Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN


“ANALISA KASUS GAS EXPLOISON OF JUBAIL PETROCHEMICAL PLANT, SAUDI ARABIA”

Disusun oleh :

Nama : M. Ilham Fadli


NIM : 161420062
Kelas : F
Tingkat : III (Tiga)
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas

POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL (PEM) AKAMIGAS

CEPU
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat serta
Hidayah-nya sehingga dapat menyelesaikan makalah kesehatan, keselamatan kerja dan
lingkungan yang berjudul :

“Analisa Kasus Gas Exploison of Jubail Petrochemical Plant, Saudi Arabia”

Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan, saran serta kritikan dari berbagai
pihak. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang tua penulis yang telah mendoakan kelancaran penulis.


2. Bapak Farid Alfalaki Hamid, M.T selaku Dosen Matakuliah K3L.
3. Para Dosen Pengajar PEM Akamigas.
4. Serta Teman-teman PEM Akamigas yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penulis. Kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi peningkatan kualitas penyusunan penulisan diwaktu
mendatang. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Cepu, 21 April 2019


Penulis

M. Ilham Fadli
NIM. 161420062

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv
DAFTAR GRAFIK...................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Profil Perusahaan..................................................................................................................3
2.2 Geografis Perusahaan...........................................................................................................4
2.3 Permasalahan........................................................................................................................6
2.4 Analisa PSM (Process Safety Management)........................................................................7
2.4.1 Konsep Dasar Elemen PSM.......................................................................................8
2.4.2 Tinjauan Permasalahan...............................................................................................8
2.4.3 Konsep Pemadaman...................................................................................................10
2.4.4 Media Pemadaman Kebakaran...................................................................................11
2.4.5 Tindakan Perusahaan..................................................................................................13
2.4.6 Usaha-usaha Penangulangan umum bahaya kebakaran.............................................14
BAB III PENUTUP...................................................................................................................16
3.1 Simpulan...............................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................17

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perusahaan Jubail Petrochemical ....................................................................3


Gambar 2.2 Peta Lokasi Perusahaan...................................................................................4
Gambar 2.3 Ledakan di Jubail Petrochemical Plant............................................................6
Gambar 2.4 Pemadaman Jenis Tepung................................................................................12
Gambar 2.5 Pemadaman Jenis Air......................................................................................12
Gambar 2.6 Pemadaman Jenis Busa....................................................................................13
Gambar 2.7. Upaya Penanggulangan secara Rehabilitatif...................................................15

4
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Jenis-jenis industri di kota Jubail.......................................................................5

5
6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri minyak dan gas serta petrokimia merupakan salah satu sektor yang mendukung
perekonomia suatu negara dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di
dalam negeri maupun sebagai penghasil devisa negara sehingga pengelolaanya dapat dilakukan
secara optimal. Dalam upaya menciptakan kegiatan usaha migas dan petrokimia yang mandiri,
kokoh, handal, tranparan, berdaya saing tinggi dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan
serta mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional sehingga mampu mendukung
kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat, telah ditetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi.
Industri Migas dan Petrokimia merupakan industri yang berisiko tinggi. Pelanggaran yang
disebabkan akibat kelalaian dan ketidakpedulian yang kecil sekalipun terhadap persyaratan
K3LH dapat berakibat fatal sehingga menimbulkan bencana yang berdampak sangat serius.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi
pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Azmi, 2008).
Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan
cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya mempelajari fenomena
kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan
kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah
pola pikir yang masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah,

1
sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli,
2010).

Adapun Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :


a) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan
pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
b) Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang-Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para
pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta
mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.  Undang-undang
nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya
kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri
sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat
kerja dan syarat kesehatan kerja.
1.2 Perumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, penulis memilih kasus Gas Explosion Jubail Petrochemical
Plant, Saudi Arabia serta menawarkan solusi atas kasus tersebut.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapaun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Menambah Pengetahuan Mengenai K3L (Kesehatan, Keselamatan kerja dan Lingkungan)
di industri Migas dan Petrokimia.
2. Mampu Menganalisis penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi.
3. Dapat memberikan solusi atas kasus Gas Explosion Jubail Petrochemical Plant, Saudi
Arabia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan

Gambar 2.1 Perusahaan Jubail Petrochemical

Perusahaan Al-Jubail Petrochemical merupakan salah satu perusahaan patungan antara


Industri dasar arab saudi (Sabic) yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi dan
ExxonMobile. Pabrik ini didirikan pada tahun 1979 dan mulai beroperasi di tahun 1985.
Pada November 2008, Sabic dan ExxonMobile Chemical menandatangani perjanjian
studi kelayakan untuk membangun pabrik elastomer baru di Kemyan. Pabrik Syintetic
Rubber memiliki kapasitas produksi sebesar 400.000 ton/tahun dengan biaya investasi
sebesar $5 miliar. Proyek pembangunan ini dikerjakan oleh Jacobs Engineering dan Mitsui
Engineering dan Shipbuilding. Adapun kontrak ini dilakukan dalam penyediaan teknologi
Syintetic Rubber dan Polybutadien.
Pada mulanya project pembangunan kilang etilen dan polietilen dimulai pada kuartal
keempat tahun 1998 dengan biaya pinjaman dari 16 bank sebesar $720 juta dengan jangka
waktu pelunasaan selama 8,5 tahun.
Perluasan kilang meliputi dari pembangunan kilang polyethylene dengan kapasitas
218.000 ton/tahun Low-density dan kilang olefin cracker menghasilkan 700.000 ton/tahun

3
ethylene dan 200.000 ton/tahun propylene. Pabrik ini menggunakan teknologi modern dari
ExxonMobil pada unit LDPE high pressure. Kilang ini juga bertujuan dalam penghilangan
bottleneck dari LDPE dan peningkatan kapasitas kilang sebesar 40% dari 615.000 ton/tahun
menjadi 850.000 ton/tahun terselesaikan pada november 1999. Kilang Olefin III beroperasi
pada tahun 2001, dengan kapasitas bahan baku: 800.000 ton ethylene /tahun, 160.000 ton
propylene /tahun dan 25.000 ton benzene /tahun sehingga biaya pembangunan kilang baru
sekitar $1 miliar yang dirancang oleh Tecnimont Arabia and Tecnimont.
Pada januari 2001, Petrokemya memberikan kontrak baru untuk pembangunan kilang
baru dengan penambahan kapasitas HDPE dan LLDPE sebesar 800.000 metric ton/pertahun.
Proyek ini dikerjakan oleh Toyo Engineeering Corporation of japan. Petrokemya saat ini
memproduksi 2,5 metric ton/tahun berbagai macam produk petrokimia dan polimer seperti
etilena, benzena, propilena, butadiena, butena-1 dan polistiren.
2.2 Geografis Perusahaan

Gambar 2.2 Peta Lokasi Perusahaan


Perusahaan Al-Jubail Petrochemical terletak di provinsi timur arab saudi yang terdiri dari
540.000 km2 dengan garis pantai sepanjang 1200 km. Populasi penduduk di provinsi ini
sekitar 4 juta jiwa. Kota ini adalah ibu kota Provinsi Timur dan memiliki dua kawasan
industri utama yang terletak di bagian Timur Arab Saudi, terletak dalam koordinat geografis
27 ° 5 '0 "Lintang N dan 49 ° 40' 0" Bujur E (Gambar) , dan meliputi area seluas 1016 km2,

4
di mana sekitar 130 km2 dikhususkan untuk industri dan populasi area tersebut adalah sekitar
300.000 orang (Al Hagery, 1998).
Dalam istilah yang jelas, kota industri Jubail mengandung sekitar 42,5 petrokimia,
masing-masing sekitar 17,7 minyak kilang dan sekitar 9,4 juta Besi juta ton per tahun
(Kerajaan Arab Saudi - Departemen Statistik Pusat, 2012).
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Primary Secondary Support
Beroperasi Baru Dibangun Tahap Design

Grafik 2.1 Jenis-jenis industri di kota Jubail


Keterangan :
1. Industri Primer: Pengilangan, petrokimia dasar, pupuk, dan pabrik baja.
2. Industri Sekunder: Terutama petrokimia dan plastik khusus. Bahan baku terutama dari industri
primer.
3. Dukungan & Industri Ringan: Fabrikasi dan manufaktur ringan untuk mendukung industri
primer dan sekunder dan masyarakat. 

5
2.3 Permasalahan
Bahaya berpotensi berarti peluang terjadinya risiko yang dapat memengaruhi lingkungan,
kesehatan, dan keselamatan, properti dan bisnis dan menciptakan alasan signifikan untuk
masalah.
Dalam konteks ini, bahaya petrokimia telah dipertimbangkan dalam lingkup bahaya
teknologi. Risiko yang berpotensi timbul dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dalam
industri minyak dan gas di Arab Saudi telah dirujuk sebagai bahaya petrokimia dalam penelitian
ini. Arab Saudi adalah salah satu negara penghasil minyak dan gas utama terkemuka di dunia,
oleh karena itu, masuk akal untuk mengeksplorasi dampak bahaya petrokimia di dalam negeri
lingkungan, kesehatan dan keselamatan dan tingkat kesiapan untuk manajemen mereka.
Risiko bencana yang dapat timbul dari bahaya teknologi mungkin termasuk pelepasan zat
(bahan kimia, nuklir, biologis), kegagalan struktural, ledakan, kebakaran, gangguan lingkungan,
antara lain: Bahaya petrokimia, aktivitas seismik, dan perubahan iklim adalah risiko di Kerajaan
Arab Saudi dan miliki berpengaruh pada frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem yang
mempengaruhi lingkungan. Sebagai contoh, banjir di Arab Saudi dan Yaman antara 2008 dan
2009 menelan biaya total kerusakan ekonomi yang diperkirakan sekitar 1,3 milyar USD (IRDR,
2013).

6
Gambar 2.3 Ledakan di Jubail Petrochemical Plant

Pada tahun 2012 Pukul 10:30 Pagi waktu setempat, telah terjadi insiden kecelakaan yang
menewaskan 6 pekerja asing di Al-Jubail Petrcohemical plant, Saudi Arabia. Berdasarkan
informasi dari juru bicara media untuk direktorat Pertahanan Sipil di Provinsi Timur, Kolonel Ali
Al-Qahtani mengatakan kebakaran terjadi di salah satu reservoir perusahaan pengembangan
lingkungan.

Ledakan itu terjadi ketika staf pemeliharaan melakukan pekerjaan pengelasan pada tangki
yang mengandung bensin-diesel campuran. Pada tangki itu diduga masih mengandung bahan
bakar yang belum dikosongkan atau draine sehingga memunculkan syarat segitiga api yang
berasal dari alat mekanik, gesekan antara medium dinding pengelasan serta ketersediaan bahn
bakar. Ledakan dan kebakaran ini menyebabkan kematian enam pekerja dan cedera lainnya.

Ledakan dan kebakaran di Al-Jubail Petrochemical plant dapat dipadamkan dalam waktu 2,5
jam. Dari kejadian tersebut banyak dampak yang ditimbulkan seperti: menimbulkan korban jiwa
di dalam dan di lingkungan kerja, potensi bahaya lingkungan seperti polusi udara, dan
kerusakaan ekosistem serta kerugian finansial yang diderita oleh perusahaan.

Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan analisa permasalahan dan solusi yang
ditawarkan agar peristiwa kebakaran dan ledakan di Al-Jubail Petrochemical Plant tidak terjadi
lagi. Berdasarkan sumber yang didapatkan, kasus tersebut tidak menerangkan nameplate tangki
yang meledak beserta pipa alirannya. Akan tetapi, penulis akan menganalisa berdasarkan analisa
PSM. Hal ini penting karena berhubungan dengan kecelakaan tersebut.

2.4 Analisa PSM (Process Safety Management)


Secara umum Process Safety Management (PSM)/ Manajemen Keselamatan Proses (MKP)
mengacu kepada prinsip dan sistem manajemen kepada identifikasi, pengertian dan pengontrolan
pada bahaya akibat kegiatan proses produksi sebagai upaya perlindungan pada area kerja.
PSM/MKP berfokus kepada:
 Pencegahan
 Persiapan
 Mitigasi
 Respons

7
 Pemulihan
Adapun analisa penyelesaian kasus sebagai berikut:
2.4.1 Konsep Dasar Elemen PSM
Proses yang dimaksud dalam PSM tersebut adalah untuk perusahaan yang menyimpan,
memproduksi dan menggunakan bahan kimia berbahaya ataupun kombinasi dari aktifitas
tersebut.
Berdasarkan OSHA 29 CFR 1910.119 terdapat 14 elemen PSM sebagai berikut:
1. Employee Participation
2. Process Safety Information (PSI)
3. Process Hazards Analaysis (PHA)
4. Operating Procedure
5. Training
6. Contractor’s Obligation
7. Pre-Startup Safety Review
8. Mechanical Integrity
9. Hot Work Permit
10. Management of Change
11. Investigasi Kecelakaan
12. Rencana Tanggap Darurat
13. Compliance Audit
14. Trade Secret
2.4.2 Tinjauan Permasalahan
Berdasarkan hasil uraian diatas bahwa penyebab kebakaran dan ledakan di saluran pipa
bahan bakar gasoline dan diesel, disebabkan beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
2. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan
kerja.
3. Faktor sumber bahaya yaitu:
Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagiannya;

8
Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau
peralatan, lingkungan proses, sifat pekerjaan.
4. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan
sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.

Penulis akan menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecelekaan ledakan
gas di Al-Jubail Petrochemical plant, Saudi Arabia :
1. Mengintruksikan kepada semua pegawai untuk mencari lokasi aman/ assembly point.
2. Mengklasifikasikan kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah pengelompokan jenis-jenis kebakaran berdasarkan jenis-
jenis bahan yang terbakar. Tujuannya adalah untuk menentukan cara dan media yang
tepat dalam memadamkan kebakaran tersebut. Kebakaran dibagi menjadi beberapa
jenis atau kelas berdasarkan dari jenis bahan bakarnya yang terbakar yaitu (Farha,
2010):
a) Kebakaran kelas A
Kebakaran kelas A adalah kebakaran bahan biasa atau padat kecuali logam yang
mudah terbakar seperti kertas, kayu, pakaian, karet, plastik dan lain-lain. Jika terjadi
kebakaran kelas A maka dapat digunakan metode pemadaman dengan cara
pendinginan dengan air. Pemadaman dengan air atau busa kelas A.
b) Kebakaran kelas B
Kebakaran kelas B adalah kebakaran bahan cairan dan gas yang mudah terbakar
seperti minyak, bensin, solar, gas LPG, LNG dan lain-lain. Jika terjadi kebakaran
kelas B maka metode pemadaman yang dapat digunakan adalah:
1. Penutupan atau pelapisan atau penyelimutan
2. Pemindahan bahan bakar
3. Penurunan temperature
c) Kebakaran kelas C
Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang diakibatkan dari kebocoran listrik,
konsleting termasuk perlatan bertenaga listrik. Jika terjadi kebakaran kelas C metode
pemadaman yang dapat digunakan adalah:
1. Pemadaman menggunakan bahan yang non konduksi listrik

9
2. Putuskan arus listrik dan padamkan seperti pemadaman kebakaran kelas A atau
kelas B
d) Kebakaran kelas D
Kebakaran kelas D merupakan kebakaran yang sangat jarang terjadi dan
biasanya terjadi pada logam seperti seng, magnesium, serbuk alumunium dan
lainlain.Jika terjadi maka metode pemadamannya adalah pelapisan atau penyelimutan
dengan bahan pemadam khusus terutama bubuk kering tertentu.
2.4.3 Konsep Pemadaman
Adapun konsep pemadaman kebakaran yang dapat dilakukan seperti:
1. Pemadaman dengan Pendingin
Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan kebakaran dengan cara
mendinginkan atau menurunkan temperatur uap atau gas yang terbakar sampai kebawah
temperature nyalanya. Cara ini banyak dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran dengan
menggunakan semprotan air ke lokasi atau titik kebakaran sehingga api secara perlahan
dapat berkurang dan mati. Semprotan air yang disiramkan ke tengah api akan
mengakibatkan udara sekitar api mendingin. Sebagian panas akan diserap oleh air yang
kemudian berubah bentuk menjadi uap air yang akan mendinginkan api (Ramli, 2010).
2. Pembatasan Oksigen
Untuk proses pembakaran, suatu bahan bakar membutuhkan oksigen yang cukup
misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar oksigen ,acetylene
memerlukan oksigen dibawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya tidak akan
terbakar bila kadar oksigen di bawah 15%. Sesuai dengan teori segitiga api, kebakaran dapat
dihentikan dengan menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen, dengan membatasi atau
mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api dapat padam, teknik ini dikenal dengan
smothering.
3. Penghilangan Bahan Bakar
Api secara alamiah akan mati dengan sendirinya jika bahan yang dapat terbakar sudah
habis. Atas dasar ini, api dapat dikurangi dengan menghilangkan jumlah bahan yang
terbakar. Teknik ini disebut starvation, teknik starvation juga dapat dilakukan misalnya
dengan menyemprotkan bahan yang terbakar dengan busa sehingga suplai bahan bakar
untuk kelangsungan pembakaran terhenti atau berkurang sehingga api akan mati. Api juga

10
dapat dipadamkan dengan menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang aman (Ramli,
2010).
4. Memutuskan Reaksi Berantai
Cara yang terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah terjadinya reaksi
rantai di dalam proses pembakaran. Para ahli menemukan bahwa reaksi rantai bisa
menhasilkan nyala api. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat memecah sehingga terjadi
reaksi rantai oleh atom-atom yang dibutuhkan oleh nyala untuk tetap terbakar (Ramli, 2010).
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O + E
Dengan tidak terjadinya reaksi atom ini, maka nyala api akan padam.
2.4.4 Media Pemadaman Kebakaran
Ketepatan memilih media pemadaman merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan dalam melakukan pemadaman kebakaran. Dengan ketepatan
pemilihan media pemadam yang sesuai terhadap kelas kebakaran tertentu, maka akan dapat
dicapai pemadaman kebakaran yang efektif dan efisien. Berikut penjelasan dari Modul
Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran, DikNas, 2003.
Dapat menggunakan 2 jenis media pemadaman, yaitu:
1) Tepung Kimia
Cara kerja secara fisik yaitu dengan mengadakan pemisahan atau penyelimutan bahan
bakar. Sehingga tidak terjadi pencampuran oksigen dengan uap bahan bakar. Cara kerja
secara kimiawi yaitu dengan memutus rantai reaksi pembakaran dimana partikel-partikel
tepung kimia tersebut akan menyerap radikal hidroksil dari api. Menurut kelas kebakaran,
tepung kimia dibagi sebagai berikut:
 Tepung kimia biasa (regular)
Kebakaran yang dipadamkan adalah kebakaran cairan, gas, dan listrik
 Tepung kimia serbaguna (multipurpose)
Tepung ini sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A, B, C. bahan baku
tepung kimia multipurpose adalah tepung Amonium Phoshatedan kalium sulfat.
 Tepung kimia kering (khusus)
Tepung kimia kering atau dry powder untuk memadamkan kebakaran logam.

11
Gambar 2.4 Pemadaman Jenis Tepung
2) Media Pemadaman Jenis Cair
 Air
Dalam pemadaman kebakaran, air adalah media pemadam yang paling banyak
dipergunakan, hal ini dikarenakan air mempunyai beberapa keuntungan antara lain
mudah didapat dalam jumlah banyak, mudah disimpan, dialirkan, dan mempunyai daya
mengembang yang besar dan daya untuk penguapan yang tinggi.Air mempunyai daya
penyerap panas yang cukup tinggi, dalam hal ini berfungsi sebagai pendingin. Panas yang
dapat diserap air dari 15oC sampai menjadi uap 100°C adalah 622 kcal/kg. Air yang
terkena panas berubah menjadi uap dan uap tersebutlah yang menyelimuti bahan bakar
yang terbakar. Dalam penyelimutan ini cukup efektif, karena dari 1 liter air akan berubah
menjadi uap sebanyak 1670 liter uap air.

Gambar 2.5 Pemadaman Jenis Air


 Busa
Berdasarkan kelas kebakaran, maka busa dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain:

12
Busa regular, yaitu busa yang hanya mampu memadamkan bahanbahan yang berasal dari
Hydrocarbon atau bahan-bahan cair bukan pelarut (solvent). Busa serbaguna (all purpose
foam), busa ini dapat memadamkan kebakaran yang berasal dari cairan pelarut seperti
alkohol, eter, dll.

2.6 Pemadaman Jenis Busa


Berdasarkan cara terjadinya, maka busa dibagi menjadi:
 Busa kimia, busa ini terjadi karena adanya proses kimia, yaitu pencampuran bahan-bahan
kimia.
 Busa mekanik, busa ini terjadi karena proses mekanis yaitu berupa campuran dari bahan
pembuat busa dengan air sehingga membentuk larutan busa.
2.4.5 Tindakan Perusahaan
Adapun upaya yang harus dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi kecelakaan
yang terjadi, seperti:
1) Menginformasikan SOP (Standard Operation Procedure) yang ada diperusahaan kepada
karyawan tetap maupun kontraktor.
2) Melaksanakan Studi Engineering pada setiap Operasional meliputi perbaikan,
pergantian dan perawatan peralatan kilang.
3) Menekankan budaya K3 di perusahaan kepada karyawan tetap maupun karyawan
kontraktor.
4) Memastikan kegiatan perbaikan harus diketahui oleh karyawan yang berada disekitar.
Hal itu bertujuan untuk mengantisipasi bahaya yang akan muncul.

13
5) Melakukan inspeksi secara berkala disetiap peralatan kilang terutama saat hendak
perbaikan.
6) Menyediakan sarana proteksi kebakaran aktif disetiap kilang seperti alarm kebakaran,
detektor kebakaran, detektor asap serta APAR.
2.4.6 Usaha-Usaha Penangulangan umum bahaya kebakaran
1) Tindakan Preventif
Usaha pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebakaran dengan maksud
menekan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran
antara lain:
o Mengadakan penyuluhan-penyuluhan
o Pengawasan terhadap bahan-bahan bangunan
o Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang-barang
o Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api
o Pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan sarana penyelamat jiwa
o Pengadaan sarana pengindera kebakaran
o Penegakan peraturan dan ketentuan
o Mengadakan latihan secara berkala
2) Tindakan Represif
Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud untuk
memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran seperti:
Pengamanan daerah kebakaran dan bahaya kebakaran
o Pelaksanaan evakuasi
o Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman
o Usaha-usaha pencarian :
1. Mencari sumber api untuk dipadamkan
2. Mencari orang-orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan terjebak
3. Mencari harta benda atau dokumen penting untuk diamankan

14
3) Tindakan Rehabilitatif
Upaya-upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakaran dengan maksud evaluasi dan
menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya, antara
lain :

1. Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan


2. Membuat pendataan menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran

Gambar 2.7. Upaya Penanggulangan secara Rehabilitatif

15
\

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun Simpulan yang dapat penulis uraikan pada bagian ini, yaitu:
1. Ledakan terjadi dikarenakan staf pemeliharaan melakukan pekerjaan pengelasan pada
tangki yang mengandung bensin diesel campuran.
2. Kecelakaan yang terjadi pada kasus gas exploison of jubail petrochemical plant, saudi
arabia disebabkan oleh kurangnya memperhatikan SOP (standard Operating Procedure)
di lingkungan kerja serta kurang memperhatikan 14 elemen Process Safety Management
(PSM).
3. Penggunaan alat pelindung diri dapat berguna dalam melindungi individu dari potensi
bahaya/kecelakaan kerja, dan mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
4. Analisa PSM (Process Safety Management) sangat penting untuk diperhatikan karena
sebagai Pedoman dalam mencegah dan mengatasi bahaya yang muncul di lingkungan
kerja.
5. SOP (Standard Operation Procedure) yang ada disetiap perusahaan wajib dipatuhi dan
taati demi keselamatan diri sendiri maupun orang lain.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada bahasaan kali ini, yaitu:
1. Program K3L harus lebih diperhatikan dan ditingkatkan lagi supaya para pekerja merasa
aman dan nyaman.
2. Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasikan program K3L untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3L yang nantinya juga
meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1998. Standard for Portable Fire Extinguishers. USA: National Fire Protection
Association (NFPA) 10.
Anonim. 1999. Installation of Sprinkler Systems. USA: National Fire Protection Association
(NFPA) 13.
Anonim. 2002. National Fire Alarm Code. USA: National Fire Protection Association (NFPA)
72.
Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3
Untuk Meminimalkan Kecelakan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Tahun 2008. Skripsi FKM
USU : Medan.
Centre. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010
tentang pelindung diri.
Depnaker – UNDP –ILO INS/84/012. 1987. Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran. Jakarta: Depnaker.
Fatmawati, R. 2009. Audit Keselamatan Kebakaran di Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009.
Jakarta: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hasibuan,Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksksara.
Heinrich, H.W. 1931. Industrial Accident Prevention. New York: Mc Graw Hill Book company.
Husni Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000, Ketentuan Teknis Pengamanan
Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Pemerintah.
Mathis, dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama, Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Salemba Empat Pressindo.

17

Anda mungkin juga menyukai