Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

ACARA VI ALIRAN LAMINER DAN TURBULENT


Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P.

Disusun oleh:
NI PUTU ANINDITA ANJANI
NIM 1511305023

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanika fluida adalah ilmu mekanika dari zat cair dan gas yang didasarkan
pada prinsip yang sama dengan prinsip yang dipakai pada zat padat. Kecepatan
dari tiap partikel fluida pada satu titik tertentu adalah tetap. Mengikuti gerak
partikel di dalam fluida adalah untuk menyatakan gerak fluida. Gerakan fluida
dapat diamati sehingga dapat mengambil suatu pemahamam dari gerakan fluida
yang diamati. Pergerakan dari suatu partikel fluida merupakan identifikasi
mengenai jenis aliran yang timbul atau terjadi. Beberapa jenis aliran yang dapat
terjadi yaitu aliran laminar dan aliran turbulen.
Cara menentukan jenis aliran pada suatu fluida dapat dilakukan melalui
pengamatan, dan perhitungan. Dengan pengamatan, apabila aliran tersebut
terlihat bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan kontinu dan tidak
saling berpotongan. Sedangkan aliran turbulen terlihat jika alirannya tidak
teratur dan garis lintasannya saling berpotongan. Dengan perhitungan,
menggunakan persamaan Bilangan Reynolds. Bilangan Reynold digunakan
untuk mengetahui pola aliran yang terjadi pada suatu tempat. Pada aliran
laminer pergerakan cairannya akan lebih tenang sedangkan pada aliran turbulen
pergerakan cairannya akan lebih cepat dan memiliki bilangan Reynold yang
besar yaitu >4000. Tiap fluida yang mengalir pada suatu pipa memiliki bilangan
Reynold yang berbeda-beda, nilai bilangan Reynold itulah yang menentukan
janis aliran fluida tersebut. Fluida selalu mengalir dari tempat yang tinggi
ketempat yang rendah dan pergerakan aliran fluida dipengaruhi pula oleh
tingkat viskositas cairan.
Praktikum yang telah dilaksanakan adalah bagian dari proses pembelajaran
yang bertujuan agar mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang di peroleh dalam teori, sehingga
seorang calon lulusan teknik pertanian dapat mempunyai pengalaman di
lapangan agar nantinya ia dapat memanfaatkan pengalaman yang diperoleh
untuk melakukan pekerjaan seorang teknik pertanian dengan baik pada saat
sudah bekerja dilapangan. Penulisan laporan ini saya mencoba memaparkan apa
saja yang berhubungan dengan praktikum mekanika fulida seperti aliran fluida
laminar dan turbulen.

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum

- Mengenal jenis - jenis aliran fluida cair (aliran laminar, aliran transisi dan
aliran turbulen).
- Mengetahui dimensi alat simulator aliran dan dapat mengetahui cara kerja
alat tersebut.
- Mengetahui pengaruh pemberian hambatan terhadap aliran fluida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Fluida yang lebih
banyak dibahas adalah air (incompressible fluids) dan dibagi menjadi 8 golongan
antara lain:

1. Aliran Yang Tak Termampatkan Dan Termampatkan (Incompressible


And Compressible Flows)
Aliran tak termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat massa
fluidanya tidak berubah. Contohnya adalah air, minyak, dll. Aliran
termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat massa fluidanya berubah.
Contohnya adalah gas. Pada fluida jenis ini berlaku hukum termodinamika.
2. Aliran Tunak Dan Tak Tunak (Steady And Unsteady Flows)
Aliran tunak atau aliran permanen (permanent flow) adalah kondisi
dimana komponen aliran tidak berubah terhadap waktu. Contohnya
adalah aliran di saluran atau sungai pada kondisi tidak ada perubahan aliran
(tidak ada hujan, tidak banjir, dll). Kondisi tersebut dinyatatakan dalam
persamaan matematika berikut:
jf : perubahan komponen aliran
jt : perubahan terhadap waktu
f : komponen aliran (viskositas, tekanan, rapat massa, kedalaman,
debit, dll.)

Aliran tak tunak atau aliran tidak permanen (impermanent flow) adalah
kondisi dimana komponen aliran berubah terhadap waktu. Contoh aliran di
saluran atau sungai pada kondisi ada perubahan aliran (ada hujan, ada banjir,
dll) atau aliran yang dipengaruhi muka air pasang-surut (muara sungai di
laut). Kondisi tersebut dinyatakan dalam persamaan matematika berikut:
Ilustrasi visual untuk kasus sederhana ditampilkan pada gambar di bawah
ini:

3. Aliran Seragam Dan Tak Seragam (Uniform And Non-Uniform Flows)


Aliran seragam adalah kondisi dimana komponen aliran tidak berubah
terhadap jarak. Contoh aliran di saluran atau sungai pada kondisi tidak ada
pengaruh pembendungan atau terjunan, tidak ada penyempitan atau
pelebaran yang ekstrim. jx: perubahan terhadap jarak. Aliran tidak seragam
(non-uniform flow) adalah kondisi dimana komponen aliran berubah
terhadap jarak. Contoh aliran di saluran atau sungai pada kondisi ada
pengaruh pembendungan atau terjunan, ada penyempitan atau pelebaran
yang ekstrim.

Ilustrasi visual untuk kasus sederhana ditampilkan pada gambar di bawah


ini, (a) untuk kondisi aliran seragam dan (b) untuk kondisi aliran tidak
seragam
4. Aliran Laminer Dan Turbulen (Laminar And Turbulent Flows).

Fenomena aliran jenis ini dapat dijumpai dalam kehidupan sehari hari,
aliran air pada keran mungkin yang paling sering kita jumpai. Gambar diatas
menunjukkan, Gambar (a) adalah keran air yang dibuka saat awal (bukaan
kecil) sehingga air yang mengalir kecepatannya kecil, pada kondisi ini
terjadi aliran laminer. Kecepatan air meningkat pada Gambar (b) dan
Gambar (c) sehingga aliran air berubah menjadi turbulen. Dari sudut
pandang hidraulik, hal yang paling mudah untuk membedakannya adalah
gerak partikel atau distribusi kecepatannya seragam, lurus, dan sejajar untuk
aliran laminer dan sebaliknya untuk aliran turbulen. Perubahan dari laminer
menuju turbulen atau zona transisi terjadi pada jarak tertentu dan zona
transisi akan berakhir hingga terjadi kondisi ‘fully developed turbulence’.
Gambar dibawah ini mendeskripsikan perubahan distribusi kecepatan pada
saluran terbuka, Gambar (a) dan saluran tertutup, Gambar (b)

Angka Reynolds biasanya digunakan untuk mempermudah dalam


membedakan jenis aliran pada klasifikasi ini. Persamaan Reynolds untuk
mendapatkan Angka Reynolds dinyatakan dalam persamaan:
U : kecepatan rerata tampang
R : jari jari hidraulik (saluran terbuka); digunakan diameter (D) untuk
aliran dalam pipa (saluran tertutup)
u : kekentalan fluida (viskositas kinematik)

Nilai R

Setelah mendapatkan Angka Reynolds, jenis aliran dapat diketahui melalui


rentang berikut,

Aliran terbuka

Re < 2000, laminer


Re > 12500, turbulen
Aliran tertutup
Re < 500, laminer
Re > 4000, turbulen
Diantara rentang diatas merupakan kondisi transisi. Pada kondisi aliran
laminer, pengaruh viskositas lebih besar daripada inersia dan kondisi
sebaliknya untuk aliran turbulen.
5. Aliran Yang Dipengaruhi Kekentalan Dan Tidak (Viscous And Inviscid
Flows)
Aliran viskous atau aliran fluida nyata adalah aliran yang dipengaruhi
oleh viskositas. Adanya viskositas menyebabkan adanya tegangan geser dan
kehilangan energy. Pada aliran ini terjadi gesekan antarai fluida dengan
dasar atau dinding saluran atau pipa. Gambar (a) dibawah ini menampilkan
percobaan aliran viskous melalui sebuah pilar berbentuk tabung.

Aliran invisid atau aliran fluida ideal adalah aliran yang tidak
dipengaruhi viskositas/kekentalan sehingga aliran ini tidak memiliki
tegangan geser dan kehilangan energi. Dalam kenyataannya aliran fluida
ideal tidak ada. Konsep ini digunakan para peneliti terdahulu untuk
membentuk persamaan aliran fluida dan pengaplikasiannya di lapangan
ditambahkan faktor penyesuaian sesuai kondisi nyata. Gambar (b) dibawah
ini mengilustrasikan aliran invisid melalui sebuah pilar berbentuk tabung.
6. Aliran Rotasi Dan Tak Rotasi (Rotational And Irrotational Flows)
Aliran irrotasional adalah aliran dimana nilai rotasinya atau setiap
komponen vektor rotasinya sama dengan nol. Contoh aliran irrotasional
adalah medan aliran pada aliran seragam. Penjabaran matematisnya
disajikan pada pesamaan berikut

Omega (kapital) sering dinotasikan sebagai vortisitas (vorticity),


sehingga didefinisikan sebagai sebuah vektor yang nilainya dua kalinya
vektor rotasi. Sedangkan aliran rotasional adalah aliran dimana nilai
rotasinya atau setiap komponen vektor rotasinya tidak sama dengan nol. Hal
ini berarti medan aliran dengan kecepatan vektor V atau curl V tidak sama
dengan nol. Contoh dari aliran rotasional ditampilkan pada Gambar (a),
tampak terjadi pusaran atau vortex yang disebabkan ketidakseragaman
aliran oleh perubahan penampang akibat terjunan. Namun jauh dari
terjunan, aliran masih seragam sehingga aliran irrotasional.

7. Aliran Subkritis Dan Superkritis (Subcritical And Supercritical Flows)


Untuk membedakan jenis aliran pada klasifikasi ini sering digunakan
Angka Froude. Angka Froude diperoleh melalui persamaan dibawah ini dan
merupakan bilangan tak berdimensi.
U : kecepatan rerata tampang
g : percepatan gravitasi
D : kedalaman aliran
penyebut pada persamaan diatas merupakan persamaan dari kecepatan
rambat gelombang (celerity). Setelah mendapatkan Angka Froude,
penentuan jenis aliran melalui rentang berikut,
F < 1, aliran sub-kritik
F > 1, aliran super-kritik
F = 1, aliran kritik

8. Aliran Yang Terpisahkan/Separasi Dan Tidak (Separated And


Unseparated Flows)
Aliran yang tidak terjadi separasi dapat terjadi pada aliran yang sangat
lambat. Penjelasan mengenai fenomena ini ditampilkan melalui sketsa pada
Gambar (a), mengilustrasikan sebuah percobaan sejumlah cairan sirup
(viskositas tinggi) dengan suhu rendah yang melampaui flume dengan beda
tinggi dasar tertentu dengan kecepatan sangat rendah. Saat mencapai pojok
flume, cairan sirup tetap megikuti dasar flume, turun vertical dan tetap
‘menempel’ hingga akhir. Fenomena ini disebabkan momentum yang
sangat kecil pada pojok dasar flume yang diakibatkan kecepatan yang
sangat rendah.

Sedangkan aliran yang terjadi separasi ditampilkan sketsa pada Gambar (b).
Fluida dengan nilai viskositas kecil atau kecepatan tinggi menimbulkan
momentum yang tinggi, sehingga sulit bagi aliran untuk ‘menempel’ pada
dasar saluran. Pada Gambar (b) juga mengilustrasikan aliran rotasional yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Gambar (c) dibawah ini juga mengilustrasikan fenomena aliran pada
klasifikasi ini. Pada bagian Gamabr (A) dan Gambar (B) juga
mengilustrasikan fenomena aliran viscous dan non-viskous di penjelasan
sebelumnya.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Bahan yang dipergunakan adalah air. Alat yang dipergunakan adalah simulator
aliran fluida.

3.2 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 19 April 2018 dan Kamis, 26 April 2018
Pukul : 15.00 - selesai
Tempat : Laboratorium PSDA, Gedung Agrokomplek, Kampus
Sudirman Universitas Udayana
3.3 Prosedur Kerja
1. Siapkanlah peralatan simulator aliran
2. Catatlah bagian - bagian utama simulator aliran tersebut
3. Ukurlah dimensi bagian-bagian simulator (lebar (p), panjang (l))
4. Periksa masing-masing bagian instalasi (saklar, pengukur kecepatan
aliran, pengaturan debit dll)
5. Isilah bak penampung dengan air sampai batas yang ditentukan
6. Simulasikan aliran laminar untuk mendapatkan data kecepatan aliran,
dan tipe aliran dengan menghidupkan pompa listrik
7. Ukurlah dimension penampang basah aliran dengan mengukur tinggi
permukaan air di saluran
8. Hitunglah bilangan Renold, Froud dari aliran laminar yang disimulasikan
9. Ulangilah pekerjaan no 6 – 8 untuk aliran turbulent
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Skema Simulator

4.2 Data
Dari praktikum Pertama (I) yang telah dilaksanakan pada tanggal 19 April
2018 di dapatkan data sebagai berikut:

Debit Pompa Tinggi Lebar Volume debit air


No Kemiringan
bekerja Air Saluran pada percobaan
1 75 Lpm 0 cm 2.9 cm 8 cm 1.25 liter/detik
2 90 Lpm 10 cm 3.4 cm 8 cm 1.5 liter/detik
Dari praktikum Kedua (II) yang telah dilaksanakan pada tanggal 26 April
2018 di dapatkan data sebagai berikut:
Lebar saluran = 8 cm

Tinggi Tinggi Letak


Debit
Tinggi air air posisi
No Pompa Kemiringan
Hambatan sebelum setelah hambatan
Bekerja
hambatan hambatan dari 0 cm
1 55 Lpm 10.8 cm 13.85 cm 2.8 cm 63 cm 0 cm
2 35 Lpm 10.8 cm 13 cm 2.8 cm 63 cm 0 cm
3 25 Lpm 10.8 cm 12.9 cm 0.7 cm 63 cm 0 cm

4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan dari data praktikum Pertama tanggal 19 April 2018 yang
telah dilaksanakan yaitu :
Rumus perhitungan Kecepatan
v = √2𝑔ℎ
Dimana,
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
g = gravitasi (m/s2)
h = tinggi (m)

Kecepatan aliran Fluida (v)


No Debit Pompa bekerja v = √2𝑔ℎ

1 75 Lpm = 1.25 x10-3 m3/s 𝑚


v = √2𝑥 9.81 𝑠2 𝑥0.029 𝑚
𝑚2
= √0.56898 𝑠2
= 0.7543076295 𝑚/𝑠
2 90 Lpm = 1.5 x 10-3 m3/s 𝑚
v = √2𝑥 9.81 𝑠2 𝑥0.034 𝑚
𝑚2
= √0.66708 𝑠2
= 0.8167496556 𝑚/𝑠

4.3.2 Perhitungan dari data praktikum Kedua tanggal 26 April 2018 yang
telah dilaksanakan yaitu :

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

𝑢.𝑑
Atau Re = 𝑣

dengan:

 u - kecepatan fluida,
 L - panjang karakteristik,
 μ - viskositas absolut fluida dinamis,
 ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
 ρ - kerapatan (densitas) fluida.

Percobaan Reynold 𝑈
Fr =
√𝑔 .𝐷
𝑢.𝑑
Re = 𝑣
1 𝑢 x 0.08 m Fr =
0.0435 𝑚/𝑠
4000 =
8,7 𝑥 10−7 √10 𝑚⁄𝑠2 . 2.8
0.00348
u = 0.08 𝑚 = 0.0435 m/s 0.0435 𝑚/𝑠
5.291 𝑚/𝑠
= 0.00822
2 𝑢 x 0.08 m Fr =
0.0435𝑚/𝑠
4000 =
8,7 𝑥 10−7 √10 𝑚⁄𝑠2 . 2.8
0.00348
u = 0.08 𝑚 = 0.0435 m/s 0.0435 𝑚/𝑠
5.291 𝑚/𝑠
= 0,00822
3 𝑢 x 0.08 m Fr =
0.0435 𝑚/𝑠
4000 =
8,7 𝑥 10−7 √10 𝑚⁄𝑠2 . 0.7
0.00348
u = 0.08 𝑚 = 0.0435 m/s 0.0435 𝑚/𝑠
2.645 𝑚/𝑠
= 0.0164

4.4 Pembahasan
Berdasarkan data hasil perhitungan diatas, pada praktikum 1 dapat diketahui
bahwa kemiringan dapat mempengruhi laju aliran fluida. Semakin besar
kemiringannya, maka laju aliran fluida semakin tinggi sedangkan ketinggian
air semakin rendah. Sedangkan pada praktikum 2, diketahui nilai F pada
percobaan 1 dan 2 adalah lebih kecil daripada 1 oleh karena itu aliran dapat
disebut aliran sub-kritik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pergerakan dari suatu partikel fluida merupakan identifikasi mengenai jenis


aliran yang timbul atau terjadi. Beberapa jenis aliran yang dapat terjadi yaitu
aliran laminar dan aliran turbulent. Cara menentukan jenis aliran pada suatu
fluida dapat dilakukan melalui pengamatan, dan perhitungan. Dengan
melakukan praktikum mahasiswa dapat mengetahui Kemiringan dari saluran
fluida sangat mempengaruhi laju aliran fluida, karena dari data dan perhitungan
yang telah dilakukan bahwa semakin besar kemiringan yang di berikan maka
laju dari aliran fluida semakin tinggi sedangkan untuk ketinggian dari fluida itu
sendiri semakin rendah. Aliran viskous atau aliran fluida nyata adalah aliran
yang dipengaruhi oleh viskositas. Adanya viskositas menyebabkan adanya
tegangan geser dan kehilangan energy. Pada aliran ini terjadi gesekan antarai
fluida dengan dasar/dinding saluran

5.2 Saran
Praktikum mengenai aliran laminer dan turbulent ini sebaiknya diperhatikan
dengan baik sehingga dapat mendapatkan hasil pengamatan yang baik pula.
Tidak lupa mengikuti dan mendengarkan instruksi dengan baik sehingga
kinerja antar tim dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan kesimpulan
praktikum yang dapat dimanfaatkan ilmunya.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai