Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

DINAMIKA PROSES

Oleh:

KELOMPOK 14 (EMPAT BELAS)


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

RIKA PIDIA 1909066022


MUHAMMAD RIZKY 1909066027

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aliran dan perilaku atau fluida sangat penting dalam berbagai banyak proses
pemisahan atau rekayasa proses. Aliran dapat didefenisikan sebagai zat yang tidak
tahan distorsi secara permanen dan karenanya dapat berubah bentuk. Dalam industri
proses, banyak bahan yang berbentuk fluida dan harus disimpan, ditangani,
dipompa, dan diproses sehingga kita perlu mengenal prinsip-prinsip mengatur
aliran fluida serta dengan peralatan yang akan digunakan. Cairan khas fluida yang
dapat ditemui meliputi air, CO2, udara, minyak, endapan larutan, dan sirup yang
kental.

Pabrik kimia merupakan sususnan atau rangkaian berbagai unit pengolahan yang
terintergrasi satu sama lain secara sistematik dan rasional. Tujuan pengoperasian
pabrik secara keseluruhan adalah mengubah (mengkonversi) bahan baku menjadi
bahan produk yang lebih bernilai guna. Dalam pengoperasiannya pabrik akan selalu
menggalami gangguan dari lingkungan eksternal. Selama beroperasi, pabrik harus
terus mempertimbangkan aspek keteknikan, keekonomisan, dan kondisi sosial agar
tidak teralalu signifikan terpengaruh oleh perubahan-perubahan eksternal tersebut.

Untuk mengetahui suatu nilai dinamika proses dalam teknik kimia digunakan
prinsip reaksi kimia, proses fisika da matematika. Dengan menggunakan persamaan
tersebut dapat diperkirakan suatu kejadian pada suatu hasil produk dengan
mengubah suhu, tekanan, ukuran alat dan sebagainya. Penentuan dinamika proses
dengan menggunakan metode pengosongan tangki menggunakan metode
pengaturan suhu yang digunakan yaitu sistem berorde satu dan berorde dua.

Oleh karena itu, praktikum dilakukan agar praktikan lebih memahami tentang
dinamika proses keadaan tunak dan keadaan tidak tunak atau biasa yang disebut
dengan steady state dan unsteady state untuk sistem-sistem fisik sederhana. Untuk
mengetahui laju alir keluaran pada tangki dan mengetahui nilai laju alir volumetrik
dan serta praktikan juga dapat mengetahui penerapannnya pada bidang industri.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui laju alir pada tangki 1 dan 2 dengan bukaan valve ½ dan ¾.
b. Untuk mengetahui nilai n dan k pada tangki dengan bukaan valve ½ dan ¾.
c. Untuk mengetahui simulasi gangguan pada tangki
BAB II
LANDASAN TEORI

Dinamika proses adalah variasi unjuk kerja suatu proses dinamika dari waktu ke waktu
sebaga respon terhadap gangguan-gangguan dan perubahan terhadap proses, atau sistem
teknik kimia setelah diberi gangguan untuk mencapai keadaan tunak (Sater, 1980).

Kedimensian tangki air uji coba dengan pengsongan tangki dan pemberian ganggua pada
tangki berisi air yang tenang dengan ketinggian tunak. Luas penampang tangki dikalibrasi
dengan mengeluarkan grafik volume terhadap penurunan ketiggian air dalam tangki (h)
volume tangki dihitung dengan persamaan
πD2
V= × h ........................................................(2.1)
4

πD2
Dimana merupakan rumus dari luas penampang tangki. Dengan demikian A adalah
4

gradient dari grafik V-h. Jika diketahui luas penampang, maka laju alir volumetrik dari
valve yang digunakan dengan bukaan tertentu dapat diketahui (Brown,1950)

Banyak kriteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan fluida. Sebagai contoh aliran
dapat digoongkan sebagai aliran steady atau unsteady, satu-, dua-, atau tiga dimensi,
seragam, atau tidak seragam, laminer atau turbulen, dan dapat mampat atau tidak dapat
mampat. Aliran disebut steady bila kondisi-kondisi dalam medan aliran tidak bervariasi
terhadap waktu; aliran yang tidk demikian tentu saja disebut aliran unsteady atau tidak
steady. Aliran air yang konstan di dalam sebuah pipa bersifat steady, akan tetapi pada
saaat katup alirannya sedang dibuka atau sedang ditutup, aliran itu tidak steady (Reuben
Olson, 1993)

Aliran dalam sebuah aliran terbuka meliputi aliran zat cair (dalam bidang rekayasa
umumnya adalah air) di mana luas penampang melintang alirannya mungkin akan
berubah ubah dan tekanan di permukannya selalu sama dengan tekanan atmosfer. Gaya-
gaya yang memyebabkan aliran itu adalah gaya-gaya yang berkaitan dengan gravitasi,
sedangkan gaya-gaya yang menghambatnya dalah gaya-gaya yang berkaitan dengan
geseran viskos di sepanjang dasar dan dinding saluran. Jadi keadaan aliran tersebut
didefinisikan dengan angka Froude dan angka Reynolds sekaligus (Reuben Olson, 1993).

Bagian yang menyempit atau menyiku pada sebuah saluran pipa akan menghasilkan beda
tekanan piezometrik yang dapat diukur ddi sepanjang dinding pipa, dan beda-beda
tekanan ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan laju aliran. Ada dua metode
pendekatan yang boleh digunakan, yaitu :
1. Persamaan Bernouli (bila aliran satu dimensi, tanpa rugi-rugi dalam bentuk
pelepasan energi) dan persamaan kontinuitas boleh dituliskan untuk daerah antara
sebuah potongan dalam pipa dan potongan lain di tempat penyempitan, lalu ekspresi
untuk laju aliran boleh didapatkan dari penggabungan keduannya. Kita bisa membuat
dugaan untuk nisbah laju aliran sesungguhnya terhadap laju aliran hasil perhitungan
dari ekspresimen-eksperimen dan penerapan-penerapan yang sudah pernah
dilakukan atau dipublikasikan. Dari sini dugaan untuk laju aliran dalam sistem yang
dapat diminati dapat diperoleh.
2. Alat ukur aliran (flow meter) dapat dikalibrasi, baik oleh pabrik maupun pengguna
sebelum atau sesudah instalsi. Untuk kalibrasi itu, fluida dan rentang aliran harus
sama dengan keadaan sesungguhnya.
(Reuben Olson, 1993)

Pendekatan melalui kalibrasi (metode kedua) perlu kita menghendaki pengukuran yang
persisi, walaupun deugaan yang baik sering hanya berselisih satu atau dua persen masih
dimungkinkan melalui pendekatan yang pertama. Alat ukur yang digunakan mungkin
secara geometrik maupun dinamik tidak tepat serupa dengan yang digunakan dalam
kalibrasi, sehingga koefisien-koefisien aliran pun mungkin tidaklah sama (Reuben Olson,
1993)

Permodelan proses sederhana terlihat seperti pada gambar dibawah ini yaitu suatu tangki
dengan luas penampang tetap (A), diisi dengan air pada ketinggian awal (ho). Kemudian
tangki tersebut dikosongkan dengan cara mengalirkan air melalui lubang kecil (orifice)
dibagian dasar tangki dengan luas penampang orifice (Ao).
A

𝜌
ho

Q
Gambar 2.1 Permodelan Sederhana Dinamika Proses
Keterangan
Q = laju alir volume cairan dari tangki, (m3/s)
A = luas penampang tangki, (m2)
Ao = luas penampang lubang kecil, (m2)
ho = ketinggian cairan pada t, (m)
h = ketinggian cairan dalam tangki terhadap perubahan waktu, (m)
𝜌 = massa jenis, (kg/m2)
T = waktu, (s)
(Russel, 1972).

Massa cairan yang keluar tangki sama dengan perubahann massa didalam tangki.
Perubahan massa dalam tangki = - (laju alir massa keluar tangki) tanda – menyatakan
bahwa aliran menghasilkan pengurangan massa dalam tangki, dimana 𝜌 dan A konstant
(Russel, 1972).

Masing-masing valve mempunyai karakteristik dan laju alir berbeda-beda. Pengukuran


laju volumetrik dapat dilakukan dengan mengukur volume keluaran tiap selang waktu
tertentu. Debit air biasa dihitung dengan mencari gradient volume terhadap waktu.

Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa laju perubahan ketinggian air dalam
tangki bergantung pada ketinggian setiap saat. Konstanta k dan n merupakan parameter
yang menunjukkan keidealan tangki. Data yang diperoleh adalah h dan t. Nilai k dan n
dapat dicari dengan menggunakan linearisasi pesamaan neraca massa.
Dinamika proses menunjukkan unjuk kerja proses yang profilnya selalu berubah terhadap
waktu. Dinamika proses selalu terjadi selama sistem proses belum mencapai kondisi
tunak. Keadaan tidak tunak terjadi karena adanya gangguan terhadap kondisi proses yang
tunak (Isdiawan, 2013).

Valve dapat dioperasikan secara manual, baik dengan menggunakan pegangan tuas pedal
dan lain sebagainya. Selain dioperasikan secara otomatis dengan menggunakan prinsip
perubahan aliran, tekanan dan suhu. Perubahan tersebut akan mempengaruhi diafragma,
pegas ataupun piston sehingga secara otomatis akan menggerakkan katup dengan sistem
buka tutup (Brown,1950).

Terdapat berbagai macam jenis valve, beserta dengan kriteria penggunaannya masing-
masing. Berikut fungsi-fungsi utama valve:
a. Untuk menutup dan membuka aliran dengan syarat, ketika terbuka memiliki
hambatan aliran dan pressure loss yang minimum. Contohnya gate, ball, plug, dan
butterfly valve.
b. Untuk mengatur aliran, dengan cara menahan aliran dengan perubahan arah atau
menggunakan suatu hambatan bisa juga dengan kombinasi keduanya.
c. Untuk mencegah aliran balik (block flow), biasanya menggunakan checkvalve (lift
check atau swing check). Valve ini akan tetap terbuka dan akan tertutup apabila
terdapat aliran yang berlawanan arah.
d. Untuk mengatur tekanan, dalam beberapa aplikasi valve, tekanan yang masuk (line
pressure) harus dikurangi untuk mencapai tekanan yang digunakan. Biasanya
menggunakan pressure-packingvalve atau regulator.
e. Untuk pressure relief dengan menggunakan relief valve dan safety valve. Relief valve
digunakan untuk mengatasi bila adanya tekanan yang berlebihan yang dapat
mengganggu proses aliran bahkan kegagalan proses. Sedangkan safety valve
menggunakan per (spring loaded) valve ini akan membuka jika tekanan melebihi
batas yang sudah ditentukan.
(McCabe, 1976)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Rangkaian alat dinamika proses
b. Gelas ukur 1000 mL
c. Stopwatch

3.1.2 Bahan
a. Air

3.2 Rangkaian Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Dinamika Proses

Keterangan:
a. Bak Tangki Penampungan
b. Pompa
c. Kran
d. Meteran
e. Tangki 2
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Penentuan Luas Penampang Tangki
a. Dikosongkan tangki 1,kemudian di isi dengan air menggunakan gelas ukur 1000
mL.
b. Dicatat tinggi air pada tangki 1 pada setiap penambahan volume tangki 1000 mL
c. Diulangin percobaan di atas sebanyak 10 kali.
d. Dibuat kurva antar volume air terhadap ketinggian air di dalam tangki untuk
mencari luas penampang tangki.
e. Diulangi percobaan dengan tangki 2.

3.3.2 Penentuan Laju Alir Keluaran Tangki


a. Dicatat tinggi air pada tangki 1 saat t = 0 dengan ketinggian 22
b. Dibuka valve keluaran tangki dengan bukaan 2 dan 1/2 putaran
c. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk setiap penurunan isi tangki setiap 2 cm
hingga tangki kosong.
d. Diulangin langkah a sampai d untuk tangki 2 dengan putaran valve 11/2 dan 2.

3.3.3 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki


a. Diisi tangki 1 sampai ketinggian 30 cm.
b. Dicatat tinggi air pada tangki t = 0.
c. Dibuka valve keluaran tangki 1 dengan bukaan 1½ putaran
d. Dicatat waktu yang dibutuhkan pada setiap penurunan tinggi air pada tangki setiap
2 cm.
e. Diulangin percobaan dengan tangki 2.

3.3.4 Simulai Gangguan pada Tangki


a. Ditentukan bukaan valve input yaitu 1 putaran dan valve output sebesar 1 ½
putaran
b. Dicatat tinggi air pada tangki t = 0
c. Dibuka valve input dan valve output dengan bukaan yang telah ditentukan
d. Dicatat ketinggian air dalam tangki setiap 10 detik.
e. Dilakukan percobaan ini secara kontinyu hingga keadaan tunak.
f. Setelah tunak diberi gangguan pada tangki dengan kondisi tunak yaitu dengan
putaran 1 selama 2 menit,lalu tutup bukaan kran gangguan tersebut.
g. Dicatat ketinggian air dalam tangki setiap 10 detik
h. Dilakukan percobaan ini hingga mencapai keadaan tunak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Percobaan


4.1.1 Penentuan Luas Penampang Tangki 1 dan Tangki 2
Tabel 4.1 Data Perhitungan Luas Penampang 1
No. Volume (mL) h (cm)
1 1000 2
2 2000 4
3 3000 6
4 4000 8
5 5000 9
6 6000 10
7 7000 12
8 8000 14
9 9000 16
10 10000 20

Tabel 4.2 Data Perhitungan Luas Penampang 2


No. Volume (mL) h (cm)
1 1000 2
2 2000 4
3 3000 6
4 4000 8
5 5000 10
6 6000 12
7 7000 14
8 8000 16
9 9000 18
10 10000 20
4.1.2 Perhitungan Laju Alir Keluaran Tangki 1 dan Tangki 2
Tabel 4.3 Data Penentuan Laju Alir Keluaran Tangki 1
Bukaan Valve 2 Bukaan Valve1 1/2
No. Putaran Putaran V (mL)
h (cm) t(s) h (cm) t(s)
1 30 0 30 0 5158,38
2 28 6,69 28 5,26 4814,48
3 26 13,08 26 10,33 4470,59
4 24 19,41 24 16,06 4126,70
5 22 25,43 22 21,36 3782,81
6 20 31,57 20 27,25 3438,92
7 18 37,97 18 33,03 3095,03
8 16 44,77 16 38,78 2751,13
9 14 51,49 14 44,93 2407,24
10 12 57,79 12 51,38 2063,35
11 10 64,16 10 58,18 1719,46
12 8 70,61 8 65 1375,57
13 6 79,12 6 72 1031,68
14 4 85,62 4 79,47 687,78
15 2 94,09 2 87,34 343,89

Tabel 4.4 Data Penentuan Laju Alir Keluaran Tangki 2


Bukaan Valve 1 1/2
Bukaan Valve 2 Putaran
No. Putaran V (mL)
h (cm) t(s) h (cm) t(s)
1 30 0 30 0 4777,07

2 28 8,12 28 6,66 4458,60


3 26 15,15 26 9,31 4140,13
4 24 23,31 24 12,66 3821,66
5 22 31,03 22 15,84 3503,18
6 20 39,09 20 19,06 3184,71
7 18 47,56 18 22,65 2866,24
8 16 55,56 16 26,12 2547,77
9 14 64,46 14 30,12 2229,30
10 12 73,03 12 33,84 1910,83
11 10 81,9 10 37,9 1592,36
12 8 91,11 8 41,84 1273,89
13 6 100,92 6 46,05 955,41
14 4 110,63 4 50,62 636,94
15 2 124,66 2 55,18 318,47

4.1.3 Penentuan Nilai k dan n Pada Tangki 2


Tabel 4.5 Data Penentuan Nilai k dan n tangki 1
Bukaan Valve : 1 1/2 Putaran
No.
h (cm) t (s) dt/dh A.-dh/dt In(A.-dt/dh) ln h
1 30 0 -0,5981 322,9202 5,7774 3,4012
2 28 6,66 -0,5821 314,2902 5,7503 3,3322
3 26 9,31 -0,5758 310,8564 5,7393 3,2581
4 24 12,66 -0,5677 306,5155 5,7253 3,1781
5 22 15,84 -0,5601 302,3950 5,7117 3,0910
6 20 19,06 -0,5524 298,2225 5,6978 2,9957
7 18 22,65 -0,5437 293,5707 5,6821 2,8904
8 16 26,12 -0,5354 289,0743 5,6667 2,7726
9 14 30,12 -0,5258 283,8912 5,6486 2,6391
10 12 33,84 -0,5169 279,0708 5,6315 2,4849
11 10 37,9 -0,5071 273,8100 5,6124 2,3026
12 8 41,84 -0,4977 268,7046 5,5936 2,0794
13 6 46,05 -0,4876 263,2493 5,5731 1,7918
14 4 50,62 -0,4766 257,3276 5,5503 1,3863
15 2 55,18 -0,4657 251,4188 5,5271 0,6931
Tabel 4.6 Data Penentuan Nilai k dan n tangki 2
Bukaan Valve : 2 Putaran
No.
h (cm) t (s) dt/dh A.-dh/dt In(A.-dt/dh) ln h
1 30 0 -0,2772 138,6000 4,9316 3,4012
2 28 8,12 -0,2707 135,3520 4,9079 3,3322
3 26 15,15 -0,2651 132,5400 4,8869 3,2581
4 24 23,31 -0,2586 129,2760 4,8619 3,1781
5 22 31,03 -0,2524 126,1880 4,8378 3,0910
6 20 39,09 -0,2459 122,9640 4,8119 2,9957
7 18 47,76 -0,2390 119,4960 4,7833 2,8904
8 16 55,56 -0,2328 116,3760 4,7568 2,7726
9 14 64,46 -0,2256 112,8160 4,7258 2,6391
10 12 73,03 -0,2188 109,3880 4,6949 2,4849
11 10 81,6 -0,2119 105,9600 4,6631 2,3026
12 8 91,11 -0,2043 102,1560 4,6265 2,0794
13 6 100,92 -0,1965 98,2320 4,5873 1,7918
14 4 110,63 -0,1887 94,3480 4,5470 1,3863
15 2 124,66 -0,1775 88,7360 4,4857 0,6931

4.1.4 Simulai Gangguan Pada Tangki


Tabel 4.7 Simulasi Gangguan pada Tangki
Dengan
Kondisi Tunak
Gangguan
h (cm) t (s) h (cm) t (s)
30 0 20 0
29,8 10 17 10
28,8 20 16,5 20
27,8 30 15,9 30
26,8 40 15,1 40
25,8 50 14,6 50
24,9 60 14 60
24 70 13,4 70
23,3 80 12,8 80
22,4 90 12,2 90
21,4 100 11,8 100
20,5 110 11,2 120
19,9 120 10,9 130
19 130 10,4 140
18,5 140 9,9 150
17,7 150 9,5 160
17 160 9 170
16,4 170 8,8 180
15,7 180 8,2 190
15 190 7,9 200
14,5 200 7,7 210
14 210 7,4 220
13,4 220 6,9 230
12,8 230 6,9 240
12,2 240 6,5 250
11,8 250 6 260
10,5 260 6 270
10 270 6 280
9,5 280
9,3 290
8,9 300
8,5 310
8 320
7,8 330
7,5 340

7 350
6,8 360
6,5 370
6,3 380
5,8 390
5,8 400
5,8 410

4.2. Pembahasan
Pada praktikum dinamiika proses ini dilakukan 4 kali percobaan. Percobaan yang
dilakukan ialah penentuan luas penampang (A), penentuan laju alir (Q), penentuan
nilai k dan n, dan pengamatan simulasi gangguan. Percobaan dinamika proses ini
berfokus pada proses dinamik dari waktu ke waktu sebagai respon terhadap
gangguan yang diamati pada percobaan ketinggian air dan tangki terhadap waktu.
Sedangkan percobaan perubahan menggunakan temperatur terhadap waktu idak
dilakukan karena suhu fluida dianggap konstan.

Luas Penampang Tangki 1


12000
10000 y = 539,91x + 46,948
R² = 0,9784
8000
Volume

6000
4000
2000
0
0 5 10 15 20 25
Tinggi (h) (cm)
Luas Penampang Tangki 1 Linear (Luas Penampang Tangki 1)

Grafik 4.1 penentuan luas penampang tangki 1

Luas Penampang Tangki 2


15000
Volume (ml)

y = 500x
10000 R² = 1
5000
0
0 5 10 15 20 25
Tinggi (h) (cm)

Luas Penampang Tangki 2 Linear (Luas Penampang Tangki 2)

Grafik 4.2 Penentuan luas penampang tangki 2


Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 untuk menentukan luas penampang tangki
maka dibuat kurva dengan sumbu x = h (cm) dan sumbu y = V (mL) seperti pada
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 Pada percobaan penentuan luas penampang tangki,
dilakukan dengan penambahan volume pada tangki kosong, sehingga didapatkan
data yaitu volume (mL) dan ketinggian tangki (cm). Data yang didapatkan pada
kedua tangki tidak mengalami perubahan yang signifikan sehingga data dianggap
bahwa luas penampang kedua tangki adalah mendekati kesamaan. Berdasarkan
data yang diperoleh, dibuat grafik dengan sumbu x = h (cm) dan sumbu y =
volume (mL).

Laju Alir Tangki 1


6000,00
5000,00
Volume (ml)

4000,00 2 Putaran
y = -52,007x + 5115
3000,00 1 1/2 Putaran
R² = 0,9989
2000,00 y = -55,41x + 5005,8 Linear (2 Putaran)
1000,00 R² = 0,9963 Linear (1 1/2 Putaran)
0,00
Linear (1 1/2 Putaran)
0 20 40 60 80 100
t (s)

Grafik 4.3 Penentuan Luas Penampang Tangki 2

Pada percobaan penentuan laju alir keluaran tangki dilakukan dengan pengisian
tangki pada ketinggian 30 cm dan dicatat waktu penurunan ketinggian setiap 2 cm
dengan bukaan valve 2 putaran dan 1 ½. Percobaan dilakukan dengan mengukur
waktu yang diperlukan air untuk mengalami perubahan ketinggian setiap 2 cm
sampi air di dalam tangki habis. Dengan menggunakan persamaan untuk
menentukan volume tabung, ditentukan terlebih dahulu volume air dalam tangki
disetiap ketinggian yang berbeda. Data hasil percobaan kemudian disajikan dalam
tabel 4.3. Data hasil pengamatan selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik
dengan waktu (sekon) sebagai sumbu-x dan volume (mL) setiap ketinggian air
sebagai sumbu-y. grafik hasil Pengamatan akan menghasilkan persamaan garis.
Pada percobaan pertama tangki 1 dengan bukaan valve 2 putaran dihasilkan
persamaan garis -52,007x + 5115 dengan regresi 0.9989. Pada percobaan pertama
tangki 1 dengan bukaan valve 1 ½ putaran dihasilkan persamaan garis –55,41x +
5005,8 dengan regresi 0.9963. Berdasarkan persamaan garis tersebut dapat
diketahui bahwa laju alir keluaran tangki 1 dengan bukaan valve 2 putaran sebesar
52.007mL/s dan laju alir keluaran tangki 1 dengan bukaan valve 1 ½ putaran
sebesar 55.41mL/s.

Laju Alir Keluaran Tangki 2


6000,00
5000,00
volume (ml)

4000,00
1 1/2 Putaran
3000,00 y = -36,636x + 4664,2
R² = 0,9963 2 Putaran
2000,00
y = -84,343x + 4841 Linear (1 1/2 Putaran)
1000,00
R² = 0,9966 Linear (2 Putaran)
0,00
0 50 100 150
t (s)

Gambar 4.4 Penentuan Laju Alir Tangki 2

Pada percobaan penentuan laju alir keluaran pada tangki 2, dilakukan dua
kali percobaan dengan putaran valve yang berbeda-beda. Percobaan
pertama dilakukan dengan 1 ½ putaran valve dan percobaan kedua
dilakukan dengan 2 putaran valve. Percobaan pada tangki 2 dilakukan sama
dengan percobaan pada tangki 1. Dilakukan pengamatan dan diambil data
waktu setiap perubahan ketinggian air 2 cm. Data hasil pengamatan
kemudian disajikan seperti pada tabel 4.4. Data hasil pengamatan
selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik dengan waktu (sekon) sebagai
sumbu-x dan volume (mL) setiap ketinggian air sebagai sumbu-y. grafik
hasil Pengamatan akan menghasilkan persamaan garis. Pada percobaan
pertama tangki 2 dengan bukaan valve 1 ½ putaran dihasilkan persamaan
garis -36,636x + 4664,2 dengan regresi 0.9963. Pada percobaan pertama
tangki 1 dengan bukaan valve 2 putaran dihasilkan persamaan garis –
84,343x + 4841 dengan regresi 0.9966. Berdasarkan persamaan garis
tersebut dapat diketahui bahwa laju alir keluaran tangki 1 dengan bukaan
valve 1 ½ putaran sebesar 36.636 mL/s dan laju alir keluaran tangki 1
dengan bukaan valve 2 putaran sebesar 84.343 mL/s.

35
Grafik Dt/dh pada Tangki 1
30
25
y = 0,0012x2 - 0,5981x + 31,035
h (cm)

20 Grafik Dt/dh pada


R² = 0,9978
15 Tangki 1
Poly. (Grafik Dt/dh
10 pada Tangki 1)
5
0
0 10 20 30 40 50 60
t (s)

Gambar 4.5 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 1

Grafik ln h VS ln (A.-dh/dt) pada Tangki 1


5,8000
5,7500 y = 0,0941x + 5,4189
In(A.-dt/dh)

5,7000 R² = 0,9251 Grafik ln h VS ln (A.-


5,6500 dh/dt) pada Tangki 1
5,6000 Expon. (Grafik ln h VS ln
5,5500 (A.-dh/dt) pada Tangki 1)
5,5000
Linear (Grafik ln h VS ln
5,4500
(A.-dh/dt) pada Tangki 1)
0,0000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000
ln h

Gambar 4.6 Penentuan nilai k dan n pada Tangki 1

Pada percobaan penentuan nilai k dan n dilakukan pengisian tangki pada


ketinggian 30 cm dan dicatat waktu setiap penurunan ketinggian 2 cm dengan
bukaan valve 1 ½ pada tangki 1 sehingga diperoleh data setiap ketinggian tangki
(cm) dan waktu (s). Kemudian dibuat grafik dengan sumbu x = h (cm) dan y = v
(mL). Diperoleh persamaan regresi pada tangki 1 y = 0,0012x2 – 0,5981x +
31.035. Dimana nilai x diganti dengan menggunakan h (cm) sehingga akan
didapatkan data seperti tabel 4.5 dan tabel 4.6 maka dimasukkan ke dalam
persamaan matematika. Diperolehlah nilai n pada tangki satu yaitu 0,0941 dan
nilai k yaitu 247,893694. Nilai n dan nilai k ini digunakan untuk mengetahui
keidealan suatu tangki.
Grafik dT/dh pada Tangki 2
35
30
25
h (cm)

20 y = 0,0004x2 - 0,2772x + 30,174 Grafik dT/dh pada


R² = 0,9997 Tangki 2
15
Poly. (Grafik dT/dh
10 pada Tangki 2)
5
0
0 50 100 150
t (s)

Gambar 4.7 Penentuan Nilai k dan n pada Tangki

Grafik ln h VS ln (A.-dh/dt) pada Tangki


2
5,0000
In(A.-dt/dh)

4,8000 y = 0,1711x + 4,3036 Grafik ln h VS ln (A.-


R² = 0,948 dh/dt) pada Tangki 2
4,6000
4,4000 Expon. (Grafik ln h VS ln
(A.-dh/dt) pada Tangki 2)
4,2000
0,0000 1,0000 2,0000 3,0000 4,0000 Linear (Grafik ln h VS ln
ln h (A.-dh/dt) pada Tangki 2)

Gambar 4.8 Penentuan nilai k dan n pada Tangki

Pada percobaan penentuan nilai k dan n dilakukan pengisian tangki pada


ketinggian 30 cm dan dicatat waktu setiap penurunan ketinggian 2 cm dengan
bukaan valve 2 putaran pada tangki 2 sehingga diperoleh data setiap ketinggian
tangki (cm) dan waktu (s). Kemudian dibuat grafik dengan sumbu x = h (cm) dan
y = v (mL). Dari Gambar 4.7 didapatkan persamaan regeresi tak linier y =
0,0004x2 – 0,2772x + 30,174 = 0,9997. Di mana nilai x diganti dengan
menggunakan h (cm) sehingga akan didaptkan data seperti pada Tabel 4.6 pada
Gambar 4.7 dengan menggunakan kurva grafik dengan sumbu x + In h dan sumbu
y = In(-A.dh/dt) didapatkan regeresi linier pada Gambar 4.8 yaitu y = 0,1711x +
4,3036 dimana menurut persamaan untuk menentukan nilai k dan n, In(-A.dh/dt)
= n.In h – In k, didapat nilai n adalah 0,1711 dan nilai k yaitu 87,76826598.
Grafik Keadaan Tunak
40
30 Grafik Keadaan Tunak
h (cm)

20
y = -0,0614x + 27,995 Linear (Grafik Keadaan
10 Tunak)
R² = 0,9719
0 Linear (Grafik Keadaan
0 100 200 300 400 500 Tunak)
t (s)

Gambar 4.9 Keadaan Tunak

Pada percobaan simulasi gangguan pada tangki, tangki dengan tinggi awal air 30
cm diberikan input dengan bukaan valve 1 putaran dan output dengan bukaan
valve 1 ½ putaran. Pada kondisi ini ketinggian air di dalam tangki mengalami
penurunan secara signifikan setiap satuan waktu. Penurunan ketinggian air terus
terjadi hingga pada waktu 410 detik dan seterusnya, ketinggian air konstan pada
ketinggian 5,8cm. pada kondisi ini aliran di dalam tangki telah mencapai kondisi
tunak. Perubahan ketinggian air di dalam tangki hingga mencapai kondisi tunak
dapat dilihat pada gambar 4.9. setelah tangki mencapai kondisi tunak, tangki
diberi gangguan dengan membuka valve gangguan sebesar 1 putaran. Air dari
valve gangguan dibiarkan masuk selama satu menit hingga tercapai ketanggian
baru yaitu sebesar 14 cm. setelah satu menit valve gangguan kemudian ditutup
dan kembali diamati penurunan ketinggian air setiap satuan waktu. Ketinggian air
terus mengalami penurunan. Pada waktu ke 280 detik ketinggiaan air konstan pada
ketinggian 6 cm. pada kondisi ini diketahui bahwa tangki telah mencapai kondisi
tunak baru. Hal ini dipengaruhi oleh proses self regulation yang memerlukan
waktu untuk kembali mencapai keadaan tunak. Perubahan ketinggian air di dalam
tangki hingga mencapai kondisi tunak baru dapat dilihat pada gambar 4.10.
Grafik Setelah Diberi Gangguan
25
20 Grafik Setelah Diberi
cm (h)

15 Gangguan
10 Linear (Grafik Setelah
5 y = -0,0437x + 16,972 Diberi Gangguan)
R² = 0,959
0 Linear (Grafik Setelah
0 50 100 150 200 250 300 Diberi Gangguan)
t (s)

Gambar 4.10 Keadaan Tunak dengan Gangguan


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan:
a. Laju alir pada keluaran pada tangki 1 dengan bukaan valve 2 dan ½ putaran adalah
yaitu 52.007 mL/s dan 55.41 mL/s . Laju alir keluaran pada tangki 2 dengan bukaan
valve 1 ½ dan 2 putaran secara berturut-turut yaitu 36.636 mL/s dan 84.343 mL/s.
b. Dari percobaan didapatkan nilai k dan n berdasarkaan persamaan matematika.
Diperolehlah nilai n pada tangki satu yaitu 0,0941 dan nilai k yaitu 24,893694.
Sedangkan untuk tanki dua diperoleh nilai n adalah 0,1711 dan nilai k yaitu
87,76826598.
c. Dari percobaan yang dilakukan yaitu didapatkan kesimpulan jika tangki ketika
belum diberikan gangguan dan setelah diberikan gangguan keadaan tunaknya
adalah pada ketinggian 5,8 cm dan 6 cm.

5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan waktu untuk simulasi pada
pemberian gangguan yang bervariasi seperti 1 menit dan 3 menit serta ketinggian
air dalam tangki agar praktikan lebih memahami pengaruh bukaan valve dan lebih
mengerti dinamika proses.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, G.G, 1950, Unit Operation, John Wiley and Sons, New York.

Isdiawan, Moch. Syahrir, dkk, 2013, Dinamika Proses Tangki, Program Studi Teknik
Kimia, Bandung.

McCabe, WL and Smith, JC, 1975, Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd ed,
McGraw Hill Co, New York.

Olson, M. Reuben, dan Steven J. Wright. 1993. Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik
Edisi Kelima. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Russel, F. 1972. Introduction of Chemical Engineering Analysys. John Willy and Sons.
New York.

Sater, V.E. 1980. First Order, in AlchE. Series A : Procces Control. Volume 1. Analysys
of Dynamic System. American Institue: New York
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Perhitungan Laju Alir Keluaran Tangki 1 dan Tangki 2

Tangki 1
D = √𝐴x4/𝜋

=√539,91 x 4/3,14
= 14,8
Sehingga
R = D/2
R = 14,8/2
= 7,399
Tangki 2
D = √𝐴x4/𝜋
=√500 x 4/3,14
= 14,2425
R = D/2
R = 14,2425/2
= 7,1212
1.1 Perhitungan Volume Tangki 1
• Ketinggian 30
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 30
= 51,58,38 mL
• Ketinggian 28
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 28
= 4814,48 mL
• Ketinggian 26
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 26
= 4470,59 mL
• Ketinggian 24
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 24
= 4126,70 mL
• Ketinggian 22
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 22
= 3782,81 mL
• Ketinggian 20
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 20
= 3438,92 mL
• Ketinggian 18
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 18
= 3095,03 mL
• Ketinggian 16
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 16
= 2751,13 mL
• Ketinggian 14
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 14
= 2407,24 mL
• Ketinggian 12
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 12
= 2063,35 mL
• Ketinggian 10
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 10
= 1719,46 mL
• Ketinggian 8
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 8
= 1375,57 mL
• Ketinggian 6
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 6
= 1031,68 mL
• Ketinggian 4
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 4
= 687,78 mL
• Ketinggian 2
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,399)2 x 2
= 343,89 mL

1.2 Perhitungan Volume Tangki 2


• Ketinggian 30
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 30
= 4777,07 mL

• Ketinggian 28
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 28
= 4458,60 mL
• Ketinggian 26
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 26
= 4140,13 mL
• Ketinggian 24
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 24
= 3821,66 mL
• Ketinggian 22
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 22
= 3503,18 mL
• Ketinggian 20
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 20
= 3184,71 mL
• Ketinggian 18
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 18
= 2866,24 mL
• Ketinggian 16
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 16
= 2547,77 mL
• Ketinggian 14
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 14
= 2229,30 mL
• Ketinggian 12
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 12
= 1910,83 mL
• Ketinggian 10
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 10
= 1592,36 mL
• Ketinggian 8
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 8
= 1273,89 mL
• Ketinggian 6
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 6
= 955,41 mL
• Ketinggian 4
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 4
= 636,94 mL
• Ketinggian 2
V = 𝜋 x 𝑟 2x ℎ
V = 3,14 (7,1212)2 x 2
= 318,47 mL

2. Penentuan Nilai k dan n Pada Tangki 1


2.1 Perhitungan tangki 1 dh/dt
Y = 0,00004 x2 – 0,5981 + 31,035
Y = 0,00008 x– 0,5981

• Ketinggian 30
Y = 0,00008 (0) – 0,5981
= - 0,5981
• Ketinggian 28
Y = 0,00008 (6,66) – 0,5981
= - 0,5821
• Ketinggian 26
Y = 0,00008 (9,31) – 0,5981
= - 0,5758
• Ketinggian 24
Y = 0,00008 (12,66) – 0,5981
= - 0,5677
• Ketinggian 22
Y = 0,00008 (15,84) – 0,5981
= - 0,5601
• Ketinggian 20
Y = 0,00008 (19,06) – 0,5981
= - 0,5524
• Ketinggian 18
Y = 0,00008 (22,65) – 0,5981
= - 0,5437
• Ketinggian 16
Y = 0,00008 (26,12) – 0,5981
= - 0, 5354
• Ketinggian 14
Y = 0,00008 (30,12) – 0,5981
= - 0,5258
• Ketinggian 12
Y = 0,00008 (33,84) – 0,5981
= - 0,5169

• Ketinggian 10
Y = 0,00008 (37,9) – 0,5981
= - 0,5071
• Ketinggian 8
Y = 0,00008 (41,84) – 0,5981
= - 0,4977
• Ketinggian 6
Y = 0,00008 (46,05) – 0,5981
= - 0,4876
• Ketinggian 4
Y = 0,00008 (50,62) – 0,5981
= - 0,4766
• Ketinggian 2
Y = 0,00008 (55,18) – 0,5981
= - 0,4657

2.2 Perhitungan (-A).dh/dt


• Ketinggian 30
= -539,91 x (-0,5981)
= 322,92
• Ketinggian 28
= -539,91 x (-0,5821)
= 314,29
• Ketinggian 26
= -539,91 x (-0,5758)
= 310,856
• Ketinggian 24
= -539,91 x (-0,5677)
= 306,516
• Ketinggian 22
= -539,91 x (-0,5601)
= 302,395
• Ketinggian 20
= -539,91 x (-0,5524)
= 298,223
• Ketinggian 18
= -539,91 x (-0,5437)
= 293,571
• Ketinggian 16
= -539,91 x (-0,5354)
= 289,074
• Ketinggian 14
= -539,91 x (-0,5258)
= 283,891
• Ketinggian 12
= -539,91 x (-0,5169)
= 279,071
• Ketinggian 10
= -539,91 x (-0,5071)
= 273,81
• Ketinggian 8
= -539,91 x (-0,4977)
= 268,705
• Ketinggian 6
= -539,91 x (-0,4876)
= 263,249
• Ketinggian 4
= -539,91 x (-0,4766)
= 257,328
• Ketinggian 2
= -539,91 x (-0,4657)
= 251,419

2.3 Perhitungan ln(A. -dh/dt)


• Ketinggian 30 cm
= ln 322,9202
= 5,7774
• Ketinggian 28 cm
= In 314,2902
= 5,7503
• Ketinggian 26 cm
= In 310,8564
= 5,7393
• Ketinggian 24 cm
= ln 306,5155
= 5,7253
• Ketinggian 22 cm
= ln 302,3950
= 5,7117
• Ketinggian 20 cm
= ln 298,2225
= 5,6978
• Ketinggian 18 cm
= ln 293,5707
= 5,6821
• Ketinggian 16 cm
= ln 289,0743
= 5,6667
• Ketinggian 14 cm
= ln 283,8912
= 5,6486
• Ketinggian 12 cm
= ln 279,0708
= 5,6315

• Ketinggian 10 cm
= ln 273,8100
= 5,6124
• Ketinggian 8 cm
= ln 268,7046
= 5,5936
• Ketinggian 6 cm
= ln 263,2493
= 5,5731
• Ketinggian 4 cm
= ln 257,3276
= 5,5503
• Ketinggian 2 cm
= ln 251,4188
= 5,5271
2.4 Perhitungan ln h
• = ln 30
= 3,4012
• = ln 28
= 3,3322
• = ln 26
= 3,2581
• = ln 24
= 3,1781
• = ln 22
= 3,0910
• = ln 20
= 2,9957
• = ln 18
= 2,8904
• = ln 16
= 2,7726
• = ln 14
= 2,6391
• = ln 12
= 2,4849
• = ln 10
= 2,3026
• = ln 8
= 2,0794
• = ln 6
= 1,7918
• = ln 4
= 1,3863
• = ln 2
= 0,6931

3. Penentuan k dan n pada tangki 2


3.1 Perhitungan tangki 2 dh/dt
Y = 0,0004 x2 – 0,2772x + 30,174
Y = 0,0008 x– 0,2772
• Ketinggian 30
Y = 0,0008 (0) – 0,2772
= - 0,2772
• Ketinggian 28
Y = 0,0008 (8,12) – 0,2772
= - 0,2707
• Ketinggian 26
Y = 0,0008 (15,15) – 0,2772
= - 0,2651
• Ketinggian 24
Y = 0,0008 (23,31) – 0,2772
= - 0,2586

• Ketinggian 22
Y = 0,0008 (31,03) – 0,2772
= - 0,2524
• Ketinggian 20
Y = 0,0008 (39,09) – 0,2772
= - 0,2459
• Ketinggian 18
Y = 0,0008 (47,76) – 0,2772
= - 0,2390
• Ketinggian 16
Y = 0,0008 (55,56) – 0,2772
= - 0,2328
• Ketinggian 14
Y = 0,0008 (64,46) – 0,2772
= - 0,2328
• Ketinggian 12
Y = 0,0008 (73,03) – 0,2772
= - 0,2256
• Ketinggian 10
Y = 0,0008 (81,6) – 0,2772
= - 0,2188
• Ketinggian 8
Y = 0,0008 (91,11) – 0,2772
= - 0,2043
• Ketinggian 6
Y = 0,0008 (100,92) – 0,2772
= - 0,1965
• Ketinggian 4
Y = 0,0008 (110,63) – 0,2772
= - 0,1887

• Ketinggian 2
Y = 0,0008 (124,66) – 0,2772
= - 0,1775
3.2 Perhitungan (-A).dh/dt
• Ketinggian 30
= -500 x (-0,2772)
= 138,6
• Ketinggian 28
= -500 x (-0,2707)
= 135,3520
• Ketinggian 26
= -500 x (-0,2651)
= 132,54
• Ketinggian 24
= -500 x (-0,2586)
= 129,2760
• Ketinggian 22
= -500 x (-0,2524)
= 126,1880
• Ketinggian 20
= -500 x (-0,2459)
= 122,9640
• Ketinggian 18
= -500 x (-0,2390)
= 119,4960
• Ketinggian 16
= -500 x (-0,2328)
= 116,3760
• Ketinggian 14
= -500 x (-0,2256)
= 112,8160

• Ketinggian 12
= -500 x (-0,2188)
= 109,3880
• Ketinggian 10
= -500 x (-0,2119)
= 105,9600
• Ketinggian 8
= -500 x (-0,2043)
= 102,1560
• Ketinggian 6
= -500 x (-0,1965)
= 98,2320
• Ketinggian 4
= -500 x (-0,1887)
= 94,3480
• Ketinggian 2
= -500 x (-0,1775)
= 88,7360

3.3 Perhitungan ln(-A dh/dt)


• Ketinggian 30 cm
= ln 138,6
= 4,9316
• Ketinggian 28 cm
= In 135,3520
= 4,9079
• Ketinggian 26 cm
= In 132,5400
= 4,8869
• Ketinggian 24 cm
= ln 129,2760
= 4,8619
• Ketinggian 22 cm
= ln 126,1880
= 4,8378
• Ketinggian 20 cm
= ln 122,9640
= 4,8119
• Ketinggian 18 cm
= ln 119,4960
= 4,7833
• Ketinggian 16 cm
= ln 116,3760
= 4,7568
• Ketinggian 14 cm
= ln 112,8160
= 4,7258
• Ketinggian 12 cm
= ln 109,3880
= 4,6949
• Ketinggian 10 cm
= ln 105,96
= 4,6631
• Ketinggian 8 cm
= ln 102,1560
= 4,6265
• Ketinggian 6 cm
= ln 98,2320
= 4,5873
• Ketinggian 4 cm
= ln 94,3480
= 4,5470

• Ketinggian 2 cm
= ln 88,730
= 4,4857

3.4 Perhitungan ln h
• = ln 30
= 3,4012
• = ln 28
= 3,3322
• = ln 26
= 3,2581
• = ln 24
= 3,1781
• = ln 22
= 3,0910
• = ln 20
= 2,9957
• = ln 18
= 2,8904
• = ln 16
= 2,7726
• = ln 14
= 2,6391
• = ln 12
= 2,4849
• = ln 10
= 2,3026
• = ln 8
= 2,0794
• = ln 6
= 1,7918

• = ln 4
= 1,3863
• = ln 2
= 0,6931

Anda mungkin juga menyukai