Anda di halaman 1dari 10

PRA RANCANG PABRIK ASETALDEHIDA DENGAN PROSES

DEHIDROGENASI ETANOL MENGGUNAKAN KATALIS TEMBAGA


KROM KAPASITAS 19.000 TON/TAHUN
Preliminary Plant Design of Acetaldehyde Using Dehydrogenation Process from Ethanol
Production Capacity 19.000 Ton/Year

LAPORAN PRA RANCANG PABRIK


TAHAP 3

Disusun oleh :

1. Dahliana Alami (141424008)


2. Mira Auliya Tsaqila (141424021)

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
BAB IV

RANCANGAN DAN SPESIFIKASI ALAT

Proses produksi tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh alat-alat
proses. Dalam perancangan pabrik asetaldehida ini, alat-alat proses perlu dirancang untuk
dapat mendukung pembentukan asetaldehida dari bahan baku atanol. Perancangan alat ini
didasarkan pada literatur, seperti dimensi panjang dan lebar, ketebalan shell dan head alat,
jenis material yang digunakan, tekanan dan temperatur operasi alat, dan ukuran-ukuran
aliran masuk dan keluar dari bahan yang digunakan.

4.1 Filosofi Perancangan Alat Utama


Alat-alat utama yang digunakan dalam proses pembuatan Asetaldehida ini adalah sebagai
berikut.
4.1.1 Reaktor
Proses pembuatan Asetaldehida terjadi di dalam reaktor dengan reaksi yang bersifat
eksotermis dalam fasa gas sehingga memerlukan pendingin berupa air agar memenuhi
kondisi operasi reaksi. Reaksi dipercepat dengan menggunakan katalis berupa tembaga
krom. Desain reaktor mengikuti konsep fixed bed multitube reactor jenis shell and tube heat
exchanger dengan tahapan desain mengacu pada literatur (Coulson, 2003) dimana reaktan
akan bereaksi di dalam tube-tube yang berisi katalis dan aliran pemanas mengalir di bagian
shell reaktor.
Hal-hal yang diperhitungkan dalam perancangan reaktor adalah menentukan volume
reaktor, dimensi panjang dan lebar, tebal shell, dan tebal head reaktor. Perhitungan rinci
mengenai perancangan reaktor dapat dilihat pada lampiran C.
Tahapan perhitungan perancangan reaktor, yaitu:
1) Menghitung waktu tinggal ( The Canadian Journal of Chemical Engineering, 1979)
2) Menghitung volume fluida dan volume katalis (Walas, 1988).
3) Menghitung volume reaktor/volume bejana (Perry and Green, 1999).
4) Menghitung luas pindah panas dan koefisien pindah panas (U) secara trial untuk
kemudian ditentukan koefisien perpindahan panas (U) nyata. Jika U nyata > U trial maka
hasil perhitungan benar (Coulson, 2003)
5) Menghitung dimensi reaktor (Coulson, 2003) meliputi perhitungan jumlah tube (Nt),
diameter shell, jumlah tube per pass, jarak baffle, tinggi reaktor, tekanan desain, tebal
shell dan head, dan pressure drop pada bagian shell dan tube.
Skema dan spesifikasi reaktor dari hasil rancangan dan perhitungan dapat dilihat pada
Tabel 4.3.

4.1.2 Flash Drum


Flash drum atau separator pada proses pembuatan asetaldehida ini digunakan untuk
memisahkan etanol yang tidak terkonversi menjadi asetaldehida pada aliran keluaran reaktor
(R-01). Perhitungan rinci mengenai perancangan separator dapat dilihat pada lampiran C.
Tahapan perhitungan perancangan separator, yaitu:
1. Menghitung Laju Alir Volumetrik Uap (W.Y. Svrcak, 1953).
2. Menghitung laju alir volumetrik liquid (W.Y. Svrcak, 1953).
3. Menghitung liquid veloucity (UL) (W.Y. Svrcak, 1953).
4. Menghitung surge Volume (Vs) (W.Y. Svrcak, 1953).
5. Menghitung Diameter dengan menentukan L/D sesuai tekanan operasi (W.Y. Svrcak,
1953).
6. Menghitung Area pelepasan Uap (Av) (W.Y. Svrcak, 1953).
7. Menghitung Tebal Shell dan Head (W.Y. Svrcak, 1953).
8. Menghitung luas Area shell dan head (W.Y. Svrcak, 1953)
9. Menghitung berat vessel (W.Y. Svrcak, 1953)
10. Mencari nilai Dm/Inlet Nozzle Sizing (W.Y. Svrcak, 1953)

4.1.3 Absorber
Absorber digunakan untuk memisahkan gas asetaldehida dari campuran gas keluar separator
menggunakan pelarut air. asetaldehida akan terbawa oleh pelarut air ke aliran bawah kolom
untuk diumpankan ke kolom distilasi. Tahapan perancangan kolom absorber mengacu pada
literatur (Coulson, 2003 dan Seader, 2000). Tahapan perhitungan perancangan absorber,
yaitu:
1) Menentukan jumlah plate kolom
2) Menentukan jumlah plate aktual
3) Menentukan kecepatan banjir uap operasi
4) Menentukan diameter
5) Menentukan jenis tray
6) Menentukan tinggi
7) Menentukan spesifikasi shell dan head
Skema dan spesifikasi separator dari hasil rancangan perhitungan dapat dilihat pada Tabel
4.5.

4.1.4 Distilasi Asetaldehida


Kolom distilasi digunakan untuk memisahkan dan memurnikan produk agar sesuai dengan
parameter yang diinginkan, yaitu Asetaldehida dengan kemurnian 99,5%. Pelarut berupa air
akan terpisah dengan etanol masuk ke aliran bagian bawah kolom distilasi. Tahapan
perancangan kolom distilasi mengacu pada literatur (Geankoplis, 1993; Walas, 1988;
Coulson, 2003; dan Seader, 2000).
Tahapan perhitungan perancangan distilasi, yaitu:
1) Menentukan rasio reflux minimum menggunakan persamaan Underwood
2) Menentukan jumlah tahap minimum menggunakan persamaan Fenske
3) Menentukan rasio reflux, jumlah tahap aktual, dan lokasi umpan masuk menggunakan
persamaan Gilliland dan Kirkbride.
4) Menentukan kecepatan banjir uap operasi
5) Menentukan diameter
6) Menentukan jenis tray
7) Menentukan tinggi
8) Menentukan spesifikasi shell dan head

4.1.5 Distilasi Ethanol


Kolom distilasi digunakan untuk memisahkan dan memurnikan produk agar sesuai dengan
parameter yang diinginkan, yaitu Etanol dengan kemurnian 96%. Pelarut berupa air akan
terpisah dengan etanol masuk ke aliran bagian bawah kolom distilasi. Tahapan perancangan
kolom distilasi mengacu pada literatur (Geankoplis, 1993; Walas, 1988; Coulson, 2003; dan
Seader, 2000).
Tahapan perhitungan perancangan distilasi, yaitu:
1. Menentukan rasio reflux minimum menggunakan persamaan Underwood
2. Menentukan jumlah tahap minimum menggunakan persamaan Fenske
3. Menentukan rasio reflux, jumlah tahap aktual, dan lokasi umpan masuk menggunakan
persamaan Gilliland dan Kirkbride.
4. Menentukan kecepatan banjir uap operasi
5. Menentukan diameter
6. Menentukan jenis tray
7. Menentukan tinggi
8. Menentukan spesifikasi shell dan head
4.2.Perhitungan Dimensi Alat Utama
4.2.1. Reaktor
4.2.2. Flash Drum
4.2.3. Absorber
1. Menentukan jumlah plate kolom
Dari perhitungan neraca massa, didapatkan jumlah stage minimum kolom absorber
yaitu 17 tahap
2. Menentukan jumlah plate aktual
𝐸𝑜 = 51 − 32,5 log(𝜇𝑎 ∝𝑎 ) (Coulson, 2003)
Dimana 𝑁𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑁⁄𝐸
𝑜

3. Menentukan kecepatan banjir uap operasi


𝜌𝐿 −𝜌𝑣
𝑢𝑓 = 𝐶 √ (Seader,200)
𝜌𝑣

Dimana:
uf = Kecepatan banjir uap (m/s)
C = CSB x FST x FF x FHA
Jika data densitas uap tidak ada, densitas dapat dihitung menggunakan persamaan gas
ideal berikut:
𝑃 × 𝑀𝑟𝑢𝑎𝑝
𝜌𝑉 =
𝑅×𝑇
Koefisien Kecepatan Banjir (CSB)
Untuk mendapatkan nilai CSB maka perlu dihitung faktor separasi fasa uap dan cair dengan
persamaan:

𝑊𝐿 𝜌𝑉
𝑆(𝐹𝐿𝐺 ) = √
𝑊𝑉 𝜌𝐿

Kemudian nilai S atau FLG diplotkan ke kurva FLG terhadap CSB dengan jarak antar pelat
yang umum diapai yaitu 24 in agar dapat diketahui nilai CSB.
Penentuan nilai FST
Faktor tegangan dapat dihitung menggunakan persamaan:
𝜎 0,2
𝐹𝑆𝑇 = (20) dimana σ merupakan tegangan Permukaan (dyne/cm)

Penentuan nilai Ff
Sebagai acuan, faktor busa dapat memakai data pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Faktor Tegangan Permukaan (Ff)
Sistem Ff
Tak berbusa, sistem regular 1,00
Sistem Flourine (contoh, BF3, Freon) 0,90
Cukup berbusa (contoh, minyak penyerap, 0,85
regenerasi amina dan glikol)
Sangat berbusa (contoh, absorber menggunakan 0,73
amina dan glikol)
Amat sangat berbusa (contoh, metil-etil-keton) 0,60
Busa stabil (contoh, regenerasi NaOH) 0,30-0,60

Penentuan faktor luas lubang pelat (FHA)


Faktor luas lubang pelat dihitung dengan persamaan berikut:
FHA = 1 apabila (Ah/Aa) ≥ 0,01 atau FHA = [5(Ah/Aa)+0,5] untuk 0,06 ≤ (Ah/Aa)≤1,0
(Seader, 200)

Dimana:
Ah = Luas total lubang pada tray
Aa = Luas aktif pada tray saat terjadi bubbling =(AT-2Ad)
Rasio Ad/AT didefinisikan sebagai berikut:

(Seader, 2000)
Kecepatan Flooding Uap Operasi
u = 0,85 uf (Brannan, 2002)

4. Menentukan diameter
1⁄
2
4𝑊𝑉
𝐷𝑇 = [ ]
𝐴𝑑
𝑢𝜋 (1 − 𝐴 ) 𝜌𝑉
𝑇

5. Menentukan jenis tray


Jenis tray dipilih dengan cara memplotkan laju alir volumetrik cairan dengan diameter
kolom absorber pada Gambar …
6. Menentukan tinggi
Tinggi kolom absorber merupakan jumlah tinggi pelat, dudukan kolom, tinggi pelat reflux,
tinggi pelat umpan, dan tinggi cairan. Jarak antar pelat (t) dijadikan sebagai acuan untuk
menghitung tinggi dudukan kolom, tinggi pelat reflux, tinggi pelat umpan, dan tinggi
cairan dengan nilai 5t, 2t, 1,5t, dan 5t.

7. Menentukan spesifikasi shell dan head


𝑃𝐷
𝑖 𝑖
𝑡𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 = 2𝑆𝐸−0,4𝑃
𝑖

𝑃𝐷
𝑖 𝑖
𝑡ℎ𝑒𝑎𝑑 = 4𝑆𝐸−0,4𝑃 (Towler, 2008)
𝑖

b. Distilasi asetaldehida
c. Distilasi Etanol
d. Spesifikasi dan Skema Rancangan Alat Utama
a. Reaktor
b. Flash drum
c. Absorbsi
Tabel … Spesifikasi dan Skema Alat Absorber
BEJANA (VESSEL)
Nama
Kode Alat
Jenis
Jumlah
KONDISI OPERASI
Suhu Operasi Design
Atas Kolom
Bawah Kolom
Tekanan
Atas Kolom
Bawah Kolom
MATERIAL KONSTRUKSI
Jenis Material
DETAIL KONSTRUKSI
Tebal shell, tebal
head
Diameter luar
Diameter dalam
Tinggi head
Total tinggi menara
Jumlah tahap
minimum
Jumlah tahap actual
DISTRIBUTOR
Jenis
NOZZLES
A
B
C
E

d. Distilasi Asetaldehida
e. Distilasi Ethanol

e. Filosofi Perancangan Alat Pendukung


Peralatan pendukung yang digunakan dalam proses pembuatan asetaldehida berbahan
baku etanol yakni :

4.4.1. Heat Exchanger

Terdapat alat penukar panas yang digunakan untuk menaikkan maupun menurunkan suhu
fluida pada suatu proses, yang dimaksudkan agar suhu fluida mencapai kondisi operasi.
Alat penukar panas yang digunakan pada pabrik pembuatan asetaldehida dari etanol
berjumlah 3 alat (3 heat exchanger). Dalam perancangan alat penukar panas, sebisa
mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien

Tahapan desain alat penukar panas mengacu pada literatur (Kern,1983). Berikut
merupakan tahapan perhitungan dimensi alat atau perancangan alat penukar panas :

1. Menghitung ∆TLM yaitu perbedaan temperatur aliran fluida panas dan fluida
dingin.
2. Menentukan luas area perpindahan panas dan koefisien perpindahan panas (U)
trial yaitu menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke
fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan
proses konduksi dan konveksi.
3. Menghitung dimensi pemanas, meliputi panjang, diameter, tebal tube, jumlah
tube, diameter shell, dan jumlah tube per pass.
4. Menghitung bilangan Reynold (Re), Prandtl (Pr) di bagian shell dan tube, dan
menghitung Rd (Dirt Factor) .
5. Menghitung Pressure Drop (∆P) di bagian shell dan tube, yaitu untuk mengetahui
sejauh mana fluida dapat mempertahankan tekanannya selama fluida tersebut
mengalir.
Spesifikasi dan skema alat heat exchanger dari hasil rancangan dan perhitungan
dapat dilihat pada Tabel 4.5

4.4.2 Furnace

Furnace befungsi untuk menaikkan suhu umpan hingga mencapai suhu reaksi sebelum
masuk ke reaktor. Perhitungan rancangan alat furnace mengacu pada handbook (Kern,1983)
4.4.2 Pompa

Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan suatu fluida dari suatu tempat ke
tempat lain dengan cara menaikkan tekanan fluida tersebut. Pemilihan pompa perlu
memperhatikan pemilihan jenis pompa yang akan digunakan. Pemilihan jenis pompa
adalah fungsi terhadap instalasi perpipaan, kapasitas, head, dan daya pompa. Pompa yang
digunakan berjenis resiprokating. Pompa resiprokating merupakan pompa kerja dinamis
yang khusus memompakan fluida dengan viskositas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai