Anda di halaman 1dari 58

Kumpul

Kode hari
Ambil Revisi

Maks Revisi

Kembali

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN
PENGUKURAN TEGANGAN MUKA DAN VISKOSITAS ZAT CAIR
(E)

NAMA : 1. KENNARD ARFIAN


2. HANA NISRINA
NIM : 1. 19/443845/TK/49041
2. 19/446647/TK49752
HARI/TANGGAL : 17 APRIL 2020
ASISTEN : ARKAN FADHILLAH DEWANTORO

LABORATORIUM ANALISIS BAHAN


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN

dengan judul mata praktikum :

PENGUKURAN TEGANGAN MUKA DAN VISKOSITAS ZAT CAIR

Disusun oleh :

Nama Praktikan NIM Tanda Tangan

Kennard Arfian 19/443845/TK/49041

Hana Nisrina 19/446647/TK/49752

Yogyakarta, 13 April 2020


Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,

Dr. –Ing. Teguh Ariyanto, S.T., M. Eng Arkan Fadhillah Dewantoro


NIP. 19861206 201212 1 002

PENGUKURAN TEGANGAN MUKA DAN VISKOSITAS ZAT CAIR


I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan Pengukuran Tegangan Muka dan Viskositas Zat Cair
adalah:

1. Memahami pengertian dasar tegangan muka dan viskositas zat cair.


2. Menentukan tegangan muka zat cair menggunakan Metode Kenaikan Pipa
Kapiler.
3. Mengetahui pengaruh jenis larutan dan konsentrasi larutan terhadap nilai
tegangan muka zat cair.
4. Menentukan viskositas zat cair dengan Viskosimeter Ostwald.
5. Mengetahui pangruh suhu terhadap viskositas zat cair.

II. DASAR TEORI

1. Tegangan Muka
Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair yang
berperilaku layaknya lapisan kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat adanya
pengaruh tegangan. Tegangan tersebut disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik
antar molekul di permukaan zat cair sehingga menciptakan pembatas abtara udara
dengan cairan tersebut (Indarniati, 2008). Tegangan permukaan air menggambarkan
suatu kondisi dimana permukaan air yang bersentuhan dengan udara seperti
lembaran elastis tipis. Hal tersebut merupakan fenomena yang terjadi pada
permukaan cairan ketika cairan berada dalam kontak melalui medium gas.
Molekul-molekul dalam cairan digambarkan oleh gaya antarmolekul yang dikenal
dengan gaya Van Der Waal. Molekul-molekul di permukaan air tidak dikelilingi
oleh molekul air di semua sisi. Mereka akan menyatu lebih kuat dengan molekul air
lainnya karena bertentangan dengan molekul udara. Hal ini menciptakan sebuah
lapisan tipis seperti selaput di permukaannya. Idealnya, semua cairan akan
berbentuk bulat dengan tidak adanya garvitasi untuk meminimalkan tegangan
permukaannya. Hal ini karena bentuk bulat memiliki luas permukaan terkecil untuk
volume tertentu. Namun, pada faktanya bentuk tetesan air tidak berbentuk bulat
sempurna karena adanya gaya gravitasi (Heaton, 2017).

Gambar 1. Ilustrasi Gaya Intermolekul pada Zat Cair


Besarnya tegangan muka didefinisikan sebagai gaya F per satuan
panjang l yang bekerja tegak lurus pada setiap garis di permukaan fluida dengan

Dyne N
satuan atau dan memiliki persamaan persamaan :
cm m
F (1)
γ=
l
(Douglas, 2011).
Besarnya tegangan muka dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa
faktor yang mempengaruhi adalah :

A. Suhu

Suhu dapat menyebabkan meningkatnya gerak dari molekul-molekul di


dalam zat cair. Peningkatan kecepatan rata-rata atau gerak dari molekul
menyebabkan molekul di dalam zat cair terpisah lebih jauh dari molekul lainnya.
Hal ini menyebabkan gaya tarik-menarik intermolekuler semakin lemah.
Tegangan muka disebabkan adanya gaya intermolekuler. Akibat gaya
intermolekulernya yang melemah, dapat ditarik kesimpulan bahwa kenaikan
suhu zat cair dapat menyebabkan melemahnya nilai tegangan muka (Juliyanto,
d.k.k., 2016).
B. Zat Terlarut (Solute)

Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan


permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningjatkan viskositas larutan
sehingga tegangan permukaannya akan bertambah besar. Selain itu, energi
kinetik juga mengalami peningkatan karena adanya peningkatkan jumlah
molekul dalam larutan, sesuai dengan teori kinetik gas (Juliyanto, d.k.k., 2016).

C. Konsentrasi Zat Terlarut

Konsentrasi adalah jumlah dari zat terlarut per satuan volume dari suatu
larutan atau gas. Semakin banyak jumlah zat yang larut atau semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan, maka rapat massa larutan akan semakin tinggi. Rapat
massa memiliki korelasi secara langsung terhadap tegangan muka. Rapat massa
berbanding lurus terhadap nilai tegangan muka suatu larutan, artinya semakin
tinggi rapat masa maka akan semakin tinggi nilai tegangan muka.

D. Surfaktan

Surfaktan (surface active agents) adalah zat yang dapat ditambahkan


pada cairan untuk menurunkan sifat penyeran atau pembahasan dengan
menurunkan tegangan muka. Kemampuan yang dimili surfaktan diakibatkan
oleh struktur molekul amphiphatic, artinya pada struktur molekul surfaktan
terdapat gugus hidofilik dan gugus hidrofobik (Rachim, d.k.k., 2012).

E. Jenis Cairan

Kemampuan atau gaya tarik menarik cairan berbeda. Cairan yang


memiliki gaya tarik-menarik intermolekuler yang tinggi akan memiliki nilai
tegangan muka yang tinggi. Sebaliknya, cairan dengan gaya tarik-menarik lemah
akan memiliki tegangan muka yang rendah. Sehingga, disimpulkan bahwa jenis
cairan yang diuji dapat mempengaruhi nilai tegangan muka (Juliyanto, d.k.k.,
2016).
Terdapat beberapa metode untuk mengukur tegangan muka. Metode
yang sering digunakan antara lain :
A. Metode Tekanan Maksimum Gelembung
Prinsip yang digunakan dalam metode tekanan maksimum gelembung
adalah tekanan yang dialami zat cair dalam gelas beker sama dengan tekanan
dalam manometer pada keadaan seimbang. Bagian terpenting dari metode ini
adalah penentuan maksimum gelembung yang bisa diketahui dengan keluarnya
gelembung udara pada ujung pipa yang dicelupkan ke dalam cairan. Karena
kenaikan udara yang sedikit, maka gelembung akan pecah dengan jari-jari mulut
pipa. Apabila jari-jari gelembung sama dengan jari-jari mulut pipa, akibatnya
tekanan udara dalam pipa akan mencapai maksimum. Dengan menyamakan
tekanan-tekanan yang bekerja pada bejana dan manometer dalam keadaan
seimbang, maka nilai tegangan muka dapat ditentukan. Tekanan maksimum ini
bukan hanya disebabkan oleh perbedaan tekanan pada kedua sisi gelembung,
tetapi juga disebabkan oleh adanya tekanan hidrostatik (yang bergantung pada
ketinggian tabung). Kelebihan dari metode tekanan maksimum gelembung
adalah hasil pembacaan percobaannya lebih mudah dibanding kenaikan pipa
kapiler dan perubahan tekanan dalam pipa kapiler yang dapat diatur dengan
keran (Tony, 1993).
Berikut adalah skema rangkaian alat percobaan pengukuran tegangan
muka denga metode tekanan maksimum yang diadaptasi dari Metode Tekanan
Maksimum Gelembung oleh Zara Amalia.

Gambar 2. Skema Percobaan Metode Tekanan Maksimum Gelembung


B. Metode Cincin Du Nouy
Metode cincin du nouy merupakan metode tradisional untuk menghotung
tegangan permukaan. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari metode ini adalah gaya
yang diperlukan untuk memisahkan cicin Pt ke dalam cairan yang akan diukur
tegangan permukaannya. Gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan natra muka dari cairan
tersebut (Iqbal, d.k.k., 2017). Pengukuran tegangan muka dilakukan dengan
memasang cincin Pt pada sebuah lengan timbanga. Cincin Pt yang dusah
dipasang diletakkan pada permuukaan cairan. pada lengan timbangan lain,
dibeirikan gaya untuk mengangkat cincin Pt dari permukaan cairan. Tegangan
muka cairan terjadi pada permukaan atau batas dalam dan luar maka gaya yang
diperlukan untuk mengangkat cincin dari permukaan akan sama dengan berat
cincin ditambah dua kali tegangan muka, mengingat tegangan muka dialami dua
permukaan.

Wtot =Wr+ 4 πRγ =Wr+ 2l γ


(2)
dengan,
Wtot = Gaya total yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin (N)
Wr = Berat cincin (N)
R = Jari-jari cincin (cm)
γ = Tegangan muka zat cair (N/cm)
Berikut ini adalah skema dari metode cincin Du Nouy yang diadaptasi
dari Method of Surface Tension Measurements oleh Boon-Beng Lee,d.k.k.
Gambar 3. Skema Metode Cincin
C. Metode Tetes (Drop-Weight)
Metode tetes (drop-weight) adalah sebuah metode untuk menentukan
tegangan permukaan sebagai fungsi antar muka. Cairan dari konsentrasi tertentu
akan dipompa ke dalam cairan yang lain dan dikur perbedaan waktu saat tetes
dihasilkan (Daniels, 1956). Suatu cairan yang membasahi gelas akan berupa
tetesan pada ujung pipa vertikal. Mula-mula, tetesan berbentuk setengah bola
kemudian memanjang dan membentuk pinggang. Pada saat jatuh bebas, gaya ke
bawah pada tetesan (mg) akan sama dengan gaya ke atas yang menahan tetesan (
2 πrγ ¿, sehingga Hukum Tate diperoleh :
mg
mg=2 πrγ atau γ =
2 πr (3)
dengan,
m = massa satu tetesan
g = gaya gravitasi
r = jar-jari pupa luar
γ = tegangan permukaan
(Basuki dan Bimo, 2003).
Berikut ini adalah skema dari metode tetes (drop-weight) yang diadaptasi
dari Method of Surface Tension Measurements oleh Boon-Beng Lee, d.k.k.
Gambar 4. Skema Metode Tetes (Drop-Weight)
D. Metode Lempengan Wilhelmy
Metode lempengan Wilhelmy didasarkan pada gaya yang diperlukan
untuk menarik plat tipis dari permukaan cairan. Plat digantung pada salah satu
lengan neraca dan dimasukkan ke dalam cairan yang akan diselidiki. Besarnya
gaya tarik pada neraca yang digunakan untuk melepas plat dari permukaan
cairan dicatat. Pada saat plat terlepas berlaku hubungan :
F−W
F=W +2 γ l atau γ=
2l (4)
dengan,
γ = tegangan permukaan
F = gaya tarik yang dicatat
W = berat lempeng
l = lebar lempeng
Pada metode ini, sudut kontak dianggap θ=0 ° dan pengaruh dari ujung-
ujung lempeng dapat diabaikan (Yazid, 2005).
Berikut ini adalah skema metode Lempengan Wilhelmy

Gambar 5. Skema Metode Lempengan Wilhelmy


E. Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Metode kenaikan pipa kapiler adalah salah satu metode yang dapat
digunakan untuk emenentuka tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak
bercampur. Metode ini hanya berdasarkan kenaikan permukaan suatu zat cair
pada pipa kapiler saat dicelupkan ke dalam cairan. Hal tersebut diakibatkan oleh
gejala kapilaritas karena adanya tegangan muka (Giancoli, 1998).
Pada metode ini, sebuah tabung kapiler bersih dengan jari-jari yang
sangat kecil dimasukkan secara vertikal ke dalam cairan yang akan diukur
tegangan mukanya. Permukaan cairan akan naik sampai gaya gravitasi sama
dengan gaya ke atas yang disebabkan tegangan permukaan (Tony, 1993).
Metode ini memanfaatkan perbedaan ketinggian antara permukaan cairan di luar
dan di dalam pipa kapiler saat dicelupkan akibat adanya kapilaritas. Apabila
cairan dalam pipa kapiler naik setinggi h cm, perbedaan ketinggian dapat
digambarkan seperti berikut.

Gambar 6. Metode Kenaikan Pipa Kapiler

Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi suatu peristiwa


yang dinamakan meniskus cekung. Hal ini terjadi karena gaya kohesi yang
terjadi antara molekul air dengan molekul air lainnya lebih kecil dibandingkan
dengan gaya adhesi yang terjadi antara molekul air dengan permukaan pipa
kapiler. Perbedaan gaya ini menyebabkan air dapat naik ke dalam pipa kapiler
dan membasahi pipa kapiler. Peristiwa meniskus cekung dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 7. Gaya yang bekerja di Permukaan Cairan dalam Pipa Kapiler

Sesuai dengan Hukum Hidrostatistika :


P A =PB
(5)
Pudara=Pudara + ρgh−( gayaluasakibat tegangan muka
penampang pipa ) (6)

2 γπrcosθ
0=ρgh−
( π r2 ) (7)

2 γcosθ (8)
= ρgh
r
2 γcosθ (9)
h=
ρgr
ρghr (10)
γ=
2 cosθ
dengan,
Pa = tekanan di titik a (N/m2)
Pb = tekanan di titik b (N/m2)
Pudara = tekanan udara luar (Pa)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = tinggi permukaan cairan di dalam pipa kapiler (cm)
γ = tegangan permukaan (dyne/cm)
θ = sudut kontak antara cairan dan pipa kapiler (⁰)
r = jari-jari pipa kapiler (cm)
Sudut kontak θ untuk air, udara, dan permukaan kaca yang bersih pada

π
dasarnya adalah nol. Apabila θ> , zat cair disebut tidak membasahi permukaan
2

π π
(non-wetting). Apabila θ< , kenaikan pipa kapiler akan terjadi. Apabila θ= ,
2 2
baik kenaikan atau penurunan pipa kapiler tidak akan dialami zat cair dalam
tabung. Maka diasumsikan air membasahi dinding pipa kapiler dengan sempurna
(θ = 0⁰), sehingga nilai cosθ = 1, dan persaman tersebut menjadi (11)
ρghr
γ=
2
(Wahyuni, 2015).
Pada percobaan pengukuran tegangan permukaan dengan metode
kenaikan pipa kapiler terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari metode ini adalah:
1) Alat yang digunakan cukup sederhana yaitu berupa pipa kapiler kaca
dan penggaris.
2) Waktu yang dibutuhkan relatif singkat.
3) Percobaan yang dilakukan cukup sederhana dengan mengukur
kenaikan permukaan zat cair di dalam pipa kapiler.
Adapun kekurangan dari metode ini adalah:
1) Kesalahan parallax sangat mungkin terjadi akibat pembiasan cairan
yang mempengaruhi penggaris.
2) Dalam menentukan ketinggian cairan dalam pipa kapiler yang telah
stabil dan maksimal cukup sulit.
3) Gelembung dapat muncul di dalam pipa kapiler yang mampu
menurunkan akurasi data. Pipa kapiler harus dibersihkan dengan vacuum yang
disediakan sesering mungkin untuk mengurangi faktor kesalahan.
Tegangan permukaan memiliki peran dan manfaat dalam kehidupan
sehari-hari maupun bidang industri. Conroh dari penerapan prinsip tegangan
muka antara lain :
1) Dalam bidang medis, membantu penetrasi molekul obat-obatan
melalui membran biologis. Tegangan muka menyebabkan suatu molekul dapat
menempel pada permukaan membran di tubuh manuasia. Menempelnya molekul
menyebabkan penyerapan yang dilakukan membran lebih optimal. Namun, pada
plester luka, tegangan muka antara perekat harus dikontrol agar tidak terlalu kuat
sehingga obat luka dapat diserap oleh kulit (Azarbayjani, d.k.k., 2009).
2) Tegangan muka membantu dan merupakan salah satu gaya yang
menarik dari akar ke daun. Naiknya air disebabkan oleh daya dorong akar, daya
tarik daun, dan kapilaritas. Kapilaritas adalah salah satu contoh tegangan
permukaan di kehidupan sehari-hari.
3) Dalam penambangan, debu batu bata dapat membahayakan para
pekerja tambang. Wetting dimanfaatkan untuk mengurangi debu batu bata yang
bebas dengan menyemprotkan air melalui sebuah nozzle. Untuk meningkatkan
efisiensi air dalam mengikat debu, surfaktan ditambahkan. Surfaktan dapat
mengurangi tegangan muka air sehingga dapat mengikat debu dengan lebih baik
(Wang, 2009).
4) Kapal dilapisi dengan cat superhydrophobic untuk mengurangi biaya
perawatan. Permukaan superhydrophobic dapat mengurangi biaya bahan bakar
dan meningkatkan kecepatan kapal karena permukaan ini dapat mengurangi
gaya gesek antara kapal dan air laut.
5) Pada saat mencuci pakaian, deterjen digunakan untuk menghilangkan
noda dari pakaian. Deterjen dapat mengangkat noda karena deterjen adalah salah
satu produk surfaktan. Salah satu sisi deterjen dapat mengikat lemak dan
kotoran, sedangkan sisi lainnya dapat berikatan dengan air sehingga noda dan
kotoran dapat lepas dan mengalir dengan air.
6) Pada proses Enhanced Oil Eecovery (EOR), penambahan surfaktan
pada minyak bumi akan menurunkan tegangan muka minyak sehingga minyak
akan lebih mudah untuk diambil.
7) Pada tangki pengaduk, vorteks dapat timbul akibat tegangan muka
yang tinggi.Terbentuknya vorteks dapat mengakibatkan cairan keluar dari
tangki. Oleh karena itu, diperlukan penambahan surfaktan pada tangki pengaduk
untuk mencegah timbulnya vorteks.

2. Viskositas Zat Cair


Selain tegangan muka, salah satu sifat dari zat cair adalah viskositas.
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang
menyusun suatu fluida. Molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling
bergesekan ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan,
pada fasa gas, viskositasnya disebabkan oleh tumbukan antar molekul. Viskositas
zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien

Ns
viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah atau Pa . s , satuan cgs
m2

dyne . s
(centimeter gram sekon) untuk SI koefisien viskositas adalah = poise( p)
cm2
(Rian, 2013).
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan
kecilnya tahanan dalam suatu fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai
viskositas rendah, misalnya air, akan mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan
yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang memounya viskositas yang lebih
besar.
Gambar 8. Lapisan Fluida Sejajar
Gambar tersebut merupakan dua lapisan fluida sejajar dengan masing-
masing mempunyai luas A (cm2) dan jarak kedua lapisan L (cm). Bila lapisan atas
bergerak sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V (cm/ sekon) relatif
terhadap lapisan bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V ¿ ¿ maka
harus bekerya suatu gaya sebesar F (dyne). Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa
gaya F berbanding lurus dengan kecepatan V, luas A, dan berbanding terbalik
dengan jarak L. Sehingga persamaannya
ηVA
F= (12)
L
FL
η=
AV (13)
dengan,
η = koefisien viskositas ( Ns/m2)
F = gaya (N)
A = luas (m2)
V = kecepatan (m/s2)
L = jarak kedua lapisan (m)
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai viskositas antara lain :
A. Suhu
Suhu dapat menyebabkan perubahan nilai viskositas. Peningkatan
temperatur menunjukkan perubahan yang sangat jelas pada viskositas fluida
(Gomez-Diaz, 2009). Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan energi
kinetik molekul, artinya molekul akan bergerak dengan lebih cepat. Gaya tarik-
menarik intermolekul akan turun akibat jarak antarmolekul yang semakin jauh.
Hal ini menyebabkan molekul dapat bergerak dengan lebih bebas tanpa
hambatan atau gaya gesek fluida seperti suhu rendah viskositas larutan atau
fluida turun.
B. Tekanan
Viskositas cairan naik seiring dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. Hal tersebut dikarenakan semakin
tinggi tekanan pada suatu zat cair, maka jarak antar molekulnya akan semakin
dekat. Jarak molekul yang dekat mengakibatkan gaya gesek antar molekul
semakin banyak sehingga gaya yang menghambat aliran juga semakin besar
(Tony,1993).
C. Jenis Fluida
Setiap fluida memiliki molekul dengan kuat ikatan intermolekul yang
berbeda. Fluida dengan ikatan intermolekul kuat akan memiliki nilai viskositas
yang tinggi karena ikatan intermolekul menjadi penghambat saat fluida
mengalir. Sebaliknya, fluida dengan ikatan intermolekul yang lemah akan
mengalir dengan lebih mudah karena fluida tidak akan mengalami hambatan
yang sama. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa jenis fluida dapat mempengaruhi
nilai viskositas.
D. Konsentrasi Fluida
Konsentrasi adalah jumlah dari zat terlarut per satuan volume suatu
larutan. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak zat terlarut. Gaya
gesek dan hambatan molekul akan meningkat seiring dengan bertambahnya
konsentrasi. Gaya gesek memiliki korelasi dengan viskositas dimana gaya gesek
dan viskositas berbanding lurus. Sehingga semakin tinggi konsentrasi fluida
maka nilai viskositasnya juga semakin besar.
E. Berat Molekul
Berat molekul dapat mempengaruhi gaya gesek yang dialami molekul.
Semakin besar berat molekul, maka gaya geseknya akan semakin besar, Gaya
gesek menjadi penghambat saat fluida itu mengalir. Maka semakin tinggi berat
molekul, maka nilai viskositas juga akan semakin tinggi.
F. Kehadiran Zat Lain
Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi dapat mempengaruhi
nilai viskositas suatu zat. Misalnya, penambahan gula tebu dapat meningkatkan
viskositas air dan penambahan air pada minyak atau gliserin dapat menurunkan
viskositas zat tersebut.

Viskometer merupakan alat yang digunakan unruk mengukur viskositas


atau kekentalan suatu cairan. Menurut Dogra (2009), terdapat beberapa viskometer,
antara lain :
A. Viskometer Lehman
Prinsip dari viskometer Lehman adalah mengukur waktu dari kecepatan
alir fluida. Nilai viskositasnya diperoleh melalui perbandingan waktu kecepatan
alir fluida yang akan diuji dengan waktu kecepatan alir fluida pembanding,
dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air. Persamaan yang
digunakan adalah :
t cairan
η=
t air (14)

Berikut adalah skema dari Viscometer Lehman yang diadaptasi dari


Laporan Mingguan Sifat Fisik Zat oleh Nurachman Anwar.

Gambar 9. Skema Viscometer Lehman

B. Viskometer Hoppler
Prinsip dari viskometer Hoppler adalah mengukur waktu yang
diperlukan oleh sebuah bola untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi
tertentu. Adanya gaya gravitasi menyebabkan benda jatuh melewati medium
yang berviskositas dengan kecepatan yang semakin besar hingga mencapai
kecepatan maksimum. Viskositas yang dihitung mengacu pada Hukum Stokes
sesuai dengan persamaan:
2 g R2 (γ −γ 1 )
η=
9V
dengan,
η = koefisien viskositas (cm.Poise)
R = jari-jari bola peluru (cm)
γ = massa jenis bola peluru (gr/cm3)
γ1 = massa jenis zat cair (gr/cm3)
Berikut ini adalah skema viscometer Hoppler yang diadaptasi dari Data
Acquistion System for a Falling-Sphere Viscometer oleh Kanishka
Kobbekaduwa.
2

3
Keterangan :
1. Skala ukur
2. Bola
3. Wadah cairan
4. Pengatur bola
4

Gambar 10. Skema Viscometer Hoppler

C. Viskometer Cup and Bob


Prinsip kerja yang digunakan viskometer Cup and Bob adalah sampel
digeser dalam ruangan antar dinding dalam cup dimana bob masuk tepat di
tengah cup. Kelemahan dari viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat.
Aliran sumbat terjadi karena adanya geseran yang tinggi di sepanjang keliling
bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi.

Berikut adalah skema viskometer Cup and Bob yang diadaptasi dari
Viscosity oleh Monang Marpaung.

Gambar 11. Skema Viskometer Cup and Bob


D. Viskometer Cone and Plate
Viskometer cone and plate adalah alat untuk mengukur kekentalan yang
digunakan secara rutin menentukan viskositas absolut cairan dalam volume
sampel kecil. Viskometer ini digunakan dengan cara menempatkan sampel di
tengah-tengah papan kemudian dinaikkan hingga posisi di bawa kerucut.
Kerucut digerakkan oleh motor dengan kecepatan yang bervariasi dan
sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam kemudian kerucut
yang berputar.
Berikut adalah skema dari viskometer Cone and Plate yang diadaotasi
dari Viscosity oleh Monang Marpaung.

Keterangan:

2
1. Kerucut
2. Lempeng

Gambar 12. Skema Viskometer Cone and Plate


E. Viskometer Brookfield
Viskometer Brookfield bekerja dengan menggunakan prinsip rotasi. Alat
ini mengukur torsi yang dibutuhkan untuk merotasikan spindle di dalam suatu
fluida. Spindle diputar dengan callibrated spring. Viskometer Brookfield adalah
alat yang versatile mengingat kecepatan spindle dapat diubah dan disesuaikan
dengan kebutuhan (Ametek Brookfield, 2017).
Berikut ini adalah skema dari viskometer Brookfield yang diadaptasi dari
Measurement Apparatus oleh Vincent, d.k.k.

Keterangan :
1. Motor
2. Torsion spring
2
1

Gambar 13. Skema Viscometer Brookfield


F. Viskometer Ostwald
Viskometer Ostwald adalah alat ukur viskositas yang menggunakan
metode pengukuran berdasarkan laju aliran fluida dalam pipa kapiler vertikal
yang menempuh jara tertentu menggunakan Hukum Poisulle. Pada metode ini,
parameter yang diuku adalah waktu fluida untuk mengalir melalui pipa kapiler
dengan gaya yang disebabkan oleh berat fluida tersebut.
Keterangan :
1. Batas atas
2. Batas bawah

Gambar 14. Skema Viscometer Ostwald


Prinsip kerja viskometer Ostwald adalah mengukur laju fluida sampel.
Viskometer Ostwald yang sudah diisi fluida dinaikkan dengan bola penghisap
sampai ketinggian fluida di atas garis batas atas viskometer Ostwald. Bola
penghisap dilepas dan waktu alir fluida dari batas atas hingga batas bawah
dihitung menggunakan stopwatch. Hasil perhitungan dicatat dan didapatkan
waktu fluida.
Poisulle menemukan bahwa volume (V) yang dialirkan keluar pipa per
satuan waktu (t) untuk jari-jari (r) dan panjang pipa (l) serta tekanan (P) adalah :
π D4 P
Q=
128 η l (16)
V πP r 4
=
t 8 ηl (17)
π ρ0 gh r 04 t 0
V= (18)
8 η0 l
πρghr 4 t
V= (19)
8ηl
πρgh r 4 t
η= (20)
8V l
Oleh karena itu, viskositas ditetapkan dengan dibandingan pada cairan
yang mempunyai viskositas tertentu, misalnya air. Sehingga persamaan menjadi
η ρ r4 t
ηrelatif = =
η0 ρ0 r 40 t 0 (21)
dengan
η = viskositas zat cair
ρ = rapat massa zat
h = tinggi zat cair
r = jari-jari kapiler viskometer
t = waktu alir zat sampel
V = volume yang dialirkan keluar pipa
l = panjang pipa

Viskositas cairan akan meningkat seiring dengan tingginya tekanan,


tetapu semakin turun secara eksponensial seiring dengan tingginya temperatur.
η=B e A / T
(22)
dalam bentuk logaritmik
A
ln η=lnB+
T (23)
Kelebihan dari viskometer Ostwald antara lain :
1) Kemungkinan terjadinya aliran turbulen dalam pipa kapiler sehingga
diperoleh nilai viskositas yang lebih akurat daripada metode bola jatuh.
2) Viskometer Ostwald dapat digunakan untuk semua jenis cairan, baik
cairan kental maupun cairan tidak kental.
3) Metode viskometer Ostwald lebih praktis dan efisien dalam
menentukan nilai viskositas cairan dibandingkan dengan metode bola
jatuh karena alat yang digunakan tidak banyak dan mekanisme yang
cukup mudah yaitu menghitung waktu alir.
Kekurangan dari viskometer Ostwald antara lain:
1) Kerusakan pada viskometer Ostwald sulit untuk diidentifikasi.
2) Kesalahan parallax dapat terjadi karena ukuran peralatan yang relatif
kecil.
3) Di dalam viskometer Ostwald dapat terbentuk gelembung, oleh karena
itu fluida harus dihisap secara perlahan.
Viskositas yang juga dinyatakan sebagai perbendingan antara tegangan geser per
laju peregangan memiliki peran dalam kehidupan, antara lain :
A. Oli digunakan sebagai pelumas pada kendaraan. Oli dibuat dengan
perhitungan viskositas tertentu. Dengan nilai viskositas ini, oli diharapkan dapat
mencegah mesin aus secara cepat dengan cara melapisi permukaan yang
bergesekan.
B. Dalam industri pangan, viskositas memiliki banyak peran. Viskositas dapat
mengubah atau menentukan tekstur suatu makanan. Industri berusaha mengontrol
viskositas produk melalui analisis bahan dan proses yang akan digunakan. Industri
juga mempertahankan viskositas produk agar tetap konsisten sampai di tangan
konsumen (McGregor, 2018).
C. Dalam petroleum industry, viskositas sangat penting untuk menentukan
pengontrolan pengeboran, desain perpipaan, dan pelumasan (Davenport, 1968).
D. Dalam bidang medis, viskositas obat-obatan pada obat intravena dinilai
sangat penting.Viskositas darah harus dijaga agar tidak terlalu encer karena akan
menyebabkan sulitnya menghentikan pendarahan dan tidak terlalu kental dapat
menyebabkan penggumpalan yang berbahaya.
E. Pada perancangan pipa, viskositas zat cair akan dibutuhkan oleh seorang
design engineer dalam menentukan kondisi pipa yang optimum untuk suatu proses.

III. METODOLOGI PERCOBAAN


1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
A. Aquadest yang disediakan oleh Laboraturium Analisis Bahan, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
B. Larutan NaCl 5%, 10%, dan 15% yang dibuat dengan melarutkan dan
mengencerkan garam NaCl Cap Daun yang disediakan oleh Laboraturium Analisis
Bahan, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
C. Larutan K2SO4 5%, 10%, dan 15% dengan merek Merck yang disediakan
oleh Laboraturium Analisis Bahan, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Univeritas Gadjah Mada.
D. Minyak goreng dengan merek Bimoli yang disediakan oleh Laboraturium
Analisis Bahan, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada.

2. Alat
A. Pengukuran Tegangan Muka Cairan

3 1 2
0 Keterangan:
1. Pipa Kapiler

4 2. Penggaris 30 cm
3. Termometer alkohol 110oC
4. Gelas beker 250mL
5. Larutan yang akan diuji

Gambar 15. Rangkaian Alat Metode Kenaikan Pipa kapiler


Pada gambar tersebut, pipa kapiler digunakan untuk mengetahui
kenaikan zat cair yang disebabkan oleh tegangan muka cairan. Penggaris
digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian permukaan cairan di dalam
dan di luar pipa kapiler. Termometer alkohol digunakan untuk mengukur suhu
cairan selama percobaan berlangsung. Gelas beker digunakan untuk menampung
cairang yang akan diukur nilai tegangan mukanya.
B. Pengukuraan Viskositas Cairan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan pengukuran viskositas cairan
adalah sebagai berikut.
3

4 5
6
14 1 13 2

11

7
9

10 8 12

Gambar 16. Rangkaian Alat Pengukura Viskositas Zat Cair


Keterangan :
1. Viskometer Ostwald 1 mm
2. Viskometer Ostwald 0,6 mm
3. Bola penghisap
4. Minyak goreng
5. Aquadest
6. Termometer alkohol 110oC
7. Aquadest waterbath
8. Tombol power dan pengatur suhu
9. Monitor suhu
10. Steker
11. Gelas ukur 250 mL
12. Hidrometer
13. Penjepit kayu
14. Sumbat termometer
Viskometer Ostwald digunakan untuk mengukur viskositas cairan
dengan cara menghitung waktu cairan yang mengalir dari batas atas hingga
melewati batas bawah pada viskometer. Viskometer Ostwald 0,6 mm digunakan
untuk mengukur viskositas aquadet, sedangkan viskositas minyak goreng diukur
dengan viskometer 1 mm. Bola penghisap digunakan untuk mengangkan atau
menaikkan cairan agar melewati batas atas viskometer. Termometer digunakan
untuk mengukur suhu cairan selama percobaan berlangsung. Waterbath dan
komponen pnyusunnya digunakan untuk mengatur suhu cairan selama
percobaan berlangsung. Gelas ukur digunakan untuk menampung minyak
goreng yang akan diukur rapat massanya. Hidrometer digunakaan untuk
mengukur rapat massa minyak goreng. Stopwatch digunakan untuk mengukur
waktu yang dibutuhkan cairan untuk melewati batas atas hingga batas bawah
pada viskometer.
3. Cara Percobaan
A. Tegangan Muka Zat Cair
1) Pembuatan larutan Nacl 5%, 10%, dan 15%
Garam natrium klorida (Nacl) seberat 5, 10, dan 15 gram
ditimbang di atas gelas arloji menggunakan neraca analitis digital. Garam
NaCl yang sudah ditimbang kemudian masukkan ke dalam gelas beker
dan dilarutakan hingga homogen dalam 50 mL aquadest. Larutan NaCl
dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquadest
sampai tanda batas. Labu ukur 100 mL digojog hingga larutan NaCl
homogen. Larutan Nacl yang telah homogen dipindahkan ke dalam gelas
beker.
2) Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Diameter bagian dalam tiap pipa kapiler dihitung dengan
mengguanakan penggaris. Gelas beker 250 mL diisi dengan aquadest
dan suhunya dicatat menggunakan termometer alkohol 100oC. Penggaris
dimasukkan ke dalam gelas beker yang telah diisi aquadest. Pipa kapiler
dimasukkan ke dalam aquadest dan ditarik sampai ketinggian permukaan
cairan di dalam pipa kapiler stabil. Perbedaan ketinggian antara
permukaan cairan di dalam dan di luar pipa kapiler dihitung dengan
bantuan penggaris. Percobaan diulangi hingga didapatkan tiga data
ketinggian permukaan cairan di dalam pipa kapiler. Percobaan dengan
metode yang sama dilakukan dengan pipa kapiler lain yang memiliki
diameter berbeda. Percobaan ini dilakukan kembali dengan larutan NaCl
5%, 10%, dan 15%, serta larutan K2SO4 5%, 10%, dan 15%.
B. Viskositas Zat Cair
Waterbath dihidupkan dari knop atau pengatur suhu waterbath diatur
sehingga monitor suhu menunjukkan suhu 35oC. Termometer alkohol 110oC
dengan sumbat dimasukkan ke dalam waterbath. Viskometer Ostwald 0,6mm
diisi dengan aquadest hingga bagian yang berbentuk oval terisi dengan
aquadest. Viskometer Ostwald 1 mm diisi dengan minyak goreng. Kedua
viskometer dimasukkan ke dalam waterbath dan ditahan dengan bantuan
penjepit kayu hingga seimbang. Suhu fluida ditunggu selama kurang lebih 15
menit agar suhu fluida sama dengan suhu waterbath. Bola penghisap digunakan
untuk menghisap larutan setelah suhu fluida sama dengan suhu waterbath.
Cairan atau larutan dihisap sampai larutan berada lebih tinggi dari batas atas
viskometer. Stopwatch disiapkan dan waktu mulai dihitung saat larutan melewati
batas atas hingga melewati batas bawah viskometer. Waktu yang ditempuh
selama aquadest ataupun minyak goreng melewati batas atas dan batas bawah
serta suhu waterbath dicatat. Pengukuran yang sama pada suhu sama diulang
hingga didapatkan tiga data. Suhu waterbath dinaikkan menjadi 40oC dan
ditunggu hingga termometer alkohol menunjukkan suhu 40oC. Langkah
pengukuran waktu diulang kembali hingga didapatkan tiga data masing-maisng
untuk aquadest dan minyak goreng pada suhu 40 oC. Percobaan diulangi pada
suhu 50oC, 60oC, dan 70oC untuk minyak goreng dan aquadest. Gelas ukur 250
mL diisi dengan minyak goreng. Hidrometer dimasukkan ke dalam gelas ukur
dengan berhati-hati dan tanpa menyentuh dinding gelas ukur hingga dasar gelas
ukur. Hidrometer dibiarkan naik secara perlahan tanpa menyentuh dinding gelas
ukur. Ketinggian permukaan cairan pada skala hidrometer dicatat sebagai rapat
massa minyak goreng. Suhu minya goreng di dalam gelas ukur diukur dengan
termometer alkohol dan dicatat. Waterbath dimatikan setelah percobaan selesai.
4. Analisis Data
A. Asumsi
Beberapa asumsi ditentukan untuk membuat perhitungan dalam
percobaan dapat dilakukan lebih sederhana. Dalam percobaan pengukuran
tegangan muka, asumsi yang diambil adalah :
1) Suhu lingkungan dan suhu sampel selama percobaan dianggap
konstan sehingga nilai tegangan muka pada saat percobaan tidak
dipengaruhi suhu dan hasil perhitungan juga tidak berpengaruh.
2) Natrium klorida dan Kalium sulfat yang digunakan memiliki
kemurnian 100% dan tidak mengandung kontaminan dan zat pengotor
lainnya sehingga konsentrasi larutan sesuai dengan konsentrasi tertulis.
3) Cairan diasumsikan membasahi dinding pipa kapiler, sudut yang
dibentuk θ=0 ° dan nilai cosθ=1 sehingga perhitungan dapat dilakukan
dengan mudah.
Dalam percobaan pengukuran viskositas larutan, asumsi yang ditetapkan
adalah:
1) Aquadest dan minyak goreng yang digunakan selama percobaan
memiliki kadar kemurnian 100% dan tidak mengandung kontaminan
serta zat pengotor lainnya sehingga viskositas yang didapatkan adalah
viskositas sesunggunya.
2) Cairan sampel tidak kehilangan panas selama percobaan berlangsung
sehingga suhu cairan sampel sama dengan suhu pada waterbath dan
perhitungan yang dilakukan akurat.
3) Suhu cairan sampel di dalam viskometer sama dengan suhu aquadest
pada waterbath.
B. Menentukan Rapat Massa Cairan
Massa cairan dpat diperoleh dengan :
m cairan=m pc −m po
(24)
m
ρ NaCl = larutan Nacl x ρaquadest
maquadest (25)
mlarutanK S O
ρK SO = 2 4
x ρaquadest
2 4
maquadest (26)
rapat massa aquadest pada subu percobaan diperoleh dari referensi.
dengan,
m pc = massa piknometer + cairan (gram)
m po = massa piknometer kosong (gram)
ρ NaCl = rapat massa Natrium klorida (gram/mL)
ρaquadest = rapat massa aquadest (gram/mL)
ρK SO
2 4
= rapat massa Kalium sulfat (gram/mL)
Rapat massa minyak dapat dicari dengan persamaan :
ρminyak =ρminyak mula−mula −[ 0,514 x 10−4 x ( T −T 0 ) ] (27)
dengan,
ρminyak = rapat massa minyak pada berbagai suhu
percobaan (gram/mL)
ρminyak mula−mula = rapat massa minyak pada suhu ruangan diukur
dengan hidrometer (gram/mL)
T = suhu waterbath (oC)
T0 = suhu minyak mula-mula (oC)
C. Menentukan Tegangan Muka Zat Cair
1) Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Rata-rata hasil pengukuran ketinggian cairan di dalam pipa
kapiler dapat ditentukan dengan :
Σ́ h
h́=
n (28)
Jari-jari dari pipa kapiler dapat ditentukan dengan :
D
R=
2 (29)
Tegangan muka zat cair dapat ditentukan dengan :
1
γ = × g × ρ× R ×h
2 (30)

Tegangan muka rata-rata dapat ditentukan dengan :


1
γ́ = × g × ρ× R × h́
2 (31)
dengan,
h = tinggi cairan dalam pipa kapiler (cm)
h́ = tinggi cairan rata-rata dalam pipa kapiler (cm)
D = diameter pipa kapiler (cm)
g = percepatan gravitasi bumi (cm/s2)
r = jari-jari pipa kapiler (cm)
ρ = rapat massa cairan (gram/mL)
n = jumlah data percobaan
γ = tegangan muka zat cair (dyne/cm)
γ́ = rata-rata tegangan muka zat cair (dyne/cm)
2) Perhitungan Kesalahan Relatif
Perhitungan kesalahan relatif pengukuran tegangan muka
dilakukan setelah selesai menghitung tegangan muka zat cair dengan satu
metode.
Tegangan muka aquadest referensi dapat dicari melalui informasi
dapat yang diperoleh dari sumber literatur. γ aquadest pada 20oC adalah 72,8
dyne/cm dan γ aquadest pada 30oC adalah 71,2 dyne/cm/ Tegangan muka
aquadest referensi dapat dicari melalui :
T −T 1 γ −γ 1 (32)
=
T 2−T 1 γ 2 −γ 1
dengan,
T = suhu (oC)
γ = tegangan muka (dyne/cm)
Kesalahan relatif pengukuran tegangan muka aquadest dapat
ditentukan dengan:
γ referensi −γ percobaan
Kesalahan Relatif = | γ referensi | × 100 %
(33)

D. Menentukan Viskositas Zat Cair


Jari-jari viskometer Ostwald dapat ditentukan dengan :
D viscometerOstwald
R= (34)
2
dengan,
R = jari-jari viskometer Ostwald (cm)
D = diameter viskometer Ostwald (cm)
Waktu rata-rata percobaan dapat ditentukan dengan :
t 1+t 2 +t 3
t́=
3 (35)
Viskositas relatif pada percobaan dapat ditentukan dengan:
μ minyak ρ ×r 4 × t́
μrelatif = =
μaquadest ρ0 ×r 04 × t´0 (36)
dengan,
μ = viskoasitas (cp)
ρ0 = rapat massa aquadest (gram/mL)
ρ = rapat massa minyak goreng (gram/mL)
t´0 = waktu alir rata-rata aquadest (sekon)
t́ = waktu alir rata-rata minyak goreng (sekon)
Setelah viskositas relatif dalam percobaan dihitung, viskositas dinamik
dapat ditentukan dengan:
μdinamik =μrelatif × μstandar (aquadest)
(37)
dengan,
μdinamik = viskositas dinamik minyak (cp)
μrelatif = viskositas relatif minyak (cp)
μstandar (aquadest) = viskositas standar (aquadest) (cp)
Viskositas standar dapat ditentukan dengan melakukan pembacaan pada
Nomograph. Nomograph dapat diperoleh dari Pery's Chemical Engineer's
Handbook pada bagian Transport Properties 2-323 untuk Edisi 7.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menggunakan Nomograph :
1) Menentukan koordinak (x,y) dari zat yang akan dikur viskositasnya.
2) Tandai titik tepat pada perpotongan x dan y dari zat cair.
3) Nilai viskositas pada setiap suhu dalam percobaan dicari dengan
menarik garis lurus dari suhu percobaan, memotong titik dan berakhir
pada nilai viskositas.
4) Data pada indikator viskositas merupakan nilai viskositas zat cair pada
suhu percobaan.
Untuk aquadest digunakan koordinak x=10 dan y=13.
Beriku ini skema langkah-langkah penentuan viskositas standar dengan
menggunakan Nomograph yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Viskositas (cp)

Suhu,
o
C

(10,13)
X

Gambar 17. Skema Langkah-Langkah penentuan Viskositas Standar dengan


Menggunakan Nomograph

Pembacaan Nomograph dapat dilihat pada bagian lampiran.


Setelah diperoleh viskositas dinamik suatu zat cair, maka hubungannya
dengan suhu dapat ditentukan melalui pendekatan eksponensial. Persamaan
eksponensial dilinearkan terlebih dahulu.
A
μ=B e T
(38)
A
ln μ=ln B+
T (39)
y=b+ax
(40)
dengan,
y=ln μ
b = ln B
a=A
1
x=
T
Nilai a dan b dapat ditentukan dengan persamaan berikut.

(41)

(42)
a=
∑ x ∑ y−n ∑ xy
2
(∑ x) −n ∑ x 2

b=
∑ y−a ∑ x
n
Dengan mengetahui nilai a dan b, maka nilai A dan B dapat ditentukan
A
T
μ=B e
(43)
dengan,
A= a
B = eb
Kemudian, kesalahan relatif dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut
μ percobaan−μ persamaan
Kesalahan Relatif = | μ percobaan |×100 %
(44)
Lalu, dihitung kesalahan relatif rata-rata menggunakan persamaan
berikut
Σ kesalahan relatif (45)
Kesalahan Relatif Rata−Rata=
n
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan untuk mengetahui nilai tegangan muka suatu larutan dilakukan
dengan metode pengukuran kenaikan permukaan larutan di dalam pipa kapiler.
Percobaan ini dilakukan dengan metode memasukkan pipa kapiler dengan berbagai
diameter ke dalam larutan sampel lalu kenaikan permukaan larutan dihitung untuk
menentukan tegangan muka larutan itu Percobaan ini menggunakan tiga pipa kapiler
dengan diameter, masing – masing, 0,1 cm, 0,2 cm, dan 0,3 cm. Percobaan ini dilakukan
dengan tiga kali pengulangan.
Melalui percobaan ini, tegangan muka pada suhu 29 ,C dapat diperoleh sebesar
17,7774 dyne/cm yang didapatkan melalui pengulangan tiga kali percobaan kenaikan
pipa kapiler pada pipa kapiler 0,1 cm, 0,2 cm, dan 0,3 cm. Untuk data tegangan muka
larutan NaCl 5%, 10%, dan 15% dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan NaCl pada Berbagai
Konsentrasi
No Tegangan Muka Percobaan
. Larutan (dyne/cm)
1 NaCl 5% 13,88
2 NaCl 10% 21,11
3 NaCl 15% 29,79

Berdasarkan percobaan yang hasilnya disajikan dalam tabel, nilai tegangan


muka larutan NaCl lebih besar dari nilai tegangan muka aquadest. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa semakin banyak zat terlarut dalam suatu larutan, semakin
tinggi nilai tegangan muka larutan itu. Pada percobaan ini, garam NaCl terlarut dalam
aquadest menjadi ion Na+¿¿ dan ion Cl−¿¿. Aquadest adalah distilled water yang artinya
aquadest sudah dimurnikan melalui proses distilasi sehingga tidak memiliki zat terlarut
di dalamnya.

Grafik hubungan konsentrasi dan tegangan muka untuk larutan NaCl disajikan
dalam gambar berikut :
35

30
f(x) = 1.59 x + 5.68
25
Tegangan Muka

20
γ percobaan
15 Linear (γ
percobaan)
10

0
4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi Larutan NaCl (gram/100mL)

Gambar 19. Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan NaCl dan Tegangan Muka Larutan
NaCl
Dari grafik, terlihat bahwa hubungan konsentrasi dan tegangan muka memiliki
tren linier positif, di mana tegangan muka meningkat seiring dengan pertambahan
konsentrasi. Hal ini sesuai Dengan teori yang menyatakan bahwa jumlah zat terlarut
berbanding lurus dengan gaya ikatan intermolekuler. Larutan NaCl dengan konsentrasi
lebih tinggi memiliki jumlah zat terlarut yang lebih banyak, gaya ikatan intermolekuler
yang lebih kuat, dan tegangan muka yang lebih kuat pula.
Percobaan dilanjutkan dengan menguji tegangan muka larutan K2SO4 pada
berbagai konsentrasi. Hasil percobaan perhitungan tegangan muka larutan K2SO4 pada
berbagai konsentrasi dapat dilihat dalam tabel II.

Tabel II. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan K2SO4 pada Berbagai
Konsentrasi

No Tegangan Muka Percobaan


. Larutan (dyne/cm)
1 K2SO4 5% 33
2 K2SO4 10% 35,60
3 K2SO4 15% 42,62

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa tegangan muka meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi larutan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
semakin banyak zat terlarut dalam larutan, tegangan muka dari larutan akan meningkat.
Tegangan muka K2SO4, dapat dilihat, juga lebih tinggi dibandingkan tegangan muka
larutan NaCl. NaCl terionisasi menjadi satu ion Na+¿¿ dan satu ion Cl−¿¿, sedangkan
K2SO4 terionisasi menjadi dua ion K +¿¿ dan satu ion SO 2−¿
4
¿
. Data pada tabel dapat
digambarkan dalam grafik seperti di bawah :
Gambar 20. Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan K2SO4 terhadap Tegangan Muka
Larutan K2SO4

Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa terdapat tren linier positif. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin
tinggi tegangan muka larutan itu. Konsentrasi menunjukkan jumlah zat terlarut per
satuan volume. Makin banyak zat yang terlarut, tegangan muka cairan akan semakin
kuat karena gaya ikatan intermolekulernya semakin kuat.
Pada percobaan ini, kesalahan relatif pengukuran tegangan muka aquadest
adalah sebesar 75,52%. Angka kesalahan relatif ini termasuk sangat tinggi. Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakakuratan hasil percobaan ini.
Terbentuknya gelembung pada pipa kapiler yang menyebabkan zat cair atau larutan
tidak dapat naik secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab kesalahan relatif
yang tinggi. Pipa kapiler yang digunakan selama percobaan dalam keadaan yang tidak
baik, seperti gempil atau retak. Kesalahan paralaks juga sangat mungkin terjadi karena
kesulitan yang dialami selama menentukan kenaikan permukaan larutan yang paling
tinggi dalam kondisi konstan.
Selain percobaan untuk mengukur tegangan muka, viskositas dari larutan juga
diuji. Percobaan pengukuran viskositas larutan dilakukan dengan bantuan alat ukur
Viskosimeter Ostwald. Percobaan pengukuran viskositas larutan dilakukan dengan
menghitung waktu alir larutan di dalam Viskosimeter Ostwald dari batas atas hingga
larutan yang diuji melewati batas bawah Viskosimeter Ostwald. Pengukuran waktu
dilakukan dengan stopwatch. Percobaan ini dilakukan dalam beberapa variasi suhu
untuk mencari hubungan antara viskositas dengan suhu.
Data – data yang didapatkan dari percobaan dengan Viskosimeter Ostwald dapat
dijelaskan dengan menggunakan Hukum Poiseuille. Dari percobaan ini, dapat diperoleh
nilai viskositas relatif minyak goreng. Viskositas standar aquadest dapat dicari dengan
nomograf yang didapatkan dari Perry’s Chemical Engineer’s Handbook. Setelah
mendapatkan viskositas relatif minyak goreng dan viskositas standar aquadest,
viskositas dinamik minyak goreng dapat ditentukan. Viskositas relatif minyak goreng
hasil percobaan dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Data Viskositas Relatif dan Viskositas Standar Minyak Goreng pada
Berbagai Suhu

No. Suhu µ Relatif Minyak µ Dinamik Minyak (cp)


1 35 201,8528367 171,5749112
2 41 181,3060886 126,914262
3 50 153,4755611 89,01582543
4 60 140,2651263 67,32726064
5 70 138,7583928 54,11577319

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu zat cair, nilai
viskositasnya akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
viskositas dan suhu memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Peristiwa ini dapat
terjadi karena peningkatan suhu dapat menambah energi kinetik molekul di dalam zat
cair. Semakin tinggi energi kinetik molekulnya, semakin cepat gerakan molekulnya. Hal
ini menyebabkan ikatan intermolekuler makin lemah sehingga nilai viskositasnya pun
turun.
Melalui regresi linier, hubungan antara nilai viskositas dan suhu larutan dapat
ditentukan. Nilai a adalah 3460,5949 dan b adalah -6,1548. Persamaan y = ax + b dapat
ditulis menjadi lnµ = -5,4164 + 3214,3258/T. Persamaan ini dapat diubah menjadi
bentuk eksponensial µ = 0,0044 exp [3214,3258/T]. Dengan persamaan eksponensial
ini, nilai viskositas dinamik persamaan dapat ditentukan. Nilai viskositas dinamik
persamaan pada suhu 35 ,C adalah 151,3686 cp sehingga kesalahan relatifnya adalah
1,33%. Nilai viskositas dinamik persamaan pada suhu 41 ,C adalah 126,9143 cp
sehingga kesalahan relatifnya adalah 2,30%. Nilai viskositas dinamik persamaan pada
suhu 50 ,C adalah 95,4999 cp sehingga kesalahan relatifnya adalah 7,28%. Nilai
viskositas dinamik persamaan pada suhu 60 ,C adalah 69,2267 cp sehingga kesalahan
relatifnya adalah 2,82%. Nilai viskositas dinamik persamaan pada suhu 70 ,C adalah
51,1318 cp sehingga kesalahan relatifnya adalah 5,51%. Data viskositas dinamik
percobaan dapat disajikan dalam grafik di bawah :
200
180
160
140
Viskositas (cp)

120
100
80 µ persamaan
60 µ percobaan
40
20
0
305 310 315 320 325 330 335 340 345
Suhu (K)

Gambar 21. Grafik Hubungan Suhu Larutan dengan Viskositas Larutan


Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu percobaan,
semakin rendah viskositas fluida yang diuji. Dalam percobaan ini, fluida yang diuji
adalah minyak goreng. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa gaya ikatan
intermolekuler akan semakin kecil saat suhu fluida semakin tinggi. Saat gaya
intermolekulernya kecil, molekul dapat bergerak dengan lebih bebas, hambatan atau
gaya gesekan yang dialami molekul juga akan menjadi semakin kecil, dan fluida dapat
mengalir dengan lebih mudah. Hal inilah yang menyebabkan hubungan suhu fluida dan
viskositas fluida berbanding terbalik.
Kesalahan relatif rata – rata dari percobaan pengukuran viskositas minyak
adalah 2,94%. Angka kesalahan relatif menandakan persamaan yang dihasilkan masih
belum cukup akurat. Kesalahan relatif dapat disebabkan oleh Viskosimeter Ostwald
yang sulit dibersihkan secara menyeluruh. Kesalahan paralaks juga dapat terjadi karena
kesulitan yang dialami saat melihat fluida mengalir melewati batas atas dan batas bawah
Viskosimeter Ostwald. Waktu alir yang singkat juga dapat menjadi alasan kurang
telitinya percobaan ini karena pengukuran dengan stopwatch akan menjadi lebih sulit.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh melalui percobaan pengukuran tegangan muka dan
viskositas zat cair adalah :

1. Definisi Tegangan Muka dan Viskositas


a. Tegangan muka adalah sifat unik yang dimiliki zat cair untuk
memeperkecil luas permukaannya akibat gaya tarik – menarik
intermolerkuler yang tidak seimbang pada bagian permukaan cairan.
b. Viskositas adalah sifat fluida yang menggambarkan nilai hambatan atau
gaya gesek yang dialami fluida saat mengalir.
2. Hasil percobaan pengukuran tegangan muka dengan metode kenaikan pipa
kapiler untuk aquadest adalah 17,7774 dyne/cm dengan kesalahan relatif sebesar
75,52%. Untuk larutan NaCl 5%, 10%, dan 15%, nilai tegangan muka secara
berturut – turut adalah 13,8870 dyne/cm, 21,1177 dyne/cm, dan 29,8003
dyne/cm. Tegangan muka larutan NaCl memiliki kecenderungan untuk
meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi larutan. Untuk larutan
K2SO4 5%, 10%, dan 15%, nilai tegangan muka secara berturut – turut adalah
33,0100 dyne/cm, 35,6103 dyne/cm, dan 42,3353 dyne/cm. Tegangan muka
larutan K2SO4 juga memiliki kecenderungan untuk meningkat apabila
konsentrasi larutan lebih tinggi.
3. Pengaruh jenis larutan terhadap tegangan muka pada larutan – larutan dengan
konsentrasi yang sama adalah larutan degan jumlah zat terlarut yang lebih
banyak, seperti akibat ionisasi di dalam air, akan memiliki nilai tegangan muka
yang lebih besar.
4. Hasil percobaan pada suhu 35 ,C, 41 ,C, 50,C, 60 ,C, dan 70 ,C, secara berturut
– turut adalah 153,4082 cp, 126,9143 cp, 89,0158 cp, 67,3273 cp, dan 54,1158
cp dengan kesalahan relatif rata – rata sebesar 2,93%.
5. Hubungan viskositas dengan suhu dapat didekati dengan persamaan :

µ = 0,0044 exp [3214,3258/T]

6. Hubungan antara viskositas zat cair dengan besarnya suhu berbanding terbalik.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan suhu menyebabkan molekul di dalam
larutan bergerak dengan lebih bebas sehingga gaya tarik antarmolekulnya
berkurang.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Ametek, Brookfield. 2017. More Solutions to Sticky Problems. Ametek Brookfield Inc.
Ardenu, Yovier. 2013. Concentration and Content. Biochemical Media.
Ardisty, B., d.k.k. 2015. Tegangan Permukaan. Jember: Jurusan Pendidikan Biologi,
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Azantayjani, Fathi, d.k.k. 2009. Impact of Surface Tension in Pharmaceuticals
Sciences. Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science.
Basuki, Atastina Sri dan Setijo Bismo. 2003. Buku Panduan Praktikum Kimia Fisika.
Depok: Penerbit Universitas Indonesia.
Daniels, F., Mahews, J.H., dan Williams, J.W. 1956. Experimental Physical Chemistry.
New York: McGraw-Hill.
Dogra, S.K dan Dogra, S. 2009. Kimia Fisika dan Soal-Soal (Umar Mansyur Trans).
Jakarta:
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gomex-Diaz, Navaza Diego, dan Jose. M. 2007. Effect of Temperature on the Viscosity
of Honey. International burtial of Food Properties, 12:2, 396-404.
Heaton, D.J Trumble. 2017. Outcomes of Surface Replacement Proximal
Interphalangeal Joint Arthoplasty Through A Volar Approach: A Prospective
Study. New York: American Association for Handy Surgery.
Indarniati, I., dan Ernawati, F.U. 2008. Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan
dengan Induksi Elektromagnetik. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Iqbal, Muhammad Irhanul, d.k.k. 2017. Penentuan Tegangan Permukaan Cara Cincin
Du Nouy. Malang: FMIPA UM.
Juliyanto, Eko, d.k.k. 2016. Menentukan Tegangan Muka Zat Cair. Wonosobo:
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sains Al-Quran.
McGregor, Robert. VI 2018. Viscosity is Key in The Food and Beverage Industry. Lab
Science
Rachmim, Putri Fiona, Mirta, Evalinda, Yhoha, Yusuf. 2012. Lignosulfonat dan
Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Sulfonasi Langsung. Palembang: Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.
Raymend, Kevin, Riedel Marco, dan Helmut Eichert. 2017. Substiture Fluid
Examinations for Liquid Manure.
Rian, Fajar M. 2013. Laporan Praktikum Satuan Operasi Industri Viskositas.
Jatinangor: FTIP UNPAD.
Shinde, U.P., d.k.k. 2015. Surface Tension as A Function of Temperature and
Concentration on Liquid. India: Malegeon-Camp.
Sutera, S.P., dan Skalak R.1993. The History of Poisulle's Law. New York: Annual
Review Inc.
Tony, Bird. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia
Wahyuni, Hasti Sri. 2015. Pengukuran Tegangan Permukaan Larutan Detergen
Menggunakan Apitan Kaca dengan Bantuan Analisa Foto. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Wang, Xiaonan, Shujie Yuan, dan Bingyou Jiang. 2019. Wetting Process and
Adsorption Mechanism of Surfactants Solutions on Coal Dust Surface. Huainan:
Anhui University of Science and Technology.
Yazid, Einstein. 2015. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Yusibani, Elin, Al Hazmi Nursabila, dan Eri Yufita. 2017. Pengukuran Viskositas
Beberapa Produk Minyak Goreng Kelapa Sawit setelah Pemanasan. Banda Aceh:
Jurusan Teknologi dan Industri Pertanian, Universitas Syiah Kuala.

VII. LAMPIRAN

A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia


1. Hazard Bahan Kimia
a) Aquadest
Aquadest tidak memiliki bahaya yang dapat menyebabkan
luka ataupun kondisi khusus sehingga aquadest digolongkan
sebagai bahan nonhazardous.
b) Larutan Natrium Klorida
Larutan NaCl dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau
mata saat kulit ataupun mata mengalami kontak langsung dengan
larutan natrium klorida. Larutan NaCl juga bersifat higroskopis
yang berarti larutan NaCl sangat mudah bereaksi dengan air.
c) Larutan Kalium Sulfat
Larutan kalium sulfat dapat menyebabkan iritasi pada
kulit dan mata saat kulit dan mata mengalami kontak langsung.
Larutan kalium sulfat juga dapat menyebabkan keracunan pada
saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Menghirup dan
menelan larutan kalium sulfat harus dihindari.

d) Minyak Goreng

Minyak goreng dapat menyebabkan iritasi pada mata dan


kulit. Minyak goreng memiliki flash point pada suhu 162 ,C.

2. Hazard Proses

Hazard proses pada percobaan ini adalah penggunaan waterbath


pada suhu paling tinggi 70 ,C yang dapat menyebabkan luka bakar saat
mengalami kontak secara langsung dengan tubuh praktikan. Selain itu,
ada banyak alat yang bersifat mudah pecah yang digunakan selama
praktikum sehingga praktikan harus berhati – hati agar tidak terluka saat
memecahkan alat. Waterbath dioperasikan dengan tenaga listrik. Kabel
dan perangkat di luar waterbath harus dijaga agar tetap kering untuk
menghindari terjadinya short circuit pada perangkat waterbath.

3. Penanganan

Apabila terjadi iritasi, segera bilas dan cuci permukaan kulit yang
iritasi dengan air dan sabun. Apabila mengalami luka bakar, segera aliri
bagian tubuh yang terkena luka bakar dengan air selama beberapa menit.
Gunakan obat – obatan dan tindakan lanjutan yang tepat sesuai dengan
derajat luka bakar yang terjadi. Apabila memecahkan suatu alat, segera
bersihkan pecahan alat, segera bersihkan pecahan alat dengan hati – hati
untuk menghindari kecelakaan lainnya.

B. Alat Perlindungan Diri (APD)


1. Jas Laboratorium
Jas laboratorium diharuskan memiliki lengan panjang dan
panjang jas laboratorium dapat menutupi tubuh hingga lutut. Digunakan
untuk melindungi dan menghindarkan tubuh dari kontak langsung
dengan bahan – bahan kimia yang digunakan dalam percobaan. Selain
itu, jas laboratorium juga dapat melindungi tubuh dari peralatan dengan
suhu tinggi ataupun pecahan dari alat yang berbahan gelas.

2. Masker

Masker digunakan untuk menghindari terhirupnya uap – uap dan


gas dari bahan kimia yang digunakan dalam percobaan yang bersifat
toxic ataupun iritan terhadap saluran pernapasan. Apabila masker sekali
pakai tidak tersedia, masker kain yang dilapisi dengan tisu yang sudah
dibasahi dapat digunakan.

3. Goggles

Berfungsi untuk melindungi mata praktikan dari bahan – bahan


yang sifatnya iritan pada percobaan ini dan melindungi mata dari benda –
benda tajam yang merupakan pecahan dari peralatan mudah pecah yang
digunakan selama praktikum.

4. Sepatu Tertutup dan Kaus Kaki Panjang

Berfungsi untuk melindungi kaki dari bahan kimia ataupun


peralatan yang memiliki sifat mudah pecah selama praktikum
berlangsung.

5. Latex Gloves

Berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan – bahan kimia


yang bersifat iritan atau toxic, pecahan peralatan, ataupun peralatan yang
dioperasikan dalam kondisi suhu tinggi.

C. Manajemen Limbah
1. Aquadest
Aquadest yang sudah terkontaminasi dengan zat lain dapat
dibuang ke wastafel. Aquadest yang belum terkontaminasi dapat
dikembalikan ke dalam wadah penyimpanan.

2. Larutan Natrium Klorida

Larutan natrium klorida yang telah digunakan dapat dibuang ke


dalam pembuanan limbah halogenik karena mengandung ion Cl−¿¿ yang
merupakan unsur halogen.

3. Larutan Kalium Sulfat

Larutan kalium sulfat yang sudah selesai digunakan dapat


dikembalikan ke dalam wadah penyimpanan karena larutan kalium sulfat
belum dan tidak terkontaminasi zat lain selama praktikum berlangsung.

4. Minyak Goreng

Minyak goreng yang digunakan selama pengukuran rapat massa


dapat langsung dikembalikan ke dalam wadah penyimpanan. Minyak
goreng yang dipanaskan di dalam waterbath selama percobaan harus
ditunggu terlebih dahulu agar suhunya kembali normal. Setelah suhunya
normal, minyak goreng dapat dikembalikan ke dalam wadah
penyimpanan.

D. Data Percobaan
1. Pengukuran Tegangan Muka
- Kenaikan Pipa Kapiler

Tabel IV. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Aquadest

Aquadest,T = 29 ºC
Pipa Kapiler
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,30 1,35 1,30
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,70 0,75 0,70
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,40 0,40 0,40
Tabel V. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan NaCl 5%

NaCl 5%,T = 30 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,50 0,50 0,50
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,30 0,30 0,30
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,20 0,20 0,15

Tabel VI. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan NaCl 10%

NaCl 10%,T = 30 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,60 0,70 0,70
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,50 0,50 0,45
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,20 0,30 0,30

Tabel VII. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan NaCl 15%

NaCl 15%,T = 30 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,95 1,00 0,95
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,55 0,60 0,60
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,40 0,40 0,40

Tabel VIII. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan K2SO4 5%

K2SO4 5%,T = 29 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,10 1,10 1,15
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,70 0,70 0,60
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,45 0,50 0,50

Tabel IX. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan K2SO4 10%

K2SO4 10%,T = 29 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,10 1,15 1,15
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,70 0,70 0,75
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,50 0,50 0,50

Tabel X. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan K2SO4 15%

K2SO4 15%,T = 29 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,20 1,20 1,15
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,80 0,80 0,80
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,70 0,70 0,65

 Penimbangan

Tabel XI. Data Hasil Penimbangan dengan Neraca Analisis Digital

No. Larutan Massa Larutan, gram


1 Aquadest 25,2607
2 NaCl 5% 26,111
3 NaCl 10% 26,9242
4 NaCl 15% 27,7358
5 K2SO4 10% 26,2591
6 K2SO4 15% 27,1666
7 K2SO4 20% 27,5541

2. Pengukuran Viskositas Zat Cair

Suhu minyak mula – mula = 30 ,C


Densitas minyak mula – mula = 0,895 gram/mL
Tabel XII. Data Hasil Percobaan Pengukuran Waktu Alir Fluida

t aquadest (s) t minyak (s)


No T waterbath (oC)
1 2 3 1 2 3
1 35 2,25 2,31 2,28 66,15 66,25 67,07
2 41 2,22 2,13 2,12 57,03 56,53 56,28
3 50 1,94 1,94 1,97 44,00 43,16 43,19
4 60 1,84 1,88 1,81 37,81 37,80 37,28
5 70 1,75 1,75 1,75 35,69 35,41 35,12
E. Perhitungan
1. Menentukan Rapat Massa Zat Cair
 Menentukan Massa Cairan

Dengan persamaan (10), massa aquadest dapat ditentukan.

Massa Aquadest = 51,7801 – 26,5194 (10)

= 25,2607 gram

Dengan referensi yang didapatkan dari sumber literatur, lebih


tepatnya, Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, rapat massa
aquadest pada suhu 30 ,C adalah 0,9960 gram/mL.

 Menentukan Rapat Massa Larutan

Dengan persamaan (10) dan (11), rapat massa NaCl dapat ditentukan.
Sebagai contoh, data larutan NaCl 5% digunakan :
Massa NaCl = 52,6304 – 26,5194 (10)
= 26,1110 gram
26,1110
ρ NaCl= x 0,9960 (11)
25,2607
= 1,0295 gram/mL
Dengan perhitungan yang sama, dapat diperoleh data pada tabel
berikut :

Tabel XIII. Data Hasil Perhitungan Rapat Massa NaCl

No. Larutan Massa Larutan, gram ρ Larutan, gram/mL


1 NaCl 5% 26,111 1,0295
2 NaCl 10% 26,9242 1,0616
3 NaCl 15% 27,7358 1,0936

 Menentukan Rapat Massa Larutan K2SO4


Dengan persamaan (10) dan (12), rapat massa K2SO4 dapat
ditentukan. Sebagai contoh, data larutan K2SO4 5% digunakan :

Massa K2SO4 = 52,7785 – 26,5194 (10)


= 26,2591 gram
26,2591
ρ K2SO4 = x 0,9960 (12)
25,2607
= 1,0354 gram/mL
Dengan perhitungan yang sama, dapat diperoleh data pada tabel
berikut :
Tabel XIV. Data Hasil Perhitungan Rapat Massa K2SO4

No. Larutan Massa Larutan, gram ρ Larutan, gram/mL


1 K2SO4 5% 26,2591 1,0354
2 K2SO4 10% 27,1666 1,0711
3 K2SO4 15% 27,5541 1,0864

 Menentukan Rapat Massa Minyak pada Berbagai Suhu


Dengan persamaan (13), rapat massa minyak dapat diketahui. Rapat
massa aquadest didapatkan dari sumber literatur Perry’s Chemical
Engineer’s Handbook. Sebagai contoh, data pada suhu 25 ,C
digunakan :
ρ Minyak =0,8950 – [6,514 x 10−4x (35 -30)] (13)
=0,8917 gram/mL

Dengan perhitungan yang sama, dapat diperoleh data pada tabel


berikut :

Tabel XV. Data Hasil Perhitungan Massa Jenis Minyak dan Aquadest

2. ρ Minyak
ρ Minyak pada
ρ Aquadest,
No Suhu, ℃ Mula - mula, Berbagai
gram/mL
gram/mL Suhu,
gram/mL
1 35 0,8917 0,9941
2 41 0,8878 0,9919
3 50 0,8950 0,8820 0,9880
4 60 0,8755 0,9831
5 70 0,8689 0,9776
Menentukan Tegangan Muka Zat Cair
 Kenaikan Pipa Kapiler
Perhitungan tegangan muka dapat dilakukan dengan persamaan (14),
(15), (16), dan (17). Sebagai contoh, data pipa kapiler 1 pada
aquadest digunakan:
0,45+0,45+0,50
h́ = (14)
3
=0,4667 cm
0,1
R = (15)
2
= 0,05 cm
1
Ɣ = x 981 x 0,9960 x 0,05 x 0,4667 (16)
2
=11,3992 dyne/cm
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh data pada tabel berikut :
Tabel XVI. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Aquadest 29 ,C

11,3922+26,0554+15,8775
Ɣ́ = (17)
3
= 17,7774 dyne/cm

Tabel XVII. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan NaCl 5%

NaCl 5%,T = 30 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,50 0,50 0,50 0,5000 12,6246
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,30 0,30 0,30 0,3000 15,1495
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,20 0,20 0,15 0,1833 13,8870
Rata - rata 0,3278 13,8870

Tabel XVIII. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan NaCl


10%

NaCl 10%,T = 30 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,60 0,70 0,70 0,6667 17,3570
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,50 0,50 0,45 0,4833 25,1676
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,20 0,30 0,30 0,2667 20,8284
Rata – rata 0,4722 21,1177

Tabel XIX. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan NaCl 15%

NaCl 15%,T = 30 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,95 1,00 0,95 0,9667 25,9263
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,55 0,60 0,60 0,5833 31,2904
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,40 0,40 0,40 0,4000 32,1844
Rata - rata 0,6500 29,8003
Tabel XX. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan K2SO4 5%

K2SO4 5%,T = 29 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,10 1,10 1,15 1,1167 28,3548
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,70 0,70 0,60 0,6667 33,8565
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,45 0,50 0,50 0,4833 36,8189
Rata - rata 0,7556 33,0100

Tabel XXI. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan K2SO4


10%

K2SO4 10%,T = 29 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,10 1,15 1,15 1,1333 29,7725
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,70 0,70 0,75 0,7167 37,6535
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,50 0,50 0,50 0,5000 39,4048
Rata - rata 0,7833 35,6103

Tabel XXII. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan K2SO4 15%

K2SO4 15%,T = 29 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,15 1,15 1,15 1,1500 30,6413
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,80 0,80 0,75 0,7833 41,7432
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,70 0,70 0,65 0,6833 54,6214
Rata - rata 0,8722 42,3353

 Kesalahan Relatif Pengukuran Tegangan Muka


Tegangan muka aquadest dihitung dengan persamaan (18) dan data
dari Engineering Toolbox :

T −T 1 Ɣ −Ɣ 1
= (18)
T 2−T 1 Ɣ 2 −Ɣ 1
( 29−20 ) (71,2−72,8)
Ɣ = + 72,8
(30−20)
=72,6400 dyne/cm
Kesalahan Relatif dapat dihitung dengan persamaan (19) :
72,6400−17,7774
KR =| |x 100% (19)
72,6400
=75,52%
3. Viskositas Zat Cair
 Menghitung Jari - jari Viskosimeter Ostwald
Jari – jari Viskosimeter Ostwald dapat dicari dengan persamaan
(20) :

a. Viskosimeter Ostwald 1 mm

1mm
R = (20)
2
= 0,5 mm

b. Viskosimeter Ostwald 0,6 mm

0,6 mm
R =
2
= 0,3 mm
 Menghitung Viskositas Relatif Minyak
Dengan persamaan (21), waktu rata – rata untuk aliran fluida dapat
diketahui. Sebagai contoh, data aquadest dan minyak goreng pada
suhu 35 ,C dapat digunakan:
2,25+2,31+2,28
t̅ ´o = (21)
3
= 2,2800 sekon
66,15+66,25+67,07
t́ = (21)
3
= 66.4900 sekon

Viskositas relatif dapat dihitung dengan persamaan (22). Sebagai


data pelengkap, rapat massa aquadest referensi diambil dari Perry’s
Chemical Engineer’s Handbook.
0,8917 x(0,50000) 4 x 66,4900
µRelatif = (22)
0,9941 x (0,3000)4 x 2,2800
= 201,8528

Dengan perhitungan yang sama, diperoleh data pada tabel di bawah:


Tabel XXIII. Data Hasil Perhitungan Viskositas Relatif Minyak
terhadap Aquadest dengan Variasi Suhu

T waterbath t aquadest (s) t minyak (s) t µ relatif


No to
(oC) 1 2 3 1 2 3
1 35 2,25 2,31 2,28 2,28 66,15 66,25 67,07 66,49 201,8528
2 41 2,22 2,13 2,12 2,16 57,03 56,53 56,28 56,61 181,3061
3 50 1,94 1,94 1,97 1,95 44,00 43,16 43,19 43,45 153,4756
4 60 1,84 1,88 1,81 1,84 37,81 37,80 37,28 37,63 140,2651
5 70 1,75 1,75 1,75 1,75 35,69 35,41 35,12 35,41 138,7584

 Menghitung Viskositas Dinamik Minyak


Viskositas dinamik minyak dapat dicari melalui perhitungan dengan
persamaan (23). Sebelumnya, viskositas standar aquadest harus
dicari terlebih dahulu dengan bantuan nomograf. Pembacaan dari
nomograf dapat dilihat pada gambar di bawah :
Contoh perhitungan dilakukan dengan data pada suhu 55 ,C.
Perhitungan sebagai berikut :

µDinamik = 201,8528 x 0,85 (23)


= 171,5749 cp
Tabel XXIV. Hasil Perhitungan Viskositas Dinamik

No Suhu, oC µ Relatif Minyak µ Standar µ Dinamik


1 35 201,8528 0,76 153,4082
2 41 181,3061 0,70 126,9143
3 50 153,4756 0,58 89,0158
4 60 140,2651 0,48 67,3273
5 70 138,7584 0,39 54,1158

 Membuat Hubungan Suhu dan Viskositas dengan Pendekatan


Eksponensial
Tabel XXV. Data Perhitungan untuk Regresi Eksponensial

No T, K x=1/T x2 µ Dinamik y=ln µ xy


1 308 0,0032 1,0541E-05 153,4082 5,0331 0,0163
2 314 0,0032 1,0142E-05 126,9143 4,8435 0,0154
3 323 0,0031 9,5851E-06 89,0158 4,4888 0,0139
4 333 0,0030 9,0180E-06 67,3273 4,2096 0,0126
5 343 0,0029 8,4999E-06 54,1158 3,9911 0,0116
∑ 0,0154 4,7787E-05 490,7813 22,5661 0,0699

Dengan data pada tabel XXV, persamaan (27), (28), (30), dan (31),
nilai A dan B dapat dicari :

( 5 )( 0,0699 )−(0,0154)(22,5661)
a = (27)
( 4,7787 x 10−5 )−(0,0154)2
= 3214,3258

22,6780−(3214,3258)( 0,0154)
b = (28)
3
=-5,4164
A = 3214,3258 (30)
B = 0,0044 (31)

Persamaan (24) dapat ditulis menjadi :


3214,3258
µ = 0,0044 exp [ ] (24)
T

 Menghitung Kesalahan Relatif

Kesalahan relatif dapat dihitung dengan persamaan (32). Sebagai


contoh perhitungan, data pada suhu 35 ,C dapat digunakan :
153,4082−151,3686
KR =| | x 100% (32)
153,4082
= 1,33 %

Dengan perhitungan yang sama, diperoleh data pada tabel berikut :


Tabel XXVI. Data Kesalahan Relatif Pengukuran Viskositas

No T (K) µ Percobaan µ Persamaan KR (%)


1 308 153,4082 151,3686 1,33
2 314 126,9143 124,0024 2,29
3 323 89,0158 93,2299 4,73
4 333 67,3273 69,1463 2,70
5 343 54,1158 52,1856 3,57
Kesalahan Relatif Rata-Rata 2,93

Kesalahan relatif rata – rata dapat dihitung dengan persamaan (32).


Perhitungannya sebagai berikut :
1,33+2,29+4,73+2,70+ 3,57
´
KR = (33)
5
= 2,93 %

Anda mungkin juga menyukai