Disusun oleh:
NI PUTU ANINDITA ANJANI
NIM 1511305023
- Mengenal jenis - jenis aliran fluida cair (aliran laminar, aliran transisi dan
aliran turbulen).
- Mengetahui dimensi alat simulator aliran dan dapat mengetahui cara kerja
alat tersebut.
- Mengetahui pengaruh pemberian hambatan terhadap aliran fluida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Fluida yang lebih
banyak dibahas adalah air (incompressible fluids) dan dibagi menjadi 8 golongan
antara lain:
Aliran tak tunak atau aliran tidak permanen (impermanent flow) adalah
kondisi dimana komponen aliran berubah terhadap waktu. Contoh aliran di
saluran atau sungai pada kondisi ada perubahan aliran (ada hujan, ada banjir,
dll) atau aliran yang dipengaruhi muka air pasang-surut (muara sungai di
laut). Kondisi tersebut dinyatakan dalam persamaan matematika berikut:
Ilustrasi visual untuk kasus sederhana ditampilkan pada gambar di bawah
ini:
Fenomena aliran jenis ini dapat dijumpai dalam kehidupan sehari hari,
aliran air pada keran mungkin yang paling sering kita jumpai. Gambar diatas
menunjukkan, Gambar (a) adalah keran air yang dibuka saat awal (bukaan
kecil) sehingga air yang mengalir kecepatannya kecil, pada kondisi ini
terjadi aliran laminer. Kecepatan air meningkat pada Gambar (b) dan
Gambar (c) sehingga aliran air berubah menjadi turbulen. Dari sudut
pandang hidraulik, hal yang paling mudah untuk membedakannya adalah
gerak partikel atau distribusi kecepatannya seragam, lurus, dan sejajar untuk
aliran laminer dan sebaliknya untuk aliran turbulen. Perubahan dari laminer
menuju turbulen atau zona transisi terjadi pada jarak tertentu dan zona
transisi akan berakhir hingga terjadi kondisi ‘fully developed turbulence’.
Gambar dibawah ini mendeskripsikan perubahan distribusi kecepatan pada
saluran terbuka, Gambar (a) dan saluran tertutup, Gambar (b)
Nilai R
Aliran terbuka
Aliran invisid atau aliran fluida ideal adalah aliran yang tidak
dipengaruhi viskositas/kekentalan sehingga aliran ini tidak memiliki
tegangan geser dan kehilangan energi. Dalam kenyataannya aliran fluida
ideal tidak ada. Konsep ini digunakan para peneliti terdahulu untuk
membentuk persamaan aliran fluida dan pengaplikasiannya di lapangan
ditambahkan faktor penyesuaian sesuai kondisi nyata. Gambar (b) dibawah
ini mengilustrasikan aliran invisid melalui sebuah pilar berbentuk tabung.
6. Aliran Rotasi Dan Tak Rotasi (Rotational And Irrotational Flows)
Aliran irrotasional adalah aliran dimana nilai rotasinya atau setiap
komponen vektor rotasinya sama dengan nol. Contoh aliran irrotasional
adalah medan aliran pada aliran seragam. Penjabaran matematisnya
disajikan pada pesamaan berikut
Sedangkan aliran yang terjadi separasi ditampilkan sketsa pada Gambar (b).
Fluida dengan nilai viskositas kecil atau kecepatan tinggi menimbulkan
momentum yang tinggi, sehingga sulit bagi aliran untuk ‘menempel’ pada
dasar saluran. Pada Gambar (b) juga mengilustrasikan aliran rotasional yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Gambar (c) dibawah ini juga mengilustrasikan fenomena aliran pada
klasifikasi ini. Pada bagian Gamabr (A) dan Gambar (B) juga
mengilustrasikan fenomena aliran viscous dan non-viskous di penjelasan
sebelumnya.
BAB III
METODOLOGI
4.2 Data
Dari praktikum Pertama (I) yang telah dilaksanakan pada tanggal 19 April
2018 di dapatkan data sebagai berikut:
4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan dari data praktikum Pertama tanggal 19 April 2018 yang
telah dilaksanakan yaitu :
Rumus perhitungan Kecepatan
v = √2𝑔ℎ
Dimana,
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
g = gravitasi (m/s2)
h = tinggi (m)
4.3.2 Perhitungan dari data praktikum Kedua tanggal 26 April 2018 yang
telah dilaksanakan yaitu :
𝑢.𝑑
Atau Re = 𝑣
dengan:
u - kecepatan fluida,
L - panjang karakteristik,
μ - viskositas absolut fluida dinamis,
ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
ρ - kerapatan (densitas) fluida.
Percobaan Reynold 𝑈
Fr =
√𝑔 .𝐷
𝑢.𝑑
Re = 𝑣
1 𝑢 x 0.08 m Fr =
0.0435 𝑚/𝑠
4000 =
8,7 𝑥 10−7 √10 𝑚⁄𝑠2 . 2.8
0.00348
u = 0.08 𝑚 = 0.0435 m/s 0.0435 𝑚/𝑠
5.291 𝑚/𝑠
= 0.00822
2 𝑢 x 0.08 m Fr =
0.0435𝑚/𝑠
4000 =
8,7 𝑥 10−7 √10 𝑚⁄𝑠2 . 2.8
0.00348
u = 0.08 𝑚 = 0.0435 m/s 0.0435 𝑚/𝑠
5.291 𝑚/𝑠
= 0,00822
3 𝑢 x 0.08 m Fr =
0.0435 𝑚/𝑠
4000 =
8,7 𝑥 10−7 √10 𝑚⁄𝑠2 . 0.7
0.00348
u = 0.08 𝑚 = 0.0435 m/s 0.0435 𝑚/𝑠
2.645 𝑚/𝑠
= 0.0164
4.4 Pembahasan
Berdasarkan data hasil perhitungan diatas, pada praktikum 1 dapat diketahui
bahwa kemiringan dapat mempengruhi laju aliran fluida. Semakin besar
kemiringannya, maka laju aliran fluida semakin tinggi sedangkan ketinggian
air semakin rendah. Sedangkan pada praktikum 2, diketahui nilai F pada
percobaan 1 dan 2 adalah lebih kecil daripada 1 oleh karena itu aliran dapat
disebut aliran sub-kritik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Praktikum mengenai aliran laminer dan turbulent ini sebaiknya diperhatikan
dengan baik sehingga dapat mendapatkan hasil pengamatan yang baik pula.
Tidak lupa mengikuti dan mendengarkan instruksi dengan baik sehingga
kinerja antar tim dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan kesimpulan
praktikum yang dapat dimanfaatkan ilmunya.
LAMPIRAN