Anda di halaman 1dari 44

PETUNJUK PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA

LABORATORIUM HIDROTEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULT AS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

PERCOBAAN I ENERGI PADA FLUIDA


PERCOBAAN II ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN
PERCOBAAN III ALIRAN PERMANEN SERAGAM PADA SALURAN
LICIN DAN KASAR
PERCOBAAN IV AMBANG TAJAM / SHARP CRESTED WEIR
PERCOBAAN V AMBANG LEBAR / BROAD CRESTED WEIR
PERCOBAAN VI ALIRAN MELALUI BENDUNG
PERCOBAAN VII KEHILANGAN ENERGI

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

KATA PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum ini adalah acuan cara kerja dan pembuatan
laporan praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika yang dilakukan di
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidraulika Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Riau.

Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika ini sangat diperlukan untuk


membantu pemahaman hukum-hukum hidrostatika dan kinematika fluida,
termasuk sifat dan jenis aliran serta persamaan Bernouli yang diberikan pada mata
kuliah Mekanika Fluida dan Hidraulika di Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Riau

Terimakasih diucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu


dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku ini bisa
dimanfaatkan dengan maksimal.

Pekanbaru, Januari 2014

Penyusun

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

PERCOBAAN I
ENERGI PADA FLUIDA

A. Maksud dan Tujuan


1. Menentukan besar koefisien debit (Cd).
2. Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen (Pipa
Venturimeter).

B. Alat dan Bahan


1. Venturimeter merk Tecquipment.
2. Hydraulic Bench.
3. Stop watch

C. Prosedur Percobaan

1. Datarkan kedudukan alat Venturimeter dengan cara sebagai berikut ini:


a. Alirkan air dengan membuka katup pengatur debit dan katup
hydraulic bench selama beberapa saat untuk menghilangkan
gelembung-gelembung udara yang terdapat di dalam alat
Venturimeter.
b. Secara perlahan-lahan tutup katup pengatur debit, kemudian katup
hydraulic bench sehingga air akan naik ke dalam tabung piezometer.
c. Setelah air masuk ke dalam piezometer, datarkan kedudukan
permukaan air tersebut dengan mengatur sekrup di bawah
Venturimeter sedemikian rupa sehingga permukaan air pada tiap-tiap
piezometer terletak pada angka skala yang sama, maka Venturimeter
sudah siap digunakan.
2. Alirkan air dengan debit tertentu, dan lakukan pengukuran (h1-h5) dapat
diatur dengan mengatur katup hydraulic bench dan katup pengatur debit.
Bila katup hydraulic bench dibesarkan, maka menaikkan permukaan air
di piezometer, sedangkan pembesaran katup pengatur debit akan
menurunkannya.
3. Untuk mendapatkan tinggi muka air yang dikehendaki, bisa juga
dilakukan pengurangan tekanan-tekanan di dalam piezometer dengan
membuka pentil udara dibagian atas manifold.
4. Setelah aliran cukup stabil, lakukan pengukuran debit dan amati / ukur
tinggi air pada setiap piezometer.
5. Ulangi prosedur tersebut untuk debit-debit yang lain.
6. Gambarkan hubungan antara debit (Q).dengan (h1-h5), dan koefisien
debit (C).

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau I-1


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

D. Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1.1. Hasil pengamatan percobaan Venturimeter


No Volume (V) Waktu (t) H1 H2 H3 H4 H5 H6
(ml) (s) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

E. Hitungan

1. Dasar Teori
Perhatikan aliran fluida melalui pipa konvergen-divergen seperti terlihat
pada Gambar 1.1. Luas tampang lintang 1 di bagian hulu a1 di bagian tengah a2
dan pada tampang lintang-n adalah an . Tabung-tabung piezometer pada tampang-
tampang tersebut dicatat sebagai h1, h2, dan hn.
Dengan menganggap tidak terjadi kehilangan energi sepanjang pipa dan
tinggi kecepatan serta piezometer h tetap pada masing-masing tampang lintang
tersebut, maka Persamaan Bernouli pada keadaan tersebut adalah,
2 2 2
u1 u2 un
 h1   h2   hn (1.1)
2g 2g 2g
dengan u1, u2 dan un, kecepatan aliran melalui tampang 1, 2, dan n.

Persamaan Kontinuitas
U1  A1  U 2  A2  U n  An  Q

A2
U1  U 2  (1.2)
A1
dengan Q adalah debit aliran.

Dengan mensubtitusi Persamaan 1.2 ke Persamaan 1.1, maka didapat,


2
u2
2
 A2  u2
2
   h1   h2 (1.3)
2g  A1  2g

dan menyelesaikan persamaan tersebut untuk u2 didapat,

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau I-2


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

2 g h1  h2 
u2  (1.4)
1  a 2 / a1 
2

sehingga Qtheori didapat


Qth  A2U 2

2 g h1  h2 
Qth  a 2 (1.5)
1  a 2 / a1 
2

Gambar 1.1. Keadaan ideal pada Venturimeter

Dalam praktek, akan terjadi kehilangan tenaga antara tampang 1 dan 5, juga
aliran pipa tidak benar-benar seragam/konstan pada tampang-tampang tersebut.
Dengan demikian debit yang sebenarnya sedikit lebih kecil dari hasil hitungan
dengan rumus di atas, oleh karena itu rumus di atas diberi koefisien (C) yang
besarnya berkisar antara 0.92 sampai 0.99.
Distribusi tekanan ideal sepanjang pipa konvergen-divergen bisa dihitung
dari Persamaan Bernouli sebagai berikut ini,
u 1 u n
2 2
hn  h1  (1.6)
2g
Untuk keperluan perhitungan dan perbandingan hasil percobaan dengan
hitungan, maka (hn-h1) bisa dinyatakan sebagai bagian dari tinggi tenaga
kecepatan pada penyempitan sebagai berikut:

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau I-3


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

 hn  h1   a 2   a2  2
2

 2 
 u 2 2g    a    a n (1.7)
   1  1

2. Contoh Hitungan
a. Menghitung debit sebenarnya (Qnyata)
V
Qnyata   Qnyata  ...... m3 / det (Debit rata-rata)
t
b. Menghitung debit teoritis (Qth)
2 g h1  h5 
Qth  a5  Qth  ...... m3 / det
1  a5 / a1 
2

c. Menghitung koefisien debit (Cd)


Qnyata
Cd   ...
Qth

d. Menghitung tinggi kecepatan di suatu titik


2 2 2
u5 Q 1 u5
 th2 *   .... mm
2g A5 2 * g 2g

Tabel 1.2. Hasil hitungan percobaan Venturimeter


No V t h1=hA h5=hE h1-h5 (h1-h5)^0.5 Qnyata Qth
3 Cd
Uji (m ) (det) (mm) (mm) (m) (m) m3/dt m3/dt
1
2
3

Tabel 1.3. Distribusi tekanan sepanjang Venturimeter (Percobaan ke….)


Qth = ……………. mm3/s
U52/2g = ……………..mm
2 2
Titik hn (hn-h5)act Diameter An hn 
un

Qth
2
*
1 (hn-h5)teo (hn-h5)act
2g An 2*g
-
(n) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm) (mm) (hn-h5)teo
A B C D E F G H
1
2
3
4
6

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau I-4


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

Gambar 1.2. Sketsa alat Venturimeter

Tabel 1.4. Jarak tabung piezometer (mm)


Keterangan A B C D E F
Jarak (x) 76.08 15.8 7.4 3.5 5 65.46
Jarak dari A 0 60.28 68.68 72.58 81.08 141.54

Tabel 1.6. Dimensi tabung piezometer


Daftar
Titik Diameter (mm) Piezometer
A (1) 25.00 h1
B (2) 13.90 h2
C (3) 11.80 h3
D (4) 10.70 h4
E (5) 10.00 h5
F (6) 25.00 h6

F. Pembahasan

G. Kesimpulan

H. Lampiran
1. Sketsa Alat
2. Grafik
3. Laporan sementara

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau I-5


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

PENJELASAN TENTANG ALAT

Hydraulic Bench
Sebenarnya hydraulic bench mencakup bebrbagai macam alat yang
sangat lengkap untuk menunjukkan sifat-sifat fluida diam maupun
bergerak. Alat yang tercakup misalnya dapat mengukur dan
mendemonstrasikan : tekanan hidrostatis, aliran melalui bendung,
tekanan jet, debit melalui lubang, kehilangan energi di saluran, aliran
terbuka, kehilangan energi di belokan dan masih banyak lagi lainnya.

Venturimeter dan Piezometer


Untuk pengujian persamaan Bernoulli akan digunakan sebuah pipa
konvergen-divergen acrylic yang tembus pandang. Bila debit aliran
konstan, maka kecepatan dibeberapa lokasi sepanjang tabung tersebut
tidak akan sama tetapi tergantung pada luas tampangnya. Ingat Q = V.A,
maka jika A (luas tampang) berkurang, V (kecepatan aliran) akan naik
apabila Q (debit) dibuat konstan.

Pada tabung venturi tersebut dipasang 6 buah pipa plastik


(piezometer) yang kemudian diatur tegak berjajar. Sebagian air dari
venturi mula-mula mengisi pipa plastik hingga pada ketinggian tertentu
dan tidak bertambah lagi, yaitu pada saat tekanan di dalam venturi di
lokasi terpasangya tiap-tiap pipa sama dengan tekanan hidrostatis akibat
air dalam pipa. Dengan demikian tinggi muka air dalam pipa diukur dari

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau I-6


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

tempat terpasangnya pipa pada venturi merupakan tekanan hidrostatis


aliran air dilokasi tersebut.

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau I-7


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

LAPORAN SEMENTARA
P R A K T IK U M H ID R A U LIK A
PERCOBAAN I. ENERGI PADA FLUIDA

Alat yang digunakan :


1.
2.
3.
4.
5.
Hasil Percobaan
No Volume (V) Waktu (t) H1 H2 H3 H4 H5 H6
(ml) (s) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

Tanggal Praktikum :
Kelompok :
No NAMA NIM TTD DOSEN/ASISTEN
1
2
3
4
5
6
7

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau I-8


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

PERCOBAAN II
PESAWAT OSBORNE REYNOLDS
ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN

A. Maksud dan Tujuan


1. Mengamati jenis-jenis aliran fluida.
2. Menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit.
3. Mencari hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran.
4. Mengamati profil parabolik dari aliran laminer.

B. Alat dan Bahan


1. Pesawat “Osborne Reynolds”.
2. Tinta.
3. Gelas ukur
4. Stop watch
5. Thermometer

C. Prosedur Percobaan

1. Alat diatur hingga kedudukan mendatar, semua pipa pemberi dan


pembuang dihubungkan.
2. Reservoir diisi dengan zat warna (tinta), dan turunkan injektor berwarna
hingga ujungnya mencapai mulut inlet bagian atas.
3. Bukalah katup pemasukan dan biarkan memasuki tangki penenang.
Usahakan tercapainya muka air yang konstan dengan membuang
kelebihan air lewat pipa pembuang sebelah atas.
4. Diamkan air selama 5 menit dan ukur temperatur air dengan
memasukkan thermometer kedalamnya.
5. Bukalah katup pengontrol aliran sedikit demi sedikit dan aturlah katup
jarum pengontrol zat warna sampai tercapai aliran lambat dengan zat
warna terlihat jelas.
6. Tentukan besarnya debit yang lewat dengan penampung aliran yang lewat
pipa pembuang selama selang waktu tertentu ke dalam gelas ukur.
7. Ulangi prosedur di atas dengandebit Q yang berubah-ubah dari kecil ke
besar hingga tercapai aliran kritik dan aliran turbulen.
8. Kerjakan kebalikan dari proses tersebut di atas untuk debit yang berubah-
ubah dari besar ke kecil hingga tercapai aliran kritik dan aliran laminer.
9. Untuk mengamati profil kecepatan, turunkan injektor zat warna kedalam
mulut inlet, dan dalam keadaan tidak ada aliran bukalah katub jarum dari
reservoir zat warna dan teteskan zat warna dalam air. Bukalah katub
pengontrol aliran dan amati tetesan zat warna tersebut.
10. Pada setiap akhir percobaan temperatur di ukur kembali.
11. Gambarkan grafik hubungan antara kecepatan aliran (v) dan bilangan
Reynolds (Re)

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau II-1


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

D. Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 2.1. Hasil pengamatan percobaan Pesawat Osborn Reynolds


Uji 1 Uji 2 Uji 3
Jenis
Volume Waktu Volume Waktu Volume Waktu Suhu air
aliran
ml dtk ml dtk ml dtk T (0C)
Laminer
Transisi
Turbulen
Turbulen
Transisi
Laminer

Diameter pipa : 10 mm
Luas penampang : 78.54 mm2

E. Hitungan

1. Dasar Teori
Alat ini merupakan tiruan alat yang dipakai oleh Prof. Osborne Reynold
(ahli fisika Inggris 1842-1912) untuk mengamati sifat-sifat aliran fluida di dalam
pipa yang bisa dibedakan menjadi :
a. aliran laminer,
b. aliran turbulen, dan
c. aliran transisi.
Aliran laminer adalah kondisi aliran dengan garis-garis aliran mengikuti
jalur yang sejajar, sehingga tidak terjadi percampuran antara bidang-bidang geser
di dalam fluida. Sedangkan aliran turbulen merupakan kondisi aliran dengan garis-
garis aliran yang saling bersilangan sehingga terjadi percampuran antar bidang-
bidang geser di dalam fluida. Salah satu kriteria yang menunjukkan tingkat
turbulensi aliran adalah bilangan Reynolds (Re) yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara kecepatan aliran rata-rata (U), diameter karakteristik pipa
(D), dan Viskositas kinematika fluida ().
U.D 4.Q
Re  atau Re  (2.2)
  . .D
Bila bilangan Reynolds dari aliran fluida tertentu dalam suatu pipa nilainya
kurang dari 2000, maka aliran yang terjadi adalah laminer, sedangkan bila lebih
dari 4000 maka aliran yang terjadi adalah turbulen.
Apabila suatu fluida dialirkan diantara batas-batas yang tetap, maka
hambatan terhadap gerak aliran akan mempunyai nilai terbesar pada permukaan-
permukaan batasnya. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya perlambatan
kecepatan partikel fluida pada permukaan batas, sehingga akan membentuk suatu
profil kecepatan pada penampang aliran.

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau II-2


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

2. Contoh Hitungan

Misalkan hasil pertama seperti terlihat pada Tabel 2.2


V
Debit Q  ... ml / det
tr

Q
Kecepatan U  ... mm / det (A=78,54 mm2)
A
Pada temperatur 27o,  = 0.811x10-6 m2/det
U .D
Bilangan Re Re   ...

Tabel 2.2. Hasil hitungan Debit Rata-rata

Uji 1 Uji 2 Uji 3


Jenis Qrt
V1 T1 Q1 V2 T2 Q2 V3 T3 Q3
Aliran
ml (dtk) (l/dtk) ml (dtk) (l/dtk) ml (dtk) (l/dtk)
Laminer
Transisi
Turbulen
Turbulen
Transisi
Laminer

Tabel 2.3. Hasil hitungan percobaan Pesawat Osborn Reynolds

Debit Kecept Suhu Kekent Bil Re Keterangan


No
Qrt U t  Re Jenis aliran
0
l/det mm/dt C mm2/dt - visual hitungan
1 Laminer
2 Transisi
3 Turbulen
4 Turbulen
5 Transisi
6 Laminer

F. Pembahasan
G. Kesimpulan
H. Lampiran
1. Sketsa Alat
2. Grafik
3. Tabel Viskositas Kinematik Fluida
4. Laporan sementara

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau II-3


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

PENJELASAN TENTANG ALAT

Osborne Reynold Apparatus


Alat ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pemberi
cairan berwarna sedang bagian kedua adalah bagian pipa pengamatan tembus
pandang yang berisis badan air yang bergerak secara vertikal dari atas ke bawah.
Cairan berwarna akan diinjeksikan (menetes) di dalam badan air yang mengalir
turun dengan sangat perlahan. Kecepatan aliran dapat diukur melalui tangki
volumetrik/silinder pengukur dari hydraulic bench.

Sketsa Pesawat Osborne Reynolds

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau II-4


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

Tabel 2.3. Viskositas Kinematik Air Pada Tekanan Atmosfer

Tabel 2.4. Beberapa Cairan Lain


Cairan dan Suhu Kerapatan Relatif Keken.kin (m2/det)
Terpentin pada 20oC 0.862 1.73
Minyak rami pada 20oC 0.925 35.9
Etil Alkohol pada 20oC 0.789 1.53
Bensin pada 20oC 0.879 0.745
Gliserin pada 20oC 1.262 661
Minyak kastroli pada 20oC 0.960 1030
Minyak bensin ringan pada 16oC 0.907 137

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau II-5


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

LAPORAN SEMENTARA
P R A K T IK U M H ID R A U LIK A
PERCOBAAN TENTANG ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN

Alat yang digunakan :


1.
2.
3.
4.
5.
Hasil Percobaan
Uji 1 Uji 2 Uji 3
Jenis
Volume Waktu Volume Waktu Volume Waktu Suhu air
aliran
ml dtk ml dtk ml dtk T (0C)
Laminer
Transisi
Turbulen
Turbulen
Transisi
Laminer

Tanggal Praktikum :
Kelompok :
No Nama NIM ttd Dosen pengasuh
1
2
3
4
5
6
7

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau II-6


Petunjuk Praktikum Hidraulika

PERCOBAAN III
ALIRAN PERMANEN SERAGAM
PADA SALURAN LICIN DAN KASAR

A. Maksud dan Tujuan


1. Mendemonstrasikan aliran permanen seragam pada saluran licin dan kasar
2. Menentukan koefisien kekasaran Chezy untuk masing-masing saluran
(saluran dengan dasar licin dan kasar).

B. Alat dan Bahan


1. Multi-purpose teaching flume
2. Point gauge (alat ukur tinggi muka air).
3. Mistar / pipa ukur

C. Prosedur Percobaan

1. Alirkan air kedalam saluran (flume) tanpa kekasaran dengan menjalankan


pompa.
2. Aturlah kemiringan dasar saluran dengan alat pengatur kemiringan, catatlah
kemiringannya sebagai Is.
3. Ukurlah kedalaman di dua titik pada saluran dengan jarak yang telah
ditentukan (L), satu bagian di hulu dan bagian yang lain di hilir (usahakan
pengukuran tidak terganggu oscilasi aliran). Catat pengukuran sebagai h1
dan h2.
4. Ukur dan catat debit aliran, kemudian ukur pula kecepatan aliran di kedua
titik tersebut sebagai v1 dan v2.
5. Hitunglah kemiringan muka air yang terjadi yaitu : Iw = Is + (h1 – h2)/L.
6. Amati keadaan aliran yang terjadi.
7. Ulangi prosedur di atas untuk 2 debit yang lain, bandingkan hasilnya.
8. Ulangi prosedur 1 – 7 untuk dasar saluran dengan kekasaran.
9. Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien kekasaran Chezy
untuk dasar saluran licin maupun kasar, lalu bandingkan.
10. Gambarlah sketsa saluran dan letak-letak titik pengukuran

D. Tabel Hasil Pengamatan


Kemiringan saluran (Is) = ………..
Panjang 2 titik pengamatan (L) = ………..
Lebar Flume (B) = 76 mm

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau III-1


Petunjuk Praktikum Hidraulika

Tabel 3.1. Hasil pengamatan pada saluran licin


Saluran No Uji Volume (V) Waktu (t) h1 h2
(ml) (s) (mm) (mm)
LI-1
LI-2
LI-3
L2-1
Licin L2-2
L2-3
L3-1
L3-2
L3-3
KI-1
KI-2
KI-3
K2-1
Kasar K2-2
K2-3
K3-1
K3-2
K3-3

E. Hitungan

1. Dasar Teori
Pada umumnya type aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena
kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran
terbuka disebut seragam (uniform) apabila berbagai variabel aliran seperti
kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit aliran pada setiap tampang di
sepanjang saluran adalah konstan. Pada aliran seragam, garis energi, garis muka
air dan dasar saluran adalah sejajar, sehingga kemiringan ketiga garis tersebut
adalah sama. Kedalaman air pada aliran seragam disebut dengan kedalaman air
normal.
Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti
kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit di sepanjang saluran tidak
konstan. Apabila perubahan aliran terjadi pada jarak yang panjang, maka disebut
aliran berubah (gradually varied flow) beraturan. Sebaliknya apabila terjadi pada
jarak yang pendek maka disebut berubah cepat (rapidly varied flow).
Aliran disebut permanen (steady flow) apabila variabel aliran di suatu titik
seperti kedalaman dan kecepatan tideak berubah terhadap waktu. Dan apabila
berubah terhadap waktu maka disebut aliran tidak permanen (unsteady flow).
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan
geser pada dinding dan dasar saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh
komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Di dalam
aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah seimbang dengan
tahanan geser. Tahanan geser ini tergantung pada kecepatan aliran.

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau III-2


Petunjuk Praktikum Hidraulika

Berdasarkan kesetimbangan gaya-gaya yang terjadi tersebut, dapat


diturunkan rumus Chezy sebagai berikut :
V  C RI (3.1)
dengan : V = kecepatan aliran
C = koefisien kekasaran dasar Chezy
R = jari-jari hidraulik = A/P
A = tampang basah dan P = keliling basah
I = kemiringan muka air
Apabila kecepatan aliran dapat diketahui, maka akan mudah bagi kita untuk
menentukan harga koefisien kekasaran Chezy tersebut.

2. Contoh Hitungan

a. Menghitung debit aliran (Q)


 Q V t
b. Menghitung debit aliran rata-rata (Q)
Q1  Q2  Q3
 Qr 
t
c. Menghitung luas tampang basah (A)
 A  B H
d. Menghitung keliling tampang basah (P)
 P  B  2H
e. Menghitung radius hidraulik (R)
 R A P
f. Menghitung kecepatan aliran (V)
 V Q A
g. Menghitung kecepatan aliran rata-rata (Vr)
Vtitik 1  Vtitik 2
 Vr 
2
h. Menghitung kemiringan muka air (Iw)
htitik 2  htitik 1
 Iw 
L
i. Menghitung Koefisien Chezy (C)
V
 C
R  Iw

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau III-3


Petunjuk Praktikum Hidraulika

Tabel 3.1. Hasil perhitungan Debit Rata-Rata


Volume (V) Waktu (t) Debit Debit rerata Debit rerata
Saluran No Uji
(ml) (s) ml/t ml/t m3/t
LI-1
LI-2 Q1= Q1=
LI-3
L2-1
Licin L2-2 Q2= Q2=
L2-3
L3-1
L3-2 Q3= Q3=
L3-3
KI-1
KI-2 Q1= Q1=
KI-3
K2-1
Kasar K2-2 Q2= Q2=
K2-3
K3-1
K3-2 Q3= Q3=
K3-3

Tabel 3.2. Hasil perhitungan pada saluran licin

Q1 = …m3/det Q2 = … m3/det Q3 = … m3/det


Uraian
Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2
Kedalaman, h (mm)
Kedalaman, h (m)
Luas tamp basah, A (m2)
Kel. Tamp. Basah, P (m)
Radius hidarulik, R (m)
Kecepatan aliran, V (m/s)
Kec. rerata aliran Vr (m/s)
Kemiringan muka air, (Iw)
Koefisien Chezy
Koef. Chezy rerata

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau III-4


Petunjuk Praktikum Hidraulika

Tabel 3.3. Hasil perhitungan pada saluran kasar

Q1 = …m3/det Q2 = … m3/det Q3 = … m3/det


Uraian
Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2
Kedalaman, h (mm)
Kedalaman, h (m)
Luas tamp basah, A (m2)
Kel. Tamp. Basah, P (m)
Radius hidarulik, R (m)
Kecepatan aliran, V (m/s)
Kec. rerata aliran Vr (m/s)
Kemiringan muka air, (Iw)
Koefisien Chezy
Koef. Chezy rerata

F. Pembahasan

G. Kesimpulan

H. Lampiran
1. Sketsa Alat
2. Grafik
3. Laporan sementara

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau III-5


Petunjuk Praktikum Hidraulika

PENJELASAN TENTANG ALAT

Multi-purpose teaching flume


Merupakan satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus
pandang (fiber glass) yang diletakkan pada struktur rangka baja kaku. Dasar
saluran ini dapat diubah-ubah kemiringannya dengan menggunakan jack
hydraulic yang dapat mengatur kemiringan dasar saluran tersebut secara akurat
sesuai dengan yang kita kehendaki. Terpasangnya rel pada bagian atas saluran
tersebut memungkinkan alat ukur kedalaman (point gauge) dan tabung pitot
dapat digeser-geser sepanjang saluran.
Saluran ini dilengkapi dengan keran tekanan udara dan pada titik-titik
tertentu terdapat lubang untuk pemasangan model bangunan air. Saluran ini
dilengkapi pula dengan tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air
(hydraulics bend) dan alat ukur debit.

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau III-6


Petunjuk Praktikum Hidraulika

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
PERCOBAAT III ALIRAN PERMANEN SERAGAM
PADA SALURAN LICIN DAN KASAR

Alat yang digunakan :


1.
2.
3.
4.
5.
Hasil Percobaan
Kemiringan saluran (Is) = ………..
Panjang 2 titik pengamatan (L) = ………..
Lebar Flume (B) = 76 mm

Saluran No Uji Volume (ml) Waktu (s) h1 (mm) h2 (mm)


LI-1
LI-2
LI-3
L2-1
Licin L2-2
L2-3
L3-1
L3-2
L3-3
KI-1
KI-2
KI-3
K2-1
Kasar K2-2
K2-3
K3-1
K3-2
K3-3

Tanggal Praktikum :

Kelompok :
No Nama NIM ttd Dosen pengasuh
1
2
3
4
5
6
7

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau III-7


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

PERCOBAAN V
AMBANG LEBAR / BROAD CRESTED WEIR

A. Maksud dan Tujuan


1. Mendemonstrasikan aliran melalui ambang lebar
2. Menunjukkan bahwa ambang lebar dapat digunakan sebagai alat pengukur
debit aliran.

B. Alat dan Bahan


1. Multi-purpose teaching flume
2. Model ambang lebar/ broad crested weir
3. Point gauge (alat ukur tinggi muka air).
4. Stop watch
5. Mistar / pita ukur

C. Prosedur Percobaan

1. Pasanglah ambang lebar pada model saluran terbuka (flume)


2. Alirkan air ke dalam model saluran terbuka
3. Ukurlah debit aliran yang terjadi. Tampung air yang keluar dari saluran
dengan bejana (volume bejana diukur sebelum digunakan) dan catat waktu
untuk mengisi bejana tersebut sampai penuh. Debit aliran adalah volume
bejana dibagi waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bejana tersebut hingga
penuh. Bandingkan hasilnya dengan pengukuran debit yang terbaca pada
alat pengukur debit.
4. Ukur dan catatlah : tinggi air di atas hulu ambang (hu), tinggi air di atas hilir
ambang (yc), kedalaman air di hulu ambang (y0). Ukurlah kecepatan di hulu
ambang (v) dan hitunglah tinggi tekanan total di hulu ambang, H = hu +
v2/2g
5. Amati pengaliran yang terjadi. Ukur dan catatlah permukaan badan air di
tempat-tempat tertentu sehingga profil muka air yang terjadi dapat
digambarkan.
6. Ulangi percobaan untuk 4 (empat) debit aliran yang lain.
7. Berdasarkan rumus (5.1) dan rumus (5.2) di atas, tentukan besarnya harga
Cd dan Cv untuk ambang lebar.

D. Tabel Hasil Pengamatan


Lebar Ambang (B) = …………….. m
Tinggi Ambang (P) = …………….. m

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau V-1


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

Tabel 5.1. Hasil pengamatan pada aliran di atas ambang lebar


Volume Waktu
No Uji Ke- yc (mm) yo (mm)
(ml) (s)
1.
2. 1
3.
4.
5. 2
6.
7.
8. 3
9.

E. Hitungan

1. Dasar Teori

Suatu pelimpah atau peluap dapat disebut ambang lebar bila lebar peluap
(B) lebih besar dari 0,4 kali tinggi peluapan (hu) atau B > 0,40 hu.
Total head line

H hu
Q y0
yc

Gambar 5.1. Aliran di atas ambang lebar

Keterangan Gbr. : Q = debit aliran


H = tinggi tekanan total di hulu ambang = hu + v2/2g
y0 = kedalaman air di hulu ambang
P = tinggi ambang
yc = tinggi muka air di atas hilir ambang
hu = tinggi air di atas hulu ambang = y0 – P

Ambang lebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit. Debit aliran
yang terjadi pada ambang lebar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Q  Cd B H 3 / 2 (5.1)

dengan : Q = debit aliran


H = tinggi tekanan total

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau V-2


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

Cd = koefisien debit aliran


B = lebar ambang

Debit aliran juga dapat dihitung sebagai berikut :


Q  Cd Cv B hu3 / 2 (5.2)
dengan : Cv = koefisien kecepatan
hu = tinggi muka air di hulu ambang = y0 – P

2. Contoh Hitungan

a. Menghitung debit aliran (Q)


Q  Volume waktu
b. Menghitung Debit rerataa
Q1  Q2  Q3
Qr 
3
c. Menghitung ketinggian hu = y0 – P
d. Menghitung Kecepatan (V)
Q
V 
B  hu
e. Menghitung Nilai H
V2
H  hu 
2g
f. Menghitung koefisien debit (Cd)
Q
Q  Cd B H 3 / 2  Cd 
BH 3 2
g. Menghitung koefisien kecepatan (Cv)
Q
Q  Cd Cv B hu3 / 2  Cv  3/2
Cd B hu

Tabel 5.2. Hasil hitungan untuk menghitung debit rata-rata


Volume Waktu Q Qr
Uji Ke-
(ml) (s) (ml/s) m3/t

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau V-3


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

Tabel 5.2. Hasil hitungan Koefisien Debit dan Kecepatan pada aliran di atas
ambang lebar
V (m/s) H (m) Cv
y0 Q Hu=yo-p Q Cd
V 
Q
2 Cv 
No B  hu
V Q
(m3/s) H  hu 
3/2

(m) (m) Cd  C d B hu
2g BH 3 2

1.
2.
3.
Rerata =

F. Pembahasan

G. Kesimpulan

H. Lampiran
1. Sketsa Alat
2. Grafik
3. Laporan sementara

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau V-4


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

PENJELASAN TENTANG ALAT

Model ambang lebar/ broad crested weir


Model ini merupakan tiruan ambang lebar yang banyak digunakan di saluran
irigasi. Model ini terbuat dari kayu yang berbentuk prisma segi empat dengan
punggung dibuat streamline. Konstruksi pada umumnya banyak digunakan di
lapangan untuk mengukur debit di saluran terbuka, karena akan memberikan
akurasi dan keandalan pengukuran, di samping juga kemudahan dalam
pembuatan konstruksi dan perawatannya. (lihat Gambar)

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau V-5


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
PERCOBAAN V. AMBANG LEBAR

Alat yang digunakan :


1.
2.
3.
4.
5.
Hasil Percobaan
Lebar Ambang (B) = …………….. m
Tinggi Ambang (P) = …………….. m
Tabel Hasil pengamatan pada aliran di atas ambang lebar

Volume Waktu
No Uji Ke- yc (mm) yo (mm)
(ml) (s)
1.
2. 1
3.
4.
5. 2
6.
7.
8. 3
9.

Tanggal Praktikum :
Kelompok :
No Nama NIM ttd Dosen pengasuh
1
2
3
4
5
6
7

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau V-6


Petunjuk Praktikum Hidraulika

PERCOBAAN VI
ALIRAN MELALUI BENDUNG

A. Maksud dan Tujuan


1. Mendemonstrasikan aliran melalui bendung
2. Menunjukkan bahwa bendung dapat digunakan sebagai alat pengukur debit.

B. Alat dan Bahan


1. Multi-purpose teaching flume
2. Model bendung yang digunakan adalah type Ogee dengan tiga macam lantai
belakang, yaitu (lihat Gambar 9):
- Blended reverse curvature
- Ski Jump
- Sloping Apron
3. Point gauge (alat ukur tinggi muka air).
4. Stop watch
5. Mistar / pita ukur

C. Prosedur Percobaan

1. Pasanglah model bendung dengan lantai belakang type Blended reverse


curvature pada model saluran terbuka (flume).
2. Alirkan air ke dalam saluran terbuka.
3. Ukurlah debit aliran yang terjadi. Tampung air yang keluar dari saluran
dengan bejana (volume bejana diukur sebelum digunakan) dan catat waktu
untuk mengisi bejana tersebut sampai penuh. Debit aliran adalah volume
bejana dibagi waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bejana tersebut hingga
penuh. Bandingkan hasilnya dengan pengukuran debit yang terbaca pada
alat pengukur debit.
4. Ukur dan catatlah : kedalaman air di hulu bendung (y0).
5. Amati aliran yang terjadi. Ukur dan catatlah perubahan muka air di sekitar
bendung. Plot dan gambarkan profil muka air yang terjadi.
6. Ulangi percobaan untuk 4 (empat) debit aliran yang lain.
7. Berdasarkan rumus (6.1) di atas, tentukan besarnya harga Cd untuk bendung.
8. Amatilah loncatan hidraulik yang terjadi di hilir bendung, ukurlah y2, y1, dan
L, dan tentukanlah kecepatan yang terjadi pada aliran di hulu loncatan
hidraulik. Bandingkanlah panjang loncatan hidraulik hasil pengukuran
dengan rumus (6.3).
9. Amati pula bagian mana yang akan mengalami gerusan yang
membahayakan?
10. Pasanglah lantai bendung yang lain pada bagian hilir di belakang model
bendung tersebut. Amati loncat hidraulik yang terjadi, bandingkan dengan
kondisi sebelumnya.

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VI-1


Petunjuk Praktikum Hidraulika

D. Tabel Hasil Pengamatan


Lebar bendung (B) = ……………………. m
Tinggi bendung (P) = ……………………. m

Tabel 6.1. Hasil pengamatan pada aliran di atas bendung


No Volume (V) Waktu (t) yo y1 y2 L
Uji (ml) detik (mm) (mm) (mm) (mm)

E. Hitungan

1. Dasar Teori
Debit Melalui Bendung
Bendung merupakan konstruksi untuk menaikkan elevasi muka air di
sungai dan berfungsi pula sebagai sarana untuk pengukur debit aliran. Di
samping itu, bendung juga merupakan bentuk bangunan pelimpah yang paling
sederhana. Sifat-sifat aliran melalui bendung pada awalnya dikenal sebagai dasar
perencanaan pelimpah dengan mercu bulat, yaitu profil pelimpah ditentukan
sesuai dengan bentuk permukaan tirai luapan bawah di atas mercu tajam.
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut :
2
2g y o  P 
3
Q  Cd B (6.1)
3
dengan : (y0 – P) adalah jarak vertikal antara muka air di hulu bendung dengan
puncak bendung dan B adalah lebar bendung.

Loncatan hidraulik pada bendung


Aliran air yang melewati bendung akan mengalami loncatan hidraulik
akibat terjadinya pelepasan energi karena berubahnya kondisi aliran dari super
kritik menjadi aliran sub kritik. Pada umumnya loncat hidraulik dipakai sebagai
peredam energi pada hilir bendung, saluran irigasi atau struktur yang lain serta
untuk mencegah pengikisan struktur di bagian hilir.
Suatu loncat hidraulik dapat terbentuk pada saluran, apabila memenuhi
persamaan berikut ini :
y2 1 
  1  8 Fr21  1 (6.2)
y1 2  
Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VI-2
Petunjuk Praktikum Hidraulika

dengan : y2 = tinggi muka air di hilir loncatan hidraulik


y1 = tinggi muka air di hulu loncatan hidraulik
Fr1 = Bilangan Froude = V1 / g y1
Adapun panjang loncat air dapat dihitung dengan rumus empirik sebagai berikut
:
L  5 s.d . 7  y2  y1  (6.3)
dengan L = panjang loncatan hidraulik

(y0 – P)

L
Q
y0
P y1
y2

Gambar 6.1. Aliran di atas bendung dan loncatan hidraulik

2. Contoh Hitungan

a. Menghitung debit aliran (Q)


Q  Volume waktu
b. Menghitung Debit rerata
Q1  Q2  Q3
Qr 
3
c. Menghitung Nilai Koefisien Debit (Cd)
3 Q
Cd 
2 B 2g y  P 3
o
d. Menghitung Cd rerata
Cd1  Cd 2  Cd 3
Cd 
3
e. Menghitung Kecepatan
Q Q
V  
A B  Y1
f. Menghitung Bilangan Freud
V
Fr1 
g  Y1
g. Menghitung Ketinggian air di hilir
y2 1 
  1  8 Fr21  1  y 2  y 1  1  8 Fr21  1
1
y1 2   2  
h. Menghitung Koefisein Panjang Loncat Air (nilai K antara 5 sampai dengan
7)

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VI-3


Petunjuk Praktikum Hidraulika

L  K Y2  Y1   K 
L
Y2  Y1 

Lebar bendung (B) = ……………………. m


Tinggi bendung (P) = ……………………. m
Tabel 6.2. Hasil hitungan untuk menghitung debit rata-rata dan Nilai Cd

Uji Volume Waktu Q Qr yo yo-P Cd


Ke- (ml) (s) (ml/s) m3/t (m) (m) Cd 
3 Qr
2B 2g y o  P 
3

Cd rerata =

Tabel 6.3. Hasil hitungan untuk menghitung Ketinggian air di hilir Loncat Air
Y1 Y2 (akt) Q V Y2 (teo)
No Fr1 Y2 (akt)-Y2 (teo)
(m) (m) (m3/s) (m/s) (m)
1.
2.
3.

Tabel 6.4. Hasil hitungan untuk menghitung Koefisien Panjang Loncat Air
Y1 Y2 L K
No K 
L Keterangan
(m) (m) (m) Y2  Y1 
1.
2.
3.

F. Pembahasan

G. Kesimpulan

H. Lampiran
1. Sketsa Alat
2. Grafik

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VI-4


Petunjuk Praktikum Hidraulika

3. Laporan sementara

PENJELASAN TENTANG ALAT

Model bendung yang digunakan adalah type Ogee dengan tiga macam lantai
belakang, yaitu (lihat Gambar 9):
- Blended reverse curvature
- Ski Jump
- Sloping Apron

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VI-5


Petunjuk Praktikum Hidraulika

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
PERCOBAAN VI. ALIRAN DI ATAS BENDUNG

Alat yang digunakan :


1.
2.
3.
4.
5.
Hasil Percobaan
Lebar bendung (B) = ……………………. m
Tinggi bendung (P) = ……………………. m

Tabel 6.1. Hasil pengamatan pada aliran di atas bendung


No Volume (V) Waktu (t) yo y1 y2 L
Uji (ml) detik (mm) (mm) (mm) (mm)

Tanggal Praktikum :
Kelompok :
No Nama NIM ttd Dosen pengasuh
1
2
3
4
5
6
7

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VI-6


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

PERCOBAAN VII
KEHILANGAN ENERGI

A. Maksud dan Tujuan


1. Menentukan besar koefisien kehilangan energi.
2. Mengamati piezometer pada tiap-tiap belokan dan perubahan penampang.

B. Alat dan Bahan


1. Energy Losses Asparatus (ELA).
2. Hydraulic Bench.
3. Stop watch

C. Prosedur Percobaan

1. Datarkan kedudukan ELA dengan cara sebagai berikut ini:


a. Alirkan air dengan membuka katup pengatur debit dan katup
hydraulic bench selama beberapa saat untuk menghilangkan
gelembung-gelembung udara yang terdapat di dalam ELA.
b. Secara perlahan-lahan tutup katup pengatur debit, kemudian katup
hydraulic bench sehingga air akan naik ke dalam tabung piezometer.
c. Setelah air masuk ke dalam piezometer, datarkan kedudukan
permukaan air tersebut dengan mengatur sekrup di bawah
Venturimeter sedemikian rupa sehingga permukaan air pada tiap-tiap
piezometer terletak pada angka skala yang sama, maka Venturimeter
sudah siap digunakan.
2. Alirkan air dengan debit tertentu, dan lakukan pengukuran (h1-h5) dapat
diatur dengan mengatur katup hydraulic bench dan katup pengatur debit.
Bila katup hydraulic bench dibesarkan, maka menaikkan permukaan air
di piezometer, sedangkan pembesaran katup pengatur debit akan
menurunkannya.
3. Untuk mendapatkan tinggi muka air yang dikehendaki, bisa juga
dilakukan pengurangan tekanan-tekanan di dalam piezometer dengan
membuka pentil udara dibagian atas manifold.
4. Setelah aliran cukup stabil, lakukan pengukuran debit dan amati / ukur
tinggi air pada setiap piezometer.
5. Ulangi prosedur tersebut untuk debit-debit yang lain.

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VII-1


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

D. Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 3.1. Hasil pengamatan percobaan Kehilangan energi


N Pembacaan Piezometer (mm)
Volume Waktu
o Pembesaran Kontraksi Belokan Panjang
(ml) (s)
H1 H2 H3 H4 H5 H6

Tabel 3.2. Hasil pengamatan percobaan Kehilangan energi


N Pembacaan Piezometer (mm)
Volume Waktu
o Belokan Pendek Belokan Siku Belokan Mitre
(ml) (s)
H7 H8 H9 H10 H11 H12

Data Untuk pelebaran penampang


Pipa kecil 19,48 mm
Pipa Besar 26,2 mm

E. Hitungan

1. Dasar Teori

Keseimbangan energi antara dua titik dalam pipa dapat dijelaskan oleh
persamaan Bernoulli, yang diberikan oleh

p1 V12 p2 V22
 z1    z2   hL , (3.1)
 2g  2g

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VII-2


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

Dengan pi adalah tekanan statis (Pa) pada titik i,  adalah berat jenis dari fluida
(N/m3), z adalah elevasi (meter) dari titik i, Vi adalah kecepatan fluida (dalam m/s)
pada titik i, g adalah konstanta gravitasi (m/s2), dan hL adalah kehilangan tenaga
(meter), suku pi/ disebut sebagai tinggi tekanan, zi adalah kepala elevasi, dan
Vi2/2g adalah tinggi kecepatan.

Kehilangan tenaga, hL, sudah termasuk kehilangan tenaga akibat gesekan pipa dan
semua kehilangan tenaga sekunder,

hL  h f  he (3.2)

di mana hf adalah kehilangan tenaga primer dan he adalah kehilangan tenaga


sekunder. Kehilangan tenaga akibat gesekan. dinyatakan sebagai persamaan
Darcy-Weisbach yang diberikan oleh

L V2
, hf  f (3.3)
D 2g

dengan f adalah faktor gesekan, L adalah panjang pipa, dan D adalah diameter pipa
Kehilangan tenaga akibat gesekan diabaikan dalam percobaan ini..

Kehilangan tenaga sekunder terjadi pada setiap tikungan, transisi, atau pas di
mana aliran tidak lurus dan proporsional dengan tinggi kecepatan. Untuk semua
komponen, kehilangan tenaga diberikan oleh

V2
hK (3.4)
2g

di mana K adalah koefisien kehilangan tenaga. Untuk ekspansi dan kontraksi, V


yang digunakan dalam Persamaan (3.5) adalah kecepatan fluida pada pipa yang
terkecil.

Dalam percobaan ini, komponen koefisien kehilangan tenaga ditentukan secara


eksperimen dengan menghitung kehilangan tenaga sekunder menggunakan
Persamaan (1) dan memanfaatkan Persamaan (5) untuk mencari koefisien
kehilangan tenaga. Dalam Latihan B perbedaan tekanan di katup diukur dari alat
pengukur tekanan dalam satuan bar dan harus dikonversi ke kehilangan tenaga
setara dengan menggunakan hubungan sebagai berikut
1 bar = 10,2 m air. (3.5)

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VII-3


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

Gambar 3.1. energy Losses Asparatus

2. Contoh Hitungan
a. Menghitung debit
V
Q  Q  ...... m3 / det (Debit rata-rata)
t
b. Menghitung Tinggi kehilangan Tenaga Sekunder
hei  ht  hr  hei  ...... m

c. Menghitung Kecepatan pada Tiap-tiap belokan


Q Q
vi    vi  ...... m
Ai 0,25  Di 2

d. Menghitung Koefisien Kehilangan tenaga Sekunder.


2  g  hei
2
V
hei  K i i  Ki  2
 K i  ....
2g Vi

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VII-4


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

Tabel 3.3. Hasil hitungan percobaan Perbesaran Penampang


No V T Q he D A V K
3
Uji (m ) (det) (m3/t) (mm) (mm) (mm2) (m/t) (m)
1
2
3

Tabel 3.4. Hasil hitungan percobaan Kontraksi Penampang


No V t Q he D A V K
3
Uji (m ) (det) (m3/t) (mm) (mm) (mm2) (m/t) (m)
1
2
3

Tabel 3.5. Hasil hitungan percobaan belokan Panjang


No V t Q he D A V K
3
Uji (m ) (det) (m3/t) (mm) (mm) (mm2) (m/t) (m)
1
2
3

Tabel 3.6. Hasil hitungan percobaan Belokan Pendek


No V t Q he D A V K
Uji (m3) (det) (m3/t) (mm) (mm) (mm2) (m/t) (m)
1
2
3

Tabel 3.7. Hasil hitungan percobaan Belokan Siku


No V t Q he D A V K
3
Uji (m ) (det) (m3/t) (mm) (mm) (mm2) (m/t) (m)
1
2
3

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VII-5


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

Tabel 3.8. Hasil hitungan percobaan belokan Mitre


No V t Q he D A V K
3
Uji (m ) (det) (m3/t) (mm) (mm) (mm2) (m/t) (m)
1
2
3

F. Pembahasan

G. Kesimpulan

H. Lampiran
1. Sketsa Alat
2. Grafik
3. Laporan sementara

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VII-6


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

PENJELASAN TENTANG ALAT

Hydraulic Bench
Sebenarnya hydraulic bench mencakup bebrbagai macam alat yang
sangat lengkap untuk menunjukkan sifat-sifat fluida diam maupun
bergerak. Alat yang tercakup misalnya dapat mengukur dan
mendemonstrasikan : tekanan hidrostatis, aliran melalui bendung,
tekanan jet, debit melalui lubang, kehilangan energi di saluran, aliran
terbuka, kehilangan energi di belokan dan masih banyak lagi lainnya.

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VII-7


Petunjuk Praktikum Mekanika Fluida

LAPORAN SEMENTARA
P R A K T IK U M H ID R A U LIK A
PERCOBAAN I. ENERGI PADA FLUIDA

Alat yang digunakan :


1.
2.
3.
4.
5.
Hasil Percobaan
No Volume (V) Waktu (t) H1 H2 H3 H4 H5 H6
(ml) (s) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

Tanggal Praktikum :
Kelompok :
No NAMA NIM TTD DOSEN/ASISTEN
1
2
3
4
5
6
7

Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Riau VII-8

Anda mungkin juga menyukai