Alinemen horisontal adalah garis proyeksi dari sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta (trase). Trase jalan biasa disebut situasi jalan, secara umum menunjukan arah dari jalan yang bersangkutan. (Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Jalan Raya) Pada alinemen horiszontal bagian yang sangat kritis adalah bagian tikungan, dimana terdapat gaya sentrifugal yang akan melempar kendaraan keluar dari daerah tikungan. Karenanya dalam perencanaan diusahakan gaya sentrifugal yang terjadi pada tikungan harus berangsur angsur dari nol sampai maksimum kembali ke nol lagi. Dalam perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan kenyamanan dan keamanan, sehingga perlu dipertimbangkan hal hal berikut :
1. Bentuk tikungan dan lengkung peralihan. Pada saat kendaraan memasuki tikungan, secara berangsur angsur mendapat gaya sentripugal dari mulai nol hingga maksimum dan selanjutnya kembali ke nol pada saat memasuki jalan lurus kembali. Untuk mengatasi gaya sentripugal ini, terdapat beberapa cara untuk membentuk tikungan agar gaya sentripugal tersebut dapat berkurang. (Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah,
Rekayasa Jalan Raya)
Bentuk bentuk tikungan : a. Bentuk tikungan Circle. Bentuk tikungan ini dugunakan pada tikungan dengan jari jari (R) besar dan sudut tangen ( ) relatif kecil.
: kecepatan rencana (km/jam). : jari jari lengkung (m). : sudut tangen (derajat).
TC CT T L E
: tangen circle. : circle tangen. : jarak antara TC dan P1 : panjang tikungan. : jarak P1 kelengkung peralihan (m).
b. Bentuk tikungan Spiral Circle Spiral. Tikungan dengan bentuk spiral circle spiral mempunyai dua buah bentuk lengkung tikungan yaitu lengkung peralihan (spiral) dan lengkung circle.
Rekayasa Jalan Raya) (Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah,
Ls 2 Xs = Ls 1 40 Rc 2
Ls 2 Ys = 6 Rc
s =
90 Ls Rc
= Ls -
Ltot = Lc + 2 Ls
(Sumber: Shirley L.Hendarsin, Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya)
Dimana : Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak lurus lengkung peralihan). Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik SC pada lengkung. Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST). Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS). Ts = panjang tangen dari titik P1 ke titik TS atau ke titik ST. TS = titik dari tangen ke spiral.
Jika diperoleh Lc<25m, maka sebaiknya tidak digunakan bentuk S-C-S, tetapi digunakan S-S, yaitu lengkung yang terdiri dari dua lengkung peralihan.
c. Bentuk tikungan Spiral Spiral. Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan yang tajam.
c = 0
lc < 20 m
s =
ls =
sRc
90
Ls =
s. .Rc
90
Ltot = 2 Ls Untuk rumus p, k, Ts dan Es sama dengan rumus pada bentuk tikingan Spiral Circle Spiral.
(Sumber: Shirley L.Hendarsin, Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya)
2. Kemiringan melintang. Kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan diantara tepi perkerasan luar dan sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan disebut landai relatif. Persentase kelandaian disesuaikan dengan kecepatan rencana dan jumlah lajur yang ada.
Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya) (Sumber: Shirley L.Hendarsin,
Rumus :
1 (e + en) B = m Ls
dimana :
= superelevasi (m/m1)
Diagram Superelevasi.
3. Pelebaran pada tikungan. Pelebaran perkerasan atau jalur lalu lintas di tikungan, dilakukan untuk mempertahankan kendaraan tetap pada lintasannya (lajurnya) sebagaimana pada bagian lurus. Hal ini terjadi karena pada kecepatan tertentu kendaraan pada tikungan cenderung untuk keluar lajur akibat posisi roda depan dan roda belakang yang tiddak sama, yang tergantung dari ukuran kendaraan.
(Sumber: Shirley L.Hendarsin, Penuntun Perencanaan Teknik Jalan Raya)
Pelebaran tikungan tergantung dari jari jari tikungan (R), sudut tikungan ( ) , dan kecepatan rencana ( r ) . Rumus untuk menghitung lebar perkerasan adalah : B = n (b + c) + (n - 1) Td + Z
B = B B Keterangan : B = lebar perkerasan pada tikungan (m). n = jumlah lajur. b = lebar lintasan truk pada tikungan (m). Td = lebar melintang akibat tonjolan ke depan. Z = lebar tambahan akibat kelandaian pengemudi. c = kebebasan samping, diambil 0,8 m. B = pelebaran ditikungan (m). B = lebar perkerasan dibagian tangen (m).
(Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Jalan Raya)
Bila lebar B > B. Maka tikungan yang bersangkutan tidak memerlukan pelebaran tikungan. Hal ini dapat terjadi pada tikungan dengan jari jari besar (R>1200 m) serta untuk sudut tangen kecil ( > 10 ).
Alinemen Vertikal.
Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal terhadap sumbu jalan atau bidang tegak melalui sumbu jalan atau gambar proyeksi tegak lurus bidang gambar.
(Sumber: Ir.Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Jalan Raya)
Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli, sehingga memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dan bermuatan penuh. Kendaraan yang dipakai sebagai standart adalah kendaraan truk. Landai maksimum adalah besarnya kelandaian yang masih diijinkan untuk memungkinkan kendaraan pada kecepatan rencana dapat melaju tanpa mengalami hambatan. Tabel Kelandaian maksimum
Kecepatan Rencana (Km/jam) 100 80 60 50 40 30 20 Kelandaian Maksimim Dalam kota 3 4 5 6 7 8 9 Luar kota Standart 4 5 6 7 8 9 Mutlak 8 9 10 11 12 13
Panjang kritis landai adalah panjang maksimum landai yang masih dapat diterima tanpa mengakibatkan gangguan pada arus lalu lintas. A. Lengkung vertikal cembung.
Jh > L, maka
L = 2 Jh -
399 A
Jd > L, maka
L = 2 Jd -
840 A
Jh > L, maka
L = 2 Jh -
120 + 3.5 J h A
Panjang lengkung vertikal cekung minimum yang dapat memenuhi syarat adalah : L= A.V 2 380