Anda di halaman 1dari 40

FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajauan teknologi telah memberikan sumber (resources) informasi dan
komunikasi yang amat luas dari apa yang telah dimiliki manusia. Meskipun
peranan informasi dalam beberapa dekade kurang mendapat perhatian, namun
sesungguhnya kebutuhan akan informasi dan komunikasi itu merupakan hal yang
tidak kalah pentingnya dari kebutuhan sandang dan pangan manusia (Amar,
2018). Kebutuhan manusia yang terus meningkat seiring berjalannya waktu
menyebabkan manusia dituntut untuk terus berinovasi dalam mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Inivasi yang bisa dijumpai salah satunya adalah tentang
fluida.
Penerapan pinsip-prinsip mekanika fluida dapat dijumpai pada bidang
industri, transportasi maupun bidang keteknikan lainnya, namun dalam
penggunaannya selalu terjadi kerugian energi (Kurniawan dkk., 2016). Penerapan
pinsip-prinsip dalam bidang mekanika fluida dapat dijumpai pada bidang industry,
misalnya saja pada Perusahaan Air Minum (PAM) dan Perusahaan Tambang
Minyak Negara (PERTAMINA). Rangkaian pada sistem perpipaan tersebut
didesain sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi segala kebutuhan akan
pendistribusian fluida sesuai dengan kebutuhan proses tersebut. Instalasi
perpipaan, banyak dipakai sambungan yang berfungsi untuk membelokan maupun
membagi aliran menjadi bercabang (Eswanto & Syahputra, 2017).
Penelitian aliran dalam pipa pertama dilakukan oleh Julius Weisbach
(1850) yang meneliti rugi pada hulu pipa, kemudian dilanjutkan oleh Henry Darcy
(1857) dengan melakukan ekperimen aliran pipa dan mengungkap efek kekasaran
pada hambatan pipa yang dikenal dengan persamaan Darcy-Weisbach. Fluida
yang mengalir melalui suatu percabangan maka akan terjadi separasi yang
mengakibatkan terjadinya kerugian tekan. Kerugian head pada setiap cabang
boleh dianggap sepenuhnya terjadi akibat gesekan, atau rugi akibat katup dan
perlengkapan pipa. Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami
kerugian head. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian
kecil) (Eswanto & Syahputra, 2017).
Berdasarkan paparan diatas, Prektikum Fenomena Dasar Mesin Fluid
Circuit And Friction Experimental Apparatus ini bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman mengenai fenomena-fenomena serta faktor-faktor yang
mempengaruhi pada Fluid Circuit and Friction Apparatus.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa itu mekanisme sistem perpipaan
2. Mengetahui mekanisme pengaplikasian Fluid Circuit pada alat Friction
Experimental Apparatus
3. Mengetahui pengaruh antara debit dan diameter sistem perpipaan
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Definisi Fluida
Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara terus-menerus ketika dikenai
tegangan geser dengan besaran berapa pun. Tegangan geser dibuat setiap kali gaya
tangensial bekerja pada permukaan. Fluida umum seperti air, minyak, dan udara
akan mengalir ketika ditindaklanjuti oleh tegangan geser (Munson dkk., 1994).

2.1.2 Macam-Macam Fluida


Fluida dapat diklasifikasikan berdasarkan laju deformasi & tegangan geser,
mampu mampat, sifat aliran dan aliran dimensinya.
2.1.2.1 Berdasarkan Laju Deformasi dan Tegangan Geser
a. Fluida Newtonian
Fluida Newtonian adalah fluida yang memiliki kurva tegangan/ regangan
yang linier. Fluida ini akan terus mengalir meskipun terdapat gaya yang bekerja
pada fluida. Hal ini dikarenakan viskositas dari fluida Newtonian tidak akan
berubah meskipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut (Ningtyas,
2016). Fluida Newtonian memiliki viskositas yang dinamis dan hanya bergantung
pada temperatur dan tekanan.

Gambar 2.1 Variasi Linier Tegangan Geser Terhadap Laju Regangan Geser
untuk Fluida Umum
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

Sumber: Munson dkk., (1994)


b. Fluida Non-Newtonian
Fluida non-Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya tidak
berhubungan linier dengan laju regangan gesernya. Kemiringan tegangan geser
terhadap grafik regangan geser didefinisikan sebagai viskositas semu (µap)
(Munson dkk., 1994). Contoh fluida non-Newtonian adalah cat, minyak pelumas,
lumpur, dan obat-obatan.

Gambar 2.2 Variasi Tegangan Geser dengan Laju Regangan Geser pada
Beberapa Jenis Cairan
Sumber: Munson dkk., (1994)

2.1.2.2 Berdasarkan Mampu Mampat


Berdasarkan mampu mampatnya, fluida dapat diklasifikasikan menjadi
compressible fluid dan incompressible fluid yang bergantung pada variasi
densitasnya saat mengalir (Çengel dkk., 2017).
a. Compressible Fluid
Compressible fluid adalah fluida yang memiliki densitas yang berubah-
ubah. Hal ini dikarenakan volume dari fluida ini juga berubah-ubah pada setiap
penampangnya. Kecepatan aliran fluida sering dinyatakan dalam bilangan Mach.
Bilangan Mach yaitu perbandingan antara kecepatan fluida dengan kecepatan
suara, seperti pada Persamaan 2.1. Compressible Fluid memiliki bilangan Mach
yang lebih dari 0,3.
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

V
Ma= (2.1)
c

Keterangan:
Ma = Bilangan Mach
V = Kecepatan fluida (ft/s)
c = Kecepatan suara (ft/s)

b. Incompressible Fluid
Incompressible fluid adalah fluida yang memiliki densitas dan volume
yang tetap pada tiap alirannya, dengan kata lain kerapatannya konstan terhadap
perubahan tekanan. Incompressible fluid memiliki bilangan Mach yang lebih kecil
dari 0,3. Aliran dapat dikategorikan berdasarkan nilai bilangan Mach sebagai
berikut.
 Sonic (Ma = 1)
 Subsonic (Ma < 1)
 Supersonic (Ma > 1)
 Hypersonic (Ma >> 1)
2.1.2.3 Berdasarkan Sifat Alirannya
Berdasarkan sifat alirannya fluida dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu sebagai berikut.
a. Aliran Laminar
Fluida aliran laminar adalah aliran fluida yang memiliki aliran sangat
teratur yang dicirikan oleh lapisan-lapisan fluida yang halus dan berlapis-lapis
(Çengel dkk., 2017). Aliran laminar mempunyai bilangan Reynold yang kurang
dari 2300.

Gambar 2.3 Aliran Laminar


Sumber: Munson dkk., (1994)
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

b. Aliran Transisi
Fluida aliran aliran transisi adalah fluida yang alirannya merupakan
transisi atau perubahan dari aliran laminar ke aliran turbulen (Çengel dkk., 2017).
Fluida yang memiliki aliran transisi memiliki nilai bilangan Reynold antara 2300-
4000.

Gambar 2.4 Aliran Transisi


Sumber: Munson dkk., (1994)

c. Aliran Turbulen
Fluida beraliran turbulen adalah fluida yang memiliki Gerakan sangat tidak
teratur. Aliran ini biasanya terjadi pada kecepatan tinggi dan ditandai dengan
fluktasi (Çengel dkk., 2017). Aliran turbulen memiliki nilai bilangan Reynold
yang lebih dari 4000.

Gambar 2.5 Aliran Turbulen


Sumber: Munson dkk., (1994)

2.1.2.4 Berdasarkan Aliran Dimensi


a. Aliran Satu Dimensi
Aliran satu dimensi adalah aliran yang arus partikelnya bergerak diwakili
garis lurus. Aliran ini memiliki kecepatan yang hanya akan berubah dalam arah
radial. Kecepatan aliran di setiap lokasi adalah konstan. Hal ini dikarenakan aliran
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

fluida ideal tidak dianggap berubah, di mana viskositasnya nol dan fluidanya
mampat (Russell C. Hibbeler & Kai Beng Yap, 2018).

Gambar 2.6 Aliran Satu Dimensi


Sumber: Russell C. Hibbeler & Kai Beng Yap, (2018)

b. Aliran Dua Dimensi


Aliran dua dimensi memiliki partikel yang kecepatannya hanya bergantung
pada koordinat aksial dan radial (Russell C. Hibbeler & Kai Beng Yap, 2018).
Semua partikel pada aliran dua dimensi dianggap mengalir dalam bidang
sepanjang aliran, sehingga tidak ada aliran tegak lurus pada bidang tersebut.

Gambar 2.7 Aliran Dua Dimensi


Sumber: Russell C. Hibbeler & Kai Beng Yap, (2018)

c. Aliran Tiga Dimensi


Aliran tiga dimensi adalah aliran yang komponen kecepatan u, v, dan w
adalah fungsi dari koordinat ruang x, y, dan z. Aliran tiga dimensi agak kompleks
dan sulit dianalisis. Kebanyakan dari aliran tiga dimensi dipelajari dengan
menggunakan komputer, atau secara eksperimental menggunakan model. Contoh
aliran tiga dimensi adalah aliran air di sekitar kapal selam dan aliran udara di
sekitar mobil (Russell C. Hibbeler & Kai Beng Yap, 2018).
2.2 Hukum Bernoulli
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

Hukum Bernoulli adalah hukum yang menyatakan bahwa tekanan, energi


kinetik per satuan volume, dan energi potensial per satuan volume memiliki nilai
yang sama pada setiap titik sepanjang suatu aliran. Hukum ini berlaku di daerah
aliran stabil dan tak termampatkan, di mana gaya gesekan bersih dapat diabaikan.
Hukum Bernoulli terbukti menjadi sesuatu yang penting dalam mekanika fluida
(Çengel dkk., 2017). Berikut ini adalah persamaan Bernoulli.
Energi Potensial + Energi Kinetik + Energi Tekanan = Konstan
2
mgh+ m v 2+ PV =Konstan (2.2)
2
v2 P
h+ + =Konstan
2 g ρg
v2 P
h+ + =Konstan
2g γ
Keterangan:
v = Kecepatan fluida (m/s atau ft/s)
V = Volume fluida (m3 atau ft3)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2 atau ft/s2)
h = Ketinggian relative terhadap suatu referensi (m atau ft)
P = Tekanan fluida (Pa atau psi)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3 atau lb/ft3)
γ = Berat jenis fluida (N/m3 atau lb/ft3)
2.2.1 Bilangan Reynold
Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan yang tidak berdimensi
yang dapat digunakan seperti halnya dengan bilangan yang tidak berdimensi
lainnya, untuk memberikan kriteria dalam menentukan dynamic similitude.
Bilangan Reynolds ini dapat digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang
berbeda, seperti jenis aliran laminar dan turbulen. Dimana nama tersebut diambil
dari Osborne Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya di tahun 1883. Dua
pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan
laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan tidak berdimensi yang relevan
dan keduanya disebut mempunyai kemiripan dinamis (Bergman dkk., 2016).
Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

vL
Re= (2.x)
v

Keterangan:

Re = Angka Reynold

v = Kecepatan rata-rata (m/s atau ft/s)

L = Panjang aliran dalam pipa (m atau ft)

v = Viskositas kinematik, v = 𝜇/𝜌 (m2/s atau ft2/s)

2.3 Head
Head dapat diartikan sebagai energi per satuan berat pada fluida. Satuan
dari head adalah meter (m) atau feet (ft) (Putro dkk., 2020). Ada tiga macam head
fluida antara lain.
1. Head Tekanan
Head tekanan merupakan ketinggian kolom fluida yang didukung oleh
tekanan yang bekerja pada dasarnya (Russell C. Hibbeler & Kai Beng Yap, 2018),
atau dapat dikatakan perbedaan tekanan yang bekerja pada permukaan fluida saat
masuk dengan tekanan yang bekerja pada permukaan fluida saat keluar. Head
tekanan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut.
P Pd P s
= − (2.)
γ γ γ
Keterangan:
P
= Head tekanan (m atau ft)
γ
Pd
= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan (m atau ft)
γ
Ps
= Tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap (m atau ft)
γ

2. Head Kinetik
Head kinetik dapat didefinisikan sebagai ketinggian yang dibutuhkan
cairan untuk mencapai kecepatan selama jatuh bebas tanpa gesekan (Çengel dkk.,
2017). Head kinetik bisa didapatkan dari Persamaan 2. berikut.
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

Vd 2 Vs 2
hk = − (2.)
2g 2g
Keterangan:
hk = Head kecepatan atau head kinetik (m atau ft)
Vd2
= Kecepatan zat cair pada saluran tekan (m atau ft)
2g
Vs2
= Kecepatan zat cair pada saluran isap (m atau ft)
2g

3. Head Potensial
Head potensial atau head statis bisa disebut juga dengan head elevasi.
Head potensial berhubungan dengan energi potensial suatu partikel. Head
potensial didasarkan pada ketinggian fluida di atas datum plane. Hal ini dapat
diartikan sebagai suatu kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang
disebabkan oleh posisinya. Head potensial dapat ditentukan menggunakan
Persamaan 2. berikut.
Z=Zd−Zs (2.)
Keterangan:
Z= Head statis total atau head potensial (m atau ft)
Zd = Head statis pada sisi tekan (m atau ft)
Zs = Head statis pada sisi isap (m atau ft)
2.4 Losses

Perhitungan losses atau kerugian energi dari head losses tergantung pada
major losses dan minor losses pada aliran perpipaan di jaringan perpipaan dan
ditentukan oleh kebutuhan dari daya pemompaan (Cengel dkk., 2017).

a) Minor Losses
Minor Losses merupakan kerugian energi local yang disebabkan oleh
gangguan aliran karena pemasangan appurtenances, seperti valves, bends, dan alat
kelengkapan lainnya. Alat-alat pelengkap tersebut diberi istilah hidrolis seperti
misalnya perubahan bentuk saluran atau perubahan ukurannya (Annan & Gooda,
2018). Persamaan untuk Minor Losses dapat dilihat pada Persamaan 2.x.
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

v2
hL =Σ k L (2.X)
2g

Keterangan :

hL = Kerugian aliran akibat valve,elbow,orifice, dan perubahan penampang (m


atau ft

kL = Koefisien hambatan valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang

v = Kecepatan aliran (m/s atau ft/s)

g = Percepatan gravitasi (m/s2 atau ft/s2)

b) Major Losses
Rugi mayor (major losses) adalah rugi aliran yang diakibatkan gesekan
antara fluida dengan dinding pipa lurus yang mempunyai luas penampang yang
tetap ( Eka dkk., 2017). Besarnya koefisien gesekan pipa tergantung pada
kekasaran pipa, diameter pipa dan bilangan Reynolds atau dapat dikatakan juga
kerugian akibat adanya gesekan fluida dengan dinding memanjang. Persamaan
untuk Major Losses dapat dilihat pada Persamaan 2.x.
L v2
hf =f × × (2.X)
D 2g

Keterangan :

hf = Major losses (m atau ft)


f = Koefisien gesekan
L = Panjang pipa (m atau ft)
D = Diameter pipa (m atau ft)
v = Kecepatan aliran (m/s atau ft/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2 atau ft/s2)

Tabel 2.x Ekuivalen Kekasaran pada Pipa


FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

Sumber : Munson (2013)

Gambar 2.x Moody Diagram


Sumber : Munson (2013)
vL
Re= (2.x)
v

Keterangan:

Re = Angka Reynold

v = Kecepatan rata-rata (m/s atau ft/s)


FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

L = Panjang aliran dalam pipa (m atau ft)

v = Viskositas kinematik, v = 𝜇/𝜌 (m2/s atau ft2/s)

Angka kekasaran (ε) dibagi dengan diameter pipa didapat suatu harga ε/d.
Selanjutnya bilangan Reynold ditarik garis keatas sampai pada garis ε/d.
Kemudian ditarik ke kiri sejajar garis bilangan Reynold, maka akan didapat harga
f.

2.5 Viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida yang


menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida.Semakin besar viskositas fluida,
maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukan semakin
sulit suatu benda bergerak dalam fluida tersebut (Ariyanti & Mulyono, 2010).
Viskositas merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun
suatu fluida, dalam hal ini zat cair dan zat gas. Atau viskositas adalah gaya
gesekan internal fluida. Molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling
bergesekan ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul
(Hananto, 2013). Viskositas memiliki 2 jenis yaitu viskositas dinamik dan
viskositas kinematik, berikut merupakan jenis viskositas. Berikut Persamaan 2.12
dan 2.13 untuk menentukan viskositas.

u
τ =μ (2.12)
Zo

Keterangan:

τ = Tegangan geser ( N /m ata u l bf /f t )

μ = Viskositas dinamik ( Ns . m2 atau lbf . s . ft 2 ¿

u m ft
= Perubahan sudut atau kecepatan sudut dari garis ( atau )
Zo s s

μ
v= (2.13)
ρ
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

Keterangan:

v = Viskositas kinematik (m2 /s atau ft2 /s)

μ = Viskositas dinamik (Ns.m2 atau lbf.s.ft2)

ρ = Massa jenis (kg/m atau lb/ft)

Viskositas terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Viskositas Dinamik

Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju


perubahannya, besarnya nilai viskositas dinamik tergantung dari faktor tersebut
(Lumbantoruan & Yulianti, 2016). Satuan viskositas dinamik adalah Poise (P),
dimana 10 Poise = lbf . s . ft 2.

Gambar 2.x Diagram Viskositas Dinamik

Sumber: Cengel dkk, (2017)


FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

2. Viskositas Kinematik

Viskositas kinematik merupakan perbandingan viskositas dinamik


terhadap massa jenis. Sedangkan satuan untuk viskositas kinematik adalah m 2 / s
atau sering juga digunakan satuan Stoke (St), 104 Stoke = 1 m 2 /s (Prasetyowati,
2016).
Gambar 2.x Diagram Viskositas Kinematik

Sumber: Munson dkk, (2013)

Viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut.

a. Suhu

Viskositas sebagian besar fluida atau cairan bergantung pada perubahan


suhu, yaitu berkurang seiring bertambahnya suhu. Viskositas suatu gas bertambah
seiring dengan peningkatan suhu, karena semakin besarnya aktivitas molekul
ketika suhu meningkat (Lutfiah, 2016).
Tabel 2.2 Kerapatan dan Kekentalan Air pada 1 Atm

Sumber: Munson dkk, (2013)

Tabel 2.3 Kerapatan dan Kekentalan Udara pada 1 Atm


Sumber: Munson dkk, (2013)

b. Konsentrasi Larutan

Semakin besar konsentrasi larutan maka viskositas molekul juga semakin


besar karena larutan dengan konsentrasi tinggi akan lebih kental (pekat) sehingga
memerlukan waktu alir yang lebih lama. Konsentrasi larutan berbanding lurus
dengan viskositas. Konsentrasi larutan berhubungan dengan jumlah molekul jika
jumlah molekul banyak maka viskositasnya tinggi, semakin tinggi viskositas suatu
cairan maka cairan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel atau
molekul cenderung sulit untuk bertumbukan dengan semakin kentalnya cairan
(Silmi dkk, 2011).

c. Tekanan

Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.


Viskositas semakin besar karena semakin besar tekanan, maka cairan akan sulit
mengalir karena beban yang dikenakan (Lumbantoruan & Yulianti, 2016).

2.6 Macam-Macam Katup

Katup (valve) merupakan komponen pendukung pada sistem perpipaan.


Adapun fungsi dari valve adalah mengatur laju aliran dalam sebuah pipa, menutup
atau membuka aliran, mencegah aliran balik (oneway valve), dan mengatur
tekanan (I. D. S. Putra, 2017). Beberapa jenis valve adalah sebagai berikut.

a. Gate Valve

Gate valve mudah dikenali karena mempunyai body dan sistem yang panjang,
kegunaan utama dari gate valve adalah hanya untuk menutup dan membuka aliran.
Gate valve tidak bisa digunakan untuk mengatur besar kecilnya aliran (regulate
atau trotthling) (Yusuf & Hariadi, 2021).
Gambar 2.X Gate Valve

Sumber: Nesbitt, (2007)

b. Globe Valve

Globe valve merupakan salah satu jenis valve yang dirancang untuk mengatur
besarkecilnya aliran fluida (regulate atau trotthling) (Yusuf & Hariadi, 2021).
Gambar 2.X Globe Valve

Sumber: Nesbitt, (2007)

c. Ball Valve

Ball valve adalah katup dengan piringan berbentuk bola. Bagian katup yang
mengontrol aliran melaluinya sphere yang memiliki lubang, atau port. Lubang
tegak lurus terhadap ujung katup, dan aliran diblokir ketika katup ditutup. Tuas
akan sejalan dengan posisi port yang memungkinkan melihat posisi katup (Arman
dkk, 2019).
Gambar 2.x Ball Valve

Sumber: Nesbitt, (2007)

d. Butterfly Valve

Butterfly valve adalah salah satu jenis valve yang serba guna, dapat diaplikasikan
pada sistem pemipaan dimanapun, di industri, pembangunan kapal, platform, di
perumahan dan lain-lain. Selain itu butterfly valve bisa di pasang pada instalasi
berbagai media yang melaluinya misalnya oleh cairan, gas, lumpur dengan
berbagai tingkat tekanan dan suhu. Dengan sudut putaran kerja hanya 90˚
memungkinkan valve jenis ini dapat dioperasikan dengan cepat namun tidak
mampu di setting untuk ukuran aliran tertentu. Valve ini biasa disebut sebagai
quarter turn valve. Dengan bahan penutup saluran sebuah disc valve ini
digerakkan dengan poros aktuator yang terhubung dengan handel di sisi luar valve
(Arman dkk, 2019).
Gambar 2.x Butterfly Valve

Sumber: Nesbitt, (2007)

e. Plug Valve

Plug Valve adalah elemen mesin yang biasanya digunakan untuk regulasi aliran
medium fluida, semi-cair, dan granular pada berbagai tangki dan sistem perpipaan.
Plug Valve adalah gerakan katup rotasi seperempat putaran yang menggunakan
plug meruncing atau silinder untuk menghentikan atau memulai aliran. Plug Valve
memiliki satu atau lebih lorong berlubang yang menyamping melalui plug
sehingga cairan dapat mengalir melalui plug saat katup dibuka (Maulana dkk,
2020).
Gambar 2.X Plug Valve

Sumber: Nesbitt, (2007)

f. Diaphragm Valve\

Cara kerja diaphragm valve adalah membuka valve yang dipasang pada satu unit
control electronic yang mana coil harus bekerja dan magnetic core yang diluarnya
akan tertarik kedalam melalui lubang pembuka, sehingga udara tekan akan keluar
melalui ruangan pipa lubang pembuka, karena udara tidak dapat keluar melalui
lubang secepat lubang pembuka, maka ruangan tersebut menjadi kehilangan
tekanan, sehingga diaphragm menjadi terangkat atau terbuka. Power untuk coil
dan core diputus maka lubang akan tertutup, dengan melalui lubang saluran maka
udara tekan akan memenuhi ruangan dan menekan diaphragm duduk pada
tempatnya (Zulva dkk, 2006).
Gambar 2.X Diaphragm Valve

Sumber: Nesbitt, (2007)

g. Needle Valve

Katup ini dapat digunakan untuk throttling dengan sangat akurat dan juga dapat
digunakan pada tekanan atau temperatur tinggi Needle valve berfungsi untuk
mengatur aliran fluida yang mengalir dalam sistem dan berfungsi untuk
menurunkan tekanan (Hidayat Novel, 2011).

Gambar 2.x Needle Valve


Sumber: Nesbitt, (2007)

h. Segmented Ball Valve

Segmented Ball Valve mirip dengan Ball Valve konvensional, tetapi dengan V-
notch segment di dalam bola. Katup kontrol ini memiliki kemampuan jangkauan,
kontrol, dan penutup yang baik. V-notch ball memberikan aksi geser positif dan
menghasilkan karakteristik aliran persentase yang sama. Ini memberikan kontrol
aliran kapasitas tinggi yang tidak tersumbat. V-notch ball telah dibuat khusus
untuk memaksimalkan kapasitas dan meningkatkan masa pakai seal dan shutoff
integrity.

Gambar 2.x Segmented Ball Valve

Sumber: (Lee & Lee, 2010)

i. Pinch Valve

Pinch Valve digunakan untuk menangani fluida yang berlumpur, endapan, dan
yang mempunyai partikel solid yang banyak serta fluida yang mempunyai
kecenderungan untuk terjadi kebocoran (leak) (Putra dkk, 2014).
Gambar 2.x Pinch Valve

Sumber: Nesbitt, (2007)

2.7 Jenis-Jenis Flowmeter

Flowmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur debit


fluida. Ada 4 jenis flowmeter yaitu:

a) Rotameter

Rotameter adalah tabung yang meruncing vertikal, dengan diameter kecil di posisi


ke bawah. Bahan konstruksi biasanya terbuat dari kaca, dengan pelampung di
dalamnya yang didorong oleh gaya yang ditawarkan oleh aliran fluida ke atas dan
ditarik ke bawah oleh gaya gravitasi. Laju aliran meningkat, kekentalan dan
kekuatan tekanan yang lebih besar (karena peningkatan DP(Differensial Pressure)
yang bekerja pada area pelampung) menyebabkannya naik sampai menjadi
stasioner di lokasi di tabung yang cukup lebar untuk mengembalikan DP pada
nilai sebelum kenaikan aliran terjadi. Kedua kekuatan menyeimbangkan satu sama
lain untuk menjaga float stasioner pada posisi baru. Pelampung biasanya terbuat
dari stainless steel dalam berbagai bentuk, bola dan elips adalah yang paling
umum. Rotameter tersedia untuk berbagai cairan tetapi paling sering digunakan
dengan air atau udara, misalnya, dalam air demineralisasi (Basu & Debnath,
2015).
Gambar 2.x Rotameter

Sumber: Munson dkk, (2013)

b) Venturimeter

Venturi meter terdiri dari sepotong pipa utama yang menurun ukurannya ke bagian yang
disebut throat, diikuti oleh ukuran yang meningkat secara bertahap kembali ke ukuran
pipa asli(Shashi Menon, 2015). Venturimeter merupakan perangkat di mana laju aliran
dalam saluran pipa diukur dengan mempersempit bagian dari tabung. Di bagian tabung
yang menyempit, kecepatan aliran meningkat. Dengan mengukur tekanan penurunan yang
dihasilkan, laju aliran di saluran pipa dapat diukur(Nakayama, 2018).

Gambar 2.x Venturimeter

Sumber: Munson dkk, (2013)

c) Nozzle
Nozzle adalah perangkat di mana aliran mengembang dari tekanan tinggi ke rendah untuk
menghasilkan jet berkecepatan tinggi(Schreir, 2012). Pola aliran yang dihasilkan untuk
nozzle lebih mendekati ideal daripada aliran menggunakan venturi(Munson dkk, 2013).

Gambar 2.x Nozzle

Sumber: Munson dkk, (2013)

d) Orifice

Alat ini digunakan untuk mengukur besar arus aliran. Terdapat 4 (empat) jenis

orifice, yaitu:

1. Concentric Orifice

Concentric Orifice adalah disk logam dengan lubang persis di tengah, yang dimasukkan
ke dalam pipa yang membawa cairan yang mengalir (Morris & Langari, 2021).
Gambar 2.x Concentric Orifice

Sumber: (Harris, 2015)

2. Eccentric Orifice

Eccentric Orifice adalah disk logam dengan lubang di tengah tetapi agak dibawah
daripada Concentric Orifice, yang dimasukkan ke dalam pipa yang membawa cairan yang
mengalir. Orifice ini digunakan untuk mengukur aliran fluida yang membawa material
solid.

Gambar 2.x Eccentric Orifice

Sumber: Nama Penulis (Tahun)

3. Segmental Orifice

Segmental Orifice adalah disk logam dengan lubang di tengah yang memiliki ukuran
setengah lingkaran, yang dimasukkan ke dalam pipa yang membawa cairan yang
mengalir. Orifice ini digunakan untuk mengukur aliran fluida dengan konsentrasi material
solid yang tinggi.

Gambar 2.x Segmental Orifice

Sumber: Nama Penulis (Tahun)

4. Quadrant Radius Orifice

Quadrant Radius Orifice adalah disk logam dengan lubang di tengah yang memiliki
desain pada sisi upstream dibentuk seperti nozzle dan sisi downstream berfungsi sebagai
sharp edge yang ditunjukkan pada Gambar 2.X, yang dimasukkan ke dalam
pipa yang membawa cairan yang mengalir. Orifice ini digunakan untuk mengukur fluida
kental dengan Reynold Number dibawah 10000.

Gambar 2.x Quadrant Radius Orificee

Sumber: Nama Penulis (Tahun)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alur Praktikum

Gambar 3.1 Flowchart


Sumber: Data Pribadi
3.2 Spesifikasi Alat dan Bahan

Gambar 3.2 Fluid Circuit Friction Apparatus


Sumber : Laboratorium FDM TM UM (2021)

1. Model pompa air : FLEA-2000AL


2. Laju aliran x head : 73 liter/menit x 15 m
3. Motor penggerak daya : 0,75 kW
4. Kapasitas tangki penyimpanan air : 50—100 liter
5. Pengaturan kerugian gesek
jaringan pipa, nominal (in) : ½ B, ¾ B, 1B, 1 ¼ b
Perubahan penampang : Pembesaran dan pengecilan langsung,
pembesaran dan pengecilan secara
berangsur- angsur
6. Peralatan pipa : Katup pintu air (gate), katup bola dan
kran
7. Belokan : 90˚ - radius kecil dengan penghubung
ulir (sekrup) dan radius besar yang
disambung dengan las
8. Peralatan
Flowmeter : Orifice meter, nozzle, venturimeter,
rotameter

Manometer pipa U (air raksa) : 550 (air raksa tidak disuplai)


Manometer pipa U terbalik (air) : 550 mm
Penunjuk tekanan : 32 point
9. Kebutuhan pendukung
a) Listrik 3 fase 220/380 V, 50/60 Hz
b) Suplai air dingin pada tekanan utama (mains) dan kering
10. Dimensi dan berat
Panjang : 3200 mm
Lebar : 700 mm
Tinggi : 1700 mm
Volume : 8 m3
Berat : 800 kg

Gambar 3.3 Skema Fluid Circuit


Sumber: Laboratorium FDM TM UM (2021)

Gambar 3.3 memiliki keterangan sebagai berikut


a. Bak Penampung
Bak Penampung memiliki fungsi sebagai wadah untuk menyimpan air dari
pompa air maupun dari sistem perpipaan.
Gambar 3.4 Bak Penampung
Sumber: Laboratorium FDM TM UM (2021)
b. Pompa Air
Pompa Air meiliki fungsi sebagai memompa maupun mengalirkan fluida
menuju kepada sistem perpipaan.

Gambar 3.5 Pompa Air


Sumber: Laboratorium FDM TM UM (2021)
c. Flowmeter
Flowmeter memiliki fungsi sebagai indikator debit aliran fluida yang
bekerja dalam rangkaian sistem perpipaan.

Gambar 3.6 Flowmeter


Sumber: Laboratorium FDM TM UM (2021)
d. Valve
Valve memiliki fungsi sebagai pengatur, pengontrol, serta pengarah laju
aliran fluida.

Gambar 3.7 Valve


Sumber: Laboratorium FDM TM UM (2021)
e. Orifice
Orifice memiliki fungsi untuk mengukur besar arus aliran.

Gambar 3.8 Orifice


Sumber: (Harris, 2015)

1. Venturi 1

(a)

(b)

Gambar 3.9 (a) Venturi 1, (b) Dimensi Venturi 1


Sumber : Laboratorium FDM TM UM (2021)
2. Venturi 2
(a)

(b)
3. Ventui 3 Gambar 3.10 (a) Venturi 2, (b) Dimensi Venturi 2
Sumber : Laboratorium FDM TM UM (2021)

(a)

(b)

Gambar 3.11 (a) Venturi 3, (b) Dimensi Venturi 3


Sumber : Laboratorium FDM TM UM (2021)
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

f. Flow Divider Valve


Flow Divider Valve memiliki fungsi sebagai pembagi air melalui
satu pompa menjadi dua aliran salah satu aliran konstan.

Gambar 3.12 Flow Divider Valve


Sumber: Laboratorium FDM TM UM (2021)
g. Manometer
Manometer memiliki fungsi sebagai pengukur tekanan gas.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

Gambar 3.13 Manometer


Sumber: Laboratorium FDM TM UM (2021)

3.3 Prosedur Pengambilan Data

3.3.1 Eksperimen untuk Mengukur Kerugian Gesek pada Pipa

a. Persiapan

1) Tutup semua katup ventilasi udara, katup pressure tapping selection dan
katup pembuangan (kontrol aliran).

2) Buka semua katup pengatur aliran, katup bola, katup gerbang (gate
valve), drank ram agar air dapat mengalir.

3) Tekan switch motor penggerak pada posisi ON agar pompa dapat bekerja
mensirkulasi air.

4) Buka katup ventilasi udara (katup by pass) untuk mengeluarkan udara


dari jaringan pipa.

b. Pengukuran

1) Putar katup kontrol aliran (valve 1) untuk mengubah debit aliran yang
diinginkan, debit aliran dapat dilihat pada rotameter.

2) Buka katup water inverse U-TUBE manometer (L dan R).

3) Buka katup ventilasi manometer air.

4) Buka katup pada pressure tapping selection untuk mengetahui perbedaan


tekanan antara dua titik (hanya dua katup yang terbuka); apabila ingin
mengetahui perbedaan tekanan dititik yang lain, tutup katup dan buka
pada katup yang diinginkan dan seterusnya.

5) Amati perbedaan tekanan yang terjadi pada manometer air.

6) Akhir dari pengujian, tutup semua katup dan matikan power switch
(OFF).

3.3.2 Eksperimen untuk Mengukur Kerugian Head pada Peralatan

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

Pipa

a. Persiapan

1) Tutup semua katup ventilasi udara, katup pressure tapping selection


dan katup pembuangan (kontrol aliran).

2) Buka semua katup pengatur aliran, katup bola, katup gerbang (gate
valve), drank ram (cock) agar air dapat mengalir.

3) Tekan switch motor penggerak pada posisi ON agar pompa dapat


bekerja mensirkulasi air.

4) Buka katup ventilasi udara (katup by pass) untuk mengeluarkan udara


dari jaringan pipa.

b. Pengukuran

1) Putar katup kontrol aliran (valve 1) untuk mengubah debit aliran yang
diinginkan, debit aliran dapat dilihat pada rotameter.

2) Buka katup (gate, valve, globe valve, dan cock) dalam keadaan bukaan
penuh.

3) Buka katup water inverse U-TUBE manometer (L dan R).

4) Buka katup ventilasi manometer air.

5) Buka katup pada pressure tapping selection untuk mengetahui


perbedaan tekanan antara dua titik (hanya dua katup yang terbuka);
apabila ingin mengetahui perbedaan tekanan dititik yang lain, tutup
katup dan buka pada katup yang diinginkan dan seterusnya.

6) Amati perbedaan tekanan yang terjadi pada manometer air.

7) Akhir dari pengujian, tutup semua katup dan matikan power switch
(OFF).

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

3.3.3 Eksperimen untuk Pengukuran dengan Orifice, Nozzle, dan


Tabung Venturi

a. Persiapan

1) Tutup semua katup ventilasi udara, katup pressure tapping selection


dan katup pembuangan (kontrol aliran).

2) Buka semua katup pengatur aliran, katup bola, katup gerbang (gate
valve), drank ram (cock) agar air bisa mengalir.

3) Tekan switch motor penggerak pada posisi ON agar pompa dapat


bekerja mensirkulasi air.

4) Buka katup ventilasi udara (katup by pass) untuk mengeluarkan udara


dari jaringan pipa.

b. Pengukuran

1) Putar katup kontrol aliran (valve 1) untuk mengubah debit aliran yang
diinginkan, debit aliran dapat dilihat pada rotameter.

2) Buka katup water inverse U-TUBE manometer (L dan R).

3) Buka katup ventilasi menometer air.

4) Buka katup pada pressure tapping selection untuk mengetahui


perbedaan tekanan antara dua titik (hanya dua katup yang terbuka);
apabila ingin mengetahui perbedaan tekanan titik yang lain, tutup
katup dan buka pada katup yang diinginkan dan seterusnya.

5) Amati perbedaan tekanan yang terjadi pada manometer air.

6) Akhir dari pengujian, tutup semua katup dan matikan power switch
(OFF).

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Anda mungkin juga menyukai