Disusun oleh :
CEPU
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis Panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat serta
Hidayah-nya sehingga dapat menyelesaikan makalah kesehatan, keselamatan kerja dan
lingkungan yang berjudul :
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan, saran serta kritikan dari berbagai
pihak. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penulis. Kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi peningkatan kualitas penyusunan penulisan diwaktu
mendatang. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
M. Ilham Fadli
NIM. 161420062
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv
DAFTAR GRAFIK...................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Profil Perusahaan..................................................................................................................3
2.2 Geografis Perusahaan...........................................................................................................4
2.3 Permasalahan........................................................................................................................6
2.4 Analisa PSM (Process Safety Management)........................................................................7
2.4.1 Konsep Dasar Elemen PSM.......................................................................................8
2.4.2 Tinjauan Permasalahan...............................................................................................8
2.4.3 Konsep Pemadaman...................................................................................................10
2.4.4 Media Pemadaman Kebakaran...................................................................................11
2.4.5 Tindakan Perusahaan..................................................................................................13
2.4.6 Usaha-usaha Penangulangan umum bahaya kebakaran.............................................14
BAB III PENUTUP...................................................................................................................16
3.1 Simpulan...............................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................17
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR GRAFIK
5
6
BAB I
PENDAHULUAN
1
sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli,
2010).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ethylene dan 200.000 ton/tahun propylene. Pabrik ini menggunakan teknologi modern dari
ExxonMobil pada unit LDPE high pressure. Kilang ini juga bertujuan dalam penghilangan
bottleneck dari LDPE dan peningkatan kapasitas kilang sebesar 40% dari 615.000 ton/tahun
menjadi 850.000 ton/tahun terselesaikan pada november 1999. Kilang Olefin III beroperasi
pada tahun 2001, dengan kapasitas bahan baku: 800.000 ton ethylene /tahun, 160.000 ton
propylene /tahun dan 25.000 ton benzene /tahun sehingga biaya pembangunan kilang baru
sekitar $1 miliar yang dirancang oleh Tecnimont Arabia and Tecnimont.
Pada januari 2001, Petrokemya memberikan kontrak baru untuk pembangunan kilang
baru dengan penambahan kapasitas HDPE dan LLDPE sebesar 800.000 metric ton/pertahun.
Proyek ini dikerjakan oleh Toyo Engineeering Corporation of japan. Petrokemya saat ini
memproduksi 2,5 metric ton/tahun berbagai macam produk petrokimia dan polimer seperti
etilena, benzena, propilena, butadiena, butena-1 dan polistiren.
2.2 Geografis Perusahaan
4
di mana sekitar 130 km2 dikhususkan untuk industri dan populasi area tersebut adalah sekitar
300.000 orang (Al Hagery, 1998).
Dalam istilah yang jelas, kota industri Jubail mengandung sekitar 42,5 petrokimia,
masing-masing sekitar 17,7 minyak kilang dan sekitar 9,4 juta Besi juta ton per tahun
(Kerajaan Arab Saudi - Departemen Statistik Pusat, 2012).
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Primary Secondary Support
Beroperasi Baru Dibangun Tahap Design
5
2.3 Permasalahan
Bahaya berpotensi berarti peluang terjadinya risiko yang dapat memengaruhi lingkungan,
kesehatan, dan keselamatan, properti dan bisnis dan menciptakan alasan signifikan untuk
masalah.
Dalam konteks ini, bahaya petrokimia telah dipertimbangkan dalam lingkup bahaya
teknologi. Risiko yang berpotensi timbul dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dalam
industri minyak dan gas di Arab Saudi telah dirujuk sebagai bahaya petrokimia dalam penelitian
ini. Arab Saudi adalah salah satu negara penghasil minyak dan gas utama terkemuka di dunia,
oleh karena itu, masuk akal untuk mengeksplorasi dampak bahaya petrokimia di dalam negeri
lingkungan, kesehatan dan keselamatan dan tingkat kesiapan untuk manajemen mereka.
Risiko bencana yang dapat timbul dari bahaya teknologi mungkin termasuk pelepasan zat
(bahan kimia, nuklir, biologis), kegagalan struktural, ledakan, kebakaran, gangguan lingkungan,
antara lain: Bahaya petrokimia, aktivitas seismik, dan perubahan iklim adalah risiko di Kerajaan
Arab Saudi dan miliki berpengaruh pada frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem yang
mempengaruhi lingkungan. Sebagai contoh, banjir di Arab Saudi dan Yaman antara 2008 dan
2009 menelan biaya total kerusakan ekonomi yang diperkirakan sekitar 1,3 milyar USD (IRDR,
2013).
6
Gambar 2.3 Ledakan di Jubail Petrochemical Plant
Pada tahun 2012 Pukul 10:30 Pagi waktu setempat, telah terjadi insiden kecelakaan yang
menewaskan 6 pekerja asing di Al-Jubail Petrcohemical plant, Saudi Arabia. Berdasarkan
informasi dari juru bicara media untuk direktorat Pertahanan Sipil di Provinsi Timur, Kolonel Ali
Al-Qahtani mengatakan kebakaran terjadi di salah satu reservoir perusahaan pengembangan
lingkungan.
Ledakan itu terjadi ketika staf pemeliharaan melakukan pekerjaan pengelasan pada tangki
yang mengandung bensin-diesel campuran. Pada tangki itu diduga masih mengandung bahan
bakar yang belum dikosongkan atau draine sehingga memunculkan syarat segitiga api yang
berasal dari alat mekanik, gesekan antara medium dinding pengelasan serta ketersediaan bahn
bakar. Ledakan dan kebakaran ini menyebabkan kematian enam pekerja dan cedera lainnya.
Ledakan dan kebakaran di Al-Jubail Petrochemical plant dapat dipadamkan dalam waktu 2,5
jam. Dari kejadian tersebut banyak dampak yang ditimbulkan seperti: menimbulkan korban jiwa
di dalam dan di lingkungan kerja, potensi bahaya lingkungan seperti polusi udara, dan
kerusakaan ekosistem serta kerugian finansial yang diderita oleh perusahaan.
Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan analisa permasalahan dan solusi yang
ditawarkan agar peristiwa kebakaran dan ledakan di Al-Jubail Petrochemical Plant tidak terjadi
lagi. Berdasarkan sumber yang didapatkan, kasus tersebut tidak menerangkan nameplate tangki
yang meledak beserta pipa alirannya. Akan tetapi, penulis akan menganalisa berdasarkan analisa
PSM. Hal ini penting karena berhubungan dengan kecelakaan tersebut.
7
Pemulihan
Adapun analisa penyelesaian kasus sebagai berikut:
2.4.1 Konsep Dasar Elemen PSM
Proses yang dimaksud dalam PSM tersebut adalah untuk perusahaan yang menyimpan,
memproduksi dan menggunakan bahan kimia berbahaya ataupun kombinasi dari aktifitas
tersebut.
Berdasarkan OSHA 29 CFR 1910.119 terdapat 14 elemen PSM sebagai berikut:
1. Employee Participation
2. Process Safety Information (PSI)
3. Process Hazards Analaysis (PHA)
4. Operating Procedure
5. Training
6. Contractor’s Obligation
7. Pre-Startup Safety Review
8. Mechanical Integrity
9. Hot Work Permit
10. Management of Change
11. Investigasi Kecelakaan
12. Rencana Tanggap Darurat
13. Compliance Audit
14. Trade Secret
2.4.2 Tinjauan Permasalahan
Berdasarkan hasil uraian diatas bahwa penyebab kebakaran dan ledakan di saluran pipa
bahan bakar gasoline dan diesel, disebabkan beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
2. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan
kerja.
3. Faktor sumber bahaya yaitu:
Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagiannya;
8
Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau
peralatan, lingkungan proses, sifat pekerjaan.
4. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan
sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.
Penulis akan menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecelekaan ledakan
gas di Al-Jubail Petrochemical plant, Saudi Arabia :
1. Mengintruksikan kepada semua pegawai untuk mencari lokasi aman/ assembly point.
2. Mengklasifikasikan kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah pengelompokan jenis-jenis kebakaran berdasarkan jenis-
jenis bahan yang terbakar. Tujuannya adalah untuk menentukan cara dan media yang
tepat dalam memadamkan kebakaran tersebut. Kebakaran dibagi menjadi beberapa
jenis atau kelas berdasarkan dari jenis bahan bakarnya yang terbakar yaitu (Farha,
2010):
a) Kebakaran kelas A
Kebakaran kelas A adalah kebakaran bahan biasa atau padat kecuali logam yang
mudah terbakar seperti kertas, kayu, pakaian, karet, plastik dan lain-lain. Jika terjadi
kebakaran kelas A maka dapat digunakan metode pemadaman dengan cara
pendinginan dengan air. Pemadaman dengan air atau busa kelas A.
b) Kebakaran kelas B
Kebakaran kelas B adalah kebakaran bahan cairan dan gas yang mudah terbakar
seperti minyak, bensin, solar, gas LPG, LNG dan lain-lain. Jika terjadi kebakaran
kelas B maka metode pemadaman yang dapat digunakan adalah:
1. Penutupan atau pelapisan atau penyelimutan
2. Pemindahan bahan bakar
3. Penurunan temperature
c) Kebakaran kelas C
Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang diakibatkan dari kebocoran listrik,
konsleting termasuk perlatan bertenaga listrik. Jika terjadi kebakaran kelas C metode
pemadaman yang dapat digunakan adalah:
1. Pemadaman menggunakan bahan yang non konduksi listrik
9
2. Putuskan arus listrik dan padamkan seperti pemadaman kebakaran kelas A atau
kelas B
d) Kebakaran kelas D
Kebakaran kelas D merupakan kebakaran yang sangat jarang terjadi dan
biasanya terjadi pada logam seperti seng, magnesium, serbuk alumunium dan
lainlain.Jika terjadi maka metode pemadamannya adalah pelapisan atau penyelimutan
dengan bahan pemadam khusus terutama bubuk kering tertentu.
2.4.3 Konsep Pemadaman
Adapun konsep pemadaman kebakaran yang dapat dilakukan seperti:
1. Pemadaman dengan Pendingin
Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan kebakaran dengan cara
mendinginkan atau menurunkan temperatur uap atau gas yang terbakar sampai kebawah
temperature nyalanya. Cara ini banyak dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran dengan
menggunakan semprotan air ke lokasi atau titik kebakaran sehingga api secara perlahan
dapat berkurang dan mati. Semprotan air yang disiramkan ke tengah api akan
mengakibatkan udara sekitar api mendingin. Sebagian panas akan diserap oleh air yang
kemudian berubah bentuk menjadi uap air yang akan mendinginkan api (Ramli, 2010).
2. Pembatasan Oksigen
Untuk proses pembakaran, suatu bahan bakar membutuhkan oksigen yang cukup
misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar oksigen ,acetylene
memerlukan oksigen dibawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya tidak akan
terbakar bila kadar oksigen di bawah 15%. Sesuai dengan teori segitiga api, kebakaran dapat
dihentikan dengan menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen, dengan membatasi atau
mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api dapat padam, teknik ini dikenal dengan
smothering.
3. Penghilangan Bahan Bakar
Api secara alamiah akan mati dengan sendirinya jika bahan yang dapat terbakar sudah
habis. Atas dasar ini, api dapat dikurangi dengan menghilangkan jumlah bahan yang
terbakar. Teknik ini disebut starvation, teknik starvation juga dapat dilakukan misalnya
dengan menyemprotkan bahan yang terbakar dengan busa sehingga suplai bahan bakar
untuk kelangsungan pembakaran terhenti atau berkurang sehingga api akan mati. Api juga
10
dapat dipadamkan dengan menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang aman (Ramli,
2010).
4. Memutuskan Reaksi Berantai
Cara yang terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah terjadinya reaksi
rantai di dalam proses pembakaran. Para ahli menemukan bahwa reaksi rantai bisa
menhasilkan nyala api. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat memecah sehingga terjadi
reaksi rantai oleh atom-atom yang dibutuhkan oleh nyala untuk tetap terbakar (Ramli, 2010).
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O + E
Dengan tidak terjadinya reaksi atom ini, maka nyala api akan padam.
2.4.4 Media Pemadaman Kebakaran
Ketepatan memilih media pemadaman merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan dalam melakukan pemadaman kebakaran. Dengan ketepatan
pemilihan media pemadam yang sesuai terhadap kelas kebakaran tertentu, maka akan dapat
dicapai pemadaman kebakaran yang efektif dan efisien. Berikut penjelasan dari Modul
Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran, DikNas, 2003.
Dapat menggunakan 2 jenis media pemadaman, yaitu:
1) Tepung Kimia
Cara kerja secara fisik yaitu dengan mengadakan pemisahan atau penyelimutan bahan
bakar. Sehingga tidak terjadi pencampuran oksigen dengan uap bahan bakar. Cara kerja
secara kimiawi yaitu dengan memutus rantai reaksi pembakaran dimana partikel-partikel
tepung kimia tersebut akan menyerap radikal hidroksil dari api. Menurut kelas kebakaran,
tepung kimia dibagi sebagai berikut:
Tepung kimia biasa (regular)
Kebakaran yang dipadamkan adalah kebakaran cairan, gas, dan listrik
Tepung kimia serbaguna (multipurpose)
Tepung ini sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A, B, C. bahan baku
tepung kimia multipurpose adalah tepung Amonium Phoshatedan kalium sulfat.
Tepung kimia kering (khusus)
Tepung kimia kering atau dry powder untuk memadamkan kebakaran logam.
11
Gambar 2.4 Pemadaman Jenis Tepung
2) Media Pemadaman Jenis Cair
Air
Dalam pemadaman kebakaran, air adalah media pemadam yang paling banyak
dipergunakan, hal ini dikarenakan air mempunyai beberapa keuntungan antara lain
mudah didapat dalam jumlah banyak, mudah disimpan, dialirkan, dan mempunyai daya
mengembang yang besar dan daya untuk penguapan yang tinggi.Air mempunyai daya
penyerap panas yang cukup tinggi, dalam hal ini berfungsi sebagai pendingin. Panas yang
dapat diserap air dari 15oC sampai menjadi uap 100°C adalah 622 kcal/kg. Air yang
terkena panas berubah menjadi uap dan uap tersebutlah yang menyelimuti bahan bakar
yang terbakar. Dalam penyelimutan ini cukup efektif, karena dari 1 liter air akan berubah
menjadi uap sebanyak 1670 liter uap air.
12
Busa regular, yaitu busa yang hanya mampu memadamkan bahanbahan yang berasal dari
Hydrocarbon atau bahan-bahan cair bukan pelarut (solvent). Busa serbaguna (all purpose
foam), busa ini dapat memadamkan kebakaran yang berasal dari cairan pelarut seperti
alkohol, eter, dll.
13
5) Melakukan inspeksi secara berkala disetiap peralatan kilang terutama saat hendak
perbaikan.
6) Menyediakan sarana proteksi kebakaran aktif disetiap kilang seperti alarm kebakaran,
detektor kebakaran, detektor asap serta APAR.
2.4.6 Usaha-Usaha Penangulangan umum bahaya kebakaran
1) Tindakan Preventif
Usaha pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebakaran dengan maksud
menekan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran
antara lain:
o Mengadakan penyuluhan-penyuluhan
o Pengawasan terhadap bahan-bahan bangunan
o Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang-barang
o Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api
o Pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan sarana penyelamat jiwa
o Pengadaan sarana pengindera kebakaran
o Penegakan peraturan dan ketentuan
o Mengadakan latihan secara berkala
2) Tindakan Represif
Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud untuk
memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran seperti:
Pengamanan daerah kebakaran dan bahaya kebakaran
o Pelaksanaan evakuasi
o Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman
o Usaha-usaha pencarian :
1. Mencari sumber api untuk dipadamkan
2. Mencari orang-orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan terjebak
3. Mencari harta benda atau dokumen penting untuk diamankan
14
3) Tindakan Rehabilitatif
Upaya-upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakaran dengan maksud evaluasi dan
menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya, antara
lain :
15
\
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun Simpulan yang dapat penulis uraikan pada bagian ini, yaitu:
1. Ledakan terjadi dikarenakan staf pemeliharaan melakukan pekerjaan pengelasan pada
tangki yang mengandung bensin diesel campuran.
2. Kecelakaan yang terjadi pada kasus gas exploison of jubail petrochemical plant, saudi
arabia disebabkan oleh kurangnya memperhatikan SOP (standard Operating Procedure)
di lingkungan kerja serta kurang memperhatikan 14 elemen Process Safety Management
(PSM).
3. Penggunaan alat pelindung diri dapat berguna dalam melindungi individu dari potensi
bahaya/kecelakaan kerja, dan mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
4. Analisa PSM (Process Safety Management) sangat penting untuk diperhatikan karena
sebagai Pedoman dalam mencegah dan mengatasi bahaya yang muncul di lingkungan
kerja.
5. SOP (Standard Operation Procedure) yang ada disetiap perusahaan wajib dipatuhi dan
taati demi keselamatan diri sendiri maupun orang lain.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada bahasaan kali ini, yaitu:
1. Program K3L harus lebih diperhatikan dan ditingkatkan lagi supaya para pekerja merasa
aman dan nyaman.
2. Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasikan program K3L untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3L yang nantinya juga
meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1998. Standard for Portable Fire Extinguishers. USA: National Fire Protection
Association (NFPA) 10.
Anonim. 1999. Installation of Sprinkler Systems. USA: National Fire Protection Association
(NFPA) 13.
Anonim. 2002. National Fire Alarm Code. USA: National Fire Protection Association (NFPA)
72.
Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3
Untuk Meminimalkan Kecelakan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Tahun 2008. Skripsi FKM
USU : Medan.
Centre. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010
tentang pelindung diri.
Depnaker – UNDP –ILO INS/84/012. 1987. Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran. Jakarta: Depnaker.
Fatmawati, R. 2009. Audit Keselamatan Kebakaran di Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009.
Jakarta: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hasibuan,Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksksara.
Heinrich, H.W. 1931. Industrial Accident Prevention. New York: Mc Graw Hill Book company.
Husni Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000, Ketentuan Teknis Pengamanan
Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Pemerintah.
Mathis, dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama, Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Salemba Empat Pressindo.
17