Anda di halaman 1dari 765

KATA PENGANTAR

Membaca merupakan salah satu aspek berbahasa yang sangat bermanfaat.


Ketermpilan berbahasa terdiri atas keterampilan, yaitu menyimak, berbicara dan
menulis. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin
kompleks. Keeempat keterampilan berbahasa tersebut saling mempengaruhi dan
menjadi satu kesatuan disebut catur tunggal. Membaca merupakan keterampilan
berbahasa yang bersifat aktif-reseptif, yaitu memperoleh informasi hingga
mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Secara hakikat, ruang lingkup kajian
membaca meliputi empat hal, yaitu pengertian, tujuan, manfaat, dan aspek
membaca.
Dalam buku ini dikaji mengenai hakikat membaca, pendekatan dalam teori
dan model membaca, serta proses dan model membaca. Hal ini dilakukan unntuk
menampung berbagai keperluan membaca dan berbagai tingkat kemampuan baca
sehingga semua pembaca dapat memanfaatkan buku ini untuk dapat membaca
secara efektif dan efisien.
Saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat
diharapkan sebab buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada semua pihak yang telah berjasa atas penyusunan buku ini.

Semarang,
April 2012
penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

BAB II HAKIKAT MEMBACA

BAB III PENDEKATAN DALAM TEORI DAN MODEL MEMBACA

BAB IV PROSES DAN MODEL MEMBACA

BAB V KETERBACAAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendekatan yang Mewarnai

Apa pendekatan itu? Dalam pembelajaran, pengertian pendekatan sering

kali disamakan atau disinonimkan dengan pengertian metode dan pengertian

metode disinonimkan dengan teknik. Sebenarnya ketiga istilah tersebut adalah

3
berbeda, hanya saja perbedaannya tidak terlalu jelas jika kita kurang cermat dalam

menggunakan istilah-istilah tersebut. Oleh karenanya, dalam pemakaian ketiga

istilah itu terjadi tumpang tindih. Ketumpangtindihan terjadi pada tataran persepsi

dan tataran produksi.

Untuk mengatasi ketumpangtindihan itu, Antony (dalam Subiyakto 1993:8)

membedakan istilah pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan (approach)

adalah tingkat asumsi atau pendirian mengenai bahasa dan pembelajaran bahasa

(termasuk keterampilan berbahasa). Atau bisa dikatakan bahwa pendekatan

merupakan falsafah tentang pembelajaran bahasa dan keterampilan berbahasa.

Pendekatan mengacu pada tesis, asumsi, dan paramater yang diturunkan dari

teori-teori tertentu yang kebenarannya sudah diuji sehingga tidak perlu diragukan

lagi. Pendekatan mempunyai sifat aksiomatis.

Metode (method) merupakan tingkat penerapan teori-teori yang ada pada

tingkat pendekatan. Penerapan dilakukan dengan cara melakukan pemilihan

keterampilan khusus yang akan dibelajarkan, materi yang harus diajarkan, dan

sistematika urutannya. Metode mengacu pada pengertian tahap-tahap secara

prosedural dalam mengolah kegiatan belajar mengajar bahasa yang dimulai dari

merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi. Penerapan metode harus

sesuai atau relevan dengan pendekatan yang dipilih karena metode merupakan

penerapan dari pendekatan.

Teknik (technique) merupakan implementasi dari metode dalam kegiatan

belajar mengajar. Teknik bersifat implementasional, individual, dan situasional.

Teknik mengacu pada siasat guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,

4
baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar, teknik

merupakan siasat yang digunakan guru dalam melaksanakan fungsinya dengan

tujuan memperoleh hasil yang optimal. Teknik ditentukan berdasarkan metode

yang digunakan.

Tujuan Membaca

Tujuan membaca dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup sis dn memahami makna bacaan. Anderson (dalam Tarigan

1987:9) mengemukakan beberapa tujuan membaca yaitu :

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang

telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus,

atau untuk memcahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian

atau fakta-fakta (reading detail’s or fact) .

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau

dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang

tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut untuk

memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Membaca untukamenemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga atau

seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatau masalah, adegan-

adegan dan kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui

urutan atau organisasi cerita (reading for squance of organization).

5
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan cara itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang

kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas apa yang

dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut

membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak

wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita

itu benar-benar atau tidak. Ini disebut membaca untuk menemukan serta

mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh,

apa yang lucu dalam ceita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar, ini

disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah ingin berbuat seperti yang ingin diperbuat

sang tokoh, atau bekerja seperti sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini

disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua

cerita mempunyai persamaan, bagaimana tokoh yang menyerupai pembaca.

Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan

(reading to compare or contrast).

Nurhadi (2004:14) mengemukakan bermacam-macamvariasi tujuan

membaca, yaitu :

6
a. Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah)

b. Membaca untuk menagkap garis besar bacaan

c. Membaca untuk tujuan menagkap garis besar bacaan

d. Membaca untuk menikmati karya sastra

e. Membaca untuk mengisi waktu luang

f. Membaca untuk mencari keterngan tentang suatu istilah ini disebut membaca

untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or

contrast) Anderson dalam Tarigan (1994:9-10).

Berbeda dengan pendapat Tarigan dan Anderson di atas, Mulyati (1998:55)

menyebutkan bahwa pada dasarnya, tujuan membaca ialah mamahami apa yang

dibaca/isi bacaan, selain memahami masalah atau topiknya, selanjutnya

memahami mengapa, siapa, bagaimana, kapan, dan dimana terjadi suatu peristiwa.

Secara lebih khusus mulyati, masih dari sumber yang sama beliau

menyebutkan bahwa tujuan membaca ada empat macam, yaitu :

1) Untuk mengisis waktu luang;

2) Untuk mencari hiburan;

3) Untuk kepentingan studi ;

4) Untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;

Sementara itu Supriyadi (1996:128) memberikan tambahan atas tujuan

membaca yang dikemukakakn oleh Mulyati. Menrut beliau membaca dilakukan

seseorang dengan tujuan sebagai berikut.

1) Untuk mengisis waktu luang;

7
2) Untuk mencari hiburan;

3) Untuk kepentingan studi ;

4) Untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;

5) Memperkaya perbendaharaan kosa kata;

6) Memupuk perkembangan keharuan dan keindahan;

Tujuan orang membaca menurut Subyakto dan Nababan (1993:164) adalah :

a Untuk mengerti atau memahami isi atau pesen yang terkandung dalam suatu

bacaan seefisien mungkin;

b Untuk mencari informasi yang: kognitif dan intelektual, yakni digunakan

seseorang untuk menambah keilmiahhannya sendiri; referensial dan faktual,

yakni yang digunakan seseorang untuk menegetahui fakta-fakta yang nyata di

dunia ini; aktif dan emisional, yakni yang digunakan seseorang untuk

mencarai kenikmatan dalam membaca.

Sedangkan tujuan membaca menurut Widyamurta (1992:140) adalah

membuat seseorang menjadi arif dengan alasan :

a Dengan membaca orang akan menjadi luas cakrawala hidupnya;

b Dengan membaca buku, pembaca dibawa dalam dunia pikiran dan renungan;

c Dengan membaca orang menjadi memesona dan merasa nikmat dalam tutur

katanya

Dari beberpa tujuan membaca di atas, yang dimaksud tujuan membaca dalam

penelitaian ini adalah untuk kepentingan studi, untuk mencari informasi dan

menambah pengetahuan, memperkaya perbendaharaan kosa kata, dan untuk

memahami makna bacaan.

8
Demikian adalah beberapa hal tentang tujuan seseorang melakukan aktifitas

membaca.

Manfaat Membaca

Suatu teori membaca mempunyai nilai dan fungsi tersendiri dalam studi

dan pengajarannya. Pertama, suatu teori membaca dalam kelebuhan atau

kekurangannya banyak sekali membantu pihak-pihak yang bermaksud

mempelajari masalah membaca dan pengajarannya memperoleh gambaran tentang

apa yang disebut membaca. Atau setidak-tidaknya mereka memiliki suatu konsep

tentang membaca yang tentunya akan memudahkan mereka untuk berbicara lebih

banyak lagi tentang membaca itu. Kedua, khusus bagi pengajaran pembuna

membaca, suatu teori tentang membaca sangat diperlukannya dalam membaca dan

melaksanakan tugas-tugasnya membina siswa dalam membaca. Berdasrkan teori

membaca yang akan dilaksanakan, menyususn macam-macam programnya, dan

mengarahkan kegiatan belajar-mengajarnya dalam rangka mencapai tujuan yang

akan dicapainya. Ketiga, mereka yang bermaksud melakukan suatu penelitian

tertentu mengenai masalah membaca dan pengajarannya, suatu teori membaca

tertentu mutlak dibutuhkan. Teori membaca ini mesalnya diperlukan sebagai

kerangka acuan kerja, sebagai dasar pembatasan masalah, dan sebagai nalar

pemusatan penelitiannya.

9
Pendekatan Membaca

A. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini meliputi macam–macam metodoloagi pendekatan yang

semuanya berangkat dari suatu konsepsi tentang membaca dan berkesudahan

dengan satu model tertentu tentang prose membaca.

Tokoh dalam pendekatan ini adalah Kennet s godman. Ia menyatakan bahwa

membaca pada hakekatnya merupakn proses komunikasi yaitu antara pembaca

dengan tuturan tertulis yang dibacanya. Hal tersebut melatar belakangi pendekatan

konseptual.

B. Pendekatan Empirikal

Pendekatan ini mencakup bermacam–macam pendekatan yang bertolak dari

pengalaman serta penghayatan proses membaca., baik dari penyusunan teori itu

sendiri maupun orang lain yang dijadikan banyak penelitian.

Teori yang memandang membaca sebagai proses berpikir sebagai seperangkat

keterampilan membaca sebagai prose mempersepsi, sebagai kegiatan visual, dan

membaca sebagai pengalaman bahasa.

Teori yang pertama yaitu teori yang memandang membaca sebagai proses

berpikir, dirintis pengembanganny oleh Edward L Thorndike.

10
Teori kedua yang berdasarkan pendekatan empirikal adalah teori yang

memandang prose membaca sebagai penerapan keterampilan.

C. Pendekatan Eksperimental

Pendekatan eksperimental meliputi bermacam - macam studi dan penelitian

yang dilaksanakan dengan eksperimental untuk mengkaji bagaimana pemahaman

berlangsung pendekatan eksperimental dibagi menjadi dua yaitu :

a. Eksperimental Pemahaman

Eksperiomental tentang masalah pemahaman dalam prose membaca yang telah

dilakukan selama ini banyak sekali jumlah dan jenisnya.Beberapa penemuannya

dapat digunakan untuk kepentingan pengajaran membaca sebagai proses ata

kiegiatan menangkap makna dari bacaan.

b. Kemampuan Intelektual

Jenis kemampuan intelektual :

1. menarik kesimpulan tentang isi baAcaan

2. mengingat makna kata

3. mengikuti struktur bacaan

4. menangkap maksud dan tujuan isi bacaan

11
Pendekatan yang melatar belakangi teori membaca ada tiga, yaitu

pendekatan konseptual, empirical, dan pendekatan eksperimental.

Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini meliputi macam-macam metodologi pendekatan yang

kesemuanya berangkat dari satu konsepsi tentang membacadan berkesudahan

dengan suatu model tertentu tentang proses membaca. Tokoh dalam pendekatan

ini adalah Kenneth S. Godman. Ia menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya

merupakan proses komunikasi, yaitu komunikasi antara pembaca dengan tuturan

tertulisyang dibacanya. Hal tersebut merupakna yang melatarbelakangi

pendekatan konseptual.

Menurut Godman untuk memahami proses diperlukan suatu pengertian

dasar tentang membaca. Kerengka berpikir Godman dalam menemukan

pengertian dasar membaca agar dapat digunakan sebagai berikut, yaitu :

a. Membaca dimulai dengan menghadapi bahasa tulis.

b. Tujuan membaca adalah merekontruksi makna.

c. Dalam system penulisan alphabet ada hubunga langsung antar bahasa lisan

dengan bahasa tulis.

d. Persepsi visual termasuk dalam proses membaca.

e. Bentuk huruf, urutannya, serta kelompok-kelompoknya tidak sama sekali

membaca makna dalam dirinya sendiri.

f. Maknanya ada dalam jiwa pengarang dan pembaca.

12
g. Pembaca umumnya mampu merekontruksi makna atau pesan yang

ditekankan oleh pengarang.

Dari kerangka berpikir tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian

membaca adalah suatu proses yang rumit dimana pembaca melakukan rekontruksi

dalam tingkatan tertentu terhadap pesan yang dituangkan oleh pengarang dalam

bahasa tulis.

Berdasarkan pandangan ini dikemukakan sejumlah prinsip pengajaran

membaca sebagai berikut: membaca selalu berlibat dengan level pemahaman

tertentu karena setiap bahan bacaan selalu mengungkapkan sesuatu; (2) paparan

bahasa yang mewadahi sesuatu itu harus diperhatikan dengan teliti. Termasuk

kedalamannya yang patut diperhatikan ialah perubahan-perubahan bentuknya,

pola tatnan katanya, dan kata-kata fungsinya; (3) dalam memulai pengajaran

membaca (membaca permulaan), guru tidak pada tempatnya menyediakan kosa

kata yang terlalu besar, walaupun siswa bersangkutan telah memiliki pemahaman

yang baik mengenai struktur bahasanya. Pengajaran membaca sebaiknya

ditekankan pada masalah kelompok kata, tatanan kata, tanda-tanda baca, dan lain

sebagainya; (4) bahan pengajaran yang disajikan sebaiknya bahasa yang sudah

dikenal baik oleh siswa, dan jangan menyajikan bahasa yang bersifat artifial, atau

yang tidak wajar; (5) hidari pemakaian gambar sebagai kunci untuk menangkap

makna; (6) sajikan ragam bahasa baku yang informal, dan bukan bahasa buku; (7)

isi bacaan hendaknya sesuai dengan pengalaman siswa; (8) perkenalkan dengan

segera kata-kata fungsi dalam berbagai kelompok kata; (9) sediskan peluang yang

cukup luas bagi siswa untuk mengembangkan level kemampuan membacanya

13
sehingga ada perimbangan yang harmonis dengan level bahasa yang mampu

didengarnya; (10) usahakan pengalaman yang sejajar antara membaca dengan

berbicara, menyimak, dan menulis.

Pendekatan linguistic yang semula diterapkan Godman untuk memerikan

proses membaca kemudian direvisinya karena disadarinya banyak kelemahannya.

Sebagai pengganti dipilihnya teori Transformasi Generatif penemuan Noam

Chomsky sebagai acuan kerja untuk memerikan proses membaca dalam bentuk

suatu model yang dikenal sebagai Model Membaca Goodman (The Goodman

Model of Reading). Model ini menekankan bahwa membaca pada hakekatnya

adalah seperangkat proses “recoding, decoding, dan encoding” yang berakhir

pada pemahaman atau komprehensi. Bagaimana proses membaca itu berlangsung

menurut model membaca Goodman akan lebih mudah dipahami dengan

mengikuti pokok-pokok pikirannya seperti yang dipaparkan berikut

Pendekatan Enpirikal

Pendekatan ini mencakup bermacam-macam pendekatan yang bertolak

dari pengalaman serta penghayatan proses membaca, baik dari penyusunan teori

itu sendiri maupu dari orang lain yang dijadikan banyak penelitian. Ada beberapa

teori yang dimanfaatkan dalam pendekatan ini, yaitu teori yang memandang

membaca sebagai proses berpikir, sebagai penerapan seperangkat keterampilan,

membaca sebagai proses mempersepsi, sebagai kegiatan visual, dan membaca

sebagai pengalaman bahasa, teori pengalaman membaca dapat disimpulkan dalam

penelitiannya bahwa bahasa secara langsung diangkat dari pengalaman siswa,

14
pengalaman yang baru saja dialami siswa memotivasi belajar membaca, belajar

membaca disamakan dengan keterampilan lain.

Teori yang pertama, yaitu teori yang memandang menbaca sebagai proses

berpikir dirintis pengembangannya oleh Edward L. Thorndike pada permulaan

abad ini. Menurut pendapatnya, berpikir adalah kegiatan jiwa yang tidak bisa

dilepaskan dari keseluruhan proses membaca. Pendapat ini dibuktikan

kebenarannya dengan melaksanakan studi terhadap proses membaca paragraph

pada siswa SD. Studinya dipusatkan pada kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa

dalam membaca paragraf itu. Thorndike menguraikan bahwa dalam membaca

paragraf secara kompherhesif siswa melakukan kegiatan berpikir dan bernalar

seperti yang dilakukannya ketika memecahkan masalah matematika. Akhirnya

disimpulkan proses membaca pada hahekatnya adalah proses berpikir atau

bernalar. “reading is thingking , dan “Reading is reasoning” adalah dua buah

redaksi dari inti kesimpulan studi Thorndike yang sangat populer dalam sejarah

studi membaca.

Bagaimana bekerjanya kegiatan berpikir dan bernalar dalam proses

membaca itu diuraikan dengan baik oleh J.P Guilford dalam karangannya berjudul

“frontiere in Thinking That Teachers Should Know Abuot” termuat dalam

“Reading Teacher, 13 (Februari 1960:176-182) dalam karangan ini dikemukakan

bahwa dalam membaca bekerja bermacam-macam tipe berpikir.termasuk di

dalamnya adalah (1) kegiatan mengkognisi (cognition), yaitu kegiatan mengenal

kata, (2) kegiatan mengingat (memory), yaitu kegiatan mengingat pengalaman

yang telah dimiliki untuk menafsirkan makna kata-kata,simbol-simbol, dan ide-

15
ide, (3) kegiatan berpikir konvergentif, yaitu menghasilkan nalar secara induktif,

(4) kegiatan berpikir divergentif, yaitu menghasilkan nalar secara deduktif, (5)

kegitan menilai yang meliputi kegiatan membanding-bandingkan, mengeritik, dan

memutuskan. Semua tipe berpikir ini akan bekerja dengan baik pada siswa yang

belajar membaca, jika mereka dilatih secara teratur serta dimotivasi.

Teori kedua yang berdasarkan pendekatan empirical ialah teori yang

memandang proses membaca sebagai penerapan seperangkat keterampilan. Teori

ini lebih dikenal sebagai Teori Keterampilan. Tokoh terkemuka yang dengan gigih

mempertahankannya ialah William S. Gray. Dalam setiap karyanya yang

membahas masalah membaca, secara langsung atau tidak, ada saja bagian

uraiannya yang menekankan bahwa membaca tidak lain dari pada kegiatan

pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan)

yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan itu. Jenis-jenis keterampilan

yang dianggapnya mendasar sifatnya ialah, (1) keterampilan mengenai atau

merekognisi kata, (2) keterampilan memahami isi tersurat yang mencakup (a)

keterampilan menangkap ide pokok paragraph dan ide-ide penjelasnya, (b)

keterampilan menemukan hubungan antar ide dalam bacaan, dan (c) ketermpilan

menangkap isi pokok bacaan, dan (3) keterampilan memahami isi tersirat yang

meliputi (a) keterampilan mengidentifikasi tujuan atau maksud pengarang,

“mood” serta sikapnya terhadap pembaca, (b)keterampilan menalarkan kata-kata,

gaya bahasa, dan retorik dari pengarang, dan (c) keterampilan menemukan nilai

dan fungsi isi bacaan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman yang telah

dimiliki.

16
Teori keterampilan tentang proses membaca banyak sekali pengikut atau

pendukungnya, lebih-lebih lagi di kalangan ahli yang mempelajari masalah

pengajaran membaca dan di kalangan Pembina pengajaran membaca di lapangan

(sekolah). Walaupun dalam mereka terdapat kesamaan dasr dalam memandang

proses membaca sebagai penerapan seperangkat keterampilan, namun di dalam

menentukan jumlah dan jeniis keterampilan mereka berbeda-beda pendapat, lebih-

lebih lagi dalam masalah membaca komperhensif. Elmort Albert Betts (1957)

misalnya membedakan 27 kelompok faktor dan keterampilan yang termasuk ke

dalam keterampilan membaca komperhensif yang jika di perinci jumlahnya

menjadi 47 macam. Tiap macam ini dipandangnya petut dibinakan oleh guru pada

siswa lewat pengajaran membaca.

Teori ketiga yang berdasarkanpendekatan empirikal ialah teori perseptual,

yaitu teori yang memandang membaca sebagai proses mempersepsi. Teori ini

banyak memanfaatkan hasil studi ilmu jiwa yang mempelajari bagaimana proses

mempersepsi itu berlangsung dalam kegiatan membaca. Salah seorang perintis

yang banyak mencurahkan perhatiannya kepada masalah ini adalah D.H. Russell

(1956). Menurut pendapatnya, untuk memudahkan pemahaman terhadap

membaca sebagai proses mempersepsi, pertama-tama perlu diketahui dahulu

bahwaapa yang disebut mempersepsi itu dari satu segi dapat dibatasi sebagai

sesuatu yang telah dikenal sebagai suatu obyek, suatu kualitas, atas suatu

hubungan yang ketiga-tiganya merupakan hasil dari suatu pengalaman sensori.

Selain itu perlu diketahui pula bahwa persepsi ini, ada dua macam teori yang

menerangkannya. Teori yang pertama, teori sitetik memandang bahwa persepsi

17
terbentuk dalam proses belajar mengasosiasikan stimulus dengan respon

bermakna. Teori yang kedua ialah Teori Analistik yang menerangkan bahwa

pembentukan persepsi itu berlangsung secara bertahap. Pada tahap pertama

pembaca mereaksi suatu simulus sebagai suatu pula yang kabur, tahap kedua

reaksinya tertuju pada bagian-bagian dari pola itu, dan pada akhirnya pada tahap

ketiga pembaca mengintegrasikan hasil-hasil reaksi bagian-bagian itu menjadi

suatu pola baru yang jelas. Selanjutnya ditegaskan oleh Russel, teori manapun

yang disepakati yang jelas sama hubungan ini ialah bahwa teori persepsi

menerapkan proses pemahaman makna dalam kegiatan membaca. Dengan dasar

teori ini, pengajran membaca disarankan untuk (1) memberikan pengalaman

langsung kepada siswa, (2) memberikan peluang kepada siswa untuk menirukan

sehingga mereka dapat menghayati yang ditirukan, (3) membinakan penguasaan

terhadap pola bagian-bagian bacaan yang kanmemudaqhkan siswa

mengintegrasikannya menjadi pola keseluruhan yang utuh, (4) membimbing siswa

menganalisis hubungan yang akan membantu mereka memperoleh persepsi, lebih

lagi kalau stimulant yang direspon siswa rumit keadaanya, (5) memberi peluang

kepada siswa mengalami mengasosiasikan variasi berbagai bentukan bahasa, dan

(6) menajamkan ingatan mereka terhadap yang telah dipahami.

Teori keempat yang tergoleng kedalam, pendekatan empirikal adalah teori

visual. Teori visual, yaitu teori yang memandang membaca semata-mata sebagai

kegiatan visual. Teori ini memusautkan perhatiannya kepada proses gerak mata

pada saat seseorang membaca. Perintisnya adalah Emile Javal, seorang guru besar

yang ahli dalam bidang studi bidang membaca yang dengan tekun mempelajari

18
cara orang membaca. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya, Javal sampai pada

kesimpulan bahwa pada waktu membaca mata tidak bergerak perlahan-lahan dari

kiri ke kanan di sepanjang garis-garis kalimat bacaan. Juga tidak melihat huruf

dalam bacaan itu satu demi satu untuk kemudian menggabungkannya menjadi

kata-kata. Proses membaca menurut Teori Visual, dalam garis besarnya dapat

digambarkan sebagai berikut :

1 Sebelum membaca yang sebenarnya dimulai, pembaca mengamati halaman

bacaan secara global, yaitu mata bergerak dengan cepat babarapa kali bolak-

balik dari kiri ke kanan disepanjang lebar halaman bacaan.

2 Proses membaca dimulai. Dalam proses ini mata bergerak melompat-lompat

dari kiri ke kanan dengan rentangan yang tidak sama lebarnya. Tiap lompatan

diikuti dengan pemberhentian seseat untuk memahami yang telah dibaca

dalam satu lompatan. Saat ini disebut fiksasim atau selang mencamkan. Perlu

diketahui bahwa lompatan mata itu tidak dimulai pada awal baris kalimat

yang dibaca, tetapi agak ketengah sedikit. Dua lompatan yang terakhir juga

tidak pada ujung akhir baris, tetapi agak kedalam sedikit.

3 Setelah baris pertama berakhir dibaca, selanjutnya mata membuat lompatan

panjang ke kiri, ke awal baris kedua untuk kemudian melakukan lompatan-

lompatan membaca seperti baris pertama tadi. Dan setelah satu halaman

selesain dibaca dengan lompatan-lompatan mata, maka menyusul halaman

berikutnya yang juga dibaca dengan proses yang sama.

Akhirnya teori yang kelima yang berakar pada pendekatan empirikal

adalah Teori Pengalaman Bahasa. Dalam bentuk permulaannya, teori ini

19
memegang konsep bahwa belajar membaca merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari proses perkembangan bahasa pada siswa. Membaca tidak bias

dilepaskan dari berbicara, menyimak, dan menulis. Karena itu, dalam belajar

membaca siswa harus dibina dengan metode pengalaman bahasa, yaitu metode

yang mempertautkan membaca dengan berbicara, menyimak, dan menulis, dengan

penekanna pada penembangan kemampuan berpikir dan kemampuan

pengungkapan dengan bahasa.

Tokoh perintis Teori Pengalaman Behasa dalam membaca adalah AR. Van

Allen. Dalam mengetengahkan teorinya, Allen memegang asumsinya seperti yang

diungkapkannya berikut : “Apa yang dapat kita pikirkan, dapat pula kita

bicarakan, dapat pula kita tuliskan. Apa yang dapat kita tuliskan dapat pula kit

abaca. Kita dapat membaca apa yang kita tulis dan apa yang ditulis orang lain

disispkan kepada kita untuk dibaca”. Singkatnya, asumsi itu berpangkal pada

pandangan bahwa membaca merupakan pengalaman bahasa, yaitu proses

perkembengan menterjemahkan pengalaman kedalam bahasa lisan maupun bahasa

tulis. Dan dilandaskan asumsi ini, maka disarankan agar pengajaran membaca

menyajikan bahan pelajaran membaca berupa tuturan tertulis yang bahasanya

sesuai dengan tingkatan pekembangan bahasa siswa. Dalam menyajikanya, siswa

hendaknya diberri peluang untuk mempertautkan belajar membacanya dengan

belajar berbicar, mendengarkan, dan menulis. Demikian garis besar pandangan

Teori Pengalaman Bahasa dalam membaca yang dikembangkan oleh R. Van Allen

Pendekatan Eksperimemtal

20
Pendekatan eksperimental meliputi bermacam-macam studi dan penelitian

yang dilaksanakan dengan eksperimental untuk mengkaji bagaimana pemahaman

berlangsung.jenis-jenis kemampuan intelektual apa saja yang bekerja dalam

peoses pemahaman itu, dan faktor apa saja yang berpengaruh dalam pemahaman

itu.

a Eksperimental Pemahaman

Eksperimentasi tentang masalah pemahaman dalam proses membaca yang

telah dilakukan selama ini banyak sekali jumlah dan jenisnya. Masalah yang

dikaji pada dasrnya berkisar disekitar proses pemahaman atau penangkapan

makna dari tuturan tertulis yang dibaca (bacaan). Teori yang dimanfaatkannya

sebagai proses atau kegiatan menangkap makna dari bacaan.beberapa

penemuannya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran membaca

sebagai proses atau kegiatan menangkap makna dari bacaan. Beberapa penemuan

yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran membaca, pertama adalah

penemuan-penemuan mengenai proses mempersepsi maknayang antara lain

meliputi (1) persepsi atau pengenalan/pemahaman akan makna material bahasa

bacaan (kata-kata dan kalimat) berdasarkan pengalaman pembaca langsung

berhubungan dengan material bahasa itu, (2) dalam memahami atau mepersepsi

makna, pembaca cenderung memenfaatkan kunci-kunci penanda makna (cues),

atau menganalisis pola bentukan bahasa bacaan, dan (3) persepsi yang kuat atu

baik terhadap makna bahasa bacaan sebagai hasil menghayati dan menganalisis

bahasa bacaan itu akan membuat pembaca memiliki ingatan yang baik pula

terhadap makna bacaan itu. Kedua adalah penemuan-penemuan mengenai

21
pembentukan konsep dalam membaca, yaitu simbolik tentang hal-hal yang

direspon pembaca dari bacaan. Eksperimentasi dalam bidang ini antara lain

menemukan (1) persepsi yang baik terhadap makna bahasa bacaan menghasilkan

konsep yang baik pula tentang makna bahsa bacaan itu, (2) konsep yang abstrak

sifatnya tentang makna material bahasa bacaan terbentuk berdasarkan konsep-

konsep yang kongrit dan tingkat intelegensi membaca, dan (3) pengembangan

konsep tentang makna bahasa bacaan dapat dibina dengan mengyiapkan program

pengajaran yang baik. Ketiga adalah penemuan-penemuan mengenai peranan

penguasaan bahasa pembaca dalam proses memahami makna pada waktu

membaca. Eksperimentasi dalam bidang ini anara lain menemukan bahwa

pemahaman bacaan tergantung pada (1) jumlah kosa kata yang dikuasai, (2) luas

dan dalamnya ragam makna kata yang dikuasainya, (3) mapannya penguasaanya

terhadap kaidah-kaidah bahasa, dan (4) baiknya penguasaan tentang tata penulisan

bahasa

b. Jenis Kemampunan Intelektual

Pemanfaatan kedua dari pendekatan eksperimental dapat ditelusuri jejak-

jejaknya pada studi dan penelitian yang mengkaji jenis-jenis kemampuan

intelektual yang bekerja dalam proses pemahaman pada waktu pelaksanaan

membaca. Kebanyakan studi dan penelitian ini menggunakan analisis faktor

dimana bermacam-macam jenis tes (seperti misalnya tes kemampuan membaca,

tes pemakaian bahasa, dam tes itelegensia) disajikan kepada sekelompok siswa,

dan kemudian hasilnya dianalisis serta diuji kembali sehingga diperoleh

kesimpulan tentang komponen-komponen kemampuan kejiwaan yang dominant

22
sifatnya dalam pemahaman pad waktu membaca. Salah seorang tokoh terkemuka

dalam bidang ini ialah F.B. Davis (1968, 1971, 1972) menganalisis tes batera

membaca yang jumlahnya cukup besar yang disajikan kepada siswa SMA di

Amerika. Dengan menerapkan analisis faktor, Davis menyimpulkan bahwa ada 4

jenis keterampilan intelektual yang diterapkan pembaca dalam membaca

komprhessif, yaitu (1) megingart makna kata da menari kesimpulan tentang

makna suatu kata dari konteks bacaan, (2) menangkap makna tersurat dari bagian-

bagian bacaan dan mengkerangkakan ide-ide dalam bacaan, (3) menarik

kesimpulan tentang isi bacaan, dan (4) menangkap tujuan atau maksud pengarang

bacaan, sikapnya seleranya, dan teknik pemaparannya. Data Davis kemudian

dianalisis kembali oleh Spearritt (1972) dengan prosedur analisis yang berbeda

tyang akhirnya juga menghasilkan 4 jenis keterampilan intelektual, yaitu (1)

menarik kesimpulan tentang isi bacaan, (2) mengingat makna kata, (3) mengikuti

stuktur bacaan, dan (4) menangkap maksud dan tujuan pengarang bacaan, sikap,

dan seleranya. Disamping itu, disimpulkannya pula bahwa dalam membaca

komprehensif, kemampuan bernalar memainkan peranan yang penting sekali.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses membaca

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses membaca adalah faktor

intelegensia, sikap, perbedaan jenis kelamin, penguasaan bahasa, status ekonomi

sosial, bahan bacaan, dan guru. Intelegensia yang dikonsep sebagai kemampuan

mental atau potensi belajar teleh dibuktikan berpengaruh terhadap proses

pemahaman dalam membaca hampir pada setiap jenjang pendidikan.

23
Pengaruhnya dibuktikan dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa hasil tes intelegensia memiliki korelasi positif yang cukup tinggi dengan

hasil tes membaca komprehensif, seperti misalnya: (1) penelitian Bond bersama

Dykstra (1967) pada siswa kelas 1 SD, (2) penelitian Allen (1944) pada siswa

kelas IV SD, dan penelitian Thorndike (1963) pada mahasiswa tingkat permulaan.

Sikap sebagai kecenderungan jiwa (predisposisi) yang prediktif sifatnya

dalam mereaksi sesuatu, oleh sementara ahli bidang studi membaca telah dikaji

pengaruhnya terhadap kemampuan membaca. McKillop (1952) misalnya

menemukan bahwa sikap siswa kelas XI (3 SMA) berpengaruh pada

kemampuanya menampilkan pendapat atau penilaian (judgement) terhadap

masalah-masalah yang terdapat dalam bacaan. Groff (1962) menemukan gejala

yang sama pada siswa kelas 5 dan 6 SD, yaitu sikap siswa mempengaruhi

kemampuannya dalam membaca isi bersirat dari suatu bacaan. Selain itu

ditemukan pula bahwa sikap tidak berpengaruh pada kemampuan membaca yang

tersurat.

Pebedaan kelamin atau seks, taitu antara laki-laki dan perempuan, juga

telah diteliti secara eksperimental sebagai factor yang berpengaruh dalam belajar

membaca. Tokoh-tokoh terkemuka dalam penelitian ini ialah (1) Stroud bersama

Lindquist (1942) yang mengkaji pengaruh perbedaan kelamin dalam belajar

membaca pada siswa kelas III sampai VIII SD, Pauley (1951) pada siswa yang

baru masuk sekolah, (3) Hughes (1953) yang membandingkan prestasi membaca

komprehensif siswa laki-laki dengan perempuan dari kelas II sampai kelas VIII

24
SD, dan Fabiah (1955) yang mengkaji pengaruh perbedaan kelamin dalam

kemampuan membaca pada siswa yang telah menamatkan pelajarannya di SD.

Penguasaan bahasa sebagai faktor yang berpengaruh dalam proses

memahami bacaan telah banyak dibuktikan dengan studi dan penelitian yang

menerapkan pendekatan konseptual dan pendekatan empirikal. Teori membaca

sebagai proses berpikir yang dirintleh Thorndike, Teori Substrata-Faktor dari

Holmes, dan teori-teori kunci penanda makna (cues) dari Godman dan Smith, dan

teori-teori lainnya, pada dasarnya hampir semuanya menyepakati bahwa

penguasaan bahasa siswa merupakan faktor yang menentukan sifatnya dalam

proses membaca. Walaupun demikian, sementara serjana penganut pendekatan

eksperimental masih belum merasa puas dengan kesepakatan itu. Mereka lalu

melaksanakan studi dan penelitian eksperimentif untuk lebih dapat melaksanakan

studi dan penelitian eksperimentif untuk meyakinkan didrinya akan besarnya

pengaruh faktor penguasaan bahasa siswa.

Kedudukan orang tua anak didik di tengah-tengah masyarakat, keadaan

ekonomi rumah tangga, dan lingkungan hidup anak didik adalah beberapa faktor

yang tergolong SES. Factor-faktor ini telah dibuktikan pula lewat penelitian

eksperimental berpengaruh terhadap kemampuan membaca anak didik. Peneletian

Hill dan Geameto (1963) misalnya menemukan bahwa siswa kelas III SD yang

kondisi SESnya kurang baik,

Bahan bacaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses

pemahaman bacaan telah banyak dibuktikan dengan penelitian eksperimental.

25
Tentang pengaruh isi bacaan serta penyajiannya, William Eller bersama Judith G.

Wolf (1965) mengetengahkan Hoviand dan kawan-kawannya (1953) sebagai

kelompok sarjana yang menemukanbahwa (1) bahan yang disajikan secara dua

arah (two-sided presentation) lebih efekti pengaruhnya dari pada yang satu arah

(one-sided presentation), jika pembaca diajak menanggapi propaganda ataukah

kalau pembaca kurang menyepakati gagasan yang terdapat dalam bacaan, (2)

penyajian satu arah lebih efektif dari yang dua arah sepanjang yang pembaca

menyepakati sejak semula gagasan yang terdapat dalam bacaan.

Hasil belajar siswa yang berupa keterampilan dalam membaca,

pengetahuan tentang membaca, dan sikap terhadap membacapada dasarnya adalah

produk dari pengajaran membaca. Dalam pelaksanaan pengajaran ini, guru

dianggap sebagai faktor yang paling menentukan sifatnya. Ada sejumlah

penelitian eksperimental yang selama ini telah dilaksanakan yang mengkaji

peranan faktor guru ini. Penelitian Sears (1963), dan Spaulding (1963)

menemukan bahwa perilaku guru dalam membina anak didik dalam belajar

membaca ternyata berpengaruh besar dalam perilaku membaca siswa. Termasuk

perilaku keadaan mengajar yang ditemukan berpengaruh positif antara lain adalah

(1) usaha memahami sudut pandang siswa, (2) memvariasi situasi yang

memotivasi belajar siswa, (3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang efektif

kepada siswa, (4) menajamkan pemahaman siswa, dan (5) mencobakan gagasan-

gagasan baru dalam pelaksanaan pengajaran membaca.

Proses Membaca

26
Membaca merupakan suatu proses diri mulai mata terangsang oleh

tulisan/bacaan/simbol tetulis sampai merespon rangsangan yang diterima. Proses

membaca rangsangan yang diterima . proses membaca dapat dibanyangkan

sebagai berikut.

Bacaan mata syaraf Otak Respon


kritis

Maemaham
i

tampak
Menafsirkan

Tak tampak

Proses pertama adalah proses mata terangsang oleh bacaan atau mata

mencari rangsangan yang berbentu tulisan. Proses kedua adalah saat yang ada

dimata menerima rangsangan melalui mata. Syarat menyampaikan rangsangan

kepada otak merupakan proses ketiga. Proses keempat adalah otak memproses

rangsangan tersebut dalam bentuk pemahaman (memahami bacaan) atau justru

otak menafsirkan rangsangan yang diterimanya. Proses terakhir adalah otak

merespon informasi untuk dikritisi secara aktif dan pasif.

Respons pasif adalah respon yang ada didalam individu dalam bentuk

memikirkan (respon tertampak), sedangkan respon aktif adalah respon yang

terlahirkan dalam bentuk tulisan atau lisan (respon tampak).

27
1 Jenis Proses MembacaMenurut Harjasujana dan Mulyati (1997:26). Proses

membaca ada lima macam, yaitu proses psikologis, sensoris, perceptual,

perkembangan, dan proses pengembangan keterampilan.

a. Membaca Sebagai Suatu Proses Psikologis

Membaca dengan proses psikologis ialah membaca yang melibatkan unsur

psikis atau mental dalam mamahami suatu informasi. Unsur psikologi ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1 Intelegensi

2 Usia mental

3 Jenis kelamin

4 Tingkat social ekonomi

5 Bahasa

6 Ras

7 Kepribadian

8 Sikap

9 Pertumbuhan fisik

10 Kemampuan persepsi

11 Tingkat kemampuan membaca

b. Membaca Sebagai Suatu Proses Sensoris

28
Membaca dengan proses sensoris adalah mambaca yang melibatkan syaraf

otak sebagai fokus. Isyarat dan rangsangan masuk melalui telinga dan mata,

sedangkan rangsangan huruf Braille masuk lewat syaraf-syaraf jari. Proses

membaca ini juga dipengaruhi berbagai faktor, misalnya kepenatan, kegelisahan,

kebimbangan, dan rasa tidak percaya diri.

c. Membaca Sebagai Proses Perseptual

Proses perceptual mempunyai ikatan erat dengan proses sensoris. Secar

umum persepsi dimulai dengan melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan

meraba. Namun demikian dalam kegiatan membaca cukup memperhatikan pada

indera pengelihatan dan pendengaran. Menurut Vernon dalam Harjasujana

(1997:15), mengatakan bahwa proses perseptual dalam membaca itu terdiri dari

empat bagian, yaitu :

1 Kesadaran akan rangsangan visual

2 Kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan

klarifikasi umum kata-kata

3 Klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada

di dalam kelas umum

4 Identifikasi nkata-kata yang dilakukan dengan jalan

mennyebutkannya.

29
Pada umumnya orang sepakat bahwa persepsi itu mengandug stimulus

asosiasi makna dan interprestasinya berdasrkan pengalaman tentang stimulus itu,

serta respon yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambing.

d. Membaca Sebagai Proses Perkembangan

Mambaca pada dasarnya merupakan proses perkembangan yang terjadi

sepanjang hajat sesorang. Meski mebaca merupakan proses perkembangan,

geraknya tidaklah berada dalam jarak-jaarak yang beraturan dan tidak perlu

tertentu waktunya.

Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses perkembangan ada dua

hal yang perlu diperhatikan.

1 Membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan sesuatu yang terjadi

secara insidental.

Contoh : seorang anak tidak akan dapat membaca dengan jalan menonton

orang lain membaca.

2 Membaca merupakan suatu proses.

e. Membaca Sebagai Suatu Proses Perkembangan Keterampilan

Membaca merupakan latihan yang sangat kompleks yang sangat

bergantung pada bermacam- macam faktor. Sifat perkembangan ini antara lain.

30
1 Keterampilan obyektif

Perkembangan keterampilan membaca itu bersufat obyektif kareana dalam

perkembangannya tidak tergantung pada materi, metode atuapun tingkatan-

tingkatan akademis.

2 Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut

3 Keterampilan itu biasa digeneralisasikan, artinya keterampilan itu bersifat

tergeneralisasikan sehingga anak yang telah menguasai keterampilan

tersebut dituntut untuk dapat meneruskannya kapan saja dan dimana saja

jika situasinya menghendaki penggeneralisasian itu.

Contoh : jika seorang anak mamahami kata secara mandiri, baginya tidak

akan tetjadi masalah kata itu berada baik dalam teks matematika, geografi,

atau sebuah novel.

Dalam perkembangan selanjutnya keterampilan ini mempunyai tahapan-

tahapan yaitu :

1 Dasar proses perkembangan keterampilan ialah perkembangan konsep. Hal

tersebut mulai dengan pengalaman anak yang mula-mula sekali yang terus

berkembang seumur hidupnya. Perkembangan konsepini merupakan

prasyarat untuk membaca, sama juga halnya untuk menyimak dan berbicara.

Pengembangan konsep itu merupakan bank pengetahuan yang bagi anak

berfungsi sebagai tempat menyimpan dan mengambil informasisecara terus

menerus. Dalam pertumbuhannya anak0anak tumbuh dan berubah,

demikian juga perbendaharaan kosepnya akan terus tumbuhdan berubah-

31
ubah. Pertumbuhan dan konsep anak banyak bergantung pada latar belakang

pengalamannya.

2 Tahap perkembangan yang kedua merupakan pengenalan dan identifikasi.

Pada wktu anak-anak membina dasr-dasr konsep yang pertama dia mulai

pulamenghubungkan konsep-konsepnya itu dengan stimulus tertentu.

Contohnya ialah pengenalan huruf dan kataatau kombinasi keduanyadengan

konsep-konsep yang bermakna baginya. Jika berhasil mengkombinasikan

keduanya (stimulus dan kosep) maka akan memperoleh makna dari

pengalaman itu.

3 Tahap perkembangan itu merupakan interprestasi mengenai informasi.

Dalam hal ini interpretasi dibedakan menjadi dua hal yaitu, literta dan

intersial. Interprestasi literal adalah interprestasi fakta ketiaka fakta itu

dihadapkan, sedangkan interprestasi infersial ialah interprestasi hal-hal yang

bersifat tersirat pada suatu fakta.

4 Tahap perkembangan keempat ialah aplikasi dan generalisasi. Contohnya

pada awalnya anak mengenal cirri-ciri melati, ros, dan kenanga sebagai

bunga kecil, c kecil, C capital dan c tulisan tangan itu dibunyikan sama .

kemampuan anak itu belum cukup jika berhenti pada pengenalan. Dia baru

noleh dianggap menguasai informasi itu jika sudah mengenalnya mampu

pula mengaplikasikannya dan menggemeralisasikannya.

32
Jenis Membaca

Kegiatan membaca sebagai suatu keterampilan dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis. Penjenisaan yang didasarkan pada perbedaan tujuan yang hendak

dicapai dikemukakan oleh Tarigan ( 1987: 12-13 ). Tarigan membedakan kegiatan

membaca ke dalam jenis membaca bersuara atau membaca nyaring ( oral reading

atau reading atound ) dan membaca dalam hati ( silent reading ). Membaca

bersuara atau membaca nyaring dipandang tepat untuk mencapai yujuan yang

terkandung dalam keterampilan mekanis seperti pengenalan bentuk huruf dan

unsure-unsur lingustik, sedangkan untuk mencapai tujuan yang bersifat

pemahaman maka yang paling tepat adalah membaca dalam hati.

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang merupakan alat bagi guru,

murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk

menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang.

Membaca dalam hati hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang

melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Dalam garis besarnya, membaca

eksstensif dan intesif.

Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi

sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin ( Tarigan 1987: 31).

33
Membaca meliputi membaca surney (survey reading), membaca sekilas

(skimming reading) dan membaca dangkal (survey reading).

Membaca Survey (_a hid reading)

Agar kita dapat membaca suatu buku dengan cepat dan sesuai dengan

tujuan kita maka kita harus mensurvei buku itu atau kita melakukan peninjauaan

terhadap buku itu. Kegiatan ini sangat penting untuk kita melakukan dengan

mensurvei buku itu kita akan menjadi cepat menentukan bahan bacaan yang

dibutuhkan.

Survey atau prakata adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum

membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenai organisasi dan ikhtisar

umum yang akan dibaca dengan maksud untuk:

a. Mempercepat menangkap arti,

b. Mendapatkan abstrak,

c. Mengetahui ide-ide yang penting,

d. Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,

e. Mendapatkan minat perhatian yang seksama tehadap bacaan, dan

f. Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahmi lebih mudah.

Membaca survai dapat dilakukan pada buku, artikel, bab, dan,

kliping.

Membaca sekilas (skimming)

34
Membaca sekilas adalah jenis membaca yang membuat mata kita bergerak

dengan cepat, melihat, memperhaatikan bahan tertulis untuk mencari serta

mendapatkan informasi.

Membaca sekilas mempunyai beberapa tujuan, yaitu :

a. Untuk mengenali topic bacaan.

b. Untuk mengetahui pendapat orang lain

c. Untuk mengetahui pendapat orang lain dengan cepat. Di sini kita sudah

mengetahui topic yang dibahas. Yang kita butuhkan adalah pendapat penulis

itu terhadap masalah tersebut. Misalnya tajuk rencana; kita mungkin cukup

membaca paragraph awal atau paragraph akhir yang baiasanya memuat

kesimpilan yang dibuat oleh penulisnya (redaksinya).

d. Untuk mendapatkan bagian pentingnya kita perlukan tanpa membaca secara

keseluruhan. Kita perlu melihat semua bahan itu untuk memilih ide yang

bagus, tetapi tidak membaca secara lengkap.

e. Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan caraa semua itu

disusun dalam rangka kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian

bacaan itu.mungkin secara kronologis, memnavbndingkan, atau bentulah lain.

Skimming berguna untuk memilih bahan yang perlu dipelajari dan diingat.

Skimming berguna untuk survey buku sebelum dibaca, seperti dapat dilihat

pada uraian SQ3R.

f. Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan

ujian atau sebelum meympaiakan ceramah. Skimming juga daapat disebut

dengan review (tinjau balik).

35
g. Menemukan bahan dalam perpustakaan. Dalam mencari bahan di

perpustakaan, kita membaca sekilas kartu catalog untuk mendapatkan buku

yang sesuai dengan isinya.

h. Mendapatkan kesan umum satu buku atau artikel kita dapat memperoleh

kesan umum dari suatu buku non fiksi melalui langkah survey yaitu melihat

hal menjudul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks. Pada novel kesan umum

diperoleh dengan pandangan serta menaruh perhatian tertentu sambil jalan.

Membaca Dangkal (supervisal reading)

Membaca dangkal untuk mendapatkan pemahaman yang dangkal yang

bersifat lancer yang tidak mendalam bahasa bacaan. Membaca dangkal biasanya

dilakukan demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan

kebahagiaan di waktu senggang. Misalnya cerpen.

Membaca intensif adalah studi seksama, telaah isi penggunaaan terperinci

yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas pada kegiatan membaca.

Yang teransuk kegiatan membaca model ini adalah :

1. Membaca telaah isi (content study reading)

2. Membaca telaah bahasa (linguistic studi reading)

Membaca Telaah Isi

Dalam membaca telaah isi menuntut adanya ketelitian, pemahaman, kekritisan

berfikir serta terampil dalam menangkap ide-ide yang terdapat dalam bacaan.

36
1. Membaca teliti

Dalam kegiatan membaca ini perlu keterampilan-keterampilan :

a. Survei cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum

b. Membaca seksama dan membaca ulang paragraph untuk menentukan

kalimat judul dan perincian-perincian penting.

c. Penemuan hubungan paragraph dengan keseluruhan tulisan membaca teliti

mencakup :

1. Membaca paragraph dengan pengertian

2. Membaca pilihan yang lebih panjang

3. Membuat catatan

4. Mnelaah tugas

Dalam kegiatan menelaah tugas ini dibantu dengan metode SQ3R

2. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman ini bertujuan untuk memahmi isi bacaan. Membaca

ini meliputi :

a. Standar-standar atau norma kesastraan (literary standart)

b. Resensi tulis

c. Drama tulis

d. Pola-pola fiksi

3. Membaca Kritis

Membaca kritis adalah jenis membaca yang dilakukan secara bijaksana,

penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, analitis, dan bukan hanya mencari

kesalahan (Albert let a II 1961b:1)

37
1. Memahami maksud penulis

2. Memahami organisasi dasar tulisan

3. Dapat menilai penyajian penulis

4. Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-hari.

4. Membaca Ide

Membaca ide adalah kegiatan pembaca yang ingin mencari,

memperoleh serta memnafattkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Kemudian

menurut Anderson (1972) sebagaimana dikutip oleh H. G. Tarigan (1986: 117)

membaca ide merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:

a) mengapa hal itu merupakan judul atau topic yang baik.

b) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan

tersebut.

c) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.

Dalam mencari ide-ide dalam suatu bacaan kita dapat menikmati

keunikaan yang terkandung dalam bacaan tersebut. Keunikan dari ide-ide tersebut

kadang kala membuat pembaca berimajinasi dengan pikirannya. Dengan adanya

kegiatan tersebut muncul ide-ide baru dari hasil kegiatan membaca ini. Agar

dapat menjadi pembaca yang baik dan memahmi ide-ide dalam bacaan tersebut

perlu pembaca yang :

a. Tahu masud umum mengapa dia membaca

b. Menguasai kecepatan membaca

38
c. Memahami apa yang dibacanya

d. Mengenal media cetak

5. Membaca telaah bahasa

Membaca telaah bahasa mencakup:

1) Membaca bahasa asing

Tujuan membaca bahasa asing dalam tataran rendah adalah

- Memperbesar daya kata (increasing word power)

- Mengembangkan kosa kata (developing vocabulary)

Dalam tataran yang lebih tinggi tentu saja bertujuan mencapai

kefasihan (fluency).

2) Membaca satra (literary reading)

Membaca sastra merupakan kegiatan membaca karya-karya

sastra, baik dalam hubungannya dengan kepentingan apresiasi

maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi atau

kepentingan pengkajian.

Dalam karya sastra unsure keindahan sangat menunjang terhadap hasik

karya sastra. Unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasil karya sastra.

Unsur keindahan antara bentuk dan isi pada karya sastra mempengaruhi

keserasian, keharmonisan pada hasil karya sastra. Oleh karena itu penguasaan

teknik membaca sangatlah dibutujkan. Selain membaca teknik yang tepat kita

menelaah tang terkandung dalam bahan bacaan.

1.1. Membaca Dalam Hati

39
Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan

dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya. Keterampilan yang

dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:

membaca tanpa suara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis

apapun,

membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,

membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,

tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai petunjuk,

mengerti dan memahami bahan bacaan,

dituntut kecepatan mata dalam membaca,

membaca dengan pemahaman yang baik, dan

dapat menyesuaikan kecepatan tingkat kesukaran yang dalam

bacaan.

Menurut Tarigan (2008:11-13), membaca dalam hati dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan intensif.

Pengklasifikasian tersebut menurut Harras (1997:7) ditinjau dari sudut

cakupan bahan bacaan yang dibaca, tujuan, dan waktu yang diperlukan

dalam membaca.

1.2.1. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya

meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-

40
singkatnya. Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi

yang penting dengan cepat (Tarigan 1994:31). Membaca ekstensif

adalah membaca untuk memahami hal-hal penting dengan cepat

sehingga membaca secara efisien dapat terlaksana. Jika dilihat dari

segi waktu, membaca ekstensif relatif lebih hemat karena pembaca

cukup membaca objek secara sekilas, bukan kata per kata, kalimat

per kalimat, atau paragraf per paragraf, tetapi menatap penuh bacaan

untuk mencari bagian manayang dibutuhkan dari bacaan. Dari segi

tujuan, kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi atau

hal-hal penting dan cepat. Dengan membaca ekstensif, seseorang

dapat mendapatkan tujuan membaca dalam waktu yang relatif

singkat.

Sebelum mulai membaca, biasanya pembaca akan melakukan

terlebih dahulu apa-apa yang akan dibacanya. Pembaca menyurvei

bagian bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan:

(1) memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat

dalam buku tersebut; (2) melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-

judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan; (3)

memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.

Membaca ekstensif dalam penggunaan secara umum bisa

disebut membaca cepat. Membaca cepat adalah kemampuan

membaca dengan memperhatikan tujuan membaca. Kecepatan

membaca harus fleksibel, artinya kecepataan itu tidak harus selalu

41
sama, ada kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita

membaca. Kecepatan membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan

membaca apabila kata-kata yang tergolong tidak asing, dapat dilalui

dengan cepat. Namun, apabila ada kata-kata yang tergolong asing

dapat diperlambat untuk memahami kata tersebut.

Pengertian Membaca Cepat

Menurut Henowo
Menurut Soedarso
membaca cepat adalah Membaca cepat adalah
kemampuan membaca kegiatan merespon
dengan kecepatan yang lambang-lambang cetak
sama. Menurutnya atau lambang tulis
kecepatan dan membaca dengan pengertian yang
harus fleksibel. Artinya, tepat dan cepat.
kecepatan itu tidak harus
sama, ada kalanya
diperlambat karena bahan
dan tujuan kita membaca.

Menurut Nurhadi Menurut Suyoto

Membaca cepat dan Membaca cepat merupakan


efektif yaitu sistem membaca dengan
membaca yang memperhitungkan waktu baca
mengutamakan dan tingkat pemahaman
kecepatan, dengan terhadap bahan yang dibacanya.
tidak meninggalkan Apabila dapat membaca dengan
pemahaman terhadap waktu yang sedikit dan
aspek bacaannya. pemahaman yang tinggi maka
seseorang teesebut dapat
42
dikatakan pembaca cepat.
Dari keempat pendapat tersebut, dapat kita simpulakan bahwa

membaca cepat adalah proses membaca bacaan untuk memahami isi-isi

bacaan dengan cepat. Membaca cepat memberi kesempatan untuk

membaca secara luas , bagian-bagian yang sudah sangat dikenal atau

dipahami dihiraukan saja. Perhatian dapat difokuskan pada bagian-bagian

yang baru atau bagian-bagian yang belum dikenal. Dengan membaca cepat

dipat diperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya.

Tujuan membaca cepat adalah untuk memperoleh banyak

pemahaman dari bacaan. Dengan membaca cepat kita bisa hendaknya

mendapatkan informasi yang aktual, dengan membaca bisa menambah

pengetahuan yang nantinya bisa mengubah kita bisa mejadi orang yang

berpengetahuan tinggi atau intelektual. Jadi membaca cepat kita akan

mampu membaca dengan cepat sekaligus mampu memahami isi bacaan.

Membaca cepat bagi orang awam atau seseorang yang tidak

mendapatkan latihan khusus membuat mereka merasa leah dalam

43
membaca karena lamban dalam membaca. Hal tersebut dapat diperkuat

dengan adanya kebiasaan-kebiasaanburuk dalam membaca.

Menurut Soedarso, hal-hal yang menghambat membaca adalah, sebagai

berikut:

 Vokalisasi

 Gerakan bibir

 Gerakan kepala

 Menunjuk dengan jari

 Regresi

 Subvokalisasi

Menurut Nurhadi, menyampaikan mengenai hambatan membaca cepat

antara lain, sebagai berikut.

 Menyuarakan apa yang dibaca

 Membaca kata demi kata

 Membantu melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-

alat tertentu(ujung pensil,ujung jari)

 Menggerak-gerakan kaki atau anggota tubuh yang lain

 Bergumam-gumam ataubersenandung

 Kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub

bab, bahkan di tengah-tengah kalimat

 Kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang dibaca.

44
Menurut Harjasujana faktor yang mempengaruhi membaca

menurutnya, sekurang-kurangnya ada lima hal pokok yang dapat

mempengaruhi proses pemahaman sebuah wacana antara lain, sebagai

berikut.

 Latar belakang pemahaman

 Kemampuan berbahsa

 Kemampuan berpikir

 Tujuan membaca

 Berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat, kenyakinan,

dan perasaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hambatan-hambatan dalam

membaca cepat, antara lain:

Vokalisasi

Gerakan bibir

Gerakan kepala

Menunjuk dengan jari/pena, atau alat lainnya

regresi

subvokalisasi

minat dan motivasi

Secara teoritis, kecepatan membaca dapt ditingkatkan menjadi dua

sampai tiga kali lipat dari kecepatan semula. Dengan mengetahui metode

dan teknik mengembangkan kecepatan membaca, diikuti latihan yang

45
intensif, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk ketika membaca, dan

membiasakan diri membaca dengan cepat maka dalam beberapa minngu

kecepatan membaca dapat meningkat.

Membaca ekstensif mempunyai teknik yang berbeda dengan membaca

intensif, karena membaca ekstensif hanya diarahkan pada pemahaman

keseluruhan terhadap masalah atau inti dari isi bacaan yang dibaca, bukan

kepada detail-detail bahasa maupun isi cerita yang terperinci sampai sekecil-

kecilnya. Membaca ekstensif dibagi menjadi tiga jenis yaitu membaca

survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal

(superficial reading).

1.2.1.1 Membaca Survai

Survai adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan membaca

bagian-bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian buku yang

disurvai adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian

awal (preliminaries) yang disurvai meliputi halaman judul, kata

pengarang, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan abstrak (bila

ada). Pada halaman judul yang disurvai adalah judul buku,

pengarang, penerbit, tempat terbit, dan tahun terbit. Bagian isi yang

disurvai meliputi tiap bab, subjudul, bagan, diagram, grafik, dan

tabel (bila ada). Cara mensurvai bagian-bagian tersebut adalah

46
dengan membuka-buka bagian-bagian tersebut secara cepat dan

meneluruh dalam sekali pandang.

Tujuan dilakukannya survai, antara lain sebagai berikut:

a. Mengetahui anatomi buku (bagian-bagian dari sebuah

buku yang umumnya meliputi bagian pendahuluan, isi,

dan penutup).

b. Mengetahui mutu buku ( mutu buku yang baik

mengandung bagian-bagian buku yang lengkap).

Bagian awal dari sebuah buku yang lengkap terdiri atas:

 Halaman judul

 Kata pengantar

 Daftar isi

 Daftar tabel

 Daftar gambar

 Sari

Bagian isi dari sebuah buku, meliputi:

 Bab

 Sub-sub bab

 Ringkasan yang tersusun ssecara sistematis.

Bagian akhir darisebuah buku yang bermtu

meliputi:

 Simpulan

47
 Daftar pustaka

 indeks

c. Mengetahui gambaran umu sebuah buku secara cepat.

Dalam waktu yang singkat pembaca sudah dapat

mengetahui buku yang disurvai itu cocok atau tidak,

mengandung informasi-informasi yang dibutuhkan atau

tidak.

1.2.1.2 Membaca sekilas

Membaca sekilas di istilahkan dengan membaca skimming.

Skimming dalam bidang membaca merupakan sebuah istilah salah

satu teknik membaca ekstensif. Istilah lain dari skimming adalah

baca layap (Harjasujana dan Mulyati 1997:64), sekilas (Tarigan

1994:30), dan selintas (Widyamartaya, 2004:44).

Sebenarnya pengertian dasar skimming adalah terbang

halaman demi halaman atau menjelajahi halaman demi halaman

bacaan secara cepat. Berdasarkan pengertian tersebut skimming

adalah teknik membaca dengan menjelajahi atau menyapu bacaan

dengan cepat untuk memahami atau menemukan hal-hal yang

penting. Seorang pembaca yang menggunakan teknik ini tidak lagi

membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi

paragraf, tetapi semua bagian bacaan yang ada pada sebuah halaman,

ditatap secara cepat.

48
Teknik membaca skimming digunakan dengan lima tujuan,

yaitu mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi

bacaan, penyegaran, dan memperoleh kesan umum.

a. topik bacaan adalah judul buku atau artikel, judul-judul

bab, dan judul subbab. Misalnya pembaca datang ke toko

buku untuk mengetahui buku-buku membaca apa yang

terdapat pada toko buku tersebut. Pembaca melihat secara

sekilas judul-judul buku membaca yang terdapat rak khusus

buku-buku membaca. Dengan men-skim buku tersebut,

pembaca tahu judul-judul buku apa saja yang tersedia di

toko buku tersebut. Apabila ada buku yang cocok, ia bisa

saja mengambil buku tersebut untuk membaca sekilas daftar

isi buku itu guna mengetahui apakah ada judul bab atau

subbab yang diinginkannya.

b. opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Pada sebuah

bacaan opini belum tentu ada. Bacaan ilmiah biasanya tidak

mengandung opini, tetapi bacaan yang bersifat populer

umumnya ada opininya. Kadang kala pada sebuah surat

kabar memuat artikel yang justru kehadiran opini

diwajibkan karena tanpa opini artikel tersebut kurang

bermutu sehingga orang yang ingin mengirim artikel untuk

kolom itu diharuskan menampilkan opini-opini. Opini

digunakan untuk menggugah pikiran pembaca untuk

49
berfikir kritis sehingga pembaca diharapkan dapat memberi

umpan baliknya yang berupa tanggapan. Artikel semacam

ini diminati pembaca yang ingin mencari hal-hal yang

bersifat sensasi.

c. untuk mengetahui bagian penting dari sebuah bacaan,

pembaca tidak perlu membaca keseluruhan bacaan.

Pembaca cukup membaca dengan sekilas dari atas sampai

bawah untuk menemukan informasi tertentu yang dicari.

Informasi yang dicari misalnya adalah nama peristiwa,

tempat peristiwa, nama tokoh, jumlah korban. Jika ingin

mengetahui bagian penting, pembaca hanya melihat secara

skimming seluruh bacaan dengan menangkap ide-ide pokok.

d. penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas

untuk mengingat lagi informasi-informasi yang telah

disimpan, diperoleh atau diingat. Pembaca melakukan

penyegaran pada waktu pembaca sudah selesai membaca

bacaan secara menyeluruh. Tujuan dilakukan penyegaran

adalah untuk memperkuat atau memantapkan informasi-

informasi yang diperoleh pembaca. Caranya adalah dengan

menskim halaman demi halaman dengan memperhatikan

informasi-informasi atau hal-hal yang penting yang telah

diperolehnya.

50
e. Kesan umum didapat dari bacaan, baik yang fiksi maupun

yang nonfiksi. Pembaca dapat memperoleh kesan umum

dari sebuah novel dengan jalan melakukan pandangan

sekilas dan menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu.

1.2.1.3 Membaca Dangkal

Membaca dangkal (superficial reading) adalah sejenis

kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal

atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita baca.

Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang

dilakukan secara saksama. Membaca Dangkal (supervisal reading).

Membaca dangkal untuk mendapatkan pemahaman yang dangkal

yang bersifat lancar yang tidak mendalam bahasa bacaan. Membaca

dangkal biasanya dilakukan demi kesenangan, membaca bacaan

ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang.

Misalnya cerpen.

Membaca dangkal adalah salah satu jenis membaca ekstensif

yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang

bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Dengan kata

lain membaca dangkal merupakan kegiatan membaca yang dilihat

dari segi hasil. Kegiatan membaca ini biasanya dilakukan bila kita

membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang

mendatangkan kebahagian. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut

51
pemikiran yang mendalam seperti halnya membaca karya-karya

ilmiah.

Dari pengklasifikasian membaca ekstensif dapat di tarik

simpulan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.

Tabel 1

Klasifikasi Membaca Ekstensif

M. Survay M. Sekilas M. Dangkal

Pengertian Pengertian Pengertian

- Meninjau, mengkaji, dan - Baca layap, sekilas, dan selintas. - Sejenis kegiatan

membaca bagian-bagian - Teknik membaca dengan membaca yang tidak

tertentu dari sebuah menjelajahi atu menyapu bacaan terlalu mendalam dari

buku. dengan cepat untuk memahami bahan bacaan yang kita

atau menemukan hal-hal yang baca, hanya dilihat dari

penting. segi hasil.

Tujuan Tujuan Tujuan

- Untuk mengetahui - Mengenal topik bacaan, yang - Memperoleh

anatomi buku. meliputi: judul buku/artikel. pemahaman yang

- Mengetahui mutu buku. - Menemukan opini berarti dangkal yang bersifat

- Mengetahui gambaran pendapat, pikiran, atau pendirian. luaran.

umum sebuah buku - Mengetahui bagian penting dari - Penyegaran atau

52
secara cepat. sebuah bacaan. refeshing saja, karena

- Penyegaran  membaca lagi yang dibaca sepeerti

untuk meningat-ingat informasi bacaan ringan, yaitu

yang telah tersimpan. novel, cerpen, bacaan

- Memperoleh kesan umum dari singkat atau pendek

bacaan atau artikel. saja.

- Mengisi waktu

luang/senggang.

Teknik yang digunakan Teknik yang digunakan Teknik yang digunakan

- Dengan membuka-buka - Skiping  membaca dengan - Membaca secara

bagian-bagian buku loncatan-loncatan. saksama dan teliti,

tersebut secara cepat dan - Sampling  teknik membaca harus ada teknik

menyeluruh dalam sekali bagian tertentu bacaan dengan pemahaman

pandang. cepat supaya mendapat dikuasai.

- Dengan teknik baca layap gambaran umum dari bacaan.

(skimming), yaitu - Locating  teknik membaca

membaca secepat vertikal.


mungkin halaman demi
- Previewing  gabungan dari
halaman.
teknik sampling dan locating.
- (a) memeriksa judul

bacaan/buku, kata

pengantar, daftar isi dan

malihat abstrak(jika ada),

53
(b) memeriksa bagian

terahkir dari isi

(kesimpulan) jika ada,

(c) memeriksa indeks dan

apendiks(jika ada).

Hambatan Hambatan Hambatan

Karena membaca sekilas  vokalisai atau berguman Memahami bacaan non

guna mencari hal-hal ketika membaca, fiksi kurang tepat.

penting tetapi hal penting itu  membaca dengan

terlewati terpaksa membaca menggerakan bibir tetapi

ulang dengan teliti. tidak bersuara,

 kepala bergerak searah

tulisan yang dibaca,

 subvokalisasi; suara yang

biasa ikut membaca di

dalam pikiran kita,

 jari tangan selalu menunjuk

tulisa yang sedang kit

abaca,

 gerakan mata kembali pada

kata-kata sebelumnya.

1.2.1 Membaca Intensif

54
Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan

penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai.

Membaca intensif pada hakikatnya adalah studi saksama, telaah teliti, dan

penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu

bacaan (tugas) yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap

hari.

Menurut Suyatmi dan Mujiyanto, membaca intensif ialah suatu

aktivitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan ketajaman

pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu pengetahuan. Adapun tujuan

membaca intensif adalah memahami keseluruhan bahan bacaan sampai

pada bagian yang sekecil-kecilnya. Menurut Suyatmi dan Mujiyanto,

langkah-langkah membaca intensif bisa disimpulkan sebagai berikut;

1. Pembaca menentukan tujuan membaca intensif

2. Pembaca melaksanakan pembacaan secara agak cepat dan cukup

kritis sebagai usaha preview

3. Pembaca melaksanakan pembacaan keseluruhan secara sangat

cermat

4. Pembaca melaksanakan self resitasi

5. Pembaca mencari paragraf pendahuluan mengenai maksud

penulis

6. Pembaca memperhatikan baik-baik cara pengarang dalam

menentukan ruang lingkup pembicaraan

7. Pembaca memperhatikan secara seksama organisasi karangan

55
8. Pembaca mencari maksud pengarang, baik yang tersurat maupun

tersirat di dalam wacana.

Membaca intensif ialah belajar membaca secara tekun dan teliti

untuk memahami secara mendalam makna bacaan yang digunakan untuk

keperluan studi. Membaca intensif yang termasuk di dalamnya juga

membaca pemahaman, mempunyai pengertian bahwa jenis membaca ini

bertujuan memahami isi bacaan. Membaca pemahaman biasanya

dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Membaca pemahaman

dikatakan suatu proses yang kompleks sebab di dalam membaca

pemahaman, pembaca melibatkan sejumlah keterampilan. Membaca

intensif diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan telaah

bahasa.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

membaca intensif ialah kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan

memahami keseluruhan isi bacaan, baik yang tersirat maupun tersurat.

Oleh karena itu, dalam membaca intensif pembaca tidak hanya dituntut

untuk sekedar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus

mampu menghubungkan informasi baru yang telah diketahui dengan

pengalaman-pengalaman yang dilaminya.

Tabel 2

Pengertian Membaca Intensif

56
Menurut Menurut Suyatmi & Menurut Haryadi

Tarigan Mujiyanto

 Studi saksama  Cermat  Teliti

 Teliti  Ketajaman berpikir  Studi

 Terperinci  Mendalam

 2-4 halaman  Pemahaman secara

mendetail

Simpulan:

Membaca Intensif adalah studi seksama secara teliti dan terperinci

dengan pola ketajaman berpikir yang tinggi, mendalam, dan pemahamannya

secara mendetail biasanya 2-4 halaman.

1.2.1.1 Membaca Telaah Isi

Membaca intensif dibagi menjadi dua jenis, yaitu membaca telaah

isi dan membaca telaah bahasa. Penjenisan tersebut berdasarkan atas jenis

bacaan yang dibaca. Membaca telaah isi adalah membaca bacaan nonsastra

dan nonbahasa asin dengan penuh seksama untuk memperoleh pemahaman

secara mendetail, sedangkan membaca telaah bahasa adalah membaca

bacaan dan bahasa asing dan bahasa sastra dengan penuh seksama untuk

memperoleh pemahaman secara mendetail dan untuk memperkaya kosa

kata.

57
Membaca telaah isi menuntut adanya ketelitian, pemahaman,

kekritisan berpikir serta terampil dalam menangkapm ide-ide yang terdapat

dalam bahan bacaan. Membaca telah isi dibagi lagi menjadi empat jenis

yaitu membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca

ide.

1.2.1.1.1 Membaca teliti

Membaca teliti merupakan membaca yang dilakukan secara seksama.

menurut Tarigan (2008:40-41), dalam kegiatan membaca ini perlu keterampilan-

keterampilan berikut ini.

d. Survei cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum.

e. Membaca seksama dan membaca ulang paragraf untuk menentukan

kalimat judul dan perincian-perincian penting.

f.Penemuan hubungan paragraf dengan keseluruhan tulisan membaca

teliti mencakup membaca paragraf dengan pengertian, membaca

pilihan yang lebih panjang, membuat catatan, dan menelaah tugas.

Dalam kegiatan menelaah tugas ini dibantu dengan metode

SQ3R.Metode SQ3R merupakan metode membaca yang ditujukan untuk

kepentingan studi yang terdiri atas lima tahap, yaitu survai, question,

reading, recite dan review (Tarigan 1990:54). Mula-mula metode ini

dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1946. Metode ini dibuat untuk

kepentingan membaca bacaan yang berupa buku untuk kepentingan

belajar. Tampubolon (1990:170) memberi nama metode SQ3R dengan

58
istilah surtabaku yang merupakan akronim dari survai, tanya, baca,

katakan, dan ulang. Penjelasan dari kelima tahap dalam SQ3R, akan di

bahas pada bab berikutnya.

Manfaat yang dapat diperoleh dalam menggunakan metode SQ3R

ada lima, yaitu:

a. pembaca dilatih membaca secara sistematis.

b. membaca akan memperoleh pemahaman yang

komprehensif dan tahan lama.

c. pembaca akan dapat menentukan secara cepat apakah

buku yang dihadapinya sesuai dengan yang diperlukan

atau tidak.

d. pembaca diberi kesempatan untuk membaca secara

fleksibel.

Keefektifan membaca dapat dilihat dari tercapainya kegiatan membaca

sesuai dengan tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dalam membaca buku

dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Untuk mencapai tujuan, pembaca

melakukan serangkaian tahapan yaitu reading, recide, dan review sehingga

tujuan baca akan bisa tercapai dengan baik.

1.3.1.2 Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan membaca yang dilakukan secara cermat

yang digunakan untuk memperoleh pemahaman (sepenuhnya) atas suatu bahan

59
bacaan. Pembaca mengenal, menangkap, dan memahami informasi-informasi

yang terdapat dalam bacaan secara tersurat (eksplisit). Pembaca hanya menangkap

informasi-informasi yang terletak secara jelas dalam bacaan. Informasi secara

eksplisit terdapat dalam baris-baris. Pembaca tinggal menangkap makna-makna

tersebut, tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi (implisit) atau makna

dibalik baris-baris. Nurhadi (2004:57) memberi nama membaca literal.

Agar dapat berhasil dalam menggunakan teknik ini, pembaca harus

memperhatikan hal-hal berikut ini.

1. Pembaca harus sudah mempunyai keterampilan-keterampilan yang

diperlukan untuk membaca dengan teknik close reading.

2. Pembaca menerapkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan

untuk membaca dengan teknik ini secara bertingkat sesuai tingkatan

keterampilan yang dibutuhkan atau sesuai urutan keterampilan.

3. Pembaca mempunyai tujuan dalam membaca yang dirancang sebelum

melakukan kegiatan membaca.

Tujuan yang diinginkan oleh pembaca pada umumnya adalah mencari dan

memperoleh informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi dan makna

bacaan. Tujuan yang lain selain tujuan umum adalah tujuan khusus.

Tujuan khusus meliputi:

1. menemukan rincian atas fakta-fakta yang terjadi dalam bacaan,

2. memperoleh ide-ide pokok yang ada pada bacaan,

3. memperoleh informasi (ide) lain atau tambahan yang ada dalam

bacaan,

60
4. menemukan urutan atau susunan organisasi cerita yang ada dalam

bacaan.

Teknik ini perlu dilatihkan terutama untuk pembaca yang sedang belajar

karena teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk membaca telaah atau

membaca studi. Dengan teknik ini, hal-hal yang diperoleh bersifat informatif.

Pembaca membaca bacaan yang mengandung informasi-informasi yang

diperlukan pelajar untuk memperoleh dan atau mengembangkan ilmu

pengetahuan yang diperlukan.

Membaca pemahaman melatihkan kemahiran pembaca dalam hal:

1. memahami makna kata,

2. memahami makna frase,

3. memahami makna kalimat,

4. memahami makna paragraf,

5. memahami makna unsur detail,

6. menangkap unsur perbandingan,

7. menangkap unsur urutan,

8. menangkap unsur sebab akibat,

9. memahami (menjawab) apa, siapa, kapan, dan dimana,

10. menyatakan kembali unsur perbandingan,

11. menyatakan kembali unsur urutan,

12. menyatakan kembali unsur sebab akibat.

1.3.1.3 Membaca Kritis

61
Membaca kritis adalah jenis membaca yang dilakukan secara bijaksana,

penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, analitis, dan bukan hanya mencari

kesalahan (Albert let a II 1961b:1)

5. Memahami maksud penulis

6. Memahami organisasi dasar tulisan

7. Dapat menilai penyajian penulis

8. Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-hari.

Setelah mengetahui topik-topik bacaan, biasanya pembaca melanjutkan

membaca untuk mengetahui maksud penulis terhadap permasalahan yang dibahas.

Cara yang efektif dan efisien untuk mendapatkannya adalah cukup dengan

membaca paragraf awal dan akhir. Paragraf awal sebuah bacaan umumnya

mengandung pokok-pokok pikiran yang diuraikan pada paragraf berikutnya

(paragraf isi). Semua pendapat yang akan diuraikan berikutnya ditulis pada

paragraf awal. Artikel yang seperti itu merupakan bacaan yang bersifat deduktif.

Penulis boleh saja menampilkan ringkasan pendapatnya pada akhir bacaan.

Pendapat yang diungkapkan pada akhir bacaan biasanya berupa simpulan. Bacaan

yang demikian merupakan bacaan yang bersifat induktif. Disamping kedua cara

tersebut, pembaca bisa juga menemukan opini pada awal dan akhir bacaan karena

penulis artikel menampilkan opini pada awal bacaan dan diulang diakhir bacaan

dalam bentuk simpulan. Bacaan tersebut dinamakan bacaan yang bersifat deduktif

– induktif.

Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang

membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian awal

62
(pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal berisi

pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin dibahas.

Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada pada bagian

awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk mengetahui organisasi

itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca dengan memperlihatkan

bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.

Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi

tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok yang

terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan, pembaca memahami

urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan hubungan antar-ide

pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok, sebuah bacaan berbentuk

kerangka karangan.

1.3.1.4 Membaca Ide

Membaca ide adalah kegiatan pembaca yang ingin mencari, memperoleh

serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Kemudian menurut

Anderson (1972) sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2008:117) membaca ide

merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:

a) mengapa hal itu merupakan judul atau topic yang baik.

b) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan

tersebut.

c) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.

63
Dalam mencari ide-ide dalam suatu bacaan kita dapat menikmati

keunikaan yang terkandung dalam bacaan tersebut. Keunikan dari ide-ide tersebut

kadang kala membuat pembaca berimajinasi dengan pikirannya. Dengan adanya

kegiatan tersebut muncul ide-ide baru dari hasil kegiatan membaca ini.

Ide dalam sebuah bacaan terkandung dalam paragraf yang disebut ide

pokok. Dalam bahasa Indonesia, ide pokok bersinonim dengan istilah pikiran

utama, pokok pikiran, kalimat pokok, yang semuanya mempunyai arti yang sama

serta mengacu pada pengertian kalimat topik. Gagasan pokok yang menjadi

bahasan sebuah paragraf disebut pokok bahasan atau topik (Sakri 1992:3). Dalam

sebuah paragraf pastilah terdapat kalimat pokok atau kalimat utama, kalimat

tersebut merupakan kunci dan pokok bahasan.

Zainuddin (1992:46) paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung ide untuk

mengungkapkan buah pikiran yang dapat berupa satu atau beberapa kalimat. Buah

pikiran tersebut dapat diuraikan ke dalam beberapa kalimat. Namun, pada

umumnya dalam suatu paragraf terdapat satu ide pokok atau gagasan pokok yang

dijabarkan sehingga terdapat pikiran utama dan pikiran penjelas. Pikiran utama

biasanya terdapat pada awal paragraf, tengah paragraf, awal dan akhir paragraf

atau pun terdapat pada seluruh paragraf.

Hal senada juga disampaikan oleh Mustakim (1994:112) paragraf sebagai suatu

bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat.

Dalam praktiknya, paragraf terkadang hanya terdiri dan beberapa kalimat atau pun

hanya satu kalimat. Namun, jumlah kalimat tersebut bukanlah menjadi ukuran

64
dalam penyebutan paragraf. Hal tersebut karena yang terpenting dalam sebuah

paragraf adalah kesatuan gagasan yang diungkapkannya.

Paragraf adalah bagian bacaan yang mengandung satu satuan gagasan, yang

biasanya disebut dengan ide pokok paragraf (Nurhadi 2005b:69). Lebih lanjut

menurut Nurhadi, beberapa teinpat kalimat utama atau ide pokok antara lain (1)

ide pokok di awal paragraf (kalimat pertama); (2) ide pokok di akhir kalimat

(kalimat penutup); (3) kalimat topik terdapat pada kalimat pertama dan terakhir;

(4) ide pokok menyebar di seluruh paragraf.

Haryanta (2008) mengungkapkan, inti atau ide pokok paragraf merupakan

gagasan yang secara struktural maknawi membawakan gagasan yang lain. Oleh

karena itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif

mencakup konsep gagasan lain mengubordinasi gagasan kalimat.

Soedarso (2004:66) paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi satu

gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan

satu gagasan. Paragraf merupakan jalan yang ditempuh oleh penulis untuk

menyampaikan buah pikirannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

membaca. Dalam satu paragraf ada kalimat pokok atau kalimat kunci. Kalimat itu

mengandung ide pokok paragraf. Kalimat lainnya adalah kalimat pendukung,

yang menguraikan, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan

contoh-contoh ide pokok.

Gagasan utama atau ide pokok dalam paragraf merupakan gagasan pokok

yang terkandung dalam paragraf. Gagasan utama atau ide pokok paragraf biasanya

65
terdapat dalam kalimat utama. Kalimat utama pada umumnya berupa kalimat yang

pertanyaannya paling umum dalam sebuah paragraf. Dilihat dari segi tempatnya

kalimat utama pada umumnya berada pada awal atau akhir paragraf. Gagasan

utama atau ide pokok dapat ditemukan dengan menghilangkan bagian atau

membuang bagian yang tidak penting.

Karena masih bersifat umum, gagasan utama atau ide pokok perlu

penjelasan atau rincian. Rincian inilah yang disebut dengan gagasan penjelas.

Gagasan penjelas dapat berupa rincian, contoh, perbandingan, atau pertentangan.

Dalam suatu wacana biasanya terdapat beberapa kalimat topik yang berasal dari

pengembangan paragraf demi paragraf. Satu paragraf hanya mengandung satu

kalimat topik. Secara garis besar teknik pengembangan paragraf ada dua macam.

Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan kalimat topik itu

dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas, sehingga di depan

pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua,

dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logis,

sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang meyakinkan.

Dalam praktik pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci

lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, diantaranya dengan (a)

memaparkan hal-hal yang khusus (umum-khusus/khusus-umum); (b) memberikan

contoh; (c) menampilkan fakta-fakta; (d) memberikan alasan-alasan; dan (e)

dengan perbandingan, definisi luas, atau campuran (Wagiran dan Doyin 2005:57).

66
Soedarso (2004:64-65) menjelaskan bahwa ide pokok dapat ditemukan di

semua bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum,

kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang agak spesifik. Setiap bab terbagi

lagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih spesifik lagi dan

setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf yang mengandung ide pokok yang

amat spesifik.

Untuk memudahkan Anda mendalami sebuah buku, hendaklah Anda

selalu menemukan ide pokok pada setiap buku yang meliputi: (1) ide pokok buku

keseluruhan; (2) ide pokok bab; (3) ide pokok bagian bab/sub-bab; dan (4) ide

pokok paragraf. Jika ide pokok sulit dikenali, Anda perlu membaca semua detail

secara hati-hati agar lebih mudah memahami. Jika ide pokok sudah Anda

dapatkan, Anda dapat menjabarkan detail yang mendukung atau Anda dapat

membaca detail itu dengan kecepatan yang tinggi.

Menurut Nurhadi (2004:69) tujuan membaca adalah menangkap gagasan

utama atau ide pokok yang melandasi pengembangan bacaan itu. Maksudnya

adalah ide-ide yang membangun keseluruhan bacaan. Pada dasarnya sebuah teks

bacaan yang utuh adalah sebuah bangun yang terdiri atas gagasan-gagasan yang

lebih kecil. Untuk menangkap ide dasar itu secara cepat yang terpenting bagi

seorang pembaca adalah menyerap ide-ide yang lebih kecil. Ide pokok paragraf,

misalnya. Untuk ini ada semacam petunjuk atau indikator dalam mengenalinya.

Ide pokok paragraf pada umumnya berada pada kalimat-kalimat topik

(kalimat utama). Kalimat ini yang biasanya menjadi tumpuan pengembangan

67
paragraf. Oleh karena itu, untuk menemukan ide pokok paragraf ini, caranya

adalah dengan mencari kalimat utama. Setelah itu, pembaca bisa mengabaikan

kalimat yang lain. Tempat kalimat utama atau kalimat topik biasanya dapat

dilacak di beberapa tempat, yaitu:

1) Kalimat topik di awal paragraf (kalimat pertama)

Membaca kalimat pertama, kemungkinan ide pokok itu ada di awal paragraf.

Paragraf induktif biasanya berciri demikian. Simpulan dulu baru penjelasan.

Contoh:

Sikap orangtua yang tak mau mengoreksi diri sendiri, tidak mau

menatap dan menerima kenyataan, terasa sangat merugikan kehidupan

remaja. Hal ini merupakan sumber terciptanya jurang pemisah antara anak

dan orangtua. Jembatan akan sulit dibentuk karena orangtua tidak mau

meninggalkan pendiriannya. Padahal lingkungan anak semakin menjauh dan

berusaha membantu dunianya sendiri. Sering terjadi gadis yang hamil, nekad

bunuh diri sebab dia yakin orangtua tak akan menerima.

2) Kalimat topik ada pada akhir kalimat (kalimat penutup)

Bila tidak ditemukan pada kalimat pertama, maka pembaca dapat mencari

pada kalimat yang terakhir. Paragraf deduktif, pada umumnya berciri

demikian. Penjelasan dulu, baru kemudian simpulan. Simpulan ini

tertampung pada kalimat terakhir.

Contoh:

68
Pertama ada rasa keinginan anak-anak untuk meniru. Kedua ada rasa

keinginan anak-anak untuk diberi tahu. Yang ketiga ada rasa keinginan

anak-anak untuk mengekspresikan dirinya (emosinya). Akantetapi, kegiatan

mendongeng dewasa ini sangat dikhawatirkn kesinambungannya seakanakan

aktivitas itu hampir tidak pernah dilakukan. Agaknya jarang para orangtua

atau para guru menyempatkan dirinya untuk bercerita atau mendongeng buat

anak-anaknya apalagi untuk anak-anak didik. Padahal sesungguhnya

dengan bercerita orangtua pendidik telah melakukan proses kreatif, yang

bisa menumbuhkan dunia lain.

3) Ide pokok terdapat pada kalimat pertama dan terakhir. Pembaca dapat

mencari pada gabungan antara kalimat pertama dan kalimat terakhir, jika

prosedur kedua juga gagal.

Contoh:

Kucing membutuhkan lemak. Lemak diambil dari vitamin yang

mengandung lemak di usus. Pemakan tumbuh-tumbuhan dan pemakan

segala dapat membuat asam arachidon dari asam linol. Namun, kucing tidak

dapat begitu. Kucing memperoleh asam lemak dari lemak binatang. Tanpa

adanya asam lemak, bulunya akan rontok dan gairah seksualnya akan

menurun. Kucing juga membutuhkan serangkaian zat, untuk keseimbangan

struktur jaringan, dan untuk menahan tubuh terhadap tekanan udara.

4) Ide pokok paragraf menyebar di seluruh paragraf. Jika tidak menemukannya

melalui prosedur satu, dua, dan tiga, maka pembaca harus mencari ide pokok

69
sendiri, sebab ide pokok menyebar di seluruh paragraf. Artinya pengarang

hanya menyatakan ide pokok secara implisit. Pembaca sendiri yang harus

membuat simpulan.

Contoh:

Kalau jarak jauh, sekali waktu Anda akan ketemu dengan kondektur.

Nah, ini bergantung pada besar kecilnya nyali yang Anda punyai. Kalau

perasaan bersalah nongol di hati, ya berterus teranglah kepada kondektur.

Bilanglah, Anda cuma naik untuk jarak dekat. Maka 200 rupiah pun cukup

menyelamatkan Anda (berombongan, bisa korting). Kalau nyali Anda besar

berdiam dirilah. Hanya dua kondektur untuk seluruh gerbong, sehingga sulit

bagi kondektur untuk membedakan penumpang yang baru naik dengan

karcisnya yang sudah diperiksa. Kalau kondektur berteriak “karcis-karcis”,

cukup pura-pura tidak mendengar. Kalau kondektur menyentuh Anda

tataplah mukanya dengan tenang, sambil berkata: “Sudah pak”. Kondektur

akan mafhum, sebab seperti pegawai lain, ia ingin menyelesaikan

pekerjaannya dengan cepat, dan penuh perdamaian.

Tarigan (2009:25-28) mengatakan bahwa berdasarkan letak ide pokoknya

paragraf dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) paragraf yang berpolakan umum-

khusus (deduktif); (2) paragraf yang berpolakan khusus-umum (induktif); dan (3)

paragraf yang berpolakan campuran, seperti umum-khusus-umum dan khusus-

umum-khusus.

70
Pertama, paragraf yang berpolakan umum-khusus (deduktif). Kerangka

paragraf yang termasuk dalam kategori deduktif adalah sebagai berikut.

1) transisi (berupa kata), kalimat topik, dan kalimat pengembang;

2) transisi (berupa kalimat), kalimat topik, dan kalimat pengembang;

3) kalimat topik dan kalimat pengembang.

Kedua, paragraf berpolakan khusus-umum (induktif). Kerangka paragraf

yang tergolong dalam kategori induktif adalah kalimat pengembang dengan

kalimat topik.

Ketiga , paragraf yang berpolakan campuran, seperti umum-khusus-umum

dan khusus-umum-khusus. Kerangka paragraf yang termasuk dalam kategori ini

adalah sebagai berikut.

1) transisi (berupa kata atau kalimat), kalimat topik, dan kalimat pengembang.

2) kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas.

Paragraf yang berpola umum-khusus, dengan atau tanpa transisi (berupa

kata atau kalimat), terdiri atas bermacam-macam jenis. Beberapa diantaranya,

yaitu paragraf deduksi, paragraf induksi, dan paragraf campuran.

1) Paragraf Deduksi

Paragraf deduksi adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal

paragraf. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan pemaparan atau pun

deskripsi sampai bagia-bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang

bersifat umum menjadi jelas.

Contoh:

71
Harga sebagian barang pokok bergerak naik. Beras seminggu lalu

berharga Rp5.000,00/kg. Gula pasir melonjak dari Rp5.500,00/kg menjadi

Rp6.500,00/kg. Minyak kelapa mengalami kenaikan yang sangat tinggi

mencapai Rp12.000/liter dari sebelumnya Rp7.500,00. Terigu kini mencapai

Rp7.000,00/kg, sedangkan minggu lalu masih Rp5.000,00.

2) Paragraf Induksi

Paragraf induksi adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di akhir

paragraf. Paragraf dimulai dengan penjelasan bagian-bagian kongkret atau

khusus yang dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang. Berdasarkan

penjelasan itu, pengarang sampai pada simpulan umum yang dinyatakan

dengan kalimat topik pada bagian akhir paragraf.

Contoh:

Jam meja yang biasanya berdering pukul 08.00 untuk membangunkan

aku sekali ini membisu karena lupa diputar. Akibatnya, aku terlambat

bangun. Cepat-cepat, aku pergi ke kamar mandi. Ternyata, sabun mandi pun

sudah habis, lupa membelinya kemarin sore. Mau sarapan, nasi hangus. Mau

berpakaian, semua baju kotor sehingga terpaksa memakai baju bekas

kemarin. Tambahan lagi, sewaktu menunggu kendaraan umum untuk pergi

ke kantor, kendaraan selalu penuh. Akhirnya, dapat yang kosong.

Malangnya, kendaraan mogok di tengah jalan. Turun dari kendaraan baru

melangkah dua-tiga langkah disambut hujan lebat bagai dicurahkan dari

72
langit. Amboi, tidak hanya terlambat dan badan basah kuyup, tetapi di

kantor dapat omelan dari “boss”. Sungguh sial benar nasibku hari itu.

3) Paragraf Campuran

Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada

kalimat pertama dan kalimat terakhir. Paragraf dapat dimulai dengan kalimat

topik disusul dengan kalimat pengembang dan diakhiri kalimat penegas.

Contoh:

Gengsi irama dangdut semakin meningkat. Bila dahulu irama ini

dianggap kampungan, peralatan asal ada dan tempat pertunjukkannya pun di

daerah pinggiran, kini suasana berubah. Irama dangdut tidak lagi dianggap

sebagai kampungan. Peralatannya lengkap, megah, dan modern tidak kalah

dengan peralatan grup musik pop. Artis-artisnya tidak kalah hebat dari artis

grup musik terkenal, baik dalam cara berpakaian, bergaya maupun dalam

suara. Irama dangdut sudah biasa muncul di pesta-pesta besar, di gedung-

gedung megah. Bahkan, irama dangdut muncul dari tempat-tempat mewah,

seperti hotel, klub malam, dan mobil-mobil mewah. Jelaslah bahwa irama

ini sudah menembus kaum “gedongan” dan kampus.

Sebuah bacaan umumnya memiliki gagasan pokok dan gagasan penjelas.

Gagasan pokok suatu paragraf merupakan ide pokok yang terkandung dalam

paragraf. Sebuah paragraf tidak akan sempurna jika hanya memiliki ide pokok

saja tanpa adanya gagasan penjelas. Nurhadi (2004:72) menjelaskan untuk

mengetahui apakah kalimat dalam suatu paragraf mengandung ide pokok atau

73
penjelas, dapat diketahui dengan melihat kata-kata kunci yang mengawali kalimat

tersebut.

Setelah mengetahui kata-kata kunci ide pokok paragraf, selanjutnya adalah

cara menemukan ide pokok dalam paragraf. Untuk menemukan ide pokok,

seseorang harus melakukan latihan. Latihan tersebut meliputi (1) latihan

menemukan letak ide pokok dalam paragraf; (2) latihan yang menyatakan ide

pokok sebuah paragraf; (4) latihan menemukan ide pokok dengan kecepatan

membaca tinggi.

Setelah mengetahui kata-kata kunci ide pokok paragraf, selanjutnya adalah cara

menemukan ide pokok dalam paragraf. Untuk menemukan ide pokok, seseorang

harüs melakukan latihan. Latihan tersebut meliputi

a) latihan menemukan letak ide pokok dalam paragraf

b) latihan menyatakan ide pokok sebuah paragraf;

c) latihan menangkap maksud paragraf;

d) latihan menemukan ide pokok dengan kecepatan membaca yang tinggi.

Hayon (2007:59) memaparkan bagaimana cara untuk mengetahui ide pokok

paragraf secara cepat dan tepat yaitu pembaca terlebih dahulu hams memiliki

pengetahuan dasar mengenai penyusunan sebuah paragraf. Pengetahuan tersebut

diantaranya :

a) mengetahui letak-letak kalimat utama, kalimat utama biasanya terletak pada

awal paragraf (pada kalimat pertama atau kedua), bagianbagian akhir (pada

74
kalimat terakhir atau kedua dan terakhir), dan gabungan (pada bagian awal

dan akhir);

b) mengetahui ide pokok, biasanya berbentuk kata atau frase, kadangkala ide

pokok terlihat jelas atau tersurat, tetapi ada juga yang tersirat;

c) mengetahui cara menentukan ide pokok, ide pokok dapat dilihat dan kata pada

kalimat utama yang diulang kembali, diganti dengan kata ganti persona atau

kata yang sama arti, dan diikuti kata ganti penunjuk pada kalimat-kalimat

penjelas;

d) mengetahui ide-ide penjelas yang terdapat pada kalimat-kalimat penjelas.

Dengan mengetahui ide pokok suatu paragraf, pembaca dapat mengikuti cara

berpikir dan seorang penulis.

Penulis dalam mengungkapkan idenya, biasanya dalam bentuk satu atau dua

kalimat. Kalimat-kalimat tersebut merupakan pokok pikiran penulis untuk

menyampaikan sesuatu. Dalam menyampaikan sesuatu, penulis menyertakan

topik paragraf karena topik itu menjadi subjek pembicaraan. Namun, sering kali

ide pokok tidak dapat diketahui dengan mudah, karena tidak se1manya ide pokok

selalu tersurat dalam sebuah kalimat. Untuk memudahkan dalam menemukan ide

pokok, dapat dilakukan dengan cara (1) menemukan topik terlebih dahulu; (2)

tanyakan pada diri Anda dengan sejumlah pertanyaan, Apa ide pokok paragraf ini

apa sebenarnya yang ingin penulis katakan dengan topik seperti ini? Kalimat

mana yang menyatakan ide pokok itu? (Nuriadi 2008:149). Dalam hal ini,

pembaca dituntut berpikir kritis dalam memahami isi suatu bacaan.

75
Dan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara untuk menemukan

ide pokok dapat dilakukan dengan cara :

1) terlebih dahulu mengetahui topik dalam bacaan;

2) dapat menggunakan kata kunci sesuai dengan tabel di atas,yaitu kata kunci

untuk mengetahui mana yang termasuk ide pokok atau hanya sebagai kalimat

penjelas saja.

3) mengetahui letak-letak ide pokok dalam suatu paragraf.

Tabel 3

Pengklasifikasian Membaca Telaah Isi

M. Teliti M. Pemahaman M. Kritis M. Ide

1. Pengertian 1. Pengertian 1. Pengertian 1. Pengertian

membaca yang dilakukan Membaca yang dilakukan Membaca yang dilakukan Kegiatan membaca yang i

secara saksama. secara cermat . secara bijaksana, mencari, memperoleh,

penuh tenggang hati, memanfaatkan ide-ide

mendalam, evaluasi, yang terdapat pada bac

dan bukan hanya

mencari kesalahan.
2. Metode
2. Metode
 Menentukan topik
2. Metode 2. Metode Membaca paragraf
 menggunakan kata kun
Metode SQ3R (survai,  Pembaca memahami awaldan akhir.
kata kunci antara ide p

76
question, reading, organisasi, hubungan dan kalimat penjelas.

recite, dan review). ide-ide bawahan dan  Mengetahui letak-letak

utama. pokok dalam suatu

 Merangkai informasi paragraf.

yang baru. 3. Manfaat

Memperoleh informasi-

informasi yang penting

dalam waktu yang sing


3. Manfaat 3. Manfaat

3. Manfaat  Mencari dan  Memahami maksud

 Melatih membaca memperoleh informasi penulis.

secara sistematis. yang mencakup  Memahami organisasi

 Memperoleh pemahaman. dasar tulisan.

pemahaman yang  Menemukan rincian  Dapat menilai

komprehensif dan tahan atas fakta-fakta. penyajian penulis.

lama.  Memperoleh ide-ide  Dapat menerapkan

 Bisa menentukan secara pokok. prisip-prinsip kritik

cepat buku yang  Memperolh informasi. bacaan sehari-hari.

dihadapinya.  Menemukan urutan atau

 Memberi kesempatan susunan organisasi

membaca secara cerita.

fleksibel.

1.3.2 Membaca Telaah Bahasa

77
Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa asing dan membaca

sastra. Tujuan membaca bahasa asing dalam tataran rendah adalah memperbesar

daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosa kata (developing

vocabulary. Dalam tataran yang lebih tinggi tentu saja bertujuan mencapai

kefasihan (fluency). Membaca sastra (literary reading) merupakan kegiatan

membaca karya-karya sastra, baik dalam hubungannya dengan kepentingan

apresiasi maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi atau kepentingan

pengkajian.

Dalam karya sastra unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasik

karya sastra. Unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasil karya sastra.

Unsur keindahan antara bentuk dan isi pada karya sastra mempengaruhi

keserasian, keharmonisan pada hasil karya sastra. Oleh karena itu penguasaan

teknik membaca sangatlah dibutujkan. Selain membaca teknik yang tepat kita

menelaah tang terkandung dalam bahan bacaan.

Soedjono (1983:109-124) berpendapat bahwa kegiatan membaca sebagai suatu

keterampilan, membaca dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain

membaca bahasa, membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknik,

membaca emosional dan membaca bebas. Membaca bahasa adalah membaca yang

mengutamakan bahasa bacaan. Dalam hal mi mementingkan segi bahasa bacaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian pikiran dengan bahasa,

perbendaharaan yang meliputi kosa kata, struktur kalimat dan ejaan. Membaca

teknik adalah membaca dengan menguraikan bacaan secara wajar, Wajar

maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran perasaan dan

78
kemampuan yang tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan baik.

Membaca ermosional adalah sebagai sarana untuk memasuki perasaan, yang

dimaksud membaca emosiohal adalah keindahan isi bahasanya.

Tabel 3

Perbedaan M. Telaah Isi & M. Telaah Bahasa

Pembeda M. Telaah Isi M. Telaah Bahasa

1. Jenis Bacaan Bacaan nonsastra dan Bacaan beerbahasa

nonbahasa asing asing dan bahasa sastra

2. Tujuan Untuk memperoleh  Untuk

pemahaman secara mendetail memperoleh

pemahaman

secara

mendetail

 Untuk

memperkaya

kosakata

 Untuk

mencapai

kefasihan

 Untuk

keindahan dari

segi bentuk dan

79
isi

3. Aspek yang  Adanya ketelitian Keharmonisan pada

harus  Pemahaman hasil karya sastra

Ditunjang  Kekritisan berpikir

 Terampil dalam

menangkap ide-ide

yang terdapat dalam

bacaan

4. Jenis-jenis  Membaca teliti  M. Bahasa

membaca  Membaca asing

pemahaman  M. sastra

 Membaca kritis

 Membaca ide

 Membaca Intensif adalah membaca secara teliti untuk memahami secara

mendalam atau pemahaman secara mendetailyang digunakan untuk studi

dan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

 Membaca Intensif diklasifikasikan menjadi dua yaitu membaca telaah isi

dan telaah bahasa.

80
1. Membaca Telaah Isi menuntut adanya ketelitian, pemahaman, kekritisan

berpikir serta terampil dalam menangkap ide-ide yang terdapat dalam bacaan.

Membaca Telaah Isi dibagi menjadi empat jenis yaitu membaca teliti, membaca

pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide.

a) Membaca Teliti merupakan membaca yang dilakukan secara

seksama. Dalam kegiatan membaca teliti dapat dilakukan dengan

membaca ulang suatu bacaan untuk dapat menentukan kalimat

judul dan perincian-perincian penting.

b) Membaca Pemahaman merupakan membaca yang dilakukan

secara cermat untuk memperoleh pemahaman sepenuhnya atas

suatu bahan dimana pembaca harus dapat mengenal, menangkap,

dan memahami informasi secara eksplisit. Membaca pemahaman

dapat juga disebut dengan “CLOSE READING”.

c) Mebaca Kritis merupakan Jenis membaca yang dilakukan secara

bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, dan analitis,

sehingga dapat meneraokan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-

hari.

d) Membaca Ide merupakan Kegiatan pembaca yang ingin mencari,

menangkap, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat

81
pada bacaan. Dalam mencari ide-ide dalam suatu bacaan kita dapat

menikmati keunikan yang terkandung dalam bacaan tersebut. Ide

dalam sebuah bacaan terkandung dalam paragraf yang disebut ide

pokok.

PEMAHAMAN TELITI KRITIS IDE

Membaca cermat Membaca yang Membaca yang

dilakukan secara bijaksana dengan

seksama tenggang hati,

mendalam,

evaluasi, alisitis,

dan bukan hanya

mencari kesalahan

Membaca Literal Kritis

sepenuhnya

Informasi tersurat Yang diperoleh Unsurnya adalah

adalah cara mengkritisi dan

menilai

Literal

Yang diperoleh

adalah hasil

 MEMBACA INTENSIF

82
Membaca Intensif adalah membaca dengan teliti untuk memahami secara

mendalam atau pemahaman mendetail yang digunakan untuk studi atau

untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Teks yang dibaca dalam membaca

intensif haruslah sesuai dengan bentuk maupun isinya. Membaca intensif

sering dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

 Bagian dan teknik membaca intensif:

1. Kuesioner

2. Latihan pola-pola kalimat

3. Latihan kosakata

4. Telaah kata-kata

5. Dikte

6. Diskusi umum

 Langkah-langkah dalam membaca intensif;

1. Pembaca harus mengetahui tujuan membaca intensif

2. Pembaca melakukan proses membaca relatif cepat dan relatif

kritis guna mengembangkan usaha preview

3. Pembaca melakukan proses membaca secara cermat dan teliti

4. Pembaca melaksanakan proses membaca self resitasi

5. Pembaca menentukan pendahuluan yang berbentuk paragraf

yang berisi tentang maksud penulis, setelah itu menemukan

paragraf penutup yang berisi penjelasan dari maksud bacaan

tersebut

83
6. Pembaca memperhatikan dengan seksama cara pengarang

dalam memilih ruang lingkup serta memberi tekanan pada

informasi yang menunjang maksud tersebut

7. Pembaca memperhatikan secara teliti organisasi keruangannya

8. Pembaca mencari maksud dan tujuan pengarang, baik yang

tersurat maupun tersirat dalam bacaan.

 Membaca Intensif diklasifikasikan menjadi dua yaitu membaca

telaah isi dan telaah bahasa.

 Menurut para tokoh tentang definisi membaca intensif:

TARIGAN SUYATMI DAN HARYADI

MUJIYANTO

Studi seksama Membaca secara Membaca dengan

cermat teliti

Membaca penuh Menggunakan Keperluan studi

ketelitian ketajaman berpikir

Terperinci Dipahami secara

mendalam

Terdiri dari 2-4 Mendetail

halaman

84
1. Membaca Telaah Isi adalah membaca dengan adanya ketelitian,
pemahaman, kekritisan berpikir dan terampil dalam menangkap ide-ide

yang terdapat dalam suatu bacaan, bacaan tersebut meliputi bacaan non

sastra dan non bahasa oleh karena itu perlu dilakukan secara seksama dan

mendetail.

 Dapat disimpulkan bahwa:

MEMBACA TELAAH ISI

1. Membaca bacaan non sastra maupun non asing dengan

seksama dan mendetail

2. Membaca penuh ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir

serta terampil dalam menangkap ide-ide yang terdapat

dalam bahan bacaan.

Membaca Telaah Isi dklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu membaca

teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide.

85
 Membaca Teliti merupakan membaca yang dilakukan

dengan seksama. Dalam kegiatan membaca teliti dapat

dilakukan dengan membaca ulang untuk memperoleh

pemahaman suatu bacaan dan dapat menentukan kalimat

judul dan perincian-perincian penting.

Langkah-langkah membaca teliti:

1. Melakukan survei secara cepat dan tepat untuk

menganalisis pengorganisasian dan pendekatan umum.

2. Membaca secara seksama dan melakukan pengulangan

paragraf untuk menentukan apa kalimat judul dan

perincian penting lainnya.

3. Menemukan keterkaitan hubungan paragraf dengan

keseluruhan isi tulisan, membaca teliti mencakup

membaca suatu paragraf dengan pengertian, membaca

pilihan yang relatif panjang, membuat catatan, dan

menelaah tugas.

 Membaca Pemahaman merupakan membaca yang

dilakukan dengan cermat untuk mendapat pemahaman

sepenuhnya suatu bahan dimana pembaca dituntut harus

mengenal, menangkap, dan memahami informasi secara

eksplisit. Pembaca merespon suatu informasi yang tertera

86
jelas dalam bacaan. Informasi yang digali dari tiap bacaan

terkandung dalam tiap baris-baris dan pembaca diharap

menangkap jelas makna-makna tersebut. Membaca

pemahaman dapat juga disebut dengan “CLOSE

READING”.

Langkah-langkah membaca pemahaman:

1. Pembaca diharapkan sudah menguasai ketrampilan

yang diperlukan untuk teknik ini.

2. Pembaca menerapkan ketrampilan yang dibutuhkan

agar dapat membaca teknik ini secara bertingkat sesuai

dengan tingkatan ketrampilan yang sesuai dengan tata

urutan ketrampilan.

3. Pembaca memiliki tujuan dalam merancang bacaan

sebelum melakukan kegiatan membaca.

 Membaca Kritis merupakan salah satu jenis membaca yang

dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati,

mendalam, evaluasi, dan analitis, sehingga dapat

menerapkan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-hari. Agar

mendapatkan hasil yang efektif efisien perlu dilakukannya

membaca paragraf dari awal sampai akhir.

87
Susunan organisasi tulisan:

I. Pendahuluan

a. Pengantar

b. Latar belakang

c. Alasan

d. Tujuan

II. Pembahasan

a. Solusi tentang perihal bagian awal

III. Penutup

a. Simpulan

b. Saran

 Membaca Ide merupakan bentuk Kegiatan pembaca yang

mencari, menangkap, memperoleh serta memanfaatkan ide-

ide yang terdapat pada suatu bacaan. Dalam mencari ide-ide

dalam suatu bacaan kita dapat menemukan dan menikmati

keunikan yang terkandung dalam bacaan tersebut. Ide

dalam sebuah bacaan tersebut terkandung dalam paragraf

88
yang disebut ide pokok. Karena bersifat umum suatu

gagasan atau ide perlu dilakukannya suatu perincian.

Penempatan ide pokok bisa diterapkan pada awal

paragraf, akhir paragraf, pada kalimat pertama dan

terakhir, dan menyebar di seluruh paragraf.

Berdasarkan ide pokoknya paragraf dibedakan menjadi:

1. Umum-khusus atau deduktif

Kerangka paragraf ini berupa transisi kata yaitu berupa

kata, transisi kalimat yaitu berupa kalimat, serta kalimat

topik dan kalimat pengembang.

2. Khusus-umum atau induktif

Kerangka paragraf ini tergolong dalam kalimat

pengembangan dengan kalimat topik.

3. Umum-khusus-umum atau campuran

Kerangka paragraf ini tergolong transisi berupa kalimat

ataupun kata, dan penjabaran kalimat topik, kalimat

pengembangan dan kalimat penegas.

PEMAHAMAN TELITI KRITIS IDE

Membaca cermat Membaca yang Membaca yang

89
dilakukan secara bijaksana dengan

seksama tenggang hati,

mendalam,

evaluasi, alisitis,

dan bukan hanya

mencari kesalahan

Membaca Literal Kritis

sepenuhnya

Informasi tersurat Yang diperoleh Unsurnya adalah

adalah cara mengkritisi dan

menilai

Literal

Yang diperoleh

adalah hasil

2. Membaca Telaah Bahasa termasuk membaca dengan memerlukan

pamahaman yang mencakup membaca bahasa asing dan membaca sastra.

Dalam membaca telaah bahasa adalah membaca yang mengutamakan

bahasa bacaan. Hal-hal yang diperhatikan dalam kegiatan membaca telaah

bahasa adalah kesesuaian pikiran dengan bahasa, perbendaharaan yang

meliputi kosa kata, struktur kalimat dan ejaan.

Karya sastra mengandung unsur keindahan yang sangat menunjang hasil

karya sastra oleh karena itu membaca perlu membutuhkannya, hal-hal

90
yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian unsur pikiran bahasa yang

sesuai, perbendaharaan kosa kata, penstrukturan kalimat dan ejaan.

Membaca perlu dilakukan dengan emosional sebagai sarana untuk

memasuki perasaan yaitu keindahan isi dan keindahan bahasa.

PERBEDAAN BAHASA SASTRA DAN BAHASA ASING

BAHASA ASING BAHASA SASTRA

Memperbesar daya kata Kegiatan membaca karya-karya

sastra

Mengembangkan kosa kata Baik dalam hubungan apresiasi

maupun studi

Mencapai kefasihan Dalam kepentingan pengkajian

Unsur estetika atau keindahan

sangat menunjang.

 MEMBACA EKSTENSIF

 Membaca Ekstensif adalah membaca secara luas dan dapat disebut juga

membaca cepat. Karena membaca ekstensif sehingga untuk membaca

ekstensif yang diperlukan adalah suatu pemahaman hal-hal penting dengan

91
cepat untuk mendapat hasil bacaan secara efisien. Memahami hal-hal

yang penting saja dan waktu yang dibutuhkan relative singkat. Membaca

Ekstensif mempunyai teknik yang berbeda dengan membaca Intensif.

Menurut Tarigan membaca ekstensif membawa keuntungan yaitu efisien,

hemat waktu, sekilas, cepat, singkat, luas, hal penting, fleksibel. Karena

memacu Ekstensif hanya diarahkan pada pemahaman. Sistem membaca

ekstensif memperhitungkan waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap

bahan bacaannya untuk merespon lambang-lambang tulisan dengan

pengertian yang tepat dan cepat.Bahwa membaca cepat merupakan tahap

membaca untuk memahami isi-isi bacaan secara cepat. Membaca ekstensif

dibagi menjadi tiga jenis yaitu membaca survai (survey reading),

membaca sekilas (skimming), membaca dangkal (superficial reading).

a) Membaca Survai

Yang dimaksud survai adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan cara

membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian buku

yang disurvai adalah bagian awal, bagian isi, bagian akhir. Tujuan

dilakuakan survai adalah untuk mengetahui anatomi buku, mutu buku, dan

gambaran umum isi buku. Mensurvai dilakukan untuk mengetahui buku

yang disurvai itu cocok atau tidak, pembaca tidak perlu meneruskan tahap

berikutnya.

92
b) Membaca Sekilas

Membaca sekilas diistilahkan dengan membaca skimming. Skimming adalah

teknik membaca layap dan selintas, yaitu teknik membaca secepat mungkin

halaman demi halaman. Jenis teknik yang termasuk dalam teknik skimming

adalah skipping, sampling, locating, dan previewing. Skipping adalah

pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat pertama

paragraf berikutnya, dari kalimat akhir ke kalimat akhir pada paragraf

berikutnya, dari kalimat awal ke kalimat tengah pada sebuah halaman, dari

kalimat awal ke kalimat kalimat awal pada halaman berikutnya dst.

c) Membaca Dangkal

Membaca Dangkal adalah kegiatan membaca untuk memperoleh

pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan

yang dibaca dan dilakukan secara seksama juga bersifat lancer yang bahasa

bacaannya tidak mendalam. Membaca dangkal mempunyai tujuan untuk

memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak

mendalam dari suatu bacaan yang biasanya dilakukan demi kesenangan

93
atau hiburan, membaca bacaan ringan dapat mendatangkan kebahagiaan

diwaktu senggang. Misalnya : Cerpen.

 TUJUAN MEMBACA EKSTENSIF

Memahami isi yang penting dengan cepat (Tarigan). Juga untuk

memahami hal-hal penting dengan cepat sehingga membaca secara

efisien terlaksana

PERBEDAAN ANTARA MEMBACA INTENSIF DAN EKSTENSIF

DITINJAU DARI INTENSIF EKSTENSIF

CARA TELITI CEPAT

PEMAHAMAN MENDETAIL TIDAK MENDETAIL

BACAAN YANG TERDIRI DARI 2-4 LUAS

DIBACA HALAMAN

WAKTU LAMA CEPAT

Metode membaca yang mempunyai tahap-tahap secara prosedural dalam

membaca diteruskan ke otak, dan di otak dipahami, diinterpretasi, dan atau

94
dikritisi, ,Metode ini sanghat cocok untuk pembaca pemula yaitu pembaca

yang baru pertama kali belajar membaca adalah siswa SD kelas 1 atau

siswa taman kanak-kanak.

Tahap-tahap tersebut dapat digunakan dalam membaca sangat

beragam, Dari berbagai ragam metode membaca tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode dasar, metode

menengah, metode lanjutan.

Metode Dasar

Metode Dasar merupakan metode membaca yang

digunakan atau diperuntukkan pembaca pemula atau pembaca yang

baru belajar membaca. Secara formal, pembaca pemula adalah

siswa SD.

Metode membaca dasar dibagi menjadi enam metode, yaitu

metode abjad, bunyi, kupas rangkai suku kata, kata lembaga,

global dan SAS.

a. Metode Abjad

Metode Abjad merupakan metode membaca

yang diperuntukkan untuk membaca pemula yang baru

95
belajar membaca atau mengenal huruf dengan cara

membaca dalam wujud abjad.

b. Metode Bunyi

Metode Bunyi merupakan metode membaca

yang diperuntukkan untuk pembaca pemula yang

baru belajar membaca huruf dengan cara huruf

membaca dalam wujud bunyi.

c. Metode Kupas Rangkai Suku Kata

Metode Kupas Rangkai Suku Kata merupakan metode

membaca yang digunakan pembaca pemula dengan cara

menguraikan dan merangkai suku kata yang dibaca.

d. Metode Lembaga

Metode Lembaga merupakan metode

membaca yang diperuntukkan pembaca pemula

dengan proses mengurai dan merangkai kata

lembaga yang dibaca.

e. Metode Global

96
Metode Global merupakan metode yang

digunakan pembaca pemula dengan proses

memahami bacaan secara utuh, membaca bagian

demi bagian bacaan tersebut, dan membaca secara

utuh kembali.

f. Metode SAS

Metode SAS merupakan metode membaca

permulaan yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu

membac secara struktural, analisis, sintesis.

METODE PERBEDAAN PERSAMAAN

ANTARA Menggunakan a.Metode kupas

METODE prosedur yang sama rangkai suku kata

KUPAS yaitu merangkai dan Mengurai suku kata

RANGKAI SUKU mengurai unsur yang menjadi huruf demi

KATA DENGAN dibaca. huruf dan merangkai

METODE KATA huruf demi huruf

LEMBAGA menjadi suku kata.

97
b.Metode kata

lembaga

Mengurai kata

menjadi suku kata,

mengurai suku kata

menjadi huruf-huruf,

merangkai huruf

menjadi suku kata,

merangkai suku kata

menjadi kata.

ANTARA Ketiga metode ini Metode global

METODE sama-sama mengutamakan

GLOBAL menggunakan keutuhan unsur-unsur

DENGAN prosedur mengurai bacaan, sedangkan

METODE dan merangkai. metode kupas

KUPAS rangkai suku kata

RANGKAI SUKU dan metode kata

KATA DAN lembaga tidak

METODE KATA menekankan hal

LEMBAGA tersebut.

ANTARA Dilihat dari Metode SAS

METODE SAS prosedurnya kedua Memandang bahwa

98
DENGAN metode ini sama- bacaan merupakan

METODE sama menggunakan struktur kalimat atau

GLOBAL cara mengurai dan kata.

merangkai unsur Metode global

bacaan. Memandang bahwa

bacaan merupakan

sebuah keutuhan

setiap unsurnya.

ANTARA Dilihat dari Metode abjad

METODE pemakainya yaitu Prosedur pembacaan

ABJAD DENGAN sama-sama huruf dalam bentuk

METODE BUNYI digunakan untuk abjad.

pembaca pemula. Metode bunyi

Prosedur pembacaan

huruf dalam wujud

bunyi.

Metode Menengah

Metode Menengah merupakan metode membaca yang

dipergunakan untuk pembaca sudah mahir dalam membaca

permulaan. Kemahiran yang dimaksud adalah kemahiran membaca

99
unsur bacaan yang berbentuk huruf, suku kata, kata, dan kalimat

yang sederhana atau memiliki kemahiran ditingkat dasar. Secara

formal metode ini dapat diterapkan mulai akan duduk di kelas II

SD.

Berdasarkan visualisasi simbol-simbol grafis, metode

menengah terdiri atas empat metode, yaitu metode kata, frase,

kalimat, dan paragraf.

A) Metode Kata merupakan cara membaca kata demi

kata pada sebuah bacaan. Penerapan metode ini

berlandaskan atas pandangan bahwa bacaan

merupakan susunan kata-kata yang mengandung

makna.

B) Metode Frase merupakan cara membaca unsur

bagian-bagian yang berbentuk frase. Pada dasar

penggunaan metode ini adalah bahwa penulis

menyampaikan gagasan dan perasaannya bukan

dalam bentuk kata melainkan dalam bentuk frase.

C) Metode Kalimat merupakan cara membaca dengan

menelaah kalimat demi kalimat. Metode tersebut

diterapkan dengan asumsi bahwa penyampaian

100
gagasan penulis dalam bentuk kalimat.

D) Metode Paragraf merupakan cara membaca

dengan menelaah paragraf demi paragraf. Asumsi

yang digunakan sebagai dasar metode ini adalah

bahwa sebuah paragraph merupakan satuan bacaan

yang mengandung gagasan pemikiran yang ingin

disampaikan penulis.

Metode Lanjutan

Metode Lanjutan merupakan cara diciptakan oleh pembaca

yang sudah menguasai dalam menggunakan metode menengah untuk

mengembangkan dan meningkatkan kemahiran membacanya. Cara

membaca yang dimaksud adalah bagaimana pembaca dapat membaca

seefisien dan seefektif mungkin. Metode yang dapat digunakan supaya

dapat membaca efektif dan efisien diklasifikasikan menjadi beberapa sub

sisstem yang terdiri atas S-D4, P2R, S2QR, GPID, PACER, SQ3R, PQ3R,

PQRST, SUPER SIX Re, DAN OK5R.

 Metode S-D4

Metode S-D4 adalah metode membaca yang dilaksanakan

dengan tahap survai dan decide dengan empat alternatif.

101
Pembahasan mengenai S-D4 adalah sebagai berikut :

o Survai adalah kegiatan pembaca dalam melakukan

aktivitas membaca secara sepintas lalu untuk

mengidentivikasi stuktur dan pokok-pokok pikiran

utama bacaan.

o Decide adalah proses pembaca memutuskan untuk

melakukan salah satu empat pilihan berikut ini.

 Skip artinya mengabaikan /sama sekali tidak

membaca

 Membaca Sepintas

 Membaca dengan kecepatan wajar

 Mempelajari materi bacaan

 Metode P2R

Metode P2R merupakan metode membaca yang terdiri atas

tahap preview, read, review yang biasanya digunakan sebagian

besar pembaca cepat dan evisien.

Penjelasan ketiga tahap dalam metode ini adalah berikut

ini:

102
o Preview adalah membaca sepintas lalu untuk

mengetahui struktur bacaan, pokok-pokok pikiran,

relevansi dan sebagaianya.

o Read adalah membaca secepat mungkin sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai tingkat

kesulitan bacaan.

o Review adalah membaca sepintas lalu untuk

memastikan tidak ada yang terlewatkan dan atau

untuk memperkuat ingatan terhadap pokok-pokok

pikiran yang telah didapat dari tahap read.

 Metode S2QR

Metode S2QR adalah metode membaca yang digunakan untuk

membawa table, grafik / diagram yang tahap-tahapnya terdiri

atas survai, seek, question, dan reading.

o Survai merupakan kegiatan membawa sepintas hal-

hal pokok dalam table.

o Seek merupakan kegiatan membaca mencari

informasi pada kolom dan informasi tambahan yang

ada diluar kolom tabel.

o Question merupakan kegiatan pembaca membuat

pertanyaan tentang isi tabel / tujuan membaca tabel.

103
o Reading merupakan kegiatan membaca tabel secara

seksama an teliti sehingga diperoleh informasi-

informasi yang dicari.

 Metode GPID

Metode GDIP merupakan metode membaca yang terdiri

atas empat tahap yaitu goal, plans, implementation, dan

development.

Penjabaran metode tersebut adalah sebagai berikut.

o Goall adalah apa yang diharapkan, dimaksud atau

apa tujuan membaca. Tahap awal metode ini adalah

menentukan tujuan membaca.

o Plans adalah rencana untuk mencapai tujuan. Pada

tahap ini, pembaca menyusun srategi untuk

mencapai tujuan membaca.

o Implementation adalah pelaksanaan membaca. Pada

tahap ini pembaca melakukan kegiatan membaca

dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai

dan rencana yang sudah disusun untuk mencapai

tujuan tersebut.

104
o Development adalah proses evaluasi dan proses

mengambil simpulan. Yang dievaluasi pada tahap

ini adalah apakah tujuan membaca telah tercapai,

apakah rencana telah berjalan sesuai yang

direncanakan, dan apakah kegiatan secara

keseluruhan telah tercapai.

 Metode PACER

Metode PACER merupakan metode membaca yang terdiri

atas lima tahap, yaitu preview, assess, choose, expedite, dan

review.

Penjelasan metode berikut ini.

o Preview atau meninjau merupakan kegiatan

membaca bacaan secara sepintas lalu untuk

mengenali hal-hal yang bersifat luaran. Tahap ini

bisa disinonimkan dengan kegiatan survai.

o Assess atau menaksir merupakan kegiatan membaca

untuk menentukan tujuan membaca dan materi

baca.

o Choose atau memilih merupakan kegiatan membaca

yang berkaitan dengan memilih damn melakukan

membaca dengan teknik yang tepat. Teknik yang

dipilih disesuaikan dengan tujuan dan jenis bacaan.

105
o Expedite atau mempercepat merupakan kegiatan

pembaca untuk mempercepat kecepatan baca.

o Review atau meninjau kembali merupakan kegiatan

pembaca untuk membaca kembali secara sepintas.

 Metode SQ3R

Metode SQ3R merupakan metode membaca yang ditujukan

untuk kepentingan studi yang terdiri atas lima tahap yaitu

survai, question, reading, recite, review.

Penjelasan dari kelima tahap dalam SQ3R adalah sebagai

berikut.

o Survai adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan

cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah

buku.

o Question adalah tahap kedua dari metode SQ3R

yang berupa kegiatan pembaca menyusun

pertanyaan-pertanyaan

o Reading adalah tahap ketiga dari metode SQ3R

yang berupa kegiatan pembaca untuk membaca

bacaan.

106
o Recite adalah tahap keempat dari metode SQ3R

yang berupa kegiatan membaca untuk menceritakan

kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan kata-

kata sendiri.

o Review adalah tahap akhir dari metode SQ3R yang

berupa kegiatan pembaca untuk memeriksa ulang

bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami.

 Metode PQ3R

Metode PQ3R merupakan metode membaca buku untuk

studi yang meliputi tahap prepare, question, reading, recite, dan

review.

Penjelasan dari metode PQ3R sebagai berikut.

o Prepare adalah tahap mula dalam membaca sebuah

buku dengan cara melihat secara sekilas terhadap

keseluruhan sebuah buku.

o Question adalah tahp kedua dalam kegiatan

pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan.

o Reading adalah tahap ketiga dalam kegiatan

pembaca untuk membaca bacaan.

o Recite adalah tahap keempat dalam kegiatan

membaca untuk menceritakan kembali isi bacaan

yang telah dibaca dengan kata-kata sendiri.

107
o Review adalah tahap akhir dalam kegiatan pembaca

untuk memeriksa ulang bagian-bagian yang telah

dibaca.

 Metode PQRST

Metode PQRST merupakan metode membaca buku untuk

keperluan studi yang meliputi lima tahap, yaitu preview,

question, read, summarize, dan tes.

Penjelasan dari metode PQRST sebagi berikut.

o Preview adalah membaca sepintas lalu untuk

mengetahui struktur bacaan, pokok-pokok pikiran,

relevansi, dan sebagainya.

o Question adalah tahap kedua yang berupa kegiatan

pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan.

o Read adalah membaca secepat mungkin sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai tingkat

kesulitan bacaan.

o Summerize adalah tahap keempat yang berupa

kegiatan pembaca untuk membuat ringkasan

informasi yang telah diperoleh dari buku yang

dibacanya.

108
o Tes adalah tahap terakhir yang berwujud kegiatan

pembaca untuk menguji seberapa banyak

penguasaan terhadap buku yang telah dibaca.

 Metode SUPER SIX Re

Metode SUPER SIX Re merupakan metode membaca buku

untuk keperluan studi yang meliputi enam tahap, yaitu

reconniter, read, recite, record, review, dan reflect.

Penjelasan dari metode SUPER SIX Re sebagai berikut.

o Reconniter adalah meninjau, meneliti, mengkaji dan

cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah

buku.

o Read adalah membaca secepat mungkin sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai tingkat

kesulitan bacaan.

o Recite adalah kegitan membaca untuk menceritakan

kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan kata-

kata sendiri.

o Record adalah kegiatan membuat catatan-catatan

atau menandai margin-margin dan membuat

ringkasan ide-ide pokok yang ada pada setiap bab.

109
o Review adalah kegiatan pembaca untuk memeriksa

ulang bagian-bagian yang telah dibaca dan

dipahami.

o Reflect adalah kegiatan merenungkan kembali hal-

hal yang telah dibacanya.

 Metode OK5R

Metode OK5R merupakan metode membaca buku untuk

kepentingan studi yang terdiri atas overview, key ideas, read,

record, recite, review, dan reflect.

Pendekatan, metode, dan teknik dalam penerapannya saling berhubungan

dan mempunyai kaitan yang erat. Ketiga istilah itu membentuk sebuah sistem

yang tersusun atas tiga tingkatan hierarki (Hubbard dalam Subiyakto 1993:9).

Pendekatan mendasari atas metode yang dipilih, metode mendasari atas teknik

yang dipilih. Hubungan ketiga istilah tersebut secara hierarki dibagankan oleh

Hubbard sebagai berikut:

Bagan 1

Hierarki Pendekatan, Metode, dan Teknik

110
Berdasarkan bagan itu, satu pendekatan dapat mendasari beberapa metode dan

satu metode mendasari beberapa teknik.

Pendekatan yang mewarnai dalam mengkaji buku ini ada tiga, yaitu

pendekatan psikologi, linguistik, dan keterampilan berbahahasa. Dasar pandangan

dan teori yang digunakan untuk mengupas bahasan tersebut berasal dari disiplin

psikologi. Psikologi dijadikan dasar kajian karena pada dasarnya membaca adalah

proses mental-kognitif. Proses mental-kognitif terjadi pada otak. Otak merespons

rangsangan yang dikirimkan syaraf yang berhubungan dengan mata. Respons

tersebut berupa kegiatan mengolah rangsangan menjadi informasi. Kegiatan otak

selanjutnya adalah memahami dan atau mengkritisi dan atau mengkreatifi

informasi yang diterima. Proses mental kognitif yang lain dalam proses membaca

adalah proses terkait dengan perasaan atau emosi. Selain proses mental kognitif,

kajian dalam buku ini juga memanfaatkan pendekatan psikologi dari tinjauan

perkembangan pembaca. Perkembangan tersebut terkait dengan perkembangan

sensoris dan konseptual.

111
Pendekatan kedua yang dijadikan dasar adalah pendekatan linguistik.

Pendekatan linguistik digunakan karena pada dasarnya membaca adalah proses

membaca bacaan. Bacaan merupakan simbol atau lambang tulis yang tersusun

atas unsur linguistik. Unsur linguistik yang ada dalam bacaan berupa fonem

(dalam bentu grafem), suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.

Disamping itu, ada kajian linguistik yang dapat dipakai menjadi dasar dalam

mengupas proses pemahaman, yaitu semantik. Kajian semantik terkait dengan

proses mental kognitif. Semantik digunakan untuk sebagai dasar dalam hal

pemahaman bacaan secara eksplisit.

Pendekatan ketiga yang dijadikan dasar adalah pendekatan keterampilan

berbahasa. Membaca pada dasarnya proses penerapkan keterampilan membaca.

Keterampilan yang digunakan sewaktu membaca adalah keterampilan mekanik

dan pemahaman. Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup pengenalan

bentuk huruf; pengenalan unsur-unsur linguistik suku kata, kata, frase, klausa,

kalimat, dan wacara; dan kecepatan membaca. Keterampilan mekanik terkait

dengan proses yang dilakukan oleh mata. Keterampilan pemahaman terkait

dengan proses yang dilakukan oleh otak. Keterampilan pemahaman terkait dengan

memahami unsur-unsur yang ada dalam bacaan dan di luar bacaan. Unsur dalam

bacaan yang dipahami meliputi pemahaman kata, frase, klausa, kalimat, dan

wacana serta hubungan antar-unsur tersebut. Unsur yang ada di luar bacaan adalah

unsur pengalamanyang dimiliki oleh pembaca.

Hakikat Membaca

112
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media

kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1979:7). Membaca pada

hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya

sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,

psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim 2007:2).

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam

retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis)

(Haryadi 2007:4).

Secara linguistik, membaca merupakan proses pembacaan sandi (decoding

process). Artinya dalam kegiatan membaca ada upaya untuk menghubungkan

kata-kata tulis(written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning).

Dengan kata lain Anderson dalam Tarigan (1979:7) mengatakan bahwa kegiatan

membaca merupakan kegiatan mengubah tulisan/ cetakan menjadi bunyi-bunyi

yang bermakna.

Senada dengan pernyataan di atas, beberapa penulis beranggapan bahwa

‘membaca’ adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis

tersebut melalui fonikmenjadi membaca lisan (oral reading) (Tarigan 1979:8).

Dalam kegiatan membaca ternyata tidak cukup hanya dengan memahami apa

yang tertuang dalam tulisan saja, sehingga membaca dapat juga dianggap sebagai

suatu proses memahami sesuatu yang tersirat dalam yang tersurat (tulisan).

Artinya memahami pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis.

Hubungan antara makna yang ingin disampaikan penulis dan interpretasi pembaca

113
sangat menentukan ketepatan pembaca. Makna akan berubah berdasarkan

pengalaman yang dipakai untuk menginterpretasikan kata-kata atau kalimat yang

dibaca (Anderson dalam Tarigan 1979:8).

Jadi, membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului

oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan memahami

merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau informasi

yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap

makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan

sekilas.

Membaca adalah sebuah keharusan bila kita ingin menguasai dunia. Dengan

membaca, pandangan kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak

kita ketahui sebelumnya. Bila sebelumnya membaca identik dengan buku, maka

di jaman yang serba digital ini membaca tidak hanya terpaku pada membaca buku

karena segala informasi terkini telah tersedia di dunia maya.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi membaca:

# MIKKEL BIRKEGAARD

Membaca adalah sebuah proses rumit, mulai dari kata di halaman di hadapanmu

sampai suara yang meninggalkan bibirmu. Membaca adalah kombinasi dari

mengenali simbol dan pola, menghubungkannya dengan suara dan

114
mengumpulkannya menjadi suku kata sampai akhirnya kita mampu

menginterpretasikan arti sebuah kata

# NORA EPHRON

Membaca merupakan cara yang sangat sehat untuk mengobati attention deficit

disorder1

# ISMAIL KUSMAYADI

Membaca amerupakan proses yang kompleks karena proses ini melibatkan

kegiatan fisik dan mental

# DAUD FIRMANSYAH

Membaca merupakan tahap penting dalam proses perkembangan anak karena

membaca merupakan gerbang pertama untuk menuju proses pembejaran yang

lebih kompleks

# SRI WAHYUNI

Membaca merupakan proses yang bersifat fisik dan psiklogis

115
# BURNS DKK, 1984

Membaca adalah suatu kegiatan kompleks yang melibatkan serangkaian proses

mental karena secara garis besar ada 2 hal dasar dalam membaca, yaitu proses

membaca dan produk membaca

# ROOIJAKERS

Membaca merupakan suatu cara atau suatu sarana untuk memelihara tingkat

pengetahuan sendiri serta untuk menambah pengetahuan baru

# SULARTO, WANDI, PAX BENEDANTO

Membaca merupakan fungsi yang sangat penting artinya bagi kemajuan tingkat

peradaban manusia

# DINNA FERDIANTI

Membaca merupakan ketrampilan berbahasa yang harus sering dilatih. Semakin

sering berhadapan dengan bacaan, semakin terampillah kita membaca

Tampubolon (1993) menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik

dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu

terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-

116
bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental

karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan, terlibat didalamnya.

Dari definisi ini, kiranya dapat dilihat bahwa menemukan makna dari bacaan

(tulisan) adalah tujuan utama membaca, dan bukan mengenali huruf-huruf.

Diperjelas oleh pendapat Smith (Ginting, 2005) bahwa membaca merupakan suatu

proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis.

(www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/04/017-035.pdf ).

Proses membaca menurut Burn, Roe dan Ross (1984) merupakan proses

penerimaan simbol oleh sensori, kemudian mengintererpretasikan simbol, atau

kata yang dilihat atau mempersepsikan, mengikuti logika dan pola tatabahasa dari

kata-kata yang ditulis penulis, mengenali hubungan antara simbol dan suara antara

kata-kata dan apa yang ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali

kepada pengalaman langsung untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan

mengingat apa yang merela pelajari dimasa lalu dan menggabungkan ide baru dan

fakta serta menyetujui minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca.

Dijabarkan juga oleh Tarigan (1985) bahwa membaca adalah suatu proses

yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, suatu

metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-

kadang orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat

pada lambang-lambang tertulis. Finochiaro dan Bonomo (Tarigan, 1985)

mendefinisikan secara singkat, membaca adalah memetik serta memahamai arti

117
makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.

Sedangkan Juel (Sandjaja, 2005) mengartikan bahwa membaca adalah

proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur

bacaan, sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu

membuat intisari dari bacaan. (www.unika.ac.id.02/05/05)

Spache & Spache (Petty & Jensen, 1980) mengemukakan bahwa membaca

merupakan proses yang kompleks yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama

merupakan tahap dimana individu melakukan pembedaan terhadap apa yang

dilihatnya, selanjutnya individu berusaha untuk mengingat kembali, menganalisa,

memutuskan, dan mengevaluasi hal yang dibacanya. Sebagai suatu proses yang

kompleks, membaca memiliki nilai yang tinggi dalam perkembangan diri

seseorang. Secara umum orang menilai bahwa membaca itu identik dengan

belajar, dalam arti memperoleh informasi.

Membaca adalah proses berpikir, hal tersebut dikemukakan oleh Burn,

Roe dan Ross (1984), maksudnya adalah ketika seseorang sedang membaca, maka

seseorang tersebut akan mengenali kata yang memerlukan interpresi dari simbol-

simbal grafis. Untuk memahami sebuah bacaan sepenuhnya, seseorang harus

dapat menggunakan informasi untuk membuat kesimpulan dan membaca dengan

kritis dan kreatif agar dapat mengerti bahasa kiasan, tujuan yang ditetapkan

penulis, mengevaluasi ide-ide yang dituliskan oleh penulis dan menggunakan ide-

118
ide tersebut pada situasi yang tepat. Keseluruhan proses ini merupakan proses

berpikir.

Chambers dan Lowry (Burn, Roe dan Ross, 1984) menggaris bawahi juga

menegasakan hal yang sama bahwa membaca lebih dari sekedar mengenali kata-

kata tetapi juga membawa ingatan yang tepat, merasakan dan mendefinisikan

beberapa keinginan, mengidentifikasi sebuah solusi untuk memunuhi keinginan,

memilih cara alternatif, percobaan dengan memilih, menolak atau menguasai jalan

atau cara yang dipilih, dan memikirkan beberapa cara dari hasil yang evaluasi. hal

tersebut secara keseluruhan termasuk respon dari berpikir.

Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca, merupakan

transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide atau gagasan. Selain itu,

membaca dapat digunakan untuk membangun konsep, mengembangkan

perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan proses pengayaan

pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan memahami

problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan.

Ginting (2005) menyebutkan bahwa membaca merupakan proses ganda

meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Proses penglihatan dijabarkan

oleh Wassman & Rinsky (Ginting, 2005), sebagai proses penglihatan, membaca

bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol, oleh karena itu, mata

memainkan peranan penting. Dan sebagai proses tanggapan dijabarkan Ahuja

119
(Ginting, 2005), membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang kita

persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbol-simbol bunyi dan

mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut. Broughton (Gunting,

2005) mengemukakan membaca merupakan keterampilan yang bersifat

pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang

lebih tinggi (higher order). (www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/04/017-035.pdf).

Lebih jauh lagi, Bowman and Bowman (Sugiarto, 2001) mengemukakan

bahwa membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu

pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Allen dan Valette (Sugiarto, 2001) mengatakan bahwa

membaca adalah sebuah proses yang berkembang (a developmental

process). Davies (Sugiarto, 2001) memberikan pengertian membaca sebagai suatu

proses mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan

bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Dari sini dapat dilihat

bahwa kegiatan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan

interaktif.

(www,depdiknas.go.id/jurnal/37/perbedaan_hasil_belajar_membaca.htm).

Ditegaskan oleh Cole (1963) bahwa membaca mempunyai nilai besar

untuk orang dewasa karena berkontribusi pada perkembangan, seperti dapat

membebaskan dari tekanan, bekerja dengan penuh inisiatif, mendapatkan

informasi untuk memecahkan konflik dan mengenali karakter dengan mudah.

120
Lebih jauh lagi Cole (1963) menjelaskan bahwa membaca dapat juga

menimbulkan rasa aman dan merealisasikan diri dalam kehidupan pribadi seperti

hubungan yang lebih baik dengan keluarga dan kelompok, perubahan sikap, ide-

ide baru serta semakin menghargai bebagai aktivitas dalam kehidupan.

Berbagai pengertian membaca telah dipaparkan diatas, dan dapat

disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental, yang menuntut

seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis

sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan

makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran

untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepenjang hayat (life-

long learning).

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam

kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan

membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri.

Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan

membaca, yaitu:

1. Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca.

2. Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik

yang formal.

3. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.1

121
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar

bahwa membaca adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk

berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain

yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-

lambang tertulis.

Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu proses

yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”2.

Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan

akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual

akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan

yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak

terlaksana dengan baik.

Membaca merupakan jendela dunia, yang artinya dari membacalah semua

informasi di dunia ini dapat ditangkap dan dicerna dengan cepat dan mudah.

Dengan membaca dapat diperoleh beberapa informasi, gagasan, pendapat, pesan

dan lain-lain yang disampaikan penulis melalui lambang-lambang grafis yang

sudah dikkenal. Setiap aspek kehidupan itu melibatkan kegiatan membaca. Di

samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-

hari manusia.

Membaca merupakan suatu proses rumit dan kompleks untuk memperoleh

pesa yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Karena rumit dan

122
kompleks, membaca menjadi beraneka ragam atau berjenis-jenis. Menurut

Tarigan (2008:12-13), membaca

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang

tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam

kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi

berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap

pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai

alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan

pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara

dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek

pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word)

dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan

tulisan / cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Membaca merupakan suatu

penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan

adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).

Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh

karena itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi

responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda

oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.

123
Harimurti Kridalaksana mengatakan “Membaca adalah menggali

informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram

maupun dari kombinasi itu semua”3

Soedarso berpendapat bahwa “Membaca adalah aktivitas yang kompleks

dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang

harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat”4.

DP. Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik dan

mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan”5.

Bahkan ada pula beberapa penulis yang beranggapan bahwa membaca

adalah suatu kemauan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah

lambang-lambang tertulis tersebut melalui suatu metode pengajaran membaca

seperti fonik (ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa)

menjadi membaca lisan.

Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki

pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk

menginterpretasikan kata-kata tersebut.

Pengertian membaca

Tidak ada konsep yang baku untuk pengertian membaca, sehingga ada banyak

sekali pengertian membaca. Diantaranya adalah:

Proses melisankan paparan bahasa tulis; mempersepsi tuturan tulis;

penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari

124
tuturan tertulis yang dibaca; proses berpikir dan bernalar, atau sebagai proses

pengolahan bahasa; proses pemberian makna kepada simbol-simbol visual; dan,

tidak mungkin ada pengertian yang baku, yang ada hanya ragam pengertian yang

umum popular ke pengertian yang teknis ilmiah (2) pengertian yang sangat sempit

ke pengertian yang sangat luas, dan

(3) pengertian yang tanpa dasar ke perngertian yang secara kaku berdasarkan

suatu teori membaca tertentu.

Berkembangnya aneka pengertian membaca dikarenakan adanya tiga

faktor, yaitu yang pertama, kenyataan bahwa apa yang biasa disebut membaca itu

adalah sesuatu yang sangat rumit dan unik pula keadaannya. Sehingga belum ada

seorang ahlipun yang berhasil merumuskan membaca dengan tepat. Pasti masih

ada kelemahan banyak ataupun sedikit.

Faktor yang kedua, perbedaan latar belakang pendefinisian tentang

membaca. Dalam menyusun perumusannya ada perbedaan-perbedaan dalam:

(1) teori atau pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Penganut teori

keterampilan tentu memiliki pengertian yang berbeda dengan penganut teori

persepsi.

(2) tujuan atau maksud batasan membaca yang disusunnya. Bagi orang yang

memiliki tujuan mendefinisikan membaca sebagai bahan penelitian tentu berbeda

dengan yang mendefinisikan membaca untuk pengajaran.

125
(3) pemilihan aspek masalah membaca yang dijadikan pusat perhatiannya. Orang

yang memusatkan perhatiannya kepada aspek mekanis tentu akan memiliki

definisi yang berbeda dengan orang yang memusatkan pikiran pada aspek

pemahaman.

Faktor yang ketiga, dilatarbelakangi oleh penemuan-penemua baru dalam studi

membaca. Penemuan dari penerapan studi psikolinguistik mengembangkan

definisi membaca, sehingga berbeda dengan pengertian membaca menurut para

ahli yang lebih lampau.

Jika beraneka ragam pengertian tentang membaca dibanding-bandingkan maka

akan didapat tiga macam pengeritan membaca. Yaitu

(1) pengertian yang sempit, menganggap membaca itu sebagai proses pengenalan

simbol-simbol tertulis.

(2) Pengertian yang agak luas, pengertian ini memasukkan pula di samping

masalah mekanisme membaca proses pengenalan makna katap-kata dan frasa

penyusun bacaan di satu pihak, dan proses pemaduan berbagai unsure makn

menjadi satu kesatuan ide.

(3) pengertian yang luas, meliputi pula proses atau kegiatan memberikan reaksi

kritis-kreatif terhadap bacaan dalam menemukan signifikasi, nilai, fungi dan

hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta

dampak dari masalah yang dipaparkan pengarang.

126
Pengertian yang ketiga di atas cenderung lebih dipilih karena pada

dasarnya dalam membaca, pembaca adalaoh pihak yang aktif bukan pasif.

Dalam rangka meyusun perumusannya atau batasannya ada seumlah hal

penting yang perlu dimasukkan pertama, kenyataan bahwa dalam membaca

pembaca merespon secara sekunder tuturan tertulis yang dihadapinya.

Kedua, respon yang ditampilkannya bukanlah respon pasif melainkan respon

aktif yaitu respon yang berupa kegiatan mengolah atau menganaliss tuturan

tertulis itu.

Ketiga, pengolahan terhadap tuturan tertulis yang diresponnya itu tidak teratas

pada tuturan tertulis itu sendiri, tetapi diperhatikan pula tautan serta dampaknya

daam konteks kehidupan yang lebih luas.

Keempat, proses pengolahannya dilakukannya dengan suatu tingkat berpikiri

kritis kreatif tertentu.

Kelima, keseluruhanna proses pengolahan tuturan tertulis itu berkesudahan

degnan pemahaman yang bersfat menyeluruh.

Jadi dapat ditarik batasan tentang membaca yaitu, membaca adalah porses

pengolahan bacaan kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh

pemahaman yang bersifat meneluruh tentang bacaan itu, dan penilaia terhadap

kedaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu.

Suatu teori membaca mempunyai nilai dan fungsi sendiri dalam studi membaca

dan pengajaranya, yaitu:

127
1. Suatu teori membaca digunakan untuk membantu pihak-pihak yang bermaksud

mempelajari masalah membaca dan pengajaranya.

2. Suatu teori membaca digunakan para pembina pengajar membaca untuk

membina dan melaksanakan tugas-tugas dalam membina siswa membaca.

3. Suatu tepri membaca mutlak diperlukan bagi siapa yang ingin melakukan

penelitian tentang masalah membaca.

Pendekatan yang diterapkan selama ini dalam setudi membaca untuk

menghasilkan suatu teori membaca ialah:

1. Pendekatan konseptual, merupakan pendekatan yang berkaitan dengan

konsep/teori membaca untuk dikaji.

2. Pendekatan emperikal, merupakan pendekatan yang bertolak pada pengalaman

secara penghayatan pada proses membaca.

3. Pendekatan eksperimental, merupakan pendekatan yang dilakukan dengan

suatu eksperimen tertentu yang dikelola sedemikian rupa.

Pendekatan Linguistik yang semula diterapkan

oleh Good man untuk memerikan proses membaca kemudian direvisinya karena

disadarinya banyak kelemahannya.

Sebagai gantinya dipilihnya teori Transformasi Generatif penemuan Noam

Chomsky sebagai acuan kerja untuk memberikan proses membaca dalam bentuk

suatu model yang dikenal dengan Model Membaca Goodman. Model ini

menekankan bahwa membaca ialah seperangkat proses “recording, deconding dan

enconding” yang berkhir pada pemahaman atau komprehensif.

Faktor-faktor yang telah dibuktikan keberhasilan dalam membaca. Faktor–

128
faktor telah dibuktikan berpengaruh lewat studi dan penelitian yang bersifat

eksperimentatif, yaitu merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak

didik sebagai pihak yang membaca dan yang belajar membaca (faktor dalam), dan

faktor–faktor yang berasal dari luar diri anak didik dalam hubungannya denagn

proses pembaca dan yang belajar membaca (faktor luar).

Beberapa studi dan penelitian yang mengkaji kedua jenis faktor inilah

yang disajikan dalam bagian – bagian uraian selanjutnya.

1. Faktor intelegensia

Intelegensia yang dikonsep sebagai kemampuan mental atau potensi belajar telah

dibuktikan berpengaruh terhadap proses pemahaman dalam membaca hampir

pada setiap jenjang pendidikan pengaruhnya dibuktikan dengan hasil-hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa hasil tes intelegensia memercayai korelasi

positif yang cukup tinggi dengan hasil tes membaca komperhensif.

2. Faktor Sikap

Sikap sebagai kecenderungan jiwa yang prediktif sifanya dalam mereaks, sesuatu

oleh sementara ahli bidang studi membaca telah dikaji pengaruhnya terhadap

kemampuan membaca. Sikap positif terhadap bacaan da terhadap belajar

membaca diperkirakan sam degnan motor yang mampu menggerakkan jenis-jenis

keterampilan membaca bekerja secara lebih baik dan lebih akurat. Pengajran

membaca diharapkan bukan saja mempertimbangkan faktor sikap, melainkan juga

diharapkan membina sikap siswa dalam membaca.

3. Faktor Perbedaan Kelamin (Seks)

Perbedaan kelamin atau seks, yaitu antara laki-laki dan perempuan, juga

129
telah diteliti secara eksperimental sebagai factor yang berpengaruh dalam belajar

membaca. Tokoh yang meneliti : stroud bersama Lindquist (1942), pauley (1951),

hughes (1953), Fabian (1955).

Hamper dalam penelitian yang dilakukan oleh para tokoh tersebut membuktikan

bahwa factor perbedaan ada pengaruhnya terhadap proses belajar membaca dan

pengaruh tersebut hanya bekerja pada siswa usia muda saja,pengaruhnya ialah:

1. siswa putri lebih unggul dalam belajar membaca daripada siswa putra pada saat

mereka kelas 1,2,3.

2. Diatas kelas 3 kelas permulaan ini ternyata perbedaan kelamin tidak merupakan

factor yang berpengaruh lagi.

4. Faktor Penguasaan Bahasa

Penguasaan bahasa sebagai factor yang berpengaruh dalam proses memahami

bacaan telah banyak dibuktikan dengan studi dan penelitian yang menerapkan

pendekatan konsep tua dan pendekatan emperikal. Salah satu tokoh yang

terkemuka dalam penelitian yang terakhir ialah J.R Bormuth, dalam laporan

penelitiannya pada tahun 1969-1970, bormuth menegaskan bahwa ada 3 faktor

dalam penguasaan bahasa yang paling besar pengaruhnya dalam proses

pemahaman bacaan.

Ketiga faktor tersebut ialah :

a) Faktor struktur kalimat

b) Faktor anaphora

130
c) Faktor kekomplekan kalimat yang menyangkut masalah transformasi kalimat.

5. Faktor Status-Ekonomi-Sosial (SES)

Kedudukan orang tua anak didik di tengah-tengah masyarakat, keadaan

ekonomi rumah tangga, dan lingkungan hidup anak didik adalah faktor yang

tergolong SES. Faktor ini telah dibuktikan lewat penelitian experimental yang

berpengaruh terhadap kemampuan membaca peserta didik. Penelitian yang

dilakukan Hill dan Giametto (1963), Carson dan Rabin (1960), dan Boykin (1955)

menemukan bahwa seseorang yang memiliki kondisi SES-nya baik ternyata

kemampuan membacanya juga lebih baik daripada seseorang yang memiliki

kondisi SES-nya kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian ini berkembang

semacam kesepakatan bahwa SES adalah faktor dari luar diri seseorang yang

berpengaruh terhadap proses belajar membaca dan juga terhadap kemampuan

memahami bacaan. (Farr, Roger, 1969, Reading: What Can Be Measured?,

Newark, Delaware: International Reading Association Research Fund).

6. Faktor Bahan Bacaan.

Bahan bacaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman

bacaan telah banyak dibuktikan dengan penelitian eksperimental. William Eller

bersama Judith G. Wolf dkk. sebagai kelompok sarjana mengemukakan bahwa

(1). Bahan yang disajikan secara dua arah (twesided presentation) lebih efektif

pengaruhnya daripada satu arah (one-sided presentation).

131
(2). Penyajian satu arah lebih efektif daripada yang dua arah sepanjang pembaca

menyepakati sejak semula gagasan yang terdapat dalam bacaan.

Selain itu dari penelitian Katz dan Lazarsteld (1955) menyimpulkan bahwa

makin spesifik sifat sugesti isi bacaan bertautan dengan kepribadian pembaca,

makin kuat pula pengaruh sugesti itu.

Mengenai bahasa bacaan, Ruddell (1965) lewat eksperimennya

menemukan bahwa bahn bacaan yang struktur kalimatnya sama dengan unsur

kalimat bahasa lisan yang dikuasai siswa jauh lebih mudah dipahami daripada

sebaliknya.

Wilcox (1964) menemukan bahwa siswa remaja lebih mudah memahami

bacaan yang dilengkapi denagn skema atau tabel.

Dan Space bersama Space (1969) menemukan bahwa bahasa bacaan dari

pengarang yang sudah punya nama baik lebih mudah dipahami oleh pembaca

yang telah mengenal baik pengarang itu.

Studi tentang keterbacaan (readability) yang menghasilkan bermacam-macam

formula keterbacaan seperti yang dikemukakan oleh Dalechall, Lorge, Space, dll.

adalah bukti nyata dari peranan pengaruh bahasa bacaan itu. Sejalan dengan

tujuan studi ini, secara eksperimental, Tylor (1953,1956) mencobakan

penggunaan “cloze procedure” sebagai cara baru untuk menentukan keterbacaan.

Dengan “cleze procedure” secara langsung dapat ditentukan apakah sebuah

bacaan dapat dipahami dengan baik atau tidak oleh orang yang membacanya.

Dengan kata lain dibuktikan pula secara eksperimentatif bahwa bahasa bacaan

132
berpengaru terhadap prose pemahaman bacaan (Sadtono, E., Test Bahasa, Malang

: Proyek PMPT-IKIP Malang)

7. Faktor guru

Perilaku guru dalam membina anak didik dalam belajar membaca ternyat

berpengaruh besar dalam perilaku membaca sswa. Termasuk dalam perilaku

mengajar positif antara lain, (1)memahamai sudut pandang siswa,

(2) memvariasikan situasi yang memotivasi siswa beljara,

(3) mengajukan pertanyaan yang efektif kepada siswa,

(4) menajamkan pemahaman sisswa, dan

(5) mencobakan gagasan baru dalam pelaksaan pengajaran membaca.

Sementara jenis-jenis pengetahuan guru yang terbukti sifnifikan menurut

hsil penelitian Goodson (1965), antara lain:

(1) pengetahuan tentang penguasaan kosakata,

(2) pengetahuan tentang mekanisme membaca,

(3) pengetahuan tentang selera baca siswa,

(4) pengetahuan tentang membaca kritis, dan

(5) pengetahuan tentang pemahama literal dan interpretatif.

133
Berdasarkan keseluruhan uraian di muka serta sejumlah hasil penelitian yang telah

disajikan, dapat dirangkumkan sebuah kerangka teori membaca dengan pokok

pikiran sebagai berikut:

1. Membaca adalah proses yag sangat rumit dan unik pula sifatnya. Rumit karena

banyak faktor yang yang bekerja dalam proses membaca serta unik karena relatif

berbedanya proses membaca itu berlangsung ada setiap pembaca.

2. Proses membaca berlangsung sebagai bentuk respon pembaca terhadap tuturan

tertulis yang mestimulasinya.

3. Bacaan sebagai stimulant, dalam wajh permukaanya berua paparean bahasa

tulis yang terususn dari material bahasa, tertata dalam tatatuturan tertentu dan

tertulis menurut tata penulisan yang berlaku.

4. Respon aktif pembaca yang berupa proses membaca mencakup berbagai

kegiatan mental yang secara keseluruhannya meeruakan kegiatan mengolah

bacaan itu.

5. Kelancaran dan keberhasilan pembaca dalam membaca dipengaruhi beberapa

faktor baik dari dalam diri pembaca sendiri maupoun berasal dari luar.

Membaca, Baca – Kegiatan membaca bersama antara anak dan orang tua

berpengaruh terhadap sikap dan minat membaca anak. Melalui program membaca

bersama antara orang tua dan anak, anak-anak jadi suka mengisi waktu luangnya

dengan aktivitas membaca, mereka suka membaca bersama orang dewasa yang

lain, suka membaca majalah dan buku-buku yang ada di rumah dan di

perpustakaan sekolah. Buku-buku dan perlengkapan membaca merupakan

dukungan instrumental untuk mendidik anak, program pelatihan untuk orang tua

134
agar terlibat secara efektif dalam program membaca keluarga merupakan

dukungan informatif yang sangat berguna bagi orang tua untuk memberikan

dukungan penghargaan dan emosi kepada anak saat mereka membaca bersama.

Banyak cara yang ditempuh agar seseorang memperoleh pengetahuan.

Salah satunya yang paling sering dilakukan adalah melalui membaca. Ini

tampaknya lebih menekankan pengertian membaca sebagai kegiatan seseorang

untuk memperoleh pengetahuan melalui sumber-sumber tekstual, seperti buku,

artikel, koran dan sebagainya, dengan menggunakan mata atau pandangan sebagai

alat utamanya. Jika diperluas lagi, pengertian membaca di sini sebenarnya tidak

hanya persepsi visual terhadap bentuk rangkaian kata-kata (verbal) tetapi juga

dapat berbentuk simbol-simbol lainnya, seperti angka, gambar, diagram, tabel

yang di dalamnya memiliki arti dan maksud tertentu.

Yang dimaksud membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang

lain dengan perantaraan tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Tujuannya

ialah menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur.

Pesan Sponsor

Melalui aktivitas membaca, seseorang dapat mengenal suatu objek, ide

prosedur konsep, definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan. Bahkan

lebih dari itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai kemampuan

135
kognitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga

mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.

Minat baca berbanding lurus dengan kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang

besar minat bacanya pastilah bangsa yang maju. Mereka akan membaca dalam

setiap kesempatan contohnya terlihat tidak hanya dalam perpustakaan umum dan

pribadi tetapi juga di stasiun, di kereta,dan dalam perjalanan pun mereka

membaca.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai

pengertian : 1) membaca sebagai proses melisankan paparan tulis, 2) membaca

sebagai kegiatan mempersepsi tuturan tertulis, 3) membaca adalah penerapan

seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan

yang dibaca, 4) membaca sebagai proses pemberian makna kepada symbol-simbol

visual, 5) membaca merupakan keterampilan berbahasa yang mempunyai kegiatan

melisankan, mempersepsi penerapan keterampilan kognitif dan pemahaman

berpikir, dan bernalar serta pemberian makna terhadap simbol-simbol visual, 6)

membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media

kata/bahsa tulis, 7) dari segi linguistic, membaca adalah suatu proses penyandian

kembali dan pembacaan sandi (a recording and decording process), berlainan

dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encording), 8)

membaca adalah kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut

melalui fonik (phonccs = suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan

136
berdasarkan interprestasi fonetik terhadap ejaan-ejaan biasa) menjadi/menuju

membaca lisan (oral reading), 10) membaca dapat pula dianggap suatu proses

untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang

terkandung didalam kata-kata yang tertulis, dan 11) membaca adalah memahami

pola-pola yang terkandung dari gambaran tertulis.

Menurut Keraf (1996:42), membaca merupakan suatu proses yang bersifat

kompleks meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Kegiatan tersebut

adalah sebagai berikut :

b Mengamati seperangkat gambar-gambar bunyi bahasamenurut sistem lisan

tertentu, misalnya tulisan Latin, Arab, Cina, dan sebagainya. Pembaca secara

fisik harus mampu memusatkan titik pengelihatannya pada bagian-bagian

halaman cetakan, mengatur gerak mata mengikuti satuan-satuan bentuk

bahasa (kata, frase, kalimat) dalam urutan secara linier. Apabila perlu

pemahaman yang sungguh-sungguh, pembaca menghentikan laju gerak

matanya.pembaca harus dapat membedakan kata-kata atau satuan kata yang

ada kemiripan dengan kata lain.

c Menginterpretasi kata-ata sebagai simbol lambang bunyi yang mengaju pada

konsep tertentu. Tahap ini merupakan aspek persepsi. Pembaca

menginterpretasikan kesan-kesan yang mencapai otaknya. Sesuai dengan latar

belakang pengetahuan dan pengalamannya, pembaca memproses dan

mengorganisasikan data yang didapatkannya itu.

d Mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, logis, dan sistematis

menurut kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia. Gerakan berurutan merupakan

137
pokok kegiatan ini. Gerak mata pembaca mengikuti alur tulisan dari kiri ke

kanan dan sesekali terjadi gerak balik berhenti sejenak pada satu kata atau

kelompok kata tertentu. Sesekali pembaca mengatur gerak matanya melihat

kembali ke atas melihat kembali kata atau kelompok kata yang telah

diamatinya untuk memperoleh pemahaman.

e Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki dengan

teks bacaan untuk memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Latar

belakang pengalaman dan pengetahuan pembaca memerlukan pemahaman

terhadap isi bacaan, apalagi pengalaman dan pengetahuan yang relevan

dengan teks bacaan. Proses pemahaman terhadap isi suatu bacaan dapat

berlangsung dengan menghubungkan konsep-konsep yang telah dipunyai

dalam skemata struktur organisasi pengetahuan dan pengalaman pembaca

melalui proses asimilasi dan akomodasi.

f Memahami hubungan antara gambar bunyi dan bunyi, serta hubungan antara

kata dengan artinya. Hal ini terjadi pada saat membaca bersama ataupun

membaca tidak bersuara (dalam hati). Proses menghubungkan kata sebagai

symbol dengan artinya untuk memperoleh pemahaman sesuai dengan

konteksnya terjadi dalam membaca.

g Membuat simpulan dan nilai bacaan. Membaca merupakan suatu proses

berpikir. Pembaca harus memahami kata-kata dan kalimat-kalimat yang

dihadapinya melalui kegiatan dalam proses asosiasi serta proses

eksperimental. Pembaca membuat simpulandengan menghubungkan

proposisi yang terdapat dalam kalimat-kalimat mengingai-ingat hal-hal yang

138
telah dipelajari di masa lalu dab dari bacaan. Pembaca harus berpikir secara

sistematis, logis, dan kreatif agar dapat menilai bacaan.

h Meramunya dengan ide-ide dari fakta-fakta baru yang diperolehnya bacaan

untuk memperoleh pengetahuan yang baru atau memperluas wawasanya

tentang sesuatu. Dalam hal ini membaca diartikan sebagai proses belajar.

i Memusatkan perhatian ketika sedang membaca.

Pembaca akan mudah menyerap isi bacaan dengan memusatkan perhatian

Banyaknya pengertian membaca yang dikemukakan di atas berlatar belakang

dari berbagai hal, di antaranya :

1. Membaca merupakan kegiatan kenyataan yang unik dan rumit, bahwa

betapapun tingginya kepandaian seseorangbelum pernah ada yang

merumuskan membaca itu dengan baik.

2. Orang dan atau kelompok orang dalam merumuskan pengertian membaca

menggunakan pendekatan, tujuan, dan pemilihan aspek yang berbeda.

3. Penemuan-penemuan baru dalam studi membaca.

Dari beberapa perbedaan atau banyaknya pengertian tentang membaca yang

membedakan sebenarnya hanyalah tentang lingkup masalah yang dikemukakan.

Dari lingkup ini dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca dibagi menjadi

tiga, yaitu pertama, pengertian sempit maksudnya membaca hanya sebagai proses

pengenalan symbol-simbol tertulis. Kedua, pengertian agak luas, maksunya

disamping membaca sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis juga

membaca sebagai proses pemaduan atau penataan berbagai unsur makna menjadi

satu kesatuan ideal. Ketiga, pengertian luas yaitu dari kedua hal diatas juga

139
membaca membaca merupakan proses atau kegiatan memberikan reaksi kritis

terhadap bacaan dalam menentukan signifikasi, nilai, fungsi, dan hubungan isi

bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari

masalah yang dipaparekan pengarang.

Menurut Nurhadi (2004:60), tingkatan tetinggi dari membaca adalah

membaca kreatif. Membaca kreatif adalah membaca yang tidak sekedar

menangkap makna tersurat, makana antar baris, makna di balik baris, tetapi juga

mampu secara kreatif merupakan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-

hari.

Membaca adalah kunci ke gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku

harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca. Keterampilan membaca

menentukan hasil penggalian ilmu itu. Karena itu dapat dikatakan keterampilan

membaca sangat diperlukan dalam dunia modern.

Sedangkan makna dari membaca adalah menduga, memperhitungkan, dan

memahami. Berdasarkan arti membaca tersebut, pengertian membaca mencakup

dua hal. Pengertian yang pertama yaitu membaca teks-teks yang terurai dari huruf

demi huruf kemudian membentuk kata lalu terangkai dalam kalimat dan padu

dalam paragraf. Pengertian yang kedua yaitu membaca fenomena-fenomena yang

terjadi di alam semesta. Membaca sesuai pengertian ini misalnya memikirkan

140
bagaimana terjadinya siang dan malam, peredaran planet mengelilingi matahari,

dan penciptaan mahkluk.

Terdapat beberapa alasan mengapa kita harus senantiasa membaca.

Pertama, membaca sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Kedua,

membaca merupakan sarana pergaulan. Ketiga, membaca merupakan salah satu

sarana hiburan. Keempat, membaca dapat mendatangkan rezeki. Kelima,

membaca dapat menjadi sarana mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Keenam, membaca sebagai sarana koreksi diri.

Membaca adalah aktivitas memahami, menafsirkan, mengingat, lalu yang

terakhir adalah menuliskannya kembali berdasarkan analisis fikiran kita sendiri.

Menurut Pawit M. Yusuf dalam kegiatan seminarnya tentang Indeks Baca

di Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Padjajaran, membaca adalah berfikir. Tidak ada manusia yang hidup

tanpa berfikir, karena sebagai mahkluk sosial ia selalu menghadapi berbagai

masalah yang perlu dipecahkan.

Apa yang diketahui orang melalui kegiatan membaca pada hakikatnya

adalah informasi. Artinya dengan membaca ia mendapatkan sejumlah informasi

yang dalam keadaan tertentu bisa mempengaruhi sikap dan pandangan-

pandangannya tentang perilaku kehidupannya. Sikap bisa berubah karena adanya

terpaan informasi, kata Krech, dkk, (1968). Demikian pula kata Dwyer (1978)

141
bahwa perilaku manusia bisa berubah karena membaca, meskipun membaca

sebenarnya bukan satu-satunya faktor yang turut mempengaruhi sikap seseorang.

Melalui membaca orang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan waktu.

Peristiwa-peristiwa yang jauh terjadinya di masa lampau bisa diketahui melalui

membaca. Demikian pula pristiwa yang terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa

diketahui melalui membaca. Dengan demikian yang namanya membaca

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Adalah hal keliru jika memandang aktifitas membaca seolah-olah hanya “milik

orang-orang sekolahan”, sehingga orang-orang yang tidak bersekolah dianggap

tidak perlu lagi melakukan aktifitas membaca. Membaca pada dasarnya milik

semua orang dan siapapun dapat melakukannya. Demikian juga dengan bahan

yang dibacanya, tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang “serba serius”,

dalam arti memerlukan proses kognisi tingkat tinggi, tetapi juga dapat berupa hal-

hal yang ringan dan sederhana untuk sekedar memenuhi rasa ingin tahu seseorang,

misalnya untuk memperoleh informasi tentang hasil pertandingan sepak bola, atau

peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi pada suatu saat tertentu.

Di dalam buku Menjadi Guru Merdeka terjemahan dari A Pedagogy For

Liberation Dialogues On Transforming Education, karangan Ira Shor dan Paulo

Freire, makna membaca menurut Paulo Freire bukan sekedar berjalan atau

melayang di atas lintasan kata-kata. Membaca adalah menuliskan kembali apa

yang dibaca. Membaca adalah menemukan hubungan antara teks dan konteks dari

142
teks bersangkutan, dan bagaimana menghubungkan antara teks atau konteks

dengan konteks pembacanya.

Di Amerika pada masa lampau, kecepatan membaca perlu diukur, bahkan

sampai dibuatkan rumus segala. Membaca seolah suatu kegiatan yang perlu

kecepatan, seperti seorang berlari menuju finish. Namun dalam perkembangan

selanjutnya, ternyata kecepatan membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi

fleksibel. Adakalanya kita harus cepat, adakalanya perlu memperlambat atau

bahkan berhenti sebentar, lalu cepat lagi.

Kecepatan membaca sebenarnya tergantung pada tujuan membaca.

Sutrisno menyatakan bahwa ada kebiasaan yang kurang baik yang sering

dilakukan sampai dewasa ketika membaca yaitu:

a. Vokalisasi. Membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca karena

mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.

b. Gerakan Bibir. Menggerakkan bibir sewaktu membaca, sekalipun tidak

mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersama. Kecepatan

membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan

membaca diam.

c. Menunjuk dengan Jari. Untuk menunjuk agar tidak ada kata-kata yang terlewati

maka kita melakukan dengan bantuan jari atau pensil menunjuk kata demi kata.

Cara tersebut sebenarnya harus kita tinggalkan karena tidak memberi kepercayaan

kepada mata dan otak.

d. Regresi atau Mengulang. Kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat

143
kata yang baru dibaca itu menghambat serius dalam membaca.

e. Gerakan Kepala. Semasa anak-anak penglihatan kita memang masih sulit

menguasai seluruh penampang bacaan, akibatnya kita menggerakkan kepala dari

kiri ke kanan untuk dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Setelah

dewasa, penglihatan kita telah mampu secara optimal sehingga cukup mata saja

yang bergerak.

Ada dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak,

yaitu faktor personal dan faktor institusional. Faktor personal adalah yang ada

dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan

membaca, sikap dan kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional adalah

faktor-faktor diluar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku

bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar

belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.

Ada banyak kiat yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca

siswa, antara lain:

a. Memperkenalkan buku-buku. Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran

maupun guru perpustakaan. Buku yang diperkenalkan dapat berupa fiksi dan

nonfiksi.

b. Memperkenalkan hasil karya sastrawan. Sastrawan tenar di Indonesia banyak

sekali, misalnya, Umar Kayam, Y.B. Mangun Wijaya, Rendra, Taufik Ismail dan

lain-lain.

c. Pameran buku, biasanya dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara toko

144
buku atau penerbit.

d. Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana untuk

berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat menjadi media

kelas dan sekolah.

Definisi membaca. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: pembaca

adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik dengan melisankan

(meng-ucapkan) maupun hanya dalam hati.

Berdasarkan defimsi di atas, kita dapat mengatakan bahwa membaca merupakan

suatu proses perubahan bentuk lambang (tulisan) menjadi wujud makna.

Membaca merupakan kegiatan yang tersusun dari 4 komponen:

strategi,

kelancaran,

pembaca, dan

teks.

Strategi adalah kemampuan pembaca menggunakan beragam strategi

untuk mencapai tujuan dalam membaca.

Kelancaran ialah kemampuan membaca dengan kecepatan tertentu dengan

pemahaman yang cukup. Gabungan dari teks, strategi, kelancaran, dan pembaca

ini yang disebut membaca (Anderson, 2003:68).

145
Pemahaman dalam hal ini merupakan tujuan dari membaca.

Ada dua aspek dalam pengajaran membaca.

Aspek pertama, merujuk pada pengajaran membaca untuk pertama kali.

Kedua, mengajar membaca bagi mereka yang telah memiliki keterampilan

membaca dalam bahasa pertamanya (L1). Karena itu, menurut Anderson, kalau

sudah dapat membaca dalam satu bahasa maka tidak perlu belajar baca dalam

bahasa asing lainnya (L2), tetapi hanya perlu mentransfer keterampilan untuk

membaca konteks baru dalam bahasa lain (tapi kita akan melihat kendala dari

pernyataan ini. Baca sub Kendala Membaca: Tantangan Solusi) Proses Baca Ada

tiga model kategori dalam proses membaca:

1) model bawah-atas (buttom-up model),

2) model atas-bawah (up-down model), dan

3) model interaktif (interactive model).

Model bawah-atas, biasanya terdiri atas proses-proses baca pada level

terendah. Dalam hal ini siswa membaca mulai dengan dasar pengenalan tulisan

dan bunyi yang kemudian merekognisi morfem, kata, identifikasi struktur

gramatikal, kalimat, lalu teks

Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan

oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis

melaluimedia kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar

146
kelompok katayang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu

pandangan sekilas, danagar makna kata-kata secara individual akan dapat

diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan

yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu

tidak terlaksana dengan baik (Hodgson 1960 :43-44).

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali

dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan

berbicarad a n menulis ya n g justru melibatkan penyandian

(encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah

menghubungkan kata-kata tulis (writtenword) dengan makna

b a h a s a l i s a n ( o r a l l a n g u a g e m e a n i n g ) y a n g m e n c a k u p pengubahan

tulisan/cetakan menjadi bunyi yan

Istilah-istilah linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih

mudahdimengerti kalau kita dapat memahami bahasa (language) adalah

sandi (code)yang direncanakan untuk membawa/mengandung

makna (meaning). Kalau kitam e n yi m a k u j a r a n p e m b i c a r a m a k a

p a d a d a s a r n ya k i t a m e n - d e c o d e ( m e m b a c a sandi) makna ujaran

tersebut.

Apabila kita berbicara, maka pada dasarnya kita meng-encode

(menyandikan) bunyi-bunyi bahasa untuk membuat/mengutarakanmakna

(meaning).

Seperti juga halnya berbicara dalam dalam bentuk grafik, makam e n u l i s

pun merupakan suatu proses penyandian (encoding

147
p r o c e s s ) , d a n membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi

terhadap ujaran yang beradadalam bentuk tulisan adalah suatu proses

pembacaan sandi (decoding process).

Beberapa ahli lebih cenderung memakai istilah recording

(penyandian kembali)untuk menggantikan istilah reading (membaca)

sebab pertama sekali lambang-lambang tertulis (written symbols) diubah

menjadi bunyi, dan kemudian barulahsandi itu dibaca (are decoded).

Menyimak dan membaca berhubungan erat karenakeduanya

merupakan alat untuk menerima komunikasi.

Berbicara dan menulis berhubungan erat karena keduanya

merupakan alat untuk mengutarakan makna,mengemukakan pendapat,

mengekspresikan pesan. (Anderson 1972 : 3).

Di samping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas

makamembaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita

pergunakanuntuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-

kadang dengan orangl a i n , y a i t u m e n g k o m u n i k a s i k a n m a k n a

yang terkandung atau tersirat padalambang-lambang

tertulis.

Bahkan ada beberapa penulis yang seolah-

olah beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu

kemampuan untuk m e l i h a t lambang-lambang tertulis serta

mengubah lambang-lambang tertulis tersebutmelalui fonik

(phonics = suatu metode pengajaran membaca, ucapan,

148
e j a a n berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa)

menjadi/menuju membacalisan (oral reading).

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses

untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang

terkandung didalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara

makna yang hendak d i k e m u k a k a n oleh penulis dan

penafsiran atau interpretasi pembaca t u r u t menentukan

ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman

tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca.

Demikianlah makna itu akan berubah,k a r e n a s e t i a p p e m b a c a

memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang

d i a pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

(Anderson1972 : 211).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing

meaningt o a n d g e t t i n g m e a n i n g f r o m p r i n t e d o r w r i t t e n

material”, memetik s e r t a memahami arti atau makna yang

terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaroand Bonomo 1973:119).

Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa membacaadalah suatu

proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para

pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi

terhadaplambang-lambang visual yang menggambarkan tanda -tanda

oditori yang samayang telah mereka tanggapi sebelum itu. Menyimak dan

149
berbicara haruslah selalum e n d a h u l u i kegiatan membaca. Ketika

membaca kita membuat b u n yi d a l a m kerongkongan kita. Kita

membaca lebih cepat kalau kita tahu bagaimana caramengatakan serta

mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan kalau kita tidak tertegun-

tegun melakukannya.

Oleh karena itu maka penting sekali diingat agar setiap kesulitan

yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jedaharuslah

dijelaskan sebelum para pelajar disuruh membaca dalam hati

ataupunmembaca lisan. (Finocchiaro and Bonomo 1973:120).

Kesimpulan yang dapatditarik dari pembicaraan di atas adalah

bahwa “membaca ialah memahami pola - pola bahasa dari gambaran

tertulisnya” (Lado 1976 : 132).

Membaca

membaca adalah untuk mencari serta memperolehinformasi,

mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning)

eratsekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam

membaca.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai

pengertian : 1) membaca sebagai proses melisankan paparan tulis, 2) membaca

sebagai kegiatan mempersepsi tuturan tertulis, 3) membaca adalah penerapan

seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan

yang dibaca, 4) membaca sebagai proses pemberian makna kepada symbol-simbol

visual, 5) membaca merupakan keterampilan berbahasa yang mempunyai kegiatan

150
melisankan, mempersepsi penerapan keterampilan kognitif dan pemahaman

berpikir, dan bernalar serta pemberian makna terhadap simbol-simbol visual, 6)

membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media

kata/bahsa tulis, 7) dari segi linguistic, membaca adalah suatu proses penyandian

kembali dan pembacaan sandi (a recording and decording process), berlainan

dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encording), 8)

membaca adalah kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut

melalui fonik (phonccs = suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan

berdasarkan interprestasi fonetik terhadap ejaan-ejaan biasa) menjadi/menuju

membaca lisan (oral reading), 10) membaca dapat pula dianggap suatu proses

untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang

terkandung didalam kata-kata yang tertulis, dan 11) membaca adalah memahami

pola-pola yang terkandung dari gambaran tertulis.

Menurut Keraf (1996:42), membaca merupakan suatu proses yang bersifat

kompleks meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Kegiatan tersebut

adalah sebagai berikut :

j Mengamati seperangkat gambar-gambar bunyi bahasamenurut sistem lisan

tertentu, misalnya tulisan Latin, Arab, Cina, dan sebagainya. Pembaca secara

fisik harus mampu memusatkan titik pengelihatannya pada bagian-bagian

halaman cetakan, mengatur gerak mata mengikuti satuan-satuan bentuk

bahasa (kata, frase, kalimat) dalam urutan secara linier. Apabila perlu

pemahaman yang sungguh-sungguh, pembaca menghentikan laju gerak

151
matanya.pembaca harus dapat membedakan kata-kata atau satuan kata yang

ada kemiripan dengan kata lain.

k Menginterpretasi kata-ata sebagai simbol lambang bunyi yang mengaju pada

konsep tertentu. Tahap ini merupakan aspek persepsi. Pembaca

menginterpretasikan kesan-kesan yang mencapai otaknya. Sesuai dengan latar

belakang pengetahuan dan pengalamannya, pembaca memproses dan

mengorganisasikan data yang didapatkannya itu.

l Mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, logis, dan sistematis

menurut kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia. Gerakan berurutan merupakan

pokok kegiatan ini. Gerak mata pembaca mengikuti alur tulisan dari kiri ke

kanan dan sesekali terjadi gerak balik berhenti sejenak pada satu kata atau

kelompok kata tertentu. Sesekali pembaca mengatur gerak matanya melihat

kembali ke atas melihat kembali kata atau kelompok kata yang telah

diamatinya untuk memperoleh pemahaman.

m Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki dengan

teks bacaan untuk memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Latar

belakang pengalaman dan pengetahuan pembaca memerlukan pemahaman

terhadap isi bacaan, apalagi pengalaman dan pengetahuan yang relevan

dengan teks bacaan. Proses pemahaman terhadap isi suatu bacaan dapat

berlangsung dengan menghubungkan konsep-konsep yang telah dipunyai

dalam skemata struktur organisasi pengetahuan dan pengalaman pembaca

melalui proses asimilasi dan akomodasi.

152
n Memahami hubungan antara gambar bunyi dan bunyi, serta hubungan antara

kata dengan artinya. Hal ini terjadi pada saat membaca bersama ataupun

membaca tidak bersuara (dalam hati). Proses menghubungkan kata sebagai

symbol dengan artinya untuk memperoleh pemahaman sesuai dengan

konteksnya terjadi dalam membaca.

o Membuat simpulan dan nilai bacaan. Membaca merupakan suatu proses

berpikir. Pembaca harus memahami kata-kata dan kalimat-kalimat yang

dihadapinya melalui kegiatan dalam proses asosiasi serta proses

eksperimental. Pembaca membuat simpulandengan menghubungkan

proposisi yang terdapat dalam kalimat-kalimat mengingai-ingat hal-hal yang

telah dipelajari di masa lalu dab dari bacaan. Pembaca harus berpikir secara

sistematis, logis, dan kreatif agar dapat menilai bacaan.

p Meramunya dengan ide-ide dari fakta-fakta baru yang diperolehnya bacaan

untuk memperoleh pengetahuan yang baru atau memperluas wawasanya

tentang sesuatu. Dalam hal ini membaca diartikan sebagai proses belajar.

q Memusatkan perhatian ketika sedang membaca.

Pembaca akan mudah menyerap isi bacaan dengan memusatkan perhatian

Banyaknya pengertian membaca yang dikemukakan di atas berlatar belakang

dari berbagai hal, di antaranya :

1. Membaca merupakan kegiatan kenyataan yang unik dan rumit, bahwa

betapapun tingginya kepandaian seseorangbelum pernah ada yang

merumuskan membaca itu dengan baik.

153
2. Orang dan atau kelompok orang dalam merumuskan pengertian membaca

menggunakan pendekatan, tujuan, dan pemilihan aspek yang berbeda.

3. Penemuan-penemuan baru dalam studi membaca.

Dari beberapa perbedaan atau banyaknya pengertian tentang membaca yang

membedakan sebenarnya hanyalah tentang lingkup masalah yang dikemukakan.

Dari lingkup ini dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca dibagi menjadi

tiga, yaitu pertama, pengertian sempit maksudnya membaca hanya sebagai proses

pengenalan symbol-simbol tertulis. Kedua, pengertian agak luas, maksunya

disamping membaca sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis juga

membaca sebagai proses pemaduan atau penataan berbagai unsur makna menjadi

satu kesatuan ideal. Ketiga, pengertian luas yaitu dari kedua hal diatas juga

membaca membaca merupakan proses atau kegiatan memberikan reaksi kritis

terhadap bacaan dalam menentukan signifikasi, nilai, fungsi, dan hubungan isi

bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari

masalah yang dipaparekan pengarang.

Menurut Nurhadi (2004:60), tingkatan tetinggi dari membaca adalah

membaca kreatif. Membaca kreatif adalah membaca yang tidak sekedar

menangkap makna tersurat, makana antar baris, makna di balik baris, tetapi juga

mampu secara kreatif merupakan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-

hari.

Tampubolon (1993) menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah

kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam

kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik,

154
karena bagian-bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan

kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan,

terlibat didalamnya. Dari definisi ini, kiranya dapat dilihat bahwa menemukan

makna dari bacaan (tulisan) adalah tujuan utama membaca, dan bukan mengenali

huruf-huruf. Diperjelas oleh pendapat Smith (Ginting, 2005) bahwa membaca

merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis.

Membaca adalah proses berpikir, hal tersebut dikemukakan oleh

Burn, Roe dan Ross (1984), maksudnya adalah ketika seseorang sedang membaca,

maka seseorang tersebut akan mengenali kata yang memerlukan interpresi dari

simbol-simbal grafis. Untuk memahami sebuah bacaan sepenuhnya, seseorang

harus dapat menggunakan informasi untuk membuat kesimpulan dan membaca

dengan kritis dan kreatif agar dapat mengerti bahasa kiasan, tujuan yang

ditetapkan penulis, mengevaluasi ide-ide yang dituliskan oleh penulis dan

menggunakan ide-ide tersebut pada situasi yang tepat. Keseluruhan proses ini

merupakan proses berpikir.

Chambers dan Lowry (Burn, Roe dan Ross, 1984) menggaris

bawahi juga menegasakan hal yang sama bahwa membaca lebih dari sekedar

mengenali kata-kata tetapi juga membawa ingatan yang tepat, merasakan dan

mendefinisikan beberapa keinginan, mengidentifikasi sebuah solusi untuk

memunuhi keinginan, memilih cara alternatif, percobaan dengan memilih,

menolak atau menguasai jalan atau cara yang dipilih, dan memikirkan beberapa

cara dari hasil yang evaluasi. hal tersebut secara keseluruhan termasuk respon dari

berpikir.

155
Membaca adalah proses berpikir, hal tersebut dikemukakan oleh

Burn, Roe dan Ross (1984), maksudnya adalah ketika seseorang sedang membaca,

maka seseorang tersebut akan mengenali kata yang memerlukan interpresi dari

simbol-simbal grafis. Untuk memahami sebuah bacaan sepenuhnya, seseorang

harus dapat menggunakan informasi untuk membuat kesimpulan dan membaca

dengan kritis dan kreatif agar dapat mengerti bahasa kiasan, tujuan yang

ditetapkan penulis, mengevaluasi ide-ide yang dituliskan oleh penulis dan

menggunakan ide-ide tersebut pada situasi yang tepat. Keseluruhan proses ini

merupakan proses berpikir.

Dijabarkan juga oleh Tarigan (1985) bahwa membaca adalah suatu

proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh

pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri

dan kadang-kadang orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung

atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Finochiaro dan Bonomo (Tarigan,

1985) mendefinisikan secara singkat, membaca adalah memetik serta memahamai

arti makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.

Sedangkan Juel (Sandjaja, 2005) mengartikan bahwa membaca adalah proses

untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan,

sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat

intisari dari bacaan.

Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca,

merupakan transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide atau

gagasan. Selain itu, membaca dapat digunakan untuk membangun konsep,

156
mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan

proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti

dan memahami problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai

suatu kesenangan.

Ginting (2005) menyebutkan bahwa membaca merupakan proses ganda meliputi

proses penglihatan dan proses tanggapan. Proses penglihatan dijabarkan oleh

Wassman & Rinsky (Ginting, 2005), sebagai proses penglihatan, membaca

bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol, oleh karena itu, mata

memainkan peranan penting. Dan sebagai proses tanggapan dijabarkan Ahuja

(Ginting, 2005), membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang kita

persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbol-simbol bunyi dan

mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut. Broughton (Gunting,

2005) mengemukakan membaca merupakan keterampilan yang bersifat

pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang

lebih tinggi (higher

Bowman and Bowman (Sugiarto, 2001) mengemukakan bahwa

membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu

pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Allen dan Valette (Sugiarto, 2001) mengatakan bahwa

membaca adalah sebuah proses yang berkembang (a developmental process).

Davies (Sugiarto, 2001) memberikan pengertian membaca sebagai suatu proses

mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa

mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Dari sini dapat dilihat bahwa

157
kegiatan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif.

(www,depdiknas.go.id/jurnal/37/perbedaan_hasil_belajar_membaca.htm).

Ditegaskan oleh Cole (1963) bahwa membaca mempunyai nilai besar

untuk orang dewasa karena berkontribusi pada perkembangan, seperti dapat

membebaskan dari tekanan, bekerja dengan penuh inisiatif, mendapatkan

informasi untuk memecahkan konflik dan mengenali karakter dengan mudah.

Lebih jauh lagi Cole (1963) menjelaskan bahwa membaca dapat juga

menimbulkan rasa aman dan merealisasikan diri dalam kehidupan pribadi seperti

hubungan yang lebih baik dengan keluarga dan kelompok, perubahan sikap, ide-

ide baru serta semakin menghargai bebagai aktivitas dalam kehidupan.

Berbagai pengertian membaca telah dipaparkan diatas, dan dapat

disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental, yang menuntut

seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis

sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan

makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran

untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepenjang hayat (life-

long learning).

Smith (Ginting, 2005) bahwa membaca merupakan suatu proses

membangun pemahaman dari teks yang tertulis. (www1.bpkpenabur.or.id/

jurnal/04/017-035.pdf ).Proses membaca menurut Burn, Roe dan Ross (1984)

merupakan proses penerimaan simbol oleh sensori, kemudian

mengintererpretasikan simbol, atau kata yang dilihat atau mempersepsikan,

158
mengikuti logika dan pola tatabahasa dari kata-kata yang ditulis penulis,

mengenali hubungan antara simbol dan suara antara kata-kata dan apa yang ingin

ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman langsung

untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan mengingat apa yang merela

pelajari dimasa lalu dan menggabungkan ide baru dan fakta serta menyetujui

minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca. Dijabarkan juga oleh

Tarigan (1985) bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, suatu metode yang

dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang orang

lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada

lambang- lambang tertulis. Finochiaro dan Bonomo (Tarigan, 1985)

mendefinisikan secara

singkat, membaca adalah memetik serta memahamai arti makna yang terkandung

di dalam bahan tertulis. Sedangkan Juel (Sandjaja, 2005) mengartikan bahwa

membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam

kalimat dan struktur bacaan, sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah

seseorang mampu membuat intisari dari bacaan. (www.unika.ac.id.02/05/05)

Spache & Spache (Petty & Jensen, 1980) mengemukakan bahwa membaca

merupakan proses yang kompleks yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama

merupakan tahap dimana individu melakukan pembedaan terhadap apa yang

dilihatnya, selanjutnya individu berusaha untuk mengingat kembali, menganalisa,

memutuskan, dan mengevaluasi hal yang dibacanya. Sebagai suatu proses yang

kompleks, membaca memiliki nilai yang tinggi dalam perkembangan diri

159
seseorang. Secara umum orang menilai bahwa membaca itu identik dengan

belajar, dalam arti memperoleh informasi. Membaca adalah proses berpikir, hal

tersebut dikemukakan oleh Burn, Roe dan Ross (1984), maksudnya adalah ketika

seseorang sedang membaca, maka seseorang tersebut akan mengenali kata yang

memerlukan interpresi dari simbol- simbal grafis. Untuk memahami sebuah

bacaan sepenuhnya, seseorang harus dapat menggunakan informasi untuk

membuat kesimpulan dan membaca dengan kritis dan kreatif agar dapat mengerti

bahasa kiasan, tujuan yang ditetapkan penulis, mengevaluasi ide-ide yang

dituliskan oleh penulis dan menggunakan ide-ide tersebut

pada situasi yang tepat. Keseluruhan proses ini merupakan proses berpikir.

Chambers dan Lowry (Burn, Roe dan Ross,1984) menggaris bawahi juga

menegasakan hal yang sama bahwa membaca lebih dari sekedar mengenali kata-

kata tetapi juga membawa ingatan yang tepat, merasakan dan mendefinisikan

beberapa keinginan, mengidentifikasi sebuah solusi untuk memunuhi keinginan,

memilih cara alternatif, percobaan dengan memilih, menolak atau menguasai jalan

atau cara yang dipilih, dan memikirkan beberapa cara dari hasil yang evaluasi. Hal

tersebut secara keseluruhan termasuk respon dari berpikir. Stauffer (Petty &

Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca, merupakan transmisi pikiran dalam

kaitannya untuk menyalurkan ide atau gagasan. Selain itu,membaca dapat

digunakan untuk membangun konsep, mengembangkan perbendaharaan kata,

memberi pengetahuan, menambahkan proses

pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan

memahami problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu

160
kesenangan. Ginting (2005) menyebutkan bahwa membaca merupakan proses

ganda meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Proses penglihatan

dijabarkan oleh Wassman & Rinsky (Ginting, 2005), sebagai proses penglihatan,

membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol, oleh karena itu,

mata memainkan peranan penting. Dan sebagai proses tanggapan dijabarkan

Ahuja (Ginting, 2005), membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang

kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbol-simbol bunyi dan

mengumpulkan makna melalui simbol- simbol tersebut. Broughton (Gunting,

2005) mengemukakan membaca merupakan keterampilan yang bersifat

pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang

lebih tinggi (higher order). (www1.bpkpenabur.or.id/ jurnal/04/017-035.pdf).

Lebih jauh lagi, Bowman and Bowman (Sugiarto, 2001) mengemukakan bahwa

membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu

pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Allen dan Valette (Sugiarto, 2001) mengatakan bahwa

membaca adalah sebuah proses yang berkembang (a developmental process).

Davies (Sugiarto, 2001) memberikan pengertian membaca sebagai suatu proses

mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa

mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Dari sini dapat dilihat bahwa

kegiatan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif.

(www,depdiknas.go.id/jurnal/37/ perbedaan_hasil_belajar_membaca.htm).

Ditegaskan oleh Cole (1963) bahwa membaca mempunyai nilai besar untuk orang

dewasa karena berkontribusi pada perkembangan, seperti dapat membebaskan dari

161
tekanan, bekerja dengan penuh inisiatif, mendapatkan informasi untuk

memecahkan konflik dan mengenali karakter dengan mudah. Lebih jauh lagi Cole

(1963) menjelaskan bahwa membaca dapat juga menimbulkan rasa aman dan

merealisasikan diri dalam kehidupan pribadi seperti hubungan yang lebih baik

dengan keluarga dan kelompok, perubahan sikap, ide-ide baru serta semakin

menghargai bebagai aktivitas

dalam kehidupan. Berbagai definisi membaca telah dipaparkan diatas, dan dapat

disimpulkan

bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental, yang menuntut seseorang untuk

menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola

komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan makna tulisan

dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk

mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepenjang hayat (life-long

learning).

162
M. Permulaan
M. Nyaring M. Teknik
M. Indah
M.
Survay
Membaca M. M.
Ekstensif Sekilas
M.
Dangkal
M. Dalam M. Teliti
Hati M.
M. Telaah Pemahaman
Isi
M. kritis
M. Intensif M. Ide

M. Telaah M. Bahasa
Bahasa M. Sastra

Menurut Broghton (dalam Tarigan 1986:11) ada dua aspek penting dalam

membaca, yaitu 1) keterampilan yang bersifat mekanis, dan 2) keterampilan

bersifat pemahaman.

1 Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills). Aspek ini meliputi,

a) pengenalan bentuk huruf, b) (fonem,/grafem, kata frase, pola klausa,

kalimat, dan lain-lain); c) pengenalan hubungan/korespondensi pada ejaan

dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tertulis (to bark et print).serta d)

kecepatan membaca bertaraf lambat.

2 Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills). Aspek ini

mencakup : a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,

163
retorikal); b)memahami signifikasi atau makna, antara lain maksud dan tujuan

pengarang, relevansi budaya reaksi pembaca, dan c) kecepatan membaca

yang fleksibel.

Agar dapat mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis

(mechanical skills). Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan

pemahaman (comprehension skills) maka yang paling tepat adalah membaca

dalam hati (silent reading).

Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu : a) membaca ekstensif, dan

membaca intensif. Membaca ekstensif meliputi : membaca survey (survey

reading), membaca sekilas (skimming reading), membaca dangkal (superficial

reading), yang mencakup : 1) membaca teliti (close reading), 2) membaca

pemahaman (comprehensive reading), 3) membca kritis (critical reading), 4)

membaca ide (reading for ideas), c) membaca bahasa asing (languagestudy

reading), yang mencakup : 1) membaca bahasa asing (foreign language reading),

dan 2) membaca sastra (literary reading ).

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai aspek-aspek membaca

yang telah disinggung di atas perhatikanlah skema berikut ini.

ASPEK-ASPEK MEMBACA

164
Pengenalan unsur-
unsur linguistik

Keterampilan
Mekanis Pengenalan hubungan
bunyi dan huruf

Kecepatan membaca
lembat

Aspek-aspek
membaca

Pemahaman
pengertian sederhan

Pemahaman
Keterampilan signifikasi/makna
Pemahaman

Evaluasi/penilaian
isi dan bentuk

Kecepatan membaca
fleksibel

165
Berdasarkan urauian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua aspek

penting dalam membaca, yaitu keterampilan yang besifat mekanis dan

keterampilan yang bersifat pemahaman. Pada keterampilan yang bersifat mekanis

dan mencakup pengalaman bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik,

pengenalan hubungan/korespondensi: pola ejaan dan bunyi, dan kecepatan

membaca bertaraf lambat.

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan

serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.

Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup:

a) Pengenalan bentuk huruf

b) Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat,

dan lain-lain).

166
c) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan

menyuarakan bahan tertulis).

d) Kecepatan membaca bertaraf lambat.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup:

a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).

b) Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang

relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).

c) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan

keadaan.

aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam

taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.

(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan

(a) mengenali ide pokok paragraf;

(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya;

(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf;

(d) menyatakan kembali fakta bacaan;

(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter

tokoh, dll.

(2) Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:

167
(a) menafsirkan ide pokok paragraf;

(b) menafsirkan gagasan utama bacaan;

(c) membedakan fakta/detail bacaan;

(d) menafsirkan ide-ide penunjang;

(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat;

(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:

(a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;

(b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang

problematis;

(c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.

(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan:

(a) memeriksa gagasan utama bacaan;

(b) memeriksa detail/fakta penunjang;

(c) mengklasifikasikan fakta-fakta;

(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan;

(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:

(a) membuat simpulan bacaan;

(b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan;

(c) menentukan tema bacaan;

(d) menyusun kerangka bacaan;

(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;

168
(f) membuat ringkasan.

(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:

(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara

keseluruhan;

(b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;

(c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau

fantasi pengarang;

(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;

(e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan

yang dibuat;

(f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa,

atau penyusunan kalimatnya.

Tujuan dan Aspek-aspek Membaca

1. Tujuan membaca

Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,

mencakup isi, memahami makna bacaan. Akan tetapi masih banyak lagi tujuan

dari membaca, yaitu:

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah

dilakukan oleh sang tokoh, apa saja yang telah dibuat oleh sang tokoh, apa yang

telah terjadi pada tokoh khusus. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita apa saja yang dipelajari oleh sang

169
tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama.

c. Membaca untuk menemukan apa yang terjadi pada setiap bagian cerita,apa

yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan seterusnya.Ini disebut membaca

untuk mengetahui urutan dan susunan , dan organisasi cerita.

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan

seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihakan oleh si pengarang kepada

para pembaca.Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa yang tidak wajar mengenai

seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, apakah cerita itu benar atau tidak

benar. Ini disebut membaca untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan.

Aktivitas Membaca

Pada hakikatnya membaca adalah suatu aktivitas. Tetapi, membaca juga

memiliki beberapa aktivitas. Aktivitas membaca ada dua, diantaranya adalah

membaca sebagai suatu proses dan membaca sebagai suatu produk. Membaca

sebagai suatu proses mengandung maksud bahwa membaca mengacu pada

aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai suatu produk

mengandung maksud bahwa proses membaca mengacu pada konsekuensi dari

aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. Proses membaca sangatlah

kompleks dan rumit karena melibatkan berbagai aktivitas. Baik aktivitas tersebut

berupa aktivitas fisik dan atau aktivitas mental.

Aspek Membaca

170
Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut

diantaranya adalah aspe sensori, aspek perceptual, aspek skemata, aspek berpikir

dan aspek afektif. Aspek sensori adalah kemampuan untuk memahami symbol-

simbol tertulis. Aspek perceptual adalah kemampuan menginterpretasi apa yang

dilihat sebagai symbol. Aspek schemata adalah kemampuan menghubungkan

informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada. Aspek berpikir

adalah kemampuan membuat evaluasi dari yang telah dipelajari, kemampuan ini

berbeda tiap individu. Aspek afektif adalah aspek yang berkenaan dengan minat

pembaca dalam kegiatan membaca.

Kelima aspek tersebut harus bekerja secara harmonis supaya menghasilkan

pemahaman membaca yang baik. Yakni terciptanya komunikasi yang baik antara

penulis dan pembaca.

Pada waktu membaca mata mengenali kata, sementara pikiran

menghubungkan dengan maknanya. Makna kata dihubungkan satu sama lain

menjadi makna frase, klausa, kalimat dan akhirnya makna seluruh bacaan.

Pemahaman akan makna bacaan ini tidak mungkin terjadi tanpa pengetahuan yang

telah dimiliki dahulu, misalnya tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam

bacaan, tentang bentuk kata-kata, struktur kalimat, ungkapan, dan sebagainya.

Dengan singkat pada waktu membaca, pikiran sekaligus memproses informasi

grafonik yang menyangkut hubungan antara tulisan dengan bunyi bahasa,

informasi sintaksis yaitu yang berhubungan dengan struktur kalimat serta

informasi semantik yang menyangkut aspek makna.

171
Informasi grafonik hanya dapat diperoleh bila seseorang telah mampu

mengenali huruf sebagai lambang bunyi bahasa dalam kaitannya dengan kata dan

kalimat. Di SD kemampuan itu dikembangkan melalui kegiatan membaca

permulaan. Dalam kegiatan itu siswa belajar menyuarakan huruf, membaca kata-

kata dalam kalimat/wacana dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Informasi semantik berhubungan erat dengan pengalaman individu.

Kalimat “Pagi-pagi ia pergi berbelanja ke pasar” misalnya, akan mengingatkan

pembaca pada keadaan pasar seperti yang pernah dikenal. Ini berarti bahwa

makna suatu bacaan akan ditafsirkan oleh pembaca menurut latar belakang

pengetahuan serta pengalamannya masing-masing. Perbedaan latar belakang

seperti itulah yang sering kali menimbulkan salah paham.

Aspek membaca menurut Hurlock yang dikatakan di dalam bukunya

dibedakan menjadi dua, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

Aspek Kognitif

Aspek Kognitif adalah aspek yang didasari pada konsep perkembangan

dimasa anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengang minat,

aspek kognitif berpusat sputar pertanyaan aktivitas membaca.

Contoh : ketika seseorang melakukan aktivitas membaca tentu saja

mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses membaca tersebut, sehingga

seseorang yang memilki minat membaca akan mengerti dan mendapatkan banyak

172
manfaat dari aktivitas membaca yang dilakukannya dengan kepuasan yg diperoleh

akibat membaca sehingga aktivitas membaca akan menjadi tetap.

Aspek Afektif

Adalah aspek emosi yang mendalam merupakan konsep yang

menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan dalam sikap terhadap

aktifitas yang diminati akan terbangun seperti aspek kognitif. Aspek afektif dari

pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung

terhadap aktifitas yang diminati. Seseorang yang memiliki minat membaca yang

tinggi akibat dari kepuasan dan manfaat yang didapat maka seseorang tersebut

akan sangat fokus terhadap aktifitas membacanya.

Berdasarkan beberapa penjabaran dapat disimpulkan bahwa aspek minat

baca adalah:

1. Sikap umum terhadap aktivitas membaca

2. Pilihan spesifik untuk memyukai aktivitas membaca

3. Merasa senang dengan aktivitas membaca

4. Mendatangkan kepuasan pribadi ketika melakukan aktivitas membaca

5. Membaca mempunyai memiliki nilai lebih dan memiliki arti penting

bagi seseorang.

6. Memperoleh manfaat ketika melakukan aktivitas membaca

173
7. Bersifat mantap dengan kata lain tidak bersifat sementara saja

8. Melakukan aktivitas membaca secara berulang ulang

Meskipun dewasa ini ada puluhan teknik pengajaran bahasa dilontarkan dan

dikenalkan oleh para pakar pendidikan dan pengajaran bahasa, tampaknya elemen

dasar pendidikan bahasa secara tradisional tetap tidak dapat dibuang begitu saja.

Elemen dasar seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan seringkali

juga menerjemahkan, tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dalam teknik

pengajaran bahasa yang mana saja.

Para guru, instruktur, dosen, dan bahkan guru besar boleh saja menggunakan

pendekatan dan teknik terbaru dalam pengajaran bahasa, tetapi tetap saja

pengenalan kata, frase, klausa, kalimat, paragraf dan kemudian wacana tidak

dapat melepaskan diri dari elemen dasar dan pendekatan tradisional di atas. Begitu

juga dengan penilaian yang akan dilakukan untuk menentukan keberhasilan

sebuah teknik pembelajaran. Pada dasarnya penilaian yang dilakukan pun tidak

dapat dilepaskan dari penilaian empat (atau bahkan lima) faktor di atas.

Bagaimana sebuah pendekatan dapat dikatakan berhasil dan berdaya guna kalau

unjuk kerja siswa (atau mahasiswa) yang menggunakan pendekatan tersebut tidak

mencerminkan kemampuan dasar dalam ranah kegiatan mendengarkan, berbicara,

membaca, menulis?

Berikut ini akan dibicarakan salah satu aspek elemen dasar kegiatan pembelajaran

bahasa, khususnya yang berhubungan dengan kegiatan membaca, yaitu aspek

174
mekanis kegiatan dan kemampuan membaca. Diharapkan dengan mengenal aspek

ini, para instruktur dan tenaga pengajar bahasa pada semua tingkatan dapat

mengambil manfaatnya untuk lebih mengoptimalkan usaha mereka dalam

membantu seseorang belajar bahasa.

Aspek Mekanis Membaca

Lou E. Burmeister (1978), seorang pakar pendidikan bahasa Universitas Texas di

El Paso, dalam Improving Speed of Comprehension in Reading mengawali

uraiannya tentang Aspek Mekanis Membaca dengan melontarkan beberapa

pertanyaan. Bagaimana mata seseorang bergerak ketika mereka membaca?

Apakah mata tersebut bergerak dengan lembut, seperti ketika mengawasi seekor

burung yang sedang terbang atau menyaksikan pesawat terbang yang sedang

mendarat? Atau apakah mata bergerak, berhenti, bergerak, berhenti lagi, bergerak

lagi dan berhenti lagi?

Penelitian dalam ranah ini jelas menarik bagi para ilmuwan pendidikan yang

banyak berhubungan dengan masalah penelitian akademis, sedangkan hasilnya

diperkirakan banyak menarik minat para instruktur pengajaran bahasa yang lebih

banyak berkiprah dalam ranah yang jauh lebih bersifat praktikal.

Salah satu metodologi yang digunakan untuk meneliti pergerakan mata, yang

menurut penggagasnya dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja dalam kelas

pengajaran bahasa, adalah dengan meminta salah seorang memperhatikan mata

seseorang ketika dia sedang membaca. Apakah mata si pembaca bergerak dengan

175
lembut? Jika mata tersebut bergerak dengan lembut, maka dapat dipastikan bahwa

dia tidak sedang membaca, kata Lou E. Burmeister.

Lebih jauh pakar pendidikan ini mengatakan bahwa dalam kenyataannya, tentu

saja berdasarkan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun, kata (atau kata-kata)

hanya dapat dibaca apabila mata tidak bergerak. Hanya apabila mata berhenti

bergerak, atau terpusat pada satu bagian dari kata, pada satu kata, atau pada satu

frase, maka barulah si pembaca mendapatkan apa yang dinamakan citra visual.

Berikutnya, jika memang dikehendaki mata akan bergerak untuk kemudian

berhenti lagi jika si pembaca ingin mendapatkan citra visual yang lain. Atau

dengan kata lain, dalam membaca mata seorang pembaca haruslah berhenti,

bergerak, berhenti lagi, bergerak lagi, dan seterusnya, jika dia menginginkan

memahami apa yang dibacanya.

Dalam keadaan sebenarnya, khususnya ketika seseorang membaca secara

berkelanjutan dan bukannya hanya satu kata saja, proses berhenti dan bergerak ini

mungkin memerlukan waktu tidak lebih dari seperenam detik. George D. Spathe

(1962) dalam Is This a Breakthrough in Reading? menyatakan bahwa lebar

rentang jarak yang diperlukan sepasang mata dalam membaca tidak dapat

melebihi tiga kata, atau dengan kata lain seorang pembaca yang paling cepat

sekali pun, berdasarkan hasil penelitian ini, tidak akan mampu membaca lebih

banyak dari tiga kata dalam satu periode tertentu sebelum dia menggerakkan

kembali matanya menuju ke kelompok kata yang lain.

176
Dengan memahami kenyataan sederhana ini, yang semakin lama cenderung

semakin dilupakan oleh para pengajar bahasa, diharapkan para pengajar dapat

bersikap lebih arif jika mereka menggunakan sarana bacaan untuk mengajar

murid-muridnya.

Setelah membaca tiga kata, mata pembaca harus bergerak pada kumpulan tiga

kata berikutnya. Pergerakan inilah yang oleh para pakar pendidikan bahasa

dinamakan saccadic sweep, sebuah pergerakan yang membutuhkan waktu paling

cepat sekitar 1/30 detik. Waktu ini hanya dapat dilakukan oleh seorang pembaca

yang baik dan tentunya waktu ini akan bertambah jika dilakukan oleh pembaca

yang kurang baik.

Jadi, jika hasil kedua penelitian ini digabungkan, akan didapatkan bahwa jumlah

waktu total yang dibutuhkan oleh seorang pembaca yang baik untuk membaca tiga

buah kata dan kemudian berpindah pada kelompok tiga kata berikutnya adalah

seperenam detik ditambah sepertiga puluh detik atau sama dengan seperlima

detik. Atau dengan kata lain, dalam satu detik, seorang pembaca yang baik

diperkirakan mampu membaca sekitar 15 kata, atau sekitar 900 kata dalam satu

menitnya. Sebuah angka yang fantastis, bukan?

Tetapi dalam kenyataannya kemudian terbukti bahwa angka ini sulit sekali dicapai

jika diingat bahwa kalimat-kalimat dalam satu bacaan tidak selalu berkelompok

tiga-tiga, sehingga seorang pembaca harus melakukan gerakan saccadic sweep

lebih banyak lagi untuk satu baris dan ini bermakna mengurangi jumlah kata yang

mampu dibaca seseorang dalam satu menit.

177
Tujuan Membaca

Tujuan membaca dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup sis dn memahami makna bacaan. Anderson (dalam Tarigan

1987:9) mengemukakan beberapa tujuan membaca yaitu :

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang

telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus,

atau untuk memcahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian

atau fakta-fakta (reading detail’s or fact) .

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau

dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang

tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut untuk

memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Membaca untukamenemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga atau

seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatau masalah, adegan-

adegan dan kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui

urutan atau organisasi cerita (reading for squance of organization).

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan cara itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang

178
kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas apa yang

dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut

membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak

wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita

itu benar-benar atau tidak. Ini disebut membaca untuk menemukan serta

mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh,

apa yang lucu dalam ceita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar, ini

disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah ingin berbuat seperti yang ingin diperbuat

sang tokoh, atau bekerja seperti sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini

disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua

cerita mempunyai persamaan, bagaimana tokoh yang menyerupai pembaca.

Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan

(reading to compare or contrast).

Nurhadi (2004:14) mengemukakan bermacam-macamvariasi tujuan

membaca, yaitu :

a. Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah)

b. Membaca untuk menagkap garis besar bacaan

179
c. Membaca untuk tujuan menagkap garis besar bacaan

d. Membaca untuk menikmati karya sastra

e. Membaca untuk mengisi waktu luang

f. Membaca untuk mencari keterngan tentang suatu istilah ini disebut membaca

untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or

contrast) Anderson dalam Tarigan (1994:9-10).

Berbeda dengan pendapat Tarigan dan Anderson di atas, Mulyati (1998:55)

menyebutkan bahwa pada dasarnya, tujuan membaca ialah mamahami apa yang

dibaca/isi bacaan, selain memahami masalah atau topiknya, selanjutnya

memahami mengapa, siapa, bagaimana, kapan, dan dimana terjadi suatu peristiwa.

Secara lebih khusus mulyati, masih dari sumber yang sama beliau

menyebutkan bahwa tujuan membaca ada empat macam, yaitu :

1) Untuk mengisis waktu luang;

2) Untuk mencari hiburan;

3) Untuk kepentingan studi ;

4) Untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;

Sementara itu Supriyadi (1996:128) memberikan tambahan atas tujuan

membaca yang dikemukakakn oleh Mulyati. Menrut beliau membaca dilakukan

seseorang dengan tujuan sebagai berikut.

7) Untuk mengisis waktu luang;

8) Untuk mencari hiburan;

9) Untuk kepentingan studi ;

180
10) Untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;

11) Memperkaya perbendaharaan kosa kata;

12) Memupuk perkembangan keharuan dan keindahan;

Tujuan orang membaca menurut Subyakto dan Nababan (1993:164) adalah :

a Untuk mengerti atau memahami isi atau pesen yang terkandung dalam suatu

bacaan seefisien mungkin;

b Untuk mencari informasi yang: kognitif dan intelektual, yakni digunakan

seseorang untuk menambah keilmiahhannya sendiri; referensial dan faktual,

yakni yang digunakan seseorang untuk menegetahui fakta-fakta yang nyata di

dunia ini; aktif dan emisional, yakni yang digunakan seseorang untuk

mencarai kenikmatan dalam membaca.

Sedangkan tujuan membaca menurut Widyamurta (1992:140) adalah

membuat seseorang menjadi arif dengan alasan :

a Dengan membaca orang akan menjadi luas cakrawala hidupnya;

b Dengan membaca buku, pembaca dibawa dalam dunia pikiran dan renungan;

c Dengan membaca orang menjadi memesona dan merasa nikmat dalam tutur

katanya

Dari beberpa tujuan membaca di atas, yang dimaksud tujuan membaca dalam

penelitaian ini adalah untuk kepentingan studi, untuk mencari informasi dan

menambah pengetahuan, memperkaya perbendaharaan kosa kata, dan untuk

memahami makna bacaan.

181
Demikian adalah beberapa hal tentang tujuan seseorang melakukan aktifitas

membaca.

Manfaat Membaca

Suatu teori membaca mempunyai nilai dan fungsi tersendiri dalam studi

dan pengajarannya. Pertama, suatu teori membaca dalam kelebuhan atau

kekurangannya banyak sekali membantu pihak-pihak yang bermaksud

mempelajari masalah membaca dan pengajarannya memperoleh gambaran tentang

apa yang disebut membaca. Atau setidak-tidaknya mereka memiliki suatu konsep

tentang membaca yang tentunya akan memudahkan mereka untuk berbicara lebih

banyak lagi tentang membaca itu. Kedua, khusus bagi pengajaran pembuna

membaca, suatu teori tentang membaca sangat diperlukannya dalam membaca dan

melaksanakan tugas-tugasnya membina siswa dalam membaca. Berdasrkan teori

membaca yang akan dilaksanakan, menyususn macam-macam programnya, dan

mengarahkan kegiatan belajar-mengajarnya dalam rangka mencapai tujuan yang

akan dicapainya. Ketiga, mereka yang bermaksud melakukan suatu penelitian

tertentu mengenai masalah membaca dan pengajarannya, suatu teori membaca

tertentu mutlak dibutuhkan. Teori membaca ini mesalnya diperlukan sebagai

kerangka acuan kerja, sebagai dasar pembatasan masalah, dan sebagai nalar

pemusatan penelitiannya.

Menurut Broghton (dalam Tarigan 1986:11) ada dua aspek penting dalam

membaca, yaitu 1) keterampilan yang bersifat mekanis, dan 2) keterampilan

bersifat pemahaman.

182
3 Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills). Aspek ini meliputi,

a) pengenalan bentuk huruf, b) (fonem,/grafem, kata frase, pola klausa,

kalimat, dan lain-lain); c) pengenalan hubungan/korespondensi pada ejaan

dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tertulis (to bark et print).serta d)

kecepatan membaca bertaraf lambat.

4 Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills). Aspek ini

mencakup : a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,

retorikal); b)memahami signifikasi atau makna, antara lain maksud dan tujuan

pengarang, relevansi budaya reaksi pembaca, dan c) kecepatan membaca

yang fleksibel.

Agar dapat mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis

(mechanical skills). Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan

pemahaman (comprehension skills) maka yang paling tepat adalah membaca

dalam hati (silent reading).

Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu : a) membaca ekstensif, dan

membaca intensif. Membaca ekstensif meliputi : membaca survey (survey

reading), membaca sekilas (skimming reading), membaca dangkal (superficial

reading), yang mencakup : 1) membaca teliti (close reading), 2) membaca

pemahaman (comprehensive reading), 3) membca kritis (critical reading), 4)

membaca ide (reading for ideas), c) membaca bahasa asing (languagestudy

reading), yang mencakup : 1) membaca bahasa asing (foreign language reading),

dan 2) membaca sastra (literary reading ).

183
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai aspek-aspek membaca

yang telah disinggung di atas perhatikanlah skema berikut ini.

ASPEK-ASPEK MEMBACA

Pengenalan unsur-
unsur linguistik

Keterampilan
Mekanis Pengenalan hubungan
bunyi dan huruf

Kecepatan membaca
lembat

Aspek-aspek
membaca

Pemahaman
pengertian sederhan

Pemahaman
Keterampilan signifikasi/makna
Pemahaman 184
Evaluasi/penilaian
isi dan bentuk

Kecepatan membaca
fleksibel

Berdasarkan urauian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua aspek

penting dalam membaca, yaitu keterampilan yang besifat mekanis dan

keterampilan yang bersifat pemahaman. Pada keterampilan yang bersifat mekanis

dan mencakup pengalaman bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik,

pengenalan hubungan/korespondensi: pola ejaan dan bunyi, dan kecepatan

membaca bertaraf lambat.

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan

serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.

Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu:

185
1) Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup:

a) Pengenalan bentuk huruf

b) Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat,

dan lain-lain).

c) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan

menyuarakan bahan tertulis).

d) Kecepatan membaca bertaraf lambat.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup:

a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).

b) Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang

relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).

c) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan

keadaan.

aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam

taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.

(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan

(a) mengenali ide pokok paragraf;

186
(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya;

(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf;

(d) menyatakan kembali fakta bacaan;

(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter

tokoh, dll.

(2) Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:

(a) menafsirkan ide pokok paragraf;

(b) menafsirkan gagasan utama bacaan;

(c) membedakan fakta/detail bacaan;

(d) menafsirkan ide-ide penunjang;

(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat;

(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:

(a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;

(b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang

problematis;

(c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.

(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan:

(a) memeriksa gagasan utama bacaan;

(b) memeriksa detail/fakta penunjang;

(c) mengklasifikasikan fakta-fakta;

(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan;

(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

187
(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:

(a) membuat simpulan bacaan;

(b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan;

(c) menentukan tema bacaan;

(d) menyusun kerangka bacaan;

(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;

(f) membuat ringkasan.

(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:

(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara

keseluruhan;

(b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;

(c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau

fantasi pengarang;

(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;

(e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan

yang dibuat;

(f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa,

atau penyusunan kalimatnya.

Tujuan dan Aspek-aspek Membaca

1. Tujuan membaca

Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,

mencakup isi, memahami makna bacaan. Akan tetapi masih banyak lagi tujuan

dari membaca, yaitu:

188
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah

dilakukan oleh sang tokoh, apa saja yang telah dibuat oleh sang tokoh, apa yang

telah terjadi pada tokoh khusus. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita apa saja yang dipelajari oleh sang

tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama.

c. Membaca untuk menemukan apa yang terjadi pada setiap bagian cerita,apa

yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan seterusnya.Ini disebut membaca

untuk mengetahui urutan dan susunan , dan organisasi cerita.

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan

seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihakan oleh si pengarang kepada

para pembaca.Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa yang tidak wajar mengenai

seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, apakah cerita itu benar atau tidak

benar. Ini disebut membaca untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan.

Aktivitas Membaca

Pada hakikatnya membaca adalah suatu aktivitas. Tetapi, membaca juga

memiliki beberapa aktivitas. Aktivitas membaca ada dua, diantaranya adalah

membaca sebagai suatu proses dan membaca sebagai suatu produk. Membaca

sebagai suatu proses mengandung maksud bahwa membaca mengacu pada

aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai suatu produk

189
mengandung maksud bahwa proses membaca mengacu pada konsekuensi dari

aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. Proses membaca sangatlah

kompleks dan rumit karena melibatkan berbagai aktivitas. Baik aktivitas tersebut

berupa aktivitas fisik dan atau aktivitas mental.

Aspek Membaca

Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut

diantaranya adalah aspe sensori, aspek perceptual, aspek skemata, aspek berpikir

dan aspek afektif. Aspek sensori adalah kemampuan untuk memahami symbol-

simbol tertulis. Aspek perceptual adalah kemampuan menginterpretasi apa yang

dilihat sebagai symbol. Aspek schemata adalah kemampuan menghubungkan

informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada. Aspek berpikir

adalah kemampuan membuat evaluasi dari yang telah dipelajari, kemampuan ini

berbeda tiap individu. Aspek afektif adalah aspek yang berkenaan dengan minat

pembaca dalam kegiatan membaca.

Kelima aspek tersebut harus bekerja secara harmonis supaya menghasilkan

pemahaman membaca yang baik. Yakni terciptanya komunikasi yang baik antara

penulis dan pembaca.

Pada waktu membaca mata mengenali kata, sementara pikiran

menghubungkan dengan maknanya. Makna kata dihubungkan satu sama lain

menjadi makna frase, klausa, kalimat dan akhirnya makna seluruh bacaan.

Pemahaman akan makna bacaan ini tidak mungkin terjadi tanpa pengetahuan yang

190
telah dimiliki dahulu, misalnya tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam

bacaan, tentang bentuk kata-kata, struktur kalimat, ungkapan, dan sebagainya.

Dengan singkat pada waktu membaca, pikiran sekaligus memproses informasi

grafonik yang menyangkut hubungan antara tulisan dengan bunyi bahasa,

informasi sintaksis yaitu yang berhubungan dengan struktur kalimat serta

informasi semantik yang menyangkut aspek makna.

Informasi grafonik hanya dapat diperoleh bila seseorang telah mampu

mengenali huruf sebagai lambang bunyi bahasa dalam kaitannya dengan kata dan

kalimat. Di SD kemampuan itu dikembangkan melalui kegiatan membaca

permulaan. Dalam kegiatan itu siswa belajar menyuarakan huruf, membaca kata-

kata dalam kalimat/wacana dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Informasi semantik berhubungan erat dengan pengalaman individu.

Kalimat “Pagi-pagi ia pergi berbelanja ke pasar” misalnya, akan mengingatkan

pembaca pada keadaan pasar seperti yang pernah dikenal. Ini berarti bahwa

makna suatu bacaan akan ditafsirkan oleh pembaca menurut latar belakang

pengetahuan serta pengalamannya masing-masing. Perbedaan latar belakang

seperti itulah yang sering kali menimbulkan salah paham.

Aspek membaca menurut Hurlock yang dikatakan di dalam bukunya

dibedakan menjadi dua, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

Aspek Kognitif

191
Aspek Kognitif adalah aspek yang didasari pada konsep perkembangan

dimasa anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengang minat,

aspek kognitif berpusat sputar pertanyaan aktivitas membaca.

Contoh : ketika seseorang melakukan aktivitas membaca tentu saja

mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses membaca tersebut, sehingga

seseorang yang memilki minat membaca akan mengerti dan mendapatkan banyak

manfaat dari aktivitas membaca yang dilakukannya dengan kepuasan yg diperoleh

akibat membaca sehingga aktivitas membaca akan menjadi tetap.

Aspek Afektif

Adalah aspek emosi yang mendalam merupakan konsep yang

menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan dalam sikap terhadap

aktifitas yang diminati akan terbangun seperti aspek kognitif. Aspek afektif dari

pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung

terhadap aktifitas yang diminati. Seseorang yang memiliki minat membaca yang

tinggi akibat dari kepuasan dan manfaat yang didapat maka seseorang tersebut

akan sangat fokus terhadap aktifitas membacanya.

Berdasarkan beberapa penjabaran dapat disimpulkan bahwa aspek minat

baca adalah:

1. Sikap umum terhadap aktivitas membaca

2. Pilihan spesifik untuk memyukai aktivitas membaca

192
3. Merasa senang dengan aktivitas membaca

4. Mendatangkan kepuasan pribadi ketika melakukan aktivitas membaca

5. Membaca mempunyai memiliki nilai lebih dan memiliki arti penting

bagi seseorang.

6. Memperoleh manfaat ketika melakukan aktivitas membaca

7. Bersifat mantap dengan kata lain tidak bersifat sementara saja

8. Melakukan aktivitas membaca secara berulang ulang

Meskipun dewasa ini ada puluhan teknik pengajaran bahasa dilontarkan dan

dikenalkan oleh para pakar pendidikan dan pengajaran bahasa, tampaknya elemen

dasar pendidikan bahasa secara tradisional tetap tidak dapat dibuang begitu saja.

Elemen dasar seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan seringkali

juga menerjemahkan, tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dalam teknik

pengajaran bahasa yang mana saja.

Para guru, instruktur, dosen, dan bahkan guru besar boleh saja menggunakan

pendekatan dan teknik terbaru dalam pengajaran bahasa, tetapi tetap saja

pengenalan kata, frase, klausa, kalimat, paragraf dan kemudian wacana tidak

dapat melepaskan diri dari elemen dasar dan pendekatan tradisional di atas. Begitu

juga dengan penilaian yang akan dilakukan untuk menentukan keberhasilan

sebuah teknik pembelajaran. Pada dasarnya penilaian yang dilakukan pun tidak

dapat dilepaskan dari penilaian empat (atau bahkan lima) faktor di atas.

193
Bagaimana sebuah pendekatan dapat dikatakan berhasil dan berdaya guna kalau

unjuk kerja siswa (atau mahasiswa) yang menggunakan pendekatan tersebut tidak

mencerminkan kemampuan dasar dalam ranah kegiatan mendengarkan, berbicara,

membaca, menulis?

Berikut ini akan dibicarakan salah satu aspek elemen dasar kegiatan pembelajaran

bahasa, khususnya yang berhubungan dengan kegiatan membaca, yaitu aspek

mekanis kegiatan dan kemampuan membaca. Diharapkan dengan mengenal aspek

ini, para instruktur dan tenaga pengajar bahasa pada semua tingkatan dapat

mengambil manfaatnya untuk lebih mengoptimalkan usaha mereka dalam

membantu seseorang belajar bahasa.

Aspek Mekanis Membaca

Lou E. Burmeister (1978), seorang pakar pendidikan bahasa Universitas Texas di

El Paso, dalam Improving Speed of Comprehension in Reading mengawali

uraiannya tentang Aspek Mekanis Membaca dengan melontarkan beberapa

pertanyaan. Bagaimana mata seseorang bergerak ketika mereka membaca?

Apakah mata tersebut bergerak dengan lembut, seperti ketika mengawasi seekor

burung yang sedang terbang atau menyaksikan pesawat terbang yang sedang

mendarat? Atau apakah mata bergerak, berhenti, bergerak, berhenti lagi, bergerak

lagi dan berhenti lagi?

Penelitian dalam ranah ini jelas menarik bagi para ilmuwan pendidikan yang

banyak berhubungan dengan masalah penelitian akademis, sedangkan hasilnya

194
diperkirakan banyak menarik minat para instruktur pengajaran bahasa yang lebih

banyak berkiprah dalam ranah yang jauh lebih bersifat praktikal.

Salah satu metodologi yang digunakan untuk meneliti pergerakan mata, yang

menurut penggagasnya dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja dalam kelas

pengajaran bahasa, adalah dengan meminta salah seorang memperhatikan mata

seseorang ketika dia sedang membaca. Apakah mata si pembaca bergerak dengan

lembut? Jika mata tersebut bergerak dengan lembut, maka dapat dipastikan bahwa

dia tidak sedang membaca, kata Lou E. Burmeister.

Lebih jauh pakar pendidikan ini mengatakan bahwa dalam kenyataannya, tentu

saja berdasarkan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun, kata (atau kata-kata)

hanya dapat dibaca apabila mata tidak bergerak. Hanya apabila mata berhenti

bergerak, atau terpusat pada satu bagian dari kata, pada satu kata, atau pada satu

frase, maka barulah si pembaca mendapatkan apa yang dinamakan citra visual.

Berikutnya, jika memang dikehendaki mata akan bergerak untuk kemudian

berhenti lagi jika si pembaca ingin mendapatkan citra visual yang lain. Atau

dengan kata lain, dalam membaca mata seorang pembaca haruslah berhenti,

bergerak, berhenti lagi, bergerak lagi, dan seterusnya, jika dia menginginkan

memahami apa yang dibacanya.

Dalam keadaan sebenarnya, khususnya ketika seseorang membaca secara

berkelanjutan dan bukannya hanya satu kata saja, proses berhenti dan bergerak ini

mungkin memerlukan waktu tidak lebih dari seperenam detik. George D. Spathe

(1962) dalam Is This a Breakthrough in Reading? menyatakan bahwa lebar

195
rentang jarak yang diperlukan sepasang mata dalam membaca tidak dapat

melebihi tiga kata, atau dengan kata lain seorang pembaca yang paling cepat

sekali pun, berdasarkan hasil penelitian ini, tidak akan mampu membaca lebih

banyak dari tiga kata dalam satu periode tertentu sebelum dia menggerakkan

kembali matanya menuju ke kelompok kata yang lain.

Dengan memahami kenyataan sederhana ini, yang semakin lama cenderung

semakin dilupakan oleh para pengajar bahasa, diharapkan para pengajar dapat

bersikap lebih arif jika mereka menggunakan sarana bacaan untuk mengajar

murid-muridnya.

Setelah membaca tiga kata, mata pembaca harus bergerak pada kumpulan tiga

kata berikutnya. Pergerakan inilah yang oleh para pakar pendidikan bahasa

dinamakan saccadic sweep, sebuah pergerakan yang membutuhkan waktu paling

cepat sekitar 1/30 detik. Waktu ini hanya dapat dilakukan oleh seorang pembaca

yang baik dan tentunya waktu ini akan bertambah jika dilakukan oleh pembaca

yang kurang baik.

Jadi, jika hasil kedua penelitian ini digabungkan, akan didapatkan bahwa jumlah

waktu total yang dibutuhkan oleh seorang pembaca yang baik untuk membaca tiga

buah kata dan kemudian berpindah pada kelompok tiga kata berikutnya adalah

seperenam detik ditambah sepertiga puluh detik atau sama dengan seperlima

detik. Atau dengan kata lain, dalam satu detik, seorang pembaca yang baik

diperkirakan mampu membaca sekitar 15 kata, atau sekitar 900 kata dalam satu

menitnya. Sebuah angka yang fantastis, bukan?

196
Tetapi dalam kenyataannya kemudian terbukti bahwa angka ini sulit sekali dicapai

jika diingat bahwa kalimat-kalimat dalam satu bacaan tidak selalu berkelompok

tiga-tiga, sehingga seorang pembaca harus melakukan gerakan saccadic sweep

lebih banyak lagi untuk satu baris dan ini bermakna mengurangi jumlah kata yang

mampu dibaca seseorang dalam satu menit.

Tujuan Membaca

Tujuan membaca dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup sis dn memahami makna bacaan. Anderson (dalam Tarigan

1987:9) mengemukakan beberapa tujuan membaca yaitu :

h. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang

telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus,

atau untuk memcahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian

atau fakta-fakta (reading detail’s or fact) .

i. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau

dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang

tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut untuk

memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

197
j. Membaca untukamenemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga atau

seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatau masalah, adegan-

adegan dan kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui

urutan atau organisasi cerita (reading for squance of organization).

k. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan cara itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang

kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas apa yang

dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut

membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

l. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak

wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita

itu benar-benar atau tidak. Ini disebut membaca untuk menemukan serta

mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh,

apa yang lucu dalam ceita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar, ini

disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading to classify).

m. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah ingin berbuat seperti yang ingin diperbuat

sang tokoh, atau bekerja seperti sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini

disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

n. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua

198
cerita mempunyai persamaan, bagaimana tokoh yang menyerupai pembaca.

Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan

(reading to compare or contrast).

Nurhadi (2004:14) mengemukakan bermacam-macamvariasi tujuan

membaca, yaitu :

a. Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah)

b. Membaca untuk menagkap garis besar bacaan

c. Membaca untuk tujuan menagkap garis besar bacaan

d. Membaca untuk menikmati karya sastra

e. Membaca untuk mengisi waktu luang

f. Membaca untuk mencari keterngan tentang suatu istilah ini disebut membaca

untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or

contrast) Anderson dalam Tarigan (1994:9-10).

Berbeda dengan pendapat Tarigan dan Anderson di atas, Mulyati (1998:55)

menyebutkan bahwa pada dasarnya, tujuan membaca ialah mamahami apa yang

dibaca/isi bacaan, selain memahami masalah atau topiknya, selanjutnya

memahami mengapa, siapa, bagaimana, kapan, dan dimana terjadi suatu peristiwa.

Secara lebih khusus mulyati, masih dari sumber yang sama beliau

menyebutkan bahwa tujuan membaca ada empat macam, yaitu :

1) Untuk mengisis waktu luang;

2) Untuk mencari hiburan;

3) Untuk kepentingan studi ;

199
4) Untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;

Sementara itu Supriyadi (1996:128) memberikan tambahan atas tujuan

membaca yang dikemukakakn oleh Mulyati. Menrut beliau membaca dilakukan

seseorang dengan tujuan sebagai berikut.

13) Untuk mengisis waktu luang;

14) Untuk mencari hiburan;

15) Untuk kepentingan studi ;

16) Untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;

17) Memperkaya perbendaharaan kosa kata;

18) Memupuk perkembangan keharuan dan keindahan;

Tujuan orang membaca menurut Subyakto dan Nababan (1993:164) adalah :

a Untuk mengerti atau memahami isi atau pesen yang terkandung dalam suatu

bacaan seefisien mungkin;

b Untuk mencari informasi yang: kognitif dan intelektual, yakni digunakan

seseorang untuk menambah keilmiahhannya sendiri; referensial dan faktual,

yakni yang digunakan seseorang untuk menegetahui fakta-fakta yang nyata di

dunia ini; aktif dan emisional, yakni yang digunakan seseorang untuk

mencarai kenikmatan dalam membaca.

Sedangkan tujuan membaca menurut Widyamurta (1992:140) adalah

membuat seseorang menjadi arif dengan alasan :

a Dengan membaca orang akan menjadi luas cakrawala hidupnya;

b Dengan membaca buku, pembaca dibawa dalam dunia pikiran dan renungan;

200
c Dengan membaca orang menjadi memesona dan merasa nikmat dalam tutur

katanya

Dari beberpa tujuan membaca di atas, yang dimaksud tujuan membaca dalam

penelitaian ini adalah untuk kepentingan studi, untuk mencari informasi dan

menambah pengetahuan, memperkaya perbendaharaan kosa kata, dan untuk

memahami makna bacaan.

Demikian adalah beberapa hal tentang tujuan seseorang melakukan aktifitas

membaca.

Manfaat Membaca

Suatu teori membaca mempunyai nilai dan fungsi tersendiri dalam studi

dan pengajarannya. Pertama, suatu teori membaca dalam kelebuhan atau

kekurangannya banyak sekali membantu pihak-pihak yang bermaksud

mempelajari masalah membaca dan pengajarannya memperoleh gambaran tentang

apa yang disebut membaca. Atau setidak-tidaknya mereka memiliki suatu konsep

tentang membaca yang tentunya akan memudahkan mereka untuk berbicara lebih

banyak lagi tentang membaca itu. Kedua, khusus bagi pengajaran pembuna

membaca, suatu teori tentang membaca sangat diperlukannya dalam membaca dan

melaksanakan tugas-tugasnya membina siswa dalam membaca. Berdasrkan teori

membaca yang akan dilaksanakan, menyususn macam-macam programnya, dan

mengarahkan kegiatan belajar-mengajarnya dalam rangka mencapai tujuan yang

akan dicapainya. Ketiga, mereka yang bermaksud melakukan suatu penelitian

tertentu mengenai masalah membaca dan pengajarannya, suatu teori membaca

201
tertentu mutlak dibutuhkan. Teori membaca ini mesalnya diperlukan sebagai

kerangka acuan kerja, sebagai dasar pembatasan masalah, dan sebagai nalar

pemusatan penelitiannya.

Pendekatan Membaca

A. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini meliputi macam–macam metodoloagi pendekatan yang

semuanya berangkat dari suatu konsepsi tentang membaca dan berkesudahan

dengan satu model tertentu tentang prose membaca.

Tokoh dalam pendekatan ini adalah Kennet s godman. Ia menyatakan bahwa

membaca pada hakekatnya merupakn proses komunikasi yaitu antara pembaca

dengan tuturan tertulis yang dibacanya. Hal tersebut melatar belakangi pendekatan

konseptual.

B. Pendekatan Empirikal

Pendekatan ini mencakup bermacam–macam pendekatan yang bertolak dari

pengalaman serta penghayatan proses membaca., baik dari penyusunan teori itu

sendiri maupun orang lain yang dijadikan banyak penelitian.

Teori yang memandang membaca sebagai proses berpikir sebagai seperangkat

keterampilan membaca sebagai prose mempersepsi, sebagai kegiatan visual, dan

membaca sebagai pengalaman bahasa.

Teori yang pertama yaitu teori yang memandang membaca sebagai proses

berpikir, dirintis pengembanganny oleh Edward L Thorndike.

202
Teori kedua yang berdasarkan pendekatan empirikal adalah teori yang

memandang prose membaca sebagai penerapan keterampilan.

C. Pendekatan Eksperimental

Pendekatan eksperimental meliputi bermacam - macam studi dan penelitian

yang dilaksanakan dengan eksperimental untuk mengkaji bagaimana pemahaman

berlangsung pendekatan eksperimental dibagi menjadi dua yaitu :

b. Eksperimental Pemahaman

Eksperiomental tentang masalah pemahaman dalam prose membaca yang telah

dilakukan selama ini banyak sekali jumlah dan jenisnya.Beberapa penemuannya

dapat digunakan untuk kepentingan pengajaran membaca sebagai proses ata

kiegiatan menangkap makna dari bacaan.

c. Kemampuan Intelektual

Jenis kemampuan intelektual :

5. menarik kesimpulan tentang isi baAcaan

6. mengingat makna kata

7. mengikuti struktur bacaan

8. menangkap maksud dan tujuan isi bacaan

203
Pendekatan yang melatar belakangi teori membaca ada tiga, yaitu

pendekatan konseptual, empirical, dan pendekatan eksperimental.

Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini meliputi macam-macam metodologi pendekatan yang

kesemuanya berangkat dari satu konsepsi tentang membacadan berkesudahan

dengan suatu model tertentu tentang proses membaca. Tokoh dalam pendekatan

ini adalah Kenneth S. Godman. Ia menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya

merupakan proses komunikasi, yaitu komunikasi antara pembaca dengan tuturan

tertulisyang dibacanya. Hal tersebut merupakna yang melatarbelakangi

pendekatan konseptual.

Menurut Godman untuk memahami proses diperlukan suatu pengertian

dasar tentang membaca. Kerengka berpikir Godman dalam menemukan

pengertian dasar membaca agar dapat digunakan sebagai berikut, yaitu :

h. Membaca dimulai dengan menghadapi bahasa tulis.

i. Tujuan membaca adalah merekontruksi makna.

j. Dalam system penulisan alphabet ada hubunga langsung antar bahasa lisan

dengan bahasa tulis.

k. Persepsi visual termasuk dalam proses membaca.

l. Bentuk huruf, urutannya, serta kelompok-kelompoknya tidak sama sekali

membaca makna dalam dirinya sendiri.

m. Maknanya ada dalam jiwa pengarang dan pembaca.

204
n. Pembaca umumnya mampu merekontruksi makna atau pesan yang

ditekankan oleh pengarang.

Dari kerangka berpikir tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian

membaca adalah suatu proses yang rumit dimana pembaca melakukan rekontruksi

dalam tingkatan tertentu terhadap pesan yang dituangkan oleh pengarang dalam

bahasa tulis.

Berdasarkan pandangan ini dikemukakan sejumlah prinsip pengajaran

membaca sebagai berikut: membaca selalu berlibat dengan level pemahaman

tertentu karena setiap bahan bacaan selalu mengungkapkan sesuatu; (2) paparan

bahasa yang mewadahi sesuatu itu harus diperhatikan dengan teliti. Termasuk

kedalamannya yang patut diperhatikan ialah perubahan-perubahan bentuknya,

pola tatnan katanya, dan kata-kata fungsinya; (3) dalam memulai pengajaran

membaca (membaca permulaan), guru tidak pada tempatnya menyediakan kosa

kata yang terlalu besar, walaupun siswa bersangkutan telah memiliki pemahaman

yang baik mengenai struktur bahasanya. Pengajaran membaca sebaiknya

ditekankan pada masalah kelompok kata, tatanan kata, tanda-tanda baca, dan lain

sebagainya; (4) bahan pengajaran yang disajikan sebaiknya bahasa yang sudah

dikenal baik oleh siswa, dan jangan menyajikan bahasa yang bersifat artifial, atau

yang tidak wajar; (5) hidari pemakaian gambar sebagai kunci untuk menangkap

makna; (6) sajikan ragam bahasa baku yang informal, dan bukan bahasa buku; (7)

isi bacaan hendaknya sesuai dengan pengalaman siswa; (8) perkenalkan dengan

segera kata-kata fungsi dalam berbagai kelompok kata; (9) sediskan peluang yang

cukup luas bagi siswa untuk mengembangkan level kemampuan membacanya

205
sehingga ada perimbangan yang harmonis dengan level bahasa yang mampu

didengarnya; (10) usahakan pengalaman yang sejajar antara membaca dengan

berbicara, menyimak, dan menulis.

Pendekatan linguistic yang semula diterapkan Godman untuk memerikan

proses membaca kemudian direvisinya karena disadarinya banyak kelemahannya.

Sebagai pengganti dipilihnya teori Transformasi Generatif penemuan Noam

Chomsky sebagai acuan kerja untuk memerikan proses membaca dalam bentuk

suatu model yang dikenal sebagai Model Membaca Goodman (The Goodman

Model of Reading). Model ini menekankan bahwa membaca pada hakekatnya

adalah seperangkat proses “recoding, decoding, dan encoding” yang berakhir

pada pemahaman atau komprehensi. Bagaimana proses membaca itu berlangsung

menurut model membaca Goodman akan lebih mudah dipahami dengan

mengikuti pokok-pokok pikirannya seperti yang dipaparkan berikut

Pendekatan Enpirikal

Pendekatan ini mencakup bermacam-macam pendekatan yang bertolak

dari pengalaman serta penghayatan proses membaca, baik dari penyusunan teori

itu sendiri maupu dari orang lain yang dijadikan banyak penelitian. Ada beberapa

teori yang dimanfaatkan dalam pendekatan ini, yaitu teori yang memandang

membaca sebagai proses berpikir, sebagai penerapan seperangkat keterampilan,

membaca sebagai proses mempersepsi, sebagai kegiatan visual, dan membaca

sebagai pengalaman bahasa, teori pengalaman membaca dapat disimpulkan dalam

penelitiannya bahwa bahasa secara langsung diangkat dari pengalaman siswa,

206
pengalaman yang baru saja dialami siswa memotivasi belajar membaca, belajar

membaca disamakan dengan keterampilan lain.

Teori yang pertama, yaitu teori yang memandang menbaca sebagai proses

berpikir dirintis pengembangannya oleh Edward L. Thorndike pada permulaan

abad ini. Menurut pendapatnya, berpikir adalah kegiatan jiwa yang tidak bisa

dilepaskan dari keseluruhan proses membaca. Pendapat ini dibuktikan

kebenarannya dengan melaksanakan studi terhadap proses membaca paragraph

pada siswa SD. Studinya dipusatkan pada kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa

dalam membaca paragraf itu. Thorndike menguraikan bahwa dalam membaca

paragraf secara kompherhesif siswa melakukan kegiatan berpikir dan bernalar

seperti yang dilakukannya ketika memecahkan masalah matematika. Akhirnya

disimpulkan proses membaca pada hahekatnya adalah proses berpikir atau

bernalar. “reading is thingking , dan “Reading is reasoning” adalah dua buah

redaksi dari inti kesimpulan studi Thorndike yang sangat populer dalam sejarah

studi membaca.

Bagaimana bekerjanya kegiatan berpikir dan bernalar dalam proses

membaca itu diuraikan dengan baik oleh J.P Guilford dalam karangannya berjudul

“frontiere in Thinking That Teachers Should Know Abuot” termuat dalam

“Reading Teacher, 13 (Februari 1960:176-182) dalam karangan ini dikemukakan

bahwa dalam membaca bekerja bermacam-macam tipe berpikir.termasuk di

dalamnya adalah (1) kegiatan mengkognisi (cognition), yaitu kegiatan mengenal

kata, (2) kegiatan mengingat (memory), yaitu kegiatan mengingat pengalaman

yang telah dimiliki untuk menafsirkan makna kata-kata,simbol-simbol, dan ide-

207
ide, (3) kegiatan berpikir konvergentif, yaitu menghasilkan nalar secara induktif,

(4) kegiatan berpikir divergentif, yaitu menghasilkan nalar secara deduktif, (5)

kegitan menilai yang meliputi kegiatan membanding-bandingkan, mengeritik, dan

memutuskan. Semua tipe berpikir ini akan bekerja dengan baik pada siswa yang

belajar membaca, jika mereka dilatih secara teratur serta dimotivasi.

Teori kedua yang berdasarkan pendekatan empirical ialah teori yang

memandang proses membaca sebagai penerapan seperangkat keterampilan. Teori

ini lebih dikenal sebagai Teori Keterampilan. Tokoh terkemuka yang dengan gigih

mempertahankannya ialah William S. Gray. Dalam setiap karyanya yang

membahas masalah membaca, secara langsung atau tidak, ada saja bagian

uraiannya yang menekankan bahwa membaca tidak lain dari pada kegiatan

pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan)

yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan itu. Jenis-jenis keterampilan

yang dianggapnya mendasar sifatnya ialah, (1) keterampilan mengenai atau

merekognisi kata, (2) keterampilan memahami isi tersurat yang mencakup (a)

keterampilan menangkap ide pokok paragraph dan ide-ide penjelasnya, (b)

keterampilan menemukan hubungan antar ide dalam bacaan, dan (c) ketermpilan

menangkap isi pokok bacaan, dan (3) keterampilan memahami isi tersirat yang

meliputi (a) keterampilan mengidentifikasi tujuan atau maksud pengarang,

“mood” serta sikapnya terhadap pembaca, (b)keterampilan menalarkan kata-kata,

gaya bahasa, dan retorik dari pengarang, dan (c) keterampilan menemukan nilai

dan fungsi isi bacaan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman yang telah

dimiliki.

208
Teori keterampilan tentang proses membaca banyak sekali pengikut atau

pendukungnya, lebih-lebih lagi di kalangan ahli yang mempelajari masalah

pengajaran membaca dan di kalangan Pembina pengajaran membaca di lapangan

(sekolah). Walaupun dalam mereka terdapat kesamaan dasr dalam memandang

proses membaca sebagai penerapan seperangkat keterampilan, namun di dalam

menentukan jumlah dan jeniis keterampilan mereka berbeda-beda pendapat, lebih-

lebih lagi dalam masalah membaca komperhensif. Elmort Albert Betts (1957)

misalnya membedakan 27 kelompok faktor dan keterampilan yang termasuk ke

dalam keterampilan membaca komperhensif yang jika di perinci jumlahnya

menjadi 47 macam. Tiap macam ini dipandangnya petut dibinakan oleh guru pada

siswa lewat pengajaran membaca.

Teori ketiga yang berdasarkanpendekatan empirikal ialah teori perseptual,

yaitu teori yang memandang membaca sebagai proses mempersepsi. Teori ini

banyak memanfaatkan hasil studi ilmu jiwa yang mempelajari bagaimana proses

mempersepsi itu berlangsung dalam kegiatan membaca. Salah seorang perintis

yang banyak mencurahkan perhatiannya kepada masalah ini adalah D.H. Russell

(1956). Menurut pendapatnya, untuk memudahkan pemahaman terhadap

membaca sebagai proses mempersepsi, pertama-tama perlu diketahui dahulu

bahwaapa yang disebut mempersepsi itu dari satu segi dapat dibatasi sebagai

sesuatu yang telah dikenal sebagai suatu obyek, suatu kualitas, atas suatu

hubungan yang ketiga-tiganya merupakan hasil dari suatu pengalaman sensori.

Selain itu perlu diketahui pula bahwa persepsi ini, ada dua macam teori yang

menerangkannya. Teori yang pertama, teori sitetik memandang bahwa persepsi

209
terbentuk dalam proses belajar mengasosiasikan stimulus dengan respon

bermakna. Teori yang kedua ialah Teori Analistik yang menerangkan bahwa

pembentukan persepsi itu berlangsung secara bertahap. Pada tahap pertama

pembaca mereaksi suatu simulus sebagai suatu pula yang kabur, tahap kedua

reaksinya tertuju pada bagian-bagian dari pola itu, dan pada akhirnya pada tahap

ketiga pembaca mengintegrasikan hasil-hasil reaksi bagian-bagian itu menjadi

suatu pola baru yang jelas. Selanjutnya ditegaskan oleh Russel, teori manapun

yang disepakati yang jelas sama hubungan ini ialah bahwa teori persepsi

menerapkan proses pemahaman makna dalam kegiatan membaca. Dengan dasar

teori ini, pengajran membaca disarankan untuk (1) memberikan pengalaman

langsung kepada siswa, (2) memberikan peluang kepada siswa untuk menirukan

sehingga mereka dapat menghayati yang ditirukan, (3) membinakan penguasaan

terhadap pola bagian-bagian bacaan yang kanmemudaqhkan siswa

mengintegrasikannya menjadi pola keseluruhan yang utuh, (4) membimbing siswa

menganalisis hubungan yang akan membantu mereka memperoleh persepsi, lebih

lagi kalau stimulant yang direspon siswa rumit keadaanya, (5) memberi peluang

kepada siswa mengalami mengasosiasikan variasi berbagai bentukan bahasa, dan

(6) menajamkan ingatan mereka terhadap yang telah dipahami.

Teori keempat yang tergoleng kedalam, pendekatan empirikal adalah teori

visual. Teori visual, yaitu teori yang memandang membaca semata-mata sebagai

kegiatan visual. Teori ini memusautkan perhatiannya kepada proses gerak mata

pada saat seseorang membaca. Perintisnya adalah Emile Javal, seorang guru besar

yang ahli dalam bidang studi bidang membaca yang dengan tekun mempelajari

210
cara orang membaca. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya, Javal sampai pada

kesimpulan bahwa pada waktu membaca mata tidak bergerak perlahan-lahan dari

kiri ke kanan di sepanjang garis-garis kalimat bacaan. Juga tidak melihat huruf

dalam bacaan itu satu demi satu untuk kemudian menggabungkannya menjadi

kata-kata. Proses membaca menurut Teori Visual, dalam garis besarnya dapat

digambarkan sebagai berikut :

4 Sebelum membaca yang sebenarnya dimulai, pembaca mengamati halaman

bacaan secara global, yaitu mata bergerak dengan cepat babarapa kali bolak-

balik dari kiri ke kanan disepanjang lebar halaman bacaan.

5 Proses membaca dimulai. Dalam proses ini mata bergerak melompat-lompat

dari kiri ke kanan dengan rentangan yang tidak sama lebarnya. Tiap lompatan

diikuti dengan pemberhentian seseat untuk memahami yang telah dibaca

dalam satu lompatan. Saat ini disebut fiksasim atau selang mencamkan. Perlu

diketahui bahwa lompatan mata itu tidak dimulai pada awal baris kalimat

yang dibaca, tetapi agak ketengah sedikit. Dua lompatan yang terakhir juga

tidak pada ujung akhir baris, tetapi agak kedalam sedikit.

6 Setelah baris pertama berakhir dibaca, selanjutnya mata membuat lompatan

panjang ke kiri, ke awal baris kedua untuk kemudian melakukan lompatan-

lompatan membaca seperti baris pertama tadi. Dan setelah satu halaman

selesain dibaca dengan lompatan-lompatan mata, maka menyusul halaman

berikutnya yang juga dibaca dengan proses yang sama.

Akhirnya teori yang kelima yang berakar pada pendekatan empirikal

adalah Teori Pengalaman Bahasa. Dalam bentuk permulaannya, teori ini

211
memegang konsep bahwa belajar membaca merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari proses perkembangan bahasa pada siswa. Membaca tidak bias

dilepaskan dari berbicara, menyimak, dan menulis. Karena itu, dalam belajar

membaca siswa harus dibina dengan metode pengalaman bahasa, yaitu metode

yang mempertautkan membaca dengan berbicara, menyimak, dan menulis, dengan

penekanna pada penembangan kemampuan berpikir dan kemampuan

pengungkapan dengan bahasa.

Tokoh perintis Teori Pengalaman Behasa dalam membaca adalah AR. Van

Allen. Dalam mengetengahkan teorinya, Allen memegang asumsinya seperti yang

diungkapkannya berikut : “Apa yang dapat kita pikirkan, dapat pula kita

bicarakan, dapat pula kita tuliskan. Apa yang dapat kita tuliskan dapat pula kit

abaca. Kita dapat membaca apa yang kita tulis dan apa yang ditulis orang lain

disispkan kepada kita untuk dibaca”. Singkatnya, asumsi itu berpangkal pada

pandangan bahwa membaca merupakan pengalaman bahasa, yaitu proses

perkembengan menterjemahkan pengalaman kedalam bahasa lisan maupun bahasa

tulis. Dan dilandaskan asumsi ini, maka disarankan agar pengajaran membaca

menyajikan bahan pelajaran membaca berupa tuturan tertulis yang bahasanya

sesuai dengan tingkatan pekembangan bahasa siswa. Dalam menyajikanya, siswa

hendaknya diberri peluang untuk mempertautkan belajar membacanya dengan

belajar berbicar, mendengarkan, dan menulis. Demikian garis besar pandangan

Teori Pengalaman Bahasa dalam membaca yang dikembangkan oleh R. Van Allen

Pendekatan Eksperimemtal

212
Pendekatan eksperimental meliputi bermacam-macam studi dan penelitian

yang dilaksanakan dengan eksperimental untuk mengkaji bagaimana pemahaman

berlangsung.jenis-jenis kemampuan intelektual apa saja yang bekerja dalam

peoses pemahaman itu, dan faktor apa saja yang berpengaruh dalam pemahaman

itu.

b Eksperimental Pemahaman

Eksperimentasi tentang masalah pemahaman dalam proses membaca yang

telah dilakukan selama ini banyak sekali jumlah dan jenisnya. Masalah yang

dikaji pada dasrnya berkisar disekitar proses pemahaman atau penangkapan

makna dari tuturan tertulis yang dibaca (bacaan). Teori yang dimanfaatkannya

sebagai proses atau kegiatan menangkap makna dari bacaan.beberapa

penemuannya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran membaca

sebagai proses atau kegiatan menangkap makna dari bacaan. Beberapa penemuan

yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran membaca, pertama adalah

penemuan-penemuan mengenai proses mempersepsi maknayang antara lain

meliputi (1) persepsi atau pengenalan/pemahaman akan makna material bahasa

bacaan (kata-kata dan kalimat) berdasarkan pengalaman pembaca langsung

berhubungan dengan material bahasa itu, (2) dalam memahami atau mepersepsi

makna, pembaca cenderung memenfaatkan kunci-kunci penanda makna (cues),

atau menganalisis pola bentukan bahasa bacaan, dan (3) persepsi yang kuat atu

baik terhadap makna bahasa bacaan sebagai hasil menghayati dan menganalisis

bahasa bacaan itu akan membuat pembaca memiliki ingatan yang baik pula

terhadap makna bacaan itu. Kedua adalah penemuan-penemuan mengenai

213
pembentukan konsep dalam membaca, yaitu simbolik tentang hal-hal yang

direspon pembaca dari bacaan. Eksperimentasi dalam bidang ini antara lain

menemukan (1) persepsi yang baik terhadap makna bahasa bacaan menghasilkan

konsep yang baik pula tentang makna bahsa bacaan itu, (2) konsep yang abstrak

sifatnya tentang makna material bahasa bacaan terbentuk berdasarkan konsep-

konsep yang kongrit dan tingkat intelegensi membaca, dan (3) pengembangan

konsep tentang makna bahasa bacaan dapat dibina dengan mengyiapkan program

pengajaran yang baik. Ketiga adalah penemuan-penemuan mengenai peranan

penguasaan bahasa pembaca dalam proses memahami makna pada waktu

membaca. Eksperimentasi dalam bidang ini anara lain menemukan bahwa

pemahaman bacaan tergantung pada (1) jumlah kosa kata yang dikuasai, (2) luas

dan dalamnya ragam makna kata yang dikuasainya, (3) mapannya penguasaanya

terhadap kaidah-kaidah bahasa, dan (4) baiknya penguasaan tentang tata penulisan

bahasa

b. Jenis Kemampunan Intelektual

Pemanfaatan kedua dari pendekatan eksperimental dapat ditelusuri jejak-

jejaknya pada studi dan penelitian yang mengkaji jenis-jenis kemampuan

intelektual yang bekerja dalam proses pemahaman pada waktu pelaksanaan

membaca. Kebanyakan studi dan penelitian ini menggunakan analisis faktor

dimana bermacam-macam jenis tes (seperti misalnya tes kemampuan membaca,

tes pemakaian bahasa, dam tes itelegensia) disajikan kepada sekelompok siswa,

dan kemudian hasilnya dianalisis serta diuji kembali sehingga diperoleh

kesimpulan tentang komponen-komponen kemampuan kejiwaan yang dominant

214
sifatnya dalam pemahaman pad waktu membaca. Salah seorang tokoh terkemuka

dalam bidang ini ialah F.B. Davis (1968, 1971, 1972) menganalisis tes batera

membaca yang jumlahnya cukup besar yang disajikan kepada siswa SMA di

Amerika. Dengan menerapkan analisis faktor, Davis menyimpulkan bahwa ada 4

jenis keterampilan intelektual yang diterapkan pembaca dalam membaca

komprhessif, yaitu (1) megingart makna kata da menari kesimpulan tentang

makna suatu kata dari konteks bacaan, (2) menangkap makna tersurat dari bagian-

bagian bacaan dan mengkerangkakan ide-ide dalam bacaan, (3) menarik

kesimpulan tentang isi bacaan, dan (4) menangkap tujuan atau maksud pengarang

bacaan, sikapnya seleranya, dan teknik pemaparannya. Data Davis kemudian

dianalisis kembali oleh Spearritt (1972) dengan prosedur analisis yang berbeda

tyang akhirnya juga menghasilkan 4 jenis keterampilan intelektual, yaitu (1)

menarik kesimpulan tentang isi bacaan, (2) mengingat makna kata, (3) mengikuti

stuktur bacaan, dan (4) menangkap maksud dan tujuan pengarang bacaan, sikap,

dan seleranya. Disamping itu, disimpulkannya pula bahwa dalam membaca

komprehensif, kemampuan bernalar memainkan peranan yang penting sekali.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses membaca

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses membaca adalah faktor

intelegensia, sikap, perbedaan jenis kelamin, penguasaan bahasa, status ekonomi

sosial, bahan bacaan, dan guru. Intelegensia yang dikonsep sebagai kemampuan

mental atau potensi belajar teleh dibuktikan berpengaruh terhadap proses

pemahaman dalam membaca hampir pada setiap jenjang pendidikan.

215
Pengaruhnya dibuktikan dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa hasil tes intelegensia memiliki korelasi positif yang cukup tinggi dengan

hasil tes membaca komprehensif, seperti misalnya: (1) penelitian Bond bersama

Dykstra (1967) pada siswa kelas 1 SD, (2) penelitian Allen (1944) pada siswa

kelas IV SD, dan penelitian Thorndike (1963) pada mahasiswa tingkat permulaan.

Sikap sebagai kecenderungan jiwa (predisposisi) yang prediktif sifatnya

dalam mereaksi sesuatu, oleh sementara ahli bidang studi membaca telah dikaji

pengaruhnya terhadap kemampuan membaca. McKillop (1952) misalnya

menemukan bahwa sikap siswa kelas XI (3 SMA) berpengaruh pada

kemampuanya menampilkan pendapat atau penilaian (judgement) terhadap

masalah-masalah yang terdapat dalam bacaan. Groff (1962) menemukan gejala

yang sama pada siswa kelas 5 dan 6 SD, yaitu sikap siswa mempengaruhi

kemampuannya dalam membaca isi bersirat dari suatu bacaan. Selain itu

ditemukan pula bahwa sikap tidak berpengaruh pada kemampuan membaca yang

tersurat.

Pebedaan kelamin atau seks, taitu antara laki-laki dan perempuan, juga

telah diteliti secara eksperimental sebagai factor yang berpengaruh dalam belajar

membaca. Tokoh-tokoh terkemuka dalam penelitian ini ialah (1) Stroud bersama

Lindquist (1942) yang mengkaji pengaruh perbedaan kelamin dalam belajar

membaca pada siswa kelas III sampai VIII SD, Pauley (1951) pada siswa yang

baru masuk sekolah, (3) Hughes (1953) yang membandingkan prestasi membaca

komprehensif siswa laki-laki dengan perempuan dari kelas II sampai kelas VIII

216
SD, dan Fabiah (1955) yang mengkaji pengaruh perbedaan kelamin dalam

kemampuan membaca pada siswa yang telah menamatkan pelajarannya di SD.

Penguasaan bahasa sebagai faktor yang berpengaruh dalam proses

memahami bacaan telah banyak dibuktikan dengan studi dan penelitian yang

menerapkan pendekatan konseptual dan pendekatan empirikal. Teori membaca

sebagai proses berpikir yang dirintleh Thorndike, Teori Substrata-Faktor dari

Holmes, dan teori-teori kunci penanda makna (cues) dari Godman dan Smith, dan

teori-teori lainnya, pada dasarnya hampir semuanya menyepakati bahwa

penguasaan bahasa siswa merupakan faktor yang menentukan sifatnya dalam

proses membaca. Walaupun demikian, sementara serjana penganut pendekatan

eksperimental masih belum merasa puas dengan kesepakatan itu. Mereka lalu

melaksanakan studi dan penelitian eksperimentif untuk lebih dapat melaksanakan

studi dan penelitian eksperimentif untuk meyakinkan didrinya akan besarnya

pengaruh faktor penguasaan bahasa siswa.

Kedudukan orang tua anak didik di tengah-tengah masyarakat, keadaan

ekonomi rumah tangga, dan lingkungan hidup anak didik adalah beberapa faktor

yang tergolong SES. Factor-faktor ini telah dibuktikan pula lewat penelitian

eksperimental berpengaruh terhadap kemampuan membaca anak didik. Peneletian

Hill dan Geameto (1963) misalnya menemukan bahwa siswa kelas III SD yang

kondisi SESnya kurang baik,

Bahan bacaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses

pemahaman bacaan telah banyak dibuktikan dengan penelitian eksperimental.

217
Tentang pengaruh isi bacaan serta penyajiannya, William Eller bersama Judith G.

Wolf (1965) mengetengahkan Hoviand dan kawan-kawannya (1953) sebagai

kelompok sarjana yang menemukanbahwa (1) bahan yang disajikan secara dua

arah (two-sided presentation) lebih efekti pengaruhnya dari pada yang satu arah

(one-sided presentation), jika pembaca diajak menanggapi propaganda ataukah

kalau pembaca kurang menyepakati gagasan yang terdapat dalam bacaan, (2)

penyajian satu arah lebih efektif dari yang dua arah sepanjang yang pembaca

menyepakati sejak semula gagasan yang terdapat dalam bacaan.

Hasil belajar siswa yang berupa keterampilan dalam membaca,

pengetahuan tentang membaca, dan sikap terhadap membacapada dasarnya adalah

produk dari pengajaran membaca. Dalam pelaksanaan pengajaran ini, guru

dianggap sebagai faktor yang paling menentukan sifatnya. Ada sejumlah

penelitian eksperimental yang selama ini telah dilaksanakan yang mengkaji

peranan faktor guru ini. Penelitian Sears (1963), dan Spaulding (1963)

menemukan bahwa perilaku guru dalam membina anak didik dalam belajar

membaca ternyata berpengaruh besar dalam perilaku membaca siswa. Termasuk

perilaku keadaan mengajar yang ditemukan berpengaruh positif antara lain adalah

(1) usaha memahami sudut pandang siswa, (2) memvariasi situasi yang

memotivasi belajar siswa, (3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang efektif

kepada siswa, (4) menajamkan pemahaman siswa, dan (5) mencobakan gagasan-

gagasan baru dalam pelaksanaan pengajaran membaca.

Proses Membaca

218
Membaca merupakan suatu proses diri mulai mata terangsang oleh

tulisan/bacaan/simbol tetulis sampai merespon rangsangan yang diterima. Proses

membaca rangsangan yang diterima . proses membaca dapat dibanyangkan

sebagai berikut.

Bacaan mata syaraf Otak Respon


kritis

Maemaham
i

tampak
Menafsirkan

Tak tampak

Proses pertama adalah proses mata terangsang oleh bacaan atau mata

mencari rangsangan yang berbentu tulisan. Proses kedua adalah saat yang ada

dimata menerima rangsangan melalui mata. Syarat menyampaikan rangsangan

kepada otak merupakan proses ketiga. Proses keempat adalah otak memproses

rangsangan tersebut dalam bentuk pemahaman (memahami bacaan) atau justru

otak menafsirkan rangsangan yang diterimanya. Proses terakhir adalah otak

merespon informasi untuk dikritisi secara aktif dan pasif.

Respons pasif adalah respon yang ada didalam individu dalam bentuk

memikirkan (respon tertampak), sedangkan respon aktif adalah respon yang

terlahirkan dalam bentuk tulisan atau lisan (respon tampak).

219
2 Jenis Proses MembacaMenurut Harjasujana dan Mulyati (1997:26). Proses

membaca ada lima macam, yaitu proses psikologis, sensoris, perceptual,

perkembangan, dan proses pengembangan keterampilan.

a. Membaca Sebagai Suatu Proses Psikologis

Membaca dengan proses psikologis ialah membaca yang melibatkan unsur

psikis atau mental dalam mamahami suatu informasi. Unsur psikologi ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1 Intelegensi

2 Usia mental

3 Jenis kelamin

4 Tingkat social ekonomi

5 Bahasa

6 Ras

7 Kepribadian

8 Sikap

9 Pertumbuhan fisik

10 Kemampuan persepsi

11 Tingkat kemampuan membaca

b. Membaca Sebagai Suatu Proses Sensoris

220
Membaca dengan proses sensoris adalah mambaca yang melibatkan syaraf

otak sebagai fokus. Isyarat dan rangsangan masuk melalui telinga dan mata,

sedangkan rangsangan huruf Braille masuk lewat syaraf-syaraf jari. Proses

membaca ini juga dipengaruhi berbagai faktor, misalnya kepenatan, kegelisahan,

kebimbangan, dan rasa tidak percaya diri.

c. Membaca Sebagai Proses Perseptual

Proses perceptual mempunyai ikatan erat dengan proses sensoris. Secar

umum persepsi dimulai dengan melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan

meraba. Namun demikian dalam kegiatan membaca cukup memperhatikan pada

indera pengelihatan dan pendengaran. Menurut Vernon dalam Harjasujana

(1997:15), mengatakan bahwa proses perseptual dalam membaca itu terdiri dari

empat bagian, yaitu :

5 Kesadaran akan rangsangan visual

6 Kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan

klarifikasi umum kata-kata

7 Klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada

di dalam kelas umum

8 Identifikasi nkata-kata yang dilakukan dengan jalan

mennyebutkannya.

221
Pada umumnya orang sepakat bahwa persepsi itu mengandug stimulus

asosiasi makna dan interprestasinya berdasrkan pengalaman tentang stimulus itu,

serta respon yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambing.

d. Membaca Sebagai Proses Perkembangan

Mambaca pada dasarnya merupakan proses perkembangan yang terjadi

sepanjang hajat sesorang. Meski mebaca merupakan proses perkembangan,

geraknya tidaklah berada dalam jarak-jaarak yang beraturan dan tidak perlu

tertentu waktunya.

Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses perkembangan ada dua

hal yang perlu diperhatikan.

3 Membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan sesuatu yang terjadi

secara insidental.

Contoh : seorang anak tidak akan dapat membaca dengan jalan menonton

orang lain membaca.

4 Membaca merupakan suatu proses.

e. Membaca Sebagai Suatu Proses Perkembangan Keterampilan

Membaca merupakan latihan yang sangat kompleks yang sangat

bergantung pada bermacam- macam faktor. Sifat perkembangan ini antara lain.

222
4 Keterampilan obyektif

Perkembangan keterampilan membaca itu bersufat obyektif kareana dalam

perkembangannya tidak tergantung pada materi, metode atuapun tingkatan-

tingkatan akademis.

5 Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut

6 Keterampilan itu biasa digeneralisasikan, artinya keterampilan itu bersifat

tergeneralisasikan sehingga anak yang telah menguasai keterampilan

tersebut dituntut untuk dapat meneruskannya kapan saja dan dimana saja

jika situasinya menghendaki penggeneralisasian itu.

Contoh : jika seorang anak mamahami kata secara mandiri, baginya tidak

akan tetjadi masalah kata itu berada baik dalam teks matematika, geografi,

atau sebuah novel.

Dalam perkembangan selanjutnya keterampilan ini mempunyai tahapan-

tahapan yaitu :

5 Dasar proses perkembangan keterampilan ialah perkembangan konsep. Hal

tersebut mulai dengan pengalaman anak yang mula-mula sekali yang terus

berkembang seumur hidupnya. Perkembangan konsepini merupakan

prasyarat untuk membaca, sama juga halnya untuk menyimak dan berbicara.

Pengembangan konsep itu merupakan bank pengetahuan yang bagi anak

berfungsi sebagai tempat menyimpan dan mengambil informasisecara terus

menerus. Dalam pertumbuhannya anak0anak tumbuh dan berubah,

demikian juga perbendaharaan kosepnya akan terus tumbuhdan berubah-

223
ubah. Pertumbuhan dan konsep anak banyak bergantung pada latar belakang

pengalamannya.

6 Tahap perkembangan yang kedua merupakan pengenalan dan identifikasi.

Pada wktu anak-anak membina dasr-dasr konsep yang pertama dia mulai

pulamenghubungkan konsep-konsepnya itu dengan stimulus tertentu.

Contohnya ialah pengenalan huruf dan kataatau kombinasi keduanyadengan

konsep-konsep yang bermakna baginya. Jika berhasil mengkombinasikan

keduanya (stimulus dan kosep) maka akan memperoleh makna dari

pengalaman itu.

7 Tahap perkembangan itu merupakan interprestasi mengenai informasi.

Dalam hal ini interpretasi dibedakan menjadi dua hal yaitu, literta dan

intersial. Interprestasi literal adalah interprestasi fakta ketiaka fakta itu

dihadapkan, sedangkan interprestasi infersial ialah interprestasi hal-hal yang

bersifat tersirat pada suatu fakta.

Tahap perkembangan keempat ialah aplikasi dan generalisasi. Contohnya pada

awalnya anak mengenal cirri-ciri melati, ros, dan kenanga sebagai bunga kecil, c

kecil, C capital dan c tulisan tangan itu dibunyikan sama . kemampuan anak itu

belum cukup jika berhenti pada pengenalan. Dia baru noleh dianggap menguasai

informasi itu jika sudah mengenalnya mampu pula mengaplikasikannya dan

menggemeralisasikannya

224
Hakikat Membaca Kritis

Hakikat membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan Anda sebagai calon

guruyang dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu. Oleh

sebabiyu, kegiatan belajar ini tentu akan sangat bermanfaat karena Anda akan

dapatmemanfaatkan hasil pembacaan Anda yang cermat dan matang. Berdasarkan

hal itulah hakikat membaca kritis ini merupakan kegiatan belajar yang penting

danwajib dikuasai oleh mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Indonesia.Melalui

kegiatan belajar ini, Anda sebagai mahasiswa S1 KependidikanBahasa Indonesia

dibekali dengan kompetensi yang berkenaan dengan kemampuanuntuk

menerapkan metode membaca kritis. Untuk menguasai kompetensi tersebut,Anda

wajib menjelaskan hakikat membaca kritis. Selain itu, lewat kegiatan belajarini

Anda sebagai mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan membaca kritisdengan

langkah awal menjelaskan pengertian membaca kritis, dan karakteristikmembaca

kritis.

B. Pengertian Membaca KritisMarilah kita cermati bacaan berikut ini!

Menurut suatu penelitian di UniversitasCambridge, aturan hurup dalam kata

tidak penting. Cukup huruf pertama dan terakhir.

Tentunya Anda dapat membaca bacaan di atas dengan cukup mudah, bukan?

Akantetapi,bagaimana dengan bacaan berikut ini

Memangagaksulitmembacatulisaninikarenatan patitikdan koma dan juga pasti

lama-kelamaanan dapastija diterbiasa walaupun jarang ada orang.

225
Bacaan kedua mungkin agak sulit daripada bacaan pertama karena Anda jarang

menemikan tulisan tanpa tanda baca, perbedaan huruf besar/kecil, dantanpa spasi,

seperti itu.Akan tetapi, akhirnya Anda tetap dapat membacanyabukan? Setelah

Anda membaca dua bacaan di atas, mungkin dalam diri Anda timbul

pertanyaan “Apa maksud penulis?” jadi, sebenarnya, sewaktu membaca

bahanbacaan, dalam diri pembaca akan timbul pertanyaan, “Mengapa penulis

menulisseperti itu? Apa maksudnya? Dan sebagainya.” Jika itu yang terjadi pada

Anda,berarti Anda telah bersikap kritis terhadap bacaan dan penulisnya.

Bagaimanakahpendapat Anda terhadap dua tulisan di atas.2Pada dasarnya, saat

seseorang membaca kritis (critical reading) dia melakukankegiatan membaca

dengan bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif,serta analisis, dan

bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis adalahkemampuan

memahami makna tersirat sebuah bacaan.Untuk itu, diperlukankemampuan

berfikir dan bersikap kritis.Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan

bacaan secara kritis. (cf.Harris et. Al. 1983; smith, 1986; Albert dalamtarigan,

1988:89) Selain itu, dikemukakan pula bahwa membaca kritis merupakansuatu

strategi membaca yang bertujuan untuk mendalami isi bacaan

berdasarkanpenilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam

dengan pikiranpenulis yang merupakan analisis yang dapat diandalkan. Dengan

membaca kritis,pembaca dapat pula mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya

dan dia pun akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau

dia membaca tanpausaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis

harus menjadi cirisemua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan

226
sebaik-baiknya.Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam, upaya untuk

menemukanbukan hanya mengenai keseluruahan kebenaran mengenai apa yang

ditulis, tetapi juga (dan inilah yang lebih penting pada masa-masa selanjutnya)

menemukan alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang

dilakukannya. Apabilaseorang pembaca menemukan bukan hanya apa yang

dikatakan, tetapi jugamengapa hal itu dikatakan maka dia sudah melakukan

membaca kritis yangmerujuk pada keterpahaman.

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai praktik membaca teliti dan

pemahaman, disertai dengan contoh dan penerapan guna memaksimalkan

pemahaman terhadap pembaca mengenai praktik membaca teliti dan pemahaman.

6.1.1 Bacaan

TEKS 1:

Ponsel Tertinggal, Pesawat Kembali Mendarat

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah pesawat Air France dengan

nomor penerbangan AF639, Selasa (3/1/2012) kemarin, terpaksa kembali

mendarat di Bandara Houston, Amerika Serikat, setelah terbang selama 30 menit.

Hal ini setelah awak pesawat menemukan sebuah telepon genggam, tanpa

diketahui pemiliknya. Meski diduga telepon genggam itu dimiliki penumpang dari

227
penerbangan sebelumnya, tetapi Air France tak ambil risiko dengan memutuskan

untuk mendarat.

Demikian dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu (4/1/2012). Air France

mengatakan, setelah diperiksa kembali oleh aparat keamanan Amerika Serikat,

pesawat tersebut boleh kembali lepas landas. Meski pesawat tersebut mendarat

terlambat enam jam dari jadwal di Bandara Charles de Gaulle.

Bulan Oktober 2011 lalu, Kompas menaiki pesawat KLM dari Bandara

Schiphol menuju Hamburg. Namun penerbangan tersebut ditunda dua jam, juga

karena ditemukan kopor tanpa pemilik di dalam pesawat.

TEKS 2:

Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial Di Indonesia Pra Dan Pasca Runtuhnya

Orde Baru

Prof. DR. SYAMSIAH BADRUDDIN, M.Si

Semenjak gejolak dan kerusuhan sosial merebak di berbagai daerah,

kesenjangan sosial banyak dibicarakan. Beberapa pakar dan pengamat masalah

sosial menduga bahwa kerusuhan sosial berkaitan dengan kesenjangan sosial. Ada

yang sependapat dengan dugaan itu, tetapi ada yang belum yakin bahwa penyebab

kerusuhan sosial adalah kesenjangan sosial. Tidak seperti kesenjangan ekonomi,

228
kesenjangan sosial cukup sulit diukur secara kuantitatif. Jadi, sulit menunjukkan

bukti-bukti secara akurat. Namun, tidaklah berarti kesenjangan sosial dapat begitu

saja diabaikan dan dianggap tidak eksis dalam perjalanan pembangunan selama

ini. Di bagian ini dicoba menunjukkan realitas dan proses merebaknya gejala

kesenjangan sosial.

Untuk mempermudah pembahasan, kesenjangan sosial diartikan sebagai

kesenjangan (ketimpangan) atau ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya bisa berupa kebutuhan

primer, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, peluang berusaha dan kerja,

dapat berupa kebutuhan sekunder, seperti sarana pengembangan usaha, sarana

perjuangan hak azasi, sarana saluran politik, pemenuhan pengembangan karir, dan

lain-lain.

Kesenjangan sosial dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor

penghambat sehingga mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan

akses atau kesempatan-kesempatan yang tersedia. Secara teoritis sekurang

kurangnya ada dua faktor yang dapat menghambat. Pertama, faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri seseorang (faktor internal).

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia karena tingkat pendidikan

(keterampilan) atau kesehatan rendah atau ada hambatan budaya (budaya

kemiskinan). Kesenjangan sosial dapat muncul sebagai akibat dari nilai-nilai

kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang itu sendiri. Akibatnya, nilai-nilai

luas, seperti apatis, cenderung menyerah pada nasib, tidak mempunyai daya juang,

229
dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa depan. Dalam penjelasan Lewis

(1969), kesenjangan sosial tipe ini muncul karena masyarakat itu terkungkung

dalam kebudayaan kemiskinan.

Kedua, faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini

dapat terjadi karena birokrasi atau ada peraturan-peraturan resmi (kebijakan),

sehingga dapat membatasi atau memperkecil akses seseorang untuk

memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia. Dengan kata lain,

kesenjangan sosial bukan terjadi karena seseorang malas bekerja atau tidak

mempunyai kemampuan sebagai akibat keterbatasan atau rendahnya kualitas

sumberdaya manusia, tetapi karena ada hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan

struktural. Kesenjangan sosial ini merupakan salah satu penyebab munculnya

kemiskinan structural. Alfian, Melly G. Tan dan Selo Sumarjan (1980:5)

mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan kemiskinan struktural adalah

kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial

masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang

sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural meliputi kekurangan

fasilitas pemukiman, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikatif,

kekurangan fasilitas untuk mengembangkan usaha dan mendapatkan peluang

kerja dan kekurangan perlindungan hukum.

Faktor mana yang paling dominan menyebabkan kesenjangan sosial.

Kendati faktor internal dan kebudayaan (kebudayaan kemiskinan) mempunyai

andil sebagai penyebab kesenjangan sosial, tetapi tidak sepenuhnya menentukan.

230
Penjelasan itu setidaknya mengandung dua kelemahan. Pertama, sangat normatif

dan mengundang kecurigaan dan prasangka buruk pada orang miskin serta

mengesampingkan norma-norma yang ada (Baker, 1980:6). Kedua, penjelasan itu

cenderung membesar-besarkan kemapanan kemiskinan. Bukti-bukti empiris

menunjukkan bahwa kaum miskin senantiasa bekerja keras, mempunyai aspirasi

tentang kehidupan yang baik dan mempunyai motivasi untuk memperbaiki

kehidupan mereka. Mereka mampu menciptakan pemenuhan tutuntan kehidupan

mereka (periksa misalnya kajian Bromley dan Chris Gerry, 1979; Papanek dan

Kuncoroyakti, 1986; dan Pernia, 1994). Setiap saat orang miskin berusaha

memperbaiki kehidupan dengan cara bersalin dan satu usaha ke usaha lain dan

tidak mengenal putus asa (Sethuraman, 1981; Steele, 1985).

Jika demikian halnya, maka ihwal kesenjangan sosial tidak semata-mata

karena faktor internal dan kebudayaan, tetapi lebih disebabkan oleh adanya

hambatan structural yang membatasi serta tidak memberikan peluang untuk

memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia. Breman (1985:166)

menggambarkan bahwa bagi yang miskin “jalan ke atas sering kali dirintangi”,

sedangkan: “jalan menuju ke bawah terlalu mudah dilalui”. Dengan kata lain,

gejala kesenjangan sosial dan kemampuan kemiskinan lebih disebabkan adanya

himpitan structural. Perlu dipertanyakan mengapa masyarakat dan kaum miskin

pasrah dengan keadaan itu? Ketidakberdayaan (politik) dan kemiskinan kronis

menyebabkan mereka mudah ditaklukkan dan dituntun untuk mengikuti

kepentingan dan kemauan elit penguasa dan pengusaha. Apalagi tatanan politik

dan ekonomi dikuasai oleh elit penguasa dan pengusaha.

231
6.1.2 Retorika Membaca yang Digunakan dalam Membaca Teliti dan

Pemahaman

TEKS 1:

Pada saat melakukan proses membaca berita yang berjudul “Ponsel

Tertinggal, Pesawat Kembali Mendarat” saya menggabungkan beberapa jenis

retorika membaca. Berhubung belum adanya pengetahuan atau dasar-dasar

pemahaman terkait dengan artikel tersebut, awalnya saya menggunakan Metode

Membaca Bawah Atas (MMBA). Setelah mendapat gambaran dan sedikit

pemahaman mengenai artikel tersebut, saya mulai menerapkan Metode Membaca

Timbal Balik (MMTB). Artinya saya menggunakan dua metode dalam proses

membaca artikel tersebut, yaitu Metode Membaca Bawah Atas (MMBA) dan

Metode Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan kedua metode

tersebut, artikel lebih mudah saya pahami.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) yang digunakan dalam proses

membaca artikel di atas juga disertai dengan menerapkan metode kalimat.

Merupakan cara membaca bacaaan dengan menelaah kalimat demi kalimat. Saya

mengayunkan pandangan matan dari kaalimat satu ke kaliamat berikutnya dan

sekaligus memahami maknanya. Metode ini diterapakan untuk menyampaikan

gagasan-gagasan dalam bentuk kalimat. Dengan menerapkan metode ini, saya

232
dapat membaca lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga menerapkan teknik

close reading yaitu membaca dengan teliti dan cermat, teknik ini saya pilih karena

saya ingin mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman

terhadap isi dan makna bacaan secara eksplisit.

TEKS 2:

Pada saat melakukan proses membaca artikel yang berjudul Sekilas

“Kesenjangan dan Kemiskinan di Indonesia Pra dan Pasca Runtuhnya Orde”

saya menggabungkan beberapa jenis retorika membaca. Berhubung belum adanya

pengetahuan atau dasar-dasar pemahaman terkait dengan artikel tersebut, awalnya

saya menggunakan Metode Membaca Bawah Atas (MMBA). Setelah mendapat

gambaran dan sedikit pemahaman mengenai artikel tersebut, saya mulai

menerapkan Metode Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya saya

menggunakan dua metode dalam proses membaca artikel tersebut, yaitu Metode

Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Metode Membaca Atas Bawah (MMAB).

Dengan menggunakan kedua metode tersebut, artikel lebih mudah saya pahami.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) yang digunakan dalam proses

membaca artikel di atas juga disertai dengan menerapkan metode SQ3R, yaitu

metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri dari lima

tahap yaitu suvey, question ,reading, recite, review. Yang pertama saya lakukan

adalah meninjau, meneliti, mengkaji cara membaca bagian-bagian dari artikel.

233
Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Setelah itu, saya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan disusun

berdasarkan perkiraan pembaca sewaktu mensurvey. Selanjutnya adalah kegiatan

pembacaan artikel. Tahap ini adalah tahap yang paling penting. Saya melakukan

kegiatan ini secara menyeluruh, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf.

Setelah itu adalah kegiatan umemceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca

dengan menggunakan kata-kata saya sendiri, yaitu recite. Kegiatan recite

dilakukan secara tertulis. Sebab recite berupa ikhtisar. Selanjutnya adalah review.

Saya memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami. Meninjau ulamg

tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang adalah kegiatan membaca

ulang bacaan yang telah dibaca. Dengan menerapkan metode ini, saya dapat

membaca lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga menerapkan teknik close

reading yaitu membaca dengan teliti dan cermat, teknik ini saya pilih karena saya

ingin mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi

dan makna bacaan secara eksplisit.

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai praktik membaca teliti dan

pemahaman, disertai dengan contoh dan penerapan guna memaksimalkan

pemahaman terhadap pembaca mengenai praktik membaca teliti dan pemahaman.

6.1.1 Bacaan

TEKS 1:

234
Ponsel Tertinggal, Pesawat Kembali Mendarat

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah pesawat Air France dengan

nomor penerbangan AF639, Selasa (3/1/2012) kemarin, terpaksa kembali

mendarat di Bandara Houston, Amerika Serikat, setelah terbang selama 30 menit.

Hal ini setelah awak pesawat menemukan sebuah telepon genggam, tanpa

diketahui pemiliknya. Meski diduga telepon genggam itu dimiliki penumpang dari

penerbangan sebelumnya, tetapi Air France tak ambil risiko dengan memutuskan

untuk mendarat.

Demikian dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu (4/1/2012). Air France

mengatakan, setelah diperiksa kembali oleh aparat keamanan Amerika Serikat,

pesawat tersebut boleh kembali lepas landas. Meski pesawat tersebut mendarat

terlambat enam jam dari jadwal di Bandara Charles de Gaulle.

Bulan Oktober 2011 lalu, Kompas menaiki pesawat KLM dari Bandara

Schiphol menuju Hamburg. Namun penerbangan tersebut ditunda dua jam, juga

karena ditemukan kopor tanpa pemilik di dalam pesawat.

TEKS 2:

235
Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial Di Indonesia Pra Dan Pasca Runtuhnya

Orde Baru

Prof. DR. SYAMSIAH BADRUDDIN, M.Si

Semenjak gejolak dan kerusuhan sosial merebak di berbagai daerah,

kesenjangan sosial banyak dibicarakan. Beberapa pakar dan pengamat masalah

sosial menduga bahwa kerusuhan sosial berkaitan dengan kesenjangan sosial. Ada

yang sependapat dengan dugaan itu, tetapi ada yang belum yakin bahwa penyebab

kerusuhan sosial adalah kesenjangan sosial. Tidak seperti kesenjangan ekonomi,

kesenjangan sosial cukup sulit diukur secara kuantitatif. Jadi, sulit menunjukkan

bukti-bukti secara akurat. Namun, tidaklah berarti kesenjangan sosial dapat begitu

saja diabaikan dan dianggap tidak eksis dalam perjalanan pembangunan selama

ini. Di bagian ini dicoba menunjukkan realitas dan proses merebaknya gejala

kesenjangan sosial.

Untuk mempermudah pembahasan, kesenjangan sosial diartikan sebagai

kesenjangan (ketimpangan) atau ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya bisa berupa kebutuhan

primer, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, peluang berusaha dan kerja,

dapat berupa kebutuhan sekunder, seperti sarana pengembangan usaha, sarana

perjuangan hak azasi, sarana saluran politik, pemenuhan pengembangan karir, dan

lain-lain.

236
Kesenjangan sosial dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor

penghambat sehingga mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan

akses atau kesempatan-kesempatan yang tersedia. Secara teoritis sekurang

kurangnya ada dua faktor yang dapat menghambat. Pertama, faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri seseorang (faktor internal).

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia karena tingkat pendidikan

(keterampilan) atau kesehatan rendah atau ada hambatan budaya (budaya

kemiskinan). Kesenjangan sosial dapat muncul sebagai akibat dari nilai-nilai

kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang itu sendiri. Akibatnya, nilai-nilai

luas, seperti apatis, cenderung menyerah pada nasib, tidak mempunyai daya juang,

dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa depan. Dalam penjelasan Lewis

(1969), kesenjangan sosial tipe ini muncul karena masyarakat itu terkungkung

dalam kebudayaan kemiskinan.

Kedua, faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini

dapat terjadi karena birokrasi atau ada peraturan-peraturan resmi (kebijakan),

sehingga dapat membatasi atau memperkecil akses seseorang untuk

memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia. Dengan kata lain,

kesenjangan sosial bukan terjadi karena seseorang malas bekerja atau tidak

mempunyai kemampuan sebagai akibat keterbatasan atau rendahnya kualitas

sumberdaya manusia, tetapi karena ada hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan

struktural. Kesenjangan sosial ini merupakan salah satu penyebab munculnya

kemiskinan structural. Alfian, Melly G. Tan dan Selo Sumarjan (1980:5)

237
mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan kemiskinan struktural adalah

kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial

masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang

sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural meliputi kekurangan

fasilitas pemukiman, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikatif,

kekurangan fasilitas untuk mengembangkan usaha dan mendapatkan peluang

kerja dan kekurangan perlindungan hukum.

Faktor mana yang paling dominan menyebabkan kesenjangan sosial.

Kendati faktor internal dan kebudayaan (kebudayaan kemiskinan) mempunyai

andil sebagai penyebab kesenjangan sosial, tetapi tidak sepenuhnya menentukan.

Penjelasan itu setidaknya mengandung dua kelemahan. Pertama, sangat normatif

dan mengundang kecurigaan dan prasangka buruk pada orang miskin serta

mengesampingkan norma-norma yang ada (Baker, 1980:6). Kedua, penjelasan itu

cenderung membesar-besarkan kemapanan kemiskinan. Bukti-bukti empiris

menunjukkan bahwa kaum miskin senantiasa bekerja keras, mempunyai aspirasi

tentang kehidupan yang baik dan mempunyai motivasi untuk memperbaiki

kehidupan mereka. Mereka mampu menciptakan pemenuhan tutuntan kehidupan

mereka (periksa misalnya kajian Bromley dan Chris Gerry, 1979; Papanek dan

Kuncoroyakti, 1986; dan Pernia, 1994). Setiap saat orang miskin berusaha

memperbaiki kehidupan dengan cara bersalin dan satu usaha ke usaha lain dan

tidak mengenal putus asa (Sethuraman, 1981; Steele, 1985).

238
Jika demikian halnya, maka ihwal kesenjangan sosial tidak semata-mata

karena faktor internal dan kebudayaan, tetapi lebih disebabkan oleh adanya

hambatan structural yang membatasi serta tidak memberikan peluang untuk

memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia. Breman (1985:166)

menggambarkan bahwa bagi yang miskin “jalan ke atas sering kali dirintangi”,

sedangkan: “jalan menuju ke bawah terlalu mudah dilalui”. Dengan kata lain,

gejala kesenjangan sosial dan kemampuan kemiskinan lebih disebabkan adanya

himpitan structural. Perlu dipertanyakan mengapa masyarakat dan kaum miskin

pasrah dengan keadaan itu? Ketidakberdayaan (politik) dan kemiskinan kronis

menyebabkan mereka mudah ditaklukkan dan dituntun untuk mengikuti

kepentingan dan kemauan elit penguasa dan pengusaha. Apalagi tatanan politik

dan ekonomi dikuasai oleh elit penguasa dan pengusaha.

6.1.2 Retorika Membaca yang Digunakan dalam Membaca Teliti dan

Pemahaman

TEKS 1:

Pada saat melakukan proses membaca berita yang berjudul “Ponsel

Tertinggal, Pesawat Kembali Mendarat” saya menggabungkan beberapa jenis

retorika membaca. Berhubung belum adanya pengetahuan atau dasar-dasar

pemahaman terkait dengan artikel tersebut, awalnya saya menggunakan Metode

239
Membaca Bawah Atas (MMBA). Setelah mendapat gambaran dan sedikit

pemahaman mengenai artikel tersebut, saya mulai menerapkan Metode Membaca

Timbal Balik (MMTB). Artinya saya menggunakan dua metode dalam proses

membaca artikel tersebut, yaitu Metode Membaca Bawah Atas (MMBA) dan

Metode Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan kedua metode

tersebut, artikel lebih mudah saya pahami.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) yang digunakan dalam proses

membaca artikel di atas juga disertai dengan menerapkan metode kalimat.

Merupakan cara membaca bacaaan dengan menelaah kalimat demi kalimat. Saya

mengayunkan pandangan matan dari kaalimat satu ke kaliamat berikutnya dan

sekaligus memahami maknanya. Metode ini diterapakan untuk menyampaikan

gagasan-gagasan dalam bentuk kalimat. Dengan menerapkan metode ini, saya

dapat membaca lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga menerapkan teknik

close reading yaitu membaca dengan teliti dan cermat, teknik ini saya pilih karena

saya ingin mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman

terhadap isi dan makna bacaan secara eksplisit.

TEKS 2:

Pada saat melakukan proses membaca artikel yang berjudul Sekilas

“Kesenjangan dan Kemiskinan di Indonesia Pra dan Pasca Runtuhnya Orde”

saya menggabungkan beberapa jenis retorika membaca. Berhubung belum adanya

240
pengetahuan atau dasar-dasar pemahaman terkait dengan artikel tersebut, awalnya

saya menggunakan Metode Membaca Bawah Atas (MMBA). Setelah mendapat

gambaran dan sedikit pemahaman mengenai artikel tersebut, saya mulai

menerapkan Metode Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya saya

menggunakan dua metode dalam proses membaca artikel tersebut, yaitu Metode

Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Metode Membaca Atas Bawah (MMAB).

Dengan menggunakan kedua metode tersebut, artikel lebih mudah saya pahami.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) yang digunakan dalam proses

membaca artikel di atas juga disertai dengan menerapkan metode SQ3R, yaitu

metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri dari lima

tahap yaitu suvey, question ,reading, recite, review. Yang pertama saya lakukan

adalah meninjau, meneliti, mengkaji cara membaca bagian-bagian dari artikel.

Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Setelah itu, saya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan disusun

berdasarkan perkiraan pembaca sewaktu mensurvey. Selanjutnya adalah kegiatan

pembacaan artikel. Tahap ini adalah tahap yang paling penting. Saya melakukan

kegiatan ini secara menyeluruh, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf.

Setelah itu adalah kegiatan umemceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca

dengan menggunakan kata-kata saya sendiri, yaitu recite. Kegiatan recite

dilakukan secara tertulis. Sebab recite berupa ikhtisar. Selanjutnya adalah review.

Saya memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami. Meninjau ulamg

tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang adalah kegiatan membaca

ulang bacaan yang telah dibaca. Dengan menerapkan metode ini, saya dapat

241
membaca lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga menerapkan teknik close

reading yaitu membaca dengan teliti dan cermat, teknik ini saya pilih karena saya

ingin mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi

dan makna bacaan secara eksplisit.

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai praktik membaca teliti dan

pemahaman, disertai dengan contoh dan penerapan guna memaksimalkan

pemahaman terhadap pembaca mengenai praktik membaca teliti dan pemahaman.

6.1.1 Bacaan

TEKS 1:

Ponsel Tertinggal, Pesawat Kembali Mendarat

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah pesawat Air France dengan

nomor penerbangan AF639, Selasa (3/1/2012) kemarin, terpaksa kembali

mendarat di Bandara Houston, Amerika Serikat, setelah terbang selama 30 menit.

Hal ini setelah awak pesawat menemukan sebuah telepon genggam, tanpa

diketahui pemiliknya. Meski diduga telepon genggam itu dimiliki penumpang dari

penerbangan sebelumnya, tetapi Air France tak ambil risiko dengan memutuskan

untuk mendarat.

242
Demikian dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu (4/1/2012). Air France

mengatakan, setelah diperiksa kembali oleh aparat keamanan Amerika Serikat,

pesawat tersebut boleh kembali lepas landas. Meski pesawat tersebut mendarat

terlambat enam jam dari jadwal di Bandara Charles de Gaulle.

Bulan Oktober 2011 lalu, Kompas menaiki pesawat KLM dari Bandara

Schiphol menuju Hamburg. Namun penerbangan tersebut ditunda dua jam, juga

karena ditemukan kopor tanpa pemilik di dalam pesawat.

TEKS 2:

Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial Di Indonesia Pra Dan Pasca Runtuhnya

Orde Baru

Prof. DR. SYAMSIAH BADRUDDIN, M.Si

Semenjak gejolak dan kerusuhan sosial merebak di berbagai daerah,

kesenjangan sosial banyak dibicarakan. Beberapa pakar dan pengamat masalah

sosial menduga bahwa kerusuhan sosial berkaitan dengan kesenjangan sosial. Ada

yang sependapat dengan dugaan itu, tetapi ada yang belum yakin bahwa penyebab

kerusuhan sosial adalah kesenjangan sosial. Tidak seperti kesenjangan ekonomi,

kesenjangan sosial cukup sulit diukur secara kuantitatif. Jadi, sulit menunjukkan

bukti-bukti secara akurat. Namun, tidaklah berarti kesenjangan sosial dapat begitu

243
saja diabaikan dan dianggap tidak eksis dalam perjalanan pembangunan selama

ini. Di bagian ini dicoba menunjukkan realitas dan proses merebaknya gejala

kesenjangan sosial.

Untuk mempermudah pembahasan, kesenjangan sosial diartikan sebagai

kesenjangan (ketimpangan) atau ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya bisa berupa kebutuhan

primer, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, peluang berusaha dan kerja,

dapat berupa kebutuhan sekunder, seperti sarana pengembangan usaha, sarana

perjuangan hak azasi, sarana saluran politik, pemenuhan pengembangan karir, dan

lain-lain.

Kesenjangan sosial dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor

penghambat sehingga mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan

akses atau kesempatan-kesempatan yang tersedia. Secara teoritis sekurang

kurangnya ada dua faktor yang dapat menghambat. Pertama, faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri seseorang (faktor internal).

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia karena tingkat pendidikan

(keterampilan) atau kesehatan rendah atau ada hambatan budaya (budaya

kemiskinan). Kesenjangan sosial dapat muncul sebagai akibat dari nilai-nilai

kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang itu sendiri. Akibatnya, nilai-nilai

luas, seperti apatis, cenderung menyerah pada nasib, tidak mempunyai daya juang,

dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa depan. Dalam penjelasan Lewis

244
(1969), kesenjangan sosial tipe ini muncul karena masyarakat itu terkungkung

dalam kebudayaan kemiskinan.

Kedua, faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini

dapat terjadi karena birokrasi atau ada peraturan-peraturan resmi (kebijakan),

sehingga dapat membatasi atau memperkecil akses seseorang untuk

memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia. Dengan kata lain,

kesenjangan sosial bukan terjadi karena seseorang malas bekerja atau tidak

mempunyai kemampuan sebagai akibat keterbatasan atau rendahnya kualitas

sumberdaya manusia, tetapi karena ada hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan

struktural. Kesenjangan sosial ini merupakan salah satu penyebab munculnya

kemiskinan structural. Alfian, Melly G. Tan dan Selo Sumarjan (1980:5)

mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan kemiskinan struktural adalah

kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial

masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang

sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural meliputi kekurangan

fasilitas pemukiman, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikatif,

kekurangan fasilitas untuk mengembangkan usaha dan mendapatkan peluang

kerja dan kekurangan perlindungan hukum.

Faktor mana yang paling dominan menyebabkan kesenjangan sosial.

Kendati faktor internal dan kebudayaan (kebudayaan kemiskinan) mempunyai

andil sebagai penyebab kesenjangan sosial, tetapi tidak sepenuhnya menentukan.

Penjelasan itu setidaknya mengandung dua kelemahan. Pertama, sangat normatif

245
dan mengundang kecurigaan dan prasangka buruk pada orang miskin serta

mengesampingkan norma-norma yang ada (Baker, 1980:6). Kedua, penjelasan itu

cenderung membesar-besarkan kemapanan kemiskinan. Bukti-bukti empiris

menunjukkan bahwa kaum miskin senantiasa bekerja keras, mempunyai aspirasi

tentang kehidupan yang baik dan mempunyai motivasi untuk memperbaiki

kehidupan mereka. Mereka mampu menciptakan pemenuhan tutuntan kehidupan

mereka (periksa misalnya kajian Bromley dan Chris Gerry, 1979; Papanek dan

Kuncoroyakti, 1986; dan Pernia, 1994). Setiap saat orang miskin berusaha

memperbaiki kehidupan dengan cara bersalin dan satu usaha ke usaha lain dan

tidak mengenal putus asa (Sethuraman, 1981; Steele, 1985).

Jika demikian halnya, maka ihwal kesenjangan sosial tidak semata-mata

karena faktor internal dan kebudayaan, tetapi lebih disebabkan oleh adanya

hambatan structural yang membatasi serta tidak memberikan peluang untuk

memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia. Breman (1985:166)

menggambarkan bahwa bagi yang miskin “jalan ke atas sering kali dirintangi”,

sedangkan: “jalan menuju ke bawah terlalu mudah dilalui”. Dengan kata lain,

gejala kesenjangan sosial dan kemampuan kemiskinan lebih disebabkan adanya

himpitan structural. Perlu dipertanyakan mengapa masyarakat dan kaum miskin

pasrah dengan keadaan itu? Ketidakberdayaan (politik) dan kemiskinan kronis

menyebabkan mereka mudah ditaklukkan dan dituntun untuk mengikuti

kepentingan dan kemauan elit penguasa dan pengusaha. Apalagi tatanan politik

dan ekonomi dikuasai oleh elit penguasa dan pengusaha.

246
6.1.2 Retorika Membaca yang Digunakan dalam Membaca Teliti dan

Pemahaman

TEKS 1:

Pada saat melakukan proses membaca berita yang berjudul “Ponsel

Tertinggal, Pesawat Kembali Mendarat” saya menggabungkan beberapa jenis

retorika membaca. Berhubung belum adanya pengetahuan atau dasar-dasar

pemahaman terkait dengan artikel tersebut, awalnya saya menggunakan Metode

Membaca Bawah Atas (MMBA). Setelah mendapat gambaran dan sedikit

pemahaman mengenai artikel tersebut, saya mulai menerapkan Metode Membaca

Timbal Balik (MMTB). Artinya saya menggunakan dua metode dalam proses

membaca artikel tersebut, yaitu Metode Membaca Bawah Atas (MMBA) dan

Metode Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan kedua metode

tersebut, artikel lebih mudah saya pahami.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) yang digunakan dalam proses

membaca artikel di atas juga disertai dengan menerapkan metode kalimat.

Merupakan cara membaca bacaaan dengan menelaah kalimat demi kalimat. Saya

mengayunkan pandangan matan dari kaalimat satu ke kaliamat berikutnya dan

sekaligus memahami maknanya. Metode ini diterapakan untuk menyampaikan

gagasan-gagasan dalam bentuk kalimat. Dengan menerapkan metode ini, saya

247
dapat membaca lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga menerapkan teknik

close reading yaitu membaca dengan teliti dan cermat, teknik ini saya pilih karena

saya ingin mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman

terhadap isi dan makna bacaan secara eksplisit.

TEKS 2:

Pada saat melakukan proses membaca artikel yang berjudul Sekilas

“Kesenjangan dan Kemiskinan di Indonesia Pra dan Pasca Runtuhnya Orde”

saya menggabungkan beberapa jenis retorika membaca. Berhubung belum adanya

pengetahuan atau dasar-dasar pemahaman terkait dengan artikel tersebut, awalnya

saya menggunakan Metode Membaca Bawah Atas (MMBA). Setelah mendapat

gambaran dan sedikit pemahaman mengenai artikel tersebut, saya mulai

menerapkan Metode Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya saya

menggunakan dua metode dalam proses membaca artikel tersebut, yaitu Metode

Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Metode Membaca Atas Bawah (MMAB).

Dengan menggunakan kedua metode tersebut, artikel lebih mudah saya pahami.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) yang digunakan dalam proses

membaca artikel di atas juga disertai dengan menerapkan metode SQ3R, yaitu

metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri dari lima

tahap yaitu suvey, question ,reading, recite, review. Yang pertama saya lakukan

adalah meninjau, meneliti, mengkaji cara membaca bagian-bagian dari artikel.

248
Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Setelah itu, saya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan disusun

berdasarkan perkiraan pembaca sewaktu mensurvey. Selanjutnya adalah kegiatan

pembacaan artikel. Tahap ini adalah tahap yang paling penting. Saya melakukan

kegiatan ini secara menyeluruh, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf.

Setelah itu adalah kegiatan umemceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca

dengan menggunakan kata-kata saya sendiri, yaitu recite. Kegiatan recite

dilakukan secara tertulis. Sebab recite berupa ikhtisar. Selanjutnya adalah review.

Saya memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami. Meninjau ulamg

tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang adalah kegiatan membaca

ulang bacaan yang telah dibaca. Dengan menerapkan metode ini, saya dapat

membaca lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga menerapkan teknik close

reading yaitu membaca dengan teliti dan cermat, teknik ini saya pilih karena saya

ingin mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi

dan makna bacaan secara eksplisit.

C. Karakteristik Membaca KritisPernahkan Anda membaca, kemudian

mengomentari bacaan atau bahkan ingin membuat/menulis bacaan tanggapan?Jika

Anda pernah mengalami hal ini berarti Anda sudah menerapkanmembaca

kritis.1.Berpikir dan Bersikap KritisMembaca kritis pada dasarnya merupakan

langkah lebih lanjut dari berpikir dan bersikapkritis. Adapun kemampuan berpikir

dan bersikap kritis meliputi :

249
a. menginterpretasi secara kritis; b. menganalisis secara kritis;c.

mengorganisasi secara kritis;d. menilai secara kritis;e. menerapkan konsep secara

kritis (Nurhadi, 1987:143).Adegan teknik-teknik yang digunakan untuk

meningkatkan setiap kritis adalah sebagai berikut (cf. Nurhadi, 1987:145-181),

yaitu (a) Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan, (b)kemampuan

menginterpretasi makna tersirat, (c) kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep

dalam bacaan, (d) Kemampuan menganalisis isi bacaan, (e) kemampuanmenilai

isi bacaan, (f) kemampuan meng-create bacaan atau mencipta bacaan.Keenam

sikapkritis tersebut sejalan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yang

sudah direvisioleh Anderson dan krathwhol (2001:268).Berikut ini adalah

penjelasan masing-masing.a. Kemampuan mengingat dan mengenaliKemampuan

mengingat dan mengenali meliputi kemampuan:1) Mengenali ide pokok

paragraph2) Mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya3) Menyatakan

kembali ide pokok paragraph4) Menyatakan kembali fakta-fakta atau detil

bacaan5) Menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan

sebab-akibat,karakter tokoh dan sebagainya.

b. Kemampuan memahami/menginterpretasi makna tersiratTidak semua gagasan

yang terdapat dalam teks bacaan itu dinyatakan secara tersurat atausecara eksplisit

pada baris kata-kata atau kalimat-kalimat. Sering kali pula, gagasan serta4makna

tersebut terkandung di balik baris kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut,

250
danuntuk menggalinya diperlukan sebuah interpretasi dari Anda sebagai

pembacanya. Andaharus mampu menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide pokok

dan ide-ide penunjang yangsecara eksplisit tidak dinyatakan oleh penulisnya, serta

harus mampu membedakan faktafaktayang disajikan secara kritis.Kemampuan

menginterpretasi makna tersirat adalah kemampuan:1) Menafsirkan ide pokok

paragraf 2) Menafsirkan gagasan utama bacaan3) Membedakan fakta detil

bacaan4) Manafsirkan ide-ide penunjang5) Membedakan fakta atau detil bacaan

memahami secara kritisKemampuan mengaplikasikan konsep-konsepSebagai

pembaca kritis Anda tidak boleh berhenti sampai pada aktifitas menggali

maknatersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis saja, tetapi Anda

juga harusmampu menetapkan konsep-konsep yang terdapat dalam bacaan ke

dalam situasi baruyang bersifat problematic.Dalam hal ini, kemampuan

mengaplikasikan konsep-konsep, meliputi kemampuan:1) Mengikuti petunjuk-

petunjuk dalam bacaan;2) Menerapkan konsep-konsep/gagasan utama ke dalam

situasi baru yang problematic;3) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama

dengan situasi yang dihadapi.c. Kemampuan menganalisisKemampuan

menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen

atauunsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan. Sebagaimana Anda ketahui,

kesatuandalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, pernyataan-pernyataan,

simpulsnsimpulsn,

dan sebagainya. Pembaca kritis diharapkan melihat fakta-fakta, detil-

detil penunjang, atau unsur pembentuk yang lain yang tidak disebutkan secara

251
eksplisit.Lebih lanjut, kemampuan itu dikembangkan menjadi kemampuan

pembaca melihatkesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebagaimana Anda

ketahui, sebuah teks bacaan, apa pun bentuknya, pada dasarnya di dalamnya

membuat sebuah kesatuangagasan yang bulat dan utuh. Hanya saja akibat cara

dan gaya pengungkapan yang5 berbeda akan membuat gagasan atau suatu pesan

tersebut terlihat samara-samar. Dalamkasus semacam itu, kewajiban pembaca

adalah melakukan penyintesisan. Bentuk-bentuk penyintesisan tersebut, misalnya

berupa simpulan atau ringkasan, ide pokok, gagasanutama bacaan, tema, atau

kerangka bacaan.Secata terperinci kemampuan menganalisis sekaligus

menyintesis, meliputi kemampuan berikut ini.1) Menangkap gagasan utama

bacaan.2) Memberikan detil/fakta penunjang.3) Mengklasifikasikan fakta-fakta.4)

Membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan.5) Membandingkan tokoh-

tokoh yang ada dalam bacaan.6) Membuat simpulan bacaan7) Mengorganisasikan

gagasan utama bacaan.8) Menentukan tema bacaan9) Menyusun kerangka

bacaan.10) Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan11) Membuat

ringkasan.d. Kemampuan menilai isi bacaanKemampuan menilai isi dan penataan

bacaan secara kritis dilakukan melalui aktifitasaktifitasmempertimbangkan,

menilai, dan menentukan keputusan.Caranya, antara laindengan mengajukan

penilaian atas kebenaran gagasan atau pernyataan-pernyataan yangdikemukakan

oleh penulis lewat pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah pernyataan

tersebut benar? Apa maksud yang ingin dituju oleh penulis lewat tulisan yang

dibuatnya tersebut?Kemampuan menilai bacaan ini menunjukkan bahwa seorang

pembaca kritis tidak begitusaja mempercayai apa saja yang dibacanya sebelum

252
dilakukan proses pengkajian terlebihdahulu. Secara terperinci, kemampuan yang

menyangkut sikap kritis dalam menilai bacaan,terutama terhadap aspek isi dan

penggunaan bahasa meliputi kemampuan berikut ini.1) Menilai kebenaran

gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan.2) Menilai dan

menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini.63) Menilai dan

menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi penulis.4)

Menentukan tujuan penulis dalam menulis5) Menentukan relevansi antara tujuan

dan pengenbangan gagasan6) Menentukan keselarasan antara data yang

diungkapkan dengan simpulan yangdibuat.7) Menilai keakuratan dalam

penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa atau penyusunan kalimatnya

Menjadi Pembaca Kritis

Pembaca kritis disebut juga pembaca aktif. Kegiatan ini melibatkan lebih dari

sekedar memahami apa yang penulis katakan. Membaca secara kritis berupa

tindakan mempertanyakandan mengevaluasi apa yang penulis katakan, dan

membuat pendapat Anda sendiri tentang topik pembahasan.Jadi pembaca yang

kritis itu yang bagaimana sih? Berikut ini beberapa hal yang patut Andalakukan

untuk menjadi pembaca kritis.

Perhatikan konteks tulisan.

Anda mungkin membaca artikel yang ditulis oleh seseorang dari latar belakang

budaya danlingkungan yang berbeda dari Anda.Atau, bisa juga Anda membaca

253
sesuatu yang ditulis beberapa waktu silam dalam konteks waktu yang berbeda dari

Anda. Istilahnya, sudah nggak

upto date

lagi. Kalau sudah begini, Anda harus mengenali dan mempertimbangkan

perbedaanantara nilai-nilai dan sikap mereka. Berbeda bukan berarti

berseberangan pemikiran kan?

Pertanyakan pernyataan yang dibuat oleh penulis.

Jangan telan informasi yang Anda dapat secara mentah-mentah. Sebelum

menerima apa yangtertulis dalam artikel, pastikan bahwa penulis mempunyai

referensi yang kuat terhadap satu bahasan. Kalau bisa carilah fakta-fakta, contoh,

dan statistik tandingan yang masih relevandengan topik bahasan. Sangat

menggelikan saat saya membaca komentar pengunjung yang cuma bilang:

mantabs..!

Mantab apanya?Nyepamnya?

Bandingkan apa yang tertulis dengan perbuatan nyata yangtelah dilakukan.

Salah satu cara mudah mengukur kebenaran isi artikel dengan menyimak

keseharian si penulis.Apakah sebagian besar kalimat yang tertulis memang telah

dipratekkan atau hanya masihsekedar wacana dalam angan-angan. Yaa, kita sih

nggak bisa memastikan 100 persen telahdilaksanakan. Karena repot juga kalau

254
nulis artikel nunggu beres semua perkara. Tapi palingtidak si penulis telah

berusaha menjalankan dalam tindakan nyata.

Menganalisa solusi yang ditawarkan oleh penulis.

Sebagian besar penulis punya misi pribadi agar selalu dipercaya setiap pernyataan

yangdibuatnya.Dalam prakteknya, tujuan ini tidak secara langsung dinyatakan.Ini

berarti Anda harusmembaca dengan seksama untuk mengidentifikasi motivasi

apapun yang terdapat di dalamnya.Setelah mengidentifikasi, selanjutnya Anda

memutuskan apakah pernyataan tersebut valid atautidak.

Mengevaluasi sumber yang digunakan penulis.

Dalam melakukan ini, pastikan bahwa sumber yang digunakan mempunyai

kredibilitas.Sebagaicontoh, Lutvi Avandi adalah sumber yang dapat dipercaya

untuk artikel tentang tutorialWordPress.Juga memastikan bahwa masih ada

sumber-sumber lain yang relevan. Selain nama diatas, Anda bisa bandingkan

dengan nama lain. Marga Satrya misalnya.

Identifikasi kemungkinan perbedaan sudut pandang antarpenulis.

Beda kepala, beda isi otak. Begitu pula dalam hal menulis.Perbedaan sudut

pandang adalah halyang sangat wajar dan tidak bisa dielakkan keberadaannya.

Meskipun memakai topik pembahasan yang sama, dua orang yang memakai satu

buku panduan pun bisa beda tulisan.Manfaat menjadi pembaca yang kritis adalah

Anda akan mendapatkan informasi yang lebih baik dan dapat mengubah

255
pandangan Anda ke arah yang lebih baik. Selain itu, Anda tidak akanmudah

terombang-ambing keganasan arus informasi yang makin liar ini. Selamat belajar!

C. Pengertian dan Cara Membaca Kritis Perhatikan pernyataan di bawah ini!

Karena diketahui hasilnya sangat efektif, maka cara memperoleh (acquiring)

bahasa seperti diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Munculah cara

pembelajaran kontekstual, di mana materi bahasa dirakit dalam suatu konteks,

dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan

konteks fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga

mendasarkan faktor sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiaolinguistis

menentukan pilihan-pilihan variasi sosiolinguistis: siapa mitra bicara, dalam

konteks apa berbicara, saluran apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai. Faktor

pragmatis menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan berdasarkan tingkat

keresmian komunikasi.

Contoh di atas menggambarkan betapa pentingnya membaca secara kritis. Ketika

si pembaca tidak mencermati dengan saksama apakah ia mampu membuat

keputusan, simpulan, atau penilaian? Tentu sulit bukan?Oleh karena itu membaca

kritis membutuhkan konsentrasi.

1. Pengertian Membaca Kritis

Soedarsono (1994) mengatakan bahwa membaca kritis (critical reading) adalah

256
cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak

sekedar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang

masalah yang dibahas. Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca

secara analisis dengan melakukan penilaian.Dalam membaca harus ada interaksi

penulis dengan pembaca yang saling mempengaruhi sehingga terbentuk

pengertian baru. Jika kita ingin membaca dengan baik, kita harus membaca

dengan pikiran yaitu berpikir, menilai, dan membuat batasan.Kesemuanya ini

harus dilakukan secara serentak.

2. Tujuan Membaca Kritis

Menurut Sumardyono dan Ashari S (2010:14), secara umum tujuan membaca

kritis adalah untuk:

a. Mengetahui tujuan penulis membuat tulisan,

b. Memahami bagian-bagian yang diyakinkan dan yang ditekankan oleh penulis;

dan

c. Mendapatkan bagian-bagian mana penulis melakukan bias (penyimpangan dari

maksud sebenarnya).

3. Langkah-langkah Membaca Kritis

257
Menurut Soedarsono (1994), proses membaca kritis dapat dilakukan sebagai

berikut.

a. Mengerti isi bacaan yaitu; ide pokok, fakta dan detail penting, dan dapat

membuat kesimpulan dan interpretasi dari ide-ide itu.

b. Menguji sumber penulis; apakah dapat dipercaya?, cukup akuratkah?, dan

kompeten di bidangnya?.

c. Ada interaksi antara penulis dan pembaca; tidak hanya mengerti maksud

penulis tetapi harus membandingkan dengan pengetahuan yang kita miliki, serta

dari penulis lainnya.

d. Menerima atau menolak; mempercayai, mencurigai, meragukan,

mempertanyakan, atau tidak percaya.

Menurut Vincent Ryan Ruggiero dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:14),

adapun langkah-langkah strategi membaca kritis sebagai berikut.

Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan tersebut pada diri kita sendiri.

a. Apa topiknya?

b. Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?

c. Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang agar dapat dipercaya?

258
Perhatikan alasan-alasan tidak obyektif yang dapat mengecoh pembaca, misalnya;

iba, ketakutan, dan data statistik yang tidak sesuai.

d. Apakah pengarang menggunakan kata netral atau tidak?

Muhadi Sugiono dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:15) mengatakan, untuk

membantu pengembangan kemampuan membaca kritis, berikut ini pertanyan-

pertanyaan yang dapat diajukan.

a. Apa yang ingin disampaikan penulis?

- Tentang apakah tulisan yang kita baca?

- Mengapa penulis ingin menulis hal itu?

b. Apa alasan penulis?

Selain mengetahui apa yang sedang dibaca, perlu juga diketahui alasan yang

mendorong penulis menuliskannya dalam sebuah tulisan. Selain itu perlu juga

mengatahui sudut pandang penulis melalui alasan yang dibuat atau upaya penulis

untuk meyakinkan pembacanya berpikir agar pembaca percaya.Alasan tersebut

dapat ditemukan dengan mudah atau sulit karena dapat terletak di awal, tengah,

akhir, ataupun menyebar di berbagai tempat atau paragraf.

c. Apa ada alasan atau sudut pandang yang berbeda?

Pembaca kritis harus memulai dari keyakinan bahwa pasti ada alasan berbeda dari

alasan pengarang.Semua itu untuk meyakinkan pembaca mengapa alasan tersebut

259
tidak memadai atau bahkan salah.Tetapi terkadang tidak mengemukakan alasan

alternatif, sehingga pembaca harus mencari sendiri.

d. Apakah bukti yang ditampilkan penulis?

Alasan yang kuat merupakan cara meyakinkan pembaca. Tetapi, pembaca

terkadang tidak cukup diyakinkan hanya dengan alasan semata, melainkan harus

dengan bukti-bukti yang mendukung alasan misalnya; pengalaman, logika, emosi,

sejarah, pernyataan ahli atau pakar, dsb.

e. Apakah bukti yang ditampilkan penulis sangat mendukung?

Bukti-bukti yang ditampilkan penulis tidak selalu mendukung.Sebagai pembaca

kritis, harus mencoba memahami upaya penulis untuk mendukung alasan dengan

bukti-bukti yang mendukung sudut pandang obyektif, tidak langsung melalui

sudut pandang kita sendiri.Misalnya; apakah bukti yang disampaikan masuk

akal?Jika bukti berupa fakta, apakah bukti tersebut dapat diandalkan?Apakah

sumbernya dapat dipercaya? Apakah data statistik memperkuat alasan dan

mendukung bukti lain yang diajukan penulis? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin

tidak mudah untuk dijawab, bahkan pembaca kritis dituntut berpikir keras untuk

melakukannya.

f. Apa pendapat kita?

Setelah semua proses di atas selesai, bagian akhir yang tidak kalah pentingnya

adalah pendapat kita terhadap tulisan yang dibaca. Setelah memahami alasan

penulisan dan bukti-bukti yang diajukan penulis, saatnya melihat pandangan

kita.Apakah penulis berhasil meyakinkan kita dengan mengacu pada bukti-bukti.

260
Pada awal tulisan, kita sepaham dengan gagasan penulis tetapi hingga akhir

tulisan yang dibaca, kita menyimpulkan bahwa penulis tidak dapat memenuhi apa

yang dijanjikannya. Sebagai pembaca kritis, tidak perlu menyesal telah membaca

suatu tulisan karena tidak paham, sebab dalam membaca tulisan ada tulisan yang

isinya kurang bagus dan juga cara penyajiannya juga membingungkan

pembecanya.

Tujuan Membaca

Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi dari

sumber tertulis. Informasi ini diperoleh melalui proses pemaknaan terhadap

bentuk-bentuk yang ditampilkan. Secara lebih khusus membaca sebagai suatu

ketrampilan bertujuan untuk mengenali aksara dan tanda-tanda baca, mengenali

hubungan antara aksara dan tanda baca dengan unsur linguistik yang formal, serta

mengenali hubungan antara bentuk dengan makna atau meaning (Broughton et

al dalam Sue 2004:15). Dengan demikian, kegiatan membaca tidak hanya berhenti

pada pengenalan bentuk, melainkan harus sampai pada tahap pengenalan makna

dari bentuk-bentuk yang dibaca. Makna atau arti bacaan berhubungan erat dengan

maksud, tujuan atau keintensifan dalam membaca (Tarigan 1979:9).

Berdasarkan maksud, tujuan atau keintensifan serta cara dalam membaca di

bawah ini, Anderson dalam Tarigan (1979:9-10) mengemukakan beberapa tujuan

membaca antara lain:

Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for

details or facts). Membaca tersebut bertujuan untuk menemukan atau mengetahui

261
penemuan-penemuan telah dilakukan oleh sang tokoh, untuk memecahkan

masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Membaca

untuk mengetahui topik atau masalah dalam bacaan. Untuk menemukan ide pokok

bacaan dengan membaca halamn demi halaman.

Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita (reading for

sequenceor organization). Membaca tersebut bertujuan untuk mengetahui bagian-

bagian cerita dan hubungan antar bagian-bagian cerita.

Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading for inference).

Pembaca diharapkan dapat merasakan sesuatu yang dirasakan penulis.

Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading for

classify). Membaca jenis ini bertujuan untuk menemukan hal-hal yang tidak wajar

mengenai sesuatu hal (Anderson dalam Tarigan 1979:10).

Membaca untuk menilai atau mengevaluasai (reading to evaluate). Jenis membaca

tersebut bertujuan menemukan suatu keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran

tertentu. Membaca jenis ini memerlukan ketelitian dengan membandingkan dan

mengujinya kembali.

Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare

or contrast). Tujuan membaca tersebut adalah untuk menemukan bagaimana cara,

perbedaan atau persamaan dua hal atau lebih.

262
Dengan rumusan yang berbeda, Blanton, dkk. serta Irwin yang dikutip oleh Burns

dkk. (1996) dalam Rahim (2007:11) menyebutkan tujuan membaca mencakup (1)

kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi

tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik, (5) mengaitkan

informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, (6) memperoleh informasi

untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi,

(8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang

struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Jenis Membaca

Menurut Soedjono dalam Sue (2004:18-21) ada lima macam membaca, yaitu:

membaca bahasa, membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknis,

membaca emosional, dan membaca bebas.

Membaca bahasa

Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan. Membaca

bahasa mementingkan segi bahasa bacaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

membaca bahasa adalah kesesuian pikir dengan bahasa, perbendaharaan bahasa

yang meliputi kosa kata, struktur kalimat, dan ejaan.

Membaca cerdas atau membaca dalam hati

263
Membaca cerdas adalah membaca yang mengutamakan isi bacaan sebagai

ungkapan pikiran, perasaan, dan kehendak penulis. Bila hanya ingin mengetahui

isinya, membaca cerdas bersifat lugas. Akan tetapi, bial maksudnya untuk

memahami dan memilki isi bacaan, maka disebut membaca belajar.

Membaca teknis

Membaca teknis adalah membaca dengan mengarahkan bacaan secara wajar.

Wajar maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran, perasaan, dan

kemauan yang tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan baik.

Membaca emosional

Membaca emosional adalah membaca sebagai sarana untuk memasuki perasaan,

yaitu keindahan isi, dan keindahan bahasanya.

Membaca bebas

Membaca bebas adalah membaca sesuatu atas kehendak sendiri tanpa adanya

unsur paksaan dari luar. Unsur dari luar misalnya guru, orang tua, teman, atau

pihak-pihak lain.

Sesuai dengan pengertian jenis-jenis membaca yang telah diuraikan di atas, maka

membaca puisi termasuk ke dalam membaca teknis karena membaca puisi harus

memperhatikan ucapan, tekanan, dan intonasinya, sehingga dapat

mengaktualisasikan pembacaan puisi dengan baik.

264
1.2 Tujuan dan Manfaat

Ditulisnya buku yang sederhana ini mempunyai tujuan dan diharapkan

mempunyai manfaat. Tujuan dan manfaat buku ini adalah berikut ini.

1. Buku-buku yang mengkaji mengenai membaca masih terbatas.

Dengan adanya buku ini dapat menjadi bertambahnya pustaka tentang

membacaUntuk itu, buku ini dibuat untuk menambah perbendaharaan

buku membaca.

2. Selama ini sudah ada buku-buku membaca yang membahas mengenai

pokok-pokok membaca. Hanya saja, buku-buku yang sudah ada belum

mengupas membaca secara menyeluruh dan terintegratif. Oleh karena

itu, dibuatnya buku ini adalah untuk memberikan sumbangan

pemikiran dalam rangka mengembangkan ilmu membaca.

3. Buku ini dapat dimanfaatkan oleh orang yang belajar membaca,

pembina, dan peneliti. Buku ini dapat membantu orang yang sedang

belajar membaca atau orang yang sedang ingin meningkatkan

pemahaman dan kemahiran membacanya. Bagi pembina atau guru,

buku ini dapat dimanfaatkan untuk membina atau mengajar siswa

dalam membaca. Berdasarkan pokok bahasan yang ada pada buku ini,

guru dapat merancang kegiatan belajar mengajar, menyusun program

atau kegiatan yang dapat dilakukan siswa di luar jam pelajaran, dan

mengarahkan siswa untuk dapat membaca secara efektif dan efisien.

Guru yang dapat memanfaatkan buku ini adalah semua guru bahasa

Indonesia dari tingkat SD, SMP, SMA, dan bahkan dosen karena buku

265
ini membahas pokok-pokok membaca. Bagi peneliti, buku ini dapat

dijadikan sebagai kerangka acuan dan dasar dalam melakukan

penelitian. Dalam meneliti, peneliti mutlak membutuhkan teori yang

relevan dengan penelitiannya sebagai kerangka teoritis yang bisa

diambil dari buku ini.

1.3 Petunjuk Menggunakan Buku

a. Bacalah terlebih dahulu daftar isi untuk mengetahui gambaran keseluruhan

isi buku.

b. Gunakanlah kiat (retorika) membaca dalam membaca buku ini, misalnya

menggunakan model membaca bawah atas, metode kalimat dan metode

SQ3R.

c. Berilah tanda (distabilo, digaris bawahi) pada bagian yang penting pada

bacaan yang dibaca sewaktu membaca.

d. Berhentilah membaca pada satuan bacaan (subjudul). Buatlah catatan

secara ringkas dari subjudul yang telah Anda baca pada tempat yang

kosong dan strategis dari setiap satuan bacaan.

e. Setelah selesai membaca satuan bacaan (subbab), lakukanlah reviuw

(mengulang membaca secara cepat) bacaan yang telah dibaca.

266
BAB II

HAKIKAT MEMBACA

2.1 Pengantar

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

berbahasa terdiri atas empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, dan

menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling mempengaruhi dan

menjadi satu kesatuan disebut catur tunggal. Membaca merupakan keterampilan

berbahasa yang bersifat aktif-reseptif, yaitu memperoleh informasi hingga

mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Secara hakikat, ruang lingkup kajian

membaca meliputi empat hal, yaitu pengertian, tujuan, manfaat, dan aspek

membaca.

Definisi Hakikat Membaca

Kelahiran suatu teori membaca tidaklah muncul begitu saja.

Kehadirannya merupakan hasil kerja keras dari ahli atau sarjana yang

mengkaji masalah membaca itu dalam waktu relatif lama, dan dengan

pendekatan yang berbeda-beda. Akibatnya, dalam sejarah perkembangan

studi membaca dan pengajaran membaca terdapat bermacam-macam teori

267
membaca yang bukan saja berbeda satu dengan yang lainnya, melainkan

juga ada yang berlawanan. Namun pada dasarnya membaca itu merupakan

suatu proses yang kompleks.

Ada tiga kelompok yang mendefinisikan tentang hakikat membaca

a. Kelompok pertama dengan tokohnya Frank Jennings (1965) membuat

definisi membaca sebagai tafsiran terhadap pengalaman secara umum,

selain itu membaca biasanya akan dimulai dengan pengenalan terhadap

peristiwa yang berulang-ulang datang, seperti matahari dan bulan yang

terbit setiap hari.

b. Kelompok kedua dengan Rudolf Flesch (1995) sebagai tokohnya

mendefinisikan membaca sebagai kegiatan memperoleh makna dari

berbagai gabungan huruf, seperti seorang anak yang diajari mengenal

makna yang dimiliki oleh setiap huruf akan sampai pada kemampuan

membaca.

c. Kelompok ketiga dengan Ernest Horn (1937) sebagai tokohnya

mendefinisikan membaca sebagai kegiatan yang meliputi berbagai

proses penyempurnaan dan pelestarian makna melalui penggunaan

media alat tulis.

Berikut beberapa fungsi teori membaca :

Pertama, suatu teori membaca dalam kelebihan dan kekurangan

banyak sekali membantu pihak yang bermaksud mempelajari masalah

268
membaca dan pengajaran membaca untuk memperoleh gambaran

tertentu apa yang disebut membaca.

Kedua, khusus bagi pembina pengajaran membaca, suatu teori tentang

membaca sangat diperlukan dalam membina dan melaksanakan tugas

pembinaan kemampuan siswa dalam membaca.

Ketiga, mereka yang bermaksud melaksanakan suatu penelitian

tentang masalah membaca dan pengajaran membaca, suatu teori

membaca mutlak dibutuhkan.

Pendekatan Dalam Membaca

Pendekatan yang diterapkan dalam studi membaca untuk menghasilkan

teori membaca berkisar pada tiga macam pendekatan, yaitu :

- Pendekatan Konseptual

Meliputi bermacam-macam metodologi pendekatan kesemuanya berangkat

dari suatu konsepsi tentang membaca dan berkesudahan dengan suatu

model tertentu tentang proses membaca.

- Pendekatan Empirikal

Mencakup bermacam-macam pendekatan yang bertolak dari pengalaman

serta penghayatan proses membaca, baik dari penyusunan teori itu sendiri

maupun dari orang-orang lain yang dijadikan subjek penelitian.

- Pendekatan Eksperimental

Meliputi berbagai macam pendekatan yang kesemuanya berangkat dari

suatu eksperimen tertentu yang ditujukan terhadap seperangkat perilaku

269
membaca yang dapat diamati, dikaji, dan kemudian dianalisis untuk

disimpulkan menjadi suatu teori membaca tertentu.

Tokoh Perintis dalam pendekatan konseptual ialah Kennet S. Goodman.

Menurut pandangannya, proses membaca pada hakikatnya adlah proses

komunikasi, yaitu komunikasi antara pembaca dengan turunan tertulis

(bacaan) yang dibacana. Namun pendekatan tersebut direvisi karena disadari

banyak kelemahannya. Sebagai penggantinya dipakailah teori Transformasi

Generatif temuan Noam Chomsky sebagai acuan kerjauntuk memberikan

proses membaca dalambentuk suatu model yang dikenal sebagai modal

membaca Goodmen (The Godman Model Of Reading). Model ini

menekankan bahwa membaca pada hakikatnya adalah seperangkat proses

recording, decoding, dan encoding yang berakhir pada pemahaman atau

komprehensif.

Teori membaca yang memanfaatkan pendekatan empirikal banyak

ragamnya.

a) Teori yang memandang membaca sebagai proses berpikir

b) Teori yang memandang membaca sebagai perangkat keterampilan

c) Teori yang menganggap membaca sebagai kegiatan visual

d) Teori yang menganggap membaca sebagai pengalaman bahasa

Pendekatan ketiga adalah pendekatan eksperimental. Teori yang

dimanfaatkan sebagai landasan eksperimental adalah teori yang memandang

membaca sebagai proses atau kegiatan menangkap makna dari bacaan.

270
Beberapa penemuan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran

membaca :

Penemuan – penemuan proses mempersepsi makna, yang meliputi :

- Persepsi atau pemahaman akan makna materi bacaan,

- Menganalisis pola bentukan bahasa bacaan

- Persepsi yang kuat atau baik terhadap makna bahasa bacaan sebagai

hasil menghayati dan menganalisis bahasa bacaan itu akan membuat

pembaca memiliki ingatan yang baik pula terhadap makna bacaan itu

Penemuan-penemuan mengenai pembentukan konsep, dalam membaca

yaitu makna simbolik tentang hal-hal yang direspon pembaca dari bacaan,

meliputi :

- Persepsi yang baik terhadap makna bahasa bacaan dan menghasilkan

konsep yang baik pula tentang makna bahasa bacaan itu,

- Konsep yang abstrak sifatnya tentang makna material bahasa bacaan

terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang konkrit dan tingkat

intelegensi pembaca,

- Pengembangan konsep tentang makna bahasa bacaan dapat dibina

dengan menyiapkan program pengajaran membaca yang baik.

Penemuan-penemuan mengenai penerapan penguasaan bahasa pembac

dalam proses memahami makna pada waktu pembaca, yang meliputi :

- Jumlah kosa kata yang dikuasainya

- Luas dan dalamnya ragam makna kata yang dikuasainya

- Mapannya penguasaan terhadap kaidah-kaidah bahasa

271
- Baiknya penguasaan tentang tata penulisan bahasa.

Pokok Pikiran Tentang Membaca

Berikut adalah pokok-pokok pikiran tentang membaca :

a. membaca adalah suatu proses ya g sangat rumit dan unik

sifatnya.Kerumitanya terutama terletak pada banyaknya serta beraneka

ragamnya faktor yang bekerja dalam proses membaca itu, dan bertautnya

faktor yang satu dengan yang lainnya. Keunikannya terletak pada relatif

berbedanya proses membaca itu berlangsung pada setiap pembaca

b. proses membaca berlangsung sebagai bentuk respon pembaca terhadap

tuturan tertulis (bacaan) yang menstimulasinya. Respon membaca ini

bukanlah respon pasif, melainkan respon aktiv yang mengandung tingkat

kesadaran tertentu.

c. Bacaan sebagai stimulant, dalam wajah permukaanya berupa paparan

bahasa tulis yang tersusun dari materi bahasa (kata, frasa, klausa, dan

kalimat), tertata dalam tata tuturan tertentu, dan tertulis menurut tata

penulisan yang berlaku.

d. Respon aktiv pembaca yang berupa proses membaca mencakup berbagai

kegiatan mental yang secara keseluruhan merupakan kegiatan mengolah

bacaan itu. Dalam kegiatan ini pembaca melakukan kegiatan berfikir dan

bernalar, menerapkan berbagai kemampuan intelektual dan strategi

kognitifnya dalam rangka membentuk persepsi dan konsep-konsep,

merekonstruksi, makna bacaan, dan menentukan kualitas, nilai, dan

dampak makna bacaan itu. Dalam keseluruhan kegiatan ini, pembaca

272
banyak sekali memanfaatkan ciri-ciri dan kunci-kunci penunda makna

paparan bahasa bacaan untuk memprediksi, menginterpretasi, dan

mengkonfirmasi makna yang tepat. Selain itu, juga dengan banyak

dimanfaatkan nya pengetahuan serta pengalaman yang telah dimilikinya

e. Kelancaran dan keberhasilan pembaca dalam membaca dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik dari diri pembaca sendiri (faktor dalam ) maupun yang

berasal dari luar dirinya (faktor luar ). Intelegensi, sikap, penguasaan

bahasa, perbedaan kelamin pada usia muda, dan perbedaan logatnya

dengan bahasa bacaan adalah beberapa faktor luar yang ikut berperan

meliputi kondisi bacaan, baik bahasanya, isinya dan tingkat

keterbacaannya, maupun kesesuaian bacaan itu dengan daya tangkap

pembaca. Selain itu, keadaan status sosial ekonomi dan pengajaran

membaca terutama peran guru yang membinanya adalah faktor luar yang

tidak kecil pengaruhnya. Apapun bentuk, jenis dan sifat faktor yang

berpengaruh, kelancaran dan keberhasilan dalam membaca dapat dibina

secara formal melalui pengajaran membaca yang dirancang,

2.2 Pengertian Membaca

Jika kita bertanya pada ahli membaca mengenai apa yang dimaksud

dengan membaca, jawabannya sangat beragam dan masing-masing mereka

memberi batasan yang berbeda-beda sehingga definisi membaca jumlahnya

banyak. Menurut William (1984:2 dalam Harras 1998:1.6), para pakar hingga saat

ini masih memberikan batas yang berbeda-beda karena mereka masih bersilang

273
pendapat dalam memberikan definisi membaca yang akurat. Para ahli umumnya

baru bersepakat dalam satu hal, yaitu bahwa proses dalam membaca mengandung

unsur pemahaman. Hal tersebut dapat dipahami karena pada dasarnya membaca

merupakan proses yang kompleks sehingga orang dapat memberi batasan

membaca berdasarkan tahapan proses dan kekomplekskan yang dilihatnya.

Berdasarkan kekompleksan dalam membaca, definisi membaca yang

beragam dan jumlahnya yang banyak dapat diklasifikas menjadi empat, yaitu

pengertia belum kompleks, cukup kompleks, kompleks, dan sangat kompleks.

2.2.1 Pengertian Belum Kompleks

Batasan membaca yang belum kompleks merupakan batasan membaca

yang hanya mencakup membaca sebagai proses pengenalan dan penyandian

kembali simbol-simbol tertulis (teks). Batasan para ahli yang tergolong dalam

batasan membaca yang tidak kompleks adalah pendapat oleh Anderson,

Zainuddin, Keraf, Flesch, Gagne, dan Gough.

Menurut Anderson (dalam Tarigan 2008:13), membaca adalah proses

mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis. Pembaca

hanya melakukan proses mekanik atau visual mencocokkan pengetahuan huruf-

huruf yang telah dikuasai dengan huruf-huruf yang dibacanya. Setelah itu,

pembaca menyaringkan huruf-huruf dan atau rangkaian huruf dalam bentuk suku

kata, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraph , dan wacana.

274
Pengertian membaca yang belum kompleks juga disampaikan oleh

Zainuddin (1992:124). Ia berpendapat bahwa membaca dalam arti yang sederhana

adalah menyuarakan huruf atau deretan huruf yang berupa kata atau kalimat.

Adapun hakikat membaca adalah melihat tulisan dan menyuarakan atau tidak

bersuara (dalam hati) serta mengisi isi tulisan, pikiran atau perasaan penulis

kepada pembaca.

Menurut Keraf (1996:42), membaca adalah mengamati seperangkat

gambar-gambar bunyi bahasa menurut sistem lisan tertentu, misalnya tulisan

Latin, Arab, Cina, dan sebagainya. Pembaca secara fisik harus mampu

memusatkan titik pengelihatannya pada bagian-bagian halaman cetakan, mengatur

gerak mata mengikuti satuan-satuan bentuk bahasa (kata, frase, kalimat) dalam

urutan secara linier. Apabila perlu pemahaman yang sungguh-sungguh, pembaca

menghentikan laju gerak matanya.pembaca harus dapat membedakan kata-kata

atau satuan kata yang ada kemiripan dengan kata lain.

Flesch, Gagne, dan Gough (dalam Haryadi 2006:19) berpendapat bahwa

membaca pada hakikatnya adalah menterjemahkan lambang grafik ke dalam

lambang lisan sehingga bahasa tulis tunduk kepada aturan bahasa lisan.

Maksudnya adalah pembaca mentransfer kembali simbol-simbol yang berbentuk

tulisan ke dalam bentuk bahasa lisan. Hal tersebut dapat kita lihat pada membaca

nyaring. Supaya dapat membaca nyaring, pembaca harus patuh pada aturan-aturan

dalam membaca nyaring. Aturan-aturan tersebut meliputi pelafalan, jeda, intonasi,

ekspresi, dan lain-lainnya.

275
Keempat pengertian di atas merupakan pengertian membaca yang baru

pada tahap pengenalan simbol-simbol tulisan. Untuk itu, pengertian tersebut dapat

juga disebut membaca simbol-simbol tulis.

2.2 Pengertian Cukup Kompleks

Batas membaca yang cukup kompleks merupakan batasan membaca yang

cakupannya lebih kompleks dari batasan belum kompleks. Batasan ini

memandang bahwa membaca sebagai proses pengenalan dan penyandian kembali

serta pemahaman simbol-simbol tertulis. Batasan para ahli yang tergolong dalam

batasan membaca yang cukup kompleks adalah pendapat dari Finnochiaro dan

Bonomo, Tarigan, Cole, Suyatmi dan Mujianto, Kridalaksana, Ulit, Syafi’ie,

Vacca, Harris dan Sipay.

Pendapat yang mendukung membaca merupakan suatu proses

pemahaman diungkapkan Finnochiaro dan Bonomo (1973:119 dalam Tarigan

2008:8). Mereka mengungkapkan bahwa membaca adalah proses memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is

bringing meaning to and getting meaning from printed or written material).

Menurut Hodgson (dalam Tarigan 2008:7), membaca adalah suatu

proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan

yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan

akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara

individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang

276
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses

membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Pendapat Hodgson pada dasarnya

hampir sama seperti yang diungkapkan oleh Syafi’ie jika pada dasarnya membaca

merupakan proses yang kompleks. Namun Syafi’ie lebih lengkap dalam

memaparkan hakikat membaca.

Pengertian tentang membaca yang dijelaskan oleh Syafi’ie (1996:42-43)

adalah bahwa pada hakikatnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu

proses membaca dan hasil membaca. Yang dimaksud dengan proses membaca

yakni pada dasarnya membaca merupakan proses yang bersifat kompleks meliputi

kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Pengertian membaca yang disampaikan

oleh Syafi’ie merupakan pengertian secara luas. Membaca tidak hanya sekadar

membaca huruf melainkan proses yang kompleks yang melibatkan fisik yakni

mata dan otak dan juga mental yakni jiwa ketika seseorang memahami teks

sebuah bacaan.

Cole (dalam Wiryodijoyo1989) menguraikan hakikat membaca sebagai

proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan

penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan mengenai kata

yang dapat dipahami, dan pengalaman pembacanya.

Suyatmi dan Mujianto (1989) mengatakan bahwa membaca adalah (a)

proses menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kata

atau nkaliamat yang dilisankan itudipahami atau tidak. (b) membac adalah usaha

memahami bahan bacaan sebaik-baiknya, tanpa mempersoalkan apakah

277
disuarakan atau tidak. (c) membaca merupakan proses penangkapan dan

pemahaman ide, curahan jiwa, dan aktivitas penulis bacaan. (d) membaca adalah

kegiatan yang aktif dan interaktif, yaitu pembaca aktif mencari makna yang

tersurat dan yang tersirat dan pembac berinteraksi dengan pembaca melalui

bacaan.

Kridalaksana (1993:135) menyatakan bahwa membaca adalah

keterampilan mengenal dan memahahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-

lambang grafis dan perubahan menjadi wicara bermakna dalam bentuk

pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Dalam membaca, pembaca

tidak hanya melakukan proses visual saja (mengenal tulisan), tetapi juga

menemukan isi gagasan yang disampaikan penulis kepada pembaca.

Menurut Ulit (1995 dalam Haryadi dan Zamzani 1997:32), membaca

adalah kegiatan yang dimulai dari 1) mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa,

kalimat, wacarna; 2) menghubungkan dengan bunyi dan maknanya dan

kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalaman pembacanya. Proses

membaca diawali dari proses mekanik, kemudian dilanjutkan proses pemahaman.

Proses mekanik dilakukan pembaca untuk mengenali unsure-unsur tulisan (huruf,

kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacarna). Proses pemahaman dilakukan untuk

mengetahuai isi bacaan yang dibacanya dengan cara menghubungkan antara

tulisan yang disandikan dengan makna yang dikandungnya, baik secara eksplisit

maupun implicit.

278
Vacca (dalam Nuryati 2004) menyebutkan bahwa membaca adalah

proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam

kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk

memperoleh makna. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam

kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi,

tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang.

Harris dan Sipay (dalam Nuryati 2003) menyebutkan bahwa membaca

sebagai suatu kegiatan yang memberikan respon makna secara tepat terhadap

lambang verbal yang tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam

membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan

keterampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca

berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin

disampaikan oleh penulis dan tulisannya.

Pengertian di atas merupakan pengertian membaca yang tidak hanya

mencakup pengenalan simbol saja, tetapi sudah ada proses pemahaman.

Pengertian tersebut juga dapat disebut membaca pemahaman atau membaca

literasi.

2.2.3 Pengertian Kompleks

Batasan membaca yang kompleks merupakan batasan yang cakupannya

lebih kompleks dari cukup kompleks, yaitu batasan yang mencakup membaca

279
sebagai proses pengenalan, penyandian kembali, pemahaman simbol-simbol

tertulis dan memberikan reaksi kritis terhadap bacaan dalam menentukan

signifikasi, nilai, fungsi, dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah

kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan

penulisBatasan para ahli yang tergolong dalam batasan membaca yang kompleks

adalah pendapat dari Thorndike, Harjasujana, Kustaryo, dan Rahim.

Thorndike (Depdikbud 2004) menyatakan bahwa membaca adalah proses

yang dilakukan pembaca untuk melakukan pertukaran ide dengan penulis melalui

teks. Pembaca tidak hanya melakukan kegiatan memahami isi atau ide penulis

yang ada dalam bacaan, tetapi juga mempertukarkan antara ide yang dipahami dan

ide yang telah dimiliki pembaca.

Harjasujana (1987:36) mengatakan bahwa membaca sebagai suatu

kegiatan komunikasi interaktif yang memberi kesempatan kepada pembaca dan

penulis untuk membawa latar belakang dan hasrat masing-masing. Dalam

tulisannya penulis bisa saja tidak hanya menulis secara fulgar, apa adanya atau

secara tekstual; tetapi penulis bisa menghadirkan tulisan yang bernuansakan

kontekstual. Pembaca juga diberi kebebasan untuk memaknai bacaan yang

dibacanya. Pembaca bisa memaknai bacaan secara sederhana atau komplek,

tekstual atau kontekstual, dan apa adanya atau melibatkatkan keinginan dan

emosinya.

Kustaryo (dalam Sugiarto 2002) menyimpulkan bahwa pengertian

membaca adalah ”suatu kombinasi dari pengenalan huruf, intellect, emosi yang

280
dihubungkan dengan pengetahuan si pembaca (background knowledge) untuk

memahami suatu pesan yang tertulis”. Dalam benak pembaca ada proses pelibatan

emosi atau rasa yang dialami setelah membaca tulisan yang dibacanya. Pembaca

bisa melakukankegiatan menilai dari apa yang dipahami. Penilaian itu dapat

berupa menyetujui atau tidak menyetujui, menyatakan senang atau tidak senang,

dan menyatakan baik atau tidak baik.

Menurut Rahim (2005:2), membaca adalah proses yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga

melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Hal yang

terlibat dalam proses membaca adalah mulai yang sederhana menuju ke yang

kompleks. Mulai dari proses penyandian kembali lambang-lambang tulis,

memahami makna yang terkandung dalam teks, memproses pemahaman dalam

proses berpikir yang melibatkan psikolinguistik dan metakognitif.

Keenam pengertian tersebut merupakan pengertian membaca yang

mencakup proses pengenalan simbol, pemahaman, dan berpikir kritis. Pengertian

tersebut juga dapat disebut membaca kritis.

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yaitu,

menyimak (mendengarkan), membaca, menulis dan berbicara. Membaca dapat

diartikan juga suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untukmemperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media

kata-kata atau bahasa tulisan . Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,

2008:109) membaca adalah :

281
Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan

melisankan atau hanya dalam hati)

Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis

Mengucapkan

Mengetahui

Memperhitungkan

Menurut Hodgson (Tarigan, 2008:7) membaca adalah :

“ Suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata atau bahasa tulisan. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang

merupakan satu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar

makna kata-kata secara individu akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak

terpenuhi , maka pesan yang tersirat tidak akan tertanagkapa atau dipahami, dan

proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. “

Menurut Anderson (Tarigan, 2008:7) membaca adalah :

“ Suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and

decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru

melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)

adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa

lisan(oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan

menjadi bunyi yang bermakna. “

Menurut Tarigan (2008:8) membaca adalah :

282
“ Suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita

sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain. Yaitu mengkomunikasikan makna

yang terkandung atau tersirat pada lambang lambang tertulis. “

Jadi, dapat disimpulkan bahwa,

Aspek-aspek Membaca

Dalam buku MEMBACA Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa karya

Prof. DR. Henry Guntur Tarigan secara garis besarnya terdapat dua aspek

dalam membaca, yaitu:

1. Keterampilan yang bersifat mekanis. Aspek ini mencakup :

 Pengenalan bentuk huruf

 Pengenalan unsur-unsur linguistik

 Pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi

2. Keterampilan yang bersifat pemahaman. Aspek ini mencakup :

 Memahami pengertian sederhana

 Mengetahui makna (maksud dan tujuan pengarang)

 Evaluasi atau penelitian (isi, bentuk)

 Kecepatan membaca yang fleksibel (Broughton [et al] 1978 : 211)

283
Tarigan (2008:9) mengatakan tujuan utama membaca adalah untuk mencari

serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna arti

(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensip kita

dalam membacanya.

Secara umum tujuan membaca dapat dikelompokkan kedalam beberapa

tujuan. Tergantung dari tujuan seseorang untuk membaca. Adapun tujuan

membaca yang dimaksud adalah :

a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading

for detail or facts), membaca untuk menemukan atau mengetahui

penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang telah

dibuat oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau

untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sana tokoh.

b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas),

membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik

dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari

atau dialami seorang tokoh , dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan

oleh seorang tokoh untuk mrncapai tujuannya.

c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita

(reading for sequence or organization), membaca untuk menemukan atau

untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang

terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

284
d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for

inference), membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para

tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan

oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah,

kualitas-kualitas yang dimiliki oleh para tokkoh yang membuat mereka

berhasil atau gagal.

e. Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading to

classify), membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang

tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam

cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

f. Membaca menilai atau mengevaluasi (reding to evaluate), membaca untuk

menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran

tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti apa yang diperbuat oleh sang

tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.

g. Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to

compare or contrast), membaca untuk menemukan bagaimana caranya

sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang

kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang

tokoh menyerupai pembaca.

Menurut Tarigan (2008: 22-140) membaca dapat dibedakan menjadi

beberapa bagian, diantaranya :

a. Dilihat dari terdengar atau tidaknya suara pembaca

Membaca jenis ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

285
1) Membaca nyaring, membaca bersuara , membaca lisan (reading out

load, oral reading, reading aloud). Membaca nyaring merupakan

suatu aktifitas atau kegiatan yang melibatkan suara. Membaca nyaring

menurut Moulton adalah “suatu aktifitas membaca yang

mempergunakan ingatan visual (visual memory), ingatan pendengaran

(auditory memory), dan motor memory (ingatan yang bersangkut paut

dengan otot-otot). “

2) Membaca dalam hati (silent reading). Membaca dalam hati merupakan

suatu aktifitas membaca yang menggunakan ingatan visual (visual

memory). Secara umum membaca dalam hati (silent reading) dibagi

menjadi dua, yaitu :

a) Membaca Intensif

b) Membaca Ekstensif

1. Membaca survay (survey reading)

2. Membaca sekilas

a. Membaca Skimming

b. Membaca scanning

3. Membaca dangkal (superficial reading)

b. Dilihat dari telaah membaca

Membaca jenis ini dapat digolongkan menjaadi dua, yaitu :

1) Membaca telaah isi

2) Membaca telaah bahasa

286
Wahid (2009) dalam artikelnya “ Jenis-jenis Membaca dan Karakteristiknya”

mengatakan bahwa membaca intensif adalah membaca dengan penuh

penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Membaca

intensif ini bukan hanya sekedar memahami makna tersurat saja, melainkan

sampai kepada menghasilkan suatu pengertian dari hasil membaca tersebut.

Mujiyanto (2009) menyamakan membaca intensif tersebut dengan

membaca dalam hati, yaitu kegiatan membaca yang berusaha memahami

keseluruhan isi bacaan secara mendalam sambil menghubungkan isi bacaan itu

dengan pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki pembaca tanpa diikuti

gerak lisan maupun suara. Hal itu sesuai dengan pernyataan Klein Petterson

dan Simington dalam Rahim (2001:158) bahwa membaca merupakan

interaksi antara informasi dari teks dan latar belakang pengetahuan yang

dipunyai pembaca untuk mendapatkan makna. Dengan kata lain, untuk

memahami suatu teks, antara lain ditentukan oleh persamaan latar belakang

antara penulis dan pembaca.

Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989: 85-86), membaca

intensif ialah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan

dan ketajaman pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu pengetahuan.

Membaca intensif acap kali agak lambat karena dilakukan dengan sangat hati-

hati dan teliti.

Tarigan (1994:35) berpendapat bahwa membaca intensif pada

hakikatnya adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang

287
dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu bacaan (tugas) yang pendek kira-

kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola

kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum

merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-

benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi

bentuk maupun isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap

ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan

bahan bacaan tersebut (Brooks dalam Tarigan, 1994:35).

Drs. Kholid A. Harras juga mengemukakan bahwa membaca

intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara

tepat dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan

memahami detail secara akurat , lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep,

gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang ada pada wacana

tulis.

Dalam buku MEMBACA Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

karya Prof. DR. Henry Guntur Tarigan menjelaskan bahwa membaca

intensif pada hakekatnya memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari

500 kata (yang dapat dibaca dalam jangka waktu 2 menit dengan kecepatan

kira-kira 5 patah kata dalam satu detik). Tujuan utamanya adalah untuk

memperoleh pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis,

urutan-urutan retoris, pola-pola simbolis; nada-nada tambahan yang bersifat

emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan pengarang, dan juga sarana-

sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan.

288
Dalam beberapa Buku Sekolah Elektronik (BSE) disebutkan

pengertian membaca intensif, diantaranya adalah sebagai berikut :

 Kisyani Laksono :

Aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan untuk menguasai

kompetensi, menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca

intensif adalah :

(1) menemukan informasi dari berbagai sumber,

(2) membandingkan informasi yang dibaca dengan sumber lain,

(3) mengerjakan latihan.

 Maryati :

Membaca intensif merupakan jenis membaca yang bertujuan

memahami isi bacaan secara rinci. Agar dapat memahami isi bacaan tersebut,

maka bahan bacaan tersebut akan dibaca secara teliti.

 Dwi Hariningsih :

Untuk menemukan detail atau perincian isi bacaan, diperlukan

konsentrasi untuk membaca teks bacaan secara mendalam. Cara membaca

yang demikian disebut sebagai teknik membaca intensif. Dengan membaca

teks bacaan secara intensif, kamu akan memperoleh informasi secara lebih

lengkap. Membaca secara intensif perlu kecermatan dan ketelitian agar meteri

teks dapat dipahami sedalam-dalamnya.

 Sarwiji Suwandi :

Membaca intensif merupakan salah satu kegiatan membaca yang

bertujuan untuk memahami isi bacaan secara mendalam. Kegiatan membaca

289
ini menuntut pembaca membaca dengan kritis. Membaca kritis dapat

dilakukan dengan membaca sekilas isi bacaan, kemudian mengajukan

pertanyaan seputar isi bacaan tentang informasi yang terkandung dalam

bacaan. Setelah itu dilanjutkan membaca kembali secara teliti setelah

mengetahui informasi penting yang terdapat dalam wacana.

 Asep Yudha :

Membaca merupakan salah satu kegiatan untuk mendapatkan

informasi. Dengan membaca kalian dapat memperoleh berbagai informasi,

baik yang berupa pengetahuan, pelajaran, maupun informasi lainnya. Adapun

membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara

cermat dan teliti terhadap teks yang dibaca. Membaca intensif dapat

diterapkan dalam upaya mencari informasi yang bersifat detail. Selain hal

tersebut, membaca intensif juga dapat diterapkan untuk mencari informasi

sebagai bahan diskusi.

 Dewaki Kramadibrata :

Agar dapat menyerap semua informasi sebuah bacaan, kamu bisa

menerapkan membaca secara intensif. Membaca intensif atau membaca

cermat merupakan kegiatan membaca yang harus kamu lakukan secara hati-

hati dan teliti sekali.

Tarigan (1994:31), membaca ekstensif adalah membaca secara luas,

objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat

mungkin, tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting

dengan cepat.

290
Menurut Soedarso (2004:18), membaca ekstensif dalam penggunaan

secara umum disebut membaca cepat yaitu kemampuan membaca dengan

memperhatikakn dan tujuan membaca. Kecepatan membaca harus fleksibel,

artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya diperlambat karena

bahan-bahan dan tujuan kita membaca. Sedangkan menurut Hemowo

(2005:9), membaca cepat adalah kegiatan merspon lambang-lambang cetak

atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dan cepat. Nurhadi

(2005:31) juga mengungkapkan membaca cepat dan efektif yaitu jenis

membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak mengandalkan

pemahaman terhadap aspek bacaannya. Pendapat lain dikemukakan Suyoto

(2008) bahwa membaca cepat merupakan sistem membaca dengan

memperhitungkan waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang

dibacanya.

 Tujuan membaca ekstensif adalah :

a. Untuk memperoleh pemahaman umum, atau

b. Untuk menemukan hal tertentu dari suatu teks.

 Secara umum membaca ekstensif dilakukan dengan langkah-langkah

berikut :

a. Mensurvey halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks.

b. Men-skim halaman demi halaman teks dengan cepat Untuk menemukan

gagasan pokok dari halaman-halaman teks itu atau

291
c. Melirik setiap halaman teks hanya untuk menemukan kata atau keterangan

tertentu yang diinginkan.

2.2.4 Pengertian sangat Kompleks

Batasan membaca yang sangat kompleks merupakan batasan yang

cakupannya paling kompleks, yaitu batasan yang mencakup membaca sebagai

proses pengenalan dan penyandian kembali; pemahaman simbol-simbol tertulis

dan memberikan reaksi kritis terhadap bacaan dalam menentukan signifikasi,

nilai, fungsi, dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang

lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan penulis; dan mampu

berpikir secara kreatif berdasarkan hasil bacanya untuk kepentingan sehari-hari.

Batasan para ahli yang tergolong dalam batasan membaca yang sangat kompleks

adalah berikut ini.

Menurut Keraf (1996:42), membaca merupakan suatu proses yang

bersifat kompleks meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Kegiatan

tersebut adalah sebagai berikut ini.

a. Menginterpretasi kata-kata sebagai simbol lambang bunyi yang mengaju pada

konsep tertentu. Tahap ini merupakan aspek persepsi. Pembaca

menginterpretasikan kesan-kesan yang mencapai otaknya. Sesuai dengan latar

belakang pengetahuan dan pengalamannya, pembaca memproses dan

mengorganisasikan data yang didapatkannya itu.

292
b. Mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, logis, dan sistematis

menurut kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia. Gerakan berurutan merupakan

pokok kegiatan ini. Gerak mata pembaca mengikuti alur tulisan dari kiri ke

kanan dan sesekali terjadi gerak balik berhenti sejenak pada satu kata atau

kelompok kata tertentu. Sesekali pembaca mengatur gerak matanya melihat

kembali ke atas melihat kembali kata atau kelompok kata yang telah

diamatinya untuk memperoleh pemahaman.

c. Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki dengan

teks bacaan untuk memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Latar

belakang pengalaman dan pengetahuan pembaca memerlukan pemahaman

terhadap isi bacaan, apalagi pengalaman dan pengetahuan yang relevan

dengan teks bacaan. Proses pemahaman terhadap isi suatu bacaan dapat

berlangsung dengan menghubungkan konsep-konsep yang telah dipunyai

dalam skemata struktur organisasi pengetahuan dan pengalaman pembaca

melalui proses asimilasi dan akomodasi.

d. Memahami hubungan antara gambar bunyi dan bunyi, serta hubungan antara

kata dengan artinya. Hal ini terjadi pada saat membaca bersama ataupun

membaca tidak bersuara (dalam hati). Proses menghubungkan kata sebagai

symbol dengan artinya untuk memperoleh pemahaman sesuai dengan

konteksnya terjadi dalam membaca.

e. Membuat simpulan dan nilai bacaan. Membaca merupakan suatu proses

berpikir. Pembaca harus memahami kata-kata dan kalimat-kalimat yang

dihadapinya melalui kegiatan dalam proses asosiasi serta proses

293
eksperimental. Pembaca membuat simpulandengan menghubungkan proposisi

yang terdapat dalam kalimat-kalimat mengingai-ingat hal-hal yang telah

dipelajari di masa lalu dab dari bacaan. Pembaca harus berpikir secara

sistematis, logis, dan kreatif agar dapat menilai bacaan.

f. Meramunya dengan ide-ide dari fakta-fakta baru yang diperolehnya bacaan

untuk memperoleh pengetahuan yang baru atau memperluas wawasanya

tentang sesuatu. Dalam hal ini membaca diartikan sebagai proses belajar.

Bowman and Bowman (dalam Sugiarto 2002) menyebutkan bahwa

membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu

pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Dalam kehidupan, membaca

sepanjang hayat mengalami kemajuan dan peningkatan dalam kemampuan

berpikir. Proses berpikir yang dikuasai pembaca ada empat, yaitu berpikir

mengenal lambang-lambang tulisan yang dibacanya, berpikir memaknai bacaan,

berpikir kritis untuk pemaknaan isi bacaan, dan berpikir kreatifsil pemaknaan

bacaan.

Pengertian membaca sangat kompleks bisa disinonimkan dengan

membaca kreatif versi Nurhadi. Menurut Nurhadi (2004:60), tingkatan tetinggi

dari membaca adalah membaca kreatif. Ia menyatakan bahwa membaca kreatif

adalah membaca yang tidak sekedar menangkap makna tersurat, makna antarbaris,

makna di balik baris, tetapi juga mampu secara kreatif merupakan hasil

membacanya untuk kepentingan sehari-hari.

294
Haryadi (2006:4-5) membaca merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa lainnya

(berbicara dan menulis). Dalam kegiatan membaca, pembaca memerlukan dasar

pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dikuasai. Pengetahuan

yang diperlukan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan kebahasaan dan

nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan meliputi pengetahuan tentang huruf,

suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, wacana, semantik, dan intonasi.

Pengetahuan nonkebahasaan meliputi pengetahuan tentang tema atau judul

bacaan, setting, suasana, alur, organisasi tulisan dsb.

Klien dkk (dalam Rahim 2005:3) mengemukakan bahwa membaca

mencakup tiga hal, yaitu: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca

adalah strategi, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan

proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki pembaca

mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga

merupakan suatu strategi. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi

membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksikan

makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan

membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks

tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang

bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang akan

dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi

antara pembaca dan teks.

295
Pengertian di atas merupakan pengertian membaca yang mencakup proses

pengenalan simbol, pemahaman, berpikir kritis, dan kreatif. Pengertian tersebut

juga dapat disebut membaca kreatif.

Dari keempat klasifikasi pengertian membaca, pengertian yang paling

lengkap adalah pengertian sangat kompleks karena cakupannya paling lengkap.

Pengertian tersebut mencakup membaca sebagai proses penyandian kembali,

pemaknaan isi bacaan, pengolahan makna yang diperoleh, dan pemerolehan ide

baru.

Banyaknya pengertian membaca yang ada mempunyai dampak positif

dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkannya adalah berikut ini.

1. Adanya berbagai pengertian tersebut membuat kita semakin sadar dan paham

bahwa membaca merupakan proses yang kompleks dan bertahap sehingga

membaca dapat dilihat dari berbagai kaca mata pandang.

2. Banyaknya pengertian tersebut berarti minat orang atu ahli untuk mengakajia

membaca semakin meningkat sehingga perkembangan ilmu membaca

semakin berkembag atua dapat berkembang dengan cepat.

3. Orang dapat memandang bahwa membaca merupakan proses atau kegiatan

yang bisa dilakukan dengan berbagai tahapan dan tidak harus semua tahapan.

4. Pembaca dapat memilih tahapan mana yang akan dilaksanakan sesuai dengan

minat, keperluan, dan kemampuan. Dan orang semakin sadar bahwa membaca

merupakan sebuah kebutuhan dalam era globalisasi yang penuh dengan

persaingan ilmu dan teknologi.

296
Dampak negatif dari berbagai pengertian membaca adalah orang

kebingunngan mengenai batasan mana yang benar dan yang dapat dipakai sebagai

acuan. Kebingungan itu biasanya dialami oleh orang awam atau orang yang baru

mulai mempelajari mengenai membaca.

Banyaknya pengertian membaca yang dikemukakan di atas berlatar belakang

dari berbagai hal, di antaranya adalah berikut ini.

1. Membaca merupakan kegiatan kenyataan yang unik dan rumit, bahwa

betapapun tingginya kepandaian seseorangbelum pernah ada yang

merumuskan membaca itu dengan baik.

2. Orang dan atau kelompok orang dalam merumuskan pengertian membaca

menggunakan pendekatan, tujuan, dan pemilihan aspek yang berbeda.

3. Penemuan-penemuan baru dalam studi membaca.

2.3 Tujuan Membaca

Satu hal yang hendaknya dipahami oleh seseorang yang ingin

melaksanakan kegiatan membaca ialah tujuan. Tujuan membaca adalah sesuatu

yang ingin dicapai atau didapat pada saat membaca. Tujuan membaca

dicanangkan oleh pembaca sebelum dan pada saat membaca.

Tujuan membaca merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan membaca. Menurut Nurhadi (2004:2), salah satu ciri pembaca yang

baik yang dapat membaca secara efektif dan efisian adalah membaca dengan

tujuan yang jelas. tujuan dianggap sebagai modal dalam membaca. Hubungan

297
antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Inilah

yang mendorong para ahli menyepakati bahwa tujuan membaca merupakan

modal utama membaca.

Seseorang yang membaca dengan tujuan yang jelas cenderung lebih

memahami dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki tujuan membaca

yang jelas, meskipun akhir dari tujuan utama membaca adalah mendapatkan

informasi dari bacaan yang dibaca, namun hal tersebut kurang cukup mengingat

banyak jenis bacaan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru hendaknya

menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai

dengan tujuan siswa membaca itu sendiri.

Seperti dengan batasan membaca, tujuan membaca juga sangat beragam.

Pembaca mempunyai keleluasaan dalam menentukan tujuan yang ingin

dicapainya sehingga pembaca mempunyai tujuan yang berbeda pada setiap kali

membaca. Pembaca yang satu dengan yang lainnya mempunyai kepentingan yang

berbeda-beda juga sehingga tujuannya menjadi berbeda-beda.

Dari berbagai keragaman tujuan membaca, membaca dapat diklasifikasi

berdasarkan bersuara tidaknya pada saat membaca, dari mana munculnya tujuan,

dan kebutuhan. Berdasarkan disuarakan tidaknya sewaktu membaca tujuan dapat

diklasifikasi menjadi dua, yaitu bertujuan untuk diri sendiri dan orang lain. Tujuan

untuk diri sendiri dilaksanakan sewaktu pembaca membaca dalam hati, sedangkan

tujuan untuk orang lain dilaksanakan pada saat pembaca membaca nyaring.

Ragam tujuan untuk diri sendiri ada dua, yaitu tujuan umum dan khusus.

Ragam tujuan untuk orang lain ada tiga, yaitu memberi tahu, memerintah, dan

298
protokuler. Yang termasuk dalam tujuan memberi tahu ialah membacakan

pengumuman dan berita. Ragam tujuan memerintah/memberi aba-aba/meminta

terwujudkan sewaktu membacakan petunjuk, susunan acara, dan doa. Ragam

tujuan protokuler pada saat membacakan teks undang-undang, pancasila, dan teks

proklamasi.

Berdasarkan dari mana munculnya tujuan dapat diklasifikasi menjadi dua,

yaitu tujuan intern dan ekstern. Tujuan intern adalah tujuan yang dicanangkan

berdasarkan keinginan pembaca. Tujuan intern dapat berupa tujuan umum dan

khusus. Tujuan ekstern adalah tujuan yang dicanangkan dikarenakan keinginan

atau perintah orang lain. Tujuan ekstern dikondisikan oleh guru, orang tua, adik,

kakak, teman, kakek, nenek dan yang lainnya. Dalam rangka pembelajaran, tujuan

yang dikondisikan guru untuk studi. Misalnya tujuan untuk

merangkum/meringkas materi, menjawab pertanyaan, membuat makalah,

mengomentari, memberi saran, membuat simpulan, mempersiapkan diskusi, dan

sumber tulisan.

Berdasarkan kebutuhan tujuan membaca dapat dibagi menjadi dua, yaitu

tujuan umum dan khusus. Tujuan umum atau utama adalah tujuan yang

umumnya atau sering kali atau selalu dicanangkan oleh pembaca sewaktu

membaca. Tujuan khusus adalah tujuan yang dicanangkan pembaca pada saat

tertentu sesuai situasi dan kondisi. Tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan

pendapat para ahli berbeda-beda. keberbedaan tersebut dapat dicermati pada

uraian di bawah ini.

299
Menurut Anderson (dalam Tarigan (1994: 9-10), tujuan utama membaca

adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami

makna bacaan. Sedangkan, tujuan khusus membaca antara lain: (1) membaca

untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan

oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi

pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh

sang tokoh, membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-

perincian atau fakta-fakta, (2) membaca untuk mengetahui mengapa hal itu

merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-

apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang

dilakukan sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut

membaca untuk memperoleh ide-ide utama, (3) membaca untuk menemukan atau

mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula

pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan

suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian yang dibuat dramatisasi. Ini

disebut membaca untuk mengetahui urutan atau sususan organisasi cerita, (4)

membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan

seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepda

para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para

tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk

menyimpulkan, membaca inferensi, (5) membaca untuk menemukan serta

mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa

yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut

300
membaca untuk mengelompokan, membaca untuk mengklasifikasikan, (6)

membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang

tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut

membaca menilai, membaca mengevaluasi, dan (7) membaca untuk menemukan

bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari

kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan,

bagaimana sang tokoh mengenal pembaca. Ini disebut membaca untuk

memperbandingkan atau mempertentangkan.

Nurhadi (1987 dalam Ardiana dkk. 2002:6) berpendapat bahwa tujuan

membaca adalah (1) mendapat alat tertentu yaitu membaca untuk memperoleh

sesuatu yang bersifat praktis, (2) mendapat hasil yang berupa prestise, membaca

untuk mendapatkan rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam

lingkungannya, (3) memperkuat nilai pribadi atau keyakinan, (4) mengganti

pengalaman estetika yang sudah usang, (5) menghindari diri dari kesulitan,

kekuatan, atau penyakit tertentu. Kemudian secara khusus Nurhadi membagi

tujuan membaca menjadi dua yaitu umum dan khusus. Secara umum tujuan

membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan

(3) memperoleh kesenangan. Secara khusus tujuan membaca adalah (1)

mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang

khusus dan problematik, (3) memberikan penilaian terhadap karya tulis seseorang,

(4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengatasi waktu luang.

301
Menurut Nurhadi (2004:14), ada enam variasi tujuan membaca, yaitu (1)

membaca untuk tujuan studi atau telaah ilmiah, (2) membaca untuk menangkap

garis besar bacaan, (3) membaca untuk menikmati karya sastra, (4) membaca

untuk mengisi waktu luang, dan (6) membaca untuk mencari keterangan tentang

suatu yang ilmiah.

Mulyati (1998:55) menyebutkan bahwa pada dasarnya, tujuan membaca

ialah mamahami apa yang dibaca/isi bacaan, selain memahami masalah atau

topiknya, selanjutnya memahami mengapa, siapa, bagaimana, kapan, dan dimana

terjadi suatu peristiwa. Secara lebih khusus mulyati, masih dari sumber yang sama

beliau menyebutkan bahwa tujuan membaca ada empat macam, yaitu untuk

mengisis waktu luang, untuk mencari hiburan, untuk kepentingan studi, dan untuk

mencari informasi dan menambah pengetahuan;

Sementara itu, Supriyadi (1996:128) memberikan tambahan atas tujuan

membaca yang dikemukakakn oleh Mulyati. Menurutnya membaca dilakukan

seseorang dengan tujuan untuk mengisis waktu luang, untuk mencari hiburan,

untuk kepentingan studi, untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan,

memperkaya perbendaharaan kosa kata, dan memupuk perkembangan keharuan

dan keindahan;

Tujuan orang membaca menurut Subiyakto dan Nababan (1993:164)

adalah untuk mengerti atau memahami isi atau pesan yang terkandung dalam

suatu bacaan seefisien mungkin dalam mencari informasi yang bersifat:

302
2) Kognitif dan intelektual, yakni digunakan seseorang untuk

menambah keilmiahhannya sendiri;

3) Referensial dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk

menegetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini;

4) Aktif dan emisional, yakni yang digunakan seseorang untuk

mencarai kenikmatan dalam membaca.

Tujuan membaca oleh Rahim (2005:11) dijabarkan sebagai berikut: (1)

kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi

tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan

informasi baru dengan informsi yang telah diketahui, (6) memperoleh informasi

untuk laporan lisan atau tertulis, (7) menginformasikan atau menolak prediksi, (8)

menampilkan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain

dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang spesifik.

Menurut Syafi’ie (1996:46) tujuan membaca adalah agar pembaca mampu

memahami pesan-pesan komunikasi yang disampaikan dengan medium bahasa

tulis dengan cermat, tepat dan cepat secara kritis dan kreatif. Cermat, tepat dan

cepat sangat dibutuhkan dalam memahami suatu informasi agar pemahaman

terhadap isi bacaan dapat tergali secara maksimal. Hal yang sama juga

disampaikan oleh Haryadi (2006:4) menyatakan bahwa tujuan membaca adalah

untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna

bacaan.

303
Mengenai tujuan membaca yang lain Widyamartaya (dalam Haryadi

2006:7) menambahkan jika membaca dapat membuat orang menjadi arif. Hal ini

dikarenakan dengan membaca orang menjadi luas cakrawala hidupnya, memberi

sebuah perenungan bagi pembaca, dan memberikan rasa senang saat membaca apa

yang dituturkan oleh penulis. Membaca juga berpengaruh pada pembentukan jiwa

anak. Melalui membaca anak mampu menciptakan minat terhadap apa yang

sedang ia pelajari dan hal ini akan lebih berarti jika minat itu dihubungkan dengan

dunia nyata .

Sedangkan tujuan membaca menurut Widyamartoyo (2004:140) adalah

membuat seseorang menjadi arif dengan alasan :

a Dengan membaca orang akan menjadi luas cakrawala hidupnya;

b Dengan membaca buku, pembaca dibawa dalam dunia pikiran dan

renungan;

c Dengan membaca orang menjadi memesona dan merasa nikmat

dalam tutur katanya.

Tujuan berbahasa secara umum ada empat yaitu tujuan penalaran, tujuan

instrumen, tujuan integratif, dan tujuan kebudayaan. Tujuan membaca tidak dapat

lepas dari keempat tujuan berbahasa secara umum. Tujuan penalaran berkaitan

dengan kesanggupan berfikir dan pengungkapan identitas dan kepribadian

seseorang, tujuan instrumen berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk

kepentingan praktis dan konkrit, tujuan integratif berhubungan dengan

lingkungan, dan tujuan kebudayaan berkaitan dengan keinginan seseorang dalam

memperdalam pengetahuannya mengenai suatu kebudayaan tertentu.

304
2.4 Manfaat Membaca

Manfaat adalah guna, faedah atau sesuatu yang diperoleh. Manfaat

membaca adalah sesuatu yang diperoleh dari kegiatan membaca. Manfaat

membaca merupakan hasil yang didapat pembaca setelah membaca. Jika tujuan

membaca dilihat sebelum atau sewaktu membaca, manfaat membaca dapat dilihat

setelah membaca.

Membaca merupakan salah satu asperk berbahasa yang sangat

bermanfaat. Dengan membaca dapat memperoleh informasi, gagasan, pendapat,

pesan, dan lain-lain yang disampaikan oleh penulis melalui lambang-lambang

grafis yang sudah dikenal. Dengan kata lain melalui kegiatan membaca akan

diperoleh berbagai informasi dunia. Dengan membaca kita mencoba mendapatkan

informasi hingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu

sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan,

memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan hidup, dan

mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup

manusia. Sehingga membaca juga mengantarkan pembacanya pada proses

keeksisan untuk hidup.

Membaca sangat fungsional dalam hidup dan kehidupan manusia.

Membaca adalah kunci ke arah gudang ilmu. Melalui kegiatan membaca, kita

pasti mendapatkan manfaat. Membaca merupakan gerbang utama seseorang

masuk ke dalam ilmu pengetahuan. Dengan membaca, berarti seseorang

305
berkomunikasi dengan pemikir-pemikir kenamaan dari segala penjuru dunia.

Seseorang dapat mengetahui peristiwa tentang sejarah dan kebudayaan suatu

bangsa.

Para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang manfaat membaca

diantaranya adalah Hernowo, Hanifiah, dan Sari. Hernowo (2005:36)

mengemukakan bahwa manfaat membaca, yaitu (1) membaca menambah

kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis; (2) banyak buku dan

artikel yang mengajak seseorang untuk berintrospeksi atau melontarkan

pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain;

(3) membaca memicu imajinasi. Dengan banyak membaca, seseorang dapat

menyerap sebanyak mungkin pengetahuan atau pengalaman dari orang lain.

Selain itu, seseorang dapat menyelami perasaan orang lain dari buku yang

dibacanya.

Hanifiah(2006,http://hanifiah.blogspot.com/2006/10/manfaat-membaca.

html., diunduh pada tanggal 28 November 2009, pukul 19.44 WIB) berpendapat

bahwa manfaat membaca meliputi (1) membaca menghilangkan kecemasan dan

kegundahan; (2) ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam

kebodohan; (3) kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa

berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja; (4) dengan sering

membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur

kata; (5) membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara

berpikir; (6) membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan

memori dan pemahaman; (7) dengan membaca, orang mengambil manfaat dari

306
pengalaman orang lain, kearifan orang bijaksana, dan pemahaman para sarjana;

(8) dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya, baik untuk

mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai

disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup; (9) membaca membantu seseorang

untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya

agar tidak sia-sia; (10) dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak

kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat, lebih lanjut lagi ia bisa

meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep untuk memahami apa

yang tertulis “di antara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).

Sari (2007, http://sari1985.blogdetik.com//2007/21/manfaat-membaca.

html., diunduh pada tanggal 28 November 2009, pukul 19.58 WIB) berpendapat

bahwa manfaat membaca meliputi (1) menemukan sejumlah informasi dan

pengetahuan yang sangat berguna dalam praktik hidup sehari-hari; (2)

berkomunikasi dengan pemikiran, pesan, dan kesan pemikir-pemikir kenamaan

dari segala penjuru dunia; (3) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi mutakhir dunia; (4) mengikuti peristiwa besar dalam sejarah, peradaban,

dan kebudayaan suatu bangsa; (5) memecahkan berbagai masalah kehidupan dan

menghantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat

membaca, yaitu (1) mengisi waktu luang serta menyegarkan pikiran dari rasa

jenuh; (2) mendapat pengetahuan yang luas; (3) dapat menyelami atau merasakan

perasaan orang lain, baik pemikiran, pesan, dan kesan; (4) mengembangkan

307
pemikiran dan menjernihkan cara berpikir; (5) mengusai banyak kata, serta

konsep untuk menjawab semua permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

2.5 Aspek Membaca

Aspek membaca adalah kegiatan yang kompleks, membaca terdiri atas

memahami bahasa tulis, bacaan dan tulisan bukanlah faktor yang universal karena

banyak bahasa yang tidak mengenal bentuk tulisan. Sifat bacaan adalah visual,

terorganisasi dan sistematis, arbiter, dan abstrak tetapi bermakna dan dan

berkaitan dengan suatu bahasa dan masyarakat.

Menurut Broghton (dalam Tarigan 2008:11) ada dua aspek penting dalam

membaca, yaitu keterampilan yang bersifat mekanis, dan keterampilan bersifat

pemahaman. Aspek keterampilan yang bersifat mekanis (Mechanical skill) yang

merupakan urutan paling rendah, yaitu (1) mengenal huruf. (2) mengenal unsur-

unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain). (3)

pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan

menyuarakan bahan tertulis “to bark at print”). (4) kecepatan membaca beratraf

rendah.

Sedagkan aspek keterampilan yang bersifat pemahaman (Comprehention

skill) yang merupakan urutan, yaitu (1) memahami pengetian sederhana (leksikal,

gramatikal, retorikal). (2) memahami makna (makna dan tujuan pengarang

relevensilkeadaan kebudayaan, reaksi pembaca). (3) evaluasi atau penilaian (isi,

308
bentuk). (4) kecepatan membaca yang fleksibel dan mudah disesuaikan dengan

keadaan (Broghton dalam tarigan 1993:12).

Agar dapat mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis

(mechanical skills). Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan

pemahaman (comprehension skills) maka yang paling tepat adalah membaca

dalam hati (silent reading).

Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu : a) membaca ekstensif,

dan membaca intensif. Membaca ekstensif meliputi : membaca survey (survey

reading), membaca sekilas (skimming reading), membaca dangkal (superficial

reading), yang mencakup : 1) membaca teliti (close reading), 2) membaca

pemahaman (comprehensive reading), 3) membca kritis (critical reading), 4)

membaca ide (reading for ideas), c) membaca bahasa asing (languagestudy

reading), yang mencakup : 1) membaca bahasa asing (foreign language reading),

dan 2) membaca sastra (literary reading ).

Membaca dengan metode kata dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek

mekanik dan aspek konseptual. Aspek mekanik merupakan cara mata bergerak

melihat kata demi kata pada sebuah bacaan. Aspek konseptual merupakan cara

otak memahami atau menangkap makna-makna yang terkandung dalam kata-kata

yang dibaca

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai aspek-aspek

membaca yang telah disinggung di atas perhatikanlah skema berikut ini.

Bagan 2

309
Aspek Membaca
Pengenalan
bentuk-
bentuk huruf

Pengenalan unsur-
unsur linguistik

Keterampilan
Mekanis Pengenalan hubungan
bunyi dan huruf

Kecepatan membaca
lembat

Aspek-aspek
membaca
Pemahaman
pengertian sederhan

Pemahaman
Keterampilan signifikasi/makna
Pemahaman

Evaluasi/penilaian
isi dan bentuk

Kecepatan membaca
fleksibel

310
Berdasrkan urauian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua aspek

penting dalam membaca, yaitu keterampilan yang besifat mekanis dan

keterampilan yang bersifat pemahaman. Pada keterampilan yang bersifat mekanis

dan mencakup pengalaman bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik,

pengenalan hubungan/korespondensi: pola ejaan dan bunyi, dan kecepatan

membaca bertaraf lambat. Keterampilan yang bersifat pemahaman

(comprehension skills). Aspek ini mencakup : a) memahami pengertian sederhana

(leksikal, gramatikal, retorikal); b)memahami signifikasi atau makna, antara lain

maksud dan tujuan pengarang, relevansi budaya reaksi pembaca, dan c) kecepatan

membaca yang fleksibel.

BAB III

PENDEKATAN DALAM TEORI DAN

MODEL MEMBACA

311
3.1 Pengantar

Teori tentang membaca dapat memberikan nilai dan fungsi tersendiri dari

studi membaca dan pengajarannya. Nilai dan fungsi ini bagi pembaca, pembina,

dan atau para peneliti. Teori membaca berbeda-beda tergantung dari pendekatan

yang dianut. Disamping teori membaca, pendekatan juga melatarbelakangi

munculnya model membaca.

 Model Membaca

Model membaca mempunyai hubungan yang erat dengan proses

membaca. Kajian yang sistematis mengenai proses membaca dimulai sejak

tahun 1990-an. Pada waktu itu, proses membaca merupakan focus

perhatian para ahli psikologi eksperimental. Sebelumnya, yaitu tahun 1950

dan 1960-an, focus para pakar tertuju pada kajian definisi dan penjelasan

tentang membaca.

Model membaca diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu:

1.) MMBA (Model Membaca Bawah Atas)

2.) MMAB (Model Membaca Atas Bawah)

3.) MMTB (Model Membaca Timbal Balik)

 Metode Membaca
Metode ( method ) merupakan tingkat merupakan tingkat

penerapan teori-teori yang ada pada tingkat pendekatan. Penerapan

312
dilakukan dengan cara melakukan pemilihan keterampilan khusus yang

akan dibelajarkan, materi yang harus diajarkan, dan sistematika urutannya.

Metode mengacu pada pengertian tahap-tahap secara prosedural dalam

mengolah kegiatan belajar mengajar bahasa yang dimulai dari

merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi. Penerapan metode

harus sesuai atau relevan dengan pendekatan yang dipilih karena metode

merupakan penerapan dari pendekatan.

Teknik mengacu pada siasat guru dalam Model merupakan sistem

atau cara kerja dari sesuatu yang dibuat. Cara kerja yang diciptakan

didasarkan atas asumsi atau testis yang dianut. Asumsi yang dianut

merupakan pendekatan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model

muncul berdasarkan pendekatan yang dianut atau yang dipakai.

Dalam pembelajaran, pengertian pendekatan seringkali disamakan

atau disinonimkan dengan pengertian metode dan pengertian metode

disinonimkan dengan teknis. Sebenarnya ketiga istilah tersebut adalah

berbeda, hanya saja perbedaannya tidak terlalu jelas jika kurang cermat

dalam menggunakan istilah-istilah tersebut. Oleh karenanya, dalam

pemakaian ketiga istilah itu menjadi tumpang tindih. Ketumpang tindihan

terjadi pada tataran persepsi dan tataran produksi.

Untuk mengatasi ketumpang tindihan itu, Antony (dalam

Subyakto, 1993:8) membedakan istilah pendekatan, metode dan teknik.

Pendekatan (approach) adalah tingkat asumsi atau pendirian mengenai

313
bahasa dan pembelajaran bahasa (termasuk keterampilan berbahasa). Atau

bisa dikatakan bahwa pendekatan merupakan falsafah tentang

pembelajaran bahasa dan keterampilan berbahasa. Pendekatan mengacu

pada tesis, asumsi, dan parameter yang diturunkan dari teori-teori tertentu

yang kebenarannya sudah diuji sehingga tidak perlu diragukan lahi.

Pendekatan mempunyai sifat aksiomatis.

Metode adalah suatu cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik

untuk mencapai suatu maksud atau tujuan. Sedangkan metodologi

pengajaran adalah cara-cara yang digunakan untuk menyampaikan

pelajaran kepada murid, yang telah dipikirkan masak-masak atas segala

faktomya, sudah disusun dengan sistematik tertentu guna mencapai tujuan

pengajaran yang sudah dimmuskan. (Suyoto , 2006:1)

Suhendar dan Sapinah (1992 : 2), menyatakan bahwa metode

mengacu pada apa yang diajarkan, bagaimana mengajarkannya, dan kapan

metode itu diajarkan. Sehingga timbul pengertian-pengertian yang berbeda

tentang arti dari metode, yaitu :

a. seperangkat prosedur mengajar;

b. pengesampingan prosedur-prosedur mengajar;

c. pengutamaan suatu keterampilan bahasa;

d. jenis dan jumlah kosakata dan struktur.

314
Metode (methode) menumt Antony (dalam Subyakto, 1993:8)

adalah merupakan tingkat penerapan teori-teori yang ada pada tingkat

pendekatan.

 Teknik Membaca

Teknik ( technique ) merupakan implementasi dari metode dalam

kegiatan belajar mengajar. Teknik bersifat implementasional, individual,

dan situasional. Teknik mengacu pada siasat guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam

kegiatan belajar mengajar, teknik merupakan siasat yang digunakan guru

dalam melaksanakan fungsinya dengan tujuan memperoleh hasil yang

optimal. Teknik ditentukan berdasarkan metode yang digunakan.

Pendekatan, metode, dan teknik dalam penerapannya saling

berhubungan dan mempunyai kaitan yang erat. Ketiga istilah itu

membentuk sebuah sistem yang tersusun atas tiga tingkatan hierarki

(Hubbard dalam Subyakto 1993:9).

Dalam sejarah perkembangan studi membaca, munculnya

model membacad i l a t a r b e l a k a n g i oleh pendekatan.

P e n d e k a t a n y a n g m e l a t a r b e l a k a n g i n y a a d a l a h pendekatan

taksonomik, psikologis, proses informasi, psikomotorik, dan

l i n g u i s t i k . Berdasarkan pendekatan tersebut, muncullah berbagai

315
model membaca yang diciptakanoleh para ahli. Dari berbagai model

yang muncul dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaituModel Membaca

Bawah Atas (MMAB), Model Membaca Atas Bawah (MMAB), dan

Model Membaca Timbal-balik (MMTB).

Model Membaca Bawah Atas ( M M B A ) merupakan model

membaca yang bertitik tolak dari pandangan bahwa yang mempunyai peran

primer dalam membaca adalah struktur bacaan dan struktur

pengetahuan yang dimiliki pembaca mempunyai peran sekunder. Dalam

membaca, pembaca bergantung sekali pada bacaan untuk melakukan

penyandian kembali simbol.-simbol grafis. Hasil penyandian dikirim ke

otak melalui syaraf otak. Karena sistem kerjanya berawal

dan bergantung dari bacaan yang ada di bawah dan kemudian dikirim ke otak

yang berada diatas, sistem kerja seperti itu disebut model membaca bawah atas.

Tokoh yang menjadi pencetus MMBA adalah Flesch, Gagne, Yough,

Fries,La Burge, dan Samuel. Tokoh -tokoh tersebut berlatar belakang

dari disiplin ilmu yang berbeda-beda. Flesch berasal dari disiplin ilmu ilmu

jurnalistik, Gagne dari bidang ilmu jiwa, Gough dan Fries dari bidang

informasi.MMBA mengilhami metode pembelajaran membaca di sekolah.

Metode-metode yang dipandang sebagai cerminan dari MMBA atas

antara lain metode pembelajaran a l f a b e t , f o n i k , s i l a b u s , d a n k a t a .

K e e m p a t m e t o d e i t u d i g u n a k a n p a d a p e m b e l a j a r a n membaca

permulaan dan jenis membacanya adalah membaca nyaring. MMBA

mempunyai keterbatasan dalam p e n e r a p a n n ya . Keterbatasan

316
y a n g pertama adalah MMBA sangat bergantung kepada peran mata yang apabila

diforsir matat i d a k d a p a t m e l i h a t s i m b o l - s i m b o l g r a f i s a t a u

mengalami kebutaan s e m e n t a r a . Keterbatasan kedua adalah

MMBA hanya cocok untuk membaca bacaan yang sulit atau belum

dikenal sehingga pembaca yang sudah mahir tidak perlu menggunakan model ini.

Keterbatasan ketiga adalah MMBA memerlukan waktu baca yang relatif

lama.M o d e l Membaca Atas Bawah (MMAB) merupakan

m o d e l m e m b a c a y a n g berdasarkan cara pandang bahwa yang mempunyai

pesan utama (primer) dalam membacaa d a l a h k o m p e t e n s i k o g n i t i f d a n

kompetensi bahasa dan bacaan mem punyai peran sekunder.

Dengan model ini, pembaca hanya melihat simbol -simbol grafis

seperlunya saja dan selebihnya (sebagian besar) pembaca menggunakan

kompetensi kognitif dan bahasa yang telah dimilikinya. Karena

kompetensi kognitif dan bahasa berada di atas(otak) dan simbol -simbol

grafis berada di bawah (bacaan), model membaca se perti inidisebut

model membaca atas bawah. Tokoh yang menjadi perintis MMAB adalah

Goodman, Smith, Shuy, dan Nutall.

Pandangan mereka diilhami dari teori psikologi. Dalam

p s i k o l o g i a d a t e o r i ya n g mengatakan bahwa terjadi interaksi antara

pikiran dan bahasa di dalam diri seseorang.Dalam model ini, pikiran

ditafsirkan sebagai kompetensi kognitif dan bahasa sebagai kompetensi

317
bahasa.Kendala yang dihadapi oleh pembaca yang menggunakan MMAB

adalah adanya peristiwa penyempitan pandangan sewaktu membaca atau

tunnel vision (TV). TV terjadi jika pembaca hanya dapat menggunakan

kompetensi kognitif dan bahasa hanya sedikit.Hal tersebut bisa terjadi

karena 1) pembaca membaca bacaan yang tidak bermakna

2) p e m b a c a m e m p u n ya i k e b i a s a a n ya n g j e l e k d a l a m m e m b a c a ,

dan

3) pembaca e n g g a n menggunakan kompetensi kognitif bahasa. Dalam

pembelajaran TV, bisa diatasi jika tahusebab-sebabnya.M o d e l M e m b a c a

Timbal Balik (MMTB) merupakan model mem baca ya n g

menerapkan sistem kerja MMBA dan MMAB secara serentak dalam

membaca sebuah baacan. Dalam model ini, proses membaca berlangsung secara

simultan. Membaca tidak lagi berlangsung secara linier dan berurut -

berlanjut, tetapi timbal balik. MMBA dan MMAB digunakan secara

bergantian karena penganut paham MMTB percaya bahwa proses

membaca bergantung pada proses penyandian simbol-simbol grafis oleh mata

dan proses penggunaan kompetensi kognitif dan bahasa yang telah dimiliki oleh

pembaca. T o k o h y a n g m e n c a n a n g k a n M M T B a d a l a h R u m e l h a r t . I a

b e r p e n d a p a t b a h w a membaca merupakan kegiatan yang meliputi

berbagai tipe pemrosesan informasi danunit -unit pemrosesan yang

bersifat interaktif dan berlanjut. Proses yang interaktif dan b e r l a n j u t

dijelaskan dengan menggunakan formalisme ya n g

318
d i k e m b a n g k a n d e n g a n komputer.M o d e l y a n g d i b u a t R u m e l h a r t

merupakan model yang canggih yang d a p a t mengatasi

m a s a l a h ya n g b e r k a i t a n d e n g a n p r o s e s k e b a h a s a a n . A p a b i l a

m o d e l i n i diterapkan dalam pembelajaran membaca, paling tidak ada

tiga keuntungan bagi siswa. K e u n t u n g a n i t u a d a l a h s i s w a d a p a t

m e m b a c a s e c a r a f l e k s i b e l , s i s w a t i d a k c e m a s kehilangan kosa kata,

dan siswa dapat belajar secara aktif.

1. Model Membaca Bawah Atas

Yaitu model membaca yang menekankan struktur bacaan sebagai unsur primer

dengan proses membaca bacaan yang selanjutnya akan menstimulus mata,

kemudian melakukan penyandian kembali, dan pada akhirnya hasil penyandian

tersebut kembali dikirim ke otak untuk dipahami. Model ini merupakan bentuk

membaca intensif, karena dilaksanakan dengan seksama dan teliti, sehingga pada

nantinya akan mendapatkan pemahaman yang mendetail (bacaan ilmiah)

Bagan Model Membaca Bawah Atas

Otak

Mata Secara teliti & seksama

Bacaan

319
2. Model Membaca Atas Bawah

Yaitu model membaca yang menekankan pengetahuan sebagai unsur primer, jadi

pembaca hanya melihat seperlunya saja stimulus berupa isyarat simbol garfis, dan

selebihnya menggunakan isyarat kompetensi kognitif, dan kompetensi bahasa

yang telah dimiliki. Model ini termasuk kategori membaca ekstensif skimming.

Contoh bacaanya adalah bacaan hiburan atau non ilmiah.

Bagan Membaca Atas Bawah

Otak

Mata

Bacaan Penafsiran

3. Model Membaca Timbal Balik

320
Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) dicanangkan oleh teoris

Rumelhart (1977). Rumeljart mereaksi dua model membaca yang telah kita

singgung di muka. Dia beranggapan bahwa model-model yang terdahulu itu tidak

memuaskan, karena pada umumnya model-model tersebut bertitik tolak pada

pandangan formalisme model-model perhitungan yang linear. Model-model itu

mempunyai sifat-sifat berurut-berlanjut, tidak interaktif.

Secara sederhana, konsep MMTB dapat dilukiskan sebagai berikut.

MMTB melukiskan MMBA dan MMAB berlangsung simultan pada

pembaca yang mahir. Artinya, proses membaca tidak lagi menunjukkan suatu

proses yang bersifat linier, tidak menjukkan proses yang berturut-berlanjut,

melainkan suatu proses timbal balik yang bersifat simultan. Pada suatu saat

MMBA berperan dan pada saat lain justru MMAB yang berperan. Para penganut

321
paham MMTB percaya bahwa pemahaman itu tergantung pada informasi grafis

atau informasi visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah tersedia

dalam pikiran pembaca. Oleh karenanya, pemahaman bisa terganggu jika ada

pengetahuan yang diperlukan untuk memahami bacaan yang dibacanya tidak bisa

digunakan, baik disebabkan pembaca lupa akan informasi tersebut atau mungkin

juga karena skemanya terganggu.

Paradigma yang diajukan Rumelhart untuk melukiskan proses membaca

itu berlainan dengan paradigma-paradigma yang pernah ada sebelumnya. Dalam

kompultasi paralel selalu terjadi interaksi di antra proses-proses yang

berlangsung berkelanjutan dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.

Rumelhart mengajukan pendapat yang menyatakan bahwa membaca sebagai

kegiatan yang meliputi berbagai tipe pemrosesan informasi dan unit-unit

pemrosesan itu bersifat sangat interaktif dan berlanjut. Dengan menggunakan

formalisme yang dikembangkan dengan komputer, Rumelhart dapat menjelaskan

secara tepat aspek-aspek membaca yang bersifat parallel dan yang bersifat

interaktif. Aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rumelhart itu sudah dijelaskan

oleh para ahli yang terdahulu. Akan tetapi, penjelasan yang disampaikan para

pendahulunya tidak mencapai tingkat kejelasan seperti yang dijelaskan oleh

Rumelhart.

MMTB sukar dilukiskan dalam diagram dua dimensi. Dalam gambar yang

berikut ini penyimpan informasi visual (PIV) mencatat informasi grafis. PIV itu

322
disentuh oleh alat penyadap ciri (APC). Ciri-ciri yang disadap itu digunakan

sebagai masukan untuk pemadu pola (PP).

PP merupakan komponen yang utama dalam model ini. Ke dalamnya bisa

masuk informasi sensoris, informasi tentang kemungkinan-kemungkinan

sintaksis, semantik, leksikal, dan struktur ortografis tentang berbagai untaian

huruf. PP membuat keputusan berdasarkan informasi-informasi yang masuk ke

dalamnya itu.

Mari kita perhatikan paradigma Rumelhart dalam gambar berikut.

Model yang dilukiskan dalam diagram di atas, menunjukkan adanya

pengaruh berbgai tahapan (grafik, semantic, dan sebagainya) terhadap kegiatan

membaca dalam bentuk interaktif. Yang tidak dijelaskan dalam proses tersebut

323
ialah bagaimana komponen-komponen itu berinteraksi. Hal inilah yang kemudian

menjadi bahan pemikiran ahli lain, seperti Goodman dan Ruddel. Yang tidak ada

di dalam model itu ialah gambaran tentang kerja pemandu polanya sendiri.

Pengembangan gambaran proses membaca yang dibuat oleh Rumelhart

merupakan sumbangan utama terhadap model-model membaca. Rumelhart

menampilkan suatu model membaca yang menunjukkan komponen-komponen

sensori, semantik, sintaksis, dan pragmatik yang diperoleh dalam bentuk

interaktif untuk memperoleh pemahaman tentang bahasa tulis. Berbagai jenis

informasi masuk ke dalam pusat berita; berbagai hipotesis dirumuskan, kemudian

disetujui, ditentukan, dikukuhkan atau ditolak oleh sumber informasi yang layak.

Hipotesis baru digeneralisasikan hingga pada akhirnya tercapailai hipotesis yang

paling layak. Interaksi antara hipotesis dan sumber informasi dapat ditandai

secara matematis dalam model probabilitas. Dengan demikian, membaca itu

dipandang sebagai formulasi hopotesis, pengujian probabilitas dengan

menggunakan serangkaian sumber informasi, dan akhirnya dibuatlah keputusan

tentang hipotesis yang terbaik yang diterima sebagai makna.

Rumelhat telah melengkapi kita dengan pengetahuan tentang sebuah

model yang cukup canggih. Dengan menggunakan model tersebut kita dapat

mengatasi masalah yang berkenaan dengan proses kebahasaan seperti yang

tampak pada perilaku pola membaca. Model ini mempunyai ciri yang esensial

yang menjelaskan betapa proses kebahasaan peringkat yang lebih tinggi

(semantik dan makna) mempermudah proses kebahasaan peringkat rendah

324
(huruf, kata), dan betapa penguasaan atas peringkat yang lebih tinggi itu

mempermudah penguasaan atas peringkat yang lebih rendah.

Model membaca yang dikemukakan oleh Rumelhart itu mengingatkan

pembaca agar informasi yang dimilikinya (meskipun jumlahnya sangat terbatas)

dapat dimanfaatkan pada saat melakukan kegiatan membaca. Dilihat dari bidang

pengajaran, hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar bagi guru

untuk menolong para siswanya menjadi pembaca yang fleksibel, ialah pembaca

yang mampu mengatur kecepatan tempo bacanya sesuai dengan sifat, manfaat,

tujuan, kebutuhan dan relevansi dari materi bacaan tersebut. Pembaca harus

dialihkan perhatiannya dari struktur lahir bahasa (kata, huruf, kalimat, dan

sebagainya) ke struktur batin, ke bagian yang menghendaki prakiraan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memprakirakan dan

menemukan makna bacaan itu ialah strategi pengajaran yang memungkinkan

siswa menggunakan bahasa yang dimilikinya serta informasi pragmatik yang

telah dimilikinya dalam proses menyimak dan berbicara. Guru dituntut untuk

mengembangkan strategi yang mendorong siswa supaya bersikap aktif-kognitif

agar dapat menjadi pembaca yang mahir.

Yang dapat kita lakukan sebagai guru adalah menciptakan lingkungan

yang kondusif, yang mendorong menumbuhkan minat baca yang positif. Perlu

diutamakan keyakinan bahwa dalam hal ini bukanlah kehadiran guru dalam

lingkungan itu yang pertama dan utama, melainkan kehadiran siswa itu sendiri.

Kemampuan membaca akan meningkat hanya dengan jalan melakukan kegiatan

325
membaca itu sendiri. Melakukan aktifitas baca sama dengan berlatih membaca.

Latihan tersebut akan mendorong mereka meningkatkan kemampuan membaca

serta menemukan sendiri strategi yang paling tepat untuk dirinya dalam

menghadapi bacaan.

Dalam praktek pengajaran membaca, hal tersebut menunjukkan kita pada

berbagai konsep dan pandangan tentang berbagai metode pengajaran membaca.

Kiranya kita perlu meninggalkan berbagai asumsi yang pernah menguasai

metode pengajaran pada masa-masa silam. Sebagai contoh, guru tidak perlu lagi

terlalu memikirkan adanya kebolongan kosakata yang mungkin belum diketahui

siswa. Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, kemudian guru berpikir bahwa

pengajaran membaca tidak mungkin dilakukan. Para guru lebih baik meyakinkan

para siswanya bahwa bagaimanapun para siswa tidak perlu berkecil hati dan

frustasi dengan bacaan yang sarat dengan kosakata sukar yang tidak dapat

dipahaminya. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mereka dapat

memanfaatkan informasi nonvisual. Informasi ini akan membantu siswa untuk

merekontruksi makna dari lambang-lambang yang berupa cetakan. Perubahan

sikap seperti itu akan membuat mereka percaya diri dan bergantung pada

kemampuan sendiri. Hambatan kosakata yang dialaminya akan diatasi sendiri

dengan jalan memproses masukan linguistik dan memadukannya dengan aspek

kognitif yang dimilikinya. Dengan demikian, para siswa tidak lagi akan

bergantung kepada guru atau pun sumber-sumber lainnya yang datang dari luar

pada waktu mereka menghadapi masalah-masalah dalam membaca.

326
Model yang dianjurkan oleh Rumelhart itu mendukung salah satu

keyakinan yang secara intuitif telah diterima oleh banyak orang, ialah bahwa

pembaca akan lebih merasa terlayani jika kita membekali mereka dengan

kesiapan untuk membaca materi yang disajikan kepada mereka. Banyak hal yang

bisa dilakukan guru dalam upaya membekali pengetahuan siap mereka. Prosedur-

prosedur tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan berikut: diskusi, pertunjukan

film, karyawisata, bercerita, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini bermanfaat

bagi para siswa dalam upaya membantu mereka untuk menggunakan latar

belakang informasi (pengetahuan) yang dimilikinya. Pengetahuan siap ini akan

mempermudah proses memahami bacaan dengan lebih layak dan lebih baik.

Cara lama yang masih banyak digunakan para guru ialah pemberian tugas

membaca. Pemberian tugas ini kadang-kadang merupakan tugas prasyarat untuk

tugas berikutnya berupa diskusi. Tampaknya, meskipun metode pemberian tugas

ini tidak terlalu jelek dan merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk

membangkitkan motivasi siswa, namun cara ini tampaknya sudah “ketinggalan

zaman”. Bagaimanapun hal-hal yang dibawa pembaca tersebut dari proses yang

dijalaninya itu. Oleh karena itu, guru boleh berkeyakinan bahwa proses membaca

akan berlangsug lebih baik jika prosedur penugasan itu dibalikkan, diskusi dulu,

baru kemudian membaca.

Dalam bidang metode pengajaran, model Rumelhart itu dipandang sebagai

model yang sudah membaur dengan berbagai strategi pengajaran yang telah

menunjukkan keberhasilannya. SQ3R misalnya, memberikan dorongan kepada

327
siswa untuk menyurvai, bertanya dan bertanya, membuat prakiraan, dan

membaca untuk menguji hipotesis. Model membaca yang baik harus dapat

menjelaskan teori berbagai pendekatan yang baik untuk membaca dan belajar.

Model yang baik harus pula memberikan penjelasan terhadap langkah-langkah

pengajaran yang baru.

Model Rumelhart berguna sekali untuk pengajaran membaca pada

peringkat sekolah menengah, baik sekolah mengengah pertama maupun

peringkat di atasnya. Model ini sangat baik untuk mengakrabkan dan mendorong

mereka dalam pengujian cara dan strategi membaca yang biasa mereka lakukan

sendiri.

Setelah Anda mempelajari dengan seksama konsep-konsep MMTB yang

diprakarsai Rumelhart, bagaimana pendapat dan komentar anda terhadap prinsip-

prinsip yang ada di dalamnya? Ya, mungkin anda tergolong orang yang

berpendapat bahwa model Rumelhart itu tidak menarik karena di dalamnya

sesungguhnya tidak ada hal-hal yang baru bagi anda. Sebagai guru, anda

mungkin sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka

yang biasa timbul dalam pikiran anda selagi membaca. Bukankah pertanyaan-

pertanyaan yang muncul selagi kita membaca merupakan cerminan dari proses

interaktif dari kerja mata dan kerja kognisi pada saat kita merespon bacaan.

Sebagai guru anda pun sudah terbiasa dengan pemberian rangsangan-rangsangan

kepada para siswa anda agar mereka membuat prakiraan-prakiraan, hipotesis,

antisipasi, klasifikasi, yang memungkinkan mereka untuk berfikir secara

328
divergen. Mungkin, kita telah melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui landas

pijaknya. Dengan pengetahuan ini, mudah-mudahan apa yang telah kita lakukan

tersebut dapat kita yakini sebagai sebuah kebenaran dan sesuatu yang dapat

memberikan manfaat yang lebih baik.

Dalam model Rumelhart, mungkin Anda tidak melihat adanya

pembicaraan tentang aplikasi. Memang, Rumelhart boleh dikatakan tidak

menyinggung masalah aplikasi itu. Dia tidak pula menyinggung masalah

pramembaca, yakni suatu kondisi sebelum seseorang sampai pada halaman-

halaman bercetak. Dia memulai konsepnya dari halaman bercetak, dan dari situ

kemudian bergerak ke depan dengan konsep-konsep interaksi.

MMTB sangat berbeda dengan MMBA seperti yang dikemukakan oleh

Gough, La Berge dan Samuel (1974). MMBA bersifat linear dan berjenjang,

dimulai dari pemrosesan unit linguistik yang paling kecil, yakni huruf-huruf,

kemudian bergerak menuju pemrosesan kelompok huruf, kata-kata, kelompok

kata, kalimat, hingga akhirnya sampai ke makna. Sebaliknya MMTB

membenarkan proses yang dimulai dari peringkat yang lebih tinggi MMTB mulai

dengan semantik atau makna kata. Pada peringkat yang lebih tinggi itu ada bank

data yang bekerja secara simultan. Kita memiliki sintaksis, semantik, ortografi,

dan leksikon yang bekerja secara serentak, tidak bekerja secara berurutan seperti

halnya dalam MMBA.

Kemampuan membaca dapat dikembangkan secara baik melalui

pengayaan pengalaman membaca. Siswa perlu sekali membaca materi sebanyak-

329
banyaknya sehingga mereka dapat memahami kata dalam konteks yang berbeda-

beda. Guru dapat membantu muridnya mempertinggi dan meningkatkan

keterampilannya dalam membaca dengan jalan membimbing mereka untuk terus

membaca sebanyak-banyaknya. Yang perlu diperhatikan benar dalam hal ini

ialah sikap murid. Guru yang terlalu sering memberi tugas yang berada di luar

jangkauan kemampuan muridnya akan membuat siswa terbunuh minat dan

motivasinya. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat baca siswa ialah

dengan jalan menyediakan bahan bacaan yang kira-kira dapat menarik perhatian

mereka.

2.2.4 Perbedaan MMAB, MMBA, MMTB

Perbedaan MMAB, MMBA, dan MMTB

Aspek MMBA MMAB MMTB

1.Yang berperan -Primer: Struktur bacaan -Primer: Struktur Pengetahuan -Campuran

-Sekunder: Struktur Pengetahuan -Sekunder: Struktur Bacaan Primer:Otak- b

-Campuran

Sekunder:baca

330
2. Proses Otak-Mata-Otak Otak-Mata-Bacaan Simultan

3.Jenis Intensif Ekstensif Relatif/campu

4.Bacaan Sulit,Ilmiah Mudah, Popular, Sastra Campuran

5.Tujuan Pemahaman secara mendalam Hal-hal yang penting/pokok Campuran (de

6.Kendala Bergantung pada peran mata

2.1 Pendekatan dalam Model Membaca

Dalam menghasilkan Model Membaca ada ada suatu tata kerja tersendiri

yang ditempuh melalui penelitian. Para ahli dalam melakukan penelitian yang

menghasilkan model membaca dilatarbekangi pendekatan yang berbeda-beda.

Berikut ini akan diuraikan keberagaman dan keberbedaan pendekatan yang

menjadi dasar munculnya model membaca yang dimulai dari pedekatan:

a. Pendekatan Taksonomik

b. Pendekatan Psikologis

c. Pendekatan Proses Informasi

d. Pendekatan Psikomotorik

e. Pendekatan Linguistik

a. Pendekataan Taksonomik

331
Pendidikan Taksonomik dikembangkn oleh Gray. Ia berpendapat bahwa

dalam proses membaca diperlukan empat keterampilan, yaitu mengenal kata,

koperhensif, reaksi, dan asimilasi.

b. Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis terdiri dari dari dua yaitu behavior dan kognitif.

Pendekatan behavior dipelopori oleh Skinner tahun 1957. Pendekatan ini

berpandangan bahwa belajar bahasa dapat dikendalikan dari luar. Seseorang

belajar kalau ada stimulus, ia merespon stimulus tersebut. Lingkungan

memberikan stimulusdan rancangan, kemudian orang yang belajar member

respon.

c. Pendekatan Proses Informasi

Tokoh yang dikenal dalam pendekatan proses informasi adalah Smith. Ia

menyatakan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu proses informasi.

Pendekatan ini berprinsip bahwa membaca adalah aktivitas komunikasi yang

memungkinkan informasi ditransformasi dari penulis kepada pembaca. Istilah

dalam teori komunikasi informasi yang dipakai dalam studi membaca adalah

seluruh komunikasi, suara, keterbatasan kapasitas alat, dan pengurangan.

d. Pendekatan Psikomotorik

Pendekatan Psikomotorik dikembangkan oleh Holmes dan Singer.

Penerapan pendekatan ini dalam membaca untuk mengukur tingkat kenyaringan

332
dn kecepatan membaca diukur secara stastiktik dengan menggunakan analisis

subsastra. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa 89% perbedaan kenyaringan

dikarenakan factor kata.

e. Pendekatan Linguistik

Pendekatan Linguistik dikembangkan dalam dua periode, yaitu periode

pertama dikembangkan oleh Bloomfield, Fries, Lefevre, dan periode kedua oleh

Chomsky, Halle, Goodman, dan Ruddell. Bloomfield berpendapat bahwa

membaca merupakan hubungan teratur antara system tulisan dan ujaran. Senada

dengan pendapat itu Fries mengatakan bahwa membaca merupakan hubungan

antara bunyi-bunyi bahasa dengan huruf.

Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) dicanangkan oleh teoris

Rumelhart (1977). Rumeljart mereaksi dua model membaca yang telah kita

singgung di muka. Dia beranggapan bahwa model-model yang terdahulu itu tidak

memuaskan, karena pada umumnya model-model tersebut bertitik tolak pada

pandangan formalisme model-model perhitungan yang linear. Model-model itu

mempunyai sifat-sifat berurut-berlanjut, tidak interaktif.

Secara sederhana, konsep MMTB dapat dilukiskan sebagai berikut.

333
MMTB melukiskan MMBA dan MMAB berlangsung simultan pada

pembaca yang mahir. Artinya, proses membaca tidak lagi menunjukkan suatu

proses yang bersifat linier, tidak menjukkan proses yang berturut-berlanjut,

melainkan suatu proses timbal balik yang bersifat simultan. Pada suatu saat

MMBA berperan dan pada saat lain justru MMAB yang berperan. Para penganut

paham MMTB percaya bahwa pemahaman itu tergantung pada informasi grafis

atau informasi visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah tersedia

dalam pikiran pembaca. Oleh karenanya, pemahaman bisa terganggu jika ada

pengetahuan yang diperlukan untuk memahami bacaan yang dibacanya tidak bisa

digunakan, baik disebabkan pembaca lupa akan informasi tersebut atau mungkin

juga karena skemanya terganggu.

334
Paradigma yang diajukan Rumelhart untuk melukiskan proses membaca

itu berlainan dengan paradigma-paradigma yang pernah ada sebelumnya. Dalam

kompultasi paralel selalu terjadi interaksi di antra proses-proses yang

berlangsung berkelanjutan dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.

Rumelhart mengajukan pendapat yang menyatakan bahwa membaca sebagai

kegiatan yang meliputi berbagai tipe pemrosesan informasi dan unit-unit

pemrosesan itu bersifat sangat interaktif dan berlanjut. Dengan menggunakan

formalisme yang dikembangkan dengan komputer, Rumelhart dapat menjelaskan

secara tepat aspek-aspek membaca yang bersifat parallel dan yang bersifat

interaktif. Aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rumelhart itu sudah dijelaskan

oleh para ahli yang terdahulu. Akan tetapi, penjelasan yang disampaikan para

pendahulunya tidak mencapai tingkat kejelasan seperti yang dijelaskan oleh

Rumelhart.

MMTB sukar dilukiskan dalam diagram dua dimensi. Dalam gambar yang

berikut ini penyimpan informasi visual (PIV) mencatat informasi grafis. PIV itu

disentuh oleh alat penyadap ciri (APC). Ciri-ciri yang disadap itu digunakan

sebagai masukan untuk pemadu pola (PP).

PP merupakan komponen yang utama dalam model ini. Ke dalamnya bisa

masuk informasi sensoris, informasi tentang kemungkinan-kemungkinan

sintaksis, semantik, leksikal, dan struktur ortografis tentang berbagai untaian

huruf. PP membuat keputusan berdasarkan informasi-informasi yang masuk ke

dalamnya itu.

335
Mari kita perhatikan paradigma Rumelhart dalam gambar berikut.

Model yang dilukiskan dalam diagram di atas, menunjukkan adanya

pengaruh berbgai tahapan (grafik, semantic, dan sebagainya) terhadap kegiatan

membaca dalam bentuk interaktif. Yang tidak dijelaskan dalam proses tersebut

ialah bagaimana komponen-komponen itu berinteraksi. Hal inilah yang kemudian

menjadi bahan pemikiran ahli lain, seperti Goodman dan Ruddel. Yang tidak ada

di dalam model itu ialah gambaran tentang kerja pemandu polanya sendiri.

Pengembangan gambaran proses membaca yang dibuat oleh Rumelhart

merupakan sumbangan utama terhadap model-model membaca. Rumelhart

menampilkan suatu model membaca yang menunjukkan komponen-komponen

sensori, semantik, sintaksis, dan pragmatik yang diperoleh dalam bentuk

336
interaktif untuk memperoleh pemahaman tentang bahasa tulis. Berbagai jenis

informasi masuk ke dalam pusat berita; berbagai hipotesis dirumuskan, kemudian

disetujui, ditentukan, dikukuhkan atau ditolak oleh sumber informasi yang layak.

Hipotesis baru digeneralisasikan hingga pada akhirnya tercapailai hipotesis yang

paling layak. Interaksi antara hipotesis dan sumber informasi dapat ditandai

secara matematis dalam model probabilitas. Dengan demikian, membaca itu

dipandang sebagai formulasi hopotesis, pengujian probabilitas dengan

menggunakan serangkaian sumber informasi, dan akhirnya dibuatlah keputusan

tentang hipotesis yang terbaik yang diterima sebagai makna.

Rumelhat telah melengkapi kita dengan pengetahuan tentang sebuah

model yang cukup canggih. Dengan menggunakan model tersebut kita dapat

mengatasi masalah yang berkenaan dengan proses kebahasaan seperti yang

tampak pada perilaku pola membaca. Model ini mempunyai ciri yang esensial

yang menjelaskan betapa proses kebahasaan peringkat yang lebih tinggi

(semantik dan makna) mempermudah proses kebahasaan peringkat rendah

(huruf, kata), dan betapa penguasaan atas peringkat yang lebih tinggi itu

mempermudah penguasaan atas peringkat yang lebih rendah.

Model membaca yang dikemukakan oleh Rumelhart itu mengingatkan

pembaca agar informasi yang dimilikinya (meskipun jumlahnya sangat terbatas)

dapat dimanfaatkan pada saat melakukan kegiatan membaca. Dilihat dari bidang

pengajaran, hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar bagi guru

untuk menolong para siswanya menjadi pembaca yang fleksibel, ialah pembaca

337
yang mampu mengatur kecepatan tempo bacanya sesuai dengan sifat, manfaat,

tujuan, kebutuhan dan relevansi dari materi bacaan tersebut. Pembaca harus

dialihkan perhatiannya dari struktur lahir bahasa (kata, huruf, kalimat, dan

sebagainya) ke struktur batin, ke bagian yang menghendaki prakiraan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memprakirakan dan

menemukan makna bacaan itu ialah strategi pengajaran yang memungkinkan

siswa menggunakan bahasa yang dimilikinya serta informasi pragmatik yang

telah dimilikinya dalam proses menyimak dan berbicara. Guru dituntut untuk

mengembangkan strategi yang mendorong siswa supaya bersikap aktif-kognitif

agar dapat menjadi pembaca yang mahir.

Yang dapat kita lakukan sebagai guru adalah menciptakan lingkungan

yang kondusif, yang mendorong menumbuhkan minat baca yang positif. Perlu

diutamakan keyakinan bahwa dalam hal ini bukanlah kehadiran guru dalam

lingkungan itu yang pertama dan utama, melainkan kehadiran siswa itu sendiri.

Kemampuan membaca akan meningkat hanya dengan jalan melakukan kegiatan

membaca itu sendiri. Melakukan aktifitas baca sama dengan berlatih membaca.

Latihan tersebut akan mendorong mereka meningkatkan kemampuan membaca

serta menemukan sendiri strategi yang paling tepat untuk dirinya dalam

menghadapi bacaan.

Dalam praktek pengajaran membaca, hal tersebut menunjukkan kita pada

berbagai konsep dan pandangan tentang berbagai metode pengajaran membaca.

Kiranya kita perlu meninggalkan berbagai asumsi yang pernah menguasai

338
metode pengajaran pada masa-masa silam. Sebagai contoh, guru tidak perlu lagi

terlalu memikirkan adanya kebolongan kosakata yang mungkin belum diketahui

siswa. Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, kemudian guru berpikir bahwa

pengajaran membaca tidak mungkin dilakukan. Para guru lebih baik meyakinkan

para siswanya bahwa bagaimanapun para siswa tidak perlu berkecil hati dan

frustasi dengan bacaan yang sarat dengan kosakata sukar yang tidak dapat

dipahaminya. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mereka dapat

memanfaatkan informasi nonvisual. Informasi ini akan membantu siswa untuk

merekontruksi makna dari lambang-lambang yang berupa cetakan. Perubahan

sikap seperti itu akan membuat mereka percaya diri dan bergantung pada

kemampuan sendiri. Hambatan kosakata yang dialaminya akan diatasi sendiri

dengan jalan memproses masukan linguistik dan memadukannya dengan aspek

kognitif yang dimilikinya. Dengan demikian, para siswa tidak lagi akan

bergantung kepada guru atau pun sumber-sumber lainnya yang datang dari luar

pada waktu mereka menghadapi masalah-masalah dalam membaca.

Model yang dianjurkan oleh Rumelhart itu mendukung salah satu

keyakinan yang secara intuitif telah diterima oleh banyak orang, ialah bahwa

pembaca akan lebih merasa terlayani jika kita membekali mereka dengan

kesiapan untuk membaca materi yang disajikan kepada mereka. Banyak hal yang

bisa dilakukan guru dalam upaya membekali pengetahuan siap mereka. Prosedur-

prosedur tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan berikut: diskusi, pertunjukan

film, karyawisata, bercerita, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini bermanfaat

bagi para siswa dalam upaya membantu mereka untuk menggunakan latar

339
belakang informasi (pengetahuan) yang dimilikinya. Pengetahuan siap ini akan

mempermudah proses memahami bacaan dengan lebih layak dan lebih baik.

Cara lama yang masih banyak digunakan para guru ialah pemberian tugas

membaca. Pemberian tugas ini kadang-kadang merupakan tugas prasyarat untuk

tugas berikutnya berupa diskusi. Tampaknya, meskipun metode pemberian tugas

ini tidak terlalu jelek dan merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk

membangkitkan motivasi siswa, namun cara ini tampaknya sudah “ketinggalan

zaman”. Bagaimanapun hal-hal yang dibawa pembaca tersebut dari proses yang

dijalaninya itu. Oleh karena itu, guru boleh berkeyakinan bahwa proses membaca

akan berlangsug lebih baik jika prosedur penugasan itu dibalikkan, diskusi dulu,

baru kemudian membaca.

Dalam bidang metode pengajaran, model Rumelhart itu dipandang sebagai

model yang sudah membaur dengan berbagai strategi pengajaran yang telah

menunjukkan keberhasilannya. SQ3R misalnya, memberikan dorongan kepada

siswa untuk menyurvai, bertanya dan bertanya, membuat prakiraan, dan

membaca untuk menguji hipotesis. Model membaca yang baik harus dapat

menjelaskan teori berbagai pendekatan yang baik untuk membaca dan belajar.

Model yang baik harus pula memberikan penjelasan terhadap langkah-langkah

pengajaran yang baru.

Model Rumelhart berguna sekali untuk pengajaran membaca pada

peringkat sekolah menengah, baik sekolah mengengah pertama maupun

peringkat di atasnya. Model ini sangat baik untuk mengakrabkan dan mendorong

340
mereka dalam pengujian cara dan strategi membaca yang biasa mereka lakukan

sendiri.

Setelah Anda mempelajari dengan seksama konsep-konsep MMTB yang

diprakarsai Rumelhart, bagaimana pendapat dan komentar anda terhadap prinsip-

prinsip yang ada di dalamnya? Ya, mungkin anda tergolong orang yang

berpendapat bahwa model Rumelhart itu tidak menarik karena di dalamnya

sesungguhnya tidak ada hal-hal yang baru bagi anda. Sebagai guru, anda

mungkin sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka

yang biasa timbul dalam pikiran anda selagi membaca. Bukankah pertanyaan-

pertanyaan yang muncul selagi kita membaca merupakan cerminan dari proses

interaktif dari kerja mata dan kerja kognisi pada saat kita merespon bacaan.

Sebagai guru anda pun sudah terbiasa dengan pemberian rangsangan-rangsangan

kepada para siswa anda agar mereka membuat prakiraan-prakiraan, hipotesis,

antisipasi, klasifikasi, yang memungkinkan mereka untuk berfikir secara

divergen. Mungkin, kita telah melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui landas

pijaknya. Dengan pengetahuan ini, mudah-mudahan apa yang telah kita lakukan

tersebut dapat kita yakini sebagai sebuah kebenaran dan sesuatu yang dapat

memberikan manfaat yang lebih baik.

Dalam model Rumelhart, mungkin Anda tidak melihat adanya

pembicaraan tentang aplikasi. Memang, Rumelhart boleh dikatakan tidak

menyinggung masalah aplikasi itu. Dia tidak pula menyinggung masalah

pramembaca, yakni suatu kondisi sebelum seseorang sampai pada halaman-

341
halaman bercetak. Dia memulai konsepnya dari halaman bercetak, dan dari situ

kemudian bergerak ke depan dengan konsep-konsep interaksi.

MMTB sangat berbeda dengan MMBA seperti yang dikemukakan oleh

Gough, La Berge dan Samuel (1974). MMBA bersifat linear dan berjenjang,

dimulai dari pemrosesan unit linguistik yang paling kecil, yakni huruf-huruf,

kemudian bergerak menuju pemrosesan kelompok huruf, kata-kata, kelompok

kata, kalimat, hingga akhirnya sampai ke makna. Sebaliknya MMTB

membenarkan proses yang dimulai dari peringkat yang lebih tinggi MMTB mulai

dengan semantik atau makna kata. Pada peringkat yang lebih tinggi itu ada bank

data yang bekerja secara simultan. Kita memiliki sintaksis, semantik, ortografi,

dan leksikon yang bekerja secara serentak, tidak bekerja secara berurutan seperti

halnya dalam MMBA.

Kemampuan membaca dapat dikembangkan secara baik melalui

pengayaan pengalaman membaca. Siswa perlu sekali membaca materi sebanyak-

banyaknya sehingga mereka dapat memahami kata dalam konteks yang berbeda-

beda. Guru dapat membantu muridnya mempertinggi dan meningkatkan

keterampilannya dalam membaca dengan jalan membimbing mereka untuk terus

membaca sebanyak-banyaknya. Yang perlu diperhatikan benar dalam hal ini

ialah sikap murid. Guru yang terlalu sering memberi tugas yang berada di luar

jangkauan kemampuan muridnya akan membuat siswa terbunuh minat dan

motivasinya. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat baca siswa ialah

342
dengan jalan menyediakan bahan bacaan yang kira-kira dapat menarik perhatian

mereka.

2.2.4 Perbedaan MMAB, MMBA, MMTB

Perbedaan MMAB, MMBA, dan MMTB

Aspek MMBA MMAB MMTB

1.Yang berperan -Primer: Struktur bacaan -Primer: Struktur Pengetahuan -Campuran

-Sekunder: Struktur Pengetahuan -Sekunder: Struktur Bacaan Primer:Otak- b

-Campuran

Sekunder:baca

2. Proses Otak-Mata-Otak Otak-Mata-Bacaan Simultan

3.Jenis Intensif Ekstensif Relatif/campu

4.Bacaan Sulit,Ilmiah Mudah, Popular, Sastra Campuran

5.Tujuan Pemahaman secara mendalam Hal-hal yang penting/pokok Campuran (de

6.Kendala Bergantung pada peran mata

343
2.2 Pendekatan dalam Model Membaca

Dalam menghasilkan Model Membaca ada ada suatu tata kerja tersendiri

yang ditempuh melalui penelitian. Para ahli dalam melakukan penelitian yang

menghasilkan model membaca dilatarbekangi pendekatan yang berbeda-beda.

Berikut ini akan diuraikan keberagaman dan keberbedaan pendekatan yang

menjadi dasar munculnya model membaca yang dimulai dari pedekatan:

a. Pendekatan Taksonomik

b. Pendekatan Psikologis

c. Pendekatan Proses Informasi

d. Pendekatan Psikomotorik

e. Pendekatan Linguistik

f. Pendekataan Taksonomik

Pendidikan Taksonomik dikembangkn oleh Gray. Ia berpendapat bahwa

dalam proses membaca diperlukan empat keterampilan, yaitu mengenal kata,

koperhensif, reaksi, dan asimilasi.

g. Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis terdiri dari dari dua yaitu behavior dan kognitif.

Pendekatan behavior dipelopori oleh Skinner tahun 1957. Pendekatan ini

berpandangan bahwa belajar bahasa dapat dikendalikan dari luar. Seseorang

344
belajar kalau ada stimulus, ia merespon stimulus tersebut. Lingkungan

memberikan stimulusdan rancangan, kemudian orang yang belajar member

respon.

h. Pendekatan Proses Informasi

Tokoh yang dikenal dalam pendekatan proses informasi adalah Smith. Ia

menyatakan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu proses informasi.

Pendekatan ini berprinsip bahwa membaca adalah aktivitas komunikasi yang

memungkinkan informasi ditransformasi dari penulis kepada pembaca. Istilah

dalam teori komunikasi informasi yang dipakai dalam studi membaca adalah

seluruh komunikasi, suara, keterbatasan kapasitas alat, dan pengurangan.

i. Pendekatan Psikomotorik

Pendekatan Psikomotorik dikembangkan oleh Holmes dan Singer.

Penerapan pendekatan ini dalam membaca untuk mengukur tingkat kenyaringan

dn kecepatan membaca diukur secara stastiktik dengan menggunakan analisis

subsastra. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa 89% perbedaan kenyaringan

dikarenakan factor kata.

j. Pendekatan Linguistik

Pendekatan Linguistik dikembangkan dalam dua periode, yaitu periode

pertama dikembangkan oleh Bloomfield, Fries, Lefevre, dan periode kedua oleh

Chomsky, Halle, Goodman, dan Ruddell. Bloomfield berpendapat bahwa

membaca merupakan hubungan teratur antara system tulisan dan ujaran. Senada

345
dengan pendapat itu Fries mengatakan bahwa membaca merupakan hubungan

antara bunyi-bunyi bahasa dengan huruf.

Yaitu proses membaca yang berlangsung secara simultan (berganti atau fleksibel)

dengan mengkombinasikan model-model membaca, hal tersebut dikarenakan

adanya perbedaan pengetahuan dan bergantung pula dengan bacaan yang dibaca.

Model ini merupakan kategori gabungan membaca intensif dan ekstensif.

Model Membaca Timbal Balik Rumelhart

Yaitu model proses membaca yang menunjukkan komponen sensoris, semantik,

sintaksis, dan pragmatik yang diperoleh dalam bentuk interaktif untuk

memperoleh pemahaman dari bacaan yang dibaca

Model Membaca Interaktif

346
Model Membaca Interaktif Model ini merupakan kombinasi antara pemahaman

model membaca atas bawah dan model membaca bawah atas. Pada model

interaktif, pembaca mengadopsi pendekatan model membaca atas bawah untuk

memprediksi makna, kemudian beralih ke pendekatan model membaca bawah

atas untuk menguji apakah hal itu benar-benar dikatakan oleh penulis. Artinya,

kedua model tersebut terjadi secara stimultan pada saat membaca. Penganut teori

ini memandang bahwa kegiatan membaca merupakan suatu interaksi antara

pembaca dengan teks. Dengan teori itu, dijelaskan bagaimana seorang pembaca

menguasai, menyimpan dan mempergunakan pengetahuan dalam format skemata.

Kegiatan membaca adalah proses membuat hubungan yang berarti bagi informasi

baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya (skemata). Menurut

pandangan interaktif, membaca diawali dengan formulasi tentang hipotesis

tentang makna, kemudian dilanjutkan dengan menguraikan makna huruf, kata,

dan kalimat dalam bacaan. Model interaktif adalah model membaca yang

menggunakan secara serentak antara pengetahuan informasi grafik dan informasi

yang ada dalam pikiran pembaca. Proses membaca menurut pandangan interaktif

adalah proses intelektual yang kompleks, mencakup dua kemampuan utama, yaitu

kemampuan memahami makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep

verbal (Rubin, 1982). Pendapat ini mengisyaratkan bahwa ketika proses membaca

berlangsung, terjadi konsentrasi dua arah pada pikiran pembaca dalam waktu yang

bersamaan. Dalam melakukan aktivitas membaca, pembaca secara aktif merespon

dan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh penulis.

347
Selain itu, pembaca dituntut untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung

di dalamnya atau makna yang ingin disampaikan oleh penulis melalui teks yang

dibacanya. Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa membaca pemahaman

merupakan proses aktif yang di dalamnya melibatkan banyak faktor. Keterlibatan

faktor-faktor itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman melalui proses interaksi

antara pembaca dengan bacaan dalam peristiwa membaca. Neil Anderson

mengakui bahwa model interaktif ini adalah model paling tepat untuk diterapkan

karena model ini juga merupakan gambaran yang paling baik mengenai apa yang

terjadi ketika membaca. Karena itu, membaca sebenarnya adalah gabungan proses

bawah-atas dan atas-bawah. Aspek Mekanis Membaca Lou E. Burmeister (1978),

dalam Improving Speed of Comprehension in Reading menguraikan tentang

Aspek Mekanis Membaca dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Bagaimana

mata seseorang bergerak ketika mereka membaca? Apakah mata tersebut bergerak

dengan lembut, seperti ketika mengawasi seekor burung yang sedang terbang atau

menyaksikan pesawat terbang yang sedang mendarat? Atau apakah mata

bergerak, berhenti, bergerak, berhenti lagi, bergerak lagi dan berhenti lagi?

Penelitian dalam ranah ini jelas menarik bagi para ilmuwan pendidikan yang

banyak berhubungan dengan masalah penelitian akademis, sedangkan hasilnya

diperkirakan banyak menarik minat para instruktur pengajaran bahasa yang lebih

banyak berkiprah dalam ranah yang jauh lebih bersifat praktikal. Salah satu

metodologi yang digunakan untuk meneliti pergerakan mata, yang menurut

penggagasnya dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja dalam kelas

pengajaran bahasa, adalah dengan meminta salah seorang memperhatikan mata

348
seseorang ketika dia sedang membaca. Apakah mata si pembaca bergerak dengan

lembut? Jika mata tersebut bergerak dengan lembut, maka dapat dipastikan bahwa

dia tidak sedang membaca, kata Lou E. Burmeister. Lebih jauh pakar pendidikan

ini mengatakan bahwa dalam kenyataannya, tentu saja berdasarkan hasil

penelitiannya selama bertahun-tahun, kata (atau kata-kata) hanya dapat dibaca

apabila mata tidak bergerak. Hanya apabila mata berhenti bergerak, atau terpusat

pada satu bagian dari kata, pada satu kata, atau pada satu frase, maka barulah si

pembaca mendapatkan apa yang dinamakan citra visual. Berikutnya, jika memang

dikehendaki mata akan bergerak untuk kemudian berhenti lagi jika si pembaca

ingin mendapatkan citra visual yang lain. Atau dengan kata lain, dalam membaca

mata seorang pembaca haruslah berhenti, bergerak, berhenti lagi, bergerak lagi,

dan seterusnya, jika dia menginginkan memahami apa yang dibacanya. Dalam

keadaan sebenarnya, khususnya ketika seseorang membaca secara berkelanjutan

dan bukannya hanya satu kata saja, proses berhenti dan bergerak ini mungkin

memerlukan waktu tidak lebih dari seperenam detik. George D. Spathe (1962)

dalam Is This a Breakthrough in Reading? menyatakan bahwa lebar rentang jarak

yang diperlukan sepasang mata dalam membaca tidak dapat melebihi tiga kata,

atau dengan kata lain seorang pembaca yang paling cepat sekali pun, berdasarkan

hasil penelitian ini, tidak akan mampu membaca lebih banyak dari tiga kata dalam

satu periode tertentu sebelum dia menggerakkan kembali matanya menuju ke

kelompok kata yang lain.

Model Pengajaran Membaca

349
Pendekatan Pangalaman Berbahasa (PPB) dalam Pengajaran Membaca.

PPB atau LEA (Language Experience Approach) didefinikan oleh Phyllis E. Huff

(1988) sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran membaca yang melibatkan

kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis sebagai cermin dari

pengalaman berbahasa anak.

Oka (1983) menjelaskan PPB menganut pandangan bahwa belajar membaca

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses perkembangan bahasa

siswa. Oleh karenanya belajar membaca tidak bisa dilepaskan dari keterampilan

dengan PPB harus mempertimbangkan pengalaman bahasa siswa, yakni suatu

metode pengajaran membaca untuk pemula yang mempertautkan pembelajaran

membaca dengan pengalaman bahasa anak yang meliputi keterampilan

berbahasa.

Aspek yang haurs diperhatikan dalam pembelajaran, meliputi : kemampuan

berpikir dan kemampuan mengungkapkan.

Sedangkan dalam Distionary of Reading, PPB sebagai suatu pendekatan dalam

pengajaran membaca yang berpangkal dari bahasa siswa itu sendiri sebagai bahan

ajarnya, yakni bahan ajar untuk membaca, mengeja, menyimak, menulis dan

berbicara.

Melihat tiga pendapat di atas, PPB dapat disimpulkan :

PPB meruakan suatu pendekatan pengajaran. Materi agar digali dari pembelajar

sendiri atau pengalaman berbahasa si pembelajar. Pelaksana pembelajarannya

350
melibatkan seluruh aspek keterampilan berbahasa siswa secara integrative. PPB

terutama ditujukan untuk pembelajaran membaca permulaan.

Tujuan dan Asumsi PPB

Menurut Spache (1968), asumsi PPB adalah bahwa ekspresi bahasa lisan siswa

berdasarkan pada pikiran, perasaan dan pengalamannya yang dapat ditulis dan

dibaca yang berwujud tulisan.

Dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa siswa, Huff mengajukan asumsi

tentang bahasa, meliputi: Empat aspek keterampilan berbahasa yang bersifat

catur tunggal yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang kuat.

Pemilikan latar belakang bahasa dapat membantu siswa terhadap pemahaman

makna kata yang dipelajari. Kata-kata tidak memiliki makna yang murni mandiri

yang erat kaitannya dengan pengalaman pembaca. Pengkombinasian simbol-

simbol visual dengan simbol-simbol bunyi yang relatif sudah dikenal dapat

membantu membanyangkan atau menciptakan makna dalam pikiran pembaca.

Kata-kata yang diujarkan merupakan simbol-simbol bunyi yang mewakili makna

yang dimaksudkan si pengujar. Membaca merupakan perkembangan makna dari

pola-pola yang sudah dikenalnya, yaitu pola pengalaman si pembelajar.

Prosedur PPB dalam Pengajaran Membaca Permulaan

Menurut para ahli, prosedur PPB dalam pengajaran membaca permulaan, terbagi

dalam empat langkah pokok, yaitu:

351
Langkah 1: Mengidentifikasi minat latar belakang pengalaman dan fasilitas

bahasa lisan anak.

Langkah ini dapat dilakukang dengan jalan berdialog atau mengadakan

percakapan ringan dengan anak. Misalnya, bertanya tentang nama, keluarga dan

kesukaan.

Langkah 2: Merencanakan dan mendiskusikan pengalaman anak atau topik

tertentu yang dipilih anak.

Langkah ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman berbahasa anak melalui

rangsangn tertentu yang dijadikan topik diskusi, pada langkah ini.

Langkah 3: Mencatat dan merekam bahasa (cerita) anak.

Langkah ini dimaksudkan untuk menunjukkan bukti pada anak bahwa apa yang

dikemukakannya bisa dituliskan untuk memberi kepuasan batin pada anak bahwa

dirinya bisa jadi penulis. Pencatatan dan perekaman bahasa anak dapat

dilaksanakan di papan tulis atau di kertas karton atau juga dengan alat perekam.

Penanaman rasa percaya diri, penting untuk membawa anak pada konsep

kebermaknaan dalam belajar.

Langkah 4: Mengembangkan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan

Pada langkah ini prosedur dan kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh

penggunaan metode dan teknik yang cocok. Misalnya menunjukkan bagaimana

menggerakkan mata dalam proses membaca.

352
Alternatif Model Pembelajaran Membaca Lanjut dengan Menggunakan

PPB

Skenario PBM

Langkah 1: Apersepsi

Apersepsi dimaksudkan untuk mempersiapkan anak didik pada kegiatan belajar

yang dihadapi sebagai permanasan. Cara yang bisa dilakukan guru misalnya

melakukan percakapan ringan ringan tentang berita atau kejadian aktual disekitar

lingkungan tempat tinggal atau sekolah. Yang penting dalam langkah awal ini

adalah bagaimana menciptakan suasana yang haromonis, kondusif dan

menyenangkan untuk semua pihak.

Langkah 2: Mengarang bersama

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaring dan menyiapkan bahan ajar membaca

yang digali dari anak, untuk anak, oleh anak. Pemilihan kegaitan didasari oleh

beberapa pertimbangan antara lain.

1. Memberi kesempatan kepada sejumlah siswa untuk turut berpartisipasi

dalam kegiatan CBSA, pendekatan komunikatif dan keterampilan proses.

2. Menggali mengalaman berbahasa siswa.

3. Melatih daya pikir dan daya nalar melalui latihan antisipasi dan latihan

prediksi jalan pikiran orang lain.

4. Melatih ekspresi tulis siswa.

353
Langkah 3: Mendiskusikan hasil tulisan bersama

Setelah kegiatan membaca kemudian dilakukan diskusi yang diarahkan pada hal-

hal yang berkenaan dengan : (a) Ide pokok dan ide penjelas, (b) Kalimat pokok

dan kalimat penjelas, (c) Kalimat sumbang dari paragraf tersebut.

Kegiatan ini merupakan kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan siswa

dalam membaca dan alat yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan

adalah bahan yang digali dari siswa sendiri.

Langkah 4: Pelatihan

Setelah kegiatan diskusi berakhir selanjutnya mantapkanlah keterampilan siswa

tersebut dengan pelatihan sejenis dengan mengambil bahan bacaan yang konkret

dari sumber-sumber bacaan lain.

Pendekatan pengajaran membaca (2007: 31-35) berikut ini dapat dipahami

dan dipilih guru sesuai kebutuhan, situasi, dan karakter belajar anak

berkesulitan belajar.

1. Pendekatan Komunikatif

Pengajaran membaca harus didasarkan pada tujuan membaca dan diarahkan pada

penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari anak berkesulitan belajar.ada 9

langkah dalam pendekatan komunikatif yaitu:

(1) menyajikan dialog singkat, untuk memberikan motivasi siswa,

354
(2) pelatihan lisan dialog yang diberikan, siswa kemudian mengulang yang

dilisankan guru,

(3) penyajian tanya jawab,

(4) penelaah dan pengkajian,

(5) penarikan simpulan,

(6) aktivitas interpretative, mengarahkan siswa agar dapat menginterpretasikan

beberapa dialog yang dilisankan,

(7) aktivitas produksi lisan yang dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing

sampai dengan aktivitas yang bebas,

(8) pemberian tugas,

(9) pelaksanaan evaluasi.

2. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif

Anak berkesulitan belajar secara aktif terlibat dalam proses pengajaran. Guru dan

anak berkesulitan belajar secara bersama-sama menyusun rencana pengajaran,

menyajikan pelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. Melalui kegiatan ini, guru

memberikan keleluasaan yang dapat dipilih siswa untuk memilih informasi bacaan

yang diinginkannya.

3. Pendekatan Pembelajaran Terpadu

355
Bentuk pengajaran terpadu meliputi kegiatan membaca, menulis, berbicara, dan

menyimak. Pada kurikulum 2006 (KTSP) standar kompetensi dan kompetensi

dasar pengajaran bahasa telah ditekankan hubungan ke-empat keterampilan

tersebut. Melalui kegiatan yang terpadu, anak berkesulitan belajar dapat menulis

teks, mereka membaca tulisannya, menyimak gagasan orang lain, dan menanggapi

apa yang disampaikan teman-temannya.guru hendaknya menggunakan metode

pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita

anak, diantaranya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu dan

metode GPID, sehingga keterampilan membaca pemahaman siswa semakin

meningkat.

4. Pendekatan Belajar Kooperatif

Pendekatan ini mengelompokkan siswa pada kelompok-kelompok kecil. Melalui

kegiatan ini, anak berkesulitan belajar bersama teman-temannya saling bekerja

sama dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas. Pendekatan ini

dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada

siswa.

Aktivitas pengajaran membaca juga sangat membutuhkan strategi yang tepat, agar

tujuan yang diharapkan guru dapat tercapai. Strategi membaca (2007: 36-51)

menggambarkan bagaimana anak berkesulitan belajar memproses bacaan

sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut.

356
3.2 Pendekatan dalam Teori Membaca

Pendekatan yang melatarbelakangi teori membaca ada tiga, yaitu

pendekatan konseptual, empirikal, dan pendekatan eksperimental (Harjasujana

1997).

3.2.1 Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini meliputi macam-macam metodologi pendekatan yang

kesemuanya berangkat dari satu konsepsi tentang membacadan berkesudahan

dengan suatu model tertentu tentang proses membaca. Tokoh dalam pendekatan

ini adalah Kenneth S. Godman. Ia menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya

merupakan proses komunikasi, yaitu komunikasi antara pembaca dengan tuturan

tertulisyang dibacanya. Hal tersebut merupakna yang melatarbelakangi

pendekatan konseptual.

Menurut Godman untuk memahami proses diperlukan suatu pengertian

dasar tentang membaca. Kerangka berpikir Godman dalam menemukan

pengertian dasar membaca agar dapat digunakan sebagai berikut.

o. Membaca dimulai dengan menghadapi bahasa tulis.

p. Tujuan membaca adalah merekontruksi makna.

q. Dalam system penulisan alphabet ada hubunga langsung antar bahasa lisan

dengan bahasa tulis.

r. Persepsi visual termasuk dalam proses membaca.

s. Bentuk huruf, urutannya, serta kelompok-kelompoknya tidak sama sekali

membaca makna dalam dirinya sendiri.

357
t. Maknanya ada dalam jiwa pengarang dan pembaca.

u. Pembaca umumnya mampu merekontruksi makna atau pesan yang ditekankan

oleh pengarang.

Dari kerangka berpikir tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian

membaca adalah suatu proses yang rumit dimana pembaca melakukan

rekontruksi dalam tingkatan tertentu terhadap pesan yang dituangkan oleh

pengarang dalam bahasa tulis.

Berdasarkan pandangan ini dikemukakan sejumlah prinsip pengajaran

membaca, yaitu (1) membaca selalu berlibat dengan level pemahaman tertentu

karena setiap bahan bacaan selalu mengungkapkan sesuatu; (2) paparan bahasa

yang mewadahi sesuatu itu harus diperhatikan dengan teliti. Termasuk

kedalamannya yang patut diperhatikan ialah perubahan-perubahan bentuknya,

pola tatnan katanya, dan kata-kata fungsinya; (3) dalam memulai pengajaran

membaca (membaca permulaan), guru tidak pada tempatnya menyediakan kosa

kata yang terlalu besar, walaupun siswa bersangkutan telah memiliki pemahaman

yang baik mengenai struktur bahasanya. Pengajaran membaca sebaiknya

ditekankan pada masalah kelompok kata, tatanan kata, tanda-tanda baca, dan lain

sebagainya; (4) bahan pengajaran yang disajikan sebaiknya bahasa yang sudah

dikenal baik oleh siswa, dan jangan menyajikan bahasa yang bersifat artifial, atau

yang tidak wajar; (5) hidari pemakaian gambar sebagai kunci untuk menangkap

makna; (6) sajikan ragam bahasa baku yang informal, dan bukan bahasa buku; (7)

isi bacaan hendaknya sesuai dengan pengalaman siswa; (8) perkenalkan dengan

segera kata-kata fungsi dalam berbagai kelompok kata; (9) sediskan peluang yang

358
cukup luas bagi siswa untuk mengembangkan level kemampuan membacanya

sehingga ada perimbangan yang harmonis dengan level bahasa yang mampu

didengarnya; (10) usahakan pengalaman yang sejajar antara membaca dengan

berbicara, menyimak, dan menulis.

Pendekatan linguistik yang semula diterapkan Godman untuk memerikan

proses membaca kemudian direvisinya karena disadarinya banyak kelemahannya.

Sebagai pengganti dipilihnya teori Transformasi Generatif penemuan Noam

Chomsky sebagai acuan kerja untuk memerikan proses membaca dalam bentuk

suatu model yang dikenal sebagai Model Membaca Goodman (The Goodman

Model of Reading). Model ini menekankan bahwa membaca pada hakekatnya

adalah seperangkat proses “recoding, decoding, dan encoding” yang berakhir

pada pemahaman atau komprehensi.

3.2.2 Pendekatan Empirikal

Pendekatan ini mencakup bermacam-macam pendekatan yang bertolak

dari pengalaman serta penghayatan proses membaca, baik dari penyusunan teori

itu sendiri maupu dari orang lain yang dijadikan banyak penelitian. Ada beberapa

teori yang dimanfaatkan dalam pendekatan ini, yaitu teori yang memandang

membaca sebagai proses berpikir, sebagai penerapan seperangkat keterampilan,

membaca sebagai proses mempersepsi, sebagai kegiatan visual, dan membaca

sebagai pengalaman bahasa, teori pengalaman membaca dapat disimpulkan dalam

penelitiannya bahwa bahasa secara langsung diangkat dari pengalaman siswa,

359
pengalaman yang baru saja dialami siswa memotivasi belajar membaca, belajar

membaca disamakan dengan keterampilan lain.

Teori yang pertama, yaitu teori yang memandang menbaca sebagai proses

berpikir dirintis pengembangannya oleh Edward L. Thorndike pada permulaan

abad ini. Menurut pendapatnya, berpikir adalah kegiatan jiwa yang tidak bisa

dilepaskan dari keseluruhan proses membaca. Pendapat ini dibuktikan

kebenarannya dengan melaksanakan studi terhadap proses membaca paragraph

pada siswa SD. Studinya dipusatkan pada kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa

dalam membaca paragraf itu. Thorndike menguraikan bahwa dalam membaca

paragraf secara kompherhesif siswa melakukan kegiatan berpikir dan bernalar

seperti yang dilakukannya ketika memecahkan masalah matematika. Akhirnya

disimpulkan proses membaca pada hahekatnya adalah proses berpikir atau

bernalar. “reading is thingking , dan “Reading is reasoning” adalah dua buah

redaksi dari inti kesimpulan studi Thorndike yang sangat populer dalam sejarah

studi membaca.

Bagaimana bekerjanya kegiatan berpikir dan bernalar dalam proses

membaca itu diuraikan dengan baik oleh J.P Guilford dalam karangannya berjudul

“frontiere in Thinking That Teachers Should Know Abuot” termuat dalam

“Reading Teacher, 13 (Februari 1960:176-182) dalam karangan ini dikemukakan

bahwa dalam membaca bekerja bermacam-macam tipe berpikir.termasuk di

dalamnya adalah (1) kegiatan mengkognisi (cognition), yaitu kegiatan mengenal

kata, (2) kegiatan mengingat (memory), yaitu kegiatan mengingat pengalaman

yang telah dimiliki untuk menafsirkan makna kata-kata,simbol-simbol, dan ide-

360
ide, (3) kegiatan berpikir konvergentif, yaitu menghasilkan nalar secara induktif,

(4) kegiatan berpikir divergentif, yaitu menghasilkan nalar secara deduktif, (5)

kegitan menilai yang meliputi kegiatan membanding-bandingkan, mengeritik, dan

memutuskan. Semua tipe berpikir ini akan bekerja dengan baik pada siswa yang

belajar membaca, jika mereka dilatih secara teratur serta dimotivasi.

Teori kedua yang berdasarkan pendekatan empirical ialah teori yang

memandang proses membaca sebagai penerapan seperangkat keterampilan. Teori

ini lebih dikenal sebagai Teori Keterampilan. Tokoh terkemuka yang dengan gigih

mempertahankannya ialah William S. Gray. Dalam setiap karyanya yang

membahas masalah membaca, secara langsung atau tidak, ada saja bagian

uraiannya yang menekankan bahwa membaca tidak lain dari pada kegiatan

pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan)

yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan itu. Jenis-jenis keterampilan

yang dianggapnya mendasar sifatnya ialah, (1) keterampilan mengenai atau

merekognisi kata, (2) keterampilan memahami isi tersurat yang mencakup (a)

keterampilan menangkap ide pokok paragraph dan ide-ide penjelasnya, (b)

keterampilan menemukan hubungan antar ide dalam bacaan, dan (c) ketermpilan

menangkap isi pokok bacaan, dan (3) keterampilan memahami isi tersirat yang

meliputi (a) keterampilan mengidentifikasi tujuan atau maksud pengarang,

“mood” serta sikapnya terhadap pembaca, (b)keterampilan menalarkan kata-kata,

gaya bahasa, dan retorik dari pengarang, dan (c) keterampilan menemukan nilai

dan fungsi isi bacaan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman yang telah

dimiliki.

361
Teori keterampilan tentang proses membaca banyak sekali pengikut atau

pendukungnya, lebih-lebih lagi di kalangan ahli yang mempelajari masalah

pengajaran membaca dan di kalangan Pembina pengajaran membaca di lapangan

(sekolah). Walaupun dalam mereka terdapat kesamaan dasr dalam memandang

proses membaca sebagai penerapan seperangkat keterampilan, namun di dalam

menentukan jumlah dan jeniis keterampilan mereka berbeda-beda pendapat, lebih-

lebih lagi dalam masalah membaca komperhensif. Elmort Albert Betts (1957)

misalnya membedakan 27 kelompok faktor dan keterampilan yang termasuk ke

dalam keterampilan membaca komperhensif yang jika di perinci jumlahnya

menjadi 47 macam. Tiap macam ini dipandangnya petut dibinakan oleh guru pada

siswa lewat pengajaran membaca.

Teori ketiga yang berdasarkan pendekatan empirikal ialah teori perseptual,

yaitu teori yang memandang membaca sebagai proses mempersepsi. Teori ini

banyak memanfaatkan hasil studi ilmu jiwa yang mempelajari bagaimana proses

mempersepsi itu berlangsung dalam kegiatan membaca. Salah seorang perintis

yang banyak mencurahkan perhatiannya kepada masalah ini adalah D.H. Russell

(1956). Menurut pendapatnya, untuk memudahkan pemahaman terhadap

membaca sebagai proses mempersepsi, pertama-tama perlu diketahui dahulu

bahwaapa yang disebut mempersepsi itu dari satu segi dapat dibatasi sebagai

sesuatu yang telah dikenal sebagai suatu obyek, suatu kualitas, atas suatu

hubungan yang ketiga-tiganya merupakan hasil dari suatu pengalaman sensori.

Selain itu perlu diketahui pula bahwa persepsi ini, ada dua macam teori yang

menerangkannya. Teori yang pertama, teori sitetik memandang bahwa persepsi

362
terbentuk dalam proses belajar mengasosiasikan stimulus dengan respon

bermakna. Teori yang kedua ialah Teori Analistik yang menerangkan bahwa

pembentukan persepsi itu berlangsung secara bertahap. Pada tahap pertama

pembaca mereaksi suatu simulus sebagai suatu pula yang kabur, tahap kedua

reaksinya tertuju pada bagian-bagian dari pola itu, dan pada akhirnya pada tahap

ketiga pembaca mengintegrasikan hasil-hasil reaksi bagian-bagian itu menjadi

suatu pola baru yang jelas. Selanjutnya ditegaskan oleh Russel, teori manapun

yang disepakati yang jelas sama hubungan ini ialah bahwa teori persepsi

menerapkan proses pemahaman makna dalam kegiatan membaca.

Dengan dasar teori ini, pengajaran membaca disarankan untuk (1)

memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (2) memberikan peluang kepada

siswa untuk menirukan sehingga mereka dapat menghayati yang ditirukan, (3)

membinakan penguasaan terhadap pola bagian-bagian bacaan yang

kanmemudaqhkan siswa mengintegrasikannya menjadi pola keseluruhan yang

utuh, (4) membimbing siswa menganalisis hubungan yang akan membantu

mereka memperoleh persepsi, lebih lagi kalau stimulant yang direspon siswa

rumit keadaanya, (5) memberi peluang kepada siswa mengalami mengasosiasikan

variasi berbagai bentukan bahasa, dan (6) menajamkan ingatan mereka terhadap

yang telah dipahami.

Teori keempat yang tergoleng kedalam, pendekatan empirikal adalah teori

visual. Teori visual, yaitu teori yang memandang membaca semata-mata sebagai

kegiatan visual. Teori ini memusautkan perhatiannya kepada proses gerak mata

pada saat seseorang membaca. Perintisnya adalah Emile Javal, seorang guru besar

363
yang ahli dalam bidang studi bidang membaca yang dengan tekun mempelajari

cara orang membaca. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya, Javal sampai pada

kesimpulan bahwa pada waktu membaca mata tidak bergerak perlahan-lahan dari

kiri ke kanan di sepanjang garis-garis kalimat bacaan. Juga tidak melihat huruf

dalam bacaan itu satu demi satu untuk kemudian menggabungkannya menjadi

kata-kata. Proses membaca menurut Teori Visual, dalam garis besarnya dapat

digambarkan sebagai berikut :

7 Sebelum membaca yang sebenarnya dimulai, pembaca mengamati halaman

bacaan secara global, yaitu mata bergerak dengan cepat babarapa kali bolak-

balik dari kiri ke kanan disepanjang lebar halaman bacaan.

8 Proses membaca dimulai. Dalam proses ini mata bergerak melompat-lompat

dari kiri ke kanan dengan rentangan yang tidak sama lebarnya. Tiap lompatan

diikuti dengan pemberhentian seseat untuk memahami yang telah dibaca

dalam satu lompatan. Saat ini disebut fiksasim atau selang mencamkan. Perlu

diketahui bahwa lompatan mata itu tidak dimulai pada awal baris kalimat

yang dibaca, tetapi agak ketengah sedikit. Dua lompatan yang terakhir juga

tidak pada ujung akhir baris, tetapi agak kedalam sedikit.

9 Setelah baris pertama berakhir dibaca, selanjutnya mata membuat lompatan

panjang ke kiri, ke awal baris kedua untuk kemudian melakukan lompatan-

lompatan membaca seperti baris pertama tadi. Dan setelah satu halaman

selesain dibaca dengan lompatan-lompatan mata, maka menyusul halaman

berikutnya yang juga dibaca dengan proses yang sama.

364
Teori yang kelima yang berakar pada pendekatan empirikal adalah Teori

Pengalaman Bahasa. Dalam bentuk permulaannya, teori ini memegang konsep

bahwa belajar membaca merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses

perkembangan bahasa pada siswa. Membaca tidak bias dilepaskan dari berbicara,

menyimak, dan menulis. Karena itu, dalam belajar membaca siswa harus dibina

dengan metode pengalaman bahasa, yaitu metode yang mempertautkan membaca

dengan berbicara, menyimak, dan menulis, dengan penekanna pada penembangan

kemampuan berpikir dan kemampuan pengungkapan dengan bahasa.

Tokoh perintis Teori Pengalaman Behasa dalam membaca adalah AR. Van

Allen. Dalam mengetengahkan teorinya, Allen memegang asumsinya seperti yang

diungkapkannya berikut : “Apa yang dapat kita pikirkan, dapat pula kita

bicarakan, dapat pula kita tuliskan. Apa yang dapat kita tuliskan dapat pula kit

abaca. Kita dapat membaca apa yang kita tulis dan apa yang ditulis orang lain

disispkan kepada kita untuk dibaca”. Singkatnya, asumsi itu berpangkal pada

pandangan bahwa membaca merupakan pengalaman bahasa, yaitu proses

perkembengan menterjemahkan pengalaman kedalam bahasa lisan maupun bahasa

tulis. Dan dilandaskan asumsi ini, maka disarankan agar pengajaran membaca

menyajikan bahan pelajaran membaca berupa tuturan tertulis yang bahasanya

sesuai dengan tingkatan pekembangan bahasa siswa. Dalam menyajikanya, siswa

hendaknya diberri peluang untuk mempertautkan belajar membacanya dengan

belajar berbicar, mendengarkan, dan menulis. Demikian garis besar pandangan

Teori Pengalaman Bahasa dalam membaca yang dikembangkan oleh R. Van Allen

365
9.2.3 Pendekatan Eksperimemtal

Pendekatan eksperimental meliputi bermacam-macam studi dan penelitian

yang dilaksanakan dengan eksperimental untuk mengkaji bagaimana pemahaman

berlangsung.jenis-jenis kemampuan intelektual apa saja yang bekerja dalam

proses pemahaman itu, dan faktor apa saja yang berpengaruh dalam pemahaman

itu. Eksperimen yang dilakukan dalam pendekatan ini meliputi eksperimen

pemahaman, jenis kemampunan intelektual, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

dalam proses membaca

3.2.3.1 Eksperimental Pemahaman

Eksperimentasi tentang masalah pemahaman dalam proses membaca yang

telah dilakukan selama ini banyak sekali jumlah dan jenisnya. Masalah yang

dikaji pada dasrnya berkisar disekitar proses pemahaman atau penangkapan

makna dari tuturan tertulis yang dibaca (bacaan). Teori yang dimanfaatkannya

sebagai proses atau kegiatan menangkap makna dari bacaan.beberapa

penemuannya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran membaca

sebagai proses atau kegiatan menangkap makna dari bacaan. Beberapa penemuan

yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran membaca, pertama

adalah penemuan-penemuan mengenai proses mempersepsi maknayang antara

lain meliputi (1) persepsi atau pengenalan/pemahaman akan makna material

bahasa bacaan (kata-kata dan kalimat) berdasarkan pengalaman pembaca

langsung berhubungan dengan material bahasa itu, (2) dalam memahami atau

mepersepsi makna, pembaca cenderung memenfaatkan kunci-kunci penanda

makna (cues), atau menganalisis pola bentukan bahasa bacaan, dan (3) persepsi

366
yang kuat atu baik terhadap makna bahasa bacaan sebagai hasil menghayati dan

menganalisis bahasa bacaan itu akan membuat pembaca memiliki ingatan yang

baik pula terhadap makna bacaan itu.

Kedua adalah penemuan-penemuan mengenai pembentukan konsep dalam

membaca, yaitu simbolik tentang hal-hal yang direspons pembaca dari bacaan.

Eksperimentasi dalam bidang ini antara lain menemukan (1) persepsi yang baik

terhadap makna bahasa bacaan menghasilkan konsep yang baik pula tentang

makna bahsa bacaan itu, (2) konsep yang abstrak sifatnya tentang makna material

bahasa bacaan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang kongrit dan tingkat

intelegensi membaca, dan (3) pengembangan konsep tentang makna bahasa

bacaan dapat dibina dengan mengyiapkan program pengajaran yang baik.

Ketiga adalah penemuan-penemuan mengenai peranan penguasaan bahasa

pembaca dalam proses memahami makna pada waktu membaca. Eksperimentasi

dalam bidang ini antara lain menemukan bahwa pemahaman bacaan tergantung

pada (1) jumlah kosa kata yang dikuasai, (2) luas dan dalamnya ragam makna kata

yang dikuasainya, (3) mapannya penguasaanya terhadap kaidah-kaidah bahasa,

dan (4) baiknya penguasaan tentang tata penulisan bahasa.

Keempat adalah penemuan bahwa membaca adalah proses penyimpanan

informasi yang pada suatu saat dibutuhkan untuk dikeluarkan atau diretrif.

Penyimpanan adalah proses atau peristiwa mental untuk menyimpan informasi

yang diperoleh dari proses acquisition (Witting 1981 dalam Syah 1997:114).

Seseorang secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman

367
yang baru diperolehnya ketika mengalami proses acquisition. Peristiwa

penyimpanan melibatkan fungsi short term dan long term. Menurut Best (1987),

semua informasi yang diterima seseorang sebelum masuk dan diproses oleh

subsistem akal pendek atau short term memory terlebih dahulu disimpan sesaat

(sepersekian detik) dalam tempat penyimpanan sementara yang desebut sensory

memory atau sensori register, yaitu subsistem penyimpanan pada syaraf indra

penerima informasi. Dalam dunia kedokteran, subsistem ini disebut syaraf sensori

yang berfungsi mengirimkan impuls ke otak.

Menurut Witting 1981 (dalam Syah 1997:114), retrival adalah proses atau

peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang

tersimpan dalam memori yang berupa informasi, simbol, pemahaman, dan

perilaku tertentu sebagai respons atas stimulius yang sedang dihadapi. Pada

kegiatan meretrif, seseorang akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem

memori yang ia miliki, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan, diskusi atau

memecahkan masalah. Seseorang akan berusaha memperoleh kembali informasi

atau pengetahuan yang terkait dengan pertanyaan yang diterimanya dalam

schemata yang terdapat dalam ranah ciptanya.

Proses penyimpanan dan retrival dapat dijelaskan berikut ini. Seseorang

menerima informasi dari bacaan tentang kata Fatimah yang merupakan putri

pertama Nabi Muhammad SAW dan istri Ali bin Abu Tholib. Mula-mula

informasi mengenai Fatimah masuk ke dalam short term memory atau working

memory (memori jangka pendek) melalui indra telinga atau mata. Informasi

mengenai putri pertama Nabi Muhammad SAW dan istri Ali bin Abu Tholib

368
diberi kode, misalnya dalam bentuk simbol-simbol huruf F-A-T-I-M-A-H.

Setelah pengkodean, informasi masuk dan disimpan dalam long term memory

atau permanent memory, yaitu memori jangka panjjang atau permanen.

Suatu saat apabila orang tersebut memerlukan informasi mengenai putri

pertama Nabi Muhammad SAW dan istri Ali bin Abu Tholib, misalnya untuk

menjawab pertanyaan, maka memorinya akan kembali bekerja untuk mencari

respons dari kumpulan item-item informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam

salah satu skema kognitif yang relevan. Skema kognitif adalah semacam file

yang berisi informasi dan pengetahuan sejenis. Skema-skema berada dalam

sebuah kumpulan yang disebut schemata atau schemas yang tersimpan dalam

subsistem akal permanen. Proses pencarian untuk menjawab pertanyaan putri

pertama Nabi Muhammad SAW dan istri Ali bin Abu Tholib jika sukses maka ia

akan menjawab FATIMAH.

Berdasarkan asumsi, orang Indonesia yang terdidik diperkirakan mampu

menyimpan kata kurang dari 50.000. Terkait dengan cara penyimpanan dan

retrival kata, ada beberapa pandangan berikut ini. Pandangan pertama

menganggap bahwa tiap kata disimpan dan diretrif sebagai kata yang terpisah.

Misalnya, kata tulis, menulis, menulisi, ditulis, ditulisi, tertulis, tertulisi,

tertuliskan, bertuliskan disimpan sebagai sembilan kata yang terpisah-pisah.

Alasan dari pandangan tersebut adalah bahwa retrival (pemanggilan) yang dapat

dengan cepat dilakukan dengan kita tinggal menggambil (mencomot) kata yang

diingginkannya.

369
Pandangan kedua membantah pandangan tersebut dan menyatakan bahwa

penyimpanan dan retrival kata berdasarkan morfem. Penyimpanan berdasarkan

kata akan sangat boros karena otak kita harus menyimpan ribuan kata. Jadi,

kesempilan kata di atas hanya disimpan satu saja, yaitu tulis. Ada dua arguman

yang digunakan untuk mendukung pandangan kedua, penyimpanan seperti itu

lebih hemat dan waktu untuk meretrif kata multi-morfemik lebih lama dari pada

kata satu morfem.

Pandangan ketiga menyatakan bahwa kata dan morfem disimpan dalam medan

semantik yang sama. Dalam medan semantik, kata-kata dan morfem-morfem yang

memiliki ciri sama dimasukkan dalam satu medan yang sama. Kata rambutan,

durian, mangga, jeruk, pisang, nanas, dan apel dimasukkan dalam satu medan

semantik, yaitu buah-buahan. Medan semantik juga dapat berupa kata-kata atau

morfem-morfem yang berlawanan. Kata besar berantonim kecil, tinggi

berantonim pendek, kaya berantonim miskin yang masing-masing dimasukkan

dalam medan semantik yang sama. Hal tersebut dapat dibuktikan pada waktu

orang kilir lidah.

Pandangan keempat menyatakan bahwa penyimpanan dan retrival kata

memanfaatkan kategori sintaktik. Buktinya dapat dilihat pada waktu seseorang

kilir lidah pastilah berasal dari kategori sintaksik yang sama.

Contoh:

1. Saya mau minta, maksud saya, pinjam uang.

2. Tolong ambilkan gunting, maksud saya, pisau.

370
Kilir lidah pada contoh 8 merupakan kilir lidah berkategori sintaksik verbal,

sedangkan pada 9 berkategori nomina.

Pandangan kelima adalah penyimpanan dan retrival kata berdasarkan

kemiripan bunyi. Orang yang lupa-lupa ingat pasti terkaan katanya tidak jauh dari

kata targetnya (jumlah suku katanya sama, bunyi awalnya sama, dan seluruh kata

mirip dengan kata yang dicarinya. Orang yang lupa-lupa ingat nama orang

Taryadi akan mengucapkan Haryadi atau Karyadi.

Pandangan keenam menyatakan bahwa penyimpanan dan retrival kata

majemuk diperlakukan secara khusus. Misalnya, kata sapu tangan disimpan

dalam satu konsep kata karena perpaduan antara sapu dan tangan tidak

memunculkan makna kata yang berasal dari kedua perpaduan tersebut. Makna

sapu tangan bukanlah sapu (alat untuk menyapu) dan tangan (bagian tubuh

manusia), tetapi bermakna kain persegi untuk menyapu keringat dan sebagainya.

Pandangan ketujuh menganggap bahwa penyimpanan dan retrival kata

didasarkan atas makna yang saling berkaitan. Suatu kata tidak berdiri terlepas dari

yang lainnya, namun satu kata terkait dengan yang lainnya berdasarkan

pengalaman yang dimilikinya. Misalnya, kata mawar berkaitan dengan rasa sakit,

parfum, melati, cempaka, konde, dukun, cinta,tomat, dan kuburan.

Model penyimpanan dan retrif kata terbagi atas dua kelompok besar, yaitu

serial search model dan parallel access model. Serial search model adalah model

yang diajukan oleh Forster tahun 1976 dan 1979 (Gleason dan Ratner 1998171).

Menurut teori itu, manusia meretrif kata dengan cara seperti kita memakai kamus.

371
Setelah mendengar atau melihat kata, manusia lalu menentukan apakah kata

tersebut ada dalam bahasanya. Model ini memiliki tiga pintu masuk, yaitu akses

lewat ortografi, fonologi, dan semantik atau sintaktik. Serial search model

mempunyai dua tahap, tahap acsess file, yaitu seseorang menentukan apakah

input merupakan kata dalam bahasanya dan tahap master file, yaitu seseorang

mencocokkan input yang diterima dengan semua kata yang tersimpan dalam

dalam leksikon mental yang mirip dari ortografi, fonologi, makna maupun

sintaksisnya.

Parallel access model terbagi atas tiga model, yaitu logogen model,

connectionist model, dan cohort model. Logogen model diciptakan oleh Morton

tahun 1967 yang beranggapan bahwa tiap kata mempunyai logogen, yaitu sebuah

daftar yang menghitung jumlah fitur anatara kata yang ada dalam leksikon dengan

kata yang menjadi input. Connectionist model dikembangkan oleh Mc Clelland

dan Rumelhart tahun 1981yang mempuyai tiga tingkatan, yaitu tingkat input yang

berupa masukan visual, tingkat menghubungkan unit dengan huruf secara

individu, dan tingkat output yang berupa ditemukannya kata tersebut. Cohort

model diciptakan oleh Marslen-Wilson tahun 1973 yang digunakan untuk

memahami kata secara lisan yang berisikan hampir sama dengan logogen model

dan connectionist model, yaitu pada waktu seseorang mendengar sebuah kata,

semua kata yang serumpun menjadi teraktifkan.

Bahasan menganai daerah otak yang digunakan untuk penyimpanan dan

retrival masing-masing ahli berbeda pendapat. Lashley (1890-1958) yang

melakukan penelitian terhadap tikus pada tahun 20-an menyataakan bahwa daerah

372
penyimpanan dan retrival tidak berada pada suatu titik atau daerah tertentu di

otak, banyak bagian otak yang terlibat. Menurut Hebb, bagian-bagian yang terlibat

dalam penyimpanan dan retrival mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan saling

menopang dalam menyimpan dan meretrif kata secara utuh. Hasil temuan dari

Penfield membuktikan bahwa bagian otak yang digunakan sebagai pusat untuk

menyimpan memori adalah lobe temporal pada daerah hippocampus. Tulving dan

Lepage (2000) menunjukkan bahwa memori tidak disimpan pada tempat yang

khusus di otak. Penelitian yang terbaru dilakukan oleh Kapur dkk (1996) dan

Cabeza dkk membuktikan bahwa penyimpanan memori terdapat di hemisfir kiri,

yaitu di korteks prafrontal, korteks inngulate anterior, dan girus parahippocampus.

Sedangkan, retrival terletak pada hemisfir kanan, yaitu di tiga daerah yang sama.

3.2.3.2 Jenis Kemampunan Intelektual

Pemanfaatan kedua dari pendekatan eksperimental dapat ditelusuri jejak-

jejaknya pada studi dan penelitian yang mengkaji jenis-jenis kemampuan

intelektual yang bekerja dalam proses pemahaman pada waktu pelaksanaan

membaca. Kebanyakan studi dan penelitian ini menggunakan analisis faktor

dimana bermacam-macam jenis tes (seperti misalnya tes kemampuan membaca,

tes pemakaian bahasa, dam tes itelegensia) disajikan kepada sekelompok siswa,

dan kemudian hasilnya dianalisis serta diuji kembali sehingga diperoleh

kesimpulan tentang komponen-komponen kemampuan kejiwaan yang dominant

sifatnya dalam pemahaman pada waktu membaca.

Salah seorang tokoh terkemuka dalam bidang ini ialah F.B. Davis (1968,

1971, 1972) menganalisis tes batera membaca yang jumlahnya cukup besar yang

373
disajikan kepada siswa SMA di Amerika. Dengan menerapkan analisis faktor,

Davis menyimpulkan bahwa ada 4 jenis keterampilan intelektual yang diterapkan

pembaca dalam membaca komprhessif, yaitu (1) megingart makna kata da menari

kesimpulan tentang makna suatu kata dari konteks bacaan, (2) menangkap makna

tersurat dari bagian-bagian bacaan dan mengkerangkakan ide-ide dalam bacaan,

(3) menarik kesimpulan tentang isi bacaan, dan (4) menangkap tujuan atau

maksud pengarang bacaan, sikapnya seleranya, dan teknik pemaparannya.

Data Davis kemudian dianalisis kembali oleh Spearritt (1972) dengan

prosedur analisis yang berbeda yang akhirnya juga menghasilkan 4 jenis

keterampilan intelektual, yaitu (1) menarik kesimpulan tentang isi bacaan, (2)

mengingat makna kata, (3) mengikuti stuktur bacaan, dan (4) menangkap maksud

dan tujuan pengarang bacaan, sikap, dan seleranya. Disamping itu,

disimpulkannya pula bahwa dalam membaca komprehensif, kemampuan bernalar

memainkan peranan yang penting sekali.

Terkait kemampuan inteligensi, pembaca bisa saja lupa akan informasi

yang telah diterimanya. Lupa (forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk

menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah

disimpannya. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) menyatakan

bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang

pernah dipelajari atau dialaminya. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa

hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal seseorang.

374
Berdasarkan hasil penelitiannya, Witting (1981) menyimpulkan bahwa lupa

yang dialami seseorang tidak dapat diukur secara langsung. Seringkali, sesuatu

yang dinyatakan telah terlupakan oleh seseorang, justru ia mengatakannya.

Contohnya adalah jika ada seorang guru minta kepada salah seorang muridnhya

untuk menngatakan semua yang telah ia lupakan dari pelajaran yang telah

dipelajarinya. Si murid menyebutkan hampir seluruh bagian pelajaran tersebut.

Faktor penyebab terjadinya lupa ada tujuh. Pertama, lupa disebabkan oleh

lamanya tenggang waktu antara saat terjadinya proses penyimpanan atau belajar

dengan saat pengungkapannya atau retrivalnya.

Kedua, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antar-item informasi yang

ada dalam sistem memori seseorang. Dalam interference theory (teori mengenai

gangguan), gangguan konflik ada dua jenis, yaitu proactive interference dan

retroactive interference. Seseorang akan mengalami gangguan proaktif jika

informasimlama yang sudah tersimpan dalam subsistem memori panjang

mengganggu masukanya informasi yang baru. Peristiwa ini bisa terjadi apanbila

seseorang menerima informasi yang sangat mrip dengan informasi yang telah

dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Informasi baru yang telaah

disimpan akan sangat sulit diingat atu diretrif. Sebaliknya, seseorang akan

mengalami gangguan retroaktif apabila informasiyang baru disimpan membawa

konflik dan mengagnggu terhadap pemanggilan (retrival) informasi lama yang

lebih dahulu tersimpan dalam subsistem memori jangka panjang. Informasi lama

yang telah tersimpan sangat sulit diretrif sehingga menyebabkanb seseorang lupa

akan informasi lama tersebut.

375
Ketiga, lupa dapat terjadi karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada,

baik sengaja maupun tidak sengaja. Penekanan terjadi karena beberapa

kemungkinan berikut ini.

a. Karena item informasi yang diterima seseorang kurang menyenangkan

sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga alam bawah sadar.

b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi

yang telah ada (retroaktif).

c. Karena item informasi yang akan direproduksi tertekan ke alam bawah

sadar dengan sendirinya karena tidak perneh digunakan.

Keempat, lupa dapat terjadi disebabkan perubahan situasi lingkungan antara

waktu menyimpan informasi dan mengingat kembali. Misalnya, jika seseorang

hanya menganal hewan kancil lewat gambar yang ada di buku, maka ada

kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan tersebut ketika berada di kebun

binatang karena antara gambar dan kenyataannya ada perbedaannya.

Kelima, lupa dapat terjadi dikarenakan perubahan sikap dan minat seseorang

terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Meskipun seseorang telah menerima

informasi-informasi dengan baik, tetapi karena sesuatu sikap dan minat seseorang

(misalnya tidak senang pada orang yang memberi informasi) maka informasi yang

diterimanyamudah terlupakan.

Keenam, lupa dapat terjadi dikarenkan informasi yang telah dihafal tidak

pernah digunakan atau dihafal kembali. Menurut asumsi sebagian ahli, informasi

376
yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar

atau mungkin bercampur aduk dengan informasi yang baru.

Ketujuh, lupa dapat disebabkan perubahan urat syaraf otak. Seseorang yang

terserang penyakit tertentu, misalnya keracunan, kecanduan alkohol, dan gegar

otak akan kehilangan ingatannya atas item-item informasi yang ada dalam memori

permanannya.

Kiat terbaik untuk menanggulangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya

ingat akal seseorang. Menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990

dalam Syah 1995:159), kiat yang dapat dipakai untuk meningkatkandaya ingat ada

enam, yaitu overlearning, extra study time, mnemonic device, pengelompokan,

latihan terbagi, dan pengaruh letak bersambung. Overlearning (belajar lebih)

adalah upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas informasi

tertentu. Hal tersebut terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah

seseorang melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara di luar

kebiasaan. Contohnya adalah pembacaan teks Pancasila setiap hari Senin untuk

mengingatkan pada materi Kewarganegaraan.

Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi

waktu belajar atau frekuensi aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar

materi tertentu berarti seseorang menambah jam belajar untuk meningkatkan

kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat

melindungi memori dari kelupaan.

377
Mnemonic device (muslihat memori) ialah kiat khusus yang dijadikan alat

pengait mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal

seseorang. Muslihat mnemonic dapat berupa rima, singkatan, sistem kata pasak,

metode losai, dan sistem kata kunci.

Pengelompokan ialah menata ulang item-item informasi menjadi kelompok-

kelompok kecil yang dianggap lebih logis yang memiliki signifikansi dan lafal

yang sama atau sangat mirip. Penataan atau pengelompokan ini direkayasa

sedemikian rupadaalam bentuk daftar item informasi.

Latihan terbagi ialah melakukan latihanlatihan dengan olokasi waktu yang

pendek dan dipisah-pisahkan antara waktu-waktu istirahat. Upaya tersebut untuk

menanggulangi cramming, yaitu belajar secara tergesa-gesa dalam waktu yang

singkat.

Pengaruh letak bersambung adalah upaya menyusun daftar kata-kata (nama,

istilah) yang diawali dan diakhiri dengan katakata yang arus diingat. Kata-kata

yang harus diingat sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang

mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak

perlu diingat.

Gejala mental yang mempunyai kaitan dengan lupa adalah ingat-ingat lupa.

Ingat-ingat lupa (tip of the tongue) adalah hilangnya ingatan terhadap kata atau

item informasi secara tidak penuh. Seseorang tidak ingat sepenuhnya dan tidak

lupa benar akan suatu kata atau item informasi.

378
Berdasarkan hasil ekperimennya, Brown dan MacNeil (1966 dalam Nickel dan

Howard 2000:125) menyatakan bahwa dalam gejala ingat-ingat lupa seseorang

yang diminta mengatakan nama suatu benda yang dalam kehidupannya tidak

umum dipakai ternyata kata yang muncul atau diretrif bukan sembarang kata. Jika

seseorang lupa kata sextant, ia akan mengatakan secant atau sextet atau sexton.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa gejala lupa-lupa ingat

mempunyai pola tertentu, yaitu:

a. jumlah suatu kata selalu benar,

b. bunyi awal kata juga benar,

c. hasil akhir kekeliruan mirip dengan kata yang sebenarnya.

3.2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Proses Membaca

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses membaca adalah faktor

intelegensia, sikap, perbedaan jenis kelamin, penguasaan bahasa, status ekonomi

sosial, bahan bacaan, dan guru. Intelegensia yang dikonsep sebagai kemampuan

mental atau potensi belajar teleh dibuktikan berpengaruh terhadap proses

pemahaman dalam membaca hampir pada setiap jenjang pendidikan.

Pengaruhnya dibuktikan dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa hasil tes intelegensia memiliki korelasi positif yang cukup tinggi dengan

hasil tes membaca komprehensif, seperti misalnya: (1) penelitian Bond bersama

Dykstra (1967) pada siswa kelas 1 SD, (2) penelitian Allen (1944) pada siswa

kelas IV SD, dan penelitian Thorndike (1963) pada mahasiswa tingkat permulaan.

379
Sikap sebagai kecenderungan jiwa (predisposisi) yang prediktif sifatnya

dalam mereaksi sesuatu, oleh sementara ahli bidang studi membaca telah dikaji

pengaruhnya terhadap kemampuan membaca. McKillop (1952) misalnya

menemukan bahwa sikap siswa kelas XI (3 SMA) berpengaruh pada

kemampuanya menampilkan pendapat atau penilaian (judgement) terhadap

masalah-masalah yang terdapat dalam bacaan. Groff (1962) menemukan gejala

yang sama pada siswa kelas 5 dan 6 SD, yaitu sikap siswa mempengaruhi

kemampuannya dalam membaca isi bersirat dari suatu bacaan. Selain itu

ditemukan pula bahwa sikap tidak berpengaruh pada kemampuan membaca yang

tersurat.

Pebedaan kelamin atau seks, taitu antara laki-laki dan perempuan, juga

telah diteliti secara eksperimental sebagai factor yang berpengaruh dalam belajar

membaca. Tokoh-tokoh terkemuka dalam penelitian ini ialah (1) Stroud bersama

Lindquist (1942) yang mengkaji pengaruh perbedaan kelamin dalam belajar

membaca pada siswa kelas III sampai VIII SD, Pauley (1951) pada siswa yang

baru masuk sekolah, (3) Hughes (1953) yang membandingkan prestasi membaca

komprehensif siswa laki-laki dengan perempuan dari kelas II sampai kelas VIII

SD, dan Fabiah (1955) yang mengkaji pengaruh perbedaan kelamin dalam

kemampuan membaca pada siswa yang telah menamatkan pelajarannya di SD.

Penguasaan bahasa sebagai faktor yang berpengaruh dalam proses

memahami bacaan telah banyak dibuktikan dengan studi dan penelitian yang

menerapkan pendekatan konseptual dan pendekatan empirikal. Teori membaca

sebagai proses berpikir yang dirintleh Thorndike, Teori Substrata-Faktor dari

380
Holmes, dan teori-teori kunci penanda makna (cues) dari Godman dan Smith, dan

teori-teori lainnya, pada dasarnya hampir semuanya menyepakati bahwa

penguasaan bahasa siswa merupakan faktor yang menentukan sifatnya dalam

proses membaca. Walaupun demikian, sementara serjana penganut pendekatan

eksperimental masih belum merasa puas dengan kesepakatan itu. Mereka lalu

melaksanakan studi dan penelitian eksperimentif untuk lebih dapat melaksanakan

studi dan penelitian eksperimentif untuk meyakinkan didrinya akan besarnya

pengaruh faktor penguasaan bahasa siswa.

Kedudukan orang tua anak didik di tengah-tengah masyarakat, keadaan

ekonomi rumah tangga, dan lingkungan hidup anak didik adalah beberapa faktor

yang tergolong SES. Factor-faktor ini telah dibuktikan pula lewat penelitian

eksperimental berpengaruh terhadap kemampuan membaca anak didik. Peneletian

Hill dan Geameto (1963) misalnya menemukan bahwa siswa kelas III SD yang

kondisi SESnya kurang baik,

Bahan bacaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses

pemahaman bacaan telah banyak dibuktikan dengan penelitian eksperimental.

Tentang pengaruh isi bacaan serta penyajiannya, William Eller bersama Judith G.

Wolf (1965) mengetengahkan Hoviand dan kawan-kawannya (1953) sebagai

kelompok sarjana yang menemukanbahwa (1) bahan yang disajikan secara dua

arah (two-sided presentation) lebih efekti pengaruhnya dari pada yang satu arah

(one-sided presentation), jika pembaca diajak menanggapi propaganda ataukah

kalau pembaca kurang menyepakati gagasan yang terdapat dalam bacaan, (2)

381
penyajian satu arah lebih efektif dari yang dua arah sepanjang yang pembaca

menyepakati sejak semula gagasan yang terdapat dalam bacaan.

Hasil belajar siswa yang berupa keterampilan dalam membaca,

pengetahuan tentang membaca, dan sikap terhadap membacapada dasarnya adalah

produk dari pengajaran membaca. Dalam pelaksanaan pengajaran ini, guru

dianggap sebagai faktor yang paling menentukan sifatnya. Ada sejumlah

penelitian eksperimental yang selama ini telah dilaksanakan yang mengkaji

peranan faktor guru ini. Penelitian Sears (1963), dan Spaulding (1963)

menemukan bahwa perilaku guru dalam membina anak didik dalam belajar

membaca ternyata berpengaruh besar dalam perilaku membaca siswa. Termasuk

perilaku keadaan mengajar yang ditemukan berpengaruh positif antara lain adalah

(1) usaha memahami sudut pandang siswa, (2) memvariasi situasi yang

memotivasi belajar siswa, (3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang efektif

kepada siswa, (4) menajamkan pemahaman siswa, dan (5) mencobakan gagasan-

gagasan baru dalam pelaksanaan pengajaran membaca.

3.2.4 Manfaat Teori Membaca

Suatu teori membaca mempunyai nilai dan fungsi tersendiri dalam studi

dan pengajarannya. Pertama, suatu teori membaca dalam kelebuhan atau

kekurangannya banyak sekali membantu pihak-pihak yang bermaksud

mempelajari masalah membaca dan pengajarannya memperoleh gambaran tentang

apa yang disebut membaca. Atau setidak-tidaknya mereka memiliki suatu konsep

382
tentang membaca yang tentunya akan memudahkan mereka untuk berbicara lebih

banyak lagi tentang membaca itu. Kedua, khusus bagi pengajaran pembuna

membaca, suatu teori tentang membaca sangat diperlukannya dalam membaca dan

melaksanakan tugas-tugasnya membina siswa dalam membaca. Berdasrkan teori

membaca yang akan dilaksanakan, menyususn macam-macam programnya, dan

mengarahkan kegiatan belajar-mengajarnya dalam rangka mencapai tujuan yang

akan dicapainya. Ketiga, mereka yang bermaksud melakukan suatu penelitian

tertentu mengenai masalah membaca dan pengajarannya, suatu teori membaca

tertentu mutlak dibutuhkan. Teori membaca ini mesalnya diperlukan sebagai

kerangka acuan kerja, sebagai dasar pembatasan masalah, dan sebagai nalar

pemusatan penelitiannya.

9.3 Pendekatan dalam Model Membaca

Munculnya suatu model membaca tidaklah tanpa sengaja atau tidaklah

sekonyong-konyong ada. Model membaca ada berkat hasil kerja dari para ahli

yang mengkajinya dalam waktu yang relatif lama. Dalam menghasilkan model

membaca ada suatu tata kerja tersendiri yang ditempuh melalui penelitian. Cara

kerja menghasilkan model membaca dilakukannya secara profesional yang

bersifat teknik.

Sistem kerja yang dibuat meliputi cara kerja fisik dan psikis. Cara kerja fisik

berkaitan dengan bagaimana mata membaca atau memandang bacaan yang

merupakan sistem grafis. Sistem kerja psikis berkaitan dengan bagaimana cara

383
kerja otak memahami bacaan. Gabungan cara kerja fisik dan psikis merupakan

proses dalam membaca karena membaca dimulai dari proses visual (mata) dan

diakhiri pada proses yang terdapat di otak, yaitu memahami atau mengkritisi

bacaan. Sistem atau cara kerja, baik fisik maupun psikis, dalam memahami bacaan

dinamakan model membaca.

Para ahli dalam melakukan penelitian yang menghasilkan model membaca

dilatarbelakangi pendekatan yang berbeda-beda. Justru ada kecenderungan

dikalangan para ahli memakai pendekatan yang berbeda dari ahli pendahulunya.

Ada anggapan bahwa jika menggunakan pendekatan yang sama berarti tidak

melakukan pembaharuan karena tidak ada hal yang disumbangkan. Akibat dari

anggapan itu muncullah berbagai pendekatan membaca yang berbeda, bahkan

muncul pendekatan yang saling bertolak belakang.

Adanya keberbedaan pendekatan tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu

positif dan negatif. Segi positif, perbedaan itu menggambarkan bahwa studi (ilmu)

membaca dan pembelajarannya berkembang secara dinamis. Segi negatif, adanya

keberbedaan model akan dirasakan tidak baik, yaitu pembaca merasa bingung.

Walaupun demikian, keberbedaan dan keragaman pendekatan membaca

merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri dan tidak bisa dihalangi.

Dalam sejarah perkembangan studi membaca, muncul berbagai model

membaca yang diciptakan oleh para ahli. Model-model membaca yang dibuat para

ahli dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu Model Membaca Bawah Atas

(MMBA), Model Membaca Atas Bawah (MMAB), dan Model Membaca Timbal

Balik (MMTB) (Harjasujana dan Mulyati 1997:28). Munculnya ketiga model

384
tersebut dilatarbelakangi oleh pendekatan, yaitu pendekatan taksonomik,

psikologis, linguistik, psikomotorik dan proses informasi (Pateda 1989:95 – 98).

3.3.1 Pendekatan Taksonomik

Pendekatan taksonomik dikembangkan oleh Gray. Ia berpendapat bahwa

dalam proses membaca diperlukan empat keterampilan, yaitu mengenal kata,

komprehensif, reaksi, dan asimilasi (Dechant dan Smith 1977:15). Awal mula

membaca merupakan kegiatan pengenalan simbol-simbol tertulis yang berwujud

susunan kata-kata. Pengenalan simbol-simbol dilakukan pembaca dalam bentuk

penyandian kembali simbol tulis yang berbentuk kata secara mekanik. Setelah

simbol-simbol disandikan kembali, pembaca melakukan proses pemahaman

terhadap simbol-simbol yang dibaca. Pembaca menangkap informasi yang ada di

dalam bacaan.

Setelah paham, pembaca mereaksi atau merespons informasi yang di terima.

Reaksi pembaca dapat berbentuk konseptual dan atau nonkonseptual. Reaksi

konseptual merupakan reaksi secara psikis yang bersifat kognitif yang tidak dapat

diamati dari luar. Reaksi seperti itu dilakukan oleh pembaca kritis. Setelah

memahami bacaan, seorang membaca kritis melanjutkan tahapnya untuk

mengkritisi dan mengevaluasi tentang apa yang ia pahami. Proses kritis terdapat

dalam otak. Reaksi nonkonseptual merupakan reaksi membaca secara fisik yang

dapat diamati dari luar. Reaksi itu berupa verbal dan nonverbal. Reaksi verbal

385
dilakukan pembaca dalam bentuk komentar atau penilaian secara lisan atau tulis.

Reaksi nonverbal dilakukan pembaca dalam bentuk gerakan tubuh (body linguis),

misalnya mengangguk-angguk, geleng kepala, tersenyum, cemberut, dan

sebagainya. Reaksi verbal dan nonverbal bisa saja dilakukan bersama-sama,

misalnya setelah membaca, pembaca berucap “ya, saya setuju” sambil tersenyum.

Asimilasi merupakan proses menyesuaikan pengetahuan yang telah dimiliki

dengan pengetahuan (informasi) yang didapat dari membaca. Apabila

pengetahuan yang telah dimiliki salah, kurang benar atau kurang sempurna,

pembaca melakukan proses asimilasi dengan cara membenarkan dan

menyempurnakan dengan pengetahuan yang diperoleh dari membaca. Sebaliknya,

informasi yang ada dalam bacaan salah, kurang benar atau belum sempurna maka

pembaca mengasimilasikan informasi yang ada pada bacaan dengan pengetahuan

yang telah dimiliki. Proses asimilasi terjadi di dalam otak pembaca.

3.3.2 Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis terdiri atas dua, yaitu behavioral dan kognitif (Pateda

1989:96). Pendekatan behavioral dipelopori oleh Skinner tahun 1957. Pendekatan

ini berpandangan bahwa belajar bahasa dapat dikendalikan dari luar. Seseorang

belajar kalau ada stimulus dari luar. Setelah mendapat stimulus, ia merespons

stimulus tersebut. Lingkungan memberikan stimulus atau rangsangan, kemudian

orang yang belajar memberi respons. Perkembangan kematangan atau

keterampilan berbahasa bergantung dari frekuensi atau sering dan lamanya

hubungan antara stimulus dan respons. Tubian dan peniruan merupakan metode

386
atau teknik utama dalam belajar bahasa. Keterampilan berbahasa dibentuk secara

langsung oleh lingkungannya.

Menurut pandangan behavioral, keterampilan membaca merupakan hasil

proses membaca yang diperoleh dari hubungan antara rangsangan dan reaksi.

Hubungan ini dikenal dengan sebutan S – R, yaitu stimulus dan respons. Untuk

dapat terampil membaca, seorang pembaca (siswa) haruslah dibiasakan untuk

membaca. Tugas guru adalah memberikan tugas kepada siswa untuk membaca

sesering mungkin sesuai dengan kemampuan siswa.

Pendekatan kognitif tidak sependapat dengan pendekatan behavioral.

Pendekatan ini tidak sependapat jika tingkah laku manusia merupakan hasil proses

belajar. Menurut pendekatan kognitif, tingkah laku manusia adalah proses

aktivitas integratif yang terjadi dalam otak. Manusia merupakan makhluk

pengumpul, pemilik, dan pemakai informasi yang berpusat di otak.

Pelopor pendekatan kognitif adalah Piaget. Ia berpendapat bahwa (a) bahasa

bukanlah ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa

kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif, (b) bahasa dikendalikan oleh

nalar, (c) bahasa berkembang berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar

dan lebih umum di dalam kognitif, dan (d) urutan perkembangan bahasa

ditentukan oleh urutan perkembangan kognitif (Pringgawidagda 2002:66).

Menurut pandangan kognitif, membaca tidaklah sekedar memperoleh

rangsangan simbol-simbol tertulis melalui mata, tetapi yang lebih penting adalah

memproses rangsangan tersebut di dalam otak. Pembaca memiliki kompetensi dan

performansi bahasa yang dipancarkan oleh kecerdasan otak. Dalam kegiatan

387
membaca, pembaca memahami dan atau mempersepsi (menafsirkan) bacaan yang

dibaca. Pemahaman merupakan aktivitas integral yang terdapat dalam otak. Hal

tersebut mengacu pada semua proses yang timbul yang akan ditansformasi,

dikurangi, disimpan, dan atau digunakan. Persepsi merupakan proses konstruktif

yang diperoleh dari rangsangan yang sudah dipilih sesuai kebutuhan atau tujuan.

3.3.3 Pendekatan Proses Informasi

Tokoh yang dikenal dalam pendekatan proses informasi adalah Smith. Ia

menyatakan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu proses informasi.

Pendekatan ini berprinsip bahwa membaca adalah aktivitas komunikasi yang

memungkinkan informasi ditransformasi dari penulis kepada pembaca. Istilah

dalam teori komunikasi (informasi) yang dipakai dalam studi membaca adalah

saluran komunikasi, suara, keterbatasan kapasitas alat, informasi, dan

pengurangan.

Dalam proses membaca terjadi komunikasi yang tidak langsung antara

penulis dan pembaca. Pesan penulis disampaikan dalam bentuk tulisan dengan

beragam wujud. Komunikasi yang terjadi terbatasi oleh kapasitas saluran,

misalnya kecepatan mata melihat simbol-simbol tulis yang berbentuk huruf dan

kecepatan pikiran menangkap informasi bacaan yang terkandung dalam setiap

kata dan kalimat.

3.3.4 Pendekatan Psikomotorik

388
Pendekatan psikomotorik dikembangkan oleh Holmes dan Singer.

Penerapan pendekatan ini dalam membaca digunakan untuk mengukur tingkat

kenyaringan dan kecepatan baca yang dilakukan pembaca. Kenyaringan dan

kecepatan baca diukur secara statistik dengan menggunakan analisis substrata.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa 89% perbedaan kenyaringan membaca

dikarenakan faktor mengenal kata, memahami kata, dapat menganalisis morfem,

dan mempunyai penalaran terhadap konteks; dan 77% perbedaan dalam kecepatan

membaca disebabkan oleh faktor penalaran terhadap konteks, pemahaman makna

kosa kata, dan perbedaan persepsi frase. Berdasarkan hasil pengukuran,

pendekatan psikomotorik memberi masukan agar kemampuan membaca dalam

hati dibagi menjadi dua komponen besar yang saling berhubungan, yaitu

kecepatan dan kenyaringan membaca (Dechant dan Smith 1977:15).

3.3.5 Pendekatan Linguistik

Pendekatan ini dikembangkan dalam dua periode, yaitu periode pertama

oleh Bloomfield, Fries, Lefevre, dan periode kedua oleh Chomsky, Halle,

Goodman, dan Ruddell. Bloomfield berpendapat bahwa membaca merupakan

hubungan teratur antara sistem tulisan dan ujaran. Senada dengan pendapat itu,

Fries mengatakan bahwa membaca merupakan hubungan antara bunyi-bunyi

bahasa dengan huruf. Bloomfield dan Fries mengatakan bersama bahwa

pengertian membaca adalah aktivitas bolak-balik rangsangan berupa tulisan yang

kembali ke ujaran. Bloomfield juga berpandangan bahwa aktivitas membaca dan

tujuan membaca berbeda. Sedangkan Lefevre menekankan faktor kebahasaan

389
dalam membaca, baik yang berkaitan dengan tuturan kata maupun hubungan

antara kata dan kata dalam menghasilkan kalimat.

Pada periode kedua muncul teori baru dalam linguistik yang disebut teori

tranformasi. Kali pertama teori ini diperkenalkan oleh Chomsky yang kemudian

dilanjutkan oleh ahli lain, yaitu Halle, Goodman, dan Ruddell. Mereka tidak

setuju dengan pandangan bahwa membaca merupakan proses psikolinguistik.

Teori transformasi menekankan perbedaan antara struktur luar dan struktur dalam.

Yang dimaksud dengan struktur luar membaca adalah bunyi-bunyi atau simbol-

simbol tulisan, sedangkan struktur dalam adalah makna sintaktik dan interpretasi

semantik (penafsiran makna bacaan). Penganut teori ini mempunyai keyakinan

bahwa siswa lahir telah memiliki sejumlah potensi yang memungkinkan siswa

mengembangkan pola-pola bahasanya apabila kemungkinan untuk itu telah tiba.

Terkait dengan itu, tugas guru adalah melacak atau mengkoordinasikan potensi

yang telah dimiliki siswa agar berkembang dengan baik.

Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu

sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif.

Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai

proses sensori, membaca sebagai proses perseptual, membaca sebagai proses

perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan.

Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi

oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental,

jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap,

390
pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara

faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor terpenting dalam

masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum.

Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan

membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan

mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan

“membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan

proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan

ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa

bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak.

Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam

membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan

pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan

makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses

perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan

suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak

tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca

sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan

sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap,

bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan

identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi. System atau cara

kerja, baik fisik maupun psikis, dalam memahami bacaan dinamakan sebagai

model membaca.

391
Pateda (1989:96-98) menyatakan ada tiga model membaca dan ketiga

model tersebut dilatarbelajangi oleh pendekatan, yaitu pendekatan taksonomik,

psikologis, linguistic, psikomotorik, dan proses informasi. Menurut Harjasujana

Dan Mulyati (1997:28) menyatakan model membaca itu, diklasifikasikan menjadi

tiga, yaitu Model menbaca bawah atas (MMBA), model menbaca atas bawah

(MMAB), model membaca timbale balik (MMTB)

4.1.1 Model Membaca Bawah Atas (MMBA)

Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Studi yang

sintesis tentang proses membaca dimulai sejak tahun 1880-an. Pada waktu itu

proses membaca merupakan pusat perhatian para ahli psikologi eksperimental. Di

antara tahun 1950-an dan tahun 1960-an perhatian para ahli diarahkan pada

definisi dan penjelasan tentang membaca. Semenjak tahun 1970-an tumbul model-

model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli psikologi

perkembangan dan psikologi kognitif, proses informasi, psikolinguistik dan

linguistik.

Pada MMBA struktur-struktur yang ada di dalam teks itu dianggap sebagai

unsur yang memainkan peran utama. Struktur-struktur yang ada dalam

pengetahuan sebelumnya merupakan hal yang sekunder. Sebaliknya, MMAB

beranggapan bahwa struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya

memainkan peran utama, sedangkan struktur-struktur yang ada dalam teks

merupakan unsur sekunder.

392
Selanjutnya, MMBA pada dasarnya merupakan proses penerjemahan,

dekod dan enkod. Dekod ialah kegiatan mengubah tanda-tanda menjadi berita.

Enkod ialah kegiatan mengubah berita menjadi lambang-lambang. Peristiwa

decoding tampak pada pihak penyimak (dalam peristiwa komunikasi lisan) dan

para pembaca (dalam peristiwa komunikasi tulis). Sementara kegiatan encoding

terjadi pada para pembicara (untuk peristiwa komunikasi lisan) dan para penulis

(untuk peristiwa komunikasi tulis).

Pada MMBA pembaca akan memulai proses membacanya dengan

pengenalan dan penafsiran terhadap huruf-huruf atau unit-unit yang lebih besar

dari huruf yang terdapat dalam materi cetak. Setelah itu, barulah dia melakukan

antisipasi terhadap kata-kata yang diejanya itu. Setelah kata-kata teridentifikasi

segera didekod dalam bahasa batin. Di situlah tempat pembaca memperoleh

makna. Proses ini sama seperti yang terjadi pada waktu menyimak. Jika lihat

proses membaca dengan MMBA, tampaknya yang memainkan peranan utama

dalam proses membaca tersebut adalah unsur teks. Dari teks (dari bawah) melalui

mata ditarik ke dalam struktur otak untuk mengidentifikasikan dan mencari

maknanya. Proses ini akan terjadi manakala seorang pembaca berhadapan dengan

materi-materi bacaan baru yang sama sekali belum pernah dikenalnya.

Membaca pemahaman dianggap sebagai hasil otomatisasi kerja visual dan

pikiran yang diperoleh dari pengenalan kata secara cermat. Para penulis berbagai

bidang profesi, seperti: jurnalistik (Fleseh), psikologi (Gagne), dan teori proses

informasi (Gough) berpendapat bahwa membaca itu pada dasarnya adalah

393
terjemahan lambang grafik ke dalam bahasa lisan. Mereka berpendapat bahwa

bahasa tulis itu tunduk kepada aturan bahasa lisan.

Mempelajari apa yang dikatakan lambang tercetak merupakan kegiatan satu-

satunya dalam proses membaca bawah atas. Menurut MMBA, tugas pertama dan

utama dalam membaca ialah mendekod lambang-lambang tertulis itu menjadi

bunyi-bunyi bahasa. Peran pembaca bersifat relatif pasif dalam proses

penerjemahan itu. Satu-satunya pengetahuan yang disiapkannya ialah

pengetahuan tentang hubungan antara lambang dan bunyi. Jelaslah bahwa

menurut MMBA teks bacaan itu diproses oleh pembaca tanpa informasi yang

mendahuluinya, tanpa ada hubungannya dengan isi bacaan.

Definisi-definisi membaca yang dibuat oleh Rudolf Flesch dan C.C Fries yang

tertera di bawah ini menunjukkan model membaca bawah-atas.

Fries (1962), mendefinisikan membaca sebagai kegiatan mengembangkan

kebiasaan-kebiasaan merespon seperangkat pola yang terdiri atas lambang-

lambang grafis.

Model-model pemikiran yang sejalan dengan MMBA itu melahirkan metode-

metode pengajaran membaca tertentu. Para guru membaca akan memilih metode-

metode pengajaran tertentu sesuatu pandangan teoritis yang dianutnya. Inilah

yang oleh Wardaugh disebut sebagai pandagan seseorang terhadap sesuatu

dipengaruhi oleh pandangannya terhadap teori tertentu yang dianutnya. Metode-

metode pangajaran membaca yang dipandang sebagai cerminan dari pandangan

394
MMBA antara lain, metode Alfabet, metode Fonik, metode Kata Kunci, metode

Silabik, dan sebagainya.

Metode Alfabet merupakan metode pengajaran membaca yang tertua. Dalam

zaman keemasan Yunani dan Roma orang mengajarkan membaca dengan metode

Alfabet. Dalam metode ini, huruf-huruf yang akan diajarkan itu diucapkan sama

dengan ucapan alfabetisnya. Dengan demikian hurup “D” diucapkan /de/; hurup

“K” diucapkan /ka/; huruf “L” diucapkan /el/; huruf “M” diucapkan /em/ dan

selanjutnya.

Menghubungkan ucapan “k” /ka/ dan “i” /i/ menjadi “ki” /ki/ ternyata

merupakan hal yang tidak mudah bagi anak-anak yang baru mulai belajar

membaca. Itulah sebabnya dalam metode Fonik, konsonan-konsonan itu tidak

diucapkan seperti ucapan Alfabet. Huruf “K” tidak diucapkan /ka/, tetapi /kh/ atau

/ek/; huruf “D” tidak diucapkan /de/, tetapi /dh/ atau /ed/. Demikian seterusnya,

setiap lambang diucapkan berdasarkan bunyinya, berdasarkan bagaimana bunyi

itu seharusnya diucapkan.

Langkah metode Fonik ini serupa benar dengan metode Alfabet dalam

pengajaran membaca permulaan. Pengucapan suatu lambang bunyi tertentu diikuti

oleh kegiatan menghubungkan bunyi itu dengan huruf-huruf yang

melambanginya. Dengan demikian, para pemula melakukan proses belajar

membaca permulaannya dimulai dari pengenalan dan pengidentifikasikan

lambang cetak dari teks. Dengan bantuan alat visualnya, para pembaca pemula

akan menarik lambang-lambang yang dilihatnya ke dalam memori untuk

395
ditafsirkan (dalam hal ini: diingat-ingat). Oleh karena itu, metode-metode

pengajaran tersebut digolongkan ke dalam metode yang menganut pandangan

MMBA dalam proses membaca.

Salah seorang tokoh MMBA Gough (1972) mencoba menunjukkan proses

membaca itu dalam sebuah model berurut lanjut, tidak interaktif. Menurut

pandangannya, proses tersebut meliputi urutan-urutan berikut:

1) Informasi grafemik diserap melalui system visual dan disimpan secara singkat

di dalam “ikon”.

2) Image tersebut dikilas dan diolah di dalam perlengkapan pengenal pola yang

dapat mengenali huruf-huruf.

3) Huruf-huruf ini kemudian dikirim ke pencatat huruf yang menahan huruf-

huruf itu, sementara pendekod mengubah huruf-huruf tersebut menjadi

gambaran fonem.

4) Gambaran fonem ini masuk ke dalam “librarian” yang mencarikan leksikon,

dan mencocokkan untaian fonemik dengan entri yang sudah ada dalam

leksikon.

5) Untaian leksikal yang dihasilkan oleh librarian itu masuk ke dalam memori

pertama.

6) Memori pertama itu dapat menangkap satuan leksikal itu sampai lima buah,

dan hal ini merupakan masukan bagi “merlin”.

7) Merlin menggunakan pengetahuannya tentang sintaksis dan semantic untuk

menentukan “struktur dalam” atau mungkin makna masukan itu.

396
8) Akhirnya, struktur dalam atau pernyataan-pernyataan tentang makna itu

masuk ke dalam “Tempat Tujuan Kalimat-kalimat (TTKSMD), setelah

maknanya dipahami.

Dengan demikian, kegiatan membaca itu selesai setelah semua masukan teks

itu dapat melewati sederetan transformasi dan mencapai (TTKSMD).

Dalam model membaca ini, yang paling penting dalam model ini adalah

struktur bacaan, sementara struktur pengetahuan dalam otak hanya sebagai

sampingan saja. Proses membaca diawali dari bawah, yaitu bacaan. Bacaan

merangsang atau menstimulus mata, kemudian pembaca melakukan penyandian

kembali symbol-simbol tertulis. Setelah itu, hasil penyadian kembali dikirim ke

otak untuk dipahami. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut ini.

Bagan Membaca Bawah Atas

otak

mata

bacaan

397
Flesch, Gagne, dan Gough mereka menytakan pendapat yang sama tentang

membaca, yaitu bahwa membaca pada hakekatnya adalah menterjemhkan lambing

grafik kedalam lambing lisan sehingga bahasa tulis tunduk dengan bahasa lisan.

Artinya pembaca mentransver kembali lambing-lambang yang berbentuk tulisan

kedalam bentuk bahasa lisan. Hal ini dapat kita lihat pada membaca nyaring.

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan

yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan

pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang

berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.

4.1.2 Model Membaca Nyaring

bacaa
mata otak Mulut
n

Dari bagan di atas, kita pahami bahwa bacaan dilihat mata, kemudian direspon

oleh otak, lalu disampikan kemulut, mulut mengucapakan lambang-lambang yang

dilihat mata. Membaca pada hakekatnya merupakan proses penerjemahaan dan

dekod. Penerjemahan lambang-lambang tidak hanya dalam bentuk lisan saja

(fisik), melainkan kedalam bentuk pemahaman (psikis). Pemahan ini mencakub

dua hal, yaitu:

1. Pemahaman makna leksikal, gramatikal, dan kalimat secara eksplisit,

2. Pemahaman secara implisit.

398
Sedangkan dekid adalah proses pengubahan tanda-tanda grafis menjadi berita

yang berakna bagi pembaca.

Modal yang dimiliki oleh pembaca dalam mode ini dalah keterampilan

mengkontruksikan antara symbol grafis dan bunyi. Hal ini disebabkan ktugas

pertama pembaca adalah mendekod bacaan menjadi bunyi-bunyi bahasa sehingga

penbaca bersifat relative pasif. Dalam membaca dengan model ini dibutuhkan

sebuah keterampilan mekanik. Menurut Tarigan (1990:11) keterampilan mekanik

terdiri atas:

1. pengenaln huruf-huruf,

2. pengenalan unsure-unsur linguistic,

3. pengenalan tanda baca dan realisasinya dalam melisankannya,

4. pengenalan hubungan antara pola ejaan dan bunyi bahasa.

MMBA ini memiliki keterbatasan. Pertama, MMBA sangat tergantung

kepada peran mata, jika pembaca menaruh harapan pada pandangan mata

pembaca akan berhasil memahami bacaan, namun mata semakin sulit memahami

symbol-simbol grafis. Karena kerja mata sangat terbatas sehingga apabila kerja

mata diprosir akan mengalami kewalahan dan akhirnya bleng. Dan mata tidak

mampu melihat bacaan yang banyak dala sekali pandang. Kedua, MMBA hanya

cocok untuk bacaan yang belum dikenal atau sulit. Ketiga, MMBA pembaca

memerlukan waktu yang relative lama karena pembaca harus membaca seluruh

unsure bacaan dari awal sampai akhir bacaan.

4.1.3 Model Membaca Atas Bawah (MMAB)

399
Dalam model ini pembaca tidak terfokus pada bacaan yang dilihat oleh

mata, melainkan menggunakan otak sebagai alat untuk menafsirkan apa yng

dilihat oleh mata.

Goodman dan Nutal menggambarkan bahwa membaca merupakan kegiatan

psycholinguistc,qussing game (perminan menebak dalam psycholinguistc).

Artinya, bahwa membaca merupakan proses yang mencakub penggunaan isyarat

kebahasaan yang dipilih dari masukan yang diperoleh melalui persepsi pembaca.

Disamping itu Smith berpendapat bahwa memahami sebuah bacaan merupakan

proses menghubungkan bahn tulis dengan apa yang telah diketahui dan ingin

dikethui pembaca. Untuk memahami bacaan pembaca dpat menggunakan

informasi visual dn non visual. Informasi visual diperoleh dari lambang-lambang

grafis, sedangkan informasi nonvisual diperoleh dari pengethuan dn pengalamn

yang tlah dimiliki pembaca. Informasi visual akan langsung hilang bersamaan

dengan beralihnya pandangan mata ke bagian yang lain. Informasi yang dapat

bertahan lama di dalam pikiran tau otak pembaca adalah infomasi non visual.

Kedua infomasi tersebut saling berhubungan. Secara umum hubungan keduanya

dapat dikatakan bahwa semakin banyak informasi nonvisual yang dimiliki dan

digunakan pembaca pada saat membaca, maka kebutuhan informasi visual akan

berkurang. Sebaliknya, semakin sedikit informasi nonvisual, maka kebutuhan

informasi visual semakin banyak.

Kendala yang yang dihadapi model ini adalah berikut ini.

1. Pembca membaca bacaan yang tidak bermakna baginya.

400
2. Pembaca yang mempunyai kebiasaan yang jelek dalm membca.

3. Pembaca enggan menggunakan informasi nonvisual.

4.1.4 Model Membaca Timbale Balik (MMTB)

Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) dicanangkan oleh teoris

Rumelhart (1977). Rumeljart mereaksi dua model membaca yang telah kita

singgung di muka. Dia beranggapan bahwa model-model yang terdahulu itu tidak

memuaskan, karena pada umumnya model-model tersebut bertitik tolak pada

pandangan formalisme model-model perhitungan yang linear. Model-model itu

mempunyai sifat-sifat berurut-berlanjut, tidak interaktif.

MMTB melukiskan MMBA dan MMAB berlangsung simultan pada

pembaca yang mahir. Artinya, proses membaca tidak lagi menunjukkan suatu

proses yang bersifat linier, tidak menjukkan proses yang berturut-berlanjut,

melainkan suatu proses timbal balik yang bersifat simultan. Pada suatu saat

MMBA berperan dan pada saat lain justru MMAB yang berperan. Para penganut

paham MMTB percaya bahwa pemahaman itu tergantung pada informasi grafis

atau informasi visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah tersedia

dalam pikiran pembaca. Oleh karenanya, pemahaman bisa terganggu jika ada

pengetahuan yang diperlukan untuk memahami bacaan yang dibacanya tidak bisa

digunakan, baik disebabkan pembaca lupa akan informasi tersebut atau mungkin

juga karena skemanya terganggu.

Pengembangan gambaran proses membaca yang dibuat oleh Rumelhart

merupakan sumbangan utama terhadap model-model membaca. Rumelhart

401
menampilkan suatu model membaca yang menunjukkan komponen-komponen

sensori, semantik, sintaksis, dan pragmatik yang diperoleh dalam bentuk interaktif

untuk memperoleh pemahaman tentang bahasa tulis. Berbagai jenis informasi

masuk ke dalam pusat berita; berbagai hipotesis dirumuskan, kemudian disetujui,

ditentukan, dikukuhkan atau ditolak oleh sumber informasi yang layak. Hipotesis

baru digeneralisasikan hingga pada akhirnya tercapailai hipotesis yang paling

layak. Interaksi antara hipotesis dan sumber informasi dapat ditandai secara

matematis dalam model probabilitas. Dengan demikian, membaca itu dipandang

sebagai formulasi hopotesis, pengujian probabilitas dengan menggunakan

serangkaian sumber informasi, dan akhirnya dibuatlah keputusan tentang hipotesis

yang terbaik yang diterima sebagai makna.

Rumelhat telah melengkapi kita dengan pengetahuan tentang sebuah

model yang cukup canggih. Dengan menggunakan model tersebut kita dapat

mengatasi masalah yang berkenaan dengan proses kebahasaan seperti yang

tampak pada perilaku pola membaca. Model ini mempunyai ciri yang esensial

yang menjelaskan betapa proses kebahasaan peringkat yang lebih tinggi (semantik

dan makna) mempermudah proses kebahasaan peringkat rendah (huruf, kata), dan

betapa penguasaan atas peringkat yang lebih tinggi itu mempermudah penguasaan

atas peringkat yang lebih rendah.

Model membaca yang dikemukakan oleh Rumelhart itu mengingatkan

pembaca agar informasi yang dimilikinya (meskipun jumlahnya sangat terbatas)

dapat dimanfaatkan pada saat melakukan kegiatan membaca. Dilihat dari bidang

pengajaran, hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar bagi guru untuk

402
menolong para siswanya menjadi pembaca yang fleksibel, ialah pembaca yang

mampu mengatur kecepatan tempo bacanya sesuai dengan sifat, manfaat, tujuan,

kebutuhan dan relevansi dari materi bacaan tersebut. Pembaca harus dialihkan

perhatiannya dari struktur lahir bahasa (kata, huruf, kalimat, dan sebagainya) ke

struktur batin, ke bagian yang menghendaki prakiraan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memprakirakan dan

menemukan makna bacaan itu ialah strategi pengajaran yang memungkinkan

siswa menggunakan bahasa yang dimilikinya serta informasi pragmatik yang

telah dimilikinya dalam proses menyimak dan berbicara. Guru dituntut untuk

mengembangkan strategi yang mendorong siswa supaya bersikap aktif-kognitif

agar dapat menjadi pembaca yang mahir.

Yang dapat kita lakukan sebagai guru adalah menciptakan lingkungan

yang kondusif, yang mendorong menumbuhkan minat baca yang positif. Perlu

diutamakan keyakinan bahwa dalam hal ini bukanlah kehadiran guru dalam

lingkungan itu yang pertama dan utama, melainkan kehadiran siswa itu sendiri.

Kemampuan membaca akan meningkat hanya dengan jalan melakukan kegiatan

membaca itu sendiri. Melakukan aktifitas baca sama dengan berlatih membaca.

Latihan tersebut akan mendorong mereka meningkatkan kemampuan membaca

serta menemukan sendiri strategi yang paling tepat untuk dirinya dalam

menghadapi bacaan.

Dalam praktek pengajaran membaca, hal tersebut menunjukkan kita pada

berbagai konsep dan pandangan tentang berbagai metode pengajaran membaca.

403
Kiranya kita perlu meninggalkan berbagai asumsi yang pernah menguasai metode

pengajaran pada masa-masa silam. Sebagai contoh, guru tidak perlu lagi terlalu

memikirkan adanya kebolongan kosakata yang mungkin belum diketahui siswa.

Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, kemudian guru berpikir bahwa

pengajaran membaca tidak mungkin dilakukan. Para guru lebih baik meyakinkan

para siswanya bahwa bagaimanapun para siswa tidak perlu berkecil hati dan

frustasi dengan bacaan yang sarat dengan kosakata sukar yang tidak dapat

dipahaminya. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mereka dapat

memanfaatkan informasi nonvisual. Informasi ini akan membantu siswa untuk

merekontruksi makna dari lambang-lambang yang berupa cetakan. Perubahan

sikap seperti itu akan membuat mereka percaya diri dan bergantung pada

kemampuan sendiri. Hambatan kosakata yang dialaminya akan diatasi sendiri

dengan jalan memproses masukan linguistik dan memadukannya dengan aspek

kognitif yang dimilikinya. Dengan demikian, para siswa tidak lagi akan

bergantung kepada guru atau pun sumber-sumber lainnya yang datang dari luar

pada waktu mereka menghadapi masalah-masalah dalam membaca.

Model yang dianjurkan oleh Rumelhart itu mendukung salah satu

keyakinan yang secara intuitif telah diterima oleh banyak orang, ialah bahwa

pembaca akan lebih merasa terlayani jika kita membekali mereka dengan kesiapan

untuk membaca materi yang disajikan kepada mereka. Banyak hal yang bisa

dilakukan guru dalam upaya membekali pengetahuan siap mereka. Prosedur-

prosedur tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan berikut: diskusi, pertunjukan

film, karyawisata, bercerita, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini bermanfaat

404
bagi para siswa dalam upaya membantu mereka untuk menggunakan latar

belakang informasi (pengetahuan) yang dimilikinya. Pengetahuan siap ini akan

mempermudah proses memahami bacaan dengan lebih layak dan lebih baik.

Cara lama yang masih banyak digunakan para guru ialah pemberian tugas

membaca. Pemberian tugas ini kadang-kadang merupakan tugas prasyarat untuk

tugas berikutnya berupa diskusi. Tampaknya, meskipun metode pemberian tugas

ini tidak terlalu jelek dan merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk

membangkitkan motivasi siswa, namun cara ini tampaknya sudah “ketinggalan

zaman”. Bagaimanapun hal-hal yang dibawa pembaca tersebut dari proses yang

dijalaninya itu. Oleh karena itu, guru boleh berkeyakinan bahwa proses membaca

akan berlangsug lebih baik jika prosedur penugasan itu dibalikkan, diskusi dulu,

baru kemudian membaca.

Dalam bidang metode pengajaran, model Rumelhart itu dipandang sebagai

model yang sudah membaur dengan berbagai strategi pengajaran yang telah

menunjukkan keberhasilannya. SQ3R misalnya, memberikan dorongan kepada

siswa untuk menyurvai, bertanya dan bertanya, membuat prakiraan, dan membaca

untuk menguji hipotesis. Model membaca yang baik harus dapat menjelaskan

teori berbagai pendekatan yang baik untuk membaca dan belajar. Model yang baik

harus pula memberikan penjelasan terhadap langkah-langkah pengajaran yang

baru.

Model Rumelhart berguna sekali untuk pengajaran membaca pada

peringkat sekolah menengah, baik sekolah mengengah pertama maupun peringkat

405
di atasnya. Model ini sangat baik untuk mengakrabkan dan mendorong mereka

dalam pengujian cara dan strategi membaca yang biasa mereka lakukan sendiri.

Setelah anda mempelajari dengan seksama konsep-konsep MMTB yang

diprakarsai Rumelhart, bagaimana pendapat dan komentar anda terhadap prinsip-

prinsip yang ada di dalamnya? Ya, mungkin anda tergolong orang yang

berpendapat bahwa model Rumelhart itu tidak menarik karena di dalamnya

sesungguhnya tidak ada hal-hal yang baru bagi anda. Sebagai guru, anda mungkin

sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka yang biasa

timbul dalam pikiran anda selagi membaca. Bukankah pertanyaan-pertanyaan

yang muncul selagi kita membaca merupakan cerminan dari proses interaktif dari

kerja mata dan kerja kognisi pada saat kita merespon bacaan. Sebagai guru anda

pun sudah terbiasa dengan pemberian rangsangan-rangsangan kepada para siswa

anda agar mereka membuat prakiraan-prakiraan, hipotesis, antisipasi, klasifikasi,

yang memungkinkan mereka untuk berfikir secara divergen. Mungkin, kita telah

melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui landas pijaknya. Dengan pengetahuan

ini, mudah-mudahan apa yang telah kita lakukan tersebut dapat kita yakini sebagai

sebuah kebenaran dan sesuatu yang dapat memberikan manfaat yang lebih baik.

Dalam model Rumelhart, mungkin anda tidak melihat adanya pembicaraan

tentang aplikasi. Memang, Rumelhart boleh dikatakan tidak menyinggung

masalah aplikasi itu. Dia tidak pula menyinggung masalah pramembaca, yakni

suatu kondisi sebelum seseorang sampai pada halaman-halaman bercetak. Dia

memulai konsepnya dari halaman bercetak, dan dari situ kemudian bergerak ke

depan dengan konsep-konsep interaksi.

406
MMTB sangat berbeda dengan MMBA seperti yang dikemukakan oleh Gough,

La Berge dan Samuel (1974). MMBA bersifat linear dan berjenjang, dimulai dari

pemrosesan unit linguistik yang paling kecil, yakni huruf-huruf, kemudian

bergerak menuju pemrosesan kelompok huruf, kata-kata, kelompok kata, kalimat,

hingga akhirnya sampai ke makna. Sebaliknya MMTB membenarkan proses yang

dimulai dari peringkat yang lebih tinggi MMTB mulai dengan semantik atau

makna kata. Pada peringkat yang lebih tinggi itu ada bank data yang bekerja

secara simultan. Kita memiliki sintaksis, semantik, ortografi, dan leksikon yang

bekerja secara serentak, tidak bekerja secara berurutan seperti halnya dalam

MMBA.

Kemampuan membaca dapat dikembangkan secara baik melalui pengayaan

pengalaman membaca. Siswa perlu sekali membaca materi sebanyak-banyaknya

sehingga mereka dapat memahami kata dalam konteks yang berbeda-beda. Guru

dapat membantu muridnya mempertinggi dan meningkatkan keterampilannya

dalam membaca dengan jalan membimbing mereka untuk terus membaca

sebanyak-banyaknya. Yang perlu diperhatikan benar dalam hal ini ialah sikap

murid. Guru yang terlalu sering memberi tugas yang berada di luar jangkauan

kemampuan muridnya akan membuat siswa terbunuh minat dan motivasinya.

Salah satu upaya untuk membangkitkan minat baca siswa ialah dengan jalan

menyediakan bahan bacaan yang kira-kira dapat menarik perhatian mereka.

4.2 Metode membaca

Metode membaca merupakan tingkat penerapan teori-teori membaca yang ada

pada tingkat penerapan teori-teori yang ada pada tingkat model membca.

407
Penerapan metode membaca ini dilakukan dengan cara melakukan pemilihan

kemahiran khusus yang akan digunakan untuk membaca, yaitu kemahiran

memanfaatkan informasi visual dan nonvisual Haryadi (2006:42)

Metode membaca dpat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu metode dasar, metode

menengah, dan metode lanjutan.

4.2.1 Metode dasar

Metode dasar merupakan metode yang digunakan untuk pembaca pemula.

Pembaca pemula adalah pembaca yang baru pertama membaca atau belajar.

Secara formal pembaca pemula adalah mereka yang masih duduk di kelas 1 SD

atau belum masuk sekolah seperti di TK atau play group.

Bagi siswa kelas rendah (I dan II), penting sekali guru menggunakan

metode membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan berbagai metode yang

diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain: metode eja/bunyi, metode kata

lembaga, metode global, dan metode SAS.

Sedangkan menurut Wiryodijoyo (1989:35) dan Akhadiyah (1992:32),

metode membaca dasar ada lima, yaitu metode abjad, bunyi, kupas rangkai suku

kata, kata lembaga, global, dan struktur analisis dan sintesis (SAS).

Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I

dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok

dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat penulis, guru sebaiknya

mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai

berikut:

408
1. Dapat menyenangkan siswa

2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya

3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien

4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit

4.2.1.1 Metode Eja dan Metode Bunyi

Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi

huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah.

Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode

Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan

bunyi huruf atau fonem.

Dalam metode ini huruf nasal atau empat huruf dobel itu diucapkan menjadi

masing-masing dua abjad atau bunyi, yaitu:

1. Huruf ny dibaca n dan y,

2. Huruf ng dibaca n dan g,

3. Huruf sy dibaca s dan y, dan

4. Huruf kh dibaca k dan h.

Penerapan metode ini dalam membaca kata adalah huruf-huruf yang

membentuk kata dibaca huruf demi huruf. Contoh penerapan metode bunyi

adalah:

1. Kata baca dibaca be-a-ce-a,

2. Kata budi dibaca be-u-de-i

409
3. Kata bobo dibaca be-o-be-o.

4.2.1.2 Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga

Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai

mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.

Misalnya: suku kata bo-la, bu-sa, dan bu-ku.

Suku kat-suku kata tersebut dibaca dengan prosedur:

1. Tiap suku kata diurai atau dibaca huruf demi huruf,

2. Huruf demi huiruf dirangkai atau dibaca menjadi suku kata.

Contohnya adalah:

Sa-pu

s-a-p-u

sa-pu

su-su

s-u-s-u

su-su

bo-la

410
b-o-l-a

bo-la

Haryadi (2006:47) menyatakan bahwa metode kata lembaga adalah

metode membaca yang digunakan atau diperuntukan pembaca pemula dengan

prosedur mengurai dan merangkai kata lembaga yang dibaca. Bacaan yang dibaca

tidak dalam bentuk suku kata, namun dalam bentuk kata. Misalnya kata mulut,

perut, dan hidung.

Kata-kata tersebut dibaca dengan prosedur:

1. Kata dibaca menjadi suku kata-suku kata,

2. Suku kata dibaca menjadi huruf demi huruf,

3. Huruf demi huruf dibaca menjadi suku kata,

4. Suku kata-suku kata dibaca menjadi kata.

Contohnya adalah :

Bobo

Bo-bo

b-o-b-o

bo-bo

bobo

411
mama

ma-ma

m-a-m-a

ma-ma

mama

4.2.1.3 Metode global

Menurut Purwanto (1997:32), “Metode global adalah metode yang melihat

segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu

jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian

Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar

membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan

kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan

menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan

dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat

menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata

menjadi huruf.

Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:

1. Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa

membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini nani

412
2. Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/ Menguraikan kata-kata

menjadi suku kata: i – ni na – ni

3. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i - n – a – n

–i

Contoh;

Itu

i-tu

i-t-u

i-tu

itu

4.2.1.4 Metode SAS

Metode Struktur Analisis Sintaksis (SAS) merupakan metode membaca

permulaan yang terdiri atas tiga tahpan, yaitu membaca secara structural, analisis,

dan sintaksis. Dalam penerpannya metode SAS dibagi menjadi dua jenis, yaitu

metode SAS tanpa buku dan dengan buku (Zuchdi 1997:55).

Menurut Momo (1973), metode SAS tanpa buku dilaksanakan dengan cara

merekam bahasa siswa, menampilkan gambar sambil cerita, membaca gambar,

membaca gambr dengan kartu kalimat, membaca kalimat secara structural,

ananlisis, dan sinteksis.

a. Merekam Bahasa Siswa

413
bahasa yang digunakan oleh siswa direkam sebagai media pembelajaran atau

bahan untuk bercerita. Bahasa yang direkam adalah bahasa Indonesia yang baku

yang berwujud kalimat. Kalimat yang digunakan juga kalimat yang sesuai dengan

tingkat keterbacaan siswa tersebut.

b. Menampilkan Gambar Sambil Cerita

Dalam hal ini guru menjelaskan kepada siswa mengenai gambar yang ada, dengan

kalimat yang dapat dipahami oleh siswa.

c. Membaca Gambar

Dalam hal ini guru menujukan gambar kepada siswa, kemudian siswa

memgucapkan gambar apa yang dilihatnya,

d. Membaca Gambar Dengan Kartu Kalimat

Kali pertama yang dilakukan guru adalah menunjukan gambar pada siswa, dengan

bimbingan guru, siswa membaca gambar dengan membuat kalimat, kemudian apa

yang diucapkan siswa ditulis dalam kartu kaliamat oleh guru. Giru juga harus

menyediakan kartu suku kata dan kartu huruf dari kalimat-kalimat yang dibuat

siswa.

e. Membaca Kalimat Secara Struktural

Membaca kalimat structural adalah membaca kalimat-kalimat secara strukturl,

yaitu membaca kata demi kata kalimat yang dibacanya. Contoh membaca secara

structural adalah berikutr ini.

ini buku

ini buku Ali

414
buku Ali baru

buku Ali bagus

Keempat kalimat tersebut dibaca secara kat demi kata, yaitu:

1. kalimat pertama dibaca “ini” dan “buku”,

2. kalmia kedua “ini”, “buku” dan “ali”,

3. kalimat ketiga “buku”, “ali”, dan “baru”,

4. kalimat keempat “buku”, “ali”, dan “bagus”.

f. Membaca Kalimat Ananlisis

membaca analisis merupakan membaca dengan menganalis unsure bacaan yang

besar, kalimat yang dibaca menjadi kat-kata, kata-kata menjadi suku kata, suku

kata menjadi huruf-huruf.

Contohnya adalah:

ini buku

ini buku

i-ni bu-ku

415
i-n-i –b-u-k-u

ini buku Ali

ini buku Ali

i-ni bu-ku A-li

i-n-i b-u-k-u A-l-i

g. Membaca Klimat Sinteksis.

Membaca secara sintesis adalah membaca dengan cara mensintesis unsur

pembentuk bacaan yang kecil menjadi yang besar, yaitu merangkai huruf menjadi

kata, suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat.

Contohnya adalah:

I-n-i b-u-k-u

i-ni bu-ku

ini buku

ini buku

i-n-i b-u-k-u A-l-i

i-ni bu-ku A-li

ini buku Ali

ini buku Ali

416
4.2.2 Metode menengah

Metode menengah merupakan metode yang digunakan atau diperuntukan

untuk pembaca yang sudah mahir membaca permulaan.

Berdasarkan visualiasi symbol-simbol grafis , metode menengah ada empat, yaitu

metode kata, metode frasa, metode kalimat, dan metode paragraph.

4.2.2.1 Metode membaca kata

Metode kata merupakan membaca kata demi kata pada sebuah bacaan.

Alas an metode ini adalah bahwa bacaan terdiri dari kata-kata yang mengandung

makna. Ada dua aspek dalam metode ini, yaitu aspek mekanik dan aspek

koseptual. Aspek mekanik merupakan cara mata bergerak melihat kata demi kata

pada sebuah bacaan. Aspek konseptual merupakan cara otak memahami atau

menangkapa makna-makna yang terkandung dalam kata-kata yang dibaca.

Berikut contoh bacaan untuk latihan membaca dengan metode ini!

Membangkitkan Cinta kepada Rakyat

Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1908, senantiasa menjadi momentum

bagi para elite dan penguasa untuk berwacana: menjadikan Indonesia yang lebih

417
baik. Tiga belas tahun lalu, 13 Mei 1998, saat spirit reformasi dinuansai oleh hari-

hari kebangkitan, yang bergelora adalah tekad untuk menghela negeri ini keluar

dari kekarutmarutan orde sebelumnya. Namun, sebuah survei Indo Barometer

justru menohok penguasa era ini; Orde Baru dinilai lebih baik dari Orde

Reformasi. Bukankah vonis itu memedihkan: era yang digulingkan justru lebih

baik?

Kiranya terdapat benang merah antara hasil survei tersebut dan kritik

pedas para tokoh lintas agama beberapa waktu lalu. Sepuluh pencapaian yang

diklaim pemerintah dinilai hanya kebohongan. Di antaranya kesejahteraan rakyat

meningkat, pendidikan dan kesehatan serta pelayanan publik membaik,

kemiskinan dan pengangguran menurun. Simaklah data ini: kemiskinan melilit 72

juta orang, jumlah pekerja di-PHK 29.578, dan 38.817 masuk daftar tunggu PHK,

41.993 dirumahkan, dan 21.191 menunggu proses dirumahkan.

Orientasi pembangunan bidang politik, hukum, ekonomi, pendidikan, dan

sosial budaya rasanya masih jauh dari amanah keberpihakan pada kepentingan

rakyat, yakni memakmurkan dan menyejahterakan, melindungi rakyat serta

memperjuangkan keadilan. Kepincangan penegakan hukum terpapar nyata di

depan mata. Seorang nenek yang mencuri tiga butir kakao begitu cepat diproses,

sementara para koruptor yang menjarah miliaran rupiah uang rakyat nyaman

keluar-masuk penjara. Betapa menyesakkannya ketika keadilan hanya berpihak

pada kaum berduit.

418
Orientasi pendidikan global juga melahirkan kapitalisasi, diskriminasi, dan

kastanisasi, sehingga mengabaikan persamaan hak-hak warga negara. Padahal

mestinya pendidikan menjadi pilar utama untuk membangun kepribadian dan

karakter anak-anak bangsa menjadi para nasionalis sejati. Di bidang ekonomi,

kepentingan rakyat tergerus hebat oleh ketamakan yang memasuki fase

kecanggihan politik dan ekonomi demi memperebutkan sumber-sumber daya

alam yang menjadi pemicu kemerebakan korupsi.

Momen 103 Tahun Kebangkitan Nasional pun terasa hambar. Makin

terasa nasionalisme kita meluntur tergerus globalisasi. Maka keterusikan untuk

menguarkan kembali nasionalisme harus dimulai dengan mendorong kesadaran

elite kekuasaan agar sungguh-sungguh mencintai rakyatnya. Bukankah kita

merasakan betapa perilaku elite seolah-olah memosisikan negara berseberangan

dengan rakyat? Keyakinan pilihan terhadap demokrasi, hingga sekarang baru

melahirkan demokrasi prosedural. Tidak berlebihan jika dikatakan reformasi telah

dibajak oleh mereka yang tidak kompeten!

Bagaimana kita akan bangkit menjadi lebih baik jika negara lemah, sehingga

malah muncul “penguasa-penguasa” baru? Negara mestinya “hadir” untuk

mencegah kesewenang-wenangan. Jangan seolah-olah membiarkan terjadinya

penindasan terhadap golongan yang lemah dan miskin. Kebangkitan Boedi

Oetomo 103 tahun lalu takkan terwujud dengan jargon, pidato, dan pencitraan.

Begitu banyak persoalan bangsa. Saatnya para elite kekuasaan bertindak nyata,

bukan lagi berwacana. Sedikit bicara, banyak karya.

419
a. Membaca kata secara mekanik

Membaca merupakan rentetan hentian-hentian visual pada setiap hentian ,

pembaca dapat melihat sesuatu dan dapat menangkap makna yang dibaca. Pada

saat membaca pembaca melakukan lompatan pada unsure bacaan, melakukan

hentian, melakukan lompatan lagi, melakukan hentian lagi, dan seterusnya sampai

bacaan selesai dibaca.

Agar pembaca mahir membaca secara mekanik kata demi kata, seorang pembaca

harus berlatih secara kontinyu dan berkesinambungan. Kontinyu artinya pembaca

berlatih secara terus-menerus secara teratur, misalnya pembaca membaca 5 menit

tip hari, maka pembaca harus selalu membaca 5 menit perhari. Berkesinambungan

maksudnya adalah latihan yang dilakukan pembaca sebelum, sedang, dan akan

mempunyai hubungan dan semakin meningkat.

Untuk melatih membaca kata secara mekanik, pembaca lebih baik lebih dahulu

latihan ayunan visual dan dilanjutkan latihan membaca dengan ayunan visual.

a. Latihan ayunan visul

Pertamakali pembaca tidk langsung dihadapkan pada bacaan yang

sesungguhnya, tetapi pada bacaan tiruan atau maket dari bacaan yang sebenarnya.

b. Latihan membaca dengan ayunan visual

420
Setelah melakukan pemanasan dengan latihan ayunan visual, selnjutnya

adalah membaca bacaan yang sesungguhnya dengan ayunan visual. Yang

dinamakan latihan membaca dengan ayunan. Contoh latihan membaca dengan

ayunan visual adalah berikut ini.

Membaca→ kreatif →adalah→ kegiatan→ membaca →yang

→tidak hanya→ sekedar →menagkap→makna→ tersurat,→ makna→

antar →baris→ tetapi→juga→ mampu→ secara→ kreatif

→menerapkan→ hasil→ membacanya→ untuk→ kehidupan→

sehari→hari.

Pembaca melkukan lompatan mat dri kata “membaca” ke kata “kreatif”,

dan seterusnya sampai selesai. Lompatan-lompatan diusahakan semkin cepat.

b. Membaca Kata secara Konseptual

Membaca kata secara konseptual merupakan membaca kata demi kata

yang menyusun bacaan untuk mengetahui ide, isi tu informasi yang ingin

disampaikan oleh penulis. Untuk dapat membaca secara konseptual diperlukan

penguasaan kosa kata atas kata-kata yng ada dalam bacaan. Tanpa itu, pembaca

akan sulit memahami bacaan, bahkan sama sekali tidak dapat memhami bacaan.

Hal ini sejalan dengan pandapat Nurhadi (2005:34), yaitu kekayaan kosa kata

akan menjamin kelancaran memahmi setiap kata yang dibaca sehingga akan

membantu dalam memahami bacaan yang dibaca.

421
Latihan membaca secara konseptual dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

latihan dengan tanda dan latihan tanpa tanda.

1. Latihan dengan Tanda

karena membaca kata merupkan membca konseptual tingkat awal, pembaca diberi

kesempatan untuk memahami setiap kata demi kata secara bertahap. Untuk

melatihkan hal tersebut bacaan diberi tanda garis miring (/) diantara kata yang

satu dengan kata yang lain. Contoh bacaan yng dapat digunakan sebagai latihan

adalah berikut ini.

Model / membaca / sangat / berkaitan / dengan / proses /

membaca / Studi / yang / sintesis / tentang / proses /

membaca / dimulai / sejak / tahun /1880-an. / Pada / waktu /

itu / proses / membaca / merupakan / pusat / perhatian /

para / ahli / psikologi / eksperimental. / Di / antara / tahun /

1950-an / dan / tahun / 1960-an / perhatian / para / ahli /

diarahkan / pada / definisi / dan / penjelasan / tentang /

membaca. / Semenjak / tahun / 1970-an / tumbul / model- /

model / dan / teori / membaca / yang / bertitik / tolak / dari /

pandangan / ahli / psikologi / perkembangan / dan /

psikologi / kognitif, / proses / informasi, / psikolinguistik /

dan / linguistik./

422
2. Latihan tanpa Tanda.

Setelah berlatih dengan tanda , tingkat latihan berikutnya adalah membaca

bacaan yang sesungguhnya. Bacaan yang dibaca tidak lagi ada tanda garis miring

antarkata. Contoh latihan membaca tanpa tanda adalah berikut ini.

Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) dicanangkan

oleh teoris Rumelhart (1977). Rumeljart mereaksi dua model

membaca yang telah kita singgung di muka. Dia beranggapan

bahwa model-model yang terdahulu itu tidak memuaskan,

karena pada umumnya model-model tersebut bertitik tolak pada

pandangan formalisme model-model perhitungan yang linear.

Model-model itu mempunyai sifat-sifat berurut-berlanjut, tidak

interaktif.

4.2.2.2 Metode membaca frasa

Tahap mekanis dan tahap konseptual. Pada tahap mekanis, mata didorong

untuk bergerak lebih cepat dengan jalan melihat kelompok-kelompok kata yang

disebut frase. Efisiensi pada tahap mekanis dapat memberikan sumbangan

terhadap pemahaman makna secara lebih efektif. Berdasarkan pandangan

mekanis, membaca merupakan rentetan hentian-hentian visual, hentian untuk

melihat sesuatu dan makna sesuatu dengan cepat. Membaca frase ini lebih banyak

menghemat waktu, dapat membaca ¾ kali lebih cepat dari membaca kata demi

423
kata.Keuntungan membaca dengan memngunakan metode frasa secra mekanik

adalah berikut ini.

1. Membaca frasa deni frasa lebih cepat dibndingkan membaca kata demi

kata,

2. Membaca frasa dapat mengetahui mana kata kuna pada kalimat yang ada,

3. Membaca frasa secara mekanik menanggulangi membaca regresi

(membaca balik),

4. Membaca frasa secara mekanik membuat pembaca bisa lebih menikmati

bacaan.

Untuk dapat mahir membaca dengan metode frasa secara mekanik, pembaca

perlu latihan secara terus-menerus, terencana, dan berkesinambungan. Latihan

yang dapat digunakan adalah latihan ayunan visual dan latihn membaca dengan

ayunan visual.

a. latihan ayunan visual

Pembaca tidak dihdapkan langsung dalam bacaan yang sesungguhnya,

tetpi dihadapkan pada maket atau tiruan bacaan yang berupa titi-titik yng tersusun

secara teratur.

a. latihan membaca dengan ayunan visual

424
Pembaca langsung dihadapkan kebacaan yang sesungguhnya, pembaca

tidak lagi membaca dari kata demi kata, tetapi dari frasa ke frasa. Contoh latihan

membaca visual.

Ditinjau dari terdengar→dan tidaknya→ suara si

pembaca →pada waktu membaca,→ kita dapat

membagi→ membaca menjadi dua jenis→ yakni

membaca dalam hati (silent reading) →dan membaca

nyaring →atau membaca bersuara (oral reading or

aloud reading). →Pada tataran yang paling rendah→

membaca nyaring →merupakan aktivitas→ membaca

sebatas→ melafalkan lambang-lambang→ bunyi bahasa

→dengan suara→ yang cukup keras,→ sedangkan pada

tataran yang lebih tinggi →membaca nyaring

→merupakan proses→ pengkomunikasian isi bacaan

(dengan nyaring) →kepada orang lain (pendengar).

Sedangkan membaca fras secara konseptual menitik beratkan pada aspek

konseptual, yaitu pemahaman dan penafsiran makna bacaan. Pemahman atas

frasa-frasa lebih membantu pembaca untuk memahami bacaan secara cepat dan

mudah dibandingkan pemahaman bacaan atas kata demi kata.

425
Menurut Harjasujana dan mulyati (1997:181-183), ada tiga cara berlatih

membaca frase secara konseptual, yaitu latihan pengelompokan satuan ide,

penanda dengan titik, dan tanpa tanda.

a. latihan pengelompokan satuan ide

pada latihan ini pembaca dihadapkan pada bacaan yang sudah diklompokan-

klompokan berdasarkan satuan ide. Ada tiga hal yang dilatih dalam dalam latihan

ini, yaitu

1. kecepatan membaca,

2. kecepatan menangkap makna,

3. kelncaran ayunan..

b. penanda dengan titik

bacaan yang dibaca pada bacaan ini adalah bacaan yang yang diberi titik

diatas bacaan. Titik-titik dibutuhkan diatas bacaan secara tepat dan ccpat.

Contohnya adalah berikut ini.

Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa

mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak

atau kognisi saja. Untuk menanamkan kemahiran kedua jenis

membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara

terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru

profesional.

426
c. tanpa tanda.

Setelah melakukan latihan dengan tanda titk, selanjutnya latihan tanpa tanda,

pembaca membaca bacaan yang sesungguhnya. Contohnya adalah sebagai

berikut.

Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa

mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak

atau kognisi saja. Untuk menanamkan kemahiran kedua jenis

membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara

terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru

profesional.

4.2.2.3 Metode membaca kalimat

Metode kalimat merupakan cara membaca dengan menelaah kalimat demi

kaliamat yang ada dalam bacaan. Dengan metode ini pembaca akan cepat

membaca lebih efektif dan efesien. Membaca kalimat ada dua yaitu membaca

kalimat secara mekanik dan secara konseptual.

a. Membaca kalimat secara mekanik

Secara mekanik, pembaca melakukan lompatan pandangan mata dari kalimat ke

kalimat berikutnya. Pada membaca kalimat ini memiliki tig keuntungan,

keuntungan tersebut, yaitu

1. Sekali pandang mata sudah dapat memandang satu kalimat,

427
2. Mata tidk mudah lelah karena tidak sering melakukan lompatan-lompatan,

3. Lebih cepat dalam membaca.

`Untuk mencapai kemahirn itu, pembc perlu berlatih secara kontinyu, telatur,

dan tekun. Latihan membaca kalimat dapat dilakukan dengan bacaan berikut.

Tujuan dan Asumsi PPB

Menurut Spache (1968), asumsi PPB adalah

bahwa ekspresi bahasa lisan siswa berdasarkan

pada pikiran, perasaan dan pengalamannya yang

dapat ditulis dan dibaca yang berwujud tulisan.

Dalam kaitannya dengan perkembangan

bahasa siswa, Huff mengajukan asumsi tentang

bahasa, meliputi: Empat aspek keterampilan

berbahasa yang bersifat catur tunggal yang

memiliki tingkat keeratan hubungan yang kuat.

Pemilikan latar belakang bahasa dapat

membantu siswa terhadap pemahaman makna

kata yang dipelajari. Kata-kata tidak memiliki

makna yang murni mandiri yang erat kaitannya

428
dengan pengalaman pembaca. Pengkombinasian

simbol-simbol visual dengan simbol-simbol

bunyi yang relatif sudah dikenal dapat

membantu membanyangkan atau menciptakan

makna dalam pikiran pembaca.

Tahap-tahap berikut ini dapat digunakan sebagai alternative dalam membaca

bacaan diatas.

1. Tataplah bacaan diatas dengan pandangan yang lebar, yaitu sekali pandang

semua bacaan terlihat.

2. Mulailah pandamgan mata terfokus pada kalimat pertama.

3. Ayunkan pandangan mata beralih kekalimat berikutnya secara perlahan-lahan.

4. Mata tidak boleh berhenti sebelum mata kalimat selesai atau boleh berhenti

pada tanda baca yang kita jumpai.

5. Ulangilah latihan smpai empat atau lima kali sambil meningkatkan gerak

mata.

6. Berltihlah dihari berikutnya secara kontinyu.

b. Membaca kalimat secara konseptual

Secara konseptual, membaca melakukan usaha untuk memahami atau

menafsirkan makna yang terkandung dalam masing-masing kalimat dan

429
merangkainya menjadi mekna yang utuh. Pembaca dapat meltih membaca

konseptual ini dengan bacaan berikut ini.

Manfaat Membaca Cepat

MC (membaca cepat) mempunyai beberapa

keuntungan terutama dalam keadaan waktu

terdesak. Dengan MC, orang dapat meninjau

kembali secara cepat materi yang pernah

dibacanya, memberi kesempatan untuk

membaca secara lebih luwes, dengan MC orang

bisa memperoleh pengetahuan yang luas tentang

apa yang dibacanya, sesuai dengan sifat bacaan

yang tidak memerlukan pendalaman.

Kunci utama MC ialah melaju terus. Saat

mulai berlatih, ingat bahwa anda akan berusaha

membiasakan gerakan mata dan proses berfikir

yang diperlukan dalam MC. Yang diutamakan

adalah menanamkan keinginan untuk membaca

cepat. Bacalah lebih dulu bacaan-bacaan ringan

yang judulnya tidak terlalu asing, sebelum

bergerak pada bacaan yang anda anggap sulit

dan asing.

430
Alternatif tahap-tahap latihan membaca kalimat secara konseptual pada

bacaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tataplah bacaan itu dengan sekali pandang.

2. Pahami kalimat demi kalimat secara perlahan-lahan.

3. Ulangilah latihan ini 2 atau 3 kali sambil meningkatkan daya pemahaman

terhadap bacaan.

4. Berlatih dihari berikutya sampai mahir.

4.2.2.4 Metode membaca paragraf

Kata paragraf berasal dari bahasa Yunani. Para berarti samping/pinggir, dan

graphein yang berarti menulis. Paragraf ialah sekelompok kalimat yang secara

bersama-sama membicarakan hanya satu pikiran utama.

Cara membaca paragraf :

1. Camkan bahwa paragraf adalah sebuah unit bacaan.

2. Bacalah kalimat pertama paragraf dengan cermat.

3. Bacalah kalimat terakhir paragraf yang anda baca.

4. Perhatikan semua fakta dalam paragraf secara seksama.

5. Belajarlah mengenal kalimat yang tidak mendukung.

6. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring dan yang dicetak tebal.

7. Terkalah pikiran penulis.

8. Membaca dengan tujuan untuk memperoleh fakta terinci harus dilakukan

sebagai berikut. Fokuskan/pusatkan perhatian anda pada pikiran utama.

431
Membaca paragraf secara mekanik, pembaca ilatih untuk dpt menggerakan mata

secara tepat dan cepat dalam menatap unsure-unsur yang ada pada paragraf.

Hakikat Membaca

Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca

industri, atau yang lazim disebut era sumber daya

manusia, atau era sibermatika, seperti sekarang ini,

kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim

disebut literacy memang telah dirasakan sebagai

conditio sine quanon alias prasyarat mutlak yang tidak

dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti, konon

para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa

kehidupan perekonomian mendatang akan

menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-

kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya

yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya.

Sebab daya nalar tersebut merupakan sumber utama

yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan

beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan

dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan

berkembang ini. Nalar manusia akan berkembang

secara maksimal jika ia diasah melalui pendidikan.

Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan

432
berliterasi atau kegiatan baca-tulis. Dengan demikian

kedudukan kemahiran berliterasi pada abad informasi

seperti sekarang ini sesungguhnya merupakan modal

utama bagi siapa saja yang berkehendak

meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan

penghidupannya.

Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi

merupakan hal yang sangat fundamental. Sebab

semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas

kegiatan membaca dan menulis, juga dengan melalui

kegiatan literasi membaca dan menulislah kita dapat

menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas

dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan

jaman. Dengan demikian, dunia pendidikan dan

persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan

kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini

kepada para siswanya.

Hingga saat ini cukup banyak pengertian atau definisi

yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang

membaca. Dari berbagai pengertian dan definisi

membaca tersebut kita dapat mengklasifikasikan ke

dalam tiga kelompok besar. Pertama, pengertian

433
membaca yang ditarik sebagai interpretasi

pengalaman membaca itu bermula dengan penemuan

waktu dan berawal dengan pengelolaan tanda-tanda

berbagai benda (membaca itu berawal dengan tanda

dan pertanda). Kedua, definisi atau pengertian

membaca yang ditarik dari interpretasi lambang

grafis; membaca merupakan upaya memperoleh

makna dari untaian huruf tertentu. Dan ketiga, definisi

atau pengertian membaca yang ditarik dari keduanya,

yakni membaca merupakan perpaduan antara

pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang

grafis atau dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan

dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-

definisi membaca tersebut sudah barang tentu

senantiasa berimplikasi. Sebagai seorang guru atau

calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi

tersebut.

Tahap-tahap berikut ini dapat digunakan sebagai alternative dalam membaca

bacaan diatas.

1. Tataplah bacaan diatas dengan pandangan yang lebar, yaitu sekali pandang

semua bacaan terlihat.

434
2. Mulailah pandamgan mata terfokus pada paragraf pertama.

3. Ayunkan pandangan mata beralih paragraf berikutnya secara perlahan-lahan.

4. Mata tidak boleh berhenti sebelum mata kalimat selesai atau boleh berhenti

pada tanda baca yang kita jumpai.

5. Ulangilah latihan smpai empat atau lima kali sambil meningkatkan gerak

mata.

6. Berltihlah dihari berikutnya secara kontinyu.

Secara konseptual, adalah untuk mendapatkan atau memahami pargraf yang

dibaca dan dapat memahami keseluruhan makna yang terdapat dalam sebuah

bacaan. Menurut (Harjasujana dan Mulyati 1997:186) menyatakan bahwa salah

satu pengetahuan yang harus dimiliki pembaca adalah struktur paragraf. Peran

structural dalam kalimat ada tiga, yaitu

1. Kalimat sebagai kalimat topic atau kalimat utama,

2. Kalimat sebagai kalimat penjelas,

3. Kalimat sebagai pemuas.

Bacaan berikut ini dapat digunakan sebagi latihan membaca paragraf secara

konseptual.

Membaca Sebagai Proses

Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri

sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses

435
yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang

aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai

proses psikologi, membaca sebagai proses sensori,

membaca sebagai proses perseptual, membaca

sebagai proses perkembangan, dan membaca

sebagai proses perkembangan keterampilan.

Sebagai proses psikologi membaca itu

perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal

yang sifatnya psikologi pembaca, seperti

intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat

sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap,

pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat

kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor

tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor

terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu

intelegensi umum.

Membaca sebagai proses sensoris mengandung

pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai

dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra

penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan

atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan

“membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti

436
bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-

mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses

membaca dan ketidakmampuan membaca bisa

disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja

sendiri-sendiri atau secara serempak.

Membaca sebagai proses perseptual mengandung

pengertian bahwa dalam membaca merupakan

proses mengasosiasikan makna dan interpretasi

berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau

lambang, serta respons yang menghubungkan

makna dengan stimulus atau lambang tersebut.

Membaca sebagai proses perkembangan

mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya

merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi

sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan

perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan

proses membaca sebagai perkembangan

keterampilan mengandung arti membaca merupakan

sebuah keterampilan berbahasa (language skills)

yang sifatnya objektif, bertahap, bisa

digeneralisasikan, merupakan perkembangan

437
konsep, pengenalan dan identifikasi, serta

merupakan interpretasi mengenai informasi.

Tahap-tahap berikut ini dapat digunakan sebagai alternative dalam membaca

bacaan diatas.

1. Tataplah halaman penuh dari bacaan diatas dengan pandangan yang lebar,

yaitu sekali pandang semua bacaan terlihat.

2. Mulailah pandangan mata terfokus pada paragraf pertama.

3. Ayunkan pandangan mata beralih paragraf berikutnya secara perlahan-

lahan.

4. Mata tidak boleh berhenti sebelum mata kalimat selesai atau boleh

berhenti pada tanda baca yang kita jumpai.

5. Ulangilah latihan smpai empat atau lima kali sambil meningkatkan gerak

mata.

6. Berltihlah dihari berikutnya secara kontinyu

4.2.3 Metode lanjutan

Metode lanjutan merupakan cara yang diterapkan dalam membaca oleh

pembaca yang sudah menguasai metode menengh untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemahiran membaca. Metode ini sesuai dengan tuntutan zaman. Di

era sekarang ini orang dituntut untuk berlomba-lomba meguasai ilmu dan

438
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Salah satu cara untuk

memenuhi tuntutan tersebut adalah dengan membaca bacaan dari berbagai macam

sumber. Sumber bacaan ada banyak sekali padahal waktu terbatas.

Apakah bisa seseorang dalam waktu yang terbatas mampu membaca bcan dari

berbagai sumber dan beragam jenisnya? Jawabanya adalah bisa jika mau dan

mampu. Kemampun yang dimaksud adalah kemmpuan tu kemhiran baca. Orng

yang kemahiran bacany tinggi akan mampu membaca dengan sangat cepat dan

mampu memahami bacaan secara penuh. Untuk itu, kita harus berlatih secara

kontinyu, berkesinambungan, tekun, dan menggunakan metode tertentu, sehingga

kita mampu membaca seefektif dan seefisien mungkin.

Metode yang digunakan merut beberapa ahli adalah metode S-D4, P2R, S2QR,

GPID, PACER, PQR, PQRST, SQ3R, SUPER SIX RS, dan OK5R.

4.2.3.1 Metode S-D4

Metode S-D4 adalah membaca yang dilaksanakan dengan tahap survai dan

decide dengan empat alternatif.

1. Survai adalah kegitan pembaca dalam melakukan aktifitas membaca

secara sepintas lalu untuk mengidentifikasi struktur dan pokok-pokok

pikiran utama bcaan

2. Decide adalah proses pembaca memutuskn unuk melkukan salh satu dari

empt pilihan.

4.2.3.2 Metode P2R

439
Merupakan metode membaca yang terdiri atas tahap preview, read, dan

review yang biasanya digunakan sebagian besar pembaca cepat dan efisien

9gordon 2006:79)

1. Preview

Merupakan membaca sepintas untuk mengetahui struktur bacaan, pokok-pokok

pikiran, relevansi, dan sebagainya. Pada tahap ini, pembaca melakukan

pengenalan terhdp bacaan mengenai hal-hal yang pokok yang bersifat iuran.

2. Read

Setelah satu tahap di atas dilakukan, maka mulailah proses membaca secara

keseluruhan dilakukan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses

baca keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu

karena pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis,

memahami strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai.

Proses pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir

bab untuk kemudian melakukan review atau dengan cara menyelesaikan dulu

secara total

3. review

Ketika kita menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke

dalam memori jangka pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca

selesai agar apa-apa yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek

melainkan masuk ke memori jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun Anda

440
perlu mengingat kembali materi bacaan tersebut, tinggal melakukan proses

pemanggilan dari memori jangka panjang.

Proses review awal dilakukan segera setelah mengakhiri bahan bacaan.

Hal ini dilakukan mirip dengan proses “Survey” di mana Anda membolak-balik

halaman secara cepat sambil melakukan review singkat untuk memastikan apa-

apa yang dibaca telah terpahami.

Proses review ini cukup menghabiskan waktu 5 menit saja dan akan

bermanfaat sekali dalam jangka panjang terutama terkait pemahaman dan ingatan

akan bahan bacaan.

Jika Anda mengabaikan proses review ini, mungkin Anda masih dapat

mengingat dengan baik isi bahan bacaan. Akan tetapi, dalam 24 jam pemahaman

tersebut akan turun cukup banyak dan terjadi penurunan drastis setelah seminggu.

Buat Anda yang masih berkuliah atau menjalani pendidikan, proses review

yang sama perlu dilakukan segera setelah Anda menjalani proses perkuliahan

untuk satu topik. Dengan demikian Anda akan menghemat waktu dalam

menguasainya dibandingkan dengan berusaha membaca kembali setelah 1 bulan

atau menjelang ujian.

Setelah proses review pertama dilakukan, proses review berikutnya dapat

dilakukan setelah seminggu dan sebulan. Dengan cara ini, apa-apa yang Anda

baca akan masuk ke memori jangka panjang dan akan terus diingat dan dipahami

bertahun-tahun.

441
4.2.3.3 Metode S2QR

Metode S2QR, digunakan apabila pembaca tidak memiliki tujuan khusus

sewaktu membaca, dengan harapan pembaca mampu membaca bacaan secara

ccermat dan menyeluruh. Metode ini digunakan untuk membaca tabel, grafik atau

diagram yang tahapa-tahapnya terdiri atas survai, seek, question, dan reading

(Depdikbud 2004: 4-5).

1. Survai merupakan proses persiapan membaca dengan cara melihat secara

sekilas isitabel mulai dari judul utama dan sub judul. Mengapa yang

disuvai judul dan subjudul? Karena memahami judul memiliki manfaat,

yaitu dapat memahami pesan secara utuh dan menyeluruh.

2. Seek adalah kegiatan mencari informasi pada kolom dan mencari

informasi tambahan yang ada di luar kolom tabel (Haryadi 2008:93).

Intinya tabel itu terdiri dari kolom-kolom, sehingga informasi terdapat

dalam kolom-kolom tabel.

3. Question adalah kegiatan pembaca membuat pertanyaan tentang isi tabel

atau tujuan membaca tabel. Sebuah informasi pada tabel merupakan

jawaban dari apa yang kita tanyakan, semakin banya kita membuat

pertanyaan, semakin banyak informasi yang kita dapatkan.

4. Reading adalah kegiatan membaca tabel dengan teliti, dan tahap ini

merupakan lanjutan dari tahap question.

4.2.3.4 Metode GPID

442
Metode GPID merupakan metode yang terdiri dari goal, plans,

implementations, dan development. Penjabaran metode ini adalah sebagai

berikut.

1. Goal adalah tujuan membaca, apa yang diharapkan oleh pembaca. Intinya

sebelum membaca, pembaca harus memiliki bayangan untuk apa ia

membaca? Apa yang ingin diperoleh dari membaca? Dan juga

menentukan metode apa yang digunakan dalam membaca.

2. Implementation merupakan tahap reading dengan memperhatikan tujuan

yang telah dibuat oleh pembaca. Pada saat pelaksanaan pembaca sudah

menggunakan metode dan teknik yang ingin digunakan.

3. Development adalah proses pengambilan simpulan dan evaluasi. Hal yang

dievaluasi adalah apakah tujuan membaca sudah tercapai, serta metode

yang digunakan bejalan dengan lancer apa tidak.

4.2.3.5 Metode PACER

Sebenarnya metode ini adalh pengembangan dari metode P2R. dikatakan

pengembangan dari metode P2R karena dalam metode ini memiliki tahap preview

dan review. Penjelasan m etode ini adalah berikut ini.

1. Preview atau meninjau sebenarnya adalah sinonim dengan kegiatan survai.

Meninjau dapat diarikan sebagai kegiatan pembaca melihat-lihat bacaan

secara sekilas dan cepat pada bagian-bagian tertentu yang bersifat pokok,

misalnya judul dan subjudul.

443
2. Asses atau menaksirmerupakan kegiatan pembaca untuk menentukan tujuan

membaca. Tujuan membaca yanbersifat umum atau yang bersifat khusus.

Tujuan membaca yang bersifat umum adalah tujuan pokok dari membaca

bacaan, sedangkan tujuan khusus adalah tuju8an yang bergantung pada

keperluan pembaca.

3. Choose atau memilih merupakan kegiatan membaca yang berkaitan dengan

memilih dan melakukan membaca denganteknik yang tepat. Teknik yang

tepat akan sangat menentukan keberhasilan dalam membaca. Teknik yang

dipilih juga hareus disesuaikan dengan tujuan yang diinginkan dan jenis

bacaa.

4. Expendite atau mempercepat merupakan kegiatan membaca untuk

mempercepat kecapatan baca. Membaca berdasarkan tingkat kesulitannya

ada tiga, yaitu sulit, sedang, dan mudah. Jika pembaca bacaan sulit maka

pembaca akan membaca dengan pelan, sedangkan bacaan yang sedang agak

pelan, kemudian bacaan yang mudah pembaca membaca dengan cepat.

5. Review atau meninjau kembali merupakan kegiatan pembaca untuk

membaca kembali secara sepintas dengan tujuan untuk mengingat kembali

atau merifres kembali apa yang sudah dibaca, dengan catatan membaca harus

dengan sepintas.

4.2.3.6 Metode SQ3R

Bayangkan Anda akan membaca sebuah buku dengan topik pengembangan

diri sebanyak 300 halaman. Apakah Anda akan langsung melakukan pembacaan

secara keseluruhan? Jawabannya tidak. Mungkin Anda bisa langsung membaca

444
buku tersebut dari halaman pertama sampai terakhir, tapi kalau dilakukan tanpa

persiapan, besar kemungkinan pemahaman akan bahan bacaan tidak akan baik.

Banyak ahli di bidang pendidikan dan baca cepat mengajarkan metode membaca

yang meliputi tahapan berikut:

 Survey

 Question

 Read

 Recite

 Review

Penjabaran metode ini adalah sebagai berikut.

1. . Survey

Yakni proses persiapan membaca dengan cara melihat secara sekilas isi

buku mulai dari judul utama, sub judul, cover buku bagian belakang yang

menjelaskan secara ringkas topik yang dibahas, kata pengantar dari penulis,

maupun daftar isi. Proses selanjutnya dari tahapan Survey adalah dengan

membuka secara cepat halaman demi halaman dan memperhatikan bagian judul

bab, sub judul bab, kata-kata khusus yang bercetak tebal atau miring, tabel,

gambar sambil mencoba mendapatkan ide besar dari buku tersebut. Survey yang

sukses akan menghasilkan gambaran umum tentang isi buku sekaligus

menciptakan minat yang kuat untuk memahaminya. Ini merupakan modal penting

445
untuk membantu proses membaca cepat isi buku secara keseluruhan disamping

memastikan tingkat pemahaman yang tinggi akan isi buku.

2. Question

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan proses survey terutama ketika

Anda mempelajari daftar isi serta mulai membaca sekilas halaman demi halaman

secara cepat.

Sambil Anda membaca judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus bercetak

tebal atau miring, tabel dan gambar maka pada saat yang sama Anda melakukan

proses bertanya kepada diri sendiri. Di sini Anda melakukan proses aktif dengan

melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap pokok pikiran yang

disampaikan penulis buku. Anda bisa menciptakan berbagai pertanyaan seperti:

 Menurut saya bab ini harusnya menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu

“Pengembangan Pribadi”

 Menurut saya pengembangan pribadi tidak hanya bersifat skill semata,

melainkan pula pengembangan spiritual. Akan tetapi penulis buku ini

sepertinya lebih fokus pada pengembangan pribadi yang bersifat skill.

 Saya percaya bahwa pengembangan pribadi akan membantu orang untuk

sukses. Namun saya juga meyakini ada faktor-faktor lain yang menyertainya,

termasuk Tangan Tuhan di dalamnya.

 Dan seterusnya

446
Perhatikan dari pertanyaan-pertanyaan di atas, seorang pembaca telah

melakukan proses dialog aktif bahkan sebelum pembacaan secara penuh

dilakukan. Dengan demikian, secara mental pembaca tersebut sudah siap untuk

terjun ke dalam isi bacaan termasuk untuk menguji pembahasan yang diajukan

penulis buku dengan apa-apa yang telah dipelajari dan dipahami sebelumnya oleh

pembaca tersebut. Proses inilah yang nantinya akan membantu terjadinya

membaca secara aktif. Lewat cara ini, pembaca tidak sekedar “menurut” dengan

apa yang disampaikan penulis melainkan turut melakukan analisa, sintesa maupun

argumentasi terhadap isi buku.

3. Read

Setelah dua tahap di atas dilakukan, maka mulailah proses membaca

secara keseluruhan dilakukan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka

proses baca keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini

dibantu karena pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan

penulis, memahami strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai. Proses

pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk

kemudian melakukan review atau dengan cara menyelesaikan dulu secara total.

4. Recite

Proses resitasi atau melakukan refleksi atas bahan bacaan dapat Anda

lakukan segera setelah mengakhiri satu bab. Langkah ini dilakukan untuk menguji

pemahaman atas apa yang telah dibaca. Proses ini dilakukan dengan menceritakan

447
ulang pokok pikiran yang dibahas dalam buku tersebut dengan gaya bahasa Anda

sendiri. Jika hal tersebut dapat dilakukan menunjukkan bahwa Anda memahami

isi buku tersebut. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka

pemahaman Anda sebenarnya masih diragukan. Proses resitasi ini sangat

bermanfaat terutama ketika membaca buku-buku teks perkuliahan yang wajib

dikuasai. Proses ini tidak berusaha menghafal apa-apa yang Anda baca melainkan

berusaha memahami dengan bahasa sendiri apa-apa yang telah dibaca.

5. Review

Ketika kita menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke

dalam memori jangka pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca

selesai agar apa-apa yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek

melainkan masuk ke memori jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun Anda

perlu mengingat kembali materi bacaan tersebut, tinggal melakukan proses

pemanggilan dari memori jangka panjang. Proses review awal dilakukan segera

setelah mengakhiri bahan bacaan. Hal ini dilakukan mirip dengan proses “Survey”

di mana Anda membolak-balik halaman secara cepat sambil melakukan review

singkat untuk memastikan apa-apa yang dibaca telah terpahami.

Proses review ini cukup menghabiskan waktu 5 menit saja dan akan

bermanfaat sekali dalam jangka panjang terutama terkait pemahaman dan ingatan

akan bahan bacaan.Jika Anda mengabaikan proses review ini, mungkin Anda

448
masih dapat mengingat dengan baik isi bahan bacaan. Akan tetapi, dalam 24 jam

pemahaman tersebut akan turun cukup banyak dan terjadi penurunan drastis

setelah seminggu. Buat Anda yang masih berkuliah atau menjalani pendidikan,

proses review yang sama perlu dilakukan segera setelah Anda menjalani proses

perkuliahan untuk satu topik. Dengan demikian Anda akan menghemat waktu

dalam menguasainya dibandingkan dengan berusaha membaca kembali setelah 1

bulan atau menjelang ujian. Setelah proses review pertama dilakukan, proses

review berikutnya dapat dilakukan setelah seminggu dan sebulan. Dengan cara

ini, apa-apa yang Anda baca akan masuk ke memori jangka panjang dan akan

terus diingat dan dipahami bertahun-tahun.

4.2.3.7 Metode PQRST

Pembelajaran membaca tidak dapat berlangsung tanpa metode. Metode itu

berupa Prosedur atau tata cara yang hendaknya diikuti dalam rangka mencapai

tujuan penbelajaran. Safari (1997:29) menyatakan bahwa metode itu cara untuk

mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara

menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Metode ini bersifat prosedural, artinya menggambarkan prosedur bagaiman

mencapai tujuan pembelajaran.

Metode PQRST adalah salah satu metode membaca yang mirip atau

bahkan sama dengan metode SQ3R (Widyamartaya, 1992:63). PQRST

merupakan singkatan dari inti kegiatan preview, question, read, summerize, test.

449
PQRST sebenarnya merupakan suatu metode atau strategi membaca buku yang

terutama ditujukan untuk kepentingan studi, namun peneliti dapat meminjam

konsepkonsep dan langkah-langkah dari metode ini untuk kepentingan pengajaran

membaca di sekolah terutama untuk siswa-siswa yang sudah tergolong pembaca

tingkat lanjut (Budinuryanto, 1997: 11-14). Metode PQRST di dalam penelitian

ini adalah metode membaca teks bacaan yang terdiri dari lima kegiatan previw,

question, read, summerize, dan test serta beberapa kegiatan tambahan terdiri atas

membahas pertanyaan, membahas jawaban, menentukan kalimat utama, kalimat

penjelas, ide pokok dan ide

penjelas. Di bawah ini dijabarkan tiap-tiap kegiatan tersebut.

Langkah 1 adalah P-preview yang sama dengan penjajagan atau tinjauan

pendahuluan. Dalam langkah pertama dilakukan memeriksa halaman-halaman bab

yang akan dipelajari. Judul-judul paragraph atau bagiannya, gambar-gambarnya,

grafik-grafiknya, diagramnya, peta-petanya (kalu ada), dibaca pertanyaan atau

rangka man pada akhir bab (kalau ada). Tujuannya untuk memperoleh kesan atau

gagasan umum tentang isinya. Penyelidikan ini dilakukan dengan membaca

selintas (skimming).

Langkah ke 2 adalah Q-Question atau menanyakan. Dalam langkah kedua ini

diajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca seluruh bab.

Pertanyaanpertaayaan didasarkan pada bahan yang sudah dibaca selintas tadi,

misalnya dengan mengubah judul-judul paragraph menjadi bentuk pertanyaan

lengkap dengan pertanyan (cukup dalam pikiran saja). Pertanyaan-pertanyaan itu

450
akan membangkitkan keingintahuan akan membantu untuk membaca dengan

tujuan mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), dan akhirnya akan

meningkatkan pemahaman dan mempercepat pnguasaan seluruh isi bab.

Langkah 3 adalah R-Read atau membaca. Dalam langkah ketiga ini dilaksanakan

kegiatan membaca untuk mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang sudah

disusun.

Langkah 4 adalah S-Summerize atau meringkas. Dalam langkah keempat ini

disusun catatan dan membuat ringkasan ide-ide pokok artikel atau bab tersebut.

Ringkasan ini dapat berupa tulisan atau garis besar (outline).

Langkah 5 adalah T-Test sama atau mirip dengan priview atau mengulang dalam

langkah kelima diulang lagi dan diingat-ingat kembali seluruh isi ringkasan dan

penting dari seluruh bab tersebut, diusahakan untuk memperoleh penguasaan bulat

meyeluruh, dan kokoh atas bahan.

1) Tujuan PQRST

Tujuan utama membaca dengan metode PQRST adalah sebagai berikut:

a. Membekali siswa untuk mengunakan pendekatan yang sistematis

dalammembaca.

b. Meningkatkan pembelajaran membaca secar mantap dan efisien untuk

berbagai materi bacaan sehingga hasikaya meningkat.

2) Manfaat PQRST

Manfaat PQRST bagi para siswa adalah sebagai berikut:

451
a. Siswa mendapat bekal metode belajar yang sistematis, efektif, dan efisien.

b. Siswa menjadi fleksibel dalam mengatur kecepatan membaca.

c. Dalam membaca di luar pembelajaran, siswa dapat menentukan materi

yang sesuai dengan keperluannya atau tidak.

3) Model Pembelajaran PQRST.

Model pembelajaran PQRST dilakukan dengan langkah-langkah berikut

ini.

1. Siswa menerima bacaan dengan posisi bacaan tertutup.

2. Siswa melaksanakan penjajagan dengan membaca sekilas bacaan.

3. Siswa menyusun pertanyaan.

4. Siswa membahas pertanyaan.

5. Siswa membaca teliti untuk mendapatakan jawaban atas pertanyaan yang

tersaji.

6. Siswa menjawab pertanyaan yang telah disusun.

7. Siswa menceritakan isi bacaan.

8. Siswa meninjau kembali bacaan.

Dari uraian di atas ketrampilan yang diharapkan melalui kegiatan

pembelajaran membaca dengan metode PQRST di dalam penelitian ini antara lain

seperti berikut :

1. Siswa dapat menjawab petanyaan literal.

2. Siswa dapat menjawab pertanyaan infoerensial.

3. Siswa dapat menentukan ide pokok.

452
4. Siswa dapat menentukan ide penjelas.

5. Siswa dapat menentukan kalimat utama paragraph.

6. Siswa dapat menentukan kalimat penjelas paragraph.

7. Siswa dapat menyimpulkan

4.2.3.8 Metode PQ3R

Metode PQ3R merupakan metode yang terdiri dari tahap prepare,

question, reading, recite, dan review (Nurhadi 2005:129). Metode ini

hampir sama dengan metode SQ3R. adapun kesamaan kedua metode ini

adalah berikut ini.

1. Merupakan metode yang digunakan membaca buku dalam rangka

studi.

2. Kedua metode tersebut sama-sama memiliki lima tahap, yaitu prepare,

question, reading, recite, dan review.

Perbedaan kedua metode ini hanya pada tahap awal, yaitu pada metode SQ3R

adalah survai, sedangkan pada metode PQ3R adalah prepare. Prepare adalah

tahap mula dalam membaca buku dengan cara melihat sekilas terhadap

keseluruhan sebuah buku.

4.2.3.9 Metode SUPER SIX Re

Metode SUPER SIX Re merupakan metode membaca untuk kepentingan

studi yang meliputi enam tahap, yaitu reconnoiter, read, recite, record, review,

dan reflect (Widyamartaya 2004:63). Pada dasarnya metode ini sama dengan

metode SQ3R. persamaannya adalah pada tahap-tahap dan tujuan yang ingin

dicapai, dan perbedaanya hanya perbedaan istilah saja. Tahap keempat pada

453
metode SQ3R istilahnya adalah recite, sedangkan metode SUPER SIX Re

istilahnya adalah record.

4.2.3.10 Metode OK5R

Metode ini merupakan pengembangan dari metode SQ3R sehingga tahap-

tahapnya hapir sama bahkan ada yang sama. Metode OK5R terdiri atas tahap

overview, key ideas, read, record, recite, review, dan reflect. Tahap yang sama

dengan tahap SQ3R adalah tahap read, recite, review, dan overview sama dengan

survai. Sedangkan tahap yang tidak sama adalah tahap key ideas, record, dan

reflect. Key ideas adalah tahap kedua darimetode ini yang berupoa kegiatan

membaca untuk memisah-misahkan ide-ide atau pikiran-pikiran utama dari

kumpulan ide penjelas.

Record merupakan tahap keempat dari metode ini yang berupa kegiatan mebuat

catatan-catatan atau menandai bacaan atau membuat ringkasan pada tiap bab.

Record digunakan setelah pembaca melakukan read. Reflect merupkan tahap yang

terahir pada metode ini. Tahap reflect pada metode ini sama dengan reflect

metode SUPER SIX Re dalam hal dan tujuan yang dilakukannya.

Penjelasan lain teori dapat dilihat pada paparan berikut :

4.2.1. Model Membaca Bawah Atas(MMBA)

Pada model membaca bawah atas stuktur-struktur yang ada dalam teks

itu dianggap sebagai unsure yang memainkan peran utama, sedangkan struktur-

struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya merupakan hal yang sekunder.

454
MMBA pada dasarnya merupakan proses penerjemahan dekode dan encode.

Decode adalah kegiatan mengubah tanda-tanda menjadi berita. Encode ialah

kegiatan mengubah berita menjadi lambing-lambang. Pada MMBA pembaca

mulai dengan huruf – huruf atau unit-unit yang lebih besar, dan setelah itu barulah

ia melakukan antisipasi terhadap kata-kata yang diejanya itu.

Teori proses informasi (cough) bepandapat bahwa membaca itu pada

dasarnya adalah penerjenahan lambang grafik kedalam bahasa lisan. Mempelajari

apa yang dikatakan lambang tercetak merupakan kegiatan satu-satunya dalam

proses membaca. Menrut MMBA, tugas pertama seorang pembaca ialah

mendekode lambang-lambang tertulis itu menjadi bunyi-bunyi bahasa. Peran

pembaca bersifat relative pasif dalam proses penerjemahan itu. Satu-satunya

pengetahuan yang didiapkan ialah pengetahuan tentang hubungan antara lambang

dan bunyi.Jelaslah bahwa menurut MMBA teks bacaan itu diproses okeh

pembaca tanpa informasi yang mendahuluinya yang ada hubungannya dengan isi

bacaan.

Inti proses membaca menurut teori ini adalah proses kengkodean kembali

simbol tuturan tertulis (Harris & Sipay, 1980). Membaca dalam proses bottom-

up merupakan proses yang melibatkan ketepatan, rincian, dan rangkaian persepsi

dan identifikasi huruf-huruf, kata-kata, pola ejaan, dan unit bahasa lainnya. Tugas

utama pembaca menurut teori ini adalah mengkode lambang-lambang yang

tertulis menjadi bunyi-bunyi bahasa (Harjasuna, 1996).

455
Brown (2001) menyatakan bahwa pada proses bottom-up membaca

terlebih dahulu mengetahui berbagai tanda linguistik, seperti huruf, morfem, suku

kata, kata-kata frasa, petunjuk gramatika dan tanda wacana, kemudian

menggunakan mekanisme pemrosesan yang masuk akal, koheren dan bermakna.

Agar bisa memahami bacaan pada teori ini, pembaca membutuhkan keterampilan

yang berhubungan dengan lambang bahasa yang digunakan dalam teks.

Fries (1962), mendefinisikan membaca debagai kegiatan mengembangkan

kebisaan merespon kepada seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang

grafis.Model-model pemikiran yang sejalan dengan MMBA itu, menimbulkan

metode-metode membaca yang disebut metode alphabet, metode fonik.Metode

alphabet meruakan metode pengajaran membaca yang tertua.Dalam zaman

keemasan Yunani dan Roma orang mengajarkan membaca dengan metode

alphabet. Dalam metode ini, huruf-huruf yang di ajarkan itu diucapkan sama

dengan ucapan alphabet. Dengan demikian, huruf ‘d’ diucapkan /de/, huruf ‘k’

diucapkan /ka/, huruf ‘l’ diucapkan /el/, huruf ‘m’ diucapkan /em/ dan

selanjutnya.

Menghubungkan ucapan ‘ka’ /ka/ dan ‘I’ /i/ menjadi ‘ki’ /ki/ ternyata

merupakan hal yang tidak mudah bagi anak-anak yang baru mulai belajar

membaca.Itulah sebabnya dalam metode fonik, konsonan-konsonan itu tidak

diucapkan seperti ucapan alphabet. Huruf ‘k’ tidak di ucapkan /ka/ tetapi /kh/,

huruf ‘d’ tidak di ucakan /de/ tetapi /dh/, demikian seterusnya.

456
4.2.2. Model Membaca Atas-Bawah (MMAB)

Teori ini dikenal sebagai model psikolinguistik dalam membaca dan teori

ini dikembangkan oleh Goodman (1976). Model ini memandang kegiatan

membaca sebagai bagian dari proses pengembangan skemata seseorang yakni

pembaca secara stimultan (terus-menerus) menguji dan menerima atau menolak

hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses membaca berlangsung. Pada model

ini, informasi grafis hanya digunakan untuk mendukung hipotesa tentang makna.

Pembaca tidak banyak lagi membutuhkan informasi grafis dari bacaan karena

mereka telah memiliki modal bacaan sendiri untuk mengerti bacaan. Proses

membaca model ini dimulai dengan hipotesis dan prediksi-prediksi kemudian

memverifikasinya dengan menggunakan stimulus yang berupa tulisan yang ada

pada teks.

Inti dari model membaca atas bawah adalah pembaca memulai proses

pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Pembaca memulai tahapan

membacanya dengan membaca prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-

dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan

pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya. Untuk membantu

pemahaman dengan menggunakan teori ini, pembaca menggunakan strategi yang

didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk

mendapatkan makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan

yang berupa kompetensi berbahasa yang ia miliki. Jadi, kompetensi berbahasa dan

457
pengetahuan tentang apa saja memainkan peran penting dalam membentuk makna

bacaan.

Jadi menurut model membaca atas-bawah dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar

dalam memahami bacaan.

Model membaca atas bawah ini berpijak pada teori psikolinguistik,

mengenai interaksi antara pikiran dan bahasa. Goodman (1967) bependapat

bahwa membaca itu merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat

kebahasaan yang dipilih dari masukan yang diperoleh melalui persepsi pembaca.

Pemilihannnya itu dilakukan dengan kemampuan memperkirakan. Ketika

informasi itu di proses, terjadilah keputusan-keputusan sementara untuk

menerima, menolak atau memperhalus. MMAB menggunakan informasi grafis itu

hanya untuk mengukung atau menolak hipotesis mengenai makna.

Makna diperoleh dengan menggunakan informasi yang perlu saja dari

system isyrat semantik, sintaksis, dan grafik. Isyarat grafik diturunkan dari media

cetak, isyarat-isyarat lainnya berasal dari kebahasaan pembaca, pembaca

mengembangkan berbagai strategi untuk memillih isyarat grafis yang paling

berguna, setelah pembaca menjadi semakin terampil, informasi grafis itu semakin

berkurang pula perlunya, sebab pembaca telah memiliki perbendaharaan kata dan

konsep-konsep yang semakin kaya. Strategi-strategi untuk membuat perkiraan

yang didasarkan pada penggunaan isyarat semantic dan sintaksis, memungkinkan

458
pembaca untuk memahami materi dan umtuk mengantisipasi apa yang tampak

berikutnya di dalam materi cetak yang sedang dibaca.

4.2.3. Model Membaca Timbal Balik (MMTB)

Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) dicanangkan oleh teoris

Rumelhart (1977). Rumeljart mereaksi dua model membaca yang telah kita

singgung di muka. Dia beranggapan bahwa model-model yang terdahulu itu tidak

memuaskan, karena pada umumnya model-model tersebut bertitik tolak pada

pandangan formalisme model-model perhitungan yang linear. Model-model itu

mempunyai sifat-sifat berurut-berlanjut, tidak interaktif.

Secara sederhana, konsep MMTB dapat dilukiskan sebagai berikut.\

459
MMTB melukiskan MMBA dan MMAB berlangsung simultan pada

pembaca yang mahir. Artinya, proses membaca tidak lagi menunjukkan suatu

proses yang bersifat linier, tidak menjukkan proses yang berturut-berlanjut,

melainkan suatu proses timbal balik yang bersifat simultan. Pada suatu saat

MMBA berperan dan pada saat lain justru MMAB yang berperan. Para penganut

paham MMTB percaya bahwa pemahaman itu tergantung pada informasi grafis

atau informasi visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah tersedia

dalam pikiran pembaca. Oleh karenanya, pemahaman bisa terganggu jika ada

pengetahuan yang diperlukan untuk memahami bacaan yang dibacanya tidak bisa

digunakan, baik disebabkan pembaca lupa akan informasi tersebut atau mungkin

juga karena skemanya terganggu.

460
Paradigma yang diajukan Rumelhart untuk melukiskan proses membaca

itu berlainan dengan paradigma-paradigma yang pernah ada sebelumnya. Dalam

kompultasi paralel selalu terjadi interaksi di antra proses-proses yang

berlangsung berkelanjutan dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.

Rumelhart mengajukan pendapat yang menyatakan bahwa membaca sebagai

kegiatan yang meliputi berbagai tipe pemrosesan informasi dan unit-unit

pemrosesan itu bersifat sangat interaktif dan berlanjut. Dengan menggunakan

formalisme yang dikembangkan dengan komputer, Rumelhart dapat menjelaskan

secara tepat aspek-aspek membaca yang bersifat parallel dan yang bersifat

interaktif. Aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rumelhart itu sudah dijelaskan

oleh para ahli yang terdahulu. Akan tetapi, penjelasan yang disampaikan para

pendahulunya tidak mencapai tingkat kejelasan seperti yang dijelaskan oleh

Rumelhart.

MMTB sukar dilukiskan dalam diagram dua dimensi. Dalam gambar yang

berikut ini penyimpan informasi visual (PIV) mencatat informasi grafis. PIV itu

disentuh oleh alat penyadap ciri (APC). Ciri-ciri yang disadap itu digunakan

sebagai masukan untuk pemadu pola (PP).

PP merupakan komponen yang utama dalam model ini. Ke dalamnya bisa

masuk informasi sensoris, informasi tentang kemungkinan-kemungkinan

sintaksis, semantik, leksikal, dan struktur ortografis tentang berbagai untaian

huruf. PP membuat keputusan berdasarkan informasi-informasi yang masuk ke

dalamnya itu.

461
Mari kita perhatikan paradigma Rumelhart dalam gambar berikut.

Model yang dilukiskan dalam diagram di atas, menunjukkan adanya

pengaruh berbgai tahapan (grafik, semantic, dan sebagainya) terhadap kegiatan

membaca dalam bentuk interaktif. Yang tidak dijelaskan dalam proses tersebut

ialah bagaimana komponen-komponen itu berinteraksi. Hal inilah yang kemudian

462
menjadi bahan pemikiran ahli lain, seperti Goodman dan Ruddel. Yang tidak

ada di dalam model itu ialah gambaran tentang kerja pemandu polanya sendiri.

Pengembangan gambaran proses membaca yang dibuat oleh Rumelhart

merupakan sumbangan utama terhadap model-model membaca. Rumelhart

menampilkan suatu model membaca yang menunjukkan komponen-komponen

sensori, semantik, sintaksis, dan pragmatik yang diperoleh dalam bentuk

interaktif untuk memperoleh pemahaman tentang bahasa tulis. Berbagai jenis

informasi masuk ke dalam pusat berita; berbagai hipotesis dirumuskan, kemudian

disetujui, ditentukan, dikukuhkan atau ditolak oleh sumber informasi yang layak.

Hipotesis baru digeneralisasikan hingga pada akhirnya tercapailai hipotesis yang

paling layak. Interaksi antara hipotesis dan sumber informasi dapat ditandai

secara matematis dalam model probabilitas. Dengan demikian, membaca itu

dipandang sebagai formulasi hopotesis, pengujian probabilitas dengan

menggunakan serangkaian sumber informasi, dan akhirnya dibuatlah keputusan

tentang hipotesis yang terbaik yang diterima sebagai makna.

Rumelhat telah melengkapi kita dengan pengetahuan tentang sebuah

model yang cukup canggih. Dengan menggunakan model tersebut kita dapat

mengatasi masalah yang berkenaan dengan proses kebahasaan seperti yang

tampak pada perilaku pola membaca. Model ini mempunyai ciri yang esensial

yang menjelaskan betapa proses kebahasaan peringkat yang lebih tinggi

(semantik dan makna) mempermudah proses kebahasaan peringkat rendah

463
(huruf, kata), dan betapa penguasaan atas peringkat yang lebih tinggi itu

mempermudah penguasaan atas peringkat yang lebih rendah.

Model membaca yang dikemukakan oleh Rumelhart itu mengingatkan

pembaca agar informasi yang dimilikinya (meskipun jumlahnya sangat terbatas)

dapat dimanfaatkan pada saat melakukan kegiatan membaca. Dilihat dari bidang

pengajaran, hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar bagi guru

untuk menolong para siswanya menjadi pembaca yang fleksibel, ialah pembaca

yang mampu mengatur kecepatan tempo bacanya sesuai dengan sifat, manfaat,

tujuan, kebutuhan dan relevansi dari materi bacaan tersebut. Pembaca harus

dialihkan perhatiannya dari struktur lahir bahasa (kata, huruf, kalimat, dan

sebagainya) ke struktur batin, ke bagian yang menghendaki prakiraan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memprakirakan dan

menemukan makna bacaan itu ialah strategi pengajaran yang memungkinkan

siswa menggunakan bahasa yang dimilikinya serta informasi pragmatik yang

telah dimilikinya dalam proses menyimak dan berbicara. Guru dituntut untuk

mengembangkan strategi yang mendorong siswa supaya bersikap aktif-kognitif

agar dapat menjadi pembaca yang mahir.

Yang dapat kita lakukan sebagai guru adalah menciptakan lingkungan

yang kondusif, yang mendorong menumbuhkan minat baca yang positif. Perlu

diutamakan keyakinan bahwa dalam hal ini bukanlah kehadiran guru dalam

lingkungan itu yang pertama dan utama, melainkan kehadiran siswa itu sendiri.

Kemampuan membaca akan meningkat hanya dengan jalan melakukan kegiatan

464
membaca itu sendiri. Melakukan aktifitas baca sama dengan berlatih membaca.

Latihan tersebut akan mendorong mereka meningkatkan kemampuan membaca

serta menemukan sendiri strategi yang paling tepat untuk dirinya dalam

menghadapi bacaan.

Dalam praktek pengajaran membaca, hal tersebut menunjukkan kita pada

berbagai konsep dan pandangan tentang berbagai metode pengajaran membaca.

Kiranya kita perlu meninggalkan berbagai asumsi yang pernah menguasai

metode pengajaran pada masa-masa silam. Sebagai contoh, guru tidak perlu lagi

terlalu memikirkan adanya kebolongan kosakata yang mungkin belum diketahui

siswa. Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, kemudian guru berpikir bahwa

pengajaran membaca tidak mungkin dilakukan. Para guru lebih baik meyakinkan

para siswanya bahwa bagaimanapun para siswa tidak perlu berkecil hati dan

frustasi dengan bacaan yang sarat dengan kosakata sukar yang tidak dapat

dipahaminya. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mereka dapat

memanfaatkan informasi nonvisual. Informasi ini akan membantu siswa untuk

merekontruksi makna dari lambang-lambang yang berupa cetakan. Perubahan

sikap seperti itu akan membuat mereka percaya diri dan bergantung pada

kemampuan sendiri. Hambatan kosakata yang dialaminya akan diatasi sendiri

dengan jalan memproses masukan linguistik dan memadukannya dengan aspek

kognitif yang dimilikinya. Dengan demikian, para siswa tidak lagi akan

bergantung kepada guru atau pun sumber-sumber lainnya yang datang dari luar

pada waktu mereka menghadapi masalah-masalah dalam membaca.

465
Model yang dianjurkan oleh Rumelhart itu mendukung salah satu

keyakinan yang secara intuitif telah diterima oleh banyak orang, ialah bahwa

pembaca akan lebih merasa terlayani jika kita membekali mereka dengan

kesiapan untuk membaca materi yang disajikan kepada mereka. Banyak hal yang

bisa dilakukan guru dalam upaya membekali pengetahuan siap mereka. Prosedur-

prosedur tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan berikut: diskusi, pertunjukan

film, karyawisata, bercerita, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini bermanfaat

bagi para siswa dalam upaya membantu mereka untuk menggunakan latar

belakang informasi (pengetahuan) yang dimilikinya. Pengetahuan siap ini akan

mempermudah proses memahami bacaan dengan lebih layak dan lebih baik.

Cara lama yang masih banyak digunakan para guru ialah pemberian tugas

membaca. Pemberian tugas ini kadang-kadang merupakan tugas prasyarat untuk

tugas berikutnya berupa diskusi. Tampaknya, meskipun metode pemberian tugas

ini tidak terlalu jelek dan merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk

membangkitkan motivasi siswa, namun cara ini tampaknya sudah “ketinggalan

zaman”. Bagaimanapun hal-hal yang dibawa pembaca tersebut dari proses yang

dijalaninya itu. Oleh karena itu, guru boleh berkeyakinan bahwa proses membaca

akan berlangsug lebih baik jika prosedur penugasan itu dibalikkan, diskusi dulu,

baru kemudian membaca.

Dalam bidang metode pengajaran, model Rumelhart itu dipandang

sebagai model yang sudah membaur dengan berbagai strategi pengajaran yang

telah menunjukkan keberhasilannya. SQ3R misalnya, memberikan dorongan

466
kepada siswa untuk menyurvai, bertanya dan bertanya, membuat prakiraan, dan

membaca untuk menguji hipotesis. Model membaca yang baik harus dapat

menjelaskan teori berbagai pendekatan yang baik untuk membaca dan belajar.

Model yang baik harus pula memberikan penjelasan terhadap langkah-langkah

pengajaran yang baru.

Model Rumelhart berguna sekali untuk pengajaran membaca pada

peringkat sekolah menengah, baik sekolah mengengah pertama maupun

peringkat di atasnya. Model ini sangat baik untuk mengakrabkan dan mendorong

mereka dalam pengujian cara dan strategi membaca yang biasa mereka lakukan

sendiri.

Setelah anda mempelajari dengan seksama konsep-konsep MMTB yang

diprakarsai Rumelhart, bagaimana pendapat dan komentar anda terhadap

prinsip-prinsip yang ada di dalamnya? Ya, mungkin anda tergolong orang yang

berpendapat bahwa model Rumelhart itu tidak menarik karena di dalamnya

sesungguhnya tidak ada hal-hal yang baru bagi anda. Sebagai guru, anda

mungkin sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka

yang biasa timbul dalam pikiran anda selagi membaca. Bukankah pertanyaan-

pertanyaan yang muncul selagi kita membaca merupakan cerminan dari proses

interaktif dari kerja mata dan kerja kognisi pada saat kita merespon bacaan.

Sebagai guru anda pun sudah terbiasa dengan pemberian rangsangan-rangsangan

kepada para siswa anda agar mereka membuat prakiraan-prakiraan, hipotesis,

antisipasi, klasifikasi, yang memungkinkan mereka untuk berfikir secara

467
divergen. Mungkin, kita telah melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui landas

pijaknya. Dengan pengetahuan ini, mudah-mudahan apa yang telah kita lakukan

tersebut dapat kita yakini sebagai sebuah kebenaran dan sesuatu yang dapat

memberikan manfaat yang lebih baik.

Dalam model Rumelhart, mungkin anda tidak melihat adanya

pembicaraan tentang aplikasi. Memang, Rumelhart boleh dikatakan tidak

menyinggung masalah aplikasi itu. Dia tidak pula menyinggung masalah

pramembaca, yakni suatu kondisi sebelum seseorang sampai pada halaman-

halaman bercetak. Dia memulai konsepnya dari halaman bercetak, dan dari situ

kemudian bergerak ke depan dengan konsep-konsep interaksi.

MMTB sangat berbeda dengan MMBA seperti yang dikemukakan oleh

Gough, La Berge dan Samuel (1974). MMBA bersifat linear dan berjenjang,

dimulai dari pemrosesan unit linguistik yang paling kecil, yakni huruf-huruf,

kemudian bergerak menuju pemrosesan kelompok huruf, kata-kata, kelompok

kata, kalimat, hingga akhirnya sampai ke makna. Sebaliknya MMTB

membenarkan proses yang dimulai dari peringkat yang lebih tinggi MMTB

mulai dengan semantik atau makna kata. Pada peringkat yang lebih tinggi itu ada

bank data yang bekerja secara simultan. Kita memiliki sintaksis, semantik,

ortografi, dan leksikon yang bekerja secara serentak, tidak bekerja secara

berurutan seperti halnya dalam MMBA.

Kemampuan membaca dapat dikembangkan secara baik melalui

pengayaan pengalaman membaca. Siswa perlu sekali membaca materi sebanyak-

468
banyaknya sehingga mereka dapat memahami kata dalam konteks yang berbeda-

beda. Guru dapat membantu muridnya mempertinggi dan meningkatkan

keterampilannya dalam membaca dengan jalan membimbing mereka untuk terus

membaca sebanyak-banyaknya. Yang perlu diperhatikan benar dalam hal ini ialah

sikap murid. Guru yang terlalu sering memberi tugas yang berada di luar

jangkauan kemampuan muridnya akan membuat siswa terbunuh minat dan

motivasinya. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat baca siswa ialah

dengan jalan menyediakan bahan bacaan yang kira-kira dapat menarik perhatian

mereka.

Dalam teori lain dijelaskan bahwa model membaca adalah sebagai berikut

5.1. METODE DASAR

5.1.1. Metode Abjad dan Metode Bunyi

Metode membaca adalah tingkat penerapan teori-teori membaca yang ada

pada tingkat model membaca yang dilakukan dengan cara melakukan pemilihan

kemahiran khusus yang akan digunakan untuk membaca.

Ragam Metode Membaca dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

41. Metode Dasar

469
Metode yang digunakan atau diperuntukkan pembaca pemula atau yang

baru pertama membaca atau belajar membaca.

Metode membaca dasar ada enam, yaitu metode abjad, bunyi, kupas

rangkai suku kata, kata lembaga, global, dan struktur analisis dan sitesis (SAS).

4.1.1 Metode Abjad dan Metode Bunyi

- Metode Abjad adalah metode yang digunakan untuk pembaca pemula yang baru

belajar membaca atau mengenal huruf dalam bentuk abjad.

Contoh: Huruf a,b,c dan seterusnya dibaca a,be,ce,de dst.

- Metode Bunyi adalah metode pembaca yang digunakan untuk pembaca pemula

yang baru belajar membaca dengan wujud bunyi.

Contoh: Huruf a,b,c dst dibaca a,eb,ec,ed dst

Jadi,kesimpulannya bahwa metode abjad dengan metode bunyi sama-sama

diperuntukkan untuk pemula hanya berbeda yang metode abjad dalam wujud

abjad dan dalam metode bunyi dalam wujud metode bunyi.

4.1.2 Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga

- Metode Kupas Rangkai Suku Kata

470
adalah metode membaca yang diperuntukkan untuk pembaca pemula dengan cara

merangkai suku kata yang dibaca.

Contoh:

Bo-la

b-o-l-a

bo-la

- Metode Kata Lembaga

Adalah metode membaca demi kata yang diperuntukkan bagi pembaca pemula

dengan merangkai kata lembaga yang dibaca. Kata lembaga adalah kata yang

sudah dikenal oleh pembaca.

Contoh:

Topi

To-pi

t-o-p-i

to-pi

topi

4.1.3 Metode Global

471
Adalah metode yang diperuntukkan bagi pembaca pemula dengan prosedur

memperkenalkan bacaan secara utuh,bagian demi bagian bacaan, kemudian

dibaca kembali secara utuh

Metode global sama dengan metode kupas rangkai suku kata dan metode kata

lembaga. Sedangkan metode sebelumnya(abjad,bunyi) membaca penerapannya

secara berurutan.

4.1.4 Metode SAS

Adalah Metode Struktur Analisis Sintaksis yang merupakan metode membaca

permulaan yang terdiri atas tiga bagian (Stuktural,Analisis dan Sintaksis)

Dalam penerapannya SAS dibagi menjadi dua yaitu metode SAS tanpa buku dan

dengan buku.

Metode SAS tanpa buku dilaksanakan dengan cara merekam bahasa siswa,

menampilkan gambar sambil cerita, membaca gambar, membaca gambar dengan

kartu kalimat, membaca kalimat secara structural,analisis dan sintesis.

a. Merekam bahasa siswa

Bahasa yang digunakan adalah bahan bacaan siswa dan berwujud kaliamat.

Kalimat yang digunakan sebagai bahan bacaan adalah yang sesuai dengan tingkat

baca siswasehingga bahasa hasil rekaman siswa bias dipilih terlebih dahulu dan

tidak semua hasil rekaman dipakai sebagai bahan bacaan.

b. Menampilkan Gambar Sambil Cerita

472
Guru menampilkan gambar kepada siswa sambil bercerita. Gambar yang

diperlihatkanpun terlihat sederhana. Cerita yang disampaikan merupakan cerita

gambar yang diceritakan menggunakan kalimat-kalimat yang bias dipahami.

c. Membaca Gambar

Membaca gambar hampir sama dengan menampilkan gambar sambil cerita.

Dimana nanti cerita gambar itu siswa sendiri yang menceritakan lagi atau

meneruskan cerita tersebut.

d. Membaca secara Struktural

Membaca bacaan yang berupa kalimat secara structural yaitu membaca demi kata

yang menyusun kalimat yang dibacanya.

Contoh membaca secara structural:

Ini sepatu

Ini sepatu Ani

Sepatu Ani baru

Sepatu Ani Bagus

e. Membaca secara Sintesis

Adalah membaca dengan cara merangkai unsure pembentuk bacaan yang kecil

menjadi lebih besar seperti merangkai huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata

menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.

473
4.2 Membaca Menegah

Membaca menengah adalahmetode pembaca yang dilakukan oleh

pembaca yang sudah ahli dalam membaca permulaan. Keeahlian disini berarti ahli

membaca unsure bacaan yang berbentuk huruf, suku kata, kata dan kalimat.

Berdasarkan visualisasi symbol grafis metode menengah terdapat empat

metode, yaitu:

a. Kata

b. Frase

c. Kalimat

d. Paragraf

4.2.1 Metode Kata

Merupakan cara membaca kata demi kata pada sebuah bacaan. Metode

ini diterapkan berdasarkan atas pandangan bahwa bacaan merupakansususna atas

kata yang mengandung makna.

Membaca dengan metode kata dapaat dilihat dari dua aspek:

o Aspek Mekanik merupakan cara mata bergerak melihat kata demi kata pada

sebuah bacaan.

o Aspek Konseptual merupakan cara otak memahami makna-makna yang

terkandung dalam kata-kata yang dibaca.

4.2.2 Metode Frase

474
Merupakan cara membaca unsure bagian-bagian yang berbentuk frase.

Dasar penggunaan ini adalah penulis menyampaikan ide-ide dan perasaannya

bukan dalam bentuk kata melainkan dalam bentuk frase.

4.2.3 Metode Kalimat

Merupakan cara membaca bacaaan dengan menelaah kalimat demi

kalimat. Pembavca mengayunkan pandangan matanya dari kaalimat satu ke

kaliamat berikutnya dan sekaligus memahami maknanya. Metode ini diterapakan

untuk menyampaikan gagasan-gagasan dalam bentuk kalimat. Dengan

menerapkan metode ini pembaca dapat membaca lebih efisien dan efektif.

4.2.4 Metode Paragraf

Adalah metode membaca dengan cara menelaah paragraph demi

paragraph. Metode paragraph merupakan metode yang paling tinggi tingkatannya

dalam metode menengah. Membaca paragraf merupakan membaca yang paling

rumit maka dari itu supaya dapat menguasai perlu latihan secara continue,

berkesinambungan,dan tekun. Metode paragraph juga dibagi menjadi dua yaitu

metode paragraph mekanik dan konseptual.

4.3 Metode Lanjutan

Metode lanjutan adalah metode yang cara penerapan dilakukan oleh

pembaca yang sudah menguasai metode mengah untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemahiran membaca. Metode ini sangat sesuai dengan tuntutan

zaman,dimana seperti saat ini zaman globalisasi orang dituntut untuk berlomba-

lomba dalam menguasai ilmu pengetahuan.

475
Metode yang dapat digunakan agar pembaca dapat membaca secara

efektif dan efisien maka paraa ahli memngungkapkan dengan menggunakan

metode S-D4, P2R, S2QR, GPID, PACER, PQR, PQRST, SQ3R, SUPER SIX

RS, OK5R.

4.3.1 Metode S-D4

Metode ini merupakan metode menbaca yang dilakukan dengan tahap

survey dan decide. Metode ini diterapkan menganut prinsip fleksibilitas yang

artinya metode ini dilahat melalui situasi bacaan.

Pembahasan mengenai S-D4:

a. Survey adalah kegiatan pembaca dalam melakukan aktivitasmembaca secara

sepintas kemudian mengidentifikasikan pokok-pokok pikiran utama. Survey

dilakukan secara cepat, mata digerakkan untuk menyapu halaman secara kilat.

Bagian yang disurvey adalah judul atau sub judul .

b. Decide adalah proses seorang pembaca memutuskan untuk melakukan salah satu

dari pilihan berikut:

1. Skip adalah mengabaikan atau sama sekali tidak membaca.

2. Membaca sepintas adalah pilihan yang dilakukan agar pembaca merasa tidak

perlu membaca bacaan yang telah disurvey.

476
3. Membaca dengan kecepatan wajar adalah pilihan yang apabila pembaca belum

tahu tentang bacaan yang telah disurvey sehingga pembaca perlu membacanya

dengan kecepatan yang normal.

4. Mempelajari materi bacaan adalah pembaca membaca dengan sungguh-sungguh

teliti, dan hati-hati sehingga kecepatan membaca relative pelan. Hal ini dilakukan

pembaca karena bacaan relative sullit untuk dipahami.

4.3.2 Metode P2R

Adalah metode membaca yang terdiri atas tiga tahap yaitu preview,read

dan review yang biasa digunakan sebagian besar pembaca efisien dan cepat.

a. Preview adalah membaca sepintas untuk mengetahui struktur bacaan,pokok-

pokok bacaan,relevansi dan sebagainya.

b. Read adalah membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

sesuai tingkat kesulitan bacaan. Tujuannya adalah mencari informasi yang ada

pada bacaan serta bersifat pokok atau inti.

c. Review adalah membaca sepintas untuk memastikan bahwa tidak ada yang

terlewatkan atau untuk memperkuat ingatan terhadap pokok-pokok pikiran yang

didapat dari tahap read. Yang berbeda adalah tujuannya jika preview untuk

mengenal bacaan dan review untuk memantapkkan kembali apa yang dipahami.

4.3.3 Metode S2QR

477
Adalah metode membaca yang digunakan untuk membaca table,grafik

atau diagram yang taahap-tahapnyaa terdiri dari survey,seek,question,reading,

tersebut digunakan apabila pembaca tidak memiliki tujuan khusus. Metode ini

bertujuan untuk emncari informasi yang tertuang dalam table dan grafik.

a. Survey

Adalah kegiatan membaca sepintas hal-hal yang inti didalam table maupun grafik.

Hal-hal yang disurvey adalah judul table dan sub judul. Manffat dari metode ini

adalah untuk memahami pesan secara menyeluruh, selain itu pembaca harus dapat

memahami tentang judul yang disurvey karena judul merupakan ringkasan yang

padat.

b. Seek

Adalah kegiatan dari pembac untuk mencari informasi pada kolom dan informasi

tambahan yang ada diluar kolom tabel.

c. Question

Adalah kegiatan dari seorang pembaca untuk emmbuat pertanyaan berdsarkan

tabel dan kolom. Yang dipertanyakan mengenai informasi apa saja yang terdapat

dalam tabel dan kolom.

d. Reading

Adalah kegiatan membaca tabel secara seksama dan teliti sehingga diperoleh

informasi yang dicari. Pembaca melakukan metode ini berpegangan pada tahap

Question.

478
4.3.4 Metoden GDIP

Metode ini diperkenalkan oleh Merrit. Metode GDIP adalah metode

membaca yang terdiri atas empat tahap yaitu goal, plans, implementasion dan

development.

a. Goall

adalah apa yang diharapkan, dimaksud, dan apa yang dimaksud tujuan membaca.

Goal dapat dilakukan dengan cara membatasi perhatian, latar belakang, kendala,

memusatkan perhatian dan merumuskan maksud dan tujuan.

b. Plans

Adalala sebuah rencana untuk mencapai tujuan. Plans dapat dilakukan dengan

mengkorelasikan maksud pilihan bagian-bagian yang dibaca, perincian maksud

lebih khusus dan penyusunan pola membaca.

c. Implementation

Adalah kegiatan membaca dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dan

rencana yang sudah disusun untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Development

Adalah proses evaluasi mengambil kesimpulan dimana yang dievaluasi adalah

apakah tujuan membaca sudah tercapai, apakah rencana sudah berjalan sesuai

dengan rencana dan apakah kegiatan keseluruhan telah tercapai.

4.3.5 Metode PACER

Metode PACER merupakan metode yang terdiri dari lima tahap, yaitu

Preview, Asses, Choose, Expedite dan review.

479
a. Preview atau meninjau

Adalah kegiatan membaca secara sepintas kemudian menggali hal-hal yang

bersifat luaran.

b. Asses

Adalah kegiatan membaca untuk menentukan tujuan membaca dan materi

membaca. Tujuan umum membaca adalah tujuan utama dalam membaca

sedangkan tujuan khususnya sesuai dengan kperluan yang diinginkan pembaca.

c. Choose

Adalah kegiatan membaca yang berkaitan dengan memilih dan melakukan

membaca dengan teknik yang tepat. Teknik yang tepat akan menentukan

keberhasilan dalam membaca.

d. Expedite

Adalah kegiatan pembaca untuk mempercepat kecepatan membaca. Pengertian

mempercepat dapat diartikan sebagai sebagai kegiaatan mempercepat proses

membaca baik pada bagian yang muda,sedang dan sulit.

e. Review

Adalah kegiatan pembaca untuk membaca kembali secara sepintas

4.3.6 Metode SQ3R

Adalah metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang

terdiri dari lima tahap yaitu suvey,question,reading,recite,review. Metode ini

dibuat untuk kepentingan membaca bacaan yang berupa buku untuk kepentingan

belajar.

480
a. Survey

Adalah meninjau,meneliti,mengkaji cara membaca bagian-bagian tertentu dari

sebuah buku. Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan

bagian akhir. Bagian awal yang disurvey adalah daftar isi, daftar tabel, daftar

gambar dan abstrak. Bagian isi yang disurvey adalah judul tiap bab,sub

judul,bagan, diagram,grafik. Bagian akhir adalah simpulan, daftar pustaka dan

indeks.

b. Question

Adalah kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan.

Pertanyaan disusun berdasarkan perkiraan pembaca sewaktu mensurvey.

c. Reading

Adalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang

paling penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu

dengaan membaca bab demi bab, bagian demi bagian.

d. Recite

Adalah kegiatan pembaca untuk memceritakan kembali isi bacaan yang telaah

dibaca dengan menggunakan kata-kata sendiri. Sebaiknya recite dilakukan secara

tertulis. Sebab recite berupa ikhtisar.

e. Review

481
Adalah keegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan

dipahami. Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang

adalah kegiatan membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Bagian yang ditinjau

ulang seperti judul,ssubjudul, gambar, diagram.

4.3.7 Metode PQ3R

Metode PQ3R adalahmetode membaca buku untuk studi yang meliputi

tahap prepare,question,reading,recite dan review. Dalam metode sebelumnya telah

dijelaskan mengenai metode Question, Reading, Recite dan Review. Dalam hal ini

metode yang belum dijelaskan adalah metode prepare.

a. Metode prepare adalah tahap awal dalam membaca sebuah buku dengan cara

melihat secara sekilas keseluruhan isi buku.

b. Reading

Adalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang

paling penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu

dengaan membaca bab demi bab, bagian demi bagian.

c. Recite

Adalah kegiatan pembaca untuk memceritakan kembali isi bacaan yang telaah

dibaca dengan menggunakan kata-kata sendiri. Sebaiknya recite dilakukan secara

tertulis. Sebab recite berupa ikhtisar.

482
d. Review

Adalah keegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan

dipahami. Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang

adalah kegiatan membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Bagian yang ditinjau

ulang seperti judul,ssubjudul, gambar, diagram.

4.3.8 Metode PQRST

Adalah metode membaca untuk keperluan studi yang meliputi lima tahap yaitu

preview,question,summarize, read dan survey.

a. Survey

Adalah meninjau,meneliti,mengkaji cara membaca bagian-bagian tertentu dari

sebuah buku. Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan

bagian akhir. Bagian awal yang disurvey adalah daftar isi, daftar tabel, daftar

gambar dan abstrak. Bagian isi yang disurvey adalah judul tiap bab,sub

judul,bagan, diagram,grafik. Bagian akhir adalah simpulan, daftar pustaka dan

indeks.

b. Question

Adalah kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan.

Pertanyaan disusun berdasarkan perkiraan pembaca sewaktu mensurvey.

483
c. Reading

Adalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang

paling penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu

dengaan membaca bab demi bab, bagian demi bagian.

d. Preview atau meninjau

Adalah kegiatan membaca secara sepintas kemudian menggali hal-hal yang

bersifat luaran.

e. Summerize

Adalah kegiatan untuk membuat ringkasan informasi yang telah diperoleh dari

buku ysng telah dibacanya. Ringkasan dibuat setelah selesai membaca satu bab

dengan tujuan agar informasi yang telah diperoleh tidak lupa atau hilang.

4.3.9 Metode SUPER SIX Re

Adalah metode membaca buku untuk keperluan studi yang terdiri dari

enam tahap, yaitu reconnoiter, read, recite,record, review dan reflect.

a. Reading

Adalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang

paling penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu

dengaan membaca bab demi bab, bagian demi bagian.

b. Recite

484
Adalah kegiatan pembaca untuk memceritakan kembali isi bacaan yang telaah

dibaca dengan menggunakan kata-kata sendiri. Sebaiknya recite dilakukan secara

tertulis. Sebab recite berupa ikhtisar.

c. Review

Adalah keegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan

dipahami. Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang

adalah kegiatan membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Bagian yang ditinjau

ulang seperti judul,ssubjudul, gambar, diagram.

d. Record

Adalah kegiatan membuat catatan atau menandai bacaan pada margin bab dan

membuat ringkasan ide-ide pokok yang ada pada setiap bab.

e. Reflect

Adalah kegiatan merenungkan kembali hal-hal yang telah dibacanya dan ide-ide

pokok yang ada dalam bacaan dipikirkan lebih mendalam.

4.3.10 Metode OK5R

Metode ini adalah metode membaca buku untuk kepentingan studi yang

terdiri atas overview,key ideas, read,record,recite,review, dan reflect.

a. Reading

485
Adalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang

paling penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu

dengaan membaca bab demi bab, bagian demi bagian.

b. Recite

Adalah kegiatan pembaca untuk memceritakan kembali isi bacaan yang telaah

dibaca dengan menggunakan kata-kata sendiri. Sebaiknya recite dilakukan secara

tertulis. Sebab recite berupa ikhtisar.

c. Review

Adalah keegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan

dipahami. Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang

adalah kegiatan membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Bagian yang ditinjau

ulang seperti judul,ssubjudul, gambar, diagram.

d. Record

Adalah kegiatan membuat catatan atau menandai bacaan pada margin bab dan

membuat ringkasan ide-ide pokok yang ada pada setiap bab.

e. Reflect

Adalah kegiatan merenungkan kembali hal-hal yang telah dibacanya dan ide-ide

pokok yang ada dalam bacaan dipikirkan lebih mendalam.

f. Key ideas

Adalah kegiatan membaca untuk memisahkan ide-ide atau pikiran utama dari

kumpulan ide penjelas.

g. Over view (Survey)

486
Adalah meninjau,meneliti,mengkaji cara membaca bagian-bagian tertentu dari

sebuah buku. Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan

bagian akhir. Bagian awal yang disurvey adalah daftar isi, daftar tabel, daftar

gambar dan abstrak. Bagian isi yang disurvey adalah judul tiap bab,sub

judul,bagan, diagram,grafik. Bagian akhir adalah simpulan, daftar pustaka dan

indeks.

Metode abjad merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan

untuk pembaca pemula yang baru belajar membaca atau mengenal huruf dengan

prosedur huruf dibaca dalam wujud abjad.

Metode bunyi merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan

untuk pembaca pemula yang baru belajar membaca atau mengenal huruf dengan

cara huruf dibaca di dalam wujud bunyi.

5.1.2. Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata

Lembaga

Metode kupas rangkai suku kata merupakan metode membaca yang digunakan

atau diperuntukkan pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan merangakai

suku kata yang dibaca. Bacaan yang dibaca dalam bentuk suku kata, misalnya :

suku kata bo – la, bu –sa, dan su – ku.

487
Metode kata lembaga adalah metode membaca yang digunakan atau

diperuntukkan pembaca pemula dengan dengan prosedur mengurai dan merangkai

kata lembaga yang dibaca. Kata lembaga merupakan kata yang sudah dikena oleh

pembaca. Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran yang berbasis pendekatan

kontekstual.

5.1.3. Metode Global

Metode global merupakan metode yang digunakan atau diperuntukkan pembaca

pemula dengan prosedur memperkenalkan bacaan secara utuh ( biasanya kalimat

), membaca bagian demi bagian ( unsur ) bacaan, dan membaca secara utuh

kembali.

5.1.4. Metode SAS

Metode Struktur Analisis Sintaksis (SAS) merupakan metode membaca

permulaan yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

 Membaca secara struktural

 Analisis

 Sintaksis

Dalam penerapannya,metode SAS dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

 Metode SAS tanpa buku

 Metode SAS dengan buku

( Zuchdi 1997:55 ).

Menurut Momo (1973), metode SAS dibagi menjadi 7, yaitu :

488
Merekam Bahasa Siswa

Menampilkan Gambar Sambil Cerita

Membaca Gambar

Membaca Gambar dengan Kartu Kalimat

Membaca Secara Struktural

Membaca Secara Analisis

Membaca Secara Sintesis

5.2. METODE MENENGAH

5.2.1. METODE KATA

Metode kata merupakan cara membaca kata demi kata pada

sebuah bacaan.

5.2.2. METODE FRASA

Metode frasa merupakan cara membaca unsur bacaan yang

berbentuk frase.

5.2.3. METODE KALIMAT

Metode kelimat merupakan cara membaca dengan menelaah

kalimat demi kalimat yang ada dalam bacaan.

5.2.3. METODE PARAGRAF

489
Metode paragraf merupakan cara membaca dengan menelaah

paragraf demi paragraf.

5.3. METODE LANJUTAN

5.3.1. Metode S-D4

Metode S – D4 adalah metode membaca yang dilaksanakan dengan tahap

survai dan decide dengan empat alternatif ( Gordon 2004 : 80 ). Pembahasan

mengenai metode S – D4 adalah berikut ini :

a. Survei adalah kegiatan pembaca melakukan aktifitas membaca secara sepintas

lalu mengidentifikasi pokok-pokok pikiran utama bacaan. Sehingga pembaca

cepat mata digerakkan untuk menyapu bacaan.

b. Decide adalah proses membaca memutuskan untuk melakukan salah satu mepat

pilihan berikut :

1. SKIP, mengabaikan bacaan yang telah disurvei karena pembaca telah

mengetahui isi bacaan.

2. Membaca sepintas, pembaca merasa perlu membaca bacaan yang telah dibaca

lagi/ disurvei.

3. Membaca dengan kecepatan wajar, pembaca belum mengetahui tentang bacaan

yang telah disurvei sehingga pembaca berkecepatan normal.

4. Mempelajari materi bacaan pilihan, pembaca dengan sungguh-sungguh teliti

dan hati-hati, sehingga kecepatan bacanya relatif ringan.

490
5.3.2. Metode P2R

Metode P2R mempakan metode membaca yang terdiri atas tahap preview,

read, dan review yang biasanya digunakan sebagian besar pembaca cepat dan

efisien. (Gordon, 2006:79). Penjelasan ketiga tahap dalam metode ini adalah

sebagai berikut:

1. Preview, adalah membaca sepintas untuk mengetahui struktur bacaan, pokok-

pokok pikiran, relevansi, dan sebagainya. Pada tahap ini, pembaca melakukan

pengenalan terhadap bacaan mengenai hal-hal yang pokok yang bersifat

luaran. Setelah itu, pembaca memutuskan apakah perlu ke tahap selanjutnya

(read) atau tidak. Jika memang sudah tahu tentang bacaan, pembaca boleh saja

menganggap tidak perlu membaca, jika belum tahu, pembaca melanjutkan

tahap berikutnya.

2. Read, adalah membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai dan sesuai tingkat kesulitan bacaan. Tujuan umum membaca adalah

mencari informasi yang ada dalam bacaan. Informasi bersifat pokok atau inti

dan bias juga informasi bersifat tidak inti atau penjelas. Jika hanya ingin

mengetahui yang pokok, pemhaca bisa hanya membaca secara sepintah

(skimming) sehingga waktu yang dibutuhkan singkat. Namun jika ingin

mengetahui semua informasi yang ada dalam bacaan, pembaca membaca

dengan teliti. Walaupun membaca teliti, diusahakan membaca secepat

mungkin. Kecepatan baca juga bergantung pada bacaan. Bacaan yang sudah

dikenal dapat dibaca secara cepat, sebaliknya bacaan yang belum dikenal

491
dibaca secara pelan. Bacaan yang bersifat inilah memerlukan waktu baca yang

lebih lama dibandingkan bacaan yang bersifat populer.

3. Review, adalah membaca sepintas lain untuk memastikan tidak ada yang

terlewatkan dan atau untuk memperkuat ingatan terhadap pokok-pokok

pikiran yang telah didapat dari tahap read. Pada tahap ini, pembaca membaca

bacaan seperlunya saja seperti pada preview. Yang berbeda adalah tujuannya :

jika preview untuk mengenai bacaan, sedangkan review untuk memantapkan

kembali apa yang telah dipahami dan untuk mengecek apakah bacaan sudah

dibaca sesuai tujuan.

Ketiga tahapan dalam metode ini tidak harus digunakan semua secara

tertib. Hal tersebut bergantung pada situasinya. Jika memang diperlukan, ketiga

tahap itu digunakan secara tertib. Pada saat lain, pembaca tidak melakukan tahap

preview karena pembaca sudah mengenai struktur materi bacaan. Bisa saja,

pembaca tidak melakukan read. Ia hanya melakukan tahap preview dan review

karena tidak ada hal-hal yang baru di dalam bacaan sehingga tidak perlu dibaca.

Kemungkinan lain adalah pembaca tidak perlu melakukan review sebab pembaca

sudah merasa tidak yakin ada yang terlewati dan sudah ingat semua tentang

informasi yang diperolehnya.

5.3.3. Metode S2QR

Metode S2QR adalah metode membaca yang digunakan untuk membaca tabel,

grafik atau diagram yang tahap-tahapnya terdiri atas survai, seek, question, dan

reading ( Depdikbud 2004:4-5 ).

492
Pembaca yang sedang studi membaca tabel dengan tahap sebagai berikut :

1. Survai merupakan kegiatan membaca sepintas hal-hal yang pokok dalam tabel.

2. Seek adalah kegiatan pembaca mencari informasi pada kolom dan informasi

tambahan yang ada di luar kolom tabel.

3. Question adalah kegiatan pembaca membuat pertanyaan tentang isi tabel atau

tujuan membaca tabel.

4. Reading adalah kegiatan membaca tabel secara seksama dan teliti sehingga

diperoleh informasi-informasi yang dicari.

5.3.4. Metode GPID

Metode GPID diuslkan oleh Merrit. Menurutnya, metode GPID merupakan

metode membaca yang terdiri atas empat tahap yaitu, goall, plans,

implementation, dan development ( Yap 1978:114-115 ).

Penjabaran metode tersebut adalah sebagai berikut :

1. Goall adalah apa yang diharapkan, dimaksud atau apa tujuan membaca.

2. Plans adalah rencana untuk mencapai tujuan.

3. Implementation adalah pelaksanaan membaca.

4. Development adalah proses evaluasi dan proses mengambil simpulan.

5.3.5. Metode PACER

Metode PACER merupakan metode membaca yang terdiri atas lima tahap, yaitu

preview, assess, choose, expedite, dan review ( Goordon 2006:80 ). Penjelasan

metode ini adalah sebagai berikut :

493
1. Preview

Termasuk membaca ekstensif yang membaca survey

Alasannya : Dalam tahap ini pembaca melakukan pengenalan terhadap bacaan yang

bersifat luaran.

Tujuannya : Untuk menemukan hal – hal atau bagian – bagian tertentu yang bersifat

pokok, misalnya : judul dan sub – sub judul.

2. Asses

Termasuk jenis membaca ekstensif yang skimming.

Alasannya : Dalam proses membacanya hanya sekilas tetapi dibaca semua bagian,

bacaan yang ada pada sebuah halaman,ditatap secara cepat.

Tujuan umumnya membaca merupakan tujuan pokok dalam membaca sebuah

bacaan. Tujuan khususnya bergatung pada keperluan pembaca yang diinginkan.

3. Choose

Termasuk membaca intensif dengan teknik close reading (membaca teliti), tetapi

dapat juga digunakan untuk membaca ekstensif dengan teknik skimming (membaca

sekilas). Metode ini merupakan metode pilihan.

Alasannya : Dalam proses ini, pembaca memilih dan melakukan membaca dengan

teknik yang tepat.

Tujuannya : Jika pembaca ingin mengetahui semua informasi yang ada dalam

bacaan, teknik yang tepat adalah teknik close reading (membaca teliti). Jika pembaca

hanya ingin mengetahui hal – hal yang pokok saja teknik yang sesuai adalah teknik

skimming(membaca sekilas).

4. Expedite

Termasuk dalam membaca ekstensif yang skimming atau sekilas.

Alasannya : Pembaca membaca bacaan dengan cara mempercepat kecepatan

494
membaca. Pembaca akan membaca dengan cepat pada bagian yang mudah

sedangkan untuk bagian yang sulit pembaca akan membaca dengan pelan.

Tujuannya : Pembaca berupaya mempercepat gerak mata. Pengiriman rangsangan

mata ke otak untuk selanjutnya oatak memahami isi bacaan, sehingga pembaca dapat

membaca seefektif dan seefisien mungkin.

5. Review

Termasuk dalam membaca ekstensif yang skimming.

Alasannya : Cara membacanya dengan cara sepintas untuk memastikan tidak ada

yang terlewati.

Tujuannya : Untuk memantapkan kembali apa yang telah dipahami dan untu

mengecek apakah bacaan yang dibaca sudah sesuai tujuannya.

5.3.6. Metode SQ3R

Metode SQ3R memberikan strategi yang diawali dengan membangun gambaran

umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari

judul/subjudul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari

jawaban dari pertanyaan

Membaca dengan metode SQ3R terdiri atas lima tahapan proses yaitu :

1.Survai atau meninjau

2.Question atau bertanya

495
3.Read atau membaca

4.Recite atau menuturkan

5.Review atau mengulang

Lima Tahap Metoda SQ3R :

1. SURVAI

Dengan melakukan peninjauan dapat dikumpulkan informasi yang diperlukan

untuk memfokuskan perhatian saat membaca. Peninjauan untuk satu bab

memerlukan waktu 5-10 menit. Apa yang ditinjau?

- Baca Judul

Hal ini dapat membantu untuk memfokuskan pada topik bab

- Baca Pendahuluan

Memberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dalam bab

- Baca kepala judul/subbab

Memberikan gambaran mengenai kerangka pemikiran

- Perhatikan grafik, diagram

Adanya grafik, diagram dan gambar ditujukan untuk memberikan informasi

penting sebagai tambahan atas teks

- Perhatikan alat Bantu baca

Termasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir bab yang ditujukan untuk

membantu pemahaman dan mengingat.

2. QUESTION

Setelah kerangka pemikiran suatu bab diperoleh, mulai perhatikan kepala

judul/subbab yang biasanya dicetak tebal. Perhatikan kepala judul ini satu per

496
satu dan ubah kepala judul ini jadi beberapa pertanyaan.

Tulislah pertanyaan-pertanyaan itu pada suatu kolom dengan lebar 1/3 halaman

kertas dan kolom sisanya untuk jawaban yang diperoleh selama membaca.

Misalkan kita membaca buku tentang “Belajar di SMA” dan kepala judulnya

adalah “Manfaatkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolahmu”. Pertanyaan

yang dapat kita mundulkan adalah “Mengapa kita harus memanfaatkan kegiatan

ekstrakurikuler?” dan “Bagaimana caranya kita bisa ikut terlibat dalam kegiatan

ekstrakurikuler?”.

3. READ

Dengan membaca, kita mulai mengisi informasi ke dalam kerangka pemikiran

bab yang kita buat pada proses Survey. Bacalah suatu subbab dengan tuntas

jangan pindah ke subbab lain sebelum kita menyelesaikannya. Pada saat

membaca, kita mulai mencari jawaban pertanyaan yang kita buat pada Question.

Tuliskan jawaban yang kita peroleh dengan dengan kata-kata sendiri di kertas

yang pada 2/3 kolom yang disiapkan.

Ingat, Jangan Membaca di Tempat Tidur !!

4. RECITE

Pada umumnya kita cepat sekali lupa dengan bahan yang telah dibaca. Dengan

melakukan proses Recite ini kita bisa melatih pikiran untuk berkonsentrasi dan

497
mengingat bahan yang dibaca. Proses ini dilakukan setelah kita menyelesaikan

suatu subbab.

Cara melakukan Recite adalah dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang kita

buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas

tanpa melihat buku.

5. REVIEW

Review membantu kita untuk meyempurnakan kerangka pemikiran dalam suatu

bab dan membangun daya ingat kita untuk bahan pada bab tersebut. Proses ini

dapat dilakukan dengan membaca ulang seluruh subbab, melengkapi catatan atau

berdiskusi dengan teman. Cara Review yang terbukti efektif adalah dengan

menjelaskan kepada orang lain.

Langkah-langkah dalam SQ3R :

Langkah 1: S-Survey

Guna mensurvey teks itu, Anda hanya diminta membaca bagian yang diberi

bayangan (shaded material). Anda akan mendapatkan bahwa teks itu diawali

oleh paragraf pendahuluan yang menjelaskan bahwa "teknik nontes merupakan

suatu alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu

tentang keadaan testi (Inggris : testee) dengan tidak menggunakan alat tes.

Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan untuk

memperoleh informasi yang berkaitan dengan tingkah laku apektif dan

psikomotor" dan hanya memiliki tiga heading. Pertama, heading wawancara.

Paragraf berikutnya menjelaskan apa itu "wawancara" atau "interview" sebagai

isi bagian itu --yakni "salah satu alat penilaian nontes yang dipergunakan untuk

498
mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya-

jawab sepihak". Kedua pengamatan yang sesungguhny merupakan subjudul.

Ketiga, skala bertingkat yang diikuti oleh penjelasan kebiasaan penggunaan tes

itu. Dengan mengecek bagian yang diberi bayangan, Anda sebenarnya telah

membaca bagian yang menjadi inti utama teks sampel. Kini, apa Anda tahu ide

umum isi halaman itu?

Langkah 2: Q-Question

Kemudian, buat pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan berkaitan dengan

teks itu . Gunakan bagian yang dicetak tebal untuk membangun pertanyaan-

pertanayaan. Setelah itu bandingkan pertanyaan-pertanyaan itu dengan

pertanyaan-pertanyaanberikut:

1.Teknik nontes bisa digunakan untuk mengetahui apa dalam pengajaran

membaca?

2.Apa itu wawancara?

3.Strategi wawancara apa yang bisa digunakan untuk mengevaluasi sikap dan

perilaku baca?

4.Apa itu pengamatan?

5.Bagaimana cara melakukan pengamatan yang terstruktur/takterstruktur?

6.Skala bertingkat biasa dipergunakan untuk mengukur apa?

7.Bagaimana cara melakukan pengukuran dengan skala bertingkat?

Langkah 3: R-Read

Sekarang baca teks itu, bagian demi bagian misalnya, sekarang Anda baca

bagian pendahuluan teks itu. Coba temukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

Anda itu selama membaca. Ingat apa pertanyaan Anda? Ya, pertanyaan Andalah

adalah, "Teknik nontes bisa digunakan untuk mengetahui apa dalam pengajaran

499
membaca?" Apakah jawabannya Anda temukan pada bagian pendahuluan teks

itu? Jawabannya adalah "Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes

terutama bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan tingkah

laku afektif dan psikomotor." Begitu seterusnya. Berhentilah pada tiap-tiap akhir

bagian, dan lanjutkan pada langkah 4. Jika sudi garis bawahilah atau tandailah

teks Anda, sebab memberi garis bawah teks sangat membantu menjawab

pertanyaan yang Anda buat.

Langkah 4: R-Recite

Setelah selesai pada masing-masing bagian --stop. Cek apakah Anda dapat

menemukan jawaban pada bagian itu. Jika tidak, kembali dan usahakan Anda

menemukan jawabannya. Kemudian, cek kembali daya ingat Anda. Anda perlu

benar-benar dan yakin bahwa langkah-langkah itu Anda lakukan dengan baik

pada tiap-tiap bagian.

Langkah 5: R-Review

Jika sudah menyelesaikan seluruh bacaan yang menjadi tugas Anda, kembalilah

pada tiap-tiap heading; coba sebutkan kembali pertanyaannya dan kemukakan

jawabannya. Lalu, teslah diri Anda! Lanjutkan cara seperti itu, tes daya ingat

Anda atau jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada setiap bagiannya,

hingga Anda tuntas mereviuw seluruh halaman.

Agar bisa berhasil sekali dalam menggunakan metode SQ3R, Anda jangan

sekali-kali melompati setiap langkah yang ada. Sebagaimana bisa Anda lihat,

setiap langkah dalam SQ3R bergantung pada satu atau langkah-langkah

sebelumnya. Jika Anda meninggalkan satu di antara langkah-langkah itu, Anda

akan mengurangi efektivitas metoda itu.

500
Nah, sekarang Anda sudah bisa menerapkan satu di antara sekian banyak metoda

belajar membaca, metode SQ3R. Agar Anda lebih trampil menggunakannya,

ikuti Latihan 1 pada bagian berikut. Setelah itu, lakukan Latihan 2

Sistem Belajar-Baca

Sistem Belajar Baca itu Apa?

Sistem belajar-baca itu tidak lain dari prosedur dan langkah demi langkah dalam

membaca suatu bab buku teks yang akan sangat membantu Anda belajar

membaca. Penggunanaan masing-masing sistem akan meningkatkan pemahaman

Anda; membantu konsentrasi Anda; dan menambah jumlah bahanyang bis

diingat. Hakikatnya, itu merupakan cara belajar dan cara mereview ketika Anda

sedang membaca.

Mempelajari Satu Sistem Belajar-Baca

Mungkin Anda sudah pernah mempelajari beberapa teknik yang biasa digunakan

belajar-baca. Anda semua saat ini harus memposisikan teknik-teknik itu dalam

bentuk langkah demi langkah dalam sebuah sistem. Banyak nama yang diberikan

pada sitem belajar-baca dan, meskipun sistem-sistem itu bebeda dalam beberapa

hal, semua umumnya memiliki beberapa teknik kunci. Dalam bab ini disajikan,

gambaran sistem-sistem belajar-baca yang saat ini biasa digunakan, juga sebuah

sistem yang digunakan sangat luas --metode SQ3R-- akan didiskusikan secara

detail dan dikomparasikan dengan sistem yang lain.

5.3.7.Metode PQ3R

501
Metode PQ3R merupakan metode membaca buku untuk studi yang meliputi tahap

prepare ( tahap mula ), question, reading, recite, dan review ( Nurhadi 2005:129

). Metode ini dikenalkan oleh Joffe.

Penjelasan metode tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prepare

Termasuk dalam membaca ekstensif.

Alasannya : Mula – mula dalam membaca sebuah buku dengan cara melihat

secara sekilas terhadap keseluruhan sebuah buku.

Tujuannya : Diperlukan untuk pemanasan atau persiapan tahap berikutnya dan

untuk penjajakan terhadap isi buku.

2. Question

Termasuk dalam membaca intensif

Alasannya : pembaca hanya butuh membaca bagian – bagian yang berisi jawaban

atas pertanyaan yang muncul dalam pikiran pembaca.

Pertanyaan yang dibuat pembaca, bisa mengarahkan pembaca untuk menemukan

isi bacaan.

Tujuannya :

Pembaca termotivasi untuk membaca dengan sungguh –sugguh untk mencapai

target yang diinginkan.

Pembaca dikondisikan untuk berpikir kritis.

502
3. Reading

Termasuk dalam membaca ekstensif.

Alasannya : Pembaca membaca bacaan secara menyeluruh yaitu membaca bab

demi bab dan bagian demi bagian bab. Untuk memperlancar proses membaca,

pembaca memfokuskan pada kata – kata kunci.

Tujuannya : Untuk memahami bacaan dengan cepat.

4. Recite

Termasuk dalam membaca intensif

Alasannya : Pembaca harus membaca seluruh bagian bacaan dengan teliti,

kemudian pembaca memahami bacaan dan membuat catatan kecil untuk

dikembangkan dengan bacaannya sendiri.

Tujuannya : Pembaca dapat mengevaluasi dan menyampaikan kembali apa yang

sudah dibaca menggunakan bahasanya sendiri. Baik disampaikan per subbab atau

keseluruhan.

5. Review

Termasuk dalam membaca ekstensif yang skimming.

Alasannya : Karena cara membacanya dengan cara sepintas agar tidak ada bacaan

yang terlewati.

Tujuannya : Untuk memantapkan kembali apa yang telah dipahami dan untuk

mengecek kesesuaian bacaan dengan tujuan.

5.3.8. Metode PQRST

Adapun langkah-langkah metode belajar PQRST adalah sebagai berikut :

503
a. Langkah I

Preview (membaca sekilas)

Langkah pertama ini dimaksudkan agar siswa membaca dengan cepat sebelum

mulai membaca bahan bacaan siswa yang memuat tentang isi materi yang akan

dipelajarinya.

Siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik, sub topik utama, judul dan

sub judul, kalimat-kalimat permulaan atau akhir suatu paragraf, atau ringkasan

pada akhir suatu bab. Perhatikan ide pokok yang akan menjadi inti pembahasan

dalam bahan bacaan siswa. Dengan ide pokok ini akan memudahkan mereka

memahami keseluruhan ide yang ada.

b. Langkah II

Question (bertanya)

Langkah kedua ini adalah menyusun atau mengajukan pertanyaan kepada diri

sendiri mengenai isi buku atau untuk setiap pasal yang ada pada bahan bacaan

siswa. Pertanyaan ini mendukung pembaca atau siswa menemukan apa-apa yang

diperlukannya. Awali pertanyaan dengan

menggunakan kata “apa, siapa, mengapa, dan bagaimana”. Kalau pada akhir bab

telah ada daftar pertanyaan yang dibuat pengarang, hendaklah baca terlebih

dahulu.

c. Langkah III

Read (membaca)

504
Langkah ketiga ini siswa membaca secara teliti paragraph demi paragraph untuk

lebih memahami isi bacaan atau materi yang ada dalam buku, sambil mencoba

mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tadi.

d. Langkah IV

Summarize (meringkas)

Langkah empat ini siswa berhenti sebentar untuk meringkas atau membuat catatan

penting mengenai apa yang sudah dibacanya tadi.

e. Langkah V

test (menguji)

Langkah lima ini siswa diberikan tes atau semacam pertanyaan untuk mengetahui

sejauh mana pemahaman yang sudah diperoleh dari buku atau materi yang sudah

di baca sebelumnya.

Dari langkah metode belajar PQRST yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat

bahwa metode belajar ini dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran,

terutama terhadap materi-materi yang lebih sukar dan menolong siswa untuk

berkonsentrasi lebih lama.

5.3.9. Metode SUPER SIX Re

Metode SUPER SIX Re merupakan metode membaca buku untuk keperluan studi

yang meliputi enam tahap, yaitu reconnoiter, read, recite, record, review, dan

reflect ( Widyamartaya 2004:63 ).

505
Pada hakikatnya kelima tahap dari enam tahap tersebut sama dengan kelima tahap

dalam SQ3R. Persamaan kelima tahap dari kedua metode tersebut adalah pada

tahap-tahap kegiatannya dan tujuan yang ingin dicapai. Perbedaannya hanya dari

istilah. Ada dua istilah dari kelima tahap itu yang berbeda, yaitu pada tahap

pertama dan keempat. Tahap pertama pada metode SQ3R diberi istilah survai

sedangkan pada metode SUPER SIX Re diberi istilah reconnoiter. Tahap keempat

pada metode SQ3R istilahnya adalah recite, sedangkan pada metode SUPER SIX

Re istilahnya adalah record.

Tahap yang belum ada dalam SQ3R, tetapi ada di dalam SUPER SIX Re adalah

reflect. Reflect merupakan tahap akhir dari metode iniyang berupa kegiatan

merenungkan kembali hal-hal yang telah dibacanya.

5.3.10. Metode OK5R

Metode OK5R merupakan metode membaca buku untuk kepentingan studi yang

terdiri atas tahap overview, key ideas, read, record, recite, review, dan reflect.

Metode ini dikembangkan oleh Walter Pauk, direktur Reading Study Center dari

Cornell University. Pelaksanaan metode ini merupakan pengembangan dari

metode SQ3R sehingga tahap-tahap dari metode ini hampir sama, bahkan ada

yang sama. Tahap yang sama adalah tahap read, recite, review, dan overview

(menyelidiki) sama dengan survai. Tahap yang tidak sama adalah key ideas,

record, dan reflect. Key ideas (ide-ide kunci) merupakan tahap kedua dari metode

ini yang berupa kegiatan membaca untuk memisah-misahkan ide-ide atau pikiran-

pikiran utama dari kumpulan ide-ide penjelas.

506
Record merupakan tahap keempat dari metode ini yang berupa kegiatan

membuat catatan-catatan atau menandai bacaan pada margin-margin dan

membuat ringkasan ide-ide pokok yang ada pada setiap bab

4.3 Teknik membaca

Sebuah implementasi dari metode membaca adalah teknik membaca

(reading technical). Tekni merupakan siasi yang dimiliki pembaca dalam

memahami sebuah bacaan atau untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam

membaca. Teknik membaca bersifat individu dan situasional. Individual

maksudnya adalah teknik berdasarkan kemmpuan yang dimiliki oleh pembaca.

Sedangkan situasional maksudnya adalah bahwa teknik membaca ini sesuai

dengan situasi bacaan dan tujuan membaca. Situasi bacaan ada bacaan yang sulit,

sedang, dan mudah, tujuan membaca pun mempengaruhi teknik apa yang harus

digunakan,

Dalam membaca, teknik membaca dapat kita klasifikasikan menjadi tiga jenis,

yaitu teknik dasar, teknik menengah, teknik lanjutan.

4.3.1 Teknik Dasar

Teknik dasar merupakan tenik yang digunakan untuk pembaca pemula.

Dalam teknik ini hanya ada dua yang dipentingkan, yaitu (1) pengenlan symbol-

simbol tertulis dalam bentuk huruf, suku kata, kata, frasa, dan kalimat dan (2)

kemahiran mengayunkan mata secara teratur tanpa lompat balik. Dalam teknik ini

507
keterampilan memmahami dan menafsirkan makna tidk diperhatikan, karena tekni

ini hanya berguna bagi pembaca pemula.

Teknik membaca yang termasuk tekni ini ada tiga. Ketiga tekni tersebut

adalah teknik teratur, tak teratur, dan teknik gabungan.

4.3.1.1 Teknik Teratur

Menurut Haryadi (2006:116) menyatakan bahwa teknik teratur merupakan

teknik membaca pemulaan yang digunakan atau dilakukan secara urut. Urutan

dalam pengunaan teknik ini berdasarkan urutan formal, urutan formal dipandang

dari aspek huruf, jumlah huruf, jumlah suku kata,dan jumlah kata.

Tekni ini dapat diterapkan dalam membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat.

1. Membaca Huruf

Huruf yng dibaca sesuai urutan abjad, yaitu a, b, c,d, sampai z. Haryadi

(2006:116) menyatakan untuk mempermudah mempeljari huruf-huruf tersebut

ditempuh dengan dua siasat, yaitu secara abstrak dan kongkrit. Secara abstrak

artinya siswa mengenal huruf dengan cara melfalkan huruf a sampai z dengan

bernyanyi tanpa adanya wujud bunyi. Secara kongkret artinya belajar mengenal

huruf dengan melafalkan huruf sambil melihat huruf secara kongkret.

508
Membaca abstrak ini berhubungan dengan menyimak. Huruf a sampai z

dinyanyikan dan didengarkan oleh siswa, ini berarti adanya hubungan yang jelas

antara membaca dan menyimak. Oleh sebab itu keempat keterampilan membaca

ini tidk dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Tarigan

(1990:1), hubungan keempat keterampilan tersebut deberi istilah catur tunggal.

Keempat keterampilan berbicara yang dimaksud adalah menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Makna saling berhubungan adalah keterampilan

berbahasa yang satu berpengruh kepada keterampilan bahasa yang lain.

2. Membaca Suku Kata

Suku kata pada teknik tertur ini dipelajri secara urut dari kombinasi antara

huruf vokl dengan huruf konsonan. Huruf konsonan b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p,

q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. sedangkan huruf vokal adalah a, e, I, o, u. Menurut

Haryadi (2006:118) menyatakan bahwa penerpan siasat membac suku kata

kombinasi dari konsonan dan vokal adalah (1) kombinasi konsonan urutan

pertama b dengan semua vokal secara urut adalah ba, be, bi, bo,bu, (2) kombinasi

konsonan kedua c dengan semua vokal secara urut adalah ca, ce, ci,co,cu, dan (3)

kombinasi urutan ketiga d dengan semua vokal secara urut adalah da, de, di, do,

du, dan seterusnya sampai kombinasi konsonan yang terahir z dengan semua

vokal.

3. Membaca Kata

509
Istilah kata sering kita dengar malah hamper setiap hari dan setip saat selalu

kita gunakan dalam segala kesempatan untuk segala keperluan. Penerapan

membaca kata ini adalah dari kata yang sederhana meningkat kekata yang

kompleks. Secara mekanis , kata yang sederhana adalah kata yang jumlah suku

katanya sedikit yaitu terdiri dri dua suku kata. Kata yang kompleks adalah kata

yang minimal terdiri dari atas tiga suku kata, baik kata dasar, kata kompleks

maupun kata ulang.

4. Membaca Kalimat

Penerapn teknik teratur dalam membaca kalimat adalah siswa diajari

membaca dari kalimat yang sederhana kekalimat yang kompleks. Semakin banyak

jumlah kata yang menyusun kalimat, semakin komplek kalimat itu. Jumlah kata

yang menyusun kalimat terdiri atas dua kata, tiga kata, empat kata dan seterusnya,

contoh du kata, yaitu ini budi. Tiga kata contohnya Ibu sedang masak.

Kekomplekan sebuah kalimat juga dilihat dari jenis kata yang menyusunya.

Kalimat yang tersusun oleh kata dasar lebih mudah atau sedeharna dibandingkan

kata yang tersusun atas jadian.

4.3.1.2 Teknik takteratur

Tekni takteratur merupakan tekni membaca pemula yang digunakan atau

dilakukan secara tidak urut. Guru diberi keluasan untuk memilih bacaan yang

dibaca siswa. Guru tidak perlu memilih bacaan dalam urutan formal, tetapi

berdasarkan pertimbangn praktis, biasanya bacaan yang dibaca siswa tidakalah

510
urut secara formal. Misalnya, huruf n dibaca terlebih dulu dibandingkan hufuf m

karena huruf n lebih sering dipakai.

Teknik takteratur dapat diterapkan dalam membaca huruf, suku kata, kata, dan

kalimat.

1. Membaca huruf

(Haryadi 2008:128) mengatakan bahwa teknik membaca taktertib dilakukan

tidak urut dari a sampai z. dengan pertimbangan ketidakurutan dalam membaca

huruf adalah kepraktisan dan kemudahan. Huruf yang diajarkan lebih awal

adalah berikut ini.

1. Huruf awal lebih awal dari konsonan.

2. Vocal a, I, u, o lebih awal dari pada e.

3. Konsonan f, g, v, x, z diajarkan paling awal dibandingka konsonan lain.

4. Konsonan l dan r lebih awal dari pada konsonan lain.

5. Huruf-huruf yang menyusun namanya diajarkan lebih awal daripada huruf

lain.

2. Membaca suku kata

Penerapan teknik taktertib pada membaca suku kata adalah pengenalan

atau pembelajara symbol-simbol grafis dalam bentuk suku kata yang tidak urut

dari kombinasi huruf-huruf yang menyusunnya. Dasar pertimbangan yang

digunakan adalah suku kata yang sering diucapkan, didengar, dan muda

511
diucapkan. Suku kata yang sering digunakan adalah dari nama anggota keluarga

dan nama teman-temannya, baik yang dirumah maupun yang di sekolah, yang

berupa sebutan. Contohnya :

1. Sebutan untuk orang tua : ma, pa dari kata mama, papa.

2. Sebutan untuk kakaknya : yu, ri dari kata wahyu, heri

Suku kata yang lebih mudah lebih baik diajarkan diawal. Ditinjau dari

fonemik, suku kata yang seyogyanya dikenalkan lebih awal atau lebih akhir

adalah berikut ini.

1. Suku kata terbuka lebih awal daripada suku tertutup. Contohnya : suku kata

ka, na, ma, lebih awal dari suku kak, nak, mas.

2. Suku kata berkonsonan tunggal lebih awal daripada konsonan rangkapa.

Contohnya : ba lebih awal dari bla.

3. Suku kata berkonsonan dua huruf diucapkan satu bunyi lebih diakhirkan.

Contohnya : sya, kha, nyo, yang.

3. Membaca kata

Teknik membaca dalam penerapan kata mendahulukan kata-kata

berdasarkan pertimbangan benda-benda yang dikenal, benda yang konkrit, dan

yang sering dilakukan. Kata-kata dari benda-benda yang telah dikenal umumnya

adalah:

1. Nama orang, contohnya : mama, papa, Ani, Imam, Reni.

512
2. Kata tentang tubuh, contohnya: mata, hudung, perut, dll.

3. Kata tentang mainan, contohnya :boneka, mobil, kelereng, dll.

4. Kata tentang barang yang dimiliki, contohnya : tas, buku, pensil, dll.

5. Kata tentang benda sekitar, contohnya : TV, sapu, gelas, dll.

4. Membaca kalimat

Teknik membaca takteratur pada kalimat merupakan pembelajaran

membaca kalimat-kaliamat yang sering diucapkan, didengar, ditulis, dialami, dan

mudah dipahami lebih didahulukan dari pada kalimat-kalimat yang lainnya.

Kalimat yang biasa diajarkan lebih awal adalah berikut ini.

1. Mama sedang masak

2. Bapak sedang mandi

3. Saya main bola

4.3.1.3 Teknik gabungan

Teknik campuran atau gabungan merupakan tekni yang menggabungkan

teknik teratur dan teknik takteratur. Teknik ini digunakan jka tekni teratus dan

taktertib tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Karena kedua teknik tersebut

memiliki kendala. Kendala yang bisa dihdapi dalam penrapan teknik teratur

adalah kadangkala siswa mengalami kesulitan dalam membaca karena yang

dibaca sulit dan tidak praktis. Kendala yang dihadapi dalam tekni takteratur

adalah apabila ada pilihan siswa belajar (membaca) tentang A atau B karena

513
keduanya sama-sama praktis dan mudah. Oleh karena itu, tekni gabungan

menjadi solusi dari kendala tersebut.

Teknik ini dapat diterapkan pada membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat.

1. Membaca huruf

Huruf yang dibaca adalah vocal. Urutan penyajiannya secara praktis dan

mudah adalah a, I, o, u, dan e. huruf konsonan yang mudah diucap

adalah m, p, b. urutannya adalah b, m, p.

2. Membaca suku kata

Suku kata yang mudah diucapkan dan sering digunakan adalah ma, Pa,

bi. Dengan urutan bi, ma, pa.

3. Membaca kata

Kata tentang anggota tubuh kita, misalnya mata, pipi, gigi, kaki, dan

kuku. Urutan penyajian dalam pembelajaran membaca adalah gigi, kaki,

kuku, mata, dan pipi.

4. Membaca kalimat

Penerapan dalam kalimat juga memperhatikan urutan abjad, misalnya :

1. Rara makan nasi.

2. Rara makan roti.

514
3. Rara minum kopi.

Dasar pengurutan pada pembahsan adalah kepraktisan, kemudahan, dan urutan

abjad. Dasar pengurutan yang tidak kalah pentingnya adalah jumlah huruf, jumlah

suku kata, dan jumlah kata. Dasar inilah yang lebih dipilih dalam menerapkan

teknik gabungan pada membaca suku kata, kata, dan kalimat secara visual

perbedaannya tampak jelas.

4.3.2 Teknik Menengah

Teknik menengah merupakan teknik membaca yang digunakan atau

diperuntukan bagi pembaca yang sudah mahir dalam penyadian kembali symbol-

simbol yang berbentuk grafis atau sudah mahir menggunakan teknik dasar. Secara

otomatis ketelitian dalam membaca ini akan digunakan oleh pembaca, secara

teliti pembaca memahami bacaan yang dibacanya.

Teknik menenah terdiri atas empat jenis, yaitu teknik close reading, mengingat,

retensi, dan close prosedur.

4.3.2.1 Close Reading

Close reading adalah teknik membaca yang digunakan untuk memperoleh

pemahaman (sepenuhnya) atas suatu bahan bacaan (Tatigan 1994:33).

Sedangkan menurut Nurhadi (2004:57) mengatakan bahwa pembaca mengenal,

menangkap, dan memahami informasi-informasi yang terdapat dalam bacaan

515
secara tersurat (eksplisit). Pembaca hanya menangkap informasi-informasi

yang terletak secara jelas dalam bacaan. Informasi secara eksplisit terletak

dalam baris-baris. Pembaca tinggal menangkap makna-makna tersebut, tidak

menangkap makna yang lebih dalam lagi (implisit) atau makna dibalik baris-

baris. Yang kemudian member nama membaca literal.

Kemudian Farr dan Roser (1979:359) menyatakan bahwa yang dapat

dilakukan oleh pembaca dengan menggunakan tekni ini ada dua, yaitu :

1. Pembaca memahami organisasi, hubungan ide-ide bwahan dan ide-ide

utama, dan

2. Pembaca merangkiakan informasi yang baru diperoleh kedalam suatu

kerangka yang telah ada.

Jadi, close reading adalah membaca teliti agar kita memperoleh pemahanam

secara sempurna, sehingga kita mempu memahami informasi secara ekplisit dan

implisit. Adapun cirri-ciri pembaca yang mengunakan tekni adalah berikut ini:

1. Pembaca menerapkan keterampilan pemahaman pada tingkat yang rendah

(dasar).

2. Pembaca hanya menerima apa yang ada pada tulisan.

3. Pembaca hanya memahami makna secara tersurat.

4. Pembaca hanya mengingat-ingat informasi yang ada dalam bacaan, yaitu

tentang siapa, apa, dimana, tentang hal yang ada dalam bacaan.

5. Pembaca tidak kritis terhadap apa yang ada dalam bacaan.

516
Tekni ini melatih pembaca dalam hal:

1. Memahami makna kata,

2. Memahami makna frase,

3. Memahami makna kalimat,

4. Memahami makna pargraf

5. Memahami makna unsure detail,

6. Menangkap unsure perbandingan,

7. Menangkap unsure urutn,

8. Menangkap unsure sebab akibat,

9. Memahami (menjawab) apa, siapa, kapan, dan dimana,

10. Menyatakan kembali unsur perbandingan

11. Menyatakan kembali unsr urutan,

12. Menyatakan kembali unsure sebab akibat.

a. Teknik mengingat

Sebagi tindak lanjut dari apa yang telah kita peroleh (informasi) perlu kia

kethui bagimana caranya menghafal atau mengingat informasi-informasi yng

telah diperoleh. Untuk mengingat itu tidak mudah, perlu teknik-teknik untuk

itu. Menurut Wainwringht 2006: 69) menyatakan teknik mengingat secara tepat

guna ada delapan. Kedelapan teknik tersebut adalah teknik aliterasi, akronim,

akrostik, sajak, loci, link, peg, dam fonetik.

1. Teknik aliterasi

517
Teknik aliterasi merupkan tekni mengingat informasi atau isi bacaan

dengan pengulangan bunyi atau huruf pada kata atau kata kunci. Huruf

yang diambil merupakan huruf pertama dari kata kunci yang diingat.

Contoh penggunaan kata tersebut adalah berikut:

Dialek

Dialek adalah varian dari sebuah bahasa yang

sama. Variasi ini berbeda satu sama lain, tetapi

masih banyak menunjukkan kemiripan sehingga

belum pantas disebut bahasa yang berbeda.

Biasanya pemerian dialek adalah berdasarkan

geografi, namun bisa berdasarkan faktor lain,

misalkan faktor sosial. Sebuah dialek dibedakan

berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan

pengucapan (fonologi, termasuk prosodi). Jika

pembedaannya hanya berdasarkan pengucapan,

maka istilah yang tepat ialah aksen dan bukan

dialek.

Informasi yang diingat adalah binformasi pokok yang

terkandung dalam teks berita atau bacaan, yaitu kosa kata, tata

bahasa, fonologi, prosodi yang dapat dialiterasikan menjadi

K2TBFP.

518
2. Teknik akronim

Teknik akronim merupakan teknik mengingat informasi atau isi

yang ada dalam bacaan dengan membentuk dari huruf awal kata-kata

atau informasi yang diingat. Contoh penggunaan teknik ini adalah

berikut ini.

Daya beli masyarakat akan dijaga melalui: (i)

peningkatan stabilitas harga; (ii) peningkatan

kelancaran arus barang (terutama bahan pokok) untuk

menjaga ketersediaan barang; serta (iii) penguatan

perdagangan dalam negeri yang berkesinambungan

untuk mendorong transaksi perdagangan domestik dan

meningkatkan kesempatan berusaha.

Dari bacaan tersebut akronim yang diingan adalah

PPP.

3. Teknik akrostik

Teknik akrosti merupakan teknik mengingat dengan menggabungkan

huruf-huruf membentuk kata-kata atau huruf yang berasal dari bacaan,

sehingga mudah diingat. Contohnya adalah berikut ini.

519
Pelangi memiliki tujuh warna

yang terpadu secara apik dan

tersusun secara urut. Ketujuh

warna tersebut adalah merah,

jingga, kuning, hijau, biru, nila,

dan ungu.

Ketujuh warna itu dapat disingkat menjadi mejikuhibiniu.

4. Teknik sajak

Teknik sajak merupakan teknik mengingat dengan membuat sajak.

Artinya informasi yang kita peroleh kita buat menjadi sajak untuk

memudahkan mengingatnya.

5. Teknik loci

Loci berasal dari bahasa latin artinya tempat-tempat. Berdasarkan arti

tersebut cara kerja pembaca adalah dengan membayangkan tempat atau

bangunan yang telah dikenal, kemudian menyusun rute untuk

menyelusuri tempat tersebut. Awalnya teknik ini digunakan untuk

mengingat pidato yang akan disampaikan. Teknik ini dapat digunakan

pembaca dalam membaca sastra, berita, kejadian, dan proses.

6. Teknik link

520
Teknik link merupakan teknik menghafal yang digunakan untuk

menghafal isi atau informasi dalam bacaan dengan menciptakaan

asosasi dan menghubungkan satu informasi atau ide dengan dengan

informasi atau ide lainnya. Link berasal dari bahasa ingris yang berarti

mata rantai atau menghubungkan.

Teknik ini dapat digunakan dengan dua cara, yaitu menghubungkan

atau mengurutkan dalam bentuk urutan alphabet dan letak tempat. Cara

alphabet digunakan untuk mengingat informasi dengan mengurutkan

huruf awal informasi yang dihafal sesuai dengan urutan alphabet. Cara

letak tempat digunakan untuk menghafal informasi dengan

mengurutkan hafalan tersebut sesuai urutan letak. Teknik ini

mempunyai kendala dalam penerapannya karena pembaca harus

mengingat informasi yang banyak. Kadangkala, satu huruf mewakili

beberapa informasi sehingga dimungkinkan pembaca lupa satu atau

beberapa diantaranya.

7. Teknik peg

Teknik peg merupakan teknik mengingat yang digunakan untuk

menghafal isi atau informasi bacaan dengan meciptakan hubungan atau

asosiasi antara informasi yang ada dalam bacaan dengan asosiasi yanmg

dibentuk oleh pembaca. Teknik ini mempunyai kesamaan dengan

teknik link, yaitu sama-sama menggunakan pola kerja hubungan dan

asosiasi. Perbedaannya teknik ini lebih sederhana dibandingkan dengan

521
teknik link dan asosiasi pada teknik ini berbentuk format yang sudah

tetap. Teknik ini digunakan untuk mengingat resep makanan.

b. Teknik retensi

Sesudah informasi yang kita dapat dihafalkan langkah selanjutnya adalah

menyimpan hafalan atau ingatan dengan tujuan agar sewaktu bacaan atau

informasi ditanyakan dapat menjawab dan ingat kembali denga informasi

tersebut. Teknik ini disebut teknik retensi Teknik ini ada lima, yaitu repetisi,

diskusi, menulis informasi, menggunakan informasi, dan tes (Wainwraught

2006:57-58)

1. Repetisi

Repetisi merupakan kegitan mengulang bacaan yang telh dibaca, yang

diulang bukan membaca semua bacaan, melainkan hal-hal yang telah

dihafalkan saja. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat

informasi yang telah dihafal sehingga mudah untuk diingat kembali.

2. Diskusi

Merupakan teknik retensi yang digunakan untuk mengingat apa yang

telah dihafalkan dengancara mendiskusikan dengan orang lain,

dengancxara bertukar pikiran dengan oaring lain. Dengan diskusi

seseorang akan mendapatkan sesuatu yang baru dan sesuatu yang belum

ia ketahui.

522
3. Menulis informasi

Teknik menulis informasi merupakan teknik retensi yang dilaksanakan

dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh dari bacaan.

“tulisan itu lebih awet dari pada diingat-ingat” jadi, setelah kita

membaca kita lebih baik menulis informasi itu agar sewaktu kita

ditanya dan kita lupa, kita dapat membukanya.

4. Menggunakan informasi

Menggunakan informasi merupakan teknik retensi yang

mengaplikasikan apa yang kita ketahui. Dengan mengaplikasikan apa

yang kita ketahui maka kita akan selalu ingatn dengan informasi

tersebut.

4.3.2.2 Close Prosedur

Close prosedur (teknik isian rumpang)merupakan teknik penangkapan

pesan dari sumber (penulis), mengubah pola bahasa dengan jalan melepas

bagian-bagiannya, dan menyampaikan kepada pembaca untuk

menyempurnakan kembali pola, pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah

unit-unit kerumpangan yang dapat dipertimbangkan (Tailor 1953 dalam Robert

1980:71).

523
Teknik close prosedur dalam teknik menengah digunakan untuk melatih

keterampiulan baca siswa melalui kegiatan belajar mengajar terutama hal :

1. Penggunaan isyarat sintaksis,

2. Penggunaan isyarat semantic,

3. Penggunaan isyarat skematik,

4. Peningkatan kosa kata,

5. Peningkatan daya nalar dan sikap kritis siswa terhadap bacaan, dan

6. Mengklasifikasikan tingkat baca siswa.

Keenam manfaat diatas dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

keterpahaman, latar belakang pengalaman, minat, dan bahasa siswa. Dengan

mengetahui hal ini, maka guru dapat memberikan intruksional untuk siswa dalam

belajar membaca.

Hal-hal yang harus dipersiapkan guru, sebelum menggunakan teknik isi

rumpang adalah berikut ini:

1. Pilihlah bacaan yang relatif sempurna, yaitu bacaan yang tidak bergantung

pada informasi sebelumnya atau bacaan yang lengkap dengan satu judul,

yang panjangnya kurang lebih 150 kata.

2. Lakukan penghilangan pada bagian tertentu dari bacaan dengan

pertimbangan tertentu (misalnya kata yang dihilangkan atau kata kunci).

3. Biarkan kalimat pertama dan terahir utuh.

524
4. Mulailah penghilangan itu dari kalimat kedua, yakni pada setiap kata

dengan pertimbangan tertentu. Pengosongan ditandai dengan garis lurus

mendatar yang panjangnya sama.

Adapun tahap-tahap yang penerapan teknik uji rumpang dalam pembelajaran

membaca adalah berikut ini:

Tahap 1

Siswa diberi kesempatan menelaah dan membaca dalam mhati bacaan

dengan waktu yang ditentukan.

Tahap 2

Setelah tahap 1, siswa diminta mengisi bagian yang dikosongan. Untuk

mengisi bagian yang dikosongkan waktunya juga ditentukan sesuai dengan

jumlah bagian yang dikosongkan.

Tahap 3

Setelah tahap 2, salah satu siswa kita suruh untuk membacakan teks

tersebut secara lengkap. Metode untuk menilai ketepan isian yang dikosongkan

adalah metode sinonim atau kontektual. Artinya siswa boleh menjawab dengan

kata sinonim kata tersebut, dengan syarat kata tersebut masih sesuai dengan

kontek kalimat tersebut.

Tahap 4

525
Guru membacakan bacaan tersebut dan berhenti pada bagian yang

dikosongkan. Siswa diminta un tuk mengajukan alternatif jawaban. Siswa diminta

un tuk mendiskusikan jawaban mereka dan tahap ini dilakukan sampai bagian

yang dikosongkan terisi semua.

Tahap 5

Setelah tahap 4, guru menujukan teks asli sebabagai bahan perbandingan dan

sebagai pedoman penilaian. Siswa diminta untuk mencocokan jawabanya dengan

bacaan yang asli.

Tahap 6

Siswa diminta untuk menghitung berapa jumlah jawaban yang benar,

setelah itu siswa kita suruh untuk menhitung presentase kebenaran jawaban,

dengan rumus :

Jumlah jawaban yang benar : seluruh jumlah lepasan x 100%

Menurut Rankin dan Culhane menetapakan interpresentasi hasil uji rumpang

sebagai berikut.

1. Pembaca berada pada tingkat independen/bebas, jika presentase skor tes

uji rumpang yang diperoleh diatas 60%.

526
2. Pembaca berada pada tingkat intruksional, jika presentase skornya berkisar

antara 41%-60%.

3. Pembaca pada tingkat gagl, jika presentase skor yang diperoleh sama

dengan atau kurang dari 40%.

Berikut ini adalah contoh bacaan yang dibuat dengan tahap-tahap tersebut

diatas.

Pemertahanan Budaya Lokal Brebes

Kabupaten Brebes adalah salah satu kabupaten

di Provinsi Jawa Tengah,

Indonesia…………….wilayahnya 1.657,73 km²,

…………. penduduknya sekitar 1.767.000 jiwa (2003).

Ibukotanya adalah Brebes. …………… merupakan

kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak di

Jawa Tengah.

Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara

paling Barat Provinsi Jawa Tengah, diantara

………….. 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur

Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan

dan ………… langsung dengan wilayah Provinsi Jawa

Barat. …………….. Kabupaten Brebes mayoritas

527
menggunakan ………….. Jawa yang yang mempunyai

ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya

disebut dengan Bahasa Jawa Brebes atau sering disebut

kebanyakan orang dengan bahasa ……….... Namun

terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian

………………. Kabupaten Brebes juga bertutur dalam

bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai

dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa

lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah

………………. Daerah yang masyarakatnya sebagian

besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut

dengan ……………. Sunda Brebes, adalah meliputi

…………….. Salem,Banjarharjo,dan Bantarkawung,

dan sebagian lagi ada di beberapa Desa di Kecamatan

Losari,Tanjung,Kersana,Ketanggungan dan Larangan.

4.3.3 Teknik Lanjutan

Teknik lanjutan merupakan teknik membaca yang digunakan oleh

pembaca untuk membaca secara luas dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Target yang digunakan dalam mebaca ini adalah pembaca mebaca bacaan

sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin. Yang termasuk teknik

lanjutan ada dua, yaitu skimming dan scaning.

4.3.3.1 Teknik Skimming

528
Teknik membaca skimming salah satu teknik membaca cepat. Membaca

dengan teknik skimming berarti kita secara cepat membaca sekilas teks untuk

menentukan ide-ide penting dari teks. Awal skimming dapat menggunakan

tanda-tanda organisasional yang digunakan penulis seperti subjudul, ringkasan,

penggunaan tanda tertentu yang menunjukkan pentingnya suatu informasi (tanda

italic, garis bawah, cetak tebal, dan sebagainya). Pada waktu melakukan

skimming secara cepat mata kita bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh

gambaran umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-

bagian tertentu yang dianggap kurang penting. Ketika kita membaca sekilas kita

akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan cepat menyapu seluruh

halaman yang dibaca sambil memberi fokus pada informasi yang dicari.

Dengan skimming seseorang mencoba untuk mendapatkan inti atau

gambaran umum apa yang dibaca bukan mendapatkan gambaran detail seluruh

isi teks. Seseorang menggunakan skimming untuk memutuskan apakah suatu

buku akan dipilih/tidak. Skimming sering digunakan untuk melakukan tinjauan

awal (previewing) untuk mengetahui isi umum suatu teks/buku.

Seseorang melakukan skimming untuk 1) mengenali topik bacaan

atau memilih bacaan, 2) mengetahui pendapat seseorang secara umum, 3)

mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan, 4)

melakukan penyegaran apa yang pernah dibaca, dan 5) mensurvei buku yang

akan dibaca.

Skimming dilakukan dengan cara 1) memahami dan menemukan bagian-bagian

529
dari suatu bacaan yang memuat informasi penting (misalnya memahami dan

menemukan letak ide pokok dalam paragraf, memahami dan menemukan letak

informasi penting dari suatu buku), 2) membaca sekilas dan melompati bagian-

bagian yang tidak penting dari suatu bacaan (contoh, ilustrasi, paragraf transisi),

3) detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa

menatap lama-lama, 4) paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu

dibaca dengan kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bahan yang

dibicarakan, 5) membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf

awal, subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal

penting dari teks. Selanjutnya, kita dapat memperluas skimming dengan

membaca indeks, isi tabel, atau bagian yang penting lainnya.

Jenis teknik membaca yang termasuk dalam teknik skimming adalah

skipping, sampling, locating, dan previewing.

a. Skipping

Skipping diartikan sebagai teknik baca lompat, yaitu membaca dengan

loncatan-loncatan. Maksudnya adalah membaca melompat-lompat dari bagian

yang penting, pokok yang dicari atau dibutuhkan kebagian penting berikutnya.

Skipping digunakan untuk menangkap bagian-bagian atau informasi yang

penting saja. Pembaca yang menggunakan ayuan ini berarti melkukan ayunan

mata dari bagian bacaan yang penting ke bagian yang lain. Dapat dilakukan

dengan mengyunkan bacaan dari kalimt keklimat lainnya.

530
b. Sampling

Sampling merupakan teknik membaca bagian tertentu dengan cepat supaya

mendapatkan gambaran umum dari bacaan yang dibaca. Prinsip yang dianut

adalah membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah bacaan yang dianggap dapat

mewakili keseluruhan bacaan. Yaitu kalimat inti atau kalimat utama. Kalimat

utama umumnya mengandung informasi kunci yang biasanya terletak pada

kalimat pertama sebuah paragraf. Untuk itu, penggunaan teknik ini dipusatkan

pada membaca kalimat pertama setiap paragraf. Dalam menerapkan teknik ini

pembaca diberi keluasan untuk membaca bagian tertentu dari bacaan dengan

syarat:

1. Bagian-bagian yang dibaca mengandung informasi kunci atau pokok,

2. Pembaca memperoleh gambaran bacan dari bacaan yang dibaca,

3. Dilaksanakan dengan sekilas.

c. Locating

Locating merupakan teknik membaca vertical. Maksudnya mata pembaca

bergerak secara vertikal, yaitu pandangan mat pembaca bergerak dari atas ke

bawah secara cepat.pembaca memusatkan pandangan matanya di bagian

tengah bacaan dan bagian kanan dan kiri tetap pada jangkauan mata. Hal ini

terjadi karena pembaca selain mempunyai kemampuan pandang fokus dekat

yang disebut rentang pandangan mata (eye span), juga mempunyai kemampuan

pandang sekeliling atau daya melihat sekeliling (peripheral vision). Dengan

531
kedua kemampuan itu, pembaca dapat mengerakan matanya dari bagian tengah

atas kebagian tengah bawah secara cepat.

d. Previewing

Previewing merupakan gabungan dari teknik sampling dan locating. Teknik

ini menggunakan teknik sampling dari segi pemusatan perhatian pada kalimat

pertama setiap paragraph dan memanfaatkan teknik locating dari sisi daya

melihat sekeliling. Teknik ini juga digunakan untuk menangkap garis besar

materi bacaan sebelum pembaca menolak untuk membacanya. Penggunaan

teknik ini adalah pembaca membaca kalimat pertama pada setiap paragraf dan

pembaca menggunakan kemampuan daya lihat sekeliling pada kalimat-kalimat

yang lain dari setiap paragraf.

4.3.3.2 Teknik Scanning

Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik

secara cepat dan akurat. Memin ai artinya terbang di atas halaman-halaman

buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku

untuk menemukan sesuatu yang diperlukan.

Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan

informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi

halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan,

gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak

melihat kata demi kata.

532
Dalam kehidupan sehari-hari scanning digunakan, antara lain untuk:

mencari nomor telepon, mencari kata pada kamus, mencari entri pada indeks,

mencari angka-angka statistik, melihat acara siaran TV, melihat daftar

perjalanan, mencari makna kata dalam kamus/ensiklopedi, dan menemukan

informasi tertentu yang terdapat dalam daftar.

Karakteristik membaca memindai (scanning) adalah (1) scanning

mencakup pencarian secara cepat dengan gerakan mata dari atas ke bawah

menyapu seluruh teks untuk mencari fakta khusus, informasi khusus, atau kata-

kata kunci tertentu, (2) manfaat scanning adalah dapat mencari informasi

dalam buku secara cepat, (3) scanning merupakan teknik membaca cepat untuk

menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca, (4) pembaca telah

menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning dilakukan, dan (5)

pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicari.

Scanning dilakukan dengan cara (1) menggerakkan mata seperti anak

panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah

ditetapkan, (2) setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan

keterangan lengkap dari informasi yang dicari, dan (3) pembaca dituntut

memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca

(misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman

bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan

533
untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya). Dengan pemahaman

tersebut diharapkan dapat menemukan informasi secara lebih cepat.

Teknik membaca scanning ini digunakan untuk:

1. Memilih acara TV

Cara mengunakan teknik scanning untuk acara keperluan memilih acara TV

adalah berikut ini.

a. Perhatikan sekilas terlebih dahulu stukturnya: acara disusun per hari, pinggir

kiri merupakan jamsiaran, dan sebelah kanannya nama acara beserta

rinciannya.

b. Bacalah tiap pertanyaan dan temukan jawaban didaftar itu.

c. Bacalah menu acara secepat-cepatnya.

d. Gunakanlah petunjuk tertentu, seperti film seri tertentu yang sudah

direncanakan diputar pada hari dan jamtertentu.

2.Memilih topik tertentu

Tahap yang digunakan dalam men-scan buku untuk menemukan topic tertentu

adalah sebagai berikut:

a. Pembaca men-scan daftar isi untuk menentukan topic tertentu.

b.Pembaca mebuka halaman dari topic yang telah ditemukan dan men-scannya.

c. Untuk melengkpi pencarian topik, pembaca dapat juga men-scan daftar indeks,

gambar, dan atau grafik.

534
d.Pembaca membuka halaman yang ditemukan pada tahap ketiga.

3. Menemukan kata dikamus

Hal yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berikut

ini.

a. Keterang mengenai abjad dan ejaan.

b. Keterangan mengenai perbendaharaan kata.

c. Keterangan mengenai batas kata dan keterangannya.

d. Keterangan mengenai susunan dannurutan kata yang diterangkan.

e. Tanda-tanda yang dipakai.

f. Kepanjangan dari singkatan yang digunakan.

Dalam menggunakan teknik scanning pembaca perlu memperhatikan petunjuk

sebagai berikut.

a. Perhatikan ejaan kata itu dengan seksama.

b. Perhatikan cara pengucapanya, panjang pendeknya, dan aksennya

(tekanannya).

c. Perhatikan juga etimologinya (asal-usulnya).

d. Jangan terlalu cepat memilih pengertian.

e. Perhatikan contoh kalimat yang akan memperjelas pengertian yang akan dicari.

f. Untuk segera bisa menemukan, perhatikan petunjuk yang ada pada setiap

halaman.

535
Tahap yang dapat digunakan untuk mencari kata dalam kamus adalah berikut ini.

1.1.1.1. Tentukan kata yang dicari.

1.1.1.2. Carilah kata tersebut dengan langsung membuka halaman pertama

yang mengandung huruf awal dari kata yang dicari. Misalnya cinta maka kita cari

di kolom c.

1.1.1.3. Setelah ketemu maka bacalah makna kata tersebut.

4.Mencari nomor telefon

Tahap mencari nomor telefon adalah berikut ini.

a. Tentukan nomor telefon yang dicari.

b.Carilah nomor telefon tersebut dengan langsung membuka halaman yang dituju

dan men-scannya. Misalnya nomor telefon polisi langsung membuka pada

halaman sampul.

c. Setelah menemukan bacalah nomor telefon tersebut dengan seksama dan teliti.

5.Mencari entri pada indeks

Tahap-tahap yang digunakan adalah sebgi berikut:

a. Tentukan istilah atau kata yang ingin dicari dalam indeks.

b.Buka halaman yang memuat indeks.

c. Carilah istilah atau kata tersebut pada indeks dengan gerakan mata secara

sistematis dan cepat. Setelah menemukan, lambatkanlah kecepatan membaca

agar kita dapat memahami makna kata tersebut.

536
Pendekatan yang melatar belakangi teori membaca ada tiga yaitu pendekatan

konseptual, empirikal, ekperimental.

A. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini meliputi macam–macam metodoloagi pendekatan yang

semuanya berangkat dari suatu konsepsi tentang membaca dan berkesudahan

dengan satu model tertentu tentang prose membaca.

Tokoh dalam pendekatan ini adalah Kennet s godman. Ia menyatakan

bahwa membaca pada hakekatnya merupakn proses komunikasi yaitu antara

pembaca dengan tuturan tertulis yang dibacanya. Hal tersebut melatar

belakangi pendekatan konseptual.

B. Pendekatan Empirikal

Pendekatan ini mencakup bermacam–macam pendekatan yang bertolak

dari pengalaman serta penghayatan proses membaca., baik dari penyusunan

teori itu sendiri maupun orang lain yang dijadikan banyak penelitian.

Teori yang memandang membaca sebagai proses berpikir sebagai

seperangkat keterampilan membaca sebagai prose mempersepsi, sebagai

kegiatan visual, dan membaca sebagai pengalaman bahasa.

Tokoh Perintis dalam pendekatan konseptual ialah Kennet S. Goodman.

Menurut pandangannya, proses membaca pada hakikatnya adlah proses

komunikasi, yaitu komunikasi antara pembaca dengan turunan tertulis

(bacaan) yang dibacana. Namun pendekatan tersebut direvisi karena disadari

537
banyak kelemahannya. Sebagai penggantinya dipakailah teori Transformasi

Generatif temuan Noam Chomsky sebagai acuan kerjauntuk memberikan

proses membaca dalambentuk suatu model yang dikenal sebagai modal

membaca Goodmen (The Godman Model Of Reading). Model ini

menekankan bahwa membaca pada hakikatnya adalah seperangkat proses

recording, decoding, dan encoding yang berakhir pada pemahaman atau

komprehensif.

Teori membaca yang memanfaatkan pendekatan empirikal banyak

ragamnya.

a) Teori yang memandang membaca sebagai proses berpikir

b) Teori yang memandang membaca sebagai perangkat keterampilan

c) Teori yang menganggap membaca sebagai kegiatan visual

d) Teori yang menganggap membaca sebagai pengalaman bahasa

Teori yang pertama yaitu teori yang memandang membaca sebagai

proses berpikir, dirintis pengembanganny oleh Edward L Thorndike.

Teori kedua yang berdasarkan pendekatan empirikal adalah teori yang

memandang prose membaca sebagai penerapan keterampilan.

538
C. Pendekatan Eksperimental

Pendekatan eksperimental meliputi bermacam - macam studi dan

penelitian yang dilaksanakan dengan eksperimental untuk mengkaji

bagaimana pemahaman berlangsung pendekatan eksperimental dibagi menjadi

dua yaitu :

a. Eksperimental Pemahaman

Eksperiomental tentang masalah pemahaman dalam prose membaca

yang telah dilakukan selama ini banyak sekali jumlah dan jenisnya.Beberapa

penemuannya dapat digunakan untuk kepentingan pengajaran membaca

sebagai proses ata kiegiatan menangkap makna dari bacaan.

b. Kemampuan Intelektual

Jenis kemampuan intelektual :

1. menarik kesimpulan tentang isi baAcaan

2. mengingat makna kata

3. mengikuti struktur bacaan

4. menangkap maksud dan tujuan isi bacaan

Pendekatan lain dalam membaca intensif dan ekstensif, yaitu Pandangan Bottom-

up dan Top-down dalam Membaca.

539
Bottom-up dalam membaca pada dasarnya adalah menguraikan simbol tertulis ke

dalam bahasa lisan, dengan arus bagan seperti ini:

Cetakan – perbedaan setiap kata – fonem dan grafem dicocokkan – memadukan –

ucapan – arti. Pembentukan arti merupakan proses akhir bahasa itu diterjemahkan

ke dalam simbol yang lain (tulisan – lisan). Pendekatan ini tetap bertahan karena

penjelasannya yang logis bahwa untuk memahami bacaan harus mengenali huruf.

Pendekatan ini ditentang oleh ahli lain terutama bangsa Inggris dengan alasan

bahwa : dalam ucapan tidak selalu sama dengan tulisan, proses merangkaikan

setiap huruf akan memperlambat proses membaca sehingga dapat mengganggu

pemahaman. Karena adanya kelemahan dalam pendekatan ini maka diusulkan

pendekatan lain yang disebut top-down atau pendekatan psikolinguistik.

Cambourne memberikan skema top-down sebagai berikut:

Pengalaman masa lalu – aspek cetakan yang selektif makna – suara/pelafalan.

Pendekatan ini lebih menekankan pada rekonstruksi dari pada menguraikan

bentuk. Kunci proses ini adalah adanya interaksi antara pembaca (adanya

pengalaman masa lalu) dengan teks, faktor psikologis dan linguistik juga perlu

dipertimbangkan.

Pendekatan ini ada kelemahannya : tidak memikirkan pembaca pemula dan

pembaca lanjut. Karena kelemahan ini maka Stanovich mengusulkan untuk

memadkukan pendekatan bottom-up dan top-down yang disebut ‘interactive-

compensatory’

540
1. Teori Skema dan Membaca

Pertama kali teori ini diusulkan oleh Barlett, dengan pandangan bahwa

pengetahuan di kepala mengorganisir dan menghubungkan dan mengarahkan

kearah proses pemahaman terhadap pengalaman baru yang ada dalam bacaan.

Dengan pengetahuan yang ada ini membantu pembaca untuk menebak bagian

berikutnya. Widdoson menginterprestasikan teori skema dengan perspektif

linguistik. Ada dua tingkatan yakni sistematik (yang berkaitan dengan fenologi)

dan skematik (latar belakang pengetahuan pembaca). Skema harus ada pada setiap

pembaca agar mudah mengikuti bacaan dan dapat menggunakan skema tersebut.

2. Penelitian membaca dalam bahasa kedua

Aslanian (1985) menyatakan : pengetahuan skematik dapat membantu atau

bahkan mengganggu pemahaman terhadap bacaan. Numan (1985) meneliti apakah

hubungan tekstual dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan. Kaitan tekstual

ini dibagi tiga yakni kaitan logis, referensial, leksikal. Stefensen (1981) persepsi

penelitiannya : hubungan tekstual lintas kultural mungkin membantu atau

membantu pemahaman pembaca. Walter (1982) dalam penelitiannya

mengusulkan strategi menghadapi teks yang sulit, 1) membaca teks secara

perlahan, 2) membaca kembali teks tersebut, 3) membuat ringkasan garis besar isi

yang dibaca. Pembaca dengan strategi ini banyak mengingat poin umum. Ini

dicobakan untuk pembaca yang baik.

3. Membaca dan Konteks Sosial

Konteks sosial akan menentukan dan motivasi membaca. Dalam konteks sosial

541
yang maju, banyak media tulis maka anggota kelompok masyarakat tersebut akan

termotivasi untuk membaca. Sebaliknya masyarakat yang terpencil, tanpa media

tulis yang harus dibaca maka

anggota kelompok tersebut tidak termotivasi untuk membaca.

4. Jenis Teks Membaca

Bahasa ada untuk memenuhi fungsi tertentu dan fungsi ini yang akan menentukan

struktur teks dan isi bacaan. Bermacam bacaan akan kita temui dalam konteks

sosial. Skema kita perlukan untuk memahami dan memperoleh informasi baru dari

teks tersebut.

5. Pelajaran Membaca

Peran guru dikelas akan banyak mempengaruhi minat dan kemauan siswa

membaca. Peran itu dapat difokuskan ketrampilan membuat kesimpulan,

pengembangan kelancaran membaca, kosakata, membaca ekstensif. Prinsip-

prinsip yang mengacu pada pengajaran efektif: 1) Tujuan pengajaran digunakan

untuk mengarahkan dan mengorganisir pelajaran, 20 Teori yang luas tentang

membaca B2 3) Waktu dikelas untuk belajar, 4) Aktivitas di kelas untuk

pengajaran bukan tes, 5) Struktur pengajaran jelas, 6) Variasi aktivitas membaca,

7) kesempatan umpan balik atas membaca siswa, 8) wacana yang nyata, 9)

pengajaran berpusat pada siswa.

Penjelasan lain teori dapat dilihat pada paparan berikut :

542
Teknik membaca (reading techinical) merupakan implementasi dari metode

membaca. Teknik membaca merujuk pada siasat yang dilakukan oleh pembaca

dalam memahami bacaan atau untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam

membaca.

Dalam membaca terdapat berbagai ragam teknik membaca. Dari berbagai ragam

itu, teknik membaca dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teknik dasar,

teknil menengah dan teknik lanjutan.

6.1. TEKNIK DASAR

Teknik dasar merupakan teknik membaca yang digunakan atau diperuntukkan

pembaca pemula.

Teknik membaca yang termasuk dalam teknik dasar ada tiga, yaitu teknik tertib,

teknik taktertib dan teknik campuran.

6.1.1. Teknik Tertib

Membaca Huruf

Membaca Suku Kata

Membaca Kata

Membaca Kalimat

6.1.2. Teknik Taktertib

543
Membaca Huruf

Membaca Suku Kata

Membaca Kata

Membaca Kalimat

6.1.3. Teknik Campuran

6.2. TEKNIK MENENGAH

Teknik menengah merupakan teknik membaca yang digunakan atau

diperuntukkan bagi pembaca yang sudah mahir dalam penyandian kembali

simbol-simbol yang berbentuk grafis atau sudah mahir dalam menggunakan

teknik dasar.

Teknik menengah terdiri atas empat jenis, yaitu teknik close reading, mengingat,

retensi dan close prosedur.

6.2.1. Close Reading

Close reading (membaca teliti atau membaca cermat) adalah teknik membaca

yang digunakan untuk memperoleh pemahaman (sepenuhnya) atas suatu bahan

bacaan (Tarigan 1994:33).

Nurhadi (2004:57) memberi nama membaca literal.

544
Menurut Farr dan Roser (1979:359) yang dapat dilakukan oleh pembaca dengan

menggunakan teknik ini ada dua, yaitu :

1. pembaca memahami organisasi, hubungan ide-ide bawahan dan ide-ide utama.

2. Pembaca merangkaikan informasi yang baru diperoleh ke dalam suatu kerangka

yang telah ada.

Tujuan yang diinginkan oleh pembaca pada umumnya adalah mencari dan

memperoleh informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi dan makna

bacaan.

Sedangkan tujuan khususnya meliputi :

1. menemukan rincian atas fakta-fakta yang terjadi dalam bacaan

2. memperoleh ide-ide pokok yang ada pada bacaan

3. memperoleh informasi (ide) lain atau tambahan yang ada dalam bacaan

4. menemukan urutan atau susunan organisasi cerita yang ada dalam bacaan.

Teknik close reading melatihkan kemahiran pembaca dalam hal :

1. memahami makna kata

2. memahami makna frase

3. memahami makna kalimat

4. memahami makna paragraf

5. memahami makna unsur detail

6. menangkap unsur perbandingan

7. menangkap unsur urutan

8. menangkap unsur sebab akibat

545
9. memahami (menjawab) apa, siapa, kapan dan dimana

10. menyatakan kembali unsur perbandingan.

6.2.2. Teknik Mengingat

Teknik mengingat secara tepat guna ada delapan, yaitu teknik aliterasi, akronim,

akrostik, sajak, loci. Link, peg, dan fonetik (Wainwright 2006:66-69).

Teknik Aliterasi
Teknik aliteasi adalah teknik mengingat informasi atau isi dari bacaan dengan

pengulangan bunyi atau huruf pada kata atau kata kunci.

Teknik Akronim
Teknik akronim merupakan teknik mengingat informasi atau isi yang ada dalam

bacaan dengan membentuk kata dari huruf awal kata-kata atau informasi yang

diingat.

Teknik Akrostik
Teknik akrostik merupakan teknik mengingat informasi atau isi yang ada dalam

bacaan yang membentuk kata atau frase yang berasal dari huruf atau bunyi-bunyi

tertentu dari kata yang ingin diingat.

Teknik Sajak
Teknik sajak merupakan teknik mengingat informasi atau isi yang ada pada

bacaan dengan membuat sebuah sajak.

Teknik Loci

546
Teknik loci merupakan teknik mengingat yang mula-mula digunakan untuk

mengingat bahan pidato yang akan disampaikan.

Teknik Link

Teknik link merupakan teknik menghafal yang digunakan untuk menghafal isi

atau informasi dalam bacaan dengan menciptakan asosiasi dan menghubungkan

satu informasi atau ide lainnya.

Teknik Peg
Teknik peg merupakan teknik mengingat yang digunakan untuk menghafal isi

atau informasi bacaan dengan menciptakan hubungan atau asosiasi antara

informasi yang ada dalam bacaan dengan asosiasi yang dibentuk oleh pembaca.

Teknik Fonetik

Teknik fonetik merupakan teknik yang digunakan untuk mengingat isi atau

informasi yang ada pada bacaan dengan menghubungkan antara sistem fonetik

dan informasi yang dihafal.

6.2.3. Teknik Retensi

Untuk membantu pembaca menyimpan hafalan dengan baik diperlukan teknik

membaca secara khusus. Teknik tersebut dinamakan teknik retensi. Kata retensi

berasal dari bahasa Inggris yang berarti penyimpanan. Teknik retensi dibuat untuk

membantu pembaca untuk menyimpan ingatan tentang informasi yang ada dalam

bacaan dan sewaktu dibutuhkan siap untuk dipanggil atau dimunculkan. Teknik

547
retensi ada lima, yaitu repetisi, diskusi, menulis informasi, menggunakan

informasi, dan tes (Wainwraught 2006:57-58).

Repetisi
Teknik repetisi merupakan jenis teknik yang digunakan pembaca dengan

mengulang bacaan yang sudah dibaca. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan

untuk memperkuat informasi yang telah dihafal sehingga mudah untuk diingat

kembali.

Teknik Diskusi
Teknik diskusi merupakan jenis teknik retensi yang dilakukan oleh pembaca

dengan bertukar pikiran kepada orang lain tentang informasi yang telah

diperolehnya dari bacaan.

Teknik Menulis Informasi


Teknik menulis informasi merupakan jenis teknik retensi yang dilakukan dengan

mencatat informasi yang telah didapat dari kegiatan membaca.

Teknik Menggunakan Informasi


Teknik menggunakan informasi merupakan informasi merupakan teknik retensi

yang dilaksanakan dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh dari

bacaan.

Teknik Tes
Teknik tes merupakan jenis teknik retensi yang dilakukan dengan mengecek

(mengetes) informasi-informasi yang telah dihafal pembaca.

6.2.4. Close Prosedur

548
Close prosedur (teknik isian rumpang) mula-mula diperkenalkan oleh Wilson

Tailor (1953). Menurutnya close prosedur adalah teknik penangkapan pesan dari

sumbernya (penulis), mengubah pola bahasa dengan jalan melepaskan bagian-

bagiannya, dan menyampaikan pada pembaca untuk menyempurnakan kembali

pola, pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan yang

dapat dipertimbangkan (Tailor 1953 dalam Robert 1980:71 dalam Harja Sujana

dan Mulyati 1997:139).

Teknik close prosedur dalam teknik menengah digunakan untuk melatih

keterampilan baca siswa melalui kegiatan belajar mengajar terutama hal :

1. penggunaan isyarat sintaksis

2. penggunaan isyarat sematik

3. penggunaan isyarat skematik

4. peningkatan kosa kata

5. peningkatan daya nalar dan sikap kritis siswa terhadap bacaan, dan

6. mengklasifikasikan tingkat baca siswa.

Penerapan teknik isian rumpang :

TAHAP 1

Siswa diberi kesempatan menelaah dan membaca dalam hati teks yang diberikan

guru dengan waktu yang ditentukan.

TAHAP 2

Siswa diminta untuk mengisi lesapan atau bagian yang dikosongkan.

549
TAHAP 3

Siswa (3 atau 4) diminta untuk membacakan keseluruhan teks yang telah mereka

sempurnakan. Sebaiknya, pedoman yang digunakan untuk menilai ketepatan isian

lesapan adalah metode sinonim atau kontektual.

TAHAP 4

Guru membacakan bagian demi bagian dari bacaan tersebut dan berhenti pada

setiap bagian yang dikosongkan. Siswa diminta mengajukan alternatif jawaban.

TAHAP 5

Guru memperliahatkan teks asli kepada siswa untuk bahan perbandingan dan

sebagai pedoman untuk menilai.

TAHAP 6

Siswa diminta untuk menghitung berapa banyak jumlah lesapan yang benar.

Rumus menghitung presentase kebenaran :

Jumlah jawaban yang benar x 100 %

Seluruh jumlah lesapan

Tahap ini digunakan untuk mengetahui kemampuan hasil uji rumpang secara

individu. Rankin dan Culhane menetapkan interpretasi hasil uji rumpang sebagai

berikut :

550
1. Tingkat independen/bebas >60%

2. Tingkat instruksional 41%-60%

3. Tingkat frustasi atau gagal =<40%.

Tahap menyiapkan bacaan isian rumpang :

1. pilihlah bacaan yang relatif sempurna

2. lakukan penghilangan pada bagian tertentu

3. biarkan kalimat pertama dan kalimat terakhir utuh

4. mulailah penghilagan itu dari kalimat kedua.

6.3. TEKNIK LANJUTAN

Teknik lanjutan merupakan teknik membaca yang digunakan oleh pembaca untuk

membaca secara luas dalam waktu sesingkat mungkin.

Teknik yang termasuk dalam teknik lanjutan ada dua, yaitu skimming dan

scanning.

6.3.1. Teknik Skimming

Pengertian teknik skimming

Skimming adalah teknik membaca dengan menjelajahi atau menyapu

bacaan dengan cepat untuk memahami atau menemukan hal-hal yang

penting.

Gerak Mata

551
Kecepatan dan bentuk ayunan mata dalam setiap bagian yang dibaca

tidaklah sama bergantung penting tidaknya bagian yang dibaca dan tujuan

dalam membaca.

Pertama-tama mata bergerak pada baris-baris yang mengandung ide pokok

dari sebuah paragraf, kemudian melompat (skipping), dan memperlambat

(bahkan boleh berhenti) pada bebrapa fakta yang penting yang menunjang

ide pokok. Misalnya ditulis miring, dicetak tebal, dan ditulis dalam kotak.

Tujuan Membaca Slimming

Teknik membaca skimming digunakan dengan lima tujuan, yaitu :

A. Mengenal Topik Bacaan

Yang dimaksud topik bacaan adalah judul buku atau artikel, judul-

judul bab, dan judul sub bab.

Skimming dapat diterapkan sewaktu pembaca menceri bahan di

perpustakaan. Ia membaca sekilas kartu katalog atau daftar katalog

yang ada di komputer mengenai judul buku yang tersedia di

perpustakaan tersebut.

B. Mengetahui Opini

Opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Opini digunakan untuk

menggugah pikiran pembaca untuk berpikir kritis sehingga pembaca

diharapkan dapat memberi umpan baliknya yang berupa tanggapan.

Cara yang efektif dan efisien untuk mendapatkannya adalah cukup

dengan membaca paragraf awal dan akhir.

C. Mengetahui Bagian Penting

552
Dalam rangka menemukan informasi yang penting dari sebuah bacaan,

Tarigan (1990:33) memberi petunjuk sebagai berikut :

1. tentukan dengan jelas informasi atau fakta yang akan dicari atau

buatlah pertamyaan-pertanyaan mengenai informasi yang ada

dalam bacaan.

2. Siapkan kata kunci yang tepat untuk menunjuk informasi yang

dibutuhkan, misalnya dalam pertandingan sepak bola kata kunci

tersebut adalah menang, seri, atau kalah.

3. Apabila pembaca mencari informasi dalam sebuah buku, sebaiknya

pembaca melihat apakah kata kunci tersebut tercantum dalam

indeks. Jika tidak ada, carilah dibawah subjek yang lebih luas.

4. Lihatlah setiap halaman dengan cepat hanya untuk tujuan mencari

kata kunci atau informasi yang diinginkan.

D. Mengetahui Organisasi Tulisan

Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang

membaentuk menjadi kesatuan topik.

E. Penyegaran

Penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas untuk

mengingat lagi informasi-informasi yang telah disimpan, diperoleh

atau diingat.Tujuan dilakukan penyegaran adalah untuk memperkuat

atau memantapkan informasi-informasi yang diperoleh pembaca.

Penyegaran dapat juga digunakan untuk mempersiapkan ujian atau

sebelum menyampaikan pidato.

553
F. Memperoleh Kesan Umum

Kesan umum nonfiksi bisa diperoleh dari buku sejarah, biologi, ilmu

pengetahuan, seni, dan lain-lain.

Alasan pembaca menggunakan teknik skimming adalah sebagai berikut

1. menemukan sepenggal informasi khusus dalam paragraf, kutipan,

atau acuan

2. memetik secara cepat ide pokok dan butir-butir yang penting dari

sebuah bacaan

3. memriksa apakah bagian itu dapat diloncati atau harus dipahami

4. memanfaatkan waktu secepat mungkin dikarenakan pembaca sibuk

dan kekurangan waktu untuk membaca.

Jenis Teknik Skimming

a. Skipping

Skipping diartikan sebagai teknik baca lompat, yaitu membaca dengan

loncatan-loncatan. Skipping adalah pembaca mengayunkan matanya

dari kalimat pertama ke kalimat pertama pada paragraf berikutnya, dari

kalimat akhir kr kalimat akhir pada paragraf berikutnya, dari kalimat

awal ke kalimat tengah pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke

kalimat akhir pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke kalimat awal

pada halaman berikutnya dan seterusnya.

b. Sampling

554
Sampling merupakan teknik membaca bagian tertentu bacaan dengan

cepat supaya mendapat gambaran umum dari bacaan yang dibaca.

c. Locating

Locating adalah mata pembaca bergerak secara vertikal, yaitu

pandangan mata bergerak dari bagian atas ke bawah secara cepat.

d. Previewing

Previewing merupakan gabungan dari teknik sampling dan locating.

6.3.2. Teknik Scanning

Pengertian Teknik Scanning

Scanning merupakan teknik membaca sekilas cepat, tetapi teliti dengan

meksud menemukan dan memperoleh informasi tertentu atau fakta khusus

dari sebuah bacaan (Harjasujana dan Mulyati 1997:65 dan Tarigan

1994:31).

Tujuan Teknik Scanning

Scanning digunakan dengan tujuan :

1. Menemukan topik tertentu

Tahap yang dapat dilakukan dalam men-scan buku untuk menemukan

topik tertentu adalah sebagai berikut :

a. Pembaca men-scan daftar isi untuk mencari topik tertentu

b. Pembaca membuka halaman dari topik yang telah ditemukan dan

men-scannya

555
c. Untuk melengkapi pencarian topik, pembaca dapat juga men-scan

daftar indeks, gambar, dan atau grafik

d. Pembaca membuka halaman yang ditemukan pada tahap tiga

2. Memilih acara TV

Cara menggunakan teknik scanning untuk acara keperluan memilih

acara TV adalah sebagai berikut ;

a. Perhatikan sekilas terlebih dahulu strukturnya : acara disusun

perhari, pinggir kiri merupakan jam siaran, dqan sebelah kanannya

nama acara beserta rinciannya

b. Bacalah tiap pertanyaan dan temukan jawaban di daftar itu

c. Bacalah menu acara secepat-cepatnya

d. Gumakanlah petunjuk tertentu, seperti film seri tertentu yang sudah

direncanakan diputar pada hari dan jam tertentu.

3. Menemukan kata di kamus

Hal yang terdapat pada bagian pendahuluan KBBI adalah sebagai

berikut ini :

1.) Keterangan mengenai abjad dan ejaan

2.) Keterangan mengenai perbendaharaan kata

3.) Keterangan mengenai batasan kata dan keterangannya

4.) Keterangan mengenai susunan dan urutan kata yang diterangkan

5.) Tanda-tanda yang dipakai

6.) Kepanjangan dari singkatan yang digunakan

556
Dalam memggunakan teknik scanning pembaca perlu memperhatikan

petunjuk sebagai berikut :

1.) Perhatikan ejaan kata itu dengan seksama

2.) Perhatikan cara pengucapannya, panjang pendeknya, dan aksennya

(tekanannya)

3.) Perhatikan juga etimologinya (asal-usul kata) biasanya ditulis

dalam kurung dan apabila diresapkan etimologi itu akan membantu

untuk mengerti dan mengingat lebih lama

4.) Jangan terlalu cepat memilih suatu pengertian

5.) Perhatikan contoh kalimat yang akan memperjelas pengertian yang

dicari

6.) Untuk segera bisa menemukan, perhatikan petunjuk yang ada

disetiap halaman.

Tahap-tahap yang dapat dilakukan untuk mencari kata dan makna dalam kamus

dengan teknik scanning adlah sebagai berikut ini :

1. Tentukan kata yang dicari

2. Carilah kata tersebut dengan langsung membuka halaman pertama yang

mengandung huruf awal dari kata yang dicari

3. Setelah ditemukan bacalah dengan teliti makna kata tersebut

4. Mencari Nomor Telefon

Tahap-tahap mencari nomor telefon dengan teknik scaaning adalah

sebagai berikut ini :

557
1. Tentukanlah nomor telefon yang dicari

2. Carilah nomor telefon tersebut dengan langsung membuka halaman

yang dituju dan men-scannya

3. Setelah ditemukan bacalah nomor telefon tersebut dengan seksama

atau teliti.

5. Mencari entri pada indeks

Untuk dapat mencari istilah atau kata pada indeks secara cepat pembaca

dapat menggunakan teknik scanning dengan tahap sebagai berikut :

1. Tentukanlah istilah atau kata yang ingin dicari dalam indeks

2. Bukalah halaman yang memuat indeks

3. Carilah istilah atau kata tersebut pada indeks dengan gerakan mata

secara sistematis dan cepat.

Apabila buku yang dibaca tidak memiliki indeks, dapat melakukan tahap-

tahap berikut ini :

1. Pembaca harus mengetahui kata-kata kunci yang menjadi petunjuk

2. Kenali organisasi tulisan dan struktur tulisan untuk memperkirakan

letak jawaban

3. Cobalah cari melalui daftar isi.

558
559
BAB IV

PROSES DAN MODEL MEMBACA

4.1 Pengantar

Dari media cetak pembaca memperoleh informasi secara leluasa, baik

informasi masa lalu, maupun informasi masa kini. Media cetak bisa diperoleh dan

dibaca dengan cara yang lebih mudah. Informasi yang dikandungnya dapat

dinikmati sesuai dengan kehendak pembaca dan kapan saja. Untuk memperoleh

informasi tersebut perlu yang namanya “proses membaca” yang meliputi

bagaimana proses membaca dan jenis proses membaca.

Kajian yang mempunyai hubungan yang erat dengan proses membaca

adalah model membaca. Kajian yang sistematis mengenai proses membaca

dimulai sejak tahun 1990-an. Pada waktu itu, proses membaca merupakan fokus

perhatian para ahli psikologi eksperimental. Sebelumnya, yaitu tahun 1950 dan

1960-an, fokus para pakar tertuju pada kajian definisi dan penjelasan tentang

membaca. Kajian mengenai model-model membaca dan teori membaca baru

muncul sejak tahun 1970-an. Model dan teori membaca muncul berdasarkan

560
pandangan dari ahli psikologi (perkembangan dan kognitif), proses informasi,

psikolinguistik, dan linguistik.

4.2 Proses Membaca

Kajian yang sistematis mengenai proses membaca dimulai sejak tahun

1990-an. Pada waktu itu, proses membaca merupakan fokus perhatian para ahli

psikologi eksperimental. Sebelumnya, yaitu tahun 1950 dan 1960-an, fokus para

pakar tertuju pada kajian definisi dan penjelasan tentang membaca.

Membaca merupakan suatu proses. Proses adalah rangkaian tindakan atau

kegiatan yang menghasilkan produk atau hasil. Proses membaca merupakan

rangkaian kegiatan yang dimulai dari menatap bacaan sampai mengolah informasi

dalam otak. Proses tersebut merupakan proses membaca dalam hati. Selain

membaca dalam hati, pembaca bisa saja membaca nyaring. Proses membaca

nyaring diawali dengan menatap bacaan dan diakhiri dengan kegiatan melafalkan

bacaan. Proses membaca dalam hati melibatkan indra mata dan otak; sedangkan

indra mata, otak, dan mulut.

Walaupun proses membaca melibatkan dua atau tiga tempat, namun

proses membaca merupakan kegiatan yang kompleks yang terjadi di dua atau tiga

tempat tersebut. Karena kekomplekskan tersebut, para ahli membaca

mengambarkan proses membaca yang berbeda-beda. Penjelasan proses membaca

yang berbeda-beda tersebut adalah berikut ini.

561
4.2.1 Proses Membaca dalam Hati

Proses membaca dalam hati merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai

dari mata melihat bacaan atau mata terangsang oleh tulisan/bacaan/simbol tetulis

dan diakhiri otak memproses informasi yang diterima. Proses membaca tersebut

dapat dibagankan sebagai berikut.

Bagan 3

Proses Membaca dalam Hati

Respons Kreatif

Bacaan Mata Syaraf Otak Respons


Kritis

Memahami

tampak
Menafsirkan k

Tak tampak

Proses pertama adalah proses mata terangsang oleh bacaan atau mata

mencari rangsangan yang berbentu tulisan. Proses kedua adalah syaraf yang ada di

mata menerima rangsangan melalui mata. Syarat menyampaikan rangsangan

562
kepada otak merupakan proses ketiga. Proses keempat adalah otak memproses

rangsangan tersebut dalam bentuk pemahaman (memahami bacaan) atau justru

otak menafsirkan rangsangan yang diterimanya. Proses kelima adalah otak

merespons informasi untuk dikritisi secara aktif dan pasif. Proses keenam adalah

otak berpikir kreatif. Respons pasif adalah respons yang ada didalam individu

dalam bentuk memikirkan (respons tertampak), sedangkan respons aktif adalah

respons yang terlahirkan dalam bentuk tulisan atau lisan (respon tampak).

4.2.2 Proses Membaca Nyaring

Tokoh yang menjadi pencetus dalam proses membaca nyaring adalah

Flesch, Gagne, Gough, Fries, La Burge, dan Samuel. Tokoh-tokoh tersebut

berlatar belakang dari disiplin ilmu yang berbeda-beda. Flesch berasal dari

disiplin ilmu jurnalistik, Gagne dari bidang ilmu psikologi, Gough dan Fries dari

bidang informasi. Flesch, Gagne, dan Gough mempunyai pendapat yang sama

tentang membaca, yaitu bahwa membaca pada hakikatnya adalah menterjemahkan

lambang grafik ke dalam lambang lisan sehingga bahasa tulis tunduk kepada

aturan bahasa lisan. Maksudnya adalah pembaca mentransfer kembali simbol-

simbol yang berbentuk tulisan ke dalam bentuk bahasa lisan. Hal tersebut dapat

kita lihat pada membaca nyaring. Supaya dapat membaca nyaring, pembaca harus

patuh pada aturan-aturan dalam membaca nyaring. Aturan-aturan tersebut

meliputi pelafalan, jeda, intonasi, ekspresi, dan lain-lainnya. Jika dibagankan,

proses membaca tersebut adalah berikut ini.

563
Bagan 4

Proses Membaca Nyaring

Penjelasan dari bagan di atas adalah bacaan yang berupa lambang-lambang

grafis menstimulus mata. Rangsangan yang berbentuk lambang grafis diteruskan

ke otak oleh syaraf visual. Di dalam otak, simbol-simbol grafis diubah menjadi

bahasa lisan yang kemudian dikirim ke mulut untuk dilisankan sehingga terjadi

proses membaca nyaring.

Apabila pendapat di atas dikembangkan, membaca pada hakikatnya

merupakan proses penerjemahan dan dekod. Penerjemahan tidak hanya diartikan

sebagai penerjemahan lambang grafis ke bentuk lisan (fisik), tetapi juga

penerjemahan lambang grafis ke bentuk pemahaman (psikis). Pemahaman

tersebut mencakup dua hal, yaitu :

1. pemahaman makna leksikal, gramatikal, dan kalimat secara eksplisit,

2. pemahaman maksud dan tujuan pengarang secara implisit.

Dekod merupakan proses pengubahan tanda-tanda grafis menjadi berita

yang bermakna bagi pembaca. Berita-berita yang diterima pembaca mengandung

informasi yang dibutuhkan atau dicarinya. Dekoding tidak hanya terjadi pada

proses membaca, tetapi juga pada proses menyimak. Dekoding pada pembaca

564
terjadi pada komunikasi tulis, sedangkan dekoding pada menyimak terjadi pada

komunikasi lisan.

4.2.3 Proses Membaca Fries

Tokoh lain yang mengkaji proses membaca adalah Fries. Ia berpendapat

bahwa membaca merupakan proses mengembangkan kebiasaan-kebiasaan

merespons pola yang terdiri atas lambang-lambang grafis. Pendapat Fries

dilatarbelakangi oleh teori dalam psikologi, yaitu teori behavioristik. Menurut

teori tersebut, belajar bahasa (termasuk membaca) merupakan proses rangkaian

antara stimulus dan respons. Dalam proses membaca, stimulus berupa lambang-

lambang grafis yang merangsang mata. Rangsangan tersebut direspons oleh

pembaca sehingga pembaca dapat memahami makna dari lambang-lambang grafis

tersebut. Agar terampil memahami bacaan, pembaca membiasakan merespons

lambang-lambang tulis dengan cara latihan kontinyu, berjenjang, dan teratur.

Proses membaca dari Fries dapat dibagankan berikut ini.

Bagan 5

Proses Membaca Fries

565
Penjelasannya adalah bacaan dalam wujud lambang-lambang grafis

menstimulus mata. Rangsangan yang diterima oleh mata diteruskan ke otak untuk

direspons. Atau hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan antara

keduanya berlangsung sesering mungkin supaya pembaca menjadi terampil yang

ditandai oleh tiga anak panah.

4.2.4 Proses Membaca Gough

Disamping bagan proses membaca tersebut, ketiga model itu, ada bagan

proses membaca yang lebih rinci, yaitu bagan membaca dari Gough. Menurutnya

merupakan proses yang berurut-berlanjut, tetapi tidak interaktif. Proses membaca

tersebut dapat dibagankan berikut ini.

Bagan 6

Proses Membaca Gough

566
Berdasarkan bagan di atas, proses membaca adalah berikut ini.

1. Informasi grafemik diserap melalui visual dan disimpang secara

singkat di dalam ikon.

2. Image tersebut dikilas dan diolah di dalam perlengkapan pengenal

yang dapat mengetahui huruf-huruf.

567
3. Huruf-huruf dikirim ke pencatat huruf yang menahan huruf-huruf itu,

kemudian pendekod mengubah huruf-huruf tersebut menjadi

gambaran fonem.

4. Gambaran fonem masuk ke dalam librarian yang mencarikan leksikon

dan mencocokkan urutan dengan entri yang sudah ada dalam leksikon.

5. Untaian leksikal yang dihasilkan oleh librarian masuk ke dalam

memori pertama.

6. Memori pertama dapat menangkap satuan leksikal sampai lima yang

digunakan sebagai masukan untuk Merlin.

7. Merlin menggunakan pengetahuan tentang sintaksis dan semantik

untuk menentukan struktur dalam atau mungkin makna masukan.

8. Struktur dalam atau pernyataan-pernyataan tentang makna masuk ke

dalam Tempat Tujuan Kalimat Setelah Makna Dipahami (TTKSMD).

Berdasarkan uraian proses membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa

membaca merupakan suatu proses, yaitu proses :

1. mengenal dan menafsirkan huruf, suku kata, kata, frasa, klausa,

kalimat, atau wacana yang terdapat pada bacaan,

2. melakukan antisipasi terhadap kata-kata atau unsur bacaan yang lebih

besar untuk dicermati,

3. mendekod lambang-lambang grafis ke dalam bahasa kritis sehingga

pembaca memperoleh makna bacaan.

4.2.5 Jenis Proses Membaca

568
Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:26). Proses membaca ada lima

macam, yaitu proses psikologis, sensoris, perceptual, perkembangan, dan proses

pengembangan keterampilan.

Membaca sebagai Suatu Proses Psikologis. Membaca dengan proses

psikologis ialah membaca yang melibatkan unsur psikis atau mental dalam

mamahami suatu informasi. Unsur psikologi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain :

12 Intelegensi

13 Usia mental

14 Jenis kelamin

15 Tingkat social ekonomi

16 Bahasa

17 Ras

18 Kepribadian

19 Sikap

20 Pertumbuhan fisik

21 Kemampuan persepsi

22 Tingkat kemampuan membaca

Membaca sebagai Suatu Proses Sensoris. Membaca dengan proses

sensoris adalah mambaca yang melibatkan syaraf otak sebagai fokus. Isyarat dan

rangsangan masuk melalui telinga dan mata, sedangkan rangsangan huruf Braille

masuk lewat syaraf-syaraf jari. Proses membaca ini juga dipengaruhi berbagai

569
faktor, misalnya kepenatan, kegelisahan, kebimbangan, dan rasa tidak percaya

diri.

Membaca sebagai Proses Perseptual. Proses perceptual mempunyai ikatan

erat dengan proses sensoris. Secar umum persepsi dimulai dengan melihat,

mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Namun demikian dalam kegiatan

membaca cukup memperhatikan pada indera pengelihatan dan pendengaran.

Menurut Vernon (dalam Harjasujana 1997:15), mengatakan bahwa proses

perseptual dalam membaca itu terdiri dari empat bagian, yaitu :

9 Kesadaran akan rangsangan visual

10 Kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan

klarifikasi umum kata-kata

11 Klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada

di dalam kelas umum

12 Identifikasi nkata-kata yang dilakukan dengan jalan

mennyebutkannya.

Pada umumnya orang sepakat bahwa persepsi itu mengandug stimulus

asosiasi makna dan interprestasinya berdasrkan pengalaman tentang stimulus itu,

serta respon yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambing.

Membaca sebagai Proses Perkembangan. Mambaca pada dasarnya

merupakan proses perkembangan yang terjadi sepanjang hajat sesorang. Meski

mebaca merupakan proses perkembangan, geraknya tidaklah berada dalam jarak-

jaarak yang beraturan dan tidak perlu tertentu waktunya.

570
Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses perkembangan ada dua

hal yang perlu diperhatikan.

5 Membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan sesuatu yang terjadi

secara insidental.

Contoh : seorang anak tidak akan dapat membaca dengan jalan menonton

orang lain membaca.

6 Membaca merupakan suatu proses.

Membaca sebagai Suatu Proses Perkembangan Keterampilan. Membaca

merupakan latihan yang sangat kompleks yang sangat bergantung pada

bermacam- macam faktor. Sifat perkembangan ini antara lain.

7 Keterampilan obyektif

Perkembangan keterampilan membaca itu bersufat obyektif kareana dalam

perkembangannya tidak tergantung pada materi, metode atuapun tingkatan-

tingkatan akademis.

8 Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut

9 Keterampilan itu biasa digeneralisasikan, artinya keterampilan itu bersifat

tergeneralisasikan sehingga anak yang telah menguasai keterampilan tersebut

dituntut untuk dapat meneruskannya kapan saja dan dimana saja jika

situasinya menghendaki penggeneralisasian itu.

Contoh : jika seorang anak mamahami kata secara mandiri, baginya tidak

akan tetjadi masalah kata itu berada baik dalam teks matematika, geografi,

atau sebuah novel.

571
Dalam perkembangan selanjutnya keterampilan ini mempunyai tahapan-

tahapan yaitu :

8 Dasar proses perkembangan keterampilan ialah perkembangan konsep. Hal

tersebut mulai dengan pengalaman anak yang mula-mula sekali yang terus

berkembang seumur hidupnya. Perkembangan konsepini merupakan

prasyarat untuk membaca, sama juga halnya untuk menyimak dan

berbicara. Pengembangan konsep itu merupakan bank pengetahuan yang

bagi anak berfungsi sebagai tempat menyimpan dan mengambil

informasisecara terus menerus. Dalam pertumbuhannya anak0anak

tumbuh dan berubah, demikian juga perbendaharaan kosepnya akan terus

tumbuhdan berubah-ubah. Pertumbuhan dan konsep anak banyak

bergantung pada latar belakang pengalamannya.

9 Tahap perkembangan yang kedua merupakan pengenalan dan identifikasi.

Pada wktu anak-anak membina dasr-dasr konsep yang pertama dia mulai

pulamenghubungkan konsep-konsepnya itu dengan stimulus tertentu.

Contohnya ialah pengenalan huruf dan kataatau kombinasi

keduanyadengan konsep-konsep yang bermakna baginya. Jika berhasil

mengkombinasikan keduanya (stimulus dan kosep) maka akan

memperoleh makna dari pengalaman itu.

10 Tahap perkembangan itu merupakan interprestasi mengenai informasi.

Dalam hal ini interpretasi dibedakan menjadi dua hal yaitu, literta dan

intersial. Interprestasi literal adalah interprestasi fakta ketiaka fakta itu

572
dihadapkan, sedangkan interprestasi infersial ialah interprestasi hal-hal

yang bersifat tersirat pada suatu fakta.

11 Tahap perkembangan keempat ialah aplikasi dan generalisasi. Contohnya

pada awalnya anak mengenal cirri-ciri melati, ros, dan kenanga sebagai

bunga kecil, c kecil, C capital dan c tulisan tangan itu dibunyikan sama .

kemampuan anak itu belum cukup jika berhenti pada pengenalan. Dia baru

noleh dianggap menguasai informasi itu jika sudah mengenalnya mampu

pula mengaplikasikannya dan menggemeralisasikannya.

4.3 Model Membaca

Untuk mendapatkan informasi, pembaca perlu membuat atau mengikuti

sistem atau cara kerja dalam membaca. Sistem kerja yang dibuat meliputi cara

kerja fisik dan psikis. Cara kerja fisik berkaitan dengan bagaimana mata membaca

atau memandang bacaan yang merupakan sistem grafis. Sistem kerja psikis

berkaitan dengan bagaimana cara kerja otak memahami bacaan. Gabungan cara

kerja fisik dan psikis merupakan proses dalam membaca karena membaca dimulai

dari proses visual (mata) dan diakhiri pada proses yang terdapat di otak, yaitu

memahami atau mengkritisi bacaan. Sistem atau cara kerja, baik fisik maupun

psikis, dalam memahami bacaan dinamakan model membaca.

Kajian mengenai model-model membaca dan teori membaca baru muncul

sejak tahun 1970-an. Model dan teori membaca muncul berdasarkan pandangan

dari ahli psikologi (perkembangan dan kognitif), proses informasi, psikolinguistik,

dan linguistik. Dalam sejarah perkembangan studi membaca, muncul berbagai

573
model membaca yang diciptakan oleh para ahli. Model-model membaca yang

dibuat para ahli dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu Model Membaca Bawah

Atas (MMBA), Model Membaca Atas Bawah (MMAB), dan Model Membaca

Timbal Balik (MMTB) (Harjasujana dan Mulyati 1997:28).

11.3.1 Model Membaca Bawah Atas

Model Membaca Bawah Atas (MMBA) atau battom-up merupakan model

membaca yang bertitik tolak dari pandangan bahwa yang mempunyai peran

penting (primer) dalam kegiatan atau proses membaca adalah struktur bacaan,

sedangkan struktur pengetahuan yang dimiliki (di dalam otak) pembaca

mempunyai peran sampingan (sekunder). Pembaca bergantung sekali pada

bacaan. Dalam membaca, pembaca melakukan penyandian kembali simbol-simbol

tertulis sehingga mata pembaca selalu menatap bacaan. Hasil penyandian kembali

dikirim ke otak melalui syaraf visual yang ada di mata untuk dipahami. Karena

sistem atau cara kerja berawal dan bergantung pada bacaan yang berada di bawah

dan baru dikirimkan ke otak yang berada di atas, sistem membaca seperti itu

dinamakan model membaca bawah atas.

Apabila dibagankan model membaca bawah atas adalah berikut.

574
Bagan 7

Model Membaca Bawah Atas

Berdasarkan bagan tersebut, proses membaca diawali dari bawah, yaitu

bacaan. Bacaan merangsang atau menstimulus mata, kemudian pembaca

melakukan penyandian kembali simbol-simbol tertulis. Setelah itu, hasil

penyandian kembali dikirim ke otak untuk dipahami.

Pada model membaca bawah atas stuktur-struktur yang ada dalam teks itu

dianggap sebagai unsure yang memainkan peran utama, sedangkan struktur-

struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya merupakan hal yang sekunder.

MMBA pada dasarnya merupakan proses penerjemahan dekode dan encode.

Decode adalah kegiatan mengubah tanda-tanda menjadi berita. Encode ialah

kegiatan mengubah berita menjadi lambing-lambang. Pada MMBA pembaca

mulai dengan huruf – huruf atau unit-unit yang lebih besar, dan setelah itu barulah

ia melakukan antisipasi terhadap kata-kata yang diejanya itu.

575
Teori proses informasi (cough) bepandapat bahwa membaca itu pada

dasarnya adalah penerjenahan lambang grafik kedalam bahasa lisan. Mempelajari

apa yang dikatakan lambang tercetak merupakan kegiatan satu-satunya dalam

proses membaca. Menrut MMBA, tugas pertama seorang pembaca ialah

mendekode lambang-lambang tertulis itu menjadi bunyi-bunyi bahasa. Peran

pembaca bersifat relative pasif dalam proses penerjemahan itu. Satu-satunya

pengetahuan yang didiapkan ialah pengetahuan tentang hubungan antara lambang

dan bunyi. Jelaslah bahwa menurut MMBA teks bacaan itu diproses okeh

pembaca tanpa informasi yang mendahuluinya yang ada hubungannya dengan isi

bacaan.

Inti proses membaca menurut teori ini adalah proses kengkodean kembali

simbol tuturan tertulis (Harris & Sipay, 1980). Membaca dalam proses bottom-up

merupakan proses yang melibatkan ketepatan, rincian, dan rangkaian persepsi dan

identifikasi huruf-huruf, kata-kata, pola ejaan, dan unit bahasa lainnya. Tugas

utama pembaca menurut teori ini adalah mengkode lambang-lambang yang

tertulis menjadi bunyi-bunyi bahasa (Harjasuna, 1996).

Brown (2001) menyatakan bahwa pada proses bottom-up membaca

terlebih dahulu mengetahui berbagai tanda linguistik, seperti huruf, morfem, suku

kata, kata-kata frasa, petunjuk gramatika dan tanda wacana, kemudian

menggunakan mekanisme pemrosesan yang masuk akal, koheren dan bermakna.

Agar bisa memahami bacaan pada teori ini, pembaca membutuhkan keterampilan

yang berhubungan dengan lambang bahasa yang digunakan dalam teks.

576
Fries (1962), mendefinisikan membaca debagai kegiatan mengembangkan

kebisaan merespon kepada seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang

grafis. Model-model pemikiran yang sejalan dengan MMBA itu, menimbulkan

metode-metode membaca yang disebut metode alphabet, metode fonik. Metode

alphabet meruakan metode pengajaran membaca yang tertua. Dalam zaman

keemasan Yunani dan Roma orang mengajarkan membaca dengan metode

alphabet. Dalam metode ini, huruf-huruf yang di ajarkan itu diucapkan sama

dengan ucapan alphabet. Dengan demikian, huruf ‘d’ diucapkan /de/, huruf ‘k’

diucapkan /ka/, huruf ‘l’ diucapkan /el/, huruf ‘m’ diucapkan /em/ dan

selanjutnya.

Menghubungkan ucapan ‘ka’ /ka/ dan ‘I’ /i/ menjadi ‘ki’ /ki/ ternyata

merupakan hal yang tidak mudah bagi anak-anak yang baru mulai belajar

membaca. Itulah sebabnya dalam metode fonik, konsonan-konsonan itu tidak

diucapkan seperti ucapan alphabet. Huruf ‘k’ tidak di ucapkan /ka/ tetapi /kh/,

huruf ‘d’ tidak di ucakan /de/ tetapi /dh/, demikian seterusnya.

Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Studi yang

sintesis tentang proses membaca dimulai sejak tahun 1880-an. Pada waktu itu

proses membaca merupakan pusat perhatian para ahli psikologi eksperimental. Di

antara tahun 1950-an dan tahun 1960-an perhatian para ahli diarahkan pada

definisi dan penjelasan tentang membaca. Semenjak tahun 1970-an tumbul

model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli

577
psikologi perkembangan dan psikologi kognitif, proses informasi, psikolinguistik

dan linguistik.

Gambar di bawah ini melukiskan perbedaan pokok antara MMBA dan MMAB.

Salah seorang tokoh MMBA Gough (1972) mencoba menunjukkan proses

membaca itu dalam sebuah model berurut lanjut, tidak interaktif. Menurut

pandangannya, proses tersebut meliputi urutan-urutan berikut:

(1) Informasi grafemik diserap melalui system visual dan disimpan secara

singkat di dalam “ikon”.

(2) Image tersebut dikilas dan diolah di dalam perlengkapan pengenal pola yang

dapat mengenali huruf-huruf.

578
(3) Huruf-huruf ini kemudian dikirim ke pencatat huruf yang menahan huruf-

huruf itu, sementara pendekod mengubah huruf-huruf tersebut menjadi

gambaran fonem.

(4) Gambaran fonem ini masuk ke dalam “librarian” yang mencarikan leksikon,

dan mencocokkan untaian fonemik dengan entri yang sudah ada dalam

leksikon.

(5) Untaian leksikal yang dihasilkan oleh librarian itu masuk ke dalam memori

pertama.

(6) Memori pertama itu dapat menangkap satuan leksikal itu sampai lima buah,

dan hal ini merupakan masukan bagi “merlin”.

(7) Merlin menggunakan pengetahuannya tentang sintaksis dan semantic untuk

menentukan “struktur dalam” atau mungkin makna masukan itu.

(8) Akhirnya, struktur dalam atau pernyataan-pernyataan tentang makna itu

masuk ke dalam “Tempat Tujuan Kalimat-kalimat (TTKSMD), setelah

maknanya dipahami.

Dengan demikian, kegiatan membaca itu selesai setelah semua masukan teks itu

dapat melewati sederetan transformasi dan mencapai (TTKSMD).

Gambar di bawah ini membantu menjelaskan proses membaca menurut MMBA.

579
580
Tokoh yang menjadi pencetus MMBA adalah Flesch, Gagne, Gough, Fries,

La Burge, dan Samuel. Tokoh-tokoh tersebut berlatar belakang dari disiplin ilmu

yang berbeda-beda. Flesch berasal dari disiplin ilmu jurnalistik, Gagne dari

bidang ilmu psikologi, Gough dan Fries dari bidang informasi. Flesch, Gagne, dan

Gough mempunyai pendapat yang sama tentang membaca, yaitu bahwa membaca

pada hakikatnya adalah menterjemahkan lambang grafik ke dalam lambang lisan

sehingga bahasa tulis tunduk kepada aturan bahasa lisan. Maksudnya adalah

pembaca mentransfer kembali simbol-simbol yang berbentuk tulisan ke dalam

bentuk bahasa lisan.

Dalam MMBA, modal keterampilan yang harus dimiliki pembaca adalah

keterampilan mengkontruksikan antara lambang grafis dan bunyi. Hal tersebut

dikarenakan tugas pertama dan utama dalam MMBA adalah mendekod lambang-

lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bahasa sehingga pembaca bersifat relatif

pasif. Yang dibutuhkan pembaca adalah keterampilan yang bersifat mekanik.

Keterampilan mekanik menurut Tarigan (1990:11) terdiri atas :

1. pengenalan huruf-huruf,

2. pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frasa, klausa,

kalimat, dan wacana),

3. pengenalan tanda baca dan realisasinya dalam melisankannya,

4. pengenalan hubungan antara pola ejaan dan bunyi bahasa.

581
MMBA mengilhami ke dalam metode pembelajaran membaca. Metode-

metode pembelajaran membaca yang dipandang sebagai cerminan dari MMBA

antara lain metode alfabet, metode fonik, metode silabus, dan metode kata.

Metode alfabet merupakan metode yang tertua. Metode ini digunakan pada waktu

zaman kejayaan Yunani dan Romawi. Prinsip pembelajaran yang dianut

berdasarkan metode ini adalah huruf yang diajarkan diucapkan sama dengan

ucapan alfabetnya. Huruf b diucapkan be, huruf c diucapkan ce, huruf d diucapkan

de, dan seterusnya diucapkan secara alfabetis.

Metode fonik hampir sama dengan metode alfabet. Metode fonik digunakan

untuk mengatasi pembelajaran dengan metode alfabet. Pengucapan suatu lambang

bunyi diikuti dengan kegiatan menghubung-hubungkan bunyi-bunyi tersebut

dengan huruf-huruf yang dilambangkannya. Misalnya, menghubungkan ucapan

antara bunyi b [be] dan u [u] menjadi bu [bu] yang ternyata merupakan hal yang

tidak mudah bagi siswa dan siswa yang baru membaca (pembaca pemula). Hal

itulah yang melatarbelakangi munculnya metode fonik. Huruf konsonan tidak

diucapkan secara alfabetis, tetapi secara fon (bunyi). Huruf g tidak diucapkan ge

[ge], tetapi diucapkan eg [eg]. Hurug j diucapkan ej [ej], huruf k diucapkan ek

[ek], dan seterusnya. Prinsip yang dianut oleh metode fonik adalah setiap lambang

grafis (huruf) diucapkan menjadi bunyi (fon).

Metode silabus merupakan metode membaca yang merangkaikan huruf

dengan huruf membentuk suku kata (silabus). Metode ini merupakan

pengembangan dari metode fonik. Untuk itu, prinsip yang dipakai adalah sama,

582
yaitu membaca huruf menjadi bunyi yang dibaca tidak lagi huruf demi huruf,

tetapi rangkaian huruf-huruf, misalnya :

1. bunyi eb dan i dibaca bi,

2. bunyi eb dan u dibaca bu,

3. bunyi eb dan o dibaca bo.

Metode kata merupakan metode membaca merangkaikan suku kata dengan

suku kata atau huruf dengan huruf membentuk kata. Disamping proses merangkai

suku kata menjadi kata, pembaca juga melakukan proses pemahaman atas kata-

kata yang dibacanya.

Keempat metode pembelajaran itu diterapkan atau digunakan dalam

membaca permulaan. Pembaca pemula melakukan proses membaca dimulai dari

mengenal dan mengidentifikasi lambang-lambang grafis dalam bacaan. Melalui

alat visual (mata), pembaca menarik lambang-lambang grafis yang dilihatnya ke

dalam memorinya (otaknya) untuk ditafsirkan atau dipahami dalam bentuk

ingatan. Oleh karena prosesnya seperti itu (dari bawah ke atas), metode-metode

pembelajaran tersebut menganut MMBA.

MMBA mempunyai keterbatasan. Keterbatasan pertama adalah MMBA

sangat bergantung kepada peran mata. Jika seorang pembaca menaruh harapan

pada kerja mata yang dominan akan berdampak tidak baik terhadap keberhasilan

membaca. Semakin berharap pada kerja mata, semakin sulitlah mata mampu

melihat lambang-lambang grafis. Pembaca yang terlalu memforsir perhatiannya

terhadap bacaan yang ada di depan matanya terus-menerus dapat mengalami

kebutaan sementara. Pembaca tidak dapat melihat (membaca) halaman yang

583
dibaca dalam jangka waktu tertentu. Halaman tersebut tampak kosong tidak ada

tulisannya apa-apa. Hal itu disebabkan kerja mata ada batasnya sehingga kalau

kerja mata diforsir akan mengalami kewalahan dan akhirnya bleng. Disamping

itu, mata tidak dapat (tidak mampu) melihat huruf-huruf yang cukup banyak

dalam sekali pandang.

Keterbatasan kedua adalah MMBA hanya cocok untuk bacaan yang belum

dikenal atau sulit. Pembaca akan membaca dengan teliti atau cermat bacaan yang

berisi hal-hal atau informasi yang baru dan belum diketahuinya atau bacaanya

sulit. Jika tidak demikian, pembaca tidak akan bisa memahami bacaan yang

dibacanya. Umumnya, pemahaman yang diinginkan pembaca dengan model ini

adalah memahami atau menangkap semua informasi atau fakta yang ada pada

bacaan yang dibaca, baik yang pokok maupun yang detailnya. Pembaca membaca

secara intensif. Dalam kenyataannya, tidak semua bacaan yang dibaca pembaca

itu sulit atau belum dikenal. Ada bacaan yang isinya tidak mengandung informasi

yang baru bagi pembaca. Pembaca sudah mengetahui seluruhnya atau sebagian isi

bacaan yang dibaca sehingga membaca tidak perlu membaca secara teliti.

Pembaca bisa saja membaca secara sepintas (skimming) hanya untuk memastikan

informasi yang ada dalam bacaan sudah diketahuinya. Untuk itu, pembaca tidak

perlu menggunakan model MMBA, tetapi model membaca yang lain, yaitu

MMAB.

Keterbatasan ketiga adalah MMBA memerlukan waktu baca yang relatif

lama karena pembaca menelusuri semua unsur bacaan dari awal sampai akhir

bacaan. Pembaca harus membaca semua kata yang ada dalam bacaan mulai kata

584
pertama sampai kata terakhir. Padahal seorang pembaca bisa saja membaca dalam

waktu yang relatif cepat. Caranya adalah membaca unsur-unsur bacaan tertentu

saja, tidak perlu membaca seluruh unsur bacaan. Misalnya, pembaca hanya

membaca kata kunci, kalimat pokok, hal-hal yang penting. Dalam membaca, mata

melakukan lompatan-lompatan dari kata kunci, kalimat pokok atau hal-hal yang

penting ke kata kunci, kalimat pokok atau hal-hal yang penting berikutnya.

Untuk mengatasi keterbatasan MMBA, ahli lain menawarkan model

membaca atas bawah (MMAB).

11.3.2 Model Membaca Atas Bawah

Teori ini dikenal sebagai model psikolinguistik dalam membaca dan teori

ini dikembangkan oleh Goodman (1976). Model ini memandang kegiatan

membaca sebagai bagian dari proses pengembangan skemata seseorang yakni

pembaca secara stimultan (terus-menerus) menguji dan menerima atau menolak

hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses membaca berlangsung. Pada model

ini, informasi grafis hanya digunakan untuk mendukung hipotesa tentang makna.

Pembaca tidak banyak lagi membutuhkan informasi grafis dari bacaan karena

mereka telah memiliki modal bacaan sendiri untuk mengerti bacaan. Proses

membaca model ini dimulai dengan hipotesis dan prediksi-prediksi kemudian

memverifikasinya dengan menggunakan stimulus yang berupa tulisan yang ada

pada teks.

Inti dari model membaca atas bawah adalah pembaca memulai proses

pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Pembaca memulai tahapan

585
membacanya dengan membaca prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-

dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan

pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya. Untuk membantu

pemahaman dengan menggunakan teori ini, pembaca menggunakan strategi yang

didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk

mendapatkan makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan

yang berupa kompetensi berbahasa yang ia miliki. Jadi, kompetensi berbahasa dan

pengetahuan tentang apa saja memainkan peran penting dalam membentuk makna

bacaan.

Jadi menurut model membaca atas-bawah dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar

dalam memahami bacaan.

Model membaca atas bawah ini berpijak pada teori psikolinguistik,

mengenai interaksi antara pikiran dan bahasa. Goodman (1967) bependapat bahwa

membaca itu merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan

yang dipilih dari masukan yang diperoleh melalui persepsi pembaca.

Pemilihannnya itu dilakukan dengan kemampuan memperkirakan. Ketika

informasi itu di proses, terjadilah keputusan-keputusan sementara untuk

menerima, menolak atau memperhalus. MMBA menggunakan informasi grafis itu

hanya untuk mengukung atau menolak hipotesis mengenai makna.

Makna diperoleh dengan menggunakan informasi yang perlu saja dari

system isyrat semantik, sintaksis, dan grafik. Isyarat grafik diturunkan dari media

cetak, isyarat-isyarat lainnya berasal dari kebahasaan pembaca, pembaca

586
mengembangkan berbagai strategi untuk memillih isyarat grafis yang paling

berguna, setelah pembaca menjadi semakin terampil, informasi grafis itu semakin

berkurang pula perlunya, sebab pembaca telah memiliki perbendaharaan kata dan

konsep-konsep yang semakin kaya. Strategi-strategi untuk membuat perkiraan

yang didasarkan pada penggunaan isyarat semantic dan sintaksis, memungkinkan

pembaca untuk memahami materi dan umtuk mengantisipasi apa yang tampak

berikutnya di dalam materi cetak yang sedang dibaca.

Jika pada MMBA struktur dalam teks (bacaan) sebagai unsur primer dan

pengetahuan sebagai unsur sekunder, MMAB berpandangan yang sebaliknya,

yaitu pengetahuan merupakan unsur primer dan struktur bacaan merupakan unsur

sekunder. Pembaca hanya melihat stimulus yang berupa isyarat simbol grafis

seperlunya saja, selebihnya pembaca menggunakan isyarat kompetensi kognitif

dan kompetensi bahasa yang telah dimilikinya. Karena kompetensi kognitif dan

kompetensi bahasa berada di otak pembaca dan otak pembaca berada di atas

bacaan, model membaca ini disebut model membaca atas bawah. MMAB dapat

dibagankan berikut ini.

Bagan 8

Model Membaca Atas Bawah

587
Proses membaca berdasarkan bagan di atas adalah berikut ini.

1. Otak pembaca mengendalikan mata untuk melihat (membaca)

lambang-lambang grafis seperlunya saja sesuai yang dibutuhkan.

2. Rangsangan yang berupa lambang-lambang grafis yang telah dipilih

diteruskan oleh syaraf mata ke otak.

3. Pembaca memberi penafsiran (pemahaman) dari bacaan yang dibaca

berdasarkan kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa yang

dimilikinya.

Lambang-lambang grafis pada dasarnya tidak punya makna apa-apa.

Pembaca tidak memperoleh makna dari simbol-simbol grafis yang dibaca, tetapi

pembaca memberikan makna atas simbol-simbol grafis yang dibaca. Contohnya

adalah jika pembaca melihat sebuah titik pada kertas, titik tersebut tidak

bermakna. Titik tersebut bermakna jika diberi tafsir pembaca. Titik yang berada di

akhir deretan kata-kata yang berbentuk klausa maka titik tersebut berarti atau

bermakna sebuah tanda berhenti. Jika titik tersebut berada di dalam peta, dimaknai

sebagai letak sebuah kota. Dalam sandi morse, titik itu diberi interpretasi sebagai

588
lambang huruf. Dalam bahasa Yunani, titik tersebut sebagai tanda atau simbol

vokal. Jika tidak diberi interpretasi, titik itu tidak punya makna apa-apa.

Tokoh yang menjadi perintis MMAB adalah Goodman, Smith, Shuy, dan

Nutall. Pandangan mereka diilhami dari teori psikolinguistik, yaitu pandangan

tentang adanya interaksi antara pikiran dan bahasa. Goodman dan Nutall

menggambarkan bahwa membaca merupakan kegiatan psycholinguistic quessing

game (permainan menebak dalam psycholinguistik). Maksudnya adalah bahwa

membaca merupakan proses yang mencakup penggunaan isyarat kebahasaan yang

dipilih dari masukan yang diperoleh melalui persepsi pembaca. Pemilihan

dilakukan pembaca dengan menggunakan kemampuan memperkirakan atau

menerka. Pada waktu informasi diproses dalam benak pembaca terjadi keputusan-

keputusan sementara untuk menerima, menolak atau menyempurnakan masukan

yang diterima. Informasi grafis hanya untuk mendukung hipotesis mengenai

makna yang sudah terbentuk ketika mata menangkap lambagn-lambang tertulis.

Kata-kata atau unsur bacaan yang lain tidak dapat diserap oleh daerah pandangan

mata jika tidak sesuai dengan isyarat-isyarat semantik dan sintaksis yang sedang

diproses pembaca dan perkiraan (hipotesis) yang dibuatnya.

Smith berpendapat bahwa mamahami sebuah bacaan merupakan proses

menghubungkan bahan tertulis dengan apa yang telah diketahui dan ingin

diketahui pembaca. Pembaca dapat memahami sebuah bacaan dengan jalan

memanfaatkan informasi visual dan nonvisual. Informasi visual diperoleh dari

lambang-lambang grafis, sedangkan informasi nonvisual diperoleh dari

pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki pembaca. Kemampuan

589
memahami sebuah bacaan dilukiskan tidak hanya sebagai kemampuan mengambil

dan memilih makna bacaan dari lambang-lambang grafis, namun juga

kemampuan menyusun konteks yang ada guna membentuk makna. Hal tersebut

berarti dalam proses membaca dibutuhkan peran skema atau skemata. Latar

belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca akan memberi andil terhadap

kualitas dan kuantitas pemahaman bacaan seorang pembaca.

Tokoh psikolinguistik yang lain adalah Shuy. Ia berpendapat bahwa proses

hubungan antara huruf dan bunyi (behavioral) terjadi pada pembaca pemula.

Setelah pembaca sering melakukan kegiatan membaca, dia semakin meningkatkan

proses behavioral dan beralih pada strategi kognitif. Pembaca mengembangkan

berbagai strategi untuk memilih isyarat grafis yang diperlukan setelah pembaca

mahir, informasi grafis yang diperlukan semakin berkurang tingkat keperluannya

karena pembaca sudah mempunyai teknik sampling (memilih) yang baik, kontrol

terhadap struktur bahasa yang lebih baik, dan telah memiliki perbendaharaan

konsep yang lebih banyak.

Pembaca yang sudah terampil dalam membaca akan selalu melangkah

langsung menghubungkan kata-kata yang dibaca ke makna tanpa melakukan

identifikasi kata-kata yang dibaca secara cermat. Tranformasi dalam bidang

vokabuler (kosa kata) atau sintaksis yang tidak mengubah makna dipandang

sebagai hal yang dapat diterima. Hal itu terjadi karena pembaca sudah mempunyai

pemahaman terhadap bacaan yang dibacanya.

Dengan menggunakan MMAB, pembaca membuat prediksi (prakiraan)

terhadap bacaan yang dibacanya. Pembaca hanya melihat beberapa bagian dari

590
bacaan (kata kunci, bagian yang penting, dan atau kalimat pokok), kemudian

pembaca memprediksi pemahaman atau informasi secara menyeluruh yang

terdapat pada bacaan. Dengan menggunakan syarat semantik dan sintaksis,

pembaca memahami bacaan dan mengantisipasi yang akan ada pada bagian

bacaan selanjutnya ketepatan prakiraan dibuat dengan menggunakan stategi

konfirmasi. Jika prediksi kurang cermat, pembaca menggunakan strategi

konfirmasi. Jika prediksi kurang cermat, pembaca menggunakan strategi koreksi

yang di dalamnya terjadi pemprosesan isyarat tambahan untuk mencari makna

bacaan.

Tugas mata dalam MMAB hanyalah sekedar menyerap informasi visual

dalam bentuk cahaya dan mengubahnya menjadi energi syaraf merambat melalui

jutaan serabut syaraf optik yang kemudian diteruskan ke otak pembaca. Otak

menginterpretasikan apa yang diterimanya ke dalam bentuk pesan, lisan, berita,

dan atau informasi dengan memanfaatkan informasi visual.

Informasi visual akan langsung hilang bersamaan dengan beralihnya

pandangan mata ke bagian yang lainnya. Informasi yang dapat bertahan lama di

dalam pikiran atau otak pembaca adalah informasi nonvisual. Informasi visual dan

nonvisual dibutuhkan dalam kegiatan membaca. Keduanya saling berhubungan

secara timbal balik, walaupun hubungannya tidak dapat digunakan secara jelas

atau tidak dapat dijelaskan secara kongkrit. Secara umum, hubungan keduanya

dapat dikatakan bahwa semakin banyak informasi nonvisual yang dimiliki dan

digunakan pembaca pada waktu membaca maka kebutuhan akan informasi visual

akan semakin berkurang. Sebaliknya, semakin sedikit informasi nonvisual yang

591
dimiliki dan digunakan pembaca sewaktu membaca, kebutuhan akan informasi

visual semakin bertambah. Hubungan antara informasi nonvisual dan visual dapat

dibagankan berikut ini.

Bagan 9

Hubungan Informasi Nonvisual dan Visual

Berdasarkan bagan di atas, ada tiga macam hubungan antara informasi

visual dan nonvisual dalam proses membaca.

1. Pembaca membutuhkan informasi visual sedikit atau seperlunya saja

(ditandai oleh anak panah 1a) karena pembaca telah memiliki dan

menggunakan informasi nonvisual yang banyak (ditandai oleh anak

panah 1b).

2. Pembaca membutuhkan informasi visual banyak (ditandai oleh anak

panah 2a) sebab pembaca memiliki dan menggunakan informasi

nonvisual yang terbatas atau sedikit (ditandai oleh anak panah 2b).

592
3. Hubungan antara informasi visual dan nonvisual secara timbal balik

dan bersifat abstrak (ditandai anak panah 3).

Kendala yang dihadapi oleh pembaca yang menggunakan MMAB adalah

adanya peristiwa penyempitan pandangan sewaktu membaca atau tunnel vision

(TV). Hal itu terjadi jika pembaca hanya dapat menggunakan sebagian kecil

informasi nonvisual yang dimilikinya sehingga lambang grafis yang dapat dilihat

hanya sedikit. Pembaca tidak dapat memanfaatkan informasi nonvisual yang

dimilikinya secara penuh sehingga mengakibatkan penglihatan terbatas (TV). TV

bisa terjadi pada siswa-siswa maupun orang dewasa dan terjadi tidak hanya pada

proses membaca, tetapi pada proses lainnya. Gangguan TV muncul jika otak

dipaksa memproses bahan dalam bentuk informasi yang nonvisual.

Gangguan TV pasti terjadi pada pembaca yang mengalami hal-hal berikut

ini.

1. Pembaca membaca bacaan yang tidak bermakna baginya. Bacaan

tidak bermakna adalah bacaan yang sulit dipahami atau belum dikenal

pembaca. Bacaan yang seperti itu akan menyulitkan pembaca

memanfaatkan informasi nonvisual secara penuh. Pembaca kesulitan

atau bahkan tidak dapat membuat prakiraan dari bacaan yang

dibacanya sehingga pembaca mengalami gangguan TV.

2. Pembaca yang mempunyai kebiasaan yang jelek dalam membaca.

Kebiasaan jelek yang dimaksud adalah membaca terlalu lambat. Hal

tersebut karena pembaca tidak mau membaca dengan melaju dari

bagian ke bagian unsur bacaan berikutnya. Pembaca seperti itu

593
biasanya mencoba membaca secara cermat kata demi kata yang ada

dalam bacaan dan mengulang-ulang bagian bacaan yang sudah dibaca

dengan tujuan untuk mengingat hal-hal yang kecil atau informasi yang

tidak pokok. Walaupun demikian, kebiasaan jelek dalam membaca

justru yang biasanya digunakan dalam pembelajaran membaca karena

guru menganggap bahwa membaca secara lambat akan membuat

siswa terampil dalam membaca, yaitu bisa memahami secara

menyeluruh informasi yang ada pada bacaan. Anggapan tersebut

kurang benar karena sistem visual akan tertimbun oleh informasi

visual akibat membaca secara lambat.

3. Pembaca enggan menggunakan informasi nonvisual. Keengganan

pembaca disebabkan oleh dua hal, yaitu pembaca takut salah dan

pembaca mengalami kecemasan. Pembaca yang memanfaatkan

informasi nonvisual memang mempunyai resiko, yaitu pembaca

kemungkinan mengalami kekeliruan dalam memaknai atau

menafsirkan bacaan yang dibaca. Sebenarnya, pembaca tidak perlu

merasa khawatir jika sudah menggunakan informasi nonvisual dengan

benar sehingga pembaca dapat menghindari kekeliruan dalam

menafsirkan. Dalam mempersepsi, kekeliruan merupakan sesuatu

yang bisa dimaklumi apa lagi untuk pembaca yang baru taraf latihan.

Ketakutan melakukan kekeliruan dalam menafsirkan bacaan akan

mengakibatkan pembaca tidak dapat membaca secara efisien sebab

594
pembaca akan menggunakan informasi visual yang lebih banyak atau

secara penuh sehingga waktu membaca lebih lama.

Keengganan bisa saja disebabkan oleh kecemasan. Kecemasan

merupakan sesuatu yang berpengaruh sangat besar terhadap

keengganan menggunakan informasi nonvisual. Dalam situasi apapun,

termasuk membaca, kecemasan dapat mempengaruhi seseorang dalam

mengambil keputusan. Pembaca yang cemas akan memerlukan

banyak informasi visual sebelum memutuskan untuk menafsirkan

bacaan sehingga pembaca akan mengalami TV dan akan mengganggu

pemahaman terhadap bacaan yang dibacanya.

Dalam pembelajaran membaca, gangguan TV harus diatasi. Gangguan TV

dapat diatasi apabila penyebab terjadinya TV diketahui dengan jelas. Siswa yang

mengalami TV karena materi bacaannya terlalu sulit atau belum dikenal maka

siswa dicarikan bacaan yang sesuai dengan tingkat baca siswa . Jika gangguan TV

disebabkan siswa tidak punya latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang

memadai tentang isi bacaan yang dibaca, guru memberikan pengetahuan tentang

hal yang berhubungan dengan bacannya sebelum kegiatan membaca dilakukan.

Caranya adalah dengan memberi tugas siswa untuk membaca buku, surat kabar,

majalah, dan yang lainnya yang isinya relevan dengan bacaan yang akan dibaca.

Disamping itu, siswa dapat diminta untuk mendengarkan ceramah, menonton

film, karya wisata, dan lain-lainnya yang cocok dengan bacaan yang akan dibaca

siswa. Keterampilan membaca tidak semata-mata akan baik dengan memberi

595
tugas yang terus-menerus jika tugas yang diberikan tidak sesuai dan terlalu sukar

atau terlalu mudah.

Siswa yang mengalami gangguan TV karena kebiasaan membaca yang

jelek maka siswa tersebut dikondisikan atau diminta berlatih membaca dengan

cepat. Siswa harus diyakinkan bahwa membaca lambat bisa menyelubungi makna

bacaan. Informasi-informasi yang ada dalam bacaan akan saling timbun atau

tumpang tindih. Banyak pembaca melambatkan dalam membaca karena mereka

takut tidak dapat memahami bacaan. Dengan membaca cepat, informasi yang ada

pada bacaan akan terkuasai dengan baik. Dari berbagai penelitain yang dilakukan

oleh para ahli membuktikan bahwa membaca cepat akan menghasilkan membaca

yang efisien dan mempermudah dalam memahami isi bacaan.

Siswa yang mengalami gangguan TV karena perasaan takut yang

menghinggapi perasaannya maka siswa itu harus diberi keyakinan bahwa

membuat kesalahan tidak perlu ditakuti. Hal tersebut sesuai pepatah “tidak salah,

tidak belajar”. Banyak orang yang berhasil karena belajar dari kesalahannya yang

sesuai dengan pepatah “Pengalaman, termasuk pengalaman salah, merupakan

guru yang baik”. Siswa harus membebaskan diri dari perasaan was-was dan ragu-

ragu yang menggangu pikirannya sewaktu membaca. Siswa yang takut membuat

kesalahan tidak akan dapat belajar, termasuk dalam kegiatan membaca.

11.3.3 Model Membaca Timbal Balik

Munculnya MMTB disebabkan MMBA dan MMAB tidak memuaskan.

Kedua model itu berpedoman pada pandangan formalisme yang menganggap

596
bahwa membaca merupakan proses yang dilaksanakan secara linier. Sifat dari

kedua model itu adalah berurut berlanjut, yaitu bahwa membaca merupakan

proses melihat dari awal sampai akhir, dari bagian pertama, ke bagian kedua, ke

bagian ke tiga, dan seterusnya. Padahal, proses membaca tidaklah seperti itu. Hal

tersebut bergantung pada bacaan yang dibaca dan pengetahuan pembaca. Sebuah

bacaan kadangkala ada bagian yang sudah dikenal, mudah atau tidak pokok dan

ada bagian yang belum dikenal, sulit atau pokok. Untuk itu, pembaca tidak bisa

menerapkan salah satu model membaca yang sudah ada, yaitu MMBA atau

MMAB. Pengetahuan pembaca pada setiap bagian bacaan juga kadangkala

berbeda. Ada bagian bacaan yang sudah sesuai dengan pengetahuan pembaca dan

ada yang belum sesuai dengan pengetahuan sehingga pembaca tidak bisa

menerapkan MMBA atau MMAB saja. Oleh karena itu, pembaca dituntun tidak

hanya memakai salah satu model membaca tersebut, tetapi mengkombinasikan

kedua model tersebut dalam proses membaca. Sistem atau cara kerja membaca

seperti itu dinamakan MMTB.

MMTB merupakan cara kerja pembaca yang berlangsung secara simultan.

Membaca tidak lagi merupakan proses yang linier dan berurut-berlanjut,

melainkan proses timbal balik yang bersifat simultan. Pembaca menggunanakan

MMBA dan MMAB secara bergantian. Suatu saat MMBA yang berperan dan

suatu saat MMAB yang berperan. Penganut paham MMTB percaya bahwa

pemahaman itu bergantung pada informasi grafis (informasi visual) dan informasi

nonvisual (informasi yang sudah dimiliki oleh pembaca). Disamping itu, proses

MMTB dimulai dari peringkat yang lebih tinggi, yaitu mulai dengan semantik

597
atau makna. Pada peringkat ini bank data bekerja secara simultan. Pengetahuan

yang telah dimiliki pembaca yang meliputi sintaksis, semantik, ortografis, dan

leksikon bekerja secara serempak untuk memahami (mentransfer) informasi yang

disampaikan penulis. Jika dibagankan, MMTB adalah berikut ini.

Bagan 10

Model Membaca Timbal Balik

Tokoh yang mencanangkan MMTB adalah Teoris Rumelhart pada tahun

1977. Ia berpendapat bahwa membaca merupakan kegiatan yang mencakup

berbagai tipe pemrosesan informasi dan unit-unit pemprosesan yang bersifat

interaktif dan berlanjut. Proses yang interaktif dan berlanjut dijelaskannya dengan

menggunakan formalisme yang dikembangkan dengan komputer. Proses MMTB

menurut Rumelhart dapat dibagankan sebagai berikut.

598
Bagan 11

MMTB Rumelhart

Bagan di atas menunjukkan bahwa proses membaca bermula dari

diterimanya dan dicatanya informasi (masukan) grafis oleh PIV (penyimpan

informasi visual). PIV disentuh oleh APC (Alat Penyadap Ciri). Ciri-ciri yang

diserap digunakan sebagai masukan untuk PP (Pemadu Pola). PP merupakan

bagian atau komponen yang utama dalam MMTB. PP bisa mendapat masukan

berupa informasi sensoris, sintaksis, semantik, kosakata, dan struktur ortografis.

599
Berdasarkan masukan tersebut, PP membuat keputusan untuk menginterpretasikan

bacaan yang dibacanya.

Rumelhart membuat sebuah model proses membaca yang menunjukkan

komponen sensoris, semantik, sintaksis, dan pragmatik yang diperoleh dalam

bentuk interaktif untuk memperoleh pemahaman dari bacaan yang dibaca.

Berbagai macam informasi masuk ke dalam pusat berita, berbagai hipotesis

(dugaan) dirumuskan, disetujui, ditentukan, dikukuhkan atau ditolak oleh sumber

informasi yang layak. Dugaan baru digeneralisasi yang pada akhirnya didapat

dugaan yang paling tepat. Interaksi antara hipotesis dan sumber informasi dapat

ditandai secara matematis secara probabilitas. Oleh sebab itu, membaca dipandang

sebagai proses formulasi hipotesis, pengujian probabilitas berdasarkan

serangkaian sumber informasi, dan pembuatan keputusan tentang hipotesis yang

paling tepat yang diterima sebagai makna.

Model yang dibuat Rumelhart merupakan model yang canggih. Model

tersebut dapat mengatasi masalah membaca yang berkaitan dengan proses

kebahasaan seperti yang tampak pada perilaku pola membaca. Ciri utama model

dari Rumelhart adalah proses kebahasaan peringkat yang lebih tinggi (semantik

dan makna) mempermudah proses kebahasaan peringkat yang lebih rendah (huruf,

kata) dan penguasaan kebahasaan peringkat yang lebih tinggi akan mempermudah

penguasaan kebahasaan peringkat yang lebih rendah.

Apabila model tersebut diterapkan dalam pembelajaran, paling tidak ada

tiga keuntungan bagi siswa, yaitu siswa dapat membaca fleksibel, siswa tidak

cemas kehilangan kosa kata, dan siswa dapat belajar secara aktif. Fleksibilitas

600
membaca dapat dilihat pada kemampuan mengatur kecepatan tempo membaca

sesuai dengan sifat, manfaat, tujuan, kebutuhan, dan relevansi bacaan yang dibaca.

Siswa tidak perlu berkecil hati dan frustasi dengan bacaan yang banyak dengan

kosa kata sukar yang tidak dapat dipahami. Hal tersebut dapat diatasi dengan

memanfaatkan informasi atau pengetahuan yang telah dimilikinya dalam usaha

memahami makna bacaan. Kegiatan seperti itu dinamakan kegiatan

memanfaatkan informasi nonvisual. Informasi nonvisual akan membantu siswa

untuk merekonstruksi makna dari lambang-lambang grafis. Kendala kosa kata

yang sukar dapat teratasi dengan jalan memproses masukan linguistik dan

memadukannya dengan aspek kognitif yang dimiliki pembaca. Siswa tidak lagi

bergantung pada guru, kamus ataupun sumber lainnya yang datang dari luar pada

saat mereka menghadapi kata-kata sukar dalam bacaan yang dibacanya.

Siswa dapat meningkatkan keterampilan bacanya secara aktif. Keterampilan

membaca akan meningkat jika siswa mau melakukan kegaitan membaca sendiri.

Melakukan kegiatan membaca berarti latihan membaca. Latihan membaca akan

dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemahiran membaca dan siswa dapat

menemukan sendiri strategi yang paling cocok untuk dirinya dalam melakukan

aktivitas membaca. Dengan demikian, kehadiran guru dan orang lain dalam

kegiatan membaca bukanlah hal yang pertama dan utama, tetapi kehadiran siswa

untuk melakukan kegiatan membaca secara mandiri.

Untuk dapat mencapai keuntungan-keuntungan itu, siswa harus diberi bekal

(mempunyai bekal) pengetahuan mengenai bacaan yang akan dihadapi (informasi

nonvisual). Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan siswa untuk memperoleh

601
informasi nonvisual diantaranya adalah diskusi, bercerita, melihat film, karya

wisata, dan mendengarkan siaran radio yang relevan dengan bacaan yang dibaca.

Kegiatan-kegiatan itu berguna untuk siswa dalam usaha membantu mereka

membekali informasi (pengetahuan) yang dimilikinya. Pengetahuan yang telah

siap akan mempermudah siswa dalam proses memahami bacaan.

Dipandang dari metode pembelajaran, model Rumelhart mempunyai

keunggulan. Keunggulan yang pertama adalah model tersebut sudah membaur

dengan berbagai strategi pembelajaran yang telah menunjukkan keberhasilannya.

Hal itu dapat dilihat dalam penerapannya pada membaca SQ3R. Pembaca

melakukan kegiatan mensurvai (survai), bertanya (question), membaca (reading),

meneritakan kembali (recite), dan meninjau kembali (review). Model membaca

yang baik (unggul) merupakan model yang dapat menjelaskan teori berbagai

pendekatan dan dapat menjelaskan terhadap pengajaran yang baru. Keunggulan

yang kedua adalah model Rumelhart sangat cocok digunakan untuk pembelajaran

membaca pada tingkat sekolah menengah, baik menengah pertama (SMP)

maupun menengah atas (SMA). Model ini sangat cocok untuk mengakrabkan dan

mendorong mereka dalam menerapkan metode dan teknik membaca yang biasa

mereka lakukan dalam membaca.

“Tidak ada gading yang tak retak” demikianlah pepatah yang berlaku juga

pada model Rumelhart. Ada dua keretakan (kelemahan) dari model tersebut.

Keretakan yang pertama adalah model Rumelhart tidak menyinggung aplikasi dan

tidak menyinggung masalah pada pra membaca, yaitu kondisi sebelum seorang

pembaca membaca bacaan. Model itu hanya mengedepankan pola interaktif

602
sewaktu membaca. Keretakan yang kedua adalah model tersebut tidak menarik

karena tidak ada hal yang baru, terutama bagi guru. Pertanyaan-pertanyaan yang

bersifat terbuka yang bisa muncul dalam benak pembaca sewaktu membaca

merupakan hal yang sudah lazim. Bukankah pertanyaan-pertanyaan tersebut

merupakan bukti dari proses interaktif hasil kerja mata dan kerja kognitif pada

saat pembaca merespons bacaan. Bagi guru, pemberian rangsangan kepada siswa

agar siswa membuat prakiraan, hipotesis, antisipasi, klasifikasi yang membuat

siswa berpikir secara langsung merupakan hal yang sudah biasa dilakukannya.

603
Praktik Membaca Teliti II

3.2.1. Bacaan

Berburu Beasiswa ke Luar Negeri

Oleh Gery Sulaksono

Bagi sebagian orang, kuliah ke luar negeri adalah angan-angan yang

mustahil. Namun bagi sebagian orang lain, kuliah ke luar negeri adalah cita-cita

yang harus diraih. Salah satu jalan untuk merealisasikan obsesi tersebut adalah

melalui beasiswa (scholarship). Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana

cara memperoleh beasiswa tersebut?

Tradisi untuk menimba ilmu ke luar negeri telah dilakukan sejak era awal

kemerdekaan. Presiden pertama RI, Ir Soekarno mengirim ribuan pemudanya ke

negara-negara maju, seperti Rusia, Jerman dan Belanda untuk bersekolah.

Soekarno ingin, setelah lulus nanti, para pemuda Indonesia ini bisa memelopori

pembangunan di negerinya sendiri, mengeksploitasi kekayaan alam Nusantara

yang luar biasa banyaknya demi menyejahterakan rakyatnya, jadi tidak tergantung

pada negara-negara asing.

604
Selain karena tuntutan profesi, banyak alasan kenapa sebagian orang

berupaya untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Misalnya pendidikan di

luar negeri mempunyai infrastruktur atau fasilitas lebih baik, kualitas staf pengajar

yang lebih baik, lebih mudah akses ke pakar dan literatur, mengenal budaya dan

bahasa baru, ada kesempatan untuk bekerja paruh waktu, kurikulum standar

internasional sehingga lebih mudah ketika mencari kerja dan lain-lain.

Tak sedikit negara atau lembaga donor (scholarship foundation) yang

memberikan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi

undergraduate atau pascasarjana ke luar negeri. Beberapa negara bahkan secara

rutin setiap tahun mengadakan seleksi penerimaan beasiswa. Misalnya dari

pemerintah Australia melalui Australian Agency for International Development

(AusAID) menyediakan beasiswa ”Australian Development Scholarship (ADS)”,

”Australian Leadership Awards (ALA)”, dan ”Endeavour Programme”.

Pemerintah Belanda melalui The Netherlands Education Support Office

(Neso), menyediakan beasiswa ”Studeren in Netherland (StuNed)”, pemerintah

Amerika Serikat melalui The American Indonesian Exchange Foundation

(Aminef) menyediakan beasiswa ”Fullbright”, dan banyak dari negara-negara

lain, seperti Jepang, Inggris, Jerman, dan Selandia Baru, turut memberi peluang

beasiswa.

Memotivasi

Untuk lebih mendekatkan diri dengan calon pelamar program beasiswa,

beberapa lembaga beasiswa asing telah membuka kantor perwakilan di kota-kota

605
besar Indonesia. Selain itu, pada beberapa tahun belakangan juga marak

diselenggarakan pameran pendidikan luar negeri dalam rangka memberi kejelasan

informasi seputar beasiswa. Beasiswa tersebut kebanyakan membebaskan biaya

kuliah, biaya hidup, asuransi kesehatan, sehingga wajar apabila setiap orang

berusaha mengambil peluang tersebut dalam rangka peningkatan sumber daya

manusia (SDM).

Banyak buku yang memberi panduan (guide book) mulai dari kiat

mendapat beasiswa atau langkah-langkah kuliah di luar negeri seperti Kiat Jitu

Memenangkan Beasiswa Kuliah ke Luar Negeri (M Mustari John Afifi), Winning

a Scholarship (Erny Murniasih), Kuliah Gratis ke Luar Negeri, Mau? (Dian Rusdi

dkk), Kiat Sukses Belajar di Luar Negeri (Leni Sidharta), Pengalaman Belajar di

Amerika Serikat (Arief Budiaman).

Bahkan telah banyak kisah novel tentang lika-liku mahasiswa di luar

negeri, seperti Kampus Kabelnaya, Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet (Koesalah S

Toer), Negeri van Oranye (Wahyuningrat dkk.), Menunggu Matahari Melbourne

(Remy Sylado), Negeri 5 Menara (A Fuadi).

Semua referensi itu, menurut saya, adalah motivasi sekaligus inspirasi

bagi para pemuda Indonesia untuk berani mempunyai cita-cita tinggi.

Beberapa tokoh Indonesia yang mendapat kesempatan belajar ke luar

negeri dengan beasiswa misalnya Prof Eko Budihardjo (University of Wales

Institute of Science and Technology UK), Najwa Shihab (Melbourne Law

School), Prof Amien Rais (University of Chicago, Illinois AS), Andrea Hirata

606
(Universite de Paris Sorbone, Prancis), Fira Basuki (University of Kansas AS),

Goerge Junus Aditjondro (Cornell University AS), Budiman Sudjatmiko

(University of Cambridge, Inggris).

Harapan untuk bisa kuliah ke luar negeri merupakan hak asasi bagi setiap

warga negara Indonesia, sebagaimana amanat UUD 1945, yaitu upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Maka itu, perlu upaya dari semua pihak, tak terkecuali perguruan tinggi

(PT), untuk lebih memberi ruang informasi seperti lembaga konseling, sehingga

memungkinkan seseorang, dalam bahasa Mario Teguh, untuk memantaskan diri

jauh-jauh hari untuk mendapatkannya, misalnya mempersiapkan diri memperbaiki

kemampuan bahasa asing, memenuhi target skor TOEFL/IELTS, memantapkan

pilihan studi, mempelajari negara tujuan, serta mempelajari application form

beasiswa dengan baik.

Membangun Indonesia

Kebanyakan beasiswa diberikan dengan tujuan untuk membantu

pembangunan Indonesia. Melihat potensi sumber daya alam (SDA) yang

berlimpah, Indonesia diprediksi oleh banyak pihak berpotensi menjadi negara

besar. Studi ke luar negeri via beasiswa merupakan jembatan atau alat yang

diharapkan mampu meninggikan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia

dalam rangka mempersiapkan ahli-ahli di setiap bidangnya, sehingga Indonesia

mampu berdikari di bidang ekonomi dan berdaulat di bidang politik.

607
Selain itu, output dari lulusan luar negeri yang telah kembali ke Tanah Air

diharapkan mampu mengubah paradigma moral dan mental KKN yang kini kental

membelenggu birokrasi pemerintahan. Bagi kalangan kampus, orang-orang yang

telah mengenyam pendidikan di luar negeri diharapkan mampu meningkatkan

posisi tawar PT Indonesia di kancah internasional, seperti memperbanyak

publikasi ilmiah di kancah internasional atau pertukaran dosen.

Sekali lagi, saya ingin mengedepankan harapan Ir Soekarno yang pernah

berucap, ”Berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan dapat mengguncang

dunia”. Apabila founding father sejak awal memberi kepercayaan pada generasi

muda mengemban perubahan dan pembangunan di negeri ini, maka harus ada

usaha untuk menjawab ajakan Sang Proklamator tersebut. Dan menurut saya,

berburu beasiswa ke luar negeri adalah bagian dari upaya persiapan diri generasi

muda untuk menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas dan mampu

membawa Indonesia menuju negara maju dan sejahtera.

Gery Sulaksono SSos, alumnus Jurusan Sosiologi FISIP Universitas

Jenderal Soedirman Purwokerto, sedang berburu beasiswa S2 Australian

Development Scholarship.

3.2.2. Rencana yang Akan Digunakan

Pada saat akan melakukan proses membaca artikel yang

berjudul “Berburu beasiswa ke Luar Negeri”, penulis

menggabungkan berbagai jenis retorika membaca. Pertama, penulis

akan menggunakan Model Membaca Bawah Atas (MMBA), sebab

608
penulis belum memiliki pengetahuan mengenai masalah yang dimuat

dalam artikel. Kedua, setelah mendapat pemahaman di paragraf

pertama penulis akan mecoba menggunakan Model Membaca

Timbal Balik (MMTB). Artinya, penulis menggabungkan antara

Model Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Model Membaca Atas

Bawah (MMAB). Dengan menggunakan model membaca tersebut,

penulis berharap lebih mudah memahami bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya

dilengkapi penulis akan menerapkan membaca Metode Kalimat.

Penulis memilih membaca metode kalimat dikarenakan penulis ingin

memahami makna yang dikandung pada tiap kalimat. Penerapan

metode kalimat akan dilakukan penulis dengan cara menatap seluruh

bacaan dengan pandangan yang lebar untuk kemudian mulai

memfokuskan pandangan mata pada kalimat pertama,

berkesinambungan hingga sampai ke kalimat terakhir. Selanjutnya,

penulis juga mendukung proses membaca tersebut dengan

menerapkan teknik close reading yang termasuk ke dalam teknik

menengah. Close reading berarti membaca teliti atau membaca

cermat. Penulis membaca tiap-tiap kalimat dengan cermat agar

mampu menangkap informasi sehingga memunculkan pemahaman

yang mendalam.

3.2.3. Praktik Membaca

609
Proses membaca artikel yang berjudul “Berburu beasiswa ke

Luar Negeri”, dapat diruntutkan penulis sebagai berikut:

a. Mempersiapkan bacaan.

b. Menerapkan model membaca timbal balik,

c. Menerapkan metode membaca kalimat dan teknik close

reading.

d. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar

dan menyeluruh.

e. Mulai memfokuskan pandangan mata ke kalimat

pertama, kemudian berurutan ke kalimat-kalimat

selanjutnya hingga ke kalimat akhir.

f. Menangkap informasi dan memahami informasi secara

mendalam.

g. Mencatat ide-ide yang dinilai penting oleh penulis.

3.2.4. Hasil Membaca

Setelah melakukan proses membaca artikel tersebut, penulis

dapat menemukan informasi yang termuat dalam artikel. Informasi-

informasi tersebut didapatkan dari menjawab berbagai pertanyaan

berikut:

610
a. Apa alasan sebagian orang berupaya untuk mendapatkan

beasiswa ke luar negeri?

Jawab :

 Tuntutan profesi

 Pendidikan ke luar negeri mempunyai infrastruktur atau

fasilitas lebih baik.

 Kualitas staf pengajar yang lebih baik.

 Lebih mudah akses ke pakar dan literature.

 Mengenal budaya dan bahasa baru,

 Ada kesempatan untuk bekerja paruh waktu,

 Kurikulum standar internasional sehingga lebih mudah

ketika mencari kerja dan lain-lain.

b. Motivasi apa sajayang memeacu mahasiswa untuk

mendapatkan beasiswa untuk kuliah ke luar negeri?

Jawab:

Dengan banyaknya referensi , dapat berupa buku panduan

yang memberi panduan (guide book) bahkan novel mampu

memotivasi mahasiswa untuk kuliah ke luar negeri, apalagi

sekarang banyak lembaga yang diberikan bagi mahasiswa

Indonesia.

c. Lembaga donor atau negara apa saja yang memberikan

beasiswa bagi mahasiswa Indonesia?

611
Jawab:

 Pemerintah Australia melalui Australian Agency for

International Development (AusAID) menyediakan

beasiswa ”Australian Development Scholarship

(ADS)”, ”Australian Leadership Awards (ALA)”, dan

”Endeavour Programme”.

 Pemerintah Belanda melalui The Netherlands

Education Support Office (Neso), menyediakan

beasiswa ”Studeren in Netherland (StuNed)”,

pemerintah Amerika Serikat melalui The American

Indonesian Exchange Foundation (Aminef)

menyediakan beasiswa ”Fullbright”, dan banyak dari

negara-negara lain, seperti Jepang, Inggris, Jerman, dan

Selandia Baru, turut memberi peluang beasiswa.

d. Apa saja yang ditanggung dalam beasiswa tersebut?

Jawab:

 Biaya kuliah

 Biaya hidup

 Asuransi kesehatan

e. Siapa saja tokoh Indonesia yang mendapatkan kesempatan

kuliah ke luar negeri dengan beasiswa?

Jawab:

612
 Prof Eko Budihardjo (University of Wales Institute of

Science and Technology UK).

 Najwa Shihab (Melbourne Law School).

 Prof Amien Rais (University of Chicago, Illinois AS).

 Andrea Hirata (Universite de Paris Sorbone, Prancis).

 Fira Basuki (University of Kansas AS).

 Goerge Junus Aditjondro (Cornell University AS).

 Budiman Sudjatmiko (University of Cambridge,

Inggris).

f. Apa pendapat penulis mengenai beasiswa ke luar negeri?

Jawab:

Beasiswa ke luar negeri adalah bagian dari upaya persiapan

dari generasi muda untuk menjadi pemimpin masa depan

yang berkualitas dan mampu membawa Indonesia menuju

negara maju dan sejahtera.

g. Apa harapan pemerintah bagi mahasiswa yang studi ke luar

negeri?

Jawab:

 untuk membantu pembangunan Indonesia

613
 mampu meninggikan kualitas sumber daya manusia

(SDM) Indonesia dalam rangka mempersiapkan ahli-ahli

di setiap bidangnya, sehingga Indonesia mampu

berdikari di bidang ekonomi dan berdaulat di bidang

politik.

 mengubah paradigma moral dan mental KKN yang kini

kental membelenggu birokrasi pemerintahan

 mampu meningkatkan posisi tawar PT Indonesia di

kancah internasional, seperti memperbanyak publikasi

ilmiah di kancah internasional atau pertukaran dosen.

3.2.5. Kendala dan Solusi dalam Membaca Teliti

Selama proses membaca bacaan, pembaca tidak mendapatkan

suatu kendala yang berarti. Kendalanya hanya berupa lelah mata

karena dikarenakan membaca secara langsung dari layar komputer.

Sebab kedua bacaan tersebut diambil dari media internet.

Dikarenakan kendalanya beerupa lelah mata, maka solusi yang

diambil penulis adalah mengistirahatkan mata sejenak, dalam artian

berhenti menatap layar komputer untuk sekian menit dan

mengalihkan fokus mata ke pemandangan yang jauh. Setelah mata

dirasa segar kembali, penulis kembali melanjutkan proses membaca.

614
Agar mudah memahami suatu bacaan, kita harus

menyesuaikan bacaan yang kita baca dengan tujuan kita membaca.

Apabila tujuan kita membaca adalah untuk membaca teliti sehingga

diperoleh suatu pemahaman yang mendalam, maka lebih baik dan

sangat membantu apabila kita menggunakan Model Membaca

Timbal Balik (MMTB) dengan metode kalimat. Metode kalimat

dipilih dikarenakan kita membaca secara intensif, membaca secara

teliti dan mencermati tiap makna yang dikandung oleh kalimat

tersebut. Saat melakukan proses membaca, pembaca juga tidak

diperbolehkan untuk merasa tertekan. Sehingga membaca akan

berlangsung menyenangkan dan otak akan dapat lebih mudah

menyerap informasi.

BAB IV

PRAKTEK MEMBACA KRITIS

4.1. Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai praktek membaca teliti dan

pemahaman yang dilakukan oleh penulis mahasiswa Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang dalam

perkuliahan Membaca pada semester I Bab ini terdiri atas pendahuluan, bacaan,

615
rencana membaca, proses membaca, kendala dan solusi membaca kritis dan

kreatif.

4.2. Praktik Membaca Kritis I

4.2.1. Bacaan

Perang Irak Berakhir Hari Ini

BAGHDAD, KOMPAS.com -— Perang Irak dinyatakan

berakhir hari ini, Kamis (15/12/2011), ditandai dengan pernyataan

penutupan misi militer pasukan Amerika Serikat di Irak oleh Menteri

Pertahanan AS Leon Panetta. Penutupan misi ini dua minggu lebih

cepat dari yang dijadwalkan.

Panetta sudah berada di Baghdad, Irak, dalam perjalanan yang

dirahasiakan sebelumnya untuk menghadiri upacara penutupan misi

militer ini.

Panetta akan menjadi tamu kehormatan dalam sebuah upacara

sederhana di Baghdad. Setelah pidato para pejabat, bendera pasukan

AS di Irak akan dilipat dan misi militer AS di Irak dinyatakan

ditutup, setelah berlangsung delapan tahun, delapan bulan, dan 25

hari.

Komandan terakhir pasukan AS di Irak, Jenderal Lloyd J

Austin III kemudian akan langsung berangkat ke bandara dan

terbang meninggalkan Irak bersama para pembantu terdekatnya.

Setelah itu, hanya akan ada beberapa tentara AS, yang menjaga

616
upacara tersebut, yang masih berada di Irak, dan akan segera

menyusul pulang.

Perjanjian keamanan antara pemerintah AS dan Irak yang

ditandatangani 2008 sebenarnya menyatakan batas waktu penarikan

pasukan AS dari Irak adalah 31 Desember 2011.Namun, para

komandan lapangan pasukan AS memutuskan tak ada gunanya

mempertahankan pasukan di Irak sepanjang liburan Natal tahun ini,

setelah negosiasi untuk mengundurkan batas waktu penarikan

pasukan itu gagal.

Tanggal upacara penutupan misi militer ini sengaja

dirahasiakan selama berminggu-minggu, untuk menjaga agar jangan

sampai pihak pemberontak dan militan di Irak merencanakan

serangan.

Perang Irak, yang dilancarkan Presiden AS George W Bush

pada 2003, telah merenggut nyawa 4.487 prajurit AS, lebih dari

100.000 warga Irak, dan menelan biaya lebih dari 800 miliar dollar

AS (lebih dari Rp 7,3 kuadriliun) untuk membayar ongkos perang

dan rekonstruksi.

4.2.2. Rencana yang Akan Digunakan Dalam Membaca Kritis

Pada saat melakukan proses membaca berita yang berjudul

“Perang Irak berakhir Hari Ini”, penulis menggabungkan berbagai jenis

617
retorika membaca. Pada awalnya penulis menggunakan Model Membaca

Bawah Atas (MMBA), sebab sebelumnya penulis belum memiliki

pengetahuan mengenai masalah yang dimuat dalam artikel. Selepas

paragraf pertama, saat penulis sudah mendapatkan sedikit pengetahuan

awal, penulis menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB).

Artinya, penulis menggabungkan antara Model Membaca Bawah Atas

(MMBA) dan Model Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan

menggunakan model membaca tersebut, penulis lebih mudah memahami

bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya dilengkapi

penulis dengan menerapkan membaca Metode Kalimat. Penulis memilih

membaca metode kalimat dikarenakan penulis ingin memahami makna

yang dikandung pada tiap kalimat. Penerapan metode kalimat dilakukan

penulis dengan cara menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar

untuk kemudian mulai memfokuskan pandangan mata pada kalimat

pertama, berkesinambungan hingga sampai ke kalimat terakhir.

Selanjutnya, penulis juga mendukung proses membaca tersebut dengan

menerapkan teknik close reading yang termasuk ke dalam teknik

menengah. Close reading berarti membaca teliti atau membaca cermat.

Penulis membaca tiap-tiap kalimat dengan cermat agar mampu menangkap

informasi hingga mampu menciptakan gagasan-gagasan baru yang relevan.

4.2.3. Praktik Membaca

618
Proses membaca berita yang berjudul “Perang Irak Berakhir

Hari Ini”, dapat diruntutkan penulis sebagai berikut :

a. Mempersiapkan bacaan.

b. Menerapkan model membaca timbal balik.

c. Menerapkan metode membaca kalimat dan teknik close reading.

d. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar dan

menyeluruh.

e. Mulai memfokuskan pandangan mata ke kalimat pertama,

kemudian berurutan ke kalimat-kalimat selanjutnya hingga ke

kalimat akhir.

f. Menangkap informasi dan memahami informasi, mencatat ide-ide

yang dinilai penting oleh penulis.

g. Mendapatkan ide-ide untuk selanjutnya menggali gagasan baru.

h. Mengkritisi dan menuangkan gagasan-gagasan yang kreatif

berdasarkan artikel tersebut.

4.2.4. Hasil Membaca

Setelah melakukan proses membaca berita tersebut, penulis

dapat menemukan informasi yang termuat dalam berita, yaitu :

a. Perang Irak dinyatakan berakhir pada hari Kamis, tanggal 15

Desember 2011.

b. Panetta sudah berada di Baghdad menghadiri penutuan misi

militer.

619
c. Panetta akan menjadi tamu kehormatan dalam upacara

sederhana di Baghdad.

d. Komandan terakhir pasukan AS di Irak akan kembali.

e. Perjanjian keamanan antara pemerintah AS dan Irak

ditandantangani 2008, yang berisi penarikan pasukan AS dari

Irak adalah 31 Desember 2011.

f. Upacara penutupan militer sengaja dirahasiakan.

g. Perang Irak, yang dilancarkan Presiden AS George W Bush

pada 2003, telah merenggut nyawa 4.487 prajurit AS, lebih

dari 100.000 warga Irak, dan menelan biaya lebih dari 800

miliar dollar AS (lebih dari Rp 7,3 kuadriliun) untuk

membayar ongkos perang dan rekonstruksi.

Berdasarkan informasi yang berhasil ditangkap penulis, selanjutnya

penulis dapat mengkritisi dan mengungkapkan gagasan baru yang sesuai dengan

kondisi masyarakat Indonesia, yaitu :

a. Saat ini bangsa Baghdad sedang berbahagia karena perang Irak sudah

berakhir, meskipun penutupan upacara militer dilakukan secara tertutup.

b. Banyak korban tewas dalam perperangan yang mencapai kurang lebih

5000 korban jiwa, sehingga ini hal yang sangat menyedihkan.

Selain berbagai informasi yang didapatkan oleh penulis sehingga pada

akhirnya penulis mampu memberikan gagasan baru, penulis juga dapat

mengkritisi bacaan tersebut. Kritik yang mampu diungkapkan oleh penulis adalah

620
a. Pada bagian awal belum disinggung tentang alasan mereka saling

berperang.

b. Pemerintah AS menganggap mudah peperangan di Bahdad, sehingga

campur tangan pemerintahan tak diikutkan dalam berita berupa hal apa.

4.2.5. Kendala dan solusi dalam Membaca kritis

Dalam melakukan proses membaca berita “Perang Irak Berakhir Hari Ini”,

penulis tidak mengalami kendala yang berarti dikarenakan penulis sudah

menerapkan model, metode, dan teknik membaca. Model, metode, dan teknik

yang digunakan penulis rasa cukup efektif dan terbukti mampu membantu

jalannya proses membaca untuk mendapatkan ide-ide kreatif.

Oleh karena pada bacaan I penulis masih mengalami kendala, maka

penulis berusaha mencari solusi dari kendala tersebut. Solusi yang akhirnya

berhasil diterapkan penulis adalah:

a. Menyediakan kamus bahasa agar pada saat dihadapkan dengan kata-kata

yang tidak lazim atau belum diketahui maknanya segera dapat mencari di

kamus, sehingga tidak mengganggu proses pemahaman dan proses

penggalian ide-ide kreatif.

b. Apabila membaca suatu bacaan yang memuat masalah yang sama sekali

belum diketahui, hendaknya mencari tahu garis besarnya dulu.

Hendaknya bertanya kepada kawan atau siapa saja yang kita anggap

mengerti. Sehingga pada saat membaca tidak menimbulkan kebingungan

yang parah.

621
Agar mudah memahami suatu bacaan, kita harus menyesuaikan bacaan

yang kita baca dengan tujuan kita membaca. Apabila tujuan kita membaca adalah

untuk membaca kreatif dan kritis, maka lebih baik dan sangat membantu apabila

kita menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB) dengan metode

kalimat. Metode kalimat dipilih dikarenakan kita membaca secara intensif,

membaca secara teliti dan mencermati tiap makna yang dikandung oleh kalimat

tersebut. Kemudian pembaca juga harus rajin membaca dan menambah kosa kata

agar tidak kebingungan saat membaca kata-kata baru yang belum dimengerti

sebelumnya. Saat melakukan proses membaca, pembaca juga tidak diperbolehkan

untuk merasa tertekan. Sehingga membaca akan berlangsung menyenangkan dan

otak akan dapat lebih mudah menyerap informasi dan dapat dengan mudah

memunculkan suatu gagasan-gagasan baru yang keratif.

4.3. Praktik Membaca Kritis II

4.3.1. Bacaan

Perlindungan TKI di Malaysia

Jakarta - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,

akhirnya mencabut penghentian sementara pengiriman tenaga kerja

Indonesia (TKI) ke Malaysia.Pencabutan moratorium TKI ini patut

disambut gembira, walaupun selama pemberlakuan moratorium, TKI terus

mengalir masuk Malaysia tanpa bisa dihambat oleh pemerintah kedua

622
negara.

Da'i Bachtiar, mantan Dubes RI di Malaysia pernah mengungkapkan

bahwa setiap bulan calon TKI yang masuk ke Malaysia pada masa

pemberlakuan moratorium, tidak kurang dari ribuan orang. Persoalannya,

setelah dicabut moratorium TKI di Malaysia, apakah TKI akan semakin

mendapat perlindungan? Pertanyaan ini penting, karena pemberlakuan

moratorium selama lebih dari dua tahun, setidaknya didasari lima alasan.

Pertama, adanya dugaan perlakuan tidak manusiawi terhadap TKI

terutama yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.Kedua,

mencuatnya isu penyiksaan TKI seperti Nirmala Bonat dan Siti Hajar yang

menimbulkan reaksi keras dari masyarakat dalam wujud demonstrasi di

Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta.

Ketiga, adanya isu bahwa TKI yang bekerja di Malaysia, banyak

yang tidak dibayar gajinya, dan tidak diberi hak cuti.Keempat, paspor TKI

ditahan oleh majikan sehingga yang bersangkutan tidak berani keluar dari

tempat pekerjaan karena takut ditangkap polisi atau pasukan rela lantaran

tidak memegang identitas diri.Kelima, adanya tekanan dari publik

Indonesia yang menghendaki adanya perbaikan syarat-syarat kerja bagi

TKI di Malaysia.

Bagaimana Melindungi TKI?

623
Tidak mudah melindungi TKI di Malaysia karena banyak sekali

yang ilegal.Kesulitan

cari pekerjaan di Indonesia, kesamaan bahasa dan budaya dimanfaatkan

untuk mengadu nasib di negara itu.

Mereka yang ilegal pada umumnya bekerja di sektor rumah tangga,

perkebunan kepala sawit, konstruksi, restoran dan lain-lain.Mereka datang

ke Malaysia pada mulanya legal kemudian menjadi ilegal. Sebabnya,

majikan tempat mereka bekerja atau yang bersangkutan tidak

memperpanjang masa tinggal di Malaysia, tetapi tetap bekerja di negeri

itu. Akibatnya overstay dan menjadi TKI ilegal.

Untuk mengakhiri pekerja ilegal di Malaysia, maka pemerintah

Malaysia melakukan pemutihan kepada seluruh pekerja migran termasuk

TKI.Salah satu masalah yang dihadapi terhadap TKI di Malaysia ialah

bagaimana memberi perlindungan mereka supaya tidak terulang kasus

seperti Nirmala Bonat cs?

Setidaknya ada tiga program yang harus dilakukan Untuk

melindungi TKI di Malaysia.Pertama, mendirikan lembaga monitoring

TKI dan majikan di Malaysia. Lembaga ini sebaiknya didirikan oleh

pemerintah Malaysia dan Indonesia dan mendapat dana operasional, atau

didirikan oleh perusahaan swasta/ yayasan Malaysia dan Indonesia tetapi

disokong oleh pemerintah kedua negarta dan beroperasi secara mandiri

dan profesional. Dengan adanya lembaga monitoring, maka dapat

624
dilakukan pencegahan secara dini yang berarti memberi perlindungan

kepada TKI dan majikan.

Kedua, para TKI sebelum bekerja kepada salah seorang majikan,

harus memiliki perjanjian kerja yang ditanda tangani kedua belah pihak

(majikan dan TKI).Dengan adanya perjanjian kerja, maka pekerja dan

majikan memiliki hubungan hukum dan mengikat kedua belah pihak, dan

perjanjian kerja itu berlaku sebagai UU jika dikemudian hari timbul

masalah dalam hubungan kerja.

Ketiga, Duta Besar Ri di Kuala Lumpur sebaiknya yang memiliki

jaringan luas di pusat pemerintahan, karena sistem yang diamalkan di

negara jiran itu, masih mirip di era Orde Baru. Selain itu, memiliki

jaringan di perguruan tinggi dan masyarakat serta memahami seluk beluk

dan tantangan yang dihadapi TKI, sehingga kalau ada masalah TKI bisa

segera berkoordinasi dengan pemerintah Malaysia.

Keempat, para calon TKI merenungkan penegasan Prof. Bachtiar

Ali, Guru Besar Komunikasi UI yang juga mantan Dubes RI di Mesir

supaya mereka bekerja pada orang-orang Melayu saja karena selama ini

hampir tidak ada masalah dengan TKI.Ia mengemukakan hal itu ketika

menjadi pembicara kunci dalam pembukaan seminar Indonesia-Malaysia

pada 13 Maret 2010 di UKM Malaysia.

4.3.2. Rencana yang Akan Digunakan

625
Pada saat akan melakukan proses membaca berita yang berjudul

“Perlindungan TKI di Malaysia”, penulis menggabungkan berbagai jenis

retorika membaca. Pada awalnya penulis menggunakan Model Membaca

Bawah Atas (MMBA), sebab sebelumnya penulis belum memiliki

pengetahuan mengenai masalah yang dimuat dalam artikel. Selepas paragraf

pertama, saat penulis sudah mendapatkan sedikit pengetahuan awal, penulis

menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya, penulis

menggabungkan antara Model Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Model

Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan model membaca

tersebut, penulis lebih mudah memahami bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya dilengkapi

penulis dengan menerapkan membaca Metode Kalimat. Penulis memilih

membaca metode kalimat dikarenakan penulis ingin memahami makna yang

dikandung pada tiap kalimat. Penerapan metode kalimat dilakukan penulis

dengan cara menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar untuk

kemudian mulai memfokuskan pandangan mata pada kalimat pertama,

berkesinambungan hingga sampai ke kalimat terakhir. Selanjutnya, penulis

juga mendukung proses membaca tersebut dengan menerapkan teknik close

reading yang termasuk ke dalam teknik menengah. Close reading berarti

membaca teliti atau membaca cermat. Penulis membaca tiap-tiap kalimat

dengan cermat agar mampu menangkap informasi hingga mampu

menciptakan gagasan-gagasan baru yang relevan.

626
4.3.3. Praktik membaca

Proses membaca berita yang berjudul “Perlindungan TKI di

Malaysia”, dapat diruntutkan penulis sebagai berikut :

a. Mempersiapkan bacaan.

b. Menerapkan model membaca timbal balik.

c. Menerapkan metode membaca kalimat dan teknik close

reading.

d. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar dan

menyeluruh.

e. Mulai memfokuskan pandangan mata ke kalimat pertama,

kemudian berurutan ke kalimat-kalimat selanjutnya hingga ke

kalimat akhir.

f. Menangkap informasi dan memahami informasi, mencatat ide-

ide yang dinilai penting oleh penulis.

g. Mendapatkan ide-ide untuk selanjutnya menggali gagasan

baru.

h. Mengkritisi dan menuangkan gagasan-gagasan yang kreatif

berdasarkan artikel tersebut.

4.3.4. Hasil Membaca

Setelah melakukan proses membaca berita tersebut, penulis dapat

menemukan informasi yang termuat dalam berita, yaitu :

627
a. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI menarik

pengiriman TKI ke Malaysia.

b. Mantan Dubes RI di Malaysia mengkhawatirkan keselamatan

TKI.

c. Alasan pencabutan, diduga perlakuan tidak manusiawi

kepada para TKI, mencuatnya isu penyiksaan, dan banyak isu

yang mengatakan TKI yang bekerja tidak digaji dan diberi

hak cuti.

d. Tidak mudah melindungi TKI di Malaysia, apalagi yang

ilegal.

e. Bagi yang ilegal dilakukan pemutihan pada seluruh pekerja.

Berdasarkan informasi yang berhasil ditangkap penulis, selanjutnya

penulis dapat mengkritisi dan mengungkapkan gagasan baru yang sesuai dengan

kondisi masyarakat Indonesia, yaitu :

a. Pihak Malaysia harus diperingati secara tegas demi keselamatan TKI yang

ada di sana.

b. Hukum ditegakkan seadil-adilnya agar hak TKI di Malaysia tidak

terampas.

c. Mendapat ijin ke luar negeri dipermudah/ ada sosialisasi yang intensif agar

tidak banyak TKI yang ilegal.

d. Dicabutnya moratorium TKI di Malaysia harus memberi dampak positif

bagi perlindungan TKI di Malaysia.

628
e. Setiap TKI yang mau bekerja kepada majikan harus ada perjanjian kerja

antara majikan dan TKI.

Selain berbagai informasi yang didapatkan oleh penulis sehingga pada

akhirnya penulis mampu memberikan gagasan baru, penulis juga dapat

mengkritisi bacaan tersebut. Kritik yang mampu diungkapkan oleh penulis adalah

a. Tidak dijelaskan jalan terbaik di masing-masing pihak untuk

menyelessaikan masalah perlindungan TKI.

b. Tidak ada undang-undang yang menjelaskan perlindungan TKI.

4.3.5. Kendala dan Solusi Dalam Membaca Kritis

Kendala yang dialami penulis sudah tak berarti, sebab ini

praktik membaca kritis yang kedua.Jadi lebih baik dari yang

pertama. Teknik yang direncanakan sesuai sehingga hasilnya pun

memuaskan dan penulis mudah dalam memahami bacaan tersebut

629
BAB V

PRAKTIK MEMBACA IDE

a. Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai praktek membaca ide yang

dilakukan oleh penulis Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa

dan Seni, Universitas Negeri Semarang dalam perkuliahan Membaca pada saat

semester I. Bab ini terdiri atas pendahuluan, bacaan, retorikan membaca, proses

membaca, kendala dan solusi membaca ide.

b. Bacaan

Orangtua Khawatirkan Dampak Video Porno

Rabu, 9 Juni 2010

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com — Sejumlah orangtua di Bandar

Lampung mengkhawatirkan anaknya melihat video mesum yang diduga dilakukan

artis Indonesia melalui jaringan internet atau telepon seluler. "Belakangan ini saya

pantau anak-anak ketika membuka internet di rumah, jangan sampai mereka

630
menyalahgunakan untuk hal yang kurang baik itu," kata Ny Nia Nasrul, warga

Labuhan Ratu, Kedaton, Bandar Lampung, Rabu (9/6/2010). Selain itu, lanjut dia,

telepon seluler milik anaknya yang masih duduk di bangku kelas II SMP juga

selalu diperiksa. "Biarlah dikatakan orangtua kolot juga tak masalah karena itu

semua demi kebaikannya," kata dia.

Pengakuan serupa diungkapkan Ny Nurlela, warga Tanjung Karang

Timur, Bandar Lampung. Ny Nurlela mengatakan, merebaknya berita penyebaran

video mesum itu membuat dia lebih waspada terhadap kegiatan anak-anaknya.

"Memang sulit memantau selama sehari penuh, mungkin di rumah bisa, tetapi

kalau di luar apakah bisa. Hanya, setiap ketemu anak-anak selalu kami nasihati,"

ujar dia. Psikolog Diah Utaminingsih, S.Psi MA.Psi, mengatakan, peristiwa

tersebut jangan dijadikan pengekangan terhadap anak karena bisa menimbulkan

hal sebaliknya, yaitu ingin berusaha melihat dan lebih buruk karena ada keinginan

meniru perbuatan itu.

"Justru hal itu dijadikan pembelajaran, dengan menerangkan kepada anak-

anak apa akibatnya jika melakukan hal tersebut," kata Diah. Diah menganjurkan

orangtua untuk memberikan penjelasan kepada anak-anak bahwa perbuatan

tersebut hanya kenikmatan duniawi sesaat, tetapi bagi warga Indonesia yang

beragama, selain dosa, perbuatan itu juga akan berdampak buruk bagi anggota

keluarga. "Terangkan kepada anak-anak bahwa perbuatan tersebut, selain

membuat malu diri sendiri, juga keluarga," ujar Diah, yang juga Manajer Unit

Psikologi dan Pengembangan SDM Universitas Lampung.

631
Sementara terkait pemberitaan video mesum itu, sejumlah orang, dari

remaja hingga orang dewasa, di Lampung pun "berburu" video tersebut. "Saya

coba mencari di internet belum dapat. Mungkin sudah dihapus kali ya," ujar Toni,

remaja yang tinggal di Bandar Lampung.

4.3 Retorika Membaca yang Digunakan dalam Membaca Ide

Pada saat melakukan proses membaca berita yang berjudul “Orangtua

Khawatirkan Dampak Video Porno”, penulis menggabungkan berbagai jenis

retorika membaca. Pada awalnya penulis menggunakan Model Membaca Bawah

Atas (MMBA), sebab sebelumnya penulis belum memiliki pengetahuan mengenai

masalah yang dimuat dalam artikel. Selepas paragraf pertama, saat penulis sudah

mendapatkan sedikit pengetahuan awal, penulis menggunakan Model Membaca

Timbal Balik (MMTB). Artinya, penulis menggabungkan antara Model Membaca

Bawah Atas (MMBA) dan Model Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan

menggunakan model membaca tersebut, penulis lebih mudah memahami bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya dilengkapi

penulis dengan menerapkan membaca Metode Kalimat. Penulis memilih

membaca metode kalimat dikarenakan penulis ingin memahami makna yang

dikandung pada tiap kalimat. Penerapan metode kalimat dilakukan penulis dengan

cara menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar untuk kemudian mulai

memfokuskan pandangan mata pada kalimat pertama, berkesinambungan hingga

sampai ke kalimat terakhir. Selanjutnya, penulis juga mendukung proses membaca

632
tersebut dengan menerapkan teknik close reading yang termasuk ke dalam teknik

menengah. Close reading berarti membaca teliti atau membaca cermat. Penulis

membaca tiap-tiap kalimat dengan cermat agar mampu menangkap informasi

hingga mampu menciptakan gagasan-gagasan baru yang relevan.

4.4 Proses Membaca Ide

Proses membaca berita yang berjudul “Orangtua Khawatirkan Dampak

Video Porno”, dapat diruntutkan penulis sebagai berikut :

i. Mempersiapkan bacaan.

j. Menerapkan model membaca timbal balik.

k. Menerapkan metode membaca kalimat dan teknik close reading.

l. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar dan menyeluruh.

m. Mulai memfokuskan pandangan mata ke kalimat pertama, kemudian

berurutan ke kalimat-kalimat selanjutnya hingga ke kalimat akhir.

n. Menangkap informasi dan memahami informasi, mencatat ide-ide yang

dinilai penting oleh penulis.

o. Mendapatkan ide-ide untuk selanjutnya menggali gagasan baru.

Hasil Membaca

Setelah melakukan proses membaca berita tersebut, penulis dapat

menemukan informasi yang termuat dalam berita, yaitu :

a. Video mesum mirip artis Ariel “Peterpan”, Luna Maya, dan Cut Tari,

telah beredar luas di dunia maya.

633
b. Sejumlah orangtua di Bandar Lampung mengkhawatirkan anaknya

melihat video mesum yang diduga dilakukan artis Indonesia melalui

jaringan internet atau telepon seluler.

c. Merebaknya berita penyebaran video mesum itu membuat orangtua lebih

waspada terhadap kegiatan anak-anaknya.

d. Diah menganjurkan orangtua untuk memberikan penjelasan kepada anak-

anak bahwa perbuatan tersebut hanya kenikmatan duniawi sesaat, tetapi

bagi warga Indonesia yang beragama, selain dosa, perbuatan itu juga

akan berdampak buruk bagi anggota keluarga.

e. Psikolog Diah Utaminingsih, S.Psi MA.Psi adalah Manajer Unit

Psikologi dan Pengembangan SDM Universitas Lampung.

4.5 Kendala dan Solusi dalam Membaca Ide

Dalam melakukan proses membaca berita “Orangtua Khawatirkan

Dampak Video Porno”, penulis tidak mengalami kendala yang berarti

dikarenakan penulis sudah menerapkan model, metode, dan teknik membaca.

Model, metode, dan teknik yang digunakan penulis rasa cukup efektif dan terbukti

mampu membantu jalannya proses membaca untuk mendapatkan ide-ide kreatif.

Agar mudah memahami suatu bacaan, kita harus menyesuaikan bacaan

yang kita baca dengan tujuan kita membaca. Apabila tujuan kita membaca adalah

untuk membaca kreatif dan kritis, maka lebih baik dan sangat membantu apabila

kita menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB) dengan metode

kalimat. Metode kalimat dipilih dikarenakan kita membaca secara intensif,

634
membaca secara teliti dan mencermati tiap makna yang dikandung oleh kalimat

tersebut. Kemudian pembaca juga harus rajin membaca dan menambah kosa kata

agar tidak kebingungan saat membaca kata-kata baru yang belum dimengerti

sebelumnya. Saat melakukan proses membaca, pembaca juga tidak diperbolehkan

untuk merasa tertekan. Sehingga membaca akan berlangsung menyenangkan dan

otak akan dapat lebih mudah menyerap informasi dan dapat dengan mudah

memunculkan suatu gagasan-gagasan baru yang keratif.

5.3. Praktik Membaca Ide II

5.3.1. Bacaan

Perempuan, Jilbab, dan Kebohongan Visual

Oleh Wildani Hefni

JILBAB telah menjadi fenomena busana perempuan dalam keseharian

masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Tradisi berjilbab ”terlepas dari

pro kontra” pada awal kemunculannya dianggap menjadi penanda dan

penegas identias keberagamaan seorang perempuan.

Namun, fenomena jilbab kini kembali kehilangan identitas saat sejumlah

perempuan yang berurusan dengan hukum tiba-tiba tampil religius: mendadak

tampil mengenakan jilbab dan pakaian tertutup. Benarkah jilbab menjadi

simbol agama atau hanya topeng belaka?

Beberapa perempuan yang mendadak mengenakan jilbab saat berurusan

635
dengan hukum antara lain Malinda Dee. Terdakwa kasus penggelapan dana

nasabah Citibank ini mendadak mengenakan jilbab setelah ditangkap karena

dugaan penggelapan dana nasabah. Sebelumnya, perempuan yang ditengarai

merugikan nasabah Rp 16 miliar ini tak sungkan memamerkan rambut

panjang dan mengenakan pakaian yang agak terbuka.

Kemudian Dharnawati, perempuan yang menjabat Kuasa Direksi PT Alam

Jaya Papua ini setelah ditangkap KPK karena dugaan suap di Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), mendadak tampil beda

dengan mengenakan jilbab, jubah panjang, dan bercadar. Sama halnya dengan

Imas Dianasari. Perempuan yang menjabat hakim ad hock Pengadilan

Hubungan Industri (PHI) Bandung ini mendadak mengubah penampilan

setelah menjadi tersangka dugaan uang suap Rp 200 juta dari Manajer PT

Onamba, Odi Juanda. Imas tampil dengan jilbab, padahal sebelumnya Imas

selalu memimpin persidangan tanpa jilbab.

Di kalangan artis, kita menyaksikan Luna Maya dan Cut Tari mendadak

tampil beda saat menjalani pemeriksaan di kepolisian terkait video asusila

yang melilit mereka dengan penyanyi kondang Nazril Ilham alias Ariel

Peterpan. Pakaian seksi yang biasa akrab ditubuh mereka mendadak berganti

dengan pakaian tertutup dan jilbab di kepala.

Fenomena terbaru dari pradoks jilbab adalah kasus Nunun Nurbaetie.Saat

ditangkap di Thailand dan dibawa pulang ke Indonesia oleh Komisi

636
Pemberantasan Korupsi (KPK), perempuan yang terlibat kasus cek pelawat

pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, mengenakan jilbab dan

masker.

Simbol dan Virtual

Bagi sebagian perempuan, jilbab tak lagi menjadi simbol religius.Alih-

alih untuk menjalankan syariah Islam, jilbab kini digunakan untuk

menyembunyikan wajah dari sorot mata publik.

Quraish Shihab (2010) dalam Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah, mengulas

faktor yang mendukung tersebarnya fenomena jilbab. Shihab menganalisis

bahwa ada perempuan-perempuan yang memakai jilbab tetapi apa yang

diapakainya tidak sejalan dengan tuntunan agama dan budaya masyarakat.

Pada titik ini, jilbab tak lagi menjadi simbol keberagamaan, melainkan telah

merambah ke mana-mana.Fenomena inilah yang disebut oleh Kris Budiman

dalam Semiotika Visual, Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas (2011) dengan

’’kebohongan visual’’.

Jilbab tidak hanya berfungsi sebagai simbol identitas religius, tetapi telah

memasuki ranah-ranah budaya, sosial, politik, ekonomi, dan bahkan gaya-

modis.

Dalam konteks ini, jilbab menjadi medan interpretasi yang penuh makna.

Pesan yang muncul bukanlah kesadaran penegasan identitas keberagamaan,

637
tetapi lebih pada kebohongan visual yang mampu bernegosiasi dengan ruang

dan waktu.

Karena itu, Fadwa El Guindi dalam Jilbab: Antara Kesalehan, Kesopanan,

dan Perlawanan (2003), menganggap bahwa kecenderungan kehidupan

modern, perjalanan jilbab dari identitas yang bersifat keagamaan merambah

ke berbagai identitas lain hingga mengandung pergeseran yang menyimpan

banyak persoalan di dalamnya. Pada satu sisi ada upaya untuk menjadikan

tradisi jilbab sebagai penegasan identitas yang homogen, dan di sisi lain ada

yang melihat berjilbab sebagai praktik sosial yang di dalamnya ada proses

produksi serta reproduksi makna, yang akhirnya menyebabkan sebuah

hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi,

institusi dan struktur sosial yang membentuknya. (Fadwa El Guindi : 2003)

Pada wilayah inilah sebenarnya telah terjadi pergeseran makna dalam

berjilbab.Ada yang menarik sebagai identitas religius, tradisi, ideologi, dan

juga sebagai simbol resistensi kultural.

Negosiasi lewat media massa dan juga teknologi industri, telah membuat

jilbab tampil dalam pusaran ruang publik dan visual yang lebih longgar.

Dalam konsep semiotika visual, kevalidan makna visual dapat diuji melalui

beberapa aspek.Kajian ini tidak hanya dilihat dari segi makna suatu tanda,

juga bukan sekadar mempelajari simbol, namun lebih cenderung pada kajian

638
relasi tanda-tanda.

Sama halnya dengan perempuan yang mendadak berjilbab hanya karena

tersandung hukum.Mereka menjadikan jilbab sebagai topeng belaka.Jilbab

yang semestinya menjadi tanda kesalehan telah kehilangan makna. (24)

—Wildani Hefni, pengelola Rumah Baca Pesantren Mahasiswa Darun Najah

IAIN Walisongo Semarang.

4.3 Rencana Membaca yang Digunakan dalam Membaca Ide

Pada saat melakukan proses membaca berita yang berjudul

“Perempuan, Jilbab, dn Kebohongan Visual”, penulis menggabungkan berbagai

jenis retorika membaca. Pada awalnya penulis menggunakan Model Membaca

Bawah Atas (MMBA), sebab sebelumnya penulis belum memiliki pengetahuan

mengenai masalah yang dimuat dalam artikel. Selepas paragraf pertama, saat

penulis sudah mendapatkan sedikit pengetahuan awal, penulis menggunakan

Model Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya, penulis menggabungkan antara

Model Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Model Membaca Atas Bawah

(MMAB). Dengan menggunakan model membaca tersebut, penulis lebih mudah

memahami bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya dilengkapi

penulis dengan menerapkan membaca Metode Kalimat. Penulis memilih

membaca metode kalimat dikarenakan penulis ingin memahami makna yang

639
dikandung pada tiap kalimat. Penerapan metode kalimat dilakukan penulis dengan

cara menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar untuk kemudian mulai

memfokuskan pandangan mata pada kalimat pertama, berkesinambungan hingga

sampai ke kalimat terakhir. Selanjutnya, penulis juga mendukung proses membaca

tersebut dengan menerapkan teknik close reading yang termasuk ke dalam teknik

menengah. Close reading berarti membaca teliti atau membaca cermat. Penulis

membaca tiap-tiap kalimat dengan cermat agar mampu menangkap informasi

hingga mampu menciptakan gagasan-gagasan baru yang relevan.

4.4 Praktik Membaca Ide

Proses membaca berita yang berjudul “Orangtua Khawatirkan Dampak

Video Porno”, dapat diruntutkan penulis sebagai berikut :

p. Mempersiapkan bacaan.

q. Menerapkan model membaca timbal balik.

r. Menerapkan metode membaca kalimat dan teknik close reading.

s. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar dan menyeluruh.

t. Membaca gagasan-gagasan pokok dalam setiap paragaraf.

Hasil Membaca

Setelah melakukan proses membaca berita tersebut, penulis dapat

menemukan informasi yang termuat dalam berita, yaitu :

a. Jilbab telah menjadi fenomena meski ada pro dan kontra.

b. Fenomena jilbab kini telah kehilangan identitas.

640
c. Perempuan mengenakan jilbab saat terkena urusan hukum, contonya

Malinda Dee.

d. Artis Luna Maya dan Cut Tari mendadak memakai pakaian tertutup saat

melaksanakan persidangan.

e. Jilbab kini tak lagi menjadi simbol religius.

f. Perjalan jilbab kini bukan hanya masalah ketaqwaan tapi sudah mengalami

pergeseran yang menyimpan bayak persoalan di dalamnya.

g. Negoisasi lewat media massa ddan juga teknologi industri, telah membuat

jilbab tampil dalam pusaran ruang publik dan visual yang lebih longgar.

4.5 Kendala dan Solusi dalam Membaca Ide

Dalam melakukan proses membaca berita “Perempuan, Jilbab, dan

Kebohongan Visual”, penulis tidak mengalami kendala yang berarti dikarenakan

penulis sudah menerapkan model, metode, dan teknik membaca. Model, metode,

dan teknik yang digunakan penulis rasa cukup efektif dan terbukti mampu

membantu jalannya proses membaca untuk mendapatkan ide-ide kreatif.

Agar mudah memahami suatu bacaan, kita harus menyesuaikan bacaan

yang kita baca dengan tujuan kita membaca. Apabila tujuan kita membaca adalah

untuk membaca kreatif dan kritis, maka lebih baik dan sangat membantu apabila

kita menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB) dengan metode

kalimat. Metode kalimat dipilih dikarenakan kita membaca secara intensif,

membaca secara teliti dan mencermati tiap makna yang dikandung oleh kalimat

641
tersebut. Kemudian pembaca juga harus rajin membaca dan menambah kosa kata

agar tidak kebingungan saat membaca kata-kata baru yang belum dimengerti

sebelumnya. Saat melakukan proses membaca, pembaca juga tidak diperbolehkan

untuk merasa tertekan. Sehingga membaca akan berlangsung menyenangkan dan

otak akan dapat lebih mudah menyerap informasi dan dapat dengan mudah

memunculkan suatu gagasan-gagasan baru .

642
BAB IV

PRAKTIK MEMBACA SURVAI

6.1. Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai praktik membaca survai. Bab ini

terdiri atas pendahuluan, bacaan, rencana yang akan digunakan yang

meliputi langkah-langkah dan metode serta teknik yang digunakan,

langkah-langkah yang digunakan dalam praktik membaca, hasil membaca,

kendala, dan solusi (mengatasi kendala).

6.2. Praktik Membaca I

6.2.1. Buku

Buku yang digunakan penulis untuk latihan praktik membaca

survai yang pertama adalah buku yang berjudul “Bacaan Al-Ikhlas, Maka

Pilihlah Pintu Surgamu…” karangan Muhammad Makhdlori.

643
6.2.2. Rencana yang Akan Digunakan

Rencana yang akan digunakan penulis dalam proses membaca buku

yang berjudul “Bacaan Al-Ikhlas, Maka Pilihlah Pintu Surgamu…”

644
penulis menggunakan metode membaca ekstensif dengan menggunakan

teknik survai. Sebab tujuan awalnya adalah sekadar untuk mengetahui

gambaran umum dari buku tersebut.

Rencana membaca buku yang berjudul “Bacaan Al-Ikhlas, Maka

Pilihlah Pintu Surgamu…” dapat diruntutkan penulis sebagai berikut.

a. Mempersiapkan bacaan (buku).

b. Menerapkan teknik membaca survai.

c. Mensurvai judul buku.

d. Mensurvai isi.

e. Mensurvai bagian akhir.

f. Mensurvai hasil survai.

6.2.3. Praktik Membaca

Dalam praktik membaca survai dengan buku yang berjudul

“Bacaan Al-Ikhlas, Maka Pilihlah Pintu Surgamu…” kurang lebih sama

dengan rencana yang akan digunakan membaca. Perbedaannya pada saat

membaca ada hal-hal yang dicatat.

6.2.4. Hasil Membaca

Berdasarkan buku “Bacaan Al-Ikhlas, Maka Pilihlah Pintu Surgamu…”,

penulis dapat melaporkan hasil survai yang telah dilakukan penulis, sebagai

berikut :

645
a. Survai Judul

Dari hasil mensurvai halaman judul, diperoleh hasil sebagai berikut :

i. Judul buku : Bacalah Al-Ikhlas, Maka Pilihlah Pintu

Surgamu....

ii. Pengarang : Muhammad Makhdlori

iii. Penerbit : DIVA Press

iv. Tempat terbit : Yogyakarta

v. Tahun terbit : Cetakan pertama, Oktober 2008

b. Survai Isi

Bagian yang disurvai meliputi daftar bacaan, daftar isi, daftar tabel,

daftar gambar, judul tiap bab, subjudul, bagan, diagram, grafik dan tabel.

Dari hasil survei isi penulis mendapatkan hasil sebagai berikut :

i. Buku ini terdiri dari 224 halaman, yang terdiri atas pendahuluan, dan

4 bab pembahasan.

ii. Buku ini terdiri atas empat bab. Pada masing-masing bab dipaparkan

berbagai hubungan dan kandungan dalam surat Al-Ikhlas, serta

keutamaan dan kajian esoteris ketika mendzikirkan surat Al-Ikhlaz..

Masing-masing bab dibahas secara teperinci dengan disertai kutipan

ayat-ayat suci Al-Quran maupun hadits yang relevan. Pembahasan

disajikan dengan bahasa ringan, mudah dimengerti, dan tidak

terkesan menggurui.

c. Survai Bagian Akhir

646
Berhubung buku ini termasuk buku keagamaan dan sebagai

referensi untuk diambil hikmahnya setelah membaca buku ini sehingga

disertakan daftar pustaka dan tentang pengarang (biografi pegarang).

Indeks tidak terdapat di dalam buku ini, karena bahasa mudah dipahami

bagi pembaca.

d. Hasil Survai

Berdasarkan hasil survai secara keseluruhan, penulis dapat melaporkan

hasil survai sebagai berikut :

i. Halaman judul

ii. Pengantar penulis (halaman 5)

iii. Daftar isi (halaman 9)

iv. Pendahuluan (halaman 13)

v. Bab 1: Kandungan Surat al-Ikhlash Ayat 1 dan 2 (halaman 39)

vi. Bab 2: Kandungan Surat al-Ikhlash Ayat 3 dan 4 (halaman 81)

vii. Bab 3: Keutamaan dalam Surat al-Ikhlash (halaman 127)

viii. Bab 4: kajian Esoteris Ketika Mendzikirkan Surat al-Ikhlash

(halaman 171)

6.2.5. Kendala dan Solusi

Dalam melakukan proses membaca buku “Amalan Penghapus

Dosa” secara survei, penulis tidak mengalami kendala yang berarti

dikarenakan penulis sudah menerapkan model, metode, dan teknik

647
membaca. Pada saat melakukan teknik survai pun penulis dapat lancar

memahami isi buku secara umum atau garis besarnya saja.

Pada dasarnya saat melakuka proses membaca survai penulis tidak

berkendala. Hal ini dikarenakan penulis sudah menerapkan model, metode,

dan teknik membaca seperti yang diajarkan. Membaca survai

membutuhkan kecepatan, tidak memerlukan pemahaman yang mendetail.

Pada saat mensurvai buku, pembaca cukup tahu isi buku secara garis

besarnya saja, tidak perlu dipahami secara mendalam bab per babnya.

Untuk mempermudah penerapan teknik survei, pembaca dapat

menggunakan daftar isi sebagai acuan saat pertama kali mensurvai buku.

6.3. Praktik Membaca II

6.3.1. Bacaan

SUARA MERDEKA

SELASA PON sodomi, pemimpin INTERNASIONAL 8

10 JANUARI 2012 oposisi Anwar Yuk Kenal 12 Mitos

TAHUN 62 NO. 321 Ibrahim akhirnya Seputar Kondom

TERBIT 32 diputus (Kanal Wanita)

HALAMAN bebas oleh Pengadilan ViewPhone 3,

SETELAH dua tahun Malaysia. Smartphone Dual

menjalani sidang atas Bebas, Anwar Fokus SIM

dakwaan ke Pemilu Berlayar 3.5 Inci

648
(Kanal Gaya) Rumah pribadinya Omahtani tidak

HANDOKOWibowo yang ada di pernah sepi

(49), warga tengah perkebunan dari tamu berbagai

Dukuh Cepoko, Desa cengkeh milik kalangan. Tercatat,

Tumbreb, keluarga besarnya, mulai dari mantan

Kecamatan Bandar, kini disulap presiden

Kabupaten menjadi markas Megawati

Batang, merupakan Omahtani. Ada 13 Soekarnoputri sampai

salah satu organisasi petani aktivis Suciwati

tokoh di balik seluruh perkebunan di Munir, bertamu ke

gerakan bawah naungan sana.

petani perkebunan di Omahtani, sesuai Selain itu, Gubernur

Batang. dengan 13 konflik Bibit Waulyo

Lulusan Fakultas tanah yang ditangani. dan Wagub

Hukum Cikal bakal Omahtani Rustriningsih,

UKSW Salatiga 1986 itu dari politikus

itu memang Forum Perjuangan Eva Kusuma Sundari

sejak lama dianggap Petani Batang dan Jacobus

sebagai ikon yang berdiri pada Mayong Padang,

berbagai pergerakan 1998, dan seniman Garin

petani berganti nama Nugroho dan

perkebunan. menjadi Omahtani almarhum Franky

pada 2008.

649
Sahilatua, dan aktivis tentang hukum Corruption Watch dan

Sedulur Sikep progresif atas konflik Yayasan

seperti Gunretno. tanah. Lembaga Bantuan

Riset Tak hanya itu, Hukum Indonesia

Begitu pula Budiman beberapa peneliti (YLBHI).

Sudjatmiko asing, seperti Olle Para Mediator

dan Sudir Santoso, Tornquist dari Sengketa Tanah (2-

ketua Oslo University dan Habis)

Parade Nusantara Nancy Lee Handoko Ikon

yang merancang Peluso dari Cornell Pergerakan Petani

Lumbung Suara University Perkebunan

Rakyat. berkali-kali (Bersambung hlm 11

Mahasiswa yang melakukan riset kol 5)

tengah membuat berbagai (Bersambung hlm 11

tesis dan disertasi topik tentang kol 1)

doktor juga Omahtani. SM/dailymail

berkunjung ke sana. Perkumpulan Demos HANYA dalam 15

Salah satunya Jakarta hari, sebuah

adalah kandidat tiap tahun perusahaan

doktor dari Undip mengadakan training konstruksi China,

Yakub Widodo yang politik, demikian juga Broad Group,

sedang riset Indonesian

650
menyelesaikan warga Batang di Semarang, Senin (9/1)

pembangunan hotel Kantor Badan pukul 08.30.

30 lantai. Pertanahan Nasional Lima orang dalam

Hotel dibangun di Jateng, Jl Ki mobil Carry yang

atas lahan seluas Mangunsarkoro masih satu kerabat

55.778 meter persegi Semarang, beberapa tersebut

di dekat Danau tahun lalu. (13) tewas. Mereka adalah

Dongting, Changsha, ● Carry Vs Bus pengemudi Carry,

Provinsi Hunan. Rajawali Ndaru Wisnugroho

Broad Group UNGARAN- Diduga (26), berikut

menyatakan, gedung karena pecah ban, penumpangnya

yang Suzuki Carry Futura Mujiyanto (47),

diberi nama Ark H-9488-WY Sariyem (35),

Hotel itu tahan berpenumpang lima Wolo (41) dan Sarno

guncangan orang menabrak bus (34). Korban adalah

gempa, bahkan hinga PO Rajawali AD- warga Dusun

kekuatan 9 SR. (66) 1415-AU, di Jalan Kaliputih,

Jadi dalam 15 Hari Soekarno Hatta jalur Desa Polosiri,

SM/Dok Solo-Semarang, Kecamatan Bawen,

BERORASI: tepatnya di depan Kabupaten Semarang.

Handoko Wibowo Lembah Hijau, Desa Selain itu, dua korban

memimpin unjuk rasa Jatijajar, Kecamatan lainnya mengalami

ribuan Bergas, Kabupaten luka, yaitu kernet

651
bus Rajawali, Dwi keluarga lainnya ke Muhammad

Hariyanto (31), warga Pelabuhan Tanjung Nazaruddin.

Gablok RT11 RW3, Mas untuk berlayar ke ”Itu kan disebut-sebut

Simo Boyolali, dan Kalimantan itu di BAP. Jadi,

penumpangnya hendak pulang ke lebih baik kita tunggu

Pujiyanto (51), warga Polosiri, Bawen. dan ikuti proses

Minggiran, Plawikan, Sekeluarga Tewas persidangan saja,”

Jogonalan, Klaten. Kecelakaan ujarnya di sela-sela

Keduanya dirawat JAKARTA- Wakil rapat paripurna di

di RS Ken Saras Sekjen DPP Partai Gedung DPR,

Bergas. Demokrat, Jakarta, kemarin.

Informasi yang Angelina Sondakh Anggota Komisi X

dihimpun di lapangan enggan mengomentari DPR ini juga

menyebutkan, Suzuki istilah ”bos enggan menjawab

Carry Futura biru besar” dan ”ketua saat dikonfirmasi

tersebut melaju dari besar” yang apakah istilah ”ketua

arah Ungaran ke dilontarkan mantan besar” yang

Bawen. Rombongan bendahara umum dimaksud Nazaruddin

yang baru saja partainya yang kini adalah Ketua

mengantar dua menjadi tersangka Badan Anggaran

anggota kasus suap DPR, Melchias

pembangunan Wisma Markus Mekeng.

Atlet,

652
Ketua Fraksi Partai meminta Nazaruddin jelaskan namanya

Golkar menjelaskan secara secara

DPR, Setya Novanto gamblang siapa gamblang,” tutur

mengungkapkan ”ketua besar” dan Setya. (J22,H28-25)

dirinya sudah ”bos Enggan Ungkap

meminta klarifikasi besar” yang dimaksud ”Ketua Besar”

kepada agar tidak menjadi JAKARTA-Saat ini

Mekeng, dan yang fitnah. ada

bersangkutan ”Pimpinan Banggar sekitar delapan juta

mengaku tidak terlibat itu kan terdiri mobil di

dalam kasus tersebut. atas ketua dan Jawa-Bali, dan lima

Pasalnya, pada beberapa wakil ketua. juta di antaranya

periode tersebut atau Harus dijelaskan, masih disubsidi.

ketika kasus siapa ketua Banggar Perinciannya,

terjadi, Mekeng yang dia maksud itu? 1,97 juta masih

belum menjabat Saya takut, ada mengonsumsi

sebagai Ketua yang sengaja premium dan 3,03

Banggar. membelokkan isu ini. juta

”Buat saya masalah Tapi saya hormati apa memakai solar.

ini clear,” katanya. yang Demikian

Bendahara Umum disampaikan dikemukakan

Partai Golkar tersebut Nazarudin. Menteri Energi dan

Tolong Nazaruddin Sumber

653
Daya Mineral, Jero akan menyiapkan 250 sudah bertanya

Wacik, ribu converter kepada pengguna

kemarin. Dalam kit yang dibagikan mobil pelat hitam,

pembatasan gratis mereka lebih

BBM bersubsidi di kepada angkutan senang menggunakan

Jawa-Bali, umum. Akibat pertamax

April mendatang, keterbatasan alat daripada repot-repot

mobil pribadi pengubah itu, memasang

berpelat hitam akan secara bertahap converter kit,”

menggunakan dibagikan di ujarnya.

pertamax. Jabotabek dulu sambil Ia menjelaskan jika

”Sepeda motor dan menunggu pembatasan

kendaraan produk buatan dalam BBM bersubsidi telah

umum masih boleh negeri. berjalan,

menggunakan Gas diharapkan kuota

BBM bersubsidi. Nanti, kata dia, BBM

Yang tidak seluruh kendaraan bersubsidi sebanyak

mampu membeli baru diwajibkan 40 juta kiloliter

pertamax kami menggunakan tidak akan terlewati.

dorong ke gas,” converter kit agar bisa Dirjen Minyak dan

tambahnya. menggunakan Gas Bumi,

Menurut dia, bahan bakar gas. Evita Legowo,

pemerintah “Saya mengatakan saat

654
ini konsumsi oleh SM/Yoseph Hary W

kendaraan SM/dok

yang berhak Angelina Sondakh

menggunakan Lima Juta Mobil

BBM bersubsidi Disubsidi

hanya sekitar 20 (Bersambung

juta kiloliter, hlm 11

sedangkan sisanya kol 1)

mobil berpelat hitam.

SEBABKAN

MACET: Bus

Rajawali

jurusan Solo -

Semarang yang

teronggok

di tengah Jalan

Soekarno Hatta,

depan

Lembah Hijau,

menyebabkan

kemacetan

panjang, Senin

kemarin. (13)

655
6.3.2. Rencana yang Akan Digunakan

Rencana yang akan digunakan penulis dalam proses membaca bacaan (koran).

Koran dari “Suara Merdeka” yang terbit 10 Januari 20112, sebab tujuan awalnya

adalah sekadar untuk mengetahui gambaran umum dari buku tersebut.

Rencana membaca bacaan (koran) yang bersumber dari “Suara Merdeka”

tanggal terbit 10 Januari 2012 dapat diruntutkan penulis sebagai berikut.

a. Mempersiapkan bacaan (koran).

b. Menerapkan teknik membaca survai.

c. Membaca keseluruhan judul berita secara cepat.

d. Mensurvai judul-judul koran.

e. Menutup koran, lalu menulis kembali judul-judul berita.

Dalam menyurvai koran tersebut dengan metode kalimat, sebab cukup

mengetahui judul-judul berita, sedangkan dengan teknik close reading maksudnya

setelah menyurvai judul-judul berita mencatat kembali di kertas untuk mengetahui

ingatan kita setelah melakukan penyurvaian.

6.3.3. Praktik Membaca

Praktik membaca survai dengan bacaan berita di koran, dengan langkah

sebagai berikut.

a. Memepersiapkan koran yang berisi berita-berita

b. Membuka koran pada berita utama dan mengamatinya.

c. Menyurvai judul-judul berita.

d. Menutup koran tersebut.


e. Menulis kembali di kertas judul-judul berita tersebut, sebagai bukti

keberhasilan dalam penyurvaian.

6.3.4. Hasil Membaca

Hasil yang didapat setelah menyurvai bacaan yang ada di koran, meliputi

sebagai berikut, yang menjelaskan tentang hal-hal di bawah ini.

 Sekeluarga tewas kecelakan.

 Jadi dalam 15 hari.

 Enggan ungkap “Ketua besar”.

 Lima juta mobil disubsidi.

 Handoko ikon pergerakan petani perkebunan.

 Aksi borong selamatkan IHSG.

6.3.5. Kendala yang Dialami

Kendala yang dialami penulis ada perubahan dibandingkan praktik membaca

survai yang pertama. Pada praktik kedua ini lebih menggandalkan daya ingat kita,

sehingga kendalanya pada hal mengingat.

6.3.6. Solusi

Solusi yang diambil oleh penulis untuk mengatasi kendala diatas dengan lebih

konsentrasi lagi dan memahami judul-judul bacaan tersebut secara menyeluruh, tettapi

cukup judulnya saja, sebab fungsinya hanya mengetahui hal pentingnya saja.

BAB VII

PRAKTEK MEMBACA SKIMMING

657
7.1 Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai praktek membaca skimming yang dilakukan

oleh penulis salah satu mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa

dan Seni, Universitas Negeri Semarang dalam perkuliahan Membaca pada semester I. Bab

ini terdiri atas pendahuluan, bacaan, rencana yang akan digunakan membaca, proses

membaca, kendala dan solusi membaca skimming.

7.2. Praktik Membaca Skimming I

7.2.1. Bacaan

Langkah-langkah membuat blog di blogger (blogspot)

Jumat, 02/06/2009 - 01:09

Pengen punya blog tapi bingung bagaimana caranya? Tidak usah repot, tidak usah

takut, tidak usah khawatir. Ini bukan solusi sekejap seperti sulap tapi hanya sedikit

petunjuk yang membuktikan bahwa sesungguhnya ngeblog tidaklah sesulit yang

dibayangkan.

Tulisan ini berisi langkah-langkah yang mudah untuk membuat blog di blogger.

Blogger saat ini adalah bagian dari layanan milik Google, dan blog di Blogger secara

default dibuat di subdomain .blogspot.com. Blogger ini disukai karena kaya fitur,

fleksibel, dan terutama gratis!

658
Ini dia langkah-langkahnya:

1. Buka www.blogger.com dari browser Anda.

Ada pilihan untuk "Create Your Blog/ Ciptakan sebuah Blog"

2. Isi Form dengan data yang sesuai untuk membuat account google.

Jika sudah punya account google sebelumnya (seperti di gmail, adsense, atau adwords,

bisa langsung digunakan login).

659
Jangan kupa klik

3. Setelah login dengan account yang baru dibuat, sekarang saatnya membuat blog.

Isi kembali form yang tersedia sesuai dengan blog yang akan dibuat.

660
Kilk untuk membuat blog

4. Blog Anda sudah jadi dan kini saatnya mulai menulis posting pertama.

Saran saya, sekalipun Anda dapat membuat halaman semacam "about us", gunakanlah

posting pertama untuk menjelaskan latar belakang atau tujuan daripada blog tersebut.

661
5. Blog sudah jadi, jangan lupa sering-sering di-update.

7.3 Rencana Membaca yang Digunakan dalam Membaca Skimming

Pada saat melakukan proses membaca artikel yang berjudul”Langkah-langkah

Membuat Blog di Blogger (blogspot)”, penulis menggabungkan berbagai jenis retorika

membaca. Penulis menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya, penulis

menggabungkan antara Model Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Model Membaca Atas

Bawah (MMAB). Dengan menggunakan model membaca tersebut, penulis lebih mudah

memahami bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya dilengkapi penulis dengan

menerapkan membaca Metode Paragraf. Penulis memilih membaca metode lanjutan.

Penerapan metode lanjutan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembaca. Selanjutnya,

penulis juga mendukung proses membaca tersebut dengan menerapkan teknik close reading

yang termasuk ke dalam teknik menengah. Close reading berarti membaca teliti atau

membaca cermat. Oleh karena penulis hanya ingin mendapatkan informasi secara garis

besarnya saja, maka penulis juga menggabungkannya dengan menggunakan teknik skimming.

Teknik skimming merupakan salah satu dari teknik membaca yang digunakan dalam proses

membaca secara ekstensif. Penulis menggunakan pola horisontal yang berpadu dengan pola

blog untuk menemukan ide-ide pokok pada masing-masing paragraf.

662
7.4 Proses Membaca Bacaan Skimming

Proses membaca berita yang berjudul”Langkah-langkah Membuat Blog di Blogger

(blogspot)”, dapat diruntutkan penulis sebagai berikut :

a. Mempersiapkan bacaan.

b. Menerapkan model membaca timbal balik.

c. Menerapkan metode membaca paragraf.

d. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar dan menyeluruh.

e. Mencatat kata-kata yang sukar dipahami untuk dicari pengertiannya di dalam kamus.

f. Kemudian mulai dilakukan teknik skimming.

g. Teknik skimming dilakukan dengan menggunakan pola horisontal ataupun pola

blok.

h. Menentukan ide-ide pokok yang terkandung dalam tiap paragraf.

Berdasarkan artikel ”Langkah-langkah Membuat Blog di Blogger

(blogspot)”,penulis dapat menemukan dan menyimpulkan informasi yang terdapat dalam

artikel tersebut, yaitu:

a. Langkah-langkah untuk membuat blog di blogger adalah dengan cara : 1) buka

www.blogger.com, 2) isi form data, 3) login  buat blog, 4) blok sudah jadi, jangan

lupa sering-sering update.

b. Buka www.blogger.com dari browser Anda. Lalu muncul tampilan jendela

“Blogger”, kemudian klik pada pilihan untuk "Create Your Blog/ Ciptakan sebuah

Blog".

663
c. Isi Form dengan data yang sesuai untuk membuat account google.

Jika sudah punya account google sebelumnya (seperti di gmail, adsense, atau

adwords, bisa langsung digunakan login). Setelah pengisiannya sudah komplit, klik

“Lanjutkan.”

d. Setelah login dengan account yang baru dibuat, sekarang saatnya membuat blog.

Isi kembali form yang tersedia sesuai dengan blog yang akan dibuat. Klik untuk

membuat blog.

e. Blog Anda sudah jadi dan kini saatnya mulai menulis posting pertama.

Saran saya, sekalipun Anda dapat membuat halaman semacam "about us",

gunakanlah posting pertama untuk menjelaskan latar belakang atau tujuan daripada

blog tersebut.

f. Blog sudah jadi, jangan lupa sering-sering di-update.

7.5 Kendala dan Solusi dalam Membaca Skimming

Dalam melakukan proses membaca artikel “Langkah-langkah Membuat Blog di

Blogger (blogspot)”,penulis tidak mengalami kendala yang berarti dikarenakan penulis sudah

menerapkan model, metode, dan teknik membaca dengan cukup baik. Pada saat mencari ide-

ide pokok dengan menerapkan teknik skimming pun, penulis tidak terlalu terkendala. Ide-ide

pokok dapat ditemukan penulis dengan cukup mudah tanpa menimbulkan halangan yang

berarti.

Dikarenakan penulis tidak mengalami kendala dalam melakukan proses membaca

bacaan I ataupun bacaan II, maka penulis tidak memberikan solusi mengatasi kendala secara

khusus. Pada umumnya, kendala terjadi dikarenakan pembaca belum terbiasa menggunakan

teknik skimming dalam mencari ide-ide pokok atau membaca secara ekstensif. Apabila

664
pembaca sudah terbiasa, maka proses membaca akan berlangusng tanpa hambatan yang

berarti. Teknik skimming didukung oleh metode membaca paragraf. Pembaca membaca

secara keseluruhan paragraf, tidak mencermati kalimat per kalimat. Apabila dirasa pembaca

sudah mengetahui kelanjutan informasi yang terdapat dalam suatu paragraf, maka pembaca

diperbolehkan segera mengalihkan pandangan ke paragraf selanjutnya.

7.3. Praktik Membaca Skimming II

7.3.1. Bacaan

Cara Menjadi Orang Sukses

Karena penulis Karo Cyber juga kepengen menjadi orang Sukses suatu saat kelak,

maka iseng-iseng penulispun mencari tahu informasi tentang bagaimana cara menjadi orang

sukses. Dari berbagai penelusuran di situs internet, ternyata sudah banyak sekali tulisan-

tulisan yang mengacu terhadap informasi yang ingin didapatkan tersebut, yaitu tentang cara

menjadi orang sukses.

Karena memang ada rasa ingin selalu berbagi dengan pembaca blog Karo Cyber,

maka tulisan yang saya dapat tentang rahasia cara menjadi orang sukses tersebutpun juga

ingin saya bagikan kepada teman-teman semua. Oleh pemikiran itulah maka kemudian timbul

niat untuk membuat tulisan ini.

665
Baik... agar teman-teman sekalian juga bisa tau cara apa saja yang sebenarnya bisa

dilakukan agar kita menjadi orang sukses, maka berikut adalah cara menjadi orang sukses

selengkapnya:

1. Mau Belajar

Orang sukses adalah pelajar seumur hidup. Mereka menyadari, pendidikan tak pernah

berakhir tapi dimulai di setiap tingkatan kehidupan dan terus berlanjut hingga akhir

kehidupan. Pendidikan tidak terbatas di ruang kelas, artinya mencoba ide baru,

membaca buku, surat kabar, majalah dan menggunkan internet merupakan bentuk

pendidikan pula.

2. Percaya Diri

Orang sukses percaya diri dan merasakan bahwa mereka berbuat sesuatu untuk dunia.

Mereka memandang sebuah dunia yang besar dan ingin memainkan peranan penting

di dalamnya. Mereka tetap bekerja sesuai ketrampilan mereka, sambil tetap menyadari

bahwa ketrampilan ini memberi nilai kepada ketrampilan lainnya. Mereka juga sadar,

karya terbaik akan menghasilkan kompensasi bagi mereka.

3. Berpandangan Positif

Orang sukses berpandangan positif terhadap apa yang dapat mereka kerjakan, dan ini

meluas pada hal-hal lain. Mereka percaya gelas itu setengah penuh dan bukan

setengah kosong. Mereka menanamkan semangat pada diri sendiri dan dapat

membayangkan diri bagaimana mereka berhasil menyelesaikan suatu tugas sulit atau

mencapai penghargaan tertinggi.

4. Berani Mengambil Resiko

Orang sukses berani mengambil resiko. Mereka berupaya untuk mencapai target,

melakukan penghematan, membangun relasi dengan banyak orang dan gesit mencoba

666
sesuatu yang baru guna mengikuti perkembangan zaman, dan mau terus mengambil

resiko untuk meraih sukses.

5. Mampu Menikmati Pekerjaan

Orang sukses menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Mereka mampu melihat

pekerjaan sebagai kesenangan, mereka memilih bekerja di mana mereka dapat unggul.

Orang sukses menyukai tantangan, mereka menikmati pencapaian puncak permainan

mereka, apakah di pekerjaan, lapangan tennis atau lapangan golf.

6. Mampu Memotivasi Diri

Orang sukses punya banyak cara untuk memotivasi diri sendiri sehingga dapat terus

berkarya lebih baik dari yang lain. Ada yang dengan cara melakukan beberapa

pekerjaan setiap hari pada bidang berbeda.

7. Menyelesaikan Tugas Sepenuh Hati

Orang sukses menyelesaikan tugas tidak dengan setengah-tengah, dan mereka

menggunakan cara kreatif dalam meraih sukses. Meski mungkin membutuhkan waktu

lebih lama, mereka akhirnya melampaui garis finish. Mereka memanfaatkan waktu

dengan baik dalam mensinergikan kemampuan fisik dan mental untuk mencapai

sukses.

Itulah beberapa poin penting yang saya dapatkan ketika mencari informasi tentang

cara menjadi orang sukses. Semoga poin-poin diatas dapat diterapkan dalam hidup kita

masing-masing, agar kesuksesan akan segera menghampiri kehidupan yang sedang kita

jalani. Selamat mencoba...

7.3.2. Rencana yang Akan Digunakan

667
Pada saat melakukan proses membaca artikel yang berjudul”Cara Menjadi

Orang Sukses”, penulis menggabungkan berbagai jenis retorika membaca. Penulis

menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya, penulis

menggabungkan antara Model Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Model Membaca

Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan model membaca tersebut, penulis lebih

mudah memahami bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya dilengkapi penulis

dengan menerapkan membaca Metode Paragraf. Penulis memilih membaca metode

lanjutan. Penerapan metode lanjutan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembaca.

Selanjutnya, penulis juga mendukung proses membaca tersebut dengan menerapkan

teknik close reading yang termasuk ke dalam teknik menengah. Close reading berarti

membaca teliti atau membaca cermat. Oleh karena penulis hanya ingin mendapatkan

informasi secara garis besarnya saja, maka penulis juga menggabungkannya dengan

menggunakan teknik skimming. Teknik skimming merupakan salah satu dari teknik

membaca yang digunakan dalam proses membaca secara ekstensif. Penulis

menggunakan pola horisontal yang berpadu dengan pola blog untuk menemukan ide-

ide pokok pada masing-masing paragraf.

7.3.3. Praktik Membaca

Proses membaca berita yang berjudul”Cara Menjadi Orang Sukses”,

dapat diruntutkan penulis sebagai berikut :

a. Mempersiapkan bacaan.

b. Menerapkan model membaca timbal balik.

c. Menerapkan metode membaca paragraf.

d. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar dan menyeluruh.

668
e. Mencatat kata-kata yang sukar dipahami untuk dicari pengertiannya di

dalam kamus.

f. Kemudian mulai dilakukan teknik skimming.

g. Teknik skimming dilakukan dengan menggunakan pola horisontal ataupun

pola blok.

h. Menentukan ide-ide pokok yang terkandung dalam tiap paragraf.

7.3.4. Hasil Membaca

Berdasarkan artikel ” Cara Menjadi Orang Sukses”,penulis dapat

menemukan dan menyimpulkan informasi yang terdapat dalam artikel tersebut,

yaitu:

1. Berdasarkan artikel Cara menjadi orang sukses adalah dengan cara : 1). Mau

belajar; 2). Percaya diri; 3).berpandangan positif; 4). Berani mengambil resiko;

5). Mampu menikmati pekerjaan; 6). Mampu memotivasi diri; 7).

Menyelesaikan tugas sepenuh hati.

2. Mau Belajar

Orang sukses adalah pelajar seumur hidup. Mereka menyadari,

pendidikan tak pernah berakhir tapi dimulai di setiap tingkatan kehidupan dan

terus berlanjut hingga akhir kehidupan. Pendidikan tidak terbatas di ruang

kelas, artinya mencoba ide baru, membaca buku, surat kabar, majalah dan

menggunkan internet merupakan bentuk pendidikan pula.

669
3. Percaya Diri

Orang sukses percaya diri dan merasakan bahwa mereka berbuat

sesuatu untuk dunia. Mereka memandang sebuah dunia yang besar dan ingin

memainkan peranan penting di dalamnya. Mereka tetap bekerja sesuai

ketrampilan mereka, sambil tetap menyadari bahwa ketrampilan ini memberi

nilai kepada ketrampilan lainnya. Mereka juga sadar, karya terbaik akan

menghasilkan kompensasi bagi mereka.

4. Berpandangan Positif

Orang sukses berpandangan positif terhadap apa yang dapat mereka

kerjakan, dan ini meluas pada hal-hal lain. Mereka percaya gelas itu setengah

penuh dan bukan setengah kosong. Mereka menanamkan semangat pada diri

sendiri dan dapat membayangkan diri bagaimana mereka berhasil

menyelesaikan suatu tugas sulit atau mencapai penghargaan tertinggi.

5. Berani Mengambil Resiko

Orang sukses berani mengambil resiko. Mereka berupaya untuk

mencapai target, melakukan penghematan, membangun relasi dengan banyak

orang dan gesit mencoba sesuatu yang baru guna mengikuti perkembangan

zaman, dan mau terus mengambil resiko untuk meraih sukses.

6. Mampu Menikmati Pekerjaan

Orang sukses menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Mereka

mampu melihat pekerjaan sebagai kesenangan, mereka memilih bekerja di

mana mereka dapat unggul. Orang sukses menyukai tantangan, mereka

670
menikmati pencapaian puncak permainan mereka, apakah di pekerjaan,

lapangan tennis atau lapangan golf.

7. Mampu Memotivasi Diri

Orang sukses punya banyak cara untuk memotivasi diri sendiri

sehingga dapat terus berkarya lebih baik dari yang lain. Ada yang dengan cara

melakukan beberapa pekerjaan setiap hari pada bidang berbeda.

8. Menyelesaikan Tugas Sepenuh Hati

Orang sukses menyelesaikan tugas tidak dengan setengah-tengah, dan

mereka menggunakan cara kreatif dalam meraih sukses. Meski mungkin

membutuhkan waktu lebih lama, mereka akhirnya melampaui garis finish.

Mereka memanfaatkan waktu dengan baik dalam mensinergikan kemampuan

fisik dan mental untuk mencapai sukses.

7.3.5. Kendala dan Solusi Dalam Membaca Skimming

Dalam melakukan proses membaca artikel “Cara Menjadi Orang

Sukses”,penulis tidak mengalami kendala yang berarti dikarenakan penulis sudah

menerapkan model, metode, dan teknik membaca dengan cukup baik. Pada saat

mencari ide-ide pokok dengan menerapkan teknik skimming pun, penulis tidak

terlalu terkendala. Ide-ide pokok dapat ditemukan penulis dengan cukup mudah

tanpa menimbulkan halangan yang berarti.

Dikarenakan penulis tidak mengalami kendala dalam melakukan

proses membaca bacaan I ataupun bacaan II, maka penulis tidak memberikan

solusi mengatasi kendala secara khusus. Pada umumnya, kendala terjadi

671
dikarenakan pembaca belum terbiasa menggunakan teknik skimming dalam

mencari ide-ide pokok atau membaca secara ekstensif. Apabila pembaca sudah

terbiasa, maka proses membaca akan berlangusng tanpa hambatan yang berarti.

Teknik skimming didukung oleh metode membaca paragraf. Pembaca membaca

secara keseluruhan paragraf, tidak mencermati kalimat per kalimat. Apabila dirasa

pembaca sudah mengetahui kelanjutan informasi yang terdapat dalam suatu

paragraf, maka pembaca diperbolehkan segera mengalihkan pandangan ke paragraf

selanjutnya.

BAB VI

PRAKTIK MEMBACA SCANNING

6.1. Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai praktik membaca scanning yang dilakukan

oleh penulis dalam perkuliahan Membaca pada saat semester I. Bab ini terdiri atas

pendahuluan, bacaan, rencana yang akan digunakan dalam membaca, praktik membaca,

kendala dan solusi membaca scanning.

6.2. Praktik Membaca Scanning I

6.2.1. Bacaan

Sansivera Pesonanya Membawa Manfaat

Oleh: Sutejo

672
Beberapa jenis sansiviera masih mahal harganya, seperti milik gadis

Jerman ini.

Meskipun tren tanaman hias sudah luntur, namun nama sansievera

masih masih ada peminatnya, terlihat masih sering diadakan kontes

peserta cukup lumayan dan stand-stand bursa banyak yang menjajakan

daun yang dijuluki lidah mertuia ini. Tanaman yang memiliki varian cukup beragam ini tidak

hanya menebar pesona karena keindahanya tapi juga memiliki daya tarik yang luar biasa

karena manfaatnya.

Hampir setiap pameran setiap stand diantara tanaman hias yang ditawarkan kecenderungan

sansivera yang banyak laku. “Rasanya sih sansivera ini yang bisa menghasilkan, ya lumayan

untuk menutup stand, untuk tanaman hias lain seperti anthurium kok berhenti tidak banyak

yang keluar,” kata salah seorang pedagang bunga.

Bahkan masih ada yang hanya menjajakan khusus sansivera ini mengakui sejak terjun jual

beli tanaman hias. “Saya kan ikut pameran terus, jadi tahu perkembanganya dan akhir-akhir

ini pasar sansivera lumayan dan meskipun tren tanaman hias sudah turun sansiveara masih

laku,” papar Tia.

Bertahanya tren sansivera ini tidak lepas dari beberapa kelompok organisasi sansivera yang

ada seperti Paguyuban Ilate Morotuo (Paimo), Masyarakat Sansivera Indonesia (MSI) dan

yang baru berdiri di Surabaya 29 Desember 2007 yaitu Komunitas Sansivera (Komsa).

Sebelumnya ada kelompok yang menamakan diri Pecinta Sansivera, kebanyakan kelompok

ini sekarang tergabung dalam Komsa, sebelum Komsa berdiri Pecinta Sansivera ini sempat

membuat selebaran yang dibagi-bagikan pada masyarakat untuk lebih jauh mengenal

sansivera termasuk dari segi manfaatnya.

673
Seperti yang dikutip Pecinta Sansivera dalam selebaran itu disebutkan, diantanya manfaat

sansivera mampu menyerap dan mengolah polutan menjadi asam organik dan beberapa

senyawa asam amino, boleh dikatakan tanaman ini anti polutan (airfreshener) untuk itu

sangat cocok dipelihara dalam ruangan baik rumah maupun kantor, karena mampu menyerap

asap rokok dan menghilangkan bau tak sedap.

Seperti yang dialami Efendi ketua Komsa, sejak dua pot sansivera diletakkan dalam kamar

mandinya, biasanya bau yang tak sedap kadang muncul kini sudah tak tercium lagi. Seperti

hasil riset Wolverton Environmental dinyatakan, untuk menghilangkan bau yang tak sedap

dalam ruangan seluas 100 meter persegi cukup dengan 4-5 helai daun sansivera dewasa.

Satu helai daun sansivera mampu menyerap formaldehid sebanyak, 0,938 Mg perjam, bahkan

hasil penelitian Badan Antariksa Amerikan Serikat (NASA) menyatakan, sansivera mampu

menyerap 107 jenis unsur yang berbahaya di udara serta mampu menyerap radiasi berbagai

barang elektronik seperti komputer, televisi, telepon dan lainya.

Selain itu beberapa sansivera ternyata dapat digunakan sebagai obat, diantaranya Trifasciata

lorenti mampu mencegah diabetes dan ambein.

Halii Baseball Bat, salah satu jenis sansiviera yang masih tergolong

mahal Harganya

Beli Sesuai Tujuan

674
Ragam sansivera yang mencapai ratusan varian dengan bermacam-macam tingkatan harga

membuat para hobiis bisa leluasa untuk memilih mana yang akan dipelihara, tentu saja yang

akan dibeli harus sesuai dengan tujuan untuk apa memelihara sansivera.

Bagi para hobiis ada yang memelihara hanya untuk koleksi di rumah, tentu saja yang paling

tepat adalah sansivera yang langka atau unik, biasanya sansivera jenis ini tergolong mahal,

seperti Giant Varigata (kuning) atau Masoniana milik Agung WS Garden Yogyakarta yang

harganya bisa tembus Rp 60 juta rupiah, sat itu (Januari 2008)

Meskipun eksklusif jangan harap untuk kontes di kelas bebas (non unik) akan menang,

karena di kelas non unik kesehatan mempunyai presentase paling tinggi 35% sedangkan

kelangkaan hanya 10%.

Bagi yang suka kontes tentu harus mencari tanaman yang kondisinya sehat, serta

performance tanaman juga bagus dan didukung dengan karakter tanaman juga bagus dan

lebih sempurna lagi jika tanaman itu termasuk langka, karena akan menambah poin.

Kebanyakan yang sering menang kontes seperti Pingucula, Kirkii Brown, Patens (Fischeri),

Concina dan beberapa jenis lain yang langka tapi memiliki kesehatan yang prima.

Sedangkan jika diambil untuk manfaatnya seperti keperluan rental atau ditempatkan sebagai

penghias ruangan disesuaikan dengan jenis dan ukuranya. Untuk ruangan besar ditempatkan

sansivera yang memiliki postur tinggi atau besar seperti Autralian Black. Liliantrue,

Masoniana, Tiger sedangkan untuk ruangan yang sempat atau diletakkan di atas meja bisa

dicarikan jenis-jenis kecil yang sesuai ruangan tersebut seperti Moonshine, Superba China.

Sedangkan untuk taman di luar rumah bisa mencari sansivera yang harganya lebih murah,

dan di sesuaikan dengan luas halaman yang akan ditanami sansivera. Harga sansivera kini

675
cukup beragam dari yang hanya Rp 3000,- sampai yang puluhan juta juga ada tergantung

jenis dan kondisi tanaman. (sutejo)

6.2.2. Retorika Membaca yang Digunakan dalam Membaca Scanning

Pada saat melakukan proses membaca artikel yang berjudul “Sansivera

Pesonanya Membawa Manfaat”, penulis menggabungkan berbagai jenis retorika

membaca. Penulis menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya,

penulis menggabungkan antara Model Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Model

Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan model membaca tersebut,

penulis lebih mudah memahami bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya dilengkapi penulis

dengan menerapkan membaca Metode Kalimat. Penulis memilih membaca metode

lanjutan. Penerapan metode lanjutan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembaca.

Selanjutnya, penulis juga mendukung proses membaca tersebut dengan menerapkan

teknik close reading yang termasuk ke dalam teknik menengah. Close reading berarti

membaca teliti atau membaca cermat. Penulis membaca tiap-tiap kalimat dengan

cermat agar mampu menangkap informasi hingga mampu menciptakan gagasan-

gagasan baru yang relevan. Setelah mendapatkan kata-kata yang artinya belum

dipahami penulis, penulis menggunakan teknik scanning untuk mencari kata-kata di

dalam kamus. Pada saat membaca ataupun mencari kata-kata di dalam kamus,

penulis menggunakan teknik lanjutan pola horisontal.

6.2.3. Proses Membaca Scanning

Proses membaca berita yang berjudul “Sansivera pesonanya Membawa

manfaat”dapat diruntutkan penulis sebagai berikut :

676
a. Mempersiapkan bacaan.

b. Menerapkan model membaca timbal balik.

c. Menerapkan metode membaca kalimat dan teknik close reading.

d. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar dan menyeluruh.

e. Mencatat kata-kata yang sukar dipahami untuk dicari pengertiannya di dalam

kamus.

f. Kemudian mulai dilakukan teknik scanning.

g. Tentukan kata yang dicari.

h. Perhatikan ejaan kata yang akan dicari di dalam kamus.

i. Carilah kata tersebut dengan langsung membuka halaman pertama yang

mengandung huruf awal dari kata yang akan dicari.

j. Setelah itu, pembaca men-scan halaman tersebut ke halaman berikutnya sampai

menemukan kata yang dicari.

k. Setelah ditemukan, bacalah dengan teliti makna kata tersebut.

6.2.4. Hasil Membaca

Berdasarkan berita “Sansivera Pesonanya Membawa Manfaat”, kata-kata

yang belum dipahami maknanya oleh penulis dan pada akhirnya digunakan penulis

untuk berlatih menerapkan membaca scanning dengan mencari makan kata di Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai berikut :

 Varian

Penyimpangan, kelainan, perubahan.

 Tren

Zamannya, saat terkenalnya, heboh

 Polutan

677
Tingkat polusi

 Asam organik

Rasa seperti cuka dari bahan-bahan alami.

 Asam amino

 Riset

Surat tanda penerimaan, kwintansi, resi.

 Diabetes

Penyakit kencing manis.

 Ambien

Penyakit pada alat kelamin.

6.2.5. Kendala dan Solusi dalam Membaca Scanning

Dalam melakukan proses membaca berita “Sansivera Pesonanya Membawa

Nikmat”, penulis tidak mengalami kendala yang berarti dikarenakan penulis sudah

menerapkan model, metode, dan teknik membaca. Pada saat melakukan teknik

scanning guna mencari kata di dalam kamus pun penulis tidak tersendat oleh

kendala.

Dikarenakan penulis tidak menemukan kendala dalam memahami bacaan

ataupun dalam mencari makan kata di kamus, maka penulis tidak dapat menguraikan

solusi secara terperinci. Pada umumnya, kendala yang dihadapi pembaca saat

menerapkan teknik scanning pada saat mencari kata di kamus adalah pembaca

kurang paham letak kata pada urutan kamus. Hal tersebut dikarenakan pembaca

belum terbiasa atau tidak terbiasa menggunakan kamus. Oleh karena itu, pembaca

harus mulai membiasakan diri untuk menggunakan kamus. Berhubung dalam proses

678
membaca teknik scanning tidak akan diukur kecepatan efektif membacanya, maka

pembaca tidak perlu terburu-terburu untuk mencari. Sebab seringkali pembaca akan

semakin lama dalam menemukan kata apabila dalam kondisi tertekan karena diburu

waktu.

6.3. Praktik Membaca Scanning II

6.3.1. Bacaan

Mengkudu, Buruk Rupa Banyak Manfaat

Mengkudu meskipun rupanya jelek tapi banyak

khasiatnya

JULUKAN SI BURUK RUPA DAN AROMA TAK

SEDAP MELEKAT PADA MENGKUDU. NAMUN,

BUAH ITU SECARA EMPIRIS DAN ILMIAH

TERBUKTI SAHIH MENGATASI DIABETES

MELLITUS, HIPERTENSI, LUPUS, JANTUNG

KORONER, KANKER SERVIKS, DAN PENYAKIT

MEMATIKAN LAIN.

Bulatan merah muda berdiameter 2 cm di lengan kanan menjadi sinyal maut bagi

Ruthia Magdalena. Dalam 3 hari bulatan menyebar ke telapak kaki, betis, paha, dan tangan.

Bila bulatan tersentuh sedikit saja, Ruthia merasa nyeri bukan main. Pada saat bersamaan

perempuan 21 tahun itu sariawan di mulut dan-maaf-vagina. Dokter menganalisis hasil tes

darah, memeriksa intensif, lalu mendiagnosis Ruthia positif lupus erythematosus.

679
Sayang, bukti rekam medis Ruthia Magdalena digunakan untuk mengklaim asuransi.

Data antidouble stranded DNA-kadar normal 200 IU/ml-pun ia lupa. Indikasi penyakit lupus

lain adalah antinuclear AB positif dan laju endap darah lebih dari 15 mm/jam. Terhadap

diagnosis itu Ruthia sangat terpukul. Harap maklum, ia baru saja tamat kuliah dan sebulan

bekerja.

Bulatan merah muda itu merenggut kebahagiaannya.

Apalagi penyakit yang ditemukan pada 1851 itu belum dapat disembuhkan. ‘Nanti

Ruthia minum obat dalam jangka panjang ya. Penyakit ini tak dapat disembuhkan, tapi dapat

dikendalikan,’ kata dokter sebagaimana ditirukan Ruthia.

Menyebar untuk mengatasi srigala merah (bahasa Yunani: lupus = srigala,

erythematosus = merah) ia mengkonsumsi 3 jenis obat. Salah satu di antaranya adalah

steroid. Dua bulan berselang, rambutnya rontok sehingga ia menghentikan konsumsi obat-

obatan. Celakanya bulatan merah muda kian menyebar. Sariawan bernanah juga tak kunjung

sembuh. Berkemih saat paling menyakitkan karena terasa sangat perih.

Pada 1 Desember 2006-persis 6 bulan setelah diagnosis lupus-Ruthia mengkonsumsi 30 ml

jus buah mengkudu setiap 2 jam. Minum pertama pada pukul 06.00 dan berakhir pada pukul

21.00. Efek pertama yang dirasakan adalah hilang insomnia alias gangguan sulit tidur.

Perubahan lain, sariawan bernanah di mulut dan kelamin juga kering tanpa bekas pada hari

ke-4. Ia terus mengkonsumsi jus buah kerabat kopi itu. Dosisnya tetap: 30 ml, tetapi per 3

jam sekali. Pada hari ke-28, bulatan merah muda hilang sama sekali. Moonface alias

berwajah bulat seperti rembulan, salah satu ciri penderita lupus, juga menghilang. Ia memang

belum memeriksakan diri ke dokter. Namun, hingga wawancara berlangsung pada 28 Juli

2009 ia tak pernah merasakan gejala serangan lupus. Artinya, sudah 2 tahun sejak konsumsi

680
jus mengkudu, ruam merah di permukaan kulit, nyeri sendi, moonface, dan sariawan hilang

sama sekali.

Kisah Zuraidah di Cibinong, Jawa Barat, yang menderita hipertensi lain lagi. Tekanan

darah perempuan 53 tahun itu menjulang: 190/90 mmHg-tekanan normal 120/90 mmHg.

Empat tahun lamanya ia menghadapi hipertensi. Jika kambuh, ‘Tegang di leher, saya pusing

sekali,’ kata Zuraidah.

Pada awal 2008, ia mengkonsumsi jus mengkudu pemberian kerabatnya. Dosisnya 30

ml 3 kali sehari. Dua bulan rutin mengkonsumsi jus mengkudu, tekanan darah Zuraidah

kembali normal. Hasil pengecekan terakhir pada Agustus 2009, tekanan darah Zuraidah

120/90 mmHg.

Jenis sama Zuraidah dan Ruthia Magdalena memiliki persamaan: terbebas dari

penyakit maut setelah mengkonsumsi jus mengkudu. Mereka hingga kini juga tetap minum

olahan buah mengkudu untuk menjaga kesehatan. Perbedaannya adalah Ruthia

mengkonsumsi jus noni dari Polinesia Perancis, Pasifik Selatan. Sejak 2 tahun silam, ekstrak

mengkudu dari mancanegara itu beredar di Indonesia. Sedangkan Zuraidah mengkonsumsi

mengkudu lokal dari Pulau Jawa. Namun, spesies keduanya-mengkudu dari Polinesia dan

Jawa-sama, yakni Morinda citrifolia. Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, guru besar

Farmasi Universitas Indonesia, jenis senyawa aktif mengkudu dari Polinesia dan Indonesia

sama karena berasal dari spesies yang sama. Seandainya mutu salah satu jus mengkudu itu

lebih tinggi, karena cara olah yang berbeda. Itu persis pendapat Endjo Djuhariya, periset

mengkudu di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), di Bogor, Jawa Barat.

Yang pasti 2 tahun terakhir olahan mengkudu banyak membantu proses penyembuhan pasien

beragam penyakit. Komoditas itu sebetulnya bukan herbal baru lantaran pernah tren pada

awal 2003. Jika kini pasien ramai menggunakan buah anggota famili Rubiaceae itu, lantaran

banyak pasien setelah konsumsi mengkudu kondisinya kian membaik. .

681
Herbal warisan nenek moyang itu digunakan secara turun-temurun-lebih dari 3 generasi

seperti syarat WHO-untuk mengatasi beragam penyakit. Artinya, dari sisi toksisitas,

mengkudu sangat aman dikonsumsi. Prof Dr Elin Yulinah Sukandar dan Rini Hendriani MSi,

masing-masing guru besar Institut Teknologi Bandung dan dosen Farmasi Universitas

Padjadjaran, membuktikan secara sahih. Mereka menguji toksisitas dengan dosis berjenjang

dari 50-1.000 mg pada hewan uji selama 14 hari.

Dalam uji itu mereka mengamati hati, ginjal, limpa, jantung, paru-paru, kelenjar

adrenal, dan pankreas. Selain itu, otak, testis dan vesika seminalis (bagi tikus jantan), uterus

dan ovarium (tikus betina), serta lambung tak luput dari pengamatan. ‘Pada hasil pengamatan

tidak menunjukkan adanya kelainan organ secara makroskopis dan tidak ditemukan adanya

tukak lambung di hewan uji,’ kata Rini.

Bahkan, kelompok mencit yang diberi 50 mg ekstrak mengkudu-setara 555 mg atau

37 sendok makan pada manusia berbobot 70 kg-terjadi peningkatan jumlah sel kupffer di

hati. Sel kupffer merupakan penapis yang efektif. Ketika darah mengalir melalui liver,

kupffer membersihkannya dari bahan toksik, bakteri, dan virus yang membahayakan

kesehatan tubuh. Selain itu pemberian ekstrak mengkudu juga melebarkan pulpa putih di

limpa. Pulpa putih mampu meregenerasi sel-sel darah.

Namun, pada dosis tinggi-pada riset itu khusus dosis 1.000 mg-mengkudu diberi

tambahan ekstrak jahe. Sebab, pada riset sebelumnya paduan mengkudu jahe terbukti

antituberkulosis. Dosis 1.000 mg-bila dikonversi ke manusia berbobot 70 kg setara 11.100

mg atau 740 sendok makan-mengkudu menyebabkan degenerasi hati.

Diabetes tipe 2

Membuktikan kemujaraban kerabat bunga nusaindah Mussaenda philippica itu. Pada

2-3 tahun terakhir, banyak lembaga meriset mengkudu. Aguslina Kirtishanti MKes Apt,

peneliti Jurusan Farmasi Universitas Surabaya, membuktikan mengkudu manjur mengatasi

682
diabetes mellitus tipe 2. Pada kasus itu terjadi penurunan sensitivitas jaringan seperti otot dan

hati merespon insulin. Lebih dari 90% penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin

atau diabetes mellitus tipe 2.

Bukan hanya pada diabetes mellitus tipe 2, mengkudu juga terbukti membantu

penyembuhan diabetes tipe 1 seperti hasil riset I Ketut Adnyana PhD dari Sekolah Farmasi

Institut Teknologi Bandung. Adayana memberikan ekstrak mengkudu berdosis 500 mg per kg

bobot tubuh mencit. Uji glukosa pada tikus menunjukkan penurunan kadar glukosa serum.

Pada hari ke-4 pascapemberian, kadar glukosa turun 62,1%.

Riset kedua peneliti itu sejalan dengan pengalaman Martiyah. Perempuan 53 tahun itu

ingin bunuh diri lantaran 11 tahun mengidap diabetes tak kunjung sembuh. Kadar gula

darahnya 600 mg/dl. Pada September 2008, warga Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo, Jawa

Timur, itu mengkonsumi 30 ml jus mengkudu 3 kali sehari. Hanya dalam 3 pekan kadar gula

darahnya kembali normal. Pengecekan terakhir pada 10 Agustus 2009, kadar gula Martiyah

130 mg/dl.

Dokter Djoko Maryono alumnus Universitas Airlangga, mengatakan mengkudu

membantu proses penyembuhan pasien diabetes mellitus dengan 3 jalan. Kerabat kopi itu

meningkatkan sekresi insulin pada pankreas, penyerapan glukosa pada jaringan, dan

mereduksi penyerapan glukosa pada dinding usus. Itu lantaran mengkudu mengandung

senyawa aktif quercetin dan xeronine yang mampu menembus sel.

Skopoletin

Riset lain dilakukan oleh Dra Sriningsih Apt MSi, peneliti Teknologi Farmasi dan

Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Apoteker alumnus Institut

Teknologi Bandung itu menguji praklinis mengkudu pada tikus pengidap hipertensi akibat

konsumsi natrium klorida 2,5%. Kelompok yang diberi 3,6 ml dan 1,8 ml menunjukkan

tekanan darah turun masing-masing menjadi 55 dan 64 mmHg pada hari ke-5.

683
Hasil itu relevan dengan uji klinis oleh PT Tahitian Noni International. Periset memberikan

dosis 15 ml per 50 kg bobot tubuh 2 kali sehari. Hasilnya, tekanan darah pasien cenderung

turun. Semula tekanan darah 170/110 mmHg, menjadi 124/86 mmHg pada hari ke-8 dan

115/80 mmHg (hari ke-12). Turunnya tekanan darah pada uji ilmiah itu persis yang dialami

Fatimah di Kotamadya Bogor, Jawa Barat.

Itu berkat senyawa skopoletin dalam buah mengkudu. Senyawa aktif itu berperan

mengikat skrotonin, pemicu penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah

meningkat. ‘Ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan tekanan darah yang meninggi sampai

relatif normal kembali,’ kata Sriningsih.

Awas polutan

Endjo Djuhariya, periset Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, mengatakan

pohon mengkudu penyerap polutan yang andal. Celakanya polutan seperti logam berat itu

juga terserap buah. Oleh karena itu jika hendak mengolah, pilihlah buah dari pohon yang jauh

dari sumber polutan dan tumbuh alamiah.

Dalam 2 tahun terakhir, olahan mengkudu cepat terserap pasar. Omzet Philipus P

Soekirno, produsen olahan mengkudu di Tanjungduren, Jakarta Barat, 2 tahun lalu baru

Rp20-juta sebulan. Kini? Melonjak Rp200-juta per bulan. Ia mengolah mengkudu dan

mengemas dalam botol 70 ml, 150 ml, dan 550 ml.

Produsen lain CV Morinda House di Bogor, Jawa Barat, juga menikmati berkah

mengkudu. Produksi perusahaan yang berdiri pada 2000 itu hanya 500 liter, kini menjadi

2.000 liter per bulan. Sementara permintaan pada PT Trias Sukses Dinamika naik 20%.

Itu indikasi bahwa pasar menerima mengkudu yang berkhasiat obat. Menurut dr Arijanto

Jonosewojo SpPD dari Universitas Airlangga, mengkudu layak dikembangkan sebagai obat

karena mudah diperoleh dan terbukti berkhasiat. Si buruk rupa yang acap dipandang sebelah

mata itu justru baik bagi kesehatan sebagaimana terbukti secara ilmiah.

684
6.3.2. Rencana yang Akan Digunakan

Pada saat melakukan proses membaca artikel yang berjudul “Mengkudu,

Buruk Rupa Banyak Manfaat”, penulis menggabungkan berbagai jenis retorika

membaca. Penulis menggunakan Model Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya,

penulis menggabungkan antara Model Membaca Bawah Atas (MMBA) dan Model

Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan model membaca tersebut,

penulis lebih mudah memahami bacaan.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) selanjutnya dilengkapi penulis

dengan menerapkan membaca Metode Kalimat. Penulis memilih membaca metode

lanjutan. Penerapan metode lanjutan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembaca.

Selanjutnya, penulis juga mendukung proses membaca tersebut dengan menerapkan

teknik close reading yang termasuk ke dalam teknik menengah. Close reading berarti

membaca teliti atau membaca cermat. Penulis membaca tiap-tiap kalimat dengan

cermat agar mampu menangkap informasi hingga mampu menciptakan gagasan-

gagasan baru yang relevan. Setelah mendapatkan kata-kata yang artinya belum

dipahami penulis, penulis menggunakan teknik scanning untuk mencari kata-kata di

dalam kamus. Pada saat membaca ataupun mencari kata-kata di dalam kamus,

penulis menggunakan teknik lanjutan pola horisontal.

6.3.3. Praktik Membaca

Proses membaca berita yang berjudul “Mengkudu, Buruk Rupa

Banyak Manfaat” dapat diruntutkan penulis sebagai berikut :

a. Mempersiapkan bacaan.

b. Menerapkan model membaca timbal balik.

685
c. Menerapkan metode membaca kalimat dan teknik close reading.

d. Menatap seluruh bacaan dengan pandangan yang lebar dan menyeluruh.

e. Mencatat kata-kata yang sukar dipahami untuk dicari pengertiannya di dalam

kamus.

f. Kemudian mulai dilakukan teknik scanning.

g. Tentukan kata yang dicari.

h. Perhatikan ejaan kata yang akan dicari di dalam kamus.

i. Carilah kata tersebut dengan langsung membuka halaman pertama yang

mengandung huruf awal dari kata yang akan dicari.

j. Setelah itu, pembaca men-scan halaman tersebut ke halaman berikutnya

sampai menemukan kata yang dicari.

k. Setelah ditemukan, bacalah dengan teliti makna kata tersebut.

6.3.4. Hasil Membaca

Berdasarkan berita“Mengkudu, Buruk Rupa Banyak Manfaat”, kata-kata yang

belum dipahami maknanya oleh penulis dan pada akhirnya digunakan penulis untuk

berlatih menerapkan membaca scanning dengan mencari makan kata di Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai berikut :

 Hipertensi : penyakit tekanan darah tinggi

 Diagnosis : proses pemeriksaan terhadap suatu hal, kesimpulan jenis penyakit

atas dasar penelitian atau pemeriksaan gejala-gejala yang dikeluhkan pasien.

 Insomnia : ganggan sulit tidur.

 Steroid : senyawa organik dengan susunan daur khas yang satu dengan

lainnya berbeda dengan rantai sampingnya.

686
6.3.5. Kendala yang Dialami Penulis

Dalam melakukan proses membaca berita “Sansivera Pesonanya

Membawa Nikmat”, penulis tidak mengalami kendala yang berarti dikarenakan

penulis sudah menerapkan model, metode, dan teknik membaca. Pada saat

melakukan teknik scanning guna mencari kata di dalam kamus pun penulis tidak

tersendat oleh kendala.

Dikarenakan penulis tidak menemukan kendala dalam memahami bacaan

ataupun dalam mencari makan kata di kamus, maka penulis tidak dapat menguraikan

solusi secara terperinci. Pada umumnya, kendala yang dihadapi pembaca saat

menerapkan teknik scanning pada saat mencari kata di kamus adalah pembaca

kurang paham letak kata pada urutan kamus. Hal tersebut dikarenakan pembaca

belum terbiasa atau tidak terbiasa menggunakan kamus. Oleh karena itu, pembaca

harus mulai membiasakan diri untuk menggunakan kamus. Berhubung dalam proses

membaca teknik scanning tidak akan diukur kecepatan efektif membacanya, maka

pembaca tidak perlu terburu-terburu untuk mencari. Sebab seringkali pembaca akan

semakin lama dalam menemukan kata apabila dalam kondisi tertekan karena diburu

waktu.

MEMBACA INTENSIF

 Membaca Intensif adalah membaca secara teliti untuk memahami secara mendalam

atau pemahaman secara mendetailyang digunakan untuk studi dan untuk memperoleh

ilmu pengetahuan.

687
 Membaca Intensif diklasifikasikan menjadi dua yaitu membaca telaah isi dan telaah

bahasa.

1. Membaca Telaah Isi menuntut adanya ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta

terampil dalam menangkap ide-ide yang terdapat dalam bacaan. Membaca Telaah Isi dibagi

menjadi empat jenis yaitu membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan

membaca ide.

e) Membaca Teliti merupakan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam

kegiatan membaca teliti dapat dilakukan dengan membaca ulang suatu bacaan

untuk dapat menentukan kalimat judul dan perincian-perincian penting.

f) Membaca Pemahaman merupakan membaca yang dilakukan secara cermat

untuk memperoleh pemahaman sepenuhnya atas suatu bahan dimana pembaca

harus dapat mengenal, menangkap, dan memahami informasi secara eksplisit.

Membaca pemahaman dapat juga disebut dengan “CLOSE READING”.

g) Mebaca Kritis merupakan Jenis membaca yang dilakukan secara bijaksana,

penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, dan analitis, sehingga dapat

meneraokan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-hari.

h) Membaca Ide merupakan Kegiatan pembaca yang ingin mencari, menangkap,

memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Dalam

mencari ide-ide dalam suatu bacaan kita dapat menikmati keunikan yang

688
terkandung dalam bacaan tersebut. Ide dalam sebuah bacaan terkandung dalam

paragraf yang disebut ide pokok.

PEMAHAMAN TELITI KRITIS IDE

Membaca cermat Membaca yang Membaca yang

dilakukan secara bijaksana dengan

seksama tenggang hati,

mendalam, evaluasi,

alisitis, dan bukan

hanya mencari

kesalahan

Membaca Literal Kritis

sepenuhnya

Informasi tersurat Yang diperoleh Unsurnya adalah

adalah cara mengkritisi dan

menilai

Literal

Yang diperoleh

adalah hasil

3. Membaca Telaah Bahasa mencakup membaca bahasa asing dan membaca sastra.

Dalam membaca telaah bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan.

Hal-hal yang diperhatikan dalam kegiatan membaca telaah bahasa adalah kesesuaian

pikiran dengan bahasa, perbendaharaan yang meliputi kosa kata, struktur kalimat dan

ejaan.

689
MEMBACA EKSTENSIF

 Membaca Ekstensif adalah membaca secara luas dan dapat disebut juga membaca

cepat. Karena membaca ekstensif itu memahami hal-hal yang penting saja dan waktu

yang dibutuhkan relative singkat. Membaca Ekstensif mempunyai teknik yang

berbeda dengan membaca Intensif, karena memaca Ekstensif hanya diarahkan pada

pemahaman Ekstensif dibagi menjadi tiga jenis yaitu membaca survai (survey

reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal (superficial reading).

d) Membaca Survai

Yang dimaksud survai adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan cara

membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian

buku yang disurvai adalah bagian awal, bagian isi, bagian akhir.

Tujuan dilakuakan survai adalah untuk mengetahui anatomi buku,

mutu buku, dan gambaran umum isi buku.

e) Membaca Sekilas

Membaca sekilas diistilahkan dengan membaca skimming. Skimming

adalah teknik baca layap, yaitu teknik membaca secepat mungkin

halaman demi halaman. Jenis teknik yang termasuk dalam teknik

skimming adalah skipping, sampling, locating, dan previewing.

690
f) Membaca Dangkal

Membaca Dangkal adalah sejenis kegiatan membaca untuk

memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam

dari bahan acaan yang kita baca. Yang mempunyai tujuan untuk

memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak

mendalam dari suatu bacaan dan biasanya dilakukan demi kesenangan,

membaca bacaan ringan ng mendatangkan kebahagiaan diwaktu

senggang. Misalnya : Cerpen.

 TUJUAN MEMBACA EKSTENSIF

Memahami isi yang penting dengan cepat (Tarigan). Juga untuk memahami

hal-hal penting dengan cepat sehingga membaca secara efisien terlaksana

 PERBEDAAN ANTARA MEMBACA INTENSIF DAN EKSTENSIF

DITINJAU DARI INTENSIF EKSTENSIF

691
CARA TELITI CEPAT

PEMAHAMAN MENDETAIL TIDAK MENDETAIL

BACAAN YANG DIBACA TERDIRI DARI 2-4 LUAS

HALAMAN

WAKTU LAMA CEPAT

Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat

dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara

akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan

perasaan yang ada pada wacana tulis.

Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan

keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan lateral,

interpretatif, kritis, dan evaluatif.

Aspek kognitif yang dikembangkan dengan berbagai teknik membaca intensif tersebut adalah

kemampuan membaca secara komprehensif. Membaca komprehensif merupakan proses

memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran makna dalam bacaan

dengan skemata pembaca guna memahami informasi dalam bacaan secara menyeluruh.

Kemampuan membaca intensif mencakup 1) kemampuan pemahaman literal, 2) pemahaman

inferensial, 3) pemahaman kritis, dan 4) pemahaman kreatif.

Karakteristik membaca intensif mencakup 1) membaca untuk mencapai tingkat

pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam waktu yang lama, 2) membaca secara

detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks, 3) cara membaca sebagai

692
dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat lebih lama, 4) membaca intensif

bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan berbagai variasi teknik membaca

seperti scanning, skimming, membaca komprehensif, dan teknik lain), 5) tujuan membaca

intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada

pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi

wacana, 6) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam

teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya

menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca, 7)

kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, dan 8)

kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-wacana

tulis yang informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca intensif tabel, grafik, iklan

baris, dan sebagainya).

JENIS-JENIS MEMBACA INTENSIF

1. Membaca Telaah Isi, Dibagi Menjadi:

-Membaca Teliti

-Membaca Pemahaman

-Membaca Kritis

-Membaca Ide

2. Membaca Telaah Bahasa, Dibagi Menjadi:

-Membaca Bahasa

-Membaca Sastra

MEMBACA EKSTENSIF DAN JENIS-JENISNYA

A. Membaca Ekstensif

membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak

693
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Jenis-jenis membaca

ekstensif meliputi :

1. Membaca Survai (Survey Reading)

Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap

bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai

merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.

Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai adalah sebagai berikut :

(a) memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan malihat abstrak(jika

ada),

(b) memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada,

(c) memeriksa indeks dan apendiks(jika ada).

2. Membaca Sekilas

Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan

mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan

tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.

Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :

(a) metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.

(b) Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang

mengalami hambatan.

(c) Metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan

menigkatkan kecepatan gerak mata.

Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan mambaca :

694
(a) vokalisai atau berguman ketika membaca,

(b) membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara,

(c) kepala bergerak searah tulisan yang dibaca,

(d) subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita,

(e) jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kit abaca,

(f) gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya.

3. Membaca Dangkal (Superficial Reading)

membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang

dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca

jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan

ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.

Membaca merupakan salah satu aspek berbahasa yang sangat bermanfaat. Dengan

membaca dapat diperoleh beberapa informasi, gagasan, pendapat, pesan dan lain-lain yang

disampaikan penulis melalui lambang-lambang grafis yang sudah dikenal. Dengan kata lain,

melalui kegiatan membaca akan diperoleh berbagai informasi dunia. Membaca semakin

penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan

melibatkan kegiatan membaca. Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan

realitas kehidupan sehari-hari manusia (Rahim 2008: 11).

Membaca merupakan suatu proses rumit dan kompleks untuk memperoleh pesan yang

disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Karena rumit dan kompleks, membaca menjadi

beraneka ragam atau berjenis-jenis.

5.2 Jenis Membaca

695
Sebagaimana halnya dengan tujuan membaca, jenis membaca juga memiliki beberapa

macam. Tarigan (2008: 12-13) membedakan kegiatan membaca ke dalam jenis membaca. Ia

membagankan jenis-jenis membaca seperti tercantum dalam bagan berikut ini.

Bagan 12

Jenis Membaca

Membaca

Nyaring

Membaca Membaca survey

Membaca Membaca sekilas

ekstensif Membaca dangkal

Membaca teliti

Membaca Membaca Membaca pemahaman

696
Dalam hati telaah isi Membaca kritis

Membaca ide-ide

Membaca

intensif

Membaca Membaca bahasa

telaah bahasa Membaca sastra

Berdasarkan bagan di atas, membaca diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca

nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati diklasifikasi menjadi dua, yaitu

membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif diklasifikasi menjadi tiga, yaitu

membaca survay, sekilas, dan dangkal. Membaca intensif diklasifikasi menjadi dua, yaitu

membaca telaah isi dan telaah bahasa. Membaca telaah isi diklasifikasi menjadi empat, yaitu

membaca teliti, pemahaman, kritis, dan ide. Membaca telaah bahasa diklasifikasi menjadi

dua, yaitu membaca bahasa dan sastra.

5.2.1 Membaca Nyaring dan Dalam Hati

Jenis membaca memiliki beberapa macam bergantung pada segi tinjauannya

Penjenisaan yang didasarkan pada perbedaan tujuan yang hendak dicapai dikemukakan oleh

Tarigan (2008: 12-13). Tarigan membedakan kegiatan membaca ke dalam jenis membaca

bersuara atau membaca nyaring (oral reading atau reading atound) dan membaca dalam hati

(silent reading). Penjenisan membaca tersebut relevan dengan pendapat Harras (1997:7).

Menurutnya pengklasifikasian membaca tersebut ditinjau dari terdengar-tidaknya suara si

pembaca pada waktu membaca. Membaca yang disuarakan disebut membaca nyaring,

sedangkan membaca yang tidak disuarakan disebut membaca dalam hati.

697
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang merupakan alat bagi guru, murid,

ataupun membaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta

memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Membaca dalam hati yaitu

suatu proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Membaca dalam hati dibedakan menjadi

dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.

5.2.2 Membaca Ekstensif

Menurut Tarigan (2008:11-13), membaca dalam hati dapat diklasifikasi menjadi dua,

yaitu membaca ekstensif dan intensif. Pengklasifikasian tersebut menurut Harras (1997:7)

tinjau dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, tujuan, dan waktu yang diperlukan

dalam membaca. Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi

sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuan membaca ekstensif

adalah untuk memahami isi yang penting dengan cepat (Tarigan 1994:31). Membaca

ekstensif adalah membaca untuk memahami hal-hal penting dengan cepat sehingga membaca

secara efisien dapat terlaksana. Jika dilihat dari segi waktu, membaca ekstensif relatif lebih

hemat karena pembaca cukup membaca objek secara sekilas, bukan kata per kata, kalimat per

kalimat, atau paragraf per paragraf, tetapi menatap penuh bacaan untuk mencari bagian mana

yang dibutuhkan dari bacaan. Dari segi tujuan, kegiatan membaca ekstensif adalah untuk

memahami isi atau hal-hal penting dengan cepat. Dengan membaca ekstensif, seseorang

dapat mendapatkan tujuan membaca dalam waktu yang relatif singkat.

Sebelum mulai membaca, biasanya pembaca akan melakukan terlebih dulu apa-apa

yang akan dibacanya. Pembaca menyurvei bagian bacaan yang akan kita pelajari, yang akan

698
ditelaah, dengan jalan: (1) memeriksa, meneliti indes-indeks, daftar kata-kata yang terdapat

dalam bukubuku; (2) melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam

buku-buku yang bersangkutan; (3) memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang

bersangkutan.

Membaca ekstensif dalam penggunaan secara umum bisa disebut membaca cepat. Membaca

cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan dan tujuan membaca. Kecepatan

membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya

diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca (Soedarso 2004:18). Kecepatan

membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan membaca apabila kata-kata dalam bacaan

tergolong tidak asing, dapat dilalui dengan cepat. Namun, apabila ada kata-kata yang

tergolong asing dapat diperlambat untuk memahami makna kata tersebut. Soedarso dengan

buku Speed Reading (2002:18) mengatakan bahwa membaca cepat adalah kemampuan

membaca dengan kecepatan yang sama. Menurutnya kecepatan membaca harus fleksibel.

Artinya, kecepatan itu tidak harus sama, ada kalanya diperlambat karena bahan dan tujuan

kita membaca.

Membaca cepat adalah kegitan merespon lambang-lambang cetak atau lambang tulis dengan

pengertian dengan pengertian yang tepat dan cepat (Hemowo 2005:9). Nurhadi (2005:3 1)

mengungkapkan membaca cepat dan efektif yaitu jenis membaca yang mengutamakan

kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaanya. Dengan

demikian seseorang dengan membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan

namun juga disertai pamahaman dan bacaan.

Memba cepat merupakan sistem membaca dengan memperhitungkan waktu baca dan tingkat

pemahaman terhadap bahan yang dibacanya (Suyoto 2008). Apabila seseorang dapat

699
membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang tinggi maka seseorang tersebut

dapat dikatakan pembaca cepat.

Dan beberapa pengertian diatas dapat diambil simpulan membaca cepat adalah proses

membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat. Membaca cepat memberi

kesempatan unutk membaca secara luas, bagian-bagian yang sudah sangat dikenal atau

dipahami tidak dihiraukan. Perhatian dapat difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau

bagian-bagian yang belum dikenal. Dengan membaca cepat dapat diperoleh pengetahuan

yang luas tentang apa yang dibacanya.

Tujuan membaca cepat adalah untuk memperoleh banyak pemahaman dari bacaan. Tidak ada

gunanya dapat membaca cepat tetapi tidak dapat memahami bacaan secara memadai. Tetapi

apabila kita dapat memahami dengan pemahaman sepenuhnya tetapi kacapatan bacanya

sangat lambat, tidak dapat dikatakan membaca secara efisien. Memang kita harus mencapai

keseimbangan yang baik antara kecepatan dan pemahaman membacanya. Dengan latihan

yang tekun dan terus menerus, kita akan mampu membaca cepat sekaligus mampu

memahami isi bacaan. Apabila kita dalam membaca tidak menanggapi kata demi kata

melainkan menanggapi gagasan yang ada maka dengan sendirinya kecapata membaca kita

akan meningkat.

Hal terahir yang perlu kita ingat dalam perihal kecapatan membaca ialah tidak ada kecepatan

membaca yang merupakan kecepatan terbaik untuk tiap jenis bacaan cerpen dan biografi,

misalnya tidak perlu baca dengan kecepatan yang sama. Dalam sebuah buku pelajaran pun,

meteri-materinya tidak perlu dibaca dengan kecepatan yang sama, kita perlu menesuaikan

kecepatan baca kita dengan tingkat kesukaran bahan dan tngkat pemahaman yang hendak kita

capai (Widyamartaya 1992:29).

700
Dengan membaca cepat kita bias hendajnya bias mendapatkan informasi yang aptual, dengan

membaca bias menembah pngetahuan yang nantinya bias mengubah kita menjai orang yang

berpengetahuan tinggi atau intelektual. Jadi ngan membaca cepat kita akan mampu membaca

cepat sekaligus mampu memahami isi bacaan.

Orang-orang yang tidak mendapatkan bimbingan latihan khususn membaca cepat, sering

mudah lelah dalam membaca karena lamban membacanya, tidak ada gairah membaca, tidak

terbiasa membaca buku da butuh waktu lama untuk menyelesaikan buku yang tipis sekalipun.

Untuk dapat membaca dengan cepat hal-hal yang dapat menghambat kelancaran atau

kecepatan membaca harus dihilangkan.

Membaca cepat bagi orang awam atau seseorang yang tidak mendapatkan latihan khusus

membuat mereka berasa lelah dalam membaca karena lamban dalam membaca. Hal tersebut

dapat diperkuat dengan adanya kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca. Soedarso

(2004:5) hal-hal yang menghambat membaca cepat adalah (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir;

(3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengan jari; (5) regresi; dan (6) subvokalisasi. Lebih lanjut

Nurhadi (2005b:3 1) menyampaikan mengenai hambatan membaca cepat antara lain (1)

menyuarakan apa yang dibaca; (2) membaca kata demi kata; (3) membantu

melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu (ujung pensil, ujung jan); (4)

menggerak-gerakkan kaki atau anggota tubuh yang lain; (5) konsentrasi berpikir terpecah

dengan hal-hal lain di luar bacaan; (6) bergumam-gumam atau bersenandung; (7) kebiasaan

berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub bab, bahkan di tengah-tengah kalimat; (8)

kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang telah dibaca.

Harjasujana (1997) faktor yang mempengaruhi membaca menurutnya, sekurang-kurangnya

ada lima hal pokok yang dapat mempengaruhi proses pemahaman sebuah wacana antara lain

(1) latar belakang pengalaman; (2) kemampuan berbahasa; (3) kemampuan berpikir; (4)

701
tujuan membaca; dan (5) berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat, keyakinan, dan

perasaan.

Selain faktor-faktor di atas, kecepatan membaca juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan

buruk dalam membaca antara lain (1) membaca dengan vokalisasi (suara nyaring); (2)

membaca dengan gerakan bibir; (3) membaca dengan gerakan kepala; (4) membaca dengan

menunjuk baris bacaan dengan jari, pena, atau alat lainnya; (5) membaca dengan mengulang

kata, atau baris bacaan (regresi); (6) membaca dengan subvokalisasi (melafalkan bacaan

dalam batin atau pikiran); (7) membaca kata demi kata; (8) membaca dengan konsentrasi

yang tidak sempurna; (9) membaca hanya jika perlur ditugasi/dipaksa saja (insidental).

Lebih lanjut Pearson (dalam Pamungkas 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan

membaca adalah faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam (internal)

meliputi kompetensi bahasa, minat dan motivasi, sikap dan kebiasaan, dan kemampuan

membaca. Faktor luar (eksternal) dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu (a) unsur dalam

bacaan, dan (b) sifat-sifat lingkungan baca. Unsur dalam bacaan berkaitan dengan

keterbacaan dan faktor organisasi teks. Sifat lingkungan baca berkenaan dengan fasilitas,

guru, model pengajaran, dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hambatan-hambatan dalam membaca cepat antara

lain (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengn jar pena, atau

alat lainnya; (5) regresi; (6) subvokalisasi; dan (7) minat dan motivasi.

Soedarso (2004:19) menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca antara lain (1)

melihat dengan otak karena otak menyerap apa yang dilihat mata serta persepsi dan

interpretasi otak terhadap tulisan yang dilihat oleh mata dapat mempengaruhi pemahaman

tediadap bacaan; (2) menggerakkan mata terarah (fixed) pada suatti sasaran (kata) dan

melompat ke sasaran berikutnya; (3) melebarkan jangkauan matadan lompatan mata yaitu

702
satu fiksasi meliputi dua atau tiga kata; (4) membaca satu fiksasi untuk satu unit pengertian;

dan (5) meningkatkan konsentrasi karena dengan konsentrasi, pembaca menjadi cepat

mengerti dan memahami bacaan.

Nurhadi (2005b:30-32) lebih detail menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca

yaitu (1) menerapkan metode dan teknik membaca; (2) memilih aspek tertentu saja yang

dibutuhkan dalam bacaan sesuai dengan tujuan membaca; (3) membiasakan untuk membaca

pada kelompok-kelompok kata; (4) jangan mengulang kalimat yang telah dibaca; (5) jangan

selalu berhenti lama di awal bans atau kalimat; (6) cari kata-kata kunci yang menjadi tanda

awal dan adanya gagasan utama sebuah kalimat; (7) abaikan kata-kata tugas yang berulang-

ulang seperti yang, di, dari, pada dan sebagainya; (8) jika penulisan dalam bentuk kolom,

arahkan gerak mata ke bawah lurus (vertikal).

Wainwright (2007:33) beberapa cara untuk meningkatkan kecepatan membaca antara tam (1)

menghilangkan regresi karena regresi dapat memperlambat kecepatan membaca; (2)

mengembangkan ritme, cara ini dilakukan untuk menghindari regresi; (3) meningkatkan daya

jangkauan pandang mata dapat dilakukan dengan melihat kata-kata sekaligus, mengenali

kumpulan kata, dan mengubah cara kerja otak dalam menerima informasi; (4) latihan

tachistoscopic atau sering disebut flashing, latihan ini menggunakan perangkat antiregresi.

Secara teoretis, kecepatan membaca dapat ditingkatkan menjadi dua sampai tiga kali lipat dan

kecepatan semula. Dengan mengetahui metode dan teknik mengembangkan kecepatn

membaca, diikuti latihan yang intensif, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk ketika

membaca, dan membiasakan din membaca dengan cepat maka dalam beberapa mingu

kecepatan membaca dapat meningkat.

Membaca ekstensif mempunyai teknik yang berbeda dengan membaca intensif,

karena membaca ekstensif hanya diarahkan pada pemahaman keseluruhan terhadap masalah

atau inti dari isi bacaan yang dibaca, bukan kepada detail-detail bahasa maupun isi cerita

703
yang terperinci sampai sekebil-kecilnya. Membaca ekstensif dibagi menjadi tiga jenis yaitu

membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal

(superficial reading).

5.2.2.1 Membaca Survai

Yang dimaksud survai adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan cara membaca bagian-

bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian buku yang disurvai adalah bagian awal,

bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal (preliminaries) yang disurvai meliputi halaman

judul, kata pengarang, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan abstrak (bila ada). Pada

halaman judul yang disurvai adalah judul buku, pengarang, penerbit, tempat terbit, dan tahun

terbit. Bagian isi yang disurvai meliputi judul tiap bab, subjudul, bagan, diagram, grafik, dan

tabel (bila ada). Bagian akhir buku yang disurvai meliputi simpulan, daftar pustaka, dan

indeks (bila ada). Cara mensurvai bagian-bagian tersebut adalah dengan membuka-buka

bagian-bagian tersebut secara cepat dan menyeluruh dalam sekali pandang. Bagian-bagian

buku yang disurvai dibaca dengan teknik baca layap (skimming,) yaitu membaca secepat

mungkin halaman demi halaman. Survai dilakukan dalam waktu beberapa menit saja dan

merupakan kegiatan awal dari penerapan metode ini.

Tujuan dilakukannya survai adalah untuk mengetahui anatomi buku, mutu buku, dan

gambaran umum isi buku. Anatomi buku merupakan bagian-bagian dari sebuah buku yang

umumnya meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap mensurvai buku diperlukan

untuk tahap berikutnya. Jika tidak melakukan survai, pembaca tidak akan bisa membuat

pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi buku. Survai juga digunakan untuk

mengetahui mutu buku. Buku yang bermutu baik akan mengandung bagian-bagian buku yang

lengkap. Bagian awal dari sebuah buku yang lengkap terdiri atas halaman judul, kata

704
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan sari. Bagian isi dari sebuah buku yang

baik adalah terdapat bab, sub-sub bab, ringkasan yang tersusun secara sistematis. Bagian

akhir dari sebuah buku yang bermutu meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks. Tujuan

lain dari mensurvai adalah untuk mengetahui gambaran umum sebuah buku secara cepat.

Dalam waktu yang singkat pembaca sudah dapat mengetahui buku yang disurvai itu cocok

atau tidak, mengandung informasi-informasi yang dibutuhkan atau tidak. Jika jawabannya

tidak, pembaca tidak perlu meneruskan ke tahap berikutnya. Jika jawabannya ya, pembaca

akan meneruskan kegiatan membacanya pada tahap berikutnya.

5.2.2.2 Membaca Sekilas

Membaca sekilas diistilahkan dengan membaca skimming. Skimming berasal dari

bahasa Inggris to skim yang berarti mengambil kepala susu atau krim dengan sendok atau

menyendok kepala susu. Kepala susu merupakan bagian yang mengental yang berada di atas

setelah semangkok susu yang dipanaskan didinginkan. Kepala susu adalah intisari atau

bagian yang banyak mengandung gizi. Skimming dalam bidang membaca merupakan sebuah

istilah salah satu teknik membaca ekstensif. Istilah lain dari skimming adalah baca layap

(Harjasujana dan Mulyati 1997:64), sekilas (Tarigan 1994:30), dan selintas (Widyamartaya,

2004:44).

Sebenarnya pengertian dasar skimming adalah terbang halaman demi halaman atau

menjelajahi halaman demi halaman bacaan secara cepat. Berdasarkan pengertian tersebut

skimming adalah teknik membaca dengan menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat

untuk memahami atau menemukan hal-hal yang penting. Seorang pembaca yang

menggunakan teknik ini tidak lagi membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan

paragraf demi paragraf, tetapi semua bagian bacaan yang ada pada sebuah halaman, ditatap

secara cepat.

705
Dalam menskim tidak hanya menjelajahi halaman demi halaman secara cepat, tetapi

juga ada yang dicari. Hal yang dicari adalah hal-hal yang pokok atau penting, yaitu ide-ide

pokok. Ide pokok tidak selalu diawal paragraf, tetapi dapat juga terdapat ditengah, diakhir,

atau diawal dan diakhir. Untuk mencari ide-ide pokok pembaca tidak diperbolehkan

membuang-buang waktu. Ia diharapkan butuh waktu beberapa detik atau menit untuk

menskim. Dalam membaca dengan teknik skimming ada falsafah kerja yang dianut, yaitu

“Peras santannya, buang ampasnya atau petik intinya, tinggalkan yang lainnya” (Karlin

1980:40).

Berdasarkan uraian tersebut, skimming merupakan teknik membaca yang dilaksanakan

secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien. Hal itu relefan dengan pendapat

Soedarso (2004:88), yaitu bahwa skimming merupakan teknik membaca efisien.

Teknik membaca skimming digunakan dengan lima tujuan, yaitu mengenal topik

bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan, penyegaran, dan memperoleh kesan umum

(Harjasujana dan Mulyati 1997: 64-65, Soedarsono 2004: 88-89, Widyamartaya 2004: 44,

dan Tarigan 1994: 32). Pertama, yang dimaksud topik bacaan adalah judul buku atau artikel,

judul-judul bab, dan judul subbab. Misalnya pembaca datang ke toko buku untuk mengetahui

buku-buku membaca apa yang terdapat pada toko buku tersebut. Pembaca melihat secara

sekilas judul-judul buku membaca yang terdapat rak khusus buku-buku membaca. Dengan

men-skim buku tersebut, pembaca tahu judul-judul buku apa saja yang tersedia di toko buku

tersebut. Apabila ada buku yang cocok, ia bisa saja mengambil buku tersebut untuk membaca

sekilas daftar isi buku itu guna mengetahui apakah ada judul bab atau subbab yang

diinginkannya.

Skimming dapat diterapkan sewaktu pembaca mencari bahan di perpustakaan. Ia

membaca sekilas kartu katalog atau daftar katalog yang ada di komputer mengenai judul

buku yang tersedia di perpustakaan tersebut. Jika ada buku-buku yang dibutuhkan, ia mencari

706
atau meminjam buku tersebut, kemudian melihat daftar isi untuk menentukan apakah buku

tersebut mengandung pembahasan tentang hal-hal yang dibutuhkan. Apabila ya, bukalah

halaman yang mungkin mengandung informasi yang dibutuhkan secara cepat. Sewaktu men-

skim daftar isi dan tidak menemukan hal-hal yang dicari, pembaca bisa saja men-skim semua

halaman yang ada pada buku untuk meyakinkan bahwa yang dicari memang betul-betul tidak

ada karena ada kemungkinan informasi yang dicari ada di dalam buku, tetapi tidak secara

eksplisit tercantum dalam daftar isi.

Teknik baca layap juga dapat digunakan untuk melihat topik-topik artikel yang ada

pada majalah atau surat kabar. Pembaca dapat membaca layap surat kabar yang dibaca untuk

mencari informasi yang diinginkan. Misalnya, informasi gempa bumi yang terjadi di Yogya.

Ia cukup mencari judul artikel yang ada dalam surat kabar yang dibaca secara sekilas tentang

gempa yang melanda Yogya.

Kedua, opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Pada sebuah bacaan opini belum

tentu ada. Bacaan ilmiah biasanya tidak mengandung opini, tetapi bacaan yang bersifat

populer umumnya ada opininya. Kadang kala pada sebuah surat kabar memuat artikel yang

justru kehadiran opini diwajibkan karena tanpa opini artikel tersebut kurang bermutu

sehingga orang yang ingin mengirim artikel untuk kolom itu diharuskan menampilkan opini-

opini. Opini digunakan untuk menggugah pikiran pembaca untuk berfikir kritis sehingga

pembaca diharapkan dapat memberi umpan baliknya yang berupa tanggapan. Artikel

semacam ini diminati pembaca yang ingin mencari hal-hal yang bersifat sensasi.

Ketiga, untuk mengetahui bagian penting dari sebuah bacaan, pembaca tidak perlu

membaca keseluruhan bacaan. Pembaca cukup membaca dengan sekilas dari atas sampai

bawah untuk menemukan informasi tertentu yang dicari. Informasi yang dicari misalnya

adalah nama peristiwa, tempat peristiwa, nama tokoh, jumlah korban. Jika ingin mengetahui

707
bagian penting, pembaca hanya melihat secara skimming seluruh bacaan dengan menangkap

ide-ide pokok.

Dalam rangka menemukan informasi yang penting dari sebuah bacaan, Tarigan (1990 :

33) memberi petunjuk sebagai berikut.

1. Tentukan dengan jelas informasi atau fakta yang akan dicari atau buatlah

pertanyaan- pertanyaan mengenai informasi yang ada dalam bacaan.

2. Siapkan kata kunci yang tepat untuk menunjuk informasi yang dibutuhkan,

misalnya dalam pertandingan sepak bola kata kunci tersebut adalah menang, seri

atau kalah.

3. Apabila pembaca mencari informasi dalam sebuah buku, sebaiknya pembaca

melihat apakah kata kunci tersebut tercantum dalam indeks. Jika tidak ada,

carilah di bawah subjek yang lebih luas.

4. Lihatlah setiap halaman dengan cepat hanya untuk tujuan mencari kata kunci atau

informasi yang diinginkan.

Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang membentuk menjadi

kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian awal (pendahuluan), isi (pembahasan),

dan akhir (penutup). Bagian awal berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau

masalah yang ingin dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang

ada pada bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk mengetahui

organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca dengan memperlihatkan

bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.

Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi tulisan yang ada

pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok yang terdapat pada bacaan. Untuk

menangkap organisasi tulisan, pembaca memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan

708
ide pokok, dan hubungan antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok, sebuah

bacaan berbentuk kerangka karangan.

Keempat, penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas untuk mengingat lagi

informasi-informasi yang telah disimpan, diperoleh atau diingat. Pembaca melakukan

penyegaran pada waktu pembaca sudah selesai membaca bacaan secara menyeluruh. Tujuan

dilakukan penyegaran adalah untuk memperkuat atau memantapkan informasi-informasi

yang diperoleh pembaca. Caranya adalah dengan menskim halaman demi halaman dengan

memperhatikan informasi-informasi atau hal-hal yang penting yang telah diperolehnya. Pada

metode SQ3R, cara ini sama dengan tahap review atau meninjau kembali.

Penyegaran dapat juga digunakan untuk mempersiapkan ujian atau sebelum

menyampaikan pidato. Pembaca membaca bahan ujian yang sudah pernah dibacanya secara

cepat dengan menangkap kembali informasi-informasi yang ada dalam bacaan yang sudah

pernah dihafal yang mungkin keluar atau ditayangkan pada waktu ujian. Sebelum

menyampaikan pidato, orator lebih dahulu membaca teks pidato yang akan disampaikan.

Sebelumnya teks tersebut telah dibaca dan dihafalkannya. Tujuannya adalah supaya sewaktu

menyampaikan pidato tidak akan lupa mengenai hal-hal yang ingin disampaikan.

Kelima, Kesan umum didapat dari bacaan, baik yang fiksi maupun yang nonfiksi.

Pembaca dapat memperoleh kesan umum dari sebuah novel dengan jalan melakukan

pandangan sekilas dan menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu. Apabila tertarik

hanya pada plot atau sifat umum novel yang dibaca, pembaca memperoleh suatu ide yang

baik mengenai novel tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.

Kesan umum nonfiksi bisa diperoleh dari buku sejarah, biologi, ilmu pengetahuan, seni,

dan lain-lain. Buku-buku tersebut dapat dibaca secara cepat dengan meneliti halaman judul,

kata pengantar, daftar isi, dan indeks. Pembaca akan memperoleh suatu pandangan yang lebih

baik jika mengikuti tahap dengan membuka-buka halaman buku itu dengan cepat, melihat

709
bab dan subbab, gambar, diagram, peta, dan skema. Dengan siasat ini, pembaca dapat

mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau organisasinya, sifat

umum, dan pendekatan terhadap bahan yang ditulis.

Pembaca juga dapat membaca artikel dalam majalah atau rubrik dalam surat kabar dengan

teknik skimming. Yang dapat dilakukan adalah membaca paragraf awal dan paragraf akhir.

Sesudah itu, membaca secara sekilas pilihan tersebut untuk mencari kalmat-kalimat judul dan

petunjuk lainnya mengenai hal-hal penting yang ada dalam bacaan.

Jenis teknik membaca yang termasuk dalam teknik skimming adalah skipping,

sampling, locating, dan previewing. Skipping diartikan sebagai teknik baca lompat, yaitu

membaca dengan loncatan-loncatan. Maksudnya adalah membaca melompat-lompat dari

bagian yang penting, pokok, yang dicari atau dibutuhkan ke begian yang penting berikutnya.

Bagian bacaan yang tidak penting dilompati atau tidak dihiraukan. Skipping digunakan

pembaca untuk menangkap atau memahami ide-ide pokok atau informasi yang penting saja.

Pembaca yang menggunakan teknik ini berarti melakukan ayunan mata dari bagian

bacaan yang penting ke bagian bacaan yang lain. Ayunan mata tidak memakai irama yang

sama. Hal tersebut bergantung pada letak atau jarak bagian yang penting dengan bagian

penting lainnya. Jika pada sebuah paragraf hal yang penting terletak pada kalimat pertama

dan kalimat terakhir, pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat

terakhir. Kemungkinan lain dalam membaca dengan skipping adalah pembaca mengayunkan

matanya dari kalimat pertama ke kalimat pertama pada paragraf berikutnya, dari kalimat

akhir ke kalimat akhir pada paragraf berikutnya, dari kalimat awal ke kalimat tengah pada

sebuah halaman, dari kalimat awal ke kalimat akhir pada sebuah halaman, dari kalimat awal

ke kalimat awal pada halaman berikutnya, dan seterusnya.

Sampling merupakan teknik membaca bagian tertentu bacaan dengan cepat supaya

mendapat gambaran umum dari bacaan yang dibaca. Prinsip yang dianut teknik ini adalah

710
membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah bacaan yang dianggap dapat mewakili

keseluruhan bacaan. Bagian-bagian bacaan yang dianggap dapat mewakili bacaan, yaitu

kalimat inti atau kalimat utama. Kalimat utama umumnya mengandung informasi kunci yang

biasanya terletak pada kalimat pertama dari sebuah paragraf. Untuk itu, penggunaan teknik

ini dipusatkan pada membaca kalimat pertama setiap paragraf. Dengan teknik ini, pembaca

akan mendapatkan gambaran umum sebuah bacaan dengan cepat.

Dalam pengembangan penggunaan teknik ini, pembaca tidak hanya terpaku pada kalimat

pertama dari setiap paragraf. Informasi kunci belum tentu terdapat pada kalimat pertama,

tetapi bisa-bisa saja terdapat pada kalimat kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Disamping

itu, informasi pokok belum tentu berada di setiap paragraf. Adakalanya sebuah paragraf tidak

mengandung informasi kunci. Oleh karena itu, dalam menerapkan teknik sampling pembaca

diberikan keleluasaan untuk membaca bagian-bagian tertentu dari bacaan dengan syarat:

1. bagian-bagian yang dibaca mengandung informasi kunci atau pokok,

2. pembaca memperoleh gambaran umum dari bacaan yang dibaca,

3. dilaksakan dengan sekilas.

Locating merupakan teknik membaca vertikal. Maksudnya adalah mata pembaca

bergerak secara vertikal, yaitu pandangan mata bergerak dari bagian atas ke bawah secara

cepat. Pembaca memusatkan pandangan matanya di bagian tengah bacaan dan bagian kanan

dan kiri tetap dalam jangkauan pandangan mata. Hal ini terjadi karena pembaca selain

mempunyai kemampuan pandang fokus dekat yang disebut rentang pandang mata (eye span),

juga mempunyai kemampuan pandang sekeliling atau daya melihat sekeliling (peripheral

vision). Dengan kedua kemampuan itu, pembaca dapat menggerakkan matanya dari bagian

tengah atas ke bagian tengah bawah secara cepat.

Kemampuan peripheral vision dapat juga digunakan oleh pembaca pada tiap sampai

ujung kalimat yang dengan cepat kembali ke bagian awal baris berikutnya. Pembaca melihat

711
sisi kanan halaman dan tidak dapat melihat secara jelas yang ada pada sebelah kiri halaman.

Walaupun demikian, otak pembaca bisa melihatnya dengan jelas sehingga bisa menuntun

mata pembaca secara tepat ke awal baris berikutnya. Seandainya hal tersebut tidak bisa

dilakukan, pembaca akan banyak menghabiskan banyak waktu dalam membaca kerena

pembaca harus melewati baris-baris yang telah dibaca. Dalam tipografi, kata yang di cetak

tebal atau miring, kata yang dimulai dengan huruf kapital, kepala kalimat, awal paragraf

dibuat untuk membantu menarik perhatian otak dan mata supaya dapat mengenali perbedaan

dalam pergatian bagian.

Penggunaan teknik locating tidaklah mudah karena materi bacaan tidak ditulis secara

vertikal, tetapi secara horisontal dari kiri ke kanan. Mata pembaca diharuskan bergerak secara

diagonal kembali ke kiri untuk membaca garis berikutnya sehingga mata bergerak dengan

pola zig-zag. Kenyataan yang mempersulit penggunaan teknik locating adalah membaca

sepintas hanya akan berkerja optimal apabila pembaca telah menenemukan kata atau frase

kunci. Pandangan mata akan tertuju pada informasi tersebut karena selain bidang pandangan

fokus dekat (eye span), pembaca juga memiliki daya melihat sekeliling.

Previewing merupakan gabungan dari teknik sampling dan locating. Teknik ini

menggunakan teknik sampling dari sisi pemusatan perhatian pada kalimat pertama setiap

paragraf dan memanfaatkan teknik locating dari sisi daya melihat sekeliling. Penggabungan

kedua teknik tersebut digunakan untuk menerima atau mengenali pokok-pokok pikiran yang

penting dengan cepat. Teknik juga dapat digunakan untuk menangkap garis besar materi

bacaan sebelum pembaca menolak untuk membacanya. Kalau hal tersebut dilakukan dapat

menghemat waktu yang banyak.

Pengunaan teknik ini adalah pembaca membaca kalimat pertama pada setiap paragraf dan

pembaca menggunakan kemampuan daya melihat sekeliling pada kalimat-kalimat yang lain

dari setiap paragrafnya. Pembaca mendapatkan ide-ide pokok atau informasi inti dan

712
sekaligus bisa menemukan hal-hal yang diperlukan untuk mendukung ide pokok. Atau

dengan kata lain, disamping menemukan ide pokok, pembaca dapat memperoleh hal-hal yang

diinginkan lainnya. Jadi, pembaca memperoleh hal yang primer dan yang sekunder

5.2.2.3 Membaca Dangkal

Membaca dangkal (superficial reading) adalah sejenis kegiatan membaca untuk

memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang

kita baca. Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara

saksama. Membaca Dangkal (supervisal reading). Membaca dangkal untuk mendapatkan

pemahaman yang dangkal yang bersifat lancer yang tidak mendalam bahasa bacaan.

Membaca dangkal biasanya dilakukan demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang

mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang. Misalnya cerpen.

Membaca dangkal adalah salah satu jenis membaca ekstensif yang bertujuan untuk

memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu

bacaan. Dengan kata lain membaca dangkal merupakan kegiatan membaca yang dilihat dari

segi hasil. Kegiatan membaca ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan,

membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagian. Dalam membaca seperti ini tidak

dituntut pemikiran yang mendalam seperti halnya membaca karya-karya ilmiah.

5.2.3 Membaca Intensif

Membaca intensif pada hakikatnya adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan

terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu bacaan (tugas ) yang pendek kira-

kira dua sampai empat halarnan setiap hari (Tarigan 1994 : 35). Kuesioner, latihan pola-pola

713
kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan

teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini

haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun isinya. Para pelajar atau

mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas

serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut (Brooks dalam Tarigan, 1994:35).

Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989:85-86), membaca intensif ialah suatu aktivitas

membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan ketajaman pikir, merupakan kunci

pemerolehan ilmu pengetahuan. Membaca intensif acap kali agak lambat karena dilakukan

dengan sangat hati-hati dan teliti. Adapun tujuan membaca intensif adalah memahami

keseluruhan bahan bacaan sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya. Menurut Suyatmi dan

Mujiyanto (1989;86), langkah-langkah membaca intensif bisa disimpulkan sebagai berikut;

1. Pembaca menentukan tujuan membaca intensif

2. Pembaca melaksanakan pembacaan secara agak cepat dan cukup kritis sebagai

usaha preview

3. Pembaca melaksanakan pembacaan keseluruhan secara sangat cermat

4. Pembaca melaksanakan self resitasi

5. Pembaca mencari paragraf pendahuluan mengenai maksud penulis, kemudian

mencari paragraf penutup yang berisi penjelasan terhadap maksud tersebut

6. Pembaca memperhatikan baik-baik cara pengarang dalam menentukan ruang

lingkup pembicaraan serta meletakkan tekanan pada informasi yang menunjang

maksudnya

7. Pembaca memperhatikan secara seksama organisasi karangan

8. Pembaca mencari maksud pengarang, baik yang tersurat maupun tersirat di dalam

wacana. Kita gali tema bacaan, persoalan pokok dan detail-detailnya

714
Menurut Haryadi (2006:133), membaca intensif adalah membaca secara teliti untuk

memahami secara mendalam makna bacaan yang digunakan untuk keperluan studi. Membaca

intensif yang termasuk di dalamnya juga membaca pemahaman, mempunyai pengertian

bahwa jenis membaca ini bertujuan memahami isi bacaan. Membaca pemahaman biasanya

dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Membaca pemahaman dikatakan suatu proses

yang kompleks sebab di dalam membaca pemahaman, pembaca melibatkan sejumlah

keterampilan. Membaca intensif diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan

telaah bahasa.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca intensif ialah

kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan memahami keseluruhan isi bacaan, baik yang

tersirat maupun tersurat. Oleh karena itu, dalam membaca intensif pembaca tidak hanya

dituntut untuk sekedar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu

menghubungkan informasi baru yang telah diketahui dengan pengalaman-pengalaman yang

dialaminya.

5.2.3.1 Membaca Telaah Isi

Membaca intensif dibagi menjadi dua jenis, yaitu membaca telaah isi dan membaca

telaah bahasa. Penjenisan tersebut berdasarkan atas jenis bacaan yang dibaca. Membaca

telaah isi adalah membaca bacaan nonsastra dan nonbahasa asing dengan penuh seksama

untuk memperoleh pemahaman secara mendetail, sedangkan membaca telaah bahasa adalah

membaca bacaan dan bahasa asing dan atau sastra dengan penuh seksama untuk memperoleh

pemahaman secara mendetail dan untuk memperkaya kosa kata.

715
Membaca telaah isi menuntut adanya ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta

terampil dalam menangkap ide-ide yang terdapat dalam bahan bacaan. Membaca telaah isi

dibagi lagi menjadi empat jenis yaitu membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis,

dan membaca ide.

5.2.3.1.1 Membaca Teliti

Membaca teliti merupakan membaca yang dilakukan secara seksama. menurut Tarigan

(2008:40-41), dalam kegiatan membaca ini perlu keterampilan-keterampilan berikut ini.

g. Survei cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum.

h. Membaca seksama dan membaca ulang paragraf untuk menentukan kalimat judul

dan perincian-perincian penting.

i. Penemuan hubungan paragraf dengan keseluruhan tulisan membaca teliti mencakup

membaca paragraf dengan pengertian, membaca pilihan yang lebih panjang,

membuat catatan, dan menelaah tugas.

Dalam kegiatan menelaah tugas ini dibantu dengan metode SQ3R.Metode SQ3R

merupakan metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri atas lima

tahap, yaitu survai, question, reading, recite dan review (Tarigan 1990:54). Mula-mula

metode ini dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1946. Metode ini dibuat untuk

kepentingan membaca bacaan yang berupa buku untuk kepentingan belajar. Tampubolon

(1990:170) memberi nama metode SQ3R dengan istilah surtabaku yang merupakan akronim

dari survai, tanya, baca, katakan, dan ulang. Penjelasan dari kelima tahap dalam SQ3R adalah

sebagai berikut.

Survai merupakan kegiatan membaca sepintas hal-hal yang pokok dalam tabel. Hal-

hal pokok yang perlu disurvai adalah judul tabel dan subjudul. Manfaat mensurvai judul

716
adalah untuk memahami pesan secara utuh dan menyeluruh. Pembaca harus meresapi judul

yang disurvai karena judul merupakan ringkasan yang padat tentang informasi yang

disampaikan penulis dalam bentuk tabel.

Questioin (bertanya) merupakan tahap kedua dari metode SQ3R yang berupa kegiatan

pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan perkiraan-

perkiraan pembaca sewaktu melakukan survai. Pertanyaan-pertanyaan dapat muncul karena

keinginan atau hasrat pembaca untuk mengetahui mengenai sesuatu hal yang diperkirakan

terdapat dalam bacaan.

Umumnya, pertanyaan-pertanyaan menanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan judul dan subjudul. Misalnya, ada buku yang berjudul Membaca Efektif dan Efisien.

Kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah berikut ini.

1. Apakah yang dimaksud membaca yang efektif ?

2. Apakah yang dimaksud membaca yang efisien?

3. Apakah yang dimaksud membaca yang efektif dan efisien?

4. Bagaimana caranya membaca efektif?

5. Bagaimana caranya membaca efisien?

6. Apa manfaat membaca efektif dan efisien?

Pertanyaan-pertanyaan itu dicatat atau dihafal. Sebaiknya, pertanyaan-pertanyaan itu

dicatat supaya pembaca tidak lupa dan tidak membebani pembaca untuk selalu mengingat-

ingat pertanyaan sehingga dapat mengganggu konsentrasi pada waktu membaca.

Manfaat melakukan question bagi pembaca sebelum membaca adalah sebagai berikut.

1. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan mengarahkan pembaca untuk

menemukan isi bacaan pada waktu pembaca melakukan tahap reading.

2. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan memotivasi pembaca untuk membaca

dengan sungguh-sungguh karena sudah tahu target yang ingin dicapai.

717
3. Pertanyaan-Pertanyaan yang dibuat akan mengarahkan pikiran pembaca pada

bagian-bagian tertentu dari bacaan yang dibaca. Pembaca dikondisikan berpikir

kritis atas bacaan yang dibaca. Pembaca tidak hanya menerima informasi yang

disampaikan penulis. Jika belum yakin, pembaca boleh meragukan apa yang

dikatakan penulis sambil mencari sumber-sumber lainnya yang dapat meyakinkan

pembaca atau bahkan pembaca tambah ragu atau tidak yakin tentang apa yang

ditulis penulis.

Reading (membaca) merupakan tahap ketiga dari metode SQ3R yang berupa kegiatan

pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dari metode

ini. Tahap sebelumnya (survai end question) dipersiapkan untuk melakukan tahap ini. Apa

yang telah dirintis pada kedua tahap sebelumnya akan direalisasikan pada tahap reading.

Kedua tahap sesudahnya (recite end review) merupakan tindak lanjut dari tahap ini.

Pada tahap ini, pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh, yaitu

membaca bab demi bab dan bagian demi bagian bab. Pembaca biasanya membaca dengan

teliti sambil mencari jawaban dari pertanyaan pada tahap question. Untuk memperlancar

proses membaca, pembaca memfokuskan pada kata-kata kunci, pikiran-pikiran pokok yang

terdapat dalam bacaan, dan simpulan yang dibuat penulis. Jika diperlukan, pembaca bisa

membuat catatan tentang hal-hal yang penting yang telah ditemukannya atau pembaca cukup

berupa menggarisbawahi hal-hal yang penting pada buku.

Dalam membaca, pembaca tidak harus melakukan kecepatan baca yang sama.

Kecepatan baca disesuaikan dengan tujuan membaca dan bacaan. Kecepatan baca bidang

cepat jika yang ingin diperoleh hanya hal-hal tertentu saja atau hal-hal yang penting dan

kecepatan baca lambat (diperlambat) jika yang diinginkan adalah mengetahui semua isi yang

ada pada bacaan. Bagian bacaan yang sukar akan dibaca dengan lambat, bagian bacaan yang

718
sedang dibaca kecepatan sedang, dan bagian bacaan yang mudah dibaca dengan kecepatan

yang tinggi. Dengan cara seperti itu, pembaca melakukan membaca secara fleksibel.

Dengan fleksibilitas baca, pembaca harus pandai memilih model membaca yang

diterapkan, teknik membaca yang digunakan, dan jenis membaca yang dipraktekkan. Model

membaca yang cocok untuk membaca secara fleksibel adalah model membaca campuran.

Model membaca ini menyarankan kepada pembaca untuk membaca dengan cara yang tidak

sama pada setiap bagian bacaan. Gaya (model) yang ditawarkan ada dua. Pertama, gaya

membaca bawah atas untuk membaca bacaan yang sulit atau belum dikenal. Kedua, gaya

membaca atas bawah untuk membaca bacaan yang mudah atau sedang. Kedua gaya

diterapkan bersama-sama pada waktu membaca. Hal tersebut dilatarbelakangi bahwa

kesulitan bagian-bagian bacaan tidak sama. Pilihan teknik membaca juga didasarkan atas

tingkat kesulitan bagian-bagian bacaan, teknik close reading dipilih jika bagian bacaan yang

dibaca tingkat kesulitan bacaan tinggi atau sedang. Teknik skimming dipilih jika bagian

bacaan yang dibaca tingkat kesulitannya mudah. Keberagaman pilihan teknik membaca dapat

dibaca pada bab IV.

Menurut Tarigan (2008:12), pembaca buku termasuk di dalam jenis membaca dalam

hati. Membaca dalam hati dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca intensif dan

ekstensif. Membaca intensif merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami

semua informasi yang ada dalam bacaan, baik yang paling atau pokok maupun yang detail,

dengan cara membaca secara teliti. Membaca ekstensif merupakan jenis membaca yang

bertujuan untuk memahami informasi-informasi yang penting atau pokok yang terdapat pada

bacaan dengan cara membaca secara sepintas. Dari dua jenis membaca itu, membaca buku

termasuk di dalam membaca intensif.

Recite (menceritakan kembali) merupakan tahap keempat dari metode SQ3R yang

berupa kegiatan membaca untuk menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan

719
kata-kata sendiri. Tahap ini dilakukan apabila pembaca sudah merasa yakin bahwa

pertanyaan yang telah dirumuskan pada tahap question bisa dijawab dan dapat menceritakan

dengan benar mengenai bacaan yang telah dibacanya.

Tahap ini dapat dilakukan per subbab, per bab atau setelah bacaan selesai dibaca.

Pertimbangan yang dijadikan dasar adalah kemahiran yang dimiliki pembaca, kebiasaan,

tingkat kesulitan bacaan, dan panjang pendeknya bacaan. Pembaca yang belum mahir lebih

baik melakukan recite tiap subbab, pembaca yang sudah cukup mahir disarankan merecite

tiap bab, dan pembaca yang sudah mahir melakukan recite setelah selesai membaca semua

bab. Recite menyesuaikan dengan kebiasaan pembaca. Ada pembaca yag biasa menceritakan

kembali isi bacaan setelah selesai semua bab dibaca, ada yang selesai tiap-tiap bab, dan ada

juga yang setelah selesai tiap-tiap subbab.

Tingkat kesulitan dan panjang-pendeknya bacaan menjadi menjadi pertimbangan dalam

melakukan recite. Bacaan yang sulit merecitenya setelah selesai membaca pada setiap

subbab, bacaan yang sedang merecitenya setelah selesai membaca setiap bab, dan bacaan

yang mudah mericetenya setelah selesai membaca semua bab. Bacaan yang pendek

menceritakan kembalinya setelah selesai membaca semua, bacaan yang sedang setelah selesai

per bab, dan bacaan yang panjang setelah selesai per subbab.

Pada tahap ini, pembaca tidak boleh membuka-buka buku yang telah dibaca. Pembaca

dalam menceritakan kembali harus sudah hafal mengenai isi bacaan. Ada kemungkinan

pembaca lupa tentang sesuatu hal yang akan diceritakan. Pembaca diberi kesempatan untuk

membaca bagian yang terlupakan. Hal tersebut diperbolehkan supaya tidak mengganggu

tahap berikutnya (review).

Sebaiknya, recite dilakukan secara tulis (tertulis), bukan lisan. Recite tertulis dapat

berupa ikhtisar. Ikhtisar dibuat berdasarkan rambu-rambu berikut ini.

1. Ikhtisar dibuat dengan menggunakan kata-kata pembaca sendiri.

720
2. Ikhtisar dibuat secara singkat, padat, dan jelas yang mencakup butir-butir penting

isi bacaan.

3. Ikhtisar dilakukan tidak berbarengan dengan kegiatan lain, misalnya sambil

membaca atau sambil membuka-buka kembali halaman buku.

(Harjasujana dan Mulyati 1997:212).

Menceritakan kembali isi bacaan (buku) tidak harus hanya menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap question, tetapi dapat dikembangkan. Pembaca bisa

saja menceritakan kembali hal-hal yang mungkin ditanyakan oleh guru atau dosen waktu

ujian dan ditanya teman-temannya sewaktu diskusi.

Bagi pembaca, tahap ini merupakan tahap evaluasi. Pembaca dievaluasi seberapa jauh,

luas atau banyaknya informasi yang telah dicerna melalui kegiatan membaca. Hal tersebut

dapat dilihat dari kecermatan, keteraturan, dan kedalaman dalam menceritakan kembali isi

buku. Pembaca yang telah berhasil adalah pembaca yang dapat bercerita secara cermat,

teratur, dan rinci. Sebaliknya, pembaca yang belum berhasil adalah pembaca yang tidak dapat

bercerita secara cermat, teratur, dan rinci.

Review (meninjau kembali) merupakan tahap akhir dari metode SQ3R yang berupa

kegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami.

Meninjau ulang tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang merupakan kegiatan

membaca untuk mengulang membaca bacaan yang telah dibaca secara teliti, sedangkan

meninjau ulang merupakan kegiatan untuk melihat-lihat bagian-bagian bacaan secara secepat

kilat. Bagian yang ditinjau ulang misalnya judul, subjudul, gambar, diagram, dan pertanyaan-

pertanyaan yang ada pada buku.

Meninjau kembali bacaan diperlukan untuk menyegarkan kembali ingatan atas

informasi-informasi yang telah diperoleh pada waktu membaca. Tahap ini berguna dalam

721
membantu pembaca mengingat-ingat dan mengeluarkannya pada waktu ujian. Disamping itu,

review bermanfaat untuk mengecek barangkali ada hal-hal yang penting terlewati.

Pada tahap ini, pembaca yang sudah mahir tidak sekedar merasa yakin telah

menguasai semua isi yang ada dalam buku, tetapi pembaca juga merenungkan dan

memikirkan benar-tidaknya informasi-informasi yang disampaikan penulis, kelebihan dan

kelemahan buku yang dibaca, kritik dan saran yang bisa disampaikan untuk

menyempurnakan buku yang dibaca.

Agar hasil baca dari metode SQ3R terpelihara dengan baik, perlu ditulis dalam kartu

baca. Nama lain kartu baca menurut Tampubolon (1990:173) adalah kartu rangkuman pokok

bacaan studi. Hal-hal yang dicatat dalam kartu baca adalah sebagai berikut:

1. nama pengarang, judul buku, tahun terbit, tempat terbit, dan penerbit,

2. topik atau judul bacaan,

3. ringkasan mengenai pokok-pokok penting isi bacaan dengan bahasa pembaca

sendiri,

4. kutipan lengkap bagian informasi atau pernyataan yang dipandang penting

dengan disertai keterangan sumber otentik (tahun terbit dan halaman).

Manfaat yang dapat diperoleh dalam menggunakan metode SQ3R ada lima. Pertama,

pembaca dilatih membaca secara sistematis. Kelima tahap dalam SQ3R dilaksanakan secara

sistematis mulai dari survai sampai dengan review. Informasi-informasi yang didapat dari

buku secara bertahap. Kedua, membaca akan memperoleh pemahaman yang komprehensif

dan tahan lama. Semua bagian-bagian buku dibaca mulai dari halaman judul sampai daftar

pustaka atau indeks. Pemahaman yang diperoleh akan tahan lama tersimpan di dalam otak

karena diperoleh dengan menggunakan cara yang bertahap.

Ketiga, pembaca akan dapat menentukan secara cepat apakah buku yang dihadapinya

sesuai dengan yang diperlukan atau tidak. Jika buku tersebut diperlukan, pembaca akan

722
meneruskan membacanya. Jika buku itu tidak diperlukan, pembaca akan beralih pada bacaan

lain yang sesuai kebutuhannya. Pembaca dapat mengetahui hal tersebut setelah selesai

melakukan survai. Contohnya adalah jika pembaca diberi tugas mencari pengertian metode

SQ3R, tahap-tahap penggunaan, dan manfaat menggunakan SQ3R. Buku yang dihadapi

untuk dibaca adalah buku yang berjudul Membaca 2 karangan Harjasujana dan Mulyati.

Buku tersebut disurvai pada daftar isi. Dalam daftar isi terdapat judul bab metode SQ3R pada

bab VIII. Sub-sub bab pada bab VIII berjudul pengertian, tahap-tahap, dan manfaat SQ3R.

Dari hasil survai tersebut pembaca dapat menentukan bahwa buku itu diperlukan sehingga

pembaca melakukan tahap berikutnya.

Keempat, pembaca diberi kesempatan untuk membaca secara fleksibel. Pengaturan

tempo membaca tiap-tiap bagian bacaan tidak selalu harus sama. Tempo baca akan

diperlambat jika membaca hal-hal yang belum diketahuinya atau bacaannya sulit. Pembaca

akan mempercepat tempo bacanya jika membaca hal-hal yang sudah diketahui atau

bacaannya mudah.

Kelima, pembaca membaca secara efektif dan efisien. Keefektifan membaca dapat dilihat dari

tercapainya kegiatan membaca sesuai dengan tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dalam

membaca buku dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Untuk mencapai tujuan, pembaca

melakukan serangkaian tahapan yaitu reading, recide, dan review sehingga tujuan baca akan

bisa tercapai dengan baik. Keefisien membaca dilihat dari sisi waktu yang dibutuhkan dalam

membaca. Waktu baca dari sebuah buku dengan metode SQ3R relatif cepat. Pembaca sudah

mempunyai tahap-tahap yang pasti dan persiapan yang mantap untuk membaca sehingga

akan mempercepat proses membaca buku. Pembaca tidak akan mengulang bacaan yang telah

dibaca. Di samping itu, pembaca melaju dengan penuh keyakinan

5.2.3.1.2 Membaca Pemahaman

723
Membaca pemahaman merupakan membaca yang dilakukan secara cermat yang

digunakan untuk memperoleh pemahaman (sepenuhnya) atas suatu bahan bacaan. Pembaca

mengenal, menangkap, dan memahami informasi-informasi yang terdapat dalam bacaan

secara tersurat (eksplisit). Pembaca hanya menangkap informasi-informasi yang terletak

secara jelas dalam bacaan. Informasi secara eksplisit terdapat dalam baris-baris. Pembaca

tinggal menangkap makna-makna tersebut, tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi

(implisit) atau makna dibalik baris-baris. Nurhadi (2004:57) memberi nama membaca literal.

Menurut Ferr dan Roser (1979:359) yang dapat dilakukan oleh pembaca dengan

menggunakan teknik ini ada dua, yaitu:

1. Pembaca memahami organisasi, hubungan ide-ide bawahan dan ide-ide utama.

2. Pembaca merangkaikan informasi yang baru diperoleh ke dalam suatu kerangka

yang telah ada.

Ciri-ciri pembaca yang menggunakan teknik close reading adalah sebagai berikut:

1. Pembaca menerapkan keterampilan pemahaman pada tingkat yang rendah

(dasar).

2. Pembaca hanya menerima (memahami) apa yang ada pada tulisan.

3. Pembaca hanya memahami makna secara tersurat.

4. Pembaca hanya mengingat-ingat informasi yang ada dalam bacaan, yaitu tentang

siapa, apa, di mana, tentang hal yang ada pada bacaan.

5. Pembaca tidak berpikir kritis dalam menerima informasi yang ada pada bacaan.

Agar dapat berhasil dalam menggunakan teknik ini, pembaca harus memperhatikan hal-

hal berikut ini.

1. Pembaca harus sudah mempunyai keterampilan-keterampilan yang diperlukan

untuk membaca dengan teknik close reading.

724
2. Pembaca menerapkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk

membaca dengan teknik ini secara bertingkat sesuai tingkatan keterampilan yang

dibutuhkan atau sesuai urutan keterampilan.

3. Pembaca mempunyai tujuan dalam membaca yang dirancang sebelum melakukan

kegiatan membaca.

Tujuan yang diinginkan oleh pembaca pada umumnya adalah mencari dan memperoleh

informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi dan makna bacaan. Tujuan yang lain

selain tujuan umum adalah tujuan khusus.

Tujuan khusus meliputi:

1. menemukan rincian atas fakta-fakta yang terjadi dalam bacaan,

2. memperoleh ide-ide pokok yang ada pada bacaan,

3. memperoleh informasi (ide) lain atau tambahan yang ada dalam bacaan,

4. menemukan urutan atau susunan organisasi cerita yang ada dalam bacaan.

Teknik ini perlu dilatihkan terutama untuk pembaca yang sedang belajar karena teknik

ini merupakan teknik yang digunakan untuk membaca telaah atau membaca studi. Dengan

teknik ini, hal-hal yang diperoleh bersifat informatif. Pembaca membaca bacaan yang

mengandung informasi-informasi yang diperlukan pelajar untuk memperoleh dan atau

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperlukan.

Membaca pemahaman melatihkan kemahiran pembaca dalam hal:

1. memahami makna kata,

2. memahami makna frase,

3. memahami makna kalimat,

4. memahami makna paragraf,

5. memahami makna unsur detail,

6. menangkap unsur perbandingan,

725
7. menangkap unsur urutan,

8. menangkap unsur sebab akibat,

9. memahami (menjawab) apa, siapa, kapan, dan dimana,

10. menyatakan kembali unsur perbandingan,

11. menyatakan kembali unsur urutan,

12. menyatakan kembali unsur sebab akibat.

5.2.3.1.3 Membaca Kritis

Membaca kritis adalah jenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh

tenggang hati, mendalam, evaluasi, analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan (Albert let a

II 1961b:1)

9. Memahami maksud penulis

10. Memahami organisasi dasar tulisan

11. Dapat menilai penyajian penulis

12. Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-hari.

Setelah mengetahui topik-topik bacaan, biasanya pembaca melanjutkan membaca

untuk mengetahui maksud penulis terhadap permasalahan yang dibahas. Cara yang efektif

dan efisien untuk mendapatkannya adalah cukup dengan membaca paragraf awal dan

akhir. Paragraf awal sebuah bacaan umumnya mengandung pokok-pokok pikiran yang

diuraikan pada paragraf berikutnya (paragraf isi). Semua pendapat yang akan diuraikan

berikutnya ditulis pada paragraf awal. Artikel yang seperti itu merupakan bacaan yang

bersifat deduktif. Penulis boleh saja menampilkan ringkasan pendapatnya pada akhir

bacaan. Pendapat yang diungkapkan pada akhir bacaan biasanya berupa simpulan. Bacaan

yang demikian merupakan bacaan yang bersifat induktif. Disamping kedua cara tersebut,

726
pembaca bisa juga menemukan opini pada awal dan akhir bacaan karena penulis artikel

menampilkan opini pada awal bacaan dan diulang diakhir bacaan dalam bentuk simpulan.

Bacaan tersebut dinamakan bacaan yang bersifat deduktif – induktif.

Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang membentuk

menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian awal (pendahuluan), isi

(pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal berisi pengantar, latar belakang, alasan,

tujuan, dan atau masalah yang ingin dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi

tentang hal-hal yang ada pada bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran.

Untuk mengetahui organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca

dengan memperlihatkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.

Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi tulisan

yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok yang terdapat pada

bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan, pembaca memahami urutan ide-ide pokok,

cara mengurutkan ide pokok, dan hubungan antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas

ide-ide pokok, sebuah bacaan berbentuk kerangka karangan.

5.2.3.1.4 Membaca Ide

Membaca ide adalah kegiatan pembaca yang ingin mencari, memperoleh serta

memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Kemudian menurut Anderson (1972)

sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2008:117) membaca ide merupakan kegiatan membaca

yang bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:

a) mengapa hal itu merupakan judul atau topic yang baik.

b) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut.

c) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.

727
Dalam mencari ide-ide dalam suatu bacaan kita dapat menikmati keunikaan yang

terkandung dalam bacaan tersebut. Keunikan dari ide-ide tersebut kadang kala membuat

pembaca berimajinasi dengan pikirannya. Dengan adanya kegiatan tersebut muncul ide-ide

baru dari hasil kegiatan membaca ini.

Ide dalam sebuah bacaan terkandung dalam paragraf yang disebut ide pokok. Dalam

bahasa Indonesia, ide pokok bersinonim dengan istilah pikiran utama, pokok pikiran, kalimat

pokok, yang semuanya mempunyai arti yang sama serta mengacu pada pengertian kalimat

topik. Gagasan pokok yang menjadi bahasan sebuah paragraf disebut pokok bahasan atau

topik (Sakri 1992:3). Dalam sebuah paragraf pastilah terdapat kalimat pokok atau kalimat

utama, kalimat tersebut merupakan kunci dan pokok bahasan.

Zainuddin (1992:46) paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung ide untuk

mengungkapkan buah pikiran yang dapat berupa satu atau beberapa kalimat. Buah pikiran

tersebut dapat diuraikan ke dalam beberapa kalimat. Namun, pada umumnya dalam suatu

paragraf terdapat satu ide pokok atau gagasan pokok yang dijabarkan sehingga terdapat

pikiran utama dan pikiran penjelas. Pikiran utama biasanya terdapat pada awal paragraf,

tengah paragraf, awal dan akhir paragraf atau pun terdapat pada seluruh paragraf.

Hal senada juga disampaikan oleh Mustakim (1994:112) paragraf sebagai suatu bentuk

pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Dalam praktiknya,

paragraf terkadang hanya terdiri dan beberapa kalimat atau pun hanya satu kalimat. Namun,

jumlah kalimat tersebut bukanlah menjadi ukuran dalam penyebutan paragraf. Hal tersebut

karena yang terpenting dalam sebuah paragraf adalah kesatuan gagasan yang

diungkapkannya.

Paragraf adalah bagian bacaan yang mengandung satu satuan gagasan, yang biasanya disebut

dengan ide pokok paragraf (Nurhadi 2005b:69). Lebih lanjut menurut Nurhadi, beberapa

728
teinpat kalimat utama atau ide pokok antara lain (1) ide pokok di awal paragraf (kalimat

pertama); (2) ide pokok di akhir kalimat (kalimat penutup); (3) kalimat topik terdapat pada

kalimat pertama dan terakhir; (4) ide pokok menyebar di seluruh paragraf.

Haryanta (2008) mengungkapkan, inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang

secara struktural maknawi membawakan gagasan yang lain. Oleh karena itu, inti atau ide

pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain

mengubordinasi gagasan kalimat.

Soedarso (2004:66) paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan. Satu

paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Paragraf

merupakan jalan yang ditempuh oleh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya. Hal ini

dimaksudkan untuk memudahkan membaca. Dalam satu paragraf ada kalimat pokok atau

kalimat kunci. Kalimat itu mengandung ide pokok paragraf. Kalimat lainnya adalah kalimat

pendukung, yang menguraikan, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan

contoh-contoh ide pokok.

Gagasan utama atau ide pokok dalam paragraf merupakan gagasan pokok yang

terkandung dalam paragraf. Gagasan utama atau ide pokok paragraf biasanya terdapat dalam

kalimat utama. Kalimat utama pada umumnya berupa kalimat yang pertanyaannya paling

umum dalam sebuah paragraf. Dilihat dari segi tempatnya kalimat utama pada umumnya

berada pada awal atau akhir paragraf. Gagasan utama atau ide pokok dapat ditemukan dengan

menghilangkan bagian atau membuang bagian yang tidak penting.

Karena masih bersifat umum, gagasan utama atau ide pokok perlu penjelasan atau

rincian. Rincian inilah yang disebut dengan gagasan penjelas. Gagasan penjelas dapat berupa

rincian, contoh, perbandingan, atau pertentangan. Dalam suatu wacana biasanya terdapat

beberapa kalimat topik yang berasal dari pengembangan paragraf demi paragraf. Satu

729
paragraf hanya mengandung satu kalimat topik. Secara garis besar teknik pengembangan

paragraf ada dua macam. Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan

kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas, sehingga di

depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua,

dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logis, sehingga

pernyataan tadi merupakan sesuatu yang meyakinkan.

Dalam praktik pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi

beberapa cara yang lebih praktis, diantaranya dengan (a) memaparkan hal-hal yang khusus

(umum-khusus/khusus-umum); (b) memberikan contoh; (c) menampilkan fakta-fakta; (d)

memberikan alasan-alasan; dan (e) dengan perbandingan, definisi luas, atau campuran

(Wagiran dan Doyin 2005:57).

Soedarso (2004:64-65) menjelaskan bahwa ide pokok dapat ditemukan di semua

bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab

mempunyai ide pokok yang agak spesifik. Setiap bab terbagi lagi menjadi bagian bab yang

mempunyai ide pokok yang lebih spesifik lagi dan setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf

yang mengandung ide pokok yang amat spesifik.

Untuk memudahkan Anda mendalami sebuah buku, hendaklah Anda selalu

menemukan ide pokok pada setiap buku yang meliputi: (1) ide pokok buku keseluruhan; (2)

ide pokok bab; (3) ide pokok bagian bab/sub-bab; dan (4) ide pokok paragraf. Jika ide pokok

sulit dikenali, Anda perlu membaca semua detail secara hati-hati agar lebih mudah

memahami. Jika ide pokok sudah Anda dapatkan, Anda dapat menjabarkan detail yang

mendukung atau Anda dapat membaca detail itu dengan kecepatan yang tinggi.

Menurut Nurhadi (2004:69) tujuan membaca adalah menangkap gagasan utama atau

ide pokok yang melandasi pengembangan bacaan itu. Maksudnya adalah ide-ide yang

730
membangun keseluruhan bacaan. Pada dasarnya sebuah teks bacaan yang utuh adalah sebuah

bangun yang terdiri atas gagasan-gagasan yang lebih kecil. Untuk menangkap ide dasar itu

secara cepat yang terpenting bagi seorang pembaca adalah menyerap ide-ide yang lebih kecil.

Ide pokok paragraf, misalnya. Untuk ini ada semacam petunjuk atau indikator dalam

mengenalinya.

Ide pokok paragraf pada umumnya berada pada kalimat-kalimat topik (kalimat

utama). Kalimat ini yang biasanya menjadi tumpuan pengembangan paragraf. Oleh karena

itu, untuk menemukan ide pokok paragraf ini, caranya adalah dengan mencari kalimat utama.

Setelah itu, pembaca bisa mengabaikan kalimat yang lain. Tempat kalimat utama atau kalimat

topik biasanya dapat dilacak di beberapa tempat, yaitu:

5) Kalimat topik di awal paragraf (kalimat pertama)

Membaca kalimat pertama, kemungkinan ide pokok itu ada di awal paragraf. Paragraf

induktif biasanya berciri demikian. Simpulan dulu baru penjelasan.

Contoh:

Sikap orangtua yang tak mau mengoreksi diri sendiri, tidak mau menatap dan

menerima kenyataan, terasa sangat merugikan kehidupan remaja. Hal ini merupakan

sumber terciptanya jurang pemisah antara anak dan orangtua. Jembatan akan sulit

dibentuk karena orangtua tidak mau meninggalkan pendiriannya. Padahal lingkungan

anak semakin menjauh dan berusaha membantu dunianya sendiri. Sering terjadi gadis

yang hamil, nekad bunuh diri sebab dia yakin orangtua tak akan menerima.

6) Kalimat topik ada pada akhir kalimat (kalimat penutup)

731
Bila tidak ditemukan pada kalimat pertama, maka pembaca dapat mencari pada kalimat

yang terakhir. Paragraf deduktif, pada umumnya berciri demikian. Penjelasan dulu, baru

kemudian simpulan. Simpulan ini tertampung pada kalimat terakhir.

Contoh:

Pertama ada rasa keinginan anak-anak untuk meniru. Kedua ada rasa keinginan

anak-anak untuk diberi tahu. Yang ketiga ada rasa keinginan anak-anak untuk

mengekspresikan dirinya (emosinya). Akantetapi, kegiatan mendongeng dewasa ini

sangat dikhawatirkn kesinambungannya seakanakan aktivitas itu hampir tidak pernah

dilakukan. Agaknya jarang para orangtua atau para guru menyempatkan dirinya untuk

bercerita atau mendongeng buat anak-anaknya apalagi untuk anak-anak didik. Padahal

sesungguhnya dengan bercerita orangtua pendidik telah melakukan proses kreatif,

yang bisa menumbuhkan dunia lain.

7) Ide pokok terdapat pada kalimat pertama dan terakhir. Pembaca dapat mencari pada

gabungan antara kalimat pertama dan kalimat terakhir, jika prosedur kedua juga gagal.

Contoh:

Kucing membutuhkan lemak. Lemak diambil dari vitamin yang mengandung lemak

di usus. Pemakan tumbuh-tumbuhan dan pemakan segala dapat membuat asam

arachidon dari asam linol. Namun, kucing tidak dapat begitu. Kucing memperoleh asam

lemak dari lemak binatang. Tanpa adanya asam lemak, bulunya akan rontok dan gairah

seksualnya akan menurun. Kucing juga membutuhkan serangkaian zat, untuk

keseimbangan struktur jaringan, dan untuk menahan tubuh terhadap tekanan udara.

8) Ide pokok paragraf menyebar di seluruh paragraf. Jika tidak menemukannya melalui

prosedur satu, dua, dan tiga, maka pembaca harus mencari ide pokok sendiri, sebab ide

732
pokok menyebar di seluruh paragraf. Artinya pengarang hanya menyatakan ide pokok

secara implisit. Pembaca sendiri yang harus membuat simpulan.

Contoh:

Kalau jarak jauh, sekali waktu Anda akan ketemu dengan kondektur. Nah, ini

bergantung pada besar kecilnya nyali yang Anda punyai. Kalau perasaan bersalah

nongol di hati, ya berterus teranglah kepada kondektur. Bilanglah, Anda cuma naik

untuk jarak dekat. Maka 200 rupiah pun cukup menyelamatkan Anda (berombongan,

bisa korting). Kalau nyali Anda besar berdiam dirilah. Hanya dua kondektur untuk

seluruh gerbong, sehingga sulit bagi kondektur untuk membedakan penumpang yang

baru naik dengan karcisnya yang sudah diperiksa. Kalau kondektur berteriak “karcis-

karcis”, cukup pura-pura tidak mendengar. Kalau kondektur menyentuh Anda tataplah

mukanya dengan tenang, sambil berkata: “Sudah pak”. Kondektur akan mafhum, sebab

seperti pegawai lain, ia ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, dan penuh

perdamaian.

Tarigan (2009:25-28) mengatakan bahwa berdasarkan letak ide pokoknya paragraf

dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) paragraf yang berpolakan umum-khusus (deduktif); (2)

paragraf yang berpolakan khusus-umum (induktif); dan (3) paragraf yang berpolakan

campuran, seperti umum-khusus-umum dan khusus-umum-khusus.

Pertama, paragraf yang berpolakan umum-khusus (deduktif). Kerangka paragraf yang

termasuk dalam kategori deduktif adalah sebagai berikut.

4) transisi (berupa kata), kalimat topik, dan kalimat pengembang;

5) transisi (berupa kalimat), kalimat topik, dan kalimat pengembang;

6) kalimat topik dan kalimat pengembang.

733
Kedua, paragraf berpolakan khusus-umum (induktif). Kerangka paragraf yang

tergolong dalam kategori induktif adalah kalimat pengembang dengan kalimat topik.

Ketiga , paragraf yang berpolakan campuran, seperti umum-khusus-umum dan

khusus-umum-khusus. Kerangka paragraf yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagai

berikut.

3) transisi (berupa kata atau kalimat), kalimat topik, dan kalimat pengembang.

4) kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas.

Paragraf yang berpola umum-khusus, dengan atau tanpa transisi (berupa kata atau

kalimat), terdiri atas bermacam-macam jenis. Beberapa diantaranya, yaitu paragraf deduksi,

paragraf induksi, dan paragraf campuran.

4) Paragraf Deduksi

Paragraf deduksi adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal paragraf.

Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan pemaparan atau pun deskripsi sampai

bagia-bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang bersifat umum menjadi jelas.

Contoh:

Harga sebagian barang pokok bergerak naik. Beras seminggu lalu berharga

Rp5.000,00/kg. Gula pasir melonjak dari Rp5.500,00/kg menjadi Rp6.500,00/kg.

Minyak kelapa mengalami kenaikan yang sangat tinggi mencapai Rp12.000/liter dari

sebelumnya Rp7.500,00. Terigu kini mencapai Rp7.000,00/kg, sedangkan minggu lalu

masih Rp5.000,00.

5) Paragraf Induksi

Paragraf induksi adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di akhir paragraf.

Paragraf dimulai dengan penjelasan bagian-bagian kongkret atau khusus yang

734
dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang. Berdasarkan penjelasan itu,

pengarang sampai pada simpulan umum yang dinyatakan dengan kalimat topik pada

bagian akhir paragraf.

Contoh:

Jam meja yang biasanya berdering pukul 08.00 untuk membangunkan aku sekali ini

membisu karena lupa diputar. Akibatnya, aku terlambat bangun. Cepat-cepat, aku pergi

ke kamar mandi. Ternyata, sabun mandi pun sudah habis, lupa membelinya kemarin

sore. Mau sarapan, nasi hangus. Mau berpakaian, semua baju kotor sehingga terpaksa

memakai baju bekas kemarin. Tambahan lagi, sewaktu menunggu kendaraan umum

untuk pergi ke kantor, kendaraan selalu penuh. Akhirnya, dapat yang kosong.

Malangnya, kendaraan mogok di tengah jalan. Turun dari kendaraan baru melangkah

dua-tiga langkah disambut hujan lebat bagai dicurahkan dari langit. Amboi, tidak hanya

terlambat dan badan basah kuyup, tetapi di kantor dapat omelan dari “boss”. Sungguh

sial benar nasibku hari itu.

6) Paragraf Campuran

Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada kalimat

pertama dan kalimat terakhir. Paragraf dapat dimulai dengan kalimat topik disusul

dengan kalimat pengembang dan diakhiri kalimat penegas.

Contoh:

Gengsi irama dangdut semakin meningkat. Bila dahulu irama ini dianggap

kampungan, peralatan asal ada dan tempat pertunjukkannya pun di daerah pinggiran,

kini suasana berubah. Irama dangdut tidak lagi dianggap sebagai kampungan.

Peralatannya lengkap, megah, dan modern tidak kalah dengan peralatan grup musik

735
pop. Artis-artisnya tidak kalah hebat dari artis grup musik terkenal, baik dalam cara

berpakaian, bergaya maupun dalam suara. Irama dangdut sudah biasa muncul di pesta-

pesta besar, di gedung-gedung megah. Bahkan, irama dangdut muncul dari tempat-

tempat mewah, seperti hotel, klub malam, dan mobil-mobil mewah. Jelaslah bahwa

irama ini sudah menembus kaum “gedongan” dan kampus.

Sebuah bacaan umumnya memiliki gagasan pokok dan gagasan penjelas. Gagasan

pokok suatu paragraf merupakan ide pokok yang terkandung dalam paragraf. Sebuah paragraf

tidak akan sempurna jika hanya memiliki ide pokok saja tanpa adanya gagasan penjelas.

Nurhadi (2004:72) menjelaskan untuk mengetahui apakah kalimat dalam suatu paragraf

mengandung ide pokok atau penjelas, dapat diketahui dengan melihat kata-kata kunci yang

mengawali kalimat tersebut. Berikut ini deretan kata-kata kunci itu.

Tabel 1

Kata Kunci Ide Pokok dan Gagasan Penjelas

736
Mengandung Ide Pokok Sebagai penjelas

(penunjang gagasan)

1. Sebagai kesimpulan… 1. Dengan kata lain…

2. yang penting adalah… 2. Atau bisa dikatakan…

3. Ingat hal ini…. 3. Pendapat itu ditunjang oleh…

4. Yang saya maksudkan 4. Sebagai contoh adalah…

adalah…. 5. Sebagai ilustrasi…

5. Inilah yang penting…. 6. Sebagai perbandingan…

6. Jangan lupa… 7. Menjelaskan hal itu….

7. Kalimat-kalimat 8. Lebih lanjut….

pernyataan ide… 9. Pengulangan-pengulangan kata

sebelumnya

Setelah mengetahui kata-kata kunci ide pokok paragraf, selanjutnya adalah cara

menemukan ide pokok dalam paragraf. Untuk menemukan ide pokok, seseorang harus

melakukan latihan. Latihan tersebut meliputi (1) latihan menemukan letak ide pokok dalam

paragraf; (2) latihan yang menyatakan ide pokok sebuah paragraf; (4) latihan menemukan

ide pokok dengan kecepatan membaca tinggi.

Setelah mengetahui kata-kata kunci ide pokok paragraf, selanjutnya adalah cara menemukan

ide pokok dalam paragraf. Untuk menemukan ide pokok, seseorang harüs melakukan latihan.

Latihan tersebut meliputi

e) latihan menemukan letak ide pokok dalam paragraf

f) latihan menyatakan ide pokok sebuah paragraf;

g) latihan menangkap maksud paragraf;

737
h) latihan menemukan ide pokok dengan kecepatan membaca yang tinggi.

Hayon (2007:59) memaparkan bagaimana cara untuk mengetahui ide pokok paragraf secara

cepat dan tepat yaitu pembaca terlebih dahulu hams memiliki pengetahuan dasar mengenai

penyusunan sebuah paragraf. Pengetahuan tersebut diantaranya :

e) mengetahui letak-letak kalimat utama, kalimat utama biasanya terletak pada awal

paragraf (pada kalimat pertama atau kedua), bagianbagian akhir (pada kalimat terakhir

atau kedua dan terakhir), dan gabungan (pada bagian awal dan akhir);

f) mengetahui ide pokok, biasanya berbentuk kata atau frase, kadangkala ide pokok terlihat

jelas atau tersurat, tetapi ada juga yang tersirat;

g) mengetahui cara menentukan ide pokok, ide pokok dapat dilihat dan kata pada kalimat

utama yang diulang kembali, diganti dengan kata ganti persona atau kata yang sama arti,

dan diikuti kata ganti penunjuk pada kalimat-kalimat penjelas;

h) mengetahui ide-ide penjelas yang terdapat pada kalimat-kalimat penjelas. Dengan

mengetahui ide pokok suatu paragraf, pembaca dapat mengikuti cara berpikir dan seorang

penulis.

Penulis dalam mengungkapkan idenya, biasanya dalam bentuk satu atau dua kalimat.

Kalimat-kalimat tersebut merupakan pokok pikiran penulis untuk menyampaikan sesuatu.

Dalam menyampaikan sesuatu, penulis menyertakan topik paragraf karena topik itu menjadi

subjek pembicaraan. Namun, sering kali ide pokok tidak dapat diketahui dengan mudah,

karena tidak se1manya ide pokok selalu tersurat dalam sebuah kalimat. Untuk memudahkan

dalam menemukan ide pokok, dapat dilakukan dengan cara (1) menemukan topik terlebih

dahulu; (2) tanyakan pada diri Anda dengan sejumlah pertanyaan, Apa ide pokok paragraf ini

apa sebenarnya yang ingin penulis katakan dengan topik seperti ini? Kalimat mana yang

menyatakan ide pokok itu? (Nuriadi 2008:149). Dalam hal ini, pembaca dituntut berpikir

kritis dalam memahami isi suatu bacaan.

738
Dan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara untuk menemukan ide pokok

dapat dilakukan dengan cara :

4) terlebih dahulu mengetahui topik dalam bacaan;

5) dapat menggunakan kata kunci sesuai dengan tabel di atas,yaitu kata kunci untuk

mengetahui mana yang termasuk ide pokok atau hanya sebagai kalimat penjelas saja.

6) mengetahui letak-letak ide pokok dalam suatu paragraf.

5.2.5.2 Membaca Telaah Bahasa

Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa asing dan membaca sastra.

Tujuan membaca bahasa asing dalam tataran rendah adalah memperbesar daya kata

(increasing word power) dan mengembangkan kosa kata (developing vocabulary. Dalam

tataran yang lebih tinggi tentu saja bertujuan mencapai kefasihan (fluency). Membaca sastra

(literary reading) merupakan kegiatan membaca karya-karya sastra, baik dalam hubungannya

dengan kepentingan apresiasi maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi atau

kepentingan pengkajian.

Dalam karya sastra unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasik karya sastra.

Unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasil karya sastra. Unsur keindahan antara

bentuk dan isi pada karya sastra mempengaruhi keserasian, keharmonisan pada hasil karya

sastra. Oleh karena itu penguasaan teknik membaca sangatlah dibutujkan. Selain membaca

teknik yang tepat kita menelaah tang terkandung dalam bahan bacaan.

739
Soedjono (1983:109-124) berpendapat bahwa kegiatan membaca sebagai suatu keterampilan,

membaca dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain membaca bahasa, membaca

cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknik, membaca emosional dan membaca bebas.

Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan. Dalam hal mi

mementingkan segi bahasa bacaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian pikiran

dengan bahasa, perbendaharaan yang meliputi kosa kata, struktur kalimat dan ejaan.

Membaca teknik adalah membaca dengan menguraikan bacaan secara wajar, Wajar

maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran perasaan dan kemampuan yang

tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan baik. Membaca ermosional adalah

sebagai sarana untuk memasuki perasaan, yang dimaksud membaca emosiohal adalah

keindahan isi d keindahan bahasanya.

740
Keterbacaan

1. Pengertian Keterbacaan

Keterbacaan merupakan alih bahasa dari “readability”. Bentuk readability merupakan

kata turunan yang dibentuk oleh bentukdasar readable. Artinya “dapat dibaca” atau

“terbaca”. Konfiks ke-an pada bentuk “keterbacaan” mengandung arti “hal yang berkenaan

dengan apa yang disebut dalam bentuk dasarnya”. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan

“keterbacaan” sebagai hal atau ihwal terbaca-tidaknya suatu bahan bacaan tertentu oleh

pembacanya. Jadi, “keterbacaan” ini mempersoalkan tingkat kesulitan atau tingkat

kemudahan suatu bahan bacaan tertentu dibagi peringkat pembaca tertentu.

Keterbacaan (readability) merupakan ukuran tentang sesuai-tidaknya suatu bacaan

bagi pembaca tertentu dilihat dari segi timgkat kesukaran/kemudahan wacananya.

Untuk memperkirakan tingkat keterbacaan bahan bacaan, banyak dipergunakan orang

berbagai formula keterbacaan. Perkiraan-perkiraan tentang tingkat kemampuan membaca

berguna bagi guru yang mempunyai perhatian terhadap metode pemberian tugas membaca

atau bagi pemilihan buku-buku dan bahan bacaan.

Tingkat keterbacaannya biasanya dinyatakan dalam bentuk peringkat kelas. Oleh

karena itu, setelah melakukan pengukuran keterbacaan sebuah wacana, orang akan dapat

mengetahui kecocokan materi bacaan tersebut untuk peringkat kelas tertentu, misalnya

oeringkat enam, peringkat empat, peringkat sepuluh dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbacaan masih selalu menjadi objek penelitian

para ahli. Perhatian terhadap masalah tersebut, dilulai sejak berabad-abad yang lalu. Klare

(1963) menjelaskan bahwa Lorge (1949) pernah menceritakan tentang upaya Talmudist pada

tahun 1900 berkenaan tentang keterbacaan wacana. Dia menentukan tingkat kesulitan wacana

berdasarkan criteria kekerapan kata-kata yang digunakan.

741
Meskipun kajian tentang keterbacaan itu sudah berlangsung berabad-abad, namun

kemajuannya baru tampak setelah statistic mulai ramai digunakan. Teknik statistik ini

memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor keterbacaan yang penting-

penting untuk menyusun formula yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan tingkat

kesulitan wacana. Menurut Klare (1963), kajian-kajian terdahulu menunujukkan adanya

keterkaitan dengan keterbacaan. Gray dan Leary mengidentifikasi adanya 289 faktor yang

mempengaruhi keterbacaan, 20 faktor diantaranya dinyatakan signifikan.

a. Formula Keterbacaan

Formula keterbacaan yang lazim digunakan untuk mengukur bahan bacaan dikelas-

kelas rendah adalah formula keterbacaan dari Spache, yang dibuat pada tahun 1933.

Sedangkan yang sering dugunakan di kelas empat sampai enam belas adalah rumus yang

dibuat Dale dan Call, yang diperkenalkan pada tahun 1947. Kedua formula keterbacaan

tersebut mempunyai faktor utama yang sama meendasari penggunaan formula tersebut, yaitu

panjang rata-rata kalimat dan persentase kata-kata sulit.

Formula keterbacaan dan Edward Fry yang kemudian dikenal dengan sebutan “Gry

grafik” merupakan formula yang dianggap relatif baru dan dimulai dipublikasikan pada tahun

1977. Grafik ini mwerupakan hasil upaya untuk menyederhanakan dan mengefisiensikan

teknik penentuan tingkat keterbacaan wacana. Faktor panjang pendeknya kalimat dan kata-

kata sulit masih digunakan, tetapi kesukaran kata diperkirakan dengan cara melihat jumlah

suku katanya. Meksudnya bahwa formula ini mendasarkan formula keterbacaannya pada dua

faktor yaitu panjang pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata ditandai oleh jumlah suku kata

yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut.

Untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah buku dengan grafik Gry, sekurang-

kurangnya dilakukan sebanyak tiga kali dengan pemilihan sampel yang berbeda-beda. Grafik

fry merupakan hasil penelitian terhadap wacana bahasa inggris, sehingga grafik ini kurang

742
sesuai jika dihunakan untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia, kecuali jika

dilakukan pemodifikasian terhadap formula tersebut.

Formula keterbacaan yang diperkenalkan oleh Alton raygor yang dikenal dengan

“Grafik Raygor” tampaknya mendekati kecocokan untuk bahasa-bahasa yang menggunakan

huruf latin, mesikipun pada dasarnya prinsip-prinsip yang digunakan hamper sama dengan

grafik Fry. Meskipun kedua grafik tersebut mempunyai kemiripan, namun tetap ada

perbedaan antara keduanya. Garfik fry meletakkan kalimat terpendeknya pada bagian atas

garfik, sedangkan garfik Raygor meletakkannya di bagian bawah. Pada grafik raygor sisi

tempat jimlah suku kata digunakan untuk menunjukkan kata-kat sulit, yakni kata yang

dibentuk oleh enam buah huruf atau lebih.

a. Grafik Fry

Grafik Fry diciptakan Edward Fry. Garfik keterbukaan yang diperkenalkan fry

merupakan formula yang relative baru dan dimulai diperkenalkan tahun 1977. Grafik fry

sebenarnya dibuat pada tahun 1968.

Grafik fry digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana. Garfik ini

mendasarkan pengukurannya pada dua faktor, yaitu panjang pendeknya kata dan tingkat

kesulitan kata yang tercermin oleh banyak sedikitnya jumlah suku kata yang membentuk

etiap kata dalam wacana grafik fry dapat dilihat di bawah ini.

Langkah-langkah penggunaan garfik fry adalah sebagai berikut ini.

1. Pilihlah penggalan wacana yang representative yang akan diukur tingkat

keterbacaanya.

2. Hitunglah sampai 100 kata dari wacana yang dipilih untuk dijadikan sampel yang

akan diukur tingkat keterbacaanya.

743
3. Hitunglah jumlah kalimat dari 100 kata yang dijadikan sampel hingga persepuluh

terdekat (dibulatkan).

4. Hitunglah jumlah suku kata dari wacana sampel. Angka dan singkatan

diperlakukan sebagai satu kata dengan satu suku kata.

5. Hasil menghitung pada langkah 3 dan 4 diplotkan (dimasukkan) ke dalam garfik

fry, pertemuan antara baris vertical (jumlah suku kata) dan baris horizontal

(jumlah kalimat) menunjukkan tingkat kelas pembaca yang diprediksi dapat

membaca bacaan yang diukur.

6. Tingkat keterbacaan hasil pengukuran bersifat perkiraan, penyimpangan mungkin

terjadi sehingga keterbacaan tidak hanya seperti hasil pengukuran, tetapi bisa

ditambah atau dikurangi satu peringkat.

b. Garfik Raygor

Grafik Rangger diciptakan oleh Alton Rangger. Grafik ini diciptakan untuk mengatasi

kelemahan grafik Fnya. Grafik fnya sebenarnya hanya cocok untuk mengukur tingkat

keterbacaan bacaan yang berbahasa Inggris. Untuk bacaan yang berbahasa Indonesia, grafik

yang cocok untuk mengukur tingkat keterbacaan adalah grafik ranggor. Grafik Raygor dapat

dilihat di bawah ini.

744
Prinsip menggunakan grafik Raygor dan grafik Fry hamper sama. Penggunaan grafik

raygor adalah sebagai berikut.

Langkah (1)

Menghitung 100 buah perkataan dari wacana yang hendak diukur tingkat

keterbacaannya itu sebagai sampel. Deretan angka tidak dipertimbangkan sebagai kata. Oleh

karenanya, angka-angka tidak dihitung ke dalam penghitungan 100 buah kata.

Langkah (2)

Menghitung jumlah kalimat sampai pada persepuluhan terdekat. Prosedur ini sama

dengan prosedur fry dalam menghitung rata-rata jumlah kalimat.

Langkah (3)

Menghitung jumlah kata-kata sulit, yakni kata-kata yang dibentuk oleh 6 huruf atau

lebih. Criteria tingkat kesulitan sebuah kata disini didasari oleh panjang-pendeknya kata,

bukan oleh unsure semantisnya. Kata-kata yang tergolong ke dalam kategori sulit ialah kata-

kata yang terdiri atas enam atau lebih huruf. Kata-kata yang jumlah hurufnya kurang dari

enam, tidak digolongkan ke dalam katergori sulit.

Langkah (4)

Hasil yang diperoleh dari langkah 2) dan 3) itu dapat diplotkan ke dalam Garfik

Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan wacananya.

c. Keterbatasan-keterbatasan Formula Keterbatasan

Formula-formula leterbacaan yang pemakaiannya dewasa ini tengah popular

disamping memiliki kelebihan juga mengandung kelemahan. Sebagaimana telah dijelaskan

dimuka, bahwa formula-formula keterbacaan yang dipakai sekarang ini mendasarkan

745
formulanya pada dua hal yakni panjang-pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kata. Kedua

faktor yang menjadi landasan formula-formula keterbacaan ini mengandung pertanyaan pada

kita. Bagaimana dengan konsep-konsep yang terkandung dalam wacana yang bersangkutan.

Bukanlah konsep-konsep makna yang terkandung dalam suatu wacana yang tidak terjangkau

oleh pembacanya akan berdampak pada ketercapaian pembacanya. Sering kita dapati kasus,

seseorang tidak dapat memahami wacana yang dibacanya meskipun wacana tersebut telah

memenuhi criteria keterbacaan untuk peringkat pembaca bersangkutan.

Mengapa hal itu terjadi, pertimbangan panjang-pendek kata dan tingkat kesulitan kata

dalam pemakaiannya formula keterbacaan, semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan

struktur yang secara visual dapat dilihat. Sedangkan, konsep yang terkandung dalam bacaan

sebagai struktur dalam dari bacaan tersebut tampaknya tidak diperhatikan. Dengan kata lain,

rumusan formula-formula keterbacaan yang sering digunakan untuk mengukur tingkat

keterbacaan itu tidak memperhatikan unsur semantis.

Keterbatasan lain dari formula-formula keterbacaan adalah pada penggunaan slank,

santin makna ganda atau minat pembaca. Formual keterbacaan yang tidak bisa digunakan

untuk bacaan fiksi atau karya sastra, khususnya pada karya sastra yang berupa puisi. Puisi

memiliki bentuk yang khas dengan struktur kalimat yang jauh berbeda dari struktur kalimat

pada karya non fiksi. Keterbatasan-keterbatasan yang ada pada formula keterbatasan,

seyogyanya menjadi bahan pertimbangan pada waktu menentukan tingkat keterbacaan

wacana.

d. Kaitan Keterbacaan dengan Penyediaan Bahan Ajar Membaca

Salah satu penggunaan rumus keterbacaan dapat dilihat pada upaya guru dalam

memperkirakan tingkat kesulitan wacana. Perkiraan-perkiraan tentang tingkat kemampuan

membaca berguna, terutama bagi guru yang memiliki perhatian terhadap metode pemberian

746
tugas membaca atau bagi pemilihan buku-buku teks atau bahan bacaan lainnya. Guru-guru

dipandang perlu untuk memiliki kemahiran dalam memperkirakan tingkat kesulitan materi

cetak. Sebab, bagaimana pun salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar anak adalah

tersedianya sumber ilmu yang dapat diperoleh dan dicerna anak dengan mudah. Salah satu

cara untuk beroleh ilmu pengetahuan dimaksud melalui kegiatan membaca. Lebih baik jika

kegiatan membaca dimaksud adalah kegiatan membaca mandiri yang tidak memerlukan

bimbingan pihak lain.

Sehubungan dengan hal itu, penyediaan saran abaca yang berupa koleksi-koleksi

bacaan (buku-buku teks, majalah-majalah, kliping-kliping, surat kabar, jurnal, pamflet, dan

lain-lain) perlu dimilki, bukan saja oleh pihak sekolahmelainkan oleh setiap kelas. Dengan

demikian, setiap sekolah di samping harus memilki pepustakaan sekolah juga harus memiliki

perpustakaan-perpustakaan kelas yang terletak di setiap sudut masing-masing kelas.

Koleksi-koleksi bacaan pada perpustakaan kelas hendaknya memang layak untuk

peringkat mereka. Pertimbangan tingkat kelayakan dimaksud, tidak saja didasarkan atas

pertimbangan berbagai nilai (seperti nilai isi, manfaat, pendidikn, moral, estetika, etika, dan

lain-lain) melainkan juga harus dipertimbangkan tingkat kesulitan dari masing-masing materi

cetak dimaksud. Bahan-bahan bacaan tersebut hendaknya memenuhi tingkat keterbacaan

sesuai dengan tuntutan dan karakteristik pembacanya.

Di samping hal-hal tersebut diatas, penggunaan rumus-rumus keterbacaan akan sangat

penting bagi guru untuk mempersiapkan atau mengubah tingkat keterbacaan materi bacaan

yang hendak diajarkannya. Meskipun bahan tingkat keterbacaan materi bacaan yang hendak

diajarkannya. Meskipun bahan bacaan untu kepentingan bahan ajar sudah tersedia banyak

diluar, namun bahan bacaan untuk setiap guru untuk dapat berperan dan bertindak sebagai

penulis tampak semakin jelas pada saat mereka dihadapkan pada pekerjaan-pekerjaan berikut,

747
misalnya, mempersiapkan tes, membuat rencana pengajaran, menyusun program pengajaran,

membuat surat kepada orang tua siswa, atau kegiatan tulis-menulis lainnya.

Dalam mempersiapkan bahan-bahan seperti yang kita jelaskan tadi, guru hendaknya

mempertimbangkan tingkat keterbacaan bahan yang ditulisnya itu. Bukankah si penulis

(guru) berkeinginan hasil tulisannya tersebut terbaca pihak lain sebagai sasaran membacanya.

Keterampilan mengubah tingkat keterbacaan wacana perlu dimilki setiap guru.

Pengubahan keterbacaan itu sendiri dapat dilakukan dengan jalan meninggikan taraf kesulitan

wacananya atau mungkin sebaliknya, menurunkan tingkat kesulitan wacana tersebut.

Kegiatan ini perlu dilakukan oleh guru, jika guru memandang para siswanya wajib

mengetahui isi konten (isi materi) dari wacana itu dan tidak menemukan sumber bacaan lain

yang tingkat keterbacaan wacananya cocok dengan peringkat siswanya.

Formula keterbacaan yang sekarang digunakan, mendasarkan formulanya pada dus

hal yaitu panjang pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kata. Pertimbangan akan dua hal

tersebut dalam pemakaiannya semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan struktur

permukaan teks. Dengan kata lain, bahwa formula keterbacaan yang sering digunakan untuk

mengukur tingkat keterbacaan kurang memperhatikan unsur semantis.

6.1 Keterbacaan
Keterbacaan merupakan alih bahasa dari “readability”. Bentuk readability merupakan
kata turunan yang dibentuk oleh bentukdasar readable. Artinya “dapat dibaca” atau
“terbaca”. Konfiks ke-an pada bentuk “keterbacaan” mengandung arti “hal yang berkenaan
dengan apa yang disebut dalam bentuk dasarnya”. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan
“keterbacaan” sebagai hal atau ihwal terbaca-tidaknya suatu bahan bacaan tertentu oleh
pembacanya. Jadi, “keterbacaan” ini mempersoalkan tingkat kesulitan atau tingkat
kemudahan suatu bahan bacaan tertentu dibagi peringkat pembaca tertentu.
Keterbacaan (readability) merupakan ukuran tentang sesuai-tidaknya suatu bacaan
bagi pembaca tertentu dilihat dari segi timgkat kesukaran/kemudahan wacananya.
Untuk memperkirakan tingkat keterbacaan bahan bacaan, banyak dipergunakan orang
berbagai formula keterbacaan. Perkiraan-perkiraan tentang tingkat kemampuan membaca

748
berguna bagi guru yang mempunyai perhatian terhadap metode pemberian tugas membaca
atau bagi pemilihan buku-buku dan bahan bacaan.
Tingkat keterbacaannya biasanya dinyatakan dalam bentuk peringkat kelas. Oleh
karena itu, setelah melakukan pengukuran keterbacaan sebuah wacana, orang akan dapat
mengetahui kecocokan materi bacaan tersebut untuk peringkat kelas tertentu, misalnya
oeringkat enam, peringkat empat, peringkat sepuluh dan lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbacaan masih selalu menjadi objek penelitian
para ahli. Perhatian terhadap masalah tersebut, dilulai sejak berabad-abad yang lalu. Klare
(1963) menjelaskan bahwa Lorge (1949) pernah menceritakan tentang upaya Talmudist pada
tahun 1900 berkenaan tentang keterbacaan wacana. Dia menentukan tingkat kesulitan wacana
berdasarkan criteria kekerapan kata-kata yang digunakan.
Meskipun kajian tentang keterbacaan itu sudah berlangsung berabad-abad, namun
kemajuannya baru tampak setelah statistik mulai ramai digunakan. Teknik statistik ini
memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor keterbacaan yang penting-
penting untuk menyusun formula yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan tingkat
kesulitan wacana. Menurut Klare (1963), kajian-kajian terdahulu menunujukkan adanya
keterkaitan dengan keterbacaan. Gray dan Leary mengidentifikasi adanya 289 faktor yang
mempengaruhi keterbacaan, 20 faktor diantaranya dinyatakan signifikan.
Selain formula keterbacaan, keterbacaan dapat ukur dengan teknik uji rumpang.
Dengan mempelajari teknik pengajaran membaca ini, dapat digunakannya sebagai alat ukur
untuk mengukur tingkat keterbacaan suatu bahan bacaan. Hal ini akan sangat berguna bagi
guru. Sebagai mahasiswa, prosedur ini dapat digunakan untuk melatih kemempuan baca
anda. Tentu sajaa akan lebih baik, jika anda meminta bantuan teman anda untuk menjamin
keobjektifan dan keterpercayaan penggunaan latihan dengan menggunakan prosedur
teknik/teknik ini.

6.1.1 Formula Keterbacaan


Formula keterbacaan yang lazim digunakan untuk mengukur bahan bacaan dikelas-
kelas rendah adalah formula keterbacaan dari Spache, yang dibuat pada tahun 1933.
Sedangkan yang sering dugunakan di kelas empat sampai enam belas adalah rumus yang
dibuat Dale dan Call, yang diperkenalkan pada tahun 1947. Kedua formula keterbacaan
tersebut mempunyai faktor utama yang sama meendasari penggunaan formula tersebut, yaitu
panjang rata-rata kalimat dan persentase kata-kata sulit.

749
Formula keterbacaan dan Edward Fry yang kemudian dikenal dengan sebutan “Gry
grafik” merupakan formula yang dianggap relatif baru dan dimulai dipublikasikan pada tahun
1977. Grafik ini mwerupakan hasil upaya untuk menyederhanakan dan mengefisiensikan
teknik penentuan tingkat keterbacaan wacana. Faktor panjang pendeknya kalimat dan kata-
kata sulit masih digunakan, tetapi kesukaran kata diperkirakan dengan cara melihat jumlah
suku katanya. Meksudnya bahwa formula ini mendasarkan formula keterbacaannya pada dua
faktor yaitu panjang pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata ditandai oleh jumlah suku kata
yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut.
Untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah buku dengan grafik Fry, sekurang-
kurangnya dilakukan sebanyak tiga kali dengan pemilihan sampel yang berbeda-beda. Grafik
fry merupakan hasil penelitian terhadap wacana bahasa inggris, sehingga grafik ini kurang
sesuai jika dihunakan untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia, kecuali jika
dilakukan pemodifikasian terhadap formula tersebut.
Formula keterbacaan yang diperkenalkan oleh Alton Raygor yang dikenal dengan
“Grafik Raygor” tampaknya mendekati kecocokan untuk bahasa-bahasa yang menggunakan
huruf latin, mesikipun pada dasarnya prinsip-prinsip yang digunakan hamper sama dengan
grafik Fry. Meskipun kedua grafik tersebut mempunyai kemiripan, namun tetap ada
perbedaan antara keduanya. Garfik fry meletakkan kalimat terpendeknya pada bagian atas
garfik, sedangkan garfik Raygor meletakkannya di bagian bawah. Pada grafik raygor sisi
tempat jimlah suku kata digunakan untuk menunjukkan kata-kat sulit, yakni kata yang
dibentuk oleh enam buah huruf atau lebih.

Berdasarkan penelitian terakhir, membuktikan bahwa ada dua faktor yang berpengaruh

terhadap keterbacaan, yakni: (a) panjang-pendeknya kalimat, dan (b) tingkat kesulitan kata

atau banyaknya suku kata. Pada umumnya, semakin panjang kalimat dan semakin panjang

kata-kata, maka bahan bacaan dimaksud semakin sukar. Sebaliknya jika kalimat dan katanya

pendek-pendek, maka teks dimaksud tergolong teks yang mudah. Untuk mengetahui tingkat

keterbacaan suatu teks, pada pelatihan ini akan dibahas satu formula keterbacaan, yaitu

formula Fry. Alasan dipilihnya formula tersebut adalah telah disesuaikannya penggunaan

formula keterbacaan tersebut untuk mengukur tingkat keterbacaan teks yang berbahasa

Indonesia.

750
6.1.1.1 Grafik Fry
Grafik Fry diciptakan Edward Fry. Garfik keterbukaan yang diperkenalkan fry
merupakan formula yang relative baru dan dimulai diperkenalkan tahun 1977. Grafik fry
sebenarnya dibuat pada tahun 1968. Formula keterbacaan Fry diambil dari nama penemunya,
yaitu Edward Fry. Grafik keterbacaan dipublikasikan dalam majalah ilmiah Journal of
Reading tahun 1977.
Grafik fry digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana. Garfik ini
mendasarkan pengukurannya pada dua faktor, yaitu panjang pendeknya kata dan tingkat
kesulitan kata yang tercermin oleh banyak sedikitnya jumlah suku kata yang membentuk
etiap kata dalam wacana grafik fry dapat dilihat di bawah ini.
Langkah-langkah penggunaan garfik fry adalah sebagai berikut ini.
7. Pilihlah penggalan wacana yang representative yang akan diukur tingkat
keterbacaanya.
8. Hitunglah sampai 100 kata dari wacana yang dipilih untuk dijadikan sampel yang
akan diukur tingkat keterbacaanya.
9. Hitunglah jumlah kalimat dari 100 kata yang dijadikan sampel hingga persepuluh
terdekat (dibulatkan).
10. Hitunglah jumlah suku kata dari wacana sampel. Angka dan singkatan
diperlakukan sebagai satu kata dengan satu suku kata.
11. Hasil menghitung pada langkah 3 dan 4 diplotkan (dimasukkan) ke dalam garfik
fry, pertemuan antara baris vertical (jumlah suku kata) dan baris horizontal
(jumlah kalimat) menunjukkan tingkat kelas pembaca yang diprediksi dapat
membaca bacaan yang diukur.
12. Tingkat keterbacaan hasil pengukuran bersifat perkiraan, penyimpangan mungkin
terjadi sehingga keterbacaan tidak hanya seperti hasil pengukuran, tetapi bisa
ditambah atau dikurangi satu peringkat.

Formula keterbacaan Fry mendasarkan kerjanya pada dua faktor utama, yakni panjang-

pendeknya kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk

setiap kata dalam teks bacaan dan tingkat kesulitan kalimat yang ditandai dengan rerata

jumlah kalimat per seratus perkataan. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah Grafik Fry di bawah

ini.

751
Gambar 1

Grafik Fry

(Harjasujana dan Mulyati 1997: 114)

Di bagian atas grafik didapati deretan angka-angka: 108, 112, 116, 120, dst.Angka-
angka dimaksud menunjukkan data jumlah suku kata per seratus perkataan, yakni jumlah kata

752
dari teks sampel yang dijadikan sampel pengukuran keterbacaan teks. Pertimbangan
penghitungan suku kata pada grafik ini merupakan cerminan dari pertimbangan faktor kata
sulit, yang dalam formula ini merupakan salah satu dari dua faktor utama yang menjadi
landasan bagi terbentuknya formula keterbacaan Fry.

Angka-angka yang tertera di bagian samping kiri grafik, seperti angka 25.90, 20, 18.7,
14.3, dst. Menunjukkan data rerata jumlah kalimat per seratus perkataan. Hal ini merupakan
perwujudan dari landasan lain dari faktor penentu formula keterbacaan ini, yakni faktor
panjang-pendek kalimat.

Angka-angka yang berderet di bagian tengah grafik dan berada di antara garis-garis
penyekat dari grafik tersebut menunjukkan perkiraan peringkat keterbacaan teks yang diukur.
Angka 1 menunjukkan peringkat 1, artinya teks yang diukur tingkat keterbacaannya tersebut
cocok untuk pembaca dengan level peringkat baca 1; angka 2 untuk peringkat baca 2; angka
3 untuk peringkat baca 3, dst.

Daerah yang diarsir pada grafik yang terletak di sudut kanan atas dan di sudut kiri
bawah grafik merupakan wilayah invalid. Maksudnya, jika hasil pengukuran keterbacaan teks
jatuh pada wilayah gelap tersebut, maka teks tersebut kurang baik karena tidak memiliki
peringkat baca untuk peringkat manapun. Oleh karena itu, teks yang demikian sebaiknya
tidak digunakan dan diganti dengan teks lain.

Penghitungan tingkat kesulitan kalimat yang mendasarkan pada jumlah perseratus


perkataan didasarkan pada jumlah yang representatif untuk mewakili suatu teks. Meskipun
yang akan diukur keterbacaannya itu berupa buku yang tebalnya lebih kurang 500 halaman,
pada saat dilakukan pengukuran keterbacaan, kita tidak perlu mengukur seluruh buku tersebut
sejak halaman pertama hingga halaman terakhir buku itu. Kita cukup mengambil sampel dari
bacaan tersebut sebanyak 100 perkataan. Memang, terdapat ketentuan khusus untuk
pengukuran keterbacaan bahan-bahan bacaan yang relatif tebal seperti halnya buku; yakni
pengukuran keterbacaan wacana itu harus dilakukan sebanyak tiga kali dengan sampel teks
yang berbeda-beda.

1. Garfik Raygor
Grafik Rangger diciptakan oleh Alton Rangger. Grafik ini diciptakan untuk mengatasi
kelemahan grafik Fnya. Grafik fnya sebenarnya hanya cocok untuk mengukur tingkat

753
keterbacaan bacaan yang berbahasa Inggris. Untuk bacaan yang berbahasa Indonesia, grafik
yang cocok untuk mengukur tingkat keterbacaan adalah grafik ranggor. Grafik Raygor dapat
dilihat di bawah ini.

Grafik Raygor

Prinsip menggunakan grafik Raygor dan grafik Fry hamper sama. Penggunaan grafik
raygor adalah sebagai berikut.
Langkah (1)
Menghitung 100 buah perkataan dari wacana yang hendak diukur tingkat
keterbacaannya itu sebagai sampel. Deretan angka tidak dipertimbangkan sebagai kata. Oleh
karenanya, angka-angka tidak dihitung ke dalam penghitungan 100 buah kata.
Langkah (2)
Menghitung jumlah kalimat sampai pada persepuluhan terdekat. Prosedur ini sama
dengan prosedur fry dalam menghitung rata-rata jumlah kalimat.
Langkah (3)
Menghitung jumlah kata-kata sulit, yakni kata-kata yang dibentuk oleh 6 huruf atau
lebih. Criteria tingkat kesulitan sebuah kata disini didasari oleh panjang-pendeknya kata,
bukan oleh unsure semantisnya. Kata-kata yang tergolong ke dalam kategori sulit ialah kata-
kata yang terdiri atas enam atau lebih huruf. Kata-kata yang jumlah hurufnya kurang dari
enam, tidak digolongkan ke dalam katergori sulit.
Langkah (4)
Hasil yang diperoleh dari langkah 2) dan 3) itu dapat diplotkan ke dalam Garfik
Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan wacananya.

754
ii. Keterbatasan-keterbatasan Formula Keterbatasan
Formula-formula leterbacaan yang pemakaiannya dewasa ini tengah popular
disamping memiliki kelebihan juga mengandung kelemahan. Sebagaimana telah dijelaskan
dimuka, bahwa formula-formula keterbacaan yang dipakai sekarang ini mendasarkan
formulanya pada dua hal yakni panjang-pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kata. Kedua
faktor yang menjadi landasan formula-formula keterbacaan ini mengandung pertanyaan pada
kita. Bagaimana dengan konsep-konsep yang terkandung dalam wacana yang bersangkutan.
Bukanlah konsep-konsep makna yang terkandung dalam suatu wacana yang tidak terjangkau
oleh pembacanya akan berdampak pada ketercapaian pembacanya. Sering kita dapati kasus,
seseorang tidak dapat memahami wacana yang dibacanya meskipun wacana tersebut telah
memenuhi criteria keterbacaan untuk peringkat pembaca bersangkutan.
Mengapa hal itu terjadi, pertimbangan panjang-pendek kata dan tingkat kesulitan kata
dalam pemakaiannya formula keterbacaan, semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan
struktur yang secara visual dapat dilihat. Sedangkan, konsep yang terkandung dalam bacaan
sebagai struktur dalam dari bacaan tersebut tampaknya tidak diperhatikan. Dengan kata lain,
rumusan formula-formula keterbacaan yang sering digunakan untuk mengukur tingkat
keterbacaan itu tidak memperhatikan unsur semantis.
Keterbatasan lain dari formula-formula keterbacaan adalah pada penggunaan slank,
santin makna ganda atau minat pembaca. Formual keterbacaan yang tidak bisa digunakan
untuk bacaan fiksi atau karya sastra, khususnya pada karya sastra yang berupa puisi. Puisi
memiliki bentuk yang khas dengan struktur kalimat yang jauh berbeda dari struktur kalimat
pada karya non fiksi. Keterbatasan-keterbatasan yang ada pada formula keterbatasan,
seyogyanya menjadi bahan pertimbangan pada waktu menentukan tingkat keterbacaan
wacana.

iii. Kaitan Keterbacaan dengan Penyediaan Bahan Ajar Membaca


Salah satu penggunaan rumus keterbacaan dapat dilihat pada upaya guru dalam
memperkirakan tingkat kesulitan wacana. Perkiraan-perkiraan tentang tingkat kemampuan
membaca berguna, terutama bagi guru yang memiliki perhatian terhadap metode pemberian
tugas membaca atau bagi pemilihan buku-buku teks atau bahan bacaan lainnya. Guru-guru
dipandang perlu untuk memiliki kemahiran dalam memperkirakan tingkat kesulitan materi
cetak. Sebab, bagaimana pun salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar anak adalah
tersedianya sumber ilmu yang dapat diperoleh dan dicerna anak dengan mudah. Salah satu

755
cara untuk beroleh ilmu pengetahuan dimaksud melalui kegiatan membaca. Lebih baik jika
kegiatan membaca dimaksud adalah kegiatan membaca mandiri yang tidak memerlukan
bimbingan pihak lain.
Sehubungan dengan hal itu, penyediaan saran abaca yang berupa koleksi-koleksi
bacaan (buku-buku teks, majalah-majalah, kliping-kliping, surat kabar, jurnal, pamflet, dan
lain-lain) perlu dimilki, bukan saja oleh pihak sekolahmelainkan oleh setiap kelas. Dengan
demikian, setiap sekolah di samping harus memilki pepustakaan sekolah juga harus memiliki
perpustakaan-perpustakaan kelas yang terletak di setiap sudut masing-masing kelas.
Koleksi-koleksi bacaan pada perpustakaan kelas hendaknya memang layak untuk
peringkat mereka. Pertimbangan tingkat kelayakan dimaksud, tidak saja didasarkan atas
pertimbangan berbagai nilai (seperti nilai isi, manfaat, pendidikn, moral, estetika, etika, dan
lain-lain) melainkan juga harus dipertimbangkan tingkat kesulitan dari masing-masing materi
cetak dimaksud. Bahan-bahan bacaan tersebut hendaknya memenuhi tingkat keterbacaan
sesuai dengan tuntutan dan karakteristik pembacanya.
Di samping hal-hal tersebut diatas, penggunaan rumus-rumus keterbacaan akan sangat
penting bagi guru untuk mempersiapkan atau mengubah tingkat keterbacaan materi bacaan
yang hendak diajarkannya. Meskipun bahan tingkat keterbacaan materi bacaan yang hendak
diajarkannya. Meskipun bahan bacaan untu kepentingan bahan ajar sudah tersedia banyak
diluar, namun bahan bacaan untuk setiap guru untuk dapat berperan dan bertindak sebagai
penulis tampak semakin jelas pada saat mereka dihadapkan pada pekerjaan-pekerjaan berikut,
misalnya, mempersiapkan tes, membuat rencana pengajaran, menyusun program pengajaran,
membuat surat kepada orang tua siswa, atau kegiatan tulis-menulis lainnya.
Dalam mempersiapkan bahan-bahan seperti yang kita jelaskan tadi, guru hendaknya
mempertimbangkan tingkat keterbacaan bahan yang ditulisnya itu. Bukankah si penulis
(guru) berkeinginan hasil tulisannya tersebut terbaca pihak lain sebagai sasaran membacanya.
Keterampilan mengubah tingkat keterbacaan wacana perlu dimilki setiap guru.
Pengubahan keterbacaan itu sendiri dapat dilakukan dengan jalan meninggikan taraf kesulitan
wacananya atau mungkin sebaliknya, menurunkan tingkat kesulitan wacana tersebut.
Kegiatan ini perlu dilakukan oleh guru, jika guru memandang para siswanya wajib
mengetahui isi konten (isi materi) dari wacana itu dan tidak menemukan sumber bacaan lain
yang tingkat keterbacaan wacananya cocok dengan peringkat siswanya.
Formula keterbacaan yang sekarang digunakan, mendasarkan formulanya pada dus
hal yaitu panjang pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kata. Pertimbangan akan dua hal
tersebut dalam pemakaiannya semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan struktur

756
permukaan teks. Dengan kata lain, bahwa formula keterbacaan yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat keterbacaan kurang memperhatikan unsur semantis.

b. Teknik Isian Rumpang

Dalam upaya pemilihan bahan, pertimbangan yang paling penting adalah factor
keterbacaan (readability). Tingkaat keterbacan harus serasi dengana tingkat kemampuan
siswa. Formula-formula keterbacaan se[erti : “reading ease formula” (RE). “human
Intersest” (HI), “Dale and Chair (DAC). “Fog Indeks” (FI), Grafik Fry, Grafik Raygor, and
(close) prosedur klose (sselanjutnya disebut teknik isisan rumpang) dianggap praktik dan
sederhana pemakaiannya.

Metode yang paling berhasil di antara formula-formula tersebut adalah prosedur isian
rumpang, selain daapaat diperguanakn sebagai alat untuk menguji keterbacaan, teknik ini
juga dapat dipergunakan untuk alat/teknik pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai
alat ajar membaca, prosedur isian rumpang ini sangat bermanfaat dalam meningkatkaan
keterampilan membaca siswa.

Close prosedur (teknik isian rumpang) mula-mula diperkenalkan oleh Wilson Tailor
tahun 1953. Menurutnya, close prosedur adalah teknik penangkapan pesan dari sumbernya
(penulis), mengubah pola bahasa dengan jalan melepaskan bagian-bagiannya, dan
menyampaikan kepada pembaca untuk menyempurnakan kembali pola, pola keseluruhan
yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan yang dapat dipertimbangkan (Tailor
1953 dalam Robert 1980:71 dalam Harjasujana dan Mulyati 1997:139). Teknik ini
dipergunakan untuk melatih daya tangkap pembaca terhadap pesan penulis dengan cara
menyajikan bacaan yang tidak utuh (dirumpangkan atau dikosongkan bagian-bagiannya) dan
pembaca bertugas untuk mengisinya sehingga menjadi bacaan seperti semula. Pembaca
dilatih untuk dapat memahami bacaan yang tidak lengkap karena telah dilepas atu
dikosongkan dengan pemahaman yang sempurna.
Seperti dijelaskan oleh Sadtono (1988:2), istilah “closure” mengandung makna sebagai
persepsi (penglihatan dan pengertian) yang penuh atau yang komplit dari gambar atau
keadaan sebenarnya tidak sempurna. Persepsi keadaan yang sempurna itu diperoleh dengan
cara tidak menghiraukan bagian yang hilang atau bagian yang tidak sempurna itu, atau

757
dengan cara mengisi sendiri bagian yang hilang atau kurang sempurna tadi berdasarkan
pengalaman yang telah lampau.
Berdasarkan konsep tersebut, Taylor mengembangkannya menjadi sebuah alat ukur
keterbacaan wacana dan diberi nama “ cloze prosedur. Istilah ini selanjutnya kita namai
sebagai “prosedur/teknik isisan rumpang”. Teknik isisan rumpang merupakan metode
penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa dengan
jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikan kepada si penerima (pembaca dan
penyimak) sehingga mereka berupaya untuk mnyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan
yang menghasilkan sejumlah unit-unit rumpangan yang dapat dipertimbangkan.
Dalam kaitannya dengan keterampilan membaca Hittleman (1979:135) menjelaskan
teknik isian rumpang sebagai sebuah teknik kehilangan kata-kata sisrematis dari wacana, dan
pembaca diharapkan dapat mengisi kata-kata yang hilang tersebut dengan kata yang sesuai.
Hittleman memandang teknik isian rumpang ini berbagai alat untuk mengukur keterbacaan
wacana pandangan ini disokong oleh pendapppat Heilman 919886.

6.3.1 Fungsi Teknik Isian Rumpang

Berbicara tentang prosedur isian rumpang, terdapat dua fungsi itama yang diemban
oleh prosedur ini. Pertama, teknik berfungsi sebagai alat ukur untuk mengukur tingkat
keterbacaan wacana. Suatu wacana dapat ditentukan tingkat kesukaran serta dapat diketahui
kelayakan pemakainnya oleh siswa tertentu setelah melalui dengan prosedur ini. Kedua,
prosedur isian rumpang juga berfungsi sebagai alat pengajaran membaca.dalam fungsinya
sebagai alat ajar, penggunaan teknik isian rumpang dapat dipergunakan untuk melatih
kemampuan dan keterampilan membaca siswa. Dengan kata lain dapat menyebutkan dua
fungsi utama dari prosedur isisan rumpang, yakni sebagai alat ukur dan sebagai alat ajar.

Dalam kenyataannya, penggunaan teknik isian rumpang, tidak selalu menuntut


jawaban persis dari siswanya. Kata-kata yang verssinonim atau kata-kata yang dapat
menggantikan kedudukan asli, baik ditinjau dari sudut makna atau struktur kalimatnya, dapat
juga diterima sebagai jawaban yang benar. Cara ini biasanya dipergunakan dalam teknik
pengajaran, yang dimaksudkan untuk melatih keterampilan membaca siswa. Penghilangan
(delisi) untuk teknik isian rumpang dalam fungsinya sebagai alat ajar, tidak harus selalu
dengan jarak yang konsisten. Sebagai guru, anda tentu lebih tabu apa yang dibutuhkan siswa
anda. Yang terpenting ialah tidak lanjut dari kegiatan ini. Diskusikanlah ketepatan atau
kesalahan jawaban siswa, agar mereka lebih mengerti atau meltih keterampilan membaca

758
siswa. Penghilangan (delisi) untuk isian rumpang dalam fungsinya sebagai alat ajar, tidak
harus selalu dengan jarak yang konsisten. Sebagai guru, anda tentu lebih tahu apa yang
dibutuhkan siswa anda. Yang terpenting adalah tidak lanjut kegiatan ini. Diskusikanlah setiap
alternative jawaban yang diajukan siswa. Bicarakanlah alas an ketepatan atau keslahan
jawaban siswa, agar mereka lebih mengerti atau lebih terbuka wawasannya.

6.3.2 Manfaat Teknik Isian Rumpang

Teknik isian rumpang mempunyai dua manfaat, yaitu untuk mengukur tingkar
keterbacaan dan melatih keterampilan membaca.

1. Mengukur tingkat keterbacaan sebuah bacaan, yaitu untuk:


a) Menguji tingkat kesukaran dan kemudahan bahan bacaan.
b) Mengklasifikasikan tingkat baca siswa (pembaca) yaakni tingkat independen,
instruksional, atau frustasi dan
c) Mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan kegiatn belajar.
2. Melatih keterampilan dan kemampuan baca siswa melalui kegiatan belajar
mengajarkan membaca, terutama dalam hal:
a) Penggunaan isyarat sintaaksis,
b) Penggunaan isyarat semantic,
c) Penggunaan isyarat skmatik,
d) Peningkatan kosakata, dan
e) Peningkatan daya nalar dan sikap kritis terhadap bahan bacaan.
f) mengklasifikasikan tingkat baca siswa

Dengan manfaat-manfaat yang telah diuraikan tersebut, guru dalam waktu relative
singkat akan segera dapat mengetahui tingkat keterbacaan wacana, tingkat keterpahaman
siswa dan latar belakang pengalaman minat dan bahasa siswa. Dengan demikian guru akan
dapat dengan tepat membuat keputusan interaksional untuk membantu anak didiknya dalam
belajar, khusus dalam kegiatan membaca.

Manfaat-manfaat diatas mendapat sokongan kuat dari Heilman (1986), Hitllman


(1979), dan Bormuth (1996) sajak sepuluh, bahkan tiga tahun silam. Teknik ini bukan
sekedar bermanfaat untuk mengukur tingkat keterpahaman pembacanya. Seperti diungkapkan
Bormuth, melalui teknik keterpahaman pembacanya. Seperti diungkapkan Bormuth, melalui

759
teknik ini kita akan mengetahui perkembangan konsep, pemahaman, dan pengetahuan
linguistic siswa. Hal ini sangat berguna untuk menentukan tingkat instruksional yang tepat
untuk murid-murid kita (lihat Ranson, 1978:159).

6.3.3 Kriteria Pembuatan Wacana Rumpang

Menurut Wilsom Taylor (1953) sebagai pengembang teknik ini, mengusulkan sebuah
prosedur yang baku untuk sebuah konstruksi wacananya rumpang. Usulan itu meliputi hal-hal
sebagai berikut:

1. Memilih suatu wacana yang relative sempurna yakni wacana yang tidak bergantung
pada informasi sebelumnya.
2. Melakukan penghilangan/pelesapan setiap kata ke-n, tanpa memperhatikan arti dan
fungsi kata-kata yang dihilangkan atau dolesapkan tersebut.
3. Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan tersebut dengan tanda-tanda tersebut,
misalnya dengan tandaa garis mendatar (……) yang sama panjangnya.
4. Memberi salinan dari semua bagian yang direproduksi kepada siswa/peserta tes.
5. Mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua lesapan dengan jalan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap wacana, memperhatikan konteks
wacana, atau memperhatikan kata-kata sisanya.
6. Menyediakan waktu yang relative cukup untuk member kesempatan kepada siswa
untuk menyelesaikan tugasnya.
7. John Haskall menyempurnakan konstruksi tersebut dengan variasi sebagai berikut:
1) Memilih suatu teks yang panjangnya lebih kurang 250 kata.
2) Biarkan kalimat pertama dan kalimat terakhir utuh.
3) Mualilah penghilangan itu kalimat kedua, yakni pada setiap kata kelima.
Pengososngan ditandai dengan garis lurus mendatar yang sama panjangnya
dsama.
4) Jika kebetulan kalimat kelima jatuh padaa kata bilangan, janganlah melakukan
lsapan pada kata tersebut.Biarkan kata itu hadir secara utuh. Sebagai gantinya
mulailah kembali dengan hitungan kelima berikutnya.

760
Bagaimana jika kita ingin melatih kecakapan penggunaan kata penghubung siswa jika
kita dengan teknik isian rumpang? Apakah kita merasa keberatan dengan prosedur buku yang
yang dikemukakan diatas.

Dalam suatu teks/wacana, kata penghubung (seperti yang kiata maksud), tentu saja
letaknya pada wacana tidak selalu terletak pada setiap kata kleima atau kata ke-n, bukan? Jika
demikian halnya, kiranya kita perlu memisahkaan _riteria pembuatan wacana rumpang,
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kritria dimaksud mudah-mudah bisa kita jadikan
pedoman dalam pembuatan wacana rumpang, baik untuk kepentingan alat ukur maupun
untuk kepentingan alat ajar.

Untuk dapat melihat perbedaan kedua kriteri pembuatan wacana rumpang untuk
kedua fungsinya tersebut, di bawah ini disajikan sebuah pedoman yang dituangkan dalam
bentuk table. Silahkan anda amati tabel berikut, kemudian renungkan letak perbedaanya.

Tabel
Kriteria Pembuatan Wacana Rumpang

KARAKTERISTIK SEBAGAI UKUR ALAT SEBAGAI ALAT AJAK

1. Panjang Wacana Antara 250-350 perkata dan Wacana yang terdiri atas
wacana terpilih maksimal 150 perkataan

2. Deliasi (lesapan) Setiap kata ke-n hingga Delisi secara selektif


berjumlah lebih kurang 50 bergantung pada kebutuhan
buah siswa dan pertimbangan
guru

3. Evaluasi Jawaban berupa kata, Jawaban boleh berupa


persis sesuai dengan sinonim atau kata yang
kunci/teks aslinya; metode secara struktur dan makna
“exact word” dapat menggantikan
struktur dan makna kata
menggantikan kedudukan
kata yang dihilangkan
“contextual method”

761
4. Tindak Lanjut Lakukan diskusi untuk
membahas jawaban-
jawaban siswa.

Penerapan teknik isian rumpang dalam pembelajaran membaca adalah sebagai berikut.

Tahap 1
Siswa diberi kesempatan menelaah dan membaca dalam hati teks yang diberikan guru
dengan waktu yang ditentukan. Penentuan waktu baca disesuaikan dengan jenis dan
banyaknya konteks yang harus mereka pikirkan.
Tahap 2
Setelah tahap 1, siswa diminta untuk mengisi lesapan atau bagian yang dikosongkan.
Dalam upaya pengisian lesapan mereka diperbolehkan diskusi asal tidak menyontek
pekerjaan temannya. Pengisian lesapan diberikan waktu yang cukup sesuai dengan jumlah
lesapan yang diisi.
Tahap 3
Usai tahap 2, siswa (3 atau 4) diminta untuk membacakan keseluruhan teks yang telah
mereka sempurnakan. Sebaiknya, pedoman yang digunakan untuk menilai ketepatan isian
lesapan adalah metode sinonim atau kontektual. Maksudnya adalah jawaban dari isian siswa
disamping sama dengan kata-kata dari teks asli yang dihilangkan juga dapat dengan kata-kata
yang sama atau bersinonim dengan syarat sesuai konteks bacaan.
Tahap 4
Guru membacakan bagian demi bagian dari bacaan tersebut dan berhenti pada setiap
bagian yang dikosongkan. Siswa diminta mengajukan alternatif jawaban. Siswa diminta
diskusikan setiap jawaban yang diajukan siswa disertai alasan-alasannya. Jawaban tepat
untuk mengisi bagian yang kosong dipilih sebagai jawaban mereka. Kegiatan ini
dilaksanakan sampai semua lesapan terisi. Jika ada jawaban yang dirasakan janggal maka
didiskusikan lagi.
Tahap 5
Setelah tahap 4, guru memperlihatkan teks asli kepada siswa untuk bahan perbandingan
dan sebagai pedoman untuk menilai. Siswa diminta untuk mencocokkan jawabannya dengan
cara jawaban persis dengan kata yang dihilangkan atau jawaban bersinonim dengan kata yang
dihilangkan.

762
Tahap 6
Siswa diminta untuk menghitung berapa banyak jumlah lesapan yang benar. Setelah itu
siswa diminta menghitung persentase kebenaran jawaban mengisi lesapan dengan rumus :

Tahap ini digunakan untuk mengetahui kemampuan hasil uji rumpang siswa secara individu.
Rankin dan Culhane menetapkan interprestasi hasil uji rumpang sebagai berikut.
1. Pembaca berada pada tingkat independen/bebas, jika persentase skor tes uji
rumpang yang diperoleh di atas 60%.
2. Pembaca berada pada tingkat instruksional, jika persen skor tes uji rumpang yang
diperolehnya berkisar antara 41% - 60%.
3. Pembaca berada pada tingkat frustasi atau gagal, jika persentase skor tes uji
rumpang yang diperolehnya sama dengan atau kurang dari 40%.

Sebelum melakukan pembelajaran dengan teknik isian rumpang, guru terlebih dahulu
menyiapkan bacaan isian rumpang dengan tahap-tahap berikut ini.
1. Pilihlah bacaan yang relatif sempurna, yaitu bacaan yang tidak bergantung pada
informasi sebelumnya atau bacaan yang lengkap dalam satu judul, panjangnya +
150 kata.
2. Lakukan penghilangan pada bagian-bagian tertentu dari bacaan dengan
pertimbangan tertentu (misalnya kata yang dihilangkan adalah kata kunci).
3. Biarkan kalimat pertama dan kalimat terakhir utuh.
4. Mulailah penghilangan itu dari kalimat kedua, yakni pad setiap kata dengan
pertimbangan tertentu. Pengosongan ditandai dengan garis lurus mendatar yang
panjangnya sama.
Contoh bacaan yang dibuat dengan tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut ini.

Bacaan
Habis Olahraga Minumlah Oralit
Jika terserang diare, tentu semua sudah tahu bahwa kita dianjurkan
minum oralit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Kalau tak ada
--______, dapat juga diberikan larutan gula dan ______ dengan takaran satu
sendok ______ dan seperempat sendok garam dalam segelas air. Agar

763
memenuhi selera anak-anak dan bayi, beberapa pabrik obat di Indonesia
memberikan aroma jeruk. Walaupun demikian hal ini tidaklah menjamin
bahwa oralit di ______ sudah memasyarakat dan disukai. Buktinya, waktu
sekian puluh obat antidiare dicabut izinnya beberapa waktu yang lalu, banyak
dokter yang ______. Bukan apa-apa, sampai saat ini tetapi ______ masih
berkisar pada obat-obatan lain di luat oralit.
Di Taiwan, perusahaan minuman telah bergerak sangat jauh dalam
memasyarakatkan cairan sejenis oralit. Mereka memproduksi ______ ini
sedemikian rupa, sehingga menjadi minuman ringan bergengsi dengan rasa dan
_______ yang tak kalah dengan minuman ringan lainnya. Bukan itu saja,
promosi pun digelar dengan gencar di berbagai media massa serta media
______. Indikasinya pun diperluas menjadi minuman untuk segala macam
termasuk untuk olahragawan, untuk menjaga ______ dsb., selain untuk diare
dan muntah.
Maka jangan heran kalau Anda disuguhi minuman ini sehabis ______
di Taiwan untuk memulihkan jumlah cairan tubuh yang dibuang melalui
______. Rasanya bagaimana? Ternyata tak kalah dengan minuman lain. Sebab,
di antaranya juga diberi gas CO2 sehingga ______. Tapi, Anda mencret-

mencret, Anda tidak pergi ke apotik. Tetapi ke pasar ______! Bukan apa-apa,
itu dilakukan untuk membeli oralit yang dianjurkan ______. Tempatnya pun
bukan di tempat penjualan khusus obat-obatan, tapi di bagian minuman ringan.
(Intisari Juni 1993:200).

764
765

Anda mungkin juga menyukai