Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR MESIN

PENGUKURAN KOEFISIEN ALIRAN DAN


PERCOBAAN/PENGUJIAN TEKUK (BUCKLING)

Oleh:
1. Muhamad Yedi Septiadi 2114172001
2. Satrio Septiawan 2114172002
3. Dimas Fathur Rahman 2114172004
4. Asep Suherman 2114172005
5. Gilvan Ahmad Maulana Azhar 2114172006
6. Cahya Media Permana 2111121074

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI – 2018
MODUL 1
1.1 Tujuan dan Ruang Lingkup Praktikum
Menghitung dan membandingkan nilai koefisien debit venturimeter, koefisien
debit orificemeter dan koefisien kerugian head minor terhadap variasi nilai debit
aliran yang ada.
Percobaan yang dilakukan meliputi:
1. Perhitungan dan analisa koefisien debit venturimeter
2. Perhitungan dan analisa koefisien debit orificemeter
3. Perhitungan dan analisa koefisien kerugian head minor pada pembesaran
penampang tiba-tiba (sudden expansion channel), saluran venturi, union
socket, elbow 90o.

1.2 Dasar Teori


a. Venturimeter
Saluran venturi adalah saluran konvergen-divergen yang dapat digunakan
sebagai alat ukur debit atau kecepatan aliran. Panjang saluran konvergen
cenderung lebih pendek dibandingkan dengan saluran divergen.

Gambar 1.1 Aliran pada Saluran Venturi


Persamaan kontinuitas untuk saluran tersebut adalah
Q1 = Q2 (1)
V1 . A1 = V2 . A2 (2)
(3)
V1 . D12 = V2 . D22
Penerapan persamaan Bernoulli untuk saluran venturi dengan asumsi kerugian head
diabaikan dapat ditulis sebagai berikut.
𝑃1 𝑉12 𝑃2 𝑉22
+ + 𝑧1 = + + 𝑧2 (4)
𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔
Jika elevasi titik 1 dan titik 2 sama, maka
𝑃1 𝑉12 𝑃2 𝑉22
+ = + (5)
𝜌 2 𝜌 2
𝑃1 − 𝑃2 𝑉22 − 𝑉12 (6)
=
𝜌 2
Dari persamaan 3 dan 6 kecepatan atau debit aliran di titik 2 dapat dicari melalui
persamaan berikut

2(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑉2 = (7)
√ 𝐷 4
𝜌 [1 − ( 2⁄𝐷 ) ]
1

2(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑄𝑣 = 𝑄2 = 𝐴2 (8)
√ 𝐷 4
𝜌 [1 − ( 2⁄𝐷 ) ]
1

Dimana 𝑃1 = 𝜌𝑔ℎ1 dan 𝑃2 = 𝜌𝑔ℎ2 (9)


Nilai debit yang didapatkan dari persamaan 8 adalah nilai debit aliran yang terukur
oleh venturimeter dimana kerugian head aliran pada saluran venturi tidak
diperhitungkan. Nilai debit sebenarnya (QAV) dapat dicari dengan cara mengalikan
debit hasil perhitungan persamaan 8 (QV) dengan koefisien debit venturimeter
(CDV).
QAV = CDV . QV (10)
Pada praktikum kali ini, nilai koefisien debit venturimeter tidak diketahui, namun
nilai debit sebenarnya dapat dilihat dari penunjukan nilai di rotameter. Sehingga,
dengan membagi nilai debit venturi dengan nilai debit sebenarnya (atau debit
rotameter, Qrot), nilai koefisien debit dapat dihitung.
b. Orificemeter
Orificemeter adalah alat ukur debit yang bekerja dengan cara menghambat
aliran fluida menggunakan membran berlubang. Perbedaan tekanan pada sisi hulu
dan hilir setelah melewati membran dapat digunakan untuk menghitung besarnya
kecepatan atau debit aliran dengan menggunakan persamaan 11 dan 12, dimana
harga p1 dan p2 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 9. Harga h1 dan h2
masing-masing adalah tinggi kolom air pada manometer.

Gambar 1.2 Penampang Orificemeter

2(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑉2 =
√ 𝐷 4
(11)
𝜌 [1 − ( 2⁄𝐷 ) ]
1

2(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑄𝑜 = 𝑄2 = 𝐴2
√ 𝐷2 4 (12)
𝜌 [1 − ( ⁄𝐷 ) ]
1

Serupa dengan venturimeter, alat ini (orificemeter) memiliki nilai koefisien


debit orificemeter (CDO) untuk perhitungan debit aliran sebenarnya (CAO). Nilai
debit sebenarnya dihitung dengan mengalikan nilai koefisien debit venturi dengan
nilai debit hasil perhitungan menggunakan persamaan 12 (QO).

(13)
QAo = CDo . Qo

Atau dengan kata lain, jika debit sebenarnya dan pengurangan tekanan
bagian hulu dan hilir orificemeter terukur, maka nilai koefisien debit orificemeter
dapat dihitung. Nilai koefisien debit ini dipengaruhi oleh nilai debit aliran yang
diukur, sehingga perlu dilakukan perhitungan pada beberapa variasi nilai debit
aliran.

c. Kerugian Head Minor


Energi aliran pada saluran akan berkurang akibat adanya beberapa kerugian
aliran, antara lain yaitu kerugian aliran major dan minor. Parameter energi pada
aliran fluida seringkali dinyatakan dalam satuan panjang, besaran ini dikenal
dengan nama head. Kerugian aliran dapat disebut kerugian head karena masih
membahas tentang pengurangan energi aliran antara bagian hulu dan hilir.
Kerugian head major disebabkan oleh adanya gesekan yang terjadi antara
fluida yang bergerak dengan dinding saluran yang diam. Adapun kerugian head
minor disebabkan oleh adanya perubahan bentuk pola aliran akibat adanya
sambungan, percabangan, katup, perubahan dimensi dan atau geometri penampang
(14)
saluran, dsb. Besaran kerugian head minor (HL-minor) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut jika nilai kecepatan aliran (V) dan koefisien
kerugian minor (KL) diketahui.
𝑉2
𝐻𝐿𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝐿
2. 𝑔
Pada praktikum kali ini, harga koefisien kerugian minor dari saluran dengan
pembesaran penampang tiba-tiba (sudden expansion channel) saluran venturi,
union socket (atau dikenal dengan watermur) dan elbow 90o (belokan 90o) dihitung
dengan menggunakan persamaan 14. Harga kecepatan aliran dihitung dari debit
dan diameter saluran, sedangkan kerugian head aliran didapat melalui pengukuran
tinggi kolom air bagian hulu dan hilir.
1.3 Teori Tambahan
Macam-macam aliran fluida.
a. Aliran Steady.
Suatu aliran fluida disebut steady jika aliran yang mana kondisi alirannya
(kecepatan, tekanan, densitas, dsb) tidak berubah dengan waktu. sebagai contoh :
pada saat kita membuka kran dengan bukaan kran yang tetap maka aliranya adalah
steady flow. Suatu aliran yang tidak terjadi perubahan baik besar maupun arah,
dengan kata lain tidak terjadi perubahan penampang. Kondisi ini bisa digambarkan
dengan persamaan.
𝑑𝑄 𝑑ℎ 𝑑𝑣
= 0, = 0, = 0 (15)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Keterangan : Q = debit
h = kedalaman aliran
v = kecepatan aliran
t = waktu
b. Aliran Unsteady.
Jika terdapat perubahan kecepatan terhadap waktu dalam aliran tersebut
sebagai contoh : pada saat kita memutar penutup kran maka air yang mengalir
adalah unsteady flow. Suatu aliran yang dalam kondisi berubah baik kecepatan
maupun penampang berubah. Aliran dengan parameter alirannya berubah dari
waktu ke waktu. Kondisi ini bisa digambarkan dengan persamaan.
𝑑𝑄 𝑑ℎ 𝑑𝑣
≠ 0, ≠ 0, ≠ 0 (16)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Berikut contoh grafik aliran (A) steady laminar, (B) non-steady laminar dan
(C) steady turbulent.
c. Aliran Laminar
Aliran Laminar adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-
lapisan membentuk garis-garis alir yang tidak berpotongan satu sama lain. Aliran
ini mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300.

Gambar 1.3 Aliran Laminar


d. Aliran Turbulent
Aliran Turbulent adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara
acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi.. Aliran
turbulen mempunyai bilangan reynold yang lebih besar dari 3000.

Gambar 1.4 Aliran Turbulent


𝜌.𝑣.𝑑
dimana 𝑅𝑒 = 𝜇

ρ = massa jenis (kg/m3)


v = kecepatan aliran (m/s)
d = diameter (m)
µ = viskositas dinamik
1.4 Instalasi Alat

Gambar 1.5 Instalasi Alat

1.5 Peralatan
1. Tangki berisi air
2. Pompa air
3. 2 buah katup
4. Tabung eksperimen
5. Rotameter
6. Saklar
7. Kolom air (manometer)

1.6 Prosedur Percobaan


1. Pastikan tangki penampung air terisi kira-kira 2/3 tinggi tangka.
2. Hubungkan kabel listrik ke sumber daya.
3. Atur saklar MCB pada posisi on.
4. Pastikan tombol saklar darurat (tombol panik) tidak dalam kondisi aktif.
5. Atur seluruh katup pada kondisi terbuka penuh.
6. Tekan tombol on-off untuk mengontrol operasional pompa air.
7. Atur debit aliran pada tabung eksperimen dengan mengkondisikan katup 1 dan
2 secara bergantian (konsultasikan detail operasional dengan pembimbing
praktikum)
8. Catat debit sebenarnya sesuai nilai yang ditunjukkan oleh rotameter.
9. Catat ketinggian kolom air saluran dengan pembesaran penampang tiba-tiba,
saluran venturi, orificemeter, union socket, dan elbow 90o.
10. Ulangi percobaan dengan nilai debit yang berbeda (konsultasikan nilai debit
dengan pembimbing praktikum).

1.7 Tabel Percobaan


QRot hA hB hC hD hE hF hG hH hI hJ
No.
[gpm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm]
1 2 180 170 180 120 165 160 110 140 120 110
2 3 270 260 295 150 255 250 125 170 170 150
3 4 255 250 330 110 300 305 100 190 190 160
4 5 345 340 465 120 430 435 110 250 250 200
5 6 490 480 665 155 615 625 135 340 340 275

1.8 Tabel Perhitungan


hA - hB hC - hD hC - hE hF - hG hH - hI hI - hJ
No
[mm] [mm] [mm] [mm] [mm] [mm]
1 10 60 15 50 20 10
2 10 145 40 125 0 20
3 5 220 30 205 0 30
4 5 345 35 325 0 50
5 10 510 50 490 0 65
QRot QRot QV CDV QO CDO
No
[Gpm] [Lps] [Gpm] [ ] [Gpm] [ ]
1 2 465 175 0,002150538 459,1309613 0,002151
2 3 684 272,0485557 0,001461988 407,3487028 0,001462
3 4 906 335,0994877 0,001103753 521,6608704 0,001104
4 5 1134 419,6352583 0,000881834 656,8300471 0,000882
5 6 1362 510,2082908 0,000734214 806,5092841 0,000734

DSUDDEN CONT : 1,2 DUNION SOCKET : 2,58


DVENTURI : 2,5 DELBOW 90 : 2,58
2 2 2
QRot V /2g V /2g V /2g V 2/2g
No Sudden Contr Venturi Ch Union Socket Elbow 90
[Lps]
1 465 49,03061224 2,824163265 2,494632315 2,494632
2 684 106,0897959 6,110772245 5,397750937 5,397751
3 906 186,1306122 10,72112327 9,470153826 9,470154
4 1134 291,6 16,79616 14,83633897 14,83634
5 1362 420,644898 24,22914612 21,40202432 21,40202

KL KL KL KL
QRot Union
No Sudden Contr Venturi Ch Elbow 90
Socket
[Lps]
1 465 49,03061224 16,94497959 4,98926463 2,494632315
2 684 106,0897959 88,60619755 0 10,79550187
3 906 93,06530612 235,8647118 0 28,41046148
4 1134 145,8 579,46752 0 74,18169484
5 1362 420,644898 1235,686452 0 139,1131581

1.9 Analisa Data


Setelah mendapatkan data dari hasil praktikum dan mengolah data tersebut, banyak
faktor yang mempengaruhi tekanan pada manometer, faktor tersebut adalah Head Loss
Minor yang terdapat pada SC, saluran venturi, orificemeter, union socket, dan elbow
90o. Selain itu, adanya udara yang belum di venting juga mempengaruhi pembacaan
tekanan pada manometer.
1.10 Kesimpulan
1. Pada venturimeter, semakin besar Qrot maka nilai CDV semakin kecil. Dapat
dilihat pada table perhitungan.
2. Begitu juga pada orificemeter, semakin besar Qrot maka nilai CDO semakin
kecil. Dapat dilihat pada table perhitungan.
3. Nilai koefisien kerugian head minor terhadap variasi nilai debit aliran.
a. Semakin besar Qrot makan KL pada SC semakin besar
b. Semakin besar Qrot makan KL pada Saluran Venturi semakin besar
c. Semakin besar Qrot makan KL pada union socket semakin kecil
d. Semakin besar Qrot makan KL pada elbow 90o semakin besar.

1.11 Daftar Pustaka


1. Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin
2. http://learningfluidmechanics.blogspot.com/2014/12/macam-macam-aliran-
fluida.html
1.12 Tugas Laporan Akhir
1. Buat perhitungan koefisien debit venturimeter, orificemeter dan koefisien
kerugian head minor dari sudden expasion channel, saluran venturi, union
socket dan elbow 90°
Jawaban:
a. Koefisien debit venturimeter

2(𝑝1 − 𝑝2)
𝑄𝑣 = 𝐴2√ 4
𝜌(1 − (𝐷2⁄𝐷1)

𝑝1 = 𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ1
𝐾𝑔
𝑝1 = 10 3 𝑥981𝑥18
𝑐𝑚
𝐾𝑔
𝑝1 = 176.400
𝑐𝑚 𝑠 2

𝑝2 = 𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ2
𝐾𝑔
𝑝2 = 10 3 𝑥981𝑥12
𝑐𝑚
𝐾𝑔
𝑝2 = 117.600
𝑐𝑚 𝑠 2

2(𝑝1 − 𝑝2)
𝑄𝑣 = 𝐴2√ 4
𝜌(1 − (𝐷2⁄𝐷1)

𝐾𝑔
2(176.400 − 117.600) 𝑐𝑚
𝑄𝑣 = 1.252 √
𝐾𝑔 4
10 𝑐𝑚 (1 − (1.25⁄2.5)
𝑄𝑣 = 174.9 𝑠 2
Qrot = 2 Gpm = 465 Lps
𝑄𝑎𝑣 = 𝑄𝑟𝑜𝑡. 𝑄𝑣
𝑙
𝑄𝑎𝑣 = 465 . 174.9 𝑠 2
𝑠
𝑙
𝑄𝑎𝑣 = 0.37
𝑠
𝑄𝑎𝑣
𝐶𝑑𝑣 =
𝑄𝑣
𝑙
0.37 𝑠
𝐶𝑑𝑣 =
174.9 𝑠 2
𝑙
𝐶𝑑𝑣 = 0.0021
𝑠3
b. Koefisien debit Orificemeter
2(𝑝1 − 𝑝2)
𝑄𝑜 = 𝐴2√ 4
𝜌(1 − (𝐷2⁄𝐷1)

𝑝1 = 𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ1
𝐾𝑔
𝑝1 = 10 3 𝑥981𝑥16
𝑐𝑚
𝐾𝑔
𝑝1 = 156.800
𝑐𝑚 𝑠 2

𝑝2 = 𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ2
𝐾𝑔
𝑝2 = 10 3 𝑥981𝑥11
𝑐𝑚
𝐾𝑔
𝑝2 = 107.800
𝑐𝑚 𝑠 2

2(𝑝1 − 𝑝2)
𝑄𝑜 = 𝐴2√ 4
𝜌(1 − (𝐷2⁄𝐷1)
𝐾𝑔
2(156.800 − 107.800) 𝑐𝑚
𝑄𝑜 = 1.552 √
𝐾𝑔 4
10 𝑐𝑚 (1 − (1.55⁄2.5)
𝑄𝑜 = 459.1 𝑠 2
Qrot = 2 Gpm = 465 Lps
𝑄𝑎𝑜 = 𝑄𝑟𝑜𝑡. 𝑄𝑜
𝑙
𝑄𝑎𝑜 = 465 𝑥 459.1.9 𝑠 2
𝑠
𝑙
𝑄𝑎𝑜 = 0.98
𝑠
𝑄𝑎𝑜
𝐶𝑑𝑜 =
𝑄𝑜
𝑙
0.98 𝑠
𝐶𝑑𝑜 =
459.1 𝑠 2
𝑙
𝐶𝑑𝑜 = 0.0021
𝑠3

c. Koefisien head loss minor sudden expansion channel


𝑄𝑟𝑜𝑡 = 𝐴1 𝑥 𝑉1
𝑄𝑟𝑜𝑡
𝑉1 =
𝐴1
𝑄𝑟𝑜𝑡
𝑉1 = 2
𝐷
𝑙
465 𝑠
𝑉1 =
1.252 𝑐𝑚
𝑙
𝑉1 = 310
𝑠 𝑐𝑚2
𝑉2
𝐻𝐿𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝐿.
2. 𝑔
3102
𝐾𝐿 = 𝐻𝐿 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟.
2.980
3102
𝐾𝐿 = 1.
2.980
𝑙. 𝑠
𝐾𝐿 = 49.03 2
𝑐𝑚
d. Koefisien head loss minor venturi
𝑄𝑟𝑜𝑡 = 𝐴1 𝑥 𝑉1
𝑄𝑟𝑜𝑡
𝑉1 =
𝐴1
𝑄𝑟𝑜𝑡
𝑉1 = 2
𝐷
𝑙
465 𝑠
𝑉1 =
2.52 𝑐𝑚
𝑙
𝑉1 = 74.4
𝑠 𝑐𝑚2
𝑉2
𝐻𝐿𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝐿.
2. 𝑔
74.42
𝐾𝐿 = 𝐻𝐿 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟.
2.980
3102
𝐾𝐿 = 6.
2.980
𝑙. 𝑠
𝐾𝐿 = 16.94 2
𝑐𝑚

e. Koefisien head loss minor union socket


𝑄𝑟𝑜𝑡 = 𝐴1 𝑥 𝑉1
𝑄𝑟𝑜𝑡
𝑉1 =
𝐴1
𝑄𝑟𝑜𝑡
𝑉1 = 2
𝐷
𝑙
465 𝑠
𝑉1 =
2.582 𝑐𝑚
𝑙
𝑉1 = 69.85
𝑠 𝑐𝑚2
𝑉2
𝐻𝐿𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝐿.
2. 𝑔
69.852
𝐾𝐿 = 𝐻𝐿 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟.
2.980
69.852
𝐾𝐿 = 2.
2.980
𝑙. 𝑠
𝐾𝐿 = 4.98 2
𝑐𝑚
f. Koefisien head loss minor union socket
𝑄𝑟𝑜𝑡 = 𝐴1 𝑥 𝑉1
𝑄𝑟𝑜𝑡
𝑉1 =
𝐴1
𝑄𝑟𝑜𝑡
𝑉1 = 2
𝐷
𝑙
465
𝑉1 = 𝑠
2.582 𝑐𝑚
𝑙
𝑉1 = 69.85
𝑠 𝑐𝑚2
𝑉2
𝐻𝐿𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝐿.
2. 𝑔
69.852
𝐾𝐿 = 𝐻𝐿 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟.
2.980
69.852
𝐾𝐿 = 1.
2.980
𝑙. 𝑠
𝐾𝐿 = 2.49 2
𝑐𝑚
2. Buat diagram koefisien debit terhadap debit debit aliran ( debit
rotameter) dan koefisien kerugian head minor terhadap debit aliran
(debir rotameter) untuk hasil perhitungan no.1

Koefisien Debit Terhadap Debit


Aliran Venturimeter
6
5
4
3
2

0.002150538 0.001461988 0.001103753 0.000881834 0.000734214


1 2 3 4 5

cdv Qrot (GPM)

Koefisien Debit Terhadap Debit


Aliran Orificemeter
6
5
4
3
2

0.002150538 0.001461988 0.001103753 0.000881834 0.000734214


1 2 3 4 5

cdo Qrot (GPM)


Koefisien Head Minor Terhadap Debit
Aliran
Venturimeter
1362
1235.686452
1134
906
684
579.46752
465
235.8647118
16.94497959 88.60619755
1 2 3 4 5

Qrot (LPS) KL Venturi

Koefisien Head Minor Terhadap Debit


Aliran
Sudden Expansion Channel
1362
1134
906
684
465 420.644898
106.0897959 93.06530612 145.8
49.03061224
1 2 3 4 5

Qrot (LPS) KL SC
Koefisien Head Minor Terhadap Debit
Aliran
Union Socket
1362
1134
906
684
465

4.98926463 0 0 0 0
1 2 3 4 5

Qrot (LPS) KL US

Koefisien Head Minor Terhadap Debit


Aliran
Elbow 90
1362
1134
906
684
465

74.18169484 139.1131581
2.494632315 10.79550187 28.41046148
1 2 3 4 5

Qrot (LPS) KL Elbow


3. Apakah nilai koefisien debit dan koefisien kerugian head minor berubah
seiring adanya variasi debit aliran?
Ya, dikarenakan penambahan debit akan meningkatkan kecepatan aliran
sehingga menghasilkan koefisien yang berbeda – beda disetiap
peningkatannya.

4. Faktor – faktor apakah yang menyebabkan munculnya pengurangan tekanan


dari bagian hulu ku hilir di setiap percobaan ini?
 Faktor Head Loss Minor
Yakni dari perubahan ukuran diameter pipa seperti sudden expansion
channel, saluran venturi, orificemeter, union socket dan elbow 90
 Faktor Head Loss Major
Yakni gesekan dengan permokaan pipa, mau pipa lurus ataupun pipa elbow
 Faktor Kecepatan Aliran
Yakni perubahan kecepatan aliran diakibatkan perbedaan luas penampang.

5. Berikan kesimpulan dari hasil analisa kalian dari percobaan ini !


Segala perubahan tekanan diakibatkan oleh perubahan kecepatan aliran yang
disebabkan oleh perubahan luas permukaan yang dilewati aliran tersebut, dapat
kita lihat pada tabel percobaan.
Pada tabel tersebut dapat kita lihat head venturimeter (hc-hd), hc lebih besar
dibandingkan hd karena terdapat perubahan diameter pipa dari 25mm ke
12.5mm sehingga menurunkan tekanan.
1.13 Lampiran
Foto Alat Uji (Flow Measuring)
MODUL 2
A. Tujuan dan RuangLingkupPraktikum
1. Tujuan
Tujuan dibuatnya laporan praktikum ini adalah untuk menunjukan peristiwa
kebenaran persamaan Euler dalam memprediksi fenomena tekukan pada
batang dengan variasi tumpuan di masing-masing ujung batang.
2. Ruang Lingkup Praktikum
Percobaan yang dilakukan meliputi perhitungan dan analisa fenomena
tekuk (buckling) pada batang dengan beberapa variasi tumpuan di masing-
masing ujungnya.
B. Dasar Teori
Tekukan dapat terjadi pada batang yang menerima beban tekan seperti
tampak pada Gambar 2.1. Pada batang yang langsing, yaitu batang dengan
nilai perbandingan panjang terhadap jari-jari girasi penampang yang besar,
batang dapat tertekuk sebelum tegangan normal dari beban yang diijinkan
tercapai. Peristiwa tekukan dapat dianalisa secara matematis sehingga
menghasilkan persamaan Euler seperti pada gambar

Gambar 2.1 Fenomena Buckling Akibat Ketidakstabilan Struktur


C. Teori Tambahan
Buckling Stress adalah ketidakstabilan yang mengarah ke modus kegagalan,
tegangan tekuk disebabkan oleh bifurkasi dalam solusi untuk persamaan
keseimbangan statis. Dapat juga diartikan sebagai status proses dimana suatu
proses struktur tidak mampu mempertahankan bentuk aslinya, pada fenomena
ini dapat menggunakan rumus Euler dapat dilihat dari persamaan I.

F= 𝜋 2 𝑡 2 I
(𝐾. 𝐿)2
Dimana : F= biaya maksimum
E= modulus elastisitas
I = momen inersia
K = kolom panjang efektif
L = panjang
Untuk beban tekuk kritis dapat dihitung menggunakan rumus Euler :

Pcr= 𝜋2𝐸 I
𝐿2
Ideal Pinned, Ia mempertahankan bentuknya dibelokan setelah penerapan
beban kritis dalam sebagian besaran aplikasi, beban kritis biasanya dianggap
sebagai beban maks yang berkelanjutan dengan kolom secara teoritis. Setiap
modus buckling mungkin terjadi tetapi kolom biasanya akan membelokan ke
mode pertama kolom A akan tertekuk sewaktu P beban mencapai tingkat
kritis, disebut beban kritis, Pcr.
D. InstalasiAlat

Gambar SketsaAlat Uji PercobaanTekuk

Sketsa peralatan dapat dilihat pada Gambar Selongsong (2) dapat dijepitkan

pada kaki (1) dan dapat diatur posisinya di sepanjang kaki. Posisi selongsong

disesuaikan dengan panjang batang uji (7). Batang pembebanan (5) ditumpu

engsel di sebelah kiri. Ujung kanan batang ini ditumpu oleh pemberat (13)

melalui tali (14) dan katrol. Besar pemberat (13)ini dapatdiatur sedemikian rupa

sehingga dapat mengimbangi beratbatang dan semua berat yang bekerja pada

batang ini. Alatukur gaya (10) sudah dikalibrasi sedemikian rupasehingga

menunjukkan nilai gaya yang sebenarnya bekerja pada sumbu batang uji.

E. Peralatan

Komponen atau alat yang digunakan pada alat uji tekuk yaitu diantaranta :

1. Kaki

2. Selongsong
3. Pegas

4. SelongsongPengatur

5. BatangPembeban

6. Tumpuan

7. Batang Uji

8. Jam ukur (dial gauge)

9. Water pass

10. Penunjuk Gaya

11. RodaTangan

12. Pemberat

13. Tali

F Prosedur Percobaan

1. Atur posisi selongsong agar sesuai dengan panjang batang uji.


2. Pasang batang uji dengan tumpuan.
3. Atur agar posisi batang pembebanan memiliki posisi horisontal, cek
dengan waterpass. Pengaturan posisi ini dilakukan dengan
mengubah besar pemberat batang pembebanan.
4. Pemberat batang uji diatur sesuai panjang batang uji. Beban sebesar
150 gr untuk ukuran panjang batang uji 650 mm, beban 300 gr untuk
panjang batang uji 500 mm.
5. Pemberian beban tekan diatur melalui putaran roda pengaturan
beban.
6. Pengukuran lendutan dan besarnya gaya dicatat setelah batang
pembebanan dikembalikan keposisi semula (horisontal) dengan
memutar selongsong pengatur.
7. Sesudah pembebanan mendekati kondisi kritis batang uji, jam ukur
(dial indicator gauge) dilepas dari tempatnya.
8. Ulangi percobaan untuk beberapa batang uji dan kondisi tumpuan
yang berbeda.

G Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan Data
Percobaan atau pengujian tekukan ini diperoleh berbagai
macam data, berikut data yang diperoleh antara lain.
a. Batang pertama
Panjang batang = 650 mm
Pemberat = 150 gr
b. Batang kedua
Panjang batang = 500 mm
Pemberat = 300 gr
c. E batang uji = 206 GPa
d. Tebal batang uji = 3 mm
Lebar batang uji = 23,25 mm

Berikut ini data hasil percobaan tekukan sebagai berikut:


Jenis Tumpuan : Jepit – Engsel
Ukuran Batang : 650 mm
Beban : 150 gr

Tabel Error! No text of specified style in document..1 Data Hasil Percobaan Tekukan Jepit-
Engsel 650 mm 150 gr
µm Kg
10 1
20 1
30 1.2
40 1
50 1.2
60 0.95
70 1.4
80 1
90 1.4
100 1.3
110 1.1
120 1.3
Rata-Rata 1.15
Jenis Tumpuan : Jepit – Engsel
Ukuran Batang : 550 mm
Beban : 300 gr

Tabel Error! No text of specified style in document..2 Data Hasil Percobaan Tekukan Jepit-
Engsel 500 mm 300 gr
µm Kg
10 0.2
20 0.3
30 0.4
40 0.4
50 0.4
60 1.5
70 1.6
80 1.7
90 1.8
100 2.4
110 3
120 3.4
Rata-Rata 1.43

Jenis Tumpuan : Engsel – Engsel


Ukuran Batang : 550 mm
Beban : 300 gr

Tabel Error! No text of specified style in document..3 Data Hasil Percobaan Tekukan Engsel-
Engsel 500 mm 300 gr
µm Kg
10 0.1
20 1.6
30 2.3
40 2.8
50 -
60 -
70 -
80 -
90 -
100 -
110 -
120
Rata-Rata 1.70
Tabel Error! No text of specified style in document..4 Data Hasil Percobaan Tekukan
L = 650 mm dengan pemberat 150 gr, lebar 23,25 mm, dan tebal 3 mm
Jenis Tumpuan Engsel-Engsel Jepit-Jepit Jepit-Engsel
Pkr (beban ) kg - - 1.15
L = 500 mm dengan pemberat 300 gr, lebar 23,25 mm, dan tebal 3 mm
Jenis Tumpuan Engsel-Engsel Jepit-Jepit Jepit-Engsel
Pkr (beban ) kg 1.70 - 1.43
Keterangan :
Pengujian dengan jenis tumpuan engsel-engsel, jepit-jepit untuk batang
650 dan jenis tumpuan jepit-jepit untuk batang 500 mm tidak dilakukan
karena waktu percobaan yang terbatas

1.1.1. Pengolahan Data


Tahap pertama dalam mengolah data pengujian tekukan adalah mencari
nilai karakteristik bidang pada kolom, seperti momen inersia batang serta modulus
elastisitas batang. Setiap penampang memiliki nilai momen inersia yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Merujuk pada Mott (2009), tabel dibawah ini adalah
sifat-sifat bidang yang umum dijumpai.

Tabel Error! No text of specified style in document..5 Sifat-sifat bidang

Penampang kolom yang digunakan pada saat percobaan tekuk adalah empat
persegi panjang. Oleh karenanya rumus momen inersia penampang adalah
𝑏. ℎ3
𝐼=
12
Dimana nilai b = 3 mm dan h = 23,25 kemudian jika dimasukan pada persamaan
diatas, diperoleh besar momen inersia penampang sebesar
𝑏. ℎ3
𝐼=
12
3 𝑚𝑚 . (23,25 𝑚𝑚)3
𝐼=
12
𝐼 = 3142,0 𝑚𝑚4
Sedangkan modulus elastisitas bahan dari kolom yang digunakan sebesar
𝐸 = 206 𝑘𝑁⁄𝑚𝑚2
Pada batang pertama yang sepanjang, L = 650 mm dengan pemberat 150 gr,
diperoleh beban kritis masing-masing tumpuan adalah
a. Tumpuan Jepit-Engsel
𝐸𝐼
𝑃𝑘𝑟 = 2,05. 𝜋 2 .
𝐿2
206 𝑘𝑁⁄𝑚𝑚2 . 3142,0 𝑚𝑚4
2
𝑃𝑘𝑟 = 2,05. 𝜋 .
(650 𝑚𝑚)2
𝑃𝑘𝑟 = 30,98 𝑘𝑁
𝑃𝑘𝑟 = 3,98 𝑘𝑔

Sedangkan pada batang kedua yang sepanjang, L = 500 mm dengan pemberat 150
gr, diperoleh beban kritis masing-masing tumpuan adalah
a. Tumpuan Jepit - Engsel
𝐸𝐼
𝑃𝑘𝑟 = 2,05. 𝜋 2 .
𝐿2
206 𝑘𝑁⁄𝑚𝑚2 . 3142,0 𝑚𝑚4
2
𝑃𝑘𝑟 = 2,05. 𝜋 .
(500 𝑚𝑚)2
𝑃𝑘𝑟 = 52,4 𝑘𝑁
𝑃𝑘𝑟 = 5,4 𝑘𝑔
b. Tumpuan engsel-engsel
𝐸𝐼
𝑃𝑘𝑟 = 𝜋 2 .
𝐿2
206 𝑘𝑁⁄𝑚𝑚2 . 3142,0 𝑚𝑚4
2
𝑃𝑘𝑟 =𝜋 .
(500 𝑚𝑚)2
𝑃𝑘𝑟 = 25,6 𝑘𝑁
𝑃𝑘𝑟 = 2,6 𝑘𝑔

Data hasil perhitungan Euler diatas kemudian disajikan dalam bentuk tabel
dibawah ini. Berikut adalah hasil penggambaran menggunakan grafik batang.
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Grafik Data Perbandingan Beban Kritis
Teoritis dan Percobaan

Perbandingan Beban Kritis Teoritis dan Percobaan


6

3 Beban Kritis Teoritis (Kg)


Beban Kritis Percobaan (Kg)
2

0
1 2 3

dimana masing-masing jenis tumpuan berurutan adalah


1) Jenis tumpuan jepit - engsel dengan panjang batang 650 mm dan
pembebanan 150 gr
2) Jenis tumpuan jepit - engsel dengan panjang batang 500 mm dan
pembebanan 300 gr
3) Jenis tumpuan engsel - engsel dengan panjang batang 500 mm dan
pembebanan 300 gr

Untuk menentukan panjang akhir batang setelah mengalami tumpuan dapat


menggunakan persamaan sebagai berikut:
a. Tumpuan Jepit-Engsel untuk batang 650 mm dan pemberat 150 gr
𝐸𝐼
𝑃𝑘𝑟 = 2,045. 𝜋 2 . 2
𝐿
𝐸𝐼
𝐿2 = 2,045. 𝜋 2 .
𝑃𝑘𝑟
206 𝑘𝑁⁄𝑚𝑚2 . 3142,0 𝑚𝑚4
2 2
𝐿 = 2,045. 𝜋 .
30,98 𝑁
𝐿2 = 421.254 mm2
𝐿 = 649,04 𝑚𝑚

b. Tumpuan Jepit-Engsel untuk batang 500 mm dan pemberat 150 gr


𝐸𝐼
𝑃𝑘𝑟 = 2,045. 𝜋 2 .
𝐿2
𝐸𝐼
𝐿2 = 2,045. 𝜋 2 .
𝑃𝑘𝑟
206 𝑘𝑁⁄𝑚𝑚2 . 3142,0 𝑚𝑚4
𝐿2 = 2,045. 𝜋 2 .
52,4 𝑁
2 2
𝐿 = 249.054 mm
𝐿 = 499,05 𝑚𝑚

c. Tumpuan Engsel-Engsel untuk batang 500 mm dan pemberat 150 gr


𝐸𝐼
𝑃𝑘𝑟 = 𝜋 2 . 2
𝐿
𝐸𝐼
𝐿2 = 𝜋 2 .
𝑃𝑘𝑟
206 𝑘𝑁⁄𝑚𝑚2 . 3142,0 𝑚𝑚4
2 2
𝐿 =𝜋 .
25,6 𝑁
𝐿2 = 249.283 mm2
𝐿 = 499,28 𝑚𝑚

Untuk mementukan tegangan kritis dan regangan batang setelah mengalami


tumpuan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
a. Tumpuan Jepit-Engsel untuk batang 650 mm dan pemberat 150 gr
𝑃𝑘𝑟
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 =
𝐴
30,98 𝑘𝑁
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 =
650 𝑚𝑚 𝑥 23,25 𝑚𝑚
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 = 2,05 x 10-3 kN/mm
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 = 2,05 N/mm

𝛥𝑥
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
𝐴
649,04 𝑚𝑚 − 650 𝑚𝑚
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
650 𝑚𝑚 𝑥 23,25 𝑚𝑚
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = - 6,35 x 10-5
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Diagram Data Tegangan Kritis
terhadap Regangan batang 650 mm pemberat 150 gr

Diagram Tegangan terhadap Regangan


2.5

Teagnagan N/mm
1.5

0.5

0
6.35E-05 0
Regangan

b. Tumpuan Jepit-Engsel untuk batang 500 mm dan pemberat 150 gr


𝑃𝑘𝑟
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 =
𝐴
52,4 𝑘𝑁
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 =
500 𝑚𝑚 𝑥 23,25 𝑚𝑚
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 = 4,51 x 10-3 kN/mm
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 = 4,51 N/mm
𝛥𝑥
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
𝐴
499,05 𝑚𝑚 − 500 𝑚𝑚
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
500 𝑚𝑚 𝑥 23,25 𝑚𝑚
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = - 8,18 x 10-5
Gambar Error! No text of specified style in document..3 Diagram Data Tegangan Kritis
terhadap Regangan batang 500 mm pemberat 150 gr

Diagram Tegangan terhadap Regangan


5
4.5
4

Teagnagan N/mm
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
8.18E-05 0
Regangan

c. Tumpuan Engsel-Engsel untuk batang 500 mm dan pemberat 150 gr


𝑃𝑘𝑟
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 =
𝐴
25,6 𝑘𝑁
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 =
500 𝑚𝑚 𝑥 23,25 𝑚𝑚
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 = 2,20 x 10-3 kN/mm
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑟 = 2,20 N/mm

𝛥𝑥
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
𝐴
499,28 𝑚𝑚 − 500 𝑚𝑚
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
500 𝑚𝑚 𝑥 23,25 𝑚𝑚
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = - 6,19 x 10-5
Gambar Error! No text of specified style in document..4 Diagram Data Tegangan Kritis
terhadap Regangan batang 500 mm pemberat 150 gr

Diagram Tegangan terhadap Regangan


2.5

Teagnagan N/mm
1.5

0.5

0
6.19E-05 0
Regangan

H Analisis dan Pembahasan


Grafik pada Gambar 3.1 menunjukan perbandingan nilai beban kritis
berdasarkan teoritis dan perobaan. Jika dibandingkan terhadap variasi panjang
kolom, tampak bahwa pada tumpuan yang sama, nilai beban kritis panjang
kolom 500 mm lebih besar dibandingkan beban kritis panjang kolom 650 mm.
Artinya semakin panjang kolom, maka semakin kecil beban kritisnya dan juga
sebaliknya. Berdasarkan grafik tersebut bahwa nilai beban kritis pada tumpuan
(1) lebih kecil dibandingkan tumpuan (2), namun tumpuan (1) lebih besar
dibandingkan tumpuan (3). Tumpuan (3) memiliki nilai beban kritis yang lebih
kecil dari tumpuan (1) walaupun memiliki batang 500 mm. Hal ini dikarenakan
persamaan Euler yang berbeda untuk metode Jepit – Ensel dan Engsel – Engsel.

𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 (2) > 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 (1) > 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛(3)


atau
𝐽𝑒𝑝𝑖𝑡 − 𝐸𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 500𝑚𝑚 > 𝐽𝑒𝑝𝑖𝑡 𝐸𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 600𝑚𝑚
> 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙 − 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 500𝑚𝑚

Hal ini dapat dibuktikan dari persamaan Euler untuk masing-masing


tumpuan seperti ditunjukan pada Gambar 3.1. Berikut ini adalah pembuktian
melalui persamaan Euler.

𝑃𝑘𝑟 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 = 𝑃𝑘𝑟 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 = 𝑃𝑘𝑟 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙


𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
4. 𝜋 2 . 2 = 2,05. 𝜋 2 . 2 = 𝜋 2 . 2
𝐿 𝐿 𝐿
4. 𝜋 2 > 2,05. 𝜋 2 > 𝜋 2
𝑃𝑘𝑟 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 > 𝑃𝑘𝑟 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 > 𝑃𝑘𝑟 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙

Pada grafik yang sama menunjukan nilai beban kritis yang diperoleh dari
hasil pengujian tekuk dan perbandingan nilai beban kritisi dengan hasil teoritis.
Tampak bahwa data hasil pengujian tekuk lebih kecil dibandingkan data hasil
perhitungan. Hal tersebut dapat terjadi akibat beberapa hal, seperti :
a. Ketidak-homogen-an penampang kolom, baik lebar dan tinggi penampang yang
telah diukur memiliki cacat berupa ketidak-homogen-an disetiap titik sepanjang
kolom tersebut.
b. Penyusunan rangkaian kolom yang kurang tepat, pemasangan kolom pada
tumpuan dan set-up alat ukur menjadi salah satu kunci kecermatan dalam
pengambilan data pengujian.
c. Kecermatan pada pengukuran, baik alat ukur maupun pengukur (praktikan)
dalam mengukur data besaran yang diambil.
Berdasarkan hasil perhitungan panjang akhir batang pengujian untuk metode
jepit – engsel dan engsel-engsel. Berdasarkan pengurangan panjang batang pada
metode jepit-engsel untuk batang 650mm dan 500mm secara berurutan adalah
0.96 mm dan 0.95. Sedangkan untuk metode engsel-engsel pengurangan
panjang yang terjadi adalah 0.72 mm. Terlihat bahwa pengurangan panjang
batang pada metode jepit-engsel lebih tinggi dibandingkan dengan metode
engsel-engsel. Hal ini terjadi dikarenakan persamaan Euler untuk setiap metode
berbeda apabila diasumsikan nilai beban kritsi sama.

𝐿 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 = 𝐿 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 = 𝐿 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙


𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
4. 𝜋 2 . = 2,05. 𝜋 2 . = 𝜋2.
𝑃𝑘𝑟 𝑃𝑘𝑟 𝑃𝑘𝑟
2 2 2
4. 𝜋 > 2,05. 𝜋 > 𝜋
𝐿 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 > 𝐿 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 > 𝐿 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙

Berdasarkan hasil perhitungan tegangan dan regangan untuk masing masing


metode pengujian. Terlihat bahwa nilai tegangan kritis dan regangan
dipengaruhi oleh nilai panjang batang. Sehingga semakin tinggi nilai panjang
batang maka semakin rendah nilai tegangan kritis dan regangan apabila
diasumsikan bahwa factor lain sama.
I Simpulan
Hasil dari analisis dan pembahasan diatas memperoleh beberapa
simpulan, yaitu sebagai berikut
a. Data hasil variasi panjang kolom menunjukan hubungan yang berbanding
terbalik dengan beban kritis. Semakin panjang kolom yang digunakan, maka
semakin kecil beban kritis yang terjadi pada kolom tersebut. sebaliknya jika
panjang kolom yang digunakan kecil, maka beban kritis akan semakin besar.
b. Data hasil pengujian maupun perhitungan diperoleh bahwa beban kritis
dengan tumpuan engsel-jepit lebih kecil dari tumpuan jepit-jepit namun lebih
besar dibandingkan tumpuan engsel-engsel.
𝑃𝑘𝑟 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 > 𝑃𝑘𝑟 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 > 𝑃𝑘𝑟 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙
c. Perbedaan yang terjadi antara beban kritis melalui pengujian dan perhitungan
dapat terjadi dikarenakan beberapa hal, seperti ketidak-homogen-an
penampang kolom, penyusunan rangkaian kolom yang kurang tepat, ataupun
kecermatan pada tahap pengukuran
d. Data hasil pengujian maupun perhitungan diperoleh bahwa pengurangan
panjang dengan tumpuan engsel-jepit lebih kecil dari tumpuan jepit-jepit
namun lebih besar dibandingkan tumpuan engsel-engsel.
𝐿 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 > 𝐿 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 > 𝐿 𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙−𝑒𝑛𝑔𝑠𝑒𝑙
e. Data hasil perhitungan tegangan kritis dan regangan dipengaruhi oleh nilai
panjang batang. Semakin tinggi panjang batang maka semakin rendah nilai
tegangan kritis dan regangan apabila factor lain diasumsikan sama.
LAMPIRAN
Foto Alat Uji (Buckling)

Anda mungkin juga menyukai