Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pabrik kimia merupakan susunan atau rangkaian berbagai unit pengolahann yang
terintergrasi satu sama lain secara sistematik dan rasional. Tujuan pengoperasian pabrik
secara keseluruhan adalah mengubah (mengkonversi) bahan baku menjadi produk yang
lebih bernilai guna. Dalam pengoperasiannya pabrik akan selalu mengalami gangguan
(disturbance) dari lingkungan eksternal. Selama beroperasi, pabrik harus terus
mempertimbangkan aspek keteknikan, keekonomian, dan kondisi sosial agar tidak
terlalu signifikan terpengaruh oleh perubahan-perubahan eksternal tersebut.

Dinamika proses menunjukkan unjuk kerja proses yang profilnya selalu berubah
terhadap waktu. Dinamika proses selalu terjadi selama sistem proses belum mencapai
kondisi tunak. Keadaan tidak tunak terjadi karena adanya gangguan terhadap kondisi
proses yang tunak.

Untuk mengetahui suatu nilai dinamika proses dalam teknik kimia digunakan prinsip
reaksi kimia, proses fisika dan matematika. Dengan menggunakan persamaan tersebut
dapat diperkirakan suatu kejadian pada suatu hasil (produk) dengan mengubah suhu,
tekanan, ukuran alat dan sebagainya. Penentuan dinamika proses dengan menggunakan
metode pengosongan tangki.

Oleh karena itu, praktikum dilakukan agar praktikan lebih memahami tentang dinamika
proses keadaan tunak dan keadaan tidak tunak atau biasanya disebut steady state dan
unsteady state untuk sistem-sistem fisik sederhana, mengetahui laju alir keluaran pada
tangki dan mengetahui nilai laju alir volumetrik dan serta praktikum juga dapat
mengetahui penerapannya pada bidang industri.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui luas penampang tangki 1 dan tangki 2
2. Mengetahui laju alir keluaran pada tangki 1 dan tangki 2
3. Mengetahui harga konstanta k dan n pada tangki 1 dengan bukaan 1 putaran dan
tangki 2 dengan bukaan ¾ putaran.
4. Mengetahui waktu keadaan tunak sebelum dan sesudah diberi gangguan dengan
bukaan 1 putaran
BAB II
LANDASAN TEORI

Dinamika proses adalah variasi unjuk kerja suatu proses dinamika dari waktu ke waktu
sebagai respon terhadap gangguan-gangguan dan perubahan-perubahan terhadap proses
atau sistem teknik kimia setelah diberi gangguan untuk mencapai keadaan tunak (Sater,
1980).

Kedimensian tangki air diuji coba dengan pengosongan tangki dan pemberian gangguan
pada tangki berisi air yang tenang dengan ketinggian tunak. Luas penampang tangki
dikalibrasi dengan mengalurkan grafik volume terhadap penurunan ketinggian air dalam
tangki (h). Volume tangki dihitung dengan persamaan :
𝜋𝐷 2
𝑉= .ℎ …(2.1)
4

𝜋𝐷 2
Dimana adalah luas penampang tangki. Dengan demikian A adalah gradient dari
4

grafik V-h. Jika diketahui luas penampang, maka laju alir volumetrik dari valve yang
digunakan (dengan bukaan tertentu) dapat diketahui (Sater, 1980).

Debit air pada masing-masing valve bergantung pada variasi bukaan valve. Makin besar
bukaan valve, makin besar pula debit airnya. Perhitungan debit air ini dilakukan untuk
memperkirakan bukaan valve yang sesuai dengan yang dibutuhkan saat percobaan
simulasi gangguan. Proses pengosongan tangki dimaksudkan untuk menentukan
parameter laju volumetrik keluaran (k dan n). Laju volumetrik keluaran tangki
merupakan fungsi dari ketinggian air dalam tangki. Dasar percobaan ini adalah
persamaan Bernoulli.
𝑃1 1 𝑃1 1
+ 2 𝑉12 + 𝑔ℎ1 = + 2 𝑉22 + 𝑔ℎ2 …(2.2)
𝑃 𝑃

𝑃1 𝑃2
Mulut tangki dan saluran keluaran terbuka pada tekanan atmosfer sehingga = .
𝑃 𝑃

Persamaan tersebut menjadi


1
[𝑉22 ] = 𝑔[ℎ1 − ℎ2 ] …(2.3)
2
Selanjutnya digunakan asumsi 𝑉12 dapat diabaikan terhadap 𝑉22 karena dianggap luas
penampang tangki jauh lebih besar daripada saluran keluaran sehingga :
1
[𝑉22 ] = 𝑔[ℎ1 − ℎ2 ] … (2.4)
2

Persamaan tersebut disederhanakan :


𝑉2 = √2𝑔[ℎ1 − ℎ2 ] ...(2.5)

1⁄
𝑉2 = √2𝑔∆ℎ 2 …(2.6)

1⁄
𝑉2 adalah laju linear, sedangkan debit adalah 𝐴. 𝑉2 = 𝐴√2𝑔∆ℎ 2. Dari persamaan ini

diketahui bahwa debit adalah fungsi h,


𝑄 = 𝑘. ℎ𝑛 ...(2.7)
Pada konsidi ini n = 0.5 (Sater,1980).

Pada proses pengosongan tangki ini, neraca massa dalam tangki adalah
Akumulasi = massa air masuk – massa air keluar ...(2.8)

Pada proses pengosongan tangki massa masuk = 0, sehingga


𝑑𝑉
= −𝑄𝑜𝑢𝑡 ...(2.9)
𝑑𝑡
𝑑ℎ
𝐴. 𝑑𝑡 = −𝑘. ℎ𝑛 ...(2.10)
𝑑ℎ 𝑘
= − 𝐴 . ℎ𝑛 ...(2.11)
𝑑𝑡

Dari persamaan tersebut disimpulkan bahwa laju perubahan ketinggian air dalam tangki
bergantung pada ketinggian tangki setiap saat. Konstanta k dan n merupakan parameter
yang menunjukkan keidealan tangki (Sater,1980).

Data yang diperoleh adalah h dan t. nilai k dan n bisa dicari dengan linearisasi
persamaan neraca massa :
𝑑ℎ 𝑘
𝑙𝑛 𝑑𝑡 = 𝑛. ln ℎ − ln⁡(𝐴) ...(2.12)
𝑘
Dimana −ln⁡(𝐴) adalah gradient garis (Sater,1980).

Cara lain yang lebih akurat adalah dengan metoda numerik dengan menggunakan
bantuan program komputer (Sater, 1980).

Simulasi gangguan pada tangki dilakukan dengan mengganggu sistem tangki yang
sudah tunak. Gangguan diberikan dengan menambahkan air masuk secara tiba-tiba atau
mengurangi jumlah air yang sudah tunak dengan memperbesar bukaan valve keluaran.
Jika dilakukan gangguan penambahan air ke dalam tangki, neraca massa tangki akan
menjadi :
Akumulasi = massa air masuk – massa air keluar ...(2.13)

𝑑ℎ
𝐴. 𝑑𝑡 = (𝑄1 + 𝑄2 ) − 𝑄𝑜𝑢𝑡 ...(2.14)

Dengan adanya tambahan air, maka debit keluaran akan berubah dan akhirnya mencapai
keadaan tunak yang kedua. Selama simulasi dicatat perubahan ketinggian terhadap
waktu. Umumnya keadaan tunak sulit dicapai, dibutuhkan waktu yang lebih lama dan
tangki dengan luas permukaan relatif besar untuk mencapai kondisi tunak yang
sempurna. Waktu untuk mencapai kondisi tunak dipengaruhi besar kecilnya debit pada
tiap-tiap valve yang mempengaruhi parameter k dan n (Sater,1980).

Kesalahan sering terjadi karena ketidak tepatan penentuan waktu saat terjadinya kondisi
tunak. Jika simulasi sudah berlangsung lama, perubahan ketinggian air pada setiap
variasi bukaan akan sangat lambat, walaupun mempunyai kecenderungan untuk berubah
pada jangka waktu yang lama (Sater,1980).

Keadaan tunak (steady state) adalah keadaan dimana suatu sistem berada dalam
kesetimbangan atau tidak berubah lagi seiring waktu, atau tunak, atau mantap
(McCabe,1976).

Ada banyak fenomena didunia ini yang bisa dianggap sebagai keadaan tunak. Contoh
sistem yang tunak (steady state) adalah potensial listrik pada daerah yang bebas muatan
(daerah tanpa muatan listrik), sistem dengan temperatur yang tidak berubah seiring
waktu pada daerah yang bebas sumber panas, potensial kecepatan pada aliran tak
mampu mampat yang bebas pusaran dan bebas sumber kecepatan. Keadaan tidak tunak
(unsteady state) adalah keadaan dimana suatu sistem berada tidak dalam kesetimbangan
atau akan berubah lagi seiring waktu, atau tidak, atau tidak mantap (McCabe,1976).

Dalam suatu industri terutama yang bergerak dalam pengolahan liquid, tentu memiliki
sistem perpipaan yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya liquid. Setiap rangkaian
pipa pastinya memiliki suatu alat yang digunakan untuk mengalirkan atau mengatur
jumlah aliran agar proses pengolahan dapat berjalan sesuai dengan yang ditentukan.
Alat tersebut disebut dengan valve atau sering juga disebut katup, contoh sederhananya
yaitu kran air yang hampir kita gunakan setiap hari. Valve atau katup adalah sebuah
perangkat yang terpasang pada sistem perpipaan, yang berfungsi untuk mengantur,
mengontrol, dan mengarahkan laju aliran fluida. Katup atau valve memiliki peran
penting dalam suatu industri seperti industri migas yang meliputi pengaliran ke dalam
kolom destilasi dan mengontrol pengapian pada furnace (Brown, 1950).

Valve dapat dioperasikan secara manual, baik dengan menggunakan pegangan tuas
pedal dan lain sebagainya. Selain dioperasikan secara otomatis dengan menggunakan
prinsip perubahan aliran, tekanan dan suhu. Perubahan tersebut akan mempengaruhi
diafragma, pegas ataupun piston sehingga secara otomatis akan menggerakkan katup
dengan sistem buka tutup (Brown,1950).

Terdapat berbagai macam jenis valve, beserta dengan kriteria penggunaannya masing-
masing. Berikut fungsi-fungsi utama valve :
a. Untuk menutup dan membuka aliran dengan syarat, ketika terbuka memiliki
hambatan aliran dan pressure loss yang minimum. Contohnya gate, ball, plug, dan
butterfly valve.
b. Untuk mengatur aliran, dengan cara menahan aliran dengan perubahan arah atau
menggunakan suatu hambatan bisa juga dengan kombinasi keduanya.
c. Untuk mencegah aliran balik (block flow), biasanya menggunakan check valve (lift
check atau swing check). Valve ini akan tetap terbuka dan akan tertutup apabila
terdapat aliran yang berlawanan arah.
d. Untuk mengatur tekanan, dalam beberapa aplikasi valve, tekanan yang masuk (line
pressure) harus dikurangi untuk mencapai tekanan yang digunakan. Biasanya
menggunakan pressure-packing valve atau regulator.
e. Untuk pressure relief dengan menggunakan relief valve dan safety valve. Relief
valve digunakan untuk mengatasi bila adanya tekanan yang berlebihan yang dapat
mengganggu proses aliran bahkan kegagalan proses. Sedangkan safety valve
menggunakan per (spring loaded) valve ini akan membuka jika tekanan melebihi
batas yang sudah ditentukan
(McCabe,1976).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat – Alat
a. Rangkaian alat dinamika proses
b. Gelas ukur 1000 mL
c. Stopwatch

3.3.2 Bahan – Bahan


a. Air

3.2 Rangkaian Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat


Keterangan:
a. Bak Tangki Penampungan
b. Pompa
c. Kran
d. Meteran
e. Tangki 2
f. Tangki 1
g. Reservoir
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Penentuan Luas Penampang Tangki
a. Diisi air sebanyak 1000 ml dengan menggunakan gelas ukur pada tangki 1 yang
mula-mula dikosongkan
b. Dicatat tinggi air pada tangki 1 setiap penambahan volume tangki 1000 ml
c. Diulangi percobaan diatas sebanyak 10 kali
d. Dibuat kurva antar volume air terhadap ketinggian air di dalam tangki dari data
yang diperoleh
e. Diulangi langkah a sampai e untuk tangki 2

3.3.2 Penentuan Laju Alir Keluaran Tangki


a. Diisi air kedalam tangki 1 sampai ketinggian 20 cm (pada saat t = 0)
b. Dicatat ketinggian air pada tangki 1 pada saat t=0
3
c. Dibuka valve keluaran tangki 1 dengan bukaan 4 dan 1 putaran

d. Dicatat waktu yang dibutuhkan pada setiap penurunan tangki 1 setiap 2 cm


dengan menggunakan stopwatch hingga tangki kosong
e. Digunakan prosedur diatas a sampai d untuk tangki 2

3.3.3 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki


a. Diisi air kedalam tangki 1 sampai ketinggian 20 cm (pada saat t = 0)
b. Dicatat ketinggian air pada tangki 1 pada saat t=0
3
c. Dibuka valve keluaran tangki 1 dengan bukaan 4 dan 1 putaran

d. Dicatat waktu yang dibutuhkan pada setiap penurunan tinggi air pada tangki
sebanyak 2 cm
e. Digunakan prosedur diatas a sampai d untuk tangki 2
3.3.4 Simulasi gangguan pada tangki
a. Diisi air kedalam tangki 1 sampai ketinggian 30 cm
3
b. Ditentukan bukaan valve input yaitu putaran dan bukaan valve output yaitu
4

1putaran
c. Dicatat tinggi air pada tangki saat t=0
d. Dibuka valve input dan keluaran tangki dengan bukaan yang telah ditentukan
e. Dicatat ketinggian air didalam tangki setiap 10 detik
f. Dilakukan percobaan ini hingga mencapai keadaan tunak
g. Setelah tunak diberi gangguan pada tangki selama 2 menit dengan bukaan valve
input sebesar 1 putaran, kemudian tutup bukaan kran tersebut.
h. Dicatat ketinggian air dalam tangki setiap 10 detik
i. Dilakukan percobaan ini hingga mencapai keadaan tunak kembali
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Penetuan Luas Penampang
Tabel 4.1 Data Pengamatan Luas Penampang Tangki 1 dan Tangki 2

Tangki 1 Tangki 2
No Vol (mL)
h (cm) h (cm)
1 1000 3,1 3
2 2000 5,2 5,2
3 3000 7,4 7,2
4 4000 9,5 9,2
5 5000 11,6 11,3
6 6000 13,7 13,4
7 7000 15,8 15,4
8 8000 18 17,5

9 9000 20 19,5

10 10000 22,3 21,5

4.1.2 Penentuan Laju Alir


Tabel 4.2 Data Pengamatan Laju Alir Tangki 1

Tangki 1
No Bukaan valve ¾ Putaran Bukaan valve 1 Putaran
h (cm) t (s) V (mL) h (cm) t (s) V (mL)
1 20 0 9417,2000 20 0 9417,2000
2 18 23,58 8475,4800 18 14,84 8475,4800
3 16 47,13 7533,7600 16 29,27 7533,7600
4 14 71,41 6592,0400 14 44,12 6592,0400
5 12 96,45 5650,3200 12 58,97 5650,3200
6 10 123,81 4708,6000 10 75,20 4708,6000
7 8 151,24 3766,8800 8 91,26 3766,8800
8 6 179,08 2825,1600 6 108,29 2825,1600
9 4 209,90 1883,4400 4 126,13 1883,4400
10 2 239,35 941,7200 2 145,01 941,7200
Tabel 4.3 Data Pengamatan Laju Alir Tangki 2

Tangki 2
No Bukaan valve ¾ Putaran Bukaan valve 1 Putaran
h (cm) t (s) V (mL) h (cm) t (s) V (mL)
1 20 0 9739,6000 20 0 9739,6000
2 18 17,14 8765,6400 18 9,05 8765,6400
3 16 33,76 7791,6800 16 18,74 7791,6800
4 14 50,02 6817,7200 14 27,74 6817,7200
5 12 67,06 5843,7600 12 37,86 5843,7600
6 10 84,81 4869,8000 10 47,29 4869,8000
7 8 103,93 3895,8400 8 57,52 3895,8400
8 6 122,97 2921,8800 6 68,42 2921,8800
9 4 144,51 1947,9200 4 79,63 1947,9200
10 2 163,32 973,9600 2 91,01 973,9600

4.1.3 Data Perhitungan Penentuan Nilai k dan n


Tabel 4.4 Perhitungan Penentuan nilai k dan n Tangki 1 Bukaan Valve ¾ Putaran

Tangki 1
No Bukaan valve 3/4 Putaran
h (cm) t (s) dh/dt A × -dh/dt ln (-A × dh/dt) ln h
1 20 0 -0,0848 39,9289 3,6871 2,9957
2 18 23,76 -0,0824 38,8102 3,6587 2,8904
3 16 48,44 -0,0800 37,6481 3,6283 2,7726
4 14 74,01 -0,0774 36,4441 3,5958 2,6391
5 12 99,74 -0,0748 35,2326 3,5620 2,4849
6 10 127 -0,0721 33,9490 3,5249 2,3026
7 8 155,48 -0,0693 32,6080 3,4846 2,0794
8 6 184,93 -0,0663 31,2213 3,4411 1,7918
9 4 214,83 -0,0633 29,8134 3,3950 1,3863
10 2 247,45 -0,0601 28,2775 3,3421 0,6931
Tabel 4.5 Perhitungan Penentuan nilai k dan n Tangki 2 Bukaan Valve 1 Putaran

Tangki 2
No Bukaan 1 Putaran
h (cm) t (s) dh/dt A × -dh/dt ln (-A × dh/dt) ln h
1 20 0 -0,2172 105,7721 4,6613 2,9957
2 18 10,23 -0,2111 102,7830 4,6326 2,8904
3 16 19,67 -0,2054 100,0247 4,6054 2,7726
4 14 28,95 -0,1998 97,3132 4,5779 2,6391
5 12 38,78 -0,1939 94,4410 4,5480 2,4849
6 10 49,49 -0,1875 91,3117 4,5143 2,3026
7 8 60,06 -0,1812 88,2232 4,4799 2,0794
8 6 71,12 -0,1745 84,9916 4,4426 1,7918
9 4 82,5 -0,1677 81,6665 4,4026 1,3863
10 2 94,22 -0,1607 78,2421 4,3598 0,6931

4.1.4 Data Perhitungan Simulasi Gangguan


Tabel 4.8 Data Perhitungan Simulasi Gangguan pada Tangki 1

Tangki 1 (in = 3/4 Putaran ; out = 1 Putaran)


No Keadaan Tunak Gangguan (1 Putaran)
h
h (cm) t (s) V (mL) t (s) V (mL)
(cm)
1 30 0 14125,8000 29,8 0 14512,0000
2 29,5 10 13890,3700 29,5 10 14365,9100
3 29 20 13654,9400 29 20 14122,4200
4 28,5 30 13419,5100 28,7 30 13976,3300
5 28,3 40 13325,3400 28,3 40 13781,5300
6 27,8 50 13089,9100 27,9 50 13586,7400
7 27,5 60 12948,6500 27,5 60 13391,9500
8 27 70 12713,2200 27 70 13148,4600
9 26,8 80 12619,0500 27 80 13148,4600
10 26,5 90 12477,7900 26,9 90 13099,7600
11 26 100 12242,3600 26,5 100 12904,9700
12 25,8 110333 12148,1900 26,2 110 12758,8800
13 25,3 120 11912,7600 25,9 120 12612,7800
14 24,8 130 11677,3300 25,7 130 12515,3900
15 24,6 140 11583,1600 25,4 140 12369,2900
16 24,4 150 11488,9800 25 150 12174,5000
17 24 160 11300,6400 24,7 160 12028,4100
18 23,8 170 11206,4700 24,5 170 11931,0100
19 23,5 180 11065,2100 24 180 11687,5200
20 23,2 190 10923,9500 23,9 190 11638,8200
21 23 200 10829,7800 23,6 200 11492,7300
22 22,8 210 10735,6100 23,5 210 11444,0300
23 22,4 220 10547,2600 23,1 220 11249,2400
24 22 230 10358,9200 23 230 11200,5400
25 21,8 240 10264,7500 22,6 240 11005,7500
26 21,5 250 10123,4900 22,4 250 10908,3500
27 21,3 260 10029,3200 22 260 10713,5600
28 21,2 270 9982,2320 21,9 270 10664,8600
29 21 280 9888,0600 21,8 280 10616,1600
30 20,7 290 9746,8020 21,5 290 10470,0700
31 20,5 300 9652,6300 21,3 300 10372,6700
32 20,3 310 9558,4580 21 310 10226,5800
33 20 320 9417,2000 20,9 320 10177,8800
34 19,8 330 9323,0280 20,7 330 10080,4900
35 19,6 340 9228,8560 20,5 340 9983,0900
36 19,4 350 9134,6840 20,3 350 9885,6940
37 19,3 360 9087,5980 20 360 9739,6000
39 19 370 8946,3400 19,8 370 9642,2040
40 19 380 8946,3400 19,5 380 9496,1100
41 18,8 390 8852,1680 19,5 390 9496,1100
42 18,5 400 8710,9100 19,4 400 9447,4120
43 18,3 410 8616,7380 19,2 410 9350,0160
44 18 420 8475,4800 19 420 9252,6200
45 17,8 430 8381,3080 19 430 9252,6200
46 17,7 440 8334,2220 18,8 440 9155,2240
47 17,5 450 8240,0500 18,8 450 9155,2240
48 17,2 460 8098,7920 18,5 460 9009,1300
49 17 470 8004,6200 18,3 470 8911,7340
50 16,9 480 7957,5340 18,3 480 8911,7340
51 16,9 490 7957,5340 18 490 8765,6400
52 16,7 500 7863,3620 18 500 8765,6400
53 16,6 510 7816,2760 18 510 8765,6400
54 16,5 520 7769,1900 18 520 8765,6400
55 16,4 530 7722,1040
56 16,3 540 7675,0180
57 16,1 550 7580,8460
58 16 560 7533,7600
59 15,9 570 7486,6740
60 15,8 580 7439,5880
61 15,7 590 7392,5020
62 15,6 600 7345,4160
63 15,5 610 7298,3300
64 15,4 620 7251,2440
65 15,3 630 7204,1580
66 15,3 640 7204,1580
67 15,2 650 7157,0720
68 15,1 660 7109,9860
69 15 670 7062,9000
70 14,9 680 7015,8140
71 14,8 680 6968,7280
72 14,7 690 6921,6420
73 14,6 700 6874,5560
74 14,5 710 6827,4700
75 14,5 720 6827,4700
76 14,4 730 6780,3840
77 14,3 740 6733,2980
78 14,3 750 6733,2980
79 14,2 760 6686,2120
80 14,2 770 6686,2120
81 14,1 780 6639,1260
82 14 790 6592,0400
83 14 800 6592,0400
84 13,9 810 6544,9540
85 13,9 820 6544,9540
86 13,8 830 6497,8680
87 13,7 840 6450,7820
88 13,7 850 6450,7820
89 13,6 860 6403,6960
90 13,4 870 6309,5240
91 13,4 880 6309,5240
92 13,3 890 6262,4380
93 13,3 900 6262,4380
94 13,2 910 6215,3520
95 13,2 920 6215,3520
96 13,1 930 6168,2660
97 13 940 6121,1800
98 13 950 6121,1800
99 13 960 6121,1800
100 12,8 970 6027,0080
101 12,8 980 6027,0080
102 12,8 990 6027,0080
103 12,8 1000 6027,0080
104 30 1010 14125,8000

4.2 Pembahasan
Pada praktikum dinamika proses ini dilakukan dengan 4 Percobaan yaitu: penentuan
luas penampang (A) pada tangki 1 dan tangki 2, penentuan laju alir (Q) pada tangki 1
dengan ¾ putaran dan 1 putaran dan pada tangki 2 dengan ¾ putaran dan 1 putaran,
penentuan nilai k dan n pada tangki 1 dengan ¾ putaran dan tangki 2 pada 1 putaran,
dan pengamatan simulasi gangguan dalam tangki 1 pada saat keadaan tunak maupun
diberi gangguan. Percobaan dinamika proses ini akan berfokus pada proses dinamik dari
waktu ke waktu sebagai respon terhadap gangguan diamati pada percobaan profil
ketinggian air dalam tangki terhadap waktu. Sedangkan percobaan perbahan temperatur
terhadap waktu tidak dilakukan karena suhu fluida dianggap konstan.

4.2.1 Penentuan Luas Penampang Tangki 1 dan Tangki 2

12000
y = 470.86x - 461.11
10000
R² = 0.9999
8000
Volume (mL)

6000

4000

2000

0
0 5 10 15 20 25
Tinggi (cm)

Gambar 4.1 Penentuan Luas Penampang Tangki 1


12000
y = 486.98x - 499.63
10000
R² = 0.9999

Volume (mL)
8000

6000

4000

2000

0
0 5 10 15 20 25
Tinggi (cm)

Gambar 4.2 Penentuan Luas Penampang Tangki 2

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, untuk menempatkan luas penampang tangki maka
dibuat grafik dengan sumbu x = h (cm) dan sumbu y = V (mL) seperti pada Gambar 4.1
dan Gambar 4.2 dan menghasilkan persamaan dengan menggunakan regresi linier y =
ax + b. Diperoleh persamaan pada tangki 1 yaitu y = 470,86x – 461,11 dan pada tangka
2 yaitu y = 486,98x – 499,63. Sehingga luas penampang tangki diperoleh yaitu pada
tangki 1 adalah 470,86 cm2 dan pada tangki 2 adalah 486,98 cm2. Didapatkan hasil pada
tangki 1 memiliki luas penampang lebih kecil daripada tangki 2.

4.2.2 Penentuan Laju Alir Keluaran Tangki 1 dan Tangki 2

Diketahui luas penampang tangki 1 adalah 470,86 cm2 dan luas penampang pada tangki
2 adalah 486,98 cm2, maka jari-jari(r) masing-masing tangki dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

1
A = 4 𝜋⁡𝐷2 ... (4.1)

𝐴⁡×⁡4
D =√ ⁡ ... (4.2)
𝜋

𝐷
r= ... (4.3)
2
Untuk tangki 1,
470,86⁡×4
D=√ ⁡
3.14

= 24.4913
24,4913
r = 2

= 12,2457

Untuk tangki 2,
486,98×4
D=√ ⁡
3.14

= 24,9069
24,9069
r = 2

= 12,4535

Dari masing-masing nilai r tangki yang didapat, kemudian dihitung masing-masing


volume berdasarkan ketinggian air pada tangki dengan rumus:
V = 𝜋. r2 . h … (4.4)
Hasil perhitungan volume pada tangki 1 dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dilihat dari segi
waktu yang diperlukan tiap 2 cm antar variasi bukaan valve nya ialah pada bukaan valve
1 putaran memiliki waktu yang lebih kecil dibandingkan bukaan valve ¾ putaran. Untuk
mengetahui laju alir keluaran tangki dibuat grafik dengan sumbu x = h (cm) dan y = V
(mL).
10000
9000
8000
7000
Volume (mL)

6000
5000 3/4 Putaran
4000 y = -35.359x + 9217.3
3000 R² = 0.9978
2000 1 putaran

1000 y = -58.814x + 9255.8


R² = 0.9981
0
0 50 100 150 200 250 300
waktu (s)

Gambar 4.3 Penentuan Laju Alir Tangki 1

Dari Gambar 4.3 didapatkan persamaan dengan menggunakan regresi linier y = ax + b


dimana y = V (volume) dan a = Q (laju alir), dan x = t (waktu). Persamaan yang
didapatkan pada tangki 1 untuk bukaan valve ¾ putaran y = -35,359x + 9217,3 dan
untuk bukaan valve 1 putaran yaitu y = -58,814x + 9255,8. Tanda minus (-)
menandakan nilai besaran fluida yang meninggalkan tangki. Sehingga didapatkan hasil
laju alir keluaran pada tangki 1, bukaan ¾ putaran adalah 35,359 mL/s dan bukaan valve
1 putaran adalah 58,814 mL/s.

Hasil perhitungan volume pada tangki 2 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Berdasarkan
Tabel 4.4 maka grafik penentuan laju alir keluaran tangki 2 dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
12000

10000

8000
Volume (mL)

3/4 Putaran
6000 1 Putaran

y = -53.703x + 9586 Linear (3/4 Putaran)


4000 R² = 0.9982 Linear (1 Putaran)

2000
y = -96.643x + 9582.6
0 R² = 0.9985
0 50 100 150 200
Waktu (s)

Gambar 4.4 Penentuan Laju Alir Tangki 2

Dari Gambar 4.4 didapatkan persamaan dengan menggunakan regresi linier y = ax + b


dimana y = V (volume) dan a = Q (laju alir), dan x = t (waktu). Persamaan yang
didapatkan pada tangki 2 untuk bukaan valve ¾ putaran y = -53,703x + 9586 dan untuk
bukaan valve 1 putaran yaitu y = -96,643x + 9582,6. Tanda minus (-) menandakan nilai
besaran fluida yang meninggalkan tangki. Sehingga didapatkan hasil laju alir keluaran
pada tangki 2, bukaan ¾ putaran adalah 53,703 mL/s dan bukaan valve 1 putaran adalah
96,643 mL/s.

Pada tangki 1 dan tangki 2 dengan bukaan yang sama memiliki laju alir yang berbeda,
yang dimana laju alir pada tangki 1 lebih kecil dibandingkan dengan tangki 2 hal ini di
karenakan luas penampang tangki 1 lebih kecil dibandingkan dengan luas penampang
tangki 2 sehingga pengaruh luas penampang berbanding lurus dengan laju alir keluaran.
Kemudian dapat disimpulkan laju alir keluaran bukaan valve 1 putaran lebih besar
dibandingkan bukaan valve ¾ putaran sehingga pengaruh bukaan valve berbanding
lurus dengan laju alir keluaran.

4.2.3 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 1 dan Tangki 2

Harga k dan n didapatkan dari hasil linierisasi persamaan:


𝑑ℎ 𝑘
= 𝐴 . hn
𝑑𝑡
𝑑ℎ 𝑘
ln = n .ln h - ln 𝐴
𝑑𝑡

Nilai dh/dt dapat dicari dari regresi non linier grafik h terhadap t dengan memasukkan
nilai t sebagai variabel bebas. Hasil integrasi persamaan tersebut adalah garis lurus
dengan intersep – ln (k/A) dengan gradien n.

30

25

20
h (cm)

15

y = 5E-05x2 - 0.0848x + 19.995


10 R² = 1

0
0 50 100 150 200 250 300
t (s)

Gambar 4.5 Penentuan Nilai dh/dt pada Tangki 1

3.7500
3.7000
y = 0.1535x + 3.1937
3.6500
R² = 0.9516
3.6000
ln (-A.dh/dt)

3.5500
3.5000
3.4500
3.4000
3.3500
3.3000
3.2500
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000
ln h

Gambar 4.6 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 1 bukaan valve ¾ putaran
Dibuat grafik dengan sumbu x = t (s) dan sumbu y = h (cm). Diperoleh persamaan dari
Gambar 4.5, pada tangki 1 y = 0,00005x2 – 0,0848x + 19,995, dan diturunkan
persamaan tersebut menjadi y = 0,0001x – 0,0848. Dengan memasukkan nilai x adalah
t(s) sehingga didapat nilai dh/dt pada Tabel 4.5. Untuk memperoleh nilai k dan n dibuat
lagi grafik dengan sumbu x = ln h dan sumbu y = ln (-A.dh/dt) sehingga diperoleh
persamaan linier pada tangki 1 yaitu y = 0,1535x + 3,1937 dimana menurut persamaan
untuk menentukan nilai k dan n, ln(-A.dh/dt) = n.ln.h – ln k. Dari persamaan tersebut
diperoleh nilai n = 0,1535dan nilai k = exp(3,1937) yaitu 24,3785 untuk tangki 1.
25

20

15
h (cm)

10

5 y = 0.0003x2 - 0.2172x + 20.091


R² = 0.9999
0
0 20 40 60 80 100
t (s)

Gambar 4.7 Penentuan Nilai dh/dt pada Tangki 2

4.7000
4.6500 y = 0.1334x + 4.2285
4.6000 R² = 0.9448
ln(-A.dh/dt)

4.5500
4.5000
4.4500
4.4000
4.3500
4.3000
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000
ln h

Gambar 4.8 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 2 bukaan valve 1 putaran
Pada tangki 2 dilakukan metode yang sama seperti tangki 1 dengan bukaan valve 1
putaran serta dicatat waktu setiap penurunan 2 cm. Selanjutnya dibuat grafik dengan
sumbu x = t (s) dan sumbu y = h (cm). Diperoleh persamaan dari Gambar 4.7 pada
tangki 2 adalah y = 0,0003x2 – 0,2172x + 20,091. Dan diturunkan persamaan tersebut y
= 0,0006x – 0,2172. Dengan memasukkan nilai x adalah t(s) sehingga didapat nilai
dh/dt pada Tabel 4.6. Untuk memperoleh nilai k dan n dibuat lagi grafik dengan sumbu
x = ln h dan sumbu y = ln (-A.dh/dt) sehingga diperoleh persamaan linier pada tangki 2
yaitu y = 0,1334x + 4,2285 dimana menurut persamaan untuk menentukan nilai k dan n,
ln(-A.dh/dt) = n.ln.h – ln k. Dari persamaan tersebut diperoleh nilai n = 0,1334 dan nilai
k = exp(4,2285) yaitu 68,6142 untuk tangki 2.

Nilai n dan k diperlukan untuk mengetahui keidealan suatu tangki. Semakin besar
bukaan valve maka gesekan antara fluida dengan dinding semakin kecil dan akan
menghasilkan nilai parameter k yang semakin besar. Laju alir yang keluar berpengaruh
terhadap nilai k. Nilai n yang didapat dari hasil percobaan tidak ideal karena pada
literatur parameter n yang ideal adalah 0,5.

4.2.4 Simulasi Gangguan Pada Tangki 1


Pada tangki yang telah tunak, langsung diberikan gangguan secara mendadak dengan
menambah bukaan valve input sebanyak 1 putaran. Pada gangguan tersebut
menyebabkan sistem didalam tangki menjadi tidak stabil dan profil ketinggian berubah.
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dibuat grafik perbedaan profil ketinggian tangki sebelum
dan sesudah diberi gangguan seperti pada Gambar 4.9 dan 4.10 dibawah ini:
35

30

25
Tinggi (cm)

20

15
1010, 12.8
10

0
0 200 400 600 800 1000 1200
waktu (s)

Gambar 4.9 Simulasi pada Tangki 1 Keadaan Tunak

35

30

25
Tinggi (cm)

20
520, 18
15

10

0
0 100 200 300 400 500 600
waktu (s)

Gambar 4.10 Simulasi pada Tangki 1 Setelah Diberi Gangguaan

Pada percobaan terakhir yaitu simulasi gangguan pada tangki metode pertama dengan
diisi air pada tangki dengan tinggi awal 30 cm variasi bukaan valve input adalah ¾
putaran dan output 1 putaran, dibuka valve bersamaan dengan nyalanya stopwatch
dihitung ketinggian tiap 10 detiknya, pencatatan ketinggian berhenti hingga data yang
didapatkan konstan, hal ini menandakan keadaan tangki yang berisikan air telah tunak,
keadaan tunak ini telah berlangsung pada 12,8 cm dengan waktu 1010 detik. Pada
simulasi gangguan tangki yang berisikan air dengan metode sebelumnya yakni pada
12,8 cm ini diberi gangguan dengan dibukanya valve gangguan sebesar 1 putaran
selama 2 menit didapat tinggi air dalam tangki 29,8 cm, kemudian ditutup bukaan valve
gangguan tersebut. Lalu dimulai waktu penghitungan ketinggian setiap 10 detik dan
hasilnya keadaan tunak pada tinggi 18 cm dengan waktu 520 detik, hasil ini lebih cepat
dibandingkan dengan simulasi gangguan pertama hal ini dikarenakan adanya
penambahan volume dengan bukaan valve 1 putaran selama 2 menit sehingga pada air
yang sudah tunak diberi gangguan lagi akan lebih cepat untuk mencapai keadaan
tunaknya. Dari data-data tersebut dibuat grafik yaitu pada Gambar 4.9 untuk keadaan
tunak dan Gambar 4.10 setelah diberi gangguan.

Faktor kesalahan pada praktikum kali ini yaitu kurang telitinya membaca hasil
ketinggian pada tangki serta saat percobaan simulasi gangguan pada tangki diulang
hingga 2 kali percobaan dikarenakan bukaan valve input kurang sesuai.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Didapatkan nilai luas penampang pada tangki 1 bernilai 470,86 cm2 dan pada
tangki 2 bernilai 486,98 cm2.
2. Didapatkan nilai laju alir pada tangki 1 dengan putaran 1 dan putaran 0,75 adalah
sebesar 58,814 mL/s dan 35,359 mL/s. Sedangkan pada tangki 2, putaran 1 dan
0,75 adalah 96,643 mL/s dan 53,703 mL/s.
3. Didapatkan nilai k pada tangki 1 dan 2 sebesar 24,3785 dan 68,6142. Nilai n pada
tangki 1 dan tangki 2 sebesar 0,1535 dan 0,1334.
4. Didapatkan waktu keadaan tunak sebesar 1010 detik dan waktu keadaan tunak
setelah diberi gangguan 1 putaran sebesar 520 detik.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan air yang berwarna agar
praktikan lebih mudah melakukan pengamatan dalam tangki serta menggunakan larutan
yang memiliki viskositas lebih tinggi seperti minyak goreng agar praktikan dapat
mengetahui pengaruh viskositas pada praktikum dinamika proses.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, G.G, 1950, Unit Operation, John Wiley and Sons, New York
McCabe, WL and Smith, JC, 1976, Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd ed,
McGraw Hill Co, New York
Sater, V.E, 1980, First Order, in AlchE, Series A : Process Control, vol 1, Analysis of
dynamic systems, American Institute, New York

Anda mungkin juga menyukai