Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA I – TL 2101


MODUL 01
HYDRAULIC BENCH

Nama Praktikan : Farisah Inarah Rahmat Hasby


NIM : 15316066
Kelompok/Shift : K02/9
Tanggal Praktikum : 7 September 2017
Tanggal Pengumpulan : 14 September 2017
PJ Modul : 1. Lailatus Syifa (15314091)
2. Nurashila Dhiyani (15315006)
Asisten yang bertugas : 1. Nurul Rohim (15314042)
2. Widyastuti (15315008)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
A. Tujuan

Tujuan praktikum hydraulic bench pada percobaan ini yaitu:

a. Menentukan debit aktual berbasis massa menggunakan hydraulic bench


b. Menentukan faktor penentu debit air melalui percobaan hydraulic bench.

B. Prinsip Percobaan
Pada percobaan ini, mekanisme yang digunakan pada alat hydraulic bench yaitu
tuas keseimbangan yang menerapkan konsep keseimbangan torsi. Pada percobaan ini,
massa beban diketahui, perbandingan massa beban dan massa fluida diketahui, sehingga
volume fluida dapat diketahui. Dengan memperhitungkan waktu air mengalir hingga
tuas terangkat kembali, maka dapat diperoleh debit air. Pada percobaan ini dikaitkan
dengan perbandingan panjang lengan beban dan lengan air yang kemudian akan
menghasilkan perbandingan massa beban dan massa air 1:3.

Gambar 1 Ilustrasi Hydraulic Bench


Sumber: Modul Praktikum Mekanika Fluida I Teknik Lingkungan ITB

C. Teori Dasar
Hydraulic Bench merupakan alat yang digunakan untuk mengukur debit aliran
air (Qaktual) dengan memanfaatkan konsep keseimbangan torsi (torque).
“ Torque, yang datang dari bahasa Latin yang berarti “untuk memuntir” bisa
diartikan secara bebas sebagai aksi memutar atau memuntir dari gaya F. Torque
merupakan kuantitas vektor. Namun karena hanya mempertimbangkan rotasi terhadap
sumbu tunggal, notasi tersebut dapat diganti dengan positif (berlawanan arah jarum jam)
dan negatif (searah jarum jam). Torque juga mengikuti prinsip superposisi : Jika
beberapa torque bekerja pada sebuah benda, torque net (atau torque resultan) adalah
jumlah torque masing-masing ” (Halliday : 2010).
Dari pengertian diatas keseimbangan torsi dapat diartikan dengan gaya yang
diberikan pada ujung tuas satu sama dengan gaya yang diberikan pada ujung tuas
lainnya. Hal ini kemudian dituangkan melalui persamaan

𝜏 = 𝐹 ×𝑟

𝜏1 = − 𝜏2

𝐹1 × 𝑟1 = −(𝐹2 × 𝑟2)

Tanda minus (–) menandakan arah

Hydraulic Bench sendiri terdiri dari beberapa unit misalnya valve, weight tank,
dan cam lever. Valve berfungsi sebagai tempat pengaturan penyaluran air dan dapat
mengatur cepat atau tidaknya aliran fluida mengalir. Cam Lever berfungsi untuk
membuang (Drain)/menampung air dari tempat penampungan (Weight Tank).
Keterangan lebih lanjut dijelaskan melalui gambar di bawah ini.

Gambar 2 Representasi Diagram Hydraulic Bench


Sumber: Modul Praktikum Mekanika Fluida I Teknik Kelautan ITB

Keterangan gambar E : Bak penimbang air


F : Bak penyimpan air
A : Tempat pemasangan beban
G : Pipa pengaruh ke bak penampung
B : Kran pengatur debit air (valve)
H : Selang dari pompa
C : Pompa
I : Batang antara beban dan bak penimbang
D : Tuas pengungkit (cam lever)
J : Engsel
Gambar 3 Hydraulic Bench
Sumber: Dokumen Pribadi

Air disuplai dari pompa C melalui selang penghubung menuju katup B. Suplai
air diatur dengan mengatur bukaan katup B. Air kemudian masuk ke dalam alat
percobaan dan kemudian keluar melalui corong H dan terus ke pipa G. Air tersebut
masuk kedalam bak penimbang air E. Bak penampung ini ditahan dengan bak
penimbang. Pada ujung balok lainnya terdapat pemberat yang digantung. Pada saat bak
penampung kosong, maka berat bak dikali lengan beban bak sama dengan berat
pemberat dikali lengan beban pemberat.
Perhitungan yang dapat digunakan untuk mencari Qaktual pada Hydraulic
Bench antara lain :
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 × 𝑉 𝑎𝑖𝑟

𝑉 𝑎𝑖𝑟 = 𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 × 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡) 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

Sehingga dapat disederhanakan,

𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟


𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡) 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝜌 𝑎𝑖𝑟 × 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡) 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

Keterangan :

𝜌 = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (kg/m3) ; 𝑄 = 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 (m3/detik) ;

𝑉 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 (m3)

D. Data Awal
Massa beban = 2,5 kg
Massa air = 3 x 2,5 = 7,5 kg
Suhu awal = 26oC
Suhu akhir = 25,4oC
Densitas air = 997 kg/m3

Tabel 1 Data Awal Pengukuran Waktu dengan Hydraulic Bench

t(s)
Variasi
t1 t2 t3
1 12.95 13.5 12.21
2 13.62 13.8 13.57
3 16.58 17.06 17
4 35.81 33.75 32.66
5 40.19 42.29 42.57

Tabel 2 Data Awal Pengukuran Waktu dengan Ember

t (s)
Variasi V (m3)
t1 t2 t3
3 1000 1.62 1.78 1.92
4 1000 3.4 3.29 3.54
5 1000 4.72 4.89 4.88

E. Pengolahan Data
Untuk memperoleh debit aktual dilakukan beberapa tahap perhitungan berikut
1. Menghitung massa air
Massa air dapat diperoleh melalui persamaan
Massa air = 3 x Massa beban
Karena massa beban yang digunakan adalah 2,5 kg maka dengan menggunakan
persamaan di atas
Massa air = 3 x 2,5
= 7,5 kg
2. Menghitung volume air
Melalui hasil perhitungan sebelumnya yaitu massa air, dilanjutkan dengan
menghitung volume air melalui persamaan massa jenis.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 =
ρ air

Tabel 3 Data Densitas Berdasarkan Suhu


Sumber: Fluid Mechanics with Engineering Applications 10th Edition

Densitas (kg/m3) Suhu(oC)


999.8 0
1000 5
999.7 10
999.1 15
998.2 20
997 25
995.7 30
992.2 40
988 50
983.2 60
977.8 70
971.8 80
965.3 90
958.4 100

Data di atas kemudian ditransfer ke dalam bentuk grafik di bawah ini.

1005
1000 y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6
995 R² = 0.9992
Massa Jenis Air (kg/m3)

990
985
980
975
970
965
960
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)

Gambar 4 Grafik Hubungan Massa Jenis dan Suhu Air


Massa jenis air diperoleh dari persamaan y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6.
Dengan mensubstitusi rata-rata suhu di awal dan akhir percobaan yaitu 25,7oC
diperoleh y=996.47485 sehingga ρ air = 996.47485 kg/m3.Melalui persamaan
sebelumnya dapat diperoleh volume air melalui persamaan
7,5
V air =
996,47485
= 0,00753 m3
3. Menghitung waktu rata-rata untuk setiap variasi data
𝑡1+𝑡2+𝑡3
t rata-rata =
3
Sebagai contoh untuk memperoleh waktu rata-rata pada variasi pertama, dapat
digunakan persamaan di atas
12,95+ 13,5+12,21
𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
= 12.88666667 s

4. Menghitung debit aktual


Untuk memperoleh debit aktual, dapat digunakan hasil perhitungan volume air dan
waktu rata-rata melalui persamaan
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Sebagai contoh memperoleh debit aktual pada variasi pertama, dapat digunakan
persamaan di atas
0,00753
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 12.88666667

= 0.000584056 m3/s

Tahap-tahap di atas diterapkan pada masing-masing variasi debit yang dilakukan.

F. Data Akhir
Dengan menerapkan persamaan di bagian sebelumnya pada setiap variasi diperoleh data berikut

Tabel 4 Data Akhir Perhitungan Debit Menggunakan Hydraulic Bench

Massa Qhydraulic volume


Variasi Trata-rata (s)
Beban (kg) (m3/s) ( m3)
1 2.5 12.88666667 0.00058 0.00753
2 2.5 13.66333333 0.00055 0.00753
3 2.5 16.88 0.00045 0.00753
4 2.5 34.07333333 0.00022 0.00753
5 2.5 41.68333333 0.00018 0.00753

Tabel 5 Data Akhir Perhitungan Debit Menggunakan Ember

Volume Qember
Variasi Trata-rata (s)
Air (m3) (m3/s)

3 0.001 1.77333 0.00056


4 0.001 3.41 0.00029
5 0.001 4.83 0.00021

Tabel 6 Data Akhir Perbandingan Debit Hydraulic Bench dan Ember

Q hydraulic bench Q ember


Variasi
(m3/s) (m3/s)
3 0.000445885 0.00056
4 0.000220892 0.00029
5 0.000180565 0.00021

G. Analisis A
Pada percobaan yang dilakukan, debit air dicari melalui dua metode yaitu metode
berbasis massa dan berbasis volume. Metode berbasis massa dilakukan menggunakan
hydraulic bench sedangkan metode berbasis volume menggunakan ember dan gelas
ukur.
Percobaan diawali dengan mengukur suhu terlebih dahulu menggunakan
thermometer raksa. Pengukuran suhu awal ini dimaksudkan untuk mengetahui massa
jenis yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 4. Setelah mengukur suhu air, alat
disambungkan pada sumber listrik 110 V. Valve bench ditutup, lalu pompa dinyalakan
agar air mengalir ke bench. Kondisi pada perpipaan diperiksa apakah terdapat kebocoran
ataupun tidak. Cam lever diputar untuk menutup drain di bak dalam weight tank. Air
dialirkan dengan membuka valve di bench. Ketika lengan beban terangkat, waktu
stopwatch dijalankan bersamaan dengan peletakan beban yang menyebabkan lengan
beban turun. Saat lengan beban kembali terangkat, waktu pada stopwatch dihentikan.
Pada percobaan ini pengukuran debit dilakukan sebanyak lima variasi debit air.
Untuk masing-masing variasi, pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali (triplo)
agar memperkecil kemungkinan terjadinya error pada data yang diperoleh.
Pada metode hydraulic bench, waktu dihitung berdasarkan terangkatnya tuas beban.
Sedangkan pada metode ember dan gelas ukur, waktu diukur berdasarkan tercapainya
volume air sebanyak satu liter. Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan air
melalui selang ke dinding gelas ukur. Dialirkan melalui dinding gelas agar tidak
terbentuk gelembung dan pembacaan pada garis gelas ukur lebih akurat dan tepat.
Setelah diperoleh debit dari hydraulic bench dan ember, debit keduanya kemudian
dapat dilihat perbandingannya melalui grafik berikut
0.0005
0.00045
0.0004
0.00035 y = 0.7913x
Q ember(m3/s)

R² = 0.9901
0.0003
0.00025
0.0002
0.00015
0.0001
0.00005
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006
Q hydraulic bench (m3/s)

Gambar 5 Grafik Hubungan Qhydraulic bench dan Qember

Dengan memperhatikan percobaan yang telah dilakukan, seharusnya debit yang


dihasilkan dengan kedua metode tersebut menunjukkan angka yang sama sebab
dilakukan pada kondisi yang sama. Namun berdasarkan grafik linear di atas, dapat
dilihat bahwa y=0,7913x bukan menunjukkan angka satu. Hal yang disebut galat ini
terjadi akibat adanya kesalahan-kesalahan yang terjadi selama berlangsungnya
percobaan. Nilai galat dapat ditentukan melalui perhitungan berikut

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑄2𝑄− 𝑄1- x 100%


2
= 1− 0,7913
1
x 100%

= 20.87%

Pada grafik di atas ditunjukkan pula nilai R2 atau yang disebut dengan koefisien
determinasi. Menurut Kuncoro (2004), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
terikat.
Koefisien ini menunjukkan keterkaitan antar variabel yaitu Q1 dan Q2. Semakin
mendekati angka satu maka semakin dekat keterkaitan antar keduanya. Pada
percobaan ini, diperoleh nilai R2= 0,9901. Nilai ini sangat mendekati angka satu
sehingga keterkatiannya pun dapat dikatakan mendekati dan data tergolong baik.
Melalui percobaan ini, diperoleh beberapa variabel yang saling berkaitan satu
sama lain yaitu
 Keterkaitan antara massa air dengan volume air
Hubungan keduanya dapat diketahui melalui persamaan berikut

massa air
ρ=
volume air
Melalui persamaan di atas diperoleh bahwa massa air berbanding lurus
dengan volume air. Semakin besar massa airnya maka semakin besar pula
volume air.
 Keterkaitan antara debit aktual dan waktu
Hubungan keduanya dapat diketahui melalui persamaan berikut

volume air
Q=
waktu
Melalui persamaan di atas diperoleh bahwa debit berbanding terbalik dengan
waktu. Semakin lama waktunya maka semakin kecil debit air yang mengalir.
 Keterkaitan antara volume dan waktu
volume air
Q=
waktu
Melalui persamaan di atas diperoleh bahwa volume berbanding lurus dengan
waktu. Semakin lama waktunya maka semakin besar volume yang mengalir.
Hydraulic bench menerapkan prinsip keseimbangan tuas yang menyangkut
sistem keseimbangan torsi. Agar mencapai tahap keseimbangan, maka torsi beban
dan air haruslah sama. Hal ini dapat ditunjukkan melalui persamaan berikut

Στ = 0 ………………………………………………………………………. (1)
τ = F x r .……………………………………………………………………. (2)

F1 × r1 = F2 × r2……………………….………………………………………(3)
F = m x g …………………………………………………………………….(4)
Persamaan (4) disubstitusikan ke persamaan (3)
F1 × r1 = F2 × r2
m1 × g × r1 = m2 × g × r2
Berdasarkan Gambar 1 diperoleh bahwa panjang lengan beban adalah 3 kali
dari panjang lengan air.
m 1 × g × 3 = m2 × g × 1
m1 × 3 = m2 × 1
𝑚1 1
=3
𝑚2

Pada persamaan ini, massa beban ditunjukkan oleh m1 sedangnkan m2


menunjukkan massa air. Sehingga perbandingan massa air dan massa beban adalah
3:1.

Sebelumnya telah diketahui bahwa terdapat galat atau error pada data yang
diperoleh. Hal ini dipengaruhi oleh kesalahan dalam melakukan percobaan antara
lain

 Pembacaan suhu yang tertera di termometer raksa kurang tepat sehingga


berpengaruh pada massa jenis air.
 Waktu peletakan beban pada lengan beban kurang bertepatan dengan
naiknya lengan dan dimulainya waktu pada stopwatch. Hal ini berdampak
pada kurang akuratnya waktu yang akan berdampak pada perolehan debit
air.
 Volume air yang diukur pada gelas ukur tidak sepenuhnya tepat 1 L sehingga
mendapatkan data waktu yang kurang akurat.
H. Analisis B
Hydraulic Bench digunakan untuk memperoleh debit aktual fluida. Dalam
penerapannya, hydraulic bench dapat diterapkan untuk mengukur debit pergerakan
fluida pada suatu sistem saluran seperti perpipaan. Selain itu, hydraulic bench dapat
digunakan dalam bidang pengelolaan air limbah dengan membandingkan debit air
limbah yang dialirkan secara aktual dengan debit air limbah yang dialirkan secara
teoritis.

Gambar 5 Contoh sistem perpipaan


Sumber :http://uc.blogdetik.com

I. Kesimpulan
1. Melalui percobaan ini diperoleh debit aktual dari hydraulic bench yaitu:
Q1 = 0.00058 m3/s
Q2 = 0.00055 m3/s
Q3 = 0.00045 m3/s
Q4 = 0.00022 m3/s
Q5 = 0.00018 m3/s
2. Pada percobaan ini, faktor-faktor yang menentukan debit air yaitu massa air, suhu,
volume air, dan waktu.
Daftar Pustaka
Finnemore, E. John and Joseph B. Franzini . 2002 . Fluid Mechanics with Engineering
Applications 10th Edition. New York : McGraw-Hill
Giles, Ranald V. 196. Seri Buku Schaum. Mekanika Fluida dan Hidraulika. Guildford.
Jakarta:Erlangga.
Halliday, D, Jearl Walker and Robert Resnick . 2010 . Fisika Dasar Edisi 7. Jakarta :
Erlangga.
Lampiran
a. Sumber Tabel Massa Jenis

b. Sumber Teori Dasar

Anda mungkin juga menyukai