Anda di halaman 1dari 8

Nama : Andi Asri Ainun

NIM : G41115001

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fluida yang dipancarkan mempunyai reaksi gaya atau kerja mekanis


tersendiri. Ketika mengenai suatu bidang, reaksi gaya akibat pancaran tersebut
dapat menyebabkan tumbukan. Hal ini dapat digunakan untuk menggerakan
peralatan yang membutuhkan energi dari aliran fluida untuk menjalankan
fungsinya misalnya turbin.
Menurut teori hidrolika, fluida adalah suatu yang kontinu, yakni suatu bahan
yang bersifat kontinu, berusaha menempati seluruh ruangan tanpa ada bagian yang
kosong. Oleh karena itu, struktur molekul dapat diabaikan sehingga fluida dengan
partikel yang sangat kecil pun mesti terbentuk dari molekul yang sangat banyak
jumlahnya. Karena fluida selalu berusaha untuk meregang walaupun teganganya
sangat kecil ia tidak bisa menimbulkan gaya yang terpusat. Semua gaya yang
diberikan pada fluida akan didistribusikan secara merata dalam seluruh volume
(massa) atau searah dengan permukaannya. Jadi gaya luar yang bekerja pada
sebuah fluida hanya gaya inersia atau gaya permukaan. Gaya yang dialami fluida
dalam bejana yang bergerakdengan akselerasi, atau fluida yang mengalir dengan
akselerasi dalam saluran yang stasioner.
Salah satu saluran stasioner tersebut adalah jet. Jet tersebut diarahkan ke
piringan dari sebuah roda turbin yang berotasi karena gaya yang timbul pada
piringan. Roda yang berotasi karena gaya yang timbul pada piringan dikarenakan
perubahan momentum atau impuls yang terjadi karena perubahan momentum atau
impuls ketika fluida cair dari jet menyembur pada piringan. Turbin-turbin air yang
bekerja dengan prinsip impuls ini telah dibuat dengan keluaran hingga 100.000
kWdengan efisiensi lebih dari 90%. Dalam model numerik menggambarkan aliran
jet alir disebabkan oleh dampak, untuk menyederhanakan representasi lokal
kecepatan dan menggambarkan aliran yang dihasilkan oleh masuknya dua dimensi
tubuh.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa perlunya dilakukan
praktikum mengenai impact of jet flow agar dapat menentukan bentuk permukaan
terhadap tenaga yang dihasilkan oleh aliran jet.
Nama : Andi Asri Ainun
NIM : G41115001

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum impact of jet flow yaitu mahasiswa dapat menentukan
bentuk permukaan terhadap tenaga yang dihasilkan oleh aliran jet.
Kegunaan dari praktikum impact of jet flow yaitu untuk menentukan bentuk
permukaan terhadap tenaga yang dihasilkan oleh aliran jet.
Nama : Andi Asri Ainun
NIM : G41115001

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aliran Fluida

Aliran fluida dapat dibedakan menjadi aliran inviscid dan viscous. Fluida
viscous diklasifikasikan sebagai fluida Newtonian dan fluida non-Newtonian.
Dalam fluida Nwtonian terdapat hubungan linear antara besarnya tegangan geser
yang diterapkan dengan laju perubahan bentuk yang diakibatkan dengan
mengikuti hukum viskositas Newton (Karyono, 2008).

2.2. Sifat – Sifat Fluida


Sifat-sifat Fluid terdiri dari Densitas, kekentalan, tekanan, dan berat jenis.
2.2.1. Densitas
Menurut Karyono (2008), densitas merupakan jumlah suatu zat pada suatu unit
volume. Densitas dapat dinyatakan dalam tiga bentuk, yaitu :
1) Densitas massa
Merupakan pebandingan jumlah massa dengan jumlah volume, dapat
dirumuskan dalam bentuk persamaan :
m
ρ= …………………………….……… (Persamaan 1)
v
Dimana :
m = Massa (kg)
v = Volume (m3)
ρ = Densitas massa (kg/m3)
Dan dimensinya adalah ML-3. Harga standardnya pada tekanan p =
1,013 x 105 N/m2 dan temperature T = 288,15 K untuk udara adalah 1,23
kg/m3 dan untuk air adalah 1 kg/m3 (Karyono, 2008)
2) Berat spesifik
Didefinisikan sebagai densitas massa dikalikan dengan
gravitasi (Karyono, 2008).
3) Densitas relative
Perbandingan antara densitas massa atau berat spesifik suatu
standard zat, dimana massa atau berat spesifik suatu standard zat tersebut
Nama : Andi Asri Ainun
NIM : G41115001

adalah air pada temperature 40C. Densitas relative tidak memiliki


satuan (Karyono, 2008).

2.2.2. Viskositas
Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau gesekan
fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan atau gas,
dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida yang berdekatan ketika
bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida dengan wadah tempat
ia mengalir. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antara
molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan diantara molekul-molekul
tersebut (Divo, 2010).
Kekentalan fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantatif dengan
koefisien kekentalan, η yang didefinisikan dengan cara sebagai berikut , fluida
diletakkan diantara dua lempengan datar. Salah satu lempengan diam dan yang
lain dibuat bergerak. Fluida yang secara langsung bersinggungan dengan masing-
masing lempengan ditarik pada permukaanya oleh gaya rekat diantara molekul-
molekul cairan dengan kedua lempengan tersebut. Dengan demikian permukaan
fluida sebelah atas bergerak dengan laju v yang seperti lempengan atas, sedangkan
fluida yang bersinggungan dengan lempengan diam bertahan diam (Divo, 2010).
Menurut Divo (2010), untuk fluida yang berbeda, fluida yang kental,
diperlukan gaya yang lebih besar. Tetapan kesebandingan untuk persamaan ini
didefinisikan sebagai koefisien kekentalan, η :
FL
η= [ Pa x s ] ………………………………….(Persamaan 2)
AV
Dimana :
F = Gaya (kg/m2)
A = Luasan fluida yang bersinggungan dengan setiap lempengan ( m2 )
V =Kecepatan fluida (m/s2)
L = Jarak lempengannya (m2)
η = Koefisien kekentalan ( pa.s )
Nama : Andi Asri Ainun
NIM : G41115001

2.2.3. Berat Jenis


Berat jenis suatu bahan didefinikan sebagai perbandingan kerapatan bahan
terhadap kerapatan air. Berat jenis (specific gravity disingkat SG) adalah besaran
murni tanpa dimensi maupun satuan (Divo, 2010).

2.2.4. Tekanan
Menurut Divo (2010), tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dengan
gaya F dianggap bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A, maka :
F
P= ………………………………………………..(Persamaan 3).
A
Dimana :
P = tekanan (kg/m )
2

F = gaya (kg)
A = luas permukaan (m )
2

Satuan tekanan dalam SI adalah N/m 2. Satuan ini mempunyai nama resmi Pascal
(Pa), untuk penghormatan terhadap Blaise Pascal dipakai 1 Pa = 1 N/m 2. Namun
untuk penyederhanaan, sering menggunakan N/m2. Satuan lain yang digunakan
adalah dyne/cm2, lb/in2, (kadang disingkat dengan “psi”), dan kg/cm2 (apabila
kilogram adalah gaya : yaitu, 1 kg/cm 2 = 10 N/cm2). Sebagai contoh perhitungan
tekanan, seorang dengan berat 60 kg yang kedua kakinya menutupi luasan 500 cm 2
akan menggunakan tekanan sebesar : F/A = m.g/A = (60 kg х 9,8 m/det2) / 0,050 m2 =
11760 kg/m2 = 12 х 104 N/m2.terhadap tanah. Jika orang tersebut berdiri dengan satu
kaki atau dua kaki dengan luasan yang lebih kecil, gayanya akan sama tetapi karena
luasannya menjadi 1⁄2 maka tekanannya akan menjadi dua kali yaitu 24 х 104 N/m2.
AF (Divo, 2010)

2.3 Aliran Satu Fasa Tak Mampu Mampat

Aliran multifasa ialah aliran yang terdiri dari dua atau lebih fasa zat, seperti
cair dan padat, gas dan padat, gas dan cair, ataupun dua jenis zat yang berbeda.
Sedangkan pada aliran satu fasa terdiri dari satu jenis aliran cair atau gas tanpa
partikel padat. Aliran air dengan partikel sedimentasi merupakan aliran dua fasa
(Poerboyo, 2013).
Nama : Andi Asri Ainun
NIM : G41115001

Aliran dikatakan tak mampu mampat (incompressible) jika dalam aliran


massa jenis fluida ialah konstan tidak berubah. Aliran sejenis (homogeneous) bila
massa jenis konstan sepanjang aliran. Aliran tak mampu mampat satu fasa ialah
aliran sejenis, sedangkan aliran tak mampu mampat multifasa bukanlah aliran
sejenis. Seperti pada kasus aliran air dengan membawa kerikil atau partikel
sedimentasi, massa jenisnya tidak sama dimanapun sesuai perubahan waktu.
Secara normal, zat cair dan gas dianggap sebagai aliran tak mampu mampat.
Namun, ketika kecepatan gas mendekati, sama atau melebihi kecepatan suara
massa jenis akan mengalami perubahan dan aliran tidak dapat dikatakan tak
mampu mampat (Poerboyo, 2013).

2.4 Aliran Jet

Pertambahan kelengkungan permukaaan bawah yang membuat perbedaan


tekanan antara permukaan bawah dan atas akan mempengaruhi posisi
titik-titik sadel, struktur garis separasi 3D depan, aliran terpilin pada ujung
belakang, struktur garis separasi 3D belakang dan lokasi titik sadel. Adanya
penambahan celah akan menyebabkan aliran yang memasukiya akan dipercepat
membentuk aliran jet, serta munculnya vortex ujung celah yang bertambah
intensitasnya karena pertambahan kelengkungan permukaaan bawah sehingga
dapat ditarik hipotesa bahwa intensitas aliran terpilin akan mengecil dan bentukan
daerah ombak pojok akan kurang kentara jika dibandingkan dengan kasus tanpa
celah (Nugroho, 2005).

2.5 Tipe Aliran Fluida

Ada berbagai macam atau jenis aliran-aliran dalam fluida, seperti aliran
lamiar, aliran turbulen, aliran transisi, dan masih banyak lagi.
2.5.1 Aliran Laminar
Laminer berasal dari bahasa latin “thin plate” yang berarti plate tipis atau
aliran sangat halus. Pada aliran laminer, gaya viscous (gesek) yang relatif besar
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga semakin mendekati dinding pipa,
semakin rendah kecepatannya. Secara teori, aliran ini berbentuk parabola dengan
Nama : Andi Asri Ainun
NIM : G41115001

bagian tengah mempunyai kecepatan paling pinggir mempunyai kecepatan paling


rendah akibat adanya gaya gesekan (Divo, 2010).

Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan, atau


lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar
ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan
relative antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas
Newton (Ridwan, 2006).

2.5.2. Aliran Turbulen


Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi
yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran (Ridwan, 2006).

Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar dibandingkan gaya
gesekan dan pengaruh dari dinding pipa menjadi kecil. Karenanya aliran turbulen
memberikan profil kecepatan yang lebih seragam dibandingkan aliran laminer,
walaupun pada lapisan fluida dekat dinding pipa tetap laminer. Profil kecepatan
pada daerah transisi antara laminer dan turbulen dapat tidak stabil dan sulit untuk
diperkirakan karena aliran dapat menunjukkan sifat dari daerah aliran laminer
maupun turbulen atau osilasi antara keduanya. Pada beberapa tempat, aliran
turbulen dibutuhkan untuk pencampuran zat cair (Divo, 2010).

2.5.3. Aliran Transisi


Menurut Ridwan (2006), aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran
laminar ke aliran turbulen.
Nama : Andi Asri Ainun
NIM : G41115001

DAFTAR PUSTAKA

Divo, A. 2010. Pengukura Aliran Fluida. Universitas Sumatera Utara : Sumatera


Utara.

Nugroho, Gunawan, Herman Sasongko. 2005. Studi Numerik dan Eksperimental


Aliran 3-D pada Kombinasi Airfoil/Pelat Datar dengan Variasi Permukaan
Bawah dan Pengaruh Celah. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) :
Surabaya.

Poerboyo, S. 2013. Perencanaan dan Station Pipa. Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta : Yogyakarta.

Ridwan. 2006. Catatan Mekanika Fluida. Universitas Negeri


Yogyakarta : Yogyakarta.

Karyono, Yudi Iwan. 2008. Analisa Aliran Berkembang. Universitas


Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai