Anda di halaman 1dari 127

NASKAH PUISI

YANG
ABADI
DI
WATUKOSEK
Latsar CPNS 2019 Golongan III
Angkatan LII

MUHAMMAD LEFAND
2023
YANG ABADI DI WATUKOSEK

KENANGAN DI WATUKOSEK
Watukosek Dalam Ingatan
Menikmati Malam Di Watukosek
Apel Mulai
Untuk 52
Setelah Pulang

WATUKOSEK DALAM INGATAN

Wajah dan malam di watukosek


Hati berdebar
Jiwa bergetar
Rindu mengalir di urat nadi
Menjadi darah
Menjadi gairah
Menjadi ingatan
Menjadi kenangan
Watukosek menjadi ruh dalam tubuh

Mata dan wajah


Lelap dan gelap
Karena sepi
Tersebab jarak
Jauh menjelma rindu dan cumbu
Ada bayang setiap waktu
Mengenang pertemuan dan tatapan

Watukosek
Ruang bius
Rindu mengganggu debar
Malam menyuburkan ingatan

Jember, 2019

MENIKMATI MALAM DI WATUKOSEK

Sejenak hati mengosongkan rindu


Pikiran menghentikan laju
Badan lelah di bawah purnama
Watukosek menjadi rumah pertemuan
Malam memberi waktu kepada kita
Mata mencumbui mata
Bibir merayu bibir
Wajah bertatap wajah
Seketika luka hilang
Duka pergi tanpa jejak
Dan kita bermesra dengan keadaan

Yang awalnya beku menjadi cumbu


Yang kaku menjadi semacam rayu
Kita mendengar suara-suara
Tak ada tangis dan air mata
Tak ada sedu sedan ataupun kecurigaan
Tangan begitu erat mendekap isyarat
Tak perlu lilin untuk menikmati kedip mata
Di langit bintang dan bulan mesra
Di barak hiruk pikuk canda tawa
Di halaman apel kita memilih bersama
Tak ada penyesalan dalam hati
Karena watukosek menyatukan jiwa kita

Jember, 2019

APEL MULAI

Kita masih bercanda


Terdengar suara dari mikropon di lapangan
Suara lantang di depan barisan
"Apel mulai"
Kita berlari dari dalam barak
Telah ditunggu untuk menerima jatah
Jatah yang membuat sebagian peserta tertawa
Dan sebagian lain dongkol
Tapi kita bahagia dan menikmati

Wajah-wajah mulai mengering di bawah matahari


Kita masih berputar jalan jongkok
Mengelilingi barisan yang sangat rapi
Di kepala kita terngiang kata "Apel mulai"
Sembari menahan senyum bahagia
Ingin rasanya merekam
Dan menjadikan suara itu rington hp
Untuk diputar saat pulang nanti

"Apel mulai" sang komandan begitu wibawa


Tanpa senyum dan tanpa canda
Semua mata tertuju kepadanya
Hanya kita yang tak bisa menahan tawa
Dalam hati ingin segera mengambil jongkok di depannya
Sambil melihat komandan
Berapi-api mengingatkan para peserta
Yang di hati tertawa tapi di wajah berbeda

"Apel mulai"
Semua berbaris
Kita setia menerima jatah

Jember, 2019

UNTUK 52

Ingin kutulis kenangan di setiap senyum


Ruang bius takkan mampu merayu
Hati telah berpegang teguh kepada niat
Tak ada yang lebih abadi
Dari dua pasang mata atau berpasang-pasang
Termasuk waktu yang selalu mengintai
Ingin menghapus setiap rindu yang tumbuh

Kembalilah tersenyum
Tak ada luka tak ada benci
Meski di awal semua terasa sangat asing
Namun perpisahan telah mengingatkan
Airmata dan detak hati menjadi saksi
Tak ada bisa melupakan kenangan
Meski dalam keadaan benci sekalipun

Kembalilah ke ruang bius


Ruang di mana kita saling cemburu
Saling curiga dan saling menyimpan sapa
Pandang satu persatu setiap wajah
Tak akan kita temukan luka setelah perpisahan

Kenangan telah terpatri di hati


Tinggal bagaimana kita memahami
Menjadi orang asing di rumah sendiri
Karena kenangan watukosek selalu menari-nari
Suara-suara riuh
Nyanyian kebahagian telah menjadikan kita
Tak sadar menjadi mesra
Dan sulit untuk melupakan
Setiap barisan dan langkah sebelum
Dan sesudah makan

Dan kita akan mengenang suara


"Apel mulai"
Sembari tersenyum seperti orang gila

Jember, 1 September 2019

SETELAH PULANG

Kini siapa yang tak rindu


Hati seperti angin
Dada seperti laut
Butuh perahu pertemuan
Dan sebuah layar tatapan
Kenangan menjadi hujan
Rindu basah siang dan malam
Bahagia itu sederhana
Tersenyum pada pertemuan
Dan intim dengan ingatan

Semua menjadi watukosek


Bangun pagi watukosek
Mandi lalu makan watukosek
Mengajar anak-anak di kelas watu kosek
Mau tidurpun watukosek

Hati telah menjadi barak


Setiap kerinduan
Terbayang apel mulai
Teringat nyawa satu sentimeter
Luka dibasuh dengan sapa

Tak ada air mata


Ingatan selalu menggoda
Hari terasa hampa
Ingin kembali saling bersua
Dan kita lupa pada luka

Jember, 6-10-2019
Setelah mandi dan shalat asar
ANGKATAN LII

KONTINGEN JEMBER
Muhammad
Muhammad Iqbalillah
Muhammad Susanto
Nuril Isnaini
Rizka Arista Sofiyana

MUHAMMAD
: atas nama cinta

Manusia makhluk cinta


Utuh pada setiap tubuh kita
Hilang semua benci dan leluka
Atas nama cinta yang dilarung doa
Manusia takkan bisa hidup tanpa cinta
Manusia selalu membutuhkan rerasa cinta
Ar-Rahman sebagai rujukan yang paling mulia
Dan Al-Kahfi sebagai pegangan kehidupan dunia

Jember, 2019

MUHAMMAD IQBALILLAH
: risalah doa

Musyawarah hati
Ujung malam sunyi
Hujan air mata, semedi
Adalah qiyas bathin bersuci
Menengadah tangan dari bumi
Menghadap langit sambil memuji
Angin dan dingin menggoda penuh iri
Doa semakin mesra mengharap cinta Ilahi

Ilahi ya Ilahi
Qalammu suci
Berilah teguh hati
Agar terpelihara diri
La hawla illa anta rabbi
Inni wajjahtu ila anta rabbi
La tahzan fi qalbi, anta ma'ani
Langit cemburu kepada doa, sepi
Akan mendekapi malam tanpa tepi
Hingga tak terasa dzikir merasuk di hati

Bondowoso, 2019

MUHAMMAD SUSANTO
: perjamuan

Mengabdi pada iman


Utuh dalam keheningan
Hingga malam tanpa bulan
Agar doa yang telah diijabahkan
Menemukan air mata air dan aliran
Menuju hati bening yang penuh sinaran
Arah tempuh perjalanan selepas perjamuan
Dengan segala khusuk mengalir doa ke badan

Semua tangis bahagia


Upacara tobat yang utama
Sunyi menjelma bathin cinta
Ada kerinduan pada gerak jiwa
Nafas menghembuskan doa-doa
Tulang kita berdzikir tanpa diminta
Oh perjamuan menjadi pengingat usia

Bondowoso, 2019

NURIL ISNAINI
: tak cukup dengan kata

Nasib tak bisa dibeli


Usaha adalah benteng diri
Rencana haruslah disusun rapi
Ikat semangat dengan percaya diri
Letih dalam hidup adalah sebuah kunci

Ingin bahagia di dunia


Sedih bukan alasan duka
Niat tak cukup dengan kata
Angkat kakimu gagah perkasa
Ingat Tuhan selalu melindungi kita
Nasib yang tertulis tinggal kamu baca
Indah tak selamanya tentang isyarat mata

Jember, 2019

RIZKA ARISTA SOFIYANA


: risalah daun

Risalah tertulis di matamu


Ingatan menjadi penanda rindu
Zaman tak berhenti merayu waktu
Kepada hatimu yang berdebar selalu
Ada kerinduan pada rasa tanpa cumbu

Angin membelai rambutmu


Rasa menjelma isyarat mataku
Ingin kuungkap kata tapi mulut kelu
Seperti es rasa menjadi dingin dan beku
Tapi mata tetap setia memandang matamu
Aku seperti dedaun di antara tangkai bunga layu

Senyummu
Oh senyummu
Firasat ingatanku
Ibarat dedaunan biru
Yang rimbun tiap waktu
Abadi di halaman rinduku
Nyanyian burung suara merdu
Angin di mataku embun di wajahmu

Jember, 2019

KONTINGEN MALANG KOTA

Muhammad Nur'azza Al Ilmi


Nadia Rofika
Pandu Juniar Permana
Puji Astuti
Sevina Zuhrie Wardana

MUHAMMAD NUR'AZZA AL ILMI


: khutbah puisi

Maha suci Allah


Untuk setiap hikmah
Hidup yang penuh risalah
Adalah syukur alhamdulillah.
Manusia makhluk yang amanah
Menjadi hamba Allah di dunia. Allah
Adalah Tuhan pencipta semesta. Tabah
Dalam hidup harus tetap selalu diistikomah

Namamu kutulis puisi


Utuh dengan pilihan diksi
Risalah sederhana penuh arti
'Alam semesta dan kata jadi saksi
Zat kehidupan mengalir di dalam hati
Zaman di matamu menjadi airmata sunyi
Ada isyarat yang kubaca di wajahmu semedi

Aku persembahkan rindu


Laut, gelombang dan perahu

Ingatan sebagai tanda


Lelap malam kepada mata
Menjadikan kita saling berdoa
: Inilah puisi persembahan mesra

Ledokombo, 2019

NADIA ROFIKA
: beku

Niat menjadi sungai


Anai-anai terbang landai
Diterangi gelap hati sangsai
Ini malam terasa dingin, menuai
Air mata rahasia di ujung jerit badai

Rasa menjadi laut


Oh hati dan rindu bertaut
Firasat menjadi kalimat merajut
Ikatan dipererat saat tiba pasang surut
Kepada angin kepada dingin, yang beku larut
Air mata menetes dari doa sunyi seorang penurut

Jember, 2019

PANDU JUNIAR PERMANA


: pagi dan gerak

Pada setiap langkah dan gerak


Ada senyum yang tak perlu diarak
Nafas ditarik lalu dihembuskan jarak
Dengan ceria kau memandu anak-anak
Untuk tetap semangat meski dalam sesak

Jungkir balik kehidupan


Utuh niat pada pengabdian
Nafsu dan goda tanpa haluan
Ikatan haruslah menjadi harapan
Agar gerak dan langkah bersamaan
Rasa takkan menyerah pada kesedihan

Pada akhirnya
Engkau membaca
Rasa kehilangan kata
Mulut kelu menjadi ceria
Ada yang tak pernah diduga
Nyata di dalam kehidupan dunia
Adalah pagi dan gerak menjadi cinta

Jember, 2019

PUJI ASTUTI
: risalah perahu dan ombak

Pelayaran perahu dan ombak


Ujung tiang dan layar tetap tegak
Jangan pernah takut pada riak ombak
Ini kehidupan dunia bukan surga yang enak
Asmara laksana laut
Setiap tepi memiliki kalut
Tapi pelayaran harus berlanjut
Untuk kesetiaan ikatan suci bertaut
Tentang gelombang, waktu pasang surut
Itu adalah kisah yang tak akan terbawa maut

Jember, 2019

SEVINA ZUHRIE WARDANA


: risalah pertemuan

Seperti mekar bungabunga


Engkau tersenyum ceria, pada
Vas kenangan yang begitu mesra
Ingatanku menjadi tangkai dan mata
Nafas menjadi daun musim tanpa leluka
Adakah yang lebih bahagia daripada rerasa

Ziarah hati dan sepi


Ungkapan bersembunyi
Hanya ada senyum berseri
Rerasa dan isyarat ditulis puisi
Ingatan menjelma rindu dan puisi
Engkau setangkai bunga musim semi

Wajah menjelma waktu


Angin membelai ingatanku
Rasaku berdebar seketika kaku
Dadaku seperti tertembus peluru
Ada kekaguman kepada senyummu
Nafasku menjadi angin yang membeku
Aku takkan pernah sesali pertemuan rindu

Jember, 2019

KONTINGEN MOJOKERTO

Aditya Kurniawan
Arif Setiawan
Desty Berta Yolanda
Reza Imawan Fahmi
Wisnu Jaya Prawira

ADITYA KURNIAWAN
: senandung watukosek

Alam raya bernyanyi


Dengarlah debar di hati
Ini tanah bersenandung sepi
Tanah menyimpan risalah negeri
Yang kita lihat tak seperti isyarat pagi
Ada suara lain kicau burung menambah arti

Kita juga perlu bernyanyi


Untuk menghibur diri sendiri
Resah hilang di wajah mentari
Nyanyian watukosek bisik di hati
Ia menjelma rerindu jarak tanpa tepi
Angin malam memeluk tubuh, menjadi
Waktu yang selalu kita ingat, kenangan ini
Adalah senandung dari barak ke tempat suci
Noktah dihapus embun, kita khusuk pada imaji

Jember, 2019

ARIF SETIAWAN
: musyawarah kantin

Apa yang jadi


Rencana tak abadi
Ingin sebatas bunga mimpi
Firasat tak bisa ditempuh jalan sunyi
Setiap musyawarah
Ejaan kata-kata dijarah
Terlebih angka yang lelah
Isyarat tak cukup jadi risalah
Apakah kesepakatan bisa diubah
Waktu akan menjawab dengan tuah
Antara hati dan pikiran tak cukup pasrah
Nasihat malam penting dalam musyawarah

Ledokombo, 2019

DESTY BERTA YOLANDA


: tempat apel dan ruang bius

Demi apel dan komandannya


Engkau berdiri tanpa kata-kata
Seperti tiang tegak tanpa derita
Tak goyah oleh rayuab dan goda
Yang slalu berbisik dalam telinga

Berapa banyak daun gugur


Engkau tabah merangkai umur
Rasa hati misteri sedalam sumur
Tak ada ketabahan yang bisa diukur
Arah angin dan kehidupan sujud syukur

Yang abadi di ruang bius


Oh adalah wajah yang serius
Lelap mata bukan sebuah kultus
Ada senyum pada setiap bibir, ritus
Nasihat tak terdengar. Mimpi menjurus
Detak ribut kalang kabut. Di ruangan bius
Ada yang lupa ditulis. Kenangan menjadi ritus

Jember, 2019

REZA IMAWAN FAHMI


: sajak jalan raya

Risalah batu dan pasir


Engkau berdiri dan berpikir
Zaman semakin maju dan akhir
Ada banyak jalan yang harus didzikir
Ini masanya yang muda
Menjadi penjuru kerja nyata
Akal dan pikiran senjata utama
Waktu dan usia sebagai panglima
Agar pembangunan tetap terlaksana
Niat bulatkan semangat, mental sempurna

Fase kehidupan
Adalah perjalanan
Hanya ada keyakinan
Mendarah daging harapan
: Inilah jalan ksatria; kejujuran

Ledokombo, 2019

WISNU JAYA PRAWIRA


: catatan wajah

Wajah kita
Isyarat rerasa
Setangkai bunga
Nyanyian dan suara
Ungkapan penuh makna

Jangan ada dusta


Air mata tanda cinta
Yang abadi adalah fana
Ada rahasia di dalam dada

Pada wajah dan mata


Rasa dan detak pada usia
Ada pertemuan begitu mesra.
Wajah menjadi alasan rindu, ada
Ingatan dan kenangan. Rasa bahagia
Rasa yang tak akan pernah ingin didusta
Adakah leluka menghampiri wajah semesta

Ledokombo, 2019

KONTINGEN BLITAR

Dharma Nadi Candra


M. Bisri Musthofa
Mike Rahayu
Nur Indah Sari
Nurul Kholida

DHARMA NADI CANDRA


: darah kita sama

Di atas tanah darah kita mengalir


Hingga menjadi urat nadi hulu ke hilir
Apakah perbedaan bisa merubah takdir
Rasa tak bisa dibohongi oleh setiap anyir
Mata melihat warna darah yang sama, zikir
Air mata adalah bukti kita satu batin dan lahir

Nasib boleh berbeda


Asmara boleh berbeda
Detak dada boleh berbeda
Ingatan kita akan tetap sama

Cerita menjadi kisah


Antara kita jarak lembah
Nafasku nafasmu satu desah
Darah merah kita mengalir gairah
Rindu abadi dalam hati menjadi tuah
Ah selamanya kau dan aku semerah darah

Jember, 2019

M. BISRI MUSTHOFA
: sajak sederhana

Manusia hidup dengan cinta


..........................................dan rasa

Berlembar kenangan
Ingatan menjadi lautan
Sedang rindu lelaki beriman
Ruh pertemuan adalah perpisahan
Ikatan tak akan pernah minta diupacarakan

Manusia butuh cinta


Ungkapan butuh makna
Sedih kehidupan butuh mata
Tak ada rasa yang tak butuh raga
Hati hanya bertamu mencari bahagia
Obat resah dan leluka dunia adalah tawa
Firasat tak perlu air mata, cinta adalah cahaya
Ada doa ibu yang selalu istikomah pada purnama

Ledokombo, 2019

MIKE RAHAYU
: tentang ikatan

Mengikat tali suci dengan hati


Ikatan dua kekasih saling berjanji
Kepada langit kau harus tetap memuji
Eja setiap godaan dan cobaan lalu ditafsiri
Rahayu sebuah ikatan
Adalah saling pengertian
Hidup bukan untuk dirumitkan
Agar setiap rasa yang diteguhkan
Yakin menjadi pegangan di perjalanan
Untuk segala luka di masa lalu; hanyutkan

Jember, 2019

NUR INDAH SARI


: catatan di watukosek

Nasib tak selamanya mekar


Untuk apa menangisi hidup nanar
Rencana hanyalah jalan menuju sabar
Ingatan bukan isyarat luka
Nama hanya kenangan semata
Dan kau akan mengerti tentang cinta
Angin membius wajah dan senyum mesra
Hingga semua catatan menjelma rindu di dada

Seperti hidup yang disangkakan


Ada rahasia yang tak perlu diutarakan
Rasa dan sekelumit kisah menjadi kenangan
Ingatan abadi selepas perpisahan akhiri pertemuan

Jember, 2019

NURUL KHOLIDA
: ingatan dan gunung

Nafas masih setia


Untuk apa merasa luka
Rasa dan ingatan beda mata
Ungkapan tak selamanya jadi doa
Luka gunung memberi isyarat pada kita

Kenanglah ingatan
Hingga daun berguguran
Obat rindu adalah pertemuan
Luka bukanlah air mata bercucuran
Ingatan akan selalu terbaca kehidupan
Dengar jeritan duka gunung penanggungan
Ada pengorbanan yang tak pernah kita sesalkan

Jember, 2019

KONTINGEN GRESIK

Dina Khasanah
Eka Nurul Fadilah
Heavy Dwi Agustina
Mahmudah
Pradita Arilona

DINA KHASANAH
: tentang rasa yang kausimpan

Dengan membaca senyum


Ingin kusampaikan pesan harum
Noktah tak pernah ditulis dalam album
Apalagi tentang luka yang kausimpan kuntum
Kata butuh makna
Hidup juga butuh rasa
Agar luka tak menganga
Setiap kisah butuh pencerita
Agar yang berat dipikul bersama
Nasihat bukan duka tapi sebuah cinta
Ada yang tak bisa dimiliki karena itu fana
Hanya doa dan air mata yang akan selalu setia

Jember, 2019

EKA NURUL FADILAH


: malam dan cahaya

Engkau telah melihat malam


Kemilau bintang hilangkan temaram
Ah langit bukan perahu takkan tenggelam
Nur adalah cahaya
Utuh wajah dalam cinta
Rasa seperti sinar semesta
Ubah malam sepi jadi bahagia
Lelap watukosek memberi makna

Fajar masih kautunggu


Akar pohon semakin bisu
Dalam sepi kau mencumbu
Ingatan yang tak pernah sedu
Lelah letih tak cukup untuk pilu
Akan malam yang sangat syahdu
Hati menemukan cahaya yang rayu

Jember, 2019

HEAVY DWI AGUSTINA


: tentang risalah rasa

Hingga usia di ujung senja


Engkau masih menyimpan rasa
Apakah tidak cukup setetes airmata
Video kehidupan tak hanya tentang cinta
Yang harus dirayakan adalah berkahnya usia

Dengan detak dan debar hati


Wangian bunga dan harum kasturi
Ingatan kembali pada sebuah ikatan janji

Agar tak salah sangka


Genapkan saja setiap rasa
Untuk kesetiaan restu dan doa
Sayap ego harus dipatahkan cinta
Tak ada risalah tangis luka pada rasa
Ikatan harus dipertahankan setabah usia
Niat tak perlu diungkapkan pada setiap duka
Agar rasa dalam kehidupan nyata menjadi surga

Jember, 2019

MAHMUDAH
: makmum

Masih adakah sepi


Angin mengusapi pipi
Hingga air mata jadi api
Makmum tetap khusuk diri
Untuk menunggu kekasih hati
Dengan doa-doa di malam sunyi
Agar tiap godaan yang silih berganti
Hilang menjadi sebuah ikatan cinta suci

Jember, 2019

PRADITA ARILONA
: sepi

Pertemuan adalah sepi


Rasa bersembunyi di hati
Ada yang tidak bisa ditafsiri
Dengan kebahagiaan yang arti
Ingatan menulis semua jadi sunyi
Tidak ada perpisahan bisa ditangisi
Aku dan engkau hanya saling diam diri

Agar tak lupa kutulis puisi


Rasa kurangkai dengan diksi
Ingatan kubingkai dengan imaji
Lelaki harus selalu memberi bukti
Obati kerinduan dengan risalah hati
Nanar sepi dalam diri menjelma lemari
Ah rasanya waktu berputar tak bisa abadi

Jember, 2019

KONTINGEN PASURUAN

Aulia Arditama
Malinda Wulandari
Mukhammad Khusni Mubarok
Ufiq Maslakhah
Zakaria

AULIA ARDITAMA
: daun dan musim

Angin meniup pohon rimbun


Ungkapan musim kepada daun
Lebih mesra dari ucapan beruntun
Ia tahu bagaimana mengecupi ubun
Agar kebahagiaan hidup tak tertimbun

Ada risalah kehidupan


Rasa pada utuh kesetiaan
Daun dan musim bermesraan
Ingatan kering mengenang hujan
Tapi hati yang ragu akan terkalahkan
Asmara yang fana tidak perlu keyakinan
Musim akan menjadi perekat sebuah ikatan
Ada rahasia yang tak perlu dibisikkan kenangan

Jember, 2019

MALINDA WULANDARI
: risalah kehidupan

Masalah ragu
Adalah detak waktu
Lubang jalan tanda rambu
Ingatan membutuhkan cumbu
Nafas kepada nafsu bukanlah pintu
Dalam setiap kenangan ada sedikit pilu
Arah jarum kompas berputar dalam hatimu

Walau jerit tangisan


Ungkap tiap kesedihan
Lelah akan terasa di badan
Apa guna cahaya pada ingatan
Nanti akan dimengerti perjalanan
Dalam hidup perlu batu untuk aman
Agar hati yang keras dapat ditukarkan
Rasa menjadi teduh di dalam kehidupan
Iman terpelihara dalam hati dan perbuatan

Jember, 2019

MUKHAMMAD KHUSNI MUBAROK


: sajak sederhana

Mari bernyanyi
Ungkapkan isi hati
Kepada malam sunyi
Hingga tiba embun pagi
Agar tak ada rasa iri dengki
Menjadi penyakit penuh benci
Mari bernyanyi dengan suara hati
Agar tak ada luka dalam kehidupan ini
Dengarlah dan kau dan aku akan mengerti

Kepada luka bernyanyi


Hingga semua luka pergi
Untuk apa kita bersedih hati
Sedih tak bisa menambah arti
Nafas keluar masuk adalah bukti
Ibarat daun-daun gugur dalam mimpi

Mesti kita menyadari


Untuk hidup yang dijalani
Betapa keras batu dalam diri
Akan hancur oleh nyanyian hati
Rasa yang selalu bergetar tiap hari
Oh rasa yang selalu bergetar tiap hari
Kau dan aku akan menjadi lebih mengerti

Jember, 2019

UFIQ MASLAKHAH
: tergantung hati

Ujung batas keyakinan


Firasat bukan daun berguguran
Ingatan juga bukan burung beterbangan
Qalam Tuhan tertulis di hati menjadi tuntunan
Masalah kehidupan
Angin mengucap aman
Sedang dada berpendirian
Lebih teguh daripada godaan
Anggur tak hanya memabukkan
Kalau hati telah dipenuhi keraguan
Hilang segala apa yang jadi harapan
Asa harus terus dirangkai dengan iman
Hati membutuhkab teduh dan ketenangan

Jember, 2019

ZAKARIA
: nasihat watukosek

Zaman dan usia


Ada dalam diri kita
Kehidupan akan fana
Antara luka dan bahagia
Rasa takkan pernah rahasia
Ingatan yang selalu ingin dibaca
Adalah pertemuan mesra tanpa duka

Jember, 2019

KONTINGEN PASURUAN KOTA

Arinda Sastawardani
Krisma Pradana Putra
Lailatul Fajriyah
Maghfirotun
Neli Florentine Saputri

ARINDA SASTAWARDANI
: risalah pertemuan

Ada yang harus direnungi


Rahasia pertemuan dan sepi
Ingatan dan kenangan satu jari
Nyanyian burung dan embun pagi
Dan rindu 'kan berdetak dan mengerti
Adalah tidak cukup kita merenung sendiri

Seperti hati
Ada rasa sunyi
Setiap yang pergi
Tetap akan kembali
Apalagi suasana pagi
Waktu yang silih berganti
Akan menjadi saksi matahari
Rasa dalam dada semakin sepi
Dan pertemuan yang telah dilewati
Ada dalam ingatan kita dan akan abadi
Nasib perpisahan takkan bisa merubah hati
Ikatan persaudaraan akan selamanya terpatri

Ledokombo, 2019

KRISMA PRADANA PUTRA


: risalah tabah

Karena apa kita tabah


Rasa tak menjawab resah
Ini kehidupan banyak masalah
Sedu sedan tak butuh pada amarah
Mata telah melihat semua warna lelah
Apakah tidak cukup pelangi sebagai ibrah

Pada mulanya sepi


Risalah hati dan sunyi
Asa bukan sebuah mimpi
Dan tabah menjadi urat nadi
Agar dalam kehidupan fana ini
Nafas menjadi gerak langkah pasti
Alam raya menjadi jalan kepada mimpi

Pada akhirnya rindu


Ungkapan semakin bisu
Tak terasa keinginan berpadu
Rasa dan tabah bertemu sewaktu
Arti setiap ketabahan tertuliskan di batu

Ledokombo, 2019

LAILATUL FAJRIYAH
: daun

Lembar dedaunan
Ada dalam kenangan
Isyarat embun dan hujan.
Lembar dedaunan jadi iman
Ada tanda dalam setiap ingatan
Tulangmu menjadi rusuk kehidupan
Udara menjelma angin tiup pepohanan
Lebih sekadar rindu menumpuk di halaman

Fajar membawa embun


Ajaran pagi tanpa unggun
Jari manis dan selembar daun
Rasa menulis risalah yang rimbun
Imaji menjelma rerasa setabah ubun
Yang jatuh menjadi humus, sehelai daun
Adalah cinta tulus yang tak mengenal tahun
Hingga usia menjadi semakin berarti dan tuntun

Ledokombo, 2019

MAGHFIROTUN
: tentang prasangka

Musyawarah bunga
Adalah mekar jadinya
Gunung, alam semesta
Hanyalah tanda bagi kita
Fase hidup tak bisa dibaca
Ibarat mimpi dalam tidur kita
Rasa bukan sebatas prasangka
Oh takkan ada yang bisa dipaksa
Tetapi tiap hati punya rasa berbeda
Untuk siapa kita saling berprasangka
Nasib ditulis, kita hanya bisa membaca

Jember, 2019

NELI FLORENTINE SAPUTRI


: risalah cahaya

Nafas adalah cahaya


Engkau tak perlu resah rasa
Laut dan gelombang guru semesta
Ingatan dan kenangan tertulis sepanjang usia
Firasat dan sepi
Lelah hati penuh arti
Oh luka jangan ditanggapi
Rasa adalah cahaya dan abadi
Engkau akan mengerti suatu nanti
Nasib bukan hantu yang harus ditakuti
Tak ada risalah orang tabah 'kan resah hati
Isyarat langit kepada bumi adalah isyarat janji
Nafas ini akan mengingatkan tentang ikatan suci
Engkau tak perlu menangisi waktu dan usia dalam sepi

Seperti mata melihat cahaya


Ada kata yang tak perlu makna
Patah reranting mengajarkan setia
Ungkapan tak perlu ditulis dalam cinta
Tetaplah engkau menjadi cahaya. Cahaya
Rasa yang tak pernah gelap kepada alam raya
: Inilah risalah cahaya, ditulis dengan sederhana

Ledokombo, 2019

KONTINGEN TULUNGAGUNG

Dede Reny Yulianti


Deviyana Adil Lia
Dian Ayu Pratiwi
Ismulissaroh
Phasa Chandra Rimatmaja

DEDE RENY YULIANTI


: watukosek

Daun-daun gugur di halaman


Engkau sapu kisah masa depan
Detak menjelma embun rerumputan
Erat engkau mendekap sunyi kenangan
Resah di ujung dahan
Engkau duduk di halaman
Nafasmu serbuk rindu pepohonan
Yang tak larut pada luka-luka kehidupan

Yang abadi tersimpan di hati


Ujung jari telunjuk bersembunyi
Lihat halaman tempat kau berdiri
Ingatan menjelma pagi dan mentari
Ada jejak di atas tanah menjelma sepi
Nyanyian semesta begitu lirih dan sunyi
Tetapi tanah yang kita pijak tak pernah iri
Ingatan dan kenangan watukosek kan abadi

Jember, 2019

DEVIYANA ADIL LIA


: risalah hujan

Dengan musim di mata


Engkau jadi hujan di dada
Vas dan bunga begitu mesra
Ingin kusimpan setiap air mata
Yang ada di pipimu dengan mesra
Agar tak sehelai daun gugur jadi luka
Nafas menjadi embun di bibirmu, surga
Adalah senyummu pada pagi dan semesta

Ada kebahagiaan kulihat di mata


Dan senyummu sungai jernih di dada
Ibarat seorang kekasih merindu bahagia
Luka takkan menjadikan kita seorang pelupa

Liar matamu begitu mesra


Isyarat tak menyembunyikan luka
Ada kekaguman di setiap pandangan mata

Jember, 2019

DIAN AYU PRATIWI


: risalah debar

Debar dan gerak isyarat


Itu berbeda rasa dan hasrat
Ada hujan tapi panas menyengat
Namun saat panas, dingin lupa diingat
Apalah arti kisah
Yang berakhir dengan resah
Ujung jari akan menjawab dengan tabah

Pada mulanya debar itu tanda


Rasa yang tak ingin kepada luka
Ada yang harus ditafsir ulang, kata
Tak akan selamanya memberi makna
Ibarat hanya sebagai penjuru pada cinta
Walau ingatan dipaksa lupa, tetaplah usia
Ingat kepada pertemuan dan perpisahan mata

Jember, 2019

ISMULISSAROH
: ketabahan

Ingin aku baca


Sebuah kedip mata
Menjadi makna dan doa
Ujung malam sekhusuk rima
Lampu kota temaram tanpa luka
Isyarat menjelma ibarat pada rerasa
Siang menjadi sang surya terang cahaya
Sedang malam berwajah bulan di angkasa
Air mata mengalir menjadi sungai penuh cinta
Resah hanya godaan yang tiada pernah ada luka
Oh dimana debar dan detak waktu tika hati dan dada
Hanyut pada irama kehidupan yang pada akhirnya fana

Jember, 2019

PHASA CHANDRA RIMATMAJA


: tentang obat lain

Pada jarak dan kota


Hiasan lampu menyala
Ada yang abadi dan fana
Seperti obat lain tanpa rasa
Air mata menjadi bahan cinta

Cinta bukanlah nafsu


Hilang satu tumbuh seribu
Ada yang mendustakan rerindu
Nafsu dijunjung di atas derita pilu
Doa dilupakan oleh kelengahan waktu
Rasa kehilangan cahaya dan kembali bisu
Air mata mengobati luka-luka yang telah lalu

Rasa tak mengenal benci


Iri dengki menggoda sunyi
Malam dan lampu kota sepi
Ada obat kerinduan dalam diri
Tempat yang lelap menjadi saksi
Mata bertatap mata isyaratkan hati
Apakah luka masa depan bisa diobati
Jarak tak pernah mengerti pada hidup ini
Angan dan angin malam menambah misteri

Jember, 2019
WALI KELAS ANGKATAN LII

WALI KELAS

Subagyo Prasetyo
Yusadi Roostauga Soebianto
SUBAGYO PRASETYO
: risalah 1 cm (i)

Sudah lajani saja


Untuk apa dibuat luka
Barak, ruang bius dan aula
Adalah kehidupan yang nyata
Gunung penanggunangan di mata
Yang berada jauh lupakan sementara
Obat rindu saling mengenal dan menyapa

Pahit hanya di rasa


Resah dibuang ke dada
Apa yang didapat; diterima
Sedih di disini hanya sementara
Engkau dengan bahasa fasih berkata
Tentang nasib 1 cm bawah leher. Tak ada
Yang berani menjawab kecuali kedipan mata
Oh risalah 1 cm abadi dalam ingatan detak usia

Jember, 2019

YUSADI ROOSTAUGA SOEBIANTO


: risalah 1 cm (ii)

Yang kubaca
Utuh dalam aula
Setiap tatapan mata
Adalah pertemuan dada
Detak menjadi isyarat tanda
Ikatan dan pertemuan dalam usia

Rasa tak dusta


Oh setiap dada ada
Oh setiap hati dan jiwa
Seperti malam dan cahaya
Tak khianati rerindu purnama
Ada sekelimit kisah menjadi doa
Usia dan nasib 1 cm yang tak dipuja
Gelisah menjelma air mata dalam dada
Ada rindu dendam dalam ingatan dan fana

Suara yang bisu


Oh isi dada tak rayu
Engkau akan tiba tahu
Betapa jauh mata rerindu
Ibarat jarak watukosek dulu
Adalah jarak yang diukur sedu
Nasib 1 cm tak ditulis dalam buku
Tapi rindu setiap kata yang penuh kelu
Oh tak akan pernah dihapus dari masa lalu

Jember, 2019
WIDYA ISWARA
ANGKATAN LII

WIDYA ISWARA
I Made Sukartha
Esti Sri Rahayu
Setiyo Rois
M. Islam
Gatot Hendro Priyono
Dewa Ketut Alit
Priyo Darmawan
Juli Winarto
Danar Andriyanto
Supriadi

I MADE SUKARTHA
: kesepakatan

Indonesia final di hati seperti kedudukan ibu

Madura telah dibaca


Alam dan tanah memesona
Dan Pulau Dewata juga telah terbaca
Engkau dan aku satu tumpah darah: Indonesia

Seperti di ruang kelas


Usia tak mengenal batas
Kepada siapa belajar cerdas
Akan memiliki pengetahuan jelas
Rasa menjelma laut dan tekad keras
Tak akan ada ombak yang menghempas
Hati telah menyatu tanpa syarat tanpa kelas
Angin membawa jiwa kita kepada hakikat bebas

Ledokombo, 2019

ESTI SRI RAHAYU


: etika dan estetika

Etika dan estetika


Setiap bangsa di dunia
Tertanam jadi prilaku nyata
: Indonesia bangsa seribu budaya
Sejak mata melihat dunia
Rasa mengenal tangis dan air mata
: Indonesia tanah tumpah darah sepanjang usia

Risalah pertiwi
Adalah janji dan bakti
Hidup untuk memberi arti
Agar keringat menjadi berarti
Yang niscaya etika dan estetika diri
Untuk menjunjung tinggi kearifan tanpa iri

Ledokombo, 2019

SETIYO ROIS
: merah putih

Sluruh tubuh merah putih


Erangan peluru merah putih
Tiang bendera pun merah putih
Ingatan dan harapan merah putih
Yang berdiri dan duduk merah putih
Oh tubuhku mengalir darah merah putih

Rindu kita sama


Olah rasa kita sama
Indonesia tanah tercinta
Seluruh badan lahir darinya

Ledokombo, 2019

M. ISLAM
: tentang masalah

Masalah bisa dipilah


.......................... dan jadi risalah

Inti hidup adalah tabah


Setiap masalah bisa dipilah
Lelaki diciptakan untuk amanah
Adakah cinta takkan menjadi sejarah
Manusia tempat salah, kita mencari hikmah

Ledokombo, 2019

GATOT HENDRO PRIYONO


: Indonesia

Genap 74 tahun Indonesia


Adalah merdeka jadi bangsa
Tak ada darah dan nyawa sia-sia
Oh para pahlawan korbankan jiwa raga
Tuk sebuah kemerdekaan tak boleh kita lupa

Hanya rasa nasionalis tinggi


Eratkan persatuan sebuah negeri
Negara Indonesia harus junjung tinggi
Demi tegaknya martabat bangsa besar ini
Rasa kobarkan semangat pancasila, negeri ini
Oase berbagai suku bangsa beragam tapi sehati

Perlu dibaca sejarah


Risalah negeri yang tuah
Indonesia tanah tumpah darah
Yang selalu terkenang dalam kisah
Oh merah putih gagah perkasa. Kibarlah
Negeri beribu pulau memesona seluruh tanah
Oh tanah yang kaya dan tanah yang sangat indah

Jember, 2019

DEWA KETUT ALIT


: sang singa di ruang bius

Dengan penuh wibawa


Engkau berkata kepada kita
Waktu dan usia janganlah didusta
Adalah berat mengemban tugas negara
Kepada diri percaya
Erat tangan tetap menjaga
Tetap sama perbuatan dan kata
Untuk integritas jabatan pada negara
Terus mengabdi dengan martabat dan wibawa

Ada getar di setiap kata


Lebih dari pertemuan semata
Ingin kutirukan tapi tak pernah bisa
Tetapi akan kutulis di setiap perjalanan usia

Jember, 1-9-2019

PRIYO DARMAWAN
: risalah tikus

Perlu kita renungi


Resah yang mengebiri
Ibarat luka semakin berperi
Yang pegang amanah mencuri
Oleh rerayu uang hilangkan harga diri

Dan tikus itu


Akan merayu-rayu
Rencana busuk. Bersatu
Mencuri angka. Tak ada pilu
Apalagi merasa salah. Dosa beribu
Walau ke neraka tak takut. Kelak waktu
Akan membuat penjara derita. Tak ada rindu
Nanti luka 'kan membuat derita tikus-tikus penipu

Jember, 2019

JULI WINARTO
: risalah pengabdian

Jangan ada dusta


Untuk urusan kerja nyata
Lebih baik jujur daripada berdusta
Ingat kewajiban mengikat pada jabatan kita
Waktu adalah berbakti
Ikatan dinas kewajiban diri
Niat diluruskan arti seperti janji
Adalah kita pengabdi bagi negeri ini
Risalah telah kita baca dan kita renungi
Tak ada alasan yang dibuat tuk memungkiri
Oh usia kita akan menjadi saksi pada prilaku diri

Jember, 2019

DANAR ANDRIYANTO
: risalah 4.0

Dalam jabatan
Ada banyak kewajiban
Nasib harga diri dipertaruhkan
Apalagi tentang sebuah kemampuan
Risalah angin, gunung dan lautan ditegakkan

Akal diasuh waktu


Nafsu dibuang rerayu
Dada dan detaknya padu
Rasa diasah dengan lelaku
Ingatan dipacu agar tak sendu
Yang mengikuti zaman akan maju
Akan terlindas setiap malas dan tipu
Nasib ditentukan kemauan keras. Tentu
Tak ada tempat tuk orang-orang yang ragu
Oh tak ada tempat tuk orang-orang yang ragu

Jember, 2019

SUPRIADI
: risalah tanah

Seperti tanah
Utuh sebuah risalah
Pada pembacaan resah
Rasa telah mengerti hikmah
Ikatan dan janji ditulis tanpa darah
Apa yang kita catat di lembaran adalah
Detak usia dan tanah tempat jejak jadi kisah
Ingatan harus menjadi rumah. Mengabadikan ibrah

Ledokombo, 2019
PENDAMPING DAN PANITIA
ANGKATAN LII

PENDAMPING
Bripka Sukardi
Didik Wijiono

BRIPKA SUKARDI
: catatan apel 1

Berkali-kali waktu
Riak suara tak merdu
Ingatkan kenangan rindu
Pada sebuah apel tanpa rayu
Kau lantang berkata tentang laku
Agar kehidupan sehari-hari makin padu

Suara khasmu
Ucap sekeras palu
Kepada hati yang beku
Apel menjadi ingatan rindu
Rasa ialah tetes air di atas batu
Dengan s'gala hormat upacara. Aku
Ingin sampaikan salam terima kasihku

Jember, 2019

DIDIK WIJIONO
: catatan apel 2

Dengar ini intruksi


Intruksi lelaku saat ini
Dengar dengan direnungi
Inti hidup adalah disiplin diri
Katamu tika memimpin apel pagi

Wajah tak berarti


Ingat segala intruksi
Jangan disimpan sendiri
Ini kesekian apel kuulang lagi
Otak kiri dan kanan harus berfungsi
Nasib masa depan ada pada disiplin hati
Oh tiap apel kau tak jenuh mengingatkan kami

Jember, 2019

PANITIA

Novian Marosi
Eko Sumaryono
Siswanto
Andiek Antono

NOVIAN MAROSI
: risalah upacara (i)

Nama ditulis
Oh nama ditulis
Vocal takkan segaris
Ini upacara tidak sebaris
Ada yang perlu senyum manis
Nafas atur agar upacara makin liris

Musim tak perlu bicara


Ada isyarat dalam upacara
Rasa dan detak tetap rahasia
Oh watukosek debar dalam dada
Seperti ruang aula hati begitu mesra
Ingin kutulis menjadi risalah yang dibaca

Jember, 2019

EKO SUMARYONO
: risalah upacara (ii)

Engkau duduk dan berdiri


Kedip mata isyarat dari hati
Olah rasa dalam upacara arti
Seperti mata
Utuh rupa-rupa
Meski terlihat luka
Ada yang pura-pura iba
Rasa ditulis dalam air mata
Yang berdiri saat dimulai upacara
Oh adalah isyarat kepada para pemuda
Nasib harus diperjuangkan utuh dengan cinta
Oh tidak ada duka yang ditangisi sepanjang usia

Jember, 2019

SISWANTO
: watukosek (i)

Setabah tanah
Ingatan pada risalah
Seteguh batu dalam kisah
Watukosek rerindu dan gairah
Apa yang menjadi intruksi adalah
Niat cinta kasih demi kehidupan cerah
Tentang absen dan kebutuhan menjadi sah
Oh syarat mutlak untuk mengikuti kelas bertuah

Jember, 2019

ANDIEK ANTONO
: watukosek (ii)

Atas nama batu


Nasib butuh rindu
Dengan segala rayu
Ikatan dan janji padu
Erat tangan tanpa sedu
Kisah tanah dicatat waktu

Atas nama tanah


Nafas butuh desah
Tak ada aliran darah
Oase menjadi sejarah
Nafsu menyebab resah
Oleh kisah ikatan searah

Jember, 2019
SEMINAR AKTUALISASI

PESERTA SEMINAR

Arinda Sastawardani
Malinda Wulandari
Aulia Arditama
Ufiq Maslakhah
Zakaria
Mukhammad Khusni Mubarok
Muhammad
Muhammad Susanto
Muhammad Iqbalillah
Nuril Isnaini
Rizka Arista Sofiyana
Pasha Chandra Rimatmaja
Ismulissaroh

ARINDA SASTAWARDANI
: seminar 1

Ada kisah
Rahasia tabah
Ini tentang risalah
Nama tempat bertuah
Dada dan mata tak resah
Antara hati dan sepi ada ibrah

Sepi ruangan
Adalah getaran
Seminar kenangan
Teguh dalam ingatan
Ada ghirah dan harapan
Wajah menjelma senyuman
Angin menjelma belai di badan
Ragu dan takut hilang dari pikiran
Detak di dada menambah keyakinan
Asa menjadi semangat dalam kehidupan
Nafas kembali normal, kisah ditulis lembaran
Inti kebersahajaan saat seminar ialah ketenangan

Jember, 2019

MALINDA WULANDARI
: seminar 2

Mata berbicara
Ada detak di dada
Lima kata belum reda
Ingatan menjelma cerita
Nama ke nama ada rahasia
Dan sepi dalam ruangan tetiba
Ah terasa berhenti detak pada dada

Wajah mati rasa


Ucapan terbata-bata
Lelap ruangan; tiba-tiba
Angin datang dengan irama
Nafas tertahan sebentar, di dada
Detak menjelma ruangan penuh rasa
Ada senyum di mata, ada cinta di jendela
Rasa berubah seperti terkena obat ajaib. Mata
Ingatan dan setiap kata yang diucapkan jadi rima

Jember, 2019

AULIA ARDITAMA
: seminar 3

Ada sepi di mata


Urat-urat beku di dada
Lelah merayu makin manja
Isyarat bibir kelu dan tanpa irama
Aku lupa menatap kata tanpa cahaya
Aku tetiba diam saja
Ruangan hening suara
Dengan pasrah aku coba
Ingat rangkaian kata; baca
Tentang frasa tak sempurna
Ada yang janggal tapi di mana?
Mataku tetap terus saja membaca
Ah ruangan seminar membuatku lupa!

Jember, 2019

UFIQ MASLAKHAH
: seminar 4

Udara tak tiba


Firasatku hampa
Ini ruangan tanpa rasa
Qosidah tiada terdengar telinga
Masih terasa
Akan debar dada
Setiap pasang mata
Lelap oleh rayuan goda
Ada yang aneh dengan kata
Kubaca isyarat, tak ada tetanda
Hanya wewajah curiga terlihat nyata
Ah seminar mengajariku tentang rahasia
Harapan dan rencana memerlukan air mata

Jember, 2019

ZAKARIA
: seminar 5

Zaman bukan seminar


Ada isyarat di dada getar
Kehidupan ini dipenuhi akar
Apa yang dilihat tak tentu benar
Risalah ruang bius berlembar-lembar
Ingatan dipresentasikan bibir tanpa debar
Ah tak semua yang dikata butuh kepada dengar

Jember, 2019

MUKHAMMAD KHUSNI MUBAROK


: seminar 6

Masih pagi
Ubun mentari
Kisah ruang sepi
Huruf disusun rapi
Aksara dan aktualisasi
Mempertemukan mata, hati
Mengintimi senyum penuh arti
Ada isyarat mata kepada matahari
Detak dada menjadi rindu risalah sunyi

Khusuk mata
Huruf dan makna
Utuh pertemuan rasa
Seperti ruang, pagi di dada
Nafas mengirim isyarat mesra
Isak dan tangis malam menjadi fana

Maka kutulis rindu


Umur dan janji padu
Begitu pula detak rayu
Agar seminar tidak beku
Ruang bius menziarahi kalbu
Oh di mana luka, mata tanpa sendu
Kisah dan setiap gerak bibir menjadi buku

Jember, 2019

MUHAMMAD
: seminar 7

Menyusun risalah
Umur semakin tuah
Hidup butuh bergairah
Agar kisah menjadi ibrah
Malam ditulis tanpa desah
Matahari dibaca siang searah
Akan ruangan dan mata berkisah
Dan tatapan mata jadi sebuah kisah

Sumberjambe, 2019

MUHAMMAD SUSANTO
: seminar 8

Mata dan hati


Uban dan sunyi
Hidup dan jati diri
Angin dan matahari
Malam dan setiap sepi
Mimpi dan suasana pagi
Adalah seminar diri sendiri
Dalam pertemuan hati nurani

Setiap kata
Utuh rahasia
Setiap makna
Akan purnama
Niat jadi cahaya
Tatap yang mesra
Obat setiap hampa

Sumberjambe, 2019

MUHAMMAD IQBALILLAH
: seminar 9

Merangkai kata
Untuk dibaca usia
Hikmah dalam dada
Air mata menjelma doa
Menulis risalah tatap mata
Menafsiri pertemuan pada rasa
Ada yang tak bisa dilupakan cahaya
Di ruangan seminar, mesra jadi purnama

Ini tentang arti


Qias kehidupan ini
Begitu intim dalam diri
Asa disampaikan oleh hati
Lebih cumbu dari bangku. Sepi
Ibarat kelu di bibir saat presentasi
Lelap di ruangan seperti tersihir mimpi
Lelah hilang bersama tetes keringat di pipi
Ada yang harus dikenang sepanjang usia; Arti
Hidup tentang cinta dan luka perlu rasa menafsiri

Sumberjambe, 2019

NURIL ISNAINI
: seminar 10

Nasib tidak sama


Umur dan rezeki juga
Risalah hati kisah mata
Ingatan tak butuh air mata
Lukisan hidup ini adalah cinta
Ini tentang kata
Seminar semesta
Nasib yang terbaca
Adalah sebuah tanda
Isyarat langit pada mata
Nafas ruangan detak dada
Ini hidup di dunia bukan surga

Sumberjambe, 2019

RIZKA ARISTA SOFIYANA


: seminar 11

Risalah kelas
Ingatan dan kertas
Zaman menjadi bebatas
Kisah ditulis pada detak nafas
Agar terhapus segala ragu dan cemas
Apa yang telah ditutur
Rasa tak akan khianati umur
Isyarat dan ingatan adalah sumur
Setiap rindu dan kenang tumbuh subur
Tiada luka pada kata, semua telah dikubur
Agar seminar kehidupan menjadi telaah syukur

Setiap dzikir
Oase pada pikir
Firasat bukan takdir
Isyarat air mata mata air
Yang suci kan terus mengalir
Ada risalah temu mata tanpa bibir
Nafas jadi tanda detak tanpa titik akhir
Adalah serba-serbi seminar kehidupan; nadir

Sumberjambe, 2019

PASHA CHANDRA RIMATMAJA


: seminar 12

Pembahasan pertama
Adalah rasa dalam tiap kata
Seminar kehidupan dibaca makna
Hingga tidak ada air mata atau pun luka
Adakah yang lebih mesra dari senyum bahagia
Cerita hati
Hubungan arti
Adalah urat nadi
Nadi kehidupan, suci
Dari luka yang mengebiri
Rasa seperti sungai. Menjadi
Aliran yang menghapus lara sepi

Rindu
Ibarat pintu
Malam yang rayu
Ada detak tanpa cumbu
Tiap desah nafas tanpa nafsu
Mengintimi ingatan purnama. Rindu
Adalah jarak yang tak bisa diraba. Beribu
Jalan menuju rindu tak bisa ditempuh waktu
Adalah seminar pertemuan yang bisa intimi rindu

Jember, 2019

ISMULISSAROH
: seminar 13

Ingatan
Selalu nian
Menggetarkan
Ulu dada, kenangan
Lebih intim dari bacaan
Ibarat dua mata bertatapan
Seperti embun di atas dedaunan
Seminar telah selesai tetapi ingatan
Akan terbaca dalam denyut kehidupan
Rasa tak terjamah luka, rerindu bergantian
Obati jarak dan mata yang jauh dari pertemuan
Hidup menjadi lebih bergairah karena sebab ingatan

Jember, 2019

PENGUJI SEMINAR

Dewa Ketut Alit


Prof. Yatim
Asih Mustikorini

DEWA KETUT ALIT


: risalah seminar 1

Dengan tajam mata


Engkau melirik mesra
Wajah tersenyum ceria
Ada detak di dalam dada

Kepada tangan hati berjanji


Engkau kan kutulis dalam puisi
Tentu dengan diksi dan imaji tinggi
Utuh rerasa dan estetika sepenuh arti
Tak ada air mata kecuali rindu dalam sepi

Ada detak seminar dalam rindu


Lebih cumbu dari purnama dan batu
Ingatan dan kenangan semakin merayu
Tak ada kata-kata luka di pertemuan waktu

Jember, 2019

PROF. YATIM
: risalah seminar 2

Pada tatapan pertama


Rasa tak mengerti mata
Oleh sebab dada kita beda
Firasat menjadi rahasia usia
.......................... tak ada mesra

Yang tatapan kedua


Ada isyarat dan tanya
Tentang rasa dan mata
Ikatan dibaca oleh rerasa
Mata bertatapan kali ketiga

Jember, 2019

ASIH MUSTIKORINI
: risalah seminar 3

Ada kagum dalam rasa


Seperti embun di pelipis mata
Ingatan menulis setiap kisah makna
Hingga terbaca kenangan sepanjang usia

Mata dan hati


Ucapan dan arti
Sepi hilang sendiri
Takkan berdusta hari
Isyarat cahaya mentari
Kepada mata tiada benci
Oh pertemuan ini sangat arti
Rasa menjelma debar dan diksi
Ikatan akan seutuh rindu dan puisi
Nafas menjadi saksi. Usia s'makin arti
Ingatan akan mengabadikan pertemuan ini

Ledokombo, 2019
YANG TERCECER

TEMAN ANGKATAN LI

Herdiana Dwi Maharani


HERDIANA DWI MAHARANI
: sajak hening

Hening pada wajah


Engkau tak perlu resah
Rasa dan waktu satu kisah
Dengan kenduri ditulis risalah
Ikatan takkan putus sebab gelisah
Ada cahaya purnama di setiap desah
Nama telah disebut dalam dzikir bertuah
Arah perjalanan dan jarak seperti aliran darah

Dengar debar hati berbisik


Wajah dan senyum isyarat detik
Ingatan di masa depan menjadi titik

Malam semakin hening


Angin dan tubuh satu kliping
Hanya wajah yang tak berpaling
Asmara menjadi rahasia suci; bening
Rasa menjelma mata air tak akan kering
Apa yang terbayang adalah kenangan, kerling
Nasib memberi tanda dan nafas semakin sering
Intim perjalanan usiamu. Wajahmu menunduk hening

Jember, 2019

SERBA-SERBI KENANGAN

Kenangan di Ruang Bius


Baris Berbaris
Panahku Menembus Jantung Angin
Dialog Malam
Tuhan
KENANGAN DI RUANG BIUS

Di ruang bius kita bisa menikmati


Arti dari tidur singkat yang pulas
Tak ada yang bisa memaksa
Meski hukuman bernyanyi atau pun berdiri

Tidur kita adalah kebahagian bagi yang lain


Untuk dijadikan kenangan sepanjang usia
Lihatlah foto-foto kita saat terbius
Seperti orang lugu tanpa salah dan dosa
Dan kita malah tertawa bahagia

Di ruang bius kita saling bertukar isyarat


Lewat mata dan senyum yang mesra
Para ksatria tak peduli
Terus saja menebaskan pedang materi-materi ANEKA
Dan kita tak pernah menyerah
Untuk menikmati tidur singkat
Waktu yang sangat kenangan difoto

Ruang bius adalah kenangan


Yang akan mengingatkan kita
Bahwa kita pernah tertawa bersama
Bahagia bersama dan tidur bersama

Kenanglah ruang bius


Seperti kalian mengenang seorang kekasih
Dan pertemuan kita akan abadi
Menjadi ingatan yang tak bisa dilupa

Jember, 2019

BARIS BERBARIS
: angkatan 52

Berapa langkah dan gerakan yang kita lakukan


Untuk menghitung nasib dan masa depan
Di tengah lapangan yang terik penuh keringat
Di pipi kita menggambar semangat dan keteguhan
Langkah siap kita serasikan setiap niat di dada
Berhitung kita mengingat kewajiban dalam diri
Lencang kanan, istirahat di tempat sampai hormat
Kita mengerti tentang pentingya perubahan
Dari yang kurang dan sedang ke yang lebih baik
Hadap kanan, hadap kiri dan balik kanan
Kita mengerti arti saling mengingatkan satu sama lain
Saling menoleh dan saling tersenyum serta berbagi kebahagiaan
Jalan di tempat adalah potret masa lalu dan kekurangan kita
Maju jalan, langkah tegak, ganti langkah
Belok kanan, haluan dan melintang
Tanda kita harus mengembangkan kreatifitas dan inovasi
Demi kemajuan dan skill mandiri
Bubar jalan adalah kita harus saling meneladani,
saling menghormati dan menghargai

Ingatkah kalian ketika kita salah berbaris


Dengan semangat berlebih menerobos para komandan
Sampai naik ke panggung tanpa merasa bersalah
Dan ditertawakan oleh juri dan kelompok lain
Tapi kita masih bisa bahagia dan berprestasi
Ingatkah kalian sewaktu sadar akan kalah
Dan menjadi regu pecundang yang tetap bisa tertawa
Tapi takdir berkata lain untuk kita semua
Kita menuai prestasi yang tak masuk akal
Itulah jalan Tuhan, jalan yang tak bisa kita tebak
Sedih seketika menjadi senang dan senang tiba-tiba menjadi tangis
Semua hal harus kita lakukan dengan semangat penuh
Tapi jangan melupakan tempat mengeluh kita
Tuhan semesta alam yang selalu ada untuk kita

Ingatlah oleh kalian wahai kawanku


Kehidupan berbeda dengan latihan baris berbaris
Atau pun dengan latihan dasar CPNS di Watukosek
Yang menurut kalian menyakitkan dan sangat bisa membuat derita
Derita rindu pada keluarga karena jauh
Derita lelah karena hukuman dan latihan fisik setiap hari
Derita pikiran yang sedang berat memikirkan masa depan
Itu semua adalah hal manusiawi
Yang seharusnya kita jauhi
Karena latihan menbuat kita terlatih
Dan ingat kehidupan sesungguhnya di masyarakat lebih berat
Dari jalan jongkok maupun pus up berkali-kali
Dan kita akan sadar ketika semua telah menjadi kenangan

Jember, 1 September 2019


Dalam ruang ceria dengan anak didik
PANAHKU MENEMBUS JANTUNG ANGIN
: sp

Panahku menembus jantung angin


Astaghfirullah!
Hati salah tafsir bibir

Tulang mencair
Menjadi darah
Jiwa mendidih
Menjadi amarah

Panahku menembus jantung angin


Astaghfirullah!
Rindu berubah rasa hampa

Menghitung masa lalu


Dibakar menjadi debu
Membaca masa depan
Disiram menjadi lautan

Panahku menembus jantung angin


Astaghfirullah!
Usia lelah bisu waktu

Panah menangis
Merenungkan diri
Angin menangis
Menyesalkan diri

Panahku menembus jantung angin


Astaghfirullah!
Malam kehilangan mesra dingin

Gelombang tiba
Mencari cinta
Badai kembali
Memilih arti

Panahku bibir kata-kata


Panahku tajam clurit Madura
Panahku sujud dan air mata

Jember, 8-9-2019

DIALOG MALAM

Di sela lelap orang-orang di barak


Kita berlima membicarakan tentang masa depan
Tentang pengalaman di masa lalu
Tentang perjalanan panjang mencari kekasih
Kita saling bertukar satu sama lain
Ilmu yang tidak bisa di dapat di bangku perkuliahan

Awalnya kita saling bersangka terbalik


Malam menjadi saksi abadi
Dialog yang selamanya akan diingat
Tak ada rahasia di antara kita
Usia menjadi batas dari keakraban

Jember, 2019

TUHAN
: doa untuk kaum 52

Tuhan
Engkau telah menciptakan pertemuan di antara kami
Maka tumbuhkan rindu di hati kami

Tuhan
Engkau telah menciptakan perpisahan di antara kami
Maka teguhkanlah ingatan dalam hidup kami
Tuhan
Jika pertemuan adalah awal perpisahan
Jadikanlah perpisahan kami cinta segala cinta

Tuhan
Jika perpisahan adalah akhir pertemuan
Jadikanlah pertemuan kami rindu segala rindu

Tuhan
Aku tak bisa menangisi pertemuan dan perpisahan
Air mataku menetes hanya untuk rindu dan cinta
Tersebar dan paling besar hanyalah kepadaMu

Tuhan
Jadikanlah kaum 52
Kaum yang tidak mudah lupa pada pertemuan
Dan tidak mudah luka pada perpisahan

Jember, 4-9-2019

DI BUANG SAYANG

Kedipan Mata Misterius


Dokter Pasha
Bunda Heavy
Senyum Yang Ditelan Malam
Barak Laki-laki
Kang Zaka
Dharma
Kopi Dan Potret Kekasih
KEDIPAN MATA MISTERIUS

Hanya senyum yang menjadi isyarat


Mata hanya bisa berkedip
Kenangan tak bisa diucapkan

Jember, 2019
DOKTER PASHA

Tentang apa yang kita bicarakan


Hati tak pernah takluk pada perpisahan
Kau berbisik tentang obat-obat pabrik
Kusampaikan obat langit
Obat segala obat
Kusampaikan obat jiwa
Obat setiap kesedihan
Kusampaikan obat nafsu
Obat setiap kegalauan

Kita telah melihat malam dan bintang-bintang


Kau tersenyum menyimpan rindu
Ilmu bersemayam di atas langit
Di dada kita menukar detak
Dalam pikiran tak ada cinta yang tertukar
Senyummu penuh kebahagiaan
Isyaratku menjelma kagum

Kita telah menghitung jumlah tatapan


Kuhitung janggutmu seperti menghitung
halaman modul latsar cpns
Tak kutemukan bius itu
Yang ada cerita tentang sabun
Tentang mentor yang tak mau datang

Kita tak pernah saling berjanji


Tapi kau dan aku terikat ibu
Ibu kandung yang mendidik kita
Di Watukosek kita lahir menjadi saudara

Jember, 2019

BUNDA HEAVY

Tak ada modul yang merayu keyakinan


Kau tersenyum
Ruang bius kehilangan mimpi

Jember, 2019
SENYUM YANG DITELAN MALAM

Jemari yang diikat oleh cincin


Tak menghapus rasa dalam dada
Dingin terasa tubuh saat perpisahan
Malam menelan senyummu dan senyumku
Jarak kota ke kota seperti
Jarak luka ke luka
Hanya kenangan bercahaya di atas pintu kamar
Mengingatkan pada senyum dan isyarat pertemuan
Senyum ditelan malam
Sepi dan ramai seperti mimpi

Jember, 4-9-2019

BARAK LAKI-LAKI
: ketika semua terlelap

Matamu mata angin


Mata angin menatapku
Oh...
Matamu mata angin
Mata angin menatapku
Oh... oh...
Matamu mata angin
Mata angin menatapku
Oh... Adil
Oh... Rizka
Oh... Sevi
Oh... mata angin mata kalian
Menatap hening malam
Di barak semua terlelap
Matamu mata angin
Angin memelukku

Jember, 2019

KANG ZAKA

Kang mari kita ingat berapa kalimat


Yang kita rangkai untuk memulai
Kemesraan diskusi di kelas dengan argumentasi
Kau dengan khas senyum berbicara runtun
Menyampaikan sanggahan dan pendapat
Kelas seketika hening mendengarkan dengan seksama
Sambil melirik penuh isyarat kepadaku
Kau tak tergoda ruang bius yang mengundang lelap
Sedang aku mengumpulkan beberapa kata
Untuk menyanggah semua perkataan dan argumenmu
Mata dan mulut menjadi pelengkap suasana
Sekarang kita hanya bisa menjadi pengingat kenangan
Tanpa argumen tanpa diskusi

Jember, 2019

DHARMA

Semedi telah kita lakukan


Dalam setiap canda dan kebahagiaan
Tak ada yang perlu saling curiga
Meski kita pada kenyataannya berbeda
Tapi hati dan jiwa kita memiliki persamaan
Hatimu berdetak hatiku juga
Jiwamu merasa tenang jiwaku juga
Kita sama-sama suka tertawa
Membuat kenangan dalam pertemuan
Menyimpan rindu setelah perpisahan
Masalah kekasih mungkin kita beda rasa
Tapi di ruang bius kita bisa merasakan
Nikmatnya terlelap sebentar
Kemudian ditertawakan oleh kecemburuan

Kubaca namamu adalah kebaikan


Dan kau tulis namaku juga kebaikan
Bahasa menyebabkan kita semakin tahu
Bahwa tidak semua yang berbeda
Harus dibeda-bedakan
Tak ada yang tahu rahasia di antara kita
Kecuali Tuhanku yang merupakan Tuhanmu juga
Mari kita tetap semedi
Menjadi manusia yang selalu berarti
Dalam kehidupan yang penuh tipu daya

Jember, 2019

KOPI DAN POTRET KEKASIH

Di pekat hitam kopi


Wajah kekasih diaduk
Menjadi rindu
Menjadi debar
Menjadi sepi

Malam semakin lelap


Kopi dan kepulan asap
Menciptakan gairah
Memotret kekasih yang masih entah
Tawa menjelma angin
Menjelma kedipan mata
Di watukosek hanya bisa
Membayangkan manisnya senyum kekasih

Jember, 2019

KENANGAN DAN LAINNYA

Tiga Bidadari
Jarang Rambut Dijari
Balada Sabun Dokter
Muhammad
Segera
Komandan Sukardi
TIGA BIDADARI
: ruang bius

#1
Tanpa kata-kata
Tersenyum mesra
Di matanya ada bunga
Sedang bibirnya
Surga di mata
#2
Wajah dan senyum
Matanya tajam
Seperti malam
Isyarat dikirim
Dada seperti kena hujan
Di bibirnya embun bersemayam

#3
Alis yang sepi
Senyum bersembunyi
Tak ada yang mengingkari
Mata demi mata menikmati
Rahasia dalam hati
Debar dada musim semi

Jember-watukosek, 2019

JARANG RAMBUT DIJARI

Seorang teman tertawa mendengar


Rambut temannya jarang dijari
Karena laut begitu luas
Dan kapal tak selalu berlayar

Di ruang kelas ia tersenyum sendiri


Sambil merajut kenangan
Karena watukosek bukan seorang kekasih
Hanya persinggahan yang tak bisa dilupakan

Tak pernah merasa luka


Meski rambut basah tak bisa didusta
Jari adalah simbol kasih sayang
Rindu hanya sebagai jalan keluar

Watukosek tempat yang indah


Untuk melupakan desah rambut yang basah
Dan menyusun kembali rencana
Menyambut jari yang sedang berlayar pulang

Jember, 2019

BALADA SABUN DOKTER

Riuh di kamar mandi terdengar ke depan


Tapi di dalam kamar mandi yang lain
Tak terdengar desah sabun dokter
Hanya detak di dada yang terdengar
Itupun hanya seorang saja
Dan sampai kapanpun akan menjadi rahasia

Jember, 2019
MUHAMMAD
: risalah kelas

Menjadi kelas
Utuh mata dicas
Hingga lirik ranggas
Akan terbius dan lemas
Mata tertidur di atas kertas
Mulut kelu kehilangan beringas
Ada yang takkan bisa ditukar impas
Dadaku dan desah watukosek satu napas

Jember, 2019

SEGERA
: khusni mudah

Setelah bunga dipetik


Wanginya semerbak
Tinggal upacara jabat tangan
Laki-laki dengan laki-laki
Setelah itu
Tabur bunga di ranjang
Dan kerjakan kebahagiaan
Berdua itu surga

Jember, 2019

KOMANDAN SUKARDI
: sebelum apel dimulai

Kepada semua
Oh engkau berkata
Menjadi petugas negara
Adalah pengabdian semata
Namun tak memerlukan airmata
Dari hati niat harus selalu tetap dibina
Agar takkan ada keraguan yang menggoda
Nanti semua akan tahu arti menjadi abdi negara

Setiap kesempatan
Untuk bisa dipergunakan
Kepada hal-hal penuh kebaikan
Ada yang harus selalu diingat kalian
Rasa sayang tak pernah bisa didustakan
Dengan segala benci yang ada di dada kalian
Ingat apel akan segera dimulai waktunya makan

Jember, 2019

Anda mungkin juga menyukai