Anda di halaman 1dari 13

Laporan Survey Topografi

LAPORAN
TOPOGRAFI / GEOMETRIK

1. UMUM

Yang dimaksud dengan geometrik ialah dimensi yang nyata dari suatu jalur
jalan raya beserta bagian – bagiannya yakni Alignemen Horisontal,
Alignemen Vertikal dan diagram super elevasi yang disesuaikan dengan
ketentuan atau parameter-parameter yang telah ditentukan oleh standart
bina marga dan kebutuhan dari pada sifat – sifat komposisi lalu lintas yang
harus dilayani oleh jalan yang direncanakan tersebut.

Yang dimaksud dengan topografi adalah kondisi atau situasi dari pada
lokasi jalan yang direncanakan. Pada pekerjaan jalan keadaan topografi ini
dibagi menjadi 3 golongan yaitu: Datar (D), Perbukitan (B) dan Pegunungan
(G). Pembagian golongan ini didasarkan atas besaran kemiringan atau
kelandaian yang telah ditentukan dalam standart yang telah dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

2. ALIGNEMENT HORISONTAL.

A. Umum.

1). Alignemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian


lengkung jalan (disebut juga tikungan).

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 1


Laporan Survey Topografi

2). Perencanaan geometrik pada bagian lengkung dimaksudkan


untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh
kendaraan yang berjalan pada kecepatan Vrencana.

3). Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang daerah bebas


samping jalan harus diperhitungkan.

B. Panjang Bagian Lurus

1). Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan,


ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang
maksimum bagian jalan yang lurus harus ditempuh dalam waktu
tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai Vr).

2). Panjang bagian lurus dapat ditetapkan sesuai dengan tabel


berikut:

Tabel Panjang Bagian Lurus Maksimum.

Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)


Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan

Arteri 3.000 2.500 2.000

Kolektor 2.000 1.750 1.500

C. Tikungan.

1). Bentuk bagian lengkung dapat berupa :


(1). Spiral – Circle – Spiral (SCS);
(2). Full - Circle (FC); dan
(3). Spiral – Spiral (SS).

2). Superelevasi

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 2


Laporan Survey Topografi

(1). Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang


ditikungan yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal
yang diterima kendaraan pada saat berjalan melalui
tikungan pada kecepatan VR.
(2). Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10 %.

3). Jari – jari Tikungan.


(1). Jari – jari tikungan minimum ( Rmin ) ditetapkan sebagai
berikut:

VR2
Rmin = --------------------------
127. ( emax. f )

di mana :
Rmin = Jari jari minimum ( m )
VR = Kecepatan Rencana ( Km/Jam )
emax = Superelevasi maksimum ( % )
f = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f = 0,14
s/d 0,24

(2). Untuk menetapkan Rmin dapat juga mempergunakan tabel


berikut.

Tabel Panjang Jari – jari Minimum.

VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jari-jari
Minimum 600 370 210 110 80 50 30 15
Rmin (m)

4). Lengkung Peralihan.

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 3


Laporan Survey Topografi

(1). Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di


antara bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari-
jari tetap (R), berfungsi mengantisipasi perubahan alinemen
jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian
lengkung jalan berjari-jari tetap (R) sehingga gaya sentrifugal
yang bekerja pada kendaraan saat berjalan ditikungan
berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan
mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan.
(2). Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral
(clothoid). Dalam tatacara ini digunakan bentuk spiral.
(3). Panjang Lengkung Peralihan (LS) ditetapkan atas
pertimbangan bahwa:
a). Lama waktu perjalanan dilengkung peralihan perlu
dibatasi untuk menghindarkankesan perubahan
alinemen yang mendadak, ditetapkan 3 detik (pada
kecepatanVR),
b). Gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat
diantisipasi berangsur – angsur pada lengkung
peralihan dengan aman,
c). Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (r e) dari
bentuk kelandaian normal ke kelandaian super elevasi
penuh tidak boleh melampaui r e max yang ditetapkan
sebagai berikut :
untuk VR ≤ 70 km/jam, re max = 0.035 m/m/dtk.
untuk VR ≥ 80 km/jam, re max = 0.025 m/m/dtk.
(4). Ls ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan diambil nilai
yang terbesar :
(a). Berdsarkan waktu tempuh maksimum di lengkung
peralihan.

VR
Ls = ---------- x T

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 4


Laporan Survey Topografi

3.6

Dimana : T = Waktu tempuh pada lengkung


peralihan, ditetapkan 3 detik.
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
(b). Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal,

V R3 VR . e
Ls = 0.022 x ---------x2.727 x ----------
R.C C
Dimana : e = Superelevasi
C= Perubahan percepatan, diambil 1 – 3
m / dt 3.
R= Jari jari busur lingkaran, m.
(c). Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan
kelandaian,

( em – en ) . VR
Ls = ----------------------
3.6 . re
Dimana : VR = Kecepatan rencana (km/jam),
em. = Superelevasi maksimum,
en = Superelevasi normal.
Re = Tingkat pencapaian perubahan
kemiringan melintang jalan
(m/m/detik).

(5). Selain menggunakan ketiga rumus tersebut diatas, untuk


tujuan praktis Ls dapat ditetapkan dengan menggunakan
tabel berikut :

Tabel Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan panjang pencapaian superelevasi (Lc)
untuk jalan 1 jalur – 2 lajur – 2 arah.

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 5


Laporan Survey Topografi

Superelevasi, e ( % )
VR
2 4 6 8 10
( km/jam)
Ls Lc Ls Lc Ls Lc Ls Lc Ls Lc

20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 100 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 110 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 - -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 - -

(6). Lengkung dengan R lebih besar atau sama dengan yang


ditunjukkan pada tabel dibawah ini tidak memerlukan
lengkung peralihan.

Tabel Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan.

VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20


R min (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60

5). Pencapaian superelevasi

(1). Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan


melintang normal pada bagian jalan yang lurus sampai
kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian lengkung.

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 6


Laporan Survey Topografi

(2). Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara


linier , diawali dari bentuk normal sampaia awal lengkung
peralihan (TS) yang berbentuk miring sebelah pada bagian
lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada
akhir bagian lengkung peralihan (SC).

(3). Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara


linier, diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai
bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 bagian panjang Ls.

(4). Pada tikungan S-S, pencapaian superelevasi seluruhnya


dilakukan pada bagian spiral.

D. Pelebaran Jalur Lalu Lintas di Tikungan


Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan
konsistensi geometrik jalan agar kondisi operasional lalu lintas di
tikungan sama dengan di bagian lurus.

Pelebaran jalan ditikungan mempertimbangkan :


(1). Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap
pada lajurnya.
(2). Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat kendaraan
melakukan gerakan melingkar. Dalam segala hal pelebaran
ditikungan harus memenuhi gerak perputaran kendaraan
rencana sedemikian sehingga proyeksi kendaraan tetap pada
lajurnya.
(3). Pelebaran pada tikunga ditentukan oleh radius belok
kendaraan rencana dan besarnyapun telah ditetapkan.

E. Tikungan gabungan

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 7


Laporan Survey Topografi

Ada dua macam tikungan gabungan, sebagai berikut :


(1). Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua atau lebih
tikungan dengan arah putaran yang sama tetapi dengan jari-jari
yang berbeda.
(2). Tikungan gabungan balik arah, yaitu gabungan dua tikungan
dengan arah putaran yang berbeda.

Penggunaan tikungan gabungan tergantung perbandingan R1 dan R2.


Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian
lurus di antara kedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 30
meter.

3. ALIGNEMENT VERTIKAL

A. Umum.

1). Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian
lengkung vertikal.
2). Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat
berupa landai positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan),
atau landao nol (datar).
3). Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau
lengkung cembung.
B. Landai Maksimum

1). Kelandaian Maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan


kendaran bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang
berarti.
2). Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang
bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan penurunan

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 8


Laporan Survey Topografi

kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus


menggunakan gigi rendah.
3). Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat
dilihat dalam tabel berikut.

VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 < 40

Kelandaian Max.
3 3 4 5 8 9 10 10
(%)

4). Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus


disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan
kecepatannya sedemikian sehingga penurunan kecepatan tidak
lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak
lebih dari satu menit.
5). Panjang kritis dapat ditetapkan seperti pada tabel berikut :

Kecepatan pada awal Kelandaian


Tanjakan (km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80

C. Lengkung Vertikal

1). Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang


mengalami perubahan kelandaian dengan tujuan :
(1) Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian; dan
(2) Menyediakan jarak pandang henti.
2). Lengkung vertikal dalam tata cara ini ditetapkan berbentuk
parabola sederhana.

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 9


Laporan Survey Topografi

(a) Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung
vertikal cembung panjangnya ditetapkan dengan rumus :

A.S2
L = ----------
405
(b) Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung
vertikal cekung, panjangnya ditetapkan dengan rumus :

405
L = 2 S ------------
A

3). Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan dengan rumus :

L=A.Y

S2
L = ----------
405
Dimana :
L = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan grade (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan,
didasarkan pada tinggi obyek 10 cm dan
tinggi mata 120 cm.

4). Nilai Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari, kenyamanan


dan penampilan Y ditentukan sesuai tabel berikut :

Tabel Penentuan faktor penampilan kenyamanan, Y

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 10


Laporan Survey Topografi

Kecepatan Rencana (km/jam) Faktor penampilan kenyamanan, Y

< 40 1.5
40 – 60 3
> 60 8

5). Panjang lengkung vertikal bisa ditentukan langsung sesuai dengan


tabel dibawah ini yang didasarkan pada penampilan, kenyamanan,
dan jarak pandang.

Tabel Panjang minimum Lengkung Vertikal

Kecepatan Rencana Perbedaan Kelandaian Panjang Lengkung


(km/jam) Memanjang ( % ) (m)
< 40 1 20 – 30
40 – 60 0.6 40 – 80
> 60 0.4 80 - 150

D. Lajur Pendakian

1). Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung truk – truk yang


bermuatan berat atau kendaraan lain yang berjalan lebih lambat dari
kendaraan lain pada umumnya, agar kendaraan – kendaraan lain
dapat mendahului kendaraan lambat tersebut tanpa harus
berpindah lajur arah berlawanan.
2). Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang mempunyai
kelandaian yang besar, menerus, dan volume lalu lintasnya relatif
padat.

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 11


Laporan Survey Topografi

3). Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan


sebagai berikut :
a). Disediakan pada jalan arteri atau kolektor,
b). Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR >
15.000 SMP/hari, dan persentase truk > 15 %.
4). Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.
5). Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian
dengan serongansepanjang 45 meter dan berakhir 50 meter sesudah
puncak kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter.
6). Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1.5 km.

E. Koordinasi alinemen.

1). Alinemen vertikal, alinemen horisontal, dan potongan melintang


jalan adalah elemen – elemen jalan sebagai keluaran perencanaan
harus dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu
bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi
mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman.
Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat
memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk
jalan yang akan dilalui di depannya sehingga pengemudi dapat
melakukan antisipasi lebih awal.
2). Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horisontal harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
(a). Alinemen horisontal sebaiknya berimpit dengan alinemen
vertikal, dan secara ideal alinemen horisontal lebih panjang
sedikit melingkupi alinemen vertikal,
(b). Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal
cekung atau pada bagian atas lengkungvertikal cembung harus
dihindarkan,
(c). Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus
dan panjang harus dihindarkan,

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 12


Laporan Survey Topografi

(d). Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung


horisontal harus dihindarkan, dan
(e). Tikungan yang tajam diantara 2 bagian jalan yang lurus dan
panjang harus dihindarkan.

4. L A M P I R A N.

Perencanaan Teknis Jalan Angandugume - Wabiragi 13

Anda mungkin juga menyukai