PENDAHULUAN
Dinamika proses menunjukkan unjuk kerja proses yang profilnya selalu berubah
terhadap waktu. Dinamika proses selalu terjadi selama sistem proses belum mencapai
kondisi tunak. Keadaan tidak tunak terjadi karena adanya gangguan terhadap kondisi
proses yang tunak.
Untuk mengetahui suatu nilai dinamika proses dalam teknik kimia digunakan prinsip
reaksi kimia, proses fisika dan matematika. Dengan menggunakan persamaan tersebut
dapat diperkirakan suatu kejadian pada suatu hasil (produk) dengan mengubah suhu,
tekanan, ukuran alat dan sebagainya. Penentuan dinamika proses dengan menggunakan
metode pengosongan tangki.
Oleh karena itu, praktikum dilakukan agar praktikan lebih memahami tentang dinamika
proses keadaan tunak dan keadaan tidak tunak atau biasanya disebut steady state dan
unsteady state untuk sistem-sistem fisik sederhana, mengetahui laju alir keluaran pada
tangki dan mengetahui nilai laju alir volumetrik dan serta praktikum juga dapat
mengetahui penerapannya pada bidang industri.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui luas penampang tangki 1 dan tangki 2
2. Mengetahui laju alir keluaran pada tangki 1 dan tangki 2
3. Mengetahui harga konstanta k dan n pada tangki 1 dengan bukaan 1 putaran dan
tangki 2 dengan bukaan ¾ putaran.
4. Mengetahui waktu keadaan tunak sebelum dan sesudah diberi gangguan dengan
bukaan 1 putaran
BAB II
LANDASAN TEORI
Dinamika proses adalah variasi unjuk kerja suatu proses dinamika dari waktu ke waktu
sebagai respon terhadap gangguan-gangguan dan perubahan-perubahan terhadap proses
atau sistem teknik kimia setelah diberi gangguan untuk mencapai keadaan tunak (Sater,
1980).
Kedimensian tangki air diuji coba dengan pengosongan tangki dan pemberian gangguan
pada tangki berisi air yang tenang dengan ketinggian tunak. Luas penampang tangki
dikalibrasi dengan mengalurkan grafik volume terhadap penurunan ketinggian air dalam
tangki (h). Volume tangki dihitung dengan persamaan :
𝜋𝐷 2
𝑉= .ℎ …(2.1)
4
𝜋𝐷 2
Dimana adalah luas penampang tangki. Dengan demikian A adalah gradient dari
4
grafik V-h. Jika diketahui luas penampang, maka laju alir volumetrik dari valve yang
digunakan (dengan bukaan tertentu) dapat diketahui (Sater, 1980).
Debit air pada masing-masing valve bergantung pada variasi bukaan valve. Makin besar
bukaan valve, makin besar pula debit airnya. Perhitungan debit air ini dilakukan untuk
memperkirakan bukaan valve yang sesuai dengan yang dibutuhkan saat percobaan
simulasi gangguan. Proses pengosongan tangki dimaksudkan untuk menentukan
parameter laju volumetrik keluaran (k dan n). Laju volumetrik keluaran tangki
merupakan fungsi dari ketinggian air dalam tangki. Dasar percobaan ini adalah
persamaan Bernoulli.
𝑃1 1 𝑃1 1
+ 2 𝑉12 + 𝑔ℎ1 = + 2 𝑉22 + 𝑔ℎ2 …(2.2)
𝑃 𝑃
𝑃1 𝑃2
Mulut tangki dan saluran keluaran terbuka pada tekanan atmosfer sehingga = .
𝑃 𝑃
1⁄
𝑉2 = √2𝑔∆ℎ 2 …(2.6)
1⁄
𝑉2 adalah laju linear, sedangkan debit adalah 𝐴. 𝑉2 = 𝐴√2𝑔∆ℎ 2. Dari persamaan ini
Pada proses pengosongan tangki ini, neraca massa dalam tangki adalah
Akumulasi = massa air masuk – massa air keluar ...(2.8)
Dari persamaan tersebut disimpulkan bahwa laju perubahan ketinggian air dalam tangki
bergantung pada ketinggian tangki setiap saat. Konstanta k dan n merupakan parameter
yang menunjukkan keidealan tangki (Sater,1980).
Data yang diperoleh adalah h dan t. nilai k dan n bisa dicari dengan linearisasi
persamaan neraca massa :
𝑑ℎ 𝑘
𝑙𝑛 𝑑𝑡 = 𝑛. ln ℎ − ln(𝐴) ...(2.12)
𝑘
Dimana −ln(𝐴) adalah gradient garis (Sater,1980).
Cara lain yang lebih akurat adalah dengan metoda numerik dengan menggunakan
bantuan program komputer (Sater, 1980).
Simulasi gangguan pada tangki dilakukan dengan mengganggu sistem tangki yang
sudah tunak. Gangguan diberikan dengan menambahkan air masuk secara tiba-tiba atau
mengurangi jumlah air yang sudah tunak dengan memperbesar bukaan valve keluaran.
Jika dilakukan gangguan penambahan air ke dalam tangki, neraca massa tangki akan
menjadi :
Akumulasi = massa air masuk – massa air keluar ...(2.13)
𝑑ℎ
𝐴. 𝑑𝑡 = (𝑄1 + 𝑄2 ) − 𝑄𝑜𝑢𝑡 ...(2.14)
Dengan adanya tambahan air, maka debit keluaran akan berubah dan akhirnya mencapai
keadaan tunak yang kedua. Selama simulasi dicatat perubahan ketinggian terhadap
waktu. Umumnya keadaan tunak sulit dicapai, dibutuhkan waktu yang lebih lama dan
tangki dengan luas permukaan relatif besar untuk mencapai kondisi tunak yang
sempurna. Waktu untuk mencapai kondisi tunak dipengaruhi besar kecilnya debit pada
tiap-tiap valve yang mempengaruhi parameter k dan n (Sater,1980).
Kesalahan sering terjadi karena ketidak tepatan penentuan waktu saat terjadinya kondisi
tunak. Jika simulasi sudah berlangsung lama, perubahan ketinggian air pada setiap
variasi bukaan akan sangat lambat, walaupun mempunyai kecenderungan untuk berubah
pada jangka waktu yang lama (Sater,1980).
Keadaan tunak (steady state) adalah keadaan dimana suatu sistem berada dalam
kesetimbangan atau tidak berubah lagi seiring waktu, atau tunak, atau mantap
(McCabe,1976).
Ada banyak fenomena didunia ini yang bisa dianggap sebagai keadaan tunak. Contoh
sistem yang tunak (steady state) adalah potensial listrik pada daerah yang bebas muatan
(daerah tanpa muatan listrik), sistem dengan temperatur yang tidak berubah seiring
waktu pada daerah yang bebas sumber panas, potensial kecepatan pada aliran tak
mampu mampat yang bebas pusaran dan bebas sumber kecepatan. Keadaan tidak tunak
(unsteady state) adalah keadaan dimana suatu sistem berada tidak dalam kesetimbangan
atau akan berubah lagi seiring waktu, atau tidak, atau tidak mantap (McCabe,1976).
Dalam suatu industri terutama yang bergerak dalam pengolahan liquid, tentu memiliki
sistem perpipaan yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya liquid. Setiap rangkaian
pipa pastinya memiliki suatu alat yang digunakan untuk mengalirkan atau mengatur
jumlah aliran agar proses pengolahan dapat berjalan sesuai dengan yang ditentukan.
Alat tersebut disebut dengan valve atau sering juga disebut katup, contoh sederhananya
yaitu kran air yang hampir kita gunakan setiap hari. Valve atau katup adalah sebuah
perangkat yang terpasang pada sistem perpipaan, yang berfungsi untuk mengantur,
mengontrol, dan mengarahkan laju aliran fluida. Katup atau valve memiliki peran
penting dalam suatu industri seperti industri migas yang meliputi pengaliran ke dalam
kolom destilasi dan mengontrol pengapian pada furnace (Brown, 1950).
Valve dapat dioperasikan secara manual, baik dengan menggunakan pegangan tuas
pedal dan lain sebagainya. Selain dioperasikan secara otomatis dengan menggunakan
prinsip perubahan aliran, tekanan dan suhu. Perubahan tersebut akan mempengaruhi
diafragma, pegas ataupun piston sehingga secara otomatis akan menggerakkan katup
dengan sistem buka tutup (Brown,1950).
Terdapat berbagai macam jenis valve, beserta dengan kriteria penggunaannya masing-
masing. Berikut fungsi-fungsi utama valve :
a. Untuk menutup dan membuka aliran dengan syarat, ketika terbuka memiliki
hambatan aliran dan pressure loss yang minimum. Contohnya gate, ball, plug, dan
butterfly valve.
b. Untuk mengatur aliran, dengan cara menahan aliran dengan perubahan arah atau
menggunakan suatu hambatan bisa juga dengan kombinasi keduanya.
c. Untuk mencegah aliran balik (block flow), biasanya menggunakan check valve (lift
check atau swing check). Valve ini akan tetap terbuka dan akan tertutup apabila
terdapat aliran yang berlawanan arah.
d. Untuk mengatur tekanan, dalam beberapa aplikasi valve, tekanan yang masuk (line
pressure) harus dikurangi untuk mencapai tekanan yang digunakan. Biasanya
menggunakan pressure-packing valve atau regulator.
e. Untuk pressure relief dengan menggunakan relief valve dan safety valve. Relief
valve digunakan untuk mengatasi bila adanya tekanan yang berlebihan yang dapat
mengganggu proses aliran bahkan kegagalan proses. Sedangkan safety valve
menggunakan per (spring loaded) valve ini akan membuka jika tekanan melebihi
batas yang sudah ditentukan
(McCabe,1976).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
d. Dicatat waktu yang dibutuhkan pada setiap penurunan tinggi air pada tangki
sebanyak 2 cm
e. Digunakan prosedur diatas a sampai d untuk tangki 2
3.3.4 Simulasi gangguan pada tangki
a. Diisi air kedalam tangki 1 sampai ketinggian 30 cm
3
b. Ditentukan bukaan valve input yaitu putaran dan bukaan valve output yaitu
4
1putaran
c. Dicatat tinggi air pada tangki saat t=0
d. Dibuka valve input dan keluaran tangki dengan bukaan yang telah ditentukan
e. Dicatat ketinggian air didalam tangki setiap 10 detik
f. Dilakukan percobaan ini hingga mencapai keadaan tunak
g. Setelah tunak diberi gangguan pada tangki selama 2 menit dengan bukaan valve
input sebesar 1 putaran, kemudian tutup bukaan kran tersebut.
h. Dicatat ketinggian air dalam tangki setiap 10 detik
i. Dilakukan percobaan ini hingga mencapai keadaan tunak kembali
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tangki 1 Tangki 2
No Vol (mL)
h (cm) h (cm)
1 1000 3,1 3
2 2000 5,2 5,2
3 3000 7,4 7,2
4 4000 9,5 9,2
5 5000 11,6 11,3
6 6000 13,7 13,4
7 7000 15,8 15,4
8 8000 18 17,5
9 9000 20 19,5
Tangki 1
No Bukaan valve ¾ Putaran Bukaan valve 1 Putaran
h (cm) t (s) V (mL) h (cm) t (s) V (mL)
1 20 0 9417,2000 20 0 9417,2000
2 18 23,58 8475,4800 18 14,84 8475,4800
3 16 47,13 7533,7600 16 29,27 7533,7600
4 14 71,41 6592,0400 14 44,12 6592,0400
5 12 96,45 5650,3200 12 58,97 5650,3200
6 10 123,81 4708,6000 10 75,20 4708,6000
7 8 151,24 3766,8800 8 91,26 3766,8800
8 6 179,08 2825,1600 6 108,29 2825,1600
9 4 209,90 1883,4400 4 126,13 1883,4400
10 2 239,35 941,7200 2 145,01 941,7200
Tabel 4.3 Data Pengamatan Laju Alir Tangki 2
Tangki 2
No Bukaan valve ¾ Putaran Bukaan valve 1 Putaran
h (cm) t (s) V (mL) h (cm) t (s) V (mL)
1 20 0 9739,6000 20 0 9739,6000
2 18 17,14 8765,6400 18 9,05 8765,6400
3 16 33,76 7791,6800 16 18,74 7791,6800
4 14 50,02 6817,7200 14 27,74 6817,7200
5 12 67,06 5843,7600 12 37,86 5843,7600
6 10 84,81 4869,8000 10 47,29 4869,8000
7 8 103,93 3895,8400 8 57,52 3895,8400
8 6 122,97 2921,8800 6 68,42 2921,8800
9 4 144,51 1947,9200 4 79,63 1947,9200
10 2 163,32 973,9600 2 91,01 973,9600
Tangki 1
No Bukaan valve 3/4 Putaran
h (cm) t (s) dh/dt A × -dh/dt ln (-A × dh/dt) ln h
1 20 0 -0,0848 39,9289 3,6871 2,9957
2 18 23,76 -0,0824 38,8102 3,6587 2,8904
3 16 48,44 -0,0800 37,6481 3,6283 2,7726
4 14 74,01 -0,0774 36,4441 3,5958 2,6391
5 12 99,74 -0,0748 35,2326 3,5620 2,4849
6 10 127 -0,0721 33,9490 3,5249 2,3026
7 8 155,48 -0,0693 32,6080 3,4846 2,0794
8 6 184,93 -0,0663 31,2213 3,4411 1,7918
9 4 214,83 -0,0633 29,8134 3,3950 1,3863
10 2 247,45 -0,0601 28,2775 3,3421 0,6931
Tabel 4.5 Perhitungan Penentuan nilai k dan n Tangki 2 Bukaan Valve 1 Putaran
Tangki 2
No Bukaan 1 Putaran
h (cm) t (s) dh/dt A × -dh/dt ln (-A × dh/dt) ln h
1 20 0 -0,2172 105,7721 4,6613 2,9957
2 18 10,23 -0,2111 102,7830 4,6326 2,8904
3 16 19,67 -0,2054 100,0247 4,6054 2,7726
4 14 28,95 -0,1998 97,3132 4,5779 2,6391
5 12 38,78 -0,1939 94,4410 4,5480 2,4849
6 10 49,49 -0,1875 91,3117 4,5143 2,3026
7 8 60,06 -0,1812 88,2232 4,4799 2,0794
8 6 71,12 -0,1745 84,9916 4,4426 1,7918
9 4 82,5 -0,1677 81,6665 4,4026 1,3863
10 2 94,22 -0,1607 78,2421 4,3598 0,6931
4.2 Pembahasan
Pada praktikum dinamika proses ini dilakukan dengan 4 Percobaan yaitu: penentuan
luas penampang (A) pada tangki 1 dan tangki 2, penentuan laju alir (Q) pada tangki 1
dengan ¾ putaran dan 1 putaran dan pada tangki 2 dengan ¾ putaran dan 1 putaran,
penentuan nilai k dan n pada tangki 1 dengan ¾ putaran dan tangki 2 pada 1 putaran,
dan pengamatan simulasi gangguan dalam tangki 1 pada saat keadaan tunak maupun
diberi gangguan. Percobaan dinamika proses ini akan berfokus pada proses dinamik dari
waktu ke waktu sebagai respon terhadap gangguan diamati pada percobaan profil
ketinggian air dalam tangki terhadap waktu. Sedangkan percobaan perbahan temperatur
terhadap waktu tidak dilakukan karena suhu fluida dianggap konstan.
12000
y = 470.86x - 461.11
10000
R² = 0.9999
8000
Volume (mL)
6000
4000
2000
0
0 5 10 15 20 25
Tinggi (cm)
Volume (mL)
8000
6000
4000
2000
0
0 5 10 15 20 25
Tinggi (cm)
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, untuk menempatkan luas penampang tangki maka
dibuat grafik dengan sumbu x = h (cm) dan sumbu y = V (mL) seperti pada Gambar 4.1
dan Gambar 4.2 dan menghasilkan persamaan dengan menggunakan regresi linier y =
ax + b. Diperoleh persamaan pada tangki 1 yaitu y = 470,86x – 461,11 dan pada tangka
2 yaitu y = 486,98x – 499,63. Sehingga luas penampang tangki diperoleh yaitu pada
tangki 1 adalah 470,86 cm2 dan pada tangki 2 adalah 486,98 cm2. Didapatkan hasil pada
tangki 1 memiliki luas penampang lebih kecil daripada tangki 2.
Diketahui luas penampang tangki 1 adalah 470,86 cm2 dan luas penampang pada tangki
2 adalah 486,98 cm2, maka jari-jari(r) masing-masing tangki dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
1
A = 4 𝜋𝐷2 ... (4.1)
𝐴×4
D =√ ... (4.2)
𝜋
𝐷
r= ... (4.3)
2
Untuk tangki 1,
470,86×4
D=√
3.14
= 24.4913
24,4913
r = 2
= 12,2457
Untuk tangki 2,
486,98×4
D=√
3.14
= 24,9069
24,9069
r = 2
= 12,4535
6000
5000 3/4 Putaran
4000 y = -35.359x + 9217.3
3000 R² = 0.9978
2000 1 putaran
Hasil perhitungan volume pada tangki 2 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Berdasarkan
Tabel 4.4 maka grafik penentuan laju alir keluaran tangki 2 dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
12000
10000
8000
Volume (mL)
3/4 Putaran
6000 1 Putaran
2000
y = -96.643x + 9582.6
0 R² = 0.9985
0 50 100 150 200
Waktu (s)
Pada tangki 1 dan tangki 2 dengan bukaan yang sama memiliki laju alir yang berbeda,
yang dimana laju alir pada tangki 1 lebih kecil dibandingkan dengan tangki 2 hal ini di
karenakan luas penampang tangki 1 lebih kecil dibandingkan dengan luas penampang
tangki 2 sehingga pengaruh luas penampang berbanding lurus dengan laju alir keluaran.
Kemudian dapat disimpulkan laju alir keluaran bukaan valve 1 putaran lebih besar
dibandingkan bukaan valve ¾ putaran sehingga pengaruh bukaan valve berbanding
lurus dengan laju alir keluaran.
Nilai dh/dt dapat dicari dari regresi non linier grafik h terhadap t dengan memasukkan
nilai t sebagai variabel bebas. Hasil integrasi persamaan tersebut adalah garis lurus
dengan intersep – ln (k/A) dengan gradien n.
30
25
20
h (cm)
15
0
0 50 100 150 200 250 300
t (s)
3.7500
3.7000
y = 0.1535x + 3.1937
3.6500
R² = 0.9516
3.6000
ln (-A.dh/dt)
3.5500
3.5000
3.4500
3.4000
3.3500
3.3000
3.2500
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000
ln h
Gambar 4.6 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 1 bukaan valve ¾ putaran
Dibuat grafik dengan sumbu x = t (s) dan sumbu y = h (cm). Diperoleh persamaan dari
Gambar 4.5, pada tangki 1 y = 0,00005x2 – 0,0848x + 19,995, dan diturunkan
persamaan tersebut menjadi y = 0,0001x – 0,0848. Dengan memasukkan nilai x adalah
t(s) sehingga didapat nilai dh/dt pada Tabel 4.5. Untuk memperoleh nilai k dan n dibuat
lagi grafik dengan sumbu x = ln h dan sumbu y = ln (-A.dh/dt) sehingga diperoleh
persamaan linier pada tangki 1 yaitu y = 0,1535x + 3,1937 dimana menurut persamaan
untuk menentukan nilai k dan n, ln(-A.dh/dt) = n.ln.h – ln k. Dari persamaan tersebut
diperoleh nilai n = 0,1535dan nilai k = exp(3,1937) yaitu 24,3785 untuk tangki 1.
25
20
15
h (cm)
10
4.7000
4.6500 y = 0.1334x + 4.2285
4.6000 R² = 0.9448
ln(-A.dh/dt)
4.5500
4.5000
4.4500
4.4000
4.3500
4.3000
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000
ln h
Gambar 4.8 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 2 bukaan valve 1 putaran
Pada tangki 2 dilakukan metode yang sama seperti tangki 1 dengan bukaan valve 1
putaran serta dicatat waktu setiap penurunan 2 cm. Selanjutnya dibuat grafik dengan
sumbu x = t (s) dan sumbu y = h (cm). Diperoleh persamaan dari Gambar 4.7 pada
tangki 2 adalah y = 0,0003x2 – 0,2172x + 20,091. Dan diturunkan persamaan tersebut y
= 0,0006x – 0,2172. Dengan memasukkan nilai x adalah t(s) sehingga didapat nilai
dh/dt pada Tabel 4.6. Untuk memperoleh nilai k dan n dibuat lagi grafik dengan sumbu
x = ln h dan sumbu y = ln (-A.dh/dt) sehingga diperoleh persamaan linier pada tangki 2
yaitu y = 0,1334x + 4,2285 dimana menurut persamaan untuk menentukan nilai k dan n,
ln(-A.dh/dt) = n.ln.h – ln k. Dari persamaan tersebut diperoleh nilai n = 0,1334 dan nilai
k = exp(4,2285) yaitu 68,6142 untuk tangki 2.
Nilai n dan k diperlukan untuk mengetahui keidealan suatu tangki. Semakin besar
bukaan valve maka gesekan antara fluida dengan dinding semakin kecil dan akan
menghasilkan nilai parameter k yang semakin besar. Laju alir yang keluar berpengaruh
terhadap nilai k. Nilai n yang didapat dari hasil percobaan tidak ideal karena pada
literatur parameter n yang ideal adalah 0,5.
30
25
Tinggi (cm)
20
15
1010, 12.8
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
waktu (s)
35
30
25
Tinggi (cm)
20
520, 18
15
10
0
0 100 200 300 400 500 600
waktu (s)
Pada percobaan terakhir yaitu simulasi gangguan pada tangki metode pertama dengan
diisi air pada tangki dengan tinggi awal 30 cm variasi bukaan valve input adalah ¾
putaran dan output 1 putaran, dibuka valve bersamaan dengan nyalanya stopwatch
dihitung ketinggian tiap 10 detiknya, pencatatan ketinggian berhenti hingga data yang
didapatkan konstan, hal ini menandakan keadaan tangki yang berisikan air telah tunak,
keadaan tunak ini telah berlangsung pada 12,8 cm dengan waktu 1010 detik. Pada
simulasi gangguan tangki yang berisikan air dengan metode sebelumnya yakni pada
12,8 cm ini diberi gangguan dengan dibukanya valve gangguan sebesar 1 putaran
selama 2 menit didapat tinggi air dalam tangki 29,8 cm, kemudian ditutup bukaan valve
gangguan tersebut. Lalu dimulai waktu penghitungan ketinggian setiap 10 detik dan
hasilnya keadaan tunak pada tinggi 18 cm dengan waktu 520 detik, hasil ini lebih cepat
dibandingkan dengan simulasi gangguan pertama hal ini dikarenakan adanya
penambahan volume dengan bukaan valve 1 putaran selama 2 menit sehingga pada air
yang sudah tunak diberi gangguan lagi akan lebih cepat untuk mencapai keadaan
tunaknya. Dari data-data tersebut dibuat grafik yaitu pada Gambar 4.9 untuk keadaan
tunak dan Gambar 4.10 setelah diberi gangguan.
Faktor kesalahan pada praktikum kali ini yaitu kurang telitinya membaca hasil
ketinggian pada tangki serta saat percobaan simulasi gangguan pada tangki diulang
hingga 2 kali percobaan dikarenakan bukaan valve input kurang sesuai.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Didapatkan nilai luas penampang pada tangki 1 bernilai 470,86 cm2 dan pada
tangki 2 bernilai 486,98 cm2.
2. Didapatkan nilai laju alir pada tangki 1 dengan putaran 1 dan putaran 0,75 adalah
sebesar 58,814 mL/s dan 35,359 mL/s. Sedangkan pada tangki 2, putaran 1 dan
0,75 adalah 96,643 mL/s dan 53,703 mL/s.
3. Didapatkan nilai k pada tangki 1 dan 2 sebesar 24,3785 dan 68,6142. Nilai n pada
tangki 1 dan tangki 2 sebesar 0,1535 dan 0,1334.
4. Didapatkan waktu keadaan tunak sebesar 1010 detik dan waktu keadaan tunak
setelah diberi gangguan 1 putaran sebesar 520 detik.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan air yang berwarna agar
praktikan lebih mudah melakukan pengamatan dalam tangki serta menggunakan larutan
yang memiliki viskositas lebih tinggi seperti minyak goreng agar praktikan dapat
mengetahui pengaruh viskositas pada praktikum dinamika proses.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G, 1950, Unit Operation, John Wiley and Sons, New York
McCabe, WL and Smith, JC, 1976, Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd ed,
McGraw Hill Co, New York
Sater, V.E, 1980, First Order, in AlchE, Series A : Process Control, vol 1, Analysis of
dynamic systems, American Institute, New York