Anda di halaman 1dari 16

Nama : Patrio Saputra

Kelas : 3 EGC

NIM : 061940412382

1. Apa yang dimaksud persamaan bernaouli dan hokum bunyi persamaan bernaouli

Jawab :

Persamaan Bernoulli berhubungan dengan tekanan, kecepatan, dan ketinggian dari dua


titik point (titik 1 dan titik 2) aliran fluida yang bermassa jenis . Persamaan ini berasal
dari keseimbangan energi mekanik (energi kinetik dan energi potensial) dan tekanan.

Tekanan + Ekinetik + Epotensial = konstan

dimana:

P adalah tekanan (Pascal)


 adalah massa jenis fluida (kg/m3)
v adalah kecepatan fluida (m/s)
g adalah percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2)
h adalah ketinggian (m)

Dalam bentuk lain, persamaan Bernoulli diatas dapat dituliskan menjadi:

Angka 1 dan angka 2 menunjukkan titik atau lokasi tempat fluida tersebut diamati.
Misalnya seperti pada gambar di bawah ini: titik 1 memiliki diameter yang lebih besar
dibanding titik 2. Hukum Bernoulli dapat menyelesaikan untuk setiap dua titik lokasi
pada aliran fluida.

Hukum bernoulli adalah sebuah istilah dalam  mekanika fluida yang membahas
tentang gerak aliran fluida (zat cair atau zat gas). Hukum bernoulli berbunyi “bahwa
jumlah dari tekanan, energi kinetik persatuan volume dan energi potensial persatuan
volume mempunyai nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis lurus”.

2. Gambarkan peristiwa atau kondisi aliran yang tunduk pada hokum bernaouli

Jawab :

Aliran Fluida

Aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Fluida yang lebih banyak dibahas
adalah air (incompressible fluids) dan dibagi menjadi 8 golongan antara lain :

1. Aliran yang tak termampatkan dan termampatkan (incompressible and compressible flows)
Aliran tak termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat massa fluidanya tidak berubah.
Contohnya adalah air,minyak,dll.
Aliran termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat massa fluidanya berubah. Contohnya
adalah gas. Pada fluida jenis ini berlaku hukum termodinamika.

2. Aliran tunak dan tak tunak (steady and unsteady flows )


Aliran tunak atau aliran permanen (permanent flow)  adalah kondisi dimana komponen aliran
tidak berubah terhadap waktu. Contohnya adalah  aliran di saluran/sungai pada kondisi tidak
ada perubahan aliran (tidak ada hujan, tidak banjir, dll). Kondisi tersebut dinyatatakan dalam
persamaan matematika berikut :   
       
jf   : perubahan komponen aliran
jt   : perubahan terhadap waktu
f      : komponen aliran (viskositas, tekanan, rapat massa, kedalaman, debit, dll.)

Aliran tak tunak atau aliran tidak permanen (impermanent flow)  adalah kondisi dimana
komponen aliran berubah terhadap waktu.
Contoh aliran di saluran/sungai pada kondisi ada perubahan aliran (ada hujan, ada banjir, dll)
atau aliran yang dipengaruhi muka air pasang-surut (muara sungai di laut) . Kondisi tersebut
dinyatakan dalam persamaan matematika berikut :     

Ilustrasi visual untuk kasus sederhana ditampilkan pada gambar di bawah ini
                                 

3. Aliran seragam dan tak seragam (uniform and non-uniform flows)


Aliran seragam adalah kondisi dimana komponen aliran tidak berubah terhadap jarak. Contoh
aliran di saluran/sungai pada kondisi tidak ada pengaruh pembendungan/terjunan, tidak ada
penyempitan/pelebaran yang ekstrim.

    jx  : perubahan terhadap jarak

Aliran tidak seragam (non-uniform flow) adalah kondisi dimana komponen aliran berubah
terhadap jarak. Contoh aliran di saluran/sungai pada kondisi ada pengaruh
pembendungan/terjunan, ada penyempitan/pelebaran yang ekstrim.

Ilustrasi visual untuk kasus sederhana ditampilkan pada gambar di bawah ini, (a) untuk kondisi
aliran seragam dan (b) untuk kondisi aliran tidak seragam

4. Aliran laminer dan turbulen (laminar and turbulent flows)

Fenomena aliran jenis ini dapat dijumpai  dalam kehidupan sehari hari, aliran air pada keran
mungkin yang paling sering kita jumpai. Gambar diatas menunjukkan, Gambar (a) adalah keran
air yang dibuka saat awal (bukaan kecil) sehingga air yang mengalir kecepatannya kecil, pada
kondisi ini terjadi aliran laminer. Kecepata air meningkat pada Gambar (b) dan Gambar (c)
sehingga aliran air berubah menjadi turbulen.
Dari sudut pandang hidraulik, hal yang paling mudah untuk membedakannya adalah gerak
partikel/distribusi kecepatannya seragam, lurus, dan sejajar untuk aliran laminer dan sebaliknya
untuk aliran turbulen. Perubahan dari laminer menuju turbulen atau zona transisi terjadi pada
jarak tertentu dan zona transisi akan berakhir hingga terjadi kondisi ‘fully developed turbulence’.
Gambar dibawah ini mendeskripsikan perubahan distribusi kecepatan pada saluran terbuka,
Gambar (a) dan saluran tertutup, Gambar (b)
Angka Reynolds biasanya digunakan untuk mempermudah dalam membedakan jenis aliran
pada klasifikasi ini. Persamaan Reynolds untuk mendapatkan Angka Reynolds dinyatakan
dalam persamaan dibawah ini :

U     : kecepatan rerata tampang


R     : jari jari hidraulik (saluran terbuka); digunakan diameter (D) untuk aliran dalam pipa (saluran
tertutup)
u     : kekentalan fluida (viskositas kinematik)

Setelah mendapatkan Angka Reynolds, jenis aliran dapat diketahui melalui rentang berikut,
Aliran terbuka
Re < 2000, laminer
Re > 12500, turbulen
Aliran tertutup
Re < 500, laminer
Re > 4000, turbulen
diantara rentang diatas merupakan kondisi transisi. Pada kondisi aliran laminer, pengaruh
viskositas lebih besar daripada inersia dan kondisi sebaliknya untuk aliran turbulen.

5. Aliran yang dipengaruhi kekentalan dan tidak (viscous and inviscid flows)
Aliran viskous atau aliran fluida nyata adalah aliran yang dipengaruhi oleh viskositas. Adanya
viskositas menyebabkan adanya tegangan geser dan kehilangan energy. Pada aliran ini terjadi
gesekan antarai fluida dengan dasar/dinding saluran atau pipa. Gambar (a) dibawah ini
menampilkan percobaan aliran viskous melalui sebuah pilar berbentuk tabung.
Aliran invisid atau aliran fluida ideal adalah aliran yang tidak dipengaruhi viskositas/kekentalan 
sehingga aliran ini tidak memiliki tegangan geser dan kehilangan energi. Dalam kenyataannya
aliran fluida ideal tidak ada. Konsep ini digunakan para peneliti terdahulu untuk membentuk
persamaan aliran fluida dan pengaplikasiannya di lapangan ditambahkan faktor penyesuaian
sesuai kondisi nyata. Gambar (b) dibawah ini mengilustrasikan aliran invisid melalui sebuah
pilar berbentuk tabung.

6. Aliran rotasi dan tak rotasi (rotational and irrotational flows)


Aliran irrotasional adalah aliran dimana nilai rotasinya atau setiap komponen vektor rotasinya
sama dengan nol. Contoh aliran irrotasional adalah medan aliran pada aliran seragam.
Penjabaran matematisnya disajikan pada pesamaan berikut

Omega (kapital) sering dinotasikan sebagai vortisitas (vorticity), sehingga didefinisikan sebagai
sebuah vektor yang nilainya dua kalinya vektor rotasi.
Sedangkan aliran rotasional adalah aliran dimana nilai rotasinya atau setiap komponen vektor
rotasinya tidak sama dengan nol. Hal ini berarti medan aliran dengan kecepatan vektor V atau
curl V tidak sama dengan nol. Contoh  dari aliran rotasional ditampilkan pada Gambar (a),
tampak terjadi pusaran/vortex yang disebabkan ketidakseragaman aliran oleh perubahan
penampang akibat terjunan. Namun jauh dari terjunan, aliran masih seragam sehingga aliran
irrotasional.

7. Aliran subkritis dan superkritis (subcritical and supercritical flows)


Untuk membedakan jenis aliran pada klasifikasi ini sering digunakanAngka Froude. Angka
Froude diperoleh melalui persamaan dibawah ini dan merupakan bilangan tak berdimensi,

U     : kecepatan rerata tampang


g      : percepatan gravitasi
D     : kedalaman aliran

penyebut pada persamaan diatas merupakan persamaan dari kecepatan rambat gelombang
(celerity). Setelah mendapatkan Angka Froude, penentuan jenis aliran melalui rentang berikut,

F < 1, aliran sub-kritik

F > 1, aliran super-kritik

F = 1, aliran kritik

8. Aliran yang terpisahkan/separasi dan tidak (separated and unseparated flows)


Aliran yang tidak terjadi separasi dapat terjadi pada aliran yang sangat lambat. Penjelasan
mengenai fenomena ini ditampilkan melalui sketsa pada Gambar (a), mengilustrasikan sebuah
percobaan sejumlah cairan sirup (viskositas tinggi) dengan suhu rendah yang melampaui flume
dengan beda tinggi  dasar tertentu dengan kecepatan sangat rendah. Saat mencapai pojok
flume, cairan sirup tetap megikuti dasar flume, turun vertical dan tetap ‘menempel’ hingga akhir.
Fenomena ini disebabkan momentum yang sangat kecil pada pojok dasar flume yang
diakibatkan kecepatan yang sangat rendah.
Sedangkan aliran yang terjadi separasi ditampilkan sketsa pada Gambar (b). Fluida dengan nilai
viskositas kecil atau kecepatan tinggi menimbulkan momentum yang tinggi, sehingga sulit bagi
aliran untuk ‘menempel’ pada dasar saluran. Pada Gambar (b) juga mengilustrasikan aliran
rotasional yang telah dijelaskan sebelumnya.

3. Dasar dasar persamaan bernaouli

Jawab :

Mengapa pesawat yang besar dan berat bisa terbang. Apa karena ia mampu meniru
burung, bukankah pesawat tidak bisa mengepakkan sayapnya? Hal ini akan kita bahas
dengan konsep fisika. Ingat belajar fisika tidak hanya soal rumus dan hitung-hitungan
tetapi juga soal konsep dan teori. Dari konsep fluida statis diperoleh bahwa tekanan
fluida sama pada setiap titik yang memiliki ketinggian yang sama. Dan dari
konsep fluida dinamis diperoleh bahwa banyaknya fluida yang mengalir melalui pipa
kecil maupun besar adalah sama. Dari kedua konsep tersebut, diperoleh bahwa aliran
fluida pada pida kecil kecepatannya lebih besar dibanding aliran fluida pada pipa besar.
Dan tekanan fluida paling besar terletak pada bagian yang kecepatan alirannya paling
kecil, dan tekanan paling kecil terletak pada bagian yang kelajuannya paling besar.
Pernyataan ini dikenal dengan azaz Bernoulli.

Bernoulli mengungkapkan prinsip tentang fluida dinamis dengan mengamati peristiwa 


pintu rumah yang tertutup yang disebabkan oleh angin yang bertiup kencang di luar
rumah d meskipun daun pintu berada di dalam rumah. Hal tersebut disebabkan oleh
kecepatan angin di luar rumah lebih besar dibandingkan kecepatan angin di dalam
rumah. Perbedaan kecepatan angin mempengaruhi tekanan udara di dalam rumah.
Ketika tekanan di dalam rumah lebih besar daripada di luar rumah, pintu rumah akan
terdorong dan tertutup.

4. Buatlah 5 contoh soal tentang persamaan bernaouli

Jawab :

Contoh Soal 1
Air dialirkan melalui pipa seperti pada gambar di atas. Pada titik 1 diketahui dari
pengukuran kecepatan air v1 = 3 m/s dan tekanannya P1 = 12300 Pa. Pada titik 2, pipa
memiliki ketinggian 1,2 meter lebih tinggi dari titik 1 dan mengalir dengan kecepatan
v2 = 0,75 m/s. Dengan menggunakan hukum bernoulli tentukan besar tekanan pada titik
2.

Pembahasan:

Rumus Persamaan (Hukum) Bernoulli:

Diketahui bahwa pada titik 1 tidak memiliki ketinggian (h1 = 0), sehingga:

Maka, besar P2 dapat dicari dengan:

 – 

P2 = 4.080 Pa

Tekanan pada titik 2 ini merupakan tekanan relatif, yaitu tekanan yang didapat dari alat
ukur karena kita mendapatkan nilai tekanan pada titik 1 dari alat ukur tekanan (pressure
gauge). Untuk mendapatkan besar tekanan absolut, kita tinggal menambahkannya
dengan tekanan atmosfer ( ).

Contoh Soal 2
Sebuah sistim pipa untuk air mancur dipasang seperti pada gambar diatas. Pipa
ditanam di bawah tanah lalu aliran air dialirkan secara vertikal ke atas dengan pipa
berdiameter lebih kecil. Hitunglah berapa besar tekanan (P1) yang dibutuhkan pada agar
air mancur dapat bekerja seperti seharusnya.

Pembahasan:

Pertama-tama kita tuliskan besaran-besaran yang diketahui dari soal:

; h1 = 0 m; h2 = 8 m + 1,75 m = 9,75 m; v2 = 32 m/2; r1 = 15 cm; r2 = 5 cm; P2 =


Patm.

v1 = ?
P1  = ?

Sebelum mencari nilai tekanan di titik 1 (P1), kita harus mencari nilai kecepatan di titik 1
(v1) agar rumus hukum bernoulli dapat diterapkan.

Dengan memakai hukum konservasi massa:

Maka, didapat besar v1 yakni:

Kemudian, dapat dipakai rumus persamaan Bernoulli:


Karena titik 1 tidak memiliki ketinggian (h1 = 0), maka:

Besar P1 dapat dicari dengan:

Tekanan pada titik 2 merupakan tekanan atmosfer. Jika kita melakukan perhitungan dengan
menggunakan tekanan absolut, maka besar tekanan di titik 2 sama dengan besar tekanan
atmosfer ( ). Akan tetapi, jika kita melakukan perhitungan dengan
menggunakan tekanan relatif (tekanan uji, tekanan yang didapatkan dari alat ukur tekanan),
maka besar tekanan di titik 2 sama dengan nol (P2 = 0).

Untuk mempermudah, maka kita memakai nilai P2 = 0, sehingga:

 + 

Tekanan pada titik 2 ini merupakan tekanan relatif karena kita memakai P2 = 0. Untuk
mendapatkan besar tekanan absolut, kita tinggal menambahkannya dengan tekanan atmosfer
( ).

Soal 3

Tangki air dengan lubang kebocoran diperlihatkan gambar berikut!

Jarak lubang ke tanah adalah 10 m dan jarak lubang ke permukaan air adalah 3,2 m. Tentukan :

a) Kecepatan keluarnya air


b) Jarak mendatar terjauh yang dicapai air

c) Waktu yang diperlukan bocoran air untuk menyentuh tanah

Pembahasan

a) Kecepatan keluarnya air

v = √(2gh)

v = √(2 x 10 x 3,2) = 8 m/s

b) Jarak mendatar terjauh yang dicapai air

X = 2√(hH)

X = 2√(3,2 x 10) = 8√2 m

c) Waktu yang diperlukan bocoran air untuk menyentuh tanah

t = √(2H/g)

t = √(2(10)/(10)) = √2 sekon

Soal 4

Pipa untuk menyalurkan air menempel pada sebuah dinding rumah seperti terlihat pada gambar
berikut! Perbandingan luas penampang pipa besar dan pipa kecil adalah 4 : 1.
Posisi pipa besar adalah 5 m diatas tanah dan pipa kecil 1 m diatas tanah. Kecepatan aliran air
pada pipa besar adalah 36 km/jam dengan tekanan 9,1 x 105 Pa. Tentukan :

a) Kecepatan air pada pipa kecil

b) Selisih tekanan pada kedua pipa

c) Tekanan pada pipa kecil

(ρair = 1000 kg/m3)

Pembahasan

Data :

h1 = 5 m

h2 = 1 m

v1 = 36 km/jam = 10 m/s

P1 = 9,1 x 105 Pa

A1 : A2 = 4 : 1

a) Kecepatan air pada pipa kecil

Persamaan Kontinuitas :

A1v1 = A2v2

(4)(10) = (1)(v2)

v2 = 40 m/s

b) Selisih tekanan pada kedua pipa

Dari Persamaan Bernoulli :

P1 + 1/2 ρv12 + ρgh1 = P2 + 1/2 ρv22 + ρgh2

P1 − P2 = 1/2 ρ(v22 − v12) + ρg(h2 − h1)

P1 − P2 = 1/2(1000)(402 − 102) + (1000)(10)(1 − 5)


P1 − P2 = (500)(1500) − 40000 = 750000 − 40000

P1 − P2 = 710000 Pa = 7,1 x 105 Pa

c) Tekanan pada pipa kecil

P1 − P2 = 7,1 x 105

9,1 x 105 − P2 = 7,1 x 105

P2 = 2,0 x 105 Pa

−V12)

P1 − P2 = 1/2(1000)(402 − 102) + (1000)(10)(1 − 5)

P1 − P2 = (500)(1500) − 40000 = 750000 − 40000

P1 − P2 = 710000 Pa = 7,1 x 105 Pa

c) Tekanan pada pipa kecil

P1 − P2 = 7,1 x 105

9,1 x 105 − P2 = 7,1 x 105

P2 = 2,0 x 105 Pa

P1 − P2 = 1/2(1000)(402 − 102) + (1000)(10)(1 − 5)

P1 − P2 = (500)(1500) − 40000 = 750000 − 40000

P1 − P2 = 710000 Pa = 7,1 x 105 Pa

c) Tekanan pada pipa kecil

P1 − P2 = 7,1 x 105

9,1 x 105 − P2 = 7,1 x 105

P2 = 2,0 x 105 Pa

)2) + ρg(h2 − h1)

P1 − P2 = 1/2(1000)((40)2 − (10)2) + (1000)(10)(1 − 5)


P1 − P2 = (500)(1500) − 40000 = 750000 − 40000

P1 − P2 = 710000 Pa = 7,1 x 105 Pa

c) Tekanan pada pipa kecil

P1 − P2 = 7,1 x 105

9,1 x 105 − P2 = 7,1 x 105

P2 = 2,0 x 105 Pa

Soal 5

Ahmad mengisi ember yang memiliki kapasitas 20 liter dengan air dari sebuah kran seperti
gambar berikut!

Jika luas penampang kran dengan diameter D2 adalah 2 cm2 dan kecepatan aliran air di kran
adalah 10 m/s tentukan:

a) Debit air

b) Waktu yang diperlukan untuk mengisi ember

Pembahasan

Data :

A2 = 2 cm2 = 2 x 10−4 m2

v2 = 10 m/s
a) Debit air

Q = A2v2 = (2 x 10−4)(10)

Q = 2 x 10−3 m3/s

b) Waktu yang diperlukan untuk mengisi ember

Data :

V = 20 liter = 20 x 10−3 m3

Q = 2 x 10−3 m3/s

t=V/Q

t = ( 20 x 10−3 m3)/(2 x 10−3 m3/s )

t = 10 sekon

5. Analisa contoh persamaan

Persamaan Bernoulli berhubungan dengan tekanan, kecepatan, dan ketinggian dari dua titik
point (titik 1 dan titik 2) aliran fluida yang bermassa jenis . Persamaan ini berasal
dari keseimbangan energi mekanik (energi kinetik dan energi potensial) dan tekanan.

Tekanan + Ekinetik + Epotensial = konstan

dimana:

P adalah tekanan (Pascal)


 adalah massa jenis fluida (kg/m3)
v adalah kecepatan fluida (m/s)
g adalah percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2)
h adalah ketinggian (m)

Dalam bentuk lain, persamaan Bernoulli diatas dapat dituliskan menjadi:

Angka 1 dan angka 2 menunjukkan titik atau lokasi tempat fluida tersebut diamati. Misalnya
seperti pada gambar di bawah ini: titik 1 memiliki diameter yang lebih besar dibanding titik 2.
Hukum Bernoulli dapat menyelesaikan untuk setiap dua titik lokasi pada aliran fluida.
Bagaimana kita tahu dimana lokasi terbaik untuk memilih lokasi titik?

Jika kita ingin mengetahui suatu besaran pada suatu lokasi di aliran fluida, maka lokasi tersebut
wajib kita jadikan salah satu titik lokasi. Titik kedua merupakan satu lokasi dimana kita telah
mengetahui besaran-besaran pada lokasi tersebut sehingga kita dapat mencari besaran yang
ingin kita cari (pada titik 1) dengan rumus persamaan Bernoulli.

Pemilihan titik pada aliran fluida terserah pada kita, sesuai dengan cara-cara seperti diatas.
Bahkan kita dapat memilih lokasi titik seperti pada gambar di bawah ini jika lokasi titik seperti
pada gambar diatas tidak mampu menyelesaikan variabel yang kita inginkan.

Anda mungkin juga menyukai