PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan menyesuaikan diri dengan
tempatnya serta tidak mampu menahan pengaruh gaya geser. Fluida dapat
berpindah satu tempat ke tempat lain berdasarkan perbedaan tekanan dimana fluida
di tempat bertekanan tinggi akan berpindah ke tempat yang bertekanan lebih
rendah. Aliran fluida adalah suatu perpindahan fluida dari titik satu ke titik yang
lainnya. Dari segi mekanik, fluida dibagi menjadi dua macam yaitu statika fluida
(fluida diam) dan dinamika fluida (fluida alir) (Andayani dkk., 2019).
Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda
padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena
ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat.
Zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu
gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah
bentuk maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak
mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan
volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat besar. Fase
cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian kedua-duanya sering secara kolektif
disebut sebagai fluida (Olson dan Wright, 1990).
Menurut Andayani, dkk. (2019), Secara garis besar jenis aliran dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Aliran tunak (steady), suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruh
oleh perubahan waktu, sehingga kecepatan konstan pada setiap titik (tidak
memiliki percepatan).
2. Aliran tidak tunak (unsteady), suatu aliran dimana terjadi perubahan
kecepatan terhadap waktu.
3. Aliran seragam (uniform), suatu aliran yang tidak terjadi perubahan
kecepatan dan penampang lintasan.
4. Aliran tidak seragam (non-uniform), suatu aliran dalam kondisi berubah
baik kecepatan maupun penampang lintasan.
2
3
Gambar 2.2 Perilaku dari Sebuah Fluida yang Ditempatkan antara Dua Plat
Paralel
Faktor konstanta μ adalah properti dari fluida yang dinamakan dengan viskositas
dinamik.
D = Diameter (m)
μ = Viskositas dinamis (N.s/m2)
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminer apabila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynold (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada
pada bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai bilangan Reynold kritis,
sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari 4000
(Jalaluddin dkk, 2019)
(Masyuda, 2018)
Dimana: P1.2 = tekanan di penampang 1 dan 2 (N/m2)
V1.2 = kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s2)
Z1.2 = tinggi pada permukaan 1 dan 2 (m)
γ1.2 = berat jenis 1 dan 2 (N/m3)
g = gravitasi bumi (9,82 m/s2)
menimbulkan tegangan pada pipa. Oleh sebab itu, perlu digunakan beberapa alat
atau mekanisme yang didesain untuk memperkecil tegangan pada sistem perpipaan
tersebut, agar kelebihan beban yang bisa mengakibatkan kegagalan pada bagian
pipa, atau kerusakan pada alat yang terhubung dengannya dapat dihindari
(Masyuda, 2018).
Salah satu komponen penyambungan dalam sistem perpipaan adalah pipe
bend (pipa lengkung) atau elbow. Pipe bend berfungsi untuk membelokkan arah
aliran fluida didalam pipa. Namun pipe bend lebih sulit untuk dianalisa karena
permukaannya menjadi oval di bawah pembebanan momen bending. Hal ini
menyebabkan pipe bend memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan
dengan pipa lurus yang sama ukuran dan jenis materialnya. Lebihnya fleksibilitas
ini menjadikan pipe bend berfungsi sebagai penyerap ekspansi thermal. Dengan
berbagai karakteristik tersebut, pipe bend menjadi komponen yang sangat penting
di dalam sistem perpipaan dan memerlukan berbagai macam pertimbangan dalam
proses perancangannya (Mc.Cabe dan Smith, 1985).
𝐿𝑉 2
ℎ𝑙 = 𝑓 𝐷2𝑔 …….………………… (2.5)
(Masyuda, 2018)
drop. Kecepatan aliran tinggi dan cairan viskositas tinggi dalam hasil penurunan
tekanan yang lebih besar dibagian pipa atau katup dan siku. Kecepatan rendah akan
mengakibatkan penurunan tekanan yang lebih rendah atau tidak ada (Masyuda,
2018).
Penurunan tekanan dapat dihitung dengan 2 nilai: Reynolds Number NRE
(menentukan laminer atau aliran turbulen), dan kekasaran relatif pipa, ε/D. NRE =
Dvρ/μ Dimana D adalah diameter pipa dalam meter, v adalah kecepatan aliran
dalam meter perdetik, ρ adalah densitas dalam kilogram per meter kubik, dan μ
adalah dalam kilogram permeter-detik. Pressure menunjukkan penurunan tekanan
dari titik 1 ke titik 2 dalam suatu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan, biasa
dinyatakan juga dengan ∆P saja. Pressure drop biasanya diukur menggunakan alat
ukur manometer pada pressure tap. Manometer yang sering digunakan ialah
manometer raksa.
2.9.1 Pipa
Pipa merupakan tabung dengan bentuk silinder yang menjadi bagian
utama dari sistem perpipaan. Di dalam pipa inilah proses pengaliran fluida terjadi.
Setiap kondisi proses pengaliran fluida, pipa yang digunakan memiliki spesifikasi
masing-masing. Misalkan proses yang terjadi memerlukan tekanan yang tinggi dan
dalam suhu yang tinggi, maka pipa yang diperlukan adalah dengan spesifikasi
tersebut menurut standar yang dikeluarkan oleh ASTM (American Society of
Testing Materials) atau ASME (The American Society of Mechanical Engineers).
Standar yang dikeluarkan oleh ASTM, terdapat bagian dari pipa yang telah diukur
sesuai standar yang ditentukan. Bagian-bagian tersebut berupa keterangan
mengenai bahan pipa, diameter, ketebalan pipa, serta schedule pipa (Widodo,
2009).
2.9.2 Sambungan
Menurut Widodo (2009), sambungan pipa merupakan bagian dari
sistem perpipaan, yang berfungsi menyambung sebuah pipa dengan pipa yang
lain untuk keperluan tertentu. Sambungan perpipaan dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Sambungan dengan menggunakan pengelasan.
2. Sambungan dengan menggunakan ulir.
3. Sambungan menggunakan flanges.
Penggunaan jenis sambungan ini bergantung pada besar diameter pipa
serta besarnya tekanan. Untuk pipa dengan tekanan rendah dan diameter dibawah
12
2 inci digunakan sambungan ulir. Dari ketiga kelompok jenis sambungan di atas,
sambungan pipa masih dibagi lagi dalam bentuk-bentuk tertentu, sesuai dengan
kebutuhan sistem perpipaan. Jenis-jenis sambungan tersebut adalah tee, elbow,
cross dan reducer.
Cross adalah sambungan antara satu pipa dengan pipa yang lain
sehingga menghasilkan empat percabangan pipa. Gambar 2.9 menampilkan
13
dimensi Cross.
2.9.3 Valve
Menurut Dahmani (2017), valve adalah sebuah perangkat yang terpasang
pada sistem perpipaan, yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol dan
mengarahkan laju aliran fluida dengan cara membuka, menutup atau mengalirkan
sebagian fluida. Selain itu valve juga berfungsi sebagai pengatur besar kecilnya
tekanan fluida dan mencegah aliran balik (one way valve). One way valve atau non-
return valve merupakan valve satu arah yang tidak memungkinkan fluida untuk
kembali ke arah berlawanan apabila sudah melewati valve tersebut. Valve yang
sering digunakan adalah gate valve, ball valve, dan check valve (non-return valve).
Gate valve merupakan salah satu jenis gate yang paling sering ditemui dalam
instalasi perpipaan. Dalam banyak hal valve ini difungsikan hanya untuk terbuka
penuh atau tertutup penuh, sehingga valve ini jarang digunakan sebagai alat
pengontrol aliran.
valve. Jenis valve ini memiliki bagian terpenting yang berupa sebuah bola
berlubang lurus dari satu sisi ke sisi yang lain yang dipasang sejajar dengan arah
aliran pada rumah valve-nya. Arah dari lubang pada bola inilah yang menentukan
mengalir dan tidaknya cairan yang melalui rumah valve atau katup.
3.3.2 Head Loss Dan Friction Loss Pada Elbow 45˚ dan Elbow 90˚
1. Peralatan diperiksa dan dipastikan sudah dirangkai dengan baik.
2. Tangki diisi air dan pompa dihidupkan.
15
16
3. Valve pada pipa yang digunakan dibuka sehingga air dialirkan melalui
melalui pipa yang diinginkan.
4. Ditentukan Head Loss pada elbow 45˚ dan ditutup semua valve yang ada
selain pada pipa 4 untuk menutup aliran setiap pipa.
5. Kecepatan volumetrik dan pressure drop diukur saat aliran stabil yang
ditandai dengan tidak adanya gelembung udara pada aliran.
6. Valve aliran keluaran dibuka sebesar 25%.
7. Dihitung kecepatan volumetrik air yang dibutuhkan saat air dialirkan setiap
6, 12, 18, 24 dan 30 liter.
8. Dihitung nilai pressure drop dengan melihat tinggi raksa pada manometer.
9. Langkah 3-8 dilakukan kembali pada aliran keluaran sebesar 50%, 75%
dan 100%.
10. Langkah 3-9 dilakukan kembali pada elbow 90˚.
3.3.3 Head Loss Dan Friction Loss Pada Enlargement Dan Contruction
1. Peralatan diperiksa dan dipastikan sudah dirangkai dengan baik.
2. Tangki diisi air dan pompa dihidupkan.
3. Valve pada pipa yang digunakan dibuka sehingga air dialirkan melalui
melalui pipa yang diinginkan.
4. Ditentukan Head Loss pada enlargement dan ditutup semua valve yang ada
selain pada pipa 2 untuk menutup aliran setiap pipa.
5. Kecepatan volumetrik dan pressure drop diukur saat aliran stabil yang
ditandai dengan tidak adanya gelembung udara pada aliran.
6. Valve aliran keluaran dibuka sebesar 25%.
7. Dihitung kecepatan volumetrik air yang dibutuhkan saat air dialirkan setiap
6, 12, 18, 24 dan 30 liter.
8. Dihitung nilai pressure drop dengan melihat tinggi raksa pada manometer.
9. Langkah 3-8 dilakukan kembali pada alran keluaran sebesar 50%, 75% dan
100%.
10. Langkah 3-9 dilakukan kembali pada contruction.
17
4.1 Hasil
A. Pipa Horizontal (Pipa No.2)
Pada percobaan yang dilakukan di pipa horizontal (pipa no.2 dan no.4)
didapatkan hasil semakin besar bukaan valve, maka kecepatan volumetrik dan head
loss semakin tinggi pula.
B. Pipa Horizontal (Pipa No.4)
Pada percobaan yang dilakukan di pipa elbow 45◦ didapatkan hasil semakin
besar bukaan valve, head loss semakin rendah dan kecepatan volumetriknya
semakin tinggi. Sedangkan pada pipa elbow 90◦ didapatkan hasil semakin besar
bukaan valve, head loss dan kecepatan volumetrik semakin tinggi.
C. Pipa Elbow 45◦ & 90◦
Pada percobaan yang dilakukan di pipa enlargement didapatkan hasil
semakin besar bukaan valve, head loss semakin rendah dan kecepatan volumetrik
serta friction loss menjadi tidak beraturan (naik-turun). Sedangkan di pipa
construction hasil yang didapatkan yaitu semakin besar bukaan valve, head loss
mengalami kenaikan kemudian berada di posisi netral lalu mengalami penurunan,
sedangkan kecepatan volumetrik dan friction loss tidak beraturan (naik-turun).
4.2 Pembahasan
4.2.1. Hubungan Antara Heat Loss dan Friction Loss
Aliran fluida di dalam pipa dapat mengalami penurunan tekanan seiring
dengan panjang pipa yang dilalui fluida tersebut. Menurut teori dalam mekanika
fluida, hal ini disebebkan karena fluida yang mengalir memliki viskositas.
Viskositas menyebabkan timbulnya gaya gesek yang sifatnya menghambat. Untuk
melawan gaya gesek tersebut diperlukan energi sehingga mengakibatkan adanya
energi yang hilang pada aliran fluida. Energi yang hilang serta mengakibatkan
penurunan tekanan aliran fluida disebut juga kerugian tekanan (Wibowo dkk.,
2017).
18
19
Untuk mengalirkan fluida dari tempat yang satu ketempat lain diperlukan
suatu peralatan yaitu sistem perpipaan. Tidak hanya pipa, ada banyak alat lain yang
digunakan untuk mengalirkan fluida. Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu
mengalami head loss. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida
dengan dinding pipa atau karena perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran
fluida. Head loss tidak hanya terjadi pada yang lurus saja tetapi terjadi pada belokan
pipa, siku, sambungan, katup, perbesaran pipa, pengecilan pipa, dan lain
sebagainya. Kecepatan volumetrik dihitung dengan cara menghitung lamanya
waktu yang dibutuhkan fluida untuk mengalir. Sedangkan head loss dapat dihitung
dengan mengukur selisih tinggi air raksa di dalam manometer (Widodo, 2009).
menyebabkan kehilangan tekanan dalam intalasi pipa (Putri & Sruyani, 2017). Pada
percobaan yang dilakukan terjadi ketidakstabilan head loss. Menurut Ramadon &
Adi (2016) head loss yang tidak stabil dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kekentalan (viscosity) yang menyebabkan gaya gesek antara partikel-
partikel zat cair dan juga antara zat cair dan dinding permukaan pipa.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Semakin besar bukaan valve, maka kecepatan fluida yang mengalir semakin
besar.
2. Semakin besar kecepatan volumetrik fluida yang mengalir dalam pipa,
maka semakin besar pula head loss yang terjadi.
3. Jenis aliran yang terjadi adalah aliran turbulen karena bilangan Reynold
yang lebih dari 4000.
5.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang
dapat diperhatikan yaitu:
1. Dalam melakukan pengukuran dan perhitungan data, praktikan dituntut
untuk teliti dan fokus agar hasil yang didapat dapat akurat.
44
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, H., dkk. 2021. Analisis Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih di Anjungan
Lepas Pantai Pt. X. JURNAL PRESESI. 23(2).
Akbar, C., N. 2014. Analisa Sistem Perpipaan Dari Gas Scrubber Menuju
Condensate Flash Drum Di Onshore Receiving Facility PT. Pertamina
Hulu Energi west Madura Offshore. Analisa Sistem Perpipaan Dari Gas
Scrubber. 1:2-4.
Andayani, dkk. 2019. Pengaruh Jenis Lapisan Kekasaran Permukaan Pipa terhadap
Koefisien Gesek. Jurnal Teknika. 5(2): 181-194.
Aprizal. 2017. Rancangan Alat Sistem Pemipaan dengan Cara Teoritis Untuk Uji
Pompa Skala Laboratorium. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir
Pengaraian. 9(2).
Asriati, S.Q, Nasrul ZA, Muhammad, Jalaluddin, Azhar,. 2021. Simulasi Pengaruh
Bukaan Valve Terhadap Pressure Drop Dan Kavitasi Pada Control Valve
Tipe Ball Valve Dengan Menggunakan Software Autodesk Cfd
(Computational Dynamics Fluid). Chemical Engineering Journal Storage
1:2 : 46-55.
Dahmani, Z., A. 2017. Studi Karakteristik Pompa Sentrifugal dan Cussons Friction
Loss Apparatus dengan Modifikasi Orifice dan Ball Valve. Tugas Akhir.
Institut Teknologi Sepuluh November: Surabaya.
Fahruddin, A., & Mulyadi. 2018. Rancang Bangun Alat Uji Head Losses Dengan
Variasi Debit Dan Jarak Elbow 90 Untuk Sistem Perpipaan Yang Efisien.
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jawa
Timur, 7(1), 32–35.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operations. 3rd ed. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Ghurri, A. 2014. Dasar-dasar Mekanika Fluida. Bali: Universitas Udayana.
Hardinata, C., Sela A., Titu A. 2014. Aliran Fluida Dalam Sistem Perpipaan.
Laporan Laboratorium Instruksional Dasar Proses & Operasi Pabrik.
Universitas Riau : Pekanbaru.
Ilhami, D.N., Ghea, C., Gustin, M.K., Ima, R. 2011. Laporan Praktikum Pendukung
Proses Aliran Fluida. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Ismail, dkk. 2019. Analisis Penurunan Tekanan Aliran Udara Pada Pipa
Bertekanan. Jurnal Teknik Mesin Untirta. 5(2).
Jalaluddin, dkk. 2019. Analisa Profil Aliran Fluida Cair dan Pressure Drop pada
Pipa L menggunakan Metode Simulasi Computational Fluid Dynamic
(CFD). Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 8(2).
Masyuda, F., A. 2018. Analisa Kerugian Head Losses dan Friction pada Sistem
Perpipaan Beda Jenis Valve dengan Variasi Bukaan Valve. Tesis.
Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.
McCabe, W., I., dan Smith, J., C. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering.
4th edition. McGraw Hill Book Company. Singapore.
Muchsin. 2013. Kerugian-Kerugian pada pipa lurus dengan variasi debit aliran.
Jurnal Mekanikal Vol. 4 No.2 : 386-393.
Mustakim dan Abdul Syakura. 2015. Pengaruh Reynold Number ( Re ) Terhadap
Head Losses Pada Variasi Jenis Belokan Pipa ( Berjari – Jari Dan Patah ).
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 N0. 2 : 19-23.
45
46
Ndruru R.E, Marihat Situmorang, dan Gim Tarigan. 2014. Analisa Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Padi Di Deli Serdang. Jurnal Saintia
Matematika Vol. 2, No. 1: 71–83
Nurcholis, L. 2008 Perhitungan Laju Aliran Fluida Pada Jaringan Pipa. Traksi. Vol.
7. No. 1, Juni 2008 Lttp: // Jurual. Unimus. Ac. i D, 7(1).
Nurnawaty, & Sumardi. 2020. Analisis Perubahan Tinggi Tekanan Akibat Sudut
Belokan 90 Dan 45 Dengan Menggunakan Fluid Friction Apparatus.
Volume 13 Nomor 1, Februari 2020 Jurnal Teknik Hidro Universitas
Muhammadiyah Makassar, 13, 28–37.
Olson, R., M., & Wright, S., 1990. Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Putra, I., dkk. Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC. Seminar
Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4).
Institut Teknologi Padang (ITP).
Putri, T. S., & Sriyani, R. (2017). Analisa Perubahan Debit Terhadap Perubahan
Penampang Pada Pipa (Uji Laboratorium ). Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Halu Oleo Kendari, 3(November), 35–39.
Simanjuntak, H., dkk. 2017. Analisa Pengaruh Panjang, Letak dan Geometri Lunas
Bilga Terhadap Arah dan Kecepatan Aliran (Wake) Pada Kapal Ikan
Tradisioal (Studi Kasus Kapal Tipe Kragan). Jurnal Teknik Perkapalan.
5(1).
Sulfikran, Abdul Rivai Suleman, dan Zulvyah Faisal. 2014. Penentuan Faktor
Gesekan (Friction Factor) Berdasarkan Karakteristik Aliran Dengan
Menggunakan Bilangan Reynolds. Jurnal Teknik Sipil: 2-16.
Sumantri, A., Arina, U., Kukuh, S.P. 2012. Praktikum Dasar Teknik Kimia Aliran
Fluida. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Syahputra, D dan Panjaitan. 2018. Analisa Distribusi Kapasitas Aliran Fluida di
Daerah Percabangan Pada Sistem Perpipaan. Jurnal Teknologi Terapan
Vol. 3 (1): 7–11.
Widodo, D., P. 2009. Analisis Percabangan Pipa pada Hydrant dengan
Menggunakan “Program CAE”. Tugas Akhir. Universitas Sanata Dharma:
Yogyakarta.
Widodo,A.S, Awaluddin, dan Wahyudi,S. 2014. Analisis Aliran Fluida Dua Fase
(Udara-Air) melalui Belokan 45˚. Jurnal Rekayasa Mesin Vol. 5(3): 217–
224.
Wibowo, S. S., Kun, S., & Widodo, S. 2017. Analisis Debit Fluida Pada Pipa
Elbow 90° Dengan Variasi Diameter Pipa. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Tidar, 0259, 48–54.
Young dan Freedman. 2007. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga