PENDAHULUAN
Sirkuit Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam sebuah sistem aliran
pada pipa. Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir dan mudah bergerak secara terus
menerus karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya. Apabila fluida telah mendapatkan
bentuk akhirnya, semua tegangan geser akan hilang sehingga fluida dalam keadaan
setimbang. Fluida memiliki banyak karakteristik yang dapat dipelajari sehingga dapat
mengkontrol aliran fluida dalam sebuah sistem.
Oleh karena itu, Sirkuit Fluida merupakan hal yang sangat berguna untuk dipelajari.
Dengan mengetahui karakteristik fluida di dalam suatu sirkuit fluida kita dapat menyesuaikan
pengaturan kondisi sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan agar proses aliran dapat berjalan
dengan lancar dan tidak terjadi kerusakan kerusakan pada alat atau terjadi ledakan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai karakteristik suatu fluida dalam aliran sirkuit
fluida dengan menggunakan alat pengukur flowrate dalam berbagai jenis pipa. Fluida yang
menjadi objek dalam percobaan ini ialah air. Zat cair biasanya bersifat incompressible, yang
mana densitas hanya sedikit berpengaruh terhadap perubahan pada suhu dan tekanan yang
relatif besar. Prinsip - prinsip dasar yang paling berguna dalam penerapan mekanika fluida
adalah persamaan neraca massa atau persamaan kontinuitas; persamaan neraca momentum
linear dan neraca momentum angular (sudut), serta neraca energi mekanik.
1
BAB II
TEORI DASAR
3. Spesific Volume
𝑉
𝑉̂ = 𝑚 .. (2.2)
5. Kompresibilitas
Kompresibilitas atau kemampatan adalah perubahan volume karena adanya
perubahan tekanan, yang ditunjukkan oleh perbandingan antara perubahan tekanan
dan perubahan volume terhadap volume awal. Perbandingan tersebut dikenal sebagai
modulus bulk (k).
6. Viskositas
2
Kekentalan (viscosity) dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap tegangan geser. Kekentalan dinamik (μ)
adalah perbandingan antara tegangan geser (τ) dan gradien kecepatan
; viskositas ... (2.4)
dV
dy
v ; viskositas kinematik … (2.5)
Fluida adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan berubah secara kontinyu apabila
mengalami geseran, atau mempunyai reaksi terhadap tegangan geser sekecil apapun. Fluida terbagi
menjadi dua tipe yaitu fluida gas dan cair. Pada gambar 1 di bawah ini terlihat bahwa dua buah
pelat sejajar dengan luas A, berjarak y, diantaranya terdapat fluida. Pelat bagian bawah dibuat
diam, sedangkan pelat bagian atas ditarik oleh gaya F sehingga bergerak dengan kecepatan u.
Keberadaan gaya kohesi menyebabkan fluida ikut bergerak searah F. Apabila jarak y cukup
kecil, fluida seakan bergerak secara berlapis-lapis dengan kecepatan berbeda atau dikatakan
terdapat gradien kecepatan. Berdasarkan eksperimen didapatkan persamaan berikut ini.
Au
𝐹= .....(2.6)
y
3
F 𝑑𝑢
=𝜏 𝑑𝑦.....(2.7)
A
Dimana τ disebut tegangan geser (shear stress). Hubungan antara τ dan du/dy menunjukkan sifat
reologi fluida seperti terlihat pada gambar 2 berikut :
Pada grafik di atas, hubungan yang paling sederhana ditunjukkan oleh kurva A fluida yang
mengikuti kurva A disebut fluida Newtonian dimana bentuk persamaannya adalah
μdu
𝜏= .....(2.8)
gcdy
μ adalah koefisien viskositas atau viskositas dinamik atau viskositras absolut. Fluida yang
tidak mengikuti kurva A disebut Non-Newtonian Fluid mempunyai tiga sub yaitu:
a) Fluida dimana tegangan geser hanya tergantung pada gradient kecepatan saja, dan
walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradien kecepatan tidak linier, namun tidak
tergantung pada waktu setelah fluida menggeser.
b) Fluida dimana tegangan geser tidak hanya tergantung pada gradient kecepatan tetapi
tergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya.
c) Fluida viscous-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat pada elastic dan fluida
viscous.
Dalam fluida yang mengalir terdapat gaya-gaya yang bekerja antara lain gaya gravitasi,
gaya tekanan, gaya viskositas, gaya inersia, gaya tegangan permukaan, dan lain-lain. Untuk aliran
fluida yang mengalir melalui saluran yang terisi penuh, gaya-gaya yang paling berpengaruh adalah
4
gaya inersia dan gaya viskositas. Perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya viskositas ini
disebut bilangan Reynold. Bilangan Reynold dalam saluran berbentuk pipa sebagai berikut ini.
Dρv
𝑅𝑒 = .....(2.9)
μ
Fluida yang mengalir akan selalu mendapatkan tahanan yang disebabkan oleh friksi antara
partikel-partikel fluida maupun friksi antara partikel fluida dengan permukaan saluran. Friksi
merupakan kerugian energi mekanik sehingga tekanan di downstream menjadi berkurang.
Besarnya kehilangan energi karena friksi menurut persamaan Darcy-Weisbach adalah sebagai
berikut.
2∆PD
feksperimen = … (2.10)
Lρv2
L = panjang pipa
V = flow rate
𝐿𝑉 2
ℎ𝐿 = 𝑓 … (2.11)
2𝐷 . 𝑔𝑐
5
V = laju alir volume
D = diameter hidrolik (diameter dalam pipa)
gc = konstanta konversi
𝜇.𝐿𝑉
ℎ𝐿 = 32. 𝜌.𝑔.𝐷2 …..(2.12)
32 2𝜇 𝐿 𝑉 2 64 𝐿 𝑉 2 64
ℎ𝐿 = 𝐷.𝜌 . . 𝐷 2.𝑔 = 𝐷.𝜌.𝑉 = 𝐿 𝑉2
.....(2.13)
𝑉 𝑐 𝐷 2.𝑔𝑐 𝑁𝑅𝑒
𝜇 𝐷2.𝑔𝑐
Persamaan di atas menunjukkan hubungan linier antara f dan bilangan Reynold pada aliran
laminar yang berlaku untuk nilai Reynold yang berada di bawah 2100. Friction factor untuk aliran
turbulen bergantung pada NRe, juga bergantung pada kekasaran permukaan pipa (roughness).
Sementara itu, /D adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya tonjolan dalam
pipa dibagi diameter dalam pipa. Hubungan antara f dengan NRe dan /D dapat diperoleh dari chart
standard yang disebut Fiction Flow chart.
6
Gambar 3. Friction Flow Chart
Keterangan gambar:
7
B : bagian leher venturi F : lubang sadap tekanan hulu
Pada bagian leher dari venturi flow meter, terdapat juga sebuah cincin piezometer yang
dibentuk dengan ruang annulus integral G dan pelapis H. Pelapis tersebut juga dibor dengan teliti
dibentuk pada diameter tertentu, karena ketelitian meteran tersebut akan berkurang apabila leher
8
tersebut tidak dibuat dengan toleransi ketat. Tekanan pada leher lalu ditransmisikan melalui
penyadap tekanan I. Sebuah manometer atau alat lain untuk mengukur tekanan dipasang di antara
lubang sadap F dan I.
Dalam venturi, kecepatan fluida akan meningkat dan tekanannya akan menurun di dalam
kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu dimanfaatkan untuk mengukur
laju aliran melalui instrumen ini. Kecepatan fluida kemudian akan menurun lagi dan sebagian
besar tekanan awalnya akan kembali meningkat di dalam kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan
tekanan itu besar, sudut kerucut hilir C dirancang menjadi kecil sehingga pemisahan lapisan batas
dapat dicegah dan gesekan yang terjadi pun akan menjadi minimum.
Karena pada bagian yang penampangnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut
hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekan yang terjadi di sini pun relatif kecil.
Oleh karena itu, ruang dan bahan yang digunakan untuk membuatnya pun dapat dihemat.
Walaupun venturi ini dapat digunakan juga untuk mengukur gas, namun alat ini biasanya
digunakan untuk mengukur zat cair, terutama air, pengolahan di bawah ini terbatas pada fluida
incompressible.
1 2
𝐴= 𝜋𝐷 . . … (2.15)
4
Persamaan kontinuitas untuk aliran yang melalui saluran berpenampang bundar adalah:
2
D
Va b Vb 2 .Vb
Da ..…(2.16)
Dimana:
9
Da = diameter pipa
Db = diameter leher
Dengan mensubstitusi 2 persamaan di atas akan diperoleh persamaan baru sebagai berikut
:
1 2 g c p a pb
Vb
b 4 a
..… (2.17)
Persamaan 11 tidak dapat digunakan pada seluruh venturi flow meter, melainkan hanya
berlaku apabila aliran fluida incompressible dan tak ada gesekan. Untuk memperhitungkan friction
loss yang ada, persamaan tersebut dapat dikoreksi dengan menggunakan faktor empirik Cv
menjadi:
Cv 2 g c p a pb
Vb
b 4 a
.….(2.18)
𝑄√1 − 𝛽 4
𝐶𝑣 = … (2.19)
𝐴√2𝑔2 ∆ℎ𝑣
Koefisien Cv didapat melalui data percobaan. Koefisien tersebut disebut juga koefisien
1
venturi.. Pengaruh kecepatan datang (Va) diperhitungkan dalam nilai 1 4 . Bila D lebih
b
Da
kecil dari 4 , kecepatan datang dan nilai dapat diabaikan, karena kesalahan yang dihasilkan
tidak sampai 0,2 %. Untuk venturi yang dirancang dengan baik, nilai Cv kira-kira 0,98 untuk
diameter pipa antara 2-8 in, dan kira-kira 0,99 untuk pipa-pipa yang memiliki lebih besar.
2.6 Laju Aliran Massa dan Laju Aliran Volumetrik pada Venturimeter
Nilai yang dicari pada umumnya bukanlah kecepatan melalui leher venturi Vb. Laju aliran
yang lebih difokuskan adalah laju aliran massa atau laju aliran volumetrik melalui venturi. Laju
10
aliran massa dihitung dengan mensubstitusi persamaan 4 ke dalam persamaan kontinuitas untuk
aliran melalui suatu tabung dimana kecepatan dalam satu penampang dianggap tidak sama, yaitu
sebagai berikut.
Cv .S b
m Vb S b 2 g c ( p a pb )
1 4 …(2.20)
Laju aliran volumetrik diperoleh dengan membagi laju aliran massa dengan densitas menjadi
seperti berikut:
m Cv S b 2 g c p a pb
q
1 4
…(2.21)
Sb = luas leher
Apabila aliran melalui venturi benar-benar tidak mengalami gesekan, tekanan fluida
meninggalkan meteran akan sama dengan tekanan fluida yang masuk ke dalam venturi, lalu
penempatan venturi di dalam jalur pipa tidak akan menyebabkan terjadinya kehilangan tekanan
secara permanen. Penurunan tekanan pada kerucut hulu, pa-pb akan dipulihkan kembali di dalam
kerucut hilir. Tetapi friction tidak dapat dihilangkan secara total dan di dalam jalur tersebut
terdapat pressure drop secara permanen (friction loss) serta kerugian daya yang diakibatkannya.
Karena sudut kerucut divergen cukup kecil, pressure drop permanen dari venturi trrsebut
relatif akan kecil. Dalam meteran yang dirancang baik, pressure drop yang terjadi hanya sekitar
10% dari differensial venturi pa-pb dan hampir 90% dari diferensial itu dapat dipulihkan.
2.8 Orificemeter
Venturimeter mempunyai kelemahan tertentu dalam pabrik pada umumnya. Alat tersebut
cukup mahal, mengambil tempat cukup besar, dan rasio antara diameter leher terhadap diameter
pipa tidak dapat dirubah. Untuk pengukur tertentu dengan sistem manometer tertentu pula, laju
11
aliran maksimum yang dapat diukur terbatas, jadi apabila laju aliran berubah, diameter leher
mungkin akan terlalu besar untuk memberikan bacaan yang teliti, atau terlalu kecil untuk dapat
menampung laju aliran maksimum yang baru. Meteran orifice dapat mengatasi kelemahan meteran
venture, tetapi konsumsi dayanya lebih tinggi.
Gambar 6. Orificemeter
Peralatan ini terdiri dari plat yang diberi lubang dan dibuat menggunakan mesin secara
teliti serta dipasang di antara dua flens sehingga lubang tersebut konsentrik dengan pipa tempat
memasangnya. Lubang plat itu dapat dibuat miring ke sisi hilir. Sensor tekanan berada di hulu dan
satu di hilir orifice yang dipasang dan dihubungkan dengan manometer atau peralatan pengukuran
tekanan lainnya. Posisi lubang sadap dapat dipasang sembarang dan koefisien alat ukur tersebut
bergantung pada letak lubang sadap itu.
Prinsip orificemeter mirip dengan prinsip venturi. Penurunan penampang arus aliran
melalui orifice menyebabkan tinggi-tekan kecepatan meningkat tetapi tinggi tekan tekanan
menurun, dan penurunan tekanan antara kedua titik sadap diukur dengan manometer.
Ada suatu kesulitan besar yang terdapat pada orifice yang tidak terdapat pada venturi.
Karena bentuk orifice yang seperti benda tajam, arus fluida tersebut akan memisah di sebelah hilir
plat orifice dan membentuk aliran cepat di dalam fluida di sebelah hilir. Luas penampang pada
setiap titik tertentu, misalkan pada posisi hilir, tidak mudah ditentukan, sedangkan kecepatan jet
pada lokasi sadap hilir tidak dapat dihubungkan dengan mudah dengan diameter orifice. Koefisien
12
orifice bersifat lebih empirik daripada venturi, dan sehubungan dengan itu pengolahan kuantitatif
untuk meteran orifice harus dimodifikasi kembali .
Standar-standar rancang yang terperinci sudah tersedia di dalam literatur, yang harus
diikuti dengan agar kerja meteran tersebut dapat diprediksi dengan teliti tanpa kalibrasi. Akan
tetapi, sebagai pendekatan, persamaan di bawah ini cukup dapat untuk digunakan.
Co 2 g c p a pb
uo
1 4
… (2.22)
Co : koefisien orifice
Pada persamaan diatas, Co adalah koefisien orifice. Koefisien ini memberikan koreksi atas
kontraksi jet fluida antara orifice dan vena-kontrakta, juga terhadap gesekan terhadap a dan b.
Co selalu ditentukan dari percobaan. Nilainya cukup bervariasi sesuai dengan perubahan dan
angka Reynold pada orifice, NRe,o . Angka Reynolds tersebut didefinisikan sebagai
Do .u o . 4m
N Re, o
.Do . …(2.23)
Pada perancangan, Co hampir konstan dan tidak bergantung pada selama NRe,o >20000.
Pada kondisi ini, Co dapat dianggap 0,61 untuk lokasi sadap dif lens maupun di vena kontrakta.
1 4
Terlebih lagi, jika <0,25 maka dapat dianggap bernilai 1, sehingga persamaan 13
menjadi:
2 g c p a pb
u o 0,61
…(2.24)
13
Laju aliran massa dapat ditulis:
m u o S o 0,61.S o 2 g c ( pa pb )
…(2.25)
Da 2 / 4Do
2 2
Da S o
So 2
2
Da 2
Da Da 4
…(2.26)
4m
2
2 g c p a pb
2
0,61Da
… (2.27)
Kecuali jika memang diperlukan ketelitian yang lebih tinggi, persamaan 12 cukup
memadai untuk digunakan dalam perancangan. Tetapi, pemeriksaan atas nilai angka Reynolds
menunjukkan bahwa nilai koefisien 0,61 tidak teliti bila NRe,o <20000.
Dalam sistem orifice ini penting sekali adanya bagian pipa lurus di bagian hulu dan bagian
hilir orifice untuk menjamin agar pole aliran yang normal dan tidak terganggu oleh perlengkapan
sambung pipa, katup, dan peralatan lain. Sebab, jika tidak, distribusi kecepatan akan menjadi tidak
normal, dan koefisien orifice akan terganggu dengan cara yang tidak dapat diramalkan.
Untuk mengamat hubungan antara laju alir/flowrate pada orifice dengan pressure drop
dapat dilihat rumus:
𝐶𝑜 𝑆𝑜 √2 ∆𝑃/𝜌
𝑄= … (2.28)
√1 − 𝛽 4
∆𝑃 = 𝜌 𝑔 ∆ℎ … (2.29)
Pada rumus diatas terlihat bahwa laju alir (Q) berbanding lurus dengan akar pressure drop (√∆𝑃
). Selain itu, pada persamaan selanjutnya dapat dilihat pula bahwa pressure drop (∆𝑃) berbanding
lurus dengan ∆ℎ orrifice sehingga untuk mencari hubungan antara laju alir / flowrate dengan
pressure drop pada orifice flowmeter, kita dapat melihat hubungan antara Q dan √∆ℎ𝑜𝑟𝑟𝑖𝑓𝑖𝑐𝑒 .
14
𝑄√1 − 𝛽 4
𝐶𝑜 = … (2.30)
𝐴√2𝑔2 ∆ℎ𝑜
Berhubung dengan besarnya rugi gesekan yang disebabkan oleh pusaran-pusaran yang
dibangkitkan oleh jet yang berekspansi di hilir vena-kontrekta, pemulihan tekanan di dalam
meteran orifice biasanya kurang baik. Rugi daya yang diakibatkannya merupakan salah satu
kelemahan dari meteran orifice. Fraksi differensial orifice yang hilang secara permanen
bergantung pada nilai .
Untuk nilai sebesar 0.5, rugi tinggi-tekan itu adalah kira-kira 73% dari differensial
orifice. Perbedaan tekanan yang diukur dengan tapping pipa, dimana tapping hilir terletak delapan
kali diameter pipa di sebelah hilir, sebenarnya merupakan pengukuran rugi permanen dan bukan
harga diferensial orifice.
Kehilangan energi pada fitting secara umum dapat digambarkan dengan persamaan :
V2
hL k
2 g c … (2.31)
Le
k f
D …(2.32)
Panjang ekivalen dari fitting adalah panjang pipa lurus yang dilewati oleh aliran fluida
yang kehilangan energinya sebanding dengan kehilangan energi dari aliran fluida yang melalui
fitting. Pada fitting ini, terjadi proses kehilangan energi yang disebabkan oleh friksi. Friksi yang
terjadi berasal dari gesekan antara fluida dengan dinding dan friksi karena gesekan antar partikel
yang ada dalam fluida. Gesekan antara fluida dengan dinding akan membuat kehilangan sebagian
energi gerak dari aliran.
15
Disamping itu, kemungkinan tumbukan antar partikel sebagai akibat adanya fitting juga
semakin besar sehingga friksi karena tumbukan antarsesama partikel bertambah. Oleh karena
itulah kehilangan energi akibat friksi pada fitting lebih besar dibandingkan dengan kehilangan
energi pada pipa biasa dengan diameter dan panjang yang sama.
Fluida yang mengalir melalui fitting akan mengalami perubahan karakteristik dari aliran
fluida awalnya. Hal ini ditandai dengan pressure drop yang disebabkan friksi antarpartikel maupun
antara partikel dengan permukaan fitting bertambah. Hal ini mengakibatkan kerugian aliran fluida
di dalam fitting.
Untuk mencari nilai panjang ekivalen (Le) dari elbow, digunakan rumus:
𝐷 2𝑔
= 𝑚 … (2.35)
𝑓 𝐿𝑒
𝐷 2𝑔
𝐿𝑒 = … (2.36)
𝑓𝑚
16
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
17
3. Satu rangkaian peralatan sirkuit fluida, yang terdiri dari:
a. Storage tank, alat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan fluida yang akan
dialirkan ke dalam sirkuit. Tangki reservoir yang digunakan dalam percobaan
merupakan tangki yang dapat menampung fluida hingga 14 gallon, berdiameter 12”,
dan mempunyai lubang udara.
b. Pompa, alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan fluida cair sehingga fluida dapat
mengalir dari tangki menuju ke saluran-saluran pipa pada sirkuit. Pompa yang
digunakan dalam percobaan merupakan tipe pompa sentrifugal.
c. Control Switch, alat untuk mengontrol berjalan atau tidaknya pompa.
d. Pipa-pipa dan fitting, saluran tempat mengalirnya fluida dalam sirkuit. Spesifikasi pipa
yang digunakan dalam percobaan diberikan pada tabel di bawah ini.
e. Valve dengan berbagai ukuran, alat yang berfungsi sebagai variabel kontrol untuk
mengatur besar keluaran laju alir fluida.
f. Venturi Flowmeter, alat pengukur laju alir yang terdiri dari bagian kovergen dan
divergen. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada bagian II.8.
g. Orifice Flowmeter, alat pengukur laju alir yang terdiri dari sebuah tabung berbentuk
pipa lurus yang di bagian tengahnya dipasang alat berbentuk seperti koin yang
berlubang di tengahnya. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada bagian II.9.
h. Manometer, alat yang dipakai untuk mengukur perbedaan dua titik maupun tekanan
satu titik pada sirkuit. Fluida yang dipakai dalam manometer sama dengan fluida yang
ada dalam sirkuit. Manometer terdiri dari empat kolom masing-masing dilengkapi
dengan skala. Untuk mengukur perbedaan tekanan dua titik digunakan dua kolom
sehingga membentuk manometer U. Caranya adalah dengan menutup sekrup bagian
atas. Dengan empat kolom kita dapat membuat dua buah manometer U.
i. Glass Flow, alat berbentuk tabung yang transparan dimana keluaran fluida dari pipa
sirkuit sebelum memasuki tangki akan melewati glass flow sehingga pola aliran
keluaran yang terbentuk dapat terlihat melalui glass flow.
18
3.2. Percobaan dan Pengolahan Data
3.2.1. Percobaan 1: Kalibrasi Orificemeter
1. Tujuan Percobaan
Mencari hubungan antara laju alir (Q) pada Orificemeter dan perbedaan
ketinggian pada manometer.
Menentukan nilai koefisien pelepasan (Cv) pada Orificemeter yang
digunakan dalam percobaan.
2. Prosedur Percobaan
Persiapan:
Memastikan tangki terisi penuh 48 liter, kedua selang manometer tersambung
pada Orifice, katup penghubung Orifice dengan selang manometer terbuka,
dan semua valve tertutup.
Menyalakan pompa dan membuka valve 4, 6, dan 7.
Memastikan tidak ada udara di dalam Orificemeter, ketika sudah tidak ada
udara, tutup valve 6.
Cek level air di manometer, apabila level air sejajar maka lanjutkan ke
prosedur selanjutnya. Bila level air tidak sejajar, maka lakukan kalibrasi
manometer.
Prosedur Kalibrasi Orificemeter:
Praktikan membagi tugas untuk: membaca skala tangki, mengatur valve 11
dan menyiapkan stopwatch, membaca manometer, mencatat skala
manometer.
Membuka valve 11 ketika semua praktikan siap (sesuai bukaan untuk trial
saat itu).
Praktikan menunggu hingga manometer stabil. Pengamat manometer
memberi aba-aba “stabil” ketika level manometer sudah stabil kepada
kelompok).
Pengamat skala tangka memberi aba-aba untuk mencatat data bila sudah
mencapai pembacaan yang diinginkan.
Menyalakan stopwatch ketika data mulai dicatat.
19
Mematikan stopwatch dan mencatat waktu, H1 Orifice dan H2 Orifice yang
terbaca pada manometer ketika delta volume sudah mencapai 5 Liter.
Membiarkan valve tetap mengalir dan mencatat data berikutnya ketika
mencapai skala berikutnya yang diinginkan.
Mencatat data sebanyak 3 kali untuk Trial 1 dan Trial 2, 2 kali untuk Trial 3
dan Trial 4, 1 kali untuk Trial 5.
Menutup valve 11 dan mengisi tangki kembali apabila sudah menyelesaikan
trial.
Mengulangi percobaan kalibrasi untuk Trial 2, 3, 4, dan 5.
3. Data Pengamatan
Pada percobaan kalibrasi Orificemeter, dilakukan 5 buah trial.
Tabel 3. Data Pengamatan Percobaan 1
H1 Orifice H2 Orifice
No Trial ∆V (l) ∆t (s)
(inch) (inch)
12.4 27.2 13.3
1 5 11.2 27.2 13.3
13.1 27.2 13.5
12.46 28.2 13.3
2 5 12.6 27.5 13.4
12.44 27 13.3
12.9 28.125 13.5
3 5
12.64 27.75 13.5
13.44 26.5 14
4 5
14.34 26.75 15
5 5 35.6 23.25 22.25
4. Pengolahan Data
a. Hubungan antara laju alir (Q) dan akar delta H (√∆𝑯)
Konversi skala manometer dari satuan inch ke satuan cm dan volume
tangki dari satuan liter ke satuan cm3 untuk mempermudah perhitungan:
20
Tabel 4. Konversi Data Pengamatan Percobaan 1
No H1 Orifice H2 Orifice
∆V (cm3) ∆t (s) ∆H (cm)
Trial (cm) (cm)
12.4 69.088 33.782 35.306
1 5000 11.2 69.088 33.782 35.306
13.1 69.088 34.29 34.798
12.46 71.628 33.782 37.846
2 5000 12.6 69.85 34.036 35.814
12.44 68.58 33.782 34.798
12.9 71.4375 34.29 37.1475
3 5000
12.64 70.485 34.29 36.195
13.44 67.31 35.56 31.75
4 5000
14.34 67.945 38.1 29.845
5 5000 35.6 59.055 56.515 2.54
Dari pengolahan data, didapatkan hubungan antara laju alir (Q) dengan akar
delta H (√∆𝐻):
21
√∆H vs Q
450
400 y = 58.357x + 46.724
350 R² = 0.9912
300
250
Q
200
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7
√∆H
Nilai diameter dalam pipa (Da) sebesar 0.0159 inch dan diameter pipa sebesar
0.0260, maka didapatkan ꞵ sebesar 0.61538 dan luas penampang pipa (A)
sebesar 0.0013 cm2.
22
Tabel 6. Hasil Perhitungan Cv dan Re pada Kalibrasi Orificemeter
Re vs Cv
13
12
y = -3E-09x + 12.944
11 R² = 0.9048
10
Cv
9
8
7
6
5
0 500000000 1E+09 1.5E+09
Re
23
2. Prosedur Percobaan
Persiapan:
Memastikan tangki terisi penuh 30 liter, kedua selang manometer tersambung
pada Orifice dan Venturi, katup penghubung Orifice dan Venturi dengan
selang manometer terbuka, dan semua valve tertutup.
Menyalakan pompa dan membuka valve 1, 2, 3, 8, 6, dan 7.
Memastikan tidak ada udara di dalam Orificemeter dan Venturimeter, ketika
sudah tidak ada udara, tutup valve 6.
Cek level air di manometer, apabila level air sejajar maka lanjutkan ke
prosedur selanjutnya. Bila level air tidak sejajar, maka lakukan kalibrasi
manometer.
Prosedur Kalibrasi Orificemeter:
Membuka valve 6 hingga maksimal, kemudian tunggu hingga level
manometer stabil.
Mencatat H1 Orifice, H2 Orifice, H1 Venturi, dan H2 Venturi
Mengulangi prosedur dengan memvariasikan bukaan valve 6 hingga
didapatkan 5 data yang berbeda.
3. Data Pengamatan
Tabel 7. Data Pengamatan Percobaan 2
H1 Orifice H2 Orifice H1 Venturi H2 Venturi
No Data
(inch) (inch) (inch) (inch)
1 28.25 15.75 14.25 9.75
2 28 15.5 14.375 9.75
3 27.5 14 14.25 9.75
4 27 12.125 14.125 10
5 24.375 9.375 14 11.25
4. Pengolahan Data
a. Hubungan antata laju alir (Q) dan akar delta H Venturi (√∆𝑯)
Konversi skala manometer dari satuan inch ke satuan cm:
24
Tabel 8. Konversi Data Pengamatan Percobaan 2
H1 Orifice H2 Orifice H1 Venturi H2 Venturi
No Data
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 71.755 40.005 36.195 24.765
2 71.12 39.37 36.5125 24.765
3 69.85 35.56 36.195 24.765
4 68.58 30.7975 35.8775 25.4
5 61.9125 23.8125 35.56 28.575
Menghitung laju alir (Q) dengan menggunakan grafik Kalibrasi Orifice pada
percobaan 1 untuk mengubah akar ∆H Orifice menjadi laju alir aktual (Q).
Persamaan grafiknya yaitu:
𝑦 = 58.357𝑥 + 46.724
Tabel 9. Hasil Perhitungan Nilai Q pada Percobaan 2
∆H ∆H
No
Orifice Venturi √∆H Orifice Q (cm3/s) √∆H Venturi
Data
(cm) (cm) (cm1/2) (cm1/2)
1 31.75 11.43 5.634713835 244.0189972 3.380828301
2 31.75 11.7475 5.634713835 246.740436 3.427462618
3 34.29 11.43 5.855766389 244.0189972 3.380828301
4 37.7825 10.4775 6.146747107 235.6195785 3.236896662
5 38.1 6.985 6.172519745 200.956594 2.642915057
Dari pengolahan data, didapatkan hubungan antara laju alir (Q) dengan akar
delta H Venturi (√∆𝐻):
25
√∆H Venturi vs Q
300
150
Q
100
50
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
√∆H Venturi
Nilai diameter dalam pipa (Da) sebesar 0.0159 inch dan diameter pipa sebesar
0.0260, maka didapatkan ꞵ sebesar 0.61538 dan luas penampang pipa (A)
sebesar 0.0013 cm2.
26
2 246.740436 3.427462618 17.41977 851269059.1
3 244.0189972 3.380828301 17.34605 841879934.5
4 235.6195785 3.236896662 17.11731 812901444.7
5 200.956594 2.642915057 16.15657 693312103.4
Re vs Cv
17.6
17.4 y = 8E-09x + 10.608
R² = 1
17.2
17
Cv
16.8
16.6
16.4
16.2
16
0 200000000 400000000 600000000 800000000 1E+09
Re
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan data Pressure Drop (Delta P) dan
Laju Alir (Q) yang terbaca pada Manometer. Hal ini dilakukan agar praktikan dapat
mengetahui hubungan antara Faktor Friksi Pipa terhadap Bilangan Reynold atau jenis aliran
yang terjadi pada pipa. Pada percobaan ini, digunakan 2 buah pipa dengan diameter yang
berbeda yang terhubung dengan valve 8 dan valve 9 untuk membandingkan hubungan friction
factor yang terjadi.
Data yang diamati praktikan adalah perubahan tinggi venturimeter dan pipa yang akan
digunakan untuk mencari laju alir sesungguhnya menggunakan persamaan hubungan laju alir
Q dan akar ΔHventuri Percobaan 3 dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
27
1. Membuka valve 1, 2, 3, 8, 6, dan 7 untuk pipa pertama dan valve 1, 2, 9, 10, 6, dan
7 untuk pipa kedua.
2. Menghubungkan dua selang manometer pada pipa 1 dan dua selang yang lain pada
venturimeter dan memastikan tidak boleh ada udara pada venturimeter.
3. Menutup valve 6 dan mengecek level air pada manometer
4. Memvariasikan laju alir dan mencatat delta h venturimeter serta delta h pipa yang
terbaca pada manometer
Data Pengamatan
Tabel 11. Data Pengamatan Pipa 1
Pipa Venturi
Bukaan H1 (inch) H2 (inch) H1 (inch) H2 (inch)
1 18,3 24,5 13,5 28,5
2 18,6 24,5 14,5 27,5
3 19,9 23,6 15,25 24,75
4 21,5 23,6 16,75 22,25
5 20,3 23,5 18,5 21,5
Pengolahan data
Pengolahan data menggunakan persamaan Reynold dan Darcy-Weisbach sebagai berikut.
28
𝑄
𝜌. 𝑉. 𝐷 𝜌. ( 𝐴 ) . 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 1 2
𝑅𝑒 = = , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴 = 𝜋𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎
𝜇 𝜇 4
𝐿 𝑄2
𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 = ∆𝐻𝑝𝑖𝑝𝑎 = 𝑓. .
𝐷 2𝑔
∆𝐻𝑝𝑖𝑝𝑒 ∗ 𝐷 ∗ 2𝑔
𝑓=
𝐿 ∗ 𝑣2
Laju alir Q didapatkan melalui persamaan yang telah didapatkan pada percobaan 2, yaitu:
𝑦 = 58.357𝑥 + 46.724
dengan y = laju alir Q dan x = akar ∆Hventuri sehingga didapatkan:
a.) Pipa 1
Diameter pipa : 0,0225 m
Panjang pipa : 3 ft = 0,9144 m
𝜌 : 1000 kg/m3
𝜇 : 0,001 kg/ms
A : 0,0003974 m2
b.) Pipa 2
Diameter pipa : 0,0245 m
Panjang pipa : 3 ft = 0,9144 m
𝜌 : 1000 kg/m3
𝜇 : 0,001 kg/ms
A : 0,0004712 m2
29
36,830 5,225 351,664 18284,724 0,347
45,720 5,115 345,213 17949,321 0,447
Pipa 2 53,975 4,938 334,892 17412,667 0,561
60,325 4,647 317,880 16528,143 0,696
69,850 4,186 291,030 15132,084 0,962
Kemudian, hasil Reynolds Number dan Friction Factor diplot kedalam grafik dengan Re sebagai
sumbu x dan friction factor sebagai sumbu y.
1.200
1.000
0.800
Friction Factor
0.600
Pipa 1
Pipa 2
0.400
0.200
0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000
Reynold Number
1. Tujuan Percobaan
Mendapatkan data Pressure Drop (Delta P) dan Laju alir (Q) yang terbaca pada
manometer. Hal ini digunakan untuk menghubungkan antara Friction Factor
Fitting dan Reynold Number, sehingga dapat diperoleh panjang ekuivalen.
30
2. Prosedur Percobaan
a. Membuka valve 1, 2, 3, 6, dan 8, serta menutup valve lainnya.
b. Menghubungkan dua selang manometer pada elbow (6) dan dua lainnya pada
venturi.
c. Memastikan aliran total tidak terlalu kecil.
d. Memvariasikan laju alir dengan mengatur bukaan valve 6 dan melakukan
sebanyak 5 variasi bukaan.
e. Mencatat ΔH pada manometer venturi dan manometer elbow setelah
pengaturan bukaan.
Memperolah nilai Q dari persamaan pada grafik Q dengan √∆h orifice sebagai
berikut
𝑦 = 58.357𝑥 + 46.724
Nilai y sama dengan Q dan nilai x sama dengan √∆h. Maka dengan persamaan
diatas diperoleh nilai Q.
31
𝐷𝜌𝑄
𝑅𝑒 =
𝐴𝜇
0.012 5.74 2
𝑓𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = 1.325 [ln ( + )]
3.7𝐷 𝑅𝑒 0.9
Setelah memperoleh nilai f teoritis, maka Panjang ekuivalen dari fitting dapat
dihitung dengan rumus :
∆𝐻𝑓𝑖𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔𝑠 𝐷 𝑝𝑖𝑝𝑎 2𝑔
𝐿𝑒 =
𝑓 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑣 2
Maka akan diperoleh hubungan bilangan Reynold sebagai variabel bebas dan
panjang ekuvalen dari fitting sebagai variabel terikat. Hubungan tersebut
ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
32
0.0350
0.0300
0.0250
Panjang Ekuivalen
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000 15000
Reynold Number
Grafik 6. Hubungan Re vs Le
1. Tujuan Percobaan
Menganalisa variabel Laju Alir (Q), % Bukaan Valve, Pressure Drop (Delta
P) yang terjadi pada percobaan
Mengetahui hubungan antara Pressure Drop yang terjadi pada Gate Valve
terhadap % Bukaan Valve, dan % Bukaan Valve terhadap Laju Alir fluida.
2. Prosedur Percobaan
Memastikan tangki terisi air, Pompa dalam keadaan mati, dan semua valve
tertutup
Memindahkan Selang Manometer yang tersambung pada katup fitting ke
Katup Gate Valve yang ingin diujikan
Memastikan semua Selang Manometer terhubung pada Venturi dan Katup
Gate Valve.
Menyalakan Pompa
Membuka Valve 1, 2, 3, 8, 6, dan 7 (untuk Valve Besar) dan Valve 1,2,9,10,6
dan 7 (untuk Valve sedang).
Memastikan tidak ada udara dalam Venturimeter lalu tutup valve 6.
33
Setelah manometer sejajar, kemudian membuka valve 6 sampai maksimal.
Menunggu hingga level Manometer stabil kemudian mencatat perbedaan
ketinggian pada Gate Valve dan Venturimeter.
Mengulangi prosedur dengan memvariasikan bukaan valve 6 hingga
mendapatkan 5 data yang berbeda.
3. Data Pengamatan
Tabel 16. Data Percobaan 5
Gate Valve Venturimeter
Bukaan (%)
h1 (inch) h2 (inch) h1 (inch) h2 (inch)
100.0 14.5 18.5 14.75 26.5
84 14.75 18.75 15.5 26
67 15.25 18.75 17.5 25.25
35 16.75 19.00 20.25 24.5
18 17.25 19.00 21 24.75
4. Pengolahan Data
a. Menghitung laju alir fluida Q
Laju alir Q diperoleh dengan cara memasukkan ∆ℎ venturimeter ke dalam
persamaan kalibrasi venturimeter yaitu:
𝑄 = 100.84√∆ℎ𝑣 − 83.317
b. Menghitung ∆P pada Gate Valve
ΔP pada Gate Valve dihitung menggunakan persamaan tekanan hidrostatis:
∆𝑃 = (𝜌𝑎𝑖𝑟 − 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 ) 𝑔 ∆ℎ
diperoleh hasil sebagai berikut :
34
Akar Delta Pressure
Delta H Valve %Bukaan
H Venturi Q (Cm3/s) Drop/∆𝑷
(Cm) Valve
(Cm) (Pa.10^-3)
10.160 8.707 794.665 99,440 100
10.160 8.231 746.651 99,440 84
8.890 7.071 629.729 87,010 67
5.715 5.236 444.716 55,935 35
4.445 4.919 412.684 43,505 18
60,000
40,000
20,000
0
0 20 40 60 80 100 120
35
% Bukaan Valve vs Laju Alir (Q)
1,000.000
400.000
200.000
0.000
0 20 40 60 80 100 120
36
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
√∆H vs Q
450
400
y = 58.357x + 46.724
350 R² = 0.9912
300
250
Q
200
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7
√∆H
37
Re vs Cv
13
12
y = -3E-09x + 12.944
11 R² = 0.9048
Cv 10
9
8
7
6
5
0 500000000 1E+09 1.5E+09
Re
𝑄𝑆 2𝑔(𝑝𝑎 − 𝑝𝑏)
𝐶𝑣 = √
√1 − 𝛽 𝜌
Hasil yang tidak sesuai tersebut disebabkan oleh beberapa kesalahan yang
dilakukan pada saat praktikum seperti ketidaktelitian dalam membaca manometer, kesalahan
dalam pengamatan volume tangki, dan terdapat gelembung udara dalam Orifice.
38
√∆H Venturi vs Q
300
150
Q
100
50
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
√∆H Venturi
Re vs Cv
17.6
17.4 y = 8E-09x + 10.608
R² = 1
17.2
17
Cv
16.8
16.6
16.4
16.2
16
0 200000000 400000000 600000000 800000000 1E+09
Re
39
Pada plot grafik Re vs Cv, terlihat bahwa Cv berbanding lurus dengan Re. Semakin
besar nilai Cv, maka semakin besar pula bilangan Reynold (Re). Koefisien pelepasan (Cv)
merupakan suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar gaya friksi yang mempengaruhi
kehilangan tekanan pada venturi. Semakin besar nilai Cv, maka semakin kecil gaya friksi
yang mempengaruhi kehilangan tekanan pada venturi. Sebaliknya semakin kecil nilai Cv,
maka semakin besar gaya friksi yang mempengaruhi kehilangan tekanan pada venturi. Dapat
disimpulkan dari grafik bahwa gaya friksi yang berpengaruh pada venturi akan semakin kecil
seiring dengan bertambahnya bilangan Reynold.
1.000
0.800
Friction Factor
0.600
Pipa 1
0.400 Pipa 2
0.200
0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000
Reynold Number
Percobaan 3 ini bertujuan untuk melihat hubungan antara friction factor dengan Reynold
Number yang terjadi pada dua pipa yang diameternya telah divariasikan. Faktor friksi dapat
diindikasikan oleh pressure drop pada pipa. Laju aliran yang lebih tinggi akan mengalami perubahan
tekanan yang lebih kecil, sehingga menyebabkan faktor friksi menjadi kecil pula.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, semakin besar bilangan Reynolds maka faktor
friksi akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan persamaan yang digunakan pada perhitungan diatas
dimana faktor friksi berbanding terbalik dengan bilangan Reynoldnya. Hal ini dikarenakan semakin
besar bilangan Reynolds, menandakan laju aliran fluida yang terjadi semakin besar. Dengan
meningkatnya laju alir fluida maka kontak antara fluida dan pipa semakin kecil. Apabila kita
40
hubungkan dengan besarnya diameter pipa, dengan semakin besarnya diameter pipa maka kontak
fluida dengan dinding pipa akan semakin besar, terlihat dengan faktor friksi pipa 2 (diameter = 0.026
m) lebih besar daripada faktor friksi pada pipa 1 (diameter = 0.02 m).
0.0300
0.0250
Panjang Ekuivalen
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000 15000
Reynold Number
Pada percobaan 4, dilakukan untuk mendapat panjang ekuivalen fitting. Data yang diperoleh
pada percobaan ini adalah perbedaan tekanan yang diukur melalui manometer.
Fitting menyebabkan kehilangan energi pada fluida, karena dengan adanya fitting akan
menimbulkan friksi/gesekan antara fluida dengan dinding pipa. Nilai panjang ekuivalen merupakan
nilai panjang pengganti apabila fitting diibaratkan pipa lurus dengan faktor friksi yang sama. Maka
dari itu panjang ekuivalen sangat berhubungan dengan faktor friksi. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan grafik di atas. Nilai panjang ekuivalen dan faktor friksi memiliki hubungan yang sama dengan
bilangan Reynold, yaitu berbanding terbalik. Bahkan bentuk kurvanya pun serupa.
41
yang diperoleh, Praktikan dapat mengetahui hubungan antara Pressure Drop dan laju alir terhadap
% buakaan Valve melalui grafik.
Setelah melakukan pengolahan data, praktikan memperoleh hasil berupa grafik hubungan
antara % bukaan Valve dengan Pressure Drop dan laju alir. Pada grafik hubungan antara % bukaan
Valve dengan Pressure Drop terlihat bahwa seiring dengan bertambahnya persen bukaan Valve,
maka Pressure Drop akan semakin besar kecuali saat persen bukaan Valve sebesar 18%.
Sedangkan pada grafik hubungan antara % bukaan Valve dengan laju alir menandakan bahwa
seiring dengan bertambahnya persen bukaan Valve, maka laju alir juga akan semakin besar. Hal
ini sesuai dengan teori Bernoulli mengenai pengaruh bukaan atau Gate Valve terhadap Pressure
Drop, dimana teori tersebut menyatakan Pressure Drop dan laju alir memiliki hubungan yang
berbanding lurus dengan bukaan Valve.
Pada grafik hubungan antara % bukaan Valve dengan Pressure Drop, data terkahir yang
diperoleh tidak sesuai dengan teori dimana ketika % bukaannya kecil, Pressure Drop yang didapat
nilainya lebih kecil dibandingkan data sebelumnya sehingga grafik mengalami penurunan. Hal ini
terjadi karena adanya kesalahan saat melakukan percobaan. Kesalahan tersebut dapat terjadi
karena ketidaktelitiaan praktikan dalam membaca Manometer dan memutar Gate Valve.
42
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan-percobaan pada praktikum modul Sirkuit Fluida yang telah kami
dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
43
DAFTAR PUSTAKA
Munson, B. R., Young, D. F., Okiishi, T. H., & Huebsch, W. W. 2009). Fundamental of Fluid
Mechanics 6th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons.
Petrokimia, D. T. 1998. Buku Panduan Praktikum Operasi Teknik I. Depok: Departemen Teknik
Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
De Nevers, Noel. 1991. Fluids Mechanics for Chemical Engineering. McGraww-Hill.
International Edition.
44