Kode hari
Ambil Revisi
Maks Revisi
Kembali
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN
PENGUKURAN TEGANGAN MUKA DAN VISKOSITAS ZAT CAIR
(E)
Disusun oleh :
Tujuan dari percobaan Pengukuran Tegangan Muka dan Viskositas Zat Cair
adalah:
1. Tegangan Muka
Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair yang
berperilaku layaknya lapisan kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat adanya
pengaruh tegangan. Tegangan tersebut disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik
antar molekul di permukaan zat cair sehingga menciptakan pembatas abtara udara
dengan cairan tersebut (Indarniati, 2008). Tegangan permukaan air menggambarkan
suatu kondisi dimana permukaan air yang bersentuhan dengan udara seperti
lembaran elastis tipis. Hal tersebut merupakan fenomena yang terjadi pada
permukaan cairan ketika cairan berada dalam kontak melalui medium gas.
Molekul-molekul dalam cairan digambarkan oleh gaya antarmolekul yang dikenal
dengan gaya Van Der Waal. Molekul-molekul di permukaan air tidak dikelilingi
oleh molekul air di semua sisi. Mereka akan menyatu lebih kuat dengan molekul air
lainnya karena bertentangan dengan molekul udara. Hal ini menciptakan sebuah
lapisan tipis seperti selaput di permukaannya. Idealnya, semua cairan akan
berbentuk bulat dengan tidak adanya garvitasi untuk meminimalkan tegangan
permukaannya. Hal ini karena bentuk bulat memiliki luas permukaan terkecil untuk
volume tertentu. Namun, pada faktanya bentuk tetesan air tidak berbentuk bulat
sempurna karena adanya gaya gravitasi (Heaton, 2017).
Dyne N
satuan atau dan memiliki persamaan persamaan :
cm m
F (1)
γ=
l
(Douglas, 2011).
Besarnya tegangan muka dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa
faktor yang mempengaruhi adalah :
A. Suhu
Konsentrasi adalah jumlah dari zat terlarut per satuan volume dari suatu
larutan atau gas. Semakin banyak jumlah zat yang larut atau semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan, maka rapat massa larutan akan semakin tinggi. Rapat
massa memiliki korelasi secara langsung terhadap tegangan muka. Rapat massa
berbanding lurus terhadap nilai tegangan muka suatu larutan, artinya semakin
tinggi rapat masa maka akan semakin tinggi nilai tegangan muka.
D. Surfaktan
E. Jenis Cairan
2 γπrcosθ
0=ρgh−
( π r2 ) (7)
2 γcosθ (8)
= ρgh
r
2 γcosθ (9)
h=
ρgr
ρghr (10)
γ=
2 cosθ
dengan,
Pa = tekanan di titik a (N/m2)
Pb = tekanan di titik b (N/m2)
Pudara = tekanan udara luar (Pa)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = tinggi permukaan cairan di dalam pipa kapiler (cm)
γ = tegangan permukaan (dyne/cm)
θ = sudut kontak antara cairan dan pipa kapiler (⁰)
r = jari-jari pipa kapiler (cm)
Sudut kontak θ untuk air, udara, dan permukaan kaca yang bersih pada
π
dasarnya adalah nol. Apabila θ> , zat cair disebut tidak membasahi permukaan
2
π π
(non-wetting). Apabila θ< , kenaikan pipa kapiler akan terjadi. Apabila θ= ,
2 2
baik kenaikan atau penurunan pipa kapiler tidak akan dialami zat cair dalam
tabung. Maka diasumsikan air membasahi dinding pipa kapiler dengan sempurna
(θ = 0⁰), sehingga nilai cosθ = 1, dan persaman tersebut menjadi (11)
ρghr
γ=
2
(Wahyuni, 2015).
Pada percobaan pengukuran tegangan permukaan dengan metode
kenaikan pipa kapiler terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari metode ini adalah:
1) Alat yang digunakan cukup sederhana yaitu berupa pipa kapiler kaca
dan penggaris.
2) Waktu yang dibutuhkan relatif singkat.
3) Percobaan yang dilakukan cukup sederhana dengan mengukur
kenaikan permukaan zat cair di dalam pipa kapiler.
Adapun kekurangan dari metode ini adalah:
1) Kesalahan parallax sangat mungkin terjadi akibat pembiasan cairan
yang mempengaruhi penggaris.
2) Dalam menentukan ketinggian cairan dalam pipa kapiler yang telah
stabil dan maksimal cukup sulit.
3) Gelembung dapat muncul di dalam pipa kapiler yang mampu
menurunkan akurasi data. Pipa kapiler harus dibersihkan dengan vacuum yang
disediakan sesering mungkin untuk mengurangi faktor kesalahan.
Tegangan permukaan memiliki peran dan manfaat dalam kehidupan
sehari-hari maupun bidang industri. Conroh dari penerapan prinsip tegangan
muka antara lain :
1) Dalam bidang medis, membantu penetrasi molekul obat-obatan
melalui membran biologis. Tegangan muka menyebabkan suatu molekul dapat
menempel pada permukaan membran di tubuh manuasia. Menempelnya molekul
menyebabkan penyerapan yang dilakukan membran lebih optimal. Namun, pada
plester luka, tegangan muka antara perekat harus dikontrol agar tidak terlalu kuat
sehingga obat luka dapat diserap oleh kulit (Azarbayjani, d.k.k., 2009).
2) Tegangan muka membantu dan merupakan salah satu gaya yang
menarik dari akar ke daun. Naiknya air disebabkan oleh daya dorong akar, daya
tarik daun, dan kapilaritas. Kapilaritas adalah salah satu contoh tegangan
permukaan di kehidupan sehari-hari.
3) Dalam penambangan, debu batu bata dapat membahayakan para
pekerja tambang. Wetting dimanfaatkan untuk mengurangi debu batu bata yang
bebas dengan menyemprotkan air melalui sebuah nozzle. Untuk meningkatkan
efisiensi air dalam mengikat debu, surfaktan ditambahkan. Surfaktan dapat
mengurangi tegangan muka air sehingga dapat mengikat debu dengan lebih baik
(Wang, 2009).
4) Kapal dilapisi dengan cat superhydrophobic untuk mengurangi biaya
perawatan. Permukaan superhydrophobic dapat mengurangi biaya bahan bakar
dan meningkatkan kecepatan kapal karena permukaan ini dapat mengurangi
gaya gesek antara kapal dan air laut.
5) Pada saat mencuci pakaian, deterjen digunakan untuk menghilangkan
noda dari pakaian. Deterjen dapat mengangkat noda karena deterjen adalah salah
satu produk surfaktan. Salah satu sisi deterjen dapat mengikat lemak dan
kotoran, sedangkan sisi lainnya dapat berikatan dengan air sehingga noda dan
kotoran dapat lepas dan mengalir dengan air.
6) Pada proses Enhanced Oil Eecovery (EOR), penambahan surfaktan
pada minyak bumi akan menurunkan tegangan muka minyak sehingga minyak
akan lebih mudah untuk diambil.
7) Pada tangki pengaduk, vorteks dapat timbul akibat tegangan muka
yang tinggi.Terbentuknya vorteks dapat mengakibatkan cairan keluar dari
tangki. Oleh karena itu, diperlukan penambahan surfaktan pada tangki pengaduk
untuk mencegah timbulnya vorteks.
Ns
viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah atau Pa . s , satuan cgs
m2
dyne . s
(centimeter gram sekon) untuk SI koefisien viskositas adalah = poise( p)
cm2
(Rian, 2013).
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan
kecilnya tahanan dalam suatu fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai
viskositas rendah, misalnya air, akan mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan
yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang memounya viskositas yang lebih
besar.
Gambar 8. Lapisan Fluida Sejajar
Gambar tersebut merupakan dua lapisan fluida sejajar dengan masing-
masing mempunyai luas A (cm2) dan jarak kedua lapisan L (cm). Bila lapisan atas
bergerak sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V (cm/ sekon) relatif
terhadap lapisan bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V ¿ ¿ maka
harus bekerya suatu gaya sebesar F (dyne). Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa
gaya F berbanding lurus dengan kecepatan V, luas A, dan berbanding terbalik
dengan jarak L. Sehingga persamaannya
ηVA
F= (12)
L
FL
η=
AV (13)
dengan,
η = koefisien viskositas ( Ns/m2)
F = gaya (N)
A = luas (m2)
V = kecepatan (m/s2)
L = jarak kedua lapisan (m)
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai viskositas antara lain :
A. Suhu
Suhu dapat menyebabkan perubahan nilai viskositas. Peningkatan
temperatur menunjukkan perubahan yang sangat jelas pada viskositas fluida
(Gomez-Diaz, 2009). Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan energi
kinetik molekul, artinya molekul akan bergerak dengan lebih cepat. Gaya tarik-
menarik intermolekul akan turun akibat jarak antarmolekul yang semakin jauh.
Hal ini menyebabkan molekul dapat bergerak dengan lebih bebas tanpa
hambatan atau gaya gesek fluida seperti suhu rendah viskositas larutan atau
fluida turun.
B. Tekanan
Viskositas cairan naik seiring dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. Hal tersebut dikarenakan semakin
tinggi tekanan pada suatu zat cair, maka jarak antar molekulnya akan semakin
dekat. Jarak molekul yang dekat mengakibatkan gaya gesek antar molekul
semakin banyak sehingga gaya yang menghambat aliran juga semakin besar
(Tony,1993).
C. Jenis Fluida
Setiap fluida memiliki molekul dengan kuat ikatan intermolekul yang
berbeda. Fluida dengan ikatan intermolekul kuat akan memiliki nilai viskositas
yang tinggi karena ikatan intermolekul menjadi penghambat saat fluida
mengalir. Sebaliknya, fluida dengan ikatan intermolekul yang lemah akan
mengalir dengan lebih mudah karena fluida tidak akan mengalami hambatan
yang sama. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa jenis fluida dapat mempengaruhi
nilai viskositas.
D. Konsentrasi Fluida
Konsentrasi adalah jumlah dari zat terlarut per satuan volume suatu
larutan. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak zat terlarut. Gaya
gesek dan hambatan molekul akan meningkat seiring dengan bertambahnya
konsentrasi. Gaya gesek memiliki korelasi dengan viskositas dimana gaya gesek
dan viskositas berbanding lurus. Sehingga semakin tinggi konsentrasi fluida
maka nilai viskositasnya juga semakin besar.
E. Berat Molekul
Berat molekul dapat mempengaruhi gaya gesek yang dialami molekul.
Semakin besar berat molekul, maka gaya geseknya akan semakin besar, Gaya
gesek menjadi penghambat saat fluida itu mengalir. Maka semakin tinggi berat
molekul, maka nilai viskositas juga akan semakin tinggi.
F. Kehadiran Zat Lain
Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi dapat mempengaruhi
nilai viskositas suatu zat. Misalnya, penambahan gula tebu dapat meningkatkan
viskositas air dan penambahan air pada minyak atau gliserin dapat menurunkan
viskositas zat tersebut.
B. Viskometer Hoppler
Prinsip dari viskometer Hoppler adalah mengukur waktu yang
diperlukan oleh sebuah bola untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi
tertentu. Adanya gaya gravitasi menyebabkan benda jatuh melewati medium
yang berviskositas dengan kecepatan yang semakin besar hingga mencapai
kecepatan maksimum. Viskositas yang dihitung mengacu pada Hukum Stokes
sesuai dengan persamaan:
2 g R2 (γ −γ 1 )
η=
9V
dengan,
η = koefisien viskositas (cm.Poise)
R = jari-jari bola peluru (cm)
γ = massa jenis bola peluru (gr/cm3)
γ1 = massa jenis zat cair (gr/cm3)
Berikut ini adalah skema viscometer Hoppler yang diadaptasi dari Data
Acquistion System for a Falling-Sphere Viscometer oleh Kanishka
Kobbekaduwa.
2
3
Keterangan :
1. Skala ukur
2. Bola
3. Wadah cairan
4. Pengatur bola
4
Berikut adalah skema viskometer Cup and Bob yang diadaptasi dari
Viscosity oleh Monang Marpaung.
Keterangan:
2
1. Kerucut
2. Lempeng
Keterangan :
1. Motor
2. Torsion spring
2
1
2. Alat
A. Pengukuran Tegangan Muka Cairan
3 1 2
0 Keterangan:
1. Pipa Kapiler
4 2. Penggaris 30 cm
3. Termometer alkohol 110oC
4. Gelas beker 250mL
5. Larutan yang akan diuji
4 5
6
14 1 13 2
11
7
9
10 8 12
Viskositas (cp)
Suhu,
o
C
(10,13)
X
(41)
(42)
a=
∑ x ∑ y−n ∑ xy
2
(∑ x) −n ∑ x 2
b=
∑ y−a ∑ x
n
Dengan mengetahui nilai a dan b, maka nilai A dan B dapat ditentukan
A
T
μ=B e
(43)
dengan,
A= a
B = eb
Kemudian, kesalahan relatif dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut
μ percobaan−μ persamaan
Kesalahan Relatif = | μ percobaan |×100 %
(44)
Lalu, dihitung kesalahan relatif rata-rata menggunakan persamaan
berikut
Σ kesalahan relatif (45)
Kesalahan Relatif Rata−Rata=
n
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan untuk mengetahui nilai tegangan muka suatu larutan dilakukan
dengan metode pengukuran kenaikan permukaan larutan di dalam pipa kapiler.
Percobaan ini dilakukan dengan metode memasukkan pipa kapiler dengan berbagai
diameter ke dalam larutan sampel lalu kenaikan permukaan larutan dihitung untuk
menentukan tegangan muka larutan itu Percobaan ini menggunakan tiga pipa kapiler
dengan diameter, masing – masing, 0,1 cm, 0,2 cm, dan 0,3 cm. Percobaan ini dilakukan
dengan tiga kali pengulangan.
Melalui percobaan ini, tegangan muka pada suhu 29 ,C dapat diperoleh sebesar
17,7774 dyne/cm yang didapatkan melalui pengulangan tiga kali percobaan kenaikan
pipa kapiler pada pipa kapiler 0,1 cm, 0,2 cm, dan 0,3 cm. Untuk data tegangan muka
larutan NaCl 5%, 10%, dan 15% dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan NaCl pada Berbagai
Konsentrasi
No Tegangan Muka Percobaan
. Larutan (dyne/cm)
1 NaCl 5% 13,88
2 NaCl 10% 21,11
3 NaCl 15% 29,79
Grafik hubungan konsentrasi dan tegangan muka untuk larutan NaCl disajikan
dalam gambar berikut :
35
30
f(x) = 1.59 x + 5.68
25
Tegangan Muka
20
γ percobaan
15 Linear (γ
percobaan)
10
0
4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi Larutan NaCl (gram/100mL)
Gambar 19. Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan NaCl dan Tegangan Muka Larutan
NaCl
Dari grafik, terlihat bahwa hubungan konsentrasi dan tegangan muka memiliki
tren linier positif, di mana tegangan muka meningkat seiring dengan pertambahan
konsentrasi. Hal ini sesuai Dengan teori yang menyatakan bahwa jumlah zat terlarut
berbanding lurus dengan gaya ikatan intermolekuler. Larutan NaCl dengan konsentrasi
lebih tinggi memiliki jumlah zat terlarut yang lebih banyak, gaya ikatan intermolekuler
yang lebih kuat, dan tegangan muka yang lebih kuat pula.
Percobaan dilanjutkan dengan menguji tegangan muka larutan K2SO4 pada
berbagai konsentrasi. Hasil percobaan perhitungan tegangan muka larutan K2SO4 pada
berbagai konsentrasi dapat dilihat dalam tabel II.
Tabel II. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan K2SO4 pada Berbagai
Konsentrasi
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa tegangan muka meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi larutan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
semakin banyak zat terlarut dalam larutan, tegangan muka dari larutan akan meningkat.
Tegangan muka K2SO4, dapat dilihat, juga lebih tinggi dibandingkan tegangan muka
larutan NaCl. NaCl terionisasi menjadi satu ion Na+¿¿ dan satu ion Cl−¿¿, sedangkan
K2SO4 terionisasi menjadi dua ion K +¿¿ dan satu ion SO 2−¿
4
¿
. Data pada tabel dapat
digambarkan dalam grafik seperti di bawah :
Gambar 20. Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan K2SO4 terhadap Tegangan Muka
Larutan K2SO4
Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa terdapat tren linier positif. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin
tinggi tegangan muka larutan itu. Konsentrasi menunjukkan jumlah zat terlarut per
satuan volume. Makin banyak zat yang terlarut, tegangan muka cairan akan semakin
kuat karena gaya ikatan intermolekulernya semakin kuat.
Pada percobaan ini, kesalahan relatif pengukuran tegangan muka aquadest
adalah sebesar 75,52%. Angka kesalahan relatif ini termasuk sangat tinggi. Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakakuratan hasil percobaan ini.
Terbentuknya gelembung pada pipa kapiler yang menyebabkan zat cair atau larutan
tidak dapat naik secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab kesalahan relatif
yang tinggi. Pipa kapiler yang digunakan selama percobaan dalam keadaan yang tidak
baik, seperti gempil atau retak. Kesalahan paralaks juga sangat mungkin terjadi karena
kesulitan yang dialami selama menentukan kenaikan permukaan larutan yang paling
tinggi dalam kondisi konstan.
Selain percobaan untuk mengukur tegangan muka, viskositas dari larutan juga
diuji. Percobaan pengukuran viskositas larutan dilakukan dengan bantuan alat ukur
Viskosimeter Ostwald. Percobaan pengukuran viskositas larutan dilakukan dengan
menghitung waktu alir larutan di dalam Viskosimeter Ostwald dari batas atas hingga
larutan yang diuji melewati batas bawah Viskosimeter Ostwald. Pengukuran waktu
dilakukan dengan stopwatch. Percobaan ini dilakukan dalam beberapa variasi suhu
untuk mencari hubungan antara viskositas dengan suhu.
Data – data yang didapatkan dari percobaan dengan Viskosimeter Ostwald dapat
dijelaskan dengan menggunakan Hukum Poiseuille. Dari percobaan ini, dapat diperoleh
nilai viskositas relatif minyak goreng. Viskositas standar aquadest dapat dicari dengan
nomograf yang didapatkan dari Perry’s Chemical Engineer’s Handbook. Setelah
mendapatkan viskositas relatif minyak goreng dan viskositas standar aquadest,
viskositas dinamik minyak goreng dapat ditentukan. Viskositas relatif minyak goreng
hasil percobaan dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Data Viskositas Relatif dan Viskositas Standar Minyak Goreng pada
Berbagai Suhu
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu zat cair, nilai
viskositasnya akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
viskositas dan suhu memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Peristiwa ini dapat
terjadi karena peningkatan suhu dapat menambah energi kinetik molekul di dalam zat
cair. Semakin tinggi energi kinetik molekulnya, semakin cepat gerakan molekulnya. Hal
ini menyebabkan ikatan intermolekuler makin lemah sehingga nilai viskositasnya pun
turun.
Melalui regresi linier, hubungan antara nilai viskositas dan suhu larutan dapat
ditentukan. Nilai a adalah 3460,5949 dan b adalah -6,1548. Persamaan y = ax + b dapat
ditulis menjadi lnµ = -5,4164 + 3214,3258/T. Persamaan ini dapat diubah menjadi
bentuk eksponensial µ = 0,0044 exp [3214,3258/T]. Dengan persamaan eksponensial
ini, nilai viskositas dinamik persamaan dapat ditentukan. Nilai viskositas dinamik
persamaan pada suhu 35 ,C adalah 151,3686 cp sehingga kesalahan relatifnya adalah
1,33%. Nilai viskositas dinamik persamaan pada suhu 41 ,C adalah 126,9143 cp
sehingga kesalahan relatifnya adalah 2,30%. Nilai viskositas dinamik persamaan pada
suhu 50 ,C adalah 95,4999 cp sehingga kesalahan relatifnya adalah 7,28%. Nilai
viskositas dinamik persamaan pada suhu 60 ,C adalah 69,2267 cp sehingga kesalahan
relatifnya adalah 2,82%. Nilai viskositas dinamik persamaan pada suhu 70 ,C adalah
51,1318 cp sehingga kesalahan relatifnya adalah 5,51%. Data viskositas dinamik
percobaan dapat disajikan dalam grafik di bawah :
200
180
160
140
Viskositas (cp)
120
100
80 µ persamaan
60 µ percobaan
40
20
0
305 310 315 320 325 330 335 340 345
Suhu (K)
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh melalui percobaan pengukuran tegangan muka dan
viskositas zat cair adalah :
6. Hubungan antara viskositas zat cair dengan besarnya suhu berbanding terbalik.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan suhu menyebabkan molekul di dalam
larutan bergerak dengan lebih bebas sehingga gaya tarik antarmolekulnya
berkurang.
VII. LAMPIRAN
d) Minyak Goreng
2. Hazard Proses
3. Penanganan
Apabila terjadi iritasi, segera bilas dan cuci permukaan kulit yang
iritasi dengan air dan sabun. Apabila mengalami luka bakar, segera aliri
bagian tubuh yang terkena luka bakar dengan air selama beberapa menit.
Gunakan obat – obatan dan tindakan lanjutan yang tepat sesuai dengan
derajat luka bakar yang terjadi. Apabila memecahkan suatu alat, segera
bersihkan pecahan alat, segera bersihkan pecahan alat dengan hati – hati
untuk menghindari kecelakaan lainnya.
2. Masker
3. Goggles
5. Latex Gloves
C. Manajemen Limbah
1. Aquadest
Aquadest yang sudah terkontaminasi dengan zat lain dapat
dibuang ke wastafel. Aquadest yang belum terkontaminasi dapat
dikembalikan ke dalam wadah penyimpanan.
4. Minyak Goreng
D. Data Percobaan
1. Pengukuran Tegangan Muka
- Kenaikan Pipa Kapiler
Tabel IV. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Aquadest
Aquadest,T = 29 ºC
Pipa Kapiler
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,30 1,35 1,30
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,70 0,75 0,70
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,40 0,40 0,40
Tabel V. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan NaCl 5%
NaCl 5%,T = 30 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,50 0,50 0,50
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,30 0,30 0,30
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,20 0,20 0,15
Tabel VI. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan NaCl 10%
NaCl 10%,T = 30 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,60 0,70 0,70
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,50 0,50 0,45
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,20 0,30 0,30
Tabel VII. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan NaCl 15%
NaCl 15%,T = 30 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,95 1,00 0,95
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,55 0,60 0,60
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,40 0,40 0,40
Tabel VIII. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan K2SO4 5%
K2SO4 5%,T = 29 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,10 1,10 1,15
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,70 0,70 0,60
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,45 0,50 0,50
Tabel IX. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan K2SO4 10%
K2SO4 10%,T = 29 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,10 1,15 1,15
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,70 0,70 0,75
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,50 0,50 0,50
Tabel X. Data Hasil Percobaan Kenaikan Pipa Kapiler untuk Larutan K2SO4 15%
K2SO4 15%,T = 29 ºC
No
1 2 3
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,20 1,20 1,15
Pipa 2, r = 0,1 cm 0,80 0,80 0,80
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,70 0,70 0,65
Penimbangan
= 25,2607 gram
Dengan persamaan (10) dan (11), rapat massa NaCl dapat ditentukan.
Sebagai contoh, data larutan NaCl 5% digunakan :
Massa NaCl = 52,6304 – 26,5194 (10)
= 26,1110 gram
26,1110
ρ NaCl= x 0,9960 (11)
25,2607
= 1,0295 gram/mL
Dengan perhitungan yang sama, dapat diperoleh data pada tabel
berikut :
Tabel XV. Data Hasil Perhitungan Massa Jenis Minyak dan Aquadest
2. ρ Minyak
ρ Minyak pada
ρ Aquadest,
No Suhu, ℃ Mula - mula, Berbagai
gram/mL
gram/mL Suhu,
gram/mL
1 35 0,8917 0,9941
2 41 0,8878 0,9919
3 50 0,8950 0,8820 0,9880
4 60 0,8755 0,9831
5 70 0,8689 0,9776
Menentukan Tegangan Muka Zat Cair
Kenaikan Pipa Kapiler
Perhitungan tegangan muka dapat dilakukan dengan persamaan (14),
(15), (16), dan (17). Sebagai contoh, data pipa kapiler 1 pada
aquadest digunakan:
0,45+0,45+0,50
h́ = (14)
3
=0,4667 cm
0,1
R = (15)
2
= 0,05 cm
1
Ɣ = x 981 x 0,9960 x 0,05 x 0,4667 (16)
2
=11,3992 dyne/cm
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh data pada tabel berikut :
Tabel XVI. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Aquadest 29 ,C
11,3922+26,0554+15,8775
Ɣ́ = (17)
3
= 17,7774 dyne/cm
NaCl 5%,T = 30 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,50 0,50 0,50 0,5000 12,6246
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,30 0,30 0,30 0,3000 15,1495
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,20 0,20 0,15 0,1833 13,8870
Rata - rata 0,3278 13,8870
NaCl 10%,T = 30 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,60 0,70 0,70 0,6667 17,3570
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,50 0,50 0,45 0,4833 25,1676
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,20 0,30 0,30 0,2667 20,8284
Rata – rata 0,4722 21,1177
Tabel XIX. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan NaCl 15%
NaCl 15%,T = 30 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 0,95 1,00 0,95 0,9667 25,9263
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,55 0,60 0,60 0,5833 31,2904
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,40 0,40 0,40 0,4000 32,1844
Rata - rata 0,6500 29,8003
Tabel XX. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan K2SO4 5%
K2SO4 5%,T = 29 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,10 1,10 1,15 1,1167 28,3548
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,70 0,70 0,60 0,6667 33,8565
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,45 0,50 0,50 0,4833 36,8189
Rata - rata 0,7556 33,0100
K2SO4 10%,T = 29 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,10 1,15 1,15 1,1333 29,7725
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,70 0,70 0,75 0,7167 37,6535
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,50 0,50 0,50 0,5000 39,4048
Rata - rata 0,7833 35,6103
Tabel XXII. Data Hasil Perhitungan Tegangan Muka Larutan K2SO4 15%
K2SO4 15%,T = 29 ºC
No
1 2 3 h ̅, cm γ, dyne/cm
Pipa 1, r = 0,05 cm 1,15 1,15 1,15 1,1500 30,6413
Pipa 2, r = 0,10 cm 0,80 0,80 0,75 0,7833 41,7432
Pipa 3, r = 0,15 cm 0,70 0,70 0,65 0,6833 54,6214
Rata - rata 0,8722 42,3353
T −T 1 Ɣ −Ɣ 1
= (18)
T 2−T 1 Ɣ 2 −Ɣ 1
( 29−20 ) (71,2−72,8)
Ɣ = + 72,8
(30−20)
=72,6400 dyne/cm
Kesalahan Relatif dapat dihitung dengan persamaan (19) :
72,6400−17,7774
KR =| |x 100% (19)
72,6400
=75,52%
3. Viskositas Zat Cair
Menghitung Jari - jari Viskosimeter Ostwald
Jari – jari Viskosimeter Ostwald dapat dicari dengan persamaan
(20) :
a. Viskosimeter Ostwald 1 mm
1mm
R = (20)
2
= 0,5 mm
0,6 mm
R =
2
= 0,3 mm
Menghitung Viskositas Relatif Minyak
Dengan persamaan (21), waktu rata – rata untuk aliran fluida dapat
diketahui. Sebagai contoh, data aquadest dan minyak goreng pada
suhu 35 ,C dapat digunakan:
2,25+2,31+2,28
t̅ ´o = (21)
3
= 2,2800 sekon
66,15+66,25+67,07
t́ = (21)
3
= 66.4900 sekon
Dengan data pada tabel XXV, persamaan (27), (28), (30), dan (31),
nilai A dan B dapat dicari :
( 5 )( 0,0699 )−(0,0154)(22,5661)
a = (27)
( 4,7787 x 10−5 )−(0,0154)2
= 3214,3258
22,6780−(3214,3258)( 0,0154)
b = (28)
3
=-5,4164
A = 3214,3258 (30)
B = 0,0044 (31)