Anda di halaman 1dari 35

Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T.

, Jurusan Teknik Kimia,


Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

BAB 7
PENERAPAN TERMODINAMIKA PADA PROSES
ALIRAN

Penerapan termodinamika pada proses aliran didasarkan pada neraca massa,

energi/entalpi, dan entropi.

Proses aliran terjadi akibat adanya perbedaan (gradien) tekanan dalam fluida.

Selain itu, gradien temperatur, kecepatan, dan bahkan konsentrasi dapat juga hadir

dalam fluida yang mengalir. Persamaan-persamaan kesetimbangan untuk sistim

terbuka yang telah disampaikan pada Bab 2 dan 5 diringkaskan dalam Tabel 7.1.

Tabel 7.1 Persamaan-Persamaan Neraca

Persamaan2 Neraca Umum Persamaan2 Neraca Persamaan2 Neraca


untuk Proses untuk Aliran
AliranTunak Tunggal Proses
AliranTunak
dmcv m 1  m 2  m
  (m ) fs  0 (2.25)  (m ) fs  0 (7.1)
dt (7.2)
d (mU ) cv  1    1  
   H  u 2  zg m   Q  W   H  u 2  zg m   Q  W s H  u  gz  Q  Ws
2

dt  2   fs  2   fs 2
(2.28) (2.30) (2.32a)
d ( mS ) cv Q j Q j Qj
 ( Sm ) fs    S G  0( Sm ) fs    S G  0 S    SG  0
dt j T , j j T , j j T , j

(5.21) (5.22) (5.23)

7.1 ALIRAN FLUIDA MAMPU MAMPAT DALAM PIPA

Penyelesaian persoalan yang berkaitan dengan ukuran-ukuran pipa dan bentuk-


bentuk nozel memerlukan penerapan perinsip momentum mekanika fluida, dan
karenanya tidak termasuk dalam bidang termodinamika. Namun demikian,
termodinamika menyediakan persamaan-persamaan yang berkaitan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tekanan, kecepatan, luas penampang, entalpi,
entropi, dan volume jenis dari aliran yang mengalir. Selanjutnya mari kita tinjau

209
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

suatu fluida yang mampu mampat (compressible) yang mengalir secara adiabatik,
tunak (steady state), dalam arah satu dimensi, dan tidak ada kerja yang dilakukan,
dan juga tidak ada perubahan dalam energi potensial. Untuk kasus ini neraca energi
yang sesuai adalah persamaan (2.32), dengan Q, Ws, dan ∆Z ditetapkan sama dengan
nol, maka:
u 2
H  0
2
Dalam bentuk diferensial ditulis sebagai,
dH  u du (7.3)
Persamaan kontinuitas (2.27) juga dipakai. Karena harga m konstan, maka hasil
diferensial persamaan ini adalah:
d (uA / V )  0

dV du dA
atau   0 (7.4)
V u A

Persamaan sifat-sifat yang mendasar yang sesuai untuk kasus ini adalah:

dH  T dS  V dP (6.8)

Disamping itu, volume jenis fluida dapat kita hubungkan sebagai fungsi entropi dan
tekanan: V  ( S , P ) . Dengan demikian:

 V   V 
dV    dS    dP
 S  P  P  S

Persamaan ini dapat dirubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana melalui
indentitas matematik sebagai berikut:

 V   V   T 
     
 S  P  T  P  S  P

Substitusikan persamaan-persamaan (3.2) dan (6.17) ke dalam derivatif-derivatif


pada sisi kanan persamaan ini, maka diperoleh:

210
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

 V  VT
  
 S  P CP

dengan β sebagai ekspansivitas volume. Persamaan kecepatan suara dalam fluida


diturunkan berdasarkan ilmu fisika, dan dinyatakan sebagai berikut:

 P   V  V 2
c 2  V 2   atau    2
 V  S  P  S c

Substitusikan harga-harga ke dua derivatif parsil ini ke dalam persamaan di atas


untuk mendapatkan harga dV:

dV  T V
 dS  2 dP (7.5)
V CP c

Persamaan-persamaan (7.3), (7.4), (6.8), dan (7.5) menghubungkan enam


diferensial dH, du, dV, dA, dS, dan dP. Dengan memanfaatkan keempat persamaan
tersebut dapat dikembangkan persamaan lain yang mengandung dS dan dA sebagai
variabel bebas. Berdasarkan persamaan yang baru ini, dikembangkan lagi
persamaan-persamaan yang menghubungkan diferensial-diferensial yang lain (dH,
du, dV, dan dP) sebagai fungsi dari dS dan dA. Pertama, persamaan-persamaan (7.3)
dan (6.8) digabungkan diperoleh:

T dS  V dP  u du (7.6)

dV dan du dihilangkan dari persamaan (7.4) dengan mensubstitusikan persamaan-


persamaan (7.5) dan (7.6), dan setelah disusun kembali, dihasilkan persamaan
berikut:

  u2  u2
(1  Μ 2 ) VdP  1  T dS  dA  0 (7.7)
 CP  A

dengan M sebagai bilangan/angka Mach, yang didefinisikan sebagai rasio kecepatan


fluida dalam pipa dengan kecepatan suara dalam fluida, u/c. Persamaan (7.7)
menghubungkan dP dengan dS dan dA.
Persamaan-persamaan (7.6) dan (7.7) dikombinasikan untuk menghilangkan
VdP:

211
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

 β u2 
  M2  2
 C   1 u
udu   P  T dS    dA  0 (7.8)
1 Μ2  1 Μ2  A
 
 

Persamaan (7.8) ini menghubungkan du dengan dS dan dA. Persamaan ini


dikombinasikan dengan persamaan (7.3) menghasilkan persamaan yang
menghubungkan dH dengan dS dan dA, dan jika dikombinasikan dengan persamaan
(7.4) menghasilkan persamaan yang menghubungkan dV dengan dS dan dA.

Diferensial-diferensial yang terdapat di dalam persamaan-persamaan sebelumnya


menyatakan perubahan yang terjadi dalam fluida ketika mengalir melewati suatu
jarak diferensial pada lintasannya. Jika jarak diferensial ini adalah dx, maka tiap-tiap
persamaan aliran dapat dibagi dengan dx. Persamaan-persamaan (7.7) dan (7.8)
dibagi dengan dx menjadi:

dP   u2  dS u 2 dA
V (1  Μ ) 2
 T 1    0 (7.9)
dx  CP  dx A dx

 β u2 
  M2  2
du  C  dS  1  u dA
u T P  dx  1  Μ 2  A dx  0
   (7.10)
dx 1 Μ2
 
 

Menurut hukum kedua, irreversibilitas yang timbul karena gesekan di dalan aliran
adiabatik akan menyebabkan entropi di dalam fluida meningkat searah dengan aliran.
Pada limit, yaitu ketika aliran mendekati keadaan reversibel, peningkatan entropi
mendekati nol. Secara umum peningkatan entropi dinyatakan sebagai berikut:

dS
0
dx

Aliran Dalam Pipa

Untuk kasus aliran tunak dan adiabatik di dalam pipa horizontal yang luas
penampangnya konstan, dA/dx = 0, persamaan-persamaan (7.9) dan (7.10)
disederhanakan sebagai berikut:

212
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

  u2    u2 
1    Μ2 
dP T CP  dS du  C  dS
   dx u  T P  dx
dx V 1- Μ2 dx 1- Μ2
   
   

Untuk aliran fluida dengan kecepatan dibawah kecepatan udara (subsonik), M2 < 1,
dan dengan besaran-besaran di sebelah kanan persamaan-persamaan ini berharga
positif, maka,

dP du
0 0
dx dx

Merujuk pada kedua ketidaksamaan ini, dapat simpulkan bahwa tekanan menurun
dan kecepatan fluida meningkat sepanjang pipa dalam arah aliran. Namun, tidak
berarti kecepatan dapat meningkat terus tanpa batas. Bila kecepatan melewati
kecepatan udara, maka ketidaksamaan di atas akan bertukar arah. Keadaan transisi
ini tidak mungkin terjadi pada pipa yang luas penampangnya konstan. Untuk aliran
subsonik, kecepatan fluida maksimum yang dapat dicapai di dalam pipa dengan luas
penampang yang konstan adalah sama dengan kecepatan udara, dan harga ini dicapai
pada ujung pipa keluar. Pada ujung ini dS/dx mencapai nilai batasnya sama dengan
nol
Persamaan-persamaan untuk aliran dalam pipa menjelaskan bahwa untuk
aliran berkecepatan supersonik tekanannya meningkat dan kecepatannya menurun
searah dengan aliran. Tetapi, aliran seperti itu tidak stabil, dan bila suatu aliran
supersonik memasuki suatu pipa dengan penampang konstan, akan terjadi kejutan
kompressi dan peningkatkan tekanan serta penurunan kecepatan menjadi subsonik.

Contoh 7.1

Perhatikan suatu cairan tidak mampu mampat yang mengalir secara tunak, adiabatik
dan irreversibel di dalam sebuah pipa horizontal yang berpenampang konstan.
Tunjukkan bahwa:
(a) Kecepatan konstan.
(b) Temperatur meningkat searah dengan aliran.
(c) Tekanan menurun searah dengan aliran.

213
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Penyelesaian 7.1

(a) Sitim untuk kasus ini adalah berupa pipa horizontal dengan panjang tertentu,
dengan penampang masuk dan keluar diberi tanda 1 dan 2. Penerapan persamaan
kontinuitas (2.27) untuk sistim ini, diperoleh:

u 2 A2 u1 A1

V2 V1
A2 = A1 (luas penampang pipa konstan) dan V2 = V1 (fluida bersifat tidak mampu
mampat), dengan demikian, u2 = u1.

(b) Dengan penerapan neraca entropi (5.23), diperoleh:

S G  S 2  S1

Untuk fluida tidak mampu mampat dengan kapasitas kalor C (contoh 6.2):

T2 dT
S G  S 2  S1   C
T1 T

SG bernilai positif (aliran bersifat irreversibel) dengan demikian T2 > T1 dalam


persamaan ini, dan ini berarti temperatur meningkat searah dengan aliran fluida.

(c) Seperti ditunjukkan pada (a), u2 = u1, maka sesuai dengan kondisi yang telah
disebutkan, neraca energi (2.32) disederhanakan menjadi H 2  H1  0 .
Kombinasikan persamaan ini ke dalam persamaan (A) dalam contoh 6.2 dan
gunakan kombinasi tersebut untuk aliran tidak mampu mampat maka
menghasilkan:

T1
H 2  H 1   CdT  V ( P2  P1 )  0
T2

T1
Dengan demikian, V ( P2  P1 )    C dT
T2

214
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Seperti ditunjukkan pada (b), T2 > T1; bersandarkan pada ketidaksamaan ini dan
dengan menggunakan persamaan terakhir, diketahui P2 < P1, ini berarti tekanan
menurun searah dengan aliran fluida.
Suatu informasi yang berguna dapat kita peroleh dengan jalan mengulangi contoh
ini untuk kasus aliran adiabatik dan reversible. Dalam kasusu ini u2 = u1, seperti pada
contoh sebelumnya, tetapi SG = 0. Kemudian, dengan menggunakan neraca entropi
diperoleh T2 = T1, bersandarkan pada kesamaan ini dan dengan menggunakan neraca
energi dihasilkan P2 = P1. Kita menyimpulkan bahwa peningkatan temperatur pada
bagian (b) dan penurunan tekanan pada bagian (c) disebabkan oleh irreversibilitas
pada aliran, terutama yang ditimbulkan oleh gesekan fluida.

NOZZLE

Nozzle berfungsi untuk menukar energi dalam suatu fluida menjadi energi kinetik
atau sebaliknya, hal ini terjadi sebagai akibat perubahan luas penampang ketika
fluida melewati nozel. Hubungan antara panjang nozel dengan luas penampang
merupakan kajian mekanika fluida bukan termodinamika. Nozel yang tepat dicirikan
oleh fluida yang mengalir melewatinya hampir tanpa mengalami gesekan, kondisi ini
dicapai dengan mengatur sedemikian rupa perubahan luas penampang terhadap
panjang nozel. Pada kondisi aliran mendekati reversile, laju perubuhan entropi
mendekati nol, dan dS/dx = 0. Untuk kondisi ini, persamaan (7.9) dan (7.10)
menjadi;

dP u 2  1  dA du u  1  dA
     
dx VA  1   2  dx dx A  1   2  dx

Karakteristik aliran bergantung pada apakah aliran subsonik (M < 1) atau supersonik
(M > 1). Berbagai kasus aliran diringkaskan dalam Tabel 7.2.

Dengan demikian, untuk aliran subsonik dalam nozel menguncup (converging),


kecepatan meningkat dan tekanan menurun sejalan dengan mengecilnya luas
penampang. Kecepatan maksimum fluida yang dapat dicapai adalah sama dengan
kecepatan suara, dan terjadi pada leher nozel (throat). Peningkatan kecepatan dan
penurunan tekanan berikutnya terjadi pada

215
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Tabel 7.2: Karakteristik aliran pada suatu nozel.


Subsonic: M < 1 Supersonic: M > 1
Converging Diverging Converging Diverging
dA
− + − +
dx
dP
− + + −
dx
du
+ − − +
dx

bagian nozel dengan luas penampang yang lebih besar, disebut bagian mengembang
(diverging). Merujuk pada penjelasan ini, maka bagian nozel yang menguncup dapat
dipakai untuk memberikan laju aliran yang konstan ke dalam bagian pipa atau ruang
bertekanan tertentu. Misalnya suatu fluida mampu mampat memasuki suatu nozel
yang menguncup pada tekanan P1 dan keluar dari nozel langsung masuk ke dalam
ruang yang bertekan P2. Ketika tekanan fluida yang keluar dari nozel turun dibawah
tekanan P1, maka laju aliran dan kecepatan fluida meningkat. Pada akhirnya, rasio
P2/P1 mencapai harga kritis dan pada keadaan ini kecepatan fluida di bagian leher
nozel mencapai kecepatan suara. Penurunan tekanan P2 selanjutnya tidak mempunyai
pengaruh terhadap kondisi dalam nozel. Aliran tetap konstan, dan kecepatan fluida
dalam leher nozel adalah sama dengan kecepatan suara, besar kecepatan ini tidak lagi
dipengaruhi oleh harga rasio P2/P1, biasanya besar harga rasio kedua tekanan ini
ditetapkan lebih kecil dari harga kritisnya. Untuk kukus, harga kritis rasio tekanan
adalah 0,55 pada temperatur dan tekanan yang sedang.
Kecepatan supersonik dicapai pada bagian nozel yang mengembang dari
suatu nozel (dengan bagian menguncup dan mengembang) yang dirancang dengan
benar (Gambar 7.1). Kecepatan suara dicapai pada bagian leher, penurunan tekanan
selanjutnya memerlukan peningkatan luas penampang, yaitu pada bagian
mengembang, pada bagian ini kecepatan terus meningkat. Keadaan transisi terjadi
pada bagian leher, yaitu pada dA/dx = 0. Hubungan antara kecepatan, luas dan
tekanan dalam sebuah nozel menguncup/mengembang dilukiskan secara numerik
dalam contoh 7.2.

216
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Kecepatan suara dicapai pada leher nozel menguncup/mengembang hanya


bila tekanan pada leher cukup rendah sehingga harga kritis P2/P1 dicapai. Jika
penurunan

Gambar 7.1. Nozel menguncup/mengembang

tekanan dalam nozel tidak cukup tersedia untuk mencapai kecepatan suara, maka
bagian mengembang dari nozel bertindak sebagai diffuser. Maka itu, setelah
mencapai leher tekanan meningkat dan kecepatan menurun; ini kelakuan aliran
subsonik dalam bagian mengembang dari nozel.
Hubungan kecepatan terhadap tekanan pada nozel isentropik dapat
dinyatakan secara analitik jika fluida bersifat gas ideal. Kombinasi persamaan-
persamaan (6.8) dan (7.3) untuk aliran isentropik menghasilkan:

udu  VdP

Lakukan integrasi pada persamaan ini untuk kondisi masuk dan keluar nozel yang
masing-masing diberi tanda 1 dan 2, menghasilkan:

2  P1 V1   P2  
( 1) / 
P2
u  u  2  VdP 
2
2
2
1 1     (7.11)
P1   1   P1  

suku terakhir dari persamaan ini diperoleh dari eliminasi V dengan menggunakan
persamaan (3.29), PV γ = konstan.
Persamaan (7.11) dapat diselesaikan untuk rasio tekanan P2/P1 dalam hal ini
u2 mencapai kecepatan suara, dengan

 P 
u 22  c 2  V 2  
 V  S

Harga derivativ diperoleh dengan diferensiasi V dari PV γ = konstan:

217
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

 P  P
  
 V  S V

Dari kedua persamaan ini diperoleh:

u 22   P2 V2

Dengan harga ini dan dengan u1 = 0 dan dengan persamaan (7.11) diperoleh
penyelesaian untuk rasio tekanan pada bagian leher sebagai berikut:

 /(  1)
P2  2 
  (7.12)
P1    1 

Contoh 7.2

Nozel dirancang untuk suatu operasi fluida dengan kecepatan tinggi. Fluida yang
digunakan adalah kukus dengan tekanan 700 kPa dan temperatur 300oC. Kecepatan
kukus pada penampang masuk nozel adalah 30 m s -1. Hitunglah harga rasio A/A1
(dengan A1 sebagai luas penampang nozel masuk) untuk bagian penampang nozel
yang bertekanan 600, 500, 400, 300, dan 200 kPa. Asumsikan operasi berlangsung
secara isentropik di dalam nozel.

Penyelesaian 7.2

Rasio luas penampang yang dibutuhkan dapat dihitung dengan persamaan (2.27):

A u1V

A1 V1u

Kecepatan u dihitung dengan menggunakan persamaan (7.3) yang telah diintegrasi:

u 2  u12  2( H  H 1 )

Dengan satuan untuk kecepatan adalah m s-1, satuan untuk u2 adalah m2 s-2. Satuan
untuk H adalah J kg-1, satuan ini mesti disesuaikan dengan satuan kecepatan, maka
perlu dikonversi. Diketahui 1 J = 1 kg m2 s2, dengan demikian 1 J kg-1 = 1 m2 s-2.
Harga-harga entropi, entalpi, dan volume jenis untuk kukus pada kondisi
awal diperoleh dari tabel, sebagai berikut:

218
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

S1  7,2997 kJ kg -1 K -1

H 1  3.059,8 x 10 3 J kg -1
V1  371,39 cm 3 g -1

Selanjutnya,

A  30  V
  (A)
A1  371,39  u

dan u 2  900  2 ( H  3.059,8 x103 ) (B)

Karena proses ekspansi berlasung secara isentropik, maka S = S1. Berdasarkan harga
entropi ini dan tekanan 600 kPa, dari Tabel diperoleh harga-harga entalpi dan
volume jenis sebagai berikut:

S  7,2997 kJ kg -1 K -1

H  3.020,4 x 10 3 J kg -1
V1  418,25 cm 3 g -1

Dengan persamaan (B) diperoleh u  282,3 m s -1


A  30  418,25 
Dengan persamaan (A) diperoleh     0,120
A1  371,39  282,3 
Rasio luas penampang untuk tekanan yang lain dievaluasi dengan cara yang sama,
dan hasil-hasil evaluasi ditampilkan di dalam tabel berikut:

P/kP V/cm3 g-1 u/m s- A/A1


1
a
700 371,39 30 1,0
600 418,25 282,3 0,120
500 481,26 411,2 0,095
400 571,23 523,0 0,088
300 711,93 633,0 0,091
200 970,04 752,2 0,104

Tekanan pada tenggorok nozel sekitar 380 kPa. Untuk tekanan yang lebih rendah dari
harga ini, bearti penampang nozelnya lebih besar.

Contoh 7.3

219
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Kiata tinjau kembali soal tentang nozel yang telah dibahas pada contoh 7.2, sekarang
asumsikan kukus bersifat gas ideal. Hitunglah:
(a) Rasio tekanan kritis dan kecepatan pada tenggorok nozel.
(b) Tekanan keluar kukus jika nilai Mach 2 ditetapkan pada penampang keluar
nozel.

Penyelesaian 7.2
(a) Rasio kalor jenis untuk kukus adalah 1,3. Substitusikan harga ini ke dalam
persamaan (7.12),
1, 3 /(1, 31)
P2  2 
   0,55
P1  1,3  1 

Kecepatan pada tenggorok nozel sama dengan kecepatan udara, dan harga ini
diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan (7.11) yang
mengandung pekalian P1V1. Untuk kukus sebagai gas ideal, harga P1V1 dihitung
dengan persamaan berikut:

RT1 (8.314)(573,15)
P1V1    264.511 m 2 s -2
M 18,015

Dalam persamaan ini R/M mempunyai satuan sebagai berikut:

J N m kg m m -2 m m 2 s -2
  
kg K kg K kg K K

Maka RT/M dan demikian juga P1V1 mempunyai satuan m2 s-2, yaitu satuan
kecepatan kuaderat. Substitusikan harga P1V1 kedalam persamaan (7.11) diperoleh,

2
u tenggorok
(2)(1,3)(264,511)
 (30) 2 
1,3  1

1  (0,55) (1,31) / 1,3 
 900  295.422  296.322
u tenggorok  544,35 m s -1

Harga ini mendekati harga yang diperoleh pada Contoh 7.2, karena kukus pada
kondisi ini mirip dengan sifat gas ideal.

(b) Untuk nilai Mach 2 (didasarkan pada kecepatan suara di tenggorok nozel),
kecepatan kukus pada penampang keluar nozel adalah:

220
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

2u tenngorok  (2)(544,35)  1.088,7 m s -1

Substitusikan harga ini ke dalam persamaan (7.11), maka diperoleh harga rasio
tekanan:

(2)(1,3)(264.511)   P2 
(1, 31) / 1, 3

(1.088,7)  (30) 
2 2
1    
1,3  1   P1  

(1, 31) / 1, 3
 P2 
Dengan demikian, diperoleh:    0,4834
 P1 

dan, P2  (0,0428)(700)  30,0 kPa

Proses throttling

Ketika fluida mengalir melewati suatu rintangan seperti orifice, katup yang tertutup
sebagian, atau suatu media berpori tanpa sedikitpun mengalami perubahan energi
kinetik atau potensial, maka perubahan utama yang terjadi pada proses ini adalah
penurunan tekanan fluida. Proses throttling seperti ini tidak menghasilkan kerja
poros, dan tanpa perpindahan kalor, maka untuk proses ini, persamaan (2.32) dapat
disederhanakan sebagai berikut:

H  0 atau H 2  H1

Hasil ini menunjukkan proses berlangsung pada entalpi konstan.


Berhubung entalpi gas ideal bergantung hanya pada temperatur, maka proses
throttling tidak mengakibatkan perubahan temperatur gas ideal. Untuk kebanyakan
gas-gas nyata pada kondisi temperatur dan tekanan sedang, penurunan tekanan pada
entalpi konstan mengakibatkan penurunan temperatur gas. Sebagai contoh, bila suatu
kukus pada kondisi tekanan 1000 kPa dan temperatur 300 oC dikenakan proses
throttling sehingga tekananya turun sampai 101,325 kPa (tekanan atmosfir),

H 2  H 1  3.052,1 kJ kg -1

Dngan menggunakan Tabel kukus dan dengan cara interpolasi pada harga entalpi ini
dan pada tekanan 101,325 kPa diperoleh harga temperatur aliran kukus setelah proses
throttling sebasar 288,8oC. Temperatur menurun, tetapi perubahannya kecil.

221
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Proses throttling terhadap kukus basah sehingga tekanannya turun cukup


rendah dapat menyebabkan cairan menguap dan uap menjadi lewat jenuh. Dengan
demikian, jika kukus basah pada 1000 kPa (tjenuh = 179,88oC) dengan kualitas (rasio
berat uap kering yang terkandung dengan berat uap basah) 0.96 dikenakan proses
throttling atau flashing sehingga tekanan menjadi 101, 325 kPa.

H 2  H 1  (0,04)(762,6)  (0.96)(2.776,2)  2.695,7 kJ kg -1

Kukus dengan entalpi ini dan pada tekanan 101, 325 kPa mempunyai temperatur
109,8oC. Harga ini menunjukkan kukus adalah lewat jenuh (tjenuh = 100oC).
Penurunan temperatur yang cukup besar tersebut akibat dari penguapan cairan.
Jikan cairan jenuh dikenakan proses throttling sehingga tekanannya lebih
rendah, maka sebagian dari cairan itu menguap, dan menghasilkan campuran uap
jenuh dan cairan jenuh pada tekanan yang lebih rendah. Dengan demikian, jika air
dalam keadaan cairan jenuh pada tekanan 1000 kPa (tjenuh = 179,88oC) dikenakan
proses flashing sehingga tekanannya menjadi 101, 325 kPa (tjenuh = 100oC),

H 2  H 1  762,6 kJ kg -1

Pada tekanan 101, 325 kPa kualitas kukus yang dihasilkan dapat ditentukan dengan
persamaan (6.73a) dengan M = H:

762,6  (1  x)(419,1)  x( 2.676,0)


 419,1  x(2.676,0  419,1)

Dengan demikian, x  0,152


Jadi sebanyak 15,25% dari cairan mula-mula menguap dalam proses tersebut.
Kembali penurunan temperatur yang cukup besar sebagai akibat dari penguapan
cairan. Proses throttling sering digunakan pada proses refrijerasi (Bab 9).
Contoh berikut mengilustrasikan penggunaan korelasi-korelasi umum utnuk
perhitungan pada proses throttling.

Contoh 7.4.

222
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Gas propana pada 20 bar dan 400 K dikenakan proses throttling pada keadaan tunak
sehingga tekanannya turun menjadi 1 bar. Taksirlah temperatur akhir propana dan
perubahan entropinya. Sifat-sifat propana dapat diperoleh dari korelasi-korelasi
jeneral yang sesuai.

Penyelesaian 7.4.

Gunakan persamaan (6.84) pada proses ini (entalpi konstan):

H  C Pig (T2  T1 )  H 2R  H 1R  0
H

Jika keadaan akhir propana pada 1 bar diasumsikan sebagai gas ideal, maka H 2R  0 ,
dan selanjutnya persamaan ini disederhanakan untuk T2 sebagai berikut:
H 1R
T2   T1 (A)
C Pig
H

Tekanan dan temperatur kritis gas propana adalah sebagai berikut:


Tc  369,8 K Pc  42,48 bar   0,152
Selanjutnya ditentukan temperatur dan tekanan reduksi untuk keadaan awal,
400 20
Tr1   1,082 Pr1   0,471
369,8 42,48
Untuk kondisi ini, pemakaian korelasi jeneral yang didasarkan pada koefisien virial

kedua (Gambar 3.15) adalah sesuai, dan harga H 1R ditentukan dengan menggunakan
persamaan-persamaan (6.78), (3.61), (6.80), (3.62), dan (6.81). Semua persamaan ini
terangkum dan terwakili oleh persamaan berikut (subbab 6.7):
H 1R
 HRB(1.082,0.471,0.152)  -0,452
RTc

Dengan demikian, H 1R  (8,314)(369,8)(0,452)  1,390 J mol-1


ig
Besaran selanjutnya yang akan dievaluasi dalam persamaan (A) adalah C P H
.

Tabel C.1 menyediakan data propana untuk persamaan kapasitas kalor berikut:
C Pig
 1,213  28,785 x 10 -3 T  8,824 x 10 -6 T 2
R

223
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Untuk perhitungan awal, asumsikan harga C Pig mendekati harga C Pig pada
H

temperatur awal 400 K. Berdasarkan harga temperatur ini dan dengan pearsamaan

kapasitas kalor di atas diperoleh harga C Pig , dengan demikian,

C Pig  94,07 J mol -1 K -1


H

 1.390
Dari persamaan (A) , T2   400  385,2 K
94,07
ig
Dari harga ini terlihat perubahan temperatur kecil, maka harga C P H
dievaluasi

kembali dengan menentukan terlebih dahulu harga C Pig bedasarkan temperatur rata-
rata arimatik,

400  385,2
Tam   392,6 K
2

Bedasarkan harga temperatur ini diperoleh: C Pig  92,73 J mol -1 K -1 .


H

Bedasarkan harga ini hitung kembali T2 dengan menggunakan persamaan (A), dan
diperoleh harga akhir:
T2  385,0 K
Perubahan entropi propana ditentukan dengan persamaan (6.85) berikut:
T2 P
S  C Pig ln  R ln 2  S1R
S T1 P1
Berhubung perubahan temperatur begitu kecil, suatu pendekatan yang sangat baik
adalah,
C Pig  C Pig  92,73 J mol -1 K -1
S H

Harga S1R ditentukan dengan menggunakan persamaan (6.79) sampai dengan (6.81),
semua persamaan ini terangkum dan terwakili oleh persamaan berikut:
S1R
 SRB(1.082,0.471,0.152)  -0,2934
R
Dengan demikian, S1R  (8,314)(0,2934)  2,439 J mol -1 K -1
385,0 1
Maka, S  92,73 ln  8,314 ln  2,439  23,80 J mol -1 K -1
400 20
Nilai ∆S yang positif ini menunjukkan hadirnya irreversibilitas dalam proses
throttling.

224
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Contoh 7.5
Proses throttling terhadap suatu gas nyata dengan kondisi temperatur dan tekanan
yang sedang biasanya mengakibatkan penurunan tempertur gas tersebut. Pada
kondisi bagaimanakah agar proses ini mengakibatkan kenaikan temperatur?
Penyelesaian 7.5

Tanda perubahan temperatur ditentukan oleh tanda derivatif (T / P) H ,


derivatif ini dikenal sebagai koefisien Joule/Thomson μ:
 T 
  
 P  H
Bila tanda μ adlah positif, ini berarti proses throttling mengakibatkan penurunan
temperatur, dan bila harganya negatif, mengakibatkan kenaikan temperatur.
Karena H  f (T , P ) , persamaan berikut menghubungkan koefisien
Joule/Thomson μ dengan sifat-sifat termodinamika lainnya:4
1
 T   T   H   H   H 
           
 P  H  H  P  P  T  T  P  P  T
Dengan demikian, dengan persamaan (2.20),

1  H 
   (A)
C P  P  T

Berhubung harga CP mestilah positif, maka tanda μ ditentukan oleh tanda (H / P ) T

. Derivatif (H / P ) T selanjutnya dihubungkan dengan PVT:

 H   V 
   V T  (6.19)
 P  T  T  P

Karena V  Z R T / P , maka persamaan (6.19) dapat ditulis lebih ringkas sebagai

 H  RT 2  Z 
    
 P  T P  T  P

dengan Z sebagai faktor kompressibilitas. Substitusikan persamaan ini ke dalam


persamaan (A) menghasilkan:

225
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

RT 2  Z 
  
C p P  T  P

Derivatif (Z / T ) P dan μ memiliki tanda yang sama. Bila (Z / T ) P adalah nol,
seperti pada gas ideal, maka harga μ juga nol, dengan demikian tidak ada perubahan
temperatur pada proses throttling.
Untuk gas-gas nyata, kondisi (Z / T ) P  0 dapat terjadi secara lokal
(sebagai titik-titik di dalam fluida). Titik-titk yang demikian didefinisikan sebagai
kurva inversi Joule/Thomson, yang memisahkan daerah positif μ dengan daerah
negatif μ. Gambar 7.2 memperlihatkan kurva-kurva inversi reduksi yang
menghubungkan antara Tr dan Pr untuk μ = 0. Garis tebal adalah suatu korelasi data
untuk Ar, CH4, N2, CO, C2H4, C3H8, CO2, dan NH3.5. Garis putus-putus adalah data
dari hasil hitungan dengan menggunakan persamaan keadaan Redlich/Kwong pada
kondisi (Z / T ) P  0 .

Gambar 7.2 Kurva Inversi. Tiap garis


menggambarkan tempat kedudukan titik untuk
  0 . Garis tebal dilukiskan berdasarkan
korelasi data; Garis putus-putus berdasarkan
persamaan Redlich/Kwong.

7.2 Turbin (Ekspander)

Ekspansi gas didalam suatu nozel dengan tujuan untuk menghasilkan aliran
berkecepatan tinggi adalah suatu proses yang merubah energi dalam menjadi energi
kinetik. Selanjutnya eneargi kinetik tersebut dirubah menjadi kerja poros ketika
aliran gas menyentuh dan mendorong sudu-sudu turbin. Turbin (ekpspander) adalah

226
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

suatu alat yang terdiri dari sejumlah nozel, dan sudu-sudu yang dapat berputar. Aliran
gas secara tunak melewati nozel yang mengakibatkan gas berekspansi. Gas dari
nozel mendorong sudu-sudu sehingga poros berputar. Secara keseluruhan proses
ekspansi dapat diartikan sebagai proses perubahan energi dalam dari suatu kukus
bertekanan tinggi menjadi kerja poros secara efisien. Jika kukus digunakan sebagai
gaya pendorong seperti pada pusat pembangkit tenaga listrik, maka alat yang
menggunakannya dinamakan turbin; bila gas bertekanan tinggi seperti amonia, atau
gas etilena yang dihasilkan pada pabrik kimia atau petrokimia digunakan sebagai
fluida kerja, maka alat yang menggunakannya disebut ekspander. Proses ekspansi gas
diperlihatkan pada Gambar 7.3.

Gambar 7.3. Aliran tunak melewati turbin atau ekspander

Persamaan-persamaan (2.31) dan (2.32) adalah hubungan-hubungan energi


yang sesuai untuk diterapkan pada proses ekspansi. Namun, besaran energi potensial
yang terkandung dalam persamaan-persamaan tersebut dapat dihilangkan karena
perubahan elevasi (ketinggian) yang terjadi kecil. Selain itu, pada setiap turbin yang
dirancang dengan benar, perpindahan kalor dapat diabaikan, dan ukuran pipa masuk
dan pipa keluar turbin dibuat sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran di kedua
pipa itu mendekati sama. Dengan demikian, persamaan-persamaan (2.31) dan (2.32)
dapat disederhanakan sebagai berikut:

W S  m H  m ( H 2  H 1 ) (7.13)

WS  H  ( H 2  H 1 ) (7.14)

227
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Biasanya, kondisi masuk T1 dan P1, dan tekanan keluar P2 diketahui. Dengan
demikian dalam persamaan (7.14) hanya H1 yang diketahui, sedangkan H2 dan Ws
masih belum diketahui. Perhitungan tidak dapat dilakukan bila hanya bertumpu pada
persamaan energi, karena itu perlu dicari hubungan lain. Bila fluida di dalam turbin
mengalami proses ekspansi secara reversibel dan juga adiabatik, maka proses
berlangsung secara isentropik, dengan demikian S2 = S1. Dengan menggunakan
persamaan ini, keadaan akhir fluida dan H2 dapat ditentukan. Untuk kasus ini, Ws
pada persamaan (7.14) ditulis sebagai berikut:

Ws (isentropik)  (H ) S (7.15)

Ws (isentropik) adalah kerja poros yang maksimum yang dapat diperoleh dari
turbin yang bekerja secara adiabatik pada kondisi masuk dan pada tekanan keluar
yang ditetapkan. Turbin sebenarnya (aktual) menghasilkan kerja lebih kecil
dibandingkan kerja maksimum, karena proses ekspansi berlangsung secara
irreversible. Berkaitan dengan hal ini, didefinisikan efisiensi turbin sebagai berikut:

Ws

Ws (isentropik)

dengan Ws sebagai kerja poros aktual. Dengan mensubstitusikan persamaan (7.14)


dan (7.15) diperoleh:

H
 (7.16)
(H ) S

Harga-harga η untuk berbagai turbin atu ekspander yang dirancang secara benar
biasanya berkisar antara 0,7 dan 0,8. Gambar 7.4 memperlihatkan diagram H S.
Diagram ini digunakan untuk membandingkan proses ekspansi aktual dengan proses
reversible di dalam turbin untuk kondisi masuk dan tekanan keluar yang sama.
Lintasan reversible adalah garis vertikal yaitu garis entropi konstan dimulai dari titik
́́
1 pada tekanan masuk P1 ke titik 2΄́ pada tekanan keluar P2. Garis yang mewakili
proses irreversible aktual juga dimulai dari titik 1, tetapi bergerak ke bawah ke arah
kanan, yaitu arah peningkatan entropi. Hal ini karena proses berlangsung secara
adiabatik dan irreversible sehingga meningkatkan entropi fluida. Proses berakhir
pada titik 2 di garis isobar P2. Semakin irreversible proses, semakin jauh letak titik
ini ke kanan di garis isobar P2, dan semakin rendah efisiensi (η ) proses.

228
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Gambar 7.4 Proses ekspansi adiabatik dalam ekspander (turbin)

Contoh 7.6

Turbin kukus dengan kapasitas 56.400 kW beroperasi dengan menggunakan kukus


yang bertekanan 8.600 kPa dan bertemperatur 500oC. Kukus keluar dari turbin
dengan tekanan 10 kPa, lalu dialirkan ke dalam kondensor. Asumsikan efisiensi
turbin 0,75, tentukan keadaan kukus keluar serta laju massa aliran kukus.

Penyelesaian 7.6
Kondisi kukus masuk turbin: tekanan = 8.600 kPa dan temperatur = 500 oC.
Berdasarkan kondisi ini dan melalui tabel kukus diperoleh harga-harga berikut::
H 1  3.391,6 kJ kg -1 S1  6,6858 kJ kg -1 K -1
Jika ekspansi ke tekanan 10 kPa berlangsung secara isentropik, maka,

S 2'  S1  6,6858

Kukus dengan harga entropi ini dan tekanan 10 kPa adalah kukus basah. Kualitas
kukus dihitung dengan persamaan (6.73b), dan dengan M = S dan x v  x 2' sebagai
berikut:

S 2'  S 2/  x 2' ( S 2v  S 2l )

Selanjutnya, 6,6858  0,6493  x 2' (8,1511  0,6493)

dan diperoleh, x 2'  0,8047

229
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

x 2' adalah kualitas (fraksi uap) kukus keluar pada titik 2 ' . Entalpi H 2' juga ditentukan
dengan menggunakan persamaan (6.73b), dan ditulis sebagai:

H 2'  H 2/  x 2' ( H 2v  H 2l )

Dengan demikian,

H 2'  191,8  (0,8047)(2.584,8  191,8)  2.117,4 kJ kg -1

( H ) S  H 2'  H 1  2.117,4  3.391,6  1.274,2 kJ kg -1

dan dengan persamaan (7.16),

H   (H ) S  (0.75)(1.274,2)  955,6 kJ kg -1


Maka,
H 2  H 1  H  3.391,6  955,6  2.436,0 kJ kg -1

Kukus pada keadaan akhir aktual juga kukus dalam keadaan basah, dan kualitasnya
dihitung sebagai berikut:

2.436,0  191,8  x 2 ( 2.584,8  191,8)

Maka diperoleh, x 2  0,9378

Akhirnya,

S 2  0,6493  (0,9378)(8,1511  0,6493)  7.6846 kJ kg -1 K -1

Harga ini dapat dibandingkan dengan harga awal S1 = 6,6858.


Laju massa kukus dihitung dengan persamaan (7.13). Laju kerja yang
dihasilkan adalah 56.400 kW atau 56.400 kJ s-1, dengan demikian,

W s  56.400  m (2.436,0  3.391,6)

Laju massa kukus, m  59,02 kg s -1

Contoh 7.6 diselesaikan dengan data yang diperoleh dari tabel kukus. Bila
data (dari tabel) untuk fluida kerja tidak tersedia, maka korelasi-korelasi yang umum
di dalam subbab 6.7 dapat digunakan dan dikaitkan dengan persamaan-persamaan
(6.84) dan (6.85), sebagaimana diilustrasikan dalam contoh berikut.

230
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Contoh 7.7

Aliran gas etilen pada 300oC dan 45 bar diekspansi di dalam turbin secara adiabatik
ke tekanan 2 bar. Hitunglah kerja isentropik yang dihasilkan. Tentukan sifat-sifat
etilen dengan:

(a) Persamaan gas ideal.


(b) Korelasi-korelasi jeneral yang sesuai.

Penyelesaian 7.7

Perubahan-perubahan entalpi dan entropi pada proses:

H  C Pig (T2  T1 )  H 2R  H 1R (6.84)


H

T2 P
S  C Pig ln  R ln 2  S 2R  S1R (6.85)
S T1 P1

Harga-harga yang diketahui adalah P1 = 45 bar, dan T1=300+273.15 = 573.15 K.

(a) Jika etilen diasumsikan sebagai gas ideal, maka seluruh sifat-sifat residual adalah
nol, dan persamaan-persamaan (6.84) dan (6.85) disederhanakan sebagai berikut:

T2 P
H  C Pig (T2  T1 ) S  C Pig ln  R ln 2
H S T1 P1

Untuk proses isentropik, ∆S = 0, maka persamaan kedua menjadi:

C Pig T2 P 2
ln  ln 2  ln  3,1135
R S
T1 P1 45

 3,1135
atau ln T2   ln 573,15
C Pig /R
S

  3,1135 
T2  exp   6.3511 
Selanjutnya diperoleh,  C ig / R  (A)
 P S 

ig
Harga C P S
/ R ditentukan oleh persamaan (5.17), untuk tujuan komputasi,
persamaan ini dinyatakan sebagai berkut:

231
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

C P'
S
 MCPS(573.15, T2;1.424,14.394E - 3,-4.392E - 6,0.0)
R

Konstanta-konstanta etilen yang tercakup dalam persamaan ini diperoleh dari Tabel
ig
C.1. temperatur T2 ditentukan secara iterasi. Asumsikan harga awal untuk C P / R , S
dan masukkan harga ini ke persamaan (A), diperoleh T2. Selanjutnya harga T2 ini
ig
digunakan untuk menghitung kembali harga C P / R . Proses iterasi dilanjutkan
S
sehingga mencapai konvergen pada harga akhir:

T2  370,8 K

Selanjutnya, Ws (isentropik)  (H ) S  C Pig (T2  T1 )


H

ig
Harga C P H
/ R diberikan oleh persamaan (4.8), untuk tujuan komputasi,
persamaan ini dinyatakan sebagai berkut:

C Pig
H
 MCPH(573.15,390.8;1.424,14.394E - 3,-4.392E - 6,0.0)  7.224
R

Dengan demikian,

Ws (isentropik)  (7,224)(8,314)(370,8 - 573,15)  -12.153 J mol -1

(b) Sifat-sifat kritis untuk etilen:

Tc  282,3 K Pc  50,4 bar   0,087

Pada keadaan awal,

573,15 45
Tr1   2,030 Pr1   0,893
282,3 50,4

Harga-harga ini sesuai untuk digunakan pada Gambar 3.15 (grafik korelasi jeneral
yang didasarkan pada koefsien virial kedua). Penggunaan persamaan-persamaan
(6.78), (6.79), (3.61), (3.62), (6.80) dan (6.81) di dalam komputasi di wakili oleh
persamaan-persamaan:

H 1R
 HRB(2.030,0.893,0.087)  -0,234
RTc

232
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

S1R
 SRB(2.030,0.893,0.087)  -0,097
R

Selanjutnya, H 1R  (0,234)(8,314)(282,3)  549 J mol -1

S1R  (0,097)(8,314)  806 J mol -1 K -1

Untuk menaksir harga awal S 2R , asumsikan bahwa T2 = 370, 8 K, harga ini diperoleh
dari bagian (a). Kemudian,

370,8 2
Tr2   1,314 Pr2   0,040
282,3 50,4

Berdasarkan harga ini ditentukan,

S 2R
 SRB(1.314,0.040,0.087)  -0,0139
R
dan S 2R  (0,0139)(8,314)  0,116 J mol-1 K -1

Jika proses ekspansi berlangsung secara isentropik, maka persamaan (6.85) menjadi:

T2 2
0  C Pig ln  8,314 ln  0,116  0,806
S 573,15 45
Selanjutnya,
T2  26,576
ln 
573,15 C Pig
S

  26,576 
T2  exp  6,3511 
 
 CP S
ig

Selanjutnya dilakukan penyelesaian secara iterasi seperti pada bagian (a), dan
menghasilkan:

T2  365,8 K dan Tr2  1,296

Berdasarkan harga Tr2 ini dan Pr2  0,040 ditentukan,


S 2R
 SRB(1.296,0.040,0.087)  -0,0144
R

dan S 2R  (0,0144)(8,314)  0,120 J mol-1 K -1

233
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Hasil ini sedikit berubah dari harga taksiran awal, sehingga perhitungan kembali T2

tidak perlu dilakukan, dan selanjutnya evaluasi H 2R dilakukan berdasarkan harga-


harga temperatur dan tekanan reduksi yang telah ditentukan sebelumnya:

H 2R
 HRB(1.296,0.040,0.087)  -0,0262
RTc
H 1R  (0,0262)(8,314)(282,3)  61 J mol -1

Dengan menggunakan persamaan (6.84) ditentukan,

(H ) S  (C Pig ) H (365,8  573,15)  61  549

ig
Evaluasi harga C P H
seperti dilakukan pada bagian (a) untuk harga T2 = 365,8 K
menghasilkan:

C Pig  59,843 J mol -1 K -1


H
Dengan harga ini diperoleh,

( H ) S  11 .920 J mol -1


dan Ws (isentropik)  (H ) S  11,920 J mol-1

7.3 Proses Kompresi

Berbeda dengan proses ekspansi yang mengakibatkan penurunan tekanan di dalam


aliran fluida, proses kompresi mengakibatkan kenaikan tekanan dalam aliran fluida.
Kompresor, pompa, kipas, blower, dan pompa vakum adalah peralatan yang
dirancang untuk keperluan ini. Peralatan-peralatan tersebut penting dalam proses
transportasi fluida, proses fluidisasi butiran-butiran padat, meningkatkan tekanan
fluida pada kondisi tertentu agar suatu reaksi atau proses tertentu dapat berlangsung.
Perhatian kita disini bukan ditujukan untuk merancang peralatan-peralatan tersebut,
tetapi menentukan spesifikasi (atau jumlah) energi yang diperlukan untuk kompresi
fluida secara tunak dari satu tekanan tertentu ke tekanan yang lebih tinggi.

Kompresor

Kompressi gas-gas biasanya dilakukan di dalam peralatan-peralatan yang


mempunyai sudu-sudu (blades) yang dapat berputar (seperti operasi pada turbin) atau

234
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

di dalam silinder-silinder yang mempunyai piston yang dapat bergerak secara bolak
balik. Peralatan dengan bagian berputar seperti blower, kipas dan lainnya digunakan
untuk mengalirkan fluida dalam jumlah volume yang besar dan dengan tekanan
fluida keluar yang rendah. Untuk menghasilkan tekanan fluida yang tinggi
diperlukan kompressor (reciprocating compressor).
Persamaan energi tidak bergantung pada jenis peralatan; seperti turbin atau
ekspander, semuanya sama, dan perubahan energi potensial dan energi kinetik yang
terjadi pada peralatan ini diasumsikan dapat diabaikan. Dengan demikian, persamaan
(7.13) sampai dengan (7.15) diterapkan untuk kompressi adiabatik, proses ini
diilustrasikan pada Gambar 7.5.

Gambar 7.5. Proses kompressi secara tunak

Dalam proses kompresi, kerja isentropik, seperti diberikan oleh persamaan


(7.15), merupakan suatu kerja poros yang minimum yang diperlukan untuk
kompressi suatu gas dari keadaan awal tertentu ke keadaan akhir dengan tekanan
keluar tertentu. Dengan demikian, kita mendefinisikan efisiensi kompressor sebagai
berikut:

Ws (isentropik)

Ws

Dengan menggunakan persamaan (7.14) dan (7.15), harga efisiensi ini diperoleh
sebagai berikut:

235
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

(H ) s
 (7.17)
H

Efisiensi kompresor biasanya berkisar antara 0,7 sampai 0,8.


Proses kompressi ditunjukan pada diagram H S pada Gambar 7.6. Lintasan
vertikal yang naik dari titik 1 ke titik 2 adalah menjelaskan proses kompressi
isentropik dari P1 ke P2. Proses kompressi aktual mengikuti lintasan dari titik 1
bergerak keatas dan kemudian ke kanan ke arah peningkatan entropi, bearakhir pada
titik 2 pada garis tekanan tetap (isobar) P2.

Contoh 7.8

Kukus uap-jenuh pada 100 kPa (tjenuh = 99,63oC) dikompres secara adiabatik ke
tekanan 300 kPa. Jika efisiensi kompresor adalah 0,75, berapa besar kerja yang
diperlukan dan bagaimanakah sifat (keadaan) aliran keluar?

Penyelesaian 7.8

Untuk kukus jenuh pada 100 kPa:

S1 = 7,3598 kJ kg-1 K-1 H1= 2.675, 4 kJ kg-1

Untuk kompresi isentropik ke 300 kPa,

S 2'  S1  7,3598 kJ kg -1K -1

236
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Dengan cara interpolasi pada tabel, untuk kukus lewat jenuh pada 300 kPa dan pada
harga entropi ini diperoleh harga entalpi kukus:

H 2'  2.888,8 kJ kg -1

Dengan demikian, (H ) s  2.888,8  2.675,4  213,4 kJ kg -1

Dengan persamaan (7.17),

 H  s 213,4
H    284,5 kJ kg -1
 0.75

Selanjutnya, H 2  H 1  H  2.675,4  284,5  2.959,9 kJ kg -1

Juga dengan cara interpolasi untuk kukus lewat jenuh dengan harga entalpi ini
diperoleh harga-harga temperatur dan entropi sebagai berikut:

T2 = 246,1oC S2 = 7,5019 kJ kg-1 K-1

Selanjutnya, dengan persamaan (7.14) ditentukan besar kerja yang diperlukan:

Ws  H  284,5 kJ kg -1

Penerapan langsung persamaan (7.13) sampai dengan (7.15) dilakukan dengan


mengasumsikan ketersediaan data (disajikan dalam Tabel) atau diagram
termodinamika dari fluida yang dikompres. Jika informasi tersebut tidak tersedia,
korelasi-korelasi yang jeneral yang telah dibahas pada bab 6.7 dapat digunakan
bersam-sama dengan persamaan (6.84) dan (6.85), percis seperti yang dijelaskan
pada contoh 7.7 untuk proses ekspansi.
Dengan mengasumsikan gas bersifat ideal, maka persamaan-persamaan yang
relatif sederhana dapat digukan. Untuk gas ideal, persamaan (5.18) ditulis sebagai
berikut:
T2 P
S  C P S
ln  R ln 2
T1 P1

237
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Untuk tujuan penyederhanaan, superscript “ig” dihilangkan dari simbol kapasitas


kalor rata-rata. Jika kompressi berlangsung isentropik, ∆S = 0 , dan persamaan ini
menjadi:

R / C P'
P  s

T  T1  2
2
'
 (7.18)
 P1 

Dengan T2' sebagai temperatur setelah berlasungnya kompressi isentropik dari T1


'
dan P1 ke P2, dan C P S
sebagai kapasitas kalor rata-rata pada rentang T1 ke T2' .
Untuk kompressi isentsropik, persamaan (4.9) ditulis sebagai berikut:

( H ) S  C P' (T2'  T1 )
H

Mengkuti persamaan (7.15), persamaan ini menjadi:

Ws (isentropik )  C P' (T2'  T1 ) (7.19)


H

Persamaan ini dikombinasikan dengan persamaan efisiensi kompressor


menghasilkan:

Ws (isentropik)
Ws  (7.20)

Temperatur gas keluar aktual setelah kompressi T2 ditentukan dengan menggunakan


persamaan (4.9) yang ditulis kembali sebagai berikut:

H  C P H
(T2  T1 )

Maka,

H
T2  T1  (7.21)
CP H

dari persamaan (7.14) diketahui H  Ws . Dalam persamaan ini C P H adalah


kapasitsa kalor rata-rata dalam rentang temperatur T1 ke T2.

Untuk kasus yang khusus seperti gas ideal dengan kapasitas kalor rata-rata konstan,

C P'  CP H
 C P'  CP
H S

238
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Maka persamaan-persamaan (7.18) dan (7.19) menjadi:


R / CP s
P 
T  T1  2
2
'
 dan Ws (isentropik)  C P (T2'  T1 )
 P1 

Persamaan-persamaan ini dikombinasikan menghasilkan:6

 P 
R / CP s

Ws (isentropik)  C P T1  2   1 (7.22)
 P1  

Untuk gas-gas ideal beratom tunggal seperti argon dan helium,


R / C P  2 / 5  0,4 . Untuk gas-gas beratom ganda seperti seperti oksigen, nitrogen,

dan udara pada temperatur sedang, R / C P  2 / 7  0,2857. Untuk gas-gas ideal


dengan kerumitan molekul yang lebih tinggi, kapasitas kalornya bergantung sekali
dengan tempertur, dan persamaan (7.22) mungkin kurang sesuai. Dengan
mengasumsikan kapasitas kalor konstan, dengan mudah kita menghasilkan hubungan
berikut:

T2'  T1
T2  T1  (7.23)

Contoh 7.9
Jika metana (diasumsikan sebagai gas ideal) dikompres secara adiabatik dari 20oC
dan 140 kPa ke 560 kPa, taksirlah kerja yang diperlukan dan temperatur metana
ketika keluar dari kompressor. Efisiensi kompresor adalah 0,75.

Penyelesaian 7.9
'
Penerapan persamaan (7.18) memerlukan evaluasi eksponen R / C P S
. Harga ini

dapat ditentukan dengan persamaan (5.17). Untuk komputasi, persamaan (5.17) ini
ditulis sebagai berikut:
C P'
S
 MCPS(293.15, T2;1.702,9.081E - 3,-2.164E - 6,0.0)
R

konstanta-konstanta gas metana yang digunakan dalam persamaan ini diperoleh dari

Tabel C.1. Tetapkanlah temperatur T2' dengan harga yang lebih tinggi dari temperatur

239
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

'
awal T1=293,15 K. Selanjutnya, evaluasi harga eksponen C P S
/ R yang diperlukan

oleh persamaan (7.18). Dengan P2/P1 = 560/140 = 4,0 dan T1=293,15 K, carilah

harga baru dari T2' . Selanjutnya ulangi kembali prosedur semula sampai harga T2'
yang diperoleh pada langkah berikutnya tidak lagi berubah secara bearti. Posedur
tersebut menghasilkan harga-harga:

' C P' .
T =397,37 K
2 dan S = 4,5574
R
'
Evaluasi harga C P H
/ R dengan menggunakan persamaan (4.8) untuk harga T1 dan
T2' yang sama, adalah sebagai berikut:

C P'
H
 MCPH(293.15,397.37;1.702,9.081E - 3,-2.164E - 6,0.0)  4,5774
R

'
Dengan demikian, C P  (4,5774)(8,314)  38,056 J mol -1 K -1
H
Selanjutnya dengan persamaan (7.19),

Ws (isentropik)  (38,056)(397,37 - 293,15)  3.966,2 J mol -1

Kerja aktual ditentukan dengan persamaan (7.20):

3.966,2
Ws   5.288,3 J mol -1
0,75

Penerapan persamaan (7.21) Utuk perhitungan T2 menghasilkan:

5.288,3
T2  293,15 
CP H

Karena C P H bergantung pada harga T2. Maka sekali lagi kita menggunakan
prosedur iterasi. Harga awal iterasi digunakan harga T2' . Hasil iterasi adalah:

T2  428,65 K atau t 2  155,5 o C

dan CP H
 39,027 J mol -1 K -1

Pompa

240
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Bebagai cairan biasanya dipindahkan oleh pompa, yang secara umum merupakan
suatu peralatan yang memiliki komponen yang berputar. Persamaan yang sama yang
diterapkan pada kompressor adiabatik juga diterapkan pada pompa adiabatik.
Dengan demikian persamaan-persamaan (7.13) sampai dengan (7.15) dan persamaan
(7.17) jug berlaku untuk pompa. Namun demikian, penerapan persamaan (7.14)

untuk perhitungan Ws  H memerlukan harga-harga entalpi dari cairan-cairan


bawah jenuh, dan data ini jarang tersedia. Persamaan (6.8) yang merupakan suatu
relasi sifat yang mendasar dapat digunakan
dH  VdP (S konstan)
Kombinasikan persamaan ini dengan persamaan (7.15) menghasilkan:
P2
Ws (isentropik)  (H ) S   V dP
P1

Asumsi yang biasanya digunakan untuk cairan (pada kondisi tidak dekat dengan titik
kritis) adalah V tidak bergantung pada P. Dengan demikian, integrasi menghasilkan:
Ws (isentropik)  (H ) S  V ( P2  P1 ) (7.24)
Persamaan-persamaan berikut berasal dari Bab 6 yang juga berguna dalam kasus ini,
dH  C P dT  V (1  T ) dP (6.28)

dT
dS  C P   V dP (6.29)
T

dengan ekspansivitas volume β didefinisikan oleh persamaan (3.2). Berhubung


selama proses pemompaan perubahan temperatur cairan sangat kecil dan karena
sifat-sifat cairan tidak sensitif terhadap tekanan (sekali lagi, pada kondisi tidak dekat
dengan titik kritis), maka persamaan-persamaan tersebut diintegrasi dengan
mengasumsikan CP, V, dan β konstan. Dengan pendekatan demikian, diperoleh
persamaan-persamaan berikut:

H  C P T  V (1   T ) P (7.25)

T2
S  C P ln   V P (7.26)
T1

Contoh 7.10

241
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Air pada temperatur 45oC dan 10 kPa memasuki pompa yang bekerja secara
adiabatik dan dipompakan keluar pada tekanan 8.600 kPa. Asumsikan efisiensi
pompa sebesar 0.75. Hitunglah kerja pompa, perubahan temperatur air, dan
perubahan entropi air.

Penyelesaian 7.10

Berikut ini ditampilkan sifat-sifat air jenuh pada 45oC (318.15 K):

V  1.010 cm 3 kg -1   425 x 10 -6 K -1 C P  4,178 kJ kg -1 K -1

Dengan persamaan (7.17) diperoleh harga,

Ws (isentropik)  ( H ) S  (1.010)(8.600  10)  8,676 x 10 6 kPa cm 3 kg -1

Karena 1 kJ = 106 kPa cm3,

Ws (isentropik)  (H ) S  8,676 kJ kg -1

Dengan persamaan (7.17) diperoleh harga,

(H ) S 8,676
H    11,57 kJ kg -1
 0,75

dan Ws  H  11,57 kJ kg -1

Perubahan temperatur air selama pemompaan ditentukan dengan persamaan (7.25):

8.590
11,57  4,178 T  1,010 [1  (425 x 10 -6 )(318,15)]
10 6
Penyelesaian utuk ∆T menghasilkan:

T  0,97 K atau 0,97oC.

Perubahan entropi air dihitung dengan persamaan (7.26):

319,12 8.590
S  4,178 ln  (425 x 10 -6 )(1.010)  0.0090 kJ kg -1 K -1
318,15 10 6

Ejektor

Ejektor adalah suatu alat untuk memindahkan gas-gas atau berbagai uap dari ruang
yang divakumkan dan menekan keluar gas-gas tersebut ke lingkungan yang

242
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

bertekanan lebih tinggi. Jika gas-gas atau uap yang akan dipisahkan diperkenankan
bercampur dengan fluida pendorong, maka ejektor merupakan pilihan yang lebih
disukai dibandingkan dengan berbagai jenis pompa vakum lainnya, karena biaya
awal dan pemeliharaannya lebih rendah. Seperti yang diilustrasikan oleh Gambar 7.7,
ejektor terdiri dari nozel (kuncup/mengembang) bagian dalam, yang dialiri fluida
pendorong (biasanya kukus), dan nozel bagian luar yang ukurannya lebih besar yang
dilewati oleh gas-gas atau uap-uap yang akan dipisahkan dan juga fluida pendorong.

Gambar 7.7 Ejektor dengan tahapan tunggal

Momentum dari fluida yang berkecepatan tinggi yang keluar dari nozel dalam
sebagian berpindah ke gas-gas atau uap-uap yang akan dipisahkan sehingga
kecepatan campuran (gas-gas dan fluida pendorong) lebih rendah dibandingkan
dengan kecepatan fluida pendorong ketika keluar dari nozel dalam. Namun
demikian, kecepatan campuran ini masih lebih tinggi dibandingkan kecapatan udara,
oleh karenanya nozel luar berfungsi sebagai diffuser (kuncup/mengembang) yang
meningkatkan tekanan dan menurunkan kecepatan, sehingga kecepatan campuran di
tenggorokan diffuser sama dengan kecepatan udara. Meskipun persamaan-persamaan
energi yang biasa dapat kita terapkan pada berbagai nozel, namun proses
pencampuran adalah suatu yang rumit, oleh karenanya kebanyakkan rancangan
ejektor didasarkan pada empiris.

243

Anda mungkin juga menyukai