DINAMIKA PROSES
Oleh:
SAMARINDA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, perlunya dilakukan praktikum ini agar praktikan mampu
memahami tentang dinamika proses keadaan tunak (steady state) dan keadaan
tidak tunak (unsteady state) untuk sistem-sistem fisik sederhana. serta dapat
menerapkannya pada bidang industri.
1.2 Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui luas penampang tangki 1 dan tangki 2.
b. Untuk mengetahui laju alir keluaran tangki 1 dengan bukaan valve 2 putaran
dan 2 ¾ putaran.
c. Untuk mengetahui nilai n tangki 1 dan tangki 2 dengan bukaan valve 2 ¾
putaran
d. Untuk mengetahui simulasi gangguan pada suatu tangki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dinamika proses adalah variasi dari kinerja proses sepanjang waktu setelah set
gangguan yang diberikan kedalam proses. Dinamika proses dapat ditentukan
dengan metode pengosongan tangki menggunakan sistem pemodelan. Dalam
metode pengaturan suhu, dilakukan dengan sistem berorde satu dan berorde dua
(Stanley, 1990).
Dinamika proses menunjukkan adanya kondisi tidak tunak dalam setiap proses
setelah diberi gangguan untuk mencapai keadaan tunak baru. Ketidaktunakan ini
diakibatkan karena adanya gangguan pada sistem yang telah tunak. Dinamika
proses juga dipengaruhi oleh ketinggian air dalam tangki terhadap waktu serta
perubahan temperatur terhadap waktu (McCabe, 1976).
Keadaan tidak tunak (unsteady state) adalah keadaan dimana suatu sistem berada
tidak dalam kesetimbangan atau akan berubah lagi seiring waktu, atau tidak
mantap. Selain itu keadaan tunak (steady state) adalah keadaan dimana suatu
sistem berada dalam kesetimbangan atau tidak berubah lagi seiring waktu, atau
mantap (McCabe, 1976).
Dalam dinamika proses ada dua keadaan yang ditinjau dari dinamika proses yang
terjadi, yaitu:
a. Keadaan tunak (steady state)
Kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tidak berubah dengan berjalannya
waktu (konstan). Pada beberapa sistem, keadaan tunak baru akan dicapai
beberapa waktu setelah sistem dimulai, kondisi awal ini sering disebut
keadaan trannen.
b. Keadaan tidak tunak (unsteady state)
Untuk mempermudah penyelesaian bentuk kompleks dari non linier
diubah menjadi bentuk linier di seputar kondisi tunak.
(McCabe, 1996).
Kedimensian tangki air diuji coba dengan pengosongan tangki dan pemberian
gangguan pada tangki berisi air yang tenang dengan ketinggian tunak. Luas
penampang tangki dikalibrasi dengan mengalurkan grafik volume terhadap
penurunan ketinggian air dalam tangki (h). Volume tangki dihitung dengan
persamaan :
2
πD
V= . h…………………………………(2.1)
4
Keterangan:
V = Volume tangki (cm3)
D = Diameter tangki (cm)
h = Tinggi tangki (cm)
(Sater, 1980).
2
πD
Di mana adalah luas penampang tangki. Dengan demikian A adalah
4
gradient dari grafik V-h. Jika diketahui luas penampang, maka laju alir volumetrik
dari valve yang digunakan (dengan bukaan tertentu) dapat diketahui (Sater, 1980).
Debit air pada masing-masing valve bergantung pada variasi bukaan valve. Makin
besar bukaan valve, makin besar pula debit airnya. Perhitungan debit air ini
dilakukan untuk memperkirakan bukaan valve yang sesuai dengan yang
dibutuhkan saat percobaan simulasi gangguan. Proses pengosongan tangki
dimaksudkan untuk menentukan parameter laju volumetrik keluaran ( k dan n).
laju volumetrik keluaran tangki merupakan fungsi dari ketinggian air dalam
tangki. Dasar percobaan ini adalah persamaan Bernoulli.
P1 1 2 P 1
+ V 1 + g h1= 1 + V 22 g h 2……………………(2.2)
P 2 P 2
Keterangan:
P = Tekanan (N/m2, Pa)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).
Mulut tangki dan saluran keluaran terbuka pada tekanan atmosfer sehingga
P 1 P2
= . Persamaan tersebut menjadi
P P
1 2
[ V −V 21 ] =g [ h1−h2 ]………………………(2.3)
2 2
Keterangan:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).
2 2
Selanjutnya digunakan asumsi V 1dapat diabaikan terhadap V 2karena dianggap
luas penampang tangki jauh lebih besar daripada saluran keluaran sehingga :
1 2
[ V ]=g [ h 1−h2 ]……………………….(2.4)
2 2
Keterangan:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).
V 2= √ 2 g [ h1−h2 ] ………………………..(2.5)
√
1
V 2= 2 g ∆ h ……………………………(2.6)
2
Keterangan:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).
√
1
V 2 adalah laju linear, sedangkan debit adalah
A . V 2= A 2 g ∆ h 2 . Dari persamaan
ini diketahui bahwa debit adalah fungsi h,
n
Q=k .h ………………………………(2.7)
Keterangan:
Pada konsidi ini n = 0.5
n = Orde dari h
Q = Debit (m3/s)
k = Konstanta
h = Ketinggian air (m)
(Sater, 1980).
Dengan adanya tambahan air, maka debit keluaran akan berubah dan akhirnya
mencapai keadaan tunak yang kedua. Selama simulasi dicatat perubahan
ketinggian terhadap waktu. Umumnya keadaan tunak sulit dicapai, dibutuhkan
waktu yang lebih lama dan tangki dengan luas permukaan relatif besar untuk
mencapai kondisi tunak yang sempurna. Waktu untuk mencapai kondisi tunak
dipengaruhi besar kecilnya debit pada tiap-tiap valve yang mempengaruhi
parameter k dan n (Smith, 2016).
Kesalahan sering terjadi karena ke tidak tepatan penentuan waktu saat terjadinya
kondisi tunak. Jika simulasi sudah berlangsung lama, perubahan ketinggian air
pada setiap variasi bukaan akan sangat lambat, walaupun mempunyai
kecenderungan untuk berubah pada jangka waktu yang lama (Smith, 2016).
Dengan adanya tambahan air, maka debit keluaran akan berubah dan akhirnya
mencapai keadaan tunak yang kedua. Selama simulasi dicatat perubahan
ketinggian terhadap waktu. Umumnya keadaan tunak sulit dicapai, dibutuhkan
waktu yang lebih lama dan tangki dengan luas permukaan relatif besar untuk
mencapai kondisi tunak yang sempurna. Waktu untuk mencapai kondisi tunak
dipengaruhi besar kecilnya debit pada tiap-tiap valve. yang mempengaruhi
parameter k dan n. Kesalahan seringkali terjadi karena ketidaktepatan
penentuan waktu saat terjadinya kondisi tunak. Jika simulasi sudah
berlangsung lama, perubahan ketinggian air pada setiap variasi bukaan akan
sangat lambat, walaupun mempunyai kecenderungan untuk berubah pada
jangka waktu yang lama (Smith, 2016).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. 1000 2 2
2. 2000 4 4
3. 3000 6 6
4. 4000 8 8
5. 5000 10 10
6. 6000 12 12
7. 7000 14 14
8. 8000 16 16
9. 9000 18 18
10. 10000 20 20
1. 30 0 30 0 15000,09
1. 30 0 30 0 15000,09
1. 30 0 27,5 0
2. 30 10 26,5 10
3. 29,9 20 26 20
4. 29,8 30 25,5 30
5. 29,5 40 24,7 40
6. 29 50 24,5 50
7. 28,5 60 24 60
8. 28.2 70 23,5 70
9. 27,8 80 23,2 80
28. 20 270
29. 20 280
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Luas Penampang Tangki 1 dan Tangki 2
Gambar 4.1 Grafik Penentuan Luas Penampang Tangki 1
Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2, untuk menentukan luas penampang maka dibuat
kurva dengan menggunakan sumbu x = h (cm) dan y = V (mL), dan menghasilkan
persamaan dengan menggunakan regresi garis linier: y = ax + b. Dimana y adalah
volume tangki 1 dan 2 (cm3), a adalah luas penampang dari tangki 1 dan 2 (cm2),
dan x adalah ketinggian permukaan air pada tangki 1 dan 2 (cm). Diperoleh luas
penampang tangki 1 yaitu 500 cm2 dan tangki 2 500 cm2, serta diperoleh diameter
pada tangki 1 dan tangki 2 yaitu 25,2377 cm dan jari-jarinya 12,6189 cm.
Berdasarkan Gambar 4.3 dan 4.4, untuk menentukan laju alir tangki 1 dan 2 maka
dibuat kurva dengan menggunakan sumbu x = t (s) dan y = V (mL), dan
menghasilkan persamaan dengan menggunakan regresi garis linier: y = ax + b.
Dimana y adalah volume pada tangki 1 dan 2 (cm 3), a adalah laju alir dari tangki 1
dan 2 (cm2/s), dan x adalah waktu penurunan permukaan air pada tangki 1 dan 2
(s). Diperoleh hasil laju alir tangki 1 dengan bukaan 2 putaran valve yaitu 128,99
cm2/s dan bukaan 2 ¾ putaran valve yaitu 174,97 cm2. Diperoleh hasil laju alir
pada tangki 2 dengan bukaan 2 putaran valve yaitu 191,51 cm2/s dan bukaan 2 ¾
putaran valve yaitu 264,22 cm2. Tanda minus (-) pada persamaan regresi linier
menunjukkan nilai laju alir yang meninggalkan atau keluar dari tangki 1 dan 2.
Semakin besar bukaan valve, maka semakin besar debit yang keluar dari tangki.
Nilai Q tangki 2 lebih besar dari tangki 1 yang disebabkan oleh adanya pengaruh
waktu keluaran air pada tangki 1 atau 2. Faktor yang dapat mengaruhi laju alir
keluaran yaitu bukaan valve dimana semakin besar putaran bukaan valve maka
waktu yang dibutuhkan semakin cepat sehingga laju alirnya akan semakin besar.
Gambar 4.5 Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 1 (2 ¾ putaran)
Gambar 4.6 Penentuan Harga K dan n pada Tangki 1 (2 ¾ putaran)
2
Dari Gambar 4.5 diperoleh persamaan regresi linier yaitu: y = 0,0006x - 0,4005x
+ 30,561. Dimana y adalah dh/dt dan x adalah t (s), dan diperoleh data seperti
pada Tabel 4.5. Pada Gambar 4.6 dengan menggunakan kurva dengan sumbu x +
ln h dan sumbu y = ln(dh/dt) diperoleh regresi linier yaitu: y =0,1079x +4,8939.
Dimana menurut rumus atau persamaan untuk menentukan nilai k dan n yaitu:
ln(dh/dt) = ln n – ln (k/A), diperoleh nilai n yaitu 0,1079 dan k = exp (4,8939) =
133,4731. Bedasarkan teori yang ada, maka n yang didapat tidak ideal karena nilai
n yang ideal adalah 0,5 sedangkan dari hasil percobaan nilai n yang didapat adalah
0,1079.
Gambar 4.7 Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 1 (3 putaran)
Dari Gambar 4.7 diperoleh persamaan regresi linier yaitu: y = 0,0009x2 - 0,4271x
+ 30,157. Dimana y adalah dh/dt dan x adalah t (s), dan diperoleh data seperti
pada Tabel 4.7. Pada Gambar 4.8 dengan menggunakan kurva dengan sumbu x +
ln h dan sumbu y = ln(dh/dt) diperoleh regresi linier yaitu: y = 0,1581x + 4,7818.
Dimana menurut rumus atau persamaan untuk menentukan nilai k dan n yaitu:
ln(dh/dt) = ln n – ln (k/A), diperoleh nilai n yaitu 0,1581 dan k = exp (4,7818) =
119,3189. Bedasarkan teori yang ada, maka n yang didapat tidak ideal karena nilai
n yang ideal adalah 0,5 sedangkan dari hasil percobaan nilai n yang didapat adalah
0,1581.
Gambar 4.9 Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 2 (2 ¾ putaran)
ln h vs ln (A. (-dh/dt)) Tangki 2 (2 3/4 putaran)
5.75
5.7
5.65
f(x) = 0.0945932520163262 x + 5.33730849929618
R² = 0.922886854530743
5.6
ln a(dh/dt)
5.55
tangki 2 ( 2 3/4 putaran)
5.5 Linear (tangki 2 ( 2 3/4 putaran))
5.45
5.4
5.35
5.3
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
ln h
Dari Gambar 4.9 diperoleh persamaan regresi linier yaitu: y = 0,0012x2 - 0,5952x
+ 30,736. Dimana y adalah dh/dt dan x adalah t (s), dan diperoleh data seperti
pada Tabel 4.9. Pada Gambar 4.10 dengan menggunakan kurva dengan sumbu x +
ln h dan sumbu y = ln(dh/dt) diperoleh regresi linier yaitu: y = 0,0946x + 5,3373.
Dimana menurut rumus atau persamaan untuk menentukan nilai k dan n yaitu:
ln(dh/dt) = ln n – ln (k/A), diperoleh nilai n yaitu 0,0946 dan k = exp (5,3373) =
207,9504. Bedasarkan teori yang ada, maka n yang didapat tidak ideal karena nilai
n yang ideal adalah 0,5 sedangkan dari hasil percobaan nilai n yang didapat adalah
0,0946.
Gambar 4.11 Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 2 (3 putaran)
Dari Gambar 4.13 diperoleh hasil air mencapai keadaan tunak sebelum diberi
gangguan pada ketinggian 18,8 cm dalam waktu 330 s. Dan dari Gambar 4.14
diperoleh hasil air mencapai keadaan tunak setelah diberi gangguan pada
ketinggian 18 cm dalam waktu 240 s, sehingga dapat disimpulkan bahwa air
sebelum dan sesudah diberikan gangguan memiliki ketinggian yang berbeda
dengan waktu yang berbeda juga untuk mencapai kondisi tunak. Keadaan tunak
dapat dilihat ketika tidak terjadi perubahan ketinggian permukaan air dalam waktu
tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh proses self regulation yang memerlukan waktu
untuk kembali mencapai keadaan tunak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Luas penampang pada tangki 1 sebesar 500 cm 2 dan pada tangki 2
sebesar 500 cm2.
b. Laju alir keluaran pada tangki 1 dengan bukaan valve 2 dan 2 ¾
putaran secara berturut-turut yaitu 128,99 cm 2/s dan 174,97 cm2 . Laju
alir keluaran pada tangki 2 dengan bukaan valve 2 dan 2 ¾ putaran
secara berturut-turut yaitu 191,51 cm2/s dan 264,22 cm2/s.
c. Harga konstanta n pada tangki 1 dengan bukaan valve 2 ¾ yaitu
0,1079. Sedangkan untuk tangki 2 dengan bukaan valve 2 ¾
didapatkan harga konstanta n yaitu 0,0946.
d. Pada saat keadaan tunak didapatkan ketinggian sebesar 18,8 cm dan
waktu 330 detik dan pada saat setelah diberi gangguan didapatkan
keadaan tunak pada ketinggian sebesar 18 cm dan waktu 250 detik.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan bukaan valve yang
bervariasi contohnya menjadi 1 putaran dan 1 ¼ putaran, waktu untuk
pemberian gangguan yang bervariasi seperti 1 menit dan 3 menit agar
praktikan lebih memahami pengaruh bukaan valve dan lebih mengerti
dinamika proses.
DAFTAR PUSTAKA
Sater, V.E. 1980. First Order, in AlchE, Series A : Process Control, vol 1,
Analysis of Dynamic Systems. American Institute. New York.
D=
√ A ×4
π
D=
√ 500 ×4
3,14
D=25,2377 cm
● Menghitung jari-jari
D
r=
2
25,23
r=
2
r =12,6189 cm
D=
√ A ×4
π
D=
√ 500 ×4
3,14
D=25,2377 cm
● Menghitung jari-jari
D
r=
2
25,23
r=
2
r =12,6189 cm
y '=0,0012 x−0,4005
● Pada ketinggian 30
y=0,0012(0)−0,4005
¿−0,4005
● Pada ketinggian 28
y=0,0012(7,28)−0,4005
¿−0,39176
● Pada ketinggian 26
y=0,0012(12,41)−0,4005
¿−0,38561
● Pada ketinggian 24
y=0,0012(17,44)−0,4005
¿−0,37957
● Pada ketinggian 22
y=0,0012(22,18)−0,4005
¿−0,37388
● Pada ketinggian 20
y=0,0012(27,59)−0,4005
¿−0,36739
● Pada ketinggian 18
y=0,0012(32,90)−0,4005
¿−0,36102
● Pada ketinggian 16
y=0,0012(38,95)−0,4005
¿−0,35376
● Pada ketinggian 14
y=0,0012(43,58)−0,4005
¿−0,3482
● Pada ketinggian 12
y=0,0012(49,42)−0,4005
¿−0,3412
● Pada ketinggian 10
y=0,0012(55,79)−0,4005
¿−0,33355
● Pada ketinggian 8
y=0,0012(62,58)−0,4005
¿−0,3254
● Pada ketinggian 6
y=0,0012(68,89)−0,4005
¿−0,31783
● Pada ketinggian 4
y=0,0012(75,13)−0,4005
¿−0,31034
● Pada ketinggian 2
y=0,0012(81,63)−0,4005
¿−0,30254
2) Perhitungan (− A ) dh /dt
● Pada ketinggian 30
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4005 )
¿ 200,25
● Pada ketinggian 28
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,39176 )
¿ 195,882
● Pada ketinggian 26
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,38561 )
¿ 192,804
● Pada ketinggian 24
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,37957 )
¿ 189,786
● Pada ketiinggian 22
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,37388 )
¿ 186,942
● Pada ketinggian 20
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,36739 )
¿ 183,696
● Pada ketinggian 18
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,36102 )
¿ 180,51
● Pada ketinggian 16
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,35376 )
¿ 176,88
● Pada ketinggian 14
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3482 )
¿ 174,02
● Pada ketinggian 12
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3412 )
¿ 170,598
● Pada ketinggian 10
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,33355 )
¿ 166,776
● Pada ketinggian 8
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3254 )
¿ 162,702
● Pada ketinggian 6
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,31783 )
¿ 158,916
● Pada ketinggian 4
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,31034 )
¿ 155,172
● Pada ketinggian 2
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,30254 )
¿ 151,272
3) Perhitungan ln (− A . dh/dt )
● Pada ketinggian 30
ln (− A . dh/dt )=ln (200,25)
¿ 5,29957
● Pada ketinggian 28
ln (− A . dh/dt )=ln (195,882)
¿ 5,27751
● Pada ketinggian 26
ln (− A . dh/dt )=ln (192,804)
¿ 5,26167
● Pada ketinggian 24
ln (− A . dh/dt )=ln (189,786)
¿ 5,2459
● Pada ketinggian 22
ln (− A . dh/dt )=ln (186,942)
¿ 5,2308
● Pada ketinggian 20
ln (− A . dh/dt )=ln (183,696)
¿ 5,21328
● Pada ketinggian 18
ln (− A . dh/dt )=ln (180,51)
¿ 5,19579
● Pada ketinggian 16
ln (− A . dh/dt )=ln (176,88)
¿ 5,17547
● Pada ketinggian 14
ln (− A . dh/dt )=ln (174,102)
¿ 5,15964
● Pada ketinggian 12
ln (− A . dh/dt )=ln (170,598)
¿ 5,13931
● Pada ketinggian 10
ln (− A . dh/dt )=ln (166,776)
¿ 5,11665
● Pada ketinggian 8
ln (− A . dh/dt )=ln (162,702)
¿ 5,09192
● Pada ketinggian 6
ln (− A . dh/dt )=ln (158,916)
¿ 5,06838
● Pada ketinggian 4
ln (− A . dh/dt )=ln (155,172)
¿ 5,04453
● Pada ketinggian 2
ln (− A . dh/dt )=ln (151,272)
¿ 5,01908
4) Perhitungan ln lnh
● ln h=ln 30=3,4012
● ln h=ln 28=3,3322
● ln h=ln 26=3,2581
● ln h=ln 24=3,1781
● ln h=ln 22=3,0910
● ln h=ln 20=2,9957
● ln h=ln 18=2,8904
● ln h=ln 16=2,7726
● ln h=ln 14=2,6391
● ln h=ln 12=2,4849
● ln h=ln 10=2,3026
● ln h=ln 8=2,0794
● ln h=ln 6=1,7918
● ln h=ln 4=1,3863
● ln h=ln 2=0,6931
y '=0,0018 x−0,4271
● Pada ketinggian 30
y=0,0018(0)−0,4271
¿−0,4271
● Pada ketinggian 28
y=0,0018(5,21)−0,4271
¿−0,4177
● Pada ketinggian 26
y=0,0018(10,15)−0,4271
¿−0,4088
● Pada ketinggian 24
y=0,0018(15,12)−0,4271
¿−0,3999
● Pada ketinggian 22
y=0,0018(20,08)−0,4271
¿−0,3910
● Pada ketinggian 20
y=0,0018(25,14)−0,4271
¿−0,3818
● Pada ketinggian 18
y=0,0018(30,23)−0,4271
¿−0,3727
● Pada ketinggian 16
y=0,0018(35,95)−0,4271
¿−0,3624
● Pada ketinggian 14
y=0,0018(41,60)−0,4271
¿−0,3522
● Pada ketinggian 12
y=0,0018(46,22)−0,4271
¿−0,3439
● Pada ketinggian 10
y=0,0018(53,21)−0,4271
¿−0,3313
● Pada ketinggian 8
y=0,0018(59,39)−0,4271
¿−0,3202
● Pada ketinggian 6
y=0,0018(65,86)−0,4271
¿−0,3086
● Pada ketinggian 4
y=0,0018(72,36)−0,4271
¿−0,2969
● Pada ketinggian 2
y=0,0018(78,86)−0,4 271
¿−0,2852
2) Perhitungan (− A ) dh /dt
● Pada ketinggian 30
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4271 )
¿ 213,55
● Pada ketinggian 28
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4177 )
¿ 208,861
● Pada ketinggian 26
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4088 )
¿ 201,415
● Pada ketinggian 24
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3999 )
¿ 199,942
● Pada ketiinggian 22
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3910 )
¿ 195,478
● Pada ketinggian 20
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3818 )
¿ 190,924
● Pada ketinggian 18
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3727 )
¿ 186,343
● Pada ketinggian 16
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3624 )
¿ 181,195
● Pada ketinggian 14
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3522 )
¿ 176,11
● Pada ketinggian 12
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3439 )
¿ 171,952
● Pada ketinggian 10
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3313 )
¿ 165,661
● Pada ketinggian 8
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3202 )
¿ 160,099
● Pada ketinggian 6
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,3086 )
¿ 154,276
● Pada ketinggian 4
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,2969 )
¿ 148,426
● Pada ketinggian 2
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,2852 )
¿ 142,576
3) Perhitungan ln (− A . dh/dt )
● Pada ketinggian 30
ln (− A . dh/dt )=ln (213,55)
¿ 5,36387
● Pada ketinggian 28
ln (− A . dh/dt )=ln (208,861)
¿ 5,34167
● Pada ketinggian 26
ln (− A . dh/dt )=ln (204,415)
¿ 5,32015
● Pada ketinggian 24
ln (− A . dh/dt )=ln (199,942)
¿ 5,29803
● Pada ketinggian 22
ln (− A . dh/dt )=ln (195,478)
¿ 5,27545
● Pada ketinggian 20
ln (− A . dh/dt )=ln (190,924)
¿ 5,25188
● Pada ketinggian 18
ln (− A . dh/dt )=ln (186,343)
¿ 5,22759
● Pada ketinggian 16
ln (− A . dh/dt )=ln (181,195)
¿ 5,19957
● Pada ketinggian 14
ln (− A . dh/dt )=ln (176,11)
¿ 5,17111
● Pada ketinggian 12
ln (− A . dh/dt )=ln (171,952)
¿ 5,14722
● Pada ketinggian 10
ln (− A . dh/dt )=ln (165,099)
¿ 5,07579
● Pada ketinggian 8
ln (− A . dh/dt )=ln (160,099)
¿ 5,07579
● Pada ketinggian 6
ln (− A . dh/dt )=ln (154,276)
¿ 5,03874
● Pada ketinggian 4
ln (− A . dh/dt )=ln (148,426)
¿ 5,00009
● Pada ketinggian 2
ln (− A . dh/dt )=ln (142,576)
¿ 4,95988
4) Perhitungan ln lnh
● ln h=ln 30=3,4012
● ln h=ln 28=3,3322
● ln h=ln 26=3,2581
● ln h=ln 24=3,1781
● ln h=ln 22=3,0910
● ln h=ln 20=2,9957
● ln h=ln 18=2,8904
● ln h=ln 16=2,7726
● ln h=ln 14=2,6391
● ln h=ln 12=2,4849
● ln h=ln 10=2,3026
● ln h=ln 8=2,0794
● ln h=ln 6=1,7918
● ln h=ln 4=1,3863
● ln h=ln 2=0,6931
4. Perhitungan Nilai k dan n Pada Tangki 2
✔ Bukaan valve 2 ¾ putaran
1) Perhitungan dh /dt
y=0,0012 x 2−0,5952 x+30,736
y '=0,0024 x−0,5952
● Pada ketinggian 30
y=0,0024(0)−0,5952
¿−0,5952
● Pada ketinggian 28
y=0,0024(5,49)−0,5952
¿−0,5820
● Pada ketinggian 26
y=0,0024(8,77)−0,5952
¿−0,5742
● Pada ketinggian 24
y=0,0024(11,96)−0,5952
¿−0,5665
● Pada ketinggian 22
y=0,0024(15,37)−0,5952
¿−0,5583
● Pada ketinggian 20
y=0,0024(18,71)−0,5952
¿−0,5503
● Pada ketinggian 18
y=0,0024(22,40)−0,5952
¿−0,5414
● Pada ketinggian 16
y=0,0024(25,90)−0,5952
¿−0,5330
● Pada ketinggian 14
y=0,0024(29,62)−0,5952
¿−0,5241
● Pada ketinggian 12
y=0,0024(33,46)−0,5952
¿−0,5149
● Pada ketinggian 10
y=0,0024(37,46)−0,5952
¿−0,5053
● Pada ketinggian 8
y=0,0024(41,69)−0,5952
¿−0,4951
● Pada ketinggian 6
y=0,0024(45,78)−0,5952
¿−0,4853
● Pada ketinggian 4
y=0,0024(50,24)−0,5952
¿−0,4746
● Pada ketinggian 2
y=0,0024(54,56)−0,5952
¿−0,4643
2) Perhitungan (− A ) dh /dt
● Pada ketinggian 30
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5952 )
¿ 297,6
● Pada ketinggian 28
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,582 )
¿ 291,012
● Pada ketinggian 26
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5742 )
¿ 287,076
● Pada ketinggian 24
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5665 )
¿ 283,248
● Pada ketiinggian 22
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5583 )
¿ 279,156
● Pada ketinggian 20
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5503 )
¿ 275,148
● Pada ketinggian 18
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5414 )
¿ 270,72
● Pada ketinggian 16
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5330 )
¿ 266,52
● Pada ketinggian 14
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5241 )
¿ 262,056
● Pada ketinggian 12
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5149 )
¿ 257,448
● Pada ketinggian 10
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5053 )
¿ 252,648
● Pada ketinggian 8
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4951 )
¿ 247,572
● Pada ketinggian 6
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4853 )
¿ 242,664
● Pada ketinggian 4
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4746 )
¿ 237,312
● Pada ketinggian 2
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4643 )
¿ 232,128
3) Perhitungan ln (− A . dh/dt )
● Pada ketinggian 30
ln (− A . dh/dt )=ln (297,6)
¿ 5,69575
● Pada ketinggian 28
ln (− A . dh/dt )=ln (291,012)
¿ 5,67336
● Pada ketinggian 26
ln (− A . dh/ dt )=ln (287,076)
¿ 5,65975
● Pada ketinggian 24
ln (− A . dh/dt )=ln (283,248)
¿ 5,64632
● Pada ketinggian 22
ln (− A . dh/ dt )=ln (279,156)
¿ 5,63177
● Pada ketinggian 20
ln (− A . dh/dt )=ln (275,148)
¿ 5,61731
● Pada ketinggian 18
ln (− A . dh/dt )=ln (270,72)
¿ 5,60109
● Pada ketinggian 16
ln (− A . dh/dt )=ln (266,52)
¿ 5,58545
● Pada ketinggian 14
ln (− A . dh/ dt )=ln (262,056)
¿ 5,56856
● Pada ketinggian 12
ln (− A . dh/dt )=ln (257,448)
¿ 5,55082
● Pada ketinggian 10
ln (− A . dh/dt )=ln (252,648)
¿ 5,532
● Pada ketinggian 8
ln (− A . dh/dt )=ln (247,572)
¿ 5,5117
● Pada ketinggian 6
ln (− A . dh/dt )=ln (242,664)
¿ 5,49168
● Pada ketinggian 4
ln (− A . dh/dt )=ln (237,312)
¿ 5,46938
● Pada ketinggian 2
ln (− A . dh/dt )=ln (232,128)
¿ 5,44729
4) Perhitungan ln lnh
● ln h=ln 30=3,4012
● ln h=ln 28=3,3322
● ln h=ln 26=3,2581
● ln h=ln 24=3,1781
● ln h=ln 22=3,0910
● ln h=ln 20=2,9957
● ln h=ln 18=2,8904
● ln h=ln 16=2,7726
● ln h=ln 14=2,6391
● ln h=ln 12=2,4849
● ln h=ln 10=2,3026
● ln h=ln 8=2,0794
● ln h=ln 6=1,7918
● ln h=ln 4=1,3863
● ln h=ln 2=0,6931
y '=0,0054 x−0,7408
● Pada ketinggian 30
y=0,0054(0)−0,7408
¿−0,7408
● Pada ketinggian 28
y=0,0054(3,21)−0,7408
¿−0,7235
● Pada ketinggian 26
y=0,0054(5,90)−0,7408
¿−0,7089
● Pada ketinggian 24
y=0,0054(8,78)−0,7408
¿−0,6934
● Pada ketinggian 22
y=0,0054(11,71)−0,7408
¿−0,6776
● Pada ketinggian 20
y=0,0054(14,42)−0,7408
¿−0,6629
● Pada ketinggian 18
y=0,0054(17,58)−0,7408
¿−0,6459
● Pada ketinggian 16
y=0,0054(20,90)−0,7408
¿−0,6279
● Pada ketinggian 14
y=0,0054(23,77)−0,7408
¿−0,6124
● Pada ketinggian 12
y=0,0054(27,11)−0,7408
¿−0,5944
● Pada ketinggian 10
y=0,0054(30,74)−0,7408
¿−0,5748
● Pada ketinggian 8
y=0,0054(34,17)−0,7408
¿−0,5563
● Pada ketinggian 6
y=0,0054(38,08)−0,7408
¿−0,5352
● Pada ketinggian 4
y=0,0054( 41,39)−0,7408
¿−0,5173
● Pada ketinggian 2
y=0,0054( 45,77)−0,7408
¿−0,4936
2) Perhitungan (− A ) dh /dt
● Pada ketinggian 30
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,7408 )
¿ 370,4
● Pada ketinggian 28
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,7235 )
¿ 361,733
● Pada ketinggian 26
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,7089 )
¿ 354,47
● Pada ketinggian 24
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6934 )
¿ 346,694
● Pada ketiinggian 22
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6776 )
¿ 338,783
● Pada ketinggian 20
(− A ) dh /dt= (−500 )(−06629 )
¿ 331,466
● Pada ketinggian 18
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6459 )
¿ 322,934
● Pada ketinggian 16
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6279 )
¿ 313,97
● Pada ketinggian 14
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,6124 )
¿ 306,221
● Pada ketinggian 12
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5944 )
¿ 297,203
● Pada ketinggian 10
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5748 )
¿ 287,402
● Pada ketinggian 8
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5563 )
¿ 278,141
● Pada ketinggian 6
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5352 )
¿ 267,584
● Pada ketinggian 4
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,5173 )
¿ 258,647
● Pada ketinggian 2
(− A ) dh /dt= (−500 )(−0,4936 )
¿ 246,821
3) Perhitungan ln (− A . dh/dt )
● Pada ketinggian 30
ln (− A . dh/dt )=ln (370,4)
¿ 5,91458
● Pada ketinggian 28
ln (− A . dh/dt )=ln (361,733)
¿ 5,89091
● Pada ketinggian 26
ln (− A . dh/dt )=ln (354,47)
¿ 5,87062
● Pada ketinggian 24
ln (− A . dh/dt )=ln (346,694)
¿ 5,84844
● Pada ketinggian 22
ln (− A . dh/dt )=ln (338,783)
¿ 5,82536
● Pada ketinggian 20
ln (− A . dh/dt )=ln (331,466)
¿ 5,80353
● Pada ketinggian 18
ln (− A . dh/dt )=ln (322,934)
¿ 5,77745
● Pada ketinggian 16
ln (− A . dh/dt )=ln (313,97)
¿ 5,7493
● Pada ketinggian 14
ln (− A . dh/dt )=ln (306,221)
¿ 5,72431
● Pada ketinggian 12
ln (− A . dh/dt )=ln (297,203)
¿ 5,69442
● Pada ketinggian 10
ln (− A . dh/dt )=ln (287,402)
¿ 5,66088
● Pada ketinggian 8
ln (− A . dh/dt )=ln (278,141)
¿ 5,62813
● Pada ketinggian 6
ln (− A . dh/dt )=ln (267,584)
¿ 5,58943
● Pada ketinggian 4
ln (− A . dh/ dt )=ln (258,647)
¿ 5,55546
● Pada ketinggian 2
ln (− A . dh/dt )=ln (246,821)
¿ 5,50866
4) Perhitungan ln lnh
● ln h=ln 30=3,4012
● ln h=ln 28=3,3322
● ln h=ln 26=3,2581
● ln h=ln 24=3,1781
● ln h=ln 22=3,0910
● ln h=ln 20=2,9957
● ln h=ln 18=2,8904
● ln h=ln 16=2,7726
● ln h=ln 14=2,6391
● ln h=ln 12=2,4849
● ln h=ln 10=2,3026
● ln h=ln 8=2,0794
● ln h=ln 6=1,7918
● ln h=ln 4=1,3863
● ln h=ln 2=0,6931
10000
f(x) = 500 x
R² = 1
8000
Volume (mL)
6000
4000
2000
0
0 5 10 15 20 25
h (cm)
10000
f(x) = 500 x
8000 R² = 1
volume (mL)
6000
4000
2000
0
0 5 10 15 20 25
h (cm)
Gambar 2. Grafik Luas Penampang Tangki 2
8000.00 putaran))
6000.00 Linear (Tangki 1 (2 3/4
4000.00 putaran))
2000.00 Tangki 1 (2 putaran)
0.00 Linear (Tangki 1 (2 putaran))
00 0 0 0 0 00 00
0. .0 .0 .0 .0 0. 0.
20 40 60 80 1 0 1 2
t (s))
putaran))
8000.00 Linear (Tangki 2 ( 2 3/4
6000.00 putaran))
Tanggki 2 (2 putaran)
4000.00
Linear (Tanggki 2 (2 putaran))
2000.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80
t (s)
Gambar 10. Grafik Regresi Tak Linier untuk Mendapatkan Persamaan dh/dt pada
Tangki 2 (3 putaran)
Gambar 11. Grafik Penentuan Harga K dan n pada Tangki 2 (3 putaran)