PI-1
β1 Bagian
Bagian Lengkung
Lengkung β2
PI-2
Jarak lurus
antar dua
tikungan
Garis lengkung :
a. Busur lingkaran saja
b. Busur lingkaran ditambah busur peralihan,
c. Busur peralihan saja ataupun
Busur Lingkaran
(Lc)
Peralihan
Spiral Lengkung
Peralihan
Spiral
Lengkung
Lengkung
Peralihan
Peralihan
Spiral β Spiral
GAYA SENTRIFUGAL
F = gaya sentrifugal
G = Gaya berat kendaraan
g = gaya gravitasi bumi
V = Kecepatan Kendaraan
R = Jari-jari Tikungan
Gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal :
• gaya gesekan melintang antara ban kendaraan dengan permukaan jalan.
• komponen berat kendaraan akibat kemiringan melintang permukaan
(super elevasi)
Traffic Engineering
Handbook, 1992,
Koefisien gesekan
melintang
PENGAMBILAN NILAI KEMIRINGAN PADA TIKUNGAN
(SUPER ELEVASI)
Untuk daerah yang licin akibat sering turun hujan atau kabut sebaiknya e
maksimum 8%, dan di daerah perkotaan dimana sering kali terjadi
kemacetan lalu lintas dianjurkan menggunakan e maksimum 4-6 %
Pada persimpangan tempat pertemuan beberapa jalur jalan, e maksimum
yang dipergunakan sebaiknya rendah, bahkan dapat tanpa superr elevasi
AASHTO menganjurkan pemakaian beberapa nilai superelevasi maksimum
yaitu 0.04, 0,06, 0,10, dan 0,12.
Indonesia pada saat ini umumnya mengambil nilai 0.08 dan 0,10. Bina
Marga menganjurkan super elevasi untuk jalan luar kota, menganjurkan
superelevasi maksimum 10 % untuk kecepatan rencana > 30 km/jam dan
8% untuk kecepatan rencana 30 km/jam, sedangkan untuk jalan dalam kota
dapat dipergunakan superelevasi maksimum 6%
Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku f = - 0,00065 V +
0,192 dan untuk kecepatan rencana antara 80 - 112 km/jam
berlaku f = - 0,00125 V + 0,24.
Kemiringan melintang permukaan pada lengkung horizontal
(superelevasi)
2 - 4%
Jalan Lurus
Besarnya kemiringan melintang normal ini sangat tergantung dari jenis lapis
permukaan yang dipergunakan. Semakin kedap air muka jalan tersebut
semakin landai kemiringan melintang jalan yang dibutuhkan, sebaliknya lapis
permukaan yang mudah dirembesi oleh air harus mempunyai kemiringan
melintang jalan yang cukup besar, sehingga kerusakan konstruksi perkerasan
dapat dihindari. Besarnya kemiringan melintang ini (en) berkisar antara 2 -
4%.
Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang
berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan
pada saat berjalan melalui tikungan dengan kecepatan Vr.
Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%
Lengkung peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian
lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap R; berfungsi
mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak
terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari jari tetap R sehingga
gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalan di tikungan
berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati
tikungan maupun meninggalkan tikungan
Panjang lengkung Peralihan (Ls) ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan
diambil nilai yang terbesar
1 Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan
2 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal
Jika lengkung peralihan digunakan, posisi lintasan tikungan bergeser dari bagian
jalan yang lurus ke arah sebelah dalam sebesar p. Nilai p (m) dihitung berdasarkan
rumus berikut
di mana:
L = panjang lengkung peralihan (m),
R = jari jari lengkung (m)
Apabila nilai p kurang dari 0,25 meter, maka lengkung peralihan tidak
diperlukan sehingga tipe tikungan menjadi fC (full circle)
Superelevasi tidak diperlukan apabila nilai R lebih besar atau sama dengan yang
ditunjukkan dalam Tabel 11.19
Lengkung Type Full Circle (FC)
Ls
em (%)
em = + (%)
As Jln x
en = + 2,0 %
en =- 2 % em = - (%)
em (%)
4
2/3 Ls’ (X+2)
3 =
2
1 Ls’ (2+2,9)
TC
2/3 Ls’
1/3 Ls’
em = + ….( %)
(tepi luar)
em = + ….. %
As Jln x e= 0 %
en = + 2,0 %
en =- 2 % em = + ….. %
em = - ….. %
(tepi
dalam)
Lc = ….. m 2
4 3
3
2
1 4 CT 1
TC
Ls’ = panjang lengkung peralihan fiktif
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE FC
Elevasi AS
Jalan Tepi
Tepi
Kiri Kanan
2%
2% 0.07 m
Pot 1-1
0%
2%
Pot 2-2
1.26 %
2%
Pot 3-3 0.1015 m
2,9
X (2+2,9)
As Jln
(X+2) 2 2
2/3 Ls’
2/3 Ls’ (X+2)
=
Ls’ Ls’ (2+2,9)
33.3 (X+2)
=
50 (2+2,9)
X+2 = 3.267
X = 1.267
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE FC
Elevasi AS
Jalan Tepi
Tepi
Kiri Kanan
2%
2% 0.07 m
Pot 1-1
0%
2%
Pot 2-2
1.26 %
2%
Pot 3-3 0.1015 m
Tabel II.18. Jari jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung Peralihan
VR
(Km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
θc = β – 2 θs
Type Spiral- Circle-Spiral (S-C-S)
Ls
Lx
e = + 5,9 %
e = + 5,9 %
As Jln (0%) e =7,9 %
en = + 2,0 %
en =- 2 % e = + 5,9 %
e = - 5,9 %
Lx (2)
3 =
Ls (7,9)
2 (2)
1 SC Lx
=
TS 50 (7,9)
Ls = panjang lengkung peralihan
Lx = 12,66 m
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE S-C-S
Elevasi AS
Jalan Tepi
Tepi
Kiri Kanan
2%
2% 0.07 m
Pot 1-1
0%
2% 0.1015 m
Pot 2-2
Pot 3-3
3,5 m 0.2065 m
3,5 m
Type Spiral- Spiral (S-S)
β
Ls =
s..Rc
90
s.s..Rc.R
Ls =
9090
c
Es = 3.29 m
Gambar 4.32. Diagram super elevasi lengkung spiral-spiral metode Bina Marga
(Contoh Perhitungan)
Landai relatif = [{0.086) 3.75]/62.48 = 0.0052
TAHAPAN PERENCANAAN TIPE TIKUNGAN
URUTAN PEMILIHAN:
VR
Jari-jari Tikungan Minimum untuk Tipe 60
Tikungan Full Circle 40
(Km/jam) 120 100 80 50 30 20
(FC)
Rmin (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60
PERENCANAAN JARAK LURUS ANTAR TIKUNGAN
PI2
PI1
A B
Adanya pembatasan jarak lurus, dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan akibat pengemudi tidak menyari akan
kecepatan kendaraan serta kecederungan pengemudi
mengantuk.
TERIMA KASIH