Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Gula kristal Putih (GKP) merupakan produk agronomi yang dibutuhkan industri dan

rumah tangga. Kebutuhan gula nasional pada tahun 2017 mencapai 5.8 juta ton (BPS, 2018).

Kebutuhan gula tersebut lebih besar dari produksi gula nasional pada tahun 2017 sebesar 2.1

juta ton. Oleh karena itu, pemerintah melakukan impor raw sugar sebesar 3.4 juta ton untuk

kebutuhan GKR (Gula Kristal Rafinasi) dan 1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan GKP

(Gula Kristal Putih) (Ditjenbun, 2017).

Kebutuhan konsumsi gula nasional dibutuhkan dalam bentuk GKP untuk konsumsi

rumah tangga dan GKR untuk kebutuhan industri. Kebutuhan konsumsi gula semakin

meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk, kesejahteraan masyarakat, harga gula

domestik, pendapatan per kapita dan konsumsi periode sebelumnya (Satriani et al., 2014).

Hairani et al. (2014) juga menyatakan tingginya permintaan impor gula di Indonesia

dipengaruhi oleh impor tahun sebelumnya, konsumsi gula nasional, harga gula internasional,

perubahan pendapadatan per kapita dan stok gula domestik. Tingginya kebutuhan gula

membutuhkan peningkatan produksi dan rendemen tebu sebagai bahan baku tanaman

penghasil gula kristal putih di Indonesia.

Produksi gula juga dipengaruhi tingkat rendemen pada tanaman tebu. Tingkat

rendemen tersebut menunjukan seberapa besar gula yang dihasilkan dari tebu tergiling.

Rendemen tebu dipengaruhi oleh waktu tebang dan kemasakan tebu. Riajaya dan Kadarwati

(2016) menjelaskan bahwa waktu penanaman tebu yang tepat dan menggunakan varietas

dengan tipe kemasakan yang sesuai dengan tipologi lahan akan meningkatkan produktivitas

tebu dan gula. Tingginya kebutuhan bahan baku tebu untuk digiling membutuhkan

1
ketersediaan tebu sepanjang musim giling. Selain itu, bahan baku tebu harus berkualitas agar

memperoleh rendemen yang maksimal.

HPI Agro PT.Muria Sumba Manis merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang produksi gula kristal. Oleh karena itu, sangatlah cocok bila HPI Agro (PT.MSM) kami

jadikan sebagai tempat untuk memperdalam ilmu dibidang produksi. Dengan

dilaksanakannya praktik industri, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami

perkembangan teknologi didunia industri. Pada akhirnya, mahasiswa diharapkan dapat

memberikan manfaat pada perkembangan dunia pendidikan agar relevan dengan

perkembangan dunia industri. Sehingga setelah mahasiswa lulus dari perguruan tinggi, ilmu

yang didapatkan mahasiswa dari perguruan tinggi dapat langsung diaplikasikan didunia kerja.

1.2. Tujuan Umum Praktik Kerja Nyata

Adapun tujuan secara umum yang diharapkan setelah melaksanakan Praktik kerja

Nyata di HPI Agro (PT.MSM) antara lain agar mahasiswa dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan pengalaman langsung di industri. Juga dapat

mengembangkan potensi dan kualitas diri untuk dapat bersaing dan beradaptasi dengan

lingkungan industri dan mengimplementasikan secara teoristis yang didapat di bangku kuliah

dengan dunia kerja.

1.3. Tujuan Khusus Praktek Kerja Nyata

Adapun tujuan secara khusus yang diharapkan setelah melaksanakan Praktik kerja nyata

HPI Agro (PT.MSM) adalah:

1. Untuk mengetahui proses pembuatan gula kristal putih di PT Muria Sumba Manis.

2. Untuk menerapkan ilmu produksi.

3. Untuk meningkatkan soft skill dan hard skill bagi mahasiswa.

2
1.4. Manfaat Praktek Kerja Nyata

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti proses pembuatan gula kristal putih di PT

Muria Sumba Manis.

2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu produksi.

3. Mahasiswa dapat meningkatkan soft skill dan hard skill.

1.5. Lokasi dan Jadwal Kerja

Lokasi pelaksanaan Praktek Kerja Nyata (PKN) adalah di PT. Muria Sumba Manis, Jl.

Ahmad Yani No.18A Kota Waingapu, Kabupaten Sumba TImur, Provinsi Nusa Tenggara

Timur.

Praktek Kerja Nyata (PKN) dilaksanakan pada tanggal 02 Juli 2019 sampai 02

Agustus 2019. PKL dilakukan pada hari kerja kantor yaitu hari senin sampai hari sabtu

dengan batasan waktu kerja pukul 06.30 – 15.00 WIT. Adapun perhitungan jam PKN yaitu:

8 jam x 29 hari = 232 jam sebagai jam kerja efektif ditambah dengan jam lembur ketika

terdapat banyak tugas di lokasi PKN dan pengerjaan laporan diluar jam pelaksanaan PKN.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teknologi Proses Industri Tekstil

2.1.1. Tinjauan teknologi proses produksi pabrik gula

Pada umumnya, pabrik gula tebu di Indonesia merupakan warisan belanda pada

zaman kolonial. Perjalanan proses pengolahannyapun hampir seragam kecuali pada pabrik

yang menerapkan proses karbonatasi. Berikut ini adalah sekilas proses pengolahan gula tebu

dengan prmurnian cara sulfitasi. Secara garis besar, pabrik gula bertujuan untuk mengambil

sukrosa dari tebu semaksimal mungkin dengan menekan kehilangan gula seoptimal mungkin.

Dalam pabrik gula dikenal section-section yang disebut stasiun, mulai dari emplasement,

stasiun gilingan sampai pengarungan. Emplasement (Halaman Pabrik) Halaman pabrik

berfungsi untuk menimbun tebu yang datang dari kebun. Biasanya di sekitarya terdapat

pohon-pohon besar yang berfungsi untuk menahan panasnya matahari. Suhu halaman pabrik

yang panas akan menyebabkan temperatur tebu naik dan akan barakibat mempercepat proses

tebu menjadi layu (wayu). Layunya tebu akan diikuti dengan inversi sukrosa menjadi glukosa

dan fruktosa. Hal ini disebabkan karena nira dalam tebu bersifat asam dan proses inversi lebih

cepat apabila temperatur tinggi.

Idealnya, halaman pabrik dilengkapi dengan timbangan tebu, baik berupa jembatan

timbang atau crane yang dilengkapi dengan timbangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

bobot tebu yang masuk ke pabrik dan selanjutnya digunakan untuk pengawasan proses.

Halaman pabrik juga harus mempunyai alat untuk bongkar muatan baik dari truk atau dari

lori. Yang terpenting adalah, persediaan tebu di halaman pabrik harus dapat memenuhi

kapasitas giling. Sebenernya, sisa tebu kemarin dalam halaman pabrih, semakin kecil semakin

baik. Untuk menjamin kelancaran giling, sisa tebu yang baik yaitu pada jam 06.00 sampai

18.00 sebanyak 12 dikali kapasitas giling perjam, dan pada jam 18.00 – 06.00 sebenyak 15

4
dikali kapasitas giling perjam. Literature lain juga menyebutkan sisa tebu kemarin yang baik

adalah sebesat 25-30% dari kapasitas giling perhari dihitung pada jam 06.00 pagi. Stasiun

gilingan dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Persiapan

Tebu yang dibongkar dari truk atau lori diletakkan diatas meja tebu. Meja tebu

dilengkapi dengan alat yang berfungsi untuk mendorong tebu ke krepyak tebu

(carrier). Setelah diatas carrier, tebu dibawa melewati cutter untuk dipotong menjadi

bagian yang lebih kecil. Selanjutnya tebu terpotong dihancurkan dengan

menggunakan shredder atau unigrator. Setelah itu masuk ke gilingan. Proses persiapan

mempunyai tujuan untuk mempersiapkan tebu yang akan digiling sehingga proses

pemerahan bisa maksimal. Efektifitas dari alat-alat persiapan ditunjukkan dengan

angka preparation index yang besarannya berbeda-beda tiap pabrik. Pada umumnya

angka preparation index lebih kurang sebesar 90

b. Gilingan

Gilingan berfungsi untuk mengambil nira dalam tebu. Optimalnya gilingan

dengan cepat dapat diketahui dengan melihat pol ampas. Semakin kecil pol ampas,

akan semakin baik. Dalam stasiun gilingan diberikan air panas (added water) yang

biasa disebut imbibisi (dari bahasa belanda imbibitie). Fungsinya untuk membilas

ampas gilingan antara agar fungsi pemerahan gula bisa maksimal. Umumnya pabrik

gula menerapkan sistem imbibisi majemuk yaitu menggunakan air panas dan nira

gilingan berikutnya. Dari stasiun gilingan dihasilkan nira mentah yaitu nira yang

keluar dari gilingan 1 dan 2.

 Stasiun Pemurnian

Fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk menyingkirkan kotoran-kotoran

bukan gula yang terdapat dalam nira mentah. Proses yang dilakukan baik berupa

5
proses fisik ataupun kimia. Proses dalam stasiun pemurnian dilakukan sedemikian

rupa sehingga kerusakan sukrosa dapat ditekan seoptimal mungkin. Yang pertama

dilakukan dalam stasiun pemurnian adalah menyaringan dengan menggunakan

saringan parabolis (DSM). Setelah itu nira mentah dipanasi sampai suhu 75 C. Nira

mentah yang telah dipanasi ditambahkan Ca(OH)2 sampai pH tertentu. Setelah itu

pada nira ditambahkan SO2 sampai pH netral. Nira dipanaskan kembali sampai suhu

105 C, ditambahkan flokulan dan diendapkan di clarifier. Setelah mengendap, nira

jernih disaring lagi dan menghasilkan nira encer, setelah itu, dipanaskan sampai suhu

115 C dan selanjutnya diproses ke tehap evaporasi. Nira kotor yang ada di clarifier

selanjutnya disaring menggunakan vacuum filter. Proses filtrasi ini menghasilkan

filtrat dan blotong. Filtrat akan dikembalikan lagi ke awal proses pemurnian dan

blotong diangkut truk menuju tempat penimbunan. Fungsi dari stasiun penguapan

adalah meningkatkan konsentrasi larutan gula dalam nira. Nira encer dari stasuin

pemurnian diuapkan dengan menggunakan evaporator multi effect. Nira dipanaskan

dengan menggunakan uap panas yang berasal dari uap bekas penggerak turbin

gilingan. Nira encer yang mempunyai brix 15 diuapkan airnya sampai mencapai brix

60. setelah itu akan dihasilkan material yang dinamakan nira pekat. Selanjutnya nira

pekat ditambah SO2 sehingga dicapai pH tertentu.

 Stasiun Kristalisasi

Sistem kristalisasi di pabrik gula tebu menggunakan sistem kristalisasi

bertingkat, baik berupa A-D, A-C-D, A-B-D, atau A-B-C-D, dengan ketentuan A dan

B adalah produk (berlaku untuk abrik gula tebu di jawa). Nira pekat hasil dari stasiun

penguapan diuapkan lagi airnya sehingga akan terbentuk kristal dengan sendirinya.

Metode lain kristalisasi adalah dengan menggunakan bibit gula berupa fondan yang

selanjutnya kristal bibit itu dibesarkan. Proses kristalisasi harus dilakukan sedemikian

6
rupa sehingga kristal yang terbentuk mempunyai ukuran yang seragam. Seragamnya

ukuran kristal gula akan dicapai apabila konsentrasi larutan dalam bejana kristalisasi

dijaga pada konsentrasi tertentu. Setelah ukuran kristal yang diinginkan tercapai,

maka kristal yang masih bercampur dengan larutan (masakan /massecuit) diturunkan

ke bejana penampung.

 Stasiun Pemutaran

Untuk memisahkan kristal dan larutan setelah proses kristalisasi dilakukan

langkah pemutaran. Dengan gaya centrifugal, kristal akan tertahan di saringan

(basket) dan larutan akan melewati saringan tersebut. Langkah proses pemutaran yang

baik akan menghasilkan gula yang putih dan mempunyai kadar air yang kecil. Di

stasiun putaran terdapat 2 jenis alat yaitu batch dan continue. Putaran continue disebut

low grade centrifugal dan putaran batch biasa disebut hi grade centrifugal (putaran

untuk produk). Selanjutnya gula produk hasil pemutaran di angkut dengan talang

goyang (grasshopper) menuju pengering.

 Stasiun Pengeringan dan Pendinginan

Pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam gula sehingga

meningkatkan ketahanan dalam penyimpanan. Cara pengeringan dilakukan dengan

cara pemanasan menggunakan udara kering dan dikontakkan dengan gula. Alat yang

digunakan bermacam macam ada yang berupa talang getar atau rotary dryer. Gula

yang dikeringkan dalam keadaan panas, untuk itu perlu didinginkan agar tidak terjadi

proses kimiawi yaitu browning pada saat penyimpanan. Pendinginan dilakukan

dengan menghembuskan udara dingin baik dari udara sekitar ataupun udara dingin

dari alat pendingin udara.

7
 Stasiun Pengarungan

Gula yang sudah dingin selanjutnya ditampung di sugar bin. Setelah itu

dilakukan pengarungan atau pengemasan dengan berat 50 Kg. Untuk suplai langsung

ke konsumen, pabrik biasanya juga membuat kemasan 1 Kg.

 Gudang Gula

Gudang gula berfungsi untuk menimbun gula yang telah dikemas. selanjutnya

gula siap untuk didistribusikan ke penyalur atau konsumen.

2.2. Tinjauan Produksi Bersih dan Penerapannya di Industri Gula

2.2.1. Pengertian produksi bersih

Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi,

dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi

timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk maksud yang

sama dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan Eco- efficiency yang

menekankan pendekatan bisnis yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan

lingkungan.

Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya

pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana daur

hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan melihat sumber timbulan

limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen

dan produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan dengan penerapan konsep

produksi bersih melalui peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan yang dapat

diterapkan untuk meningkatkan daya saing.

8
Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan

daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan

(UNEP, 2003).

Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai :

Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-

menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi,

produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah

terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya

sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta

kerusakan lingkungan (KLH, 2003).

Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang dipakai

untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses, produk, jasa,

peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka perlu perubahan sikap,

manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan evalusi teknologi yang dipilih.

Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku,

energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun,

mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses.

Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur

hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah

produk tersebut tidak digunakan.

Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan ke

dalam perancangan dan layanan jasa. Penerapan Produksi Bersih sangat luas mulai dari

kegiatan pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi, pertanian, perikanan,

pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit, rumah makan, perhotelan, sampai

9
pada sistem informasi. Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan

pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,

Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999).

2.2.2. Prinsip-prinsip pokok produksi bersih

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional

Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery

and Recycle). Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah

langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.

 Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki

pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :

 Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses

maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur

hidup produk.

 Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya

perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait

pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha

10
 Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu

limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.

 Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan

limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika,

kimia dan biologi.

 Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-

bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian

dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika,

kimia dan biologi.

 Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan

limbah pada sumbernya.

2.2.3. Penerapan produksi bersih pada industri

Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah satu

langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan penerapan

meliputi : perencanaan dan organisasi, kajian produksi bersih, penentuan prioritas dan analisis

kelayakan, implementasi, monitoring dan evaluasi, dilanjutkan dengan keberlanjutan.

Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi

Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi

bersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya komitmen

dari manajemen puncak. Pihak industri juga melakukan identifikasi hambatan dan

penyelesaiannya, identifikasi sumber daya luar yang menyediakan informasi dan ahli

Produksi Bersih. Program yang kaan dijalankan dikomunikasikan ke semua karyawan

dilanjutkan dengan pembentukan im yang menangani produksi bersih.

11
Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang

Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk

memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang-peluang

Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan berupa

kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan

limbah langsung dari sumbernya. Akar permasalahan yang menyebabkan tidak efisien dan

adanya timbulan limbah dicari penyebabnya sehingga dapat memilih tindakan dan teknik

untuk memecahkan masalah dengan mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide

sebanyak mungkin.

Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Prioritas

Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang

dikeluarkan dan pendapatan/penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi, tingkat

komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi. Analisis

kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang memerlukan investasi besar.

Agar industri tertarik untuk mengimplementasikan Produksi Bersih, dicari peluang

berdasarkan urutan kebutuhan biaya yaitu tanpa biaya (no cost), biaya rendah (low cost) dan

biaya tingi (high cost)

Langkah 4 : Implementasi

Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konkret dan rencana tindakan yang

dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan dan mengalokasikan

sumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya melaksanakan program dan menekankan pada para

karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari pekerjaan, mendorong inisiatif dari

mereka sebagai umpan balik pelaksanaan. Agar implemetasi dapat dipantau kemajuannnya

maka perlu dikembangkan indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dan kesehatan dan

keselamatan kerja.

12
Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi

Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi

Bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai, apakah sesuai dengan

rancangan ataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang kurang seringkali menghambat

pengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan efisiensi dan penurunan timbulan

limbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada saat pemantauan dilakukan pendokumentasian

program. Melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan

dengan sasaran bisnis.

Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan

Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan, mempertahankan target

telah dicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya. Produksi Bersih

pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga industri akan

melakukan perbaikan berkelanjutan. Keberhasilan penerapan Produksi Bersih pada industri

sudah cukup banyak, baik pada industri skala kecil, menengah maupun besar untuk berbagai

jenis produk industri.

13
BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Sejarah Perusahaan

PT. Muria Sumba Manis mulai melaksanakan pembangunan pabrik gula modern

pertama di Nusa Tenggara Timur pada Sabtu 21 April 2018. Pabrik Gula tersebut

berkapasitas 12.000 TCD serta terintegrasi dengan perkebunan tebu milik perusahaan dan

mempergunakan teknologi kogenerasi listrik yang digunakan sebagai sumber tenaga pada

pompa irigasi dengan teknologi sub-drip. Hal inilah yang membedakan dengan pabrik gula

pada umumnya. Selain itu pabrik gula MSM juga menggunakan teknologi yang sepenuhnya

otomatis dan dilengkapi dengan unit dekolorisasi sehingga diharapkan produk yang

dihasilkan dapat masuk ke pasar B2B untuk gula industri atau gula rafinasi. Pabrik ini

direncanakan dapat beroperasi penuh pada tahun 2020 ini diharapkan dapat menghasilkan

1.200 ton Gula Kristal Putih Gula Kristal Rafinasi setiap harinya.

Raphael.R.Susanto, Chief Operating Officer PT. Muria Sumba Manis mengatakan

setelah mendapatkan ijin usaha sejak tahun 2015 silam, perusahaannya sangat serius

menggarap pembangunan perkebunan tebu serta mengembangkan kemitraan plasma

masyarakat. Dengan target kapasitas 12.000 TCD, kami yakin dapat memberikan kontribusi

dalam mendukung pencapaian swasembada gula nasional yang diperkirakan akan mencapai

6,8 juta ton pada tahun 2020 dan keberadaan kami di Sumba Timur diharapkan dapat

mendorong perekonomian daerah secara berkesinambungan.

Selain itu, MSM juga berupaya mewujudkan praktik agribisnis yang berkelanjutan

dan menerapkan praktik-praktik perkebunan terbaik serta ramah lingkungan. Pabrik ini juga

ditargetkan memperoleh ISO (International Standart Organization) 9001-2015, FSSC 22000

dan ISO 14000 sebagai bentuk komitmen nyata perusahaan dalam terhadap kelestarian

lingkungan.

14
3.2 Data umum perusahaan

Pabrik Gula PT. Muria Sumba Manis merupakan industry yang bergerak pada bidang

pengolahan tebu menjadi gula kristal. PG. Muria Sumba Manis terletak di Jl. Ahmad Yani

No.18A Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Waktu

produksi pabrik 24 jam selama 180 hari. Setiap harinya PT. Muria Sumba Manis dapat

menggiling sampai 1.200 ton Gula Kristal Putih Gula Kristal Rafinasi setiap harinya.

3.2.1 Kondisi Lingkungan Perusahaan

2.3.2. Lingkungan Fisik

PT. Muria Sumba Manis terletak di Jl. Ahmad Yani No.18A Kota Waingapu,

Kabupaten Sumba TImur Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan anak perusahaan

dari PT. Djarum yang bergerak dalam bidang pabrik gula. Terletak dilokasi strategis pada

jalur provinsi serta merupakan daerah khusus industri yang berada di wilayah sumba timur.

2.3.3. Lingkungan Non Fisik

Karyawan yang bekerja di PT. MSM merupakan karyawan yang telah lolos dalam

seleksi penerimaan karyawan baru yang diadakan oleh perusahaan. Penerimaan karyawan

baru melalui tahapan yang sangat selektif dan diutamakan mempunyai fisik yang prima.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Proses produksi

4.2.1. Proses produksi

 STASIUN GILINGAN

Gambar 4.1 Stasiun Gilingan

Proses ini merupakan proses awal dari kegiatan produksi gula. Di stasiun gilingan,

tebu diperah/digiling untuk mendapatkan nira mentah. Dalam pemerahan ini perlu

ditambahkan air imbibisi agar kandungan gula yang masih berada dalam ampas akan larut,

sehingga ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah mungkin. Selain

diperoleh nira mentah, di dalam proses ini juga diperoleh juga ampas akhir 100%

dimanfaatkan sebagai bahan bakar di stasiun ketel untuk menghasilkan uap.

Peralatan yang digunakan:

16
1. Cane Cutter dan Unigrator yang berfungsi sebagai pencacah tebu menjadi serpihan

sebelum diperoleh di penggilingan.

Gambar 4.2 Cane cutter

2. Unit gilingan yang berfungsi sebagai memerah tebu supaya dihasilkan nira mentah

sebanyak-banyaknya. Di PT.Muria Sumba Manis ada 5 buah.

 STASIUN PEMURNIAN

Gambar 4.3 Stasiun Pemurnian

Tujuan proses di stasiun pemurnian nira adalah memisahkan kotoran-kotoran

bukan gula yang terkandung dalam nira mentah, sehingga diperoleh nira bersih yang

dinamakan nira encer atau nira jernih. Di dalam proses ini selain didapatkan blotong yang

17
dapat dimanfaatkan untuk pupuk. Di PT. Muria Sumba Manis proses pemurnian nira yang

dipakai adalah sistem sulfitasi sehingga bahan kimia yang dipakai adalah larutan kapur

tohor serta gas SO2 yang berasal dari pembakaran belerang padat.

Peralatan yang digunakan:

1. Pemanas pendahuluan, berfungsi untuk memanaskan nira mentah pada suhu tertentu.

2. Reaktor defikasi dan sufitasi, berfungsi mereaksikan nira mentah dengan kapur dan gas

SO2.

3. Peti pengendapan, berfungsi mengendapkan nira mentah setelah direaksikan dengan

kapur dan SO2 yang akan menghasilkan nira encer dan nira kotor.

4. Rotari vacuum filter, berfungsi sebagai penyaring nira kotor yang berasal dari proses

pengendapan kemudian akan menghasilkan nira tapis dan blotong.

5. Tobong belerang, berfungsi membakar belerang sehingga menghasilkan gas SO 2.

 STASIUN MASAKAN

Gambar 4.4 Stasiun Masakan

Di stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi untuk mengambil dalam nira

kental sebanyak mungkin untuk dijadikan kristal dengan ukuran yang diinginkan. Dalam

prose kristalisasi diperoleh larutan kristal gula yang disebut masecuite serta diperoleh

hasil samping berupa air kondensat yang dimanfaatkan sebagai air umpan di stasiun ketel.

Peralatan yang digunakan:

18
Pan masakan yang berfungsi mengolah nira kental dari stasiun penguapan menjadi

kristal-kristal gula.

 STASIUN PUTARAN

Gambar 4.5 Stasiun Pemutaran

Di stasiun putaran dilakukan proses pemutaran masecuite yang bertujuan

memisahkan kristal gula dari larutan (sirupnya). Pada proses ini akan diperoleh gula

produk SHS dan hasil samping tetes.

Peralatan yang digunakan:

1. Alat pemutaran, berfungsi memisahkan kristal gula dari larutannya (tetes).

2. Saringan gula, berfungsi menyeleksi ukuran-ukuran kristal yang dikehendaki.

19
 STASIUN PEMBUNGKUSAN

Gambar 4.6 stasiun pembungkusan (pengemasan)

Di stasiun ini dilakukan pembungkusan gula produk SHS dengan karung

plastik yang akan mempunyai berat masing-masing 50 kg.

Peralatan yang digunakan:

1. Packer gula, berfungsi memasukkan gula ke karung dengan berat 50 kg.

2. Mesin jahit, berfungsi menjahit karung yang telah diisi gula 50 kg.

3. Conveyor gula, berfungsi sebagai alat akomodasi gula yang telah dijahit.

 GUDANG

Gambar 4.7 Gudang Penyimpanan Gula

20
Gula produk SHS yang dikemas akan disimpan di gudang gula. Gula produksi

ini disimpan dengan suhu gudang 30 – 40oC, dengan kelembaban udara dalam ruang

sekitar 65%. Kapasitas maksimum gudang penyimpanan 20.000 ton. Untuk

pendistribusian dan pemasaran gula produksi SHS ketentuannya diatur oleh pihak

direksi dan bagian pemasaran PTP. Nusantara II.

Peralatan yang digunakan:

Conveyor gula, berfungsi sebagai alat akomodasi gula yang telah dijahit.

4.2.2. Hambatan dalam penerapan produksi

Pada musim kemarau jumlah tebu yang dibutuhkan tidak memadai karenaa proses

pertumbuhan pada tebu menjadi tidak efisien dan tidak memenuhi kebutuhan produksi yang

diharapkan.

4.3. Produksi bersih

4.3.1. Upaya produksi bersih yang sudah Dilakukan perusahaan

Pabrik gula kebon agung menjaga kebersihan mengenai produksinya yaitu diruang

pengepakan. Sebelum masuk didalamnya pegawai harus mencuci tangan menggunakan

masker serta sandal khusus yang disediakan perusahaan. Pada kolam limbah terdapat proses

pemurnian air limbah untuk membuang limbah cair tersebut ke sungai agar tidak mencemari

air sungai.

4.3.2. Peluang-peluang Produksi Bersih

Penyaringan asap pabrik dengan sistem pengikatan elektron. Karbon akan terikat oleh

alat penyaring dan jatuh ke bawah. Karbon tersebut dapat dibuat sebagai bahan campuran

aspal, dan lain sebagainya.

21
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.1. Kesimpulan

Dalam praktek kerja nyata (PKN) yang kami lakukan di Pabrik Gula PT. Muria

Sumba Manis dapat disimpulkan bahwa Pabrik Gula PT.Muria Sumba Manis telah

menerapkan proses produksi Gula Kristal Putih dengan baik dan melakukan teknologi bersih

semaksimal mungkin dalam proses produksi serta penanganan trehadap limbah-limbah yang

dihasilkan.

5.1.2. Saran

Diharapkan Pabrik Gula PT. Muria Sumba Manis dapat mempertahankan sistem

produksi bersih yang diterapkan saat ini dan dapat mengembangkan teknologi untuk

menghasilkan emisi yang seminim mungkin.

22
DAFTAR PUSTAKA

[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia


2015-2017 Tebu. http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinympuck/gambar/file/
statistik/2017/Tebu-2015-2017.pdf. [25 Maret 2017].
Satriani, E.D., E. Tety, A. Rifai. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumsi gula pasir di Indonesia. Jom Universitas Riau 1(1):1-15.
Hairani, R.I., J.M.M. Aji, J. Januar. 2014. Analisis trend produksi dan impor gula
serta faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula Indonesia. Berkala
Ilmiah Pertanian 1(4): 77-85.
Riajaya, P.D., F.T. Kadarwati. 2016. Kesesuaian tipe kemasakan varietas tebu
pada tipologi lahan bertekstur berat, tadah hujan dan drainase lancar.
Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri 8(2): 85-97.
United Nation Environment Programme (UNEP). 2003. Cleaner Production
Assessment in Industries. http://www.uneptie.ora/pc/cp/. Tanggal akses: 12
Februari 2015.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Kebijakan Nasional Produksi Bersih.
Jakarta. www. Menlh.go.id
UNEP. United Nations Environment Program, www. Unep.org

23

Anda mungkin juga menyukai