PENDAHULUAN
Ham Concern yang diambi alih oleh pemerintah. Bidang usaha utamanya
agroindustri, farmasi dan alat kesehatan dan perdagangan. Sebagai induk Perusahaan
mayoritas yang unit usahanya terdiri dari 10 pabrik gula, 1 pabrik obat, 1 pabrik alat
perkebunan karet dan 1 perkebunan teh. Alamat Jl. Denpasar Raya Kav. DIII
Farmasi dan alat kesehatan PT Pharos dan PT Mitra Rajawali banjaran. Dibidang agro
b. Profil Perusahaan
Indonesia, yang beroperasi di Wilayah Jawa Timur. Bermula pada tahun 1995, PT
Krebet Baru dan Pabrik Gula Rejo Agung baru menjadi titik awal PT PG Rajawali I
Pada awalnya kapasitas giling masih mencapai 10.000 TCD, sering dengan
1
PT Krebet Baru merupakan unit usaha dari PT. PG Rajawali I. Terletak di jalan
Bululawang No. 10, Malang Selatan. PG Kebet Baru sudah dapat memproduksi
Superior High Sugar (SHS) sejak tahun 1957. Memiliki 2 pabrik yaitu KB I dengan
c. Proses Produksi
Tebu adalah bahan baku utama untuk proses produksi di pabrik gula yang
akan menghasilkan produk utama yaitu Gula Kristal Putih (GKP) dan tetes.
Disamping itu proses pengolahan tebu ini juga memproduksi ampas tebu, selain itu
juga menghasilkan limbah yang bias dimanfaatkan seperti blotong, abu boiler dan
lain-lain.
Parameter yang digunakan untuk menunjukkan mutu gula antara lain : Nilai
Remisi Direduksi (NRD), Warna I cumsa (IU), Besar Jenis Butir (BJB), Kadar Air
dan Pol pada suhu 20o C. Sedangkan faktor yang menentukan mutu gula adalah
kondisi dan mutu tebu yang akan diolah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
1. Kapasitas giling yang sesuai dengan design capacity, sehingga jumlah hari giling
2. Kehilangan gula selama proses pengolahan baik secara chemis, mekanis maupun
3. Biaya penggunaan utilitas seperti uap air, listrik, air dan udara bertekanan harus
sesuai kebutuhan
2
Pabrik gula di lingkungan PT PG Rajawali I menggunakan sistem proses
sulfitasi untuk mengolah gula. Secara umum proses produksi di pabrik gula dibagi
menjadi :
1. Emplasement
2. StasiunKetel (Boiler)
3. StasiunListrik / Sentral
4. StasiunGilingan
5. StasiunPemurnian
6. StasiunPenguapan
7. StasiunMasakan
8. StasiunPuteran
9. StasiunPenyelesaiandanPengemasan
Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata – rata
semakin bertambahnya jumlah penduduk, tentu 42 kebutuhan akan gula akan semakin
meningkat pula. Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari – hari didominasi oleh
gula tebu. Gula kristalini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Bagi penduduk di
daerah pedesaan Jawa tentu sudah sangat kenal dengan Tebu ini. Tanaman ini
merupakan jenis tanaman semusim yang dipanen atau ditebang satu tahun sekali.
Proses pembuatan gula dari tebu memerlukan beberapa tahapan dan proses
kimia serta mekanis. Kalau beras yang kita makan hanya dilakukan proses
penggilingan dari gabah menjadi beras beda dengan pembuatan gula dari tebu yang
harus dilakukan dalam skala pabrik. Untuk mengetahui langkah pembuatan gula dari
3
tebu. Pada umumnya pemrosesan tebu di pabrik gula dibagi menjadi beberapa tahap
4
a. Stasiun Gilingan
tebu akan dibongkar di Stasiun Gilingan. Disinilah awal proses pembuatan gula
banyaknya dan mengurangi sedikit mungkin sukrosa yang terbawa oleh ampas.
Proses dimulai dengan menggangkut tebu dari truk ke meja tebu/cane table
menggunakan bantuan cane crane. Pabrik ini memiliki 4cane table dan 4 cane
crane. Pada masing-masing cane table terdapat leveller yang berguna mangatur
jumlah tebu yang akan masuk ke canecarrier. Cane Carrier berfungsi membawa
tebu menuju cane cutter. Canecutter digunakan untuk mencacah tebu menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Dengan ukuran yang lebih kecil diharapkan akan
semakin banyak nira yang diperas. Cane cutter berukuran ±1,5 meter. Pabrik ini
memiliki 2 Cane Cutter (CC I dan CC II) yang dipasang secara seri. Cane Cutter
Selanjutnya cacahan tebu melewati Heavy Duty Hammer Shredder (HDS) yang
memiliki prinsip seperti palu untuk memukul cacahan tebu sehingga mudah
diperah di gilingan.
5
Di pabrik ini terdapat 5 rangkaian gilingan yang dipasang secaraseri. Hal ini
jika salah satu dari mesin giling tersebut mengalami trouble maka akan
yang telah kering dan dikirim ke Stasiun Ketel untuk digunakan sebagai bahan
6
Gambar Proses Pres
b. Stasiun pemurnian
menghilangkan zat yang bukan gula ataupun kotoran yang masih terdapat dalam
nira mentah. Proses pemurnian nira di pabrik ini menggunakan bahan pembantu
dalam prosesnya. Dalam proses pemurnian nira ini menggunakan proses sulfitasi
yaitu menambahkan gas SO₂ dan Ca(OH)₂ yang disebut sebagai susu kapur
masuk kedalam saringan DSM, nira mentah hasil saringan menuju ke tangki
panampungan nira mentah (Raw Juice Tank) untuk dicampur dengan larutan
7
Heater 1 nira dilewatkan pada Static Mixer untuk ditambahkan Lime-saccharate
dengan gas SO₂ hingga mencapai pH 7,0-7,2, ini bertujuan untuk membentuk
dimasukkan kedalam Sulfited Raw Juice Tank dengan suhu 70˚C dan pH dujaga
sekitar 7,0-7,2 dengan menambahkan sedikit susu kapur. Nira mentah tersulfir
bekas (exhaust steam) dengan suhu 110- 115˚ C untuk menurunkan kelarutan
nira masuk ke dalam Flash Tank dengan suhu 105˚C untuk menghilangkan gas-
ke dalamnya. Setelah itu nira yang tercampur dengan Floculant akan mengalir
kedalam peti pengendapan (Clarifier) dengan tipe Single Tray. Floculant ini
berfungsi untuk mengikat rantai endapan sehingga dihasilkan rantai yang lebin
besar.Nira mentah yang telah diberi Floculant dimasukkan dalam Single Tray
Clarifier atau peti pengendapan untuk memisahkan nira encer dan nira kotor.Nira
kotor kemudian ditapis pada Rotary Vacum Filter (RVF). Nira encer yang telah
ditapis dikembalikan ke peti nira mentah (Raw Juice Tank) yang akan ditambah
Fosfat kembali. Sedangkan kotoran yang telah ditapis berupa blotong (yang
8
Gambar Proses Pemurnian
Limbah padat abu dan blotong pabrik dengan komposisi tertentu diolah
c. Penguapan
Hasil dari proses pemurnian adalah “nira jernih” (clear juice). Langkah
proses penguapan air yang terkandung dalam nira akandiuapkan. Uap baru
9
badan selanjutnya menggunakanuap yang dihasilkan evaporator badan I.
menurunkan titik didihdari nira. Karena nira pada suhu tertentu ( > 1250 C)
didih nira akan terjadi pada suhu 700 C. Produk yang dihasilkan dalam proses
d. Kristalisasi
dilakukan kristaliasi dalam pan masak ( crystallizer ) nira kental terlebih dahulu
direaksikan dengan gas SO2 sebagai bleaching dan untuk menurunkan viskositas
masakan (nira). Dalam proses kristalisasi gula dikenal sistem masak ACD,
nira kental. Apabila HK nira kental > 85 % maka dapat dilakukan empat tingkat
masakan (ABCD). Dan apabila HK nira kental < 85 % dilakukan tiga tingkat
10
masakan (ACD). Pada saat ini dengan kondisi bahan baku yang rendah pabrik
utama.
keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu
langkah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak
kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi
kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk tidak
menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan naik sehingga dapat
mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang telah terbentuk. Untuk lebih
e. Proses Pemisahan
Stasiun ini bertugas memisahkan kristal gula dari larutan sirup dalam
dari dinding yang berupa saringan dan dihubungkan dengan sumbu yang berputar
11
Kristal gula yang memiliki diameter lebih besar daripada diameter lubang
sehingga akan diperoleh kristal gula yang menempel pada saringan. Sedangkan
larutan (stroop) akan keluar menembus saringan dan jatuh kedalam penampung
f. Proses Packing
uap kering. Produk gula setelah mengalami proses pengeringan dalam talang
masing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak plastiknya 25 kg atau 50 kg.
Setelah itu gula yang berada di sak plastik tidak boleh langsung dijahit, harus
dibuka dulu supaya temperatur gula dalam sak plastik mengalami penurunan
suhu/temperatur. Suhu gula dalam karung tidak boleh lebih dari 30 oC/suhu
kamar, setelah gula dalam plastik dinyatakan dingin maka boleh dijahit. Jika gula
dalam sak plastik dalam keadaan panas dijahit maka berakibat penurunan kualitas
gula.
12
BAB 2
a. P2K3
Struktur Organisasi
Struktur organisasi
Ketua : Rachmad Sartono
Wakil ketua I : M. Ali Ansori
Wakil ketua II : Maiun Mahdi
Sekretaris I : Yahlul Rohdiana
Sekretaris II : Siti Maimunah
Anggota
Bagian Instalasi KB-I : 1. M. NurRizkadheva
2. Giri Prabowo
3. Dul Rochim
4. Suryatmoko
Bagian Instalasi KB-II : 1. M. Syaifullah
2. Sugeng Wibowo
3. Kusnanto
4. Tutut Nawang
Bagian Pabrikasi KB-I : 1. Deni Dwianto
2. Fikri Syaiful Rizal
3. Sudiarwo
Bagian Pabrikasi-II : 1. Robi Nugroho
2. Muhammad Ali
3. Cevi Setya Nugraha
Bagian Keuangan : 1. Sonatha Agung
2. Joko Susetyo
SDM dan Umum : 1. Dimas Seloprabowo
2. Syaiful Rachmadi
Quality Control : 1. Pudi Utomo
2. Richa Rachmawati
13
Peran Dokter Perusahaan dalam P2K3
Penyelenggaraan P2K3
lebih 3 bulan, sejauh ini memang cukup terlaksana dengan baik, hanya saja dalam
14
penggunaan APD masih kurang karena beberapa bagian dari instansi pabrik tidak
lain karena jumlah personil yang terlatih kurang, sarana, dan dana yang kurang
alasan yang kuat, sehingga angka kecelakaan menjadi rendah. Selain itu,
dengan tempat kerjanya. Seperti safety helmet, sarum tangan, kaca mata pelindung
7) Pengaturan ventilasi yang cukup dan pemasangan sistem alarm untuk tanda
bahaya.
15
Program Pelatihan Tim P2K3
pelatihan pada karyawan PG Krebet belum ada jadwal tetap. Sehingga memang
hal ini membutuhkan perhatian khusus mengingat pentingnya peran P2K3 dalam
perusahaan.
perlindungan tenaga kerja dan pembangunan nasional, oleh karena itu secara garis
dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan yang pada akhirnya dapat
o Sanitasi
o Sisttem Ventilasi
16
Program Keselamatan Kerja
a. Perilaku kerja :
b. Kondisi Kerja
lingkungan kerja
17
c. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) meliputi pakaian dan alat pelindung yang dipakai guna
melindungi diri pekerja dan orang lain yang berada disekitarnya dari bahan, proses
1. Pelindung kepala
- Penutup kepala
- Helm
2. Pelindung telinga
-Ear plug
3. Pelindung pernafasan
-Masker
4. Pelindung wajah
18
-Kacamata
-Tutup wajah
5.Pelindung tangan
-Sarung tangan
6. Pelindung kaki
-Sepatu kerja
-Sepatu karet
7. Pakaian pelindung
- Jas lab
-Apron
Pada Pabrik Gula (PG) Krebert Baru menyediakan APD di tiap bagian, berikut
merupakan penggunaan APD di tiap bagian yang seharusnya diterapkan di pabrik:
Pada PG Krebet Baru, panitia P2K3 baru terbentuk sekitar 3 bulan sehingga
sistem manejemen K3 masih belum berjalan sempurna, namun sudah ada upaya
untuk menerapkan sistem ini, sehingga SOP atau Standar Operasional Prosedur
19
Penerapan APD dalam bekerja tiap bagian
20
4 Petugas stasiun Tidak menggunakan APD
penguapan
5 Petugas di sekitar Tidak menggunakan APD dan
mesin penggilingan tampak merokok
21
6 Petugas pengelasan Tidak menggunakan APD saat
sedang mengelas.
Penanganan Kebakaran
Untuk penanggulangan ini telah disediakan sarana pemadam kebakaran antara lain :
a. Fire Extinguisher (APAR) dengan jenis APAR Drychemical powder dan APAR
beroda
b. Kendaraan pemadam kebakaran.
c. Tim pemadam kebakaran.
d. Ambulans
22
Langkah penanggulangan kebakaran:
1. Personil yang mengetahui dan melihat langsung kebakaran, menginformasikan
ke seluruh penghuni pabrik untuk bersikap tenang. Karyawan di sekitar lokasi
sumber asap/api segera meninggalkan ruangan menuju titik kumpul evakuasi,
2. Petugas informasi/satpam/personil yang mengetahui pertama segera
memberitahukan kepada ketua Tim Tanggap Darurat mengenai lokasi sumber
api.
3. Ketua Tim Tanggap Darurat menginformasikan dimana lokasi kebakaran
kepada Tim Pemadam Kebakaran dan Tim Evakuasi,
4. Tim Pemadam Kebakaran segera memadamkan api dengan APAR yang
tersedia.
5. Tim Evakuasi segera memindahkan barang-barang dan dokumen penting yang
mudah terbakar dari lokasi kebakaran.
6. Apabila api tidak dapat dikendalikan oleh APAR, segera lakukan tindakan lebih
lanjut dengan kendaran pemadam kebakaran.
Gambar APAR
Emergency Respon Plan (ERP)
o Banjir
Jika terjadi banjir di lokasi kantor maka:
Agar tidak terjadi hubungan pendek arus listrik dan untuk
mencegah tersengat listrik, ketua Tim Tanggap Darurat akan
memerintahkan untuk segera mematikan power listrik
Barang-barang berharga yang berada di kantor segera diselamatkan
23
Menyediakan sarana evakuasi untuk barang maupun untuk personil
sesuai dengan yang diperlukan
o Gempa Bumi
Jika terjadi gempa bumi seluruh karyawan diminta untuk
berlindung dibawah meja karyawan yang berada diluar pabrik
sesuai jalur evakuasi, diminta untuk menjauh dari lokasi bangunan
Ketua Tim Tanggap Darurat memerintahkan petugas teknik untuk
mematikan aliran listrik
Apabila getaran gempa pertama kali dirasakan sangat kuat dan
diperkirakan dapat meruntuhkan bangunan, Tim Evakuasi segera
menginformasikan karyawan untuk keluar ketempat yang aman
dan jauh dari lokasi untuk menghindari adanya gempa susulan
Setelah gempa berakhir dan kondisi sudah kembali normal, Ketua
Tim Tanggap Darurat memeriksa seluruh lokasi yang terkena
gempa dan melaporkan kepada K3
24
Operator segera menginformasikan adanya ancaman bom kepada ketua
Tim Tanggap Darurat melalui telepon internal/earphone.
Ketua Tim Tanggap Darurat menginstruksikan operator telepon untuk
menghubungi kantor polisi terdekat atau petugas gegana.
Ketua Tim Tanggap Darurat memerintahkan Tim Evakuasi untuk
mengevakuasi seluruh karyawan dalam radius yang cukup jauh dari
lokasi dan menyelamatkan dokumen-dokumen penting
Ketua Tim Tanggap Darurat melaporkan hasil pemeriksaan dari Tim
Gegana kepada Ketua P2K3
Jika ancaman bom tidak terjadi dan kondisi dinyatakan aman, maka
karyawan diminta untuk bekerja kembali
Jika ancaman bom terjadi dan terjadi ledakan yang menimbulkan
kebakaran, maka ketua Tim Tanggap Darurat segera menghubungi
Dinas Pemadam Kebakaran untuk menanggulangi kebakaran yang
terjadi
Setelah kebakaran, Tim Tanggap Darurat memeriksa area kebakaran
dan melaporkan kepada ketua P2K3 dan Direksi
25
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai resume data yang telah didapatkan selama
2018 pada pukul 11.00-17.00. Data-data tersebut diperoleh melalui wawancara langsung
dengan karyawan maupun manajemen PG Krebet Baru serta melalui data yang ada di PG
26
Penguap - Sarung menggunak kontrol alat gempa bumi dan
an tangan an APD kebakaran dan ancaman
karet penunjukan bom/ledakan
- Masker personil yang bom dengan
- Ear bertanggung adanya bantuan
plug jawab, program dari Tim
- Apron pelatihan K3 Tanggap
- Sepatu Darurat.
karet - Belum
4 Stasiun - Helm Tidak terlaksana
Masakan - Sarung menggunak meliputi:
tangan an APD program kerja
karet Hari
- Masker Lingkungan
- Ear Hidup (lomba
plug kebersihan
- Apron lingkungan tiap
- Sepatu bagian,
karet penanaman
5 Stasiun - Helm Petugas pohon)
puteran - Sarung hanya
tangan memakai 2. Penyediaan sarana
- Masker dan prasarana
sepatu karet
- Ear meliputi:
plug - Kebijakan K3
- Apron (masih dalam
- Sepatu proses)
karet - Penerangan di
6 Stasiun - Sepatu Hanya area kerja
pengema kerja menggunak - Sanitasi
san dan - Helm an baju dan (wastafel dekat
- Sarung toilet dan
finishing topi khusus,
tangan himbauan cuci
- Masker tidak tangan, bak
- Ear menggunak sampah, loker
plug an APD dan sandal area
seperti produksi)
sepatu - Ventilasi
- Alat kerja dan
khusus,
APD
masker, dan
sarung 3. Teknik
tangan. Keselamatan
Kerja :
- Membentuk
sikap karyawan
yang pro
keselamatan
kerja
- Mendorong
27
upaya seluruh
karyawan untuk
mewujudkan
keselamatan
kerja mulai dari
manajemen
puncak hingga
karyawan,
- Menekan
tanggung jawab
para manajer
dalam
melaksanakan
program
keselamatan
kerja
- Mengembangka
n dan
memelihara
lingkungan
kerja fisik yang
aman
(penyediaan
alat-alat
BAB IV
28
KESIMPULAN PERMASALAHAN TERHADAP KESELAMATAN KERJA
Hal- hal penting yang dapat kami simpulkan mengenai aspek ergonomic dan kesehatan
kerja di PG Krebet Baru adalah :
• Belum terpenuhinya aspek ergonomi dalam cara kerja serta posisi kerja, sehingga
masih ada beberapa karyawan yang tidak menggunakan APD dan bekerja tidak sesuai
SOP.
• Program P2K3 di PG Krebet baru terbentuk 3 bulan sehingga masih perlu dilakukan
penyempurnaan agar kesadaran para karyawan akan kesehatan dan keselamatan kerja
dapat lebih baik lagi.
29
BAB V
1. APD
Menurut PERMENAKERTRANS RI NO. 08/MEN/VII/2010 Alat Pelindung
diri merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja. Pada pasal 6 juga dijelaskan bahwa pekerja/buruh dan orang lain yang
memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan
potensi bahaya dan risiko.
Hendaknya pada pabrik ini para pekerja/buruh selalu menggunakan APD
dalam melakukan pekerjaan sehari-harinya, dan bila perlu diberlakukan peraturan
yang lebih ketat agar para pekerjaselalu menggunakan APD dan bekerja sesuai SOP.
2. Baru terbentuknya P2K3
Seperti yang telah diketahui P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.
Hendaknya P2K3 pada pabrik ini lebih disempurnakan lagi, agar dapat terbentuk
tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktifitas; Mencegah
dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja; dan Meningkatkan
efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi.
a. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada
dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau
ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
b. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi
kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
c. Sengkang atau konstruksi penguat lainnya seperti Lemari atau peti (box) tidak boleh
dikunci atau digembok atau diikat mati
d. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan
dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box)
sehingga mudah dikeluarkan.
30
e. Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling
atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis
CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan
syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan
permukaan lantai.
f. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana
suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C kecuali apabila alat pemadam
api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas.
g. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan
tutup pengaman.
3. Belum diterapkannnya SMK3
Seperti yang telah diketahui SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Dalam Undang-
Undang No, 13 Tahun 2003 khususnya pasal 87 yang berbunyi bahwa setiap perusahaan
wajib menerapkan SMK3 yang kemudian diatur lebih lanjut dalam PP No, 50 dimana
wajib kepada perusahaan untuk menerapkan SMK3 yaitu:
a. Memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
31
merupakan tanda penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diberikan
pemerintah kepada manajemen perusahaan yang telah berhasil dalam mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu kerja. Hal ini
merupakan prestasi yang baik mengingat SMK3 belum dilaksanakan dipabrik tersebut.
32