Anda di halaman 1dari 26

PETUNJUK PRAKTIKUM

HIDROLIKA

Disusun Oleh:
Tim Laboratorium Hidrolika
Universitas Gunadarma

LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 PINTU SORONG DAN AIR LONCAT (SLUICE GATE AND

HYDRAULIC JUMP)

1.1 PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.2 TUJUAN PERCOBAAN........................................................ 1

1.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN .................................... 2

1.4 TEORI DASAR DAN RUMUS ............................................. 3

1.4.1 Debit Aliran (Q) .............................................................. 3

1.4.2 Debit Teori pada Pintu Sorong ........................................ 4

1.4.3 Gaya yang Bekerja pada Pintu Sorong ............................ 5

1.4.4 Air Loncat (Hydraulic Jump) .......................................... 6

1.5 PROSEDUR PERCOBAAN .................................................. 7

1.5.1 Prosedur dengan Debit Tetap .......................................... 7

1.5.2 Prosedur dengan Debit Berubah ...................................... 10

1.6 PROSEDUR PERHITUNGAN ............................................. 12

1.6.1 Gaya yang Bekerja pada Pintu Sorong ............................ 12

1.6.2 Air Loncat (Hydraulic Jump) .......................................... 12

1.7 GRAFIK DAN KETERANGANNYA .................................. 13

1.7.1 Pintu Sorong .................................................................... 13

1.7.2 Air Loncat (Hydraulic Jump) .......................................... 14

ii
BAB 2 HYDRAULIC BENCH

2.1 PENDAHULUAN ................................................................... 15

2.2 TUJUAN PERCOBAAN........................................................ 15

2.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN .................................... 16

2.4 DASAR TEORI DAN RUMUS ............................................. 17

2.5 PROSEDUR PERCOBAAN .................................................. 18

2.6 PROSEDUR PERHITUNGAN ............................................ 19

2.7 GRAFIK DAN KETERANGAN ........................................... 22

2.7.1 Debit Tetap Beban Berubah ............................................ 22

2.7.2 Debit Berubah Beban Tetap ............................................ 23

iii
BAB 1

PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

(SLUICE GATE AND HYDRAULIC JUMP)

1.1 PENDAHULUAN

Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur bukaannya. Aliran setelah

pintu sorong mengalami perubahan kondisi dari subkritis menjadi superkritis.

Peristiwa yang terjadi pada hilir saluran disebut dengan hydraulic jump (loncatan

hidrolis).

Gambar 1.1 Profil Aliran pada Pintu Sorong dan Air Loncat

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan yang dilakukan pada percobaan pintu sorong dan air loncat adalah

sebagai berikut.

1. Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong.

2. Menentukan koefisien kecepatan (Cv) dan koefisien kontraksi (Cc).

1
3. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong meliputi gaya

dorong (Fg ) dan gaya hidrostatis (Fh).

4. Mengamati profil aliran air loncat.

5. Menghitung besarnya kehilangan energi akibat air loncat.

6. Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum.

1.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan pada percobaan pintu sorong dan air loncat

adalah sebagai berikut.

Gambar 1.2 Model Saluran Terbuka untuk Percobaan Pintu Sorong

Keterangan:

1. Pintu sorong, berfungsi untuk mengatur debit keluar dan mengukur tinggi

muka air.

2. Alat pengukur kedalaman, berfungsi untuk mengukur ketinggian muka

air.

3. Meteran, berfungsi untuk menghitung panjang saluran percobaan dari

titik nol saluran.

2
4. Venturimeter dan pipa manometer, berfungsi untuk mengukur laju aliran

fluida dan mengukur tekanan udara.

5. Sekat pengatur hilir, berfungsi untuk menciptakan air loncat dan

mengatur letak air loncat.

6. Penampung air, berfungsi untuk menampung air yang dialirkan oleh

pompa.

7. Generator dan Pompa air, berfungsi untuk mengalirkan air dari

penampung air sampai ke saluran terbuka.

1.4 TEORI DASAR DAN RUMUS

1.4.1 Debit Aliran (Q)

Pengukuran debit menggunakan venturimeter dengan menerapkan prinsip

kekekalan energi, impuls-momentum, kontinuitas (kekekalan massa), serta dengan

asumsi terjadi kehilangan energi, dapat diterapkan persamaan Bernoulli untuk

menghitung besar debit berdasarkan tinggi muka air sebelum dan saat kontraksi.

Besarnya debit aliran (Qa) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:


1
Qa = 64,0988× π × (ΔH 2 ) (cm3/s) (1.1)

Di mana:

Qa : Debit aliran (cm3/s)

∆H : Selisih tinggi raksa pada manometer (cm)

3
1.4.2 Debit Teori pada Pintu Sorong

Gambar1.3 Profil Aliran pada Pintu Sorong

Dengan memasukkan harga koefisien kecepatan (Cv) dan koefisien kontraksi (Cc),

maka dapat diperoleh debit teori (Qt):

b × y1 2 × g × y 0
Qt = (1.2)
y1
+1
y0

y1
Cc = (1.3)
yg

Qa
Cv = (1.4)
Qt

Di mana:

g : Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2

b : Lebar saluran (cm)

4
1.4.3 Gaya yang Bekerja pada Pintu Sorong

Gambar 1.4 Distribusi Gaya yang Bekerja pada Pintu

Gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong akibat tekanan hidrostatis

dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Fh = 0,5 × ρ × g × (y0 ‒ yg)2 (1.5)

h = y0 ‒ yg

Sedangkan gaya dorong lainnya yang bekerja pada pintu sorong dapat dihitung

dengan rumus:

  y02   ρ × Q a 2  y1 
= 0,5 × ρ × g × y 1 . 2 − 1 −  2
 1 − 
2
Fg (1.6)
  y1   b × y 1  y0 

Di mana:

g : Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2

b : Lebar saluran (cm)

ρ : Massa jenis (g/cm3)

5
1.4.4 Air Loncat (Hydraulic Jump)

1. Bilangan Froude dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

v
Fra = (1.7)
g× y

Di mana:

v :Kecepatan aliran

y :Tinggi aliran

2. Kedalaman di hulu (ya) dan hilir (yb) air loncat memiliki hubungan sebagai

berikut:

yb 1 
=
ya 2 
 (
1+8×Fra 2 -1
 ) (1.8)

Di mana:

Fra = Bilangan Froude di hulu air loncat (titik a)

3. Energi Spesifik

Energi spesifik dalam suatu penampang saluran dinyatakan sebagai energi

air persatuan berat pada setiap penampang saluran yang diperhitungkan

terhadap dasar saluran. Saluran dengan kemiringan kecil dan tidak ada

kemiringan dalam aliran airnya (α=1), maka energi spesifik dapat dihitung

dengan rumus:

Q2
E =y + (1.9)
2gA 2

Di mana:

E: Energi spesifik pada suatu titik tinjau (cm)

6
y: Kedalaman air dititik ditinjau (cm)

Q: Debit aliran (cm3/s)

g : Percepatan gravitasi (cm2/s)

A: Luas permukaan basah (cm2)

4. Kehilangan Energi

Kehilangan energi dapat dihitung dengan rumus:

(y b − y a ) 3
Δh = (1.10)
4× ya × y b

Di mana:

Δh : Kehilangan Energi (cm)

ya : Tinggi muka air sebelum air loncat (cm)

yb : Tinggi muka air setelah air loncat (cm)

1.5 PROSEDUR PERCOBAAN

1.5.1 Prosedur dengan Debit Tetap

1. Pasang pintu sorong pada posisi yang telah ditentukan (x2) dalam model

saluran terbuka.

2. Pintu sorong dikalibrasikan dahulu pada titik nol terhadap dasar saluran.

3. Siapkan alat pengukur kedalaman dan kalibrasikan venturimeter.

4. Atur kedudukan bukaan pintu sorong, kemudian tentukan pada interval

berapa profil air loncat masih cukup baik.

5. Alirkan air dengan debit tertentu yang memungkinkan terjadinya jenis

aliran yang diinginkan.

6. Setelah aliran stabil, ukur dan catat yo, yg, y1, y2, ya, xa, yb, dan xb.
7
Keterangan:

yo : Tinggi muka air di hulu pintu sorong

yg : Tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran

y1 : Tinggi muka air terendah di hilir pintu sorong

y2 : Tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong

ya : Tinggi muka air tepat sebelum air loncat

yb : Tinggi muka air tepat setelah air loncat

xa : Kedudukan horizontal titik ya dari titik nol saluran

xb : Kedudukan horizontal titik yb dari titik nol saluran

7. Ulangi percobaan No.4 sampai No.6 sebanyak empat kali dengan

mengubah tinggi bukaan pintu sorong tanpa mengubah debit.

8
LABORATORIUM HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan Ciracas Jakarta Timur

PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

Debit Tetap, Yg Berubah ΔH = H2 ‒ H1 ‒ Koreksi


Data: =
b = cm = cm
Koreksi = H2 ‒ H1
=
= cm
Tabel 1.1 Data Pintu Sorong Debit Tetap Yg Berubah
Pintu Sorong Air Loncat
No. Yg Y0 Y1 Y2 Xa Ya Xb Yb
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1. 0,600
2. 0,800
3. 1,000

9
1.5.2 Prosedur dengan Debit Berubah

1. Tentukan tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran (yg tetap).

2. Alirkan air dengan debit yang memungkinkan terjadinya aliran yang

diinginkan.

3. Setelah aliran stabil, ukur dan catat yo, yg, y1, y2, ya, xa, yb dan xb.

Ulangi percobaan sebanyak empat kali dengan mengubah debit aliran


yang besarnya berbeda.

10
LABORATORIUM HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan Ciracas Jakarta Timur

PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

Debit Berubah, Yg Tetap ΔH = H2 ‒ H1 ‒ Koreksi


Data: =
b = cm = cm
Koreksi = H2 ‒ H1
=
= cm
Tabel 1.2 Data Pintu Sorong Debit Berubah Yg Tetap
Manometer Pintu Sorong Air Loncat
No. H1 H2 ΔH Yg Y0 Y1 Y2 Xa Ya Xb Yb
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1.
2.
3.

11
1.6 PROSEDUR PERHITUNGAN

1.6.1 Gaya yang Bekerja pada Pintu Sorong

1. Hitung besarnya debit yang mengalir (Q) dengan menggunakan rumus

(2.1).

2. Hitung nilai koefisien kontraksi (Cc) dengan menggunakan rumus (1.3).

3. Hitung nilai koefisien kecepatan (Cv) dengan menggunakan rumus (1.4).

4. Hitung nilai Fg dan Fh dengan menggunakan rumus (1.5) dan (1.6).

1.6.2 Air Loncat (Hydraulic Jump)

1. Hitung besarnya debit yang mengalir (Q) dengan menggunakan rumus

(2.1).

2. Hitung nilai bilangan Froude pada bagian hulu air loncat (Fra) dengan

menggunakan rumus (1.7).

3. Hitung nilai yb/ya teoritis dengan menggunakan rumus (1.8).

4. Hitung besarnya kehilangan energi (ΔH) dengan menggunakan rumus

(1.10).

5. Menentukan kedalaman kritis (yc) dan energi minimum (Em).

12
1.7 GRAFIK DAN KETERANGANNYA

1.7.1 Pintu Sorong

1. Cc vs yg/y0

a. Grafik ini digunakan untuk menentukan pada perbandingan yg/y0

berapa akan dihasilkan nilai Cc yang maksimum dan minimum.

b. Menggunakan trendline polynomial pangkat 3 supaya dapat terlihat

nilai Cc yang maksimum dan minimum.

2. Cv vs yg/y0

a. Grafik ini digunakan untuk menentukan pada perbandingan yg/y0

berapa akan dihasilkan nilai Cv yang maksimum dan minimum

b. Menggunakan trendline polynomial pangkat 3 supaya dapat terlihat

nilai Cv yang maksimum dan minimum.

3. Fg/Fh vs yg/y0

a. Grafik ini digunakan untuk menunjukkan pengaruh bukaan pintu

sorong terhadap ketahanan pintu sorong (Fg) dan gaya hidrostatis (Fh).

Idealnya, perbandingan nilai Fg dengan nilai Fh adalah 1.

b. Menggunakan trendline regresi linear dengan set intercept = 1. Hal

ini dilakukan untuk dapat melihat perbandingan nilai Fg dan Fh pada

saat pintu sorong ditutup penuh (yg = 0).

13
1.7.2 Air Loncat (Hydraulic Jump)

1. (yb/ya)ukur vs (yb/ya)teori

a. Grafik ini digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai

tinggi muka air sebelum dan sesudah air loncat yang didapat dari teori

dengan nilai yang didapat dari percobaan.

b. Menggunakan regresi linear dengan set intercept = 0. Persamaan ideal

dalam grafik ini adalah y = x.

2. L/yb vs Fra

a. Grafik ini digunakan untuk menentukan panjang perkerasan pada

bagian saluran yang mengalami gerusan dengan melihat nilai bilangan

Froude.

b. Menggambarkan data pada grafik ini dengan smooth lines.

3. y vs E

a. Grafik ini digunakan untuk melihat bahwa suatu harga E tertentu,

terdapat dua nilai y. Kedalaman kritis dapat dilihat pada nilai E yang

hanya terdapat pada satu kedalaman.

b. Menggambarkan data pada grafik ini dengan smooth lines.

14
BAB 2

HYDRAULIC BENCH

2.1 PENDAHULUAN

Prinsip yang digunakan pada alat hydraulic bench ini adalah prinsip tuas

keseimbangan. Prinsip kerja hydraulic bench menggunakan beban untuk mengukur

debit yang dihasilkan (debit aktual) dan juga menghitung waktu yang diperlukan oleh

debit dari awal aliran hingga tuas pada keadaan akan terangkat. Hydraulic Bench

digunakan untuk mengukur debit hasil pengukuran dalam percobaan (debit aktual).

Hydraulic bench dilengkapi dengan tuas yang berbentuk seperti jungkat-jungkit. Tuas

tersebut menghubungkan beban dengan bak penampungan debit air. Tuas tersebut

dapat bergerak naik-turun berdasarkan massa beban dan debit yang mengalir.

2.2 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan yang dilakukan pada percobaan hydraulic bench adalah sebagai

berikut.

1. Memahami cara kerja hydraulic bench.

2. Mengukur debit aktual (Qaktual) pada aliran fluida dengan menggunakan

prinsip kerja hydraulic bench.

15
3. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi debit air dengan menggunakan

hydraulic bench.

2.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

5
5
4
5
3 1
5 5

6 2
2

5 5

Gambar 2.1 Bagian-bagian Hydraulic Bench

Keterangan:

1. Pelat beban

2. Measuring tank

3. Power cut off switch

4. Weight beam stop

5. Pipa air

6. Drain valve

16
2.4 DASAR TEORI DAN RUMUS

Hydraulic bench adalah alat yang digunakan untuk mengukur debit yang

dihasilkan pada percobaan (debit aktual), di mana debit aktual akan bernilai lebih kecil

dibanding debit teoritis. Faktor yang memengaruhi nilai debit aktual yang lebih kecil

diantaranya head loss, gesekan antara fluida dengan pipa, viskositas suatu fluida, dan

sebagainya. Hydraulic bench dilengkapi dengan tuas yang menghubungkan beban

dengan bak penampungan debit air.

Debit aktual dapat diperoleh menggunakan rumus:

2M beban
Qaktual = (2.1)
ρair ×t rata-rata

Vair = Qaktual x trata-rata (2.2)

Keterangan:

Qaktual : Debit air (cm3/s)

ρair : Massa jenis air (kg/m3)

Mbeban : Massa beban (kg)

Vair : Volume air (cm3)

trata-rata : Waktu rata-rata yang diperlukan saat tuas akan bergerak naik (s)

Measuring tank dan weight beam dihubungkan dengan lengan sepanjang l,

titik pusat diletakkan sejauh 2/3 dari weight beam dan 1/3 dari measuring tank. Maka

dengan prinsip jungkat-jungkit besarnya massa air adalah 2 kali massa beban.

Massa jenis air menjadi salah satu hal yang memengaruhi nilai debit. Massa

jenis air didefinisikan sebagai perbandingan antara massa zat cair tiap satuan volume

17
pada temperatur dan tekanan tertentu. Pada suhu 4˚C dan tekanan atmosfer, nilai rapat

massa sebesar 1000 kg/m3. Nilai tersebut akan berubah sesuai dengan suhu air tersebut.

Tabel 2. 1 Hubungan Suhu dengan Massa Jenis Air


Suhu (0C) Massa Jenis  (kg/m3)
0 999,90
5 1.000,00
10 999,70
20 998,20
30 995,70
40 992,20
50 988,10
60 983,20
70 977,80
80 971,80
90 965,30
100 958,40

2.5 PROSEDUR PERCOBAAN


1. Isi bak hydraulic bench dengan air hingga batas tertentu.

2. Catat suhu air sebelum percobaan (suhu awal) pada bak

3. Pastikan measuring tank benar-benar dalam keadaan kosong dan pompa

dalam keadaan tertutup.

4. Pasang selang.

5. Pasang dan pastikan beban dalam keadaan seimbang dengan measuring tank.

6. Pompa dinyalakan dengan debit tertentu sesuai dengan yang diinginkan.

7. Siapkan stopwatch, kemudian mulai masukkan air dari selang ke dalam

measuring tank bersamaan dengan dinyalakan stopwatch. Matikan stopwatch

apabila posisi bak yang sudah terisi seimbang terhadap beban.


18
8. Catat waktu yang terdapat di stopwatch serta ulangi percobaan sebanyak tiga

kali.

9. Lakukan percobaan dengan debit tetap beban berubah dan sebaliknya

sebanyak tiga kali dan mencatat hasilnya pada form data.

10. Catat suhu air setelah percobaan (suhu akhir) pada bak untuk tiap percobaan.

19
LABORATORIUM HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan Ciracas Jakarta Timur

HYDRAULICH BENCH

Data Hydraulich Bench Beban Berubah, Debit Tetap

Suhu sebelum praktikum = ᵒC

Suhu setelah praktikum = ᵒC

Tabel 2.2 Data Hydraulic Bench Beban Berubah Debit Tetap


t
Massa
No. (detik)
(kg)
1 2 3

1.

2.

3.

20
LABORATORIUM HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan Ciracas Jakarta Timur

HYDRAULICH BENCH

Data Hydraulich Bench Beban Tetap, Debit Berubah

Suhu sebelum praktikum = ᵒC

Suhu setelah praktikum = ᵒC

Tabel 2.3 Data Hydraulic Bench Beban Tetap Debit Berubah


t
Massa
No. (detik)
(kg)
1 2 3

1.

2.

3.

21
2.6 PROSEDUR PERHITUNGAN

1. Hitung besarnya massa jenis air dengan menggunakan cara interpolasi dari

Tabel 2.1.

2. Hitung besarnya debit aktual dengan menggunakan rumus (2.1).

3. Hitung besarnya volume air pada measuring tank dengan menggunakan

rumus (2.2)

2.7 GRAFIK DAN KETERANGAN

2.7.1 Debit Tetap Beban Berubah

1. Waktu vs Beban (t vs M)

a. Grafik ini bertujuan untuk melihat hubungan waktu untuk mengisi

measuring tank dengan massa beban.

b. Menggunakan regresi linear.

2. Volume vs Beban (V vs M)

a. Grafik ini bertujuan untuk melihat hubungan massa beban dengan

volume air pada measuring tank.

b. Menggunakan regresi linear.

3. Volume vs Waktu (V vs t)

a. Grafik ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan volume (V) terhadap

waktu (t) pengisian air dalam measuring tank.

b. Menggunakan regresi linear.

22
2.7.2 Debit Berubah Beban Tetap

1. Waktu vs Debit (t vs Q)

a. Grafik ini bertujuan untuk melihat hubungan waktu dengan debit air

untuk mengisi measuring tank. Hasil tersebut harus sesuai dengan

persamaan V = Q  t .

b. Menggunakan regresi linear.

2. Debit vs Volume (Q vs V)

a. Grafik ini bertujuan untuk melihat hubungan debit dengan volume air

pada measuring tank. Hasil tersebut harus sesuai dengan persamaan

V = Q t .

b. Menggunakan regresi linear dengan set intercept = 0.

3. Volume vs Waktu (V vs t)

a. Grafik ini bertujuan untuk melihat hubungan volume air pada measuring

tank dengan waktu untuk mengisi measuring tank. Hasil tersebut harus

sesuai dengan persamaan V = Q  t

b. Menggunakan regresi linear.

23

Anda mungkin juga menyukai