Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PRAKTIKUM

DINAMIKA PROSES

Oleh:

KELOMPOK 12 (DUA BELAS)


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
MUHAMMAD FATHAN GHAVARI A.A 2009066008
MUHAMMAD ARYA ABDILLAH 2009066022
SITI FATIMAH AZZAHRA 2009066031
JULIYANTI 2009066033

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang teknik kimia sangat dibutuhkan suatu kemampuan untuk
mengkuantifikasikan dari kelakuan suatu elemen proses atau proses itu sendiri.
Kemampuan tersebut dikenal dari permodelan. Dalam melakukan permodelan
tersebut digunakan prinsip reaksi kimia, proses fisika, dan proses matematika
untuk memperoleh suatu persamaan, dengan menggunakan persamaan tersebut
dapat diperkirakan suatu kejadian pada suatu hasil (produk) dengan mengubah
suhu, tekanan, ukuran alat, dan sebagainya.

Pada pengoperasian proses kimia terkadang akan mengalami suatu gangguan,


salah satunya adalah dinamika proses. Dinamika proses sering kali terjadi dan
selalu terjadi selama proses belum mencapai kondisi tunak. Dinamika proses
merupakan unjuk kerja proses yang profilnya selalu berubah terhadap waktu.
Keadaan tunak dalam dinamika proses terjadi karena adanya gangguan terhadap
kondisi proses yang tunak. Dinamika proses selalu terjadi selama sistem proses
belum mencapai kondisi tunak, agar proses selalu stabil, karakteristik dinamika
sistem proses dan sistem pemroses harus diidentifikasi.

Proses dalam industri kebanyakan berlangsung secara kontinyu, sehingga tinggi


cairan dalam penampung setiap saat dapat diketahui dengan menghitung waktu
penurunan cairan. Waktu penurunan cairan ini bisa diperkirakan dengan rumus
pendekatan yang kemudian dikenakan faktor koreksi untuk mendapatkan waktu
penurunan cairan yang mendekati sebenarnya

Oleh karena itu, perlunya dilakukan praktikum ini agar praktikan mampu
memahami tentang dinamika proses keadaan tunak (steady state) dan keadaan
tidak tunak (unsteady state) untuk sistem-sistem fisik sederhana. serta dapat
menerapkannya pada bidang industri.
1.2 Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui luas penampang tangki 1 dan tangki 2.
b. Untuk mengetahui laju alir keluaran tangki 1 dengan bukaan valve 2 putaran
dan 2 ¾ putaran.
c. Untuk mengetahui nilai n tangki 1 dan tangki 2 dengan bukaan valve 2 ¾
putaran
d. Untuk mengetahui simulasi gangguan pada suatu tangki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama-sama


dan melakukan suatu sasaran tertentu, sedangkan pengendalian diartikan
memperoleh keadaan yang diinginkan dengan cara mengatur variable tertentu
dalam sistem. Sistem pengendalian proses adalah sistem pengendalian suatu
parameter dari berbagai macam proses. Didalam suatu proses banyak parameter
yang harus dikendalikan. Dalam hal ini, pengendalian proses diterapkan pada
reaktor, penukar panas, kolom pemisahan, tangki penampungan cairan, aliran
fluida dan masih banyak lagi (Heriyanto, 2010).

Dinamika proses adalah variasi dari kinerja proses sepanjang waktu setelah set
gangguan yang diberikan kedalam proses. Dinamika proses dapat ditentukan
dengan metode pengosongan tangki menggunakan sistem pemodelan. Dalam
metode pengaturan suhu, dilakukan dengan sistem berorde satu dan berorde dua
(Stanley, 1990).

Dinamika proses dapat ditentukan dengan metode pengosongan tangki


menggunakan sistem permodelan, sedangkan metode pengukuran suhu dilakukan
dengan sistem orde satu dan orde dua. Tahap awal dari pembuatan model suatu
proses adalah dengan melakukan analisa dari proses tersebut. Tujuan analisa
adalah mendapat gambaran dari kejadian secara fisik, memprediksi kelakuan
proses, membandingkan dengan kelakuan sebenarnya, mengevaluasi terhadap
keterbatasan dari model yang ada dan dilanjutkan dengan perancangan unit proses
(McCabe, 1996).

Dinamika proses menunjukkan adanya kondisi tidak tunak dalam setiap proses
setelah diberi gangguan untuk mencapai keadaan tunak baru. Ketidaktunakan ini
diakibatkan karena adanya gangguan pada sistem yang telah tunak. Dinamika
proses juga dipengaruhi oleh ketinggian air dalam tangki terhadap waktu serta
perubahan temperatur terhadap waktu (McCabe, 1976).

Keadaan tidak tunak (unsteady state) adalah keadaan dimana suatu sistem berada
tidak dalam kesetimbangan atau akan berubah lagi seiring waktu, atau tidak
mantap. Selain itu keadaan tunak (steady state) adalah keadaan dimana suatu
sistem berada dalam kesetimbangan atau tidak berubah lagi seiring waktu, atau
mantap (McCabe, 1976).

Dalam dinamika proses ada dua keadaan yang ditinjau dari dinamika proses yang
terjadi, yaitu:
a. Keadaan tunak (steady state)
Kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tidak berubah dengan berjalannya
waktu (konstan). Pada beberapa sistem, keadaan tunak baru akan dicapai
beberapa waktu setelah sistem dimulai, kondisi awal ini sering disebut
keadaan trannen.
b. Keadaan tidak tunak (unsteady state)
Untuk mempermudah penyelesaian bentuk kompleks dari non linier
diubah menjadi bentuk linier di seputar kondisi tunak.
(McCabe, 1996).

Variabel-variabel proses laju alir, suhu, tekanan, dan konsentrasi dalam


pengendalian proses kimia dapat dikelompok kan menjadi :
1. Variabel input
Variabel input adalah variabel yang menunjukkan pengaruh lingkungan
terhadap proses kimia.
a. Variabel termanipulasi
Variabel termanipulasi adalah variabel yang nilainya dapat diatur secara
bebas oleh operator atau mekanisme pengendalian.
b. Gangguan
Gangguan adalah variabel yang nilainya bukan hasil pengaturan operator
atau mekanisme pengendalian.
2. Variabel output
Variabel output adalah variabel yang menunjukkan pengaruh proses terhadap
lingkungan.
a. Variabel Terukur
Variabel terukur adalah jika nilai variabel yang dapat diketahui dengan
pengukuran secara langsung
b. Variabel Tak Terukur
Variabel tak terukur adalah nilai variabel yang tidak dapat diukur secara
langsung
(Stenley, 1990).

Kedimensian tangki air diuji coba dengan pengosongan tangki dan pemberian
gangguan pada tangki berisi air yang tenang dengan ketinggian tunak. Luas
penampang tangki dikalibrasi dengan mengalurkan grafik volume terhadap
penurunan ketinggian air dalam tangki (h). Volume tangki dihitung dengan
persamaan :

2
πD
V= . h…………………………………(2.1)
4
Keterangan:
V = Volume tangki (cm3)
D = Diameter tangki (cm)
h = Tinggi tangki (cm)
(Sater, 1980).
2
πD
Di mana adalah luas penampang tangki. Dengan demikian A adalah
4
gradient dari grafik V-h. Jika diketahui luas penampang, maka laju alir volumetrik
dari valve yang digunakan (dengan bukaan tertentu) dapat diketahui (Sater, 1980).

Debit air pada masing-masing valve bergantung pada variasi bukaan valve. Makin
besar bukaan valve, makin besar pula debit airnya. Perhitungan debit air ini
dilakukan untuk memperkirakan bukaan valve yang sesuai dengan yang
dibutuhkan saat percobaan simulasi gangguan. Proses pengosongan tangki
dimaksudkan untuk menentukan parameter laju volumetrik keluaran ( k dan n).
laju volumetrik keluaran tangki merupakan fungsi dari ketinggian air dalam
tangki. Dasar percobaan ini adalah persamaan Bernoulli.

P1 1 2 P 1
+ V 1 + g h1= 1 + V 22 g h 2……………………(2.2)
P 2 P 2

Keterangan:
P = Tekanan (N/m2, Pa)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).

Mulut tangki dan saluran keluaran terbuka pada tekanan atmosfer sehingga
P 1 P2
= . Persamaan tersebut menjadi
P P

1 2
[ V −V 21 ] =g [ h1−h2 ]………………………(2.3)
2 2

Keterangan:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).

2 2
Selanjutnya digunakan asumsi V 1dapat diabaikan terhadap V 2karena dianggap
luas penampang tangki jauh lebih besar daripada saluran keluaran sehingga :

1 2
[ V ]=g [ h 1−h2 ]……………………….(2.4)
2 2
Keterangan:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).

Persamaan tersebut disederhanakan :

V 2= √ 2 g [ h1−h2 ] ………………………..(2.5)


1
V 2= 2 g ∆ h ……………………………(2.6)
2

Keterangan:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).


1
V 2 adalah laju linear, sedangkan debit adalah
A . V 2= A 2 g ∆ h 2 . Dari persamaan
ini diketahui bahwa debit adalah fungsi h,
n
Q=k .h ………………………………(2.7)
Keterangan:
Pada konsidi ini n = 0.5
n = Orde dari h
Q = Debit (m3/s)
k = Konstanta
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).

Dengan adanya tambahan air, maka debit keluaran akan berubah dan akhirnya
mencapai keadaan tunak yang kedua. Selama simulasi dicatat perubahan
ketinggian terhadap waktu. Umumnya keadaan tunak sulit dicapai, dibutuhkan
waktu yang lebih lama dan tangki dengan luas permukaan relatif besar untuk
mencapai kondisi tunak yang sempurna. Waktu untuk mencapai kondisi tunak
dipengaruhi besar kecilnya debit pada tiap-tiap valve yang mempengaruhi
parameter k dan n (Smith, 2016).

Kesalahan sering terjadi karena ke tidak tepatan penentuan waktu saat terjadinya
kondisi tunak. Jika simulasi sudah berlangsung lama, perubahan ketinggian air
pada setiap variasi bukaan akan sangat lambat, walaupun mempunyai
kecenderungan untuk berubah pada jangka waktu yang lama (Smith, 2016).

Dinamika proses selalu terjadi selama sistem proses belum mencapai kondisi


tunak. Keadaan tidak tunak terjadi karena adanyagangguan terhadap kondisi
proses yang tunak. Dalam dinamika proses ada 2 keadaan yang ditinjau yaitu :
1. Keadaan tunak (steady state)
Keadaan tunak (steady state) adalah keadaan dimana suatu sistem berada
dalam kesetimbangan atau tidak berubah lagi seiring waktu, atau tunak, atau
mantap.
2. Keadaan tidak tunak (unsteady state)
Keadaan tidak tunak (unsteady state) adalah keadaan dimana suatu sistem
berada tidak dalam kesetimbangan atau akan berubah lagi seiring waktu, atau
tidak mantap (McCabe, 1976).

Terdapat berbagai macam jenis valve, beserta dengan kriteria penggunaannya


masing-masing. Berikut fungsi-fungsi utama valve:
a. Untuk menutup dan membuka aliran dengan syarat, ketika terbuka memiliki
hambatan aliran dan pressure loss yang minimum. Contohnya gate, ball,
plug, dan butterfly valve.
b. Untuk mengatur aliran, dengan cara menahan aliran dengan perubahan arah
atau menggunakan suatu hambatan bisa juga dengan kombinasi keduanya.
c. Untuk mencegah aliran balik (block flow), biasanya menggunakan check-
valve (lift check atau swing check). Valve ini akan tetap terbuka dan akan
tertutup apabila terdapat aliran yang berlawanan arah.
d. Untuk mengatur tekanan, dalam beberapa aplikasi valve, tekanan yang ma-
suk (line pressure) harus dikurangi untuk mencapai tekanan yang digu-
nakan. Biasanya menggunakan pressure-packing valve atau regulator.
e. Untuk pressure relief dengan menggunakan relief valve dan safety valve.
Relief valve digunakan untuk mengatasi bila adanya tekanan yang berlebi-
han yang dapat mengganggu proses aliran bahkan kegagalan proses. Sedan-
gkan safety valve menggunakan per (spring loaded) valve ini akan mem-
buka jika tekanan melebihi batas yang sudah ditentukan.
(McCabe, 1976)

Dengan adanya tambahan air, maka debit keluaran akan berubah dan akhirnya
mencapai keadaan tunak yang kedua. Selama simulasi dicatat perubahan
ketinggian terhadap waktu. Umumnya keadaan tunak sulit dicapai, dibutuhkan
waktu yang lebih lama dan tangki dengan luas permukaan relatif besar untuk
mencapai kondisi tunak yang sempurna. Waktu untuk mencapai kondisi tunak
dipengaruhi besar kecilnya debit pada tiap-tiap valve. yang mempengaruhi
parameter k dan n. Kesalahan seringkali terjadi karena ketidaktepatan
penentuan waktu saat terjadinya kondisi tunak. Jika simulasi sudah
berlangsung lama, perubahan ketinggian air pada setiap variasi bukaan akan
sangat lambat, walaupun mempunyai kecenderungan untuk berubah pada
jangka waktu yang lama (Smith, 2016).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat – Alat
a. Rangkaian alat dinamika proses
b. Gelas kimia 1000 mL
c. Stopwatch

3.1.2 Bahan – Bahan


a. Air

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Penentuan Luas Penampang Tangki
a. Diisi air sebanyak 1000 mL dengan menggunakan gelas kimia pada tangki
1 yang mula-mula telah diisi air setinggi 1 cm.
b. Dicatat tinggi air pada tangki 1 pada setiap penambahan volume tangki
sebanyak 1000 mL.
c. Diulangi percobaan di atas sebanyak 10 kali.
d. Dibuat kurva antara volume air terhadap ketinggian air dalam tangki untuk
mencari luas penampang tangki.
e. Diulangi langkah a sampai d untuk tangki 2.
3.2.2 Penentuan Laju Alir Keluaran Tangki
a. Disi air ke dalam tangki 1 sampai mencapai ketinggian 30 cm.
b. Dicatat ketinggian air pada tangki 1 pada saat t = 0 dengan ketinggian 30
cm.
c. Dibuka valve keluaran tangki 1 dengan bukaan 2 putaran dan 2 ¾ putaran.
d. Dicatat waktu yang dibutuhkan pada setiap penurunan isi tangki 1 setiap 2
cm dengan menggunakan stopwatch.
e. Diulangi langkah a sampai d dengan bukaan 2 putaran dan 2 ¾ putaran
untuk tangki 2.
3.2.3 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki
a. Diisi air ke dalam tangki 1 sampai ketinggian 30 cm.
b. Dicatat tinggi air pada tangki 1 saat t = 0.
c. Dibuka valve keluaran tangki 1 dengan bukaan 2 ¾ putaran dan 3 putaran.
d. Dicatat waktu yang dibutuhkan pada setiap penurunan tinggi air pada
tangki setiap 2 cm.
e. Diulangi langkah a sampai d dengan bukaan 2 ¾ putaran dan 3 putaran
untuk tangki 2.
3.2.4 Simulasi Gangguan pada Tangki
a. Diisi air ke dalam tangki 1 sampai ketinggian 30 cm.
b. Ditentukan bukaan valve input yaitu 1 ¼ putaran dan bukaan valve output
yaitu 2 putaran.
c. Dicatat tinggi air pada tangki saat t = 0.
d. Dibuka valve input dan keluaran tangki dengan bukaan yang telah
ditentukan.
e. Dicatat ketinggian air di dalam tangki setiap 10 detik.
f. Dilakukan percobaan ini secara kontinyu hingga mencapai keadaan tunak
g. Setelah tunak diberi gangguan pada tangki selama 2 menit dengan bukaan
valve input sebesar 1 putaran kemudian ditutup bukaan valve gangguan
tersebut.
h. Dicatat ketinggian air dalam tangki setiap 10 detik.
i. Dilakukan percobaan hingga mencapai keadaan tunak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


4.1.1 Penentuan Luas Penampang Tangki 1 dan Tangki 2
Tabel 4.1 Data Perhitungan Luas Penampang Tangki 1 dan Tangki 2

Data Perhitungan Luas Penampang Tangki 1 dan 2

No. Volume Tinggi Tangki 1 (cm) Tinggi Tangki 2 (cm)

1. 1000 2 2

2. 2000 4 4

3. 3000 6 6

4. 4000 8 8

5. 5000 10 10

6. 6000 12 12

7. 7000 14 14

8. 8000 16 16

9. 9000 18 18

10. 10000 20 20

4.1.2 Perhitungan Laju Alir Keluaran Tangki 1 dan Tangki 2


Tabel 4.2 Perhitungan Laju Alir Keluaran Tangki 1

Perhitungan Laju Aliran Keluaran Tangki 1

No. Bukaan Valve 2 ¾ Bukaan Valve 2 V (mL)


Putaran Putaran

h (cm) t(s) h (cm) t(s)

1. 30 0 30 0 15000,09

2. 28 07,28 28 07,59 14000,09

3. 26 12,41 26 14,46 13000,08

4. 24 17,44 24 20,52 12000,07

5. 22 22,18 22 27,28 11000,07

6. 20 27,59 20 35,24 10000,06

7. 18 32,90 18 42,02 9000,05

8. 16 38,95 16 49,58 8000,05

9. 14 43,58 14 57,23 7000,04

10. 12 49,42 12 65,54 6000,04

11. 10 55,79 10 73,63 5000,03

12. 8 62,58 8 82,28 4000,02

13. 6 68,89 6 91,00 3000,02

14. 4 75,13 4 100,09 2000,01

15. 2 81,63 2 109,24 1000,01

Tabel 4.3 Perhitungan Laju Alir Keluaran Tangki 2


Perhitungan Laju Aliran Keluaran Tangki 2

Bukaan Valve 2 ¾ Bukaan Valve 2


Putaran Putaran
No. V (mL)
h (cm) t(s) h (cm) t(s)

1. 30 0 30 0 15000,09

2. 28 05,49 28 6,37 14000,09


3. 26 08,77 26 11,24 13000,08

4. 24 11,96 24 15,87 12000,07

5. 22 15,37 22 20,27 11000,07

6. 20 18,71 20 25,05 10000,06

7. 18 22,40 18 30,08 9000,05

8. 16 25,90 16 34,83 8000,05

9. 14 29,62 14 40,11 7000,04

10. 12 33,46 12 45,39 6000,04

11. 10 37,46 10 51,14 5000,03

12. 8 41,69 8 56,70 4000,02

13. 6 45,78 6 62,37 3000,02

14. 4 50,24 4 68,58 2000,01

15. 2 54,56 2 74,77 1000,01

4.1.3 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 1 dan Tangki 2


Tabel 4.4 Data Penentuan Nilai k dan n Tangki 1

Data Penentuan Nilai k dan n Tangki 1

No. Bukaan Valve: 2 ¾ Putaran

h (cm) t (s) dt/dh A.-dh/dt In (A.-dt/dh) ln h

1. 30 0 -0,4005 200,25 5,299567 3,4012

2. 28 7,28 -0,39176 195,882 5,277512 3,3322

3. 26 12,41 -0,38561 192,804 5,261674 3,2581

4. 24 17,44 -0,37957 189,786 5,245897 3,1781

5. 22 22,18 -0,37388 186,942 5,230798 3,0910


6. 20 27,59 -0,36739 183,696 5,213282 2,9957

7. 18 32,90 -0,36102 180,51 5,195786 2,8904

8. 16 38,95 -0,35376 176,88 5,175472 2,7726

9. 14 43,58 -0,3482 174,102 5,159641 2,6391

10. 12 49,42 -0,3412 170,598 5,13931 2,4849

11. 10 55,79 -0,33355 166,776 5,116652 2,3026

12. 8 62,58 -0,3254 162,702 5,09192 2,0794

13. 6 68,89 -0,31783 158,916 5,068376 1,7918

14. 4 75,13 -0,31034 155,172 5,044534 1,3863

15. 2 81,63 -0,30254 151,272 5,01908 0,6931

Tabel 4.5 Data Penentuan Nilai k dan n Tangki 1

Data Penentuan Nilai k dan n Tangki 1

No. Bukaan Valve: 3 Putaran

h (cm) t (s) dt/dh A.-dh/dt In (A.-dt/dh) ln h

1. 30 0 -0,4271 213,55 5,363871 3,4012

2. 28 5,21 -0,4177 208,861 5,341669 3,3322

3. 26 10,15 -0,4088 204,415 5,320152 3,2581

4. 24 15,12 -0,3999 199.942 5,298027 3,1781

5. 22 20,08 -0,3910 195,478 5,275448 3,0910

6. 20 25,14 -0,3818 190,924 5,251875 2,9957

7. 18 30,23 -0,3727 186,343 5,227589 2,8904

8. 16 35,95 -0,3624 181,195 5,199574 2,7726


9. 14 41,60 -0,3522 176,11 5,171109 2,6391

10. 12 46,22 -0,3439 171,952 5,147215 2,4849

11. 10 53,21 -0,3313 165,661 5,109944 2,3026

12. 8 59,39 -0,3202 160,099 5,075792 2,0794

13. 6 65,86 -0,3086 154,276 5,038743 1,7918

14. 4 72,36 -0,2969 148,426 5,000087 1,3863

15. 2 78,86 -0,2852 142,576 4,959875 0,6931

Tabel 4.6 Data Penentuan Nilai k dan n Tangki 2

Data Penentuan Nilai k dan n Tangki 2

No. Bukaan Valve: 2 ¾ Putaran

h (cm) t (s) dt/dh A.-dh/dt In (A.-dt/dh) ln h

1. 30 0 -0,5952 297,6 5,69575 3,4012

2. 28 5,49 -0,5820 291,012 5,673365 3,3322

3. 26 8,77 -0,5742 287,076 5,659747 3,2581

4. 24 11,96 -0,5665 283,248 5,646323 3,1781

5. 22 15,37 -0,5583 279,156 5,631771 3,0910

6. 20 18,71 -0,5503 275,148 5,617309 2,9957

7. 18 22,40 -0,5414 270,72 5,601085 2,8904

8. 16 25,90 -0,5330 266,52 5,585449 2,7726

9. 14 29,62 -0,5241 262,056 5,568558 2,6391

10. 12 33,46 -0,5149 257,448 5,550818 2,4849

11. 10 37,46 -0,5053 252,648 5,531997 2,3026

12. 8 41,69 -0,4951 247,572 5,511701 2,0794


13. 6 45,78 -0,4853 242,664 5,491678 1,7918

14. 4 50,24 -0,4746 237,312 5,469376 1,3863

15. 2 54,56 -0,4643 232,128 5,447289 0,6931

Tabel 4.7 Data Penentuan Nilai k dan n Tangki 2

Data Penentuan Nilai k dan n Tangki 2

No. Bukaan Valve: 3 Putaran

h (cm) t (s) dt/dh A.-dh/dt In (A.-dt/dh) ln h

1. 30 0 -0,7408 370,4 5,914584 3,4012

2. 28 3,21 -0,7235 361,733 5,890906 3,3322

3. 26 5,90 -0,7089 354,47 5,870624 3,2581

4. 24 8,78 -0,6934 346,694 5,848443 3,1781

5. 22 11,71 -0,6776 338,783 5,82536 3,0910

6. 20 14,42 -0,6629 331,466 5,803525 2,9957

7. 18 17,58 -0,6459 322,934 5,777448 2,8904

8. 16 20,90 -0,6279 313,97 5,749297 2,7726

9. 14 23,77 -0,6124 306,221 5,724307 2,6391

10. 12 27,11 -0,5944 297,203 5,694415 2,4849

11. 10 30,74 -0,5748 287,402 5,660882 2,3026

12. 8 34,17 -0,5563 278,141 5,628128 2,0794

13. 6 38,08 -0,5352 267,584 5,589434 1,7918

14. 4 41,39 -0,5173 258,647 5,555464 1,3863

15. 2 45,77 -0,4936 246,821 5,508663 0,6931


4.1.4 Simulasi Gangguan Pada Tangki
Tabel 4.8 Simulasi Gangguan Pada Tangki 1

No. Tunak Diberi Gangguan

h(cm) t(s) h(cm) t(s)

1. 30 0 27,5 0

2. 30 10 26,5 10

3. 29,9 20 26 20

4. 29,8 30 25,5 30

5. 29,5 40 24,7 40

6. 29 50 24,5 50

7. 28,5 60 24 60

8. 28.2 70 23,5 70

9. 27,8 80 23,2 80

10. 27,5 90 22,8 90

11. 27 100 22,2 100

12. 26,5 110 21,8 110

13. 26,2 120 21,2 120

14. 25,8 130 21 130

15. 25,2 140 20,8 140

16. 24,8 150 20,2 150

17. 24,4 160 20 160

18. 24 170 19,8 170

19. 23,8 180 19,5 180

20. 23,2 190 19 190


21. 22,5 200 19 200

22. 22 210 18,8 210

23. 21,8 220 18,2 220

24. 21,5 230 18 230

25. 21 240 18 240

26. 20,8 250

27. 20,2 260

28. 20 270

29. 20 280

30. 19,5 290

31. 19,2 300

32. 18,8 310

33. 18,8 320

34. 18,8 330

4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Luas Penampang Tangki 1 dan Tangki 2
Gambar 4.1 Grafik Penentuan Luas Penampang Tangki 1

Gambar 4.2 Grafik Penentuan Luas Penampang Tangki 2

Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2, untuk menentukan luas penampang maka dibuat
kurva dengan menggunakan sumbu x = h (cm) dan y = V (mL), dan menghasilkan
persamaan dengan menggunakan regresi garis linier: y = ax + b. Dimana y adalah
volume tangki 1 dan 2 (cm3), a adalah luas penampang dari tangki 1 dan 2 (cm2),
dan x adalah ketinggian permukaan air pada tangki 1 dan 2 (cm). Diperoleh luas
penampang tangki 1 yaitu 500 cm2 dan tangki 2 500 cm2, serta diperoleh diameter
pada tangki 1 dan tangki 2 yaitu 25,2377 cm dan jari-jarinya 12,6189 cm.

Gambar 4.3 Penentuan Laju Alir Tangki 1

Gambar 4.4 Penentuan Laju Alir Tangki 2

Berdasarkan Gambar 4.3 dan 4.4, untuk menentukan laju alir tangki 1 dan 2 maka
dibuat kurva dengan menggunakan sumbu x = t (s) dan y = V (mL), dan
menghasilkan persamaan dengan menggunakan regresi garis linier: y = ax + b.
Dimana y adalah volume pada tangki 1 dan 2 (cm 3), a adalah laju alir dari tangki 1
dan 2 (cm2/s), dan x adalah waktu penurunan permukaan air pada tangki 1 dan 2
(s). Diperoleh hasil laju alir tangki 1 dengan bukaan 2 putaran valve yaitu 128,99
cm2/s dan bukaan 2 ¾ putaran valve yaitu 174,97 cm2. Diperoleh hasil laju alir
pada tangki 2 dengan bukaan 2 putaran valve yaitu 191,51 cm2/s dan bukaan 2 ¾
putaran valve yaitu 264,22 cm2. Tanda minus (-) pada persamaan regresi linier
menunjukkan nilai laju alir yang meninggalkan atau keluar dari tangki 1 dan 2.
Semakin besar bukaan valve, maka semakin besar debit yang keluar dari tangki.
Nilai Q tangki 2 lebih besar dari tangki 1 yang disebabkan oleh adanya pengaruh
waktu keluaran air pada tangki 1 atau 2. Faktor yang dapat mengaruhi laju alir
keluaran yaitu bukaan valve dimana semakin besar putaran bukaan valve maka
waktu yang dibutuhkan semakin cepat sehingga laju alirnya akan semakin besar.

Gambar 4.5 Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 1 (2 ¾ putaran)
Gambar 4.6 Penentuan Harga K dan n pada Tangki 1 (2 ¾ putaran)

2
Dari Gambar 4.5 diperoleh persamaan regresi linier yaitu: y = 0,0006x - 0,4005x
+ 30,561. Dimana y adalah dh/dt dan x adalah t (s), dan diperoleh data seperti
pada Tabel 4.5. Pada Gambar 4.6 dengan menggunakan kurva dengan sumbu x +
ln h dan sumbu y = ln(dh/dt) diperoleh regresi linier yaitu: y =0,1079x +4,8939.
Dimana menurut rumus atau persamaan untuk menentukan nilai k dan n yaitu:
ln(dh/dt) = ln n – ln (k/A), diperoleh nilai n yaitu 0,1079 dan k = exp (4,8939) =
133,4731. Bedasarkan teori yang ada, maka n yang didapat tidak ideal karena nilai
n yang ideal adalah 0,5 sedangkan dari hasil percobaan nilai n yang didapat adalah
0,1079.
Gambar 4.7 Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 1 (3 putaran)

Gambar 4.8 Penentuan Harga K dan n pada Tangki 1 (3 putaran)

Dari Gambar 4.7 diperoleh persamaan regresi linier yaitu: y = 0,0009x2 - 0,4271x
+ 30,157. Dimana y adalah dh/dt dan x adalah t (s), dan diperoleh data seperti
pada Tabel 4.7. Pada Gambar 4.8 dengan menggunakan kurva dengan sumbu x +
ln h dan sumbu y = ln(dh/dt) diperoleh regresi linier yaitu: y = 0,1581x + 4,7818.
Dimana menurut rumus atau persamaan untuk menentukan nilai k dan n yaitu:
ln(dh/dt) = ln n – ln (k/A), diperoleh nilai n yaitu 0,1581 dan k = exp (4,7818) =
119,3189. Bedasarkan teori yang ada, maka n yang didapat tidak ideal karena nilai
n yang ideal adalah 0,5 sedangkan dari hasil percobaan nilai n yang didapat adalah
0,1581.

Gambar 4.9 Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 2 (2 ¾ putaran)
ln h vs ln (A. (-dh/dt)) Tangki 2 (2 3/4 putaran)
5.75

5.7

5.65
f(x) = 0.0945932520163262 x + 5.33730849929618
R² = 0.922886854530743
5.6
ln a(dh/dt)

5.55
tangki 2 ( 2 3/4 putaran)
5.5 Linear (tangki 2 ( 2 3/4 putaran))

5.45

5.4

5.35

5.3
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
ln h

Gambar 4.10 Penentuan Harga K dan n pada Tangki 2 (2 ¾ putaran)

Dari Gambar 4.9 diperoleh persamaan regresi linier yaitu: y = 0,0012x2 - 0,5952x
+ 30,736. Dimana y adalah dh/dt dan x adalah t (s), dan diperoleh data seperti
pada Tabel 4.9. Pada Gambar 4.10 dengan menggunakan kurva dengan sumbu x +
ln h dan sumbu y = ln(dh/dt) diperoleh regresi linier yaitu: y = 0,0946x + 5,3373.
Dimana menurut rumus atau persamaan untuk menentukan nilai k dan n yaitu:
ln(dh/dt) = ln n – ln (k/A), diperoleh nilai n yaitu 0,0946 dan k = exp (5,3373) =
207,9504. Bedasarkan teori yang ada, maka n yang didapat tidak ideal karena nilai
n yang ideal adalah 0,5 sedangkan dari hasil percobaan nilai n yang didapat adalah
0,0946.
Gambar 4.11 Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 2 (3 putaran)

Gambar 4.12 Penentuan Harga K dan n pada Tangki 2 (3 putaran)

Dari Gambar 4.11 diperoleh persamaan regresi linier yaitu: y = 0,0027x 2 -


0,7408x + 30,214. Dimana y adalah dh/dt dan x adalah t (s), dan diperoleh data
seperti pada Tabel 4.11. Pada Gambar 4.12 dengan menggunakan kurva dengan
sumbu x + ln h dan sumbu y = ln(dh/dt) diperoleh regresi linier yaitu: y = 0,1576x
+ 5,3338. Dimana menurut rumus atau persamaan untuk menentukan nilai k dan n
yaitu: ln(dh/dt) = ln n – ln (k/A), diperoleh nilai n yaitu 0,1576 dan k = exp
(5,3338) = 207,2239. Bedasarkan teori yang ada, maka n yang didapat tidak ideal
karena nilai n yang ideal adalah 0,5 sedangkan dari hasil percobaan nilai n yang
didapat adalah 0,1576.

Gambar 4.13 Keadaan Tunak pada Tangki 1


Gambar 4.14 Keadaan Tunak Setelah Diberikan Gangguan pada Tangki 1

Dari Gambar 4.13 diperoleh hasil air mencapai keadaan tunak sebelum diberi
gangguan pada ketinggian 18,8 cm dalam waktu 330 s. Dan dari Gambar 4.14
diperoleh hasil air mencapai keadaan tunak setelah diberi gangguan pada
ketinggian 18 cm dalam waktu 240 s, sehingga dapat disimpulkan bahwa air
sebelum dan sesudah diberikan gangguan memiliki ketinggian yang berbeda
dengan waktu yang berbeda juga untuk mencapai kondisi tunak. Keadaan tunak
dapat dilihat ketika tidak terjadi perubahan ketinggian permukaan air dalam waktu
tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh proses self regulation yang memerlukan waktu
untuk kembali mencapai keadaan tunak.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Luas penampang pada tangki 1 sebesar 500 cm 2 dan pada tangki 2
sebesar 500 cm2.
b. Laju alir keluaran pada tangki 1 dengan bukaan valve 2 dan 2 ¾
putaran secara berturut-turut yaitu 128,99 cm 2/s dan 174,97 cm2 . Laju
alir keluaran pada tangki 2 dengan bukaan valve 2 dan 2 ¾ putaran
secara berturut-turut yaitu 191,51 cm2/s dan 264,22 cm2/s.
c. Harga konstanta n pada tangki 1 dengan bukaan valve 2 ¾ yaitu
0,1079. Sedangkan untuk tangki 2 dengan bukaan valve 2 ¾
didapatkan harga konstanta n yaitu 0,0946.
d. Pada saat keadaan tunak didapatkan ketinggian sebesar 18,8 cm dan
waktu 330 detik dan pada saat setelah diberi gangguan didapatkan
keadaan tunak pada ketinggian sebesar 18 cm dan waktu 250 detik.

5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan bukaan valve yang
bervariasi contohnya menjadi 1 putaran dan 1 ¼ putaran, waktu untuk
pemberian gangguan yang bervariasi seperti 1 menit dan 3 menit agar
praktikan lebih memahami pengaruh bukaan valve dan lebih mengerti
dinamika proses.
DAFTAR PUSTAKA

Heriyanto, 2010. Pengendalian Proses 1. Politeknik Negeri Bandung: Bandung.

Sater, V.E. 1980. First Order, in AlchE, Series A : Process Control, vol 1,
Analysis of Dynamic Systems. American Institute. New York.

Smith, R. (2016). Chemical process design and integration. UK: A catalogue


record for this book is available from the British Library.

Stanley, M. (1990). Chemical Process Equipment. United States of america:


Butterwoerth-Heinemann.

W, M. C. (1993). Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd. New York:


McGraw Hill Book co.
LAMPIRAN

1. Perhitungan Laju Alir Keluaran Tangki 1


Persamaan regresi : y=500 x
● Menghitung diameter
1 2
A= × π × D
4

D=
√ A ×4
π

D=
√ 500 ×4
3,14

D=25,2377 cm

● Menghitung jari-jari
D
r=
2

25,23
r=
2

r =12,6189 cm

● Volume pada ketinggian 30


2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×30
¿ 15000,09
● Volume pada ketinggian 28
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×28
¿ 14000,09
● Volume pada ketinggian 26
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×26
¿ 13000,08
● Volume pada ketinggian 24
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×24
¿ 12000,07
● Volume pada ketinggian 22
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×22
¿ 11000,07
● Volume pada ketinggian 20
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×20
¿ 10000,06
● Volume pada ketinggian 18
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×18
¿ 9000,05
● Volume pada ketinggian 16
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×16
¿ 8000,05
● Volume pada ketinggian 14
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×14
¿ 7000,04
● Volume pada ketinggian 12
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×12
¿ 6000,04
● Volume pada ketinggian 10
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×10
¿ 5000,03
● Volume pada ketinggian 8
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×8
¿ 4000,02
● Volume pada ketinggian 6
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×6
¿ 3000,02
● Volume pada ketinggian 4
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) × 4
¿ 2000,01
● Volume pada ketinggian 2
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×2
¿ 1000,01

2. Perhitungan Laju Alir keluaran Tangki 2


Persamaan regresi : y=500 x
● Menghitung diameter
1
A= × π × D 2
4

D=
√ A ×4
π
D=
√ 500 ×4
3,14

D=25,2377 cm

● Menghitung jari-jari
D
r=
2

25,23
r=
2

r =12,6189 cm

● Volume pada ketinggian 30


2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×30
¿ 15000,09
● Volume pada ketinggian 28
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×28
¿ 14000,09
● Volume pada ketinggian 26
2
V =π × r × h

¿ 3,14 × (12,6189 )2 ×26


¿ 13000,08
● Volume pada ketinggian 24
2
V =π × r × h

¿ 3,14 × (12,6189 )2 ×24


¿ 12000,07
● Volume pada ketinggian 22
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×22
¿ 11000,07
● Volume pada ketinggian 20
2
V =π × r × h

¿ 3,14 × (12,6189 )2 ×20


¿ 10000,06

● Volume pada ketinggian 18


2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×18
¿ 9000,05
● Volume pada ketinggian 16
2
V =π × r × h

¿ 3,14 × (12,6189 )2 ×16


¿ 8000,05
● Volume pada ketinggian 14
2
V =π × r × h

¿ 3,14 × (12,6189 )2 ×14


¿ 7000,04
● Volume pada ketinggian 12
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×12
¿ 6000,04
● Volume pada ketinggian 10
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×10
¿ 5000,03
● Volume pada ketinggian 8
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×8
¿ 4000,02
● Volume pada ketinggian 6
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×6
¿ 3000,02
● Volume pada ketinggian 4
V =π × r 2 × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) × 4
¿ 2000,01
● Volume pada ketinggian 2
2
V =π × r × h
2
¿ 3,14 × (12,6189 ) ×2
¿ 1000,01

3. Perhitungan Nilai k dan n Pada Tangki 1


✔ Bukaan valve 2 ¾ putaran
1) Perhitungan dh /dt
y=0,0006 x 2−0,4005 x +30,561

y '=0,0012 x−0,4005

● Pada ketinggian 30
y=0,0012(0)−0,4005

¿−0,4005
● Pada ketinggian 28
y=0,0012(7,28)−0,4005

¿−0,39176
● Pada ketinggian 26
y=0,0012(12,41)−0,4005

¿−0,38561
● Pada ketinggian 24
y=0,0012(17,44)−0,4005

¿−0,37957
● Pada ketinggian 22
y=0,0012(22,18)−0,4005

¿−0,37388
● Pada ketinggian 20
y=0,0012(27,59)−0,4005

¿−0,36739
● Pada ketinggian 18
y=0,0012(32,90)−0,4005

¿−0,36102
● Pada ketinggian 16
y=0,0012(38,95)−0,4005

¿−0,35376
● Pada ketinggian 14
y=0,0012(43,58)−0,4005

¿−0,3482
● Pada ketinggian 12
y=0,0012(49,42)−0,4005

¿−0,3412
● Pada ketinggian 10
y=0,0012(55,79)−0,4005

¿−0,33355
● Pada ketinggian 8
y=0,0012(62,58)−0,4005
¿−0,3254
● Pada ketinggian 6
y=0,0012(68,89)−0,4005

¿−0,31783
● Pada ketinggian 4
y=0,0012(75,13)−0,4005

¿−0,31034
● Pada ketinggian 2
y=0,0012(81,63)−0,4005

¿−0,30254
2) Perhitungan (− A ) dh /dt
● Pada ketinggian 30
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4005 )

¿ 200,25
● Pada ketinggian 28
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,39176 )

¿ 195,882
● Pada ketinggian 26
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,38561 )

¿ 192,804
● Pada ketinggian 24
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,37957 )

¿ 189,786
● Pada ketiinggian 22
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,37388 )

¿ 186,942
● Pada ketinggian 20
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,36739 )
¿ 183,696
● Pada ketinggian 18
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,36102 )

¿ 180,51
● Pada ketinggian 16
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,35376 )

¿ 176,88
● Pada ketinggian 14
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3482 )

¿ 174,02
● Pada ketinggian 12
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3412 )

¿ 170,598
● Pada ketinggian 10
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,33355 )

¿ 166,776
● Pada ketinggian 8
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3254 )

¿ 162,702
● Pada ketinggian 6
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,31783 )

¿ 158,916
● Pada ketinggian 4
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,31034 )

¿ 155,172
● Pada ketinggian 2
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,30254 )

¿ 151,272
3) Perhitungan ln (− A . dh/dt )
● Pada ketinggian 30
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(200,25)

¿ 5,29957
● Pada ketinggian 28
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(195,882)

¿ 5,27751
● Pada ketinggian 26
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(192,804)

¿ 5,26167
● Pada ketinggian 24
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(189,786)

¿ 5,2459
● Pada ketinggian 22
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(186,942)

¿ 5,2308

● Pada ketinggian 20
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(183,696)

¿ 5,21328
● Pada ketinggian 18
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(180,51)

¿ 5,19579
● Pada ketinggian 16
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(176,88)

¿ 5,17547
● Pada ketinggian 14
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(174,102)

¿ 5,15964
● Pada ketinggian 12
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(170,598)

¿ 5,13931
● Pada ketinggian 10
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(166,776)

¿ 5,11665
● Pada ketinggian 8
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(162,702)

¿ 5,09192
● Pada ketinggian 6
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(158,916)

¿ 5,06838
● Pada ketinggian 4
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(155,172)

¿ 5,04453
● Pada ketinggian 2
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(151,272)

¿ 5,01908
4) Perhitungan ln lnh
● ln h=ln 30=3,4012
● ln h=ln 28=3,3322
● ln h=ln 26=3,2581
● ln h=ln 24=3,1781
● ln h=ln 22=3,0910
● ln h=ln 20=2,9957
● ln h=ln 18=2,8904
● ln h=ln 16=2,7726
● ln h=ln 14=2,6391
● ln h=ln 12=2,4849
● ln h=ln 10=2,3026
● ln h=ln 8=2,0794
● ln h=ln 6=1,7918
● ln h=ln 4=1,3863
● ln h=ln 2=0,6931

✔ Bukaan valve 3 putaran


1) Perhitungan dh /dt
y=0,0009 x 2−0,4271 x+ 30,157

y '=0,0018 x−0,4271

● Pada ketinggian 30
y=0,0018(0)−0,4271

¿−0,4271
● Pada ketinggian 28
y=0,0018(5,21)−0,4271

¿−0,4177
● Pada ketinggian 26
y=0,0018(10,15)−0,4271

¿−0,4088
● Pada ketinggian 24
y=0,0018(15,12)−0,4271

¿−0,3999
● Pada ketinggian 22
y=0,0018(20,08)−0,4271

¿−0,3910
● Pada ketinggian 20
y=0,0018(25,14)−0,4271
¿−0,3818
● Pada ketinggian 18
y=0,0018(30,23)−0,4271

¿−0,3727
● Pada ketinggian 16
y=0,0018(35,95)−0,4271

¿−0,3624
● Pada ketinggian 14
y=0,0018(41,60)−0,4271

¿−0,3522
● Pada ketinggian 12
y=0,0018(46,22)−0,4271

¿−0,3439
● Pada ketinggian 10
y=0,0018(53,21)−0,4271

¿−0,3313
● Pada ketinggian 8
y=0,0018(59,39)−0,4271

¿−0,3202
● Pada ketinggian 6
y=0,0018(65,86)−0,4271

¿−0,3086
● Pada ketinggian 4
y=0,0018(72,36)−0,4271

¿−0,2969
● Pada ketinggian 2
y=0,0018(78,86)−0,4 271
¿−0,2852
2) Perhitungan (− A ) dh /dt
● Pada ketinggian 30
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4271 )

¿ 213,55
● Pada ketinggian 28
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4177 )

¿ 208,861
● Pada ketinggian 26
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4088 )

¿ 201,415
● Pada ketinggian 24
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3999 )

¿ 199,942
● Pada ketiinggian 22
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3910 )

¿ 195,478
● Pada ketinggian 20
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3818 )

¿ 190,924
● Pada ketinggian 18
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3727 )

¿ 186,343
● Pada ketinggian 16
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3624 )

¿ 181,195
● Pada ketinggian 14
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3522 )

¿ 176,11
● Pada ketinggian 12
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3439 )

¿ 171,952
● Pada ketinggian 10
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3313 )

¿ 165,661
● Pada ketinggian 8
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3202 )

¿ 160,099
● Pada ketinggian 6
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3086 )

¿ 154,276
● Pada ketinggian 4
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,2969 )

¿ 148,426
● Pada ketinggian 2
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,2852 )

¿ 142,576
3) Perhitungan ln (− A . dh/dt )
● Pada ketinggian 30
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(213,55)

¿ 5,36387
● Pada ketinggian 28
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(208,861)

¿ 5,34167

● Pada ketinggian 26
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(204,415)
¿ 5,32015
● Pada ketinggian 24
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(199,942)

¿ 5,29803
● Pada ketinggian 22
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(195,478)

¿ 5,27545

● Pada ketinggian 20
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(190,924)

¿ 5,25188
● Pada ketinggian 18
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(186,343)

¿ 5,22759
● Pada ketinggian 16
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(181,195)

¿ 5,19957
● Pada ketinggian 14
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(176,11)

¿ 5,17111
● Pada ketinggian 12
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(171,952)

¿ 5,14722
● Pada ketinggian 10
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(165,099)

¿ 5,07579
● Pada ketinggian 8
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(160,099)
¿ 5,07579
● Pada ketinggian 6
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(154,276)

¿ 5,03874
● Pada ketinggian 4
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(148,426)

¿ 5,00009
● Pada ketinggian 2
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(142,576)

¿ 4,95988
4) Perhitungan ln lnh
● ln h=ln 30=3,4012
● ln h=ln 28=3,3322
● ln h=ln 26=3,2581
● ln h=ln 24=3,1781
● ln h=ln 22=3,0910
● ln h=ln 20=2,9957
● ln h=ln 18=2,8904
● ln h=ln 16=2,7726
● ln h=ln 14=2,6391
● ln h=ln 12=2,4849
● ln h=ln 10=2,3026
● ln h=ln 8=2,0794
● ln h=ln 6=1,7918
● ln h=ln 4=1,3863
● ln h=ln 2=0,6931
4. Perhitungan Nilai k dan n Pada Tangki 2
✔ Bukaan valve 2 ¾ putaran
1) Perhitungan dh /dt
y=0,0012 x 2−0,5952 x+30,736

y '=0,0024 x−0,5952

● Pada ketinggian 30
y=0,0024(0)−0,5952

¿−0,5952
● Pada ketinggian 28
y=0,0024(5,49)−0,5952

¿−0,5820
● Pada ketinggian 26
y=0,0024(8,77)−0,5952

¿−0,5742
● Pada ketinggian 24
y=0,0024(11,96)−0,5952

¿−0,5665
● Pada ketinggian 22
y=0,0024(15,37)−0,5952

¿−0,5583
● Pada ketinggian 20
y=0,0024(18,71)−0,5952

¿−0,5503
● Pada ketinggian 18
y=0,0024(22,40)−0,5952

¿−0,5414
● Pada ketinggian 16
y=0,0024(25,90)−0,5952
¿−0,5330
● Pada ketinggian 14
y=0,0024(29,62)−0,5952

¿−0,5241
● Pada ketinggian 12
y=0,0024(33,46)−0,5952

¿−0,5149
● Pada ketinggian 10
y=0,0024(37,46)−0,5952

¿−0,5053
● Pada ketinggian 8
y=0,0024(41,69)−0,5952

¿−0,4951
● Pada ketinggian 6
y=0,0024(45,78)−0,5952

¿−0,4853
● Pada ketinggian 4
y=0,0024(50,24)−0,5952

¿−0,4746
● Pada ketinggian 2
y=0,0024(54,56)−0,5952

¿−0,4643
2) Perhitungan (− A ) dh /dt
● Pada ketinggian 30
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5952 )

¿ 297,6
● Pada ketinggian 28
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,582 )
¿ 291,012
● Pada ketinggian 26
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5742 )

¿ 287,076
● Pada ketinggian 24
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5665 )

¿ 283,248
● Pada ketiinggian 22
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5583 )

¿ 279,156
● Pada ketinggian 20
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5503 )

¿ 275,148
● Pada ketinggian 18
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5414 )

¿ 270,72
● Pada ketinggian 16
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5330 )

¿ 266,52
● Pada ketinggian 14
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5241 )

¿ 262,056
● Pada ketinggian 12
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5149 )

¿ 257,448
● Pada ketinggian 10
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5053 )

¿ 252,648
● Pada ketinggian 8
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4951 )

¿ 247,572
● Pada ketinggian 6
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4853 )

¿ 242,664
● Pada ketinggian 4
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4746 )

¿ 237,312
● Pada ketinggian 2
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4643 )

¿ 232,128
3) Perhitungan ln (− A . dh/dt )
● Pada ketinggian 30
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(297,6)

¿ 5,69575
● Pada ketinggian 28
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(291,012)

¿ 5,67336
● Pada ketinggian 26
ln (− A . dh/ dt )=ln ⁡(287,076)

¿ 5,65975
● Pada ketinggian 24
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(283,248)

¿ 5,64632
● Pada ketinggian 22
ln (− A . dh/ dt )=ln ⁡(279,156)

¿ 5,63177
● Pada ketinggian 20
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(275,148)

¿ 5,61731
● Pada ketinggian 18
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(270,72)

¿ 5,60109
● Pada ketinggian 16
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(266,52)

¿ 5,58545
● Pada ketinggian 14
ln (− A . dh/ dt )=ln ⁡(262,056)

¿ 5,56856
● Pada ketinggian 12
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(257,448)

¿ 5,55082
● Pada ketinggian 10
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(252,648)

¿ 5,532
● Pada ketinggian 8
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(247,572)

¿ 5,5117
● Pada ketinggian 6
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(242,664)

¿ 5,49168
● Pada ketinggian 4
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(237,312)

¿ 5,46938
● Pada ketinggian 2
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(232,128)

¿ 5,44729
4) Perhitungan ln lnh
● ln h=ln 30=3,4012
● ln h=ln 28=3,3322
● ln h=ln 26=3,2581
● ln h=ln 24=3,1781
● ln h=ln 22=3,0910
● ln h=ln 20=2,9957
● ln h=ln 18=2,8904
● ln h=ln 16=2,7726
● ln h=ln 14=2,6391
● ln h=ln 12=2,4849
● ln h=ln 10=2,3026
● ln h=ln 8=2,0794
● ln h=ln 6=1,7918
● ln h=ln 4=1,3863
● ln h=ln 2=0,6931

✔ Bukaan valve 3 putaran


1) Perhitungan dh /dt
2
y=0,0027 x −0,7408 x +30,214

y '=0,0054 x−0,7408

● Pada ketinggian 30
y=0,0054(0)−0,7408

¿−0,7408
● Pada ketinggian 28
y=0,0054(3,21)−0,7408

¿−0,7235
● Pada ketinggian 26
y=0,0054(5,90)−0,7408

¿−0,7089
● Pada ketinggian 24
y=0,0054(8,78)−0,7408

¿−0,6934
● Pada ketinggian 22
y=0,0054(11,71)−0,7408

¿−0,6776
● Pada ketinggian 20
y=0,0054(14,42)−0,7408

¿−0,6629
● Pada ketinggian 18
y=0,0054(17,58)−0,7408

¿−0,6459
● Pada ketinggian 16
y=0,0054(20,90)−0,7408

¿−0,6279
● Pada ketinggian 14
y=0,0054(23,77)−0,7408

¿−0,6124
● Pada ketinggian 12
y=0,0054(27,11)−0,7408

¿−0,5944
● Pada ketinggian 10
y=0,0054(30,74)−0,7408

¿−0,5748
● Pada ketinggian 8
y=0,0054(34,17)−0,7408

¿−0,5563
● Pada ketinggian 6
y=0,0054(38,08)−0,7408

¿−0,5352
● Pada ketinggian 4
y=0,0054( 41,39)−0,7408

¿−0,5173
● Pada ketinggian 2
y=0,0054( 45,77)−0,7408

¿−0,4936
2) Perhitungan (− A ) dh /dt
● Pada ketinggian 30
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,7408 )

¿ 370,4
● Pada ketinggian 28
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,7235 )

¿ 361,733
● Pada ketinggian 26
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,7089 )

¿ 354,47
● Pada ketinggian 24
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6934 )

¿ 346,694
● Pada ketiinggian 22
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6776 )

¿ 338,783
● Pada ketinggian 20
(− A ) dh /dt= (−500 )(−06629 )

¿ 331,466
● Pada ketinggian 18
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6459 )

¿ 322,934
● Pada ketinggian 16
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6279 )

¿ 313,97
● Pada ketinggian 14
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6124 )

¿ 306,221
● Pada ketinggian 12
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5944 )

¿ 297,203
● Pada ketinggian 10
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5748 )

¿ 287,402
● Pada ketinggian 8
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5563 )

¿ 278,141
● Pada ketinggian 6
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5352 )

¿ 267,584
● Pada ketinggian 4
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5173 )

¿ 258,647
● Pada ketinggian 2
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4936 )
¿ 246,821
3) Perhitungan ln (− A . dh/dt )
● Pada ketinggian 30
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(370,4)

¿ 5,91458
● Pada ketinggian 28
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(361,733)

¿ 5,89091
● Pada ketinggian 26
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(354,47)

¿ 5,87062
● Pada ketinggian 24
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(346,694)

¿ 5,84844
● Pada ketinggian 22
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(338,783)

¿ 5,82536
● Pada ketinggian 20
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(331,466)

¿ 5,80353
● Pada ketinggian 18
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(322,934)

¿ 5,77745
● Pada ketinggian 16
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(313,97)

¿ 5,7493
● Pada ketinggian 14
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(306,221)
¿ 5,72431
● Pada ketinggian 12
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(297,203)

¿ 5,69442
● Pada ketinggian 10
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(287,402)

¿ 5,66088
● Pada ketinggian 8
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(278,141)

¿ 5,62813
● Pada ketinggian 6
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(267,584)

¿ 5,58943
● Pada ketinggian 4
ln (− A . dh/ dt )=ln ⁡(258,647)

¿ 5,55546
● Pada ketinggian 2
ln (− A . dh/dt )=ln ⁡(246,821)

¿ 5,50866
4) Perhitungan ln lnh
● ln h=ln 30=3,4012
● ln h=ln 28=3,3322
● ln h=ln 26=3,2581
● ln h=ln 24=3,1781
● ln h=ln 22=3,0910
● ln h=ln 20=2,9957
● ln h=ln 18=2,8904
● ln h=ln 16=2,7726
● ln h=ln 14=2,6391
● ln h=ln 12=2,4849
● ln h=ln 10=2,3026
● ln h=ln 8=2,0794
● ln h=ln 6=1,7918
● ln h=ln 4=1,3863
● ln h=ln 2=0,6931

LUAS PENAMPANG TANGKI 1


12000

10000
f(x) = 500 x
R² = 1
8000
Volume (mL)

6000

4000

2000

0
0 5 10 15 20 25
h (cm)

Gambar 1. Grafik Luas Penampang Tangki I

LUAS PENAMPANG TANGKI 2


12000

10000
f(x) = 500 x
8000 R² = 1
volume (mL)

6000

4000

2000

0
0 5 10 15 20 25
h (cm)
Gambar 2. Grafik Luas Penampang Tangki 2

LAJU ALIR KELUARAN TANGKI 1


16000.00
14000.00 f(x) = − 174.971869950608
128.994546061165 x + 14949.5813841286
14670.7866120735
12000.00 R² = 0.997066493837767
0.997733526526372 Tangki 1 (2 3/4 putaran)
10000.00 Linear (Tangki 1 (2 3/4
Volume (mL)

8000.00 putaran))
6000.00 Linear (Tangki 1 (2 3/4
4000.00 putaran))
2000.00 Tangki 1 (2 putaran)
0.00 Linear (Tangki 1 (2 putaran))
00 0 0 0 0 00 00
0. .0 .0 .0 .0 0. 0.
20 40 60 80 1 0 1 2
t (s))

Gambar 3. Grafik Laju Alir Keluaran Tangki 1

LAJU ALIR KELUARAN TANGKI 2


16000.00
14000.00 f(x) = − 264.224424122432
191.50908459721 x x++14929.7410432189
15070.8703925628
R² = 0.997799723054637
0.997852016678307 Tangki 2 ( 2 3/4 putaran)
12000.00
10000.00 Linear (Tangki 2 ( 2 3/4
Volume (mL)

putaran))
8000.00 Linear (Tangki 2 ( 2 3/4
6000.00 putaran))
Tanggki 2 (2 putaran)
4000.00
Linear (Tanggki 2 (2 putaran))
2000.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80
t (s)

Gambar 4. Grafik Laju Alir Keluaran Tangki 2


Gambar 5. Grafik Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 1 (2 ¾ putaran)

Gambar 6. Grafik Penentuan Harga K dan n pada Tangki 1 (2 ¾ putaran)


Gambar 7. Grafik Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 1 (3 putaran)

Gambar 8. Grafik Penentuan Harga K dan n pada Tangki 1 (3 putaran)


Gambar 9. Grafik Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 2 (2 ¾ putaran)

Gambar 10. Grafik Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 2 (3 putaran)
Gambar 11. Grafik Penentuan Harga K dan n pada Tangki 2 (3 putaran)

Gambar 12. Grafik Keadaan Tunak pada Tangki 1


Gambar 13. Grafik Keadaan Tunak Setelah Diberikan Gangguan pada Tangki 1

Anda mungkin juga menyukai