Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak perkembangan yang terjadi


baik dari sisi negatif maupun positif salah satu perubahan itu terjadi di dunia
konstruksi khususnya bidang keairan. Salah satu mata kuliah penunjang yang
memepelajari tentang keairan adalah mekanika fluida dan hidrolika
Mekanika fluida adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari mengenai
zat fluida (cair, gas, plasma) dan gaya yang bekerja padanya. Fluida adalah suatu
zat yang mengalami perubahan perubahan bentuk secara terus menerus bila
terkena tekanan walaupun relatif kecil atau bisa juga di katakan suatu zat yang
mengalir (subardjah ,2010).
Jenis aliran pada fluida dibagi menjadi dua aliran yaitu laminar dan turbulen .
aliran laminar di definisikan sebagai aliran fluida yang bergerak dalam lapisan
atau lamina lamina dengan satu lapisan melunjur secara lancar pada lapisan yang
berseblahan dengan saling bertukar momentum saja. Kecenderungan ke arah ke
tidak stabilan dan turbulensi di redam habis olleh gaya gaya geser viksos yang
memberikan tahanan terhadap gerakan relatif fluida (syukran, 2009).
Aliran turbulen adalah aliran yang di dalamnya partikel fluida bergerak pada
lintasan yang sangat tidak teratur dengan mengakibatkan petukaran momentum
dari suatu bagian fluida ke bagian fluida yang lain pada umumnya intensitas
turbulensi meningkat dengan meningkatnya bilangan reynolds aliran akan
mengalami transisi dari laminer ke turbulen. Pada aliran internal, aliran transisi,
dan aliran laminar ke turbulen untuk mengetahui jenis aliran pada fluida di
lakukan dengan bilangan reynolds (syukran, 2009).
Bilangan reynolds merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang
merupakan rasio dari gaya inersia (vsp) terhadap gaya viskos yang
mengaktulisasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini di gunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran berbeda
misalnya laminar turbulen atau transisi (syukran, 2009)
Oleh karena itu kami dari kelompok lima teknik sipil melakukan praktikum
osborne reynolds yang bertempat di laboratorium keairan dan lingkunga fakultas
teknik universitas Haluoleo untuk mengetahui besarnya bilangan reynolds dan
koefisien geser pada aliran fluida.

1.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum Osborne Reynolds adalah sebagai
berikut:
1) Bagaimana cara menghitung besarnya bilangan Reynolds ?
2) Bagaimana cara menghitung koefisien geser ?
3) Bagaimana mengetahui hubungan antara koefisien geser dari bilangan
Reynolds ?
4) Bagaimana cara membandingkan kesesuaian sifat aliran fluida anatar
pengamatan visual pengklasifikasian secara perhitungan (teoritis) ?

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan masalah dari praktikum Osborne Reynolds adalah sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui cara menghitung besarnya bilangan Reynolds ?
2) Untuk mengetahui cara menghitung koefisien geser ?
3) Untuk mengetahui hubungan antara koefisien geser dari bilangan Reynolds
?
4) Untuk mengetahui cara membandingkan kesesuaian sifat aliran fluida anatar
pengamatan visual pengklasifikasian secara perhitungan (teoritis) ?

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat masalah dari praktikum Osborne Reynoldsadalah sebagai
berikut:
1) Dapat mengetahui cara menghitung besarnya bilangan Reynolds ?
2) Dapat mengetahui cara menghitung koefisien geser ?
3) Dapat mengetahui mengetahui hubungan antara koefisien geser dari
bilangan Reynolds ?
4) Dapat mengetahui cara membandingkan kesesuaian sifat aliran fluida anatar
pengamatan visual pengklasifikasian secara perhitungan (teoritis) ?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Fluida
Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda
padat karena kemampuannya untuk mengukir. Fluida lebih mudah mengalir
karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat
padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relative kecil pada perubahan
bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang
tetap, sekalipun suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat
tidak mudah berubah bentuk maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat
cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk
wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang
sangat besar.
Gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, gas akan
berkembang mengisi seluruh wadah. Karena fase cair dan gas tidak
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan
untuk mengalir. Dengan demikian kedua-duanya sering secara kolektif disebut
sebagai fluida (Olson, 1990).

2.1 Sifat – sifat Fluida


Untuk mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa sifat dasar
fluida. Adapun sifat-sifat dasar fluida yaitu: kerapatan (density) p, (specifi gravity)
(s,g), tekanan (pressure) P, kekentaln (viscosity) µ (Iwan Yudi Karyono, 2008).
2.2.1 Kerapatan (Density)
Kerapatan (density) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut
dan dinyatakan dalam massa per satuan volume. Sifat ini ditentukan dengan cara
menghitung perbandingan massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu
terhadap volume bagian tersebut.

... (2.1)

Keterangan :
M = massa (kg)
V = Volume ( )
= Densitas massa ( )
Dan dimensinya adalah . Harga standarnya pada tekanan = 1,013 x
dan temperature T = 288,15 K untuk udara adalah 1,23 dan
untuk airadalah 1000 .

2.2.2 Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan-perubahan bentuk. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan
seiring bertambahnya kenaikan temperature, hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi
pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin
bertambahnya temperature pada zat cair yang menyebabkan berturunnya
viskositas dari zat cair tersebut. Viskositas dibagi menjadi dua yaitu:
1) Viskositas Dinamik ( )
Viskositas Dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan geser
dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik tampaknya sama dengan ratio
tegangan geser gradient kecepatan.

... (2.2)

Keterangan :

(kg/ms)

u/y = gradient kecepatan ( )


2) Viskositas Kinematik (v)
Merupakan perbandingan Viskositas dinamik ( ) terhadap kecepatan
(densitas) massa ( ):

... (2.3)
Keterangan :
/s)
(kg/ms)
( )

Viskositas kinematik muncul dalam banyak penerapan, misalnya dalam


bilangan Reynolds yang tanpa dimensi. Visikositas kinematik untuk air pada
temperature yang tanpa dimensi. Visikositas kinematik untuk air pada temperature
26,5 celcius adalah 8,6 x . Untuk temperatur yang berbeda, nilai
visikositas dapat dilihat pada lampiran (Iwan Yudi Karyono,2008).

2.2.3 Bilangan Reynolds


Dalam mekanika fluida, Reynolds adalah rasio antara gaya intarsia (vsp)
terhadap gaya viskos ( ) yang mengkuantifikasikan kedua gaya tersebut
dengan sesuatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentifikasikan aliran yang berbeda, misalnya laminar dan turbulen.
Namanya diambil dari Osborne Reynolds (1842-1912) yang mengusulkannya
pada tahun 1883. Untuk membedakan jenis aliran pada suatu fluida tergantung
dari besarnya bilangan Reynolds.
1. Jika bilangan Reynolds (Re) < 2300, maka aliran tersebut dinamakan aliran
laminar.
2. Jika bilangan Reynolds (Re)= 2300, maka aliran tersebut dinamakan aliran
transisi.
3. Jika bilangan Reynolds (Re) > 2300, maka aliran tersebut dinamakan aliran
turbulen.

... (2.4)

Keterangan :
= bilangan Reynolds
V = kecepatan rata-rata (m/s)
d = diameter dalam pipa (m)
v = viskositas kinematik fluida ( )
= densitas massa fluida ( )
viskositas dinamik fluida (kg/m.s)
q = debit ( )

Bilangan Reynolds merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang


berfungsi untuk menentukan bentuk aliran apakah aliran suatu fluida laminar atau
turbulen serta posisi relatifnya pada skala yang menunjukkan pentingnya secara
relative kecenderungan turbulen terhadap kecenderungan laminar. Reynolds
menemukan bahwa aliran selalu menjadi laminar bila kecepatannya diturunkan
sedemikian sehingga Re lebih kecil dari 2000. Untuk instalasi pipa biasa, aliran
akan berubah dari laminar menjadi turbulen dalam daerah bilangan Re dari 2000
sampai 4000. Bilangan Re yang besar menunjukkan aliran yang sangat turbulen
dengan kerugian yang sebanding dengan kuadrat kecepatan. Dalam aliran laminar
kerugian berbanding lurus dengan kecepatan rata-rata. Aliran laminar
didefinisikan sebagai aliran fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan atau
laminar-laminar dengan satu lapisan, meluncur secara lancer pada lapisan yang
bersebelahan yang saling tukar menukar momentum secara molecular(Iwan Yudi
Karyono, 2008).

2.3 Sifat-sifat Umum Aliran Pipa


Aliran fluida nyata lebih rumit dibandingkan dengan aliran fluida ideal. Hal
ini terjadi karena pada aliran fluida ideal tidak diperhitungkan adanya viskositas
dari fluida yang mengalir, sedangkan pada aliran fluida nyata hal tersebut perlu
diperhitungkan. Adapun aliran dalam pipa dan hal yang mempengaruhinya antara
lain sebagai berikut.

2.3.1 Aliran Laminar Dan Aliran Turbulen


Aliran fluida di dalam sebuah pipa mungkin merupakan aliran laminar atau
aliran turbulen. Osborne Reynolds (1842-1912), ilmuwan dan ahli matematika
inggris, adalah orang yang pertama kali membedakan dan mengklasifikasikan dua
aliran ini dengan menggunakan peralatan sederhana seperti yang ditunjukkan pada
Gambar berikut. Aliran laminar terjadi pada partikel-partikel fluida bergerak
dalam lintasan-lintasan yang sangat tidak teratur, yang mengakibatkan pertukaran
momentum dari satu bagian ke bagian lainnya. Turbulensi membangkitkan
tegangan geser yang lebih besar diseluruh fluida dan mengakibatkan lebih banyak
ketidak mampu balikan (irreversibilitas) atau kerugian (Iwan Yudi
Karyono,2008).

Gambar 2.1 Aliran fluida


(Sumber : Jurnal kedokteran andalas no.2 vol. 34)

Kecenderungan ke arah ketidakstabilan dan turbulensi diredam habis oleh


gaya-gaya viskos yang memberikan tahanan terhadap gerakan relative lapisan-
lapisan fluida yang bersebelahan. Aliran laminar mengikuti hukum Newton
tentang tegangan viskositas, yang menghubungkan tegangan geser dengan laju
perubahan bentuk sudut. Aliran laminar tidak stabil dalam situasi yang
menyangkut gabungan viskositas yang rendah, kecepatan yang tinggi, atau laluan
aliran yang besar, serta berubah menjadi aliran turbuken. Sifat pokok aliran, yaitu
laminar atau turbulen serta posisi relatifnya pada skala yang menunjukkan
pentingnya secara relative kecenderungan turbulen terhadap kecenderungan
laminar ditunjukkan oleh bilangan Reynolds.
Dalam aliran turbulen, partikel-partikel fluida bergerak dalam lintasan-
lintasan yang sangat tidak teratur, dengan mengakibatkan pertukaran momentum
dari satu bagian fluida ke bagian lainnya. Aliran turbulen dapat berskala kecil
yang terdiri dari sejumlah besar pusaran-pusaran kecil yang cepat mengubah
energi mekanik menjadi ketikamampubalikkan melalui kerja viskos, atau dapat
berskala besar seperti vorteks-vorteks dan pusaran-pusaran yang besar di sungai
atau hempasan udara. Pada umumnya, intensitas turbulensi maningkat dengan
meningkatnya bilangan Reynolds (Iwan Yudi Karyono,2008).

2.3.2 Transisi Dari Aliran Laminar Menuju Aliran Turbulen


Aliran diklasifikasikan menjadi aliran laminar atau turbulen. Parameter
bilangan Reynolds atau bilangan Mach tergantung pada situasi aliran spesifik.
Misalnya, aliran di dalam sebuah pipa dan aliran sepanjang pelat datar dapat
laminar atau turbulen, tergantung pada nilai bilangan Reynolds yang terlibat.
Untuk aliran laminar bilangan Reynolds harus kurang dari kira-kira 2100
sedangkan untuk aliran turbulen yaitu lebih besar dari kira-kira 4000. Aliran
sepanjang pelat datar transisi antara laminar dan turbulen terjadi pada bilangan
Reynolds kira-kira 500.000, di mana suku panjang dalam bilangan Reynolds
adalah jarak yang diukur dari ujung muka (leading edge) pelat tersebut.

Gambar 2.2 Aliran transisi


(Sumber : E-jurnal Universitas Bung Hatta)

Sifat alamiah yang tidak beraturan dan acak adalah cirri khas dari aliran
turbulen. Karakter dari banyak sifat penting aliran tersebut (penurunan tekanan,
perpindahan kalor, dan lain-lain) sangat tergantung pada keberadaan dari sifat
alamiah dari fluktuasi atau keacakan turbulen yang ditunjukkan.

2.3.3 Tekanan dan Tegangan Geser


Beda tekanan ( ) antara satu bagian pipa horizontal mendorong
fluida mengalir melewati pipa. Efek viskos memberikan efek gaya penghambat
sehingga mengimbangi gaya tekan, jika efek viskos tidak ada dalam aliran,
tekanan akan konstan diseluruh pipa. Dalam daerah aliran yang tidak berkembang
penuh, seperti pada daerah masuk sebuah pipa, fluida mengalami percepatan atau
perlambatan selagi mengalir, pada daerah masuk terdapat keseimbangan antara
gaya-gaya tekanan, viskos dan inersia (percepatan). Hasilnya adalah distribusi
tekanan sepanjang pipa horizontal seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah
ini. Besarnya gradient tekanan lebih besar didaerah masuk daripada didaerah
berkembang penuh dimana gradient tersebut merupakan sebuah konstanta. Sifat
alamiah aliran pipa sangat tergantung apakah aliran tersebut laminar atau turbulen.

Gambar 2.3 Tegangan tarik, Tegangan tekan dan Tegangan Geser

(Sumber :J. Bird dan C. Ross, 2002)

2.4 Analisis Dimensional Aliran Pipa


Adapun beberapa analisis dimensional pada aliran pipa dapat berupa faktor
yang mempegaruhi aliran dalam pipa, serta daerah masuk dan aliran berkembang
penuh.
2.4.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aliran Dalam Pipa
Aliran fluida dalam pipa banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
yang mengakibatkan penurunan tekanan atau kerugian tekanan sepanjang aliran
pipa tersebut, Yaitu:
1. Viskositas, densitas, kecepatan aloiran fluida
2. Perubahan temperatur fluida yang mengubah viskositas dan densitas fluida.
3. Panjang, diameter dalam, pengaruh aliran turbulen, dan kekasaran
permukaan pipa.
4. Posisi dari pada sungai dan tempat masukan fluida yang dihubungkan
dengan posisi pompa
5. Pengaruh struktur pipa misalnya dalam penambahan yang mempengaruhi
aliran
6. Jumlah dan jenis belokan dalam sistem pemipaan
7. Jumlah dan jenis katup dan sambungan dalam layout pipa
8. Kondisi masukan dan keluaran aliran fluida dalam pipa

2.4.2 Daerah Masuk Dan Aliran Berkembang Penuh


Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa disebut sebagai daerah
masuk (entrance region) dan diilustrasikan pada Gambar 2.4. sebagaimana
ditunjukkan pada gambar tersebut, fluida umumnya memasuki pipa dengan profil
kecepatan yang hamper seragam pada bagian (1). Saat fluida bergerak melewati
pipa, efek viskos menyebabkannya tetap menempel pada dinding pipa (kondisi
lapisan batas tanpa-slip).
Hal ini berlaku jika fluidanya adalah udara yang relatif inviscid ataupun
minyak yang sangat viskos. Jadi, lapisan batas di mana efek viskos menjadi
penting timbul di sepanjang dinding pipa sedemikian hingga profil kecepatan awal
berubah menurut jarak pipa (x), sampai fluida mencapai ujung akhir dari panjang
daerah masuk, bagian (2), di mana setelah di luar itu profil kecepatan tidak
berubah lagi menurut x. Lapisan batas semakin tebal sehingga memenuhi
pipa secara menyeluruh. Efek viskos sangat penting di dalam lapisan batas. Untuk
fluida di luar lapisan batas (di dalam inti inviscid/inviscid core yang mengelilingi
garis sumbu dari (1) ke (2), efek viskos dapat diabaikan. Bentuk dari profil
kecepatan di dalam pipa tergantung pada apakah aliran laminar atau turbulen,
sebagaimana pula panjang daerah masuk,
Gambar 2.4 Daerah Masuk Dan Aliran Berkembang Penuh

(Sumber : Ardhelas, 2013)

Seperti pada banyak sifat lainya dari aliran pipa, panjang masuk tak
berdimensi, /D, berkorelasi cukup baik dengan bilangan Reynolds. Panjang
masuk pada umumnya diberikan oleh hubungan:
1. /D= 0,06Re untuk aliran laminar
2. /D=4,4 untuk aliran turbulen

Untuk aliran-aliran dengan Reynolds sangat rendah panjang masuk dapat


sangat pendek ( = 0,6D jika Re =10), sementara untuk aliran-aliran dengan
bilangan Reynolds besar daerah masuk tersebut dapat sepanjang berkali-kali
diameter pipa sebelum ujung akhir dari daerah masuk dicapai ( = 120D untuk Re
= 2000). Untuk banyak masalah-masalah teknik praktis <Re< sehingga
20D< <30D.

Aliran antara (2) dan (3) disebut berkembang penuh (fully developed).
Setelah gangguan atas alira berkembang penuh pada bagian (4), aliran secara
bertahap mulai kembali ke sifat berkembang penuh (5) dan terus dengan profil ini
sampai komponen pipa berikutnya dicapai (6) (Iwan Yudi Karyono.2008).

2.5 Sifat- Sifat Zat Cair


Zat cair mempunyai atau menunjukkan sifat-sifat atau karakteristik yang
dapat ditunjukkan sebagai berikut
Tabel 2.1 Sifat-sifat zat cair

D
Tem e Kinemati
Spesific Dynamic
perat n k
weight Viscosity
ur si Viscosity
ty

( ) ) )
( ) )

1 2 3 4 5

0 9.81 1
0
0
0

5 9.81 1
0
0
0

10 9.81 1
0
0
0

15 9.81 1
0
0
0

20 9.79 9
9
8

25 9.78 9
9
7

30 9.77 9
9
6

35 9.75 9
9
4

40 9.73 9
9
2

45 9.71 9
9
0

50 9.69 9
8
8

55 9.67 9
8
6

60 9.65 9
8
4

65 9.62 9
8
1

70 9.59 9
7
8

75 9.56 9
7
5

80 9.53 9
7
1

85 9.5 9
6
8

90 9.47 9
6
5

95 9.44 9
6
2

100 9.4 9
5
8

(Sumber: L,Molt, Robbert, 1994)


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


3.1.1 Waktu
Adapun waktu pelaksanaan praktikum percobaan Osborne Reynolds adalah
sebagai berikut.
Hari, Tanggal : Senin, 24 Agustus 2020
Pukul : 10.00 WITA - selesai

3.1.2 Tempat
Adapun tempat pelaksanaan praktikum Osborne Reynolds adalah di
Laboratorium Keairan dan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Halu
Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Osborne Reynolds adalah
sebagai berikut:
1. Seperangkat alat Osborne Reynolds Demonstration Apparatus

2. Stopwatch
Alat ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan
oleh suatu aliran untuk dapat mengisi gelas ukur dengan volume yang telah
ditentukan.

Gambar 3.2Stopwatch
(Sumber : Kelompok 5, 2020)

3. Gelas Ukur
Alat ini berfungsi sebagai wadah dari fluida (zat cair) yang dialirkan.

Gambar 3.3 Gelas Ukur


(Sumber : Kelompok 5, 2020)
4. Lap / Kanebo
Lap kering /kanebo berfungsi untuk membasuh atau mengeringkan alat lain
yang terkena air.

Gambar 3.4 Kanebo


(Sumber : Kelompok 5, 2020)

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Osborne Reynolds adalah
sebagai berikut:
1. Air
Air berfungsi sebagai objek yang diamati pada saat melakukan praktikum.

Gambar 3.5 Air


(Sumber : Kelompok 5, 2020)
2. Tinta (zat pewarna)
Tinta yang dimasukkan ke air berfungsi untuk mengetahui pergerakan dan
jenis aliran air.

Gambar 3.6 Tinta


(Sumber: Kelompok 5, 2020)

3.3 Prosedur Percobaan


1. Alat – alat yang digunakan disiapkan, dan selang-selang dihubungkan
pada sumber air.
2. Seperangkat alat osborne reynolds demonstration apparatus diletakkan
diatas basic hydraulics bench.
3. Kran air dibuka sehingga air melimpah, kemudian atur pembuangan
sehingga air yang masuk kedalam sama dengan air yang keluar.
4. Diamkan sejenak kemudian ukur temperatur.
5. Zat pewarna yang berupa tinta dituangkan kedalam reservoir pada
bagian atas alat.
6. Buka kran selang pengamatan.
7. Diamkan beberapa menit dan amati zat warna tersebut yang mengalir
lewat pipa atau selang pengamatan.
8. Tutup kran selang pengamatan.
9. Pada pengamatan sebaiknya aliran yang keluar dimulai ambil pada
saat volume besar, akhirnya pada volumenya kecil, catat waktu
pengamatannya.
10. Ulangi beberapa kali percobaan untuk mendapatkan waktu rata-rata.
11. Demikian juga untuk waktu tetap lakukan percobaan dan catat
volume.

Anda mungkin juga menyukai