PELUMAS DIESEL UNTUK

SISTEM HIDROLIK PADA

EXCAVATOR

Kelompok 3 – Teknologi Pelumas

 Kelompok 3

GROUP PERSONNEL :

CHARIS AHMAD TAJUDIN (1906432761)

MUHAMMAD IMAM FADEL (1906322713)
MUHAMMAD REZA FAUZI (1606871480)
SALAHALDEN M.A. ALJAFREH (1806226834)
 Our excatover specification (komatsu PC200-8)
Hydraulic pelumas of komatsu PC200-8 ( mineral oil )

Diesel engine pelumas of komatsu PC200-8 (mineral oil )

what will happened when we use Diesel

engine pelumas for hydraulic system...?
characteristies different

haydrolic disesel

δ kineatic viscosity at 40 207,6 319,7 112,1

at 100 8,94 23,86 14,92

viscosisty indesx -43 95 138

Flash Point (oC) 60 284 224
Pour Point (oC) 16 -9 -23
Excavator
Excavator adalah alat berat yang
berfungsi sebagai penggali, pengangkut,
dan pemindah material.
Alat berat (heavy machinery) merupakan kombinasi
pemanfaatan energi otomotif (penggerak berupa motor
penggerak mula diesel) dengan energi hidrolik.
Excavator adalah alat berat yang terdiri dari lengan (arm), boom
(bahu) serta bucket (alat keruk) dan digerakkan oleh tenaga
hidrolis yang dimotori dengan mesin diesel dan berada di atas
roda rantai (trackshoe). Excavator merupakan alat berat paling
serbaguna karena bisa menangani berbagai macam pekerjaan
alat berat lain.
 • Berfungsi sebagai penampung oli hidrolik

• Di rancang sebagai pressurized tank  mensirkulasikan oli melalui

mekanisme hisapan pompa.

• Vacum relief valve  pengatur tekanan di dalam tangki.

• Buffles  pengatur ketenangan oli dalam tangki saat alat berat

berjalan atau mendapatkan goncangan. Kondisi oli yang tenang
akan menjamin suplai oli ke dalam sistem baik.

• Return Screen  menyaring kotoran yang terbawa dari sistem oleh

oli hidrolik yang akan kembali kedalam tangki.

Tangki Hidrolik
Sistem Hidrolik Pada Excavator

Pompa hidrolik akan menyuplaikan oli hidrolik

menuju control valve, melalui sistem pengaturan
pada control valve, hidrolik akan di salurkan
menuju silinder hidrolik.
 
• Kendala utama dalam penggunaan alat ini yaitu pola perawatan yang kurang terencana dengan baik
sehingga memengaruhi operasional dan proses produksi.
• Analisis perawatan dilakukan dengan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) dalam
mengidentifikasi komponen kritis terhadap kinerja unit.
• Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan pada pengidentifikasian kegagalan sistem, baik
yang telah terjadi maupun yang potensial.
• Peringkat dari nilai Risk Priority Number (RPN)  tingkat kritis komponen.

• Mean Time Between Failure (MTBF), yaitu periode rata-rata antar kegagalan (jam) dari suatu unit.
Semakin panjang MTBF, maka keandalan semakin baik. Ukuran ini menyatakan bahwa seberapa
sering kegagalan terjadi pada suatu unit/ mesin.
 ••  Kebocoran pada stick cylinder  tak bisa menggerakkan lengan bucket
No. Komponen RPN excavator karena seal wiver sobek dan lip seal fatigue  tenaga hidrolik
1 Stick Cylinder 288 berkurang.
2 Fuel Filter 280 • MTBF : 1288.91 jam
3 Oil Pan 249 • Solusi : Pasang seal tahan panas > / lapisan penutup dengan bahan
PTFE (Polytetrafluoroethylene)

• Fuel filter : menyaring bahan bakar, kegagalan terjadi ketika proses

pembakaran di engine. Efeknya ialah tersumbatnya sirkulasi bahan bakar,
sehingga engine tidak dapat running dan berakibat pada excavator tidak
dapat beroperasi.

• MTBF : 334,04 jam

• Solusi : Flushing Fuel Tank & Pasang sign peringatan

• Oil pan  kehabisan engine oil, sehingga mengakibatkan komponen

engine menjadi panas  Gasket rusak. Hal tersebut disebabkan oleh
sirkulasi oli pelumas engine berkurang.

• Solusi : Melapisi gasket dengan lapisan tambahan saat pemasangan

Hose Excavator
• Kerusakan yang yang diakibatkan oleh panas oli
hidraolik dan suhu kondisi diluar mempunyai
tanda kerusakan.
• Bagian cover hose retak  terbuka  lapisan
wire steel korosi. Korosi akan menyebabkan wire
steel semakin rapuh sehingga daya tahan
terhadap pressure berkurang sehingga ketika
hose mendapatkan tekanan berlebih secara
terus – menerus kemungkinan terjadinya
kebocoran pada hose sangat besar.
• Gesekan membuat bagian cover hose terkikis
dan rusak.
• Mempengaruhi lapisan setelah cover hose yaitu
steel wire.
• Saat lapisan wire mengalami kontak langsung
dengan part lain akan menyebabkan
berkurangnya kekuatan lapisan steel wire untuk
menahan pressure kerja hose  bocor
Umur Pelumas
• Umur pelumas (service life) dipengaruhi beberapa faktor di antaranya
kecepatan, temperatur operasi, beban, dan kondisi lingkungan operasi
• Apabila pelumas tidak diganti, ketebalan film pelumas akan berkurang
menyebabkan aus dan merusak komponen
• Pelumas excavator umumnya diganti setelah 2.000-4.000 jam
pemakaian
Sistem Pelumasan Excavator
• Excavator menggunakan sistem pelumasan otomatis (Automated
Lubrication System)
• Hal ini untuk meminimalkan downtime, meningkatkan kualitas dan
keamanan ketika maintenance
• ALS bekerja bersamaan ketika excavator digunakan
Umur Pelumas
• Pelumas excavator umumnya diganti setelah 2.000-4.000 jam pemakaian
• Beberapa hal yang harus diperhatikan:
• Viskositas pelumas diesel lebih kecil dibanding
pelumas hidrolik
• Pelumas diesel tidak mengandung aditif yang
dibutuhkan pada sistem hidrolik
• Gambar disamping menunjukkan umur pelumas
hidrolik dan umur pelumas engine pada excav.
PC200-8 setelah menggunakan filter khusus
• Melihat hal tersebut, dapat dipastikan umur pelumas diesel (engine) lebih
pendek apabila digunakan pada sistem hidrolik
 PENGARUH SPESIFIKASI PELUMAS
DIESEL YANG DIGUNAKAN PADA SISTEM
HIDROLIK TERHADAP SAFETY
(KESELAMATAN)
1. Viskositas pelumas (Kekentalan).
2. Thermal Stability pelumas terhadap tekanan tinggi.
3. Flash Point pada pelumas.
4. Kecocokan Pelumas dengan seal.
5. Kandungan senyawa Nitrat dan Sulfur pada pelumas.
PENGARUH VISKOSITAS PELUMAS TERHADAP
KESELAMATAN MESIN EXCAVATOR
 Gambar dibawah menunjukkan kerusakan piston diakibatkan oleh viskositasnya menurun.
Jika suhu minyak meningkat ke titik di mana viskositas jatuh di bawah level yang
diperlukan melumasi film di antara bagian-bagian internal komponen, keausan dan kerusakan akan
terjadi. Penting untuk tidak membiarkan suhu pelumas melebihi titik pada
yang viskositasnya jatuh di bawah level optimal untuk komponen sistem. Dapat dilihat pada table
sebelumnya, pelumas diesel yang dipakai lebih baik dari pelumas hidrolik sehingga hal ini bisa
dihindari.
 PENGARUH KECOCOKAN PELUMAS DAN
SEAL YANG DIGUNAKAN TERHADAP POMPA
HIDROLIK EXCAVATOR
Gambar dibawah menunjukkan kebocoran oli pada pompa hidrolik excavator, salah satunya adalah
ketidakcocokan pelumas diesel yang dipakai dengan seal. Ketidakcocokan ini menyebabkan seal
mengalami swelling dan collapse, sehingga terjadi kebocoran. Lalu hilangnya pelumas karena
kebocoran menyebabkan pompa rusak karena pelumasan yang tidak memadai.
 PENGARUH THERMAL STABILITY PELUMAS
PADA TEKANAN TINGGI
TERHADAP KESELAMATAN PEKERJA

Pemakaian pelumas yang tidak tahan terhadap tekanan tinggi dapat menyebabkan
kejadian seperti di gambar. Dikarenakan suhu pelumas yang naik sangat tinggi
ketika ditekan menyebabkan hoes/selang bocor, karena tidak tahan terhadap suhu
tinggi dan tekanan tinggi. Hoes memiliki ketahanan suhu dan tekanan tersendiri.
Jika suhu pelumas melebihi dari ketahanannya maka insiden di gambar dapat
terjadi.
Gambar di sebelah kiri adalah Hoes/selang yang menghubungkan antara komponen-
komponen penggerak dan juga sebagai penyalur pelumas bertekanan agar
komponen-komponen penggerak tersebut berfungsi/bergerak. Jika terjadi kebocoran
lalu putus, maka yang terjadi adalah pada gambar kanan (excavator bucket jatuh)
dan akan membahayakan pekerja yang ada dibawahnya.
PENGARUH FLASH POINT PELUMAS TERHADAP
KESELAMATAN
Flash point yang rendah dan turun tiba-tiba berpotensi menyebabkan situasi ledakan. Sumber
pengapian apa pun bisa memicu reaksi combustion pada sistem hidrolik. Flash point adalah suhu
terendah di mana sumber nyala menyebabkan uap pelumas menyala di bawah kondisi yang
ditentukan. Diperlukan pelumas yang memiliki flash point yang lebih tinggi dari level suhu operasi
sistem hidrolik excavator agar kejadian pada gambar dibawah dapat dicegah. Pelumas diesel yang
dipakai lebih rendah dari pelumas hidrolik sehingga hal dibawah dapat terjadi.
• Functions of Hydraulic Fluids (petroleum-mineral base oil)

A hydraulic fluid is the transmitting medium of a hydraulic system. It is, therefore, an essential part of
the system and we must know enough about it to ensure that the hydraulic system works efficiently.
1. Power transmission: To transmit power, which is the primary function.
2. Lubrication: To lubricate various parts, so as to avoid metal-to-metal contact and reduce friction,
wear and heat generation.
3. Contaminant removal: To carry along the contaminations to the tank, where they can be removed
through filters.
4. Cooling: To carry away the heat generated in the system and to dissipate the heat through a
reservoir or a heat exchanger.
5. Sealing: To seal the moving elements to avoid leakage.
Elements of the hydraulic cylinder
The various properties required for an ideal hydraulic fluid are as follows:
Transmit power • High degree of incompressibility
• Foam resistant
• Low volatility

Lubricate moving parts • Suitable viscosity

• Good lubricity

Seal clearances • Compatibility with system material

• Good heat transfer capability

• Chemical and environmental stability

Dissipate heat • Fire resistant
• Low density
• Nontoxicity
• Inexpensive
• Readily available
 parameters that we can compare
1. Incompressibility
When temperature increase the density of the fluid will decrease which increase the volume of the
fluid and from the bulk modulus equation increasing in voulme will decrease the value of B wich
mean high compressible oil.
And if the density of the fluid is already less than the specific one, this will influence on the system
response and makes it susceptible to shock waves. Which drive system to loss in efficiency (power
loss), cavitation (which may cause metal fracture), stress corrosion and fatigue.
3. Viscosity
The viscosity of a fluid should be high enough to seal the working gap between the parts and prevent
leakage but should be low enough to cause easy flow throughout the system.
Well for our case when we use viscosity of diesel engine oil
characteristies different haydrolic disesel
δ kineatic viscosity at 40 207,6 319,7 112,1
at 100 8,94 23,86 14,92
viscosisty indesx -43 95 138

It will be low viscosity for the hydraulic system because it’s viscosity must be bigger …
That will
4. Increased internal leakage.
5. Excessive water.
6. Possibility of decreased pump efficiency, causing slower operation of the actuator.
7. Increased temperature resulting from leakage losses.
 Increased internal leakage..

Excessive water
the presence of water in hydraulic fluids effects on system components. Surface corrosion, probably the most obvious effect, is
directly linked to the presence of free bulk water. Accelerated metal surface fatigue, such as in bearings, can be promoted even
if all the water present in the fluid is dissolved.
 Possibility of decreased pump efficiency, causing slower operation of the actuator.
will damage the sealing, bands and cause wear to the metal parts due to direct metal-to-metal contact.

Increased temperature resulting from leakage losses

4. Good Lubricity
Hydraulic fluids must have good lubricity to prevent friction and wear between the closely fitted
working parts such as vanes of pumps, valve spools, piston rings and bearings. Wear is the removal of
surface material due to the frictional force between two metal-to-metal contact of surfaces.
  Turalic Meditran Delta
Flash Point (oC) 284 224 60
Pour Point (oC) -9 -23 16

There are two main kinds of lubrication mechanisms: thick film and
boundary film. In low- pressure hydraulic systems such as
hand-operated pumps and cylinders, a fluid providing
thick-film lubrication is sufficient. A thick film is
about 10 times the surface roughness. Under such
conditions, there is no metal-to-metal contact
as shown in Fig and therefore there is no wear
(the coefficient of friction is as low as 0.01–0.02).
as the speed of the moving part increases like in actuators, valves the film thickness reduces to about
three to five times the surface roughness. This increases metal-to-metal contact as shown in Fig and also
increases the coefficient friction and wear rate.
5. Compatibility with system material
sealing materials are generally used for lubricants
6. Nitrile rubbers. (acrylonitrile-styrene-butadiene)f or mineral oils, polyalphaolefins, diester oils, polyglycol oils. Used
from -25 to 100 °C. Accounts for about 80% of all sealing materials.
7. Polyurethane rubbers (polytolyldiisocyanate-polyglycol-baseda nd analogues) for mineral oils from -40 to 70°C. Non-
aggressive sealant, but poor moisture and heat resistance. Designed for special purposes.
Compatibility with the materials used to compound sealing devices, such as packings and O-rings, is essential if
lubricants are to be reliable in field service. Lubricants can often adversely affect such materials causing swelling,
shrinkage and hardening. The result of this is a loss in sealing efficiency and consequential loss of the lubricant by
leakage.
Two factors correlate with effects on sealing materials: chemical composition and viscosity of the oil.
Chemically, aromatics concentration is of primary importance.
6. Good Heat Dissipation
A hydraulic fluid should have a high heat dissipation capability. The temperature of a fluid shoots up if
its heat dissipation characteristics are poor. Too high fluid temperature can cause a system to
malfunction. If the fluid overheats, it may cause the following:
1. Give off vapor and cause cavitation of the pump.
2. Increase the rate of oxidation causing its rapid deterioration by producing sledges, varnishes, etc.,
thus shortening its useful life.
3. Reduce viscosity of the fluid resulting in increased leakage, both internal and external.
4. Cause thermal distortion in components.
5. Damage seals and packaging owing to embrittlement.
Hydraulic systems should be designed so that a heat balance occurs at a satisfactory operating
temperature.
Kesimpulan
• Pelumas Diesel tidak disarankan untuk digunakan pada sistem hidrolik
alat berat
• Penggunan pada alat berat mungkin boleh saat keadaan terdesak
namun dengan resiko tinggi
References
• Study of failure in hydraulic systems (case study of machinery used
in local gold mining) by Osama Mohamed in 2016, publication in
www.Researchgate.net
• https://www.machinerylubrication.com/Read/29722/oil-flash-point
• Medialibrary.climatecentral.org
• https://www.hydraulicspneumatics.com/200/TechZone/HydraulicFlui
ds/Article/False/70639/TechZone-HydraulicFluids
• https://www.plantengineering.com/articles/understanding-lubricatio
n-from-the-bearings-perspective/
• Komatsu Product Guide
 References
Alfajri, R. (n.d.). Sistem Hidrolik Pada Excavator. Universitas Negeri Padang : Fakultas
Teknik.
Darmawan, A., Rapi, A. and Ali, S. 2017. Analisis Perawatan Untuk Mendeteksi Risiko
Kegagalan Komponen Pada Excavator 390D. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 15(2), p.109.
Jannifar, A., Yuniati, Y. dan Muslem, M. 2016. Analisa Partikel Kontaminasi Minyak
Hidrolik Excavator Hitachi Pengusaha Galian C di Aceh Utara. Jurnal POLIMESIN,
14(1), p.7.
Malau, A. P. 2019. Analisa Pompa Pompa Hidrolik Pada Excavator. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara : Fakultas Teknik.
Ramdani, E., dkk. (n.d.). Study Kasus Maintenance Hose Hydraulic pada Excavator di PT.
Holcim- Beton Quarry Maloko. Seminar Nasional Teknik Mesin : PoliteknikNegeri
Jakarta, pp.579-586.
THANK YOU !