Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kimia

Dan
Pengujian Sifat
Batubara
M RAIHAN TAMIMI
Disusun Oleh : 3 EGC
061940412375
Agenda 01 ANALISIS KIMIA
BARUBARA
Style
PENGUJIAN SIFAT
02 FISIK BATUBARA

03 BASIS PELAPORAN
YANG UMUM
ANALISIS KIMIA
BATUBARA DAN
PENGUJIAN SIFAT
FISIK BATUBARA
Kualitas batubara dapat dinyatakan dengan parameter yang
ditunjukkan pada saat memberi perlakuan panas terhadap batubara,
cara ini biasa disebut Analisis Proksimat dan Analisis Ultimat.
Parameter parameter yang terukur pada Analisis Proksimat adalah
kandungan abu, lengas tertambat, zat terbang, dan karbon tetap,
sedangkan pada Analisis Ultimat adlah kadar karbon, hidrogen,
sulfur, nitrogen, dan oksigen. Disamping itu juga kadang kadang
dilakukan analisis komposisi abu untuk tujuan pengendalian
lingkungan atau pemeliharaan peralatan.
Pengujian terhadap sifat fisik batubara yang juga sering
dilakukan yaitu nilai kalor, ndeks ketergerusan Highgrove, analisis
titik leleh abu, pengujian nilai muai bebas dan lain lain.
1. Penentuan kadar lengas tertambat (moisture in air dried sample)
ANALISIS Sampel batubara sebanyak 1 gram berukuran -60 mesh dipanaskan dalam oven pada
suhu 105 +- 5 derajat celcius selama 1 jam. Kehilangan berat selama pemanasan adalah

KIMIA
kadar lengas tertambat dari batubara tersebut.

2. Penentuan Kadar Abu

BATUBARA sampel batubara dibakar sempurna dalam furnance pada suhu 815 +- 10 derajat celcius
selama kurang lebih 3 jam. Selanjutnya batubara tersebut didinginkan dan ditimbang.
Berat sebelum dan setelah pembakaran adalah kadar abu dari batubara tersebut.

3. Penentuan Kadar Zat Terbang


sampel dipanaskan tanpa oksidasi pada suhu 900 +- 10 derajat celcius selama 7 menit.
Kehilangan berat dari sampel yang kemudian dikoreksi terhadap kadar lengas tertambat
adalah kadar zat terbang.

4. Penentuan Kadar Karbon Padat


kadar karbon padat diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut :
PERSEN KARBON PADAT = 100% - (lengas tertambat +abu + zat terbang)%

5. Penentuan Kadar Karbon dan Hidrogen


sampel dioksidasi dengan oksigen murni dalam alat micro combustion furnance,
sehingga seluruh hidrogen berubah menjadi air dan karbon menjadi karbon oksida. Gas
hasil oksidasi ini dialirkan melalui penyerap air dan karbon dioksida, kemudian
ditetapkan secara gravimetri. Total karbon dan hidrogen dihitung dari penambahan berat
penyerap gas gas tsb.
6. Penentuan Kadar Sulfur Total
ANALISIS penentuan kadar belerang dapat dilakukan dengan berbagagi cara yaitu sebagai berikut
ini:

KIMIA
1. Penentuan Kadar Sulfur Total Dengan Metoda Eschka
2. Penentuan Kadar Sulfur Melalui Pembakaran Pada Suhu Tinggi
3. Penentuan Kadar Sulfur Secara Deteksi Infra Red

BATUBARA 7. Penentuan Kadar Nitrogen


kadar nitrogen ditentukan dengan metode kjedahl, yaitu sebagai berikut : Sampel
batubara didestruksi dengan asam sulfat pekat sehingga terbentuk garam amonium
sulfat. Melalui penambahan kalium hidroksida pada proses distilasi, maka NH3 akan
dibebaskan dan ditampung dengan asam borat. Kadar nitrogen dapat dihitung dgn titrasi

8. Penentuan Kadar Oksigen Total


Kadar oksigen total dalam batubara adalah kandungan oksigen yang terdapat dalam
batubara, baik yang terikat dalam material batubara, dalam mineral maupun dalam air.
Kadar kosigen total dapat ditentukan dengan cara perhitungan, menggunakan pers
berikut:
KADAR OKSIGEN TOTAL = 100% - (abu + H + C + N + S)%
KADAR OKSIGEN TERKOREKSI = 100% - (abu + air + H terkoreksi + C + N + S)

9. Analisis Komposisi Abu Batubara


komposisi abu batubara terdiri dari senyawa senyawa Si, Ca, Fe, Al, dan sedikit Ka, Na,
Mg, Mn dalam bentuk silikat, oksida, sulfat dan phosfat.
1. Penentuan Nilai Kalor

PENGUJIAN nilai kalor batubara adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran setiap satuan berat batubara pada kondisi
standart. Nilai kalor dari batubara dapat dihitung dari kenaikan suhu setelah pembakaran dengan
mengadakan beberapa koreksi

SIFAT FISIK 2. Penentuan Nilai Ketergerusan Hardgrove


nilai ketergerusan hardgrove (HGI) adalah angka yang menunjukkan kemudahan batubara untuk digerus.

BATUBARA
Nilai HGI yang tinggi menyatakan batubara tersebut mudah digerus dan sebaliknya juga berlaku demikian.

3. Pengujian Nilai Muai Bebas


nilai muai bebas adalah angka yang menunjukkan pemuaian batubara yang dipanaskan pada kondisi standar,
dengan cara membandingkan profil dari kokas yang terbentuk terhadap gambar profil standar.

4. Penentuan Sifat Pengkokasan Batubara Menurut Gray-King


Gray-King adalah cara pengujian sifat perkokasanj(coking) batubara berdasarkan tipe kokas yang terbentuk.
Pengujian ini dilakukan dengan mengkarbonasikan sampel batubara dalam tabung silika pada suhu rendah
(600derajatcelcius), kemudian kokas yang terbentuk dibandingkan dengan gambar profil standar yang
diklasifikasikan.

5. Pengujian Dilatometri Sampel Batubara Menurut Audibert Arnu


dilatometri adalah nilai yang menunjukkan terjadinya dilatasi dan kontraksi selama sampel batubara
dipanaskan pada kondisi standar. Penentuan ini merupakan salah satu cara untuk menentukan sifat sifat
pengkokasan batubara berdasarkan klasifikasi international.

6. Penentuan Sifat Coking Batubara Menurut Roga (Roga Index)


nilai roga adalah angka yang menunjukkan kemampuan batubara untuk menggumpal (coking) bila
dipanaskan pada konidisi standar.

7. Penentuan Titik Leleh Abu Batubara


titik leleh abu batubara adalah suatu suhu yang menunjukkan terjadinya perubahan karakteristik dari abu
batubara apabila dipanaskan pada kondisi standar.
BASIS PELAPORAN
HASIL ANALISIS
Dalam pengungkapan kualita batubara,
analisis atau pengujian terhadap kualitas batubara
didasarkan pada keadaan. Cara melaporkan hasil
analisis kadang kadang dapat menimbulkan
kebingungan dan kesalahan fatal, karena data
hasil analisis yang sama bisa dihitung dan
dilaporkan dengan tetap memperhitungkan adanya
kadar lengas, mineral, atau kadar abu. Metode
standar untuk analisis batubara dan kokas
biasanya didasarkan pada basis air, kadang kala
hasil analisis diinginkan dengan basis yang lain.
Basis (dasar) pelaporan yang umumnya dipakai adalah sebagai berikut:

BASIS •


As Received
Air Dried Base
Dry Base
(ar)

(db)
(adb)

PELAPORAN •

Dry, Ash Free (daf)
Dry, Mineral Matter Free (dmmf)

YANG UMUM Pada basis As Received, berarti semua hasil analisis dihitung mundur dengan menggunakan kadar
lengas total
dari sampel. Hal ini mungkin dilakukan jika batubara dalam keadaan sangat basah. Pada basisis Air
Dried,
sampel batubara yang akan dianalisis ditempatkan di udara terbuka, kadar lengasnya secara perlahan
lahan akan
mencapai kesetimbangan dengan kelembapan udara. Jika kadar lengas pada basis Air Dried. Pada basis
Dry,
artinya dalam keadaan kering maka kadar lengasnya adalah nol, analisis lainnyadapat dihitung dengan
mudah

Pada basis Dry Ash Free, analisis dilakukan dengan mengabaikan kadar abu dan kadar lengas yang
ada dalam
sampel, artinya kadar abu dan kadar lengasnya adalah nol. Kadar abu dan kadar lengas telah diketahui,
perhitungan ini menjadi sederhana. Analisis dengan basis Dry Ash Free berkaitan dengan adanya
material
organik yang m,urni pada basis Dry Mineral Matter Free, analisis ini diperlukan untuk memberikan
gambaran mengenai komposisi organik murni. Kadar abu dapat dihitung dengan mudah, tetapi
perhitungan
mineral matter memerlukan metode yang lebih sulit dan memakan waktu.
THANK YOU
FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai