TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Fluida juda dapat didefinisikan
sebagai zat yang tersusun atas molekul-molekul dengan jarak pisah yang cukup
besar untuk gas dan jarak pisah yang sangat kecil untuk cair. Molekul-molekul
tersebut tidak dapat terikat pada suatu sisi, melainkan zat-zat tersebut saling
bergerak bebas terhadap satu dengan yang lainnya. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Air,
minyak pelumas, dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat
ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat
mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Fluida merupakan salah satu aspek yang
penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya
dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung
atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga
bersirkulasi di dalam tubuh setiap saat meskipun sering tidak disadari (K.Abidin &
S.Wagiani, 2013).
Fluida dibagi menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida
dinamis (fluida bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau
berada dalam keadaan setimbang. Fluida dinamis ditinjau ketika fluida sedang
dalam keadaan bergerak (K.Abidin & S.Wagiani, 2013).
𝜌
𝑠. 𝑔 = . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.2)
𝜌𝑤
Keterangan :
s.g = spesifik grafity
ρ = kerapatan suatu zat (kg/𝑚3 )
ρw = kerapatan air (kg/𝑚3 )
Keterangan:
M = laju aliran massa (kg/s)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
V = volume jenis (𝑚3 /kg)
µ
v= . . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.5)
𝜌
atau
2 𝑟2 𝑔
𝜂= (𝜌, − 𝜌)
9 𝑣 . . . . . . . . . Pers (2.6)
Dimana :
𝜂 = Koefisien viskositas (Ns/𝑚2 )
r = Jari-jari bola (m)
v = Kecepatan maksimum bola (𝑚 /s)
𝜌, = Massa jenis bola (kg/𝑚3 )
𝜌 = Massa jenis fluida (kg/𝑚3 )
dp
K=-
dv
( v )
. . . . . . . . . . . . Pers (2.7)
Keterangan :
K = Modulus Elastisitas
v = Kecepatan (m)
Nilai k untuk zat air sangat besar yaitu 2,1 x 109 N/m, sehingga perubahan
volume karena perubahan tekanan akan sangat kecil dan dapat diabaikan, sehingga
zat cair merupakan fluida yang tidak dapat termampatkan (incompressible).
𝑚1 . 𝑚2
F=
𝑟2 . . . . . . . . . . . . . Pers (2.8)
Keterangan :
F = Gaya tarik menarik
m1, m2 = Massa molekul 1 dan 2
r = Jarak antar pusat massa molekul
Jika zat cair bersentuhan dengan udara atau zat lainnya, maka gaya tarik
menarik antara molekul tidak seimbang lagi dan menyebabkan molekul-molekul
pada permukaan zat cair melakukan kerja untuk tetap membentuk permukaan zat
cair. Kerja yang dilakukan oleh molekul-molekul pada permukaan zat cair tersebut
dinamakan tegangan permukaan (σ ). Tegangan permukaan hanya bekerja pada
bidang permukaan dan besarnya sama di semua titik (Lumbantoruan & Erislah
Yulianti. 2016).
Keterangan :
h = Kenaikan atau penurunan zat cair
σ = Tegangan permukaan
γ = Berat jenis zat cair
θ = Akan sama dengan 0º untuk air dan 140º untuk air raksa
r = Jari-jari tabung
2.3 Debit
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat mengalir atau
dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satuan waktu. Satuan debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m3/s). Debit aliran juga dapat dinyatakan
dalam persamaan Q= A × v, dimana A adalah luas penampang (m2) dan v adalah
kecepatan aliran (m/s). Lebih jelasnya untuk mengetahui besarnya debit air, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑉
Q= . . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.10)
𝑡
Atau
Q = A.V
. . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.11)
Keterangan :
Q = Debit air (m3/s atau l/s)
V = Volume air (m3 atau liter)
t = Waktu (s)
A = Luas penampang (m2)
v = Kecepatan fluida (m/s)
2.4 Jenis-Jenis Aliran
Pada tahun 1884 Osborne Reynolds melakukan percobaan untuk
menunjukkan sifat-sifat aliran laminar dan turbulen. Berdasarkan pada percobaan
aliran di dalam pipa, Reynolds menetapkan bahwa untuk bilangan Reynolds
dibawah 500, aliran pada kondisi tersebut adalah laminar. Aliran akan turbulen
apabila bilangan Reynolds lebih besar 1000. Pada umumnya tipe aliran melalui
saluran terbuka adalah turbulen, karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding
relatif besar. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut ini :
𝑉𝐷
Re =
𝑣 . . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.12)
Dimana :
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan Aliran (m/s)
D = Panjang Karakteristik (m)
v = Viskositas (𝑚2 /s)
Aliran Transisi adalah dimana kondisi partikel fluida berada pada peralihan
dari kondisi seragam menuju kondisi acak, pada kondisi nyatanya kondisi seperti
ini sangat sulit terjadi (Simajuntak, dkk, 2017).
v. D. ρ
Re= . . . . . . . . . . . . Pers (2.13)
μ
Keterangan :
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
ρ = Massa jenis (kg/m3 )
µ = Viskositas dinamis (N.s/m3 )
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada
pada bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai bilangan Reynolds kritis.
Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari
4000, (Waspodo, 2017).
Gambar 2.5 Transisi dari aliran laminar menjadi turbulen di dalam sebuah pipa.
(Sumber: Munson,et al., 2002)
Aliran sepanjang pipa mula-mula terisi fluida dalam keadaan diam, ketika
katup dibuka untuk memulai aliran dengan kecepatan aliran diasumsikan bahwa
proses transien ini cukup lambat sehingga efek tak tunak dapat diabaikan (aliran
kuasitunak). Selama periode awal, bilangan Reynolds cukup kecil untuk terjadinya
aliran laminar. Setelah beberapa saat, bilangan Reynolds mencapai 2100 dan aliran
memulai transisi-nya menuju kondisi turbulen. Letupan terputus-putus turbulensi
(burst of turbulence) muncul. Dengan meningkatnya bilangan Reynolds seluruh
aliran menjadi turbulen. Aliran tetap turbulen selama bilangan Reynolds melampaui
kira-kira 4000 (IY.Karyono, 2008).
Dalam aliran laminar, koefisisen kerugian gesek untuk pipa (λ) dalam dapat
dinyatakan dengan :
64
λ= 𝑅 . . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.14)
𝑒
Keterangan :
λ = koefisien kerugian gesek
𝑅𝑒 = Bilangan Reynolds
Untuk menghitung kerugian gesek dalam pipa pada aliran turbulen koefisisen
kerugian gesek untuk pipa (λ) dalam dapat dinyatakan dengan :
0,0005
λ=0,02 + . . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.15)
𝐷
Keterangan:
λ = koefisien kerugian gesek
D = Diameter Pipa
Sifat alamiah yang tidak beraturan dan acak adalah ciri khas dari aliran
turbulen. Karakter dari banyak sifat penting aliran tersebut (penurunan tekanan,
perpindahan kalor, dan lain-lain) sangat tergantung pada keberadaan dari sifat
alamiah dari fluktuasi atau keacakan turbulen yang ditunjukkan (IY.Karyono, 2008).
Seperti pada banyak sifat lainnya dari aliran pipa, panjang masuk tak
berdimensi, le/D, berkorelasi cukup baik dengan bilangan Reynolds. Panjang masuk
pada umumnya diberikan oleh hubungan:
1. le/D = 0,06Re untuk aliran laminar
2. le/D =4,4 (Re)1/6untuk aliran turbulen
Untuk aliran-aliran dengan bilangan Reynolds sangat rendah panjang masuk
dapat sangat pendek (le = 0,6D jika Re = 10), sementara untuk aliran-aliran dengan
bilangan Reynolds besar daerah masuk tersebut dapat sepanjang berkali- kali
diameter pipa sebelum ujung akhir dari daerah masuk dicapai (le= 120D untuk Re
= 2000). Untuk banyak masalah-masalah teknik praktis 104< Re < 105 sehingga
20D <le<30D.
Aliran antara (2) dan (3) disebut berkembang penuh (fully developed).
Setelah gangguan atas aliran berkembang penuh pada bagian (4), aliran secara
bertahap mulai kembali ke sifat berkembang penuh (5) dan terus dengan profil ini
sampai komponen pipa berikutnya dicapai (6) (Iwan Yudi Karyono, 2008).
Gambar 2.7 Faktor gesek sebagai fungsi Bilangan Reynolds dan hubungan
kekasaran pada pipa bulat. Diagram Moody
(Sumber: Fundamentals of Fluid Mechanics – Munson; Young; Okiishi)
Untuk Re < 2300, aliran pada pipa akan laminar dan λ hanya merupakan
fungsi dari Re yaitu:
64 . . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.18)
=
𝑅𝑒
Pada Re > 4000 aliran menjadi turbulen dan nilai λ merupakan fungsi dari
Re dan kekasaran relatif (e/D). Blasius, yang untuk pertama kali mengkolerasikan
eksperimen-eksperimen pipa licin dalam aliran turbulen, menyajikan hasil-hasil
dengan suatu rumus empirik yang berlaku sampai kurang lebih Re = 100000.
Rumus Blasius tersebut adalah:
0,3164
=
𝑅𝑒 1/4
. . . . . . . . . . . . . . . Pers (2.19)
Pada nilai Re yang sangat tinggi, λ hanya tergantung pada e/D dengan
asumsi daerah tersebut sudah seluruhnya turbulen, daerah ini merupakan daerah
dimana pada diagram Moody garis untuk e/D yang berbeda menjadi horizontal.
Distribusi aliran laminer atau turbulen sangat dipengaruhi dari bilangan Reynold,
viskositas, gradien tekanan dan kekasaran permukaan. Sedangkan untuk
menentukan tebal lapisan batas dipengaruhi oleh panjang pipa, viskositas,
kecepatan aliran dan kekasaran permukaan.
1 2 3 4 5
0 9.81 1000
5 9.81 1000
10 9.81 1000
15 9.81 1000
20 9.79 998
25 9.78 997
30 9.77 996
35 9.75 994
40 9.73 992
45 9.71 990
50 9.69 988
55 9.67 986
60 9.65 984
65 9.62 981
70 9.59 978
75 9.56 975
80 9.53 971
85 9.5 968
90 9.47 965
95 9.44 962
100 9.4 958
(Sumber: L.Molt & Robbert, 1994)
DAFTAR PUSTAKA BAB II
Abidin Kurniati dan Sri Wagiani, 2013, “Studi Analisis Perbandingan Kecepatan
Aliran Air Melalui Pipa Venturi Dengan Perbedaan Diameter Pipa”. Jurnal
Dinamika, halaman 62 - 78 ISSN 2087 – 7889.
Air-pw-ea, Wasser Pompa. 2015. “Vol. 5 No. 2 KARAKTERISTIK ALIRAN DAN
HEAD LOSSES WASSER POMPA AIR-PW-225EA” 5 (2).
Herman Ferdinan Philip Simanjuntak dkk, 2017. “Analisa Pengaruh Panjang,
Letak dan Geometri Lunas Bilga Terhadap Arah dan Kecepatan Aliran
(Wake) Pada Kapal Ikan Tradisioal (Studi Kasus Kapal Tipe Kragan)”.
Jurnal Teknik Perkapalan, Vol. 5, No. 1, ISSN 2338-0322.
Iwan Yudi Karyono, 2008. “Analisa Aliran Berkembang Penuh dalam Pipa”.
Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Teknik Mesin.
J. Michael Jacob, 2001. “Industrial Control Electronics Applications and Design”.
London, Prentice-Hall International.
Lumbantoruan & Erislah Yulianti. 2016 " Pengaruh Suhu TerhadapViskositas
(Air)". Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Munson, dkk. 2002. Jenis Aliran Fluida. Universitas Negeri malang: Malang
Robert, L Molt. 1994. Sifat- sifat zat Cair. “Jurnal tentang perkembangan sifat
aliran fluida. Perth” : Australia
Waspodo, W 2017, 'Analisa Head Loss Sistem Jaringan Pipa Pada Sambungan Pipa
Kombinasi Diameter Berbeda', Suara Teknik: Jurnal Ilmiah
Waspodo, W. (2017). Analisa Head Loss Sistem Jaringan Pipa Pada Sambungan
Pipa Kombinasi Diameter Berbeda. Suara Teknik: Jurnal Ilmiah, 8(1).
Waspodo, W., & Sarwono, E. (2017). PERENCANAAN KONSTRUKSI
JARINGAN PIPA PENGECILAN PENAMPANG SISTEM GRAVITASI
DENGAN JARAK 5, 8 KM. Suara Teknik: Jurnal Ilmiah, 8(1).