4.1 Pendahuluan
Untuk melengkapi mata kuliah Mekanika Fluida, maka mahasiswa diwajibkan untuk
melakukan praktikum fenomena dasar gesekan fluida dengan menggunakan alat H408 Fluid
Friction Apparatus.
Praktikum ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu memahami atau mengerti dan
mampu mempraktikan sebagian dari ilmu mekanika fluida yang berhubungan dengan kerugian
tekan yang meliputi kerugian tekan pada pipa lurus, pada belokan, pada perubahan penampang
secara tiba-tiba dan pada katup gerbang dan pengukuran debit aliran.
Praktikum yang dilkukan terdiri dari dua bagian yaitu pengukuran kerugian tekanan
dalam bentuk head loss dan debit aliran. Pengukuran head loss terdiri dari :
1. Head loss pada pipa lurus (halus/smooth atau kasar/rough).
2. Head loss pada pipa belokan (smooth bend ataumitre corner).
3. Sedangkan pegukuran debit aliran dilakukan menggunakan orifice dan ventury meter
33
4.3.1 Kerugian Tekanan
a. Kerugian tekanan pada pipa lurus
Ketika fluida mengalir pada pipa lurus, fluida akan mengalami kerugian energy
akibat adanya turbulensi dan gesekan. Kerugian energy ini dapat diukur dengan
kerugian tinggi tekan (head loss), h, yang sebanding dengan panjang pipa dan factor
gesekan, f. Factor gesekan,f, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (4.1).
2ℎ𝑔𝑑
𝑓= (4.1)
Lu2
Dengan:
u=Q/A (4.2)
Dimana:
u = Kecepatan fluida
g = Percepatan grafitasi 9.81 m/s2
d = Diameter pipa sebelah dalam
Q = Laju aliran volumetric yang diukur dalam percobaan
A = Luasan penampang pipa sebelah dalam
h = Perbedaan tinggi head pada sisi inlet dan outlet
Sebuah parameter tak berdimensi yang sangat penting untuk digunakan dalam
menganalisa pola aliran fluida adalah bilangan Reynold (Reynold number). Angka ini
merupakan perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya viskos dan dinyatakan
denga persamaan (4.3).
𝜌𝑢𝑑 𝑢𝑑
𝑅𝑒 = = (4.3)
μ v
34
Pipa kasar yang ada di laboratorium dibuat dengan cara melapisi dinding pipa
sebelah dalam dengan menggunakan pasir yang diameternya 0.5 mm, lihat gambar
(4.1). Diameter efektif pipa adalah sebesar 14 mm, sehingga kekasaran relatifnya ks/d =
0.036
Faktor gesekan untuk aliran dalam pipa kasar dengan Re > 2000 dapat dicari
dari diagram Moody, lihat gambar 4.2.
Tetapi head loss total, hL merupaka penjumlahan dari head loss karena
geometri belokan, kB dan karena gesekan, kf. Oleh sebab itu, kerugian aliran (head
loss) akibat geometri belokan sama dengan head loss total dikurangi head loss akibat
gesekan. Head loss total dapat dibaca melalui pengukuran langsung, sedangkan head
loss akibat gesekan, kf ditaksir dengan persamaan (4.6) untuk Re lebih dari 2000.
𝑓 𝐿𝑢2
ℎ𝑓 = (4.6)
2gd
f pada persamaan (4.6) ditaksir menggunakan persamaan (4.4). Jadi konstanta belokan
dapat dihitung dengan persamaan (4.7).
2 𝑔 (ℎ𝐿 −ℎ𝑓 )
𝑘𝐵 = (4.7)
𝑢2
36
4.3.2 Mengukur Debit Aliran Menggunakan Orifice Dan Ventury Meter
Kedua alat ukur ini memiliki prinsip kerja yang sama sehingga persamaan untuk
orifice berlaku juga untuk ventury, hanya bedanya adalah nilai koefisien
pengisian(discharge coefficient), Cd lihat table 4.1. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung debit aliran adalah sebagai berikut :
1⁄
2
2𝑔(ℎ1 −ℎ2 )
Q = 𝐶𝑑 𝐴1 ( 𝐴 2 ) (4.8)
( 1 ) −1
𝐴2
h1 dan h2 diukur, Cd dapat dari table 4.1 maka Q (laju aliran volumetrik) dapat dihitung
dengan persamaan (4.8)
Tabel 4.1 Dimensi dan nilai Cd untuk orifice dan venturi meter
Orifice Venturi Meter
Cd 0.601 0.96
d1 (m) 0.0519 0.026
d2 (m) 0.02 0.016
A1 (𝑚2 ) 0.002116 0.005309
A2 (𝑚2 ) 0.0003142 0.0002011
37
a. Kerugian tekan pada pipa lurus halus
1. Tutup katup pada pipa biru muda (globe valve) dan abu-abu (ball valve).
2. Buka katup pada pipa biru tua (gate valve) bukaaan penuh.
3. Hidupkan pompa dan alirkan air ke seluruh sirkuit sampai tidak ada udara didalam
aliran.
4. Tutup katup gate valve.
5. Hubungkan piezometer ke lubang/tapping yang sesuai dan atur ketinggian air
didalam piezometer (sekitar 600 mm).
6. Atur gate valve untuk mendapatkan debit aliran yang dikehendaki dan tunngu aliran
menjadi steady
7. Catat tinggi air didalam piezometer dan debit air menggunakan gelas ukur dan
stopwatch.
8. Lakukan prosedur 6 s/d 7 untuk 3 atau debit aliran yang berbeda
9. Lakukan prosedur yang sama untuk percobaan menggunakan pipa yang lain.
b. Kerugian tekan pada belokan
1. Tutup katup pada pipa biru tua (gate valve) dan abu-abu (ball valve).
2. Buka katup pada pipa biru muda (globe valve) bukaaan penuh.
3. Hidupkan pompa dan alirkan air ke seluruh sirkuit sampai tidak ada udara didalam
aliran.
4. Tutup katup globe valve.
5. Sambungkan piezometer dengan tiap-tiao belokan (bend).
6. Atur globe valve untuk mendapatkan debit aliran yang dikehendaki dan tunngu
aliran menjadi steady
7. Catat tinggi air didalam piezometer dan debit air menggunakn gelas ukur dan
stopwatch.
8. Ulangi prosedur 6 s/d 7 untuk mendapatkan 3 atau debit aliran yang berbeda
c. Pengukuran debit aliran
1. Tutup semua katup dan buka katup ball valve penuh dan hidupkan pompa agar air
bersirkulasi ke seluruh sirkuit. Tunggu hingga tidak ada udara dalam aliran.
2. Tutup katup ball valve dan hubungkan orifice dan venture meter dengan piezometer
melalui tapping yang sesuai.
38
3. Atur ketinggian air pada piezometer pada sekitar 600 mm dan tunggu sampai level
air sama.
4. Atur kembali ball valve dan tunggu hingga aliran mencapai steadi.
5. Catat tinggi air didalam piezometer dan debit air menggunakan gelas ukur dan
stopwatch.
6. Lakukan prosedur 4 s/d 5 untuk mendapatkan 3 atau debit aliran yang berbeda
7. Lakukan prosedur 4 s/d 6 untuk mendapatkan 3 atau debit aliran yang berbeda
𝑄 = 0.000139 m3/s
39
Menghitung perbedaan ketinggian (h) pada piezometer
h = h1 – h2
h = 0.492 m – 0.359 m
h = 0.133 m
A = 0.000145 m2
𝑢 = 0.958 m/s
40
Menghitung faktor gesekan dengan persamaan Blasius (fB)
𝑓𝐵 = 0.316 . 𝑅𝑒 −0.25
𝑓𝐵 = 0.316 . (13028.8)−0.25
𝑓𝐵 =0.029
Analog : Dengan cara yang sama, dengan menggunakan data tabel 4.2 untuk pengukuran 1
sa,mpai dengan 3didapat hasil perhitungan yang dapat dilihat dalam tabel 4.5
Pada perhitungan ini digunakan tabel 4.3 variasi bukaan katup 1 diperoleh
perhitungan sebagai berikut :
41
Taping
19
Taping
4
0.00005 𝑚3
𝑄 =
1.9 𝑠
𝑄 = 0.000026 𝑚3 /𝑠
42
Mencari kecepatan aliran (u)
Q
u=
A
0.000026 𝑚3 /𝑠
u=
0.000145 𝑚2
u = 0.179 m/s
43
Nilai u2/2g
𝑢2 (0.179 m/s)2
=
2g 2 . 9.81 𝑚/𝑠 2
= 0.001 m
44
4.6.3 Analisa Data Pengukuran Debit Aliran
Tabel 4.4 Hasil pengukuran debit aliran
Peng Orifice Ventury meter
Volu
N ukur Waktu
me h1 h2 h1 h2 h
o an t (s) h (m) Q Q
V (L) (m) (m) (m) (m) (m)
ke
1 0.52 1.9 0.600 0.513 0.614 0.550
2 0.53 1.9 0.600 0.513 0.614 0.550
1
3 0.52 1.9 0.600 0.513 0.614 0.550
1 0.57 1.9 0.533 0.430 0.578 0.490
2 2 0.60 2.0 0.533 0.430 0.578 0.490
3 0.54 1.8 0.533 0.430 0.578 0.490
1 0.67 2.0 0.568 0.449 0.574 0.484
3 2 0.68 2.0 0.568 0.449 0.574 0.484
3 0.66 2.0 0.568 0.449 0.574 0.484
45
Mencari laju aliran (Q) dengan persamaan (4.8)
1⁄
2
2g(h1 − h2 )
Q = Cd A1 ( )
A1 2
(A ) − 1
2
Cd yang digunakan adalah nilai Cd sebenarnya untuk orifice yang dapat dilihat
pada tabel 4.1 yaitu Cd = 0.601, dan untuk Cd Ventury dapat juga dilihat dalam
table 4.1 yaitu = 0.96 maka :
0.5
46
Mencari laju aliran (Q) dengan persamaan (4.8)
1⁄
2
2g(h1 − h2 )
Q = Cd A1 ( )
A1 2
(A ) − 1
2
Analog : Dengan cara yang sama, dengan menggunakan data tabel 4.4 variasi bukaan
katup 2 sampai variasi bukaan katup 3 didapat hasil perhitungan yang dapat
dilihat dalam tabel 4.7.
47
4.6.4 Tabel Hasil Perhitungan
Tabel 4.5 Hasil perhitungan kerugian tekanan pada pipa lurus halus.
Diameter Piezometer Faktor Faktor
Volume Laju Panjang
Wak dalam geseka gesekan
Debit Ke V (m3) Aliran pipa A (m2) u (m/s) (Re)
tu pipa h1 (m) h2 (m) ∆ℎ n Blasius
Q L (m)
t (s) d (m) (f) ( fB )
1 0.00032 2 0.000139 0.0136 0.912 0.492 0.359 0.133 0.000145 0.958 13028.8 0.0423 0.029
2 0.00355 2.2 0.001614 0.0136 0.912 0.492 0.359 0.133 0.000145 11.129 151348 0.0003 0.016
1
3 0.00037 2 0.000185 0.0136 0.912 0.492 0.359 0.133 0.000145 1.276 17351.72 0.0239 0.028
1 0.00051 2.3 0.000222 0.0136 0.912 0.488 0.267 0.221 0.000145 1.529 20797.6 0.0276 0.026
2 2 0.00555 2.3 0.002413 0.0136 0.912 0.488 0.267 0.221 0.000145 16.642 226326.8 0.0002 0.014
3 0.00053 2 0.000265 0.0136 0.912 0.488 0.267 0.221 0.000145 1.828 24855.17 0.0194 0.025
1 0.00052 1.9 0.000274 0.0136 0.912 0.487 0.248 0.239 0.000145 1.887 25669.69 0.0196 0.025
3 2 0.00055 2.1 0.000262 0.0136 0.912 0.487 0.248 0.239 0.000145 1.806 24564.86 0.0214 0.025
3 0.00054 2.1 0.000257 0.0136 0.912 0.487 0.248 0.239 0.000145 1.773 24118.23 0.0222 0.025
48
Tabel 4.6 Hasil perhitungan kerugian tekanan pada belokan
Keru
Piezometer Kerugi
Faktor gian
Laju an
N K V (m3) Gesekan gesek
2
Aliran d (m) L (m) A (m ) u (m/s) (Re) Beloka U2/2g k kB
o e Blasius an
Q n
h1 h2 hL fb hf
t (s) hb
(m) (m) (m)
1 0,00005 1,9 0,000026 0.0136 0.652 0,312 0,116 0,196 0.000145 0,179 2434,4 0,045 0,003 0,193 0,001 120,02 1,837
1 2 0,00005 1,9 0,000026 0.0136 0.652 0,312 0,116 0,196 0.000145 0,179 2434,4 0,045 0,003 0,193 0,001 120,02 1,837
3 0,00053 2,1 0,000252 0.0136 0.652 0,312 0,116 0,196 0.000145 1,738 23640,0 0,0255 0,188 0,0079 0,154 1,273 0,0510
1 0,00006 2,2 0,000027 0.0136 0.652 0,284 0,059 0,225 0.000145 0,188 2554,6 0,0444 0,004 0,2212 0,002 125,118 122,9870
2 2 0,00006 2,1 0,000029 0.0136 0.652 0,284 0,059 0,225 0.000145 0,197 2676,2 0,0439 0,004 0,2208 0,002 114,002 111,8957
3 0,00055 2 0,000275 0.0136 0.652 0,284 0,059 0,225 0.000145 1,894 25758,7 0,0249 0,219 0,0064 0,183 1,231 0,0348
1 0,00065 2,4 0,000271 0.0136 0.652 0,273 0,035 0,238 0.000145 1,865 25368,4 0,0250 0,213 0,0251 0,177 1,342 0,1417
3 2 0,00062 2,2 0,000282 0.0136 0.652 0,273 0,035 0,238 0.000145 1,941 26397,4 0,0248 0,228 0,0098 0,192 1,239 0,0509
3 0,00063 2,2 0,000286 0.0136 0.652 0,273 0,035 0,238 0.000145 1,972 26823,1 0,0247 0,235 0,0033 0,198 1,200 0,0167
49
Tabel 4.7 Hasil perhitungan pengukuran debit aliran
Pen
Volume Wa
guk
No V (m3) ktu Orifice Ventury meter
uran
t (s)
ke
h2 h2
h1 (m) ∆ℎ m Q (m3/s) Cd Q h1 (m) ∆ℎ Q (m3/s) Cd Q
(m) (m)
1 0,00052 1.9 0,600 0,513 0,088 0,00025 0,601 0,00002202 0,614 0,55 0,064 0,00025 0,96 0.00003599
2 0,00053 1.9 0,600 0,513 0,088 0,00016 0,601 0,00002202 0,614 0,55 0,064 0,00016 0,96 0,00003599
1
3 0,00052 1.9 0,600 0,513 0,088 0,00015 0,601 0,00002202 0,614 0,55 0,064 0,00015 0,96 0,00003599
1 0.00057 1.9 0,533 0,43 0,103 0,00029 0,601 0,0000295 0,578 0,49 0,088 0,00029 0,96 0,00004358
2 2 0,0006 2.0 0,533 0,43 0,103 0,00031 0,601 0,0000295 0,578 0,49 0,088 0,00031 0,96 0,00004358
3 0,00054 1.8 0,533 0,43 0,103 0,00029 0,601 0,0000295 0,578 0,49 0,088 0,00029 0,96 0,00004358
1 0,00067 2.0 0,568 0,449 0,119 0,00032 0,601 0,0000317 0,574 0,484 0,090 0,00032 0,96 0,00004407
3 2 0,00068 2.0 0,568 0,449 0,119 0,00031 0,601 0,0000317 0,574 0,484 0,090 0,00031 0,96 0,00004407
3 0,00066 2.0 0,568 0,449 0,119 0,00027 0,601 0,0000317 0,574 0,484 0,090 0,00027 0,96 0,00004407
50
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dibuat grafik hubungan antara Re dengan faktor gesekan (
f) dan Re dengan faktor gesekan blasius (fB ) seperti pada gambar berikut:
1
0.9
0.8
F DAN F-BLASIUS
0.7
0.6
0.5
0.4 Fb
0.3 f
0.2
0.1
0
Re
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dibuat grafik hubungan antara u2/ 2g dengan hL dan
hubungan antara Re dengan kB dan k seperti pada gambar berikut :
0.3
0.25
y = 8E-07x + 0.2076
R² = 0.263
0.2
hL
0.15
hL
0.1 Linear (hL)
0.05
0
-5000 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
u2/ 2g
51
K Kb
300
250 122.987
111.8957
200
KB DAN K
150 1.837
1.837
120.02 120.02 125.118
114.002
100
50
0.1417 0.0509 0.0167
0 0.051 1.273 0.0348
1.231 1.342 1.239 1.2
13028.8 151348 17351.72 20797.6 226326.8 24855.17 25669.69 24564.86 24118.23
-50
RE
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dibuat grafik hubungan antara hl dengan Q ukur dan Q
hitung pada orifice dan venturimeter seperti pada gambar berikut :
0.00020
0.00017 0.00016
0.00015 0.00015
0.00010
0.00005
0.00002202 0.000022020.00002950.00002950.00002950.00003170.00003170.0000317
0.00002202
0.00000
0.088 0.088 0.088 0.103 0.103 0.103 0.119 0.119 0.119
Q ukur Q perhitungan
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara hl dengan Q ukur dan Q perhitungan pada orifice
52
h dengan Q ukur dan Q perhitungan
0.00035
0.00031 0.00032 0.00031
0.00030
0.00029 0.00029
0.00027
0.00025
0.00020
0.00017 0.00016
0.00015 0.00015
0.00010
0.00005
1.39372E-05
1.39372E-05
1.39372E-05
0.00000 2.15524E-06 2.15524E-065.891E-065.891E-065.891E-06
2.15524E-06
0.03 0.03 0.03 0.082 0.082 0.082 0.088 0.088 0.088
Q ukur Q perhitungan
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara hl dengan Qukur dan Q perhitungan pada ventury
4.6.5 Pembahasan
Pada grafik hubungan Reynold number (Re) dengan faktor gesekan (f) dan Reynold
number (Re) dengan faktor gesekan menggunakan persamaan Blasius (fB) diatas, terlihat
kedua garis tidak saling berhimpit. Hal ini terjadi, karena keadaan fluida yang tidak steady
pada perbedaan ketinggian piezometer, sehingga berpengaruh terhadap perhitungan faktor
gesekan (f). Sedangkan, perubahan kecil pada perbedaan ketinggian fluida dalam
piezometer mempunyai pengaruh yang sangat besar. Dimana jika (lihat persamaan 4.1)
perbedaan ketinggian fluida semakin besar maka akan menyebabkan faktor gesekan pada
pipa akan semakin besar dan sebaliknya jika perbedaan ketinggian pada piezometer kecil,
faktor gesekan pada pipa juga akan semakin kecil. Pada praktikum ini, faktor gesekan
terbesar (f = 0.0276) didapatkan pada (Re = 20797.6) dan faktor gesekan terkecil (f =
0.0002) didapatkan pada (Re = 226236.6).
Pada grafik hubungan u2/2g dengan head loss (hL) diatas, terlihat grafiknya tidak
beraturan. Seharusnya grafik hubungan u2/2g dengan head loss (hL) membentuk garis
linear. Hal ini terjadi karena pada saat praktikum dilakukan, alat praktikum yang digunakan
tidak terkalibrasi dengan baik. Sehingga data yang diperoleh menjadi tidak akurat. Pada
praktikum ini, head loss terkecil (hL= 0.196 m) didapat pada nilai (u2/2g = 0.001 m).
53
Sedangkan untuk nilai head loss terbesar (hL= 0.238 m) didapatkan pada nilai (u2/2g =
0.177 m).
Pada grafik hubungan Reynold number (Re) dengan konstanta kerugian tinggi tekan
(k) dan Reynold number (Re) dengan konstanta kerugian belokan (kB) diatas, terlihat bentuk
kedua garis tersebut relatif sama. Namun, nilai konstanta kerugian tinggi tekan (k) akan
lebih tinggi dari pada konstanta kerugian belokan (kB). Hal ini diakibatkan karena konstanta
kerugian tinggi tekan (k) ini tidak dipengaruhi oleh kerugian akibat gesekan (hf) (lihat
persamaan (4.8)). Sedangkan, nilai perhitungan kerugian belokan (kB) diakibatkan kondisi
fluida pada perbedaan ketinggian pada piezometer tidak dalam keadaan diam. Akibatnya,
perubahan kecil pada perbedaan ketinggian variabel (hL) sangat besar pengaruhnya
terhadap nilai variabel kerugian belokan (kB).
Pada grafik hubungan perbedaan ketinggian (h) dengan laju aliran (Q) baik untuk
orifice ataupun venturimeter diatas, terlihat dua kondisi keadaan. Pertama, laju aliran (Q)
relatif akan terus meningkat jika perbedaan ketinggian (h) semakin besar. Ini merupakan
hal biasa yang terjadi karena laju aliran fluida (Q) dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida
(u). Kedua, garis grafik tidak saling berhimpit sama lain. Hal ini diakibatkan karena kondisi
fluida pada perbedaan ketinggian pada piezometer tidak dalam keadaan diam. Akibatnya,
perubahan kecil pada perbedaan ketinggian variabel (h) sangat besar pengaruhnya terhadap
nilai variabel laju aliran (Q). Pada praktikum ini, untuk orifice laju aliran Q ukur
didapatkan laju aliran terbesar (Q = 0,00032 m3/s) pada (h = 0.119 m) dan laju aliran
terkecil (Q = 0,00015 m3/s) pada (h = 0.088 m). Sedangkan laju aliran yang dihitung (Q
hitung) dengan persamaan (4.8), laju aliran terbesar (Q = 0.0000317 m3/s) pada (h = 0.119
m) dan laju aliran terkecil (Q = 0,00002202 m3/s) pada (h = 0.088 m). Untuk venturimeter,
laju aliran ukur (Q ukur) mendapatkan laju aliran terbesar (Q = 0.00032 m3/s) pada (h =
0.090 m) dan laju aliran terkecil (Q = 0.00015m3/s) pada (h = 0.064 m). Sedangkan, laju
aliran yang dihitung (Q hitung) dengan persamaan (4.8), laju aliran terbesar (Q =
0.00004407m3/s) pada (h = 0.090 m) dan laju aliran terkecil (Q = 0.00003599m3/s) pada
(h = 0.064 m).
Laju aliran hitung dan ukur pada orifice seharusnya sama, namun dalam praktikum
ini laju aliran hitung terjadi perbedaaan. Hal ini juga terjadi pada venturimeter. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi antara lain:
54
1. Alat yang digunakan pada saat praktikum tidak terkalibrasi dengan baik.
2. Kesalahan dalam pembacaan alat ukur.
3. Bab yang dipelajari masih baru, sehingga prosedur praktikum banyak yang belum
dipahami.
4.7 Penutup
4.7.1 Kesimpulan
1. Pada pengujian kerugian aliran pada pipa lurus, bahwa semakin besar perbedaan
tinggi (h) maka bilangan Reynold (Re) akan semakin besar pula, sedangkan
factor gesekan (f) dan factor gesekan blasius (fB) akan semakin mengecil.
Kerugian aliran h (head loss) diketahui pada pipa lurus halus sebesar 0.133 m
dan faktor gesekan (f) yang terkecil diketahui pada pipa lurus halus sebesar
0.0003.
1. Pada pengujian kerugian aliran pada belokan, bahwa semakin besar perbedaan
tingginya (hL) maka nilai bilangan reynold (Re), kerugian belokan (hB) dan
konstanta belokan (KB) akan semakin besar pula, sedangkan factor gesekan (fB)
semakin mengecil. Kerugian aliran hL (head loss) ditentukan pada 90º siku-siku
sebesar 0.238 m dan konstanta kerugian belokan (kB) ditentukan pada 90º siku-
siku sebesar 0.1417.
2. Untuk Orifice ataupun Venturi meter diatas, terlihat dua kondisi keadaan.
Pertama, laju aliran (Q) relatif akan terus meningkat jika perbedaan ketinggian
(h) semakin besar. Debit aliran yang diukur menggunakan orifice dan
venturimeter memiliki nilai Q ukur yang sama, yaitu sebesar 0.00025 m3/s.
4.7.2 Saran
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan ketinggian fluida pada
piezometer, pastikan tidak ada udara dalam aliran pipa sebelum alat fluid friction
dihibungkan ke piezometer.
2. Dalam pengambilan data volume fluida yamg mengalir pada tiap bukaan katup
usahakan jumlah volume yang diambil konstan dengan volume.
55