1. Sebutkan dasar pemilihan tanaman tebu yang digunakan untuk bahan baku
gula (jelaskan masing-masing 2 alasan) !
Jawab :
Varietas tebu sangat banyak jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Yang dimaksud
variatas unggul adalah varietas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tingkat produktivitas gula yang tinggi. Produktivitas dapat diukur dari bobot atau
rendaman yang tinggi. Hal tersebut perlu dimiliki oleh tebu yang unggul karena dapat
meningkatkan produksi gula dan daya jual yang tinggi sehingga meningkatkan
keuntungan dari pabrik gula itu sendiri. Produktivitas yang tinggi juga dapat
mefesiensikan waktu produksi.
2. Tingkat produktivitas (daya produk) yang stabil, alasannya agar produk gula
memiliki kualitas yang sama atau seragam setiap waktunya dan produk gula tidak
mengalami penurunan kualitas yang dapat mempengaruhi ketertarikan konsumen
akan produk gula yang dihasilkan.
3. Kemampuan yang tinggi untuk di kepras. Alasannya agar nira yang dihasilkan
dari tebu memiliki jumlah yang banyak dan gula yang dihasilkannyapun menjadi lebih
banyak.
4. Teloransi yang tinggi terhadap hama dan penyakit. Alasannya agar tebu tidak
mudah rusak dan dapat disimpan dala;m jangka eaktu yang lama untuk kemudian
diproses menjadi gula.
Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang termasuk
kedalam kriteria Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak giling. Yang
dimaksud tebu layak giling adalah :
1. Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal. Alasannya agar kualitas
gula yang dihasilkan baik dan tebu memiliki cukup umur untuk diproses menjadi gula.
2. Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%. Alasannya
agar bagian tanaman tebu lebih banyak yang termanfaatkan untuk diproses menjadi
gula, dibandingkan yang terbuang dan menjadi limbah. Hal ini juga dapat
mengefesiensikan produksi limbah dari pabrik gula.
3. Jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam. Berdasarkan
ciri-ciri tebu diatas maka pada umumnya pabrik gula di Indonesia memakai tebu
Varietas Ps dari pasuruan dan Bz dari Brazil. Alasannya agar tebu dalam keadaan
tetap bagus dan segar untuk diproses sehingga menghasilkan gula yang berkualitas.
Jawab :
Sebelum dilakukan proses evaporasi, di lakukan 3 proses untuk mendapatkan nira
mentah berkualitas yaitu,
1. Persiapan
2. Penggilingan
3. Pemurnian
Tujuan :
Melakukan analisa awal (% Brix) sampel tebu yang masuk dengan menggunakan
Hand Refraktometer
Mencatat keterangan truk tebu yang masuk (nomer polisi truk, SPTA,kode register,
varietas tebu, diameter tebu, dan hasil analisa awal % brix tebu)
Tebu yang berasal dari perkebunan, diangkut dengan menggunakan truk dan lori
menuju emplacement tebu. Sebelum tebu masuk emplacement, tebu ditimbang
terlebih dahulu untuk mengetahui berat tebu yang masuk pabrik dengan menggunakan
timbangan DCS (Digital Crane System). Sebelum tebu diperah pada unit gilingan,
terlebih dahulu dilakukan preparasi untuk membuka sel-sel tebu, tebu diumpankan
kedalam 1st. main cane carrier dari cross carrier #1, cross carrier #2 dan Feeder table
diangkut menuju unit mesin pemotong pertama (1st. cane cutter), kemudian dengan
2nd. elevating cane carrier menuju unit pemotong tebu kedua (2nd. cane cutter), dan
selanjutnya menggunakan unit heavy duty shredder hammer tebu dihancurkan.
Tingkat open cell yang dicapai pada unit preparasi ini 90.92%.
2. Stasiun Gilingan
Pada stasiun gilingan terdapat 5 unit gilingan yang dipasang secara seri dan
memiliki kecepatan putar pada tiap gilingan yang berbeda-beda (tergantung kapasitas
tebu yang masuk) pada gilingan pertama menggunakan rpm yang besar, sedangkan
pada gilingan selanjutnya rpmnya lebih rendah untuk menghasilkan perasan nira yang
maksimal.
Setelah tebu diperah dan diperoleh nira mentah (raw juice), lalu dimurnikan.
Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert
(glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang
terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik, zat warna, lilin, asam-asam
kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses
pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.
Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara fisis
dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan, pemberian
bahan pengendap. Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses, yaitu :
Defekasi
Sulfitasi
Karbonatasi
Sehingga tujuan yaitu untuk memisahkan gula (sukrosa) dari kotoran yang ikut
terlarut dalam nira, agar diperoleh gula yang relatif lebih murni.
1. Nira mentah yang turun dari gilingan 1 dan 2 ditambahkan asam phospat dan susu
kapur, nira kemudian di alirkan ke tangki nira mentah untuk menjalani proses
pengadukan agar pencampuran dapat maksimal. Hasil pencampuran ini kemudian
ditampung dalam bak penampung. Tujuan penambahan asam phospat adalah :
Dari bak tersebut, nira dipompa menuju DSM screen yang selanjutnya turun menuju
timbangan boulogne. Timbangan boulogne berfungsi untuk mengetahui berat nira
mentah yang didapat dari tebu yang digiling dan untuk menentukan jumlah zat-zat
yang ditambahkan pada proses selanjutnya.
2. Dari timbangan boulogne, nira kemudian dipompa masuk tangki nira mentah
tertimbang kemudian di pompa ke Juice Heater I (JH I) untuk dipanaskan hingga suhu
mencapai 75-80C. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan steam yang berasal
dari uap nira evaporator II. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat pengendapan
kalsium phospat dan membunuh bakteri yang terdapat pada nira.
3. Setelah dari Juice Heater I, nira masuk ke dalam tangki penampung (contact tank).
Di dalam tangki ini terjadi pencampuran nira dengan susu kapur. Pengaturan jumlah
susu kapur yang dimasukkan dapat menggunakan splitter box. Kemudian nira yang
bercampur dengan susu kapur masuk ke dalam defekator I. Dalam defekator I, terjadi
pengadukan dan waktu tinggal selama 3 menit dan diharapkan pH lebih besar dari 9,8.
Tujuan penambahan susu kapur pada defekator I antara lain :
Kapur dapat bereaksi dengan komponen bukan gula dalam nira mentah yang
bersifat asam, terutama phospat menghasilkan endapan kalsium phospat.
Menaikkan pH nira sampai netral agar sukrosa tidak mengalami kerusakan.
Reaksi :
Endapan kalsium phospat yang tebentuk dapat menyerap dan mengikat koloid yang
ada di sekitarnya.
5. Nira dari defekator II masuk ke dalam tangki sulfitator yaitu sulfitasi nira mentah.
Dalam tangki ini ditambahkan gas SO2 yang nantinya akan bereaksi dengan Ca(OH)2
membentuk CaSO3, yang akan mengabsorb kotoran-kotoran. Gas SO2 ini juga
memiliki beberapa fungsi lainnya, antara lain untuk mengikat unsur-unsur yang belum
bereaksi di defekator, mengurangi viskositas larutan (kotoran yang terendapkan akan
mengurangi kekentalan nira), mereduksi ion-ion ferri menjadi ferro sehingga
warnanya menjadi lebih pucat atau jernih. Pengontrolan pH dilakukan sama seperti
defekator. Dalam tangki ini pH nira berkisar 7,2-7,4.
6. Nira dari tangki sulfitator dipompa ke Juice Heater II dan dipanaskan hingga suhu
mencapai 100-110C. Pemanasan ini dilakukan agar reaksi dapat lebih sempurna,
jasad-jasad renik yang masih hidup dapat mati, gas-gas yang terlarut dapat menguap
agar tidak mengganggu proses pengendapan di clarifier dan memudahkan proses
pengendapan.
7. Dari Juice Heater II, nira dibawa ke Flash Tank untuk menghilangkan gas-gas
dalam nira, supaya gas-gas tersebut tidak menghalangi pada proses pengendapan.
Kemudian nira dialirkan masuk ke snow balling untuk ditambahkan flokulan, setelah
di tambahkan dengan flokulan yang berupa amifloc, kemudian nira dialirkan ke dalam
multitray door clarifier, suhu dalam multitray door clarifier mencapai 94oC, pada
door clarifier ini juga ditambahkan flokulan jenis amifloc sebanyak 6 kg per 8 jam
dengan konsentrasi 3,75 ppm untuk satu door clarifier. Penambahan amiflok ini
bertujuan agar molekul-molekul yang terbentuk pada proses defekasi dan sulfitasi
dapat saling melekat membentuk partikel yang lebih besar sehingga lebih mudah
terendapkan, dan diperoleh nira jernih yang mengalir dari bagian atas secara overflow
ke pipa penampung. Dan dari bawah akan diperoleh nira kotor yang ditampung dalam
bak penampung.
8. Nira jernih yang didapat dari multitray dorr clarifier disaring dengan menggunakan
DSM Screen untuk menyaring ampas atau kotoran-kotoran yang tidak dapat di
endapkan, DSM screen ini memiliki ukuran sebesar 200 mesh, yang kemudian
ditampung ke Juice Tank nira jernih kemudian dipompa masuk ke dalam FFPE
(Falling Film Plate Evaporator). Adapun untuk nira kotor yang mengendap pada door
clarifier kemudian di alirkan ke rotary vacuum filter. Hasil penyaringan vacuum filter
adalah blotong dan filtrat. Filtrat tersebut kemudian disebut nira tapis. Nira tapis ini
akan dialirkan kembali menuju Timbangan Boulogne. Sedangkan blotong dapat
digunakan sebagai pupuk dan tempat pertumbuhan mikroorganisme.
Jawab :
Pembuatan alkohol yaitu dengan cara proses fermentasi dengan bantuan yiest
Sacharomyces cereviceae. Rata - rata fermentor mampu menghasilkan 9-11% v/v
alkohol, dimana menurut teori bahwa alkohol yang dihasilkan melalui proses
fermentasi adalah di kisaran 8 - 12 % v/v. Adapun bahan baku yang digunakan adalah
tetes tebu (molasses) sebanyak 900 ku untuk menghasilkan 25.000 liter alkohol per
hari.
Beberapa stasiun stasiun dalam pembuatan alkohol, yakni :
1. Stasiun Masakan
2. Stasiun Peragian / Fermentasi
3. Stasiun Sulingan / Distilasi
4. Stasiun Boiler
5. Stasiun Pembersih Air ( Water Treatment )
6. Stasiun Limbah
7. Stasiun Gudang Alkohol
Deskripsi :
Stasiun Masakan
Di stasiun ini dilakukan kegiatan persiapan material untuk proses fermentasi. Adapun
jenis - jenis kegiatan dalam stock preparation ini adalah :
Pengkondisian Tetes (Proses pengenceran Tetes Tebu sebagai bahan baku utama)
Penambahan nutrisi - nutrisi untuk yiest
Pengendalian lingkungan yiest ( penambahan H2SO4 untuk lingkungan asam)
Setelah tetes yang telah dikondisikan dan telah diberi nutrisi, maka siap untuk di
transportasikan ke stasiun berikutnya, yakni stasiun fermentasi / peragian.
Adapun hasil dari proses fermentasi selain alkohol, juga dihasilkan gas CO2.
Akan tetapi, gas CO2 yang berpotensi memiliki nilai ekonomis ini belum
dimanfaatkan tetapi dibuang ke udara bebas dikarenakan jumlahnya masih sedikit,
sehingga tidak efisien dan tidak ekonomis jika dilakukan proses penangkapan CO2.
Stasiun Sulingan / Distilasi
Di stasiun ini dilakukan kegiatan proses pemisahan alkohol dari hasil fermentasi
menjadi alkohol 95-96% dan limbah vinase (stillage).
Pemakaian minyak jelantah jelas amat tidak baik untuk kesehatan. Semestinya
minyak goreng yang dipakai untuk menggoreng makanan tidak bisa melebihi hingga
tiga kali penggorengan. Karena pemakaian minyak berulang kali dapat menurunkan
mutu. Kandungan lemak tidak jenuh serta vit. A, D, E, serta K yang ada di minyak
makin lama akan makin menyusut. Serta yang tersisa tinggal asam lemak jenuh yang
bisa mengakibatkan penyakit seperti jantung koroner dan stroke. Sebagian penelitian
menyebutkan bahwa minyak jelantah memiliki kandungan senyawa karsinogenik
yang bisa mengakibatkan penyakit kanker. Minyak goreng yang belum dipakai
tersusun atas asam lemak tidak jenuh atau asam lemak yang memiliki kandungan
ikatan rangkap. Ketidakjenuhan minyak menyusut bersamaan pertambahan suhu
apalagi pemanasan bisa mengakibatkan rantai-rantai asam lemak putus jadi radikal-
radikal bebas yang beresiko untuk kesehatan.
Jawab:
Rhodamin B
Rhodamin B merupakan Rhodamin B digunakan sebagai zat warna untuk kertas,
tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu dan kulit; sebagai reagensia di laboratorium
untuk pengujian antimon, kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum, talium
dan tungsten; untuk pewarna biologik.
Metanil Yellow
Jika Rhodamin B adalah pemberi warna merah, maka Metanil Yellow adalah
pemberi warna kuning. Kedunya sama-sama bahan pewarna sintetis yang digunakan
untuk industri tekstil maupun cat dan juga digunakan sebagai indikator reaksi
netralisasi (asam-basa).
Formalin
Formalin merupakan bahan kimia dalam industri kayu lapis dan digunakan
sebagai bahan disinfektan pada rumah sakit. Formalin juga digunakan untuk
pembunuh kuman sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, kapal,
gudang dan pakaian; pembasmi lalat dan berbagai serangga lain; bahan untuk
pembuatan sutra buatan, zat pewarna, pembuatan gelas dan bahan peledak; dalam
dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas; bahan
untuk pengawet mayat; bahan pembuatan pupuk lepas lambat (slow- release fertilizer)
dalam bentuk urea formaldehid; bahan untuk pembuatan parfum; bahan pengawet
produk kosmetika dan pengeras kuku; pencegah korosi untuk sumur minyak; bahan
untuk insulasi busa; bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood); dalam
konsentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai
produk konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan pembersih karpet.
Boraks
Boraks adalah bahan pengawet kayu dan antiseptik pengontrol kecoa. Fungsi
hampir sama dengan pestisida. Bakso dengan boraks menjadi kenyal, renyah, dan
tahan lama. Kerupuk dengan boraks pun lebih renyah dan empuk. padahal,fungsi
boraks adalah sebagai bahan pembersih ,pengawet kayu, dengan fungsi antiseptik
untuk mematri logam; pembuatan gelas dan enamel, pembasmi kecoa,dan obat untuk
kulit dalam bentuk salep.
Acrylamide
Acrylamide adalah zat kimia yang terdapat pada makanan panggang seperti
serealia, roti crackers, dan sebagainya, dan merupakan produk sampingan karbohidrat
yang diolah dengan temperatur tinggi.
Bisphenol A (BPA)
Bisphenol A adalah zat kimia yang terdapat pada plastik penyimpan
makanan. Zat ini meningkatkan resiko penyakit kanker payudara.
Fungsi BPA adalah untuk pelapis wadah minuman, pelapis kaleng makanan,dan
peralatan medis.
7. Apa yang dimaksud dengan titik isoelektrik dan tujuan mengetahui titik
isoelektrik?
Titik Isoelektrik adalah gugus amino dan karboksil bebas yang saling menetralkan
sehingga molekulnya bermuatan oksigen. Pada umumnya, titik ph isoelektrik adalah
suatu nilai pH dimana protein memiliki jumlah muatan negatif yang sama dengan
jumlah muatan positifnya, atau dengan kata lain protein bermuatan netral atau tidak
bermuatan. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka muatan
partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik
isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi
negatif. Perbedaan titik isoelektrik pada protein didasarkan atas perbedaan asam-
amino penyusunnya.
Tujuan dari penentuan titik isoelektrik adalah untuk menentukan pengaruh panas
terhadap enzim proteolitik pada sampel dan pengaruh penambahan zat pada tekstur
gelatin. Titik isoelektrik
dapat ditentukan berdasar kekeruhan dan endapan karena pada titik dekat
isoelektrik akan terjadi gaya tolak-menolak elektrostatik yang menyebabkan
kelarutan minimum, sehingga terjadi kekeruhan.
8. Sebutkan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kristal asam
glutamat dalam jumlah banyak?
Berdasarkan flowsheet pembuatan MSG diatas, untuk memperoleh kristal MSG yang
banyak, maka perlu dilakukan:
Pengepressan
Kelebihan:
- Minyak yang tertinggal mencapai 4 7 %
Kekurangan:
- Untuk pengepresan yang lama akan mengakibatkan kualitas minyak turun, karena
mempercepat terjadinya ketengikan
- Hasil minyak dari pengepressan tidak semurni minyak dari proses ekstraksi
Ekstraksi
Kelebihan
- Proses pemisahan dengan metode ini memiliki kelebihan, yaitu pelarut yang
digunakan masih utuh, dapat digunakan untuk pemisahan bahan lain. Dikatakan
masih utuh karena pada penguapan dengan rotary evaporator hasil yang diperoleh
tadi memisahkan pelarut yang ada dalam filtrate. Dan dapat melarutkan bahan yang
lebih banyak karena pemanasan.
Kerugian
- Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan
hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
- Metode ini kurang efektif, karena harga pelarut mahal dan lemak yang
diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya denagn cara diuapkan. Alasan dari
pemisahan pelarut dari ekstraknya adalah agar dihasilkan zat-zat terlarut sebagai
ekstrak pekat dan pelarutnya dapat digunakan kembali.
Seperti yang terlihat pada gambar di atas sabun sebagai surfaktan yang dilarutkan dalam
air akan mengikat kotoran lemak pada bagian ekor nonpolar sabun(rantai asam lemak) yang tidak
dapat larut dengan air,akan tetapi bagian kepala sabun(ion pada ujung rantai asam lemak) bersifat
polar sehingga kotoran yang telah terikat dapat terbawa oleh air dan terpisah dengan kain atau
media yang dibersihkan. Pengikatan kotoran ini tidak bisa dilakukan oleh air biasa karena air
tidak dapat bercampur dengan minyak, sehingga kotoran tidak akan begitu saja terangkat oleh
air. Setelah lemak terangkat oleh surfaktan, lalu surfaktan tersebut larut dan membentuk
kombinasi yang biasa disebut misel.
TUGAS PROSES INDUSTRI KIMIA
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh
Kelompok : 1 (Satu)
Nama : 1. Habibah Akmal (131424011)
2. Luthfiyah S. (131424014)
3. Nisa Mardiyah (131424018)
4. Putri Fitrianti (131424021)
5. Rahma Elyana (131424024)
6. Rita Inayah (131424025)
7. Levina cahyani (131424028)
8. Ridha Nudianti D. (131424029)