BAB 7
PENERAPAN TERMODINAMIKA PADA PROSES
ALIRAN
Proses aliran terjadi akibat adanya perbedaan (gradien) tekanan dalam fluida.
Selain itu, gradien temperatur, kecepatan, dan bahkan konsentrasi dapat juga hadir
terbuka yang telah disampaikan pada Bab 2 dan 5 diringkaskan dalam Tabel 7.1.
dt 2 fs 2 fs 2
(2.28) (2.30) (2.32a)
d ( mS ) cv Q j Q j Qj
( Sm ) fs S G 0( Sm ) fs S G 0 S SG 0
dt j T , j j T , j j T , j
209
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
suatu fluida yang mampu mampat (compressible) yang mengalir secara adiabatik,
tunak (steady state), dalam arah satu dimensi, dan tidak ada kerja yang dilakukan,
dan juga tidak ada perubahan dalam energi potensial. Untuk kasus ini neraca energi
yang sesuai adalah persamaan (2.32), dengan Q, Ws, dan ∆Z ditetapkan sama dengan
nol, maka:
u 2
H 0
2
Dalam bentuk diferensial ditulis sebagai,
dH u du (7.3)
Persamaan kontinuitas (2.27) juga dipakai. Karena harga m konstan, maka hasil
diferensial persamaan ini adalah:
d (uA / V ) 0
dV du dA
atau 0 (7.4)
V u A
Persamaan sifat-sifat yang mendasar yang sesuai untuk kasus ini adalah:
dH T dS V dP (6.8)
Disamping itu, volume jenis fluida dapat kita hubungkan sebagai fungsi entropi dan
tekanan: V ( S , P ) . Dengan demikian:
V V
dV dS dP
S P P S
Persamaan ini dapat dirubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana melalui
indentitas matematik sebagai berikut:
V V T
S P T P S P
210
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
V VT
S P CP
P V V 2
c 2 V 2 atau 2
V S P S c
dV T V
dS 2 dP (7.5)
V CP c
T dS V dP u du (7.6)
u2 u2
(1 Μ 2 ) VdP 1 T dS dA 0 (7.7)
CP A
211
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
β u2
M2 2
C 1 u
udu P T dS dA 0 (7.8)
1 Μ2 1 Μ2 A
dP u2 dS u 2 dA
V (1 Μ ) 2
T 1 0 (7.9)
dx CP dx A dx
β u2
M2 2
du C dS 1 u dA
u T P dx 1 Μ 2 A dx 0
(7.10)
dx 1 Μ2
Menurut hukum kedua, irreversibilitas yang timbul karena gesekan di dalan aliran
adiabatik akan menyebabkan entropi di dalam fluida meningkat searah dengan aliran.
Pada limit, yaitu ketika aliran mendekati keadaan reversibel, peningkatan entropi
mendekati nol. Secara umum peningkatan entropi dinyatakan sebagai berikut:
dS
0
dx
Untuk kasus aliran tunak dan adiabatik di dalam pipa horizontal yang luas
penampangnya konstan, dA/dx = 0, persamaan-persamaan (7.9) dan (7.10)
disederhanakan sebagai berikut:
212
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
u2 u2
1 Μ2
dP T CP dS du C dS
dx u T P dx
dx V 1- Μ2 dx 1- Μ2
Untuk aliran fluida dengan kecepatan dibawah kecepatan udara (subsonik), M2 < 1,
dan dengan besaran-besaran di sebelah kanan persamaan-persamaan ini berharga
positif, maka,
dP du
0 0
dx dx
Merujuk pada kedua ketidaksamaan ini, dapat simpulkan bahwa tekanan menurun
dan kecepatan fluida meningkat sepanjang pipa dalam arah aliran. Namun, tidak
berarti kecepatan dapat meningkat terus tanpa batas. Bila kecepatan melewati
kecepatan udara, maka ketidaksamaan di atas akan bertukar arah. Keadaan transisi
ini tidak mungkin terjadi pada pipa yang luas penampangnya konstan. Untuk aliran
subsonik, kecepatan fluida maksimum yang dapat dicapai di dalam pipa dengan luas
penampang yang konstan adalah sama dengan kecepatan udara, dan harga ini dicapai
pada ujung pipa keluar. Pada ujung ini dS/dx mencapai nilai batasnya sama dengan
nol
Persamaan-persamaan untuk aliran dalam pipa menjelaskan bahwa untuk
aliran berkecepatan supersonik tekanannya meningkat dan kecepatannya menurun
searah dengan aliran. Tetapi, aliran seperti itu tidak stabil, dan bila suatu aliran
supersonik memasuki suatu pipa dengan penampang konstan, akan terjadi kejutan
kompressi dan peningkatkan tekanan serta penurunan kecepatan menjadi subsonik.
Contoh 7.1
Perhatikan suatu cairan tidak mampu mampat yang mengalir secara tunak, adiabatik
dan irreversibel di dalam sebuah pipa horizontal yang berpenampang konstan.
Tunjukkan bahwa:
(a) Kecepatan konstan.
(b) Temperatur meningkat searah dengan aliran.
(c) Tekanan menurun searah dengan aliran.
213
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Penyelesaian 7.1
(a) Sitim untuk kasus ini adalah berupa pipa horizontal dengan panjang tertentu,
dengan penampang masuk dan keluar diberi tanda 1 dan 2. Penerapan persamaan
kontinuitas (2.27) untuk sistim ini, diperoleh:
u 2 A2 u1 A1
V2 V1
A2 = A1 (luas penampang pipa konstan) dan V2 = V1 (fluida bersifat tidak mampu
mampat), dengan demikian, u2 = u1.
S G S 2 S1
Untuk fluida tidak mampu mampat dengan kapasitas kalor C (contoh 6.2):
T2 dT
S G S 2 S1 C
T1 T
(c) Seperti ditunjukkan pada (a), u2 = u1, maka sesuai dengan kondisi yang telah
disebutkan, neraca energi (2.32) disederhanakan menjadi H 2 H1 0 .
Kombinasikan persamaan ini ke dalam persamaan (A) dalam contoh 6.2 dan
gunakan kombinasi tersebut untuk aliran tidak mampu mampat maka
menghasilkan:
T1
H 2 H 1 CdT V ( P2 P1 ) 0
T2
T1
Dengan demikian, V ( P2 P1 ) C dT
T2
214
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Seperti ditunjukkan pada (b), T2 > T1; bersandarkan pada ketidaksamaan ini dan
dengan menggunakan persamaan terakhir, diketahui P2 < P1, ini berarti tekanan
menurun searah dengan aliran fluida.
Suatu informasi yang berguna dapat kita peroleh dengan jalan mengulangi contoh
ini untuk kasus aliran adiabatik dan reversible. Dalam kasusu ini u2 = u1, seperti pada
contoh sebelumnya, tetapi SG = 0. Kemudian, dengan menggunakan neraca entropi
diperoleh T2 = T1, bersandarkan pada kesamaan ini dan dengan menggunakan neraca
energi dihasilkan P2 = P1. Kita menyimpulkan bahwa peningkatan temperatur pada
bagian (b) dan penurunan tekanan pada bagian (c) disebabkan oleh irreversibilitas
pada aliran, terutama yang ditimbulkan oleh gesekan fluida.
NOZZLE
Nozzle berfungsi untuk menukar energi dalam suatu fluida menjadi energi kinetik
atau sebaliknya, hal ini terjadi sebagai akibat perubahan luas penampang ketika
fluida melewati nozel. Hubungan antara panjang nozel dengan luas penampang
merupakan kajian mekanika fluida bukan termodinamika. Nozel yang tepat dicirikan
oleh fluida yang mengalir melewatinya hampir tanpa mengalami gesekan, kondisi ini
dicapai dengan mengatur sedemikian rupa perubahan luas penampang terhadap
panjang nozel. Pada kondisi aliran mendekati reversile, laju perubuhan entropi
mendekati nol, dan dS/dx = 0. Untuk kondisi ini, persamaan (7.9) dan (7.10)
menjadi;
dP u 2 1 dA du u 1 dA
dx VA 1 2 dx dx A 1 2 dx
Karakteristik aliran bergantung pada apakah aliran subsonik (M < 1) atau supersonik
(M > 1). Berbagai kasus aliran diringkaskan dalam Tabel 7.2.
215
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
bagian nozel dengan luas penampang yang lebih besar, disebut bagian mengembang
(diverging). Merujuk pada penjelasan ini, maka bagian nozel yang menguncup dapat
dipakai untuk memberikan laju aliran yang konstan ke dalam bagian pipa atau ruang
bertekanan tertentu. Misalnya suatu fluida mampu mampat memasuki suatu nozel
yang menguncup pada tekanan P1 dan keluar dari nozel langsung masuk ke dalam
ruang yang bertekan P2. Ketika tekanan fluida yang keluar dari nozel turun dibawah
tekanan P1, maka laju aliran dan kecepatan fluida meningkat. Pada akhirnya, rasio
P2/P1 mencapai harga kritis dan pada keadaan ini kecepatan fluida di bagian leher
nozel mencapai kecepatan suara. Penurunan tekanan P2 selanjutnya tidak mempunyai
pengaruh terhadap kondisi dalam nozel. Aliran tetap konstan, dan kecepatan fluida
dalam leher nozel adalah sama dengan kecepatan suara, besar kecepatan ini tidak lagi
dipengaruhi oleh harga rasio P2/P1, biasanya besar harga rasio kedua tekanan ini
ditetapkan lebih kecil dari harga kritisnya. Untuk kukus, harga kritis rasio tekanan
adalah 0,55 pada temperatur dan tekanan yang sedang.
Kecepatan supersonik dicapai pada bagian nozel yang mengembang dari
suatu nozel (dengan bagian menguncup dan mengembang) yang dirancang dengan
benar (Gambar 7.1). Kecepatan suara dicapai pada bagian leher, penurunan tekanan
selanjutnya memerlukan peningkatan luas penampang, yaitu pada bagian
mengembang, pada bagian ini kecepatan terus meningkat. Keadaan transisi terjadi
pada bagian leher, yaitu pada dA/dx = 0. Hubungan antara kecepatan, luas dan
tekanan dalam sebuah nozel menguncup/mengembang dilukiskan secara numerik
dalam contoh 7.2.
216
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
tekanan dalam nozel tidak cukup tersedia untuk mencapai kecepatan suara, maka
bagian mengembang dari nozel bertindak sebagai diffuser. Maka itu, setelah
mencapai leher tekanan meningkat dan kecepatan menurun; ini kelakuan aliran
subsonik dalam bagian mengembang dari nozel.
Hubungan kecepatan terhadap tekanan pada nozel isentropik dapat
dinyatakan secara analitik jika fluida bersifat gas ideal. Kombinasi persamaan-
persamaan (6.8) dan (7.3) untuk aliran isentropik menghasilkan:
udu VdP
Lakukan integrasi pada persamaan ini untuk kondisi masuk dan keluar nozel yang
masing-masing diberi tanda 1 dan 2, menghasilkan:
2 P1 V1 P2
( 1) /
P2
u u 2 VdP
2
2
2
1 1 (7.11)
P1 1 P1
suku terakhir dari persamaan ini diperoleh dari eliminasi V dengan menggunakan
persamaan (3.29), PV γ = konstan.
Persamaan (7.11) dapat diselesaikan untuk rasio tekanan P2/P1 dalam hal ini
u2 mencapai kecepatan suara, dengan
P
u 22 c 2 V 2
V S
217
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
P P
V S V
u 22 P2 V2
Dengan harga ini dan dengan u1 = 0 dan dengan persamaan (7.11) diperoleh
penyelesaian untuk rasio tekanan pada bagian leher sebagai berikut:
/( 1)
P2 2
(7.12)
P1 1
Contoh 7.2
Nozel dirancang untuk suatu operasi fluida dengan kecepatan tinggi. Fluida yang
digunakan adalah kukus dengan tekanan 700 kPa dan temperatur 300oC. Kecepatan
kukus pada penampang masuk nozel adalah 30 m s -1. Hitunglah harga rasio A/A1
(dengan A1 sebagai luas penampang nozel masuk) untuk bagian penampang nozel
yang bertekanan 600, 500, 400, 300, dan 200 kPa. Asumsikan operasi berlangsung
secara isentropik di dalam nozel.
Penyelesaian 7.2
Rasio luas penampang yang dibutuhkan dapat dihitung dengan persamaan (2.27):
A u1V
A1 V1u
u 2 u12 2( H H 1 )
Dengan satuan untuk kecepatan adalah m s-1, satuan untuk u2 adalah m2 s-2. Satuan
untuk H adalah J kg-1, satuan ini mesti disesuaikan dengan satuan kecepatan, maka
perlu dikonversi. Diketahui 1 J = 1 kg m2 s2, dengan demikian 1 J kg-1 = 1 m2 s-2.
Harga-harga entropi, entalpi, dan volume jenis untuk kukus pada kondisi
awal diperoleh dari tabel, sebagai berikut:
218
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
S1 7,2997 kJ kg -1 K -1
H 1 3.059,8 x 10 3 J kg -1
V1 371,39 cm 3 g -1
Selanjutnya,
A 30 V
(A)
A1 371,39 u
Karena proses ekspansi berlasung secara isentropik, maka S = S1. Berdasarkan harga
entropi ini dan tekanan 600 kPa, dari Tabel diperoleh harga-harga entalpi dan
volume jenis sebagai berikut:
S 7,2997 kJ kg -1 K -1
H 3.020,4 x 10 3 J kg -1
V1 418,25 cm 3 g -1
Tekanan pada tenggorok nozel sekitar 380 kPa. Untuk tekanan yang lebih rendah dari
harga ini, bearti penampang nozelnya lebih besar.
Contoh 7.3
219
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Kiata tinjau kembali soal tentang nozel yang telah dibahas pada contoh 7.2, sekarang
asumsikan kukus bersifat gas ideal. Hitunglah:
(a) Rasio tekanan kritis dan kecepatan pada tenggorok nozel.
(b) Tekanan keluar kukus jika nilai Mach 2 ditetapkan pada penampang keluar
nozel.
Penyelesaian 7.2
(a) Rasio kalor jenis untuk kukus adalah 1,3. Substitusikan harga ini ke dalam
persamaan (7.12),
1, 3 /(1, 31)
P2 2
0,55
P1 1,3 1
Kecepatan pada tenggorok nozel sama dengan kecepatan udara, dan harga ini
diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan (7.11) yang
mengandung pekalian P1V1. Untuk kukus sebagai gas ideal, harga P1V1 dihitung
dengan persamaan berikut:
RT1 (8.314)(573,15)
P1V1 264.511 m 2 s -2
M 18,015
J N m kg m m -2 m m 2 s -2
kg K kg K kg K K
Maka RT/M dan demikian juga P1V1 mempunyai satuan m2 s-2, yaitu satuan
kecepatan kuaderat. Substitusikan harga P1V1 kedalam persamaan (7.11) diperoleh,
2
u tenggorok
(2)(1,3)(264,511)
(30) 2
1,3 1
1 (0,55) (1,31) / 1,3
900 295.422 296.322
u tenggorok 544,35 m s -1
Harga ini mendekati harga yang diperoleh pada Contoh 7.2, karena kukus pada
kondisi ini mirip dengan sifat gas ideal.
(b) Untuk nilai Mach 2 (didasarkan pada kecepatan suara di tenggorok nozel),
kecepatan kukus pada penampang keluar nozel adalah:
220
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Substitusikan harga ini ke dalam persamaan (7.11), maka diperoleh harga rasio
tekanan:
(2)(1,3)(264.511) P2
(1, 31) / 1, 3
(1.088,7) (30)
2 2
1
1,3 1 P1
(1, 31) / 1, 3
P2
Dengan demikian, diperoleh: 0,4834
P1
Proses throttling
Ketika fluida mengalir melewati suatu rintangan seperti orifice, katup yang tertutup
sebagian, atau suatu media berpori tanpa sedikitpun mengalami perubahan energi
kinetik atau potensial, maka perubahan utama yang terjadi pada proses ini adalah
penurunan tekanan fluida. Proses throttling seperti ini tidak menghasilkan kerja
poros, dan tanpa perpindahan kalor, maka untuk proses ini, persamaan (2.32) dapat
disederhanakan sebagai berikut:
H 0 atau H 2 H1
H 2 H 1 3.052,1 kJ kg -1
Dngan menggunakan Tabel kukus dan dengan cara interpolasi pada harga entalpi ini
dan pada tekanan 101,325 kPa diperoleh harga temperatur aliran kukus setelah proses
throttling sebasar 288,8oC. Temperatur menurun, tetapi perubahannya kecil.
221
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Kukus dengan entalpi ini dan pada tekanan 101, 325 kPa mempunyai temperatur
109,8oC. Harga ini menunjukkan kukus adalah lewat jenuh (tjenuh = 100oC).
Penurunan temperatur yang cukup besar tersebut akibat dari penguapan cairan.
Jikan cairan jenuh dikenakan proses throttling sehingga tekanannya lebih
rendah, maka sebagian dari cairan itu menguap, dan menghasilkan campuran uap
jenuh dan cairan jenuh pada tekanan yang lebih rendah. Dengan demikian, jika air
dalam keadaan cairan jenuh pada tekanan 1000 kPa (tjenuh = 179,88oC) dikenakan
proses flashing sehingga tekanannya menjadi 101, 325 kPa (tjenuh = 100oC),
H 2 H 1 762,6 kJ kg -1
Pada tekanan 101, 325 kPa kualitas kukus yang dihasilkan dapat ditentukan dengan
persamaan (6.73a) dengan M = H:
Contoh 7.4.
222
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Gas propana pada 20 bar dan 400 K dikenakan proses throttling pada keadaan tunak
sehingga tekanannya turun menjadi 1 bar. Taksirlah temperatur akhir propana dan
perubahan entropinya. Sifat-sifat propana dapat diperoleh dari korelasi-korelasi
jeneral yang sesuai.
Penyelesaian 7.4.
H C Pig (T2 T1 ) H 2R H 1R 0
H
Jika keadaan akhir propana pada 1 bar diasumsikan sebagai gas ideal, maka H 2R 0 ,
dan selanjutnya persamaan ini disederhanakan untuk T2 sebagai berikut:
H 1R
T2 T1 (A)
C Pig
H
kedua (Gambar 3.15) adalah sesuai, dan harga H 1R ditentukan dengan menggunakan
persamaan-persamaan (6.78), (3.61), (6.80), (3.62), dan (6.81). Semua persamaan ini
terangkum dan terwakili oleh persamaan berikut (subbab 6.7):
H 1R
HRB(1.082,0.471,0.152) -0,452
RTc
Tabel C.1 menyediakan data propana untuk persamaan kapasitas kalor berikut:
C Pig
1,213 28,785 x 10 -3 T 8,824 x 10 -6 T 2
R
223
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Untuk perhitungan awal, asumsikan harga C Pig mendekati harga C Pig pada
H
temperatur awal 400 K. Berdasarkan harga temperatur ini dan dengan pearsamaan
1.390
Dari persamaan (A) , T2 400 385,2 K
94,07
ig
Dari harga ini terlihat perubahan temperatur kecil, maka harga C P H
dievaluasi
kembali dengan menentukan terlebih dahulu harga C Pig bedasarkan temperatur rata-
rata arimatik,
400 385,2
Tam 392,6 K
2
Bedasarkan harga ini hitung kembali T2 dengan menggunakan persamaan (A), dan
diperoleh harga akhir:
T2 385,0 K
Perubahan entropi propana ditentukan dengan persamaan (6.85) berikut:
T2 P
S C Pig ln R ln 2 S1R
S T1 P1
Berhubung perubahan temperatur begitu kecil, suatu pendekatan yang sangat baik
adalah,
C Pig C Pig 92,73 J mol -1 K -1
S H
Harga S1R ditentukan dengan menggunakan persamaan (6.79) sampai dengan (6.81),
semua persamaan ini terangkum dan terwakili oleh persamaan berikut:
S1R
SRB(1.082,0.471,0.152) -0,2934
R
Dengan demikian, S1R (8,314)(0,2934) 2,439 J mol -1 K -1
385,0 1
Maka, S 92,73 ln 8,314 ln 2,439 23,80 J mol -1 K -1
400 20
Nilai ∆S yang positif ini menunjukkan hadirnya irreversibilitas dalam proses
throttling.
224
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Contoh 7.5
Proses throttling terhadap suatu gas nyata dengan kondisi temperatur dan tekanan
yang sedang biasanya mengakibatkan penurunan tempertur gas tersebut. Pada
kondisi bagaimanakah agar proses ini mengakibatkan kenaikan temperatur?
Penyelesaian 7.5
1 H
(A)
C P P T
Berhubung harga CP mestilah positif, maka tanda μ ditentukan oleh tanda (H / P ) T
H V
V T (6.19)
P T T P
H RT 2 Z
P T P T P
225
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
RT 2 Z
C p P T P
Derivatif (Z / T ) P dan μ memiliki tanda yang sama. Bila (Z / T ) P adalah nol,
seperti pada gas ideal, maka harga μ juga nol, dengan demikian tidak ada perubahan
temperatur pada proses throttling.
Untuk gas-gas nyata, kondisi (Z / T ) P 0 dapat terjadi secara lokal
(sebagai titik-titik di dalam fluida). Titik-titk yang demikian didefinisikan sebagai
kurva inversi Joule/Thomson, yang memisahkan daerah positif μ dengan daerah
negatif μ. Gambar 7.2 memperlihatkan kurva-kurva inversi reduksi yang
menghubungkan antara Tr dan Pr untuk μ = 0. Garis tebal adalah suatu korelasi data
untuk Ar, CH4, N2, CO, C2H4, C3H8, CO2, dan NH3.5. Garis putus-putus adalah data
dari hasil hitungan dengan menggunakan persamaan keadaan Redlich/Kwong pada
kondisi (Z / T ) P 0 .
Ekspansi gas didalam suatu nozel dengan tujuan untuk menghasilkan aliran
berkecepatan tinggi adalah suatu proses yang merubah energi dalam menjadi energi
kinetik. Selanjutnya eneargi kinetik tersebut dirubah menjadi kerja poros ketika
aliran gas menyentuh dan mendorong sudu-sudu turbin. Turbin (ekpspander) adalah
226
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
suatu alat yang terdiri dari sejumlah nozel, dan sudu-sudu yang dapat berputar. Aliran
gas secara tunak melewati nozel yang mengakibatkan gas berekspansi. Gas dari
nozel mendorong sudu-sudu sehingga poros berputar. Secara keseluruhan proses
ekspansi dapat diartikan sebagai proses perubahan energi dalam dari suatu kukus
bertekanan tinggi menjadi kerja poros secara efisien. Jika kukus digunakan sebagai
gaya pendorong seperti pada pusat pembangkit tenaga listrik, maka alat yang
menggunakannya dinamakan turbin; bila gas bertekanan tinggi seperti amonia, atau
gas etilena yang dihasilkan pada pabrik kimia atau petrokimia digunakan sebagai
fluida kerja, maka alat yang menggunakannya disebut ekspander. Proses ekspansi gas
diperlihatkan pada Gambar 7.3.
W S m H m ( H 2 H 1 ) (7.13)
WS H ( H 2 H 1 ) (7.14)
227
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Biasanya, kondisi masuk T1 dan P1, dan tekanan keluar P2 diketahui. Dengan
demikian dalam persamaan (7.14) hanya H1 yang diketahui, sedangkan H2 dan Ws
masih belum diketahui. Perhitungan tidak dapat dilakukan bila hanya bertumpu pada
persamaan energi, karena itu perlu dicari hubungan lain. Bila fluida di dalam turbin
mengalami proses ekspansi secara reversibel dan juga adiabatik, maka proses
berlangsung secara isentropik, dengan demikian S2 = S1. Dengan menggunakan
persamaan ini, keadaan akhir fluida dan H2 dapat ditentukan. Untuk kasus ini, Ws
pada persamaan (7.14) ditulis sebagai berikut:
Ws (isentropik) adalah kerja poros yang maksimum yang dapat diperoleh dari
turbin yang bekerja secara adiabatik pada kondisi masuk dan pada tekanan keluar
yang ditetapkan. Turbin sebenarnya (aktual) menghasilkan kerja lebih kecil
dibandingkan kerja maksimum, karena proses ekspansi berlangsung secara
irreversible. Berkaitan dengan hal ini, didefinisikan efisiensi turbin sebagai berikut:
Ws
Ws (isentropik)
H
(7.16)
(H ) S
Harga-harga η untuk berbagai turbin atu ekspander yang dirancang secara benar
biasanya berkisar antara 0,7 dan 0,8. Gambar 7.4 memperlihatkan diagram H S.
Diagram ini digunakan untuk membandingkan proses ekspansi aktual dengan proses
reversible di dalam turbin untuk kondisi masuk dan tekanan keluar yang sama.
Lintasan reversible adalah garis vertikal yaitu garis entropi konstan dimulai dari titik
́́
1 pada tekanan masuk P1 ke titik 2΄́ pada tekanan keluar P2. Garis yang mewakili
proses irreversible aktual juga dimulai dari titik 1, tetapi bergerak ke bawah ke arah
kanan, yaitu arah peningkatan entropi. Hal ini karena proses berlangsung secara
adiabatik dan irreversible sehingga meningkatkan entropi fluida. Proses berakhir
pada titik 2 di garis isobar P2. Semakin irreversible proses, semakin jauh letak titik
ini ke kanan di garis isobar P2, dan semakin rendah efisiensi (η ) proses.
228
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Contoh 7.6
Penyelesaian 7.6
Kondisi kukus masuk turbin: tekanan = 8.600 kPa dan temperatur = 500 oC.
Berdasarkan kondisi ini dan melalui tabel kukus diperoleh harga-harga berikut::
H 1 3.391,6 kJ kg -1 S1 6,6858 kJ kg -1 K -1
Jika ekspansi ke tekanan 10 kPa berlangsung secara isentropik, maka,
S 2' S1 6,6858
Kukus dengan harga entropi ini dan tekanan 10 kPa adalah kukus basah. Kualitas
kukus dihitung dengan persamaan (6.73b), dan dengan M = S dan x v x 2' sebagai
berikut:
S 2' S 2/ x 2' ( S 2v S 2l )
229
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
x 2' adalah kualitas (fraksi uap) kukus keluar pada titik 2 ' . Entalpi H 2' juga ditentukan
dengan menggunakan persamaan (6.73b), dan ditulis sebagai:
H 2' H 2/ x 2' ( H 2v H 2l )
Dengan demikian,
Kukus pada keadaan akhir aktual juga kukus dalam keadaan basah, dan kualitasnya
dihitung sebagai berikut:
Akhirnya,
Contoh 7.6 diselesaikan dengan data yang diperoleh dari tabel kukus. Bila
data (dari tabel) untuk fluida kerja tidak tersedia, maka korelasi-korelasi yang umum
di dalam subbab 6.7 dapat digunakan dan dikaitkan dengan persamaan-persamaan
(6.84) dan (6.85), sebagaimana diilustrasikan dalam contoh berikut.
230
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Contoh 7.7
Aliran gas etilen pada 300oC dan 45 bar diekspansi di dalam turbin secara adiabatik
ke tekanan 2 bar. Hitunglah kerja isentropik yang dihasilkan. Tentukan sifat-sifat
etilen dengan:
Penyelesaian 7.7
T2 P
S C Pig ln R ln 2 S 2R S1R (6.85)
S T1 P1
(a) Jika etilen diasumsikan sebagai gas ideal, maka seluruh sifat-sifat residual adalah
nol, dan persamaan-persamaan (6.84) dan (6.85) disederhanakan sebagai berikut:
T2 P
H C Pig (T2 T1 ) S C Pig ln R ln 2
H S T1 P1
C Pig T2 P 2
ln ln 2 ln 3,1135
R S
T1 P1 45
3,1135
atau ln T2 ln 573,15
C Pig /R
S
3,1135
T2 exp 6.3511
Selanjutnya diperoleh, C ig / R (A)
P S
ig
Harga C P S
/ R ditentukan oleh persamaan (5.17), untuk tujuan komputasi,
persamaan ini dinyatakan sebagai berkut:
231
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
C P'
S
MCPS(573.15, T2;1.424,14.394E - 3,-4.392E - 6,0.0)
R
Konstanta-konstanta etilen yang tercakup dalam persamaan ini diperoleh dari Tabel
ig
C.1. temperatur T2 ditentukan secara iterasi. Asumsikan harga awal untuk C P / R , S
dan masukkan harga ini ke persamaan (A), diperoleh T2. Selanjutnya harga T2 ini
ig
digunakan untuk menghitung kembali harga C P / R . Proses iterasi dilanjutkan
S
sehingga mencapai konvergen pada harga akhir:
T2 370,8 K
ig
Harga C P H
/ R diberikan oleh persamaan (4.8), untuk tujuan komputasi,
persamaan ini dinyatakan sebagai berkut:
C Pig
H
MCPH(573.15,390.8;1.424,14.394E - 3,-4.392E - 6,0.0) 7.224
R
Dengan demikian,
573,15 45
Tr1 2,030 Pr1 0,893
282,3 50,4
Harga-harga ini sesuai untuk digunakan pada Gambar 3.15 (grafik korelasi jeneral
yang didasarkan pada koefsien virial kedua). Penggunaan persamaan-persamaan
(6.78), (6.79), (3.61), (3.62), (6.80) dan (6.81) di dalam komputasi di wakili oleh
persamaan-persamaan:
H 1R
HRB(2.030,0.893,0.087) -0,234
RTc
232
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
S1R
SRB(2.030,0.893,0.087) -0,097
R
Untuk menaksir harga awal S 2R , asumsikan bahwa T2 = 370, 8 K, harga ini diperoleh
dari bagian (a). Kemudian,
370,8 2
Tr2 1,314 Pr2 0,040
282,3 50,4
S 2R
SRB(1.314,0.040,0.087) -0,0139
R
dan S 2R (0,0139)(8,314) 0,116 J mol-1 K -1
Jika proses ekspansi berlangsung secara isentropik, maka persamaan (6.85) menjadi:
T2 2
0 C Pig ln 8,314 ln 0,116 0,806
S 573,15 45
Selanjutnya,
T2 26,576
ln
573,15 C Pig
S
26,576
T2 exp 6,3511
CP S
ig
Selanjutnya dilakukan penyelesaian secara iterasi seperti pada bagian (a), dan
menghasilkan:
233
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Hasil ini sedikit berubah dari harga taksiran awal, sehingga perhitungan kembali T2
H 2R
HRB(1.296,0.040,0.087) -0,0262
RTc
H 1R (0,0262)(8,314)(282,3) 61 J mol -1
ig
Evaluasi harga C P H
seperti dilakukan pada bagian (a) untuk harga T2 = 365,8 K
menghasilkan:
Kompresor
234
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
di dalam silinder-silinder yang mempunyai piston yang dapat bergerak secara bolak
balik. Peralatan dengan bagian berputar seperti blower, kipas dan lainnya digunakan
untuk mengalirkan fluida dalam jumlah volume yang besar dan dengan tekanan
fluida keluar yang rendah. Untuk menghasilkan tekanan fluida yang tinggi
diperlukan kompressor (reciprocating compressor).
Persamaan energi tidak bergantung pada jenis peralatan; seperti turbin atau
ekspander, semuanya sama, dan perubahan energi potensial dan energi kinetik yang
terjadi pada peralatan ini diasumsikan dapat diabaikan. Dengan demikian, persamaan
(7.13) sampai dengan (7.15) diterapkan untuk kompressi adiabatik, proses ini
diilustrasikan pada Gambar 7.5.
Ws (isentropik)
Ws
Dengan menggunakan persamaan (7.14) dan (7.15), harga efisiensi ini diperoleh
sebagai berikut:
235
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
(H ) s
(7.17)
H
Contoh 7.8
Kukus uap-jenuh pada 100 kPa (tjenuh = 99,63oC) dikompres secara adiabatik ke
tekanan 300 kPa. Jika efisiensi kompresor adalah 0,75, berapa besar kerja yang
diperlukan dan bagaimanakah sifat (keadaan) aliran keluar?
Penyelesaian 7.8
236
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Dengan cara interpolasi pada tabel, untuk kukus lewat jenuh pada 300 kPa dan pada
harga entropi ini diperoleh harga entalpi kukus:
H 2' 2.888,8 kJ kg -1
H s 213,4
H 284,5 kJ kg -1
0.75
Juga dengan cara interpolasi untuk kukus lewat jenuh dengan harga entalpi ini
diperoleh harga-harga temperatur dan entropi sebagai berikut:
Ws H 284,5 kJ kg -1
237
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
R / C P'
P s
T T1 2
2
'
(7.18)
P1
( H ) S C P' (T2' T1 )
H
Ws (isentropik)
Ws (7.20)
H C P H
(T2 T1 )
Maka,
H
T2 T1 (7.21)
CP H
Untuk kasus yang khusus seperti gas ideal dengan kapasitas kalor rata-rata konstan,
C P' CP H
C P' CP
H S
238
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
P
R / CP s
Ws (isentropik) C P T1 2 1 (7.22)
P1
T2' T1
T2 T1 (7.23)
Contoh 7.9
Jika metana (diasumsikan sebagai gas ideal) dikompres secara adiabatik dari 20oC
dan 140 kPa ke 560 kPa, taksirlah kerja yang diperlukan dan temperatur metana
ketika keluar dari kompressor. Efisiensi kompresor adalah 0,75.
Penyelesaian 7.9
'
Penerapan persamaan (7.18) memerlukan evaluasi eksponen R / C P S
. Harga ini
dapat ditentukan dengan persamaan (5.17). Untuk komputasi, persamaan (5.17) ini
ditulis sebagai berikut:
C P'
S
MCPS(293.15, T2;1.702,9.081E - 3,-2.164E - 6,0.0)
R
konstanta-konstanta gas metana yang digunakan dalam persamaan ini diperoleh dari
Tabel C.1. Tetapkanlah temperatur T2' dengan harga yang lebih tinggi dari temperatur
239
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
'
awal T1=293,15 K. Selanjutnya, evaluasi harga eksponen C P S
/ R yang diperlukan
oleh persamaan (7.18). Dengan P2/P1 = 560/140 = 4,0 dan T1=293,15 K, carilah
harga baru dari T2' . Selanjutnya ulangi kembali prosedur semula sampai harga T2'
yang diperoleh pada langkah berikutnya tidak lagi berubah secara bearti. Posedur
tersebut menghasilkan harga-harga:
' C P' .
T =397,37 K
2 dan S = 4,5574
R
'
Evaluasi harga C P H
/ R dengan menggunakan persamaan (4.8) untuk harga T1 dan
T2' yang sama, adalah sebagai berikut:
C P'
H
MCPH(293.15,397.37;1.702,9.081E - 3,-2.164E - 6,0.0) 4,5774
R
'
Dengan demikian, C P (4,5774)(8,314) 38,056 J mol -1 K -1
H
Selanjutnya dengan persamaan (7.19),
3.966,2
Ws 5.288,3 J mol -1
0,75
5.288,3
T2 293,15
CP H
Karena C P H bergantung pada harga T2. Maka sekali lagi kita menggunakan
prosedur iterasi. Harga awal iterasi digunakan harga T2' . Hasil iterasi adalah:
dan CP H
39,027 J mol -1 K -1
Pompa
240
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Bebagai cairan biasanya dipindahkan oleh pompa, yang secara umum merupakan
suatu peralatan yang memiliki komponen yang berputar. Persamaan yang sama yang
diterapkan pada kompressor adiabatik juga diterapkan pada pompa adiabatik.
Dengan demikian persamaan-persamaan (7.13) sampai dengan (7.15) dan persamaan
(7.17) jug berlaku untuk pompa. Namun demikian, penerapan persamaan (7.14)
Asumsi yang biasanya digunakan untuk cairan (pada kondisi tidak dekat dengan titik
kritis) adalah V tidak bergantung pada P. Dengan demikian, integrasi menghasilkan:
Ws (isentropik) (H ) S V ( P2 P1 ) (7.24)
Persamaan-persamaan berikut berasal dari Bab 6 yang juga berguna dalam kasus ini,
dH C P dT V (1 T ) dP (6.28)
dT
dS C P V dP (6.29)
T
H C P T V (1 T ) P (7.25)
T2
S C P ln V P (7.26)
T1
Contoh 7.10
241
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Air pada temperatur 45oC dan 10 kPa memasuki pompa yang bekerja secara
adiabatik dan dipompakan keluar pada tekanan 8.600 kPa. Asumsikan efisiensi
pompa sebesar 0.75. Hitunglah kerja pompa, perubahan temperatur air, dan
perubahan entropi air.
Penyelesaian 7.10
Berikut ini ditampilkan sifat-sifat air jenuh pada 45oC (318.15 K):
(H ) S 8,676
H 11,57 kJ kg -1
0,75
dan Ws H 11,57 kJ kg -1
8.590
11,57 4,178 T 1,010 [1 (425 x 10 -6 )(318,15)]
10 6
Penyelesaian utuk ∆T menghasilkan:
319,12 8.590
S 4,178 ln (425 x 10 -6 )(1.010) 0.0090 kJ kg -1 K -1
318,15 10 6
Ejektor
Ejektor adalah suatu alat untuk memindahkan gas-gas atau berbagai uap dari ruang
yang divakumkan dan menekan keluar gas-gas tersebut ke lingkungan yang
242
Buku Ajar : Termodinamika Teknik Kimia I. Disusun Oleh Dr. Ir. Syahiddin D.S., M.T., Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
bertekanan lebih tinggi. Jika gas-gas atau uap yang akan dipisahkan diperkenankan
bercampur dengan fluida pendorong, maka ejektor merupakan pilihan yang lebih
disukai dibandingkan dengan berbagai jenis pompa vakum lainnya, karena biaya
awal dan pemeliharaannya lebih rendah. Seperti yang diilustrasikan oleh Gambar 7.7,
ejektor terdiri dari nozel (kuncup/mengembang) bagian dalam, yang dialiri fluida
pendorong (biasanya kukus), dan nozel bagian luar yang ukurannya lebih besar yang
dilewati oleh gas-gas atau uap-uap yang akan dipisahkan dan juga fluida pendorong.
Momentum dari fluida yang berkecepatan tinggi yang keluar dari nozel dalam
sebagian berpindah ke gas-gas atau uap-uap yang akan dipisahkan sehingga
kecepatan campuran (gas-gas dan fluida pendorong) lebih rendah dibandingkan
dengan kecepatan fluida pendorong ketika keluar dari nozel dalam. Namun
demikian, kecepatan campuran ini masih lebih tinggi dibandingkan kecapatan udara,
oleh karenanya nozel luar berfungsi sebagai diffuser (kuncup/mengembang) yang
meningkatkan tekanan dan menurunkan kecepatan, sehingga kecepatan campuran di
tenggorokan diffuser sama dengan kecepatan udara. Meskipun persamaan-persamaan
energi yang biasa dapat kita terapkan pada berbagai nozel, namun proses
pencampuran adalah suatu yang rumit, oleh karenanya kebanyakkan rancangan
ejektor didasarkan pada empiris.
243