Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENGUJIAN POMPA

MATA KULIAH HIDROGEOLOGI


Kamis, 12 Maret 2020

DISUSUN OLEH :

1. GALLANT DWI PANGESTU 03071281823033


2. MUHLIS MAIHENDRA ISMAIL 03071281823024
3. MUHAMAD TAUFIQURAHMAN 03071281823017
4. M. FAUZAN GUNAWAN 03071281823021
5. SEPTIANI MIFTAHUL JANNAH 03071281823072
6. REZA DWI BARKAH D. 03071281823020
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Hidrogeologi adalah ilmu yang membahas masalah sumber air bawah tanah yang
bertalian dengan cara terdapat, penyebaran, pengaliran, sifat kimia dan potensi sumber air bawa
tanah dalam hubungannya dengan lingkungan geologi. Sumber air tersebut dipengaruhi oleh
banyak factor, salah satunya oleh akuifer. Akuifer pada suatu daerah dapat dilakukan pengujian
untuk mengetahui bagaimana kondisi aliran air tersebut.
Uji akuifer atau uji pemompaan dilakukan untuk mengevaluasi akuifer dengan
merangsang akuifer melalui pemompaan yang konstan dan mengamati “respon” (penarikan)
akuifer di sumur bor observasi. Pengujian akuifer merupakan alat atau data yg umum digunakan
pakar hidrogeologi untuk mengkarakterisasi sistem akuifer, akuitar dan batas-batas sistem aliran.
Sebuah “slug test” merupakan variasi yang khas dilakukan pada uji akuifer dimana perubahan
sesaat (kenaikan atau penurunan), serta efeknya yg diamati pada sumur bor yang sama. Hal ini
sering digunakan dalam pengaturan geoteknik untuk mendapatkan estimasi hasil secara cepat
cepat (dalam hitungan menit bukan hari) dari sifat atau karakter akuifer di sekitar sumur bor.
Uji akuifer biasanya ditafsirkan menggunakan model analisis aliran akuifer untuk mencocokkan
data pengamatan di lapangan, kemudian diasumsikan bahwa parameter dari model ideal tersebut
berlaku juga untuk akuifer di lapangan. Dalam kasus yg lebih kompleks, model numerik dapat
digunakan untuk menganalisis hasil tes akuifer, tetapi dengan makin kompleksnya model tidak
menjamin hasil yang lebih baik.
Uji akuifer berbeda dengan uji sumur bor dalam hal ini perilaku sumur bor menjadi
perhatian utama diakhirnya, sedangkan karakteristik akuifer diteliti lebih dulu.
Pengujian akuifer juga sering menggunakan satu atau lebih sumur bor untuk monitoring atau
yang biasa disebut dengan Piezometers (“titik” pengamatan sumur bor). Sebuah sumur bor
monitoring merupakan sumur bor yang tidak dipompa (tetapi digunakan untuk memantau kepala
hidrolik di akuifer). Biasanya pemompaan dan pemantauan sumur bor di lakukan pada area
akuifer yang sama.
I.2. Tujuan

Tujuan dengan menggunakkan metode ini adalah untuk menentukkan nilai koefisien
keterusan air (T) dan daya simpan air (koefisien storage / S) dan digunakan untuk evaluasi
potensi sumur.

I.3. Alat Dan Bahan

1. Data hasil uji pemompaan di lapangan


2. Grafik Theis Type Kurve
3. Kertas Double Logaritma
4. Kalkulator dan alat tulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uji Pemompaan

Uji pemompaan adalah percobaan lapangan di mana suatu sumur dipompa pada tingkat yang
terkontrol dan respons tingkat air (penarikan) diukur dalam satu atau lebih sumur pengamatan di
sekitarnya dan secara opsional dalam sumur yang dipompa (sumur kontrol) itu sendiri; data
respons dari tes pemompaan digunakan untuk memperkirakan sifat hidraulik akuifer,
mengevaluasi kinerja sumur dan mengidentifikasi batas-batas akuifer.
Uji akuifer dengan pemompaan adalah salah satu teknologi yang tertua untuk mengetahui nilai
parameter hidrolik. Uji akuifer (UA) adalah pengujian properti hidrolik akuifer melalui proses
pemompaan (uji pompa), dengan debit tetap maupun debit berubah. Teknik ini diyakini
menghasilkan estimasi properti hidrolik akuifer yang paling tepat, serta perhitungan debit sumur
optimum atau sering disebut debit aman (safe yield). Dengan uji akuifer, kita juga akan
mendapatkan profil penurunan MAT dalam proses pemompaan. Dalam jangka panjang, uji
akuifer juga diharapkan dapat berkontribusi dalam menata lingkungan secara berkelanjutan.
Uji akuifer (atau uji pompa) dilaksanakan untuk mengevaluasi karakteristik akuifer dengan
menstimulasi akuifer melalui pemompaan dan observasi terhadap respon aquifer berupa
penurunan MAT. Pengujian ini juga umum dilakukan oleh hidrogeolog untuk mengkarakterisasi
sistem akuifer, akuitar, pola aliran, dan batas aliran (flow system boundaries) bila ada.
Uji pemompaan yang biasa dilaksanakan dalam uji akuifer menggunakan debit konstan pada
periode minimum satu hari (atau 24 jam), dengan mengukur MAT pada sumur pantau. Saat air
dipompa ke permukaan, maka tekanan dalam akuifer akan menurun. Besarnya penurunan ini
akan berkurang dalam radius tertentu dari titik sumur pemompaan, radius ini dinamakan radius
pengaruh. Sumur pompa dan sumur pantau memiliki saringan (screen) pada akuifer yang sama.
Karakter akuifer yang didapatkan dari pengujian ini mencakup:
• Konduktivitas hidrolik (Hydraulic conductivity): volume air yang mengalir melalui pada satu
satuan luas akuifer per satuan gradien hidrolik. Satuannya galon/hari/m2 (dalam satuan US),
dalam SI satuan yang digunakan adalah m3/hari/m2, atau disederhanakan menjadi m/hari (atau
satuan yang relevan dengannya). Dinotasikan sebagai K .
• Storativitas (storativity atau specific storage): jumlah air dalam akuifer tertekan yang mampu
dikeluarkan per perubahan head. Dinotasikan sebagai S ;
• Transmisivitas (transmissivity): jumlah air yang mampu dialirkan untuk tiap satuan ketebalan
dan lebar akuifer pada tiap unit gradien hidrolik. Dinotasikan sebagai T . Dengan demikian
bilangan ini akan mewakili jenis material dicerminkan oleh K dan dimensi ketebalan b akuifer;
• Karakter tambahan lainnya:
– Debit efektif (Specific yield) atau porositas spesifik (drainable porosity): Nilai jumlah air yang
dilepaskan oleh akuifer tak tertekan saat dikeringkan sepenuhnya;
– Koefisien bocoran (Leakage coefficient): Beberapa akuifer dibatasi oleh lapisan akuitar yang
secara perlahan mengalirkan air ke lapisan akuifer lainnya;
– Kehadiran batas akuifer (aquifer boundaries) dalam bentuk batas imbuhan (recharge boundary)
atau batas tanpa aliran (no flow boundary) serta jaraknya dari sumur pompa dan sumur pantau.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Uji pemompaan (Pumping Test) biasanya dilaksanakan dengan dua metode :

1. Uji pemompaan bertahap (Step-drawdown test)


2. Uji pemompaan debit konstan (Long-term constant rate test)
Dari kedua metode uji pemompaan tersebut data-data yang direkam adalah :
1. Muka airtanah/pisometrik awal (sebelum pemompaan)
2. Debit pemompaan
3. Penurunan muka airtanah selama pemompaan (drawdown), baik pada sumur yang dipompa
maupun pada sumur pengamat
4. Waktu sejak dimulainya pemompaan
5. Sifat fisik dan kimia airtanah
6. Kenaikan muka airtanah kambuh (recovery) setelah pompa dihentikan
7. Waktu setelah pompa dimatikan.
8. Diameter sumur yang diuji.
9. Jarak antara sumur pengamat dan sumur yang diuji
3.2 Step test
Tujuan Step Test
Ø Mengetahui kesempurnaan konstruksi sumur
Ø Menentukan besaran kapasitas jenis sumur .
Ø Efisiensi sumur .
Ø Menentukan parameter hidraulik akuifer atau sumur
Alat dan bahan
Ø Lembar data pengukuran uji pemompaan, yang memuat : waktu, debit pemompaan,
dan pengukuran muka airtanah di sumur uji.
Ø Lembar kerja ( kertas semi log dan kertas bilog).
Step test pada dasarnya dilaksanakan setelah pelaksanaan konstruksi sumur dan
setelah pembersihan / penyempurnaan sumur atau dengan kata lain tahap akhir dari
rangkaian Pekerjaan pemboran air tanah. Step test dilakukan dengan cara mengukur
penurunan muka airtanah di dalam sumur uji dengan debit pemompaan yang ditambah secara
bertahap. Bierschenk (dalam Suharyadi) menyatakan bahwa efisiensi sumur itu tergantung
besarnya pemompaan yang terdiri atas efisiensi pemompaan (Ep) dan Faktor development (Fd).
Efisiensi pemompaan dinyatakan : Ep = BQ/Sw x 100 %
Besarnya pemompaan yang efisien apabila harga Epnya minimal 50%
Faktor development dinyatakan dengan : Fd = C/B ´ 100
Metode I (Metode Jacob)
1. Dari data uji step test dibuat grafik hubungan antara s (drawdown) dan t(waktu pemompaan).
2. Dari grafik hubungan antara s dan t di atas tentukan harga Ds (tambahan penurunan muka
airtanah) pada setiap step.
3. Untuk menentukan harga-harga C dan B, plot pada kertas milimeter harga- harga Q ( l/detik )
lawan Sw/Q ( m/l/detik ), tarik garis berat (lurus) yang melalui titik – titik hasil
pengeplotan, selanjutnya menentukan harga a dan b.
4. Menghitung harga BQ dan CQ2
5.Menentukan harga Sw dapat berdasarkan kurva pada atau dengan rumus
Sw = BQ + CQ2
6.Menentukan Efisiensi pemompaan (Ep)
7. Menentukan Faktor development (Fd)
8. Menentukan klas dan kondisi sumur
Metode II ( Model Theis )
Di dalam model ini, anggapan - anggapan yang sering digunakan adalah (Bisri,1991):
1. Aliran ke sumur adalah tidak tunak
2. Jenis akuifernya terkekang
3. Diameter sumuer kecil, shingga kandungan dalam sumur dapat diabaikan.
4. Akuifer dianggap meluas tak terhingga dalam bidang horisontal terletak pada suatu dasar yang
kedap air serta mempunyai ketebalan yang seragam.
5. Akuifer adalah homogen, isotropis dalam daerah yang dipengaruhi oleh pemompaan.
6. Air yang mengalir dalam akufier merupakan aliran laminer.
7. Pelepasan air terjadi segera, hal ini disebabkan oleh elastisitas dan kompaksi material akuifer.
8. Pemompaan dilakukan dengan debit yang tetap.
9. Sumur yang dipompa menembus penuh akuifer.
Metode III ( Model Chow )
Chow telah mengembangkan sebuah model dengan menghindarkan penarikan garis lurus secara
sembarang dari titik - titik data hasul pengamatan. Pengukuran penurunan muka air tanah, boleh
dilakukan dengan menempatkan sumur pengamatan yang dekat dengan sumur pompanya.
Seperti model jacob, maka model ini juga menggunakan grafik semi logaritma.pada grafik
tersebut dipilih titik A sembarang sehingga koordinat t dan S diperoleh, dengan perbedaan S2-S1
adalah ∆s.
Metode IV ( Model Thiem )
Model ini dilakukan untuk kondisi pada aliran tunak, Thiem memberikan persamaan - persamaan
seperti di bawah ini :
1. Bila lebih dari pieziometer T = 2,3 : 2Л(S1-S2) Log ( r2/r1)
2. Bila hanya ada satu piezometer T = 2,3 : 2Л(Sw-S1) Log ( r2/rw)
3. Bila piezometer T = 1,22Q/Sw
16

14

12

10
I.5. Data
8

6
Analisis

4 Pumping Test
2
Q = 11 L/m =
0
0 50 100 150 200 250 300
183ml/s.

r = 0,65 m

h0 = 14,30 m h = 14,16m S = 14 cm

Waktu (t) menit Penurunan m.a.t s (cm) Penaikan m.a.t s (cm)


0 0 0,4
1 4 0,4
2 `1 0,4
3 1 0,4
4 1 0,4
5 1 2
10 2 3
15 2 1
20 2 1
25 0 0
30 0 1
40 0 0
50 0 0
Kurva Uji Pompa
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil uji pompa yang telah dilakukan maka didapatkan data berupa
Q = 11L/menit = 183ml/detik
∆s = 0.9
r sumur = 65 cm
 METODE JACOB
Dalam metode Jacob ini menggunakan rumus yakni
S = 2,3Q/4ЛT log 2,25Tt/r2S’
dengan koefisien transmisivitas dicari dengan persamaan T = 2,3Q/4Л∆s
Maka untuk menghitung nilai S, terleboh dahulu menghitung nilai T yakni :
T = 2,3Q/4Л∆s → T = 2,3 (0,183)/4 x 3.14 x 0.9
= 0.4209/11,304 =0,037
S = 2,3Q/4ЛT log 2,25Tt/r2S’ dimana S’ = koefisien tampungan (tidak berdimensi), →
diabaikan.
S = 2,3 (0,183) / 4 x 3,14 x 0,037 log 2,25 x 0,037 x 1200 / 0,652
S = 0,4209 / 0,46472 log 99,9 / 0,4225
S = 0,90557 log 236,44
S = 2,14
 Metode Theiss
Dalam metode ini menggunakan rumus yakni
S = Q/4ЛKD x W(U) dengan U = r2S’/4KDt , dimana KD = T dan S’ diabaikan
Maka untuk menghitung nilai S, terlebih dahulu menghitung nilai U
U = r2S’/4KDt → U = 0,652 / 4 x 0,037 x 1200
= 0,0023
S = Q/4ЛKD x W(U)
S = 0,183 / 4 x 3,14 x 0,037 x 0,0023
S = 12 x 10-5
 Metode Chow
Dalam metode ini, persamaannya adalah F(U) = S / ∆s maka S = F(U) x ∆s
S = F(U) x ∆s
S = 0,0023 x 0,9
S = 2 x 10-3
 Metode Thiem
Pada model ini yang digunakan adalah rumus dengan piezometer yang diabaikan yakni
persamaannya T = 1,22Q/Sw , maka Sw = 1,22Q / T
Sw = 1,22Q / T
Sw = 1,22 x 0,183 / 0,037
Sw = 0,22326 / 0,037
Sw = 6,0
BAB IV
KESIMPULAN

Pada hasil uji pemompaan pada sumur yang telah dilakukan adalah didapatkan bahwa
nilai debit air yang keluar saat pemompaan berkisar 11 liter per menit atau 183 mililiter perdetik.
Didapatkan pula hasil perhitungan interval saat dilakukannya uji pompa dimana saat menit
pertama penurunn muka air pada sumur terbilang cukup cepat yakni 4 cm dalm menit pertam dan
menit selanjutnya mulai mengecil dan konstan hinggan tidak muka airnya tidak turun lagi dalam
menit ke 20 yang menandakan bahwa jumlah air yang kelua dari pemompaan telah sama dengna
jumlah air yang masuk ke sumur dari akuifernya. Sedangkan untuk tahap recoverynya
didapatkan hasil pada 5 menit pertama kenaikannya 2 cm, dan semakin lama waktunya kenaikan
recovery dari muka air pada sumur terbilang cukup lama dimana pada menit ke 30 hanya
keniakan yang terjadi hanya 1 cm. dari hal ini dapat diinterpretasikan bahwa akuifernya
berbentuk mengkerucut ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA

Miftahyssalam Purnama. D.i; 1996; Petunjuk Praktikum Geohidrologi; Laboratorium Geologi

dan Rekayasa Mineral, Institute Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta.

Siswowyo Hari, dkk. 2005; Srudi Potensi dan Karakteristik Akifer Dengan Berbagai Pendekatan

Model Uji Akuifer di Kabupaten Jembang-Jawa Timur. Jurnal Sipil Vol.5 No.1 Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai