DISUSUN OLEH:
RIDHO FIDIANTOWI
13111100
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
segala rahmat-Nya penulis mendapat kesempatan untuk melaksanakan kerja
praktik di PT. Chevron Indonesia Company (CICo). Puji dan syukur juga penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas bantuan-Nya penulis mampu
menyelesaikan kerja praktik dan menulis laporan kerja praktik ini.
Laporan kerja praktik ini merupakan salah satu prasyarat untuk memenuhi
persyaratan akademis dalam rangka meraih gelar sarjana di Program Studi Teknik
Mesin, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung.
Selesainya kerja praktik ini tidak lain karena penulis telah mendapat banyak
banntuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat-Nya
2. Kedua orang tua dan saudara keluarga di rumah yang selalu memberikan
restu dan dukungan
3. Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin sebagai Ketua Program Studi Teknik Mesin
Institut Teknologi Bandung
4. PT. Chevron Indonesia Company yang telah memberikan kesempatan dan
segala fasilitas yang sangat mendukung dalam kerja praktik ini
5. Pak Eric Zulhelneri atas bantuannya melancarkan proses penerimaan saya
untuk kerja praktik serta telah memberikan bantuan selama penulis
melakukan kerja praktik ini
6. Bapak Suparno selaku penanggung jawab peserta On the Job Training
yang telah membina dan membimbing selama kami melakukan kerja
praktik ini
20. Archeilia Dwianca selaku teman saya yang menemani penulis, mengajak
berjalan-jalan, dan membantu ketika berada di Balikpapan
21. Pak Jul selaku bapak kosan kami yang sering memberikan nasihat,
membagi pengalaman, memberikan saran,
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vii
DAFTAR PERSAMAAN .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1
2.3
2.3.1
2.3.2
iv
Compressor ....................................................................................................... 29
5.1.1
5.1.2
5.1.3
5.1.4
5.1.5
5.1.6
5.1.7
5.2
63
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
viii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 4.1 Boyles Law .............................................................................................. 30
Persamaan 4.2 Charles Law ............................................................................................ 31
Persamaan 4.3 Gay-Lussacs Law .................................................................................... 31
Persamaan 4.4 Combined Gas Law................................................................................... 31
Persamaan 4.5 Persamaan Gas Ideal ................................................................................. 32
Persamaan 4.6 Kecepatan Tangensial ............................................................................... 33
Persamaan 4.7 Hukum Bernoulli ...................................................................................... 41
Persamaan 4.8 Control Volume Energy Rate Balance. ..................................................... 53
Persamaan 4.9 Simplified Control Volume Energy Rate Balance..................................... 53
Persamaan 4.10 Compressors Control Volume Balance Equation.................................. 53
Persamaan 4.11 Combustors Control Volume Balance Equation. .................................. 54
Persamaan 4.12 Turbines Control Volume Balance Equation ........................................ 54
Persamaan 4.13 Gas Engines Thermal Efficiency ........................................................... 54
Persamaan 5.1 Persamaan ECF ........................................................................................ 55
Persamaan 5.2 Gas Turbines Power ................................................................................ 56
Persamaan 5.3 Elevation Correction Factor in American Engineering Units .................. 57
Persamaan 5.4 Site Parameters at Barometric Pressure and Inlet Pressure Loss ........... 58
Persamaan 5.5 Site Parameters at Barometric Pressure, Inlet Pressure Loss and Exhaust
Loss ................................................................................................................................... 59
Persamaan 5.6 w cycle ...................................................................................................... 91
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa teknik mesin
ITB tidak hanya sekedar mengandalkan kemampuan yang diperoleh dari proses
perkuliahan saja, tapi juga harus dapat mengetahui dan memahami praktik serta
penerapannya pada dunia nyata. Mata kuliah kerja praktik ini diselenggarakan
oleh Program Studi Teknik Mesin untuk memfasilitasi mahasiswa dalam
mendalami penerpan ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan pada dunia kerja.
Melalui kerja praktik ini, mahasiswa diharapkan dapat memperdalam ilmu
keprofesiannya dengan cara turun langsung ke lapangan. Mahasiswa dihadapkan
secara langsung dengan masalah masalah yang ada di lapangan. Tentu saja
masalah yang ada berbeda dengan masalah yang ada di dunia perkuliahan. Selain
memperdalam ilmu keperofesian, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan
ilmu softskill dalam berkomunikasi, managemen diri, kemampuan bekerja sama,
dan lain-lain yang kelak akan dibutuhkan pada dunia kerja.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memahami pentingnya matakuliah
kerja praktik ini dalam menunjang kemampuan diri untuk meningkatkan
kemampuan softskill maupun hardskill. Chevron Indonesia Company (CICo)
merupakan perusahan dari Amerika yang bergerak dalam bidang minyak dan gas.
Dalam prosesnya, CICo membutuhkan proses maintenance dan operation untuk
menjamin kuantitas dan kualitas produk yang akan dihasilkan. Bidang bidang
tersebut sangat erat hubungannya dengan keprofesian teknik mesin. Maka dari itu,
topik maintenance dan operation sangat cocok untuk penulis jadikan topik utama
Kerja Praktik penulis di Chevron Indonesia Company.
memberikan solusi.
3. Pengenalan tentang Perusahaan tempat Kerja Praktik sehingga
mahasiswa memiliki gambaran mengenai model industri yang
bergerak di bidang teknik mesin.
1.5 Metodologi
Metodologi yang penulis gunakan dalam melaksanakan kerja praktik ini adalah:
1. Studi Literatur
Penulis melakukan studi literatur yang diperoleh dari mentor terkait
dengan bidang yang akan penulis dalami selama Kerja Praktik. Studi
Literatur yang penulis lakukan mengenai cara kerja, mekanisme, dan
fungsi dari kompresor dan gas engine
2. Observasi
Observasi di lapangan secara langsung dilakukan agar ilmu yang diperoleh
sebelumnya bisa terbayang dan semakin memahami cara kerja, mekanisme
dari kompresor dan turbin gas
3. Diskusi
Selama kerja praktik berlangsung, penulis melakukan diskusi mengenai
hal-hal yang kurang penulis pahami dengan tim predictive maintenance
dan juga turbo machinery group.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Lapangan Attaka
Lapangan Kerindingan
Lapangan Serang
Lapangan Sepinggan
Lapanga Yakin
Lapangan Seguni
Terminal Lawe-Lawe
Selain visi dan misi diatas, CICo memilki dua buah prinsip dalam beroperasi,
yaitu:
1. Do it safely or not at all
2. There is always time to do it right.
2.3 Struktur Organisasi
2.3.1
2.3.2
Operations &
Maintenance
VP Operations &
Maintenance
Operations &
Maintenance
SR Admin Assistant
Operations &
Maintenance
South Operations
Area
MGR South Operations Area
Maintenace and
Reliability
Planning Specialist
Asset Retirement
Project
Operation Coord
DW Operations &
Maintenace
Operations &
Maintenace
North Operations
Area
PM Asset Retirement
Maintenace
& Reliability
MGR MCTE & Reliabillity
Maintenace
& Reliability
Maintenace Analyst
Maintenace
North
Maintenance
South
TM Maintenance
South
TM Maintenace North
Reliability
Turbo
Machinery
Group
TL Turbo Machinery
TA & Planning
TL Reliability
6 Generator Package
1 Generator Package
3 Generator Package
3 Generator Package
10
PDM mempunyai alur kerja sendiri, sehingga kinerja dari PDM akan
selalu memuaskan. Gambar di bawah ini menunjukan alur kerja dari tim
Predictive Maintenance.
Mostly, triggered by
operational condition
that has under-services
to its design or previous
normal operation.
Data
Analyze
Report
Recommendation
In general, the
recommendation ended
with compressor/engine
overhaul
11
Terminal Santan merupakan terminal yang berada pada north area dalam
Chevron Indonesia Company.
12
Compressor Station
Lapangan yang berisikan kompresor yang digunakan untuk
menaikkan tekanan gas dari LEX untuk kemudian dikirim ke
daerah lain.
Dispatch
Bagian operasi yang bertugas untuk menyimpan, menjaga kualitas
dan mendistribusikan produk-produk yang ada di Terminal Santan.
13
Laboratorium
Laboratorium yang digunakan untuk melakukan proses penelitian
terhadap bagian-bagian yang menunjang proses operasi dan
memeriksa kualitas produk.
Maintenance
Bagian dari operasi yang bertugas untuk melakukan perawatan dan
perbaikan
terhadap
komponen-komponen
yang
menunjang
kegiatan produksi.
-
Power House
Rumah yang berisikan turbin gas untuk menghasilkan listrik yang
berguna untuk menunjang kegiatan operasi di Terminal Santan.
Process Plant
Bagian operasi yang melakukan pengolahan minyak dalam fasa
cair untuk menghasilkan crude oil.
Warehouse
Gudang yang berguna untuk meletakkan barang-barang yang
menunjang operasi.
14
BAB III
SISTEM OPERASI DAN PERALATAN
3.1 Santan Terminal Gas Processing Plant
3.1.1. Overview
Gas yang berasal dari offshore pada Northern Area dan dari Santan
Terminal Process Plant (Solution Gas) diproses di Liquid Extraction (LEX)
Plant. Produk yang dihasilkan dari LEX merupakan C1 (Methane), C2
(Ethane), C3 (Propane), C4 (Butane), dan C5+ (Pentane Plus). Produk utama
yang dihasilkan adalah C3 dan C4 yang kemudian nantinya akan disimpan
kedalam sebuah storage unit. LEX mempunyai 4 buah storage unit akhir, 2
buah untuk C3 dan 2 buah untuk C4. Produk C1 dan C2 yang dihasilkan dari
LEX akan disalurkan dahulu ke Compressor Station untuk dinaikkan
tekanannya dan kemudian dikirimkan ke daerah Bontang. Produk C5+ akan
diinjeksikan ke dalam aliran Crude oil sebelum ditampung pada Crude oil
Storage Tank. Proses tersebut biasa disebut dengan Crude Spike yang bertujuan
untuk mengurangi densitas crude oil dan meningkatkan Reid Vapor Pressure.
3.1.2. LEX Plant Process Flow
Secara umum proses di LEX Plant meliputi:
3.1.2.1 Feed Gas Compression and Condensate Depropanizer
Proses ini merupakan proses mempersiapkan gas yang akan masuk ke
dalam LEX Plant. Tekanan gas yang dikirimkan dari solution process plant
harus ditingkatkan terlebih dahulu agar sama dengan tekanan gas dari lapangan
sebelum masuk ke dalam LEX Plant. Tekanan ditingkatkan dari 16 psig
menjadi 220 psig.
Karena dalam gas tersebut masih memungkinkan terdapat adanya cairan di
dalamnya, maka aliran gas tersebut dialirkan melalui srubber untuk dipisahkan
antara air, kondensat dan gas. Gas dari lapangan Attaka masuk ke dalam V-30
Gas Scrubber. Gas dari lapangan Melahin, Kerindingan, Serang (MKS) masuk
ke dalam V-122 Gas Scrubber. Hasil keluaran Scrubber diatas akan dialihkan
15
tekanannya
menggunakan
kompresor
C-231
atau
Booster
16
17
Setelah mengalami
beberapa
sarana
yang
menunjang
proses
liquefaction.
Diantaranya adalah:
-
Nitrogen Injection
Injeksi nitrogen yang dilakukan pada Cold Box dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya pencampuran gas yang ada di dalam ruang
penyekat Cold Box dengan udara luar apabila ada kebocoran gas
dalam ruang tesebut.
18
Methanol Injection
Injeksi methanol dimaksudkan untuk menghilangkan hidrat yang
mungkin terbentuk pada aliran feed gas. Methanol dapat
diinjeksikan kedalam 5 titik yaitu pada E-51 A/B, E-52 A/B dan
suction line dari expander section EC-51.
Defrosting Line
Defrosting berguna untuk menghilangkan hidrat yang terbentuk
dengan cara memanaskan Cold Box. Proses ini dilakukan dengan
cara mengisolasi Cold Box dari media pendingin sehingga tidak
terjadi proses pendinginan, tetapi aliran feed gas tetap dialirkan
menuju Cold Box sehingga temperatur Cold Box akan meningkat
dan mampu mencairkan kembali bunga es yang ada pada aliran
feed gas. Selama proses defrosting ini, LEX Plant hanya akan
dijalankan dengan menggunakan salah satu dari Cold Box, dan feed
gas yang digunakan untuk defrosting dialirkan ke Cryogenic Vent.
3.1.2.4 Fractination
Proses ini bertujuan untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat yang
terdapat pada gas. Proses pemisahan ini dilakukan dengan bantuan panas
berdasarkan titik didihnya. Jumlah kolom fraksinasi yang dibutuhkan
tergantung pada jumlah produk yang dikehendaki dan tergantung pada
karakteristik feed gas.
Proses fraksinasi ini menggunakan pressure vessel vertikal, dimana di
dalam vessel tersebut dilengkapi sebuah tray. Pada tray ersebut akan terjadi
proses kesetimbangan uap cair dimana akan terjadi pemisahan fraksi ringan
dengan fraksi beratnya. Proses fraksinasi terbagi dalam 2 bagian yaitu stripping
section dan rectification section.
19
Stripping Section
Bagian ini merupakan tempat pemisahan fraksi ringan dan berat
dengan cara pemanasan. Bagian ini terletak pada feed tray ke
bawah. Proses pemanasan dilakukan dengan mengalirkan stripping
gas sehingga fraksi ringannya akan menguap ke atas. Dalam proses
ini
digunakan
sebuah
Reboiler.
Reboiler
berguna
untuk
Rectification Section
Bagain ini berfungsi untuk mencairkan kembali fraksi berat yang
dapat ikut teruapkan. Proses pencairan fraksi berat yang telah
menjadi fasa gas menggunakan aliran reflux. Bagian ini terletak
pada feed tray ke atas. Dalam proses
Demethanizer V-53
Demethanizer V-53 berguna untuk memisahkan C1 dan fraksi yang
lebih berat yaitu C2+. Jalur masuk Demethanizer V-53 berasal dari
Expander EC-51 berupa 2 fasa. Kemudian dari separator V-51 dan
V-52. Bagian ini hanya mempunyai bagian stripping.
Deethanizer V-54
Deethanizer V-54 berguna untuk memisahkan C2 dan fraksi yang
lebih berat yaitu C3+. Bagian ini dilengkapi dengan Condenser E55 yang menggunakan media pendingin propane refrigerant.
20
Depropanizer V-56
Depropanizer V-56
Debutanizer V-61
Debutanizer V-61 berguna untuk memisahkan C4 dan fraksi yang
lebih berat yaitu C5+. Bagian ini dilengkap dengan Condenser E62 dan Reflux Accumulator V-62 dan Reboiler E-63 dengan
pemanas hot oil.
21
22
23
Minyak mentah yang berasal dari Heat Exchanger akan menuju Direct
Fire Crude Heaters. Dalam Direct Fire Crude Heaters ini terjadi kenaikan
temperatur dari 120 140oF menjadi 160 165oF. Pemanasan ini dilakukan
dengan tujuan untuk memecah emulsi pada minyak mentah.
Setelah melalui proses pemanasan, minyak mentah kemudia dialirkan
untuk dilakukan proses pemisahan air-minyak tingkat kedua. Pada tahap ini,
minyak mentah akan dialirkan menuju Intermediate Presure Separator. Sama
seperti proses pemisahan tahap pertama, proses pemisahan tahap kedua ini
akan menghasilkan minyak dengan kualitas yang lebih baik, gas, dan air residu.
Minyak mentah yang telah melalui proses pemisahan air-minyak tingkat
kedua akan dialirkan ke Low Pressure Separator untuk diproses lebih lanjut
pada proses pemisahan air-minyak tahap ketiga. Sama seperti pada proses
pemisahan tahap pertama dan kedua, hasil dari pemrosesan ini adalah minyak
24
dengan kualtas yang lebih baik, gas, serta air residu. Minyak hasil proses ini
akan dialirkan menuju Gas Boot. Di dalam Gas Boot, minyak mentah
kemudian akan distabilisasi dengan melepaskan gas terlarut. Minyak mentah
hasil pemrosesan tersebut kemudian akan dialirkan ke Crude Stabilizer Pumps
untuk dipompa ke Storage Tank. Dalam perjalanan menuju Storage Tank,
minyak mentah tersebut dialirkan terlebih dahulu melalui Heat Exchangers
yang ada pada proses pemisahan tingkat pertama. Dalam kasus ini, minyak
mentah panas ini berperan sebagai heating fluid untuk memanaskan minyak
yang berasal dari HP Separator yang telah dijelaskan sebelumnya. Minyak
mentah ini akan mengalami kenaikan temperatur sebelum masuk ke dalam
Storage Tank.
3.3.2.2 TRAIN C
Seperti halnya pada Train A&B, minyak mentah yang berasal dari
lapangan (dalam kasus ini berasal dari Melahin, Kerindingan, dan Serang)
diproses untuk menghasilkan minyak mentah yang memenuhi spesifikasi
ekspor. Susunan dan pemrosesan pada train C sama seperti pada train A&B,
hanya pemipaan pada incoming train, ukuran, dan setting peralatan yang
dipakai yang berbeda.
3.3.2.3 Waste Water Treatment
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses pengolahan minyak
mentah menjadi minyak mentah yang memenuhi spesifiasi ekspor akan
menghasilkan minyak dengan kualitas yang lebih baik sebagai produk dan gas
serta air sebagai residu. Air yang dipisahkan masih memiliki kandungan
minyak sekitar 2000 3000 Ppm. Limbah air tersebut tidak dapat langsung
dibuang ke laut karena masih memiliki konsentrasi minyak yang tinggi dan
dapat mencemari lingkungan. Maka dari itu, air yang diperoleh dari hasil
pengolahan minyak tersebut perlu dilakukan proses pemurnian kembali agar
tidak mencemari lingkungan ketika dibuang ke laut.
Air yang telah dipisahkan mula mula dialirkan menuju Corrugated Plate
Interceptor (CPI) dan Old API Separator untuk proses pengolahan air limbah
25
tingkat pertama. Proses ini menurunkan kandungan minyak dalam air hingga
200 250 ppm pada CPI dan 300 400 ppm pada Old API Separator.
Selanjutnya, air limbah ini dialirkan menuju New API Separator. Di dalamnya,
dilakukan proses pemurnian air hingga menurunkan kandungan minyak dalam
air sampai 120 ppm.
Setelah itu, air limbah mengalami proses pemurnian air menuju Wemco
Depurators. Apabila keluaran dari Wemco Depurator sudah memenuhi standar
dari waste water, air tersebut akan dipompa oleh pompa untuk dibuang sekitar
1,2 km dari pantai melalui pipa. Untuk standar Chevron, kandungan minyak di
dalam air sekitar 25 ppm.
dispatch, crude oil dan gas yang berasal dari perusahaan lain pun dikelola oleh
tim dispatch. Produk yang dikelola berasal dari berbagai sumber, diantarnya
berasal dari VICO dan Badak LNG. Tugas tim dispatch ini yaitu menerima
produk yang siap diekspor, menampung, menjaga kualitas produk ketika dalam
masa penampungan, dan juga menjual produk yang telah memenuhi spesifikasi
ke pembeli.
Mula-mula produk yang telah diolah menjadi produk yang memenuhi
spesifikasi diterima oleh tim dispatch yang kemudian akan di tampung di
tangki penyimpanan. Sebelum ditampung pada tangki pernyimpanan, diambil
sampel dari setiap produk secara periodik untuk mengetahui kualitas produk
yang akan dikelola oleh tim dispatch. Apabila produk yang diterima oleh tim
dispatch tidak memenuhi spesifikasi ekspor, maka tim dispatch akan
memberitahu pihak yang berkaitan dengan proses pengolahan produk untuk
memperbaiki kualitas produknya karena setiap produk yang telah diterima oleh
tim dispatch akan menjadi tanggung jawabnya baik dari segi kualitas dan juga
kuantitas.
Produk kemudian dialirkan menuju tempat penampungan. Terdapat 7
tangki untuk menampung crude oil dan kondensat dan terdapat 4 tempat
penyimpanan untuk gas. 2 tangki untuk menampung propana dan 2 tangki
untuk menampung butana. Tangki yang digunakan dilengkapi dengan fasilitas
untuk mengukur jumlah produk yang ada di dalamnya sehingga tangki tersebut
juga dapat dijadikan parameter berapa produk siap jual yang dimiliki oleh tim
dispatch ini. Dalam proses penampungan, minyak dijaga kualitasnya.
Parameter yang menentukan kualitas dari minyak tersebut diantaranya adalah
BSW, API, RVP, dan lain-lain.
Produk dikirim ke konsumen menggunakan pipa yang ditanam di bawah
laut sepanjang 11 km. Produk tersebut dikirim ke SBM (Single Buoy Moring)
untuk dimuat ke kapal tanker. Semua produk yang ditampung di tim dispatch
akan dijual melalui kapal tanker, tidak ada pipa yang menghubungkan Santan
27
dengan kilang minyak yang ada di kota lain. Produk dikirim ke SBM
menggunakan bantuan pompa dan juga booster pump (jika deperlukan).
Terdapat 3 buah pompa dan 3 buah booster pump yang dimiliki tim dispatch.
Namun, tidak semua pompa dan booster pump tersebut dapat dioperasikan
secara bersamaan. Maksimal pompa dan booster pump yang dapat dinyalakan
bersama-sama masing-masing sebanyak 2. Minimal 1 pompa dan 1 booster
pump harus stand-by apabila salah satu pompa atau booster pump mengalami
kerusakan. Kapasitas produk maksimal yang akan dikirim apabila 2 pompa dan
2 booster pump dinyalakan sekitar 23500 Barrel/Hour
Untuk menjamin kuantitas produk yang masuk ke kapal tanker, terdapat
alat ukur yang menghitung kuantitas aliran produk yang akan dikirim. Untuk
mengukurnya, aliran produk tersebut harus laminar dan tidak terdapat bubble
sehingga pengukuran dapat dikatakan valid. Namun, produk yang telah
dipompa akan menghasilkan aliran yang turbulen dan menghasilkanm
gelembung-gelembung. Maka dari itu, sebelum melalui proses pengukuran,
aliran tersebut dialirkan menuju daerator untuk menghilangkan gelembunggelembung tersebut. Dalam proses Loading, wajib diamati oleh pihak SKK
Migas dan Surveyor untuk menilai proses jual beli berjalan dengan semestinya.
28
BAB IV
TEORI DASAR
4.1
Compressor
Kompresor merupakan sebuah alat yang berguna untuk menaikkan
tekanan dari sebuah fluida kerja dari tekanan rendah menuju tekanan yang lebih
tinggi. Perbedaan antara kompresor dan pompa terletak pada fluida kerjanya.
Kompresor menggunakan fluida kompresibel sedangkan pompa menggunakan
fluida inkompresibel.
4.1.1 Jenis-Jenis Kompresor
Berdasarkan klasifikasi dinamik, kompresor dibagi menjadi 2 jenis:
Kompresor Aksial
Kompresor yang arah aliran masuknya searah dengan arah aliran keluarnya.
Kompresor Sentrifugal
Kompresor yang arah aliran masuknya tegak lurus dengan arah aliran
keluarnya.
29
compressible,
sedangkan
pompa
menggunakan
fluida
kerja
incompressible.
Proses menaikkan tekanan pada kompresor menggunakan persamaan ideal
gas dimana semakin kecil suatu volume maka semakin besar tekanannya.
Sesuai dengan persamaan boyle.
.
Persamaan 4.1 Boyles Law
30
31
PV=nRT
P = Pressure, absolute
V = Volume
n = number of moles
R = Perfect Gas Constant (10.73 US, 8.3145 SI)
T = Temperature, absolute
Persamaan 4.5 Persamaan Gas Ideal
32
33
34
Daerah kerja di bagian kiri garis surge merupakan daerah kerja yang tidak
stabil. Hal ini dapat mengakibatkan surge, yaitu arah fluida kerja secara singkat
melawan arah. Fenomena ini terjadi dalam hitungan milisecond, namun
fenomena ini akan menghasilkan getaran hebat yang dapat menimbulkan
kerusakan serius bagi kompresor.
4.1.3.3 Choke/Stonewall
Daerah kerja yang terlalu kanan juga akan memunculkan fenomena yang biasa
disebut sebagai choke/stonewall. Fenomena ini merupakan fenomena dimana
impeller menerima flow capacity yang terlalu besar sehingga kompresor
tersebut sudah tidak mampu untuk menaikkan tekanannya. Fenomena ini tidak
merusak secara langsung, namun fenomena ini tetap harus dihindari karena
tidak efisien.
4.1.4 Komponen-Komponen Kompressor
4.1.4.1 Impeller
Impeller merupakan komponen yang amat penting bagi kompressor.
Impeller merupakan komponen yang bertugas untuk menaikkan kecepatan
fluida kerja yang digunakan. Energi dalam suatu fluida kerja tersebut
35
36
Dalam sebuah impeller terdapat bilah yang tertutup dengan sebuah piringan di
belakang dan sebuah tutup di bagian depan. Dalam sebuah impeller akan
terjadi kebocoran minor yang diakibatkan oleh clearance antara shroud dengan
labyrinth seals di setiap stage-nya.
4.1.4.2 Inlet Guide Vane
Setiap impeller mempunyai inlet guide vanes yang stasioner. Inlet guide vane
berguna untuk mengarahkan gas dengan arah yang tepat menuju impeller yang
berputar. Sudut masuk yang berubah dapat mempengaruhi pre-swirl yang akan
masuk ke dalam impeller.
4.1.4.3 Diffuser
Setiap Impeller mempunyai diffuser pada keluaran impeller. Diffuser
merupakan sebuah komponen yang berguna untuk mengurangi kecepatan
sebuah fluida kerja yang meninggalkan impeller. Pengurangan kecepatan
tersebut dikonversikan energinya menjadi sebuah energi tekanan dengan usaha
losses seminimal mungkin.
37
4.1.4.4 Spacer
Apabila tidak terdapat impeller yang cukup untuk memenuhi semua
tempat pada compressor housing, maka digunakan sebuah spacer untuk
memenuhi ruang yang tidak terpakai.
4.1.4.4 Balance Piston
Perbedaan tekanan pada bagian exit dan inlet suatu kompresor dapat
menghasilkan gaya tekan yang dapat menggeser shaft. Gaya aksial akibat
perbedaan tekanan ini akan ditahan oleh sebuah komponen balance piston.
4.2
dari sebuah fluida kerja. Proses ekstraksi energi ini dilakukan dengan cara
38
merubah energi kinetik pada sebuah fluida kerja untuk menjadi energi mekanik
yang akan memutar sebuah shaft. Putaran shaft ini kemudian akan digunakan
untuk menggerakkan komponen driven yang bermacam-macam.
4.2.1 Prinsip Dasar Gas Engine
melalui
ruang
bakar,
fluida
kerjan
kemudia
diekspansikan
39
40
4.2.2.1 Compressor
+ 2 2 + = .
Persamaan 4.7 Hukum Bernoulli
Apabila suatu aliran diperlambat pada ketinggian yang relatif sama, maka
tekanan pada titik tersebut akan meningkat. Produk yang dihasilkan dari
kompresor adalah udara dengan tekanan yang tinggi.
41
42
43
Primary Zone
Secondary Zone
Combustor Cooling
Dilution Zone
46
Setelah melalui ruang bakar, gas panas dan bertekanan akan masuk ke Gas
Producer Turbine. Di dalam turbin ini, gas panas dan bertekanan ini akan
dipercepat melalui stator (yang biasa disebut nosel) sehingga menghasilkan
kecepatan tangensial yang tinggi. Aliran gas panas tersebut kemudian
diperlambat oleh rotor. Rotor tersebut akan mengalami perubahan momentum
angularnya sehinga dihasilkan tosri. Torsi tersebut menghasilkan putaran yang
kemudian akan digunakan untuk memutar kompresor yang ada pada bagian
depan Gas Engine. Hampir dari 2/3 energi yang dihasilkan oleh Engine ini
digunakan untuk memutar kompresor.
masih dapat dimanfaatkan di dalam gas keluaran dari GP Turbine. Gas tersebut
kemudian akan dihembuskan melewati Power Turbine dengan mekanisme
yang sama pada GP Turbine. Putaran yang dihasilkan digunakan untuk
menggerakkan peralatan lain, seperti kompresor, pompa, generator, dan lainlain.
Terdapat 2 jenis desain shaft yang terdapat dalam Gas Turbine Engine,
yaitu Single Shaft Engine dan Two Shaft Engine.
-
48
turbine
engine
membutuhkan
komponen-komponen
Start system menggunakan sumber energi dari luar untuk memutar sebuah
shaft. Shaft ini kemudian dihubungkan dengan sebuah gear dan coupling
kepada shaft yang menghubungkan kompresor dan GP turbine. Putaran dari
motor tersebut akan memaksa GP dan kompresor untuk berputar sehingga
siklus berjalan secara idle.
Motor pneumatik menggunakan sumber energi berupa fuel yang telah
terkompresi. Aliran fuel ini kemudian diarahkan menuju sebuah vane yang
terhubung dengan shaft sehingga dapat menghasilkan putaran.
maksimum. Dalam sebuah kompresor pasti terdapat fluida kerja yang lolos dari
seal system, namun hal ini diminimalisir dengan menggunakan seal system
yang baik agar kemampuan kompresi dari kompresor tersebut menjadi baik.
Fluida kerja yang dikompresi akan ada yang lolos dari seal system. Fluida
kerja yang lolos ini akan tertahan lagi oleh cairan pelumas dari seal system.
Campuran ini kemudian diarahkan pada jalur tertentu yang kemudian akan
dipisahkan antara pelumas dengan fluida yang terkompresi. Pelumas tersebut
dikembalikan ke wadah sedangkan fluidanya dikembalikan ke jalur kompresor
untuk dikompresi kembali.
4.2.4 Evaluasi Kerja dan Perpindahan Panas pada Gas Engine
Gambar di atas merupakan diagram dan skema dari Gas Engine. Pada
sebelah kanan, terdapat diagram T-S yang menunjukkan proses yang terjadi
pada fluida kerja di Gas Engine. Untuk meninjau efisiensi dari sistem Gas
Engine tersebut, diperlukan beberapa asumsi untuk mempermudah perhitungan
diantaranya adalah:
1. Fluida kerja dimodelkan sebagai gas ideal
2. Kenaikan temperatur pada ruang bakar terjadi hanya karena perpindahan
panas sistem dengan sumber eksternal
52
Kompresor
Untuk memudahkan perhitungan, terdapat asumsi yang diterapkan
dalam meninjau sistem kompresor yaitu perubahan energi potensial antara
inlet dan outlet diabaikan, fluida kerja merupakan gas ideal, dan sistem
kompresor merupakan sistem adiabatik. Dalam kasus ini, kompresor
membutuhkan kerja yang berasal dari luar sistem. Persamaan Balans
Energi untuk sistem volume atur pada komnpresor akan menjadi
Ruang Bakar
Asumsi yang diterapkan untuk menganalisis ruang bakar yaitu
tidak ada penurunan tekanan di sepanjang ruang bakar dan juga kenaikan
53
Turbin
Asumsi yang diterapkan pada turbin sama dengan asumsi dalam
menganlisis kompresor, yaitu perubahan energi potensial antara inlet dan
outlet diabaikan, fluida kerja merupakan gas ideal, dan sistem kompresor
merupakan sistem adiabatik. Namun pada kasus ini, kerja dihasilkan oleh
turbin. Persamaan Balans Energi untuk sistem volume atur pada turbin
akan menjadi
54
BAB V
STUDI KEEFEKTIFAN PENGARUH ON-CRANK CLEANING
TERHADAP PARAMETER DAN PERFORMA DI GAS TURBINE
ENGINE
5.1 Parameter yang Mempengaruhi Performa Turbin Gas
Performa suatu gas turbine ditentukan oleh beberapa parameter.
Parameter utama yang mempengaruhi suatu gas turbine adalah sebagai berikut:
5.1.1
( )
Persamaan 5.1 Persamaan ECF
5.1.2
56
5.1.3
Barometric Pressure
5.1.4
Persamaan 5.4 Site Parameters at Barometric Pressure and Inlet Pressure Loss
5.1.5
Exhaust Backpressure
barometric
pressure,
inlet
pressure
loss,dan
exhaust
58
Persamaan 5.5 Site Parameters at Barometric Pressure, Inlet Pressure Loss and
Exhaust Loss
5.1.6
Power turbine speed merupakan kecepatan putar power turbine yang akan
mempengaruhi output power sesungguhnya dari sebuah gas turbine. Power
turbine memiliki kecepatan optimum dimana pada kecepatan tersebut, tenaga
yang dihasilkan menjadi maksimal. Perusahaan Solar membuat grafik yang
menunjukkan hubungan antara power turbine speed (PT) dengan output power
pada turbin gas hasil produksi mereka. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan
dengan grafik di bawah ini.
59
5.1.7
Gear Losses
5.2
berpengaruh terhadap laju produksi yang dihasilkan. Laju produksi suatu industri
akan sangat erat kaitannya dengan pendapatan suatu industri tersebut. Namun,
Gas turbine engine akan mengalami penurunan performa seiring dengan
penggunaannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak faktor yang
60
mempengaruhi performa dari suatu gas turbine engine. Oleh karena itu,
penurunan performa dari sebuah gas turbine dapat disolusikan dengan perawatan
secara baik dan benar. Penurunan performa tersebut dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu recoverable dan non-recoverable.
5.2.1 Non-Recoverable Performance Degradation
Non-Recoverable Performance Degradation
merupakan
penurunan
performa pada suatu gas turbine engine yang disebabkan karena suatu komponen
mengalami kerusakan yang bersifat permanen. Penyebab dari non-recoverable
performance degradation diantaranya adalah korosi, erosi, deformasi yang terjadi
pada sudu-sudu turbin, dan lain-lain. Langkah yang dapat dilakukan untuk
melakukan perawatan ini adalah mengganti komponen yang rusak tersebut dengan
komponen yang baru.
61
Selain korosi, tip rubs merupakan salah satu penyebab lain terjadinya nonrecoverable performance degradation. Gambar di bawah ini merupakan gambar
dari suatu ujung sudu turbin yang aus.
Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya getaran yang tidak diduga yang
menyebabkan rotor dan rotor case bergesekan satu sama lain. Hal ini
menyebabkan clearance antara rotor dan case-nya akan semakin besar sehingga
kemampuan turbin untuk mengekspansikan gas menjadi kurang maksimal.
Akibatnya, daya yang dihasilkan akan semakin menurun.
5.2.2
yang dapat dirawat tanpa harus melakukan penggantian komponen. Salah satu
contoh dari recoverable performance degradation adalah kontaminasi yang
terdapat pada gas turbine. Kontaminasi yang mempengaruhi performa suatu gas
turbine terletak pada bagian kompresor. Suatu kompresor yang mengandung
banyak kontaminasi akan menghasilkan pressure ratio yang lebih rendah.
Pressure ratio yang berkurang akan mempengaruhi ke daya keluaran yang
62
dihasilkan oleh gas turbine engine. Gambar di bawah ini merupakan gambar suatu
kompresor yang banyak mengandung kontaminasi.
63
Apabila gas turbine engine telah terkontaminasi, langkah yang tepat untuk
mengatasinya adalah dengan melakukan ingestive cleaning. Ingestive cleaning
adalah suatu metode untuk membersihkan kotoran-kotoran
yang telah
64
Action
Numbe
r
Action
(who &
when)
I.
Safety Talk
Operations and
TMG
Operations and
TMG
65
Operations and
TMG
Operations
Operations
Operations
II.
TMG
Hazard :
Sound :Impact Noise
Motion : Body position while bending and straining
Chemical :Detergent inhalation
Precaution:
Use the proper PPE (Respirator, Safety Gloves, Glasses,
Shoes,Helmet and, Ear Plug ).
Ergonomic body position
o Clean off all loose oil grim dirt etc. incurred during this
service. Ensure that no significant oil build up remains on
package floor.
Hazard :
TMG
Air Inlet
Accessory Drive
Axial-Flow Compressor
Annular Combustor With Fuel Injectors
Turbine
Exhaust Collector
Output Drive Shaft
67
2 Combustor Assembly
4 Accessory Drive Assembly
6 Power Turbine Assembly
68
dilakukan dengan menggunakan data log yang dimiliki oleh tim Predictive
Maintenance. Tim Predictive Maintenance mempunyai aturan tersendiri terkait
jadwal dilakukannya proses on crank cleaning. Tim Predictive Maintenance
melakukan on-crank cleaning berdasarkan durasi kerja sebuah mesin tersebut.
Batas durasi yang ditentukan adalah 4000 jam. Berikut ini merupakan kalender
pada bulan Maret 2014 yang menunjukkan rentang waktu yang penulis jadikan
sebagai waktu pengambilan data untuk studi kasus.
Senin Selasa Rabu Penuliss Jumat Sabtu Minggu
24
25
26
27
28
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
28
30
31
Keterangan :
On-Crank Cleaning
Pengambilan Data
T5, NGP pada gas engine turbine setiap jamnya. Pada tanggal 12 Maret 2014 15
Maret 2014 gas turbine engine dijadwalkan untuk dimatikan. Memanfaatkan
momentum tersebut, berbagai upaya maintenance dilakukan pada komponen
komponen lain yang berkaitan dengan proses yang dilakukan di Sepinggan. Pada
tanggal 16 Maret 2014, gas turbine engine sudah kembali dijalankan, namun
penulis baru mengambil data pada tanggal 17 Maret 2014 pukul 15.00 31 Maret
2014 pukul 15.00. Data tersebut penulis jadikan data yang merepresentasikan
kondisi gas turbine engine setelah dilakukannya on-crank cleaning.
5.4.2 Pengumpulan Data
Dari data yang diperoleh, dibuat grafik yang menggambarkan perbandingan
beberapa kondisi gas turbine engine sebelum dilakukan on-crank cleaning dengan
kondisi gas turbine engine setelah dilakukan on-crank cleaning. Data data yang
kita bandingkan diantaranya yaitu
Contamination
Factor
(ECF)
adalah
parameter
yang
NGP
71
T5
T5 adalah temperatur gas yang terukur pada inlet power turbine.
Pengukuran didapat dengan menempatkan beberapa buah termokopel yang
dipasang untuk memperoleh hasil yang terbaik. Jumlah termokopel yang
digunakan bisa sampai 6 atau 7 buah tergantung dengan tipe engine yang
digunakan. Dalam pengambilan data yang kita gunakan, T5 yang penulis
gunakan adalah T5 rata-rata yang terukur dari semua termokopel yang
terpasang.
T1
89,8
T5
1191
ECF
-5.3
PCD
118
psig
3487
Hp
NGP
98,1
F
F
Berikut data yang penulis peroleh pada tanggal 17 Maret 2014 pada pukul 15.59
o
T1
89,4
T5
1191
ECF
-3,6
PCD
122
psig
3746
Hp
NGP
98,5
73
ECF vs time
0
-1
ECF (%)
-2
-3
Before OCC
After OCC
-4
-5
-6
-7
Time (hours)
: - 3,6%
74
PCD vs time
130
128
126
PCD (psig)
124
122
Before OCC
120
After OCC
118
116
114
112
110
Time (hours)
: 118 psig
: 122 psig
(122 118)
100% = 3,39%
188
5.4.3.3 Engine Power Corrected
Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan perbedaan Engine
Power Corrected sebelum dan setelah dilakukannya on-crank cleaning
75
4000
3800
Before OCC
3600
After OCC
Linear (Before OCC)
3400
3200
3000
Time (hours)
:
3746 3487
100% = 7,43%
3487
76
NGP vs time
99,6
99,4
99,2
NGP (%)
99,0
98,8
98,6
Before OCC
98,4
After OCC
98,2
98,0
97,8
97,6
Time (hours)
: 98,5%
98,5 98,1
100% = 0,41%
98,1
77
T5 vs time
1194
1192
Temperature (oF)
1190
1188
1186
Before OCC
After OCC
1184
1182
1180
1178
1176
Time (Hours)
78
79
parameter-parameter
terhadap
performa
suatu
gas
turbine
secara
ilmu
termodinamika
dalam
proses
perhitungan
81
ini
terus berubah-ubah setiap saat. Namun agar proses perhitungan lebih apple to
apple, penulis mencari data dimana nilai T1 sebelum dan sesudah proses oncrank cleaning relatif sama.
relatif tetap karena ketinggian lapangan kerja diatas permukaan laut relatif
terus sama. Sehingga diasumsikan bahwa kondisi P1 selalu konstan.
Gas Ideal
Fluida kerja yang digunakan pada gas turbine yang menjadi studi
kasus bukanlah gas ideal. Keterbatasan data yang dapat penulis ambil
membuat penulis menerapkan asumsi gas ideal agar didapat nilai-nilai
parameter kondisi fluida kerja secara mudah.
turbin sejatinya tidak isentropik. Entropi yang berada dalam fluida kerja akan
berubah sebelum dan sesudah proses kompresi maupun ekspansi. Namun
karena temperatur sesudah kompresi maupun ekspansi tidak diketahui, maka
penulis perlu menerapkan asumsi isentropik agar dapat diketahui kondisi di
state setelah kompresi maupun ekspansi.
82
control volume karena aliran yang bekerja pada gas turbine selalu keluar
masuk. Komponen-komponen yang bekerja pada gas turbine pada
kenyataannya tidak bekerja dengan performa yang konstan. Performa dari
komponen tersebut akan terus berubah-ubah, namun untuk mempermudah
proses pembuktian maka komponen-komponen tersebut dianggap steady
state.
sama dengan tekanan ambient pada inlet. Namun pada proses yang ideal,
tekanan pada exhaust sama dengan tekanan pada inlet. Untuk mempermudah
proses perhitungan dan pembuktian, penulis menggunakan asumsi bahwa
tekanan keluar dan masuk sama.
83
Skema siklus sederhana dari gas turbine yang digunakan dalam studi kasus
Data-data yang digunakan untuk evaluasi sifat gas ideal didapat dari tabel
termodinamika dengan cara interpolasi. Didapat data-data sebagai berikut:
5.5.1 Sebelum proses On-crank cleaning
84
State 1
o Temperature Air Inlet (T1)
Didapat dengan pengukuran, T1 = 89.4oF = 31.89oC = 304.89 K
o Pressure Air Inlet (P1)
Didapat dengan pengukuran, P1 = 2.21 inH20 = 100,550.201 Pa
o Enthalpy (h1)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
h1 = : 305.11 kJ/kg
o Pressure ratio (Pr1)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
Pr1 = 1.467
State 2
o Pressure compressor discharge (PCD/P2) :
Didapat dengan pengukuran PCD, P2 = 119 psig = 920,476.118 Pa
o Pressure ratio (Pr2)
Dengan menggunakan persamaan air-standard brayton cycle
2
= 1
1
2 = 1 1
2 =
920,476.11
100,550.201 Pa
1.467
2 = 13.43
o Temperature 2 (T2)
Dari hasil interpolasi pada tabel gas ideal A-22 didapat
T2 = 569.17 K
o Enthalpy (h2)
Dari hasil interpolasi pada tabel gas ideal A-22 didapat
H2 = 574.722 kJ/kg
State 3
o Temperature 3 (T3/TRIT)
Dari hasil ekstrapolasi dari spesifikasi gas turbine didapat
T3 = 1757.247 oF = 1231.47 oC
o Enthalpy (h3)
Dari hasil interpolasi pada tabel gas ideal A-22
H2 = 1314.86 kJ/kg
o Pressure ratio (Pr3)
Dari hasil interpolasi tabel gas ideal A-22 didapat, Pr3 = 264.794
85
o Pressure 3 (P3)
Sama dengan P2 karena diasumsikan tidak ada pengurangan
tekanan pada saat proses pembakaran. P3 = P2 = 920,476.118 Pa
State 4
o Temperature 4 (T4)
Didapat dari pengukuran, T5 = 1191 oF = 643.89 oC = 916.89 K
o Enthalpy (h4)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
h4 = : 951.89 kJ/kg
o Pressure ratio (Pr4)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
Pr4 = 81
o Pressure 4 (P4)
Dengan menggunakan persamaan air-standard brayton cycle
3
4
= 4
4 = 3 3
4 =
81
264.794
920,476.118 Pa
4 = 281,571.96
State 5
o Pressure 5 (P5)
Sama dengan P1 karena diasumsikan tekanan keluar turbin sama
dengan saat masuk kompresor. P5 = P1 = 100,550.201 Pa
o Pressure ratio 5 (Pr5)
Dengan menggunakan persamaan air-standard brayton cycle
4
= 5
5
5 = 4 4
5 =
100,550.201 Pa
281,571.96 Pa
81
5 = 28.925
o Enthalpy (h5)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
h5 = :714.14 kJ/kg
Kerja yang dihasilkan oleh siklus
= ((3 4) + (4 5) (4 (2 1))
86
= 331.106 /
Thermal Efficiency
=
35
x100%
((32)+(21))
331.106 kJ/kg
100%
((1314.86 574.722) + (574.722 305.11 ))kJ/kg
=
331.106 kJ/kg
100% = 32.79%
1009.75 kJ/kg
87
State 1
o Temperature Air Inlet (T1)
Didapat dengan pengukuran, T1 = 89.4oF = 31.89oC = 304.89 K
o Pressure Air Inlet (P1)
Didapat dengan pengukuran, P1 = 2.21 inH20 = 100,550.201 Pa
o Enthalpy (h1)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
h1 = : 305.11 kJ/kg
o Pressure ratio (Pr1)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
Pr1 = 1.467
State 2
o Pressure compressor discharge (PCD/P2) :
Didapat dengan pengukuran PCD, P2 = 123 psig = 948,055.147 Pa
o Pressure ratio (Pr2)
Dengan menggunakan persamaan air-standard brayton cycle
2
1
= 1
2 = 1 1
2 =
948,055.147
100,550.201 Pa
1.467
2 = 13.832
o Temperature 2 (T2)
Dari hasil interpolasi pada tabel gas ideal A-22 didapat
T2 = 573.77 K
o Enthalpy (h2)
Dari hasil interpolasi pada tabel gas ideal A-22 didapat
H2 = 579.532 kJ/kg
State 3
o Temperature 3 (T3/TRIT)
Dari hasil ekstrapolasi dari spesifikasi gas turbine didapat
T3 = 1757.247 oF = 1231.47 oC
o Enthalpy (h3)
Dari hasil interpolasi pada tabel gas ideal A-22
H2 = 1314.86 kJ/kg
o Pressure ratio (Pr3)
Dari hasil interpolasi tabel gas ideal A-22 didapat, Pr3 = 264.794
o Pressure 3 (P3)
Sama dengan P2 karena diasumsikan tidak ada pengurangan
tekanan pada saat proses pembakaran. P3 = P2 = 948,055.147 Pa
88
State 4
o Temperature 4 (T4)
Didapat dari pengukuran, T5 = 1191 oF = 643.89 oC = 916.89 K
o Enthalpy (h4)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
h4 = : 951.89 kJ/kg
o Pressure ratio (Pr4)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
Pr4 = 81
o Pressure 4 (P4)
Dengan menggunakan persamaan air-standard brayton cycle
3
4
3
4
4 =
4 =
81
264.794
948,055.147 Pa
4 = 290,008.33
State 5
o Pressure 5 (P5)
Sama dengan P1 karena diasumsikan tekanan keluar turbin sama
dengan saat masuk kompresor. P5 = P1 = 100,550.201 Pa
o Pressure ratio 5 (Pr5)
Dengan menggunakan persamaan air-standard brayton cycle
4
5
= 5
5 = 4 4
5 =
100,550.201 Pa
290,008.33 Pa
81
5 = 28.08
o Enthalpy (h5)
Didapat dengan menginterpolasi pada tabel termodinamika A-22,
h5 = :708.144 kJ/kg
Kerja yang dihasilkan oleh siklus
= ((3 4) + (4 5) (2 1))
89
= 332.294 /
Thermal Efficiency
=
35
x100%
((32)+(21))
332.294 kJ/kg
100%
((1314.86 579.532) + (579.532 305.11 ))kJ/kg
=
332.294 kJ/kg
100% = 32.91%
1009.75 kJ/kg
T1 = 304,89 K
T3 = 1231.47 K
cp = 1,1
k = 1,4
91
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada terdapat pressure ratio optimum yang
dapat menghasilkan kerja persatuan massa secara maksimal. Di atas harga
tersebut, kerja persatuan massa gas turbine engine akan berkurang. Pressure Ratio
dari hasil perhitungan penulis sebesar 9. Apabila kita melihat dari grafik di atas,
terlihat bahwa pressure ratio hasil perhitungan belum mencapai nilai pressure
ratio yang maksimal. Sehingga turbin gas tersebut belum menghasilkan kerja
persatuan massa yang maksimal. Oleh karena itu, peningkatan pressure ratio
masih dapat dilakukan untuk menghasilkan kerja persatuan massa yang
meningkat.
5.7 Analisis Keseluruhan
Proses on-crank cleaning bertujuan untuk mengembalikan performa turbin
gas yang berkurang seiring dengan pemakaian. Berdasarkan pembandingan data
yang telah dilakukan, terlihat bahwa terdapat penurunan harga ECF, kenaikan
harga PCD, NGP dan daya keluaran yang dihasilkan oleh turbin gas tersebut.
Penurunan nilai ECF disebabkan oleh berkurangnya kontaminan yang berada
pada kompresor dengan proses on-crank cleaning. Kontaminan yang berkurang
mengakibatkan kemampuan kompresi dari kompresor membaik. ECF merupakan
fungsi dari PCD, oleh karena itu dengan meningkatnya nilai PCD maka nilai ECF
membaik pula.
Penurunan kadar kontaminan yang terjadi menyebabkan kemampuan
kompresi dari kompresor tersebut meningkat. Hal tersebut terjadi karena, profil
permukaan sudu kompresor membaik akibat berkurangnya kontaminan. . Dengan
adanya kontaminan, lift yang dihasilkan pada masing masing sudu kompresor
menjadi tidak optimal. Lift yang tidak optimal tersebut menyebabkan tekanan
yang keluar dari kompresor menjadi menurun. Kemampuan kompresi yang
meningkat mengakibatkan harga PCD yang dihasillkan oleh kompresor
meningkat.
Penurunan nilai PCD tidak hanya dipengaruhi oleh berkurangnya gaya lift
akibat profil sudu kompresor yang buruk. Kontaminan yang menempel pada
92
permukaan
sudu
kompresor
tersebut.
Permukaan
kasar
ini
massa udara. Laju aliran massa akan sangat mempengaruhi daya keluaran yang
dihasilkan oleh engine. Semakin tinggi laju aliran massa yang masuk ke dalam
engine, daya keluaran yang dihasilkan akan semakin besar, begitupula sebaliknya.
Dari pendekatan yang dilakukan secara termodinamika, kenaikan PCD
sebesar 2% akan meningkatkan daya persatuan laju aliran yang dihasilkan oleh
gas turbine engine. Tetapi, kenaikkan daya persatuan laju aliran tersebut, tidak
terlalu signifikan. Namun dari data yang diperoleh didapat bahwa setelah proses
on-crank cleaning terjadi kenaikan daya keluaran yang signifikan. Daya keluaran
gas turbin setelah dilakukannya proses on-crank cleaning meningkat hingga
7,43%. Dalam kasus ini, mass flow memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan daya keluaran yang dapat dihasilkan. Pengaruh kenaikkan mass flow
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kenaikkan daya keluaran.
94
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil
diantaranya :
1. Terminal Santan merupakan terminal yang memiliki fungsi utama
melakukan pengolahan dan pendistribusian minyak dan gas pada daerah
operasi bagian utara.
2. Fasilitas utama yang terdapat di terminal santan diantaranya adalah :
6.2 Saran
1.
2.
3.
Perhatikan pressure ratio yang optimal sehingga gas turbin tersebut dapat
menghasilkan daya keluaran yang maksimal.
96
REFERENSI
Solar, 2011, Centrifugal Compressor Performance and Condition Evaluation
Student Workbook Course No. 4102, San Diego, Solar Turbines
Solar, 2011, Gas Turbine Performance and Condition Evaluation Student
Workbook Course No. 4025, San Diego, Solar Turbines
Moran, Saphiro, 2007, Fundamentals of Engineering Thermodynamics 6th
Edition, United States of America, John Wiley & Sons
97