Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

KIM 1252

PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN DENGAN METODE DU-NOUY

OLEH:

IDA AYU PUTU SURYA EKA PRATIWI NIM 1513031010


MADE DARMAPRATHIWI ADININGSIH NIM 1513031013
LUH GEDE SURYANI NIM 1513031019

VI A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2018
I. Judul

Penentuan Tegangan Permukaan dengan Metode Du-Nouy

II. Tujuan
1. Menentukan tegangan permukaan cairan/gas dan cairan/cairan.
2. Memperhatikan efek surface active agent terhadap γ.

III. Dasar Teori


Tegangan permukaan merupakan fenomena yang terjadi pada zat cair (fluida)
yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan zat cair karena adanya
kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti
ditutupi oleh suatu lapisan elastis. Permukaan zat cair cenderung menegang sehingga
permukaannya tampak seperti selaput tipis dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi
antara molekul air. Sebagai contoh, akan ditinjau cairan yang berada di dalam sebuah
wadah seperti berikut (Wiratini & Retug, 2014).

Gambar 1. Gaya Tarik Molekul-Molekul dalam Cairan

Molekul-molekul pada permukaan cairan lebih tertarik ke dalam cairan,


sedangkan gaya tarik molekul-molekul dalam cairan adalah sama ke segala arah. Hal
ini disebabkan oleh jumlah molekul dalam fase uap lebih sering dibandingkan fase
cair. Akibatnya zat cair selalu berusaha mendapatkan luas permukaan kecil sehingga
cairan selalu mengambil bentuk bulat. Kecenderungan tersebut terjadi karena bulatan
adalah objek geometris dengan perbandingan atau volume terkecil. Setiap molekul
cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain di setiap sisinya pada bagian dalam
cairan. Akan tetapi, di permukaan cairan hanya ada molekul-molekul cairan di
samping dan di bawah. Hal ini terjadi karena di bagian atas tidak ada molekul cairan
lainnya akibat molekul cairan saling tarik menarik satu sama lain sehingga terdapat
gaya total yang bernilai nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan.
Sebaliknya, molekul cairan yang terletak di permukaan ditarik oleh molekul cairan
yang berada di samping dan bawah. Akibatnya gaya total pada permukaan cairan
memiliki arah ke bawah. Adanya gaya total yang arahnya ke bawah mengakibatkan
cairan yang terletak di permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan
cara menyusut sekuat mungkin. Hal ini mengakibatkan lapisan cairan pada permukaan
seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis. Fenomena ini yang dikenal dengan
tegangan permukaan. Tegangan permukaan hanya bekerja pada bidang permukaan dan
besarnya sama di semua titik (Wiratini & Retug, 2014).
Tegangan permukaan terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh,
tetes air yang cenderung berbentuk seperti balon (yang merupakan gambaran luas
minimum sebuah volum) dengan zat cair berada di tengahnya. Contoh lain terjadi
pada jarum baja yang memiliki rapat massa lebih besar daripada air, tetapi dapat
mengambang di permukaan cairan. Fenomena ini terjadi karena selaput zat cair dalam
kondisi tegang. Tegangan fluida bekerja secara paralel terhadap permukaan dan timbul
dari adanya gaya tarik menarik antar molekulnya (Wiratini & Retug, 2014).
Pengukuran tegangan permukaan atau tegangan antar muka dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu sebagai berikut.
1. Metode kenaikan kapiler
Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui
suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur
tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka (Sukardjo,
1989).
2. Metode tensiometer Du-Nouy
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan
ataupun tegangan antar muka dengan menggunakan tensiometer. Suatu cairan platina
(Pt) dimasukkan ke dalam cairan yang diselidiki dan gaya yang diperlukan untuk
memisahkan cincin dari permukaan diukur. Prinsip dari tensiometer adalah gaya yang
diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada
permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari
cairan tersebut (Sukardjo, 1989).
Efek permukaan dapat dinyatakan dalam bahasa fungsi Helmholt dan Gibbs.
Hubungan antara fungsi-fungsi ini dan luas permukaan adalah kerja yang diperlukan
untuk mengubah sejumlah tertentu luas ini. Luas permukaan adalah kerja yang
diperlukan untuk mengubah sejumlah tertentu luas ini dan kenyataan bahwa pada
kondisi berbeda dA dan dG sama dengan kerja yang dilakukan dalam mengubah
energi sistem. Kerja yang dilakukan dalam mengubah sangat kecil d luas permukaan
suatu sampel sebanding dengan d (dw =  do). Koefisien  disebut dengan tegangan
permukaan (erg/cm2 atau J/m2) (Wiratini dan Retug, 2014).
Pada volume dan temperatur tetap, kerja pembentukan permukaan dapat
dikenali dengan perubahan fungsi Helmholtz yang dinyatakan dengan dA =  d.
Fungsi Helmholtz berkurang (d < 0), maka secara alamiah permukaan cenderung
untuk menyusut atau mengkerut dan menyebabkan permukaan cairan seakan-akan
menjadi tegang” (Sukardjo, 1989). Jadi, tegangan muka adalah gaya (dyne) yang
bekerja sepanjang 1 cm pada permukaan zat cair. Besarnya gaya ke bawah akibat
tegangan permukaan diukur dengan persamaan:
F = 4R
Keterangan:  merupakan tegangan muka; nilai  adalah sebesar 3,14; R adalah jari-
jari cincin; dan F adalah gaya untuk memisahkan permukaan cairan. Pada saat cincin
lepas, dapat dituliskan melalui persamaan:
F1 = F2
F1 = 4R
F
γ
4π R
Tegangan permukaan merupakan perbandingan antara gaya tegangan permukaan
dengan satuan panjang sehingga satuan tegangan permukaan adalah Newton per meter
(N/m) atau dyne per centimeter (dyn/cm) (Wiratini & Retug, 2014).
1 dyn/cm = 10-3 N/m = 1 mN/m
Metode Du-Nouy selain untuk mengukur tegangan muka, juga dipakai untuk
mengukur tegangan muka antara dua fasa cair, misalnya tegangan muka antara minyak
dengan air. Dengan metode Du-Nouy, cincin logam yang digunakan pada permukaan
cairan diangkat ke atas dengan memakai torsion wire. Gaya yang diperlukan untuk
tepat memutuskan film cairan diukur pada skala yang dihubungkan dengan torsion
wire tersebut (Retug & Sastrawidana, 2004).
Faktor Koreksi terhadap Skala yang Dibaca
Pembacaan skala pada tensiometer menghasilkan tegangan permukaan nyata
dan tegangan permukaan nyata antara dua cairan. Untuk mendapatkan tegangan
permukaan yang sebenarnya, dipergunakan rumus:
γ=SxF
keterangan: γ = tegangan permukaan sebenarnya
S = tegangan permukaan nyata
F = faktor koreksi
Faktor koreksi F tergantung pada ukuran diameter cincin logam, ukuran diameter
logam yang dipergunakan, tegangan permukaan nyata, tegangan permukaan nyata
antara dua cairan, serta berat jenis dari kedua fasa. Hubungan faktor di atas dapat
dinyatakan dalam bentuk, salah satu dari kedua bentuk tersebut dapat digunakan untuk
membuat kurva faktor koreksi:
4b S
( F  a) 2  x K
1. (R ) 2 D - d
0.01452 1.679r
F  0.725   0.04534 
C 2 (D  d ) R
2.
Keterangan:
F = faktor koreksi
R = jari-jari cincin logam (cm)
r = jari-jari logam pembuat cincin (cm)
S = tegangan permukaan nyata (dyne per cm)
D = berat jenis cairan yang di bawah (gram/cm-3)
d = berat jenis cairan yang di atas
K = 0.04534 – 1.679 r/R
C = keliling cincin logam (cm)
a = 0.725
b = 0.0009075
a, b, dan K adalah konstanta yang nilainya tidak bergantung pada cincin logam yang
dipergunakan (Retug & Sastrawidana, 2004).
Untuk sistem ideal, gaya baru bisa memutuskan film cairan bila besarnya sama
dengan 4R. Persamaan ini hanya berlaku untuk cairan yang mempunyai sudut
kontak () sama dengan nol. Dalam praktiknya, bentuk cairan film yang diangkat
lingkaran logam berbeda dari sistem ideal dan mempengaruhi harga tegangan
permukaan yang diperoleh, sehingga diperlukan faktor koreksi yang berkisar antara
0,75 sampai 1,02 (Retug & Sastrawidana, 2004).
Emulsifier atau zat pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa yang
mempunyai kemampuan aktivitas pemukaan (surface activity agents) sehingga dapat
menurunkan tegangan permukaan (surface tension) cairan. Detergen sintesis modern
didesain untuk meningkatkan kemampuan air membasahi kotoran yang melekat pada
pakaian, yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan air. Sebagai contoh, air murni
tidak membasahi dan bentuk butiran air ini tidak banyak berubah, tetapi tetes air yang
mengandung detergen (surfaktan) akan membasahi lilin dan butir air akan menyebar
(luas permukaan bertambah) (Wiratini & Retug, 2014).
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya suhu dan zat terlarut. Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan
akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada
pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolekular yang disebut dengan
molekul surfaktan. Suhu mempengaruhi nilai tegangan permukaan. Umumnya ketika
terjadi kenaikan suhu, nilai tegangan permukaan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena ketika suhu meningkat, molekul cairan bergerak semakin cepat
sehingga pengaruh interaksi antar molekul cairan berkurang. Akibatnya nilai tegangan
permukaan juga mengalami penurunan. Berikut ini beberapa nilai tegangan
permukaan yang diperoleh berdasarkan percobaan (Wiratini & Retug, 2014).
Tabel 1. Tegangan permukaan beberapa zat cair
Zat cair yang Tegangan Permukaan
Suhu (oC)
bersentuhan dengan udara (mN/m = dyne/cm)
Air 0 75,60
Air 20 72,80
Air 25 72,20
Air 60 66,20
Air 80 62,60
Air 100 58,90
Air sabun 20 25,00
Minyak zaitun 20 32,00
Air raksa 20 465,00
Oksigen -193 15,70
Neon -247 5,15
Helium -269 0,12
Aseton 20 23,70
Etanol 20 22,30
Gliserin 20 63,10
Benzena 20 28,90
(Sumber: Wiratini & Retug, 2014)
Berdasarkan data tegangan permukaan, tampak bahwa suhu mempengaruhi nilai
tegangan permukaan fluida. Umumnya ketika terjadi kenaikan suhu, nilai tegangan
permukaan mengalami penurunan (bandingkan nilai tegangan permukaan air pada
setiap suhu adalam tabel di atas). Hal ini disebabkan karena ketika suhu meningkat,
molekul cairan bergerak semakin cepat sehingga pengaruh interaksi antar molekul
cairan berkurang. Akibatnya nilai tegangan permukaan juga mengalami penurunan
(Wiratini & Retug, 2014).
Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi. Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak).
Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat
melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
2. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
4. Additives adalah bahan suplemen/tambahan untuk membuat produk lebih
menarik.
Minyak dan air tidak saling melarutkan sehingga jika ditambahkan deterjen seolah-
olah minyak dan air akan melarut, dimana deterjen akan mengemulsi atau
mengsuspensi bahan organik dalam air. Hal ini dapat mengakibatkan tegangan
permukaan pada larutan tersebut menurun (Wiratini & Retug, 2014).

IV. Alat dan Bahan


A. Alat
Tabel 2. Daftar Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1 Tensiometer Du-Nouy - 1 set
2 Cawan petri - 1 buah
3 Gelas kimia 100 mL 4 buah
4 Batang pengaduk - 1 buah
5 Spatula - 1 buah
6 Kaca arloji - 1 buah
10 mL 1 buah
7 Gelas ukur
50 mL 1 buah
8 Labu ukur 100 mL 2 buah
9 Pipet tetes - 2 buah

B. Bahan
Tabel 3. Daftar Bahan
No Nama Bahan Jumlah
1 Aquades 500 mL
2 Detergen 0,5 gram
3 Minyak goreng 100 mL
4 Kloroform 100 mL
V. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
Tabel 4. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
A Penentuan Tegangan Permukaan Larutan Murni/Udara
1 Alat tensiometer dirangkai seperti Alat tensiometer dirangkai seperti pada gambar
gambar berikut.

Gambar 2. Rangkaian Alat Tensiometer

2  Aquades dimasukkan ke dalam Aquades dimasukkan ke dalam cawan petri.


cawan petri. Selanjutnya cincin dimasukkan ke dalam cawan
 Selanjutnya cincin dimasukkan petri yang berisi aquades dan cincin tidak saling
ke dalam aquades dan cincin bersentuhan dengan dinding cincin.
dijaga agar tidak saling Tabel 5. Skala Tensiometer pada Pengukuran Air
bersentuhan dengan dinding Pengukuran ke- Skala (mN)
cawan. 1 23,5
 Skala pada tensiometer diamati
2 24,3
pada tarikan pertama,
kemudian dicatat. 3 22,2
 Pengamatan dilakukan Rata-rata 23,3
berulang-ulang untuk
memperoleh hasil yang akurat.

Gambar 3. Pengukuran Tegangan Permukaan Air

3 Langkah yang sama pada Minyak goreng berwarna kuning bening. Minyak
prosedur kerja no. 2 di atas goreng yang digunakan adalah minyak goreng
dilakukan juga pada larutan merek “Fortune”
murni lainnya yaitu kloroform
dan minyak goreng.

Gambar 4. Minyak Goreng

Tabel 6. Skala Tensiometer pada Pengukuran


Minyak Goreng
Pengukuran ke- Skala (mN)

1 11,1

2 11,2

3 11,6

Rata-rata 11,3

Tegangan permukaan cairan minyak goreng


diukur dengan cara yang sama dengan
pengukuran tegangan permukaan air.

Gambar 5. Pengukuran Tegangan Permukaan


Minyak
Kloroform berupa cairan yang tidak berwarna.
Tegangan permukaan cairan kloroform diukur
dengan cara yang sama seperti pengukuran
tegangan permukaan air.
Gambar 6. Cairan Kloroform

Tabel 7. Skala Tensiometer pada Pengukuran


Kloroform

Pengukuran ke- Skala (mN)

1 11,6

2 12,7

3 13,2

Rata-rata 12,5

Gambar 7. Pengukuran Tegangan Permukaan


Kloroform

B Penentuan Tegangan Permukaan Larutan Detergen


1  Detergen bubuk yang akan Deterjen bubuk yang digunakan adalah deterjen
digunakan disiapkan terlebih merk “Daia”
dahulu.
 Detergen bubuk tersebut
kemudian ditimbang masing-
masing sebanyak 0,05 g; 0,10
g; dan 0,15 g.
Gambar 8. Deterjen merk “Daia”
Variasi konsentrasi deterjen yang digunakan
adalah 0,0518 gram, 0,1068 gram, dan 0,1501
gram
Gambar 9. Massa Deterjen yang Ditimbang

2 Setelah ditimbang, masing- Setelah ditimbang, masing-masing deterjen


masing detergen yang massanya dilarutkan ke dalam 100 mL aquades. Terbentuk
berbeda tersebut dilarutkan larutan berwarna putih keruh dan berbusa
dengan air hingga volumenya 100
mL, sehingga diperoleh larutan
detergen dengan lima konsentrasi
yang berbeda yaitu 0,05%;
0,10%; 0,15%.
Gambar 9. Larutan Deterjen pada Berbagai
Konsentrasi
3  Masing-masing larutan Larutan detergen dimasukkan ke dalam cawan
detergen dimasukkan ke dalam petri secara bergantian
Tabel 8. Skala Tensiometer pada Pengukuran
cawan petri secara bergantian.
 Selanjutnya cincin dimasukkan Tegangan Permukaan Detergen
ke dalam larutan detergen dan
Pengukura Skala (mN)
cincin dijaga agar tidak saling
n ke- 0,05% 0,10% 0,15%
bersentuhan dengan dinding
cawan. 1 26,8 19,3 17,2
 Skala pada tensiometer diamati 2 26,1 20,1 18,5
pada tarikan pertama, 3 25,1 19,8 17,1
kemudian dicatat. Rata-rata 26,0 19,7 17,6
 Pengamatan dilakukan
berulang-ulang untuk
memperoleh hasil yang akurat.

Gambar 10. Pengukuran Deterjen dengan


Konsentrasi 0,05%

Gambar 11. Pengukuran Deterjen dengan


Konsentrasi 0,10%
Gambar 12. Pengukuran Deterjen dengan
Konsentrasi 0,15%

C Penentuan Tegangan Permukaaan Campuran Air-Minyak Goreng


1 Sebanyak 25 mL minyak Campuran minyak dan air terbentuk dua lapisan.
ditambahkan ke dalam 60 mL air. Lapisan atas adalah minyak dan lapisan bawah
adalah air

Gambar 13. Campuran Minyak dengan Air

2 Cincin aluminium dicelupkan Tabel 9. Skala Tensiometer pada Pengukuran


pada campuran air dan minyak Campuran Air dan Minyak
pada bagian perbatasan antara Pengukuran ke- Skala (mN)
lapisan minyak dengan air. Skala 1 20,2
yang ditunjukkan dicatat.
2 20,4

3 20,4

Rata-rata 20,3
Gambar 14. Pengukuran Tegangan Permukaan
Campuran Minyak dengan Air

D Penentuan Tegangan Permukaan Campuran Air-Kloroform


1 Sebanyak 30 mL air ditempatkan Saat kloroform dimasukkan ke dalam air,
dalam cawan petri. Kemudian terbentuk dua lapisan, lapisan atas adalah air dan
sebanyak 20 mL kloroform lapisan bawah adalah kloroform
ditambahkan pada 30 mL air yang
telah ditempatkan pada cawan
petri tersebut.

Gambar 15. Campuran Kloroform dengan Air


2 Cincin aluminium dicelupkan Tabel 10. Skala Tensiometer pada Pengukuran
pada campuran air dan kloroform Campuran Air dan Kloroform
pada bagian perbatasan antara
Pengukuran ke- Skala (mN)
lapisan aqaudes dan kloroform. 1 19,4
Skala yang ditunjukkan dicatat. 2 19,6
3 18,6
Rata-rata 19,2

Gambar 16. Pengukuran Tegangan Permukaan


Campuran Kloroform dengan Air
E. Penentuan Tegangan Permukaan Campuran Air-Minyak Goreng-Detergen
1 Sebanyak 15 mL air disiapkan Air berupa cairan bening tidak berwarna,
dalam gelas kimia. disiapkan sebanyak 15 mL

Gambar 17. Air


2 Kedalam air ditambahkan 10 mL Setelah minyak dicampurkan ke air dalam gelas
minyak kemudian ditambahkan kimia, terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah
0,1 gram detergen. minyak dan lapisan bawah adalah air. Setelah
ditambahkan dengan detergen, campuran
berwarna kuning keruh. Massa deterjen yang
digunakan adalah 0,1073 gram

Gambar 18.Massa Deterjen yang Digunakan

Gambar 19. Campuran Air-Minyak Goreng-


Detergen
3 Larutan yang terbentuk diaduk Setelah diaduk dan didiamkan beberapa saat,
dan didiamkan beberapa saat. campuran tetap berwarna keruh kekuningan.

Gambar 20. Campuran Air-Minyak Goreng-


Detergen Setelah Didiamkan

4 Cincin aluminium dicelupkan Tabel 11. Skala Tensiometer pada Pengukuran


pada campuran air-minyak- campuran air, minyak, dan detergen
detergen pada bagian perbatasan
Pengukuran ke- Skala (mN)
antara lapisan aqaudes dan
1 18,8
minyak. Skala yang ditunjukkan
dicatat. 2 19,1

3 19,2

Rata-rata 19,0
Gambar 21. Pengukuran Tegangan Permukaan
Air-Minyak Goreng-Detergen

F. Penentuan Tegangan Permukaan Campuran Air-Kloroform-Detergen

1 Sebanyak 15 mL air disiapkan Air merupakan cairan yang tidak berwarna yang
dalam gelas kimia. disiapkan sebanyak 15 mL

Gambar 22. Air

2 Kedalam air ditambahkan 10 mL Setelah kloroform dimasukkan ke dalam air


kloroform kemudian ditambahkan pada cawan petri terbentuk dua lapisan. Lapisan
0,1 gram detergen. atas adalah air dan lapisan bawah adalah
kloroform. Setelah ditambahkan deterjen,
campuran menjadi putih keruh. Massa deterjen
yang digunakan adalah 0,1009 gram

Gambar 23. Massa Deterjen yang Digunakan


Gambar 24. Campuran Air-Kloroform-
Deterjen

3 Larutan yang terbentuk diaduk dan Setelah diaduk dan didiamkan beberapa,
didiamkan beberapa saat. campuran tetap terbentuk dua lapisan

4 Cincin aluminium dicelupkan pada Tabel 12. Skala Tensiometer pada Pengukuran
campuran air-kloroform-detergen Campuran Air, Kloroform, dan Detergen
pada bagian perbatasan antara
Pengukuran ke- Skala (mN)
lapisan aqaudes dan minyak. Skala
1 21,1
yang ditunjukkan dicatat.
2 20,1

3 20,1

Rata-rata 20,4
Gambar 25. Pengukuran Tegangan Permukaan
Air-Kloroform-Deterjen

VI. Analisis Data


Diameter cincin yang digunakan dalam percobaan adalah 1,8 cm, sehingga jari-jari
(R) dari cincin yang digunakan adalah 0,9 cm atau 0,9 x 10 -2 m. Perhitungan tegangan
permukaan dari masing-masing cairan/gas dan cairan/cairan adalah sebagai berikut.
 Perhitungan Tegangan Permukaan Tanpa Faktor Koreksi
F
F = 4πR . γ  γ  ; R  jari - jari cincin
4πR

4π R  4  3,14  0,9 cm
 4  3,14  0,9  10 2 m
 0,11304 m a. Cairan Murni/Udara
Air/Udara (F = 23,3 x 10-3 N)
F 23,3  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,2061 N m -1
Minyak Goreng/Udara (F = 11,3 x 10-3 N)
F 11,3  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,0999 N m -1
Kloroform/Udara (F = 12,5 x 10-3 N)
F 12,5  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,1106 N m -1
b. Larutan Detergen
Detergen 0,05% (F = 26 x 10-3 N)
F 26  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,2300 N m -1
Detergen 0,1% (F = 19,7 x 10-3 N)
F 19,7  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,1743 N m -1
Detergen 0,15% (F = 17,6 x 10-3 N)
F 17,6  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,1557 N m -1
c. Campuran
Air dan Kloroform (F = 19,2 x 10-3 N)
F 19,2  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,1698 N m -1
Air dan Minyak (F = 20,3 x 10-3 N)

F 20,3  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,1796 N m -1

Air, Kloroform, dan Detergen (F = 20,4 x 10-3 N)


F 20,4  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0,1805 N m -1

Air, Minyak, dan Detergen (F = 19,0 x 10-3 N)

F 37  10 3 N
γ 
4π R 0,11304 m
 0.1681 N m -1
 Perhitungan Tegangan Permukaan dengan Faktor Koreksi
Tegangan permukaan yang sebenarnya, dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan dengan faktor koreksi sebagai berikut.

γ=S x F
dengan nilai F (faktor koreksi) adalah:
0,01452 S 1,679 r
F  0,725   0,04534 
C (D  d )
2
R

F = faktor koreksi
R = jari-jari cincin logam (cm) = 0,9 cm
r = jari-jari logam pembuat cincin (cm) (platina) = 80 pm = 0,8 x 10-8 cm
S = tegangan permukaan nyata (dyne per cm)
D = berat jenis cairan yang di bawah (gram/cm-3)
d = berat jenis cairan yang di atas
C = keliling cincin logam (cm) = 2πr = 2 x 3,14 x 0,9 cm = 5,652 cm
a. Campuran Air-Minyak
ρ (minyak) = 0,911 g/mL
ρ (air) = 1 g/mL
S = 0,1796 N/m = 0,1796 x 10-3 dyne/cm
0,01452 S 1,679 r
F  0,725   0,04534 
C (D  d )
2
R
0,01452 x 0,0001796 (dyne/cm) 1,679 (0,8 x 10 -8 cm)
 0,725   0,04534 
(5,652 cm) (1  0,911 ) g/cm
2 3
0,9 cm
2,6078 x 10 -6 dyne/cm
 0,725   0,04534  x 1,49 x 10 -8
2,8431g/cm3
 0,725  9,1723x 10 -7  0,04534  1,49 x 10 -8
 0,725  0,045
 0,725  0,2130
 0,9380

γ=S x F
= 0,1796 x 10-3 dyne/cm x 0,9380
= 1,685 x 10-4 dyne/cm
= 0,1685 N m-1
b. Campuran Air-Kloroform
ρ (air) = 1 g/mL
ρ (kloroform) = 1,47 g/mL
S = 0,1698 N/m = 0,1698 x 10-3 dyne/cm
0,01452 S 1,679 r
F  0,725   0,04534 
C (D  d )
2
R
0,01452 (0,1698 x 10 -3 dyne/cm) 1,679 (0,8 x 10 -8 cm )
 0,725   0, 04534 
(5,652 cm) 2 (1,47  1) g/cm 3 0,9 cm
2,4655 x 10 -6 dyne/cm
 0,725   0,04534  1,49 x 10 -8
2,6564 g/cm 3
 0,725  9,2812 x 10 -7  0,04534  1,49 x 10 -8
 0,725  0,0453
 0,725  0,2129
 0,9379

γ=S x F
= 0,1698 x 10-3 dyne/cm x 0,9379
= 1,593 x 10-5 dyne/cm
= 0,1592 N m-1
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh di atas disajikan data sebagai berikut.
Tabel 13. Nilai gaya dan tegangan permukaan pada hasil percobaan

Tegangan
Campuran F (mN)
Permukaan (Nm-1)
Air/Udara 23,3 0,2061
Minyak goreng/Udara 11,3 0,0999
Kloroform/Udara 12,5 0,1106
Larutan detergen 0,05% 26,0 0,2300
Larutan detergen 0,10% 18,7 0,1743
Larutan detergen 0,15% 17,6 0,1557
Air dan kloroform tanpa faktor koreksi 19,2 0,1698
Air dan kloroform dengan faktor koreksi - 0,1592
Air dan minyak tanpa faktor koreksi 20,3 0,1796
Air dan minyak dengan faktor koreksi - 0,1685
Air + kloroform + detergen 20,4 0,1805
Air + minyak + detergen 19,0 0.1681

VII. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan tegangan permukaan cairan/gas
(air/udara, kloroform/udara dan minyak goreng/udara), tegangan permukaan larutan
detergen 0,05%, 0,10%, 0,15% serta tegangan permukaan cairan/cairan (air-
kloroform, air-minyak, air-minyak-detergen dan air-kloroform-detergen)
menggunakan metode Du-Nouy. Hasil pengukuran gaya tegangan permukaan dari
cairan murni dan campuran tersebut telah dipaparkan pada hasil pengamatan.
Diameter cincin yang digunakan dalam percobaan adalah 1,8 cm, sehingga jari-jari
(R) dari cincin yang digunakan adalah 0,9 cm atau 0,9 x 10-2 m.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 13, dapat ditentukan bahwa
tegangan permukaan suatu cairan murni maupun campuran tidak sama satu sama
lainnya. Besarnya gaya tarik antar molekul berbanding lurus dengan tegangan
permukaan. Hal tersebut juga terlihat dalam tabel nilai gaya dan tegangan permukaan
pada hasil percobaan. Tegangan permukaan akan semakin besar seiring dengan
semakin besarnya gaya tarik antar molekul di permukaannya. Tegangan permukaan
suatu cairan terjadi disebabkan karena adanya gaya antar molekul yang menarik
molekul-molekul dalam suatu cairan ke segala arah, tetapi molekul-molekul yang
terdapat pada permukaan cairan hanya ditarik ke bawah dan ke samping oleh molekul-
molekul lainnya sehingga tarik menarik antar molekul ini cenderung menarik
molekul-molekul ke dalam cairan dan menyebabkan tegangan permukaan menegang
seperti lapisan tipis elastis. Ukuran gaya elastis pada permukaan cairan tersebut
disebut dengan tegangan permukaan.
Air memiliki luas permukaan lebih kecil dibandingkan dengan minyak dan
kloroform. Hal tersebut dikarenakan perbedaan keelektronegatifan yang besar antara
atom O dan atom H dalam penyusun air. Perbedaan keelektronegatifan tersebut
menyebabkan adanya momen dipole yang besar sehingga air bersifat sangat polar.
Adanya momen dipol tersebut menyebabkan ikatan/interaksi antara molekul-molekul
air yang sangan kuat, sehingga luas permukaan air kecil. Selain adanya momen dipol
tersebut terdapat juga interaksi ikatan hidrogen antar molekul air. Hal tersebut
disebabkan oleh kemampuan atom H berikatan dengan keelektronegatifan besar,
dalam hal ini adalah atom O. Pada air, ikatan hidrogen memiliki pengaruh yang lebih
besar daripada interaksi dipol-dipol sehingga bisa dikatakan kecilnya luas permukaan
air dipegaruhi oleh adanya ikatan hidrogen.
Minyak dan kloroform adalah senyawa yang nonpolar. Molekul minyak
memiliki rantai karbon yang terikat dengan gugus karboksilat. Rantai hidrokarbon
minyak menyebabkan minyak memiliki sifat non polar sedangkan gugus karboksilat
yang terikat pada rantai tersebut memiliki sifat polar mengingat gugus karboksilat
terdiri dari atom O yang memiliki keelektronegatifan besar. Dalam minyak, atom O
akan membentuk ikatan hidrogen dengan atom H dari gugus karboksilat pada molekul
minyak lainya. Namun, besarnya interaksi ini tidaklah lebih besar daripada interaksi
yang terjadi pada air. Hal tersebut dikarenakan gugus karboksilat mengikat rantai
hidrokarbon panjang yang bersifat non polar, dimana interaksi gugus karboksilat
tersebut akan direduksi oleh adanya rantai hidrokarbon tersebut melalui rintangan
sterik. Hal tersebut menyebabkan luas permukaan minyak lebih besar dari air.
Kloroform memiliki tegangan permukaan terkecil atau memiliki luas permukaan
terbesar diantara cairan lainya. Hal tersebut dikarenakan pada molekul kloroform
terdapat tiga buah atom Cl dan sebuah atom H yang terikat pada sebuah atom H.
Adanya tiga buah atom Cl yang memiliki keelektronegatifan besar tersebut
menyebabkan momen dipol yang terbentuk sangat kecil. Selain itu, dengan adanya
tiga buah atom Cl yang terikat pada atom C menyebabkan secara keseluruhan
distribusi elektron pada molekul.
Selain pada air, minyak dan kloroform, pada percobaan ini juga dilakukan
pengukuran tegangan permukaan larutan detergen dengan berbagai konsentrasi,
meliputi 0,05%, 0,10% dan 0,15%. Berdasarkan hasil percobaan semakin besar
konsentrasi detergen, maka semakin kecil tegangan permukaan atau dengan kata lain
semakin besar luas permukaannya. Hal tersebut dikarenakan pada detergen
mengandung senyawa (surfaktan) yang bersifat emulsifier. Senyawa yang dimaksud
merupakan senyawa yang terdiri dari gugus fungsi (kepala) dan ekor (rantai). Jika
senyawa ini ditambahkan ke dalam air, maka ikatan hidrogen akan rusak. Rusaknya
ikatan hidrogen diakibatkan oleh adanya rantai nonpolar (ekor) yang menyebabkan
adanya rintangan sterik sehingga jarak atom H dan atom O menjauh dan akhirnya
ikatan hidrogen putus. Oleh karena itu, luas permukaan akan semakin besar atau
dengan kata lain tegangan permukaan semakin kecil dengan semakin banyak
penambahan detergen.
Selain mengukur tegangan permukaan air, minyak goreng, kloroform dan
detergen dalam berbagai konsentrasi, pada praktikum ini juga mengukur tegangan
permukaan campuran. Tegangan permukaan campuran yang diukur adalah campuran
air-minyak, air kloroform, air+kloroform+detergen dan air+minyak+detergen.
Minyak/kloroform dan air yang dicampurkan tidak saling menyatu dan membentuk
dua fase. Diantara kedua fase larutan tersebut terdapat lapisan antar permukaan. Pada
campuran air dan minyak, minyak berada pada lapisan atas dan air pada lapisan
bawah, sedangkan pada campuran kloroform dan air, lapisan atasnya adalah air dan
lapisan bawahnya adalah kloroform. Hal ini disebabkan oleh berat molekul kloroform
yang lebih besar daripada air. Berdasarkan hasil percobaan, tegangan permukaan
campuran ini lebih rendah dari tegangan permukaan air murni. Hal ini disebabkan
oleh adanya molekul-molekul kloroform dan minyak yang tersebar dalam air yang
mengganggu daya tarik antar molekul-molekul air, dalam hal ini adalah ikatan
hidrogen antar air itu sendiri. Jadi gaya tarik molekul air dengan campurannya
(kloroform dan minyak) akan menjadi lebih lemah dibandingkan dengan air murni
sehingga luas permukaan campuran air dengan kloroform dan air dengan minyak
menjadi lebih besar dan tegangan permukaan lebih kecil.
Pada campuran antara minyak dan air, ketika dilakukan penambahan detergen
tegangan permukaannya turun. Hal ini menandakan bahwa detergen mampu
menurunkan tegangan permukaan campuran minyak dan air. Kemampuan detergen
menurunkan tegangan permukaan menyebabkan minyak dan air dapat saling
melarutkan. Hal ini disebabkan karena deterjen mengandung surfaktan (surface active
agent). Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai dua ujung yang
berbeda yaitu ujung hidrofilik (suka air, polar) dan lipofilik (suka lemak, non polar).
Apabila surfaktan ditambahkan ke dalam campuran yang terdiri dari air dan minyak,
maka ujung hidrofilik akan berikatan dengan molekul air, sedangkan ujung lipofilik
akan berikatan dengan molekul minyak.
Dengan melarutnya minyak di dalam air, maka kekuatan ikatan antar molekul
dalam campuran air dan minyak akan melemah, sehingga luas permukaannya akan
bertambah dan tegangan permukaannya semakin berkurang. Hal yang sama juga
terjadi pada campuran air-kloroform dan detergen. Surfaktan yang terkandung dalam
detergen dapat menurunkan tegangan permukaan antara kedua lapisan dalam
campuran. Dalam hal ini, ujung hidrofilik surfaktan akan berikatan dengan molekul
air, sementara itu ujung lipofilik pada surfaktan akan berikatan dengan molekul
kloroform. Hal ini dapat terjadi karena ujung lipofilik bersifat non polar, sehingga
dapat berikatan dengan kloroform yang juga bersifat non polar.

VIII. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa simpulan yaitu sebagai
berikut.

1. Tegangan permukaan cairan/gas antara lain:


 Tegangan permukaan air/udara adalah 0,2061N/m.
 Tegangan permukaan kloroform/udara adalah 0,1106 N/m.
 Tegangan permukaan minyak goreng/udara adalah 0,0999 N/m.
2. Tegangan permukaan cairan/cairan antara lain:
 Tegangan permukaan larutan detergen 0,05% adalah 0,2300 N/m.
 Tegangan permukaan larutan detergen 0,10% adalah 0,1743 N/m.
 Tegangan permukaan larutan detergen 0,15% adalah 0,1557 N/m.
 Tegangan permukaan campuran air-kloroform tanpa faktor koreksi adalah
0,1698 N/m.
 Tegangan permukaan campuran air-kloroform dengan faktor koreksi adalah
0,1592 N/m.
 Tegangan permukaan campuran air-minyak tanpa faktor koreksi adalah
0,1796 N/m.
 Tegangan permukaan campuran air-minyak dengan faktor koreksi adalah
0,1685N/m.
 Tegangan permukaan campuran air-kloroform-detergen adalah 0,1805 N/m.
 Tegangan permukaan campuran air-minyak-detergen adalah 0.1681 N/m.
3. Tegangan permukaan air dapat berkurang dengan penambahan detergen karena di
dalam detergen mengandung surfaktan (surface active agent) yang molekul-
molekulnya dalam air akan membentuk misel yang bersifat polar yang akan
menarik molekul air yang juga bersifat polar (prinsip like dissolve like), sehingga
molekul air yang semula terakumulasi banyak pada permukaan akan banyak yang
tertarik ke dalam misel. Hal ini selanjutnya menyebabkan tegangan permukaan
air berkurang dan dapat terlihat pada hasil tegangan permukaan Air + kloroform
+ detergen lebih kecil dibandingkan dengan tegangan permukaan air.

IX. Daftar Pustaka


Retug, Nyoman & Dewa Sastrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: Bima Aksara
Wiratini, Ni Made dan I Nyoman Retug. 2014. Buku Penuntun Praktikum Kimia
Fisika. Singaraja: Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, Undiksha.

Anda mungkin juga menyukai