Anda di halaman 1dari 20

JALAN REL

Geometri Jalan rel


 Alinemen Vertikal
(Kelandaian, Jari-Jari vertikal,
lengkung)

5th meeting

By: Faizul Chasanah, S.T., M.Sc.


Kelandaian
PM 60 Tahun 2012
PM 60 Tahun 2012
Landai Penentu

Kelas Jalan Rel Landai Penentu (o/oo)


I 10
II 10
III 20
IV 25
V 25

Tabel Landai penentu jalan rel


Landai Curam
Landai Emplasemen
Kelandaian jalan rel di emplasemen dibatasi 1,5 o/oo.
Kelandaian ini dibatasi agar :

1. Kereta api yang dalam keadaan berhenti di


emplasemen tidak “berjalan sendiri” akibat dari
beratnya, tiupan angin dan/atau dorongan –
dorongan lainnya,
2. Lokomotif yang pada saat mulai berjalan
memerlukan tenaga besar untuk melawan tahanan
yang besar, tidak terbebani lagi dengan tenaga yang
diperlukan untuk mengatasi tanjakan.
Lengkung Vertikal
Fungsi Lengkung vertikal:
1. Sebagai lengkung transisi dari suatu kelandaian ke
kelandaian berikutnya sehingga perubahan
kelandaian akan berangsur-angsur dan beraturan.
2. Memberikan pandangan yang cukup dan
keamanan/keselamatan kereta api.

Kelompok lengkung Vertikal:


1. Lengkung Cembung
2. Lengkung Cekung
Lengkung Cembung
Lengkung Cembung adalah lengkung vertikal yang
kecembungannya (convexity) ke atas. Lengkung cembung
terjadi pada 3 kondisi:
1. Tanjakan bertemu dengan turunan
2. Tanjakan bertemu dengan tanjakan lain dg kelandaian lebih
kecil
3. Tanjakan bertemu dengan jalan datar

Perubahan dari jalan datar ke suatu turunan yang tidak


terdapat lengkung transisi, roda kereta akan melayang melalui
suatu bentuk lengkung. Apabila melayangnya roda kereta lebih
besar dibandingkan dengan tinggi flens roda kereta api, akan
mengakibatkan bahaya besar yaitu roda kereta api keluar dari
rel.
Lengkung vertikal berbentuk legkung lingkaran
Keterangan:
R : Jari-jari lengkung
vertikal
L : Panjang lengkung
vertikal
A : Titik pertemuan
antara perpanjangan
kedua landai/garis
lurus
 : Perbedaan landai
OA : 0,5 L
Lengkung Cekung
Lengkung Cekung adalah lengkung vertikal yang
kecekungannya (concavity) ke bawah. Lengkung cekung terjadi
pada 3 kondisi:
1. Turunan bertemu dengan tanjakan
2. Turunan bertemu dengan turunan lain dg kelandaian lebih
kecil
3. Turunan bertemu dengan jalan datar

Panjang lengkung vertikal sebaiknya dalam kelipatan 100 ft


(Hay, 1982). Apabila lengkung vertikal menggunakan bentuk
lengkung parabola, maka panjang lengkung vertikal ditentukan
persamaan berikut:

L = (G1-G2)/r
Keterangan:
G1 dan G2 : Dua kemiringan yg bertemu, naik (+) dan turun (-)
L : Panjang lengkung vertikal (dalam kelipatan 100 ft)
r : Tingkat perubahan kemiringan (dalam persen) tiap 100 ft

Nilai r yang direkomendasikan menurut AREA (Hay, 1982) pada


lintas uatam adalah:
r : 0,10  untuk lengkung vertikal cembung
r : 0,05  untuk lengkung vertikal cekung

Sedangkan untuk jalan rel sekunder digunakan r dua kalinya

Penggunaan kelipatan 100 ft dalam panjang lengkung tersebut


berdasarkan pada kemudahan perhitungan dan pelaksanaan di
lapangan. Apabila diperoleh hasil angka ganjil pada L, maka
digunakan angka genap persis di atasnya.
Contoh:
Pada suatu lintas utama terdapat suatu kemiringan
tanjakan (1:120) dan turunan (1:150) yg dihubungkan
oleh lengkung vertikal cembung. Hitunglah panjang
lengkung vertikal !!!
Jawab:
G1 = 1:120 = 0,83 % (positif)
G2 = 1:150 = 0,67 % (negatif)
r = 0,1 %

Maka:
L = (0,83-(-0,67))/0,1
= 1,5/0,1
= 15  Digunakan L = 16

Sehingga, panjang lengkung vertikal 16 x 100 ft = 1600 ft atau 16 x


30 m = 480 m
Subarkah (1981) menyatakan bahwa apabila suatu tanjakan diikuti
oleh turunan atau sebaliknya turunan diikuti tanjakan, diantara
lengkung vertikal yg merupakan lengkung transisi harus dibuat
mendatar yg panjangnya tidak boleh kurang dari kereta api
terpanjang yg melalui jalan rel tersebut.

lurus

lurus
L

L
L > kereta api terpanjang

Dalam perencanaan dan perancangn jalan rel, letak lengkung


vertikal harus diusahakn tidak berimpit dengan lengkung
horisontal
TUGAS LO 1
(Alinemen Vertikal)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai