yaitu

Berdasarkan Tegangan (S) = √ (3.13)

Berdasarkan Defleksi (S) = √ (3.14)

Selain mempertimbangkan defleksi dan tegangan, dalam menentukan jarak

penyangga juga harus memperhatikan frekwensi alami dari sistrem perpipaan

supaya tidak terjadi resonansi yang dapat menimbulkan getaran hebat. Pada

umumnya dalam industri proses dan sejenisnya frekwensi alami pada sistem

perpipaan harus lebih dari 4 cps. Untuk menentukan frekwensi alami secara

sederhana dan umum dapat menggunakan persamaan

Fn = √ = √
(3.15)

Keterangan :

Z : Momen tekanan bengkok (psi)

Sh : Tegangan izin pada suhu operasi (psi)

𝐸 : Modulus elastisitas (psi)

𝐼 : Momen Inersia (in4)

W tot : Berat total (lb/ft)

: Defleksi maksimal (5/8 inchi)

g : Percepatan gravitasi (386 in/sec²)

34
untuk penentuan jarak penyangga yang telah dihitung berdasarkan formula

maka perlu memperhatikan faktor pengali seperti yang terdapat pada gambar 3.2

Gambar 3.5 Faktor Perhitungan Pipe SupporT

Sehingga setelah memperhatikan faktor pengali setiap persamaan menjadi

L´ = C x L initial (3.16)

dimana C adalah factor pengali dan L initial merupakan jarak span

3.12 Perhitungan Berat Total Jalur Perpipaan

Pada jalur perpipaan terdiri dari beberapa komponen yang memiliki berat

masing-masing seperti berat pipa, berat fluida yang mengalir, berat insulasi yang

terpasang, berat kotoran yang terikut didalam fluida dan berat gaya luar lainya

seperti peralatan dari yang terpasang diatas pipa.

Secara umum untuk menghitung berat total jalur perpipaan adalah dengan

menjumlahkan seluruh berat komponen yang terdapat dalam sistem tersebut.

Perhitungan berat suatu komponen menggunakan formula sebagai berikut.

35
m= ρ.V (3.17)

Dimana (m) adalah berat/massa suatu objek dalam satuan kg dan (ρ)

merupakan massa jenis dalam (kg/m3). Sedangkan (V) adalah volume suatu

objek, apabila objek tersebut berupa silindris berongga dengan ketebalan tertentu

maka volume dapat dicari berdasarkan persamaan

V = 0,25 π ( )L (3.18)

Apabila objek berupa silindris tidak berongga, seperti fluida yang mengalir

dalam suatu pipa dengan asumsi fluida tersebut memenuhi ruangan silindris pada

pipa berongga maka persamaan volume menjadi

V = 0,25 π L (3.19)

Sedangkan pada objek pipa berdasarkan standar yang telah ditetapkan

untuk mengetahui berat pipa dapat dilihat berdasarkan tabel yang telah ditetapkan

berdasarkan masing-masing diameter.

Keterangan :

m = Massa/ berat (kg)

Di = Diameter dalam (m)

Do = Diameter luar (m)

ρ = Densitas (kg/m3)

V = Volume (m3)

L = Panjang (m)

36
3.13 Perhitungan Corrosion Rate

Perhitungan laju korosi pipa ini digunakan untuk menentukan seberapa

cepat laju korosi dalam rentang waktu penginstalan pipa tersebut

Longterm : Cr = (3.20)

Shortterm : Cr = (3.21)

Keterangan :

Cr = Laju korosi (inchi/tahun)

t initial = Tebal acuan, pada Longterm menggunakan tebal

tersedia saat instalasi jika pada Shortterm menggunakan

tebal hasil pengukuran tahun sebelumnya (inchi)

t actual = Tebal aktual yang terukur

time L = Selisih waktu antara tahun pengukuran hingga tahun

awal operasi

time S = Selisih waktu antara tahun pengukuran sekarang hingga

tahun pengukuran sebelumnya.

3.14 Perhitungan Thickness Required

Perhitungan thicknes required digunakan untuk mengetahui ketebalan

minimum pipa tersebut, berdasarkan standard ASME B31.1 untuk Power Piping

maka formula

Minimum thickness = (3.22)

37
Keterangan :

P = Internal design pressure (psi)

Do = Outside diameter (inchi)

S = Maximum allowable stress at operating temperature (psi)

E = Joint efficiency for ERW

Y = Coefficient design factor

A = Additional thickness/ corrosion allowance (inchi)

Khusus pada penambahan thickness berfungsi untuk mengakomodir

termasuk akibat persyaratan korosi, erosi, keausan, dan toleransi fabrikasi.

Selain penentuan minimum thickness sesuai standart ASME biasanya dalam

penentuan tebal minimum khusus untuk pipa tipe rolled seamless dan seam-

welded umumnya menambahkan toleransi sebesar 0 sampai 12,5 persen.

3.15 Perhitungan Remaining Life

Perhitungan remaining life digunakan untuk menganalisa sisa umur

equipment dengan mempertimbangkan laju korosi yang terjadi

Us = (3.23)

Keterangan :

Us = Sisa umur pipa (tahun)

t actual = Tebal actual pengukuran (mm)

t required = Tebal yang diisyaratkan/ tebal minimum tanpa CA (mm)

Cr = Laju korosi (mm/tahun).

38
IV. PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Jalur Pipa Well PAD 29 ke Separator 180

Jalur pipa dari well Pad 29 ke separator 180 merupakan jalur pipa dari

sumur 29 yang mengalirkan steam dari reservoir dengan kandungan 60% fluida

air dan 40% uap dengan flow 60 kg/s. Selain itu campuran kedua fluida tersebut

juga mengandung beberapa komponen lain seperti kandungan Silika dan impuritis

lainya.

Setelah uap dari reservoir melewati Pad 29 kemudian akan diteruskan

kedalam Separator 180 untuk dilakukan pemisahan awal antara uap dan air, Uap

yang keluar dari separator akan diteruskan ke pipa header untuk dikumpulkan dari

beberapa sumur menjadi satu aliran dalam pipa sebelum masuk ke power plant.

Sedangkan untuk air yang keluar dari separator akan dialirkan ke sumur injeksi.

Jalur pipa dari well Pad 29 memiliki dimensi pipa sebesar 12 Inchi dengan

material API 5L Gr.25A untuk menahan tekanan sumur sekitar 250 psi sampai

400 psi dan temperatur sekitar 244 C. Untuk menjaga temperatur tetap tinggi

sebelum masuk power plant, di sepanjang jalur pipa well pad 29 ke separator 180

dipasang insulasi tipe Glasswool dengan ketebalan sekitar 50 mm.

4.2 Data Spesifikasi Pipa Well Pad 29 ke Separator 180

Berikut merupakan data spesifikasi yang diperoleh berdasarkan metode

wawancara dan hasil inspeksi tahun 2019 dari Departemen HSE PT. Geo Dipa

Energi Unit Dieng.

39
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Pipa

Spesifikasi pipa NPS 12 inchi


ASME B31.1
Standar Pipa API 5L Grade 25.A
Schedule Pipa 20 XS
Standar Material Carbon Steel
L (panjang pipa) 32,3 M
OD (Outside Diameter) 12,75 In
ID (Inside diameter) 11,75 In
t (Tebal) 12,7 mm
S (Maximum Allowable Stress at Operating Temperature) 10900 Psi
E (Joint Factor for Electric Resistance Welded Pipe) 0,85 -
Pds (Tekanan Desain) 400 Psi
Y (Design Faktor) 0,4
-
tahun awal operasi 2000 -
tahun ini 2020 -
Waktu operasi 20 Tahun
Corrosion Allowance (CA) 0,4 mm
Termal Conductivity 44, 634 W/m² ºC
*sumber : dokumen spesifikasi dan inspeksi

Tabel 4.2 Data Pengukuran Thickness Actual 2019

Derajat posisi
Lokasi
0 90 180 270
Pipe 1 11,13 11,24 11,44 11,84
Pipe 2 9,7 9,65 10,54 9,84
Pipe 3 11,1 9,93 11,03 9,84
180⁰
Elbow1 9,9 9,93 9,89 10,28
Pipe 4 10,47 9,65 9,78 9,87
Elbow 2 9,55 9,5 9,55 9,41
Elbow 3 9,98 10,38 10,22 10,18 270⁰ 90⁰
Pipe 5 10,78 10,5 10,8 10,32
Elbow 4 9,92 10,15 10,3 10,28
Pipe 6 10,33 10,67 10,54 10,71 0⁰
Elbow 5 11,97 12,15 12,07 12,07
Pipe 7 11,63 11,32 11,77 11,05 Derajat posisi
*sumber : dokumen spesifikasi dan inspeksi

40
4.3 Analisa Teoritis Sisa Umur Pipa

Analisa sisa umur pipa (Us) berdasarkan persamaan 3.23 dapat dihitung:

Us =

Keterangan :

Us = Life time/ sisa umur (tahun)

t actual = Tebal actual (mm)

t required = Tebal required (mm)

Corrosion rate = Laju korosi (mm/tahun)

1. Menghitung Corrosion Rate (Cr)

Berdasarkan standard API 570 untuk menghitung laju korosi longterm

digunakan persamaan 3.20 maka dapat dihitung:

Cr =

Cr =

Cr = 0,1732 mm/tahun

Keterangan :

t initial = Tebal pipa tersedia ( 12,7 mm)

t actual = Tebal actual terkecil (9,41 mm)

Tahun initial = Tahun awal operasi (2000)

Tahun actual = Tahun pada t actual (2019)

41
2. Menghitung Thickness Required (tr)

Berdasarkan standard ASME B31.1 untuk menghitung minimum thickness

under internal pressure digunakan persamaan 3.22 maka di dapat:

Minimum thickness =

Minimum thickness =

Minimum thickness = 0,286 inchi atau 7,27 mm

Keterangan :

P = Internal design pressure (400 psi)

Do = Outside riameter (12,75 inchi)

S = Maximum allowable stress at operating temperature (10900 psi)

E = Joint efficiency for ERW (0,85)

Y = Coefficient design factor (0,4)

A = Additional thickness/ corrosion allowance ( 0,4 mm or 0,015748 inchi)

Sehingga dapat dianalisa sisa umur jalur pipa Well Pad 29 ke separator 180

dengan memperhatikan tebal terkecil hasil pengukuran yaitu sebesar 9,41 mm dan

tebal required sebesar 6,87 mm, dimana tidak termasuk corrosion allowance.

Us =

Us = = 14,66 tahun terhitung dari tahun 2019

Sisa umur jalur pipa Well Pad 29 ke Separator 180 terhitung dari tahun 2020

adalah 14,66 – (2020 -2019) = 13,66 Tahun

42
4.4 Data Spesifikasi Insulasi dan Silika

Berikut merupakan data spesifikasi yang diperoleh berdasarkan metode

wawancara dan hasil inspeksi tahun 2019 dari Departemen HSE PT. Geodipa

Energi Unit Dieng

Tabel 4.3 Data Spesifikasi Insulasi dan Silika

Parameter Satuan

Material silika SiCO2 -


Densitas silika 2650,5 Kg/m3
Tebal maksmum 2 inchi
Dis (Diameter dalam silika) 196,85 mm
Dos (Diameter luar silika) 298,45 mm
Lenght 32,3 m
Material Insulasi Glasswool -
Density Glasswool 100 kg/m3
Thermal Conductivity 0,037 W/m K
Lenght 32,2 m
Doi (Diameter luar insulasi) 423,85 mm
Dii (Diameter dalam insulasi) 323,85 mm
Tebal 50 mm

4.5 Analisa Kehilangan Panas pada Jalur Perpipaan ( QL )

Dalam menganalisa kehilangan panas yang terjadi pada jalur perpipaan

penulis mengabaikan kehilangan panas konveksi dari fluida kedinding pipa

(Rconv1) dan kehilangan panas konduksi pada cover insulasi (Rcond3) karena

nilainya sangat kecil pada umumnya, bila di gambarkan menjadi:

Ts Insulasi

Pipa
𝑇 ̰ = 23
Silika

Gambar 4.1 Cross Sectional Pipa Insulasi Wellpad to Separator


43
Untuk menghitung nilai tahanan thermal dengan mengansumsi nilai suhu

permukaan insulasi sebesar 37 ºC maka tahap pertama adalah menentukan nilai

koefisien konveksi alami pada insulasi ke lingkungan berdasarkan persamaan

3.10, 3.9 dan 3.8 maka:

̰
 Ra =

Ra = = 981727454,9

 Nu =

Nu = = 115,52

 h=

h= = 7,05 W/m²C

Keterangan :
seingat saya Tf
Lc : Panjang geometri karakteristik pipa berinsulasi =dalam absolut
Doi (0,42385m)

Ra : Rayleght number

Pr : Prandlt number

g : Kecepatan gravitasi (9,81 m/s²)

: Koefisien volume ekspansi = 1/Tf (1/30ºC)

Ts : Suhu permukaan insulasi, Asumsi (ºC)

̰ : Suhu lingkungan (ºC)

v : Kekentalan kinematik (m²/s)

coba di tambahi/cek isolasi


kritisnya bisa tidak?

44
Dimana berdasarkan lampiran 7 tabel propertis udara pada 1 atm dan suhu

Tf = (Ts + ̰ /2 didapat nilai k = 0,02588 W/m² ºC, v = 0,00001608 m²/s dan Pr

= 0,7282.

Sehingga berdasarkan persamaan 3.5 dan 3.6 maka dapat dihitung tahanan

thermal masing-masing layer konveksi dan konduksi sebagai berikut:

 Rcond1 =

= = 9,02147 x ºC/W

 Rcond2 =

= = 0,035859 ºC/W

 Rconv 2 =

= = 0,003297 ºC/W

 Rtotal = Rcond1 + Rcond2 + Rconv2

Rtotal = 9,02147 x 0,016582 + 0,003297

Rtotal = 0,019889 ºC/W

Sehingga berdasarkan persamaan 3.4 maka dapat dihitung besar kehilangan

panas pada jalur perpipaan sebagai berikut:

QL =

QL = = 11112,2 Watt

45
Untuk memvalidasi nilai asumsi suhu permukaan insulasi benar maka dapat

dicek dengan persamaan

Q conv 2 = QL

h A ( Ts - ̰ ) = 11111,29 Watt

7,05 x 3,14 x 0,4238 x 32,3 x (37 – 23) = 11111,29 Watt

4242,38 Watt ≠ 11111,29 Watt

Sehingga asumsi suhu permukaan insulasi harus diulang kembali hingga

mencapai Q conv 2 = QL, didapat nilai Ts = 40,7 ºC

Dengan menggunakan langkah perhitungan yang sama maka didapat nilai:

Tf : (40,7 + 23)/2 = 31,85 ºC

k : 0,02593 W/m² ºC

v : 0,00001615 m²/s

Pr : 0,7279

Ra : 1158876828

Nu : 121,7170891

h : 7,446323277 W/m²C

Rcond1 : 9,02147 x ºC/W

Rcond2 : 0,035859 ºC/W

Rconv 2 : 0,003124388 ºC/W

R total : 0,038993 ºC/W

QL : 5667,4 Watt

Qho : 7,4463 x 3,14 x 0,4238 x 32,3 x (40,7 – 23) = 5667,4 Watt

Sehingga karena QL = Qho maka nilai asumsi benar.

46
Keterangan Data :

k1 : Thermal konduksi pipa carbon steel ( 44, 634 W/m² ºC)

k2 : Thermal konduksi insulasi glass wool ( 0,037 W/m² ºC)

r1 : Radius dalam pipa (0,1492 m)

r2 : Radius luar pipa (0,1619 m)

r3 : Radius luar insulasi (0,2119 m)

T1 : Suhu operasi (244 ºC)

2 or : Suhu lingkungan (23 ºC)

Ts : Suhu permukaan insulasi asumsi awal (37 ºC)

4.6 Menentukan Jarak Support Ideal Kondisi Desain Tanpa Silika ( S )

Maksimal jarak support atau span dengan tipe fixed/clamp support dapat

dihitung berdasarkan persamaan 3.11 dan 3.12 sebagai berikut.

Berdasarkan Tegangan (S) = √

Berdasarkan Defleksi (S) = √

Keterangan :

Z : Momen tekanan bengkok (56,7 psi)


Sh : Tegangan izin pada suhu operasi (10900 psi)
𝐸 : Modulus elastisitas (26400000 psi)
𝐼 : Momen Inersia (362 in4)
W tot : Berat total ( pipa, insulasi, fluida dan silika)

1. Menentukan Berat Total Jalur Pipa (Wtot)

 Berat Pipa sepanjang 32,3 meter

Berat pipa tiap meter berdasarkan ASME B36.10M untuk NPS 12 inchi dan

47
Schedule 20 XS adalah 97,44 kg/m.

Sehingga berat jalur pipa sepanjang 32,3 m adalah

Wp = 97,44 kg/m x 32,3 m

Wp = 3147,312 kg

 Berat Insulasi Glasswall sepanjang 32,3 meter

Berat insulasi dapat dihitung berdasarkan persamaan 3.17 dan 3.18

sehingga:

Wi = ρ x V

Wi = ρ x 0,25 x п ( Doi² - Dii² ) x L

Wi = 100 kg/m3 x 0,25 x 3,14 ( 0,42385² - 0,32385² ) x 32,3 m

Wi = 189,6 kg

 Berat fluida aliran sepanjang 32,3 meter

Berdasarkan kondisi aliran dimana fluida terdiri dari 60% air dan 40%

steam dan dengan mengasumsi bahwa fluida mengalir secara full memenuhi

ruangan pipa dengan kondisi design ( tebal 12,7 mm) maka berat fluida dapat

dihitung berdasarkan persamaan 3.17 dan 3.19 sehingga :

Wf = 60% ( 0,25 x п x Di² x L x ρw ) + 40% (0,25 x п x Di² x L x ρs)

Wf = 0,25 x п x Di² x L ( 60% ρw + 40% ρs )

Wf = 0,25 x 3,14 x 0,29845² x 32,3 (60% x 828,28 + 40% x 13,68)

Wf = 1134,75 kg

Sehingga berat total jalur pipa dengan kondisi desain adalah

Wtotal = 3147,312 kg + 189,6 kg + 1134,75 kg = 4471,65 kg atau 9858,3 lb

Wtotal = = 93 lb/ft

48
Keterangan :

Di = Diameter dalam pipa

Dii = Diameter dalam insulasi

Do = Diameter luar pipa

Doi = Diameter luar insulasi

ρ = Densitas insulation

ρw = Densitas water ( 1/v)

ρs = Densitas steam (1/v)

v = Volume spesifik

Sehingga jarak support ideal jalur pipa dengan kondisi desain adalah

Berdasarkan tegangan (S) = √

(S) = √

(S) = 51,5 ft atau 15,7 m

Berdasarkan defleksi (S) = √

(S) = √

(S) = 46,7 ft atau 14,2 m

Selain itu untuk menahan akibat terjadinya resonansi karena vibrasi maka

maksimal jarak support dapat dihitung berdasarkan frekwensi alami menurut

persamaan 3.15 sebagai berikut.

Fn = √ = √

49
Fn =

Fn = 3,95 cps ≈ 4cps

Berdasarkan persamaan 3.16 maka maksimal jarak support pipa yang

seharusnya, setelah memperhatikan faktor pengali dari gambar 3.5 adalah

Berdasarkan tegangan L’ = C1 x L

L’ = 0,913 x 15,7 m

L’ = 14,3 m

Berdasarkan defleksi L’ = C2 x L

L’ = 0,883 x 14,2 m

L’ = 12,5 m

Berdasarkan vibrasi L’ = C3 x L

L’ = 0,883 x 14,2 m

L’ = 12,5 m

Keterangan :

Fn = Frekwensi alami (cps)

g = Percepatan gravitasi (386 in/sec²)

L’ = Jarak support final (m)

L = Jarak support (m)

C1,C2,C3 = Faktor pengali

Sehingga pemilihan yang tepat pada saat pemasangan awal support adalah

dengan jarak maksimal tiap support 12,5 meter untuk menahan beban jalur pipa

dari sisi tegangan, defleksi maupun vibrasi operasi.

50
4.7 Menentukan Jarak Support Ideal Dengan Variasi Kondisi Operasi ( L’ )

Dengan berbagai variasi kondisi operasi dapat mempengaruhi berat total

jalur pipa dari wellPad 29 ke separator 180, sehingga penempatan jarak support

yang akan dipilih sangat berpengaruh.

Berikut hasil perhitungan penempatan jarak support ideal dengan variasi

kondisi operasi berbeda

Tabel 4.4 Maksimal Jarak Support Ideal dengan Variasi Kondisi

Silika Fluida Isolasi Pipa defleksi tegangan vibrasi


berat
berat berat Berat total
Tebal berat berat tebal berat L'1 L'2 L'3
water steam fluida
0 0 1122,4 12,35 1134,75 189,59 12,7 3147,312 4471,652 12,56 14,34 12,56
5 394,43 1048,43 11,54 1059,98 189,59 12,7 3147,312 4791,312 12,35 13,85 12,35
10 775,41 977 10,75 987,76 189,59 12,7 3147,312 5100,072 12,15 13,43 12,15
15 1142,95 908,08 9,99 918,08 189,59 12,7 3147,312 5397,932 11,98 13,05 11,98
20 1497,06 841,69 9,26 850,96 189,59 12,7 3147,312 5684,922 11,83 12,71 11,83
25 1837,72 777,8 8,56 786,38 189,59 12,7 3147,312 5961,002 11,69 12,41 11,69
30 2164,94 716,46 7,88 724,35 189,59 12,7 3147,312 6226,192 11,56 12,14 11,56
35 2478,72 657,63 7,24 664,87 189,59 12,7 3147,312 6480,492 11,45 11,91 11,45
40 2779,06 601,31 6,61 607,94 189,59 12,7 3147,312 6723,902 11,34 11,69 11,34
45 3065,96 547,52 6,02 553,55 189,59 12,7 3147,312 6956,412 11,24 11,50 11,24
50 3339,41 496,25 5,46 501,71 189,59 12,7 3147,312 7178,022 11,16 11,32 11,16
55 3599,43 447,5 4,92 452,42 189,59 12,7 3147,312 7388,752 11,08 11,15 11,08

span 15
(m) 14,5
14
13,5
13 Berdasarkan Defleksi
12,5
12 Berdasarkan
11,5
Tegangan
Berdasarkan vibrasi
11
10,5
10
0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.2 Maksimal Jarak Support Ideal dengan Variasi Kondisi Operasi

51
Berdasarkan tabel 4.4 perhitungan maksimal jarak support ideal dan aman

pada berbagai macam variasi kondisi dapat diketahui ketika kondisi pipa dipenuhi

silika dengan tebal dari 0 hingga 55 mm maka berat sistem perpipaan menjadi

semakin meningkat walaupun berat fluida didalamnya menurun karena volume

mengecil akibat adanya silika didalam pipa, sehingga jarak support maksimal

yang ideal dan aman juga akan semakin mengecil berdasarkan defleksi, tegangan

maupun vibrasi. Itu berarti semakin tebal silika maka semakin besar pula defleksi,

tegangan dan vibrasi yang diterima pipa hingga pada puncak tertentu.

Dari kondisi tersebut dapat diketahui jarak support maksimal yang paling

ideal dan aman adalah sebesar 11,08 meter tiap support yang terpasang untuk

menahan pipa dari segi defleksi, tegangan dan vibrasi apabila sewaktu-waktu

bagian dalam pipa dipenuhi silika setebal 55 mm. Pada pelaksanaan pemasangan

dilapangan harus memperhatikan panjang total dari sistem perpipaan tersebut

kemudian dapat ditentukan jumlah support yang harus dipasang dan jarak support

sebenarnya.

4.8 Menentukan Dimensi Pipa Baru yang Optimal

Semakin lama waktu operasi pembangkit listrik panas bumi maka semakin

menurun pula produksi uap yang dihasilkan dari dalam bumi, sehingga untuk

mengoptimalkan produksi perlu merencanakan dimensi pipa yang berbeda.

Untuk menentukan perencanaan dimensi pipa yang optimal perlu

menghitung sebagai berikut :

1. Menentukan Perencanaan Diameter Pipa Baru yang Optimal

Berdasarkan persamaan 3.3 dapat dihitung diameter pipa baru yang optimal

52
sebagai berikut :

D = 1,75 √

D = 1,75 √

D = 8,96 inchi

Berdasarkan tabel pipa maka untuk memenuhi diameter tersebut ditentukan

10 inchi.

Keterangan :

D = Diameter nominal (inchi)

W = Laju massa (60 kg/s atau 476198,4 Lb/hr)

v = Volume spesifik, lampiran 5 (0,073097 m3/kg atau 1,1709 ft3/lb)

x = Fraksi uap (0,4)

V = Standar kecepatan uap, lampiran 6 (8500 ft/min)

2. Menghitung Tebal Requiered Pipa Baru (tr)

Berdasarkan standard ASME B31.1 untuk menghitung minimum thickness

under internal pressure digunakan persamaan 3.18 maka di dapat:

Minimum thickness =

Minimum thickness =

Minimum thickness = 0,243 inchi atau 6,2 mm

53
Sehingga berdasarkan tabel dimensi pipa NPS 10 inchi SCH XS didapat

tebal dinding pipa sebesar 0,5 inchi atau 12,7 mm.

Keterangan :

P = Internal design pressure (400 psi)

Do = Outside diameter (12,75 inchi)

S = Maximum allowable stress at operating temperature (10900 psi)

E = Joint efficiency for ERW (0,85)

Y = Coefficient design factor (0,4)

A = Additional thickness/ corrosion allowance ( 0,4 mm or 0,015748 inchi)

Sehingga berdasarkan perhitungan diatas maka dapat ditentukan

perencanaan dimensi pipa baru yang optimal adalah NPS 10 Inchi SCH XS API

5L Gr.25A dengan tebal 0,5 inchi.

4.9 Analisa Penghematan Kehilangan Panas pada Pipa Baru

Untuk mengurangi kehilangan panas pada jalur perpipaan dapat

menggunakan beberapa cara yaitu penentuan tebal insulasi dan pemilihan material

insulasi. Insulasi sangat penting untuk equipment, selain untuk menjaga suhu

operasi stabil juga dapat melindungi pipa dari api, air dan angin yang dapat

menyebabkan korosi dan bahaya lain.

Berikut perhitungan kehilangan panas yang terjadi pada pipa NPS 10 inchi

dengan material insulasi yang sama yaitu Glasswool dan ketebalan yang sama 50

54
mm, Untuk menghitung nilai tahanan thermal dengan mengansumsi nilai suhu

permukaan insulasi sebesar 40,6 ºC maka tahap pertama adalah menentukan nilai

koefisien konveksi alami pada insulasi ke lingkungan berdasarkan persamaan

3.10, 3.9 dan 3.8 maka:

̰
 Ra =

Ra = = 786690901

 Nu =

Nu = = 107,75

 h=

h= = 7,49 W/m²C

Keterangan :

Lc : Panjang geometri karakteristik pipa baru berinsulasi = Doi

(0,373 m)

Ra : Rayleght number

Pr : Prandlt number

g : Kecepatan gravitasi (9,81 m/s²)

: Koefisien volume ekspansi = 1/Tf (1/31,85ºC)

Ts : Suhu permukaan insulasi (ºC)

̰ : Suhu lingkungan (ºC)

v : Kekentalan kinematik (m²/s)

Dimana berdasarkan lampiran 7 tabel propertis udara pada 1 atm dan suhu

55
Tf = (Ts + ̰ /2 didapat nilai k = 0,02593 W/m² ºC, v = 0,00001615 m²/s dan Pr

= 0,7279.

Sehingga berdasarkan persamaan 3.5 dan 3.6 maka dapat dihitung tahanan

thermal masing-masing layer konveksi dan konduksi sebagai berikut:

 Rcond1 =

= = 1,07864 x ºC/W

 Rcond2 =

= = 0,041585 ºC/W

 Rconv 2 =

= = 0,003529 ºC/W

 Rtotal = Rcond1 + Rcond2 + Rconv2

Rtotal = 1,07864 x 0,041585 + 0,003529

Rtotal = 0,045125ºC/W

Sehingga berdasarkan persamaan 3.4 maka dapat dihitung besar kehilangan

panas pada jalur perpipaan sebagai berikut:

QL =

QL = = 4897,5 Watt

Untuk memvalidasi nilai asumsi suhu permukaan insulasi pipa NPS 10 inchi

benar maka dapat dicek dengan persamaan

Q conv 2 = QL

h A ( Ts - ̰ ) = 4986 Watt ≈ 4897,5 Watt

56
Keterangan Data :

k1 : Thermal konduksi pipa carbon steel ( 44, 634 W/m² ºC)

k2 : Thermal konduksi insulasi glasswool (0,037 W/m² ºC)

r1 : Radius dalam pipa baru (0,1238 m)

r2 : Radius luar pipa baru (0,1365 m)

r3 : Radius luar insulasi baru (0,1865 m)

T1 : Suhu operasi (244 ºC)

2 or : Suhu lingkungan (23 ºC)

Ts : Suhu permukaan insulasi awal asumsi (40,6 ºC)

Bila dibandingkan dengan nilai kehilangan panas sebelum penggantian

ukuran pipa maka terjadi penurunan sebesar 769,9 Watt yang berarti dapat

menghemat panas yang terbuang. Perbandingan kehilangan panas pada kondisi

exiting dengan kondisi perencanaan optimasi dapat dilihat pada grafik dibawah

ini:

Grafik Kehilangan Panas

6000 5667,4 Watt


5500
4897,5 Watt
5000

4500

4000

3500

3000
NPS 12 inchi NPS 10 inchi

Gambar 4.3 Perbandingan Kehilangan Panas Setelah Optimasi

57
4.10 Menentukan Jarak Support Ideal Pipa Baru Kondisi Tanpa Silika ( S )

Maksimal jarak support atau span dengan tipe fixed/clamp support dapat

dihitung berdasarkan persamaan 3.11 dan 3.12 sebagai berikut.

Berdasarkan tegangan (S) = √

Berdasarkan defleksi (S) = √

Keterangan :

Z : Momen tekanan bengkok, lampiran 6 (39,4 psi)

Sh : Tegangan izin pada suhu operasi, lampiran 3 (10900 psi)

𝐸 : Modulus elastisitas, lampiran 4 (26400000 psi)

𝐼 : Momen Inersia, lampiran 6 (212 in4)

W tot : Berat total ( pipa, insulasi, fluida dan silika)

1. Menentukan Berat Total Jalur Pipa Baru (Wtot)

 Berat pipa sepanjang 32,3 meter

Berat pipa tiap meter berdasarkan ASME B36.10M untuk NPS 10 inchi dan

Schedule XS adalah 81,53 kg/m.

Sehingga berat jalur pipa sepanjang 32,3 m adalah

Wp = 81,53 kg/m x 32,3 m

Wp = 2633,419 kg

 Berat Insulasi Glasswool sepanjang 32,3 meter

Dengan mengansumsi perencanaan tebal insulasi sama yaitu 50 mm, maka

berat insulasi dihitung berdasarkan persamaan 3.17 dan 3.18 sehingga:

58
Wi = ρ x V

Wi = ρ x 0,25 x п ( Doi² - Dii² ) x L

Wi = 100 kg/m3 x 0,25 x 3,14 ( (Do+2ti)² - Do² ) x 32,3 m

Wi = 100 kg/m3 x 0,25 x 3,14 ( (0,273m+2(0,05m))² - 0,273² ) x 32,3 m

Wi = 163,8 kg

 Berat fluida aliran sepanjang 32,3 meter

Berdasarkan kondisi aliran dimana fluida terdiri dari 60% air dan 40%

steam dan dengan mengasumsi bahwa fluida mengalir secara full memenuhi

ruangan pipa dengan kondisi design ( tebal 12,7 mm) maka berat fluida dapat

dihitung berdasarkan persamaan 3.17 dan 3.19 sehingga:

Wf = 60% ( 0,25 x п x Di² x L x ρw ) + 40% (0,25 x п x Di² x L x ρs)

Wf = 0,25 x п x Di² x L ( 60% ρw + 40% ρs )

Wf = 0,25 x 3,14 x 0,2476² x 32,3 (60% x 828,28 + 40% x 13,68)

Wf = 781 kg

Sehingga berat total jalur pipa baru dengan kondisi desain adalah

Wtotal = 2633,419 kg + 163,8 kg + 764 kg = 3561,219 kg atau 7851,14 lb

Wtotal = = 74,1 lb/ft

Keterangan :

Di = Diameter dalam pipa baru

Dii = Diameter dalam insulasi baru

Do = Diameter luar pipa baru

Doi = Diameter luar insulasi baru

59
L = Panjang jalur perpipaan

ρ = Densitas insulasi

ρw = Densitas water ( 1/v)

ρs = Densitas steam (1/v)

v = Volume spesifik

Sehingga maksimal jarak support ideal jalur pipa baru adalah

Berdasarkan Tegangan (S) = √

(S) = √

(S) = 48,14 atau 14,7 m

Berdasarkan Defleksi (S) = √

(S) = √

(S) = 43,24 ft atau 13,18 m

Selain itu untuk menahan akibat terjadinya resonansi karena vibrasi maka

maksimal jarak support dapat dihitung berdasarkan frekwensi alami menurut

persamaan 3.15 sebagai berikut.

Fn = √ = √

Fn =

Fn = 3,95 cps ≈ 4cps

Sehingga berdasarkan persamaan 3.16 dengan demikian maka maksimal

jarak support pipa yang seharusnya setelah memperhatikan faktor pengali dari

gambar 3.5 adalah

60
Berdasarkan tegangan L’ = C1 x L

L’ = 0,913 x 14,7 m

L’ = 13,4 m

Berdasarkan defleksi L’ = C2 x L

L’ = 0,883 x 13,18 m

L’ = 11,6 m

Berdasarkan vibrasi L’ = C3 x L

L’ = 0,883 x 13,18 m

L’ = 11,6 m
Keterangan :

Fn = Frekwensi alami (cps)

g = Percepatan gravitasi (386 in/sec²)

L’ = Jarak support final (m)

L = Jarak support (m)

C1,C2,C3 = Faktor pengali

Sehingga pemilihan yang tepat pada saat pemasangan awal support adalah

dengan jarak maksimal tiap support 11,6 meter untuk menahan beban jalur pipa

dari sisi tegangan, defleksi maupun vibrasi operasi.

4.11 Menentukan Jarak Support Ideal Pipa Baru Dengan Variasi kondisi

Operasi ( L’ )

Dengan berbagai variasi kondisi operasi dapat mempengaruhi berat total

jalur pipa dari wellPad 29 ke separator 180, sehingga penempatan jarak support

yang akan dipilih sangat berpengaruh.

61
Berikut hasil perhitungan penempatan maksimal jarak support ideal pada

perencanaan pipa baru dengan variasi kondisi operasi berbeda seperti: variasi

ketebalan pipa, ketebalan silika yang dapat mempengaruhi volume aliran fluida.

Tabel 4.5 Maksimal Jarak Support Ideal Pipa Baru dengan Variasi Kondisi

Silika Fluida Isolasi Pipa Defleksi Vibrasi


Berat Tegangan
Berat Berat Berat Total
L'1 L'2 L'3
Tebal Berat Water Steam Fluida Berat Tebal Berat
0 0 772,81 8,509 781,32 163,8 12,7 2633,42 3578,54 11,62 13,36 11,62
5 326,14 711,66 7,836 719,50 163,8 12,7 2633,42 3842,86 11,41 12,89 11,41
10 638,85 653,03 7,190 660,22 163,8 12,7 2633,42 4096,29 11,23 12,49 11,23
15 938,11 596,92 6,572 603,49 163,8 12,7 2633,42 4338,83 11,07 12,13 11,07
20 1223,93 543,33 5,982 549,31 163,8 12,7 2633,42 4570,47 10,93 11,82 10,93
25 1496,31 492,26 5,420 497,68 163,8 12,7 2633,42 4791,22 10,80 11,55 10,80
30 1755,26 443,70 4,885 448,59 163,8 12,7 2633,42 5001,07 10,69 11,30 10,69
35 2000,76 397,67 4,378 402,05 163,8 12,7 2633,42 5200,03 10,58 11,08 10,58
40 2232,81 354,16 3,899 358,06 163,8 12,7 2633,42 5388,10 10,49 10,89 10,49
45 2451,43 313,17 3,448 316,62 163,8 12,7 2633,42 5565,28 10,40 10,71 10,40
50 2656,61 274,70 3,024 277,73 163,8 12,7 2633,42 5731,56 10,33 10,56 10,33
55 2848,35 238,75 2,628 241,38 163,8 12,7 2633,42 5886,95 10,26 10,42 10,26

span (m) 14,5

14

13,5
Berdasarkan
13 Defleksi

12,5
Berdasarkan
12 Tegangan
11,5
Berdasarkan vibrasi
11

10,5

10

9,5
tebal silika (mm)
0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.4 Maksimal Jarak Support Pipa Baru Ideal dengan Variasi Kondisi Operasi

62
Berdasarkan tabel 4.4 perhitungan jarak support ideal dan aman pada

berbagai macam variasi kondisi dapat diketahui ketika kondisi pipa dipenuhi

silika dengan tebal dari 0 hingga 55 mm maka berat sistem perpipaan menjadi

semakin meningkat walaupun berat fluida didalamnya menurun karena volume

mengecil akibat adanya silika didalam pipa, sehingga jarak support maksimal

yang ideal dan aman juga akan semakin mengecil berdasarkan defleksi, tegangan

maupun vibrasi. Itu berarti semakin tebal silika maka semakin besar pula defleksi,

tegangan dan vibrasi yang diterima pipa hingga pada puncak tertentu.

Dari kondisi tersebut dapat diketahui jarak support maksimal yang paling

ideal dan aman adalah sebesar 10,26 meter tiap support yang terpasang untuk

menahan pipa dari segi defleksi, tegangan dan vibrasi apabila sewaktu-waktu

bagian dalam pipa dipenuhi silika setebal 55 mm. Pada pelaksanaan pemasangan

dilapangan harus memperhatikan panjang total dari sistem perpipaan tersebut

kemudian dapat ditentukan jumlah support yang harus dipasang dan jarak support

sebenarnya.

63
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan " Optimalisasi Power

Piping jalur WellPad 29 ke Separator180 menggunakan Standard ASME

B31.1 di PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng", maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Spesifikasi pipa yang terpasang adalah API 5L Grade 25A ERW Carbon

Steel diameter nominal 12 Inchi SCH 20XS.

2. Jika ditinjau berdasarkan thickness actual terendah yaitu 9,41 mm maka sisa

umur pipa adalah 13,66 tahun.

3. Maksimal jarak support ideal yang aman pada sistem perpipaan sekarang

dalam kondisi tanpa silika yang dapat dipasang adalah 12,5 meter tiap

support

4. Maksimal jarak support ideal yang seharusnya dipasang dalam variasi

kondisi operasi adalah 11,08 meter tiap support untuk paling aman dengan

asumsi kondisi silika penuh setebal 55 mm

5. Kehilangan panas yang terjadi pada jalur pipa dari well pad 29 ke separator

180 adalah 5667,4 Watt

6. Laju korosi yang terjadi pada jalur pipeline ini adalah 0,1732 mm / tahun.

7. Diameter optimum dapat dimaksimalkan menjadi NPS 10 inchi SCH XS

dengan ketebalan 12,7 mm atau 0,5 inchi.

8. Pada perencanaan pipa baru dapat menurunkan kehilangan panas sebesar

769,9 watt.

64
9. Maksimal Jarak support ideal pada perencanaan pipa baru NPS 10 inchi

yang aman adalah 10,26 meter tiap support untuk mencegah beban

maksimum akibat pengaruh ketebalan silika sebesar 55 mm.

5.2 Saran

Mengingat pentingnya peran pipa wellpad 29 ke separator180 maka

sebaiknya perlu dilakukan hal – hal sebagai berikut :

1. Melakukan inspeksi berupa pengecekan thickness secara berkala.

2. Melakukan penggantian pipa apabila sudah terjadi kebocoran yang terjadi di

titik yang berurutan.

3. Melakukan maintenance eksternal dan internal. Eksternal menggunakan

visual dan katodik protection sedangkan untuk internal menggunakan inject

chemical (corrosion inhibitor).

4. Selalu memantau kandungan silika yang terbawa fluida dan lakukan

pembersihan secara teratur

5. Mengingat berdasarkan teori sisa umur jalur pipa tersebut hanya 16 tahun,

segera merencanakan untuk penggantian pipa dengan dimensi yang

optimum sesuai flowrate dan penentuan pipe support yang ideal.

65
DAFTAR PUSTAKA

1. API 570 , 2016, Inspection, Rating, Repair, and Alteration of Piping Systems.
Fourth Edition. Institute American Petroleum. Houston : American
Petroleum Institute, USA.
2. ASME B31.1, 2010, Power Piping, The American Society of Mechanical
Engineers, USA
3. ASME B36.10M, 2004, Welded and Seamless Wrought Steel Pipe, The
American Society of Mechanical Engineers, USA
4. Cengel Y, John M.C 1998, Heat Transfer Second Editions, The McGraw-
Hill Company, USA.
5. Kannapan S, 1986, Introduction to Pipe Stress Analysis, John Wiley & Sons
Inc, Canada.
6. Nayyar M, 2000, Piping Handbook Seventh Edition, McGraw-Hill
Company, New York.
7. Whitesides R, 2012, Selecting the Optimum Pipe Size, PDH Center,
Meadow Estates Drive.
Lampiran 1 : Tabel Dimensi Pipa
Lampiran 2 : Tabel Faktor E

Lampiran 3 : Allowable stress


Lampiran 4 : Tabel Modulus Elastisitas

Lampiran 5 : Tabel Properties Saturated Water


Lampiran 6 : Tabel Dimensi Pipa Baja Karbon
Lampiran 7 : Tabel Properties Udara pada Tekanan 1 atm

Anda mungkin juga menyukai