Anda di halaman 1dari 77

PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL

Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal.


Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama "situasi jalan" atau "trase jalan".
Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan
garis-garis lengkung.

PI-1
β1 Bagian
Bagian Lengkung
Lengkung β2
PI-2
Jarak lurus
antar dua
tikungan
Garis lengkung :
a. Busur lingkaran saja
b. Busur lingkaran ditambah busur peralihan,
c. Busur peralihan saja ataupun

Busur Lingkaran
(Lc)

Gambar Tikungan Tipe Full Circle


Lengkung

Peralihan
Spiral Lengkung

Peralihan
Spiral
Lengkung
Lengkung
Peralihan
Peralihan
Spiral β Spiral
GAYA SENTRIFUGAL

Apabila suatu kendaraan bergerak


kecepatan tetap V
dengan datar miring pada
dengan
bidang atau suatu
lintasan berbentuk makalengkung
pada
seperti lingkaran,
kendaraan tersebut gaya
bekerja V dan gaya sentrifugal F.
kecepatan
Gaya sentrifugal
mendorong kendaraan secara
radial keluar dari lajur
jalannya, berarah tegak lurus
terhadap gaya kecepatan V. Gaya ini
menimbulkan rasa tidak
nyaman pada si pengemudi
KESEIMBANGAN
KENDARAAN PADA
PERGERAKAN
MELINGKAR PADA
TIKUNGAN

F = gaya sentrifugal
G = Gaya berat kendaraan
g = gaya gravitasi bumi

V = Kecepatan Kendaraan
R = Jari-jari Tikungan
Gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal :
• gaya gesekan melintang antara ban kendaraan dengan permukaan jalan.
• komponen berat kendaraan akibat kemiringan melintang permukaan
(super elevasi)

Gaya gesekan melintang (Fs) antara ban kendaraan dan


permukaan jalan

Gaya gesekan melintang (Fs) adalah besarnya gesekan yang


timbul antara ban dan permukaan jalan dalam arah
melintang jalan yang berfungsi untuk mengimbangi gaya
sentrifugal.
Korelasi antara
koefisien gesekan
maksimum dan
kecepatan rencana
(TEH'92)

Traffic Engineering
Handbook, 1992,
Koefisien gesekan
melintang
PENGAMBILAN NILAI KEMIRINGAN PADA TIKUNGAN
(SUPER ELEVASI)
Untuk daerah yang licin akibat sering turun hujan atau kabut sebaiknya e
maksimum 8%, dan di daerah perkotaan dimana sering kali terjadi
kemacetan lalu lintas dianjurkan menggunakan e maksimum 4-6 %
Pada persimpangan tempat pertemuan beberapa jalur jalan, e maksimum
yang dipergunakan sebaiknya rendah, bahkan dapat tanpa superr elevasi
AASHTO menganjurkan pemakaian beberapa nilai superelevasi maksimum
yaitu 0.04, 0,06, 0,10, dan 0,12.
Indonesia pada saat ini umumnya mengambil nilai 0.08 dan 0,10. Bina
Marga menganjurkan super elevasi untuk jalan luar kota, menganjurkan
superelevasi maksimum 10 % untuk kecepatan rencana > 30 km/jam dan
8% untuk kecepatan rencana 30 km/jam, sedangkan untuk jalan dalam kota
dapat dipergunakan superelevasi maksimum 6%
Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku f = - 0,00065 V +
0,192 dan untuk kecepatan rencana antara 80 - 112 km/jam
berlaku f = - 0,00125 V + 0,24.
Kemiringan melintang permukaan pada lengkung horizontal
(superelevasi)

Komponen berat kendaraan untuk mengimbangi gaya sentrifugal diperoleh


dengan membuat kemiringan melintang jalan. Kemiringan melintang jalan
pada lengkung horizontal yang bertujuan untuk memperoleh komponen berat
kendaraan guna mengimbangi gaya sentrifugal biasanya disebut superelevasi.
Semakin besar superelevasi semakin besar pula komponen berat kendaraan
yang diperoleh.
Ketajaman lengkung horizontal dinyatakan dengan besarnya
radius dari lengkung tersebut atau dengan besarnya derajat
lengkung
Derajat lengkung (D) adalah besarnya sudut lengkung yang
menghasilkan panjang busur 25 m

Semakin besar R semakin kecil D dan semakin tumpul


lengkung horizontal rencana. Sebaliknya semakin kecil R
semakin besar D dan semakin tajam lengkung horizontal
yang direncanakan.
Radius minimum atau derajat lengkung
maksimum

Dari persamaan e + f = V2/(127 R) terlihat bahwa


besarnya radius lengkung horizontal dipengaruhi
oleh nilai e dan f serta nilai kecepatan rencana yang
ditetapkan. Ini berarti terdapat nilai radius
minimum atau derajat lengkung maksimum untuk
nilai superelevasi maksimum dan koefisien gesekan
melintang maksimum. Lengkung tersebut
dinamakan lengkung tertajam yang dapat
direncanakan untuk satu nilai kecepatan
rencana yang dipilih pada satu nilai superelevasi
maksimum
Berdasarkan pertimbangan peningkatan jalan dikemudian
hari sebaiknya dihindarkan merencanakan alinyemen
horizontal jalan dengan mempergunakan radius minimum
yang menghasilkan lengkung tertajam tersebut. Di samping
sukar menyesuaikan diri dengan peningkatan jalan juga
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pengemudi yang
bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari kecepatan
rencana. Harga radius minimum ini sebaiknya hanya
merupakan harga batas sebagai petunjuk dalam memilih
radius untuk perencanaan saja
Distribusi nilai superelevasi dan koefisien gesekan melintang
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi bersama-sama oleh
komponen berat kendaraan akibat adanya superelevasi dan
gaya gesekan melintang antara permukaan jalan dan ban
kendaraan
Nilai ekstrim diperoleh untuk kondisi jalan lurus dimana
radius lengkung adalah tak berhingga. Nilai ekstrim yang
lain adalah untuk kondisi lengkung tertajam untuk satu
kepatan rencana, yaitu untuk lengkung dengan radius
minimum

e+f=0 Jalan lurus, R tak berhingga

e + f = ( e + f) maks Jalan pada lengkung dengan R=Rmin


Kemiringan melintang jalan lurus (kemiringan melintang normal)

Pada jalan lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan


kemiringan melintang jalan. Tetapi agar air hujan yang jatuh di
atas permukaan jalan cepat mengalir ke samping dan masuk
ke selokan samping, maka dibuatkan kemiringan melintang
jalan yang umum disebut sebagai kemiringan melintang
normal.

2 - 4%

Jalan Lurus
Besarnya kemiringan melintang normal ini sangat tergantung dari jenis lapis
permukaan yang dipergunakan. Semakin kedap air muka jalan tersebut
semakin landai kemiringan melintang jalan yang dibutuhkan, sebaliknya lapis
permukaan yang mudah dirembesi oleh air harus mempunyai kemiringan
melintang jalan yang cukup besar, sehingga kerusakan konstruksi perkerasan
dapat dihindari. Besarnya kemiringan melintang ini (en) berkisar antara 2 -
4%.
Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang
berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan
pada saat berjalan melalui tikungan dengan kecepatan Vr.
Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%
Lengkung peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian
lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap R; berfungsi
mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak
terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari jari tetap R sehingga
gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalan di tikungan
berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati
tikungan maupun meninggalkan tikungan

Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral (clothoid).


Dalam tata cara ini digunakan bentuk spiral
Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan bahwa:
Lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi untuk menghindarkan
kesan perubahan alinemen yang mendadak, ditetapkan 3 detik pada kecepatan
VR
Gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi berangsur
angsur pada lengkung peralihan dengan aman; dan
Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari bentuk kelandaian
normal ke kelandaian superelevasi penuh tidak boleh melampoi re maksimum
yang ditetapkan sebagai berikut:
• Untuk Vr ≤ 70 km/jam, remax = 0.035 m/m/detik
• Untuk Vr ≥ 80 km/jam, remax = 0.025 m/m/detik

Panjang lengkung Peralihan (Ls) ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan
diambil nilai yang terbesar
1 Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan
2 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal

3 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian


Selain menggunakan rumus-rumus (II.8) s.d. (II.10), untuk tujuan praktis Ls
Dapat ditetapkan dengan menggunakan Tabel II.17.

Tabel II.17.Panjang Lengkung Peralihan (L,) dan panjang pencapaian


superelevasi
(Le) untuk jalan 1 jalur -2 lajur -2 arah
Lengkung dengan R lebih besar atau sama dengan yang
ditunjukkan pada Tabel II.18, tidak memerlukan lengkung
peralihan
Tabel II.18. Jari Jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan
Vr
(Km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Rmin (m) 25000 1500 900 500 350 250 130 60

Jika lengkung peralihan digunakan, posisi lintasan tikungan bergeser dari bagian
jalan yang lurus ke arah sebelah dalam sebesar p. Nilai p (m) dihitung berdasarkan
rumus berikut

di mana:
L = panjang lengkung peralihan (m),
R = jari jari lengkung (m)
Apabila nilai p kurang dari 0,25 meter, maka lengkung peralihan tidak
diperlukan sehingga tipe tikungan menjadi fC (full circle)

Superelevasi tidak diperlukan apabila nilai R lebih besar atau sama dengan yang
ditunjukkan dalam Tabel 11.19
Lengkung Type Full Circle (FC)

Ls

TC : Titik Peralihan dari lurus (Tangen) ke lingkaran (Circle)

CT : Titik Peralihan dari lingkaran (circle) ke lurus (tangen)

PH : Pusat Perpotongan Horizontal atau sering di tuliskan PI (point of intersection)


Rc : Jari jari tikungan
DIAGRAM SUPER ELEVASI
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE FC
2/3 Ls’ 1/3 Ls’

em (%)

em = + (%)
As Jln x
en = + 2,0 %
en =- 2 % em = - (%)

em (%)

4
2/3 Ls’ (X+2)
3 =
2
1 Ls’ (2+2,9)
TC

Ls’ = panjang lengkung peralihan fiktif


DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE FC
2/3 Ls’ 1/3 Ls’

2/3 Ls’
1/3 Ls’
em = + ….( %)
(tepi luar)

em = + ….. %
As Jln x e= 0 %
en = + 2,0 %
en =- 2 % em = + ….. %

em = - ….. %
(tepi
dalam)
Lc = ….. m 2
4 3
3
2
1 4 CT 1
TC
Ls’ = panjang lengkung peralihan fiktif
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE FC

Elevasi AS
Jalan Tepi
Tepi
Kiri Kanan
2%
2% 0.07 m
Pot 1-1

0%
2%
Pot 2-2

1.26 %
2%
Pot 3-3 0.1015 m

e mak = 0.029 = 2,9%


Pot 4-4
3,5 m 3,5 m
Untuk tipe tikungan Full Circle, panjang lengkung peralihan
Ls disebut panjang lengkung peralihan fiktif.
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE FC

2,9
X (2+2,9)
As Jln
(X+2) 2 2

2/3 Ls’
2/3 Ls’ (X+2)
=
Ls’ Ls’ (2+2,9)

33.3 (X+2)
=
50 (2+2,9)

X+2 = 3.267
X = 1.267
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE FC

Elevasi AS
Jalan Tepi
Tepi
Kiri Kanan
2%
2% 0.07 m
Pot 1-1

0%
2%
Pot 2-2

1.26 %
2%
Pot 3-3 0.1015 m

e mak = 0.029 = 2,9%


Pot 4-4
3,5 m 3,5 m
Apabila Tikungan Tipe Full Circle tidak memenuhi
persyaratan, dapat digunakan Tike Spiral-Circle-
Spiral (SCS)

Persyaratan Tipe Full Circle:


Jari jari tikungan untuk kecepatan rencana V memenuhi
Persyaratan

Tabel II.18. Jari jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung Peralihan

VR
(Km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Rmin (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60


Lengkung Type Spiral- Circle-Spiral (S-C-S)
Perencanaan Tikungan Tipe S-C-S harus diketahui:
1. Kecepatan Rencana (V) Jalan
2. Rencana Besar Jari jari tikungan
3. Besar Sudut β
Tahapan Perhitungan :
a. Lihat Tabel 4.7 atau Tabel 4.9 V, R : didapat e, Ls
b. Hitung Xs dan Ys
c. Hitung besar θs
d. Hitung nilai p dan k menggunakan rumus atau tabel
e. Hitung θc
f. Hitung Es, Ts, Lc
g. Periksa apakah Lc ≥ 20 meter, bila tidak memenuhi
maka Tikungan SCS tidak memenuhi syarat
Type Spiral- Circle-Spiral (S-C-S)
Type Spiral- Circle-Spiral (S-C-S)

θc = β – 2 θs
Type Spiral- Circle-Spiral (S-C-S)

Persyaratan Lc untuk lengkung S-C-S adalah lebih besar atau


sama dengan 20 m

Lc ≥ 20 meter : memenuhi lengkung type S-C-S

Apabila didapatkan Lc < 20 meter : gunakan lengkung type


Spiral-Spiral
Untuk kondisi
hubungan V
(kecepaan) dengan R
(Jari jari tikungan)
berada di atas garis
tebal, maka
direncanakan dengan
tikungan FULL
CIRCLE
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE S-C-S

Ls

Lx
e = + 5,9 %

e = + 5,9 %
As Jln (0%) e =7,9 %
en = + 2,0 %
en =- 2 % e = + 5,9 %

e = - 5,9 %
Lx (2)
3 =
Ls (7,9)
2 (2)
1 SC Lx
=
TS 50 (7,9)
Ls = panjang lengkung peralihan
Lx = 12,66 m
DIAGRAM SUPERELEVASI TIPE S-C-S

Elevasi AS
Jalan Tepi
Tepi
Kiri Kanan
2%
2% 0.07 m
Pot 1-1

0%
2% 0.1015 m
Pot 2-2

e mak = 0.059 = 5,9%

Pot 3-3
3,5 m 0.2065 m
3,5 m
Type Spiral- Spiral (S-S)

β
Ls =
 s..Rc
90

s.s..Rc.R
Ls =
9090
c
Es = 3.29 m
Gambar 4.32. Diagram super elevasi lengkung spiral-spiral metode Bina Marga
(Contoh Perhitungan)
Landai relatif = [{0.086) 3.75]/62.48 = 0.0052
TAHAPAN PERENCANAAN TIPE TIKUNGAN
URUTAN PEMILIHAN:

1. TYPE FULL CIRCLE (FC)

2. TYPE SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL (S-C-S)

3. TYPE SPIRAL-SPIRAL (S-S)

PERSYARATAN MENGGUNAKAN TYPE FULL CIRCLE (FC), APABILA JARI-JARI


TIKUNGAN (R) MEMENUHI SYARAT SESUAI DENGAN KECEPATAN RENCANA JALAN
YANG DI INGINKAN.

Tabel II.18 Jari-jari Tikungan yang tidak memerlukan lengkungan


peralihan
VR
(Km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Rmin (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60


APABILA JARI-JARI TIKUNGAN (R) TIDAK MEMENUHI SYARAT SESUAI
DENGAN KECEPATAN RENCANA JALAN YANG DI INGINKAN. PERSYARATAN
DAPAT DILIHAT PADA TATA CARA PERENCANAAN JALAN ANTAR KOTA
(BINA MARGA), MAKA DICOBA MENGGUNAKAN TIPE SPIRAL-CIRCLE-
SPIRAL (S-C-S)
Buat Bagan Alir Pemilihan Tikungan
CONTOH
Apabila jalan direncanakan dengan kecepatan rencana V=60 km/jam, dan
berdasarkan kondisi di lapangan jari-jarai yang memungkinkan adalah Rmak=
450 m, maka sesuai ketentuan persyaratan tidak memenuhi syarat digunakan
tikungan tipe FC, dan dapat dicoba menggunkaan tipe S-C-S.

PERSYARATAN TIKUNGAN TIPE S-C-S:


Lc lebih besar dari 20 meter.

Apabila tidak memenuhi PERSYARATAN TIKUNGAN TIPE S-C-S:


(Lc < 20 meter) maka digunkan tipe S-S.

TIPE TIKUNGAN FULL CIRCLE DIGUNAKAN APABILA R


TIKUNGAN MEMENUHI
PERSYARATAN R MINIMUM yang disyaratkan UNTUK FULL
CIRCLE

VR
Jari-jari Tikungan Minimum untuk Tipe 60
Tikungan Full Circle 40
(Km/jam) 120 100 80 50 30 20
(FC)
Rmin (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60
PERENCANAAN JARAK LURUS ANTAR TIKUNGAN

PI2

PI1

A B
Adanya pembatasan jarak lurus, dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan akibat pengemudi tidak menyari akan
kecepatan kendaraan serta kecederungan pengemudi
mengantuk.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai