Anda di halaman 1dari 2

Kilauan mentari kian sembunyi

Mengelamkan sang rawi yang kian merunduk


Bak tak hirau akan sang khalifah bumi
Menimbulkan gelap gulita yang menyerbak

Denting jam dinding tak lagi menanti


Lalu lalang muda-mudi di peraduan ibukota
Itu lah Aku, yang derapnya terdengar sepanjang tepi
Menyisakan kegelisahan yang mambelai jiwa

Hingga derap langkah tersebut tak lagi tertangkap


Tergantikan dengan alunan jemari di atas huruf dan angka
Seakan delapan jam tuk sesuap rezeki tidaklah cukup
Hingga lima menit ibadah terabaikan dan tertunda

Duniawi laksana penjara


Tuhan tak lagi berkuasa akan hati
Semua bertaruh harap pada harta
Berlomba-lomba dalam jabatan dan posisi

Walau hari silih berganti


Tahun demi tahun terus membaharui
Harap dan mimpi terus lah menyelimuti
Kultus akan materi tak kunjung redup dalam hati

Kilauan dunia kian sembunyi


Mengelamkan kalbu yang buta akan sabda Sang Esa
Bak tak hirau akan sajak-sajak usia yang tak lagi dini
Menimbulkan raga yang kian menua

Denting jam dinding tak lagi menanti


Lalu lalang muda-mudi di peraduan ibukota
Kali ini, mereka bukan aku lagi
Putih rambut telah menjadi sahabat sejati

Duniawi laksana penjara


Tuhan tak lagi berkuasa akan hati
Seolah kesia-siaan telah menyapa
Bertasbih memohon pertolongan pada Sang Maha Pemberi

Oh, Tuhanku
Aku ingin bercerita tentang jiwaku
Berbagai dosa yang ku ukir dalam keseharianku
Sedikit amal yang telah ku persembahkan untukmu

Sedang rakyat jelata bekerja keras di sudut negeri


Menahan lapar yang tiada akhir
Namun tak lalai akan sembahyang pada Sang Ilahi
Menahan buaian duniawi yang tiada akhir

Oh, Tuhanku
Aku ingin bercerita tentang jiwaku
Berbagai dosa yang ku ukir dalam keseharianku
Sedikit amal yang telah ku persembahkan untukmu

Anda mungkin juga menyukai