1
Jenis-jenis Gula Industri
Gula Dekstrosa: gula yang terdapat pada berbagai tanaman, atau
hasil hidrolisis senyawa pati. Kurang manis dibandingkan sakarosa
dan banyak digunakan untuk salut permen.
Gula Sirup : gula yang berbentuk sirup, dapat diolah dari tebu,
maupun palma melalui ekstraksi dan pemekatan,serta pati (jagung,
singkong) melalui proses hidrolisis dan isomerisasi menjadi
senyawa fruktosa.
Gula Pasir (sukrosa) : merupakan senyawa karbohidrat, banyak
terdapat pada batang tebu dan nira tanaman palma (kelapa, aren,
siwalan dan nipah).
2
Lanjut....
Gula Merah (tanjung) : diolah dari nira tebu tanpa proses pemurnian,
banyak digunakan untuk produksi kecap.
Gula Palma : dihasilkan dari nira tanaman palma (kelapa, aren, siwalan,
nipah), berbentuk padat (gula cetak/bathok) maupun kristal (gula semut).
Gula Non-kalor : gula tanpa kalori dengan tingkat kemanisan tinggi
(ratusan-ribuan) sukrosa, dihasilkan dari tanaman Stevia, Licorice dan
Thaumatin, banyak digunakan untuk industri obat-obatan.
Gula Sintetis : dibuat secara sintetis (kimia), tingkat kemanisan tinggi
(ratusa-ribuan), dilarang sejak 1973 karena menyebabkan kanker.
3
Bahan Baku
Tanaman tebu (Indonesia) atau beet (Eropah dan Amerika)
Tanaman Palma (kelapa, siwalan, aren dan nipah)
Sistem Produksi : awalnya PG memiliki lahan HGU, sekarang
mengandalkan TRI (tebu rakyat intensifikasi) dan TRB (tebu
rakyat bebas) dan sewa lahan petani.
Perubahan pengelolaan bahan baku menyebabkan rendemen
tebu semakin rendah akibat teknik budidaya yang kurang
optimal.
Luasan lahan tebu di Jawa semakin menurun akibat persaingan
dengan industri lain, konversi ke perumahan serta petani
urbanisasi (kelompok usia muda).
4
Sistem Industri Gula Pasir dan kelembagaan terkait di
Indonesia
SUB-SISTEM HILIR
(INDUSTRISEKUMDER)
Asosiasi Petani Tebu Industri minuman
Rakyat Indonesia Industri kecap
Industri sirup
(APTRI) Industri permen dll
SUB-SISTEM HILIR
(INDUSTRI PRIMER)
Industri gula merah (UKM)
Industri gula sirup (UKM)
Pabrik gula pasir (sukrosa)
SUB-SISTEM HULU
(PRODUKSI BAHAN BAKU)
Petani Tebu
Tengkulak Tebu
Koperasi Unit Desa Gabungan Pengusaha
Makanan dan
Minuman Indonesia
Pusat Penelitian dan (GAPMMI)
Pengembangan Gula
Indonesia (P3GI)
5
A. Gula Tebu
Pelarutan Kristalisasi
Berawal
7
PASAR
Tahapan Proses Produksi Gula
Penebangan dan pengangkutan (hulu)
Preparasi (persiapan)
EKSTRAKSI (Pengambilan Nira Tebu)
PEMURNIAN NIRA (Penghilangan kotoran nira)
PEMEKATAN NIRA
KRISTALISASI
Sentrifugasi
Pengeringan
Pengepakan
8
Diagram Alir Alat Proses Pengolahan
Stasiun Preparasi Stasiun Ekstraksi Stasiun Pemurnian
9
DIAGRAM ALIR BAHAN SELAMA PROSES
PENGOLAHAN
4/25/201
TPK/GULA/2013 10
3
1. STASIUN PREPARASI
Tujuan Proses Operasi : mempersiapkan tebu untuk digiling lebih
efisien
Prinsip kerja : pengecilan ukuran menggunakan sistem mekanis
Alat dan Mesin :
11
3. Cane Shreder : berfungsi untuk menyayat potongan
tebu menjadi serpihan tebu, sehingga meningkatkan efisiensi pemerasan
(penggilingan)
13
Susunan Unit Gilingan Tebu
14
Rendemen Tebu
Definisi rendemen : adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang
dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %, artinya bahwa
dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak
10 kg.
A. Rendemen Contoh : digunakan untuk mengetahui gambaran suatu kebun
tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui
kapan kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai
tingkat rendemen yang memadai.
15
B. Rendemen Sementara : untuk menentukan bagi hasil gula, namun
sifatnya masih sementara.
Untuk memenuhi ketentuan yang menginstruk sikan agar penentuan
bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga
petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu
lewat perhitungan rendemen sementara.
16
C. Rendemen Efektif : disebut juga rendemen nyata atau terkoreksi,
merupakan rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam
jangka waktu tertentu.
Perhitungan rendemen efektif dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari
atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari
giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode. Hal ini
berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan
diberitahukan kepada petani tebu.
Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelashanya sebagian kecil saja
yang akan menjadi gula. Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 %
maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut. Hal tersebut
dapat dijelaskan sbb :
17
Tebu
100 kg
Sabut Nira
12,5 kg 87,5 kg
Air Padatan
75-80 kg 20-25 kg
18
Faktor Berpengaruh Rendemen Gula
Rendemen batang tebu : umur semakin tua semakin tinggi).
Masa panen : kemarau semakin bagus (rendemen tinggi) biasanya Mei-
September.
Efisiensi gilingan : preparasi bahan, jumlah unit gilingan dan air imbibisi
yang digunakan.
Efisiensi pemurnian : metode pemurnian (defekasi, sulfitasi, karbonatasi)
serta bahan penggumpal tambahan yang digunakan (floculan).
19
3. STASIUN PEMURNIAN
20
3. Tungku Belerang : berfungsi membakar belerang padat
(S2) menjadi gas SO2 untuk bereaksi dengan kation
pH diturunkan mendekati netral (7)
21
3. Clarifier (sedimentastion tank) : berfungsi untuk memisahkan kotor-an yang
terbentuk dari reaksi susu kapur dan belerang.
4. Rotary Drum Filter : berfungsi untuk memisahkan kotoran hasil reaksi penjernihan
(blotong/lumpur)
4/25/201
22
3
Metode Pemurnian Gula
23
A. Pemurnian Metode Defekasi
Merupakan proses yang paling sederhana yang pada intinya adalah
memberikan susu kapur pada nira, sehingga terjadi pengendapan,
kemudian dapat dipisahkan antara nira kotor dan nira jernih.
Pada proses defekasi ini nira dari gilingan dipanaskan pada
temperatur 70o C kemudian dilakukan penambah-an susu kapur
sehingga pH 7,8 – 8 dalam peti defekator. Kemudian dipanaskan
lagi hingga titik didihnya mencapai sekitar 100 – 105o C.
Gula ini banyak dilakukan di luar negeri, karena tahap selanjutnya
ada PG yang khusus mengolah menjadi gula jernih (Rafinasi)
24
Lanjut .....
25
B. Pemurnian Metode Sulfitasi
Pemurnian dengan sulfitasi lebih baik dan banyak digunakan jika dibandingkan
cara defekasi, kristal gula lebih putih
Pemurnian sulfitasi dilakukan dengan menggunakan bahan Ca(OH)2 dan gas
SO2.
Penambahan Ca(OH)2 pada nira mentah dilakukan secara berlebih untuk
mendapatkan suasana basa pada nira, karena pada suasana ini pengendapan
kotoran yang dibawa nira akan lebih banyak.
Kelebihan Ca(OH)2 akan dinetralkan kembali oleh gas SO2 yang didapatkan
dari pembakaran belerang padat.
S2(p) + O2 SO2 (g)
SO2 (gas) + Ca(OH)2 Ca2(SO3) (p)
26
Macam-Macam Sulfitasi
1) Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi pendahuluan dengan gas sulfat pH rendah
(6,5) dengan diikuti netralisasi yaitu penambahan susu kapur
hingga mencapai pH 7 – 7,2.
2) Sulfitasi Netral
Nira mentah ditambah susu kapur hingga pH 8 – 8,5, kemudian
dialiri gas sulfit hingga pH 7 7,2.
3) Sulfitasi Basa
Nira mentah diberi susu kapur sampai pH mencapai 10,5
kemudian kelebihan susu kapur ini dinetralkan dengan gas sulfit
(SO2) hingga pH 7 – 7,2.
27
C. Pemurnian Metode Karbonatasi
28
Komposisi Blotong
TPK/GULA/2013 29
4. STASIUN EVAPORASI
Tujuan Operasi : untuk menguapkan air nira tebu sehingga diperoleh
nira pekat (sirup kental) siap dikristalkan
Prinsip Kerja : nira murni hasil pemurnian dipekatkan dididihkan
dalam evaporator vakum.
Alat dan Mesin :
1. Multiple effect evaporator : berfungsi untuk menguapkan air nira jernih
sehingga mencapai konsentrasi lewat jenuh.
30
Skema Kondisi Operasi Penguapan Nira di Pabrik Gula
(Quadrople Effect Evaporator) 31
PAN EVAPORATOR PABRIK GULA
32
5. STASIUN KRISTALISASI
Tujuan Operasi : mengkristalan larutan gula pekat menjadi
kristal sukrosa
Prindsip Kerja : sirup gula dipekatkan hingga konsentrasi
padatan mencapai lewat jenuh
Alat dan Mesin :
1.Pan Evaporator : meningkatkan konsentrasi sukrosa
hingga lewat jenuh, dan memperbesarinti kristal
sukrosa yang terbentuk.
2. Palung Pendingin : mempercepat proses pembesaran
kristal dengan menurunkan suhu nira pekat (masse cuite)
33
Penambaha
n inti
kristal
(fondan)
Di Pabtik Gula
Proses kristalisasi : berubahnya molekul-molekul sukrosa dari
bentuk cair ke bentuk padat pada pan kristalisasi dengan cara menguapkan
airnya secara terkendali.
35
EVAPORATOR
36
AIR COOLING CRYSTALLIZER
6. STASIUN FINISHING
Tujuan Operasi : mengambil kristal sukrosa munri dalam
bentuk granular dan kering, siap dikemas dalam karung.
Prinsip Kerja : memisahkan sukrosa dengan larutan tetes
dan mengeringkan kristal
Alat dan Mesin :
1. Sentrifugal Separator : memisahkan kristal sukrosa
dengan tetes.
2. Drum Dryer : mengeringkan kristal sukrosa.
3. Packer : mengemas kristal sukrosa kering ke dalam
kemasan karung
37
CENTRIFUGAL SEPARATOR
TPK/GULA/2013 38
Tetes (Molasse)
Merupakan produk hasil samping
pemisahan kristal sukrosa dari massecuite
Proses pemisahan menggunakan sentrifugal
separator dan pencucian dengan steam
Hasil yang dominan oleh gula glukosa dan
fruktosa
Sulit dikristalkan karena banyak kotoran
Tetes tebu
39
MESIN PENGERING TIPE DRUM
(DRUM DRYER) UNTUK MENGERINGKAN KRISTAL
GULA SUKROSA
40
Standar Kualitas Gula Pasir
Menggunakan acuan ICUMSA (International Commission For Uniform Methods of
Sugar Analysis), beranggotaan 30 negara.
Berdasarkan tingkat keputihannya kualitas gula kristal dibedakan menjadi :
a. GKM (Gula Kristal Merah) proses Defekasi
b. GKR (Gula Kristal Rafinasi) proses Karbonatasi
c. GKP (Gula Kristal Putih) proses Sulfitasi
4/25/201
41
3
Tabel 5.1. SNI 01-3140-2001 untuk Gula Kristal Putih
4/25/201
TPK/GULA/2013 42
3
B. Gula Palma
4/25/201
43
3
Bahan Baku
Kelapa (Cocos nucifera)
Aren (Arenga pinata)
Siwalan (Borasus flaberifer)
Nipah (Nipa fructican)
TPK/GULA/2013 44
Tahapan Proses Pengolahan
PENYADAPAN
PENYARINGAN
PEMEKATAN
KRISTALISASI
PENCETAKAN
45
Flowchart Proses Pengolahan Gula Palma
4/25/201
TPK/GULA/2013 46
3
Penyadapan Nira
Dilakukan secara manual dengan memotong ujung bunga yang masih
muda, setiap pagi atau sore hari.
Cairan gula yang keluar ditampung pada bumbung (bambu) maupun
botol plastik.
Kualitas nira dipengaruhi oleh jenis dan varietas tanaman, serta musim
(kemarau-penghujan)
Untuk menekan kontaminasi ditambah kapur, asap atau sultif pada
wadah penampung sebelum penyadapan.
Keterbatasan teknik penyadapan (harus memanjat) merupakan
penghambat kemajuan industrialisasi gula palma.
47
Kualitas Nira
Sangat dipengaruhi oleh kandungan sukrosa, semakin rusak semakin
menurun sukrosa dan gula reduksi (glukosa dan fruktosa) semakin tinggi.
Kerusakan selama penyadapam disebabkan oleh prosesfermentasi oleh
yeast, sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
48
Etanol oleh bakteri asam cuka akan diubah menjadi asam cuka
(CH3COOH).
Adanya produk asam cuka pada nira akan menyebabkan pH nira menurun,
dan selama proses pemasakan memacu reaksi hidrolisis sukrosa menjadi
gula invert (glukosa dan fruktosa) serta terntuknya wrna coklat (Maillard),
gula palma berwarna gelap.
Tingginya gula invert menyebabkan sirup pekat sulit dikristalkan menjadi
gula semut, hanya dapat diolah menjadi gula cetak.
Disisi lain tingginya asam cuka juga menyebabkan kualitas sirup palma
yang dihasilkan kurang bagus (terasa agak masam).
49
Sistem Produksi Gula Semut dan Gula Cetak Terpadu
(Dilakukan oleh UKM Inti)
4/25/201
TPK/GULA/2013 50
3
Karakteristik Sirup Gula kelapa yang diolah dari gula
cetak (Reprosesing)
4/25/201
TPK/GULA/2013 52
3
Standar Mutu Gula Sirup
No. Uraian Persyaratan
Kadar gula minuman
1. Mutu I 65 %; Mutu II 55 %
(sukrosa)
Yang diperbolehkan untuk
2. Zat warna
makanan
3. Pemanis buatan Negatif
4. Bahan pengawet Maksimum 250 mg/kg
5. Asam salisilat Negatif
6. Logam berbahaya Negatif
Yang diperbolehkan untuk
7. Zat pengontrol
minuman
8. Jamur ragi Negatif
9. Bakteri bentuk coli Negatif 4/25/201
TPK/GULA/2013 53
3