Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

a. Data Umum Perusahaan

PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) didirikan pada tanggal 12 Oktober

1964, merupakan transformasi dari konglomerat pertama di Indonesia, Oei Tiong

Ham Concern yang diambi alih oleh pemerintah. Bidang usaha utamanya

agroindustri, farmasi dan alat kesehatan dan perdagangan. Sebagai induk Perusahaan

(investment Holding), saaat ini memiliki 13 anak perusahaan dengan kepemilikian

mayoritas yang unit usahanya terdiri dari 10 pabrik gula, 1 pabrik obat, 1 pabrik alat

kesehatan, 1 pabrik karung plastik, 1 pabrik penyamakan kuit, 2 perkebunan sawit, 1

perkebunan karet dan 1 perkebunan teh. Alamat Jl. Denpasar Raya Kav. DIII

Kuningan Jakarta, Indonesia 12950.

Pengembangan usaha PT RNI dibidang properti pengembangan usaha PT Rajawali

Waskita Properti, PT Kawasan Industri Gempol dan Pabrik packaging. Dibidang

Farmasi dan alat kesehatan PT Pharos dan PT Mitra Rajawali banjaran. Dibidang agro

industri dan bidang perdangan dan industri.

b. Profil Perusahaan

PT PG Rajawali I merupakan alat perusahan PT Rajawali Nusantara

Indonesia, yang beroperasi di Wilayah Jawa Timur. Bermula pada tahun 1995, PT

Rajawali Nusantara Indonesia menggabungkan anak perusahaannya Pabrik gula

Krebet Baru dan Pabrik Gula Rejo Agung baru menjadi titik awal PT PG Rajawali I

Pada awalnya kapasitas giling masih mencapai 10.000 TCD, sering dengan

perkembangannya terus meningkat hingga pada tahun 2012, kapasitas giling

mencapai 17.000 TCD.

1
PT Krebet Baru merupakan unit usaha dari PT. PG Rajawali I. Terletak di jalan

Bululawang No. 10, Malang Selatan. PG Kebet Baru sudah dapat memproduksi

Superior High Sugar (SHS) sejak tahun 1957. Memiliki 2 pabrik yaitu KB I dengan

kapasitas giling sebesar 6800 TCD dan KB II sebear 5200 TCD.

c. Proses Produksi

Tebu adalah bahan baku utama untuk proses produksi di pabrik gula yang

akan menghasilkan produk utama yaitu Gula Kristal Putih (GKP) dan tetes.

Disamping itu proses pengolahan tebu ini juga memproduksi ampas tebu, selain itu

juga menghasilkan limbah yang bias dimanfaatkan seperti blotong, abu boiler dan

lain-lain. 

Parameter yang digunakan untuk menunjukkan mutu gula antara lain : Nilai

Remisi Direduksi (NRD), Warna I cumsa (IU), Besar Jenis Butir (BJB), Kadar Air

dan Pol pada suhu 20o C. Sedangkan faktor yang menentukan mutu gula adalah

kondisi dan mutu tebu yang akan diolah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

biaya pengolahan tebu, diantaranya adalah : 

1. Kapasitas giling yang sesuai dengan design capacity, sehingga jumlah hari giling

sesuai dengan rencana.

2. Kehilangan gula selama proses pengolahan baik secara chemis, mekanis maupun

kehilangan tak diketahui seperti pada ampas, blotong dan tetes. 

3. Biaya penggunaan utilitas seperti uap air, listrik, air dan udara bertekanan harus

sesuai kebutuhan 

4. Tingkat kerusakan peralatan yang berpengaruh pada biaya pemeliharaan disamping

hal tersebut juga berimbas pada proses pembuatan gula pasir 

2
Pabrik gula di lingkungan PT PG Rajawali I menggunakan sistem proses

sulfitasi untuk mengolah gula. Secara umum proses produksi di pabrik gula dibagi

menjadi :

1. Emplasement 

2. StasiunKetel (Boiler) 

3. StasiunListrik / Sentral 

4. StasiunGilingan 

5. StasiunPemurnian 

6. StasiunPenguapan 

7. StasiunMasakan 

8. StasiunPuteran 

9. StasiunPenyelesaiandanPengemasan 

10. Unit PengolahLimbah (UPL) 

Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata – rata

manusia di Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12 – 15 kg per tahun. Dengan

semakin bertambahnya jumlah penduduk, tentu 42 kebutuhan akan gula akan semakin

meningkat pula. Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari – hari didominasi oleh

gula tebu. Gula kristalini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Bagi penduduk di

daerah pedesaan Jawa tentu sudah sangat kenal dengan Tebu ini. Tanaman ini

merupakan jenis tanaman semusim yang dipanen atau ditebang satu tahun sekali.

Proses pembuatan gula dari tebu memerlukan beberapa tahapan dan proses

kimia serta mekanis. Kalau beras yang kita makan hanya dilakukan proses

penggilingan dari gabah menjadi beras beda dengan pembuatan gula dari tebu yang

harus dilakukan dalam skala pabrik. Untuk mengetahui langkah pembuatan gula dari

3
tebu. Pada umumnya pemrosesan tebu di pabrik gula dibagi menjadi beberapa tahap

yang dikenal dengan proses pemerahan (gilingan), pemurnian, penguapan, kristalisasi,

pemisahan dan penyelesaian (sugarhandling). Ada beberapa tahap dalam proses

pembuatan gila pasir seperti dibawah ini :

Gambar Proses Produksi

4
a. Stasiun Gilingan

Setelah truk pengangkut tebu melalui pengecekan awal di Stasiun Penerimaan,

menunggu di emplacement, dan penimbangan di Stasiun Timbangan, berikutnya

tebu akan dibongkar di Stasiun Gilingan. Disinilah awal proses pembuatan gula

berlangsung. Stasiun Gilingan bertujuan untuk mendapatkan nira sebanyak-

banyaknya dan mengurangi sedikit mungkin sukrosa yang terbawa oleh ampas.

Proses dimulai dengan menggangkut tebu dari truk ke meja tebu/cane table

menggunakan bantuan cane crane. Pabrik ini memiliki 4cane table dan 4 cane

crane. Pada masing-masing cane table terdapat leveller yang berguna mangatur

jumlah tebu yang akan masuk ke canecarrier. Cane Carrier berfungsi membawa

tebu menuju cane cutter. Canecutter digunakan untuk mencacah tebu menjadi

bagian-bagian yang lebih kecil. Dengan ukuran yang lebih kecil diharapkan akan

semakin banyak nira yang diperas. Cane cutter berukuran ±1,5 meter. Pabrik ini

memiliki 2 Cane Cutter (CC I dan CC II) yang dipasang secara seri. Cane Cutter

1 memiliki 56 buah pisau, sedangkan Cane Cutter 2 memiliki 80 buah pisau.

Selanjutnya cacahan tebu melewati Heavy Duty Hammer Shredder (HDS) yang

memiliki prinsip seperti palu untuk memukul cacahan tebu sehingga mudah

diperah di gilingan.

Gambar. Proses Cutter

5
Di pabrik ini terdapat 5 rangkaian gilingan yang dipasang secaraseri. Hal ini

jika salah satu dari mesin giling tersebut mengalami trouble maka akan

menghentikan semua proses giling di Stasiun Gilingan danbahkan menghentikan

semua proses produksi gula di Pabrik.Cacahan tebu pertama kali masuk ke

Gilingan 1. Pada Gilingan 1dihasilkan nira 1 dan ampas 1. Ampas 1 kemudian

diangkut dan dibasahidengan nira hasil Gilingan 3 dan dilewatkan ke Gilingan 2.

Pada Gilingan452 dihasilkan nira 2 dan ampas 2. Nira 1 dan 2 dialirkan

kesaringan DSMdan berakhir di tangki penampungan nira mentah/Raw Juice

Tank untukdiproses di Stasiun Pemurnian. Ampas 2 dilanjutkan ke Gilingan 3

yangtelah dibasahi dengan nira 4. Gilingan 3 menghasilkan nira 3 dan ampas

3.Nira 3 digunakan untuk membasahi ampas 1 yang akan masuk ke Gilingan2.

Ampas 3 dibasahi dengan nira 5 dibawa ke Gilingan 4. Gilingan 4menghasilkan

nira 4 dan ampas 4. Nira 4 digunakan untuk membasahiampas 2 yang akan

masuk ke gilingan 3. Ampas 4 dibawa ke Gilingan 5dan dibasahi oleh air

imbibisi. Gilingan 5 menghasilkan nira 5 dan ampas5. Nira 5 digunakan untuk

membasahi ampas 3 yang akan masuk keGilingan 4. Ampas 5 merupakan ampas

yang telah kering dan dikirim ke Stasiun Ketel untuk digunakan sebagai bahan

bakar ketel uap.

6
Gambar Proses Pres

b. Stasiun pemurnian

Setelah nira didapatkan dari proses sebelumnya yaitupemerahan nira,

kemudian nira yang didapatkan dilakukan prosespemurnian untuk

menghilangkan zat yang bukan gula ataupun kotoran yang masih terdapat dalam

nira mentah. Proses pemurnian nira di pabrik ini menggunakan bahan pembantu

dalam prosesnya. Dalam proses pemurnian nira ini menggunakan proses sulfitasi

yaitu menambahkan gas SO₂ dan Ca(OH)₂ yang disebut sebagai susu kapur

dengan maksud untuk mengendapkan kotoran agar mudah dipisahkan dalam

proses penapisan. Di Stasiun Pemurnian nira mentah dari hasil penggilingan

masuk kedalam saringan DSM, nira mentah hasil saringan menuju ke tangki

panampungan nira mentah (Raw Juice Tank) untuk dicampur dengan larutan

(asam phospat) yang bertujuan untuk membentuk inti endapan.Kemudian nira

mentah dipompa menuju ke Heater 1 untuk dipanaskan dengan suhu mencapai

75-80˚C. Proses pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat proses

penggumpalan koloid dan untuk membunuh bakteri patogen. Setelah melewati

7
Heater 1 nira dilewatkan pada Static Mixer untuk ditambahkan Lime-saccharate

(Ca(OH)₂) hingga pH mencapai 8,5-9,0 untuk membentuk inti endapan kalsium

pospat. Selanjutnya nira dimasukkan dalam Sulfur Tower untuk direaksikan

dengan gas SO₂ hingga mencapai pH 7,0-7,2, ini bertujuan untuk membentuk

endapan kalsium sulfit dan menetralkan kelebihan kapur pada proses

penambahan susu kapur. Untuk lebih menyempurnakan reaksi maka nira

dimasukkan kedalam Sulfited Raw Juice Tank dengan suhu 70˚C dan pH dujaga

sekitar 7,0-7,2 dengan menambahkan sedikit susu kapur. Nira mentah tersulfir

kemudian dipompa menuju Heater 2 dan dipanaskan dengan menggunakan uap

bekas (exhaust steam) dengan suhu 110- 115˚ C untuk menurunkan kelarutan

garam-garam, menurunkan viskositas, dan menyempurnakan reaksi. Kemudian

nira masuk ke dalam Flash Tank dengan suhu 105˚C untuk menghilangkan gas-

gas yang tidak terembunkan sehingga tidak manghambat proses pengendapan

nantinya. Kemudian nira yang dihasilkan ditampung dan disemprotkan Floculant

ke dalamnya. Setelah itu nira yang tercampur dengan Floculant akan mengalir

kedalam peti pengendapan (Clarifier) dengan tipe Single Tray. Floculant ini

berfungsi untuk mengikat rantai endapan sehingga dihasilkan rantai yang lebin

besar.Nira mentah yang telah diberi Floculant dimasukkan dalam Single Tray

Clarifier atau peti pengendapan untuk memisahkan nira encer dan nira kotor.Nira

kotor kemudian ditapis pada Rotary Vacum Filter (RVF). Nira encer yang telah

ditapis dikembalikan ke peti nira mentah (Raw Juice Tank) yang akan ditambah

Fosfat kembali. Sedangkan kotoran yang telah ditapis berupa blotong (yang

kemudian dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biokompos) di ditampung ke

Filter Cake.Nira encer selanjutnya dimasukkan kedalam Heater 3 hingga suhu

110˚C, yang selanjutnya masuk kedalam Pre Evaporator.

8
Gambar Proses Pemurnian

Limbah padat abu dan blotong pabrik dengan komposisi tertentu diolah

menjadi pupuk organik Bio-Kompos yang berfungsi untuk memperbaiki struktur

tanah. Dengan anjuran pemakaian 3 ton/ha dapat meningkatkan produksi

tanaman tebu serta menekan penggunaan pupuk an-organik

c. Penguapan

Hasil dari proses pemurnian adalah “nira jernih” (clear juice). Langkah

selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalahproses penguapan. Penguapan

dilakukan dalam bejana evaporator.Tujuan dari penguapan nira jernih adalah

untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya.Pada

proses penguapan menggunakan multiple effectevaporator dengan kondisi

vakum. Penggunaan multiple effectevaporator dengan pertimbangan untuk

menghemat penggunaan uap.Sistem multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah

evaporator ataulebih yang dipasang secara seri. Di pabrik gula

biasanyamenggunakan 4(quadrupple) atau 5 (quintuple) buah evaporator.Pada

proses penguapan air yang terkandung dalam nira akandiuapkan. Uap baru

digunakan pada evaporator badan I sedangkanuntuk penguapan pada evaporator

9
badan selanjutnya menggunakanuap yang dihasilkan evaporator badan I.

Penguapan dilakukan padakondisi vakum dengan pertimbangan untuk

menurunkan titik didihdari nira. Karena nira pada suhu tertentu ( > 1250 C)

akanmengalamai karamelisasi atau kerusakan. Dengan kondisi vakummaka titik

didih nira akan terjadi pada suhu 700 C. Produk yang dihasilkan dalam proses

penguapan adalah ”nira kental” .

Gambar Bejana Evapor

d. Kristalisasi

Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum

dilakukan kristaliasi dalam pan masak ( crystallizer ) nira kental terlebih dahulu

direaksikan dengan gas SO2 sebagai bleaching dan untuk menurunkan viskositas

masakan (nira). Dalam proses kristalisasi gula dikenal sistem masak ACD,

ABCD, ataupun ABC. Tingkat masakan (kristalisasi) tergantung pada kemurnian

nira kental. Apabila HK nira kental > 85 % maka dapat dilakukan empat tingkat

masakan (ABCD). Dan apabila HK nira kental < 85 % dilakukan tiga tingkat

10
masakan (ACD). Pada saat ini dengan kondisi bahan baku yang rendah pabrik

gula menggunakan sistem masakan ACD, dengan masakan A sebagai produk

utama.

Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira

pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan

pemekatan secara terus menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada

keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu

langkah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak

kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi

kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk tidak

beraturan. Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya larutan dialirkan

ke palung pendingin (receiver) untuk proses Na – Kristalisasi. Tujuan dari

palung pendingin ialah : melanjutkan proses kristalisasi yang telah terbentuk

dalam pan masak, dengan adanya pendinginan di palung pendingin dapat

menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan naik sehingga dapat

mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang telah terbentuk. Untuk lebih

menyempurnakan dalam proses kristalisasi maka palung pendingin dilengkapi

pengaduk agar dapat sirkulasi

e. Proses Pemisahan

Stasiun ini bertugas memisahkan kristal gula dari larutan sirup dalam

Massecuite dengan cara penyaringan sentrifugal. Secara umum, putaran terdiri

dari dinding yang berupa saringan dan dihubungkan dengan sumbu yang berputar

sehingga ketika sumbu berputar dan terdapat Massecuite didalamnya, maka

larutannya akan terlempar ke dinding saringan karena adanya gaya sentrifugal.

11
Kristal gula yang memiliki diameter lebih besar daripada diameter lubang

saringan akan tertahan, sedangkan larutan sirup akan melewati saringan,

sehingga akan diperoleh kristal gula yang menempel pada saringan. Sedangkan

larutan (stroop) akan keluar menembus saringan dan jatuh kedalam penampung

f. Proses Packing

Gula Produk dikeringkan di talang goyang dan juga diberikan hembusan

uap kering. Produk gula setelah mengalami proses pengeringan dalam talang

goyang, ditampung terlebih dahulu ke dalam sugar bin, selanjutnya dilakukan

pengemasan atau pengepakan. Berat gula dalam pengemasan untuk masing-

masing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak plastiknya 25 kg atau 50 kg.

Setelah itu gula yang berada di sak plastik tidak boleh langsung dijahit, harus

dibuka dulu supaya temperatur gula dalam sak plastik mengalami penurunan

suhu/temperatur. Suhu gula dalam karung tidak boleh lebih dari 30 oC/suhu

kamar, setelah gula dalam plastik dinyatakan dingin maka boleh dijahit. Jika gula

dalam sak plastik dalam keadaan panas dijahit maka berakibat penurunan kualitas

gula.

12
BAB 2

DATA KESELAMATAN KERJA

a. P2K3

 Struktur Organisasi

Struktur organisasi
Ketua : Rachmad Sartono
Wakil ketua I : M. Ali Ansori
Wakil ketua II : Maiun Mahdi
Sekretaris I : Yahlul Rohdiana
Sekretaris II : Siti Maimunah
Anggota
Bagian Instalasi KB-I : 1. M. NurRizkadheva
2. Giri Prabowo
3. Dul Rochim
4. Suryatmoko
Bagian Instalasi KB-II : 1. M. Syaifullah
2. Sugeng Wibowo
3. Kusnanto
4. Tutut Nawang
Bagian Pabrikasi KB-I : 1. Deni Dwianto
2. Fikri Syaiful Rizal
3. Sudiarwo
Bagian Pabrikasi-II : 1. Robi Nugroho
2. Muhammad Ali
3. Cevi Setya Nugraha
Bagian Keuangan : 1. Sonatha Agung
2. Joko Susetyo
SDM dan Umum : 1. Dimas Seloprabowo
2. Syaiful Rachmadi
Quality Control : 1. Pudi Utomo
2. Richa Rachmawati

13
 Peran Dokter Perusahaan dalam P2K3

1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) di tempat kerja
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai:
a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
K3 termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan
d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaan
3. Membantu pengusaha dalam :
a. Menetukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik
b. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja
c. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, Penyakit Akibat Kerja (PAK)
serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan
d. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi
e. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan
f. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja
g. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
h. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan, dan
kesehatan kerja
i. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijakan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi, dan gizi kerja

 Penyelenggaraan P2K3

Untuk penyelenggaraan P2K3 pada PG Krebet masih berjalan sekitar kurang

lebih 3 bulan, sejauh ini memang cukup terlaksana dengan baik, hanya saja dalam

14
penggunaan APD masih kurang karena beberapa bagian dari instansi pabrik tidak

menggunakan APD seperti masker, sarung tangan, ataupun airmask/airplug

walaupun sudah disediakan oleh pabrik. Kekurangan tersebut diakibatkan antara

lain karena jumlah personil yang terlatih kurang, sarana, dan dana yang kurang

memadai. Selain itu, motivasi karyawan/kesadaran pekerja SMK3 masih rendah.

 Pelaporan Kecelakaan Kerja

Sejak 4 tahun terakhir angka kecelakaan kerja di PG Krebet berjumlah 0. Hal

ini dikarenakan adanya peraturan yang ketat mengenai keluar masuknya

karyawan. Karyawan tidak diizinkan meninggalkan tempat kerja tanpa adanya

alasan yang kuat, sehingga angka kecelakaan menjadi rendah. Selain itu,

perusahaan juga telah melakukan beberapa usaha untuk perlindungan keselamatan

kerja antara lain :

1) Pemasangan gambar ditempat kerja tentang keselamatan kerja agar mudah


dijangkau oleh para pekerja.
2) Pengaturan letak peraturan sedemikian rupa sehingga operator dapat bekerja
dengan leluasa terutama pada peralatan yang bergerak.
3) Memakai penerangan yang cukup dan memasang penangkal petir pada bangunan
yang tinggi.
4) Menyelenggarakan pembinaan tenaga kerja tentang pencegahan kecelakaan serta
pemberantasan kebakaran dan peningkatan keselamatan kerja.
5) Penyediaan alat pemadam kebakaran dan mobil pemadam kebakaran di tempat
yang strategis.
6) Memberikan perlengkapan keamanan kepada setiap karyawan yang disesuaikan

dengan tempat kerjanya. Seperti safety helmet, sarum tangan, kaca mata pelindung

mata dan lain sebagainya.

7) Pengaturan ventilasi yang cukup dan pemasangan sistem alarm untuk tanda

bahaya.

15
 Program Pelatihan Tim P2K3

Untuk tim P2K3 di PG Krebet berjumlah 4 orang, namun untuk jadwal

pelatihan pada karyawan PG Krebet belum ada jadwal tetap. Sehingga memang

hal ini membutuhkan perhatian khusus mengingat pentingnya peran P2K3 dalam

perusahaan.

b. Program Keselamatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berperan peenting dalam rangka

perlindungan tenaga kerja dan pembangunan nasional, oleh karena itu secara garis

besar aspek K3 sudah menjadi kebijakan nasional di indonesia. Pelakanaan Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan

tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat

mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan prdosuktivitas kerja.

 Sarana dan Prasarana

o Kebijakan K3 (masih dalam proses pembuatan)

o Penerangan di area kerja

o Sanitasi

o Sisttem Ventilasi

o Alat kerja dan APD

16
 Program Keselamatan Kerja

 Teknik Keselamatan Kerja

Program keselamatan kerja difokuskan pada dua aspek

a. Perilaku kerja :

1. Membentuk sikap tenaga kerja yang pro keselamatan kerja

2. Mendorong upaya seluruh tenaga kerja untuk mewujudkan keselamatan

kerja, mulai dari karyawan level terendah hingga pimpinan.

3. Menekankan tanggung jawab para manajer dalam melaksanakan

program keselamatan kerja

b. Kondisi Kerja

Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja fisik yang aman,

misalnya dengan penyediaan alat-alat pengaman dan pagar pembatas di

lingkungan kerja

17
c. Alat Pelindung Diri

 Jenis APD yang tersedia

Alat Pelindung Diri (APD) meliputi pakaian dan alat pelindung yang dipakai guna

melindungi diri pekerja dan orang lain yang berada disekitarnya dari bahan, proses

kerja, mesin/alat, instalasi, dan lingkungan yang berbahaya sehingga dapat

mencegah dan meminimalkan resiko kecelakaan dan penyakit.

1. Pelindung kepala

- Penutup kepala

- Helm

2. Pelindung telinga

-Ear plug

3. Pelindung pernafasan

-Masker

4. Pelindung wajah

18
-Kacamata

-Tutup wajah

5.Pelindung tangan

-Sarung tangan

-Sarung tangan karet

6. Pelindung kaki

-Sepatu kerja

-Sepatu karet

7. Pakaian pelindung

- Jas lab

-Apron

Pada Pabrik Gula (PG) Krebert Baru menyediakan APD di tiap bagian, berikut
merupakan penggunaan APD di tiap bagian yang seharusnya diterapkan di pabrik:

 SOP Penggunaan APD pada Tiap Bagian

Pada PG Krebet Baru, panitia P2K3 baru terbentuk sekitar 3 bulan sehingga

sistem manejemen K3 masih belum berjalan sempurna, namun sudah ada upaya

untuk menerapkan sistem ini, sehingga SOP atau Standar Operasional Prosedur

belum berjalan secara maksimal.

19
 Penerapan APD dalam bekerja tiap bagian

No Jenis Pekerjaan Penerapan Alat Pelindung diri Gambar


1 Petugas di sekitar alat Petugas hanya menggunakan
alat pengontrol mesin helm dan sepatu karet

2 Petugas stasiun Petugas hanya menggunakan


sentrifugal sepatu karet saja, tanpa helm,
pengecekan kristal masker , dan sarung tangan.
gula

3 Petugas stasiun Hanya ada satu petugas yang


pembangkit tenaga menggunakan ear plug
listrik walaupun suara terdeteksi 90
db, petugas-petugas lain tidak
menggunakan ear plug atau ear
muff. Mereka hanya
menggunakan helm dan sepatu
karet.

20
4 Petugas stasiun Tidak menggunakan APD
penguapan
5 Petugas di sekitar Tidak menggunakan APD dan
mesin penggilingan tampak merokok

21
6 Petugas pengelasan Tidak menggunakan APD saat
sedang mengelas.

7 Petugas stasiun Petugas hanya menggunakan


pengemasan baju dan topi khusus tanpa
masker dan sarung tangan

8 Petugas yang Tidak menggunakan APD


mengumpulkan
produk-produk yang
sudah terkemas

d. Fasilitas Penunjang Keselamatan Kerja

 Penanganan Kebakaran

Untuk penanggulangan ini telah disediakan sarana pemadam kebakaran antara lain :
a. Fire Extinguisher (APAR) dengan jenis APAR Drychemical powder dan APAR
beroda
b. Kendaraan pemadam kebakaran.
c. Tim pemadam kebakaran.
d. Ambulans

22
Langkah penanggulangan kebakaran:
1. Personil yang mengetahui dan melihat langsung kebakaran, menginformasikan
ke seluruh penghuni pabrik untuk bersikap tenang. Karyawan di sekitar lokasi
sumber asap/api segera meninggalkan ruangan menuju titik kumpul evakuasi,
2. Petugas informasi/satpam/personil yang mengetahui pertama segera
memberitahukan kepada ketua Tim Tanggap Darurat mengenai lokasi sumber
api.
3. Ketua Tim Tanggap Darurat menginformasikan dimana lokasi kebakaran
kepada Tim Pemadam Kebakaran dan Tim Evakuasi,
4. Tim Pemadam Kebakaran segera memadamkan api dengan APAR yang
tersedia.
5. Tim Evakuasi segera memindahkan barang-barang dan dokumen penting yang
mudah terbakar dari lokasi kebakaran.
6. Apabila api tidak dapat dikendalikan oleh APAR, segera lakukan tindakan lebih
lanjut dengan kendaran pemadam kebakaran.

Gambar APAR
 Emergency Respon Plan (ERP)

o Banjir
 Jika terjadi banjir di lokasi kantor maka:
 Agar tidak terjadi hubungan pendek arus listrik dan untuk
mencegah tersengat listrik, ketua Tim Tanggap Darurat akan
memerintahkan untuk segera mematikan power listrik
 Barang-barang berharga yang berada di kantor segera diselamatkan

23
 Menyediakan sarana evakuasi untuk barang maupun untuk personil
sesuai dengan yang diperlukan
o Gempa Bumi
 Jika terjadi gempa bumi seluruh karyawan diminta untuk
berlindung dibawah meja karyawan yang berada diluar pabrik
sesuai jalur evakuasi, diminta untuk menjauh dari lokasi bangunan
 Ketua Tim Tanggap Darurat memerintahkan petugas teknik untuk
mematikan aliran listrik
 Apabila getaran gempa pertama kali dirasakan sangat kuat dan
diperkirakan dapat meruntuhkan bangunan, Tim Evakuasi segera
menginformasikan karyawan untuk keluar ketempat yang aman
dan jauh dari lokasi untuk menghindari adanya gempa susulan
 Setelah gempa berakhir dan kondisi sudah kembali normal, Ketua
Tim Tanggap Darurat memeriksa seluruh lokasi yang terkena
gempa dan melaporkan kepada K3

o Ancaman Bom / Ledakan Bom


 Petugas/Operator penerima telepon yang menerima ancaman bom,
melakukan tindakan berikut:
 Tenang dan tidak panik
 Berusaha untuk mengajak penelpon berbicara mengenai apa
yang dikehendaki dan apa yang akan dilakukan, usahakan agar
pembicaraan berlangsung lebih lama
 Perhatikan dan catat hal-hal penting sebagai berikut:
o Nama (apabila menyebutkan nama)
o Jenis kelamin penelpon
o Waktu telpon ancaman bom diterima
o Kapan akan dilakukan pengeboman
o Suku atau logat dari penelpon
o Suara latar dari telepon, misalnya suara kendaraan
(mobil, kereta, dll), suara lainnya yang menyertai
(lonceng, peluit, sirine, suara orang lain).

24
 Operator segera menginformasikan adanya ancaman bom kepada ketua
Tim Tanggap Darurat melalui telepon internal/earphone.
 Ketua Tim Tanggap Darurat menginstruksikan operator telepon untuk
menghubungi kantor polisi terdekat atau petugas gegana.
 Ketua Tim Tanggap Darurat memerintahkan Tim Evakuasi untuk
mengevakuasi seluruh karyawan dalam radius yang cukup jauh dari
lokasi dan menyelamatkan dokumen-dokumen penting
 Ketua Tim Tanggap Darurat melaporkan hasil pemeriksaan dari Tim
Gegana kepada Ketua P2K3
 Jika ancaman bom tidak terjadi dan kondisi dinyatakan aman, maka
karyawan diminta untuk bekerja kembali
 Jika ancaman bom terjadi dan terjadi ledakan yang menimbulkan
kebakaran, maka ketua Tim Tanggap Darurat segera menghubungi
Dinas Pemadam Kebakaran untuk menanggulangi kebakaran yang
terjadi
 Setelah kebakaran, Tim Tanggap Darurat memeriksa area kebakaran
dan melaporkan kepada ketua P2K3 dan Direksi

25
BAB III

HASIL PENGAMATAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai resume data yang telah didapatkan selama

kunjungan ke PG Krebet Baru. Kunjungan sendiri dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober

2018 pada pukul 11.00-17.00. Data-data tersebut diperoleh melalui wawancara langsung

dengan karyawan maupun manajemen PG Krebet Baru serta melalui data yang ada di PG

Krebet Baru diperoleh data sebagai berikut :

No Nama Jenis Penerapan Upaya yang telah Fasilitas penunjang


Bagian APD APD dilakukan K3 di lapangan
kerja

1 Stasiun - Sepatu Tidak 1. Pelaksanaan 1. Penanganan


Gilingan kerja menggunak program kebakaran
- Helm an APD keselamatan kerja Disediakan sarana
- Sarung oleh tim SMK3 pemadam
lengkap
tangan dengan status: kebakaran :
- Masker - Clear/terlaksana - Fire
- Ear meliputi: Extinguish
plug pembentukan er
- Sabuk tim SMK3 (APAR)
gantun (namun belum dengan
g adanya jadwal jenis
- Sepatu pelatihan yang APAR
karet tetap untuk Dry
karyawan PG Chemical
Krebet), powder
2 Stasiun - Helm Petugas kunjungan dan
Pemurnia - Sarung hanya industri ke APAR
n tangan memakai instansi luar, beroda
karet identifikasi - Kendaraan
sepatu karet
- Masker unsafe pemadam
- Ear condition, kebakaran
plug identifikasi - Tim
- Apron atribut K3, pemadam
- Sepatu pemeriksaan kebakaran
karet kelengkapan - Ambulans
- Kaca APD di seluruh 2. Emergency
mata bagian Respom Plan
- Tutup - Masih proses (ERP) saat
wajah meliputi : kondisi banjir,
3 Stasiun - Helm Tidak

26
Penguap - Sarung menggunak kontrol alat gempa bumi dan
an tangan an APD kebakaran dan ancaman
karet penunjukan bom/ledakan
- Masker personil yang bom dengan
- Ear bertanggung adanya bantuan
plug jawab, program dari Tim
- Apron pelatihan K3 Tanggap
- Sepatu Darurat.
karet - Belum
4 Stasiun - Helm Tidak terlaksana
Masakan - Sarung menggunak meliputi:
tangan an APD program kerja
karet Hari
- Masker Lingkungan
- Ear Hidup (lomba
plug kebersihan
- Apron lingkungan tiap
- Sepatu bagian,
karet penanaman
5 Stasiun - Helm Petugas pohon)
puteran - Sarung hanya
tangan memakai 2. Penyediaan sarana
- Masker dan prasarana
sepatu karet
- Ear meliputi:
plug - Kebijakan K3
- Apron (masih dalam
- Sepatu proses)
karet - Penerangan di
6 Stasiun - Sepatu Hanya area kerja
pengema kerja menggunak - Sanitasi
san dan - Helm an baju dan (wastafel dekat
- Sarung toilet dan
finishing topi khusus,
tangan himbauan cuci
- Masker tidak tangan, bak
- Ear menggunak sampah, loker
plug an APD dan sandal area
seperti produksi)
sepatu - Ventilasi
- Alat kerja dan
khusus,
APD
masker, dan
sarung 3. Teknik
tangan. Keselamatan
Kerja :
- Membentuk
sikap karyawan
yang pro
keselamatan
kerja
- Mendorong

27
upaya seluruh
karyawan untuk
mewujudkan
keselamatan
kerja mulai dari
manajemen
puncak hingga
karyawan,
- Menekan
tanggung jawab
para manajer
dalam
melaksanakan
program
keselamatan
kerja
- Mengembangka
n dan
memelihara
lingkungan
kerja fisik yang
aman
(penyediaan
alat-alat

BAB IV

28
KESIMPULAN PERMASALAHAN TERHADAP KESELAMATAN KERJA

Hal- hal penting yang dapat kami simpulkan mengenai aspek ergonomic dan kesehatan
kerja di PG Krebet Baru adalah :

• Belum terpenuhinya aspek ergonomi dalam cara kerja serta posisi kerja, sehingga
masih ada beberapa karyawan yang tidak menggunakan APD dan bekerja tidak sesuai
SOP.

• Program P2K3 di PG Krebet baru terbentuk 3 bulan sehingga masih perlu dilakukan
penyempurnaan agar kesadaran para karyawan akan kesehatan dan keselamatan kerja
dapat lebih baik lagi.

29
BAB V

SOLUSI/ALTERNATIF PENYELESAIAN KOMPREHENSIF TERHADAP


PERMASALAHAN YANG DIKETEMUKAN

1. APD
Menurut PERMENAKERTRANS RI NO. 08/MEN/VII/2010 Alat Pelindung
diri merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja. Pada pasal 6 juga dijelaskan bahwa pekerja/buruh dan orang lain yang
memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan
potensi bahaya dan risiko.
Hendaknya pada pabrik ini para pekerja/buruh selalu menggunakan APD
dalam melakukan pekerjaan sehari-harinya, dan bila perlu diberlakukan peraturan
yang lebih ketat agar para pekerjaselalu menggunakan APD dan bekerja sesuai SOP.
2. Baru terbentuknya P2K3
Seperti yang telah diketahui P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.
Hendaknya P2K3 pada pabrik ini lebih disempurnakan lagi, agar dapat terbentuk
tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktifitas; Mencegah
dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja; dan Meningkatkan
efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi.
a. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada
dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau
ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
b. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi
kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
c. Sengkang atau konstruksi penguat lainnya seperti Lemari atau peti (box) tidak boleh
dikunci atau digembok atau diikat mati
d. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan
dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box)
sehingga mudah dikeluarkan.

30
e. Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling
atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis
CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan
syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan
permukaan lantai.
f. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana
suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C kecuali apabila alat pemadam
api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas.
g. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan
tutup pengaman.
3. Belum diterapkannnya SMK3
Seperti yang telah diketahui SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Dalam Undang-
Undang No, 13 Tahun 2003 khususnya pasal 87 yang berbunyi bahwa setiap perusahaan
wajib menerapkan SMK3 yang kemudian diatur lebih lanjut dalam PP No, 50 dimana
wajib kepada perusahaan untuk menerapkan SMK3 yaitu:
a. Memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku tentunya PG Krebet Baru yang


mempunyai karyawan sejumlah 868 orang harus menerapkan SMK3. Penerapan
SMK3 ini bertujuan untuk :

- Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang


terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
- Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh
serta
- Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktifitas

Selama 3 tahun berturur-turut PG Krebet Baru mendapat penghargaan sebagai pabrik


yang mendapatkan Zero Accident Award, dimana Program Zero Accident ini

31
merupakan tanda penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diberikan
pemerintah kepada manajemen perusahaan yang telah berhasil dalam mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu kerja. Hal ini
merupakan prestasi yang baik mengingat SMK3 belum dilaksanakan dipabrik tersebut.

32

Anda mungkin juga menyukai