Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

PERANCANGAN ALINEMEN HORIZONTAL


4.1. Dasar Teori
Alinyemen horizontal merupakan proyeksi suatu sumbu jalan tegak lurus bidang
horizontal, terdiri dari garis lurus (tangent) dan garis lengkung (busur lingkaran).
Bagian lengkung pada alinyemen horizontal disebut sebagai tikungan dan merupakan
bagian kritis. Gaya sentrifugal cenderung mendorong kendaraan untuk keluar dari jalan
pada bagian ini. Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada
kecepatan rencana (VR).
4.2. Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Perancangan Alinyemen Horizontal
Berdasarkan PDGJ, faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan alinemen horizontal
sebagai berikut.
1. Kekesatan Melintang Maksimum
Kekesatan melintang adalah gesekan ke arah melintang jalan antara ban dengan
permukaan jalan, koefisien melintang dipengaruhi oleh tipe dan perkerasan
jalan, tipe dan kondisi ban, tekanan ban, kecepatan, kondisi cuaca. Kriteria
koefisien gesekan maksimum dalam perencanaan, apabila gaya sentrifugal
mengakibatkan pengemudi mengurangi kecepatannya. Berdasarkan PDGJ 2021,
untuk kecepatan rencana 80 km/jam kekesatan samping (f) adalah 0,14
2. Nilai Superelevasi Maksimum
Nilai superelvasi maksimum yaitu superelevasi yang berfungsi mengimbangi
gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan
sesuai kecepatan rencana. Berdasarkan PDGJ 2021, untuk jalan antarkota nilai
superelevasi maksimum (emax) adalah 8%
3. Radius Minimum
Radius minimum adalah suatu harga batas untuk suatu harga kecepatan rencana
yang ditentukan berdasarkan nilai superelevasi maksimum (emax) dan
kekesatan melintang maksimum (fmax). Radius minimum (Rmin) dapat
dihitung dengan Persamaan 4.1.
2
Vr
R = ……………………………………………………………….…
127(e +f )
(4.1)
Keterangan:
R = jari-jari tikungan (m)
Vr = kecepatan rencana (km/jam)
e = nilai super elevasi
f = kekesatan melintang

Tabel 4.1 Rmin Lengkung Horizontal berdasarkan emaks dan f yang Ditentukan
Kecepatan Kekesatan emaks = 4% emaks = 6% emaks = 8%
Rencana (Vr) Samping (f) Rmin Rmin Rmin
(km/jam) (m) (m) (m)
60 0,15 150 135 125
70 0,14 215 195 175
80 0,14 280 250 230
90 0,13 375 335 305
100 0,12 490 435 395

Berdasarkan Tabel 4.1, untuk kecepatan rencana 80 km/jam dan nilai


superelevasi maksimum 8% didapatkan jari-jari minimum (Rmin) adalah
230m.

4. Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan (LS) berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada


pengemudi untuk mengantisipasi perubahan alinyemen jalan dari bentuk lurus
(R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan dengan jari-jari R tetap,
sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan berubah secara
berangsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun meninggalkan
tikungan. Ketentuan lengkung peralihan adalah sebagai berikut:

a. Bentuk lengkung peralihan yang digunakan adalah bentuk spiral (Clothoide)

b. Panjang lengkung peralihan ditetapkan atas pertimbangan sebagai berikut:

- Waktu perjalanan melintasi lengkung peralihan

- Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan

- Gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan

- Tingkat perubahan kelandaian relatif

c. Ls ditentukan yang memenuhi ke empat kriteria tersebut diatas, sehingga


dipilih nilai Ls yang terpanjang

Panjang lengkung peralihan (LS) ditetapkan atas pertimbangan bahwa:


a. Lama waktu perjalanan di lengkung perlu dibatasi untuk menghindari
kesan perubahan alinyemen mendadak, ditetapkan dengan rumus:
Ls = 𝑉𝑅 𝑇
3,6

Keterangan :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan (detik), ditetapkan 2
detik
Nilai LS juga dapat ditentukan dengan Tabel 4.7.

Tabel 4.2 LS min berdasarkan Waktu Perjalanan

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)


b. Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari bentuk kelandaian
normal ke kelandaian superelevasi penuh tidak boleh melampaui re max
yang ditetapkan sebagai berikut:

- VR ≤ 70 km/jam, re max = 0,035 m/m/detik

- VR ≥ 80 km/jam, re max = 0,025 m/m/detik

Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan tabel 4.3


Berikut:
Tabel 4. 3 LS min berdasarkan Tingkat Perubahan Kelandaian Melintang
(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)
c. Gaya sentrifungal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi berangsur-
angsur pada lengkung peralihan dengan aman. Kriteria ini dihitung
dengan rumus:
3
0,0214 ×Vr
Ls =
RC
Keterangan:
VR = kecepatan rencana (km/jam)
R = radius tikungan (m)
C = perubahan maksimum percepatan arah radial (m/det3)

Tabel 4. 4 LS min berdasarkan Antisipasi Gaya Sentrifugal

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)

d. Tingkat perubahan kelandaian relatif (Δ) dari bentuk kemiringan normal ke


bentuk kemiringan superelevasi penuh tidak boleh melampaui Δ maksimum
yang ditetapkan seperti pada Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4. 5 Tingkat Perubahan Kelandaian Melintang Maksimum
(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)

Tabel 4. 6 Kelandaian Relatif Maksimum

Panjang pencapaian perubahan kelandaian dari kemiringan normal sampai ke


kemiringan superelevasi penuh (LS) dihitung dengan rumus:
w × n1 ×ed
Ls = × bw

Keterangan:

W = lebar satu lajur lalu lintas (m)


ed = superelevasi rencana (%)
n1 = jumlah lajur yang diputar
bw = faktor penyesuaian untuk jumlah lajur yang diputar
Δ = tingkat perubahan kelandaian relatif (m/m)

Tikungan yang memiliki R dengan nilai e = LN tidak memerlukan lengkung


peralihan dan tikungan yang memiliki R dengan nilai e = RC tidak memerlukan
superelevasi.
e. Persyaratan LS min dan LS max
Jika lengkung peralihan digunakan, maka posisi lintasan tikungan bergeser
dari bagian jalan yang lurus ke arah sebelah dalam sejauh p.

Ls 2
p=
24 × Rc

Apabila nilai p kurang dari 0,20 m, maka lengkung peralihan tidak diperlukan.
Sehingga tipe tikungan menjadi full circle.

Ls min = √2 24 × Pmin × R
Lengkung peralihan juga dibatasi oleh besarnya nilai p yang dibolehkan jika
menggunakan lengkung peralihan yaitu 1,0 m. Sehingga persamaan untuk
panjang lengkung peralihan maksimumya dibolehkan adalah sebagai berikut:

Ls Max = = √2 24 × Pm ax × R

Tabel 4. 7 Ls min dan Ls max berdasarkan Pergeseran Lintasan (p)

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan


Tol,2009)

f. Pelebaran Jalur Lalu Lintas di Tikungan


Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi
pelayanan operasional lalu lintas di bagian tikungan, sehingga sama dengan
pelayanan operasional di bagian jalan yang lurus. Pada jalan bebas hambatan
untuk jalan tol, di mana perencanaan tikungan sedapat mungkin menggunakan
jari-jari tikungan yang besar, pelebaran jalur lalu lintas tidaklah signifikan.
Akan tetapi pada perencanaan ramp yang berbentuk loop, pelebaran jalur lalu
lintas di tikungan harus diperhatikan, sesuai dengan rumus:
𝑊 = 𝑊𝑐 − 𝑊𝑛
Keterangan:
W = Pelebaran jalan pada tikungan (m)
Wc = Lebar jalan pada tikungan (m)

Wn = Lebar jalan pada jalan lurus (m)


Kendaraan rencana yang akan digunakan dalam perencanaan pelebaran jalan di
tikungan adalah kendaraan golongan V truk semi trailer kombinasi besar dengan
5 sumbu. Pelebaran jalur lalu lintas di tikungan berdasarkan kecepatan rencana
dan radius tikungan ditetapkan seperti pada Tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4. 8 Pelebaran Jalur Lalu Lintas di Tikungan

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)

Pelebaran dengan nilai lebih kecil dari 0,60 m dapat diabaikan. Untuk jalan
dengan klasifikasi 6/2 D, nilai pelebaran dikali 1,5, sedangkan untuk jalan 8/2 D
nilai pelebaran dikali 2,0.

g. Standar Bentuk Tikungan Berurutan

Ada dua macam standar bentuk tikungan berurutan:


a. Tikungan berurutan searah, yaitu dua atau lebih tikungan dengan arah
belokan yang sama tetapi dengan jari jari yang berbeda
b. Tikungan berurutan balik arah, yaitu dua atau lebih tikungan.

Penggunaan tikungan berurutan harus dipertimbangkan berdasarkan perbandingan R1


dan R2, dimana dapat ditetapkan bahwa R1 adalah jari-jari tikungan yang lebih besar.
Ketentuan untuk tikungan berurutan adalah sebagai berikut:
1. Setiap tikungan berurutan harus disisipi bagian lurus yang memiliki
2. kemiringan normal dengan ketentuan sebagai berikut:
 pada tikungan berurutan searah, panjang bagian lurus paling
tidak 20m
 pada tikungan berurutan balik arah panjang bagian lurus paling
tidak 30m
3. Jika R2/R1 > 2/3, maka tikungan berurutan searah harus dihindarkan
4. Jika R2/R1 < 2/3, maka tikungan berurutan balik arah harus
disisipkan bagian lurus atau bagian spiral (clothoide).
Gambar 4. 1 Tikungan berurutan searah yang harus dihindarkan

Gambar 4. 2 Tikungan berurutan balik arah yang harus dihindarka

Gambar 4.3 Tikungan berurutan balik arah dengan sisipan bagian


lurus minimum

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol,


2009)
5. Standar Bentuk Tikungan

Standar bentuk tikungan terdiri atas 3 (tiga) bentuk secara umum, yaitu:
a) Full Circle (FC), yaitu tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara
penuh. Tikungan ini memiliki satu titik pusat lingkaran dengan jari-jari yang
seragam.
b) Spiral-Circle-Spiral (SCS), yaitu tikungan yang terdiri dari 1 (satu)
lengkung lingkaran dan 2 (dua) lengkung spiral
c) Spiral-Spiral (SS), yaitu tikungan yang terdiri atas 2 (dua) lengkung spiral
d) Lengkung khusus, yaitu berupa tikungan majemuk yang memiliki
beberapa radius tikungan, yang dapat terdiri dari 3 (tiga) lengkung spiral
atau lebih.

Pemakaian dan penerapan bentuk tikungan harus mempertimbangkan kondisi


dan situasi lapangan yang direncanakan

Gambar 4. 4 Tikungan Full Cirle

Berdasarkan PDGJ 2021, terdapat 3 kondisi pada tikungan Full Circle, yaitu:

a. Jika e > 1% dan <+2% ata +3% (RC) nilai e dibulatkan menjadi +2% atau
+3%
Gambar 4. 5 Diagram Superelevasi Tikungan FC Kondisi 1

b. Jika e < 1% dan >-2% ata -3% (NC) nilai e dibulatkan menjadi -2% atau
-3%

Gambar 4.6 Diagram Superelevasi Full Circle Kondisi 2

c. Jika e > e normal dan < e max, nilai e menjadi e penuh

Gambar 4. 7 Diagram Superelevasi Tikungan FC Kondisi 3

Gambar 4. 8 Tikungan Spiral-Circle-Spiral

Jenis tikungan ini biasanya digunakan pada Radius (R) sedang dan sudut
tikungan (Δ) yang sedang
Berdasarkan PDGJ 2021, terdapat 2 tipe yang digunakan pada tikungan SCS,
yaitu:

a) Tipe perubahan superelevasi berada seluruhnya dalam lengkung peralihan:

Gambar 4. 9 Diagram Superelevasi Tikungan SCS Tipe 1


b) Tipe perubahan superelevasi yang diawali di bagian lurus

Gambar 4. 10 Diagram Superelevasi TIkungan SCS Tipe 2

Gambar 4. 11 Tikungan Spiral-Circle-Spiral


Berikut merupakan diagram superelevasi tikungan Spiral – Spiral (SS)

Gambar 4. 12 Diagram Superelevasi Tikungan SS

Tabel 4. 9 Jari-jari Tikungan yang Tidak Memerlukan Lengkung Peralihan

6. Panjang Tikungan
Panjang tikungan (Lt) dapat terdiri dari panjang busur lingkaran (Lc) dan
panjang dua lengkung spiral (Ls) atau beberapa lengkung spiral yang diukur
sepanjang sumbu jalan. Untuk menjamin kelancaran dan kemudahan
mengemudikan kendaraan pada saat menikung, maka panjang suatu tikungan
tidak kurang dari 6 detik perjalanan dengan VR. Panjang ini dapat
diperhitungkan berdasarkan VR atau ditetapkan berdasarkan Tabel 4.3
berikut:

Tabel 4. 10 Panjang Tikungan Minimum

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)

Keterangan:
- Pada tikungan full circle, nilai Ls = 0, sehingga Lt = Lc
- Pada tikungan spiral-spiral, nilai Lc = 0, sehingga Lt = 2 Ls

7. Jari-Jari Tikungan
Berdasarkan pertimbangan peningkatan jalan di kemudian hari, sebaiknya
dihindarkan perencanaan alinyemen horizontal jalan dengan menggunakan
radius minimum. Nilai radius minimum sebaiknya dijadikan nilai batas
sebagai petunjuk
dalam memilih radius untuk perencanaan. Jari-jari tikungan minimum (Rmin)
dapat ditetapkan dengan rumus:
2
Vr
Rmin =
127×(emax+ fmax)

Keterangan:

Rmin = jari-jari tikungan minimum (m)

VR = kecepatan rencana (km/jam)

Emax = superelevasi maksimum (%)

F = koefisien gesek maksimum

Besaran nilai koefisien gesek maksimum ditentukan dengan Tabel 4.11


berikut:
Tabel 4. 11 Koefisien Gesek Maksimum berdasarkan VR

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)


Hasil perhitungan Rmin ditampilkan pada Tabel 4.12 berikut :
Tabel 4. 12 Panjang Jari-jari Minimum (dibulatkan)

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)

Sebaiknya tidak menggunakan Rmin untuk memenuhi faktor kenyamanan.


Penggunaan Rmin hanya digunakan untuk kondisi medan jalan yang sulit
dan hanya di daerah perkotaan, maka diharuskan menggunakan R yang lebih
besar dari Rmin.
4.3. PROSES PERANCANGAN LENGKUNG HORIZONTAL
1. Proses Perancangan Tikungan

Gambar 4. 13 Alur Proses Perancangan Tikungan

2. Proses Pemilihan Jenis Tikungan

Gambar 4. 14 Alur Proses Pemilihan Jenis Tikungan


4.3. ANALISIS PERANCANGAN LENGKUNG HORIZONTAL
Perhitungan tikungan dilakukan terhadap trase yang terpilih, yaitu trase alternatif 1
dengan asumsi tikungan Spiral Circle Spiral (SCS) dan harus memenuhi persyaratan
pemilihan tikungan. Berikut perhitungan pada tikungan 1 dan 2.
Data Tikungan 1 (STA 0 + 750)
∆ = 44,55°
emax = 8%
enormal = 3%
Ltmin = 170 m
VR = 100 km/jam
Fmax = 0,116
1. Penentuan Jari-jari Minumum (Rmin)

V r2 100
Rmin = = = 401,7 𝑚 ≈ 400 m
127×(emax+ fmax) 127×(8 %+0,116)

Atau dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 4.6, untuk VR = 100 km/jam dan
emax = 8% maka Rmin = 400 m. Jari-jari tikungan lebih baik direncanakan lebih
besar daripada Rmin, sehingga dengan trial dan error, maka dipilih dan digunakan Rc=
600 m. Dengan demikian, berdasarkan PDGJ 2021 untuk kecepatan rencana 100
km/jam dengan Rc = 600 m didapatkan ed = 6,9%.(dari tabel Tabel 5-32. PDGJ)

(Sumber: Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009)


2. Pemilihan Tipe Tikungan
Perhitungan Panjang Lengkung peralihan (Ls)
a. Berdasarkan waktu tempuh (ditetapkan 2 detik).
VR 100
Ls = T= 2 = 55,5 m
3,6 3,6
b. Berdasarkan tingkat kelandaian melintang jalan
re max = 0,025 m/m/detik untuk VR = 100 km/jam
emax−emin 8−3
Vr 100
Ls = 100 = 100 = 55,5 m
3,6 ℜ 3,6 ×0,025
c. Berdasarkan gaya sentrifugal yang bekerja
0,0214 ×V R3 0,0214 ×1003
Ls = = = 29,72 m
Rc 600 × 1,2

w × n1 ×ed
- Ls = × bw

3,60× 2× 6,9 %
Ls = × 0,75%
0,44 %
Ls = 84,68 m

- Lsmin = √2 24 × Pmin × R
Lsmin = √2
24 × 0 ,2 ×6 00
Lsmin = 53,67 m

- Lsmax = √
2
24 × Pm ax × R
Lsmax = √2 24 ×1 ×6 00
Lsmax = 120 m
- Ls desain yang digunakan yaitu Ls = 110
d. Menentukan lc
Ls 360
- 𝜃𝑠= ×
2× Rc 2× π
120 360
𝜃𝑠= ×
2× 700 2× Π
𝜃𝑠 = 4,911°

- Δc = Δ-(2×θs)
Δc = 41,313° - (2×4,911°)
Δc = 31,491°
∆c
- Lc = ×2π×Rc
360
31,491
Lc = ×2π×700
360
Lc = 384,735 m
e. Perhitungan nilai pergeseran di tikungan (p)
Ls 2
P=
2× Rc
2
120
P=
2 4 ×700

P = 0,857 m
f. Menentukan batas nila e
emin= 1,5×en
emin = 1,5×3%
emin = 4,5%

g. Kesimpulan
Berdasarkan analisis tikungan 1 di atas diperoleh hasil:
Lc (384,735) > 25
P (0,857) > 0,25
e (6,3%) > 4,5%
Gambar 4.15 Sketsa Tikungan 1

Anda mungkin juga menyukai