INDONESIA
Modul 4
MEMBACA UNTUK MENULIS
Tatap Muka
04
Kode Matakuliah : 00212001
Disusun oleh : Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
B. Tujuan Membaca
Tujuan membaca menurut Anderson dalam Alex A dan Achmad H.P. (2010: 76) adalah:
1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang dilakukan
oleh sang tokoh.
2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik,
masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh,
dan merangkum hal-hal yang dilakukan.
3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, dan untuk mengetahui urutan atau
susunan organisasi cerita.
4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan
seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada
para pembaca, dan kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
gagal, Ini disebut membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi.
5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar
mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar
Lebih lanjut berikut pendapat Waples dalam Nurhadi, yang menyampaikan bahwa
tujuan membaca adalah:
(1) mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah;
(2) mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar mendapat rasa lebih;
(3) bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya;
(4) memperkuat nilai pribadi atau keyakinan;
(5) mengganti pengalaman estetika yang sudah usang;
(6) menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu.
C. Jenis-jenis Membaca
Dari aspek kegiatannya, membaca dibagi menjadi lima macam, yakni:
1. Membaca Keras
D. Proses Membaca
Menurut beberapa ahli ada beberapa model pemahaman proses membaca, di
antaranya model bottom-up, top-down, dan model interaktif. Model botton-up
menganggap bahwa pemahaman proses membaca sebagai proses decoding yaitu
menerjemahkan simbol-simbol tulis menjadi simbol-simbol bunyi. Pendapat itu menurut
Harjasujana (1986: 34) sama dengan pendapat Flesch (1955) yang mengatakan bahwa
membaca berarti mencari makna yang ada dalam kombinasi huruf-huruf tertentu. Begitu
juga menurut pendapat Fries (dalam Harjasujana, 1986:34) bahwa membaca sebagai
kegiatan yang mengembangkan kebiasaan-kebiasaan merespon pada seperangkat pola
yang terdiri atas lambang-lambang grafis. Pendapat-pendapat di atas ternyata ditentang
oleh Goodman (dalam Cox, 1998: 270) yang menyatakan bahwa membaca sebagai
proses interaksi yang menyangkut sebuah transaksi antara teks dan pembaca. Pembaca
yang sudah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian
menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan,
membaca seperti itu disebut model top-down.
Kedua pendapat yang menyatakan model bottom-up dan model top-down akhirnya
dipersatukan oleh Rumelhart dengan nama model interaktif. Rumelhart (dalam Harris dan
Sipay, 1980: 8) menyatukan dua pendapat itu dengan alasan bahwa proses belajar
membaca permulaan bergantung pada informasi grafis dan pengetahuan yang berada
dalam skemata. Membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi
dinamis di antara pengetahuan pembaca yang telah ada dan informasi itu telah dinyatakan
oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca.
Burns, dkk. (1996: 6) menyatakan bahwa aktivitas membaca terdiri atas dua bagian,
yaitu proses membaca dan produk membaca. Dalam proses membaca ada sembilan
aspek yang jika berpadu dan berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan komunikasi
yang baik antara pembaca dan penulis. Komunikasi antara pembaca dan penulis itu
berasal dari pengkonstruksian makna yang dituangkan dalam teks dengan pengetahuan
2023 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.undira.ac.id
yang dimiliki sebelumnya. Lebih lanjut Burns, dkk. (1996: 8) mengemukakan sembilan
proses membaca tersebut yaitu: (1) mengamati simbol-simbol tulisan, (2)
menginterprestasikan apa yang diamati, (3) mengikuti urutan yang bersifat linier baris
kata-kata yang tertulis, (4) menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dipunyai, (5) membuat referensi dan evaluasi
materi yang dibaca, (6) mengingat apa yang dipelajari sebelumnya dan memasukkan
gagasan-gagasan dan fakta-fakta baru, (7) membangun asosiasi, (8) menyikapi secara
personal kegiatan/tugas membaca sesuai dengan interesnya, (9) mengumpulkan serta
menata semua tanggapan indera untuk memahami materi yang dibaca.
E. Periode Membaca
1. Prabaca
Menurut Burns, dkk. (1996: 224) siswa akan terdorong memahami keseluruhan
materi jika para guru membiasakan kegiatan membaca dengan aktivitas prabaca,
saatbaca, dan pascabaca. Tahap-tahap membaca itu tidak sama prosedurnya. Tahap
prabaca berbeda dengan tahap saat-baca dan pascabaca, sebab tahap-tahap itu
memerlukan teknik pembelajaran yang berbeda pula.
Aktivitas pada tahap prabaca sangat berguna bagi mahasiswa untuk
membangkitkan pengetahuan sebelumnya. Aktivitas tersebut menurut Burns, dkk.
(1996: 224) bisa berupa membuat prediksi tentang isi bacaan, dan menyusun
pertanyaan tujuan. Adapun Moore (1991: 22) menyarankan kepada siswa agar pada
prabaca, siswa menganalisis judul bab, subjudul, gambar, pendahuluan yang
dilanjutkan dengan menyusun pertanyaan. Leo (1994:5) mempertegas pendapat
Moore bahwa sebelum kegiatan membaca, siswa mensurve judul bab supaya bisa
mengembangkan membaca secara efektif, dan bisa mengatur waktunya secara
fleksibel.
2. Saat-baca
Aktivitas pada tahap saat-baca merupakan kegiatan setelah prabaca. Kegiatan
ini dilakukan siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dari kegiatan membaca teks
bacaan. Dalam membaca tersebut, siswa akan berusaha secara maksimal memahami
teks bacaan dengan berbagai strategi. Burns, dkk. (1996:229-236) mengemukakan
beberapa strategi dan aktivitas yang dapat digunakan pada saat-baca untuk
meningkatkan pemahaman tersebut. Strategi dan aktivitas yang dimaksud meliputi
strategi matakognitif, prosedur cloes dan pertanyaan penuntun. Sedangkan Leo
(1994:8) lebih menekankan pada kegiatan membaca dengan cara menandai bagian-
bagian yang dianggap penting dan atau membuat ikhtisar bacaan tersebut.
c.
K
(60) B = ...Kpm
Wd SI
Keterangan:
K = Jumlah kata yang dibaca
Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit
Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Cet. Ke-XVIII. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
Kuntarto, Niknik M. 2007. Cermat dalam Barbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra
Wahana Media.
Nasucha, Yakub dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Media Perkasa.
Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembang
Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahardi, R. Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.