Anda di halaman 1dari 18

SPHERICAL TANK

Tanki ini merupakan salah satu jenis tanki timbun bertekanan yang digunakan untuk

menyimpan gas LPG. Gas disimpan dan didistribusikan dalam bentuk cair,

sedangkan penggunaannya dalam bentuk gas sehingga penanganannyadiperlikan

unit spherical tank dengan tekanan di atas satu astmosphere (1 Atm). Spherical tank

dirancang dan dikontruksikan menurut aturan:

1. Standar API 2510.

2. Standar BS 1515.

3. Standar ASME.

- ASME Section VIII. Devision 2 : untuk bejana bertekanan (Pressure

Vessel)

- ASME Section IX : untuk pengelasan (welding)

Bagian-bagian spherical tank

Untuk menunjang kelancaran dan keamanan operasi, spherical tank dilengkapi

dengan peralatan-peralatan berikut:

1. Float Level Gauge

Alat untuk mengukur ketinggian permukaan isian cairan LPG di dalam tanki

dengan bantuan pelampung.

2. Glass Level Gauge

Berguna untuk mengetahui kettinggian levelpermukaan cairan LPG di

dalam tanki
3. Thermometer

Digunakan untuk mengukur temperatur, atau pun perubahan temperatur

LPG di dalam tanki.

4. Pressure Gauge (PG)

Digunakan untuk mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) LPG di dalam

tanki. PG terpasang dibagian atas tanki (top) dan pada bagian bawah tanki

(bottom). Masing-masing berfungsi untuk mengukur tekanan gas LPG dan

mengukur tekanan cairan LPG.

5. Safety Valve

Merupakn katup yang akan bekerja ketika terjadi kelebihan tekanan. Apabila

tekanan didalam tanki melebihi batas tekanan kerja maksimal, maka katup akan

terbuka dan gas akan terbuang ke udara bebas.

6. Liquid Inlet Valve

Merupakan katup yang berfungsi sebagai laluan LPG cair masuk ke dalam

tanki timbun. Katup digerakkan secara manual.

7. Emergency Shutoff Valve

Merupakan katup jenis ball valve yang bekerja secara otomatis. Katup akan

terbuka bila ada tekanan sistem pneumatic ± 4 kg/cm2 dari air compressor dan

akan tertutup bila tekanan dihilangkan atau dikurangi. Setiap tanki LPG

dipasang dua buah ESDV, yakni pada saluran masuk dan saluran keluar

dibawah tanki.
8. Water Sperinkle

Alat untuk mendinginkan tanki apabila temperatur dalam tanki mnencapai

35 oC. sealin itu juga berfungsi sebagai pelindung tanki apabila terjadi

kebakaran di sekeliling tanki. Adapun cara kerjanya yakni dengan mengalirkan

air keseluruh permukaan badan tanki.

9. Man Hole

Merupakan lubang laluan yang digunakan pekerja untuk masuk kedalam

tanki.

10. Flexible Pipe Connection

Berfungsi meredam getaran yang terjdi akibat pulsasi aliran fluida atau pun

tekanan akibat pemompaan saat melakukan pengisian ataupun pengsoangan

tanki. Disamping itu juag berfungsi sebagai flexible joint dimana bila terjadi

perubahan/penurunan kedududkan tanki, maka pipa tidak menerima beban

secara langsung. Setiap flexible pipe connection harus menahan tekanan uji 1,5

kali tekanan desainnya.

11. Sampling Connection Valve

Merupakan katup yang digunakan untuk mengambil sampel LPG cair yang

selanjutnya akan diperiksa kualitasnya di laboratorium. Katup ini digerakan

secara manual.

12. Gas Purging Valve

Merupakan katup yang digunakan untuk mengeluarkan gas sisa didalam

tanki timbun pada saat pembersihan tanki (tank cleaning). Selain itu, juga
berfungsi untuk membuang gas oksigen (O2) yang terjebak di dalam tanki pada

waktu pengisian gas nitrogen (N2).

13. Drain Valve

Merupakan katup yang digunakan untuk mengeluarkan atau membuang

cairan kondensat LPG yang ada di dalam tanki.

14. Earthed Equipment

Merupakan instalasi peralatan yang digunakan untuk mencegah terjadinya

fenomena listrik statis. Sesuai ddenganj standar dari national Fire Protection

Association (NFPA).

15. Vapour Inlet Valve

Merupakan katup yang digunakan untuk mengembalikan vapours kedalam

tanki pada saat pengisian skid tank dan sebagai pemuaian pada pipa.

16. Vapour Outlet Valve

Merupakan katup yang digunakan untuk memasok vapours pada saat tanker

discharge.

17. Stairs Ways

Merupakan tangga yang dibuat agar pekerja dapat naik keatas tanki guna

melakukan pengukuran, maupun inspeksi tanki.

Perhitungan Rancang Bangun Spherical Tank

Acuan untuk menghitung spherical tank dapat dilihat pada standar ASME dan

beberapa rumus mekanika teknik terkait.


1. Perhitungan Tebal Plat

Untuk perhitungan mengenai tebal plat spherical tank dapat menggunakan

persamaan sebagai berikut:

100. 𝑃. 𝐷𝑖
𝑡= + 𝐶𝐴 (𝑚𝑚)
400. 𝜎𝑡 . 𝐸 − 0,4. 𝑃

Keterangan:

P : tekanan didalam tanki yang diterima plat-plat pada ketinggian pada

ketinggian tertentu (kg/cm2)

Di : garis tengah bagian dalam tanki (mm)

σt : tegangan yang diijnkan dari bahan plat (kg/mm2)

: 1/3 X σt allow (teganagn Tarik) (kg/mm2)

E : efisiensi sambungan plat

CA : tambahan tebal plat karena korosi (mm)

Adapun untuk menghitung besarnya nilai P dapat dihitung menggunakan

persamaan berikut:

𝑃 = 𝑃𝑔 + 𝛾. 𝐻𝑠 (𝑘𝑔/𝑐𝑚2 )

Keterangan:

Pg : tekanan rancang bangun dalam tanki pada bagian atas (top) tanki (kg/cm2)

: tekanan gas (kg/cm2)


ᵧ : berat spessifik cairan LPG (kg/cm2)

Hs : tinggi statis dari level cairan tertinggi sampai dengan plat yang ditinjau
(cm)
2. Perhitungan Kolom Tiang Peyangga
Untuk perhitungan tiang peyangga pada spherical tank, terdapat beberapa hal yang
perlu ditentukan.
 Tentukan terlebih dahulu perencanaan jumlah kolom yang akan digunakan.
Jumlahnya berkisar antara 6-12 kolom tiang peyangga.
 Terdapat 2 jenis beban yang diterima oleh kolom

1. Beban statis
Berat total saat uji tes hidrostatis (LH)
Berat total saat penyimpanan LPG (LL)
2. Beban Dinamis (Wt)
Beban angina (WW)
Beban Gempa (WS)

2.1 Beban Angin (WW)


Untuk perhitungan mengenai beban angina, maka menggunakan persamaan berikut
ini:
WW = Q.A.C (Ton)
Keterangan :
Q : Gaya angina (Kg/m2)
𝑣2
: 2.𝑔 𝛾𝑢

ᵞu o
: Berat Spesifik udara (Pada 15 C)

: 1,226 Kg/m3
v : Kecepatan Angin (m/s)
g : Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
A : Luas Penampang (m2)
Do : Garis tengah bagian luar tangki (m)
C : Koefisien profile
: Lingkaran (bola) = 0,4
2.2 Beban Gempa (WS)
Untuk perhitungan mengenai beban gempa, maka menggunakan persamaan berikut
ini:
WS = K.LL
Keterangan :
K : Koefisien seismic = 0,05 + 0,25
LL : Beban total saat menyimpan Gas
2.3 Beban Dinamik (Wt)
Untuk perhitungan beban dinamik, maka menggunakan persamaan berikut ini:
Wt = WW + WS (Ton)
2.4 Beban Maksimum Kontinyu yang Diterima Tiap Kolom
Dari perhitungan beban diatas, maka beban maksimum kontinyu yang diterima tiap
kolom adalah:
1. Beban kompresi yang diterima tiap kolom saat menyimpan gas (P1)
𝐿𝐿
𝑃1 = (Ton)
𝑁

2. Beban kompresi yang diterima tiap kolom karena beban dinamik, dan
ditambah saat menyimpan Gas (P2)
𝐿𝐿 𝑊 𝐻
𝑃2 = + (𝐶𝑓𝑡 𝑥 𝑙 )
𝑁

3. Beban kompresi yang diterima tiap kolom saat dilakukan test hidrostatis
(P3)
𝐿𝐻
𝑃3 = (Ton)
𝑁

Keterangan :
N : Jumlah kolom
Cf : Koefisien kolom
H : Tinggi Kolom dari base plate s/d titik pusat lingkaran (m)
𝑙 : Jarak titik pusat antar kolom (m)
2.5 Ketentuan untuk Menentukan Ukuran Diameter Kolom
Untuk memilih ukuran kolom (diameter) dilakukan dengan mencoba beberapa
ukuran garis tengah agar memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Tegangan kompresi minimum tiap kolom (𝜎c min) harus lebih besar dari
tegangan statis yang terjadi pada tiap kolom (𝜎s)
𝜎c min > 𝜎s
𝛼
(𝑎−0,4( )2 ).𝐹
𝜆
𝜎 𝑐 𝑚𝑖𝑛 = (Ton/cm2)
𝛽

Keterangan :
α : Rasio kesilinderan kolom terhadap kekakuan
𝑘.𝐻1
: 𝑟
k : faktor panjang efektif (tanpa sambungan = 1)
H1 : Tinggi/panjang kolom
r : Jari-jari girasi kolom
𝜆 : Rasio kesilinderan kolom terhadap elastis dan beban tekuk
(bluckling load)
𝜋2 𝐸
: √0,6𝐹
E : Modulus elastisitas bahan kolom (ton/cm2)
F : Spesifik minimum yield strength (ton/cm2)
3 2 𝛼
𝛽 : 2 + 3 ( 𝜆 )2, Faktor rasio
𝑃1
𝜎𝑠 : 𝐴
, (ton/cm2)
A : Luas Penampang kolom (cm2)

2. Tegangan kompresi maksimum tiap kolom (𝜎 𝑐 𝑚𝑎𝑥 ) lebih besar dari


tegangan dinamis yang terjadi pada tiap kolom (𝜎 𝑑 )
𝜎 𝑐 𝑚𝑎𝑥 > 𝜎 𝑑

Keterangan :
𝜎 𝑐 𝑚𝑎𝑥 = 1,5 x  c min (ton/cm2)
𝑃2
𝜎𝑑 = (ton/cm2)
𝐴

3. Perhitungan Tie Rod (Diagonal Brazing)


Untuk menentukan besaran ukuran tie rod, maka perhitungannya berdasarkan pada
luas penampang (A) tie rod yang menerima beban Tarik. Dimana tegangan Tarik
yang terjadi pada tie rod (𝜎𝑐 𝑑 ) nilainya lebih kecil dari tegangan Tarik ijin dari tie
rod (𝜎𝑡 )
𝑇
𝜎𝑡 𝑟𝑜𝑑 = 𝐴 (ton/cm2) < 𝜎𝑡 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤

Keterangan:
T : Beban Tarik maksimum yang terjadi (ton)
𝑊𝑆 𝐿
: + 𝑙 (ton)
𝑐𝑓

W : beban akibat gempa (ton)


Cf : Koefisien kolom
L : Panjang diagonal tie rod (m)
l : Jarak antar kolom (m)
A : Luas penampang tie rod (cm2)
4. Perhitungan Base Plate
Untuk menghitung besarnya tebal base plate (tb), maka dihitung menggunakan
persamaan berikut ini:
6𝑀
𝑡𝑏 = √1,5𝜎 , (cm)
𝑐 𝑚𝑖𝑛

Keterangan:
M : Momen bengkok dinamis saat test hidrostatis (kg/cm)
1
: 2. 𝜎 𝑐 𝑆 2

𝜎𝑐 : Tegangan kompresi maksimum yang diterima setiap kolom saat test


hidrostatis (kg/cm2)
𝐿
: 𝑁.𝐴𝐻 (kg/cm2)
𝑏

LH : Beban statis saat test hidrostatis (kg)


N : Jumlah kolom
Ab : Luas area base plate circum ferential (cm2)
S : Lebar circum ferential (cm)
5. Perhitungan Baut Angkor
Untuk perhitungan mengenai baut Angkor, terdapat pemeriksaan terhadap 2 jenis
beban:
1. Beban Tarik
2. Beban Geser
5.1 Beban Tarik
Beban Tarik yang terjadi pada baut Angkor dihitung menggunakan rumus berikut.
0,4.𝑊𝑡 .𝐻𝑐
𝑇= − 𝑃1 (ton)
𝑁.𝑑1

Keterangan:
T : Beban Tarik tiap kolom (ton)
𝑊𝑡 : Beban total dinamis (ton)
: Ww + Ws (ton)
N : Jumlah kolom
Di : Garis tengah bagian dalam kolom (m)
Pi : Beban kompresi statis tiap kolom saat menyimpan Gas (ton)
H : Tinggi kolom dari base plate ke titik pusat lingkaran (m)
5.2 Beban Geser
Tegangan geser yang diijinkan dari bahan baut Angkor (sh) harus lebih besar dari
tegangan geser yang terjadi (s)
sh > s

1. Tegangan geser yang diijinkan (sh)


sh = 0,35 t
Keterangan:
t : Tegangan patah bahan baut Angkor (kg/cm2)
2. Tegangan Geser yang terjadi (s)
𝐺𝑆 𝑡𝑊
𝜏𝑠 = = 𝑘.𝐴.𝑛 (kg/cm2)
𝐴.𝑛

Keterangan:
𝑊𝑡
GS : Gaya geser yang berkerja pada tiap kolom (kg), dimana 𝐺𝑆 = 𝑘
Wt : Beban total dinamis (kg)
K : Koefisien jumlah kolom
A : Luas penampang baut Angkor (cm2)
n : Jumlah baut Angkor tiap kolom

6. Prosedur Desain Radial Nozzle untuk Spherical Tank


A1 : Area contributed by shell
A2 : Area contributed by nozzle projecting outward
A3 : Area contributed by nozzle projecting inward
A41 : Area contributed by outward weld
A42 : Area contributed by pad to vessel weld
A43 : Area contributed by inward weld
A5 : Area contributed by reinforcing pad
: Total area contributed
Prosedur desain sebuah nosel radial pada spherical tank dapat dilihat pada langkah-
langkah berikut.
6.1 Menghitung Radius Efektif untuk Spherical Shell
Untuk menghitung jari-jari efektif pada spherical shell menggunakan
persamaan berikut.
Reff = 0,5 Di
Keterangan:
Reff : Jari-jari efektif untuk spherical shell
Di : Garis tengah dalam dari spherical tank (mm)
6.2 Menghitung Panjang Minimum Dinding Tanki yang di perlukan untuk
peletakan nosel
Untuk menghitung panjang minimum dinding tanki yang diperlukan menggunakan

persamaan berikut:

LR = 2 Rn
Keterangan :

LR : panjang dinding tanki (mm)

Rn : jari-jari bagian dalam nosel (mm)

6.3 Menghitung Panjang Minimum Dinding Nosel yang Berada diluar dari
Dinding Tanki
Untuk menghitung panjang minimum dinding nosel menggukan persamaan berikut:

LH = 2t + te + Fp √𝑅𝑛 . 𝑡𝑛

Keterangan:

LH : panjang efektif dinding bagian nosel bagian luar dari dinding tanki (mm)

t : tebal plat dinding tanki (mm)

te : tebal plat reinforcement (mm)

Fp : nozzle attachment factor

: Fp-Cn untuk spherical tank

𝑡+𝑡𝑒 0,35
Cn :( )
𝑡𝑛

tn : tebal dinding nosel (mm)

6.4 Menghitung Panjang Minimum Dinding Nosel yang Berada di Dalam Shell

Untuk menghitung panjang minimum dinding nosel yang berada di dalam shell

menggunakan persamaan berikut:

LI = Fp√𝑅𝑛. 𝑡𝑛
Keterangan :

Li : effective length of nozell wall inside the vessel (mm)

6.5 Menghitung total luas penampang yang dekat dengan lubang nosel

Untuk mengetahui total luas penampang yang dekat dengan lubang nosel

menggunakan persamaan berikut.

AT = A1 + fm (A2 + A3) + A41 + A42 + A43 + frp. A5

Keterangan,

AT : luas total (mm2)


A1 : luas penampang kontribusi dari shell (mm2)
: t.LR
fm : factor material nosel (1)
Sn : allowable stress dari material nosel (ton/cm2)
S : allowable stress dari material plat shell (ton/cm2)
A2 : luas penampang dari dinding nosel yang berada di luar shell
: tn.LH (untuk LH ≤ Lpr3 + t)
A3 : luas dari penampang dari dinding nosel yang berada di dalam shell (mm2)
: tn.L1
A41 : luas penampang dari outside nozzle fillet weld (mm2)
: 0,5 (L41)2
L41 : panjang las-an dari outside nozzel fillet weld (mm)
A42 : luas penampang pengelasan plat reinforcement dengan plat dinding (mm2)
: 0,5 (L42)2
L42 : panajang hasil las-an antara plat reinforcement dengan plat shell (mm)
: 0,6 . te
A43 : luas penampang dari inside nozzle fillet wield (mm2)
: 0,5 (L43)2
L43 : 0,7 . tn
Frp : factor material plat dinding (1)
𝑆𝑝
: 𝑆

Sp : allowable stress dari material plat reinforcement (ton/cm2)


A5 : luas penampang dari plat reinforcement (mm2)
: LR. T
6.6 Menghitung Gaya-gaya yang terjadi

Untuk menghitung gaya-gay yang terjadi menggunakan persamaan berikut ini.

fN = P.Rxn.(LH - t)

𝑃.𝑅𝑥𝑠 .(𝐿𝑅 +𝑡𝑛


fs = 2

𝑃.𝑅𝑥𝑠 .𝑅𝑛𝑐
fY = 2

Keterangan,

fN : gaya dari tekanan internal di dalam nosel (ton)


fY : diskontiniutas gaya dari tekana internal (ton)
fs : gaya dari tekanan internal di dalam shell (ton)
P : tekanan desain internal (ton/cm2)
Rxn : jari-jari nosel untuk perhitungan gaya (mm)
𝑡𝑛
: 𝑡
ln(1+ 𝑛 )
𝑅𝑛

Rxs : jari-jari shell untuk perhitungan gaya (mm)


𝑡𝑒𝑓𝑓
: 𝑡𝑒𝑓𝑓
ln(1+ )
𝑅𝑒𝑓𝑓

Menentukan ketebalan uyang efektif untuk nozzles pada spherical shells dengan

menggunakan persamaan berikut


𝐴5. .𝐹𝑟𝑝
teff : t + 𝐿𝑅

6.7 Menghitung Rata-rata Local Primary Membrane Stress dan keseluruhan

Primary Membrane Stress pada Shell Tanki

Untuk menghitung rata-rata local primary membrane stress dan

keseluruhan primary membrane stress pada shell tanki menggunakan perasamaan

berikut:

𝑓𝑁 +𝑓𝑆 +𝑓𝑦
σavg =( )
𝐴𝑇

𝑃.𝑅
σcirc = 2.𝑡 𝑋𝑆
𝑒𝑓𝑓

6.8 Menghitung Maximum Local Primary Membrane Stress Pada Nosel

Intersection dengan ketentuan bawah PL ≤ Sallow

Untuk mengetahui maximum local primary membrane stress pada nosesl

intersection mengguanakan rumus berikut:

PL = (2. σavg - σcirc)

Maximum local primary membrane stress yang dihitung harus memenuhi

ketentuan bawah PL ≤ Sallow, dimana besar nilai Sallow untuk nozzle akibat internal

pressure

Sallow = 1,5.S.E

Keterangan,

Sallow = tekanan membran local yang diijinkan pada persimpangan nosel (ton/cm2)
7. Perhitungan Kekuatan Pengelasan

Untuk menghitung besarnya kekuatan pengelasan ada beberapa perhitungan yang

perlu dilakukan.

7.1 Memnghitung Kekuatan Sambungan Pengelasan Plat Shell Tanki

Ditinjau dari tegangan Tarik yang terjadi, kekuatan sambungan las pada dinding

spherical tank dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

𝐹
σt =
𝐿(𝑡1 +𝑡2 )

Keterangan,

σt : tegangan yang timbul


F : besarnya gaya yang diterima plat
L : panjang las-an
t1 : tebal level bagian bawah
t2 : tebal level bagian atas
Tegangan Tarik yang timbul dapat diterima apabila tegangan yang terjadi kurang

dari tegangan ijin material (σ < σ ijin).

7.2 Strength Of Nozzle Attachment Weld

Prosedur untuk mengevaluasi attachment weld of nozzle pada spherical shell untuk

meneriama beban akibat tekanan dari dalam, dihitung sebagai berikut.

- Menghitung diskontinuitas factor gaya


𝑅𝑛𝑐 +𝑡𝑛
Ky = 𝑅𝑛𝑐

- Panjang pengelasan antar dinding nosel dan shell tanki


𝜋
Lτ = 2 (𝑅𝑛 + 𝑡𝑛 )

- Panjang pengelasan plat penguat (reinforcement) dengan shell tanki


𝜋
Lτp = (𝑅𝑛 + 𝑡𝑛 + 𝑊), untuk radial nozzles
2

- Menghitung dimensi lapisan (layer) las-an yang dapat diterapkan.

L41T = 0,7071 L41

L42T = 0,7071 L42

L43T = 0,7071 L43

- Menentukan ukuran las-an yang dapat diterima

𝒇𝒘𝒆𝒍𝒅
τ = Lτ(0,49 𝐿
41𝑇 +0,6𝑡𝑤𝑙 +0,49𝐿43𝑇 )

dimana

τ≤S

𝑓𝑤𝑒𝑙𝑑 = min[1,5 × 𝑆𝑛 × (𝐴2 + 𝐴3 )]

7.3 Menghitung Kekuatan Las-an antara Plat Lower Equator Dengan Kolom

Ditinjau dari tegangan geser yang terjadi pada sambungan las, dipersyaratkan

bawah tegangan geser yang terjadi pada sambungan las harus kurang dari tegangan

geser ijin material (σs < σsa).

𝑃
𝜎𝑠 = (𝑡𝑜𝑛/𝑚𝑚2 )
2. 𝐿𝑤 . 𝑡𝑤𝑠

Keterangan,

P : beban yang di tumpu di tiap kolom pada saat menyimpan (LPG (P 1), saat

menyimpan LPG ditambah beban Dinamik (P2), dan beban pada saat tes hidrostatik

(P3).

Lw : panjang las-an
Tws : tebal las-an

8. Pengetesan pada Konstruksi Spherical Tank

Setelah tanki sudah selesai bangun, maka sebelum dioperasikan perlu dilakukan

pengetesan terhadap tekanan yang dapat diterima oleh dinding tanki.

8.1 Pengujian Hidrostatik

Pengujian hidrostatik terhadap tanki yang sudah dibangun yakni dengan

memberikan tekanan uji sesuai ketentuan berikut:

PT = 1,43 x MAWP

Keterangan,

PT : tekanan minimum untuk pengujian hidrostatik (kg/cm2)

MAWP: tekanan minimumyang diijinkan (kg/cm2)

8.2 Pengujian Pneumatik

Adapun untuk pengujian pneumatic terhadap tanki yang sudah dibangun yakni

dengan memberikan tekanan uji sesuai ketentuan berikut.

PT = 1,5 x Pg

Keterangan,

PT : tekanan minimum untuk pengujian pneumatic (kg/cm2)

Pg : tekanan bagian atas tanki (tekanan Gas LPG) pada kondisi normal operasi

(kg/cm2)

Anda mungkin juga menyukai